33
POTRET KEMISKINAN DI WILAYAH TOMANG TUGAS MATAKULIAH : KEMISKINAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DOSEN: RINALDI RUSTAM SE,ME Disusun oleh: ROGHIEBAH JADWA FARADISI 023050693 SILVIA NOVITASARI 022080256 GARINDRA LAKSIDA 022090093 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRISAKTI

Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

POTRET KEMISKINAN DI WILAYAH TOMANG

TUGAS MATAKULIAH : KEMISKINAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

DOSEN: RINALDI RUSTAM SE,ME

Disusun oleh:

ROGHIEBAH JADWA FARADISI 023050693

SILVIA NOVITASARI 022080256

GARINDRA LAKSIDA 022090093

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2013

Page 2: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan petunjuk

kepada kami sehinggadapat menyelesaikan makalah yang berjudul “POTRET

KEMISKINAN DI WILAYAH TOMANG” pada mata kulliah Kemiskinan danPembangunan

Ekonomi dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sumiyarti, SE.

ME. selaku dosen pembimbing mata kuliah Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi.,

Sehingga kami selaku mahasiswa/i dapat sedikit demi sedikit memahami materi-materi yang

telah disampaikan secara bertahap mengikuti silabus yang telah disusun pada awal pertemuan

kuliah.

Akhirnya dalam penyusunan makalah ini tentunya masih terdapat kesalahan baik dari

segi penulisan kata maupun penggunaan istilah, untuk itu kritik dan sarannya sangat kami

harapkan dari pembaca guna perbaikan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta , Juni 2014

Penulis

Page 3: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan akhir pembangunan nasional adalah “mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia”. Karena ini merupakan sila terakhir pancasila, maka kita selalu

menekankan bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu merupakan upaya pengamalan

pancasila. Mengamalkan pancasila sebagai ideology bangsa berarti bahwa setiap sila harus

dapat kita amalkan yaitu: sila pertama dan kedua sebagai landasan moralnya, sila ketiga

dan sila keempat sebagai cara atau metode kerjanya, dan sila kelima sebagai tujuan akhir

dari pengamalannya. 

Tidak diragukan bahwa pembangunan nasional kita dewasa ini memang masih

belum sampai pada tujuan akhir yaitu keadilan sosial, karena kemakmuran (nominal)

masyarakat yang meskipun rata-rata sudah meningkat 10-15 kali dalam periode hamper 30

tahun, belum dinikmati oleh semua orang secara benar-benar merata. Bahkan ada

ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang besar antara mereka yang kaya, yang

sudah mampu menikmati kemakmuran dan kesejahteraan yang tinggi, dengan mereka

yang masih pada tahap rata-rata atau bahkan dibawah rata-rata. Dan di bawah tingkat

pendapatan rata-rata ini masih cukup banyak warga bangsa kita yang hidup di bawah garis

kemiskinan.

Demokrasi ekonomi bukanlah sekedar cara mengatur sistem perekonomian tetapi

sekaligus pada tercapainya hasil akhir pelaksanaan sistem ekonomi (yang berdasar atas

asas) kekeluargaan. Artinya, pelaksanaan sistem ekonomi kekeluargaan yang bermoral

pancasila harus menghasilkan kemakmuran masyarakat seluruhnya secara merata. Inilah

yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial. Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang

makmur dan sekaligus pembagiannya merata (adil dan makmur). 

Penilaian atas keberhasilan pembangunan nasional kita dapat dilakukan dengan

mengadakan penilaian atas keberhasilan pelaksanaan Trilogi Pembangunan yaitu

pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Namun pada kenyataannya

masalah-masalah seperti kemiskinan dan pengangguran atau kesempatan kerja belum

dapat di atasi dengan baik oleh pemerintah. Dalam undang-undang telah disebutkan bahwa

sistem perekonomian berdasar atas asas kekeluargaan, yang berarti bahwa sumber daya

alam yang merupakan“pokok-pokok kemakmuran rakyat” dikuasai oleh negara dan

Page 4: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Banyak program-program yang

sudah dilakukan pemerintah namun masalah-masalah terutama masalah ekonomi belum

juga dapat teratasi dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka kami melakukan survey yang lebih mendalam

tentang keadaan sebenarnya di lapangan. Bagaimana kemiskinan ini dapat kita analisis,

dan dari segi apakah kemiskinan ini terjadi. Kami melakukan survey di daerah

permukiman padat penduduk yang dekat dengan kampus A Universitas Trisakti, tempat

kami menimba ilmu.

Wilayah Kelurahan Kalianyar merupakan kawasan atau wilayah yang cukup padat

penduduk dan terletak di pinggiran sungai.

Satu tahun yang lalu wilayah Setiakawan Ujung ini mengalami kebakaran dan banjir

yang disebabkan oleh konsleting listrik dan saluran yang tersendat oleh sampah, peristiwa

ini menghabiskan beberapa rumah di kawasan ini, sehingga semakin memperberat kondisi

perekonomian keluarga di sekitar kawasan Kelurahan Kalianyar – Jakarta Barat.

Daerah tujuan survey kami yaitu di Kelurahan Kalianyar, kecamatan Tambora, lebih

tepatnya di Jl. Kalianyar 9, di Wilayah Jakarta Barat.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian survey yang kami lakukan, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi sebenarnya daerah masyarakat miskin yang disurvey?

2. Apakah program pro-poor policy yang dicanankan pemerintah sudah dirasakan

dengan baik oleh masyarakat tersebut?

3. Apakah kemiskinan di daerah tersebut dapat diatasi, jika dilihat dari tingkat

keparahan, tingkat kesenjangan dan Gini Ratio yang dihitung?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya daerah masyarakat miskin yang

disurvey?

2. Untuk mengetahui sejauh mana program pro-poor policy yang dicanangkan

pemerintah sudah dirasakan dengan baik oleh masyarakat tersebut?

Page 5: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

3. Untuk mengetahui apakah kemiskinan di daerah tersebut dapat diatasi, jika

dilihat dari tingkat keparahan, tingkat kesenjangan dan Gini Ratio yang

dihitung?

Page 6: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

BAB II

ISI

2.1. KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN KEMISKINAN

Kemiskinan adalah keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya

sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan

tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Adapun ciri-ciri kemiskinan pada umumnya adalah. Pertama pada umumya mereka tidak

memiliki faktor produksi seperti tanah modal ataupun keterampilan sehingga kemmpuan

untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas. Kedua mereka tidak memmiliki

kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Ketiga tingkat

poendidikan rendah waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan mendapatkan

pendapatan penghasilan. Keempat kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Kelima

mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak didukung oleh keterampilan

yang memadai.

B.JENIS-JENIS KEMISKINAN DAN DEFINISINYA 

Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada

gariskemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan

relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan

disebut kemiskinan absolut 

•    Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi

pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari

distribusi yang dimaksud.

•    Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan

minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.

C.PENYEBAB KEMISKINAN

Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut

sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang

Page 7: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan. Adapun faktor-

faktor penyebab kemiskinan yaitu:

•    Tingkat dan laju pertumbuhan output

•    Tingkat upah neto

•    Distribusi pendapatan

•    Kesempatan kerja

•    Tingkat inflasi

•    Pajak dan subsidi

•    Investasi

•    Alokasi serta kualitas SDA

•    Ketersediaan fasilitas umum

•    Penggunaan teknologi

•    Tingkat dan jenis pendidikan

•    Kondisi fisik dan alam

•    Politik

•    Bencana alam

•    Peperangan

D.    DAMPAK DARI KEMISKINAN TERHADAP MASYARAKAT

Banyak dampak yang terjadi yang disebabkan oleh kemiskinan diantaranya adalah sebagai

berikut:

1.    Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dan sangat rendah 

Ini berarti dengan adanya tingkat kemiskinan yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang

tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.

2.    Tingkat kematian meningkat

    Ini dimaksudkan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang mengalami kematian akibat

kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan

yang di alami.

3.    Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena tidak mampu untuk membeli

kebutuhan akan makanan yang mereka makan sehari-hari

4.    Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah) ini menyebabkan masyarakat

Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk memperoleh pekerjaan dan tidak

memiliki keterampilan yang cukup untuk memperoleh pendapatan

Page 8: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

5.    Tingkat kejahatan meningkat

    Masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh pendapatan dengan cara-cara

kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai modal yaitu ilmu dan

ketermpilan yang cukup.

E. KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN 

Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan

bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.

Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni:

1.    Pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan

2.    Pemerintahan yang baik (good governance)

3.    Pembangunan sosial

Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai

dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu:

a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi

pedesaan

b. Intervensi jangka menengah dan panjang seperti:

    - Pembangunan sektor swasta

    - Kerjasama regional

    - APBN dan administrasi

    - Desentralisasi

    - Pendidikan dan Kesehatan

    - Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan

Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis Kemiskinan (GK),

karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per

bulan di bawah Garis Kemiskinan.Selama Maret 2011-Maret 2012, Garis Kemiskinan naik

sebesar 6,63 persen, yaitu dari Rp 355.480 per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp 

379.052 per kapita per bulan pada Maret 2012.

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin,

dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan

kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan

kemiskinan.Pada periode Maret 2011-Maret 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Page 9: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan

turun dari 0,60 pada keadaan Maret 2011 menjadi 0,50 pada keadaaan Maret 2012. Demikian

pula Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,15 menjadi 0,13 pada periode yang sama

(Tabel 2). Penurunan  nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran

penduduk miskin cenderung meningkat dan mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi

kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan

bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung

persentase penduduk  miskin terhadap total penduduk.

Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari

dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-

Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah

perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan

daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum

makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan

dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging,

telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).

Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk

perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-

Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012

adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)   Maret 2012. Jumlah sampel

Susenas Maret 2012 di DKI Jakarta sebanyak 1.300 rumah tangga sehingga data kemiskinan

dapat disajikan hingga tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil

survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk

memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

Page 10: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

KERANGKA ANALISA

Page 11: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

2.2. HASIL PENELITIAN

2.2.1. ASPEK PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

Pendapatan / Hari Jumlah Pengeluaran / Hari Jumlah

Rp 10.000 – Rp 20.000 4 KK Rp 10.000 – Rp 20.000 17 KK

Rp 21.000 – Rp 30.000 3 KK Rp 21.000 – Rp 30.000 6 KK

Rp 31.000 – Rp 40.000 1 KK Rp 31.000 – Rp 40.000 7 KK

Rp. 41.0000 – Rp 50.000 8 KK Rp. 41.0000 – Rp 50.000 4 KK

> Rp 51.000 4 KK > Rp 51.000 6 KK

2.2.2. TINGKAT PENDAPATAN PER HARI

10%

10% 10%

38%32%

Rp. 10.000 - Rp. 20.000

Rp. 21.000 - Rp. 30.000

Rp. 31.000 - Rp. 40.000

Rp. 41.000 - Rp. 50.000

> Rp. 51.000

Page 12: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

2.2.3.TINGKAT KETERGANTUNGAN

No Jumlah

Anggota

Keluarga

Jumlah

Anggota Kel.

bekerja

Jumlah Anak yg

Masih Bersekolah

Pendapatan Per

Hari

Pendapatan

perhari setiap

orang dalam satu

keluarga

1 4 orang 1 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500

2 5 orang 1 orang 1 orang Rp. 20.000 Rp. 4.000

3 2 orang 1 orang 2 orang Rp. 47.000 Rp. 23.500

4 5 orang 2 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000

5 3 orang 1 orang 2 orang Rp. 30.000 Rp. 10.000

6 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000

7 1 orang 1 orang 0 Rp. 15.000 Rp. 15.000

8 2 orang 1 orang 0 Rp. 20.000 Rp. 10.000

9 3 orang 2 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 16.666

10 2 orang 1 orang 2 orang Rp. 20.000 Rp. 10.000

11 4 orang 2 orang 2 orang Rp. 60.000 Rp. 15.000

12 3 orang 1 orang 1 orang Rp. 25.000 Rp. 8.333

13 2 orang 1 orang 1 orang Rp. 55.000 Rp. 27.500

14 3 orang 2 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 16.666

15 4 orang 2 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500

16 6 orang 2 orang 2 orang Rp. 60.000 Rp. 10.000

17 6 orang 2 orang 3 orang Rp. 60.000 Rp. 10.000

18 5 orang 1 orang 3 orang Rp. 40.000 Rp. 8.000

19 6 orang 1 orang 4 orang Rp. 50.000 Rp. 8.333

20 3 orang 3 orang 1 orang Rp. 30.000 Rp. 10.000

Page 13: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

21 3 orang 1 orang 2 orang Rp. 75.000 Rp. 25.000

22 4 orang 1 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500

23 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 80.000 Rp. 16.000

24 6 orang 1 orang 2 orang Rp. 150.000 Rp. 25.000

25 5 orang 1 orang 3 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000

26 6 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 8.333

27 2 orang 1 orang 1 orang Rp. 50.000 Rp. 25.000

28 4 orang 1 orang 0 Rp. 50.000 Rp. 12.500

29 5 orang 1 orang 3 orang Rp. 55.000 Rp. 11.000

30 3 orang 1 orang 1 orang Rp. 60.000 Rp. 20.000

31 4 orang 1 orang 2 orang Rp. 55.000 Rp. 13.750

32 4 orang 1 orang 3 orang Rp. 40.000 Rp. 10.000

33 3 orang 1 orang 2 orang Rp. 26.000 Rp. 8.666

34 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 40.000 Rp. 8.000

35 4 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 12.500

36 4 orang 2 orang 2 orang Rp. 70.000 Rp. 35.000

37 5 orang 1 orang 2 orang Rp. 50.000 Rp. 10.000

38 1 orang 1 orang 0 Rp. 50.000 Rp. 50.000

39 5 orang 2 orang 1 orang Rp. 40.000 Rp. 8.000

40 3 orang 2 orang 1 orang Rp. 60.000 Rp. 20.000

Page 14: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

2.2.4. ASPEK PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

Nojml anggota jml anggota

PekerjaanPendapatan / Pengeluaran / Hari Makan /

Keluarga Kel. Bekerja Hari Makan Non Makanan Hari

1 4 orang 1 orang Pengisi ATM Rp. 50.000Rp.

30.000 Rp. 25.000 2x

2 5 orang 1 orang Dagang Nasi Uduk Rp. 20.000Rp.

30.000 Rp. 15.000 2x

3 2 orang 1 orang Tukang Parkir Rp. 47.000Rp.

30.000 Rp. 20.000 2x

4 5 orang 2 orang SPG, Supir Bajaj Rp. 50.000Rp.

40.000 0 2x

5 3 orang 1 orang Tukang Parkir Rp. 30.000Rp.

50.000 0 3x

6 5 orang 1 orang Supir Bajaj Rp. 50.000Rp.

30.000 Rp. 10.000 2x

7 1 orang 1 orang Tukang cuci Rp. 15.000Rp.

10.000 0 1x

8 2 orang 1 orang Pemulung Rp. 20.000Rp.

40.000 0 2x

9 3 orang 2 orang SPG, Tukang parkir Rp. 50.000Rp.

20.000 0 2x

10 2 orang 1 orang Pembantu Rp. 20.000Rp.

10.000 0 2x

11 4 orang 2 orang Karyawan, dagang Rp. 60.000Rp.

30.000 0 3x

12 3 orang 1 orang Supir Rp. 25.000Rp.

15.000 0 2x

13 2 orang 1 orang Guru Rp. 55.000Rp.

25.000 Rp. 15.000 2x

14 3 orang 2 orang Tukang Parkir, supir Rp. 50.000Rp.

30.000 0 2x

15 4 orang 2 orang Supir Bajaj, Pedagang Rp. 50.000Rp.

30.000 0 3X

16 6 orang 3 orang SPG, Dagang, supir Rp. 60.000Rp.

50.000 Rp. 20.000 2x

17 6 orang 2 orang Bengkel, Supir Rp. 60.000Rp.

40.000 Rp. 20.000 3x

18 5 orang 1 orang Penjaga Counter Rp. 40.000Rp.

20.000 0 2x

19 6 orang 1 orang Pegawai Pabrik Rp. 50.000Rp.

40.000 Rp. 25.000 2x

20 3 orang 1 orang Office boy Rp. 30.000Rp.

10.000 0 2x

21 3 orang 1 orang Pedagang Rp.75.000 Rp. 25.000 0 2x

Page 15: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

22 4 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 50.000 Rp. 12.500 10.000 2x

23 5 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 80.000 RP. 16.000 15.000 2x

24 6 orang 1 orang Pedagang Rp. 150.000 Rp. 25.000 20.000 3x

25 5 orang 1 orang Berdagang Rp. 50.000 Rp. 10.000 0 2x

26 6 orang 1 orang Buruh Bangunan Rp. 50.000 Rp. 15.000 Rp. 8.500 2x

27 2 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 50.000 Rp. 25.000 Rp.10.000 3x

28 4 orang 1 orang Berdagang Rp. 50.000 Rp. 12.500 0 2x

29 5 orang 1 orang Tukang Sampah Rp 55.000 Rp. 11.000 0 2x

30 3 orang 1 orang Tukang Sampu Jalan Rp. 60.000 Rp. 30.000 10.000 2x

31 4 orang 1 orang Tukang Sampah Rp. 55.000 Rp. 13.750 0 2x

32 4 orang 1 orang Tukang Sapu Jalan Rp. 40.000 Rp. 10.000 Rp. 10.000 2x

33 3 orang 1 orang Pegawai Rp. 26.000 Rp. 8.700 0 2x

34 5 orang 1 orang Pelayan Toko Rp. 40.000 Rp. 8.000 0 2x

35 4 orang 1 orang Buruh Cuci Rp. 50.000 Rp. 12.500 0 2x

36 4 orang 2 orang Pelayan Toko,

Pegawai

Rp. 70.000 Rp. 17.500 0 2x

37 5 orang 1 orang Tukang Ojek Rp. 50.000 Rp. 10.000 Rp. 5.000 2x

38 1 orang 1 orang Tukang Ojek Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 10.000 3x

39 5 orang 1 orang Supir Bajai Rp. 40.000 Rp. 8.000 0 2x

40 3 orang 1 orang Buruh Bangunan Rp. 60.000 Rp. 20.000 0 3x

2.2.5. ASPEK TEMPAT TINGGAL

Page 16: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

Permanen Semi Permanen Non Permanen0

5

10

15

20

25

• Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah permanen tersebut

adalah milik sendiri.

• Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah semi permanen

tersebut adalah mengontrak.

• Berdasarkan hasil responden yang kami survey kepemilikan rumah non permanen

tersebut adalah mengontrak.

2.2.6.KEPEMILIKAN ASET RUMAH TANGGA

Page 17: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

radio tape recorder

TV sepeda sepeda motor

05

101520253035

2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN MCK

52%48%

Punya

Tidak Punya

2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN SUMBER AIR BERSIH

Page 18: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

Pam/Ledeng Hidran Umum Beli0

5

10

15

20

25

30

Sumber Air Bersih

2.2.7.TINGKAT KEPEMILIKAN TEMPAT SAMPAH

Masyarakat seluruhnya sudah memiliki tempat pembuangan sampah

sementara untuk limbah rumah tangga mereka, meskipun hanya tempat sampah yang

terbuat dari ember pelastik atau sejenisnya.

2.2.8.ASPEK KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam satu bulan terakhir ini, 22 orang dari 40 orang responen kami mengeluh

memiliki penyakit. Penyakit yang mereka keluhkan merupakan penyakit seperti

demam, influenza, pusing, dan lainnya yang tergolong penyakit ringan

2.2.9.CARA PENANGANAN PENYAKIT

Page 19: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

3%27%

20%

50%

Berobat Ke DokterBerobat Ke PuskesmasBerobat Ke BidanBeli Obat Di Warung

2.2.10. KEPEMILIKAN KARTU ASKESKIN / JAMKESKIN

40%60%

PUNYA

TIDAK PUNYA

2.2.11.ASPEK PENDIDIKAN

Page 20: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

0.77

0.23

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah

2.2.12.PENDIDIKAN TERTINGGI KEPALA KELUARGA

5%

18%

12%

30%

30%

TIDAK SEKOLAH

TIDAK TAMAT SD

TAMAT SD

TAMAT SMP

TAMAT SMA

TAMAT PT

2.2.13.PEMBAGIAN DANA BOS

Page 21: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

Menerima Dana BOS

Tidak Menerima Dana BOS

0

5

10

15

20

25

30

35

2.2.14.KEMAMPUAN MEMBAYAR IURAN SEKOLAH

18%

82%

Memberatkan

Tidak Memberatkan

A. DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 22: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

\

PERHITUNGAN P0, P1, P2

Page 23: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

No Pendapatan Per Hari Po (z-y)/z ((z-y0/z)^2 poor bdskn askes poor bdskn kepemilikan rumah

1 Rp. 50.000 non null null non poor

2 Rp. 20.000 non null null poor poor

3 Rp. 47.000 non null null non poor

4 Rp. 50.000 non null null non poor

5 Rp. 30.000 non null null poor poor

6 Rp. 50.000 non null null non non

7 Rp. 15.000 non null null poor poor

8 Rp. 20.000 non null null poor poor

9 Rp. 50.000 non null null non poor

10 Rp. 20.000 non null null poor poor

11 Rp. 60.000 non null null non non

12 Rp. 25.000 non null null poor poor

13 Rp. 55.000 non null null non non

14 Rp. 50.000 non null null non poor

15 Rp. 50.000 non null null non poor

16 Rp. 60.000 non null null non non

17 Rp. 60.000 non null null non non

18 Rp. 40.000 non null null poor poor

19 Rp. 50.000 non null null non poor

20 Rp. 30.000 non null null poor poor

P0 = 0

P1 = 0

P2 = 0

BAB III

Page 24: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

PENUTUP

KESIMPULAN

Kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap Negara. Permasalahan

kemiskinan tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang saja, bahkan di negara maju

juga mempunyai masalah dengan kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit,

walaupun fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih

besar dibanding dengan negara maju. Hal ini dikarenakan negara berkembang pada umumnya

masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di segala bidang, seperti : kapital,

teknologi, kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain sebagainya.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan

alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang

terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi

karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat

tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga

mereka tetap miskin.

Penyebab orang menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap

kemiskinan kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan

ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan

mesti melibatkan transformasi sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai

(misalnya etos kerja). Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah tidak karena

membudayakan kemiskinan.

Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya

mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru.

Bahkan lebih daripada sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini atau paling tidak

disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan Dalam konteks itulah

pembicaraan mengenai modal menjadi amat relevan sebab faktanya orang kerap kali menjadi

miskin (mengalami pemiskinan) dalam proses pembangunan karena orang tersebut tidak

memiliki cukup modal.

Warga masyarakat Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora tidak tergolong dalam

masyarakat miskin secara absolut karena pendapatan perkapita mereka diatas Garis

Kemiskinan tahun 2012 sebesar Rp 392.571,00. Akan tetapi, secara relatif, masyarakat

Page 25: Potret Kemiskinan Di Wilayah Tomang

Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora, tergolong masyarakat miskin karena kepemilikan

asset dan akses pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai.

Program Pro-poor policy pun sudah banyak dirasakan oleh banyak warga, walaupun

ada yang tidak merasakannya, khususnya pembagian dana BOS juga tidak merata, karena

kurangnya sosialisasi oleh pejabat setempat. Dilihat dari perhitungan P0,P1, dan P2 yang

terlihat, yakni NOL, maka program pengentasan kemiskinan di daerah ini tidak terlalu

dibutuhkan usaha yang sangat keras, karena dapat diatasi dengan perbaikan sedikit demi

sedikit dan berkesinambungan untuk meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana umum di

wilayah tersebut.

SARAN

Warga masyarakat Kelurahan Kalianyar kecamatan Tambora yang tergolong miskin

secara relatif hendaknya diperhatikan oleh pemerintah, terutama dalam hal pendidikan,

penanganan kesehatan dan sarana umum lainnya. Warganya pun sebaiknya diberdayakan

untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat agar memiliki ketrampilan untuk

digunakan dalam mencari penghidupan yang lebih layak.

Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih

kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di

dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau harus meningkatkan kualitas

SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah

standar global.