10
454 OPEN ACCES Vol. 13No. 2: 454-463 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 454-463 Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di Maluku Utara (Potential of Bioethanol Production from Local Agricultural Waste in North Maluku) Muhamad Sahman Hi. Luth 1 , Erna Rusliana Muhamad Saleh 1 dan Nurjanna Albaar 1 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate -Indoensia Email: [email protected]; [email protected]; [email protected] Info Artikel: Diterima : 02 Des. 2020 Disetujui : 04 Des. 2020 Dipublikasi : 05 Des. 2020 Artikel Penelitian Keyword: Bioethanol production, local agricultural waste, North Maluku. Korespondensi: Muhamad Sahman Hi. Luth Universitas Khairun, Ternate - Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2019 AGRIKAN Abstrak. Masalah krisis energi dunia yang dihadapi banyak negara termasuk Indonesia dapat diatasi dengan pemanfaatan sumber energi alternatif untuk dijadikan sebagai bahan bakar seperti bioetanol. Maluku Utara salah satu wilayah di Indonesia yang banyak hasil pertaniannya termasuk limbahnya. Limbah pertanian ini banyak mengandung karbohidrat yang berpotensi untuk diolah menjadi bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mereview penelitian-penelitian terkait produksi bioetanol dari limbah pertanian dan melihat potensi produksi bioetanol dari limbah pertanian di Maluku Utara. Metode penelitian ini ditulis berdasarkan studi pustaka. Sumber data pada penelitian ini berasal dari : 1). Jurnal penelitian terkait. 2). Lembaga lembaga terkait (BPS Maluku Utara). Pengolahan data dilakukan pada penghitungan potensi bioetanol yang dapat dihasilkan. Hasil kajian menunjukkan terdapat limbah sebanyak 190.276.660,746 ton di Maluku Utara. Limbah pertanian ini jika dikonversi menjadi bioetanol, maka terdapat sebanyak 10.630.272,41 kiloliter bioetanol. Dengan demikian, Maluku Utara sangat berpotensi untuk produksi bioetanol. Abstract. The problem of the world energy crisis facing many countries, including Indonesia, can be overcome by using alternative energy sources to be used as fuel such as bioethanol. North Maluku is one of the regions in Indonesia that has a lot of agricultural products including waste. This agricultural waste contains a lot of carbohydrates which have the potential to be processed into bioethanol. This study aims to review research related to bioethanol production from agricultural waste and see the potential for bioethanol production from agricultural waste in North Maluku. This research method is written based on literature study. Sources of data in this study came from: 1). Related research journal. 2). Related institutions (BPS Maluku Utara). Data processing is carried out in calculating the potential bioethanol that can be produced. The results of the study showed that there were 190,276,660,746 tons of waste in North Maluku. If converted into bioethanol, there will be 10,630,272.41 kiloliters of bioethanol. Thus, North Maluku has the potential for bioethanol production. I. PENDAHULUAN Salah satu faktor penting di dalam kehidupan manusia adalah energi. Krisis energi dunia merupakan masalah yang sedang dihadapi banyak negara termasuk Indonesia. Masalah ini dapat diatasi dengan upaya pemanfaatan sumber energi alternatif untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.5/2006, kurun waktu 2007-2010, pemerintah menargetkan mengganti 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol. Diperkirakan kebutuhan bioetanol akan meningkat 10% pada tahun 2011- 2015, dan 15% pada tahun 2016-2025. Pada kurun pertama 2007-2010 selama 3 tahun pemerintah memerlukan rata-rata 30.833.000 liter bioetanol/bulan. Saat ini bioetanol baru dapat dipasok sebanyak 137.000 liter setiap bulannya (0,4%). Hal ini berarti setiap bulan pemerintah kekurangan pasokan 30.696.000 liter bioetanol sebagai bahan bakar (Nurianti, 2007). Bioetanol adalah cairan biokimia yang bersumber dari karbohidrat dengan cara fermentasi glukosa dengan menggunakan bantuan mikroorganisme dilanjutkan dengan proses destilasi. Bahan yang mengandung karbohidrat dapat di peroleh dari limbah pertanian organik yang didalamnya mengandung gula, pati, selulosa, dan hemiselulosa. Limbah pertanian dan sampah organik memerlukan penanganan dan pemanfaatan secara serius agar tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan (kesehatan/sanitasi serta estetika/keindahan). Limbah pertanian umumnya mengandung pati, selulosa, dan hemiselulosa yang cukup tinggi.

Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

454

OPEN ACCES

Vol. 13No. 2: 454-463 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 454-463

Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di Maluku Utara

(Potential of Bioethanol Production from Local Agricultural Waste in

North Maluku)

Muhamad Sahman Hi. Luth1, Erna Rusliana Muhamad Saleh1 dan Nurjanna Albaar1

1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate -Indoensia Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]

Info Artikel:

Diterima : 02 Des. 2020

Disetujui : 04 Des. 2020

Dipublikasi : 05 Des. 2020

Artikel Penelitian

Keyword:

Bioethanol production, local

agricultural waste, North Maluku.

Korespondensi:

Muhamad Sahman Hi. Luth

Universitas Khairun, Ternate -

Indonesia

Email:

[email protected]

Copyright© Oktober

2019 AGRIKAN

Abstrak. Masalah krisis energi dunia yang dihadapi banyak negara termasuk Indonesia dapat diatasi

dengan pemanfaatan sumber energi alternatif untuk dijadikan sebagai bahan bakar seperti bioetanol. Maluku

Utara salah satu wilayah di Indonesia yang banyak hasil pertaniannya termasuk limbahnya. Limbah

pertanian ini banyak mengandung karbohidrat yang berpotensi untuk diolah menjadi bioetanol. Penelitian

ini bertujuan untuk mereview penelitian-penelitian terkait produksi bioetanol dari limbah pertanian dan

melihat potensi produksi bioetanol dari limbah pertanian di Maluku Utara. Metode penelitian ini ditulis

berdasarkan studi pustaka. Sumber data pada penelitian ini berasal dari : 1). Jurnal penelitian terkait. 2).

Lembaga lembaga terkait (BPS Maluku Utara). Pengolahan data dilakukan pada penghitungan potensi

bioetanol yang dapat dihasilkan. Hasil kajian menunjukkan terdapat limbah sebanyak 190.276.660,746 ton

di Maluku Utara. Limbah pertanian ini jika dikonversi menjadi bioetanol, maka terdapat sebanyak

10.630.272,41 kiloliter bioetanol. Dengan demikian, Maluku Utara sangat berpotensi untuk produksi

bioetanol.

Abstract. The problem of the world energy crisis facing many countries, including Indonesia, can be

overcome by using alternative energy sources to be used as fuel such as bioethanol. North Maluku is one of

the regions in Indonesia that has a lot of agricultural products including waste. This agricultural waste

contains a lot of carbohydrates which have the potential to be processed into bioethanol. This study aims to

review research related to bioethanol production from agricultural waste and see the potential for

bioethanol production from agricultural waste in North Maluku. This research method is written based on

literature study. Sources of data in this study came from: 1). Related research journal. 2). Related

institutions (BPS Maluku Utara). Data processing is carried out in calculating the potential bioethanol

that can be produced. The results of the study showed that there were 190,276,660,746 tons of waste in

North Maluku. If converted into bioethanol, there will be 10,630,272.41 kiloliters of bioethanol. Thus,

North Maluku has the potential for bioethanol production.

I. PENDAHULUAN

Salah satu faktor penting di dalam

kehidupan manusia adalah energi. Krisis energi

dunia merupakan masalah yang sedang dihadapi

banyak negara termasuk Indonesia. Masalah ini

dapat diatasi dengan upaya pemanfaatan sumber

energi alternatif untuk dijadikan sebagai bahan

bakar. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No.5/2006, kurun waktu 2007-2010, pemerintah

menargetkan mengganti 1,48 miliar liter bensin

dengan bioetanol. Diperkirakan kebutuhan

bioetanol akan meningkat 10% pada tahun 2011-

2015, dan 15% pada tahun 2016-2025. Pada kurun

pertama 2007-2010 selama 3 tahun pemerintah

memerlukan rata-rata 30.833.000 liter

bioetanol/bulan. Saat ini bioetanol baru dapat

dipasok sebanyak 137.000 liter setiap bulannya

(0,4%). Hal ini berarti setiap bulan pemerintah

kekurangan pasokan 30.696.000 liter bioetanol

sebagai bahan bakar (Nurianti, 2007).

Bioetanol adalah cairan biokimia yang

bersumber dari karbohidrat dengan cara

fermentasi glukosa dengan menggunakan bantuan

mikroorganisme dilanjutkan dengan proses

destilasi. Bahan yang mengandung karbohidrat

dapat di peroleh dari limbah pertanian organik

yang didalamnya mengandung gula, pati, selulosa,

dan hemiselulosa. Limbah pertanian dan sampah

organik memerlukan penanganan dan

pemanfaatan secara serius agar tidak memberikan

dampak buruk terhadap lingkungan

(kesehatan/sanitasi serta estetika/keindahan).

Limbah pertanian umumnya mengandung pati,

selulosa, dan hemiselulosa yang cukup tinggi.

Page 2: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

455

Kandungan kimia limbah pertanian tersebut dapat

dijadikan sebagai bahan baku dalam proses

pembuatan bioetanol (Khaidir, 2016).

Tanaman seperti pisang, singkong, jagung,

kakao, dan kelapa di Maluku Utara sangat

melimpah demikian juga limbahnya hal tersebut

sangat berpotensi untuk dijadikan bahan utama

dalam pembuatan bioetanol dan dapat

memberikan nilai tambah yang menguntungkan

dan bernilai ekonomi tinggi dalam upaya

pengembangan energi baru dan terbarukan dalam

hal ini untuk produksi bioetanol.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mereview hasil-hasil penelitian terkait produksi

bioetanol dari limbah pertanian dan melihat

potensi produksi bioetanol dari limbah pertanian

di Maluku Utara.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini ditulis berdasarkan hasil

kajian atau studi pustaka yang terkait dengan

bioetanol dari limbah pertanian lokal di Maluku

Utara. Metode penelitian meliputi pengambilan

data sekunder dari Badan Pusat Statistik berupa

data produksi pertanian, review jurnal terkait

dengan konversi bioetanol dari limbah pertanian

lokal, pengolahan data (penghitungan potensi

bioetanol yang dapat dihasilkan).

Komoditi pertanian yang dipilih merupakan

komoditi utama, yaitu komoditi pertanian lokal di

Maluku Utara. Komoditi tanaman perkebunan

yang dipilih adalah kelapa, dan kakao. Komoditi

bahan pangan pokok yaitu padi, jagung, dan ubi

kayu. Sedangkan untuk komoditi tanaman buah-

buahan meliputi nanas, pisang, dan durian. Nilai

potensi limbah dan potensi bioetanol yang dapat

diproduksi pada setiap komoditi diolah

berdasarkan jurnal-jurnal yang dijadikan

referensi.

Nilai limbah pertanian dari setiap komoditi

dihitung berdasarkan rumus (Susmiati, 2018) :

Jumlah limbah pada komoditi = Tingkat

produksi komoditi x % Nilai potensi limbah

Nilai bioetanol yang dapat dihasilkan dari

limbah pertanian yang ada pada setiap komoditi

(Susmiati, 2018) :

Jumlah bioetanol setiap komoditi = % Potensi

bioetanol x Jumlah limbah pada komoditi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Bioetanol

Bioetanol adalah cairan biokimia yang

diperoleh melalui proses fermentasi gula dari

sumber karbohidrat dengan menggunakan

bantuan mikroorganisme dilanjutkan dengan

proses destilasi. Bahan baku yang digunakan

adalah tanaman yang mengandung pati,

lignoselulosa, dan sukrosa. Dalam

perkembangannya produksi bioetanol yang paling

banyak digunakan adalah metode fermentasi dan

destilasi (Rizani, 2000).

Masyarakat pada umumnya lebih

mengetahui etanol atau etil sebagai alkohol

merupakan senyawa organik dengan rumus kimia

C2H5OH, dalam kondisi kamar, etanol berwujud

cairan yang tidak berwarna, mudah menguap,

mudah terbakar, mudah larut dalam air dan

tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik

golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia

etanol bergantung pada gugus hidroksil (Rizani,

2000).

Proses produksi etanol/bioetanol (alkohol)

bahan baku yang digunakan harus mengandung

pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses

konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut

air.Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses

pembuatannya dapat dibedakan berdasarkan zat

pembantu yang dipergunakan hidrolisa asam dan

hidrolisa enzim. Sedangkan hidrolisa asam

(misalnya dengan asam sulfat) kurang dapat

berkembang, sehingga proses pembuatan glukosa

dari pati-patian dipergunakan dengan hidrolisa

enzim. Dalam proses konversi karbohidrat

menjadi gula (glukosa) dilakukan dengan

penambahan air dan enzim, kemudian dilakukan

proses peragian atau fermentasi gula menjadi

etanol dengan menambahkan yeast atau ragi

(Nurdyastuti, 2008).

3.2. Tingkat Produksi Limbah Pertanian dan

Potensinya Sebagai Bahan Baku Bioetanol

Usaha pertanian merupakan salah satu

usaha yang menanam atau mengembangbiakan

tumbuhan untuk mendapatkan hasilnya dan

dijual untuk memenuhi kebutuhan pokok

misalnya pangan, dan kebutuhan-kebutuhan lain

yang merupakan kebutuhan tambahan.

Pengolahan hasil pertanian mulai dari proses

panen, sortasi, sampai dengan menjadi bahan atau

barang yang siap dikonsumsi hal ini akan

menyisakan bagian-bagian yang tidak

dimanfaatkan berupa limbah. Limbah pertanian

Page 3: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

456

umumnya mengandung pati, selulosa dan

hemiselulosa yang cukup tinggioleh karena itu

limbah pertanian tersebut dapat dijadikan sebagai

bahan baku dalam proses pembuatan bioetanol.

Konversi limbah pertanian menjadi bioetanol

telah dilakukan oleh beberapa peneliti

diantaranya adalah kulit pisang (Wusnahet al.,

2017), sabut kelapa (Jannahet al., 2017), tongkol

jagung (Fitrianiet al., 2013), kulit singkong (Erna et

al., 2016).

Ketersediaan limbah pertanian yang tinggi

menunjukan bahwa potensi bahan baku bioetanol

juga tinggi. Tabel 1 menunjukkan tingkat

produksi pertanian lokal di Maluku Utara untuk

beberapa bahan pokok pada tahun 2019 (Badan

Pusat Statistik, 2019), serta hasil perhitungan

jumlah limbah pertanian yang dapat dijadikan

sebagai bahan baku bioetanol serta potensi

bioetanol yang dapat dihasilkan dari limbah

tersebut.

Tabel 1. Potensi limbah pertanian lokal dan produksi bioetanol di Maluku Utara

Komoditi

Hasil

Produksi

(ton)

Potensi limbah Potensi bioethanol komoditi

Nilai

(%)

Jumlah

Limbah

(ton)***

Jenis Pustaka Nilai %

(v/b)

Pustaka Jumlah ***

Bioetanol

(kiloliter)

Pisang 86.267* 213

18.374,871 Batang,

tongkol,

daun

Bey-Ould Si

Said et al.,

(2016) Guerrero

et al., (2018)

4,4

Guerrero

et al.,

(2018)

808,494,324

Nenas 35.285* 77,5

27.345,875

Sampah

padatan

Seguí et al.,

(2018)

5,4

Seguí, et

al., (2018)

1.476.677,25

Durian 23.827* 79,48 189.376.99 Kulit

dan biji

Anggorowati et

al., (2015)

3,38

Anggoro

wati et al.,

(2015)

6.400.942,46

48

Kakao 960* 74 7.104 Kulit

kakao

Listyati, (2015) 10,9

Pratiwiet

al.,(2010)

774,336

Kelapa 21.000* 33,33 69.993 Sabut

kelapa

Anggorowti et

al., ( 2013)

0,013

Anggoro

wati et al.,

(2013)

9,09909

Padi

37.946*

150 56.919 Jerami

Jannah, (2010)

8,96

Hayuning

tyas et al.,

(2014)

5.099,9424

Jagung 11728,00*

*

30

351.840 Tongkol

jagung

Fachry et al.,

(2013)

1,3

Fachry et

al., (2013)

457.392

Singkong 30674,00*

*

12

368.088 Kulit

Erna et al.,

(2017)

6

Erna et

al., (2017)

2.208.528

Jumlah 190.276.660,746 10.630.272,41

*Data BPS Maluku Utara (2019)

** Data BPS Maluku Utara (2015)

*** Perhitungan (Susmiati, 2018)

3.3. Pengolahan Bioetanol dari Limbah Pertanian

dan Sampah Organik

Etanol (C2H5OH) merupakan salah satu

alternatif sumber energi yang dapat menggantikan

gasolin/bensin (C7H17) karena mempunyai

beberapa kelebihan. Etanol mengandung angka

oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

bensin yaitu 106-111, sehingga dapat digunakan

untuk meningkatkan oktan bensin menjadi 91-96.

Tingginya angka oktan pada etanol juga dapat

digunakan untuk mengurangi knocking atau

ketukan pada mesin selama proses pembakaran.

Nilai entalpi penguapan pada etanol 1177 kJ/kg

pada su-hu 60oC, sedangkan bensin 348 kJ/kg pada

suhu 60oC. Bioetanol juga lebih ramah lingkungan

karena mengandung 34,7% oksigen yang tidak

terdapat pada bensin, sehingga efisiensi

pembakaran bioetanol 15% lebih tinggi

dibandingkan dengan bensin (Zabed et al., 2017).

Bioetanol dapat diproduksi dari bahan-

bahan yang mengandung berupa gula, pati dan

lignoselulosa. Dalam proses pengolahannya secara

umum bahan baku diolah melalui tiga tahap

proses yang utama yaitu sakarifikasi, fermentasi

Page 4: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

457

dan pemurnian. Proses sakarifikasi adalah proses

pengubahan bahan menjadi gula sederhana yang

dilakukan tergantung dari jenis bahannya. Proses

sakarifikasi diperlukan pada bahan yang

mengandung pati dan lignoselulosa namun tidak

diperlukan pada bahan yang mengandung gula.

Pada proses sakarifikasi terdapat proses

pretreatment (perlakuan awal) dan proses

hidrolisis yang tujuannya mengubah polisakarida

menjadi monosakarida. Setelah itu dilanjutkan

dengan proses fermentasi, yaitu pengubahan gula

menjadi etanol yang dilakukan oleh

mikroorganisme.Kemudian dilanjutkan dengan

proses pemurnian untuk memisahkan air dengan

etanol.(Zabed et al., 2017).

Proses pembuatan bioetanol dari limbah

pertanian secara umum dapat dilihat pada Gambar

1.

Gambar 1. Proses pembuatan bioetanol dari limbah pertanian secara umum (Susmiati, 2018).

Dalam peroses pembuatan bioetanol ada

beberapa macam mikroorganisme yang digunakan

misalnya bakteri :Clostridium acetobutylicum,

Klebsiella pnemoniae, Leuconoctocmesenteroides,

Sarcina ventriculi, Zymomonas mobilis,. Fungi :

Aspergillus oryzae, Aspergillus niger, Endomyces

lactis,Kloeckera sp., Kluyreromyces fragilis, Mucor

sp., Neurosporacrassa, Rhizopus sp., Saccharomyces

beticus, S. cerevisiae,S.ellipsoideus, S. oviformis, S.

saki, Torula sp. Bioetanol hasil fermentasi

kemudian destilasi dan dehidrasi sehingga

didapatkan etanol murni(Rahmawati 2010).Dalam

proses produksi bioetanol, ada beberapa macam

teknologi yang dikembangkan tergantung dari

jenis bahan baku yang tersediamisalnya

sakarifikasi simultan dan fermentasi (SSF),

prehydrolysis simultan sakarifikasi dan fermentasi

(PSSF), sakarifikasi simultan dan cofermentasi

(SSCF) dan konsolidasi bioprocessing (CBP)

(Chintaguntaet al., 2017).

Teknologi proses produksi etanol dari

limbah dan sampah organik yang bisa

dikembangkan secara terintegrasi untuk

mengoptimalkan proses yaitu (Hafid et al., 2017).

a. Separate Hydrolysis and Fermentation (SHF):

proses hidrolisis yang dilakukan terpisah dari

proses fermentasi, sehingga masing-masing

pada reaktor yang berbeda. Proses ini

memerlukan biaya yang cukup besar karena

proses hidrolisis merupakan tahapan tersendiri

yang perlu waktu, tenaga, investasi reaktor,

begitu juga dengan proses fermentasinya.

Page 5: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

458

b. Simultaneous Saccharification and Fermentation

(SSF): proses hidrolisis dan fermentasi pada

satu reaktor, sehingga menghemat waktu dan

biaya produksi. Produksi enzim dilakukan di

luar reaktor untuk hidrolisis dan fermentasi.

c. Consolidated Bioprocessing (CPB): hampir sama

dengan SSF yaitu proses hidrolisis dan

fermentasi dalam satu reaktor, akan tetapi di

dalam reaktor yang sama juga dilakukan

pertumbuhan mikroba/enzim penghidrolisis.

Untuk mendapatkan etanol yang optimal

harus memperhatika beberapa faktor pada proses

fermentasi menurut Desrosier (1987), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi prosesfermentasi,

antara lain adalah sebagai berikut :

a. pH

Mikroba tertentu akan tumbuh pada kisaran

pH yang sesuai untuk pertumbuhannya.

Misalnya enzim selulase pada pH 4,5-5.

Demikian juga Saccharomyces cerevi-siae dapat

menghasilkan etanol dengan optimal pada pH 4

– 5 dan Zimomonas mobilis optimal pada pH 5 –

6.

b. Suhu

Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan

mempengaruhi mikroba yang berperan dalam

proses fermentasi. Suhu optimal pada proses

fermentasi yaitu 350C dan 400C.

c. Oksigen

Derajat an aerobiosis adalah merupakan faktor

utama dalam pengendalian fermentasi.Bila

tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi

sel-sel khamir dipacu.Bila produksi alkohol

yang dikehendaki, maka diperlukan suatu

penyediaan O2 yang sangat terbatas.Produk

akhir dari suatu fermentasi sebagian

dapatdikendalikan dengan tegangan O2

substrat apabila faktor-faktor lainnyaoptimum.

d. Substrat

Mikroba memerlukan substrat yang

mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan

untuk pertumbuhannya. Proses pengolahan

limbah pertanian menjadi bioetanol dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Proses pengolahan limbah pertanian menjadi bioetanol

Jenis Limbah

Pertanian Proses pengolahan Sumber

Tongkol jagung Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan

destilasi

Delignifikasi, hidrolisis, fermentasi dan

destilasi

Mushlihah et al.,(2013)

Fachry et al.,(213)

Kulit singkong Delignifikasi, hidrolisis, fermentasi, destilasi Erna et al., (2017)

Sabut kelapa Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan

destilasi

Anggorowatiet al.,(2013)

Air kelapa Fermentasi destilasidan dehidrasi. Marlina et al., (2020)

Kulit pisang Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan

destilasi

Seftian et al,(2012)

Kulit kakao Pretreatment, hidrolisis,detoksifikasi,

fermentasi dan destilasi

Uyun, (2019)

Kulit nanas

Hidrolisis, detoksifikasi, fermentasi dan

destilasi

Pintoet al., (2016)

Kulit sukun Hidrolisis, fermentasi dan Evaporasi Fardianaet al., (2018)

Kulit pepaya fermentasi dan distilasi Nasrun et al., (2017)

Biji alpukat Hidrolisis, fermentasi dan destilasi Sukaryoet al.,(2018)

Biji salak Hidrolisis, fermentasi dan destilasi Anggraeni et al.,(2017)

Kulit durian Pretreatment, liquifikasi, sakarifikasi,

fermentasi, dan destilasi

Irhamni et al., (2015)

3.4. Karakteristik Bioetanol yang akan Dihasilkan

di Maluku Utara

Bioetanol merupakan cairan hasil proses

fermentasi gula dari sumber karbohidrat (selulosa)

menggunakan bantuan mikroba. Produksi

bioetanol dari tanaman yang mengandung

selulosa, dilakukan melalui proses konversi

lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa

metode diantaranya dengan hidrolisis fisik, kimia,

dan biologi (Khairani, 2007).

Bioetanol yang akan dihasilkan di Maluku

Utara ini tidak berdampak buruk terhadap

masyarakat setempat karenabioetanol merupakan

bahan bakar alternatif yang memiliki keunggulan

mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%.

Page 6: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

459

Bioetanol memiliki karakteristik mudah menguap,

mudah terbakar, larut dalam air, tidak

karsinogenik, dan tidak berdampak negatif pada

lingkungan. Karakteristik Bioetanol dari limbah

pertanian yang dapat dihasilkan di Maluku Utara

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Bioetanol

Jenis limbah

pertanian Pustaka Bietanol Glukosa Fermentasi Ragi pH

Tongkol jagung Mushlihah et al., (2013) 10,48% 12% 8 hari - 4-6

Kulit singkong Erna et al., (2017) 6,00% 9,9% 8 hari 14 g 4,5

Sabut kelapa Anggorowati et al.,(2013) 0,01289%. 17,4% 7 hari 1 g 5

Kulit kakao Uyun, (2019) 1,07%. 0,25% 72 jam 2 g 4.5-5

Kulit nanas Setyawatiet al., (2017) 3,965%. 5,1075% 10 hari 30 g 4-5

Kulit sukun Fardiana et al., (2018) 9%, 0,68% 3 hari 2 g 5

Biji alpukat Sukaryoet al.,(2018) 4 % - 9 hari -

Kulit pisang Seftian et al, (2012) 13,1154 %. - 5 hari 4 gr 5

Kulit durian Irhamniet al., (2015) 3,38 % - 48 jam - 4,5

Jerami padi Ariyaniet al., (2013) 6,405% 70,85 ppm 13 har 7 g 5

Biji salak Anggraeni et al., (2017) 11,2%. - 48 jam 2 g 5

Air kelapa Marlina et al., (2020) 29,71% 4,2555%. 3 hari 3 g 4,5

Kulit buah pepaya Nasrun et al., (2017) 6,234 %. - 4 hari 15 g 4,0-5,0

Bioetanol mempunyai manfaat untuk

dikonsumsi manusia sebagai minuman

beralkohol. Selain itu, bioetanol dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan

kandungan minimal 10 % etanol (Seftian et al.,

2012). Biaya produksi bioetanol di Maluku Utara

sendiri tergolong murah karena sumber bahan

baku berasal dari limbah pertanian yang memiliki

nilai ekonomis yang rendah (Novia et al., 2014).

Sifat fisik etanol secara umum dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Sifat Fisik Etanol

Parameter sifat fisik

Massa molekul relative

Titik beku

Titik didih normal

Dentitas pada 200C

Kelarutan dalam air 200C

Viskositas pada 200C

Kalor spesifik, 200C

Kalor pembakaran, 250C

Kalor penguapan 78,320C

46,07 g/mol

-114,10C

78,320C

0,7893 g/ml

sangat larut

1,17 cP

0,579 kal/g0C

7092,1 kal/g

200,6 kal/g

Sumber :Rizani(2000).

Pemanfaatan bioetanol diarahkan untuk

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

bauran energi nasional (national energy mix)

terutama sebagai bahan bakar pencampuran

ataupun pensubstitusi bensin. Pemerintah melalui

Dewan Standarisasi Nasional (DSI) telah

menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

untuk bioetanol dengan tujuan melindungi

konsumen (dari segi mutu), produsen.(BSN, 2012).

Standar Nasional Indonesia (SNI) bioethanol

disusun oleh Panitia Teknis Energi Baru dan

Terbarukan (PTEB) melalui tahapan baku tata cara

perumusan standar nasional. Penyusunan

bioetanol terdenaturasi untuk gasohol ini

dilakukan dengan memperhatikan standar sejenis

yang sudah berlaku di negara-negara lain yang

pemakaian bioetanolnya sudah luas dan mencapai

tahap komersial. Faktor lain yang juga

diperhatikan adalah keberagaman bahan baku

bioethanol di tanah air (BSN, 2012).

Bioenergi melalui proses/prosedur

perumusan standar dan terakhir dibahas dalam

Forum Konsensus Panitia Teknis Bioenergi di

Bali pada tanggal 1 Desember 2011, yang dihadiri

oleh anggota panitia teknis dan narasumber

terkait. SNI bioetanol ini merupakan revisi dari

SNI 7390:2008, bioethanol terdenaturasi untuk

gasohol, yang disusun dengan memperhatikan

masukan dari konsumen, produsen dan penyalur

serta standar sejenis yang sudah berlaku

Page 7: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

460

dinegara-negara lain yang pemakaian

bioetanolnya sudah luas dan mencapai tahap

komersial. Secara substansial perubahan dari

SNI7390:2008 adalah perubahan syarat kadar

metanol, penambahan denaturan baru denatonium

benzoat, perubahan kadarair, perubahan kadar

klorin, dan penghapusan parameter pH(BSN,

2012).

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia (SNI)

bioetanol yang disusun oleh Panitia Teknis Energi

(SNI 7390:2012).

Tabel 5. Standar Nasional Indonesia (SNI 7390:2012)

No Parameter uji Satuan

Min/maks

Persyaratan

1. Kadar etanol %-v, min. 99,5 (setelah

didenaturasi dengan

denatonium benzoate)

94,0 (setelah

didenaturasi dengan

hidrokarbon

2. Kadar methanol %-v,maks 0,5

3. Kadar air %-v,maks 0,7

4. Kadar denaturan hidrokarbon atau

denatonium benzoate

%-v 2-5

4-10

5. Kadar tembaga (Cu) mg/L 0,1

6. Keasaman sebagai asam asetat mg/kg,maks 30

7. Tampakan Jernih dan terang, tidak ada

endapan dan kotoran

8. Kadar ion klorida(CI-) mg/L,maks 20

9. Kandungan belerang (S) mg/L,maks 50

10. Kadar getah purwa dicuci (washed gum) 5

Sumber : BSN (2012)

IV. PENUTUP

Berdasarkan penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa Maluku Utara memiliki

potensi limbah pertanian yang mengandung pati,

gula dan selulosa tinggi yang merupakan bahan

baku pembuatan bioetanol. Hasil kajian yang

telah dilakukan, diketahui bahwa di Maluku Utara

tersedia limbah sebanyak 190.276.660,746 ton.

Ketersediaan limbah pertanian itu dapat

dikonversi menjadi bioetanol sebanyak 10.630.

272,41 kiloliter. Banyaknya sampah kemudian

dikonversi menjadi bioetanol maka di Maluku

Utara sangat berpotensi untuk produksi bioetanol.

Saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya

pembahasan lanjut tentang peluang pasar

bioetanol di Maluku Utara dan kajian

pemanfaatan bioetanol sebagai pengganti minyak

tanah.

REFERENSI

Andari, Y., Mulyadi, A. H., dan Puspawiningtyas, E. 2015. Pengaruh konsentrasi ragi dan waktu

fermentasi pada proses pembuatan bioetanol dari air kelapa. Prosiding Senatek Fakultas Teknik

Ump.

Anggraeni, Y., Supriadi, S., dan Mustapa, K. Pembuatan Bioetanol Dari Biji Salak (Salacca edulis)

Melalui Fermentasi. Jurnal Akademika Kimia, 6(3), 191-195.

Anggorowati, D. A., dan Dewi, B. K. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Sabut Kelapa Dengan

Metode Hidrolisis Asam dan Fermentasi Dengan Menggunakan Ragi Tape. Industri Inovatif :

Jurnal Teknik Industri, 3(2), 9–13.

Anggorowati, D. A., Pampang, H., dan Yunita, L. 2015. Potensi Limbah Kulit Durian Sebagai Bahan Baku

Pembuatan Energi Alternatif.In Seminar Nasional Teknologi 2015 (pp. 843–850).Institut

Teknologi Nasional Malang.

Page 8: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

461

Anisah, D., Herliati, H., dan Widyaningrum, A. 2014.Pemanfaatan Sampah Sayuran Sebagai Bahan Baku

Pembuatan Bioetanol. JURNAL KONVERSI, 3(1).

Ariyani, E., Kusumo, E., dan Supartono, S. 2013. Produksi Bioetanol dari Jerami Padi (Oryza sativa

L). Indonesian Journal of Chemical Science, 2(2).

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Pertanian Hortikultura Sayuran dan Buah-Buahan.Retrieved from

https://malut.bps.go.id/publication/2019/11/27.Html, Provinsi Maluku Utara.

(BSN).Badan Standarisasi Nasional 2012.Bioetanol Terdenaturasi untuk Gasohol (SNI 7390:2012).

Rancang Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Bey-Ould Si Said, Z., Haddadi-Guemghar, H., Boulekbache-Makhlouf, L., Rigou, P., Remini, H.,

Adjaoud, A., dan Madani, K. 2016. Essential Oils Composition, Antibacterial and Antioxidant

Activities of Hydrodistillated Extract of Eucalyptus Globulus Fruits.

Chintagunta, A. D., Ray, S., dan Banerjee, R. 2017. An Integrated Bioprocess for Bioethanol and

Biomanure Production from Pineapple Leaf Waste. Journal of Cleaner Production, 165, 1508–

1516. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.07.179.

Desrosier, N. W. 1987. Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas, Jakart . Indonesia Press.

Eni R., W.Sari, Rosdiana Moeksin, 2015. Pembuatan Bioetanol dari Air Limbah Cucian Beras

Mengunakan Metode Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi. Jurusan Teknik Kimia, Universitas

Sriwijaya, Palembang.

Erna, E., Said, I., dan Abram, P. H. 2016. Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong (Manihot Esculenta

Crantz) melalui Proses Fermentasi. Jurnal Akademika Kimia, 5(3), 121-126.

Fachry, A. R., Astuti, P., dan Puspitasari, T. G. 2013.Pembuatan bietanol dari Limbah Tongkol Jagung

dengan Variasi Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu fermentasi. Jurnal Teknik Kimia, 19(1).

Fardiana, F., Ningsih, P., dan Mustapa, K. 2018.Analisis Bioetanol dari Limbah Kulit Buah Sukun

(Artocarpus altilis) dengan Cara Hidrolisis dan Fermentasi. Jurnal Akademika Kimia, 7(1), 19-22.

Fitriani, F., Bahri, S., dan Nurhaeni, N. 2013.Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil

Proses Delignifikasi. Natural Science: Journal of Science and Technology, 2(3).

Guerrero, A. B., Ballesteros, I.,dan Ballesteros, M. 2018. The Potential of Agricultural Banana Waste for

Bioethanol Production.Fuel, 213, 176–185. https://doi.org/10.1016/j.fuel.2017.10. 105.

Hafid, H. S., Rahman, N. A. A., Shah, U. K. M., Baharuddin, A. S., dan Ariff, A. B. 2017. Feasibility of

Using Kitchen Waste as Future Substrate for Bioethanol Production: A review. Renewable and

Sustainable Energy Reviews, 74, 671–686. https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.02. 071.

Hayuningtyas, S. K., Sunarto, dan Sari, A. L. A. 2014.Produk Bioetanol dari Jerami padi (Oryza sativa)

melalui Hidrolisis Asam dan Fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae.Bioteknologi, 11(1),

1–4. https://doi.org/10.13057/biotek/c110101.

Haryono, G., Sugiantoro, B., Farid, H., dan Tanoto, Y. 2010. Ekstrak Bahan Alam sebagai Inhibitor

Korosi. Ekstrak Bahan Alam sebagai Inhibitor Korosi.

Irhamni, I., Diana, D., Saudah, S., Mulyati, D., Suzanni, M. A., dan Ernilasari, E. 2017.Produksi Bioetanol

dari Limbah Kulit Durian.In Prosiding SEMDI-UNAYA (Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu

UNAYA) (Vol. 1, No. 1, pp. 281-288).

Page 9: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

462

Jannah, A. M. 2010. Proses Fermentasi Hidrolisat Jerami Padi Untuk Menghasilkan Bioetanol. Jurnal

Teknik Kimia, 17(1).

Jannah, A. M. 2017. Pemanfaatan Sabut Kelapa Menjadi Bioetanol dengan Proses Delignifikasi Acid-

Pretreatment. Jurnal Teknik Kimia, 23(4), 245-251.

Khairani, R.,2007.Tanaman Jagung Sebagai Bahan Bio-fuel. Program Studi Teknik Kimia Fakultas

Teknik.Universitas Indonesia.

Khaidir 2016. Pengolahan Limbah Pertanian Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Agricultural Waste

Processing As Alternative, Universitas Malikussaleh, Aceh.

Kumala Sari, R. 2019. Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida (HCl) dan Waktu Hidrolisis terhadap

Kandungan Glukosa dan Kadar Bioetanol dari Limbah Kulit Kakao (Theobroma cacao

L.) [Doctoral dissertation] Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Listyati, D. 2015. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani dari Kulit Buah Kakao.Sirkuler Inovasi:

Tanaman Industri Dan Penyegar, 3(3), 145–156.

Marlina, L., dan Hainun, W. N. 2020.Pembuatan Bioetanol dari Air Kelapa Melalui Fermentasi dan

Destilasi-Dehidrasi Dengan Zeolit. Jurnal TEDC, 14(3), 255-260.

Mardalis.1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara, Jakarta.

Mushlihah, S., dan Trihadiningrum, Y. 2013.Produksi Bioetanol dari Limbah Tongkol Jagung sebagai

Energi Alternatif Terbarukan.In Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VXIII (pp.

D–15–1 – D–15–8). Surabaya: Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Sepuluh Nopember.

M. Nazir, 1988.Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nasrun, N., Jalaluddin, J., dan Mahfuddhah, M. 2017. Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi

terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya. Jurnal Teknologi

Kimia Unimal, 4(2), 1-10.

Novia, N., Windarti, A., dan Rosmawati, R. 2014. Pembuatan Bioetanol dari Jerami Padi Dengan Metode

Ozonolisis–Simultaneous Saccharification And Fermentation (SSF). Jurnal Teknik Kimia, 20(3).

Nurianti, Y. 2007. Pasok Langsung ke Pertamina.http://www.trubus-online.com diakses 27 Agustus 2020.

Nurdyastuti, I .2008.Prospek Pengembangan Biofuel sebagai Substitusi Bahan Bakar

Minyak.http://www.sinar harapan.com.diakses27 Agustus 2020.

Pinto, C. J., dan Katerina, F. J. 2016.Pembuatan Bioetanol dari Kulit Nanas. Jurnal Inovasi Proses, 1(2), 63-

67.

Pratiwi, Eka, P., Yatim, M., dan Edahwati, L. 2010.Pemanfaatan limbah kulit buah cokelat sebagai

bioethanol.In Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono “Ketahanan

Pangan dan Energi” (pp. 1–10). Universitas Pembangunan Veteran, Surabaya.

Purwati, L. S. 2016. Efektivitas Penggunaan Bioetanol dari Limbah Pulp Kakao (Theobroma cacao L.)

terhadap Lama Pembakaran Kompor bioetanol [Doctoral dissertation] Institut Teknologi

Sepuluh Nopember, Surabaya.

Rahmawati, A. 2010.Pemanfaatan Limbah Kulit Ubi Kayu (Manihot Utilissima Pohl.) dan Kulit Nanas

(Ananas Comosus L.) pada Produksi Bioetanol Menggunakan Aspergillus Niger.Universitas

Sebelas MaretSurakarta.

Page 10: Potensi Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian Lokal di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

463

Retno, D. T., dan Nuri, W. 2011.Pembuatan Etanol dari Kulit Pisang.In Prosiding Seminar Nasional

Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya

Alam Indonesia (pp. 11–1 – 11–7).Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

Rilek, N. M., Hidayat., N dan Sugiarto. Y. 2017. Hidrolisis Lignoselulosa Hasil Pretreatment Pelepah

Sawit (Elaeis guineensis Jacq) menggunakan H2SO4 pada Produksi Bioetanol.Jurnal Teknologi

dan Manajemen Agroindustri. 6 (2): 76-82.

Rizani, K. Z. 2000. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi dan Inokulum (Saccharomyces cerevisiae) Pada

Proses Fermentasi Sari Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) untuk Produksi Etanol.Skripsi.

Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya,

Surabaya.

Seftian, D., Antonius, F., dan Faizal, M. 2012.Pembuatan Etanol dari Kulit Pisang Menggunakan Metode

Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia, 18(1).

Setyawati, H., dan Rahman, N. A. 2017.Bioetanol dari Kulit Nanas Dengan Variasi Massa Saccharomyces

Cereviceae dan Waktu Fermentasi. Bioethanol from Pineapple Peel with Saccharomyces

cereviceae Mass and Fermentation Time Variation.Institut Teknologi Nasional, Malang.

Sugiarta, I. K. A., Kusuma, I. G. B. W., dan Santhiarsa, I. G. N. N. 2017. Pengujian Alat Konversi Sampah

Menjadi Etanol. Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional Dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin, 3(1),

53–59.

Seguí Gil, L., dan Fito Maupoey, P. 2018. An Integrated Approach for Pineapple Waste

Valorisation.Bioethanol Production and Bromelain Extraction from Pineapple Residues.Journal

of Cleaner Production, 172, 1224–1231. https://doi.org/10. 1016/j.jclepro.2017.10.284.

Sukaryo, S., dan Subekti, S. 2018. Bioetanol dari Limbah Biji Alpokat di Kabupaten Semarang. Neo

Teknika, 3(1).

Sukowati, A., Sutikno, dan Rizal, S. 2014. Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang melalui Hidrolisis Asam

Sulfat. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, 19(3), 274–288.

Susanti, A. D., Prakoso, P. T., dan Prabowo, H. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Nanas Melalui

Hidrolisis Dengan Asam. Ekuilibrium Journal of Chemical Engineering, 12(1), 11-16.

Susmiati, Y. 2018. Prospek Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian dan Sampah Organik. Industria:

Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 7(2), 67-80.

Uyun, V. Q. 2019. Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) dan Waktu Hidrolisis terhadap

Kandungan Glukosa dan Kadar Bioetanol dari Limbah Kulit Kakao (Theobroma cacao

L.) Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Widyatmoko, H., dan Duhita, S. A. 2012.Pembuatan Etanol dari Limbah Ampas Kelapa dengan

Menggunakan Rhizopus olisgoporus dan Saccharomyces cereviseae dengan Penambahan

Phospat.Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 6(1), 15–22.

Wusnah, W., Bahri, S., dan Hartono, D. 2017.Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok (Musa

acuminata BC) secara Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 5(1), 57-65.

Zabed, H., Sahu, J. N., Suely, A., Boyce, A. N., dan Faruq, G. 2017. Bioetanol Production from Renewable

Sources: current Perspectivesand Technological Progress. Renewable and Sustainable Energy

Reviews, 71, 475–501.