Upload
nur-liza-septiani
View
55
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas kuliah mp9 trisakti
Citation preview
KASUS KESEHATAN KASUS KESEHATAN MASYARAKAT DAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN KERJAKESEHATAN KERJA
DISKUSI 1 SESI 1
Kelompok 8
Skenario kasusAnda adalah seorang dokter yang bertugas di daerah flores, Nusa tenggara
Timur. Beberapa teman anda menginformasikan bahwa daerah tempat anda bertugas merupakan daerah endemis untuk suatu penyakit menular, dengan insiden yang cukup tinggi akhir-akhir ini.
Seorang pasien, Tn. B, usia 35 tahun dating ke puskesmas di daerah tempat anda bertugas dengan keluhan demam dan peradangan saluran serta kelenjar limfe yang hilang timbul berulang kali. Tn B adalah petani yang sehari-hari berkerja di sawah. Setelah dilakukan pemeriksaan darah, Tn. B dinyatakan menderita filariasis
epidemiologi• Prevalensi : Jumlah kasus baru dan lama dalam suatu populasi dalam periode tertentu
• Prevalensi Rate : prevalensi dibagi populasi dikali konstanta
• Insidens : jumlah kasus baru dalam suatu populasi dalam periode tertentu
• Insidens Rate : insidens dibagi populasi beresiko dikali konstanta dlm jangka waktu tertentu
Apa itu filariasis ??
Filariasis adalah penyakit yang mengenai kelenjar dan saluran limfe yang
disebabkan oleh parasit golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori yang ditularkan melalui nyamuk.
Menurut survey nasional ?Menurut Widoyono (2008), penyakit kaki gajah (Filariasis) terdapat hampir di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan beberapa daerah sub tropis. Pada tahun 2004, filariasis telah menginfeksi 120 juta
penduduk di 83 negara di seluruh dunia. Sedangkan di Asia filariasis menjadi penyakit endemik di
Indonesia, Myanmar, India dan Srilanka.
Di Indonesia berdasarkan survei yang dilaksanakan pada tahun 2000-2004, terdapat lebih dari 8000
orang penderita klinis kronis filariasis yang tersebar di seluruh propinsi. Secara epidemiologi, data
ini mengindikasikan lebih dari 60 juta penduduk Indonesia berada di daerah yang beresiko tinggi
tertular filariasis, dengan 6 juta penduduk diantaranya telah terinfeksi.
Agen penyebab filariasis
W. bancrofti
Brugia timori
Nyamuk Culex quinquefasciatus
Nyamuk Mansonia sp Nyamuk
Anopheles barbostis
(Vektor) (Vektor) (Vektor)
Brugia malayi
Apa yang dimaksud daerah endemis ?• Daerah Endemis adalah adalah daerah dimana penyakit secara menetap berada
dalam masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu.
Genus vektor filariasis• 5.vektor:nyamuk
• Genus:culex,anopheles,mansonia,aedes dan armigeres
Hospes filariasis
• Manusiatransmigran lebih rentan daripada penduduk aslilebih banyak terdapat pada laki-laki
• Hewan : lutung, kera, kucing
Faktor lingkungan filariasis• a. Lingkungan Fisik
• Lingkungan dengan tumbuhan air di rawarawa dan adanya hospes reservoir (kera, lutung dan kucing)
1). Suhu udara
3). Angin
4). Hujan
5). Sinar matahari
8). Keadaan dinding
9).Pemasangan kawat kasa
Faktor lingkungan filariasisb. Lingkungan Biologik
Lingkungan biologik dapat menjadi faktor pendukung terljadinya penularan filariasis. Contoh lingkungan biologik adalah adanya tanaman air, genangan air, rawa-rawa, dan semak-semak
c. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perkembangbiakan.
d. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Lingkungan sosial, ekonomi dan kultur adalah lingkungan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan dan tradisi penduduk
PROSES INFEKSI FILARIASIS
Dampak dari penyakit filariasis
1. Fisik
cacat fisik permanen ( pembengkakan kaki, tangan, dan alat kelamin)
2. Ekonomi
tidak bisa bekerja hilangnya pendapatan
biaya pengobatan cukup mahal
3. Psikososial
malu karena cacat fisik
terjadinya perceraian
kesulitan mendapatkan pasangan
ELIMINASI ELIMINASI FILARIASISFILARIASIS
Kelompok 8
Skenario Kasus Filariasis sesi 2
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1582/MenKes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Pengendalian Filariasis, maka di wilayah endemis ditetapkan “Eliminasi Filariasis” sebagai salah satu prioritas Nasional Pemberantasan Penyakit Menular, terutama untuk wilayah dengan hasil survey massal didapatkan MF rate > 1%. Di setiap kabupaten / kota yang mempunyai kasus kronis filariasis berkewajiban untuk melakukan survey darah jari.
Strategi Utama Program Eliminasi Filariasis
1.) Memutuskan rantai penularan filariasis melalui pengobatan massal di daerah endemis filariasis.
2.) Mencegah dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis fliariasis.
3.)Pengendalian vektor secara terpadu.
4.) Memperkuat kerjasama lintas batas daerah dan negara.
5.) Memperkuat surveilans dan mengembangkan penelitian.
Tujuan Pengobatan Massal
1. Tujuan umum• filariasis tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia pada tahun 2020.
2. Tujuan Khusus• menurunnya angka mikrofilaria (mf rate)
menjadi 1% din setiap kabupaten/kota.• Merncegah dan membatasi kecacatan karena
filariasis.
Sasaran Pengobatan Massal
Sasaran pengobatan massal dilaksanakan serentak terhadap terhadap semua penduduk yang tinggal di daerah endemis filariasis, tetapi pengobatan untuk sementara ditunda bagi :
• Anak-anak berusia kurang dari 2 tahun• Ibu hamil• Orang yang sedang sakit berat• Penderita kasus kronis filariasis sedang dalam serangan akut• Balita dengan marasmus atau kwasiorkor
Prosedur dan Cara Pemberian Pengobatan Massal
1. Mengisi Kartu Pengobatan Keluarga
2. Menuliskan umur
3. Menanyakan pada wanita usia produktif jika mereka hamil. Jika wanita tersebut terlambat dua bulan tidak mendapat menstruasi maka dia dipertimbangkan sebagai wanita hamil dan tidak akan diberikan pengobatan.
4. Memberikan dosis yang tepat sesuai dengan cara pengobatan
5. Orang tersebut harus minum obat langsung di depan petugas kesehatan atau anggota Tenaga Pembantu Eliminasi.
Cara pemberian obat • Berdasarkan berat
badanBerat Badan (kg)
DEC (100 mg)
tablet
Albendazole (400m
g) tablet
Paracetamol (500m
g) tablet
10-16 1 1 0,5
17-25 1,5 1 0,5
26-33 2 1 1
34-40 2,5 1 1
41-50 3 1 1
51-58 3,5 1 1
59-67 4 1 1
68-75 4,5 1 1
76-83 5 1 1
>84 5,5 1 1
• Berdasarkan usia
Usia (tahun)
DEC (100mg) tablet
Albendazole(400mg) tablet
Paracetamol (500mg) tablet
2-4 1 1 0,25
2-14 2 1 0,5
>14 3 1 1
Survey Darah Jari ?Identifikasi mikrofilaria dalam darah tepi pada suatu populasi, yang bertujuan untuk menentukan endemisitas darah tersebut dan intensitas infeksinya
Waktu Pengambilan Specimen ?dilakukan pada malam hari karena cacing penyebab filariasis adalah cacing nokturnal (aktif pada malam hari)
Teknik Pengambilan Specimen 1. Kaca benda (slide) yang sudah bersih dari lemak dan kotoran, diberi nomor dengan spidol waterproof
sesuai dengan nomor penduduk yang telah didaftarkan dalam formulir pencatatan survei.
2. Ujung jari kedua atau ketiga atau keempat dibersihkan dengan kapan alkohol 70% dan setelah kering ditusuk tegak lurus alur garis pada jari tangan dengan lanset sehingga darah menetes keluar (dengan penekanan ringan)
3. Tetesan darah pertama yang keluar dihapus dengan kapas kering, kemudian tetesan darah selanjutnya diteteskan sebanyak tiga tetes (diperkirakan 20 µL) pada kaca benda yang sudah disiapkan. Selanjutnya darah tersebut dilebarkan dengan menggunakan salah satu ujung kaca benda lain sehingga membentuk sediaan darah tebal berbentuk oval berukuran 1×2 cm. Kaca benda dipegang pada tepi atau pada sudutnya, sehingga permukaan kaca benda tetap bersih.
4. Sediaan darah tersebut dikeringkan selama 1 malam pada suhu kamar dengan menyimannya di slide box dan tempat yang aman dari semut, kecoa dan lain-lain.
INGAT:
- Satu lanset hanya dipakai untuk satu orang
- Selama proses pengambilan darah, petugas harus memakai sarung tangan.
Mikrofilaria Rate (Mf rate)
Definisi:
microfilaria rate(mf rate) bisa di hitung dengan cara membagi jumlah penduduk yang sediaan darahnya positif microfilaria dengan jumlah sediaan darah yang di periksa di kali 100%.
Guna:
•Bila mf rate >1% di salah satu atau lebih lokasi survey maka kabupaten/kota tersebut ditetapkan sebagai daerah endemis yang harus dilaksanakan pengobatan massal.
•Bila mf rate <1% pada semua lokasi survey,maka kabupaten/kota tersebut ditetapkan sebagai daerah nonendemis dan dilaksanakan pengobatan selektif, yaitu pengobatan hanya di berikan pada penderita yang positif microfilaria beserta anggota keluarganya.
Promosi Kesehatan
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat, agar berperan aktif dalam upaya eliminasi filariasis, antara lain :
1.Penderita klinis filariasis bersedia memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan serta mampu merawat anggota tubuh yang sakit.
2.Anggota masyarakat melaksanakan pengobatan massal filariasis secara teratur sekali setahun, minimal selama lima tahun berturut-turut.
3.berperan aktif dalam upaya eliminisasi filariasis di daerahnya.
•Pengembangan pesan promosi yang mendukung peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam upaya eliminasi filariasis, antara lain:
•Mengidentifikasi dan menentukan sasaran promosi;
•Menentukan metode promosi yang tepat;
•Merancang dan menggandakan bahan-bahan promosi
Alur Pelaporan
1. Dinas kesehatan kabupaten/kota merekapitulasi seluruh hasil survei dan melaporkan ke dinas kesehatan propinsi.
2. dinas kesehatan propinsi melakukan rekapitulasi dan analisis dari hasil survei kabupaten/kota.
3. dinas kesehatan propinsi membuat pemetaan kabupaten/kota endemis
Evaluasi Keberhasilan1. Perubahan perilaku masyarakat ke arah yang diharapkan, yaitu:
- penduduk bersedia datang dan diperiksa waktu dilakukan SDJ
- penduduk bersedia minum obat secara teratur
- ada usaha penduduk untuk menghindari diri dari gigitan nyamuk dan bersihnya lingkungan pemukiman penduduk dari sarang nyamuk
2. Turunnya tingkat penularan penyakit sesudah dilakukan pengobatan
Penatalaksanaan Kasus Kronis Filariasis
1. Pengobatan Kasus Klinis
untuk daerah endemis dan non-endemis
a. diberikan DEC 3x1 tablet 100mg selama 10 hari berturut-turut dan parasetamol 3x1 tablet 500mg dalam 3 hari perama untuk orang dewasa. Dosis anak disesuaikan dengan BB
b. kasus klinis dengan serangan akut atau kronis yang sedang mengalami serangan akut harus diobati terlebih dahulu
c. apabila penderita berada di daerah endemis, maka pada tahun berikutnya baru boleh diikutsertakan dalam pengobatan massal dengan DEC. albendazole dan parasetamol 1x setahun min. 5 tahun berturut-turut.
2. Perawatan kasus kronis
dilakukan berdasarkan kondisi medis masing-masing kasus
a. Limfedema
•pencucian
•pengobatan luka dan lesi di kulit
• latihan
• meninggikan tungkai atau lengan yang sakit
• pemakaian alas kaki yang cocok
• pemakaian verban elastik
• pemakaian salep antibiotik dan antijamur
• antibiotik sistemik
• bedah kosmetik
c. Hidrokel
• menjaga kebersihan buah zakar
• perawatan luka dan lesi jika ada
• dirujuk ke rumah sakit untuk terapi bedah
b. lymph scrotum•menjaga kebersihan buah zakar
•perawatan luka dan lesi dikulit dengan salep antibiotik atau antijamur
•bila ada serangan akut diobati dengan obat simtomatis
•pengobatan individual DEC 100mg 3x1/hari selama 10 hari
•luka di kulit dapat ditutup dengan verban steril
Kesimpulan
•Filariasis merupakan penyakit menular berbahaya yang penyebaran nya endemis di indonesia. Untuk itu kita sebagai warga Indonesia harus ikut melakukan tindakan pencegahan mulai dari hal-hal kecil, agar Indonesia bebas dari filariasis
Daftar pustaka1. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga.
2. WHO, 1994. Lymphatic filariasis infection and disease :control stategis.
3. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp/article/view/1168/757
4. http://www.indonesian-publichealth.com/2013/02/epidemiolodi-filariasis.html
5. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx
6. DEPKES RI. 2005. Pedoman Penentuan dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis. Jakarta. http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201582%20ttg%20Pedoman%20Pengendalian%20Filariasis%20(Penyakit%20Kaki%20Gajah).pdf.
7. Departemen Kesehatan RI DirJen PPM & PL, Buku 4. Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah. Jakarta. 2004
8. Partono, F., Purnomo, Soewarto, A. and Oemijati, S. 1983. Low dosage diethylcarbamazine administered by villagers for the control of timorian filariasis. Trans. Roy. Soc. Trop. Med. Hyg.78: 9-12
9. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Program Eliminasi Filariasis di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;2006. P. 4-5.
THANK YOUTHANK YOU