Upload
annisa-putri-oktaviani
View
142
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II
“TITRASI ASAM-BASA (VOLUMETRI)”
Kelompok I:
1. Kurniawan (08101005002)
2. Anita Puspita Dewi (08101005003)
3. Robin Huda (08101005016)
4. Heriansyah Hidayat (08101005009)
5. Risky Sefperizal (08101005025)
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010/2011
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR II
I. NOMOR PERCOBAAN : I
II. NAMA PERCOBAAN : TITRASI ASAM BASA (VOLUMETRI)
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh
yang mengandung asam.
2. Menstandarisasi larutan penetrasi.
IV. DASAR TEORI
Asam adalah suatu zat yang larutan airnya berasa asam memerahkan
lakmus biru bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hydrogen dan
menetralkan basa. Sedangkan basa adalah suatu zat yang airnya pahit
membirukan lakmus merah, terasa licin seperti sabun, dan menetralkan asam.
Didalam air asam melepaskan ion H+ , sedangkan basa melepaskan ion OH-.
Walaupun larutan memiliki rasa asam dan larutan basa agak pahit, namun sifat ini
tidak dapat digunakan untuk mengenali asam atau basa. Oleh karena itu, untuk
mengasamkan atau basa biasanya digunakan kertas lakmus merah atau biru.
Titrasi adalah suatu metode volumetric yang baik untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan. Proses ini dikenal dengan menambahkan suatu larutan
yang telahdiketahui nilai konsentrasinya kedalam larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya tersebut disebut
larutan standar. Pereaksi yang digunakan dalam percobaan ini dinamakan titran,
dan larutan yang digunakan dinamakan titer atau larutan baku. Perhitungan
konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan pada berat baku yang
ditimbang. Cara ini dikenal dengan standarisasi atau pembakuan. (Adam
Wiryawan, 2011: http//chem.-is-try.org/titrasi-asam-basa).
Ada beberapa teori mengenai tentang asam basa:
1. Teori Asam-Basa Arrhenius
Sejak berabad-abad yang lalu , para pakar mendefinisikan asam dan
basa berdasrkan sifat larutnya. Larutan asam mempunyai rasa masam dan
bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain),
sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin seperti
sabun). Pada tahun 1884 Svante August Arrhenius (1859-1927)
mengemukakan teori tentang asam basa.
a. Asam
Menurut Arrhenius, Aasam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+.
dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam Arrhenius
dapat dirumuskan sebagai Hxz dan dalam iar mengalami ionisasi sebagai
berikut :
HxZ (aq) → xH+ (aq) + Z-x(aq)
b. Basa
Menurut Arrhenius, Basa adalah senyawa yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa sifat asam adalah ion
OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan
sebagai M(OH)x, dan dalam air mengion sebagai berikut:
M(OH)x(aq) → Mx+ (aq) + xOH-
(aq)
2. Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry dan Lewis
Hidrogen klorida (HCl) dalam air bersifat asam (dapat melepas ion
H+) tetapi tidak dalam benzena. Mengapa? Sebenarnya molekul airlah yang
menarik/mengikat ion H+ (proton) dari HCl. Molekul benzene tidak
mempunyai kecendrungan menarik H+. Oleh karena itu, HCl tidak terionisasi
dalam benzene. Jadi, ionisasi HCl dalam air adalah pemindahan sebuah proton
(ion H+) dari molekul HCl ke molekul air membentuk ion H3O+ (ion
hidronium).
Pada tahun 1923, Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry dalam yang
bersamaan , walaupun bekerja sendiri-sendiri, mengajukan konsep asam-basa
berdasrkan pemindahan proton (H+). Menurut Bronsted dan Lowry, Asam adalah
spesi yang member proton, sedangkan Basa adalah spesi yang menerima proton pada
suatu reaksi pemindahan proton.
Asam Bronsted-Lowry : donor proton
Basa Bronsted-Lowry : aseptor proton
Gilbert N. Lewis memberikan pengertian asam dan basa berdasarkan serah
terima pasangan electron sebagai berikut:
Asam Lewis : aseptor electron
Basa Lewis : donor electron
Jadi, pada NH3 adalah suatu basa karena memberi pasangan electron,
sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena menerima pasangan electron. Semua
asam-basa Arrhenius maupun asam-basa Bronsted Lowry memenuhi pengertian
asam-basa Lewis. (Michael Purba, 2006. Kimia SMA XI).
Suatu penerapan yang sangat penting dari stoikiometri di laboratorium adalah
analisa dari unsur-unsur untuk menentukan jumlah komposisinya. Pengukuran yang
didasarkan pada massa di namakan gravimeri, sedangkan pengukuran yang
didasarkan pada volume dinamakan volumetri ditetapkan pada analisa suatu contoh
yang mengandung asam.
Suatu analisa volumerti, contoh yang akan pada erlenmeyer dan kemudian
disiapkan untuk dianalisis. Contoh padat dilarutkan terlebih dahulu, selanjutnya
larutan tersebut direaksinkan dengan suatu larutan penetrasi yang diketahui, maka
nilai konsentrasi dari zat yang dianalisis dapat diketahui.
Metode volumetric yang diketahui atau yang dilaksanakan dengan tidak
mengetahui nilai konsentrasi penetrasi tidak dapat dilaksanakan. Reaksi yang dapat
dipergunakan untuk melakukan analisa volumetric haruslah mempunyai sifat-sifat
penting, antara lain :
Stoikiometri yang baik
Tidak menerima reaksi sampingan
Laju reaksi tinggi
Tidak ada gangguan berarti
Ada alat untuk mendeteksi titik titik ekivalen titrasi
Secara umum pada pelaksanaan titrasi asam-basa volumetric indikator yang
digunakan adalah indicator yang mempunyai trayek pH 8,3-10,5 dimana larutan ini
merupakan larutan yang tidak berwarna pada larutan asam dan akan berwarna merah
jambu pada larutan bersifat basa.
Titrasi Asam-Basa. Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan utuk
menentukan kadar (titer) larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini, sejumlah
tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai
titik ekivalen (asam dan basa tepat bereaksi). Apabila molaritas salah satu larutan
(asam atau basa) diketahui ditentukan. Proses penetapan kadar suatu larutan dengan
cara tersebut disebut titrasi volume. Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan
larutannya disebut titer atau larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung
berdasarkan berta baku yang ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang
dikenal dengan standarisasi atau pembakuan. Larutan standarisasi atau standar dibagi
menjadi larutan standar primer dan sekunder. Kedua larutan standar ini dapat
digunakan untuk menganalisa kuantitatif suatu senyawa.
Pada analisa volumetric, contoh yang dianalisa ditempatkan dalam erlenmeyer.
Contoh dilarutkan terlebih dahulu, selanjutnya larutan direaksikan dengan larutan
penetrasi yang diketahui maka konsentrasi zat yang dianalisis dapat ditentukan.
Metode volumetric yang lain dpat dilakukan dengan konsentrasi penetrasi yang tidak
diketahui secara tepat dinamakan standarisasi.
Reaksi yang dapat dipakai untuk analisis volumetric harus mempunyai sifat-sifat
penting, antara lain stoikiometri yang baik, tidak memberikan reaksi samping hanya
bahan yang dianalisisyang bereaksi dengan titran. Laju reaksi tinggi, tidak ada
gangguan berarti dan terdapat alat untuk mendeteksi titik ekivalen. Jika reaksi
kekurangan satu atau dua dari sifat-sifat tersebut, titrasi masih bisa dilakukan asalkan
dengan tepat dan hati-hati.
Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi, yaitu reaksi pengendapan,
reduksai dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung dengan sempurna. Pada
percobaan ini yang digunakan adalah reaksi asm basa untuki menstandarisasi larutan
basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
Dalam percobaan ini, ion OH adalah larutan NaOH dan sumber ion H adalah larutan
asam. Mula-mula sipakan larutan NaOH 0,1 M kemudian larutan ini distandarisasi
dengan larutan asam yang diketahui konsentrasinya karena menyerap CO2 dari udara.
Oleh sebab itu larytan NaOH harus distandarisasi sebelum digunakan unuk menitrasi
sampel.
Pada kebanyakan titrasi asam basa perubahan larutan pada titik ekivalen tidak
jelas. Untuk mengatasinya maka digunakan indicator yaitu senyawa organic asam
basa atau lemah mempunyai warna molekul (asam) berbeda dengan warna ionnya
(basa), dimana indiketor ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu.
Indicator berfungsi untuk membedakan larutan yang bersifat asam dan basa. Contoh
indicator yaitu lakmus merah dan lakmus biru, fenolplatein, metal merah, fenol
merah, dan lain-lain. Untuk titrasi asm basa indicator yang digunakan adalah
fenolplaein yang mempunyai trayek pH 8,3-10,5 dimana larutan ini tidak berwarna
pada larutan asam maupun basa. (Tim Kimia Dasar II, 2011 ).
V. ALAT DAN BAHAN
1. Labu ukur
2. Biuret
3. Erlenmeyer
4. Labu takar
5. Gelas ukur
6. Pipet tetes
7. Air suling
8. Larutan NaOH
9. Indicator fenolftalein
10. Larutan HCl
11. Asam asetat
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Standrisasi Larutan NaOH 0,5 M
Cuci dengan baik buret 50 ml, selanjutnya bilas dengan air suling. Tutup ceratnya
dan masukkan kira-kira 5 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi. Miringkan
dan putar buret untuk membasahi (membilas) permukaan dalam buret. Keluarkan
larutan dari buret dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali lagi dengan
larutan NaOH. Isi buret dengan larutan NaOH sampai mencapai angka nol,
alirkan larutan untuk mengeluerkan gelembung udara pada ujung buret dan isi
buret kembali.
a. Standarisasi dengan HCl
Cuci 3 erlenmeyer 250 ml dan kemudian bilas dengan air suling
↓
Pipet 25 ml larutan HCl standar 0,5 M dan masukkan kedalam setiap
erlenmeyer.
↓
Tambahkan kedalam erlenmeyer masing-masing 3 tetes indicator fenolplatein
dan 25 ml air suling.
↓
Catat kedudukan volume awal larutan NaOH pada erlenmeyer pertama.
↓
Catat volume akhir larutan NaOH pada erlenmeyer pertama dan ditandai
dengan perubahan warna menjdi merah jambu.
↓
Ulangi titrasi untuk erlenmeyer kedua dan ketiga.
↓
Hitung molaritas larutan NaOH dengan menunjukkan rincian perhitungannya.
Hitung rata-rata dari krtiga hasil. Jika ketiga hasil menunjukkan perbedaan
lebih besar dari 0,002 M, lakukan standarisasi sekali lagi.
b. Standarisasi dengan KH-Pthalat
Cuci 3 buah erlenmeyer dengan bersih
↓
Isi masing-masing erlenmeyer dengan 0,35 gr KH-Pthalat
↓
Tambahkan 25 ml air suling dan kocok sampai semua larut serta tambahkan 3
tetes indicator fenolplatein.
↓
Larutan pada masing-masing erlenmeyer dititrasi dengan NaoH sampai
terbentuk warna merah muda.
↓
Catat volume NaOH yang terpakai pada masing-,asing erlenmeyer
↓
Hitung molaritas larutan NaoH dan tunjukkan rincian perhitungannya. Jika
ketiga hasil menunjukkan perbedaab lebih besar dari 0.001 M, lakukan
standarisasi sekali lagi.
B. Analisa kualitatif dan Kuantitatif Asam Asetil Salisilat (aspirin)
a. Analisa kualitatif
Didihkan 200 mg serbuk tablet dengan 10 ml larutan NaOH selama 2 sampai
3 menit, dinginkan. Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat. Amati hasilnya.Ambil
bagian bening dari (1), tambahkan 2 ml FeCl3 0,1 M. amati hasilnya.
b. Analisa kuantitatif
Timbang dengan seksama 500 mg aspirin, larutkan dalam 10 ml etanol 95 %.
Tambahkan 30 ml NaOH 0,5 M, didihkan hati-hati selama 10 menit. Titrasi
dengan HCl 0.5 m menggunakan indicator larutan fenol merah. Lakukan 3
kali penitrasi.
VII. PERTANYAAN PRAPERCOBAAN
1. Apa yang dimaksud dengan asam, basa, titik ekivalen, dan indicator ?
2. Jelaskan perbedaan titik akhir reaksi dengan titik ekivalen !
3. Sebanyak 0,7742 gr kalium hydrogen sitrat dimasukkan kedalam
Erlenmeyer dan dilarutkan dengan air suling kemudian di titrasi dengan
larutan NaOH. Bila terpakai 33,6 ml larutan NaOH, berapa molaritas
larutan NaOH tersebut.
4. Buatlah reaksi antara asam Asetil Salisilat dengan NaOH !
Penyelesaian :
1. Pengertian dari :
Asam adalah senyawa yang dalam air melepaskan ion H+ (hydrogen)
dalam larutannya.
Basa asalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion OH- dalam
larutannya.
Titiik ekivalen adalah titik dimana suatu larutan asam dan basa tepat habis
bereaksi .
Indicator adalah senyawa organik asam maupun basa lemah yang
mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya
(warna basa).
2. Titik ekivalen merupakan suatu titik dimana antara larutan baku dengan
larutan sekunder tepat habis bereaksi, sedangkan titik akhir titrasi merupakan
suatu titik dimana larutan asam dan basa telah habis bereaksi dan larutan telah
berubah warna merah muda.
3. Penyelesaian
Diket : gr KH4C6H5O7 = 0.7742 gr
V NaOH = 33,6 ml = 0,0336 L
Mr KH4C6H5O7 = 232
Dit : M NaOH ……………?
Mol =
Mol KH4C6H5O7 = Mol NaOH
Mol KH4C6H5O7 = 0,7742/ 232 = 0,003 mol
Mol NaOH = mol/ V
= 0,003/ 0,0336
= 0,09 M
4. Asam Salisilt dengan NaOH
O O
C─ OH C─ ONa
O + NaOH → O + H2O
O─C─CH3 O−C−CH3
O O
VIII. DATA HASIL PENGAMATAN
A. Standarisasi dengan HCl
HCl + Air suling + Indicator PP
Erlenmeyer Volume Awal Volume Akhir
I
II
III
0
0
0
9,3
7,7
8,2
B. Standarisasi dengan KH-Pthalat
KH-Pthalat + Aquadest + Indikator PP
Erlenmeyer Volume Awal Volume Akhir
I
II
III
0
0
0
4
6
4,7
C. Analisa kualitatif dan kuantitatif
Aspirin + NaCl + H2SO4
Menghasilkan warna coklat pekat dan terdapat lapisan bening
Aspirin dipanaskan warna menjadi biru
IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN
A. Reaksi
1. HCl → H+ + Cl-
NaOH → Na+ + OH-
2.
O O
C─ OK C─ ONa
O + NaOH → O + KOH
O─C─OH C−OH
O O
3. KH-Pthalat
O O
C─ OH C─ ONa
O + NaOH → O + H2O
O─C─CH3 O−C−CH3
O O
Asam salisilat
B. Perhitungan
1. Strandarisasi dengan HCl
Dik : V1 = 9,3
V2 = 7,7
V3 = 8,2
V NaOH = V1 + V2 + V3
3
= 9,3 +7,7 +8,2 =25,2 = 8,4
3
M HCl = M NaOH . V NaOH
V HCl
= 0,01 x 8,4 = 0,084
12,4 12,4
= 0,00672
% kesalahan = M teori – M praktek x 100 %
M teori
= 0,01 - 0,00672 x 100 %
0,01
= 3,28 %
2. Standarisasi KH-Pthalat
V NaoOH = 8,4
M KH-Pthalat = gr 1000
BM V
= 0,175 x 1000
204 8,4
= 0, 102
% kesalahan = M teori – M praktek x 100 %
M teori
= 0,5 – 0,102 x 100 %
0,5
= 7, 9 %
X. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini tentang titrasi asam basa yang mana pada percobaan ini.
Sudah dilakukan standarisasi dengan larutan Natrium Hidroksida dan Asam
Klorida, adapun tujuan dari standarisasi ini untuk mengetahui nilai konsentrasi
dari HCl dan KH-Pthalat.
Pada percobaan ini kita mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk
menganalisa contoh yang mengandung asam, dan menstandarisasi larutan
penetrasi. Larutan NaOH yang diteteskan ke dalam erlenmeyer yang mana di
dalam erlenmeyer sudah terdapat campuran asamklorida, air suling, dan
fenolplatein sebagai indicator, harus diteteskan sedikit demi sedikit agar dapat
melihat dan menetukan titik ekivalen dan titik akhir dalam reaksi yang terjadi.
Titik ekivalen merupakan titik dimana larutan asam dan basa tepat habis
bereaksi. Reaksi ini terjadi pada saat larutan NaOH dan larutan dalam erlenmeyer
bereaksi dan menimbulkan warna ungu dan warna larutan belum permanen.
Sedangkan Titik akhir merupakan titik dimana larutan asam dan basa telah habis
bereaksi. Keadaan ini terjadi pada saat larutan telah berubah warna menjadi
merah muda dan sudah permanen atau tidak bisa kembali lagi seperti semula.
Pada keadaan ini reaksi harus segera dihentikan karena sudah mencapai titik akhir
dari titrasi.
Analisa yang dipakai pada percobaan ini yakni analisa kualitatif. Analisa
kualitatif merupakan analisa yang didasarkan pada pengamatan dan perubahan
fisik dari suatu larutan. Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya. Larutan standar pada percobaan ini yaitu larutan NaOH,
sedangkan larutan stndar sekunder merupakan larutan yang belum diketahui
konsentrasinya. Sedangkan analisa kuantitatif merupakan analisa yang digunakan
berdasarkan perhhitungan. Dalam hal ini kita diharuskan untuk mencari molaritas
dan persen kesalan.
Indikator merupakan senyawa asam atau basa lemah yang mempunyai warna
molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa). Dimana
indicator ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Indicator
berfungsi untuk membedakan larutan yang bersifat asam dan basa. Indicator yang
digunakan pada percobaan ini yakni indicator fenolplatein dimana larutan ini
tidak berwarna pada larutan asam dan berwarna merah jambu pada larutan basa.
Perbedaan hasil yang didapatkan dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang
digunakan mungkun telah terkontaminasi dengan udara, atau indicator yang
digunakan sudah tidak murni dan alat yang digunakan kurang steril (bersih).
Dalam percobaan ini, ketepatan larutan amatlah penting. Selain itu dalam
proses titrasi ada factor yag mendukung mempercepatnya proses titrasi, yakni
diantaranya proses pengadukan. Dimana dalam pengadukan yang konstan dapat
mempercepat terjadinya proses reaksi.
XI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Titik akhir titrasi adalah titik dimana larutan asam dan basa telah habis
bereaksi, dan larutan sudah menjadi warna merah jambu yang permanen.
2. Titrsi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan asam basa.
3. Titik ekivalen adalah titik dimana larutan asam dan basa tepat habis bereaksi,
dan larutan masih belum berubah warna.
4. Titrasi dikatakan berhasil apabila hasil titrasi berwarna merah jambu bukan
merah pekat, untuk menghasilkan warna seperti ini diperlukan ketelitian.
5. Indicator adalah senyawa organic asam maupun basa lemah yang mempunyai
warna molekul (asam) berbeda dengan warna ionnya (basa).
DAFTAR PUSTAKA
Adam Wiryawan, 2011. Titrasai Asam Basa. http//chem.-is-try.org/titrasi-asam-basa
(Akses sabtu 14, mei 2011, jam 20.15)
Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA XI. Jilid 2. 326. Jakarta : Penerbit Erlangga
Tim Kimia Dasar. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Palembang :
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Buret Labu Ukur Pipet tetes
Erlenmeyer Gelas Ukur Gelas beker