Upload
syizae
View
2.337
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan Praktikum tentang fotometer
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR LISTRIK
MAGNET DAN OPTIKA
FOTOMETER
Disusun Oleh :
Siti Zainab (12302241030)
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
PERCOBAAN VIII
FOTOMETER
A. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan dapat:
1. Menentukan daya bola lampu yang belum diketahui berdasarkan lampu standart
2. Mengamati intensitas yang sama dari kedua bola lampu pada jarak tertentu melalui
fotometer.
B. Alat dan Bahan
1. Bola lampu standart
2. Dua buah bola lampu yang belum diketahui dayanya
3. Fotometer
4. Bangku optik berskala cm
5. Pelat bercelah
C. Dasar teori
Gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain. Sementara gelombang
merambat melalui medium, energi dipindahkan sebagai energi getaran dari partikel ke
partikel pada medium tersebut. Untuk gelombang sinusoidal dengan frekuensi f , partikel
bergerak dalam GHS sementara gelombang lewat, sehingga setiap partikel mempunyai
energi 𝐸 =1
2𝑘𝐴2 , dimana A adalah amplitudo geraknya, baik secara tranversal maupun
longitudinal.
Intensitas sebuah gelombang didefinisikan sebagai daya (energi per satuan waktu) yang
dibawa melintasi daerah yang tegak lurus terhadap aliran energi.
𝐼 =𝑃
𝐴=
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 /𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑙𝑢𝑎𝑠 , karena energi sebading dengan kuadrat amplitude gelombang,
demikian juga halnya dengan intensitas : 𝐼 ∝ 𝐴2
Jika gelombang mengalir keluar dari sumber ke semua arah, gelombang tersebut
merupakan gelombang tiga dimensi. Contohnya adalah suara yang merambat di udara
terbuka, gelombnag gempa bumi, dan gelombang cahaya. Jika medium tersebut isotropik
(sama ke semua arah), gelombang dikatakan berbentuk gelombang bola. Sementara
gelombnag merambat keluar, energi yang di bawanya tersebar ke area yang makin lama
makin luas karena luas permukaan bola dengan radius R adalah 4𝜋𝑅2. Berarti intensitas
gelombang adalah :
𝐼 =𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 /𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑙𝑢𝑎𝑠=
𝑃
4𝜋𝑅2
Jika keluaran daya P dari sumber konstant, maka intensitas berkurang sebagai kebalikan
dari kuadrat jarak dari sumber.
𝐼 ∝1
𝑅2 , begitu sebaliknya karena luas dari sumber itu sebanding dengan daya, maka bisa
dicari hubungan atara daya dengan kuadrat jarak dari sumber sebagai berikut :
𝑃 ∝ 𝑅2 , sehingga ketika kita akan mencari daya dari kedua sumber yang berbeda dengan
intensitas yang sama bisa menggunakan perbandingan intensitas yaitu :
𝐼1 = 𝐼2
𝑃1
4𝜋𝑅12 =𝑃2
4𝜋𝑅22
𝑃1
𝑅12 =𝑃2
𝑅22
Dengan :
I1 : intensitas sumber 1 (watt/m2)
I2 : intensitas sumber 2 (watt/m2)
P1 : daya sumber 1 (watt)
P2 : daya sumber 2 (watt)
R1 : jarak dari sumber 1 (m)
R2 : jarak dari sumber 2 (m)
D. Data hasil pengamatan
Terlampir
E. Analisis
a. Nilai Rs dan Rx beserta ketidakpastianya
Ketidakpastian Rs dan Rx
∆𝑹𝒔/∆𝑹𝒙 =𝟏
𝟐𝒏𝒔𝒕
𝟏
𝟐. 𝒐, 𝟏 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒄𝒎
Ketidakpastian Ps
∆𝑷𝒔 =𝟏
𝟐𝒏𝒔𝒕
𝟏
𝟐. 𝟏 = 𝟎, 𝟓 𝑾𝒂𝒕𝒕
Rs lampu pertama
1. (Rs1±ΔRs1) = (45,00±0,05) cm
2. (Rs2±ΔRs2) = (42,00±0,05) cm
3. (Rs3±ΔRs3) = (39,10±0,05) cm
4. (Rs4±ΔRs4) = (36,80±0,05) cm
5. (Rs5±ΔRs5) = (33,80±0,05) cm
Rs lampu kedua
1. (Rs1±ΔRs1) = (59,00±0,05) cm
2. (Rs2±ΔRs2) = (55,00±0,05) cm
3. (Rs3±ΔRs3) = (51,50±0,05) cm
4. (Rs4±ΔRs4) = (47,50±0,05) cm
5. (Rs5±ΔRs5) = (43,50±0,05) cm
Rx lampu pertama
1. (Rx1±ΔRx1) = (40,00±0,05) cm
2. (Rx2±ΔRx2) = (38,00±0,05) cm
3. (Rx3±ΔRx3) = (35,90±0,05) cm
4. (Rx4±ΔRx4) = (33,20±0,05) cm
5. (Rx5±ΔRx5) = (31,20±0,05) cm
Rx lampu kedua
1. (Rx1±ΔRx1) = (21,00±0,05) cm
2. (Rx2±ΔRx2) = (20,00±0,05) cm
3. (Rx3±ΔRx3) = (18,50±0,05) cm
4. (Rx4±ΔRx4) = (17,50±0,05) cm
5. (Rx5±ΔRx5) = (16,50±0,05) cm
b. Menghitung nilai Px beserta ketidakpastiannya dari lampu yang belum diketahui
dayanya
Lampu 1
1. Percobaan 1
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟏 =𝟒𝟎𝟐.𝟕𝟓
𝟒𝟓𝟐 = 𝟓𝟗, 𝟐𝟔 𝒘𝒂𝒕𝒕
2. Percobaan 2
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟐 =𝟑𝟖𝟐.𝟕𝟓
𝟒𝟐𝟐 = 𝟔𝟏, 𝟑𝟗 𝒘𝒂𝒕𝒕
3. Percobaan 3
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟑 =𝟑𝟓,𝟗𝟐.𝟕𝟓
𝟑𝟗,𝟏𝟐 = 𝟔𝟑, 𝟐𝟑 𝒘𝒂𝒕𝒕
4. Percobaan 4
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟒 =𝟑𝟑,𝟐𝟐.𝟕𝟓
𝟑𝟔,𝟖𝟐 = 𝟔𝟏, 𝟎𝟒 𝒘𝒂𝒕𝒕
5. Percobaan 5
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟓 =𝟑𝟏,𝟐𝟐.𝟕𝟓
𝟑𝟑,𝟖𝟐 = 𝟔𝟑, 𝟗𝟏 𝒘𝒂𝒕𝒕
c. Menghitung ketidakpastian Px (ΔPx) dari lampu 1
1) ΔPx percobaan 1
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥1 = 2𝑅𝑥1.𝑃𝑠
𝑅𝑠12 . ∆𝑅𝑥1 +
𝑅𝑥12
𝑅𝑠12 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥12 .𝑃𝑠
𝑅𝑠13 . ∆𝑅𝑠1
∆𝑃𝑥1 = 2.40.75
452 . 0,05 +
402
452 . 0,5 + −
2.402 .75
453 . 0,05
∆𝑃𝑥1 = 0,7𝑤𝑎𝑡𝑡
2) ΔPx percobaan 2
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥2 = 2𝑅𝑥2.𝑃𝑠
𝑅𝑠22 . ∆𝑅𝑥2 +
𝑅𝑥22
𝑅𝑠22 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥22 .𝑃𝑠
𝑅𝑠23 . ∆𝑅𝑠2
∆𝑃𝑥2 = 2.38.75
422 . 0,05 +
382
422 . 0,5 + −
2.382 .75
423 . 0,05
∆𝑃𝑥2 = 0,7 𝑤𝑎𝑡𝑡
3) ΔPx percobaan 3
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥3 = 2𝑅𝑥3.𝑃𝑠
𝑅𝑠32 . ∆𝑅𝑥3 +
𝑅𝑥32
𝑅𝑠32 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥32 .𝑃𝑠
𝑅𝑠33 . ∆𝑅𝑠3
∆𝑃𝑥3 = 2.35,9.75
39,12 . 0,05 +
35,92
39,12 . 0,5 + −
2.35,92 .75
39,13 . 0,05
∆𝑃𝑥3 = 0,8 𝑤𝑎𝑡𝑡
4) ΔPx percobaan 4
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥4 = 2𝑅𝑥4.𝑃𝑠
𝑅𝑠42 . ∆𝑅𝑥4 +
𝑅𝑥42
𝑅𝑠42 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥42 .𝑃𝑠
𝑅𝑠43 . ∆𝑅𝑠4
∆𝑃𝑥4 = 2.33,2.75
36,82 . 0,05 +
33,22
36,82 . 0,5 + −
2.33,22 .75
36,83 . 0,05
∆𝑃𝑥4 = 0,8 𝑤𝑎𝑡𝑡
5) ΔPx percobaan 5
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥5 = 2𝑅𝑥5.𝑃𝑠
𝑅𝑠52 . ∆𝑅𝑥4 +
𝑅𝑥52
𝑅𝑠52 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥52 .𝑃𝑠
𝑅𝑠53 . ∆𝑅𝑠5
∆𝑃𝑥5 = 2.31,2.75
33,82 . 0,05 +
31,22
33,82 . 0,5 + −
2.31,22 .75
33,83 . 0,05
∆𝑃𝑥5 = 0,8 𝑤𝑎𝑡𝑡
d. Hasil analisis (Px±ΔPx) pada lampu 1
1) (Px1±ΔPx1) = (59,3±0,7) watt
2) (Px2±ΔPx2) = (61,4±0,7) watt
3) (Px3±ΔPx3) = (63,2±0,8) watt
4) (Px4±ΔPx4) = (61,0±0,8) watt
5) (Px5±ΔPx5) = (63,9±0,8) watt
Lampu 2
1. Percobaan 1
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟏 =𝟐𝟏𝟐.𝟕𝟓
𝟓𝟗𝟐 = 𝟗, 𝟓𝟎 𝒘𝒂𝒕𝒕
2. Percobaan 2
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟐 =𝟐𝟎𝟐 .𝟕𝟓
𝟓𝟓𝟐 = 𝟗. 𝟗𝟐 𝒘𝒂𝒕𝒕
3. Percobaan 3
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟑 =𝟏𝟖,𝟓𝟐.𝟕𝟓
𝟓𝟏,𝟓𝟐 = 𝟗, 𝟔𝟖 𝒘𝒂𝒕𝒕
4. Percobaan 4
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟒 =𝟏𝟕,𝟓𝟐.𝟕𝟓
𝟒𝟕,𝟓𝟐 = 𝟏𝟎, 𝟏𝟖 𝒘𝒂𝒕𝒕
5. Percobaan 5
𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐 =𝑷𝒙
𝒓𝒙𝟐
𝑷𝒙 =𝒓𝒙𝟐. 𝑷𝒔
𝒓𝒔𝟐
𝑷𝒙𝟓 =𝟏𝟔,𝟓𝟐.𝟕𝟓
𝟒𝟑,𝟓𝟐 = 𝟏𝟎, 𝟕𝟗 𝒘𝒂𝒕𝒕
e. Menghitung ketidakpastian Px (ΔPx) dari lampu 2
1) ΔPx Percobaan 1
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥1 = 2𝑅𝑥1.𝑃𝑠
𝑅𝑠12 . ∆𝑅𝑥1 +
𝑅𝑥12
𝑅𝑠12 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥12 .𝑃𝑠
𝑅𝑠13 . ∆𝑅𝑠1
∆𝑃𝑥1 = 2.21.75
592 . 0,05 +
212
592 . 0,5 + −
2.212 .75
593 . 0,05
∆𝑃𝑥1 = 0,1 𝑤𝑎𝑡𝑡
2) ΔPx Percobaan 2
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥2 = 2𝑅𝑥2.𝑃𝑠
𝑅𝑠22 . ∆𝑅𝑥2 +
𝑅𝑥22
𝑅𝑠22 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥22 .𝑃𝑠
𝑅𝑠23 . ∆𝑅𝑠2
∆𝑃𝑥2 = 2.20.75
552 . 0,05 +
202
552 . 0,5 + −
2.202 .75
553 . 0,05
∆𝑃𝑥2 = 0,1 𝑤𝑎𝑡𝑡
3) ΔPx Percobaan 3
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥3 = 2𝑅𝑥3.𝑃𝑠
𝑅𝑠32 . ∆𝑅𝑥3 +
𝑅𝑥32
𝑅𝑠32 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥32 .𝑃𝑠
𝑅𝑠33 . ∆𝑅𝑠3
∆𝑃𝑥3 = 2.18,5.75
51,52 . 0,05 +
18,52
51,52 . 0,5 + −
2.18,52 .75
51,53 . 0,05
∆𝑃𝑥3 = 0,1 𝑤𝑎𝑡𝑡
4) ΔPx Percobaan 4
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥4 = 2𝑅𝑥4.𝑃𝑠
𝑅𝑠42 . ∆𝑅𝑥4 +
𝑅𝑥42
𝑅𝑠42 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥42 .𝑃𝑠
𝑅𝑠43 . ∆𝑅𝑠4
∆𝑃𝑥4 = 2.17,5.75
47,52 . 0,05 +
17,52
47,52 . 0,5 + −
2.17,52 .75
47,53 . 0,05
∆𝑃𝑥4 = 0,2 𝑤𝑎𝑡𝑡
5) ΔPx Percobaan 5
∆𝑃𝑥 = 𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑥 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑃𝑠 . ∆𝑅𝑥 +
𝜕𝑃𝑥
𝜕𝑅𝑠 . ∆𝑅𝑠
∆𝑃𝑥5 = 2𝑅𝑥5.𝑃𝑠
𝑅𝑠52 . ∆𝑅𝑥5 +
𝑅𝑥52
𝑅𝑠52 . ∆𝑃𝑠 + −
2𝑅𝑥52 .𝑃𝑠
𝑅𝑠53 . ∆𝑅𝑠5
∆𝑃𝑥5 = 2.16,5.75
43,52 . 0,05 +
16,52
43,52 . 0,5 + −
2.16,52 .75
43,53 . 0,05
∆𝑃𝑥5 = 0,2 𝑤𝑎𝑡𝑡
f. Hasil analisis (Px±ΔPx) pada lampu 2
1) (Px1±ΔPx1) = (9,5±0,1) watt
2) (Px2±ΔPx2) = (9,9±0,1) watt
3) (Px3±ΔPx3) = (9,7±0,1) watt
4) (Px4±ΔPx4) = (10,2±0,2) watt
5) (Px5±ΔPx5) = (10,8±0,2) watt
F. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yag saya lakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a) Daya lampu pertama dengan 5 kali percobaan besarnya adalah:
1. (Px1±ΔPx1) = (59,3±0,7) watt
2. (Px2±ΔPx2) = (61,4±0,7) watt
3. (Px3±ΔPx3) = (63,2±0,8) watt
4. (Px4±ΔPx4) = (61,0±0,8) watt
5. (Px5±ΔPx5) = (63,9±0,8) watt
b) Daya lampu kedua dengan 5 kali percobaan besarnya adalah:
1. (Px1±ΔPx1) = (9,5±0,1) watt
2. (Px2±ΔPx2) = (9,9±0,1) watt
3. (Px3±ΔPx3) = (9,7±0,1) watt
4. (Px4±ΔPx4) = (10,2±0,2) watt
5. (Px5±ΔPx5) = (10,8±0,2) watt
c) Intensitas kedua lampu yang dipasang pada jarak tertentu dari fotometer
menunjukkan bahwa ketika diamati intensitas dari lampu yang sudah diketahui
dayanya dengan lampu yang belum diketahui dayanya mempunyai kuat intensitas
yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kecerahan layar pada fotometer antara
sisi yang terkena pantulan sinar dari lampu yang sudah diketahui intensitasnya
dengan sisi yang terkena pantulan dari lampu yang akan dicari dayanya. Dari kasus
ini maka bisa digunakan untuk mencari daya lampu yang akan dicari dengan
menggunakan perbandingan daya dari kedua lampu tersebut terhadap jarak kuadrat
masing-masing lampu dengan fotometer.
G. Pembahasan
Praktikum yang berjudul fotometer ini bertujuan menentukan daya bola lampu yang
belum diketahui berdasarkan lampu standart serta mengamati intensitas yang sama dari
kedua bola lampu pada jarak tertentu. Dalam praktikum ini kami membuat jarak antara
lampu yang akan dicari intensitasnya dengan fotometer (Rx) sebagai variabel bebasnya,
jadi kami mengubah jarak turun 5 cm setiap perulangan pengukuran. Dan pengukuran
untuk mencari Px (daya lampu yang akan dicari) kami lakukan sebanyak 5 kali
pengulangan. Jadi ada 5 Rx untuk setiap lampu yang akan dicari Px_nya. Karena yang
akan kita cari dayanya ada 2 lampu, jadi Rx ada 10 data. Kemudian variabel kontolnya
adalah posisi lampu standartnya. Adapun variabel terikatnya adalah jarak antara lampu
standart dengan fotometer (Rs).
Lampu standart yang kami gunakan dalam percobaan ini dayanya sebesar 75 watt, lalu
nilai skala terkecilnya adalah satu watt. Sehingga ketidakpastian untuk Px adalah ½ nst
yaitu 0,5 watt. Karena dalam mengukur jarak kami menggunakan standart penggaris,
maka ketidak pastian dari Rx maupun Rs adalah ½ nst, yaitu ½.0,1 = 0,05 cm.
Berdasarkan dasar teori, bahwa 𝐼 =𝑃
𝐴
dimana
I : intensitas gelombang (watt/m2)
P : Daya gelombang (watt)
A : luas bidang yang ditembus tegak lurus oleh gelombang (m2)
Karena = 4𝜋𝑅2 , sehingga jika intensitas dari kedua lampu itu sama, maka bisa dicari
dengan persamaan :
𝐼1 = 𝐼2
𝑃1
4𝜋𝑅12 =𝑃2
4𝜋𝑅22 , jadi kita bisa mencari hubungan antara keduanya dengan 𝑃1
𝑅12 =𝑃2
𝑅22
Berdasarkan analisis yang saya lakukan terhadap perolehan data ternyata lampu pertama
mempunyai daya yang hampir sama setiap pengulangan pada pengukuran yaitu sebagai
berikut :
1) (Px1±ΔPx1) = (59,3±0,7) watt
2) (Px2±ΔPx2) = (61,4±0,7) watt
3) (Px3±ΔPx3) = (63,2±0,8) watt
4) (Px4±ΔPx4) = (61,0±0,8) watt
5) (Px5±ΔPx5) = (63,9±0,8) watt
Dari perolehan hasil diatas bisa disimpulkan kalau selisih dari kelima hasil perhitungan
tersebut kecil dan daya lampu pertama ± 60 watt. Jadi data yang kami peroleh sudah
mendekati benar meskipun perolehan hasil perhitungan tdak 100% sama.
Perolehan hasil untuk lampu yang kedua adalah sebagai berikut :
1. (Px1±ΔPx1) = (9,5±0,1) watt
2. (Px2±ΔPx2) = (9,9±0,1) watt
3. (Px3±ΔPx3) = (9,7±0,1) watt
4. (Px4±ΔPx4) = (10,2±0,2) watt
5. (Px5±ΔPx5) = (10,8±0,2) watt
Dari perolehan hasil perhitungan diatas bisa disimpulkan bahwa daya lampu yang kedua
sekitar ±10 Watt. Karena data di atas selisihnya tidak terlalu besar. Begitu pula dengan
lampu pertama. Pada percobaan kali ini tidak dapat dicari rata-rata terbaiknya dari kelima
hasil perhitungan tersebut. Sebab, data yang kami ambil bukan data berulang. Melainkan
pengambilan data tunggal yang dilakukan dengan memvariasi jarak dari fotometer
dengan lampu yang akan dicari dayanya. Tetapi, dari perolehan data tersebut kita bisa tau
semakin pendek jarak Rs semakin pendek juga jarak Rx. Sehingga dari perolehan hasil
percobaan bisa diperoleh hubungan antara Rs dan Rx berbanding lurus kuadrat dan itu
sesuai dengan dasar teori yang ada.
Dari hasil perhitungan kesepuluh data yang diperoleh pastinya mempunyai ketidakpastian
yang berbeda-beda begitu juga dengan perolehan daya untuk setiap data yang diperoleh.
Hal tersebut karena pengaruh dari beberapa faktor, antara lain:
1. Skala pada bangku optik yang kurang tepat pada posisi nol. Sehingga bisa dipastikan
posisi awal sebelum menggeser fotometer dan lampu yang akan dicari dayanya
kurang tepat. Maka, akan berpengaruh pada hasil perhitungan dayanya.
2. Penglihatan pengamat yang tidak sama, bisa saja menurut penglihatan saya intensitas
dari kedua lampu sudah sama, tetapi belum tentu juga menurut teman yang lain sama,
sehingga akan berpengaruh juga pada perolehan Rs dan Rx.
3. Keterbatasan alat ukur, yaitu ketika kita mengukur Rs dan Rx bisa saja posisi skala
yang ditunjuk kurang tepat seperti ketika kita mengamati skala ukurya.
Tetapi secara keseluruhan, data yang kami peroleh sudah bagus, karena hasil dari
perhitungan dayanya tidak terpaut jauh. Diharapkan untuk percobaan selanjutnya
dipastikan kalibrasi alat ukurnya benar-benar pas sehingga tidak terlalu berpengaruh
besar pada hasil perhitungan analisisnya.
H. Daftar Pustaka
Budiyanto, joko. 2009. FISIKA : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Giancoli, Douglas C. 2001. FISIKA/Edisi kelima, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Tim Fisika Dasar. 2013. Petunjuk Praktikum Pengantar lastrik magnet dan Optika.
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika, Jilid 2. Alih bahasa, Bambang Soegijono. Jakarta: Erlangga.