Praktikum Limbah Industri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Praktikum Limbah Industri

Citation preview

  • BAB II

    DASAR TEORI

    Kekeruhan adalah jumlah dari butir-butir zat yang tergenang dalan air.

    Kekeruhan mengukur hasil penyebaran sinar dari butir-butir zat tergenang.

    Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

    banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

    dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

    tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan

    anorganik dan organic yang berupa plankton dan mikro organism lain (Anonim,

    2014).

    Ada beberapa parameter dalam menentukan tingkat pencemaran limbah.

    Salag satunya, yaitu parameter kunci diantaranya pH, DHL, DO, COD, dan BOD

    (Hadi, 2005)

    Konduktivitas adalah ukuran dari kemampuan suatu larutan untuk

    membawa arus listrik. Karena ukuran arus relatif kecil maka arus diukur dalam

    satuan mikro- ohm. Kemampuan suatu larutan dalam menghantarkan arus

    tergantung pada konsentrasi ion didalam larutan (Gerardi, 2006).

    Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial

    gas-gas yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan

    unsur-unsur mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun

    apabila suhu dan salinitas meningkat, oksigen terlarut dalam suatu perairan juga

    akan menurun akibat pembusukan-pembusukan dan respirasi dari hewan dan

    tumbuhan yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas serta

    menurunnya pH (Nybakken, 1992).

    PH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

    keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. PH didefinisikan

    sebagai kologaritmaaktivision hydrogen (H+) yang terlarut. PH merupakan ukuran

    dari keasaman atau kebasaan suatu larutan dengan temperature berkisar antara 20

    - 25 o C (Prichard, 2003).

    Limbah cair industri tahu berada di atas ambang batas baku mutu air limbah,

    yang merupakan baku mutu untuk air limbah yang dihasilkan oleh industri-

  • industri, seperti limbah yang dihasilkan oleh industri makanan dan minuman.

    Nilai BOD5 sebelum perlakuan sebesar 220,15 mg/L berada diatas ambang batas

    yang diperkenankan berdasarkan BakuMutu Air Limbah sehingga nilai BOD

    sangat tinggi dan termasuk limbah yang berasal dari industri, hal ini disebabkan

    karena limbah belum mengalami pengolahan sehingga jumlah oksigen diperlukan

    untuk memecah atau mendegradasi limbah cair industri tahu sangat tinggi.

    Tingginya nilai BOD dan COD pada limbah cair industri tahu akan menyebabkan

    bahan organik di dalam badan perairan menjadi tinggi, selain itu oksigen terlarut

    dalam badan perairan menjadi rendah sehingga menyebabkan kehidupan hewan

    air dan ikan yang membutuhkan oksigen menjadi mati (Sudaryati, 2008).

    Oksigen terlarut (DO) merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan

    tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut

    tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen

    minimal yang dibutuhkan untuk kehidupan (Fardiaz, 1992).

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Tabel Analisa Pengukuran Kekeruhan (Spektrofotometer)

    Sampel 1 (mg/L) Sampel 2 (mg/L)

    Ulangan 1 810 950

    Ulangan 2 860 1120

    Ulangan 3 1080 1040

    Rata-rata 916, 7 1036, 7

    2. Tabel Pengukuran Daya Hantar Listrik, TDS, dan Salinitas dengan

    Conductivitymeter

    TDS

    (mg/L)

    SAL

    (0/00)

    COND(s/cm) SUHU(0F)

    Sampel

    1

    Ulangan

    1 75, 5 88 150, 9 88, 1

    Ulangan

    2 75, 4 88

    150, 9 88, 1

    Ulangan

    3 75, 4 88

    150, 9 87, 9

    Rata-

    rata 75, 43 88

    150, 9 88, 03

    Sampel

    2

    Ulangan

    1 72, 1 83 144, 2 87, 9

    Ulangan

    2 79, 3 92 158, 5 87, 9

    Ulangan

    3 78, 3 91 156, 7 88, 5

    Rata-

    rata 76, 5 88,7 153, 1 88, 01

  • 3. Tabel Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)

    DO (mg/L) Suhu (0C)

    Sampel 1

    Ulangan 1 37, 1 31,4

    Ulangan 2 33, 8 31,9

    Ulangan 3 34 31,9

    Rata-rata 34, 97 31, 73

    Sampel 2

    Ulangan 1 31, 6 32

    Ulangan 2 31, 2 32

    Ulangan 3 31, 4 31, 9

    Rata-rata 31, 4 31, 97

    4. Tabel Pengukuran pH dan Suhu

    Indikator Hasil Sifat

    Sampel 1 pH 5, 4 asam

    Suhu 31,13 0C

    Sampel 2 pH 5, 5 asam

    Suhu 31,05 0C

    5. Tabel Pengukuran Warna dan Bau

    Sampel 1

    Warna Sampel Kuning keruh

    Bau Sampel Bau asam, tengik tidak sedap

    Sampel 2

    Warna Sampel Kuning keruh

    Bau Sampel Bau asam, tengik tidak sedap.

  • B. Analisa dan Pembahasan

    Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses

    produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah harus diuji

    fisik karena limbah dapat mencemari lingkungan sehingga harus diketahui

    keadaan fisik dari limbah tersebut apakah masih dalam ambang batas atau

    sudah melebihinya.

    1. Analisis Pengukuran Kekeruhan

    Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar

    untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix

    turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin

    turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur

    atau benda koloid di dalam air (Anonim 1, 2014).

    Faktor yang mempengaruhi kekeruhan adalah:

    a. Temperatur, semakin tinggi suhu semakin sedikit oksigen dan terjadi

    degradasi anaerobic.

    b. Warna, warna dapat berasal dari organisme yang ada dan bahan-bahan

    yang tersuspensi.

    c. Solid, kandungan zat padat menghalangi pnetrasi sinar matahari

    kedalam air.

    d. Bau dan rasa, bau dan rasa ditimbulkan oleh senyawa-senyawa organik.

    e. PH, pH dapat mempengaruhi rasa dan kosrosifitas air.

    Metode pengukuran kekeruhan lainnya adalah turbidimetri dan

    spektrofotometer. Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang

    didasarkan pada pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan

    akibat adanya partikel padat dalam larutan setelah sinar melewati suatu

    larutan yang mengandung partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri adalah

    analisa yang berdasarkan hamburan cahaya. Spektrofotometri merupakan

    suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar

    monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang

    spesifik dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi

    dengan detector Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat

    tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu

  • daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah inframerah

    (700-3000 nm). Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum

    Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik (I0), melalui suatu media

    (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan

    (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Berdasarkan analisa pengukuran

    kekeruhan menggunakan spektrofotometer diketahui bahwa pada sampel 1

    rata-rata nilai kekeruhannya adalah 916,7 mg/L, sedangkan pada sampel 2

    diperoleh bahwa rata-rata nilai kekeruhannya adalah 1036,7 mg/L. Menurut

    Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008

    Tentang Baku Mutu Air Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui

    bahwa nilai ambang batas kekeruhan limbah adalah 5 NTU atau 100 mg/l.

    Dibandingkan dengan standar ini maka limbah tahu yang digunakan

    melebihi ambang batas dan jika melebihi ambang batas maka limbah ini

    akan mencemari lingkungan dan ekosistem perairan. Limbah-limbah

    seperti ini tidak boleh langsung dibuang namun harus melalui proses

    khusus agar kadar kekeruhannya berkurang dan berada dibawah nilai

    ambang batas yang ditetapkan pemerintah. Proses yang dilakukan untuk

    menangani limbah dengan nilai kekeruhan yang tinggi antara lain

    (Kuncoro, 2008):

    a. Pengendapan alami

    Metode ini dilakukan dengan cara mengendapkan air limbah secara alami

    didalam bak pengendapan. Setelah diendapkan beberapa lama kemudian

    lapisan paling atas yang berwarna bening diambil. Akan tetapi proses ini

    tidak dapat dilakukan untuk air yang mengandung koloid.

    b. Koagulasi

    Untuk air limbah yang mengandung koloid metode penanganannya juga

    dengan cara diendapkan akan tetapi ditambahkan dengan koagulan

    seperti tawas serta alumunium klorit sehingga koloid atau partikel-

    partikel yang menyebabkan kekeruhan dapat tergumpalkan.

    c. Sedimentasi aktif

    Metode ini merupakan metode lanjutan dari metode koagulasi. Lakukan

    sentrifugasi atau pengadukan kedalam air yang telah diberi tawas atau

  • alumunium klorit. Proses ini hanya membutuhkan waktu 1 hingga 4 jam.

    Proses ini seringkali dilakukan untuk penjernihan air PAM.

    d. Filtrasi

    Metode lain yang dilakukan untuk menurunkan kekeruhan pada air

    limbah adalah dengan filtrasi atau penyaringan. Caranya adalah dengan

    melewatkan limbah pada saringan dengan ukuran pori-pori tertentu atau

    dengan melewatkan limbah pada saringan yang terbuat dari media pasir

    murni.

    2. Analisis Pengukuran Daya Hantar Listrik, TDS, dan Salinitas dengan

    Conductivitymeter.

    Konduktivitas adalah ukuran dari kemampuan suatu larutan untuk membawa

    arus listrik tergantung pada konsentrasi ion didalam larutan. Konduktivitas

    suatu zat didefinisikan sebagai kemampuan atau kekuatan untuk melakukan

    atau mengirimkan panas, listrik, atau suara. Konduktivitas dinyatakan dengan

    satuan mhos/cm atau /cm. Total Dissolved Solids alias disingkat

    TDS. Arti dari TDS adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral,

    garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang

    terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-

    benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air.

    TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio

    berat ion terhadap air. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar (kandungan)

    garam yang terlarut dalam air, namun juga dapat mengacu pada kandungan

    garam dalam tanah. Salinitas merupakan jumlah dari seluruh kadar garam

    dalam gram (g) pada setiap kilogram (kg) air. Conductivity meter adalah alat

    untuk mengukur nilai konduktivitas listrik (specific/electric conductivity) suatu

    larutan atau cairan. Nilai konduktivitas listrik sebuah zat cair menjadi referensi

    atas jumlah ion serta konsentrasi padatan (Total Dissolved Solid / TDS) yang

    terlarut di dalamnya. Prinsip kerja conductivity meter dimana tegangan listrik

    (V) ditentukan oleh sistem, besar arus listrik (I) adalah parameter yang diukur,

    serta konstanta (C) didapatkan sebelumnya dari proses kalibrasi conductivity

    meter dengan menggunakan larutan yang diketahui nilai konduktivitas

  • spesifiknya. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 mengenai pengelolaan kualitas

    air dan pengendalian pencemaran air serta Peraturan Menteri Kesehatan RI No

    416 tahun 1990, nilai ambang batas maksimum konduktivitas, dan salinitas

    limbah cair adalah sebesar 1250 mikroholand dibandingkan dengan nilai

    konduktivitas sampel limbah tahu yang diuji maka limbah tahu milik Pak Joko

    nilai konduktivitasnya melebihi ambang batas. Menurut peraturan ini juga nilai

    ambang batas limbah untuk salinitas yang aman untuk dibuang ke lingkungan

    adalah 0.5, dibandingkan dengan nilai ini limbah tahu milik Pak Joko

    memiliki nilai salinitas yang jauh kebih tinggi atau diatas ambang batas.

    Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun

    2008 Tentang Baku Mutu Air Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui

    bahwa nilai ambang batas nilai TDS limbah adalah 1000 mg/L, kedua sampel

    berada diatas ambang batas nilai TDS. Ketiga parameter diatas yaitu daya

    hantar listrik, TDS, dan salinitas penting diketahui dalam suatu proses

    pengolahan limbah untuk mengetahui kualitas dari air limbah yang dibuang ke

    lingkungan. Dari hasil praktikum diperoleh rata-rata nilai konduktivitas pada

    sampel 1 adalah 150, 49 s/cm dan pada sampel 2 adalah 153, 1 s/cm.

    Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 mengenai pengelolaan kualitas air dan

    pengendalian pencemaran air serta Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416

    tahun 1990, nilai ambang batas maksimum konduktivitas, dan salinitas limbah

    cair adalah sebesar 1250 mikroholand. Dengan demikian, konduktivitas limbah

    percobaan masih aman dan dalam ambang batas. Untuk pengukuran TDS pada

    sampel limbah tahu diperoleh hasil bahwa nilainya pada sampel 1 adalah 75,

    43 mg/l dan pada sampel 2 adalah 76, 5 mg/l. Menurut Peraturan Gubernur

    Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air

    Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui bahwa nilai ambang batas

    nilai TDS limbah adalah 1000 mg/L, maka nilai rata-rata TDS kedua sampel

    masih berada dibawah ambang batas. Kemudian pengukuran salinitas pada

    limbah rata-rata nilai dari sampel 1 adalah 88 dan pada sampel 2 adalah 88,

    7 . Menurut peraturan ini juga nilai ambang batas limbah untuk salinitas

    yang aman untuk dibuang ke lingkungan adalah 0.5, sehingga hasil

    praktikum menunjukkan bahwa salinitas yang ada jauh diatas ambang batas.

  • Terdapat keterkaitan diantara ketiganya, contohnya daya hantar listrik adalah

    parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat

    dengan nilai salinitas. Misalnya saja ikan, apabila salinitas suatu perairan yang

    tercemar air limbah sangat tinggi maka hanya spesies ikan tertentu yang tahan

    dengan keadaan air dengan kadar garam tinggi, sedangkan ikan yang tidak

    toleran terhadap salinitas akan mati. Sedangkan bila nilai TDS diperairan

    semakin tinggi maka dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan di bagian

    dasar air akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada badan dasar

    penerima, selain menyebabkan tumbuhnya tanaman air tertentu, seperti eceng

    gondok, juga berbahaya bagi makhluk hidup lain dalam air. Banyaknya

    padatan menunjukkan banyaknya lumpur yang terkandung dalam air limbah.

    Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan mendegradasi limbah

    secara biologis melalui beberapa cara diantaranya dengan kolam oksidasi,

    lagun aerasi, lagun aerobic.

    3. Analisis Pengukuran pH dan suhu

    PH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan

    asam atau basa sesuatu larutan. pH juga merupakan satu cara untuk

    menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu

    faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air

    akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan,

    misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi, pelunakan air (water softening)

    dan pencegahan korosi. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas

    dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah

    thermometer. Semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin panas benda

    tersebut. Secara mikroskopis suhu menunjukan energi yang dimiliki suatu

    benda masing-masing bergerak, baik dalam bentuk perpindahan maupun

    gerakan ditempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun

    benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Metode lain yang dapat digunakan

    untuk mengkur suhu adalah termokopel, termometer yang menggunakan bahan

    bimetal sebagai alat pokoknya. Ketika terkena panas maka bimetal akan

  • bengkok ke arah yang koefesiennya lebih kecil. Pemuaian ini kemudian

    dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka tertentu. Angka yang

    ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu benda. Sedangkan, metode lain yang

    dapat digunakan untuk mengukur pH larutan adalah dengan kertas lakmus yang

    dicelupkan kedalam air selama 3 detik, kemudian lihat perubahan warna yang

    terjadi dan dicocokkan dengan warna kertas pada kotak acuan yang ada.

    Hasil praktikum menunjukkan pH sampel 1 dan sampel 2 berturut-turut, 5,4

    dan 5,5 yang artinya bersifat asam. Dengan suhu sampel 1 yaitu 31,13 0C dan

    sampel 2 yaitu 31,05 0C. Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa

    Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Provinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta diketahui bahwa nilai ambang batas temperatur atau suhu

    limbah adalah 30

    C dan pH yang aman dibuang kelingkungan berkisar antara

    6 - 8,5. Dengan demikian, baik suhu maupun pH kedua sampel melebihi

    ambang batas dan dapat mencemari lingkungan. PH yang asam akan

    menyebabkan perubahan keasaman pada air limbah, baik kearah alkali (pH

    naik) maupun kearah asam (pH turun), akan sangat mengganggu kehidupan

    ikan dan hewan air. Selain itu, air limbah yang memiliki pH rendah bersifat

    sangat korosif yang mengakibatkan besi menjadi berkarat. Oleh karena itu

    diperlukan penangan untuk menurunkan keasaman limbah salah satu caranya

    adalah dengan melakukan pengolahan secara biologik dengan cara aerobic,

    anaerobic atau secara fakultatif.

    4. Analisis Pengukuran Warna dan Bau

    Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat didalam suatu cahaya sempurna

    (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya

    tersebut. Sedangkan bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang

    menguraikan zat organik sehingga menghasilkan gas tertentu, atau karena

    adaya berbagai reaksi kimia. Di samping itu bau juga timbul karena terjadinya

    reaksi kimia yang menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah

    tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan (Mahida, 1993).

    Prinsip kerja yang dilakukan pada praktikum ini dengan menggunakan

    pancaindera. Selain dengan menggunakan alat indera, pengukuran parameter

  • warna dapat dilakukan denga menggunakan alat elektronik yaitu colourimeter.

    Colourimeter merupakan alat yang peka terhadap cahaya dan akan mengukur

    banyaknya warna yang diserap oleh objek. Sedangkan untuk mengukur

    parameter bau atau aroma alat elektronik yang dapat digunakan yaitu electric

    nose. Dari hasil percobaan diperoleh warna sampel 1 dan sampel 2 adalah

    kuning keruh dengan bau asam yang tengik tidak sedap. Limbah tersebut

    mengandung banyak bakteri dan mikroorganisme dan pencemaran udara,

    sehingga lingkungan tidak akan sehat lagi.

    5. Analisa Pengukuran Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

    Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal

    dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat

    berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air.

    Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan

    mengamati beberapa parameter kimia seperti DO. Semakin banyak jumlah DO

    (dissolved oxygen), maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut

    yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi

    anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase

    saturasi (Salmin, 2000). Prinsip kerjanya menggunakan probe oksigen yang

    terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Metode

    titrasi dengan cara Winkler merupakan metode lain yang digunakan untuk

    menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi

    iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan

    MnCl2 dan NaOH atau KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan

    menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali

    dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan

    oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan

    larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan

    amilum (kanji) (Anonim 3, 2014). Dengan menggunakan metode titrasi

    Winkler dapat ditentukan kadar Dissolved Oxygen (DO) dari suatu perairan.

    Dari kandungan DO yang diperoleh, dapat diketahui apakah kandungan DO

    yang dibutuhkan oleh organisme air tercukupi atau tidak.

  • Hasil praktikum menunjukkan bahwa rata-rata DO sampel 1 adalah 34, 97 mg/ L

    dengan suhu 31, 730

    C. Sedangkan pada sampel kedua memiliki rata-rata DO 31,

    4 mg/ L dengan suhu 31, 97. Kandungan Dissolved Oxygen (DO) minimum

    adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun

    (toksik) (Swingle, 1968) atau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

    2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

    menegaskan bahwa kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg

    O2/lt. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm

    selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet,

    1970). Sehingga dapat diketahui bahwa kandungan DO pada limbah masih berada

    dalam ambang batas. Jika DO < 2 mg/ L akan mengganggu kehidupan dan

    sirkulasi ekosistem perairan. Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar

    oksigen terlarut adalah dengan cara (Fardiaz, 1992):

    1. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka

    kadar oksigen terlarut akan naik.

    2. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka

    semakinkadar oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin

    meningkat.

    3. Mengurangi bahan bahan organik dalam air, karena jika banyak

    terdapatbahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan spektrofotometer.

    Spektrofotometer memancarkan cahaya ke kuvet, cahaya menuju kuvet ada

    yang diteruskan ada yang diserap, cahaya yang diserap adalah kekeruhan.

    2. Rata-rata nilai kekeruhan pada sampel 1 adalah 916, 7 mg/l dan untuk

    kekeruhan pada sampel 2 rata-rata nilainya adalah 136, 7 mg/l.

    Dibandingkan dengan nilai ambang batas kekeruhan DIY yaitu 100 mg/l

    maka sampel limbah tahu keduanya berada diatas ambang batas.

    3. Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik;

    Total padatan terlarut (TDS) adalah banyaknya partikel padat yang terdapat

    di dalam air; sedangkan salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar

    (kandungan) garam yang terlarut dalam air.

    4. Nilai rata-rata daya hantar listrik (konduktivitas) pada sampel 1 adalah

    150,9 s/cm, dan pada sampel 2 rata-rata daya hantar listriknya adalah

    153,1 s/cm. Untuk TDS rata-rata nilainya untuk sampel 1 adalah 75, 43

    mg/l dan untuk sampel 2 nilainya adalah 76,5 mg/l. Sedangkan untuk

    salinitas rata-rata nilainya untuk sampel 1 adalah 88 0/00 dan untuk sampel

    2 nilainya adalah 88, 7 0/00 .

    5. Proses pengukuran pH dilakukan dengan pH meter dan pengukuran suhu

    dilakukan dengan termometer. Pengukuran pH dan suhu ini berguna untuk

    mengetahui pH dan suhu dari sampel limbah sehingga dapat menentukan

    kondisi dari limbah tersebut untuk selanjutnya dapat dilakukan penanganan

    yang tepat.

    6. Berdasarkan hasil pengukuran pH yang dilakukan diketahui bahwa sampel

    1 nilai pH-nya adalah 5,4 dan untuk sampel 2 pH-nya bernilai 5,5.

    Sedangkan untuk pengukuran suhu, diperoleh hasil bahwa pada sampel 1

    suhunya adalah 31,13o C dan untuk sampel 2 suhunya adalah 31,05

    o C.

    7. Pengukuran warna dan bau dilakukan dengan menggunakan indera mausia.

  • 8. Pada sampel 1 dan sampel 2 warna limbah kuning keruh dan memiliki bau

    asam, tengik tida sedap

    9. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan DO-meter.

    Manfaat dari pengukuran DO pada limbah praktikan dapat mengetahui

    ukuran relatif dari jumlah oksigen yang terlarut dalam air, sehingga dapat

    melakukan pemantauan sehingga jumlah DO terkontrol dan tidak

    berbahaya bagi ekosistem.

    10. Rata-rata nilai DO pada sampel 1 adalah 134, 97 mg/ L dengan suhu 31,

    730

    C. Sedangkan pada sampel kedua memiliki rata-rata DO 31, 4 mg/ L

    dengan suhu 31, 97.

    B. Saran

    1. Praktikan agar lebih teliti dalam melakukan pengukuran baik menggunakan

    alat-alat praktikum ataupun dengan indera agar hasil praktikum ini akurat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim 1, 2014. Kekeruhan Air. Dalam http:

    http://lelykesehatan.wordpress.com/kekeruhan-air/. Diakses pada tanggal 2

    April 2014 pukul 14:39 WIB.

    Anonim 2, 2014. Gerardi, H. Michael. 2006. Wastewater Bacteria. John Wiley

    and Sons. New Jersey.

    Anonim 3, 2014. TDS. Dalam http: http://airreverseosmosis.wordpress.com/total-

    dissolved-solids/. Diakses pada tanggal 3 April 2014 pukul 15: 44 WIB.

    Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Jakarta: Kanisius.

    Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sample Lingkungan.

    Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Huet, H.B.N. (1970) dalam Santika, Sri Sumesti 1987. Metode Penelitian Air.

    Jakarta : Usaha Nasional.

    Kuncoro, Eko Budi. 2008. Aquascape; Pesona Taman Akuarium Air Tawar.

    Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

    Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Edisi

    Keempat. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo.

    Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT

    Gramedia Pustaka.

    Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD)

    sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Jakarta:

    PT. Gramedia

    Sudaryati, G,L,N,. 2008. Pemanfaatan Sedimen Perairan Tercemar sebagai Bahan

    Lumpur Aktif dalam Pengolahan Libah Cair Industri Tahu. Dalam Jurnal

    Ecothrophic, Vol , No. 1 : 21 29.

    Prichard, Elizabeth. 2003. Measurement of pH. Cambridge. London