37
TUGAS TENGAH SEMESTER KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT PULAU DEWATA BALI

POWER POINT IPS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

untuk pelajar SMK ( pengetahuan tentang bali ) oleh Inka Fransiska Putri Di Boyolali

Citation preview

Page 1: POWER POINT IPS

TUGAS TENGAH SEMESTER

KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT PULAU

DEWATA BALI

Page 2: POWER POINT IPS

KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT PULAU DEWATA BALI

DISUSUN OLEH :FITRI MULYANI ( 08/XI AP 2 )

FIRMA WIDYASTUTI ( 09/XIAP 2 )

INKA FRANSISKA PUTRI ( 14/XI AP 2 )

RISMA FATMA UTAMI ( 26/XI AP 2 )

TIKA INDRIAWATI ( 31/XI AP 2 )

WAHYU ADI SAPUTRO ( 32/XI AP 2 )

Page 3: POWER POINT IPS

LETAK GEOGRAFIS BALIPulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil

sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.

 Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Page 4: POWER POINT IPS

IDENTIFIKASI ORANG BALISuku bangsa Bali merupakan kelompok manusia yang terikat oleh

kesadaran akan kesatuan budayanya, kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Walaupun ada kesadaran tersebut, namun kebudayaan Bali mewujudkan banyak variasi serta perbedaan setempat. Agama Hindhu yang telah lama terintegrasikan ke dalam masyarakat Bali, dirasakan juga sebagai unsur yang memperkuat adanya kesadaran kesatuan tersebut.

 

Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa Hindhu di berbagai daerah di Bali dalam jaman Majapahit dulu, menyebabkan ada dua bentuk masyarakat Bali, yaitu masyarakat Bali - Aga dan masyarakat Bali Majapahit.

 

Masyarakat Bali Aga kurang sekali mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa - Hindhu dari Majapahit dan mempunyai struktur tersendiri. Orang Bali Aga pada umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan seperti Sembiran, Cempaga Sidatapa, pedawa, Tiga was, di Kabupaten Buleleng dan desa tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. Orang Bali Majapahit yang pada umumnya diam didaerah-daerah dataran merupakan bagian yang paling besar dari penduduk Bali.

Page 5: POWER POINT IPS

“ POLA KEBUDAYAAN SUKU BANGSA BALI “

Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai – nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyrakat Bali menhakui adanya perbedaan ( rwa bhineda ). Yangb ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil dilapangan ( patra ). Konsep desa, kala , dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dam mengadopsi pengaruh kebudayyan luar. Suku Bali tingga.l diseluruh Pulau Bali / Provinsi Bali ada juga masyarakat Bali yang tinggal di Jawa Timur, Pulau Lombok, dan wilayah lain diseluruh Indonesia. Suku Bali juga dikenal dengan keanekaragamannya, yang telah diakui oleh Indonesia sendiri, serta diakui pula oleh masyarakan Internasional, yang menjnadikan Bali sebagai kepulauan yang dikenal memiliki banyak keanekaragaman sosial , agama dan budaya.

Page 6: POWER POINT IPS

SISTEM RELIGI DAN KEPERCAYAAN SUKU BALI

Sebagian besar masyarakat Bali beragama Hindu Bali. Namun ada juga masyarakat Bali yang beragama Islam, Kristen, dan Katholik.

Orang –orang baki yang beragama Hindu mempercayai adanya satu Tuhan dalam konsep “TRIMURTI “, keesaaan Trimurti meliputi tiga wujud yakni

Brahmana : Menciptakan

Wisnu : Melindungi serta memeilihara

Siwa : Melebur segala yang ada

Masyarakat Bali yang beragama Hindu, mempercayai keberadaan Dewa- Dewi yang berada dibawah kedudukan “TRIMURTI” sebagai utusan Dewa – Dewi “ TRIMURTI”. Masyarakat bali juga mengenal konsep – konsep penting dalam kehidupan beragama mereka yakni :

Arman : Roh abadi

Karma Pala : Buah dari setiap perbuatan

Punar bawa : Kelahiran kembali dari suatu jiwa

Moksa : Kebebasan jiwa

Page 7: POWER POINT IPS

RITUAL KEAGAMAAN DI MASYARAKAT BALI

Sesuai dengan agama dan tradisi di Bali, masyarakat Bali Hindu sesungguhnya manusia yang penuh ritual agama yang terbungkus dalam Panca Yadnya. Ritual agama itu dilakukan terhadap manusia Bali Hindu dari sejak dalam kandungan, dari lahir sampai menginjak dewasa, dari dewasa sampai mulih ke tanah wayah (meninggal).

 

Pemberkahan demi pemberkahan dilakukan untuknya dengan segala bebantenan serta mantra-mantranya agar munusia Bali Hindu itu menjadi manusia yang berbudi luhur atau memiliki sifat kedewataan di mayapada ini dan bisa amoring acintya dengan Sanghyang Widhi di alam vaikunta (alam keheningan).

 

Page 8: POWER POINT IPS

kegiatan Yadnya ini didasari oleh Tri Rna yaitu tiga hutang yang mesti dibayar sehubungan dengan keberadaan kita. adapun tri rana tersebut adalah

 

1. Dewa Rna, hutang kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai para dewata yang telah memberikan anungrahnya kepada setiap mahluk.

2. Pitra Rna, hutang kepada para leluhur termasuk orang tua, sehubungan dengan kelahiran kita serta perhatiannya semasahidup.

3. Rsi Rna, hutang kepada para sulinggih, pemangku dan para guru lainya atas bimbingannya selama ini.

 

hutang – hutang tersebut kemudian dibayar dengan yadnya, yang kemudian diaplikasikan dengan Panca Yadnya. adapun cara pembayaran tersebut adalah:

 

1. Dewa Rna, dibayar melalui Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya.

2. Pitra Rna, dibayar dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.

3. Rsi Rna, dibayar melalui Rsi Yadnya.

 

Page 9: POWER POINT IPS

Inilah daftar ritual agama yang dilakukan manusia

Bali Hindu sesuai dengan tradisi di Bali :

1. Pegedong-gedongan - dilakukan saat kehamilan berumur 175 hari ( 6 bulan kalender). Upacara pertama sejak tercipta sebagai manusia.

2. Bayi Lahir - upacara angayu bagia atas kelahiran. Perawatan terhadap ari-ari si bayi.

3. Kepus Puser - bayi mulai diasuh Hyang Kumara.

4. Ngelepas Hawon - dilaksanakan pada bayi berumur 12 hari.

5. Kambuhan - upacara bulan pitung dina (42 hari), perkenalan pertama memasukkan tempat suci pemrajan.

6. Nelu Bulanin/Nyambutin - upacara tiga bulanan (105 hari), penekanannya agar jiwatma sang bayi benar-benar berada pada raganya.

7. Otonan (Oton Tuwun) - upacara saat pertama bayi menginjakan kakinya pada Ibu Pertiwi (210 hari).

Page 10: POWER POINT IPS

8. Tumbuh Gigi - mohon berkah agar gigi si bayi tumbuh dengan baik.

9. Meketus - si anak sudah tidak lagi diasuh Hyang Kumara (tidak lagi mebanten di pelangkiran Hyang Kumara)

10. Munggah Daha / raja sewala - upacara menginjak dewasa, saat-saat merasakan getaran asmara.

11. Potong Gigi/metatah - simbolis pengendalian Sad Ripu.

12. Mawinten - mohon waranugraha utk mempelajari ilmu pengetahuan.

13. Upacara Perkawinan - (a) medengen-dengenan (mekala-kalaan), (b) natab.

14. Upacara Ngaben/Palebon - pengembalian panca mahabuta.

15. Upacara Nyekah/Malagia - Atma Wedana yang dilanjutkan dengan ngelingihin Betara Hyang di pemrajan.

16. Upacara Piodalan dan Pecaruan – memohon ketentraman alam

Page 11: POWER POINT IPS

MACAM – MACAM UPACARA ADAT DAN RITUAL DI BALI

A. Upacara Panca Yadnya – dalam kehidupan masyarakat Bali Hindu

Masyarakat Hindu di Bali dalam kehidupan sehari-harinya selalu berpedoman pada ajaran Agama Hindu warisan para lelulur Hindu di Bali terutama dalam pelaksanaan upacara ritual dalam Falsafah Tri Hita Karana. Arti kata Tri Hita Karana yakni Tiga keharmonisan yang menyebabkan adanya kehidupan, diantaranya:

  1. Parhyangan, hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan

2. Pawongan, hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia

3. Palemahan, hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam

 

Page 12: POWER POINT IPS

Adapun pelaksanaan Panca Yadnya terdiri dari :

  1. Dewa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan para dewa-dewa.

2. Butha Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan unsur-unsur alam.

3. Manusa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kepada manusia.

4. Pitra Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas bagi manusia yang telah meninggal.

5. Rsi Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan para orang suci umat Hindu.

 

Page 13: POWER POINT IPS

B. Upacara Omed – Omedan

Sehari pascaNyepi, sebuah banjar di Desa Sesetan, Denpasar, Bali selalu menggelar tradisi unik yang hanya satu-satunya di Pulau Dewata. Banjar Kaja yang terletak di sebelah selatan kota Denpasar ini memiliki tradisi Omed-omedan atau festival ciuman antar pemuda dan pemudi banjar setempat.

 Tahun ini, sedikitnya 50 muda-mudi yang telah beranjak dewasa turut serta dalam festival warisan leluhur ini. Festival diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Banjar dan seluruh peserta wajib mengikuti prosesi ini supaya diberi kelancaran dan keselamatan saat ciuman nanti. Usai sembahyang para muda-mudi ini dibagi dua kelompok. Yang pertama adalah kelompok pria, dan satunya lagi adalah kelompok wanita

Para "tetua" atau orang yang dituakan di desa tersebut menjadi "wasit" festival ciuman ini. Jika para "tetua" memberi aba-aba mulai! maka kedua kelompok yang saling berhadap-hadapan ini menunjuk salah satu wakilnya untuk diarak ke depan dan beradu ciuman dengan wakil dari kelompok lain.

Page 14: POWER POINT IPS

Untuk menghindari ciuman semakin panas, para tetua dibantu

panitia mengguyurkan air kepada seluruh peserta omed-omedan ini. Namun, tak hanya peserta, para penonton, fotografer dan kamerawan yang mengambil gambar terlalu dekat juga harus rela untuk diguyur dengan air satu ember.

Tradisi omed-omedan ini dimulai pada abad ke-17. Sebelumnya tradisi ini dilakukan pada saat hari raya Nyepi, namun pada tahun 1978 diputuskan untuk menggantinya pada saat Ngembak Geni, atau sehari pasca Nyepi. "Tradisi ini hanya luapan kegembiraan teruna teruni pada saat melakukan omed-omedan di hari ngembak geni," ujar I Gusti Ngurah Oka Putra, tokoh masyarakat Banjar kaja.

Selain bentuk penghormatan terhadap leluhur, omed-omedan ini digelar untuk semakin meningkatkan rasa kesetiakawanan dan solidaritas antar warga khususnya para pemuda dan pemudi.

Page 15: POWER POINT IPS

C. Hari Raya Nyepi dan Yadnya Tawur Agung Upacara Melasti dilakukan antara empat atau tiga hari sebelum Nyepi.

Pelaksanaan upacara Melasti disebutkan dalam lontar Sundarigama seperti ini: "....manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata."

 

Di Bali umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan hidmat menuju samudra atau mata air lainnya yang dianggap suci. Upacara dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap laut. Setelah upacara Melasti usai dilakukan, pratima dan segala perlengkapannya diusung ke Balai Agung di Pura Desa. Sebelum Ngrupuk atau mabuu-buu, dilakukan nyejer dan selama itu umat melakukan persembahyangan.

 

Upacara Melasti ini jika diperhatikan identik dengan upacara Nagasankirtan di India. Dalam upacara Melasti, pratima yang merupakan lambang wahana Ida Bhatara, diusung keliling desa menuju laut dengan tujuan agar kesucian pratima itu dapat menyucikan desa. Sedang upacara Nagasankirtan di India, umat Hindu berkeliling desa, mengidungkan nama-nama Tuhan (Namas-maranam) untuk menyucikan desa yang dilaluinya.

 

Page 16: POWER POINT IPS

Dalam rangkaian Nyepi di Bali, upacara yang dilakukan berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut: di ibukota provinsi dilakukan upacara tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata.

Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah). Di situ umat menghaturkan segehan Panca Warna 9 tanding, segehan nasi sasah 100 tanding. Sedangkan di pintu masuk halaman rumah, dipancangkanlah sanggah cucuk (terbuat dari bambu) dan di situ umat menghaturkan banten daksina, ajuman, peras, dandanan, tumpeng ketan sesayut, penyeneng jangan-jangan serta perlengkapannya. Pada sanggah cucuk digantungkan ketipat kelan (ketupat 6 buah), sujang berisi arak tuak. Di bawah sanggah cucuk umat menghaturkan segehan agung asoroh, segehan manca warna 9 tanding dengan olahan ayam burumbun dan tetabuhan arak, berem, tuak dan air tawar.

  Upacara Bhuta Yajña di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, dilaksanakan pada tengah hari sekitar pukul 11.00 - 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan rumah tangga dilaksanakan pada saat sandhyakala (sore hari). Upacara di tingkat rumah tangga, yaitu melakukan upacara mecaru. Setelah mecaru dilanjutkan dengan ngrupuk pada saat sandhyakala, lalu mengelilingi rumah membawa obor, menaburkan nasi tawur.

Page 17: POWER POINT IPS

Pelaksanaan Hari Raya Nyepi diluar Bali

Rangkaian Hari Raya Nyepi di luar Bali dilaksanakan berdasarkan desa, kala, patra dengan tetap memperhatikan tujuan utama hari raya yang jatuh setahun sekali itu. Artinya, pelaksanaan Nyepi di Jakarta misalnya, jelas tidak bisa dilakukan seperti di Bali. Kalau di Bali, tak ada kendaraan yang diperkenankan keluar (kecuali mendapat izin khusus), namun di Jakarta hal serupa jelas tidak bisa dilakukan.

 

Sebagaimana telah dikemukakan, brata penyepian telah dirumuskan kembali oleh Parisada menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:

 

* Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa (puasa).

* Amati karya (tidak bekerja), menyepikan indria.

* Amati lelungan (tidak bepergian).

* Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).

 

Page 18: POWER POINT IPS

Hari raya keagamaan bagi pemeluk agama Hindu Dharma, umumnya di hitung berdasarkan wewaran dan pawukon. Kombinasi antara Panca Wara, Sapta Wara dan Wuku. Namun adapula Hari raya yang menggunakan penanggalan Saka.

Hari Raya Berdasarkan Wewaran

Galungan — Jatuh pada: Buda, Kliwon, Dungulan

Kuningan — Jatuh pada: Saniscara, Kliwon, Kuningaan

Saraswati — Jatuh pada: Saniscara, Umanis, Watugunung. Hari Ilmu Pengetahuan, pemujaan pada Sang Hyang Aji

Banyupinaruh — Jatuh pada: Redite, Pahing, Shinta

Pagerwesi

Hari Raya Berdasarkan Kalender Saka

Siwaratri

Nyepi

HARI RAYA AGAMA

Page 19: POWER POINT IPS

Upacara Keagamaan

Upacara keagamaan yang dilakukan dalam Agama Hindu Dharma, berkolaborasi dengan budaya lokal. Ini menjadi kekayaan dan keunikan yang hanya ditemukan di Bali.a

Manusa Yadnya

Otonan / Wetonan, adalah upacara yang dilakukan pada hari lahir, seperti perayaan hari ulang tahun, dilakukan 210 hari.

Upacara Potong Gigi, adalah upacara keagamaan yang wajib dilaksanakan bagi pemeluknya. Upacara ini dilakukan pada pemeluk yang telah beranjak remaja atau dewasa. Bagi wanita yang telah mengalami menstruasi, dan bagi pria yang telah memasuki akil balik.

Pitra Yadnya

Upacara Ngaben, adalah prosesi upacara pembakaran jenazah, Sebagaimana dalam konsep Hindu mengenai pembakaran jenazah, upacara ini sebagai upaya untuk mempercepat pengembalian unsur-unsur/zat pembentuk dari raga/wadag/badan kasar manusia.Ada empat lontar utama yang memberi petunjuk tentang adanya upacara Pitra yadnya, yaitu Yama Purwa Tatwa (mengenai sesajen yang digunakan), Yama Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan atau pencarian atma dan hari baik-buruk melaksanakan upacara), Yama Purwana Tatwa (mengenai susunan acara dan bentuk rerajahan kajang), dan Yama Tatwa (mengenai bentuk-bentuk bangunan atau sarana upacara).

Page 20: POWER POINT IPS

Hari Raya SiwaratriSiwa Ratri pada hakikatnya kegiatan Namasmaranâm pada Siwa.

Namasmaranâm artinya selalu mengingat dan memuja nama Tuhan yang jika dihubungankan dengan Siwa Ratri adalah nama Siwa. Nama Siwa memiliki kekauatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin. Jika kegelapan itu mendapat sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangat dibutuhkan setiap saat dalam hidup ini. Dengan demikian, upacara Siwa Ratri se-sungguhnya tidak harus dilakukan setiap tahun, melainkan bisa dilaksanakan setiap bulan sekali, yaitu tiap menjelang tilem atau bulan mati. Sedangkan menjelang tilem kepitu (tilem yang paling gelap) dilangsungkan upacara yang disebut Maha Siwa Ratri.

Untuk dapat mencapai kesadaran, kita bisa menyucikan diri dengan melakukan sanca. Dalam Lontar Wraspati Tattwa dise-butkan, Sanca ngaranya netya majapa maradina sarira. Sanca itu artinya melakukan japa dan membersihkan tubuh. Sedang kitab Sarasamuscaya menyebutkan, Dhyana ngaranya ikang Siwasmarana, artinya, dhyana namanya (bila) selalu mengingat Hyang Siwa.

Sumber Ajaran Siwa Ratri

Brata Siwa Ratri pada mulanya dirayakan amat terbatas, yaitu hanya oleh sejumlah pendeta di Bali dan Lombok. Pada tahun 1966, setelah hancurnya Komunisme di Indonesia, kesadaran akan kegiatan rohani kian bangkit. Tahun 1966 itulah, perayaan Siwa Ratri mulai dimasyarakatkan oleh Parisada dan pemerintah lewat Departemen Agama.

Page 21: POWER POINT IPS

Tradisi Nglawanga

Nglawang adalah suatu tradisi yang sudah ada dari jaman dahulu yang menjadi warisan budaya masa kini. Pelaksanaan nglawang tampaknya makin lama semakin jarang ditemui, terutama di daerah perkotaan. Namun di daerah pedesaan masih ada yang melaksanakannya walaupun tidak seperti masa lalu. Pertambahan penduduk pendatang terutama yang berbeda suku dan etnis dengan membawa budaya masing-masing memberikan pengaruh terhadap kemunduran tradisi ini.

Tradisi nglawang adalah tradisi yang mengandung ajaran etika, sosial serta banyak mengandung nilai-nilai magis. Kata Nglawang berasal dari kata lawang yang berarti pintu. Dalam kamus bahasa bali kawi, kata nglawang berarti berkeliling dari pintu ke pintu, rumah ke rumah atau dari desa ke desa yang bertujuan untuk mempertunjukan/mengusung tapakan barong seperti barong ket, barong bangkung, barong gajah, barong landung dan lainnya yang disacralkan. Namun nglawang mempunyai arti yang lebih luas dari itu yaitu sebagai penolak bala (mara bahaya) karena yang diusung biasanya manifestasi Siwa

Page 22: POWER POINT IPS

Hari GalunganDalam rangkaian peringatan Galungan, pustaka-pustaka

mengajarkan bahwa sejak Redite Pahing Dungulan kita didatangi oleh Kala-tiganing Galungan. Sang Kala Tiga ialah Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan dan Sang Bhuta Amangkurat. Disebutkan dalam pustaka-pustaka itu: mereka adalah simbul angkara (keletehan). Jadi dalam hal ini umat berperang, bukanlah melawan musuh berbentuk fisik, tetapi kala keletehan dan adharma. Berjuang, berperang antara dharma untuk mengalahkan adharma. Menilik nama-nama itu, dapatlah kiranya diartikan sebagai berikut:

1. Hari pertama = Sang Bhuta Galungan. Galungan berarti berperang/ bertempur. Berdasarkan ini, boleh kita artikan bahwa pada hari Redite Pahing Dungulan kita baru kedatangan bhuta (kala) yang menyerang (kita baru sekedar diserang).

2. Hari kedua = Sang Bhuta Dungulan. Ia mengunjungi kita pada hari Soma Pon Dungulan keesokan harinya. Kata Dungulan berarti menundukkan/ mengalahkan.

3. Hari ketiga = Sang Bhuta Amangkurat Hari Anggara Wage Dungulan kita dijelang oleh Sang Bhuta Amangkurat. Amangkurat sama dengan menguasai dunia. Dimaksudkan menguasai dunia besar (Bhuwana Agung), dan dunia kecil ialah badan kita sendiri (Bhuwana Alit).

Page 23: POWER POINT IPS

SISTEM KEKERABATAN MASYARAKAT BALI

Sistem PerkawinanPerkawinan merupakan suatu saat yang amat penting dalam kehidupan

orang Bali, karena pada saat itulah ia dapat dianggap sebagai warga penuh dari masyarakat, dan baru sesudah itu ia memperoleh hak-hak dan kewajiban seorang warga komuniti dan warga kelompok kerabat

Perkawinan bersifayt indogami klen ( satun kasta ). Susunan keluarganya parental. Tingkatan sosoial / kasta di Bali adalah sebagai beritkut :

1. Kasta Brahmana

2. Kasta Ksatria

3. Kasta Waisa

4. Kasta Sudra

Bentuk perkawinan yang dianggap pantang dilaksanakan bagi masyarakat Bali :

1. Perkawinan bertukar antara saudara perempuan suami dengan saudara laki –l aki istri

2. Perkawinan antara seseorang dengan anaknya, antara seorang dengan saudara sekandungnya atau saudara tirinya

3. perkawinan antara seseorang dengan anak dari saudara perempuan maupun saudara laki – l aki

Page 24: POWER POINT IPS

Sistem Penetapan WilayahPola adat menetap diwilayah bali adalah sebagai berikut :

1. Virilokal : Sesudah pernikahan, suami-istri yang baru biasanya menetap secara virilokal dikomplek perumahan dari orang tua suami, walauntidak sedikit suami istri yang menetap secara neolokal dengan mencari atau membangun rumah baru.

2. Uxorilokal: Suami istri baru yang menetap secara uxorilokal dikomplek perumahan dari keluarga istri (nyeburin). Kalau suami istri menetap secara virilokal, maka anak-anak keturunan mereka selanjutnya akan diperhitungkan secara patrilineal (purusa), dan menjadi warga dari dadia si suami dan mewarisi harta pusaka dari klen tersebut. Sebaliknya, keturunan dari suami istri yang menetap secara uxorilokal akan diperhitungkan secara matrilineal menjadi warga dadia si istri, dan mewarisi harta pusaka dari klen itu. Dalam hal ini kedudukan si istri adalah sebagai sentana(penerus keturunan).

3. Neolokal : Pasangan suami istri yang membangun rumah barun sebagai tempat singgahnya.

Page 25: POWER POINT IPS

SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN MASYARAKAT BALI

Sistem Kemasyarakatan Orang BaliBanjar

Merupakan bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan sosial itu diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagaman yang keramat. Didaerah pegunungan, sifat keanggotaan banjar hanya terbatas pada orang yang lahir di wilayah banjar tersebut. Sedangkan didaerah datar, sifat keanggotaannya tidak tertutup dan terbatas kepada orang-orang asli yang lahir di banjar itu. Orang dari wilayah lain atau lahir di wilayah lain dan kebetulan menetap di banjar bersangkutan dipersilakan untuk menjadi anggota(krama banjar) kalau yang bersangkutan menghendaki.

 Pusat dari bale banjar adalah bale banjar, dimana warga banjar bertemu pada hari-hari yang tetap. Banjar dikepalai oleh seorang kepala yang disebut kelian banjar. Ia dipilih dengan masa jabatab tertentu oleh warga banjar. Tugasnya tidak hanya menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dari banjar sebagai suatu komuniti, tapi juga lapangan kehidupan keagamaan. Kecuali itu ia juga harus memecahkan masalah yang menyangkut adat. Kadang kelian banjar juga mengurus hal-hal yang sifatnya berkaitan dengan administrasi pemerintahan.

 

Page 26: POWER POINT IPS

Subak

Subak di Bali seolah-olah lepas dari dari Banjar dan mempunyai kepala sendiri. Orang yang menjadi warga subak tidak semuanya sama dengan orang yang menjadi anggota banjar. Warga subak adalah pemilik atau para penggarap sawah yang yang menerima air irigasinya dari dari bendungan-bendungan yang diurus oleh suatu subak. Sudah tentu tidak semua warga subak tadi hidup dalam suatu banjar. Sebaliknya ada seorang warga banjar yang mempunyai banyak sawah yang terpencar dan mendapat air irigasi dari bendungan yang diurus oleh beberapa subak. Dengan demikian warga banjar tersebtu akan menggabungkan diri dengan semua subak dimana ia mempunya sebidang sawah.

 Sekaha

Dalam kehidupan kemasyarakatan desa di Bali, ada organisasi-organisasi yang bergerak dalam lapangan kehidupan yang khusus, ialah sekaha. organisasi ini bersifat turun-temurun, tapi ada pula yang bersifat sementara. Ada sekaha yang fungsinya adalah menyelenggarakan hal-hal atau upacara-upacara yang berkenan dengan desa, misalnya sekaha baris (perkumpulan tari baris), sekaha teruna-teruni. Sekaha tersebut sifatnya permanen, tapi ada juga sekaha yang sifatnya sementara, yaitu sekaha yang didirikan berdasarkan atas suatu kebutuhan tertentu, misalnya sekaha memula (perkumpulan menanam), sekaha manyi (perkumpulan menuai), sekaha gong (perkumpulan gamelan) dan lain-lain. sekaha-sekaha di atas biasanya merupakan perkumpulan yang terlepas dari organisasi banjar maupun desa.

Page 27: POWER POINT IPS

Gotong - Royong

Dalam kehidupan berkomuniti dalam masyarakat Bali dikenal sistem gotong royong (nguopin) yang meliputi lapangan-lapangan aktivitet di sawah (seperti menenem, menyiangi, panen dan sebagainya), sekitar rumah tangga (memperbaiki atap rumah, dinding rumah, menggali sumur dan sebagainaya), dalam perayaan-perayaan atau upacara-upacara yang diadakan oleh suatu keluarga, atau dalam peristiwa kecelakaan dan kematian. nguopin antara individu biasanya dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan tenaga yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga. kecuali nguopin masih ada acara gotong royong antara sekaha dengan sekaha. Cara serupa ini disebut ngedeng (menarik). Misalnya suatu perkumpulan gamelan ditarik untuk ikut serta dalam menyelenggarakan suatu tarian dalam rangka suatu upacara odalan. bentuk yang terakhir adalah kerja bhakti (ngayah) untuk keprluan agama,masyarakat maupun pemerintah

 Kesatuan-kesatuan sosial di atas, biasanya mempunyai pemimpin dan mempunyai kitab-kitab peraturan tertulis yang disebut awig-awig atau sima. Pemimpin biasanya dipilih oleh warganya. Klen-klen juga mempunyai tokoh penghubung yang bertugas memelihara hubungan antara warga-warga klen, menjadi penasehat bagi para warga mengenai seluk beluk adat dan peristiwa-peristiwa yang bersangkaut paut dengan klen. Tokoh klen serupa itu di sebut moncol.

Page 28: POWER POINT IPS

Sistem Politik Orang Bali

Pemerintahan

Daftar kabupaten dan kota di Bali

Kabupaten/Kota Ibu kota

Kabupaten Badung Badung

Kabupaten Bangli Bangli

Kabupaten Buleleng Singaraja

Kabupaten Gianyar Gianyar

Kabupaten Jembrana Negara

Kabupaten Karangasem Karangasem

Kabupaten Klungkung Klungkung

Kabupaten Tabanan Tabanan

Kota Denpasar

Page 29: POWER POINT IPS

Daftar gubernur

No Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan

1 Anak Agung Bagus Sutedja 1950 1958

2 I Gusti Bagus Oka 1958 1959

3 Anak Agung Bagus Sutedja 1959 1965

4 I Gusti Putu Martha 1965 1967

5 Soekarmen 1967 1978

6 Prof. Dr. Ida Bagus Mantra 1978 1988

7 Prof. Dr. Ida Bagus Oka 1988 1993

8 Drs. Dewa Made Beratha 1998 2008

9 I Made Mangku Pastika 2008 2013

Page 30: POWER POINT IPS

SISTEM KESENIAN MASYARAKAT BALI

• Tari – Tarian Masyarakat BaliSeni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung

Macam – macam tarian Bali :Tarian wali  Tarian Bebali Tari Balih-balihan

Sang hyang jaran

Tari topeng Tari legong

Tari Rejang Gambuh Arja

Tari Baris Joged Bumbung

Tari Jangger Drama Gong

Barong

Tari Pendet

Tari Kecak

Calon Arang

Page 31: POWER POINT IPS

• Musik – Musik Bali

Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.

Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an.

* Gamelan

* Jegog

* Genggong

* Silat Bali

Page 32: POWER POINT IPS

* Rumah Adat / Arsitektur Bali

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)

 Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.

 Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung

 

Page 33: POWER POINT IPS

• Pakaian Adat

Pakaian daerah

 Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakai.

Pria

 Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:

  * Udeng (ikat kepala)

* Kain kampuh

* Umpal (selendang pengikat)

* Kain wastra (kemben)

* Sabuk

* Keris

Page 34: POWER POINT IPS

Wanita

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:

 

* Gelung (sanggul)

* Sesenteng (kemben songket)

* Kain wastra

* Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada

* Selendang songket bahu ke bawah

* Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam

* Beragam ornamen perhiasan

 

Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.

Page 35: POWER POINT IPS

* Makanan dan Jajanan Khas BaliMAKANAN UTAMA

* Ayam betutu

* Babi guling

* Bandot

* Be Kokak Mekuah

* Be Pasih mesambel matah

* Bebek betutu

* Berengkes

* Grangasem

* Jejeruk

* Jukut Urab

* Komoh

* Lawar

JAJANAN

* Jaja Engol

  * Jaja Godoh

* Jaja Jongkok

* Jaja Ketimus

* Jaja Klepon

* Jaja Lak-Lak

* Jaja Sumping

* Jaja Tain Buati

* Jaja Uli misi Tape

* Jaja Wajik

* Kacang Rahayu

* Rujak Bulung

* Rujak Kuah Pindang

Page 36: POWER POINT IPS

“ NEVER PUT OF TILL TOMORROW WHAT

YOU CAN DO TODAY WITH ALL YOUR

FRIENDS “

Page 37: POWER POINT IPS

“ THANK YOU FOR YOUR ATTENTION “

“..SEE YOU NEXT TIME..”