37
WRAP UP SKENARIO 2 BLOK KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA “Edema” Kelompok : A13 Ketua : Desya Billa Kusuma Anindhira1102014070 Sekretaris : Azizah Fitriayu Andyra 1102014055 Anggota : Ain Fitrah Aulia Nur 1102014008 Aisyah Khairina Prashmahita 1102014010 Alya Nadhira 1102014015 Annisa Fitri Bumantari 1102014032 Fitria Rizki 1102014108 Humaerah 1102014122 Indira Catur Paramita 1102014131 Juwita Kartika 1102014139

Ppt Cairan Edema

Embed Size (px)

DESCRIPTION

d

Citation preview

WRAP UP SKENARIO 2 BLOK KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA Edema

WRAP UP SKENARIO 2BLOK KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN ASAM BASAEdema

Kelompok: A13

Ketua: Desya Billa Kusuma Anindhira1102014070

Sekretaris: Azizah Fitriayu Andyra1102014055

Anggota: Ain Fitrah Aulia Nur1102014008

Aisyah Khairina Prashmahita1102014010

Alya Nadhira1102014015

Annisa Fitri Bumantari1102014032

Fitria Rizki1102014108

Humaerah1102014122

Indira Catur Paramita1102014131

Juwita Kartika1102014139

Skenario

Edema

Seorang laki-laki, umur 60 tahun berobat ke dokter dengan keluhan perut membesar dan tungkai bawah bengkak sejak 1 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites pada abdomen dan edema pada kedua tungkai bawah. Dokter menyatakan pasien mengalami kelebihan cairan tubuh. Pemeriksaan laboratorium : kadar protein albumin di dalam plasma darah 2,0 g/l (normal > 3,5 g/l). keadaan ini menyebabkan gangguan tekanan koloid osmotik dan tekanan hidrostatik didalam tubuh.

Hipotesa

Albumin berperan penting dalam mempertahankan tekanan onkotik & hidrostatik. Apabila albumin berkurang, maka tekanan onkotik pun akan menurun sementara tekanan hidrostatik meningkat. Sehingga, terjadi perpindahan cairan dari intravascular ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema dan asites.

Sasaran Belajar

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Kapiler Darah

LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Kapiler Darah

LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Struktur Kapiler Darah

LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Kapiler Darah

LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Kapiler Darah

LI. 2. Memahami dan dan Menjelaskan Aspek Fisiologis dan Biokimia Gangguan Kelebihan Cairan dalam Tubuh

LO. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Metabolisme Air dalam Tubuh

LO. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Penyebab Kelebihan Cairan dalam Tubuh

LO. 2.3. Memahami dan Menjelaskan Tenaga Aliran Darah

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Edema dan Asites

LO. 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Edema dan Asites

LO. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Edema dan Asites

LO. 3.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Edema dan Asites

LO. 3.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Edema dan Asites

LO. 3.5. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Edema dan Asites

LO. 3.6. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Edema dan Asites

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Kapiler Darah

LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Kapiler Darah

Tempat pertukaran bahan antara darah dan sel jaringan, bercabang-cabang secara ekstensif untuk membawa darah agar dapat dijangkau oleh setiap sel. (Sherwood,2014)

Setiap pembuluh halus yang menghubungkan arteriol dan venul, dindingnya berlaku sebagai membran permeable untuk pertukaran berbagai substansi antara darah dan cairan jaringan. (Dorland, 2014)

LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Struktur Kapiler Darah

Dinding kapiler sangat tipis (ketebalan 1 m).

Kapiler hanya terdiri dari satu lapisan endotel gepengpada hakikatnya juga lapisan dalam jenis pembuluh lain.

Tidak terdapat otot polos atau jaringan ikat.

Setiap kapiler sedemikian sempitnya (garis tengah rerata 7 m) sehingga sel darah merah (garis tengah 8 m) harus lewat satu persatu.

Para peneliti memperkirakan bahwa karena luasnya percabangan kapiler maka tidak ada sel yang letaknya lebih jauh dari 0,01 cm(4/1000 inci) dari sebuah kapiler. (Sherwood,2014)

Gambar kapiler darah

LO.1.3. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Kapiler Darah

Meningkatkan difusi

Molekul-molekul yang berdifusi hanya perlu menempuh jarak pendek antara darah dan sel sekitar karena dinding kapiler yang tipis dan garis tengah kapiler yang kecil.

2.Memperlambat kecepatan aliran darah

Laju aliran adalah volume darah per satuan waktu yang melalui suatu segmen sistem sirkulasi. Sementara itu, kecepatan aliran adalah kecepatan linier, atau jark per satuan waktu, yang ditempuh oleh darah melalui segmen tertentu sistem sirkulasi

LO.1.4. Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Kapiler Darah

Difusi Pasif

Dinding kapiler tidak ada sistem transportasi, sehingga zat terlarut berpindah melalui proses difusi menuruni gradien konsentrasi mereka.

2. Bulkflow

Adalah terjadinya filtrasi suatu volume plasma bebas protein, yang kemudian bercampur dengan cairan insterstitium, dan kemudian di reabsorpsi.

Hukum Sterling

Filtrasi sepanjang kapiler terjadi karena ada tenaga Starling: perbedaan tekanan hidrostatik intravaskuler dan interstitial, dan perbedaan tekanan koloid-osmotik intravaskuler dan interstitial. Maka aliran cairan:

K (Pc + i) (Pi + c)

K = koefisien filtrasi kaplier

Pc = tekanan hidrostatik kapiler = 37 mm Hg

Pi = tekanan hidrostatik interstitial = 17 mm Hg

c = tekanan koloid osmotik kapiler = 25 mm Hg

i = tekanan koloid osmotik interstisiil = diabaikan

Volume cairan interstitial dipertahankan oleh hukum Starling. Menurut hukum Starling, Kecepatan perpindahan cairan yang membentuk edema diformulasikan sebagai berikut:

Fm = Kf (P - )

Fm = Kecepatan perpindahan cairan

Kf = Permeabilitas kapiler

P = Perbedaan tekanan hidrostatik intravaskular dan ekstravaskular

= Perbedaan tekanan osmotic

(IPD,2014)

Sistem Limfatik

Fungsi sistem limfatik adalah mengembalikan cairan dan protein yang difiltrasi kapiler ke sistem sirkulasi.

Pembuluh limfe dapat menjadi dua tipe:

Pembuluh limfe inisial

Tidak memiliki katup dan otot polos di dindingnya, dan pembuluh ini terdapat di dindingnya, dan pembuluh ini terdapat didaerah seperti usus atau otot rangka.

Pembuluh limfe pengumpul

Dibantu oleh gerakan otot rangka, tekanan negative intertoraks selama inspirasi, dan efek hisapan dari aliran darah berkecepatan tinggi di vena tempat pembuluh limfe berakhir.

(Ganong, 2013)

Sistem limfatik memiliki peran untuk mengatur:

Konsentrasi protein dalam cairan interstitial

Volume cairan interstitial

3. Tekanan cairan interstitial

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Aspek Fisiologis dan Biokimia Gangguan Kelebihan Cairan dalam Tubuh

LO.2.1. Memahami dan Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Metabolisme Air dalam Tubuh

Faktor-faktor penentu terhadap terjadinya kelebihan cairan:

1. Perubahanhemodinamikdalamkapiler.

Hemodinamik dipengaruhi oleh :

Permeabilitas kapiler

Selisih tekanan hidrolik dalam kapiler dengan tekanan hidrolik dalam intersitium

Selisih tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onktik dalam intersitium.

Retensi natriumdi ginjal

2. Retensi natriumdi ginjal

Retensi natrium dipengaruhi oleh :

Sistem renin angiotensin-aldosteron

Aktifitas ANP

Aktifitas saraf simpatis

Osmoreseptor di hipotalamus

(FKUI, 2014)

LO.2.2. Memahami dan Menjelaskan Penyebab Kelebihan Cairan dalam Tubuh

Aspek Biokimia

Jika konsentrasi protein plasma sangat menurun, cairan tidak ditarik kembali kedalam kompartmen intravaskular tetapi ditimbun di dalam ruang jaringan ekstravaskular dan menjadi edema.

Aspek Fisiologis

Jika tekanan hidrostatik kapiler dan tekanan onkotik intersisial yang memindahkan cairan dari vaaskular ke ekstravaskular lebih besar daripada tekanan hidrostatik interstisial dan tekanan onkotik kapiler yang memindahkan cairan dari ekstravaskular ke vaskular maka hal ini dapat menyebabkan pembengkakan jaringan lunak di ekstravaskular (interstisial).

LO.2.3. Memahami dan Menjelaskan Tenaga Aliran Darah

Empat gaya yang mempengaruhi perpindahan cairan melewati dinding kapiler adalah sebagai berikut:

Tekanan darah kapiler (Pc)

Tekanan osmotic koloid plasma (p)

Tekanan hidrostatik cairan interstitium (PIF)

Tekanan osmotic koloid cairan interstitium(IF)

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Edema dan Asites

LO.3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Edema dan Asites

Edema adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi air dijaringan interstitium secara berlebihan akibat penambahan volume yang melebihi kapasitas penyerapan pembuluh limfe. (FKUI, 2013)

Asites adalah efusi dan akumulasi cairan serosa di rongga abdomen (Dorland, 2014)

LO.3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Edema dan Asites

1.Berkurangnya konsentrasi protein plasma

Hal ini dapat menurunkan tekanan osmotic koloid plasma. Penurunan tekanan masuk utama ini menyebabkan kelebihan cairan yang keluar sementara cairan yang direabsorpsi lebih sedikit daripada normal

2.Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler

Hal ini memungkinkan lebih banyak protein plasma yng keluar dari plasma kedalam cairan interstitium sekitar

3.Meningkatnya tekanan vena

Ketika darah terbendung di vena, maka tekanan darah kapiler akan meningkat karena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena. Peningkatan tekanan keluar kapiler ini berperan besar menyebabkan edema pada gagal jantung kongestif.

4.Sumbatan pembuluh limfe

Hal ini menyebabkan edema karena kelebihan cairan filtrasi tertahan di cairan interstitium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui pembuluh limfe.

Mekanisme Terjadinya Edema

1.Pembentukan Edema pada Sindrom Nefrotik

Ada dua mekanisme yang menyebabkan terjadinya edema pada sindrom nefrotik:

a. Mekanisme Underfilling

b. Mekanisme overfilling

2.Pembentukan Edema pada Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif ditandai dengan kegagalan pompa jantung, darah akan terbendung pada sistem vena dan saat yang bersamaan volume darah pada arteri mulai berkurang.

3.Pembentukan Edema pada Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis ditandai oleh fibrosis jaringan hati yang luas dengan pembentukan nodul. Pada sirosis hepatis, fibrosis hati yang luas disertai distorsi struktur parenkim hati menyebabkan peningkatan tahanan sistem porta diikuti dengan terbentuknya pintas portosistemik baik intra maupun ekstra hati.

LO.3.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Edema dan Asites

Menurut lokasi, edema dapat dibagi menjadi dua:

Generalisata edema menyeluruh, disebabkan oleh penurunan tekanan osmotic koloid pada hipoproteinemia

Contoh: Anasarka (edema yang terjadi di seluruh jaringan subkutan)

Biasanya pada:

Gagal Jantung

Sirosis Hepatis

Gangguan ekskresi

Lokalisata disebabkan oleh kerusakan kapiler, konstriksi sirkulasi (vena regional) atau sumbatan drainase limfatik

Hanya tebatas pada organ/pembuluh darah tertentu. Terdiri dari:

Hydroperitoneum/Asites (cairan di rongga peritoneal)

Hidrotoraks (cairan di rongga pleura)

Hydropercardium (cairan di pericardium)

Ekstremitas (unilateral), pada vena atau pembuluh darah limfe

Ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah

(FKUI, 2014)

LO.3.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Edema dan Asites

Bengkak, mengkilat, bila ditekan timbul cekungan dan lambat kembali sepertisemula

Berat badan naik, penambahan 2% kelebihan ringan, penambahan 5%kelebih-an sedang, penambahan 8% kelebihan berat

Adanya bendungan vena di leher

Pemendekan nafas dan dalam, penyokong darah (pulmonary).

Perubahan mendadak pada mental dan abnormalitas tanda saraf, penahanan pernapasan (pada edema cerebral yang berhubungan DKA)

Nyeri otot yang berkaitan dengan pembengkakan

Distensi vena jugularis, peningkatan tekanan vena ( > 11cm O)

Efusi pleura

Denyut nadi kuat

Edema perifer dan periorbital

Asites

LO.3.5. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Edema dan Asites

Pemeriksaan radiologi yang dapatdilakukan meliputi

Rontgen toraks dan abdomen

USG

CT Scan

MRI

Dominal Parasentesis

Abdominal parasentesis umum dikerjakan pada pasien dengan asites yang belum diketahui .

Cairan asites kemudian dikirim untuk mengetahui jumlah sel, albumin, kultur asites, protein total, gram stain dan sitologi.

Pemeriksaan cairan asites meliputi:

Inspeksi

Sebagian besar cairan asites berwarna transparan dan kekuningan. Hitung jumlah sel

SAAG

Kultur atau pewarnaan gram

Sitologi Cairan Asites

LO.3.6. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Edema dan Asites

Penanggulangan edema yang dilakukan meliputi:

Memperbaiki penyakit dasar bila mungkin

Restriksi asupan natrium untuk meminimalisasi retensi air

Pemberian diuretic

Jenis-jenis obat diuretic:

Loop diuretik: dapat diberikan per oral atau intra vena

a. Furosemid:

40-120 mg (1-2 kali sehari)

masa kerja pendek, poten

efektif pada laju filtrasi glomerulus (LFG) yang rendah

b. Bumetanide:

0,5 2 mg (1-2 kali sehari)

digunakan bila alergi terhadap furosemide

c. Asam etakrinat:

50-200 (1 kali sehari)

masa kerja panjang

Bekerja di tubulus distal, tidak hemat kalium (menyebabkan hipokalemia)

Hidroklorotiazide (HCT)

25- 200 (1 kali sehari)

bekerja bila LFG > 25 ml/menit

b. Clortalidone

100 mg (1 hari atau 2 hari sekali)

masa kerja panjang sampai 72 jam

bekerja bila LFG > 25 ml/menit

c. Metolazone

masa kerja panjang

efektif pada LFG yang rendah

3. Bekerja di tubulus distal, tapi hemat kalium

a. Spironolakton

25-100 mg (4 kali sehari)

dapat menyebabkan hiperkalemia, asidosis

blok aldosteron ginekomastia, impotensi

b. amenorea

onset 2-3 hari

jangan bersamaan dengan ACE-inhibitor dan K

sebaiknya tidak digunakan pada pasien GG

c. Amiloride

5-10 mg (1-2 kali sehari)

kurang poten dibanding spironolakton

dapat menyebabkan hiperkalemia

d. Triamterene

100 mg (2 kali sehari)

kurang poten dibanding spironolakton

ES : hiperkalemia dan pembentukan batu ginjal

Bekerja di tubulus proksimalis

Asetazolamide (Diamoks)

Teofilin

Diperantarai oleh cyclic adenosine monophosphate.

(IDC, 2014)