29
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II “TITRASI ASAM-BASA (VOLUMETRI)” Kelompok I: 1. Kurniawan (08101005002) 2. Anita Puspita Dewi (08101005003) 3. Robin Huda (08101005016) 4. Heriansyah Hidayat (08101005009) 5. Risky Sefperizal (08101005025) JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PRAKTIKUM 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRAKTIKUM 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

“TITRASI ASAM-BASA (VOLUMETRI)”

Kelompok I:

1. Kurniawan (08101005002)

2. Anita Puspita Dewi (08101005003)

3. Robin Huda (08101005016)

4. Heriansyah Hidayat (08101005009)

5. Risky Sefperizal (08101005025)

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010/2011

Page 2: PRAKTIKUM 1

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

I. NOMOR PERCOBAAN : I

II. NAMA PERCOBAAN : TITRASI ASAM BASA (VOLUMETRI)

III. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh

yang mengandung asam.

2. Menstandarisasi larutan penetrasi.

IV. DASAR TEORI

Asam adalah suatu zat yang larutan airnya berasa asam memerahkan

lakmus biru bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hydrogen dan

menetralkan basa. Sedangkan basa adalah suatu zat yang airnya pahit

membirukan lakmus merah, terasa licin seperti sabun, dan menetralkan asam.

Didalam air asam melepaskan ion H+ , sedangkan basa melepaskan ion OH-.

Walaupun larutan memiliki rasa asam dan larutan basa agak pahit, namun sifat ini

tidak dapat digunakan untuk mengenali asam atau basa. Oleh karena itu, untuk

mengasamkan atau basa biasanya digunakan kertas lakmus merah atau biru.

Titrasi adalah suatu metode volumetric yang baik untuk menentukan

konsentrasi suatu larutan. Proses ini dikenal dengan menambahkan suatu larutan

yang telahdiketahui nilai konsentrasinya kedalam larutan yang akan ditentukan

konsentrasinya. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya tersebut disebut

larutan standar. Pereaksi yang digunakan dalam percobaan ini dinamakan titran,

dan larutan yang digunakan dinamakan titer atau larutan baku. Perhitungan

konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan pada berat baku yang

ditimbang. Cara ini dikenal dengan standarisasi atau pembakuan. (Adam

Wiryawan, 2011: http//chem.-is-try.org/titrasi-asam-basa).

Ada beberapa teori mengenai tentang asam basa:

Page 3: PRAKTIKUM 1

1. Teori Asam-Basa Arrhenius

Sejak berabad-abad yang lalu , para pakar mendefinisikan asam dan

basa berdasrkan sifat larutnya. Larutan asam mempunyai rasa masam dan

bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain),

sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin seperti

sabun). Pada tahun 1884 Svante August Arrhenius (1859-1927)

mengemukakan teori tentang asam basa.

a. Asam

Menurut Arrhenius, Aasam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+.

dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam Arrhenius

dapat dirumuskan sebagai Hxz dan dalam iar mengalami ionisasi sebagai

berikut :

HxZ (aq) → xH+ (aq) + Z-x(aq)

b. Basa

Menurut Arrhenius, Basa adalah senyawa yang dalam air dapat

menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa sifat asam adalah ion

OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan

sebagai M(OH)x, dan dalam air mengion sebagai berikut:

M(OH)x(aq) → Mx+ (aq) + xOH-

(aq)

2. Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry dan Lewis

Hidrogen klorida (HCl) dalam air bersifat asam (dapat melepas ion

H+) tetapi tidak dalam benzena. Mengapa? Sebenarnya molekul airlah yang

menarik/mengikat ion H+ (proton) dari HCl. Molekul benzene tidak

mempunyai kecendrungan menarik H+. Oleh karena itu, HCl tidak terionisasi

dalam benzene. Jadi, ionisasi HCl dalam air adalah pemindahan sebuah proton

Page 4: PRAKTIKUM 1

(ion H+) dari molekul HCl ke molekul air membentuk ion H3O+ (ion

hidronium).

Pada tahun 1923, Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry dalam yang

bersamaan , walaupun bekerja sendiri-sendiri, mengajukan konsep asam-basa

berdasrkan pemindahan proton (H+). Menurut Bronsted dan Lowry, Asam adalah

spesi yang member proton, sedangkan Basa adalah spesi yang menerima proton pada

suatu reaksi pemindahan proton.

Asam Bronsted-Lowry : donor proton

Basa Bronsted-Lowry : aseptor proton

Gilbert N. Lewis memberikan pengertian asam dan basa berdasarkan serah

terima pasangan electron sebagai berikut:

Asam Lewis : aseptor electron

Basa Lewis : donor electron

Jadi, pada NH3 adalah suatu basa karena memberi pasangan electron,

sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena menerima pasangan electron. Semua

asam-basa Arrhenius maupun asam-basa Bronsted Lowry memenuhi pengertian

asam-basa Lewis. (Michael Purba, 2006. Kimia SMA XI).

Suatu penerapan yang sangat penting dari stoikiometri di laboratorium adalah

analisa dari unsur-unsur untuk menentukan jumlah komposisinya. Pengukuran yang

didasarkan pada massa di namakan gravimeri, sedangkan pengukuran yang

didasarkan pada volume dinamakan volumetri ditetapkan pada analisa suatu contoh

yang mengandung asam.

Suatu analisa volumerti, contoh yang akan pada erlenmeyer dan kemudian

disiapkan untuk dianalisis. Contoh padat dilarutkan terlebih dahulu, selanjutnya

larutan tersebut direaksinkan dengan suatu larutan penetrasi yang diketahui, maka

nilai konsentrasi dari zat yang dianalisis dapat diketahui.

Page 5: PRAKTIKUM 1

Metode volumetric yang diketahui atau yang dilaksanakan dengan tidak

mengetahui nilai konsentrasi penetrasi tidak dapat dilaksanakan. Reaksi yang dapat

dipergunakan untuk melakukan analisa volumetric haruslah mempunyai sifat-sifat

penting, antara lain :

Stoikiometri yang baik

Tidak menerima reaksi sampingan

Laju reaksi tinggi

Tidak ada gangguan berarti

Ada alat untuk mendeteksi titik titik ekivalen titrasi

Secara umum pada pelaksanaan titrasi asam-basa volumetric indikator yang

digunakan adalah indicator yang mempunyai trayek pH 8,3-10,5 dimana larutan ini

merupakan larutan yang tidak berwarna pada larutan asam dan akan berwarna merah

jambu pada larutan bersifat basa.

Titrasi Asam-Basa. Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan utuk

menentukan kadar (titer) larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini, sejumlah

tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai

titik ekivalen (asam dan basa tepat bereaksi). Apabila molaritas salah satu larutan

(asam atau basa) diketahui ditentukan. Proses penetapan kadar suatu larutan dengan

cara tersebut disebut titrasi volume. Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan

larutannya disebut titer atau larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung

berdasarkan berta baku yang ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang

dikenal dengan standarisasi atau pembakuan. Larutan standarisasi atau standar dibagi

menjadi larutan standar primer dan sekunder. Kedua larutan standar ini dapat

digunakan untuk menganalisa kuantitatif suatu senyawa.

Pada analisa volumetric, contoh yang dianalisa ditempatkan dalam erlenmeyer.

Contoh dilarutkan terlebih dahulu, selanjutnya larutan direaksikan dengan larutan

penetrasi yang diketahui maka konsentrasi zat yang dianalisis dapat ditentukan.

Metode volumetric yang lain dpat dilakukan dengan konsentrasi penetrasi yang tidak

diketahui secara tepat dinamakan standarisasi.

Page 6: PRAKTIKUM 1

Reaksi yang dapat dipakai untuk analisis volumetric harus mempunyai sifat-sifat

penting, antara lain stoikiometri yang baik, tidak memberikan reaksi samping hanya

bahan yang dianalisisyang bereaksi dengan titran. Laju reaksi tinggi, tidak ada

gangguan berarti dan terdapat alat untuk mendeteksi titik ekivalen. Jika reaksi

kekurangan satu atau dua dari sifat-sifat tersebut, titrasi masih bisa dilakukan asalkan

dengan tepat dan hati-hati.

Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi, yaitu reaksi pengendapan,

reduksai dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung dengan sempurna. Pada

percobaan ini yang digunakan adalah reaksi asm basa untuki menstandarisasi larutan

basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.

Dalam percobaan ini, ion OH adalah larutan NaOH dan sumber ion H adalah larutan

asam. Mula-mula sipakan larutan NaOH 0,1 M kemudian larutan ini distandarisasi

dengan larutan asam yang diketahui konsentrasinya karena menyerap CO2 dari udara.

Oleh sebab itu larytan NaOH harus distandarisasi sebelum digunakan unuk menitrasi

sampel.

Pada kebanyakan titrasi asam basa perubahan larutan pada titik ekivalen tidak

jelas. Untuk mengatasinya maka digunakan indicator yaitu senyawa organic asam

basa atau lemah mempunyai warna molekul (asam) berbeda dengan warna ionnya

(basa), dimana indiketor ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu.

Indicator berfungsi untuk membedakan larutan yang bersifat asam dan basa. Contoh

indicator yaitu lakmus merah dan lakmus biru, fenolplatein, metal merah, fenol

merah, dan lain-lain. Untuk titrasi asm basa indicator yang digunakan adalah

fenolplaein yang mempunyai trayek pH 8,3-10,5 dimana larutan ini tidak berwarna

pada larutan asam maupun basa. (Tim Kimia Dasar II, 2011 ).

V. ALAT DAN BAHAN

Page 7: PRAKTIKUM 1

1. Labu ukur

2. Biuret

3. Erlenmeyer

4. Labu takar

5. Gelas ukur

6. Pipet tetes

7. Air suling

8. Larutan NaOH

9. Indicator fenolftalein

10. Larutan HCl

11. Asam asetat

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

Page 8: PRAKTIKUM 1

A. Standrisasi Larutan NaOH 0,5 M

Cuci dengan baik buret 50 ml, selanjutnya bilas dengan air suling. Tutup ceratnya

dan masukkan kira-kira 5 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi. Miringkan

dan putar buret untuk membasahi (membilas) permukaan dalam buret. Keluarkan

larutan dari buret dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali lagi dengan

larutan NaOH. Isi buret dengan larutan NaOH sampai mencapai angka nol,

alirkan larutan untuk mengeluerkan gelembung udara pada ujung buret dan isi

buret kembali.

a. Standarisasi dengan HCl

Cuci 3 erlenmeyer 250 ml dan kemudian bilas dengan air suling

Pipet 25 ml larutan HCl standar 0,5 M dan masukkan kedalam setiap

erlenmeyer.

Tambahkan kedalam erlenmeyer masing-masing 3 tetes indicator fenolplatein

dan 25 ml air suling.

Catat kedudukan volume awal larutan NaOH pada erlenmeyer pertama.

Catat volume akhir larutan NaOH pada erlenmeyer pertama dan ditandai

dengan perubahan warna menjdi merah jambu.

Page 9: PRAKTIKUM 1

Ulangi titrasi untuk erlenmeyer kedua dan ketiga.

Hitung molaritas larutan NaOH dengan menunjukkan rincian perhitungannya.

Hitung rata-rata dari krtiga hasil. Jika ketiga hasil menunjukkan perbedaan

lebih besar dari 0,002 M, lakukan standarisasi sekali lagi.

b. Standarisasi dengan KH-Pthalat

Cuci 3 buah erlenmeyer dengan bersih

Isi masing-masing erlenmeyer dengan 0,35 gr KH-Pthalat

Tambahkan 25 ml air suling dan kocok sampai semua larut serta tambahkan 3

tetes indicator fenolplatein.

Larutan pada masing-masing erlenmeyer dititrasi dengan NaoH sampai

terbentuk warna merah muda.

Catat volume NaOH yang terpakai pada masing-,asing erlenmeyer

Hitung molaritas larutan NaoH dan tunjukkan rincian perhitungannya. Jika

ketiga hasil menunjukkan perbedaab lebih besar dari 0.001 M, lakukan

standarisasi sekali lagi.

Page 10: PRAKTIKUM 1

B. Analisa kualitatif dan Kuantitatif Asam Asetil Salisilat (aspirin)

a. Analisa kualitatif

Didihkan 200 mg serbuk tablet dengan 10 ml larutan NaOH selama 2 sampai

3 menit, dinginkan. Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat. Amati hasilnya.Ambil

bagian bening dari (1), tambahkan 2 ml FeCl3 0,1 M. amati hasilnya.

b. Analisa kuantitatif

Timbang dengan seksama 500 mg aspirin, larutkan dalam 10 ml etanol 95 %.

Tambahkan 30 ml NaOH 0,5 M, didihkan hati-hati selama 10 menit. Titrasi

dengan HCl 0.5 m menggunakan indicator larutan fenol merah. Lakukan 3

kali penitrasi.

VII. PERTANYAAN PRAPERCOBAAN

Page 11: PRAKTIKUM 1

1. Apa yang dimaksud dengan asam, basa, titik ekivalen, dan indicator ?

2. Jelaskan perbedaan titik akhir reaksi dengan titik ekivalen !

3. Sebanyak 0,7742 gr kalium hydrogen sitrat dimasukkan kedalam

Erlenmeyer dan dilarutkan dengan air suling kemudian di titrasi dengan

larutan NaOH. Bila terpakai 33,6 ml larutan NaOH, berapa molaritas

larutan NaOH tersebut.

4. Buatlah reaksi antara asam Asetil Salisilat dengan NaOH !

Penyelesaian :

1. Pengertian dari :

Asam adalah senyawa yang dalam air melepaskan ion H+ (hydrogen)

dalam larutannya.

Basa asalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion OH- dalam

larutannya.

Titiik ekivalen adalah titik dimana suatu larutan asam dan basa tepat habis

bereaksi .

Indicator adalah senyawa organik asam maupun basa lemah yang

mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya

(warna basa).

2. Titik ekivalen merupakan suatu titik dimana antara larutan baku dengan

larutan sekunder tepat habis bereaksi, sedangkan titik akhir titrasi merupakan

suatu titik dimana larutan asam dan basa telah habis bereaksi dan larutan telah

berubah warna merah muda.

3. Penyelesaian

Diket : gr KH4C6H5O7 = 0.7742 gr

V NaOH = 33,6 ml = 0,0336 L

Mr KH4C6H5O7 = 232

Dit : M NaOH ……………?

Page 12: PRAKTIKUM 1

Mol =

Mol KH4C6H5O7 = Mol NaOH

Mol KH4C6H5O7 = 0,7742/ 232 = 0,003 mol

Mol NaOH = mol/ V

= 0,003/ 0,0336

= 0,09 M

4. Asam Salisilt dengan NaOH

O O

C─ OH C─ ONa

O + NaOH → O + H2O

O─C─CH3 O−C−CH3

O O

Page 13: PRAKTIKUM 1

VIII. DATA HASIL PENGAMATAN

A. Standarisasi dengan HCl

HCl + Air suling + Indicator PP

Erlenmeyer Volume Awal Volume Akhir

I

II

III

0

0

0

9,3

7,7

8,2

B. Standarisasi dengan KH-Pthalat

KH-Pthalat + Aquadest + Indikator PP

Erlenmeyer Volume Awal Volume Akhir

I

II

III

0

0

0

4

6

4,7

C. Analisa kualitatif dan kuantitatif

Aspirin + NaCl + H2SO4

Menghasilkan warna coklat pekat dan terdapat lapisan bening

Aspirin dipanaskan warna menjadi biru

IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN

Page 14: PRAKTIKUM 1

A. Reaksi

1. HCl → H+ + Cl-

NaOH → Na+ + OH-

2.

O O

C─ OK C─ ONa

O + NaOH → O + KOH

O─C─OH C−OH

O O

3. KH-Pthalat

O O

C─ OH C─ ONa

O + NaOH → O + H2O

O─C─CH3 O−C−CH3

O O

Asam salisilat

B. Perhitungan

Page 15: PRAKTIKUM 1

1. Strandarisasi dengan HCl

Dik : V1 = 9,3

V2 = 7,7

V3 = 8,2

V NaOH = V1 + V2 + V3

3

= 9,3 +7,7 +8,2 =25,2 = 8,4

3

M HCl = M NaOH . V NaOH

V HCl

= 0,01 x 8,4 = 0,084

12,4 12,4

= 0,00672

% kesalahan = M teori – M praktek x 100 %

M teori

= 0,01 - 0,00672 x 100 %

0,01

= 3,28 %

2. Standarisasi KH-Pthalat

V NaoOH = 8,4

M KH-Pthalat = gr 1000

BM V

= 0,175 x 1000

204 8,4

Page 16: PRAKTIKUM 1

= 0, 102

% kesalahan = M teori – M praktek x 100 %

M teori

= 0,5 – 0,102 x 100 %

0,5

= 7, 9 %

X. PEMBAHASAN

Page 17: PRAKTIKUM 1

Percobaan kali ini tentang titrasi asam basa yang mana pada percobaan ini.

Sudah dilakukan standarisasi dengan larutan Natrium Hidroksida dan Asam

Klorida, adapun tujuan dari standarisasi ini untuk mengetahui nilai konsentrasi

dari HCl dan KH-Pthalat.

Pada percobaan ini kita mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk

menganalisa contoh yang mengandung asam, dan menstandarisasi larutan

penetrasi. Larutan NaOH yang diteteskan ke dalam erlenmeyer yang mana di

dalam erlenmeyer sudah terdapat campuran asamklorida, air suling, dan

fenolplatein sebagai indicator, harus diteteskan sedikit demi sedikit agar dapat

melihat dan menetukan titik ekivalen dan titik akhir dalam reaksi yang terjadi.

Titik ekivalen merupakan titik dimana larutan asam dan basa tepat habis

bereaksi. Reaksi ini terjadi pada saat larutan NaOH dan larutan dalam erlenmeyer

bereaksi dan menimbulkan warna ungu dan warna larutan belum permanen.

Sedangkan Titik akhir merupakan titik dimana larutan asam dan basa telah habis

bereaksi. Keadaan ini terjadi pada saat larutan telah berubah warna menjadi

merah muda dan sudah permanen atau tidak bisa kembali lagi seperti semula.

Pada keadaan ini reaksi harus segera dihentikan karena sudah mencapai titik akhir

dari titrasi.

Analisa yang dipakai pada percobaan ini yakni analisa kualitatif. Analisa

kualitatif merupakan analisa yang didasarkan pada pengamatan dan perubahan

fisik dari suatu larutan. Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah

diketahui konsentrasinya. Larutan standar pada percobaan ini yaitu larutan NaOH,

sedangkan larutan stndar sekunder merupakan larutan yang belum diketahui

konsentrasinya. Sedangkan analisa kuantitatif merupakan analisa yang digunakan

berdasarkan perhhitungan. Dalam hal ini kita diharuskan untuk mencari molaritas

dan persen kesalan.

Page 18: PRAKTIKUM 1

Indikator merupakan senyawa asam atau basa lemah yang mempunyai warna

molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa). Dimana

indicator ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Indicator

berfungsi untuk membedakan larutan yang bersifat asam dan basa. Indicator yang

digunakan pada percobaan ini yakni indicator fenolplatein dimana larutan ini

tidak berwarna pada larutan asam dan berwarna merah jambu pada larutan basa.

Perbedaan hasil yang didapatkan dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang

digunakan mungkun telah terkontaminasi dengan udara, atau indicator yang

digunakan sudah tidak murni dan alat yang digunakan kurang steril (bersih).

Dalam percobaan ini, ketepatan larutan amatlah penting. Selain itu dalam

proses titrasi ada factor yag mendukung mempercepatnya proses titrasi, yakni

diantaranya proses pengadukan. Dimana dalam pengadukan yang konstan dapat

mempercepat terjadinya proses reaksi.

Page 19: PRAKTIKUM 1

XI. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Titik akhir titrasi adalah titik dimana larutan asam dan basa telah habis

bereaksi, dan larutan sudah menjadi warna merah jambu yang permanen.

2. Titrsi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan

konsentrasi suatu larutan asam basa.

3. Titik ekivalen adalah titik dimana larutan asam dan basa tepat habis bereaksi,

dan larutan masih belum berubah warna.

4. Titrasi dikatakan berhasil apabila hasil titrasi berwarna merah jambu bukan

merah pekat, untuk menghasilkan warna seperti ini diperlukan ketelitian.

5. Indicator adalah senyawa organic asam maupun basa lemah yang mempunyai

warna molekul (asam) berbeda dengan warna ionnya (basa).

Page 20: PRAKTIKUM 1

DAFTAR PUSTAKA

Adam Wiryawan, 2011. Titrasai Asam Basa. http//chem.-is-try.org/titrasi-asam-basa

(Akses sabtu 14, mei 2011, jam 20.15)

Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA XI. Jilid 2. 326. Jakarta : Penerbit Erlangga

Tim Kimia Dasar. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Palembang :

Universitas Sriwijaya

LAMPIRAN

Page 21: PRAKTIKUM 1

Buret Labu Ukur Pipet tetes

Erlenmeyer Gelas Ukur Gelas beker