30
PREDIKSI LUASAN TELAPAK KAKI DENGAN PARAMETER BERAT DAN TINGGI BADAN HAIRUNNISA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PREDIKSI LUASAN TELAPAK KAKI DENGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68719/F... ·  · 2015-09-03singkage easily and quickly. Predicting of human foot sinkage needs

Embed Size (px)

Citation preview

PREDIKSI LUASAN TELAPAK KAKI DENGAN

PARAMETER BERAT DAN TINGGI BADAN

HAIRUNNISA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Luasan

Telapak Kaki dengan Parameter Berat dan Tinggi Badan adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Hairunnisa

NIM F14090126

ABSTRAK

HAIRUNNISA. Prediksi Luasan Telapak Kaki dengan Parameter Berat dan

Tinggi Badan. Dibimbing oleh LENNY SAULIA.

Prediksi ketenggelaman roda merupakan hal penting untuk diperhitungkan

dalam studi kinerja sebuah kendaraan off-road yang beroperasi pada suatu lahan

agar tercapai efisiensi dan efektifitas kinerja kendaraan. Hal tersebut seyogyanya

dapat diukur dengan alat/metode yang sederhana seperti ketenggelaman telapak

kaki agar petani lebih mudah dan cepat dalam memprediksi ketenggelaman roda

kendaraannya. Parameter yang diperlukan untuk memprediksi ketenggelaman

telapak kaki adalah berat badan dan luasan telapak kaki, sedangkan untuk

memprediksi luasan telapak kaki diperlukan parameter berat dan tinggi badan.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat model luasan telapak kaki (A) subjek laki-

laki dan perempuan dengan parameter berat badan (W) dan tinggi badan (H).

Metodologi yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan antropometri

dan analisis statistik. Melalui hasil penelitian ini diketahui bahwa berat dan tinggi

badan berkorelasi positif terhadap luasan telapak kaki observasi sehingga model

luasan telapak kaki dapat diprediksi dengan berat dan tinggi badan. Hasil

perhitungan rata-rata perbedaan antara luasan telapak kaki observasi dengan

luasan telapak kaki model menunjukkan bahwa model luasan telapak kaki subjek

laki-laki dan perempuan dengan rata-rata perbedaan terkecil dengan luasan

telapak kaki observasinya masing-masing adalah model luasan telapak kaki kiri

keseluruhan dan kanan keseluruhan. Model luas telapak kaki tersebut yaitu Awl =

(-3.928) + 0.880W + 0.800H dan Awr = 9.417 + 0.744W + 0.661H.

Kata kunci: ketenggelaman roda, ketenggelaman telapak kaki, model luasan

telapak kaki

ABSTRACT

HAIRUNNISA. Determination of Footprint Area Model using Body Weight and

Height as Prediction Parameters. Supervised by LENNY SAULIA.

Sinkage prediction is important in the study of off-road vehicle performance

in order to achieve its efficiency and effectiveness. The method to predict the

sinkage should be as simple as human foot sinkage so that farmers can predict

singkage easily and quickly. Predicting of human foot sinkage needs weight and

footprint area paramaters, whereas footprint area needs body weight and height

parameters. The purpose of this research was to determine footprint area model

(A) using body weight (W) and height (H) as dependence variables. The

methodology used in this research was the employment of anthropometry

approach and statistical analysis. The results showed that weight and height

generally correlated positively to footprint area, hence that footprint area model

was significant if it predicted with body weight and height. Mean differences

calculation between footprint area from observation and footprint area model

showed that the best footprint area model for male was whole area of left footprint

model and whole area of right footprint model for female subjects. Those footprint

area models were Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H and Awr = 9.417 + 0.744W +

0.661H.

Keywords : footprint area model, human foot sinkage, sinkage

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

PREDIKSI LUASAN TELAPAK KAKI DENGAN

PARAMETER BERAT DAN TINGGI BADAN

HAIRUNNISA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Prediksi Luasan Telapak Kaki dengan Parameter Berat dan Tinggi

Badan

Nama : Hairunnisa

NIM : F14090126

Disetujui oleh

Dr. Lenny Saulia, STP, MSi

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, MEng

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 hingga

September 2013 ini ialah Antropometri, dengan judul Prediksi Luasan Telapak

Kaki dengan Parameter Berat dan Tinggi Badan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si selaku

dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, serta motivasinya kepada

penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis

yaitu Bapak Marodih dan Ibu Saanih, serta kakak dan adik penulis (Agun Taran

dan May Sinta) atas segala dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang

yang luar biasa kepada penulis. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada

teman-teman satu bimbingan atas segala bantuan, dukungan, dan kebersamaan

selama penelitian; kepada teman-teman TEP Orion 46 atas segala

kebersamaannya selama empat tahun ini; dan kepada adik-adik kelas yang telah

bersedia menjadi subjek penelitian. Penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan dalam penulisan ini sehingga penulis mengharapkan segala

masukan, kritikan, dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua

pihak yang berkepentingan

Bogor, Februari 2014

Hairunnisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat 3

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Perbedaan Dimensi Terukur antara Subjek Laki-laki dan Perempuan 6

Korelasi Berat dan Tinggi Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki 8

Anomali Anatomi Telapak Kaki 10

Model Luasan Telapak Kaki 12

Verifikasi Model Luasan Telapak Kaki 13

Prediksi Ketenggelaman Roda Kendaraan Off-Road 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

RIWAYAT HIDUP 18

DAFTAR TABEL

1 Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk penelitian 3 2 Deskripsi statistik data antropometri subjek laki-laki (85 orang) 7 3 Deskripsi statistik data antropometri subjek perempuan (19 orang) 7 4 Koefisien korelasi Pearson antara berat badan dengan luasan telapak

kaki 8 5 Koefisien korelasi Pearson antara tinggi badan dengan luasan telapak

kaki 9 6 Perbedaan rata-rata, standar deviasi, dan t hitung luasan telapak kaki

kiri dan kanan observasi subjek laki-laki dan perempuan 11 7 Hasil analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek laki-

laki dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya 12

8 Hasil analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek

perempuan dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya 12 9 Rata-rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak

kaki observasi dan model subjek laki-laki dan perempuan 14

DAFTAR GAMBAR

1 Telapak kaki 4 2 Telapak kaki flat 5

3 Diagram alir prosedur penelitian 6

4 Hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi

dengan modelnya 14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas pertanian yang berada pada lahan sering kali melibatkan

kendaraan seperti traktor roda empat dan traktor roda dua. Performansi kendaraan

tersebut secara garis besar bergantung pada cara interaksinya dengan tanah. Studi

khusus tentang performansi sebuah kendaraan off-road dalam kaitannya dengan

lingkungan operasi (tanah) dikenal sebagai terramechanics (Wong 2001). Salah

satu dari bahasan dalam terramechanics yakni pengukuran dan karakterisasi

respon tanah dalam hal ketenggelaman roda (sinkage). Sebuah kendaraan yang

berjalan pada tanah berlaku beban normal pada permukaan tanah menghasilkan

ketenggelaman roda. Ketenggelaman roda yang besar dapat menyebabkan tahanan

gelinding (motion resistance) yang besar pula. Tahanan gelinding adalah besarnya

tahanan yang harus diatasi kendaraan untuk dapat bergerak menarik melalui

rodanya (Sembiring et al. 1990 dalam Rangkuti 2002). Hal ini dapat

menyebabkan menurunnya efisiensi kerja dan meningkatkan kebutuhan energi.

Prediksi ketenggelaman kendaraan off-road telah banyak dilakukan dengan

menggunakan metoda tes plat (Bekker 1969 dalam Wong 2001) maupun metode

alat ski (Triratanasirichai 1991 dalam Rangkuti 2002). Namun, dengan perlunya

mekanisme pembebanan tertentu dan penggunaan plat dalam metode plat dan

penggunaan alat ski pada metoda alat ski menyebabkan tes ketenggelaman

tersebut tidak praktis untuk digunakan. Metoda prediksi ketenggelaman roda

kendaraan off-road seyogyanya menggunakan cara yang praktis yakni dengan

membebani tanah dengan suatu benda sehingga terjadi penurunan permukaan

tanah. Ketenggelaman diukur dari permukaan tanah sampai kedalaman lokasi

pembebanan.

Alat/metode yang sederhana seperti ketenggelaman telapak kaki manusia

diharapkan mampu untuk membantu memprediksi ketenggelaman roda kendaraan

yang beroperasi pada suatu lahan. Berat badan dan luasan telapak kaki manusia

diharapkan dapat digunakan sebagai paramater pembebanan dan luasan kontak

yang menjadi paramater penentu dalam prediksi ketenggelaman.

Berat badan dapat diukur secara praktis menggunakan timbangan,

sedangkan luasan telapak kaki tidak dapat diukur secara praktis karena belum ada

alat pengukur luasan telapak kaki. Agar prediksi ketenggelaman telapak kaki

menjadi alat/metode yang sederhana, pengukuran luasan telapak kaki pun

seyogyanya diukur secara praktis agar petani lebih mudah dan cepat dalam

memprediksi ketenggelaman roda kendaraannya. Tujuan penelitian ini adalah

membuat model luasan telapak kaki untuk memprediksi besarnya ukuran luasan

telapak kaki.

Perumusan Masalah

Model luasan telapak kaki dalam penelitian ini dibuat dengan parameter

berat dan tinggi badan. Penggunaan berat dan tinggi badan sebagai paramater

model didasari oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Krishan (2007) yang

menyatakan bahwa ukuran telapak kaki mempunyai korelasi positif yang kuat

2

terhadap tinggi badan dan ukuran telapak kaki juga dapat dianggap sebagai

indikator struktur badan seseorang; dan hasil penelitian Sen dan Ghosh (2008)

yang menyatakan bahwa tinggi badan sangat terkait pada panjang dan lebar

telapak kaki. Oleh karena pembuatan model luasan telapak kaki dilakukan dalam

suatu populasi maka diperlukan pertimbangan adanya variabilitas dalam populasi

tersebut yang dapat didekati dengan pendekatan antropometri yaitu studi tentang

ukuran tubuh manusia (Soebroto 2000).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menerangkan adanya perbedaan dimensi tubuh terukur antara subjek laki-laki

dan perempuan,

2. Membuktikan adanya korelasi antara berat dan tinggi badan terhadap besar

luasan telapak kaki,

3. Menjajaki anomali anatomi telapak kaki dalam suatu populasi,

4. Membuat model luasan telapak kaki melalui parameter berat dan tinggi badan,

dan

5. Memverifikasi model luasan telapak kaki tersebut dengan luasan telapak kaki

observasi.

Manfaat Penelitian

Model luasan telapak kaki yang diperoleh dapat digunakan untuk

memprediksi besarnya ukuran luasan telapak kaki yang merupakan salah satu

paramater ketenggelaman telapak kaki yang nantinya dapat digunakan sebagai

parameter dalam prediksi ketenggelaman kendaraan off-road.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi pengukuran luasan telapak kaki, berat badan, dan

tinggi badan untuk membuat model luasan telapak kaki. Evaluasi dan pengkajian

dilakukan pada hasil perhitungan statistik:

- korelasi berat dan tinggi badan dengan luasan telapak kaki yang kontak

langsung dengan permukaan platform keras dan telapak kaki keseluruhan,

- analisis regresi linear ganda luasan telapak kaki dengan variabel bebas berat

dan tinggi badan, dan

- rata-rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak kaki

observasi dengan luasan telapak kaki model.

3

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2013 di

Laboratorium Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Alat-alat dan perlengkapan utama yang diperlukan untuk penelitian ini

adalah peralatan untuk pengambilan, pencatatan, pengolahan, dan penganalisisan

data antropometri (Tabel 1).

Prosedur

Persiapan Peralatan dan Subjek Antropometri

Alat-alat yang terdapat pada Tabel 1 dipersiapkan sebelum penelitian

dilakukan. Alat-alat tersebut digunakan antara lain untuk mengambil, mencatat,

mengolah, dan menganalisis data antropometri.

Subjek antropometri yang diukur luasan telapak kaki, berat badan, dan

tinggi badannya dalam penelitian sejumlah 137 orang Indonesia berusia antara 19-

21 tahun dari populasi mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem, IPB.

Pengambilan Data Antropometri

Data antropometri yang diambil dari subjek antropometri antara lain luasan

telapak kaki, berat badan, dan tinggi badan. Luasan telapak kaki subjek diukur

dengan metode pencetakkan jejak telapak kaki, berat badan subjek diukur dengan

timbangan digital, dan tinggi badan subjek diukur dengan alat ukur tinggi badan

antropolometer. Metode pencetakkan jejak telapak kaki (mengacu pada metode

pencetakkan jejak telapak kaki yang dilakukan oleh Krishan (2007)) untuk

mengukur luasan telapak kaki dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

Tabel 1 Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk penelitian

Kegiatan Peralatan

Pengambilan data

antropometri

Timbangan badan digital, antropolometer,

milimeter block, dan pelumur tinta pada

telapak kaki.

Pencatatan, pengolahan, dan

penganalisisan data

Alat tulis, komputer, kalkulator, scanner

dan perangkat lunak: Microsoft Excel

2007, SPSS 17, Photoshop, dan

penghitung luasan yang tidak beraturan.

4

1. Kaki kiri dan kaki kanan subjek masing-masing dilumuri tinta stempel yang

terdapat pada kain dalam wadah datar sesaat sebelum berdiri di atas kertas

milimeter block. Kaki kiri dan kanan subjek dipastikan terlumur dengan rata

agar telapak kaki tercetak dengan baik.

2. Kaki satu per satu dijejakkan dengan hati-hati ke atas kertas milimeter block

di atas sebuah permukaan yang datar. Posisi badan subjek adalah berdiri

tegak.

3. Sebelum kaki meninggalkan kertas milimeter block, selanjutnya ditarik garis

luar telapak kaki dekat dengan jejak kaki dengan pulpen runcing.

4. Jejak kaki tersebut diperjelas dengan pulpen runcing untuk memudahkan

pengukuran luas dengan perangkat lunak penghitung luas yang tidak

beraturan.

Hasil pencetakkan jejak telapak kaki kemudian di-scan (Gambar 1.a) dan

diedit dua kali dengan perangkat lunak Photoshop untuk dihitung luasan telapak

kakinya. Luasan telapak kaki yang dihitung adalah luasan telapak kaki

keseluruhan (Gambar 1.b) dan luasan telapak kaki yang kontak langsung dengan

permukaan platform keras (Gambar 1.c).

(a) (b) (c)

Gambar 1 Telapak kaki: (a) hasil scan, (b) telapak kaki keseluruhan, dan (c)

telapak kaki yang kontak langsung dengan permukaan platform

keras

Namun, tidak semua luasan telapak kaki dihitung luasnya. Luasan telapak

kaki yang dihitung luasnya yaitu luasan telapak kaki yang mempunyai cetakan

telapak kaki tidak flat (cetakan telapak kaki yang mempunyai luasan kurang dari

72.30% dari luasan telapak kaki keseluruhan). Cetakan telapak kaki yang

keduanya flat dan hanya salah satu di antaranya yang flat (Gambar 2) dianggap

anomali. Perhitungan luasan telapak kaki dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak penghitung luasan yang tidak beraturan yang merupakan aplikasi

dari program Visual Basic 6.0.

5

Gambar 2 Telapak kaki flat

Pengolahan Data

Data-data pengukuran dimasukkan ke dalam perangkat lunak Microsoft

Excel 2007, kemudian diolah untuk pembuatan model luasan telapak kaki dengan

paramater berat dan tinggi badan subjek.

Analisis Data

Hasil dari pengolahan data dianalisis untuk diketahui korelasi antara luasan

telapak kaki dengan parameter-parameternya menggunakan analisis korelasi SPSS

17 dengan koefisien korelasi Pearson. Model luasan telapak kaki dibuat dengan

analisis regresi linear ganda SPSS 17.

Verifikasi Model

Perbedaan antara hasil pengukuran luasan telapak kaki observasi dengan

modelnya luasan telapak kaki dihitung rata-rata, standar deviasi, dan t hitungnya

dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Model dengan rata-rata perbedaan

terendah adalah model yang digunakan.

Prosedur penelitian tersebut di atas dijelaskan dalam bagan alir yang

disajikan dalam Gambar 3.

6

Gambar 3 Diagram alir prosedur penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Dimensi Tubuh Terukur antara Subjek Laki-laki dan Perempuan

Nilai rata-rata, standar deviasi, minimum, dan maksimum berat badan,

tinggi badan, dan luasan telapak kaki yang disajikan pada Tabel 2 dan 3 di bawah

ini menujukkan bahwa dimensi tubuh terukur subjek laki-laki lebih besar dari

subjek perempuan. Menurut Artaria (2001), perbedaan dimensi tubuh terukur pada

subjek laki-laki dan perempuan dapat terjadi karena berfungsinya jenis-jenis

hormon yang berbeda di antara kedua jenis kelamin yang menyebabkan perbedaan

waktu terjadinya akselerasi pertumbuhan, besarnya akselerasi pertumbuhan, dan

waktu pertumbuhan berakhir. Pada perempuan, akselerasi pertumbuhan terjadi

lebih dahulu daripada laki-laki dan akselerasinya tidak terlalu besar jika

dibandingkan dengan akselerasi pertumbuhan laki-laki. Berhentinya pertumbuhan

badan perempuan lebih cepat daripada laki-laki, akibatnya perempuan secara

umum lebih kecil daripada laki-laki.

Mulai

Pengumpulan data berat badan, tinggi

badan, dan luasan telapak kaki

Pengolahan data

Analisis data dan model Model luasan

telapak kaki

Verifikasi model

Selesai

Model luasan

telapak kaki

Persiapan peralatan dan subjek antropometri

7

Pengukuran berat dan tinggi badan yang dilakukan oleh Augusta (2012)

pada atlet bulu tangkis laki-laki Indonesia berumur 11 tahun diperoleh data untuk

tinggi badan rata-rata 131.40 cm dan berat badan rata-rata 28.70 kg. Selanjutnya

pengukuran berat dan tinggi badan yang dilakukan oleh Fatmah (2006) pada lanjut

usia Indonesia berumur 60-92 tahun diperoleh data untuk tinggi badan rata-rata

158.6 cm (laki-laki) dan 145.8 cm (perempuan) dan berat badan rata-rata 52.9 kg

(laki-laki) dan 49.7 kg (perempuan). Hasil pengukuran tersebut dan hasil

Tabel 3 Deskripsi statistik data antropometri subjek perempuan (19 orang)

Pengukuran Rata-

rata

Standar

deviasi Minimum Maksimum

Berat badan (kg) 51.9 7.3 37.0 65.5

Tinggi badan (cm) 154.1 7.8 141.9 179.1

Luasan telapak kaki kiri bagian yang kontak

langsung dengan permukaan platform keras

(cm2)

89.29 8.64 68.82 110.63

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan (cm2) `153.02 13.20 130.35 184.78

Luasan telapak kaki kanan bagian yang

kontak langsung dengan permukaan platform

keras (cm2)

88.44 8.19 76.75 104.48

Luasan telapak kaki kanan keseluruhan (cm2) 149.94 11.87 130.33 171.06

Tabel 2 Deskripsi statistik data antropometri subjek laki-laki (85 orang)

Pengukuran Rata-

rata

Standar

deviasi Minimum Maksimum

Berat badan (kg) 57.5 10.0 40.5 90.0

Tinggi badan (cm) 168.6 6.1 151.5 187.5

Luasan telapak kaki kiri bagian yang kontak

langsung dengan permukaan platform keras

(cm2)

106.66 11.95 80.51 136.63

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan (cm2) 181.59 17.54 135.27 223.64

Luasan telapak kaki kanan bagian yang

kontak langsung dengan permukaan platform

keras (cm2)

109.67 12.22 83.58 139.38

Luasan telapak kaki kanan keseluruhan (cm2) 180.40 15.80 147.35 227.83

8

pengukuran di penelitian ini menunjukkan bahwa data antropometri anak-anak,

remaja, dan lanjut usia berbeda.

Berat dan tinggi badan remaja Amerika Serikat berumur 19 tahun diketahui

untuk tinggi rata-ratanya 177.8 cm (laki-laki) dan 163.3 cm (perempuan) dan berat

badan rata-ratanya 79.5 kg (laki-laki) dan 68.0 kg (perempuan) (DHHS 2012).

Jika dibandingkan berat dan tinggi badan rata-rata remaja Indonesia (sampel

populasi dalam penelitian ini) dengan berat dan tinggi badan remaja Amerika

Serikat tersebut maka akan diketahui bahwa terdapat perbedaan dimensi terukur

antara orang-orang yang berbeda suku bangsanya. Secara umum berat dan tinggi

badan dari manusia Amerika lebih tinggi dan berat dibandingkan dengan

penduduk Asia seperti Indonesia (Soebroto 2000).

Atlet bulu tangkis laki-laki Indonesia berumur 16-27 diketahui tinggi badan

rata-ratanya 160.4 cm dan berat badan rata-ratanya 48.7 kg (Rahmawati 2006).

Jika dibandingkan berat dan tinggi badan atlet tersebut dengan berat dan tinggi

badan sampel populasi dalam penelitian ini maka akan diketahui bahwa terdapat

perbedaan dimensi terukur antara orang-orang berbeda jenis pekerjaannya.

Menurut Nurmianto (2008); jenis kelamin, usia, suku bangsa, dan jenis

pekerjaan merupakan sumber variabilitas ukuran manusia. Oleh karena itu; data

antropometri laki-laki dan perempuan dan orang-orang yang berbeda usia, suku

bangsa, dan jenis pekerjaannya selalu disajikan terpisah.

Korelasi Berat dan Tinggi Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki

Korelasi Berat Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki

Hasil analisis korelasi yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa

berat badan subjek laki-laki dan perempuan sampel populasi mempunyai korelasi

positif terhadap luasan telapak kakinya artinya semakin berat badan subjek maka

telapak kakinya semakin luas. Hubungan searah antara berat badan dan luasan

telapak kaki ini menunjukkan bahwa parameter berat badan dapat digunakan

untuk pendugaan luasan telapak kaki.

Tabel 4 Koefisien korelasi Pearson antara berat badan dengan luasan telapak kaki

Parameter Subjek

Luasan telapak kaki

Kiri Kanan

Bagian yang

kontak

langsung

dengan

permukaan

platform keras

Keseluruhan

Bagian yang

kontak

langsung

dengan

permukaan

platform keras

Keseluruhan

Berat

badan

Laki-laki 0.451** 0.629** 0.538** 0.640**

Perempuan 0.566* 0.793** 0.566* 0.615**

*signifikan pada alpha 0.05, ** signifikan pada alpha 0.01

9

Koefisien korelasi berat badan subjek laki-laki terhadap luasan telapak kaki

berkisar antara 0.451 sampai 0.640, signifikan pada alpha 0.01. Artinya, berat

badan subjek laki-laki memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap luasan

telapak kaki dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) sebesar 99%.

Sedangkan koefisien korelasi berat badan subjek perempuan terhadap luasan

telapak kaki berkisar antara 0.566 sampai 0.793, signifikan pada alpha 0.05 untuk

korelasinya terhadap luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan

permukaan platform keras dan signifikan pada alpha 0.01 untuk korelasinya

terhadap luasan telapak kaki keseluruhan. Artinya, berat badan subjek perempuan

memiliki pengaruh yang kuat terhadap luasan telapak kaki dengan tingkat

kepercayaan sebesar 95% untuk korelasinya dengan luasan telapak kaki bagian

yang kontak langsung dengan permukaan platform keras dan 99% untuk

korelasinya dengan luasan telapak kaki keseluruhan.

Jika dibandingkan antara nilai koefisien korelasi hubungan antara berat

badan dengan luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan

permukaan platform keras dan berat badan dengan luasan telapak kaki

keseluruhan pada subjek laki-laki dan perempuan maka akan diketahui bahwa

pengaruh berat badan lebih besar terhadap luasan telapak kaki keseluruhan

daripada luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan permukaan

platform keras. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh berat badan yang

menyeluruh pada permukaan telapak kaki. Robbins (1986) menyatakan bahwa

telapak kaki meluas disebabkan oleh meningkatnya berat badan, hal ini berguna

untuk mendukung berat badan tersebut.

Korelasi Tinggi Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki

Tabel 5 Koefisien korelasi Pearson antara tinggi badan dengan luasan telapak

kaki

Parameter Subjek

Luasan telapak kaki

Kiri Kanan

Bagian yang

kontak

langsung

dengan

permukaan

platform keras

Keseluruhan

Bagian yang

kontak

langsung

dengan

permukaan

platform keras

Keseluruhan

Tinggi

badan

Laki-laki 0.280** 0.511** 0.342** 0.405**

Perempuan 0.491* 0.484* 0.448 0.606**

*signifikan pada alpha 0.05, ** signifikan pada alpha 0.01

Hasil analisis korelasi yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa

tinggi badan subjek laki-laki dan perempuan sampel populasi mempunyai korelasi

positif terhadap luasan telapak kakinya artinya semakin tinggi badan subjek maka

telapak kakinya semakin luas. Hubungan searah antara tinggi badan dan luasan

telapak kaki ini menunjukkan bahwa parameter tinggi badan dapat digunakan

untuk pendugaan luasan telapak kaki, seperti halnya berat badan. Namun besar

10

korelasi berat badan terhadap luasan telapak kaki lebih besar daripada korelasi

tinggi badan terhadap luasan telapak kaki. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

hubungan fungsional antara telapak kaki dengan berat badan, telapak kaki

berfungsi untuk menahan berat badan dan berjalan, sehingga mendekatkan

hubungan/korelasi antara telapak kaki dengan berat badan.

Koefisien korelasi tinggi badan subjek laki-laki terhadap luasan telapak kaki

berkisar antara 0.280 sampai 0.511, signifikan pada alpha 0.01. Artinya, tinggi

badan subjek laki-laki memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap luasan

telapak kaki dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Sedangkan koefisien

korelasi tinggi badan subjek perempuan terhadap luasan telapak kaki berkisar

antara 0.448 sampai 0.606, signifikan pada alpha 0.05 untuk korelasinya terhadap

luasan telapak kaki kiri dan signifikan pada alpha 0.01 untuk korelasinya terhadap

luasan telapak kaki kanan keseluruhan. Artinya, berat badan subjek perempuan

memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap luasan telapak kaki dengan tingkat

kepercayaan sebesar 95% untuk korelasinya dengan luasan telapak kaki kiri dan

99% untuk korelasinya dengan luasan telapak kaki keseluruhan. Korelasi tinggi

badan subjek perempuan cukup kuat terhadap luasan telapak kaki kanan bagian

yang kontak langsung dengan permukaan platform keras namun korelasinya tidak

signifikan (tingkat kepercayaan rendah).

Anomali Anatomi Telapak Kaki

Telapak Kaki Flat

Sebanyak 24.09% dari 137 subjek pada penelitian ini bertelapak kaki flat

(keduanya atau salah satunya). Telapak kaki flat disebut juga pes planus atau

fallen arches merupakan suatu kondisi telapak kaki yang lengkungan kakinya rata

atau datar (Herd 2011). Hal tersebut dapat disebabkan oleh berat badan yang

berlebihan, kelainan postur tubuh, kelemahan jaringan pendukung, atau

predisposisi genetik (Tortora dan Derrickson 2006). Jika dilihat dari jejak telapak

kakinya, tampak seluruh bagian telapak kaki menempel/hampir menempel pada

tanah (Gambar 2).

Normalnya, pada telapak kaki terdapat ruang antara kaki dengan

tanah/lengkungan kaki, berguna untuk menciptakan keselarasan yang optimal bagi

anggota tubuh bagian bawah, panggul, dan punggung bawah sehingga distribusi

tekanan dan berat badan ke seluruh permukaan kaki dan merata ke atas melalui

tungkai. Namun, pada beberapa orang lengkungan telapak kaki ini tidak ada,

beberapa orang memiliki lengkungan ketika kaki mereka tidak menyentuh tanah

tetapi menghilang ketika mereka berdiri, dan beberapa orang lainnya memiliki

telapak kaki datar yang berkembang seiring dengan bertambahnya usia mereka

(baik pada satu kaki atau kedua kaki). Ketidakmampuan tubuh untuk memiliki

lengkungan kaki akan mengarah pada postur tubuh yang kurang baik (Herd 2011)

serta berdampak rendahnya mobilitas gerak seseorang.

Data antropometri bertelapak kaki flat tidak digunakan dalam determinasi

model luasan telapak kaki karena memungkinkan adanya data ekstrem pada

luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform

keras akibat perbedaan besarnya luasan antara telapak kaki flat dan tidak flat. Data

antropometri yang digunakan untuk pembuatan model luasan telapak kaki pada

11

penelitian ini adalah data antropometri subjek bertelapak kaki tidak flat. Subjek

berjumlah 104 orang dengan 85 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.

Perbedaan Besarnya Luasan Telapak Kaki

Perbedaan nilai rata-rata luasan telapak kaki kiri dan kanan dari subjek laki-

laki dan perempuan yang terlihat pada Tabel 2 dan 3 di atas menujukkan bahwa

antara telapak kaki kiri dan kanan subjek tidak sama besar luasannya. Perbedaan

besarnya luasan telapak kaki dapat ditunjukkan juga pada hasil perhitungan rata-

rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dengan

kanan yang disajikan pada Tabel 6. Perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dan

kanan pada subjek laki-laki dan perempuan ini dapat dijelaskan oleh Rao dan

Kotian (1990) dalam Krishan (2007) yang menyatakan pada dasarnya setiap

individu memiliki kaki dominan yang selalu mendukung tubuhnya lebih besar

ketika berdiri atau berjalan. Tulang kaki dominan biasanya mendapat gaya yang

lebih kuat seperti tekanan saat menunjang berat badan daripada tulang kaki

lainnya akibatnya tulang kaki dominan membesar sehingga menghasilkan dimensi

telapak kaki yang besar pula. Oleh karena terdapatnya perbedaan besar luasan

antara telapak kaki kiri dan kanan, model luasan telapak kaki kiri dan kanan

subjek dibuat terpisah.

Tabel 6 Perbedaan rata-rata, standar deviasi, dan t hitung luasan telapak kaki kiri

dan kanan subjek laki-laki dan perempuan

Pengukuran

Laki-laki Perempuan

Rata-rata

perbedaan

Standar

deviasi

t

hitung

Rata-rata

perbedaan

Standar

deviasi

t

hitung

Luasan telapak kaki bagian yang

kontak langsung dengan

permukaan platform keras (cm2)

-3.005 7.884 -3.514 0.855 8.595 0.434

Luasan telapak kaki keseluruhan

(cm2)

1.188 9.370 1.169 3.076 6.860 1.955

Perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dan kanan subjek laki-laki

signifikan pada luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan

permukaan platform keras (t hitung (3.514) > t tabel (1.992)). Sedangkan,

perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dan kanan subjek perempuan tidak

signifikan (t hitung (0.504 dan 1.965) < t tabel (2.101)).

Robbins (1985) dalam Krishan (2007) tidak menemukan perbedaan ukuran

yang signifikan pada beberapa pengukuran kaki penduduk Amerika Serikat

sehingga sebagian besar variabel jejak telapak kaki kiri dan kanan dapat

digunakan untuk mengestimasi tinggi dan berat badan. Philip (1990) dalam

Krishan (2007) juga tidak menemukan perbedaan ukuran yang signifikan ketika

meneliti jejak telapak dari penduduk India Selatan sehingga masing-masing kaki

dapat digunakan untuk mengestimasi tinggi badan. Namun pada penelitian ini

12

perbedaan ukuran luasan ditemukan signifikan pada luasan telapak kaki bagian

yang kontak langsung dengan platform keras subjek laki-laki sehingga perbedaan

ukuran ini dianggap anomali.

Model Luasan Telapak Kaki

Tabel 7 Hasil analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek laki-laki

dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya

Model Persamaan R2

Luasan telapak kaki kiri bagian yang

kontak langsung dengan permukaan

latform keras

Ail = 48.224 + 0.488W + 0.178H 0.210

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H 0.457

Luasan telapak kaki kanan bagian yang

kontak langsung dengan permukaan

platform keras

Air = 34.899 + 0.595W + 0.238H 0.301

Luasan telapak kaki kanan keseluruhan Awr = 67.471 + 0.912W + 0.358H 0.424

Tabel 8 Hasil analisis regresi linier berganda luasan telapak kaki subjek

perempuan dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya

Model Persamaan R2

Luasan telapak kaki kiri bagian yang

kontak langsung dengan permukaan

platform keras

Ail = 7.141 + 0.528W + 0.353H 0.410

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan Awl = 30.557 + 1.288W + 0.360H 0.670

Luasan telapak kaki kanan bagian yang

kontak langsung dengan permukaan

platform keras

Air = 17.266 + 0.522W + 0.283H 0.385

Luasan telapak kaki kanan keseluruhan Awr = 9.417 + 0.744W + 0.661H 0.543

Regresi merupakan alat analisis statistik yang dapat membantu untuk

melakukan prediksi atas variabel terikat dengan mengetahui kondisi variabel

bebas (Wahyono 2009). Dalam hal ini, luasan telapak kaki kiri bagian yang

kontak langsung dengan permukaan platform keras (Ail), luasan telapak kaki kiri

keseluruhan (Awl), luasan telapak kaki kanan bagian yang kontak langsung dengan

permukaan platform keras (Air), dan luasan telapak kaki kanan keseluruhan (Awr)

subjek laki-laki dan perempuan sebagai variabel terikat dengan berat badan (W)

dan tinggi badan (H) sebagai variabel bebasnya. Bentuk persamaan regresinya

13

yaitu A = a + bW + cH. Satuan untuk variabel luasan telapak kaki adalah cm2,

berat badan adalah kg, dan tinggi badan adalah cm. Sedangkan satuan untuk

koefisien regresi a adalah cm2, b adalah cm

2 kg

-1, dan c adalah cm

2 cm

-1. Hasil

analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek laki-laki dan

perempuan dengan berat dan tinggi badannya disajikan pada Tabel 7 dan 8.

Kolom ketiga Tabel 7 dan 8 disertakan koefisien determinasi (R2) masing-

masing model luasan telapak kaki. Ariefianto (2012) menyatakan bahwa koefisien

determinasi (R2) pada persamaan regresi menunjukkan proporsi variasi variabel

terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Diketahui dari hasil analisis

regresi linear berganda model luasan telapak kaki pada penelitian ini, nilai (R2)

model-model luasan telapak kaki subjek laki-laki lebih rendah dari nilai R2 model-

model luasan telapak kaki subjek perempuan. Artinya, proporsi variasi luasan

telapak kaki subjek laki-laki yang dapat dijelaskan oleh berat dan tinggi badannya

lebih rendah dari proporsi variasi luasan telapak kaki subjek perempuan yang

dapat dijelaskan oleh berat dan tinggi badannya. Hal tersebut disebabkan oleh

adanya korelasi yang signifikan antara variabel bebas model luasan telapak kaki

subjek laki-laki. Dari hasil analisis korelasi, koefisien korelasi berat badan subjek

laki-laki dengan tinggi badannya sebesar 0.462, signifikan pada alpha 0.01. Hal

tersebut berarti berat badan subjek laki-laki berkorelasi cukup kuat dengan tinggi

badannya dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Menurut Irianto (2010),

regresi linear berganda akan memberikan arti yang baik jika masing-masing

variabel bebas benar-benar independen. Namun, berat dan tinggi badan subjek

laki-laki berkorelasi dan signifikan korelasinya sehingga menyebabkan kurang

baiknya model luasan telapak kakinya. Pada subjek perempuan, koefisien korelasi

berat badan dengan tinggi badannya sebesar 0.376, tidak signifikan pada alpha

0.01 maupun 0.05. Hal tersebut menujukkan bahwa model-model luasan telapak

kaki subjek perempuan berarti baik.

Verifikasi Model Luasan Telapak Kaki

Dari perhitungan besarnya rata-rata perbedaan antara luasan telapak kaki

observasi dengan modelnya, diketahui bahwa model luasan telapak kaki kiri

keseluruhan subjek laki-laki dan model luasan telapak kaki kanan keseluruhan

subjek perempuan memiliki rata-rata perbedaan yang terkecil dibandingkan rata-

rata perbedaan model luasan telapak kaki lainnya (Tabel 9). Hal tersebut

menunjukkan bahwa model luasan telapak kaki kiri keseluruhan subjek laki-laki

dan model luasan telapak kaki kanan keseluruhan subjek perempuan adalah model

yang baik untuk digunakan sebagai model luasan telapak kaki.

Namun perlu diketahui bahwa dari besarnya t hitung perbedaan antara

luasan telapak kaki observasi dengan luasan telapak kaki model subjek laki-laki

dan perempuan, semua model luasan telapak kaki dapat dipergunakan untuk

prediksi luasan telapak kaki karena perbedaan luasan telapak kaki model dengan

luasan telapak kaki observasinya tidak signifikan (t hitung perbedaan luasan

telapak kaki subjek laki-laki < t tabel (1.992) dan t hitung perbedaan luasan

telapak kaki subjek perempuan < t tabel (2.101)). Hanya saja hasilnya tidak sebaik

hasil perhitungan luasan telapak kaki kiri keseluruhan model subjek laki-laki dan

luasan telapak kaki kanan keseluruhan model subjek perempuan karena

14

mempunyai perbedaan luasan telapak kaki hasil perhitungan model dengan luasan

telapak kaki observasinya lebih besar.

Tabel 9 Rata-rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak

kaki observasi dan model subjek laki-laki dan perempuan

Pengukuran

Laki-laki Perempuan

Rata-rata

perbedaan

Standar

deviasi

t

hitung

Rata-rata

perbedaan

Standar

deviasi

t

hitung

Luasan telapak kaki kiri bagian

yang kontak langsung dengan

permukaan platform keras (cm2)

0.352 10.620 0.306 0.343 6.721 0.222

Luasan telapak kaki kiri

keseluruhan (cm2)

0.015 12.850 0.011 0.132 7.629 0.076

Luasan telapak kaki kanan

bagian yang kontak langsung

dengan permukaan platform

keras (cm2)

0.411 10.185 0.372 0.463 6.493 0.311

Luasan telapak kaki kanan

keseluruhan (cm2)

0.103 11.935 0.080 0.032 8.038 0.017

Gambar 4 Hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi

dengan modelnya

Gambar 4 menujukkan persamaan regresi linear grafik hubungan antara

luasan telapak kaki kiri keseluruhan subjek laki-laki dan perempuan hasil

y = 0.995x

y = 0.996x

100

130

160

190

220

250

100 130 160 190 220 250

Luas

an t

elap

ak k

aki

kir

i

kes

eluru

han

model

(cm

2)

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan observasi (cm2)

Laki-laki

Perempuan

15

observasi dengan modelnya. Persamaan regresi linear grafik hubungan antara

luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi dengan modelnya yaitu y =

0.995x untuk grafik subjek laki-laki dan y = 0.996x untuk grafik subjek

perempuan, dengan y adalah luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil model dan

x adalah luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi dengan representasi

persamaan sebagai berikut: y = bx. Parameter b disebut slope, yaitu parameter

yang menunjukkan kuantitas hubungan antara variabel bebas x dan variabel terikat

y (Ariefianto 2012). Jika nilai b sama dengan satu maka kuantitas antara variabel

bebas x dan variabel terikat y adalah sama. Pada persamaan regresi linear grafik

hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi subjek laki-

laki dan perempuan dengan modelnya tersebut di atas, nilai b mendekati satu. Hal

tersebut menunjukkan bahwa luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil model

mendekati luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasinya.

Prediksi Ketenggelaman Roda Kendaraan Off-Road

Untuk dapat memprediksi ketenggelaman roda kendaraan off-road,

diperlukan parameter pembebanan dan luasan kontak sebagai paramater penentu

dalam prediksi ketenggelaman seperti halnya dalam metode tes plat yang

dilakukan oleh Bekker (1969) dalam Wong (2001). Dengan demikian, alat/metode

yang sederhana seperti ketenggelaman telapak kaki manusia memungkinkan dapat

digunakan untuk prediksi ketenggelaman roda kendaraan off-road tersebut dengan

berat badan dan luasan telapak kaki sebagai paramater pembebanan dan luasan

kontaknya.

Berat badan dapat diukur secara praktis menggunakan timbangan,

sedangkan luasan telapak kaki tidak dapat diukur secara praktis karena belum ada

alat pengukur luasan telapak kaki. Agar prediksi ketenggelaman telapak kaki

menjadi alat/metode yang sederhana, pengukuran luasan telapak kaki pun

seyogyanya diukur secara praktis agar petani lebih mudah dan cepat dalam

memprediksi ketenggelaman roda kendaraannya. Di penelitian ini dibuat model

luasan telapak kaki untuk dapat memprediksi besarnya ukuran luasan telapak kaki

secara praktis Dari hasil pengolahan data dan analisis, model luasan telapak kaki

subjek laki-laki yang baik digunakan untuk prediksi luasan telapak kaki adalah

model luasan telapak kaki kiri keseluruhan sedangkan model luasan telapak kaki

subjek perempuan yang baik digunakan untuk prediksi luasan telapak kaki adalah

model luasan telapak kaki kanan keseluruhan, masing-masing model luasan

telapak kaki tersebut yaitu Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H dan Awr = 9.417 +

0.744W + 0.661H.

Luasan telapak kaki tersebut bersama dengan berat badan subjek dapat

digunakan untuk memprediksi ketenggelaman telapak kaki. Ketenggelaman

telapak kaki tersebut kemudian dapat digunakan untuk prediksi ketenggelaman

roda kendaraan off-road. Prediksi ketenggelaman roda kendaraan off-road tersebut

dapat menjadi masukan dalam manajemen kerja dan desain konstruksi atau

lingkungan operasi yang tepat bagi kendaraan off-road sehingga tercapai efisiensi

dan efektifitas kinerja kendaraan yang optimal.

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berat badan dan tinggi badan subjek laki-laki dan perempuan mempunyai

korelasi positif terhadap luasan telapak kakinya sehingga berat dan tinggi badan

dapat digunakan sebagai variabel bebas model luasan telapak kaki. Telapak kaki

kiri dan kanan subjek memiliki perbedaan besar luasan, oleh karena itu model

luasan telapak kaki kiri dan kanan dibuat terpisah.

Model luasan telapak kaki subjek laki-laki dan perempuan yang akan

digunakan untuk memprediksi luasan telapak kaki sebagai salah satu parameter

ketenggelaman telapak kaki yaitu model luasan telapak kiri keseluruhan. Model

luasan telapak kaki tersebut yaitu Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H dan Awr =

9.417 + 0.744W + 0.661H.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengolahan data yang berbeda

dengan pengolahan data yang sekarang gunakan untuk memperoleh model yang

lebih baik yakni model yang menghasilkan nilai prediksi yang mendekati dengan

nilai observasi. Selain itu, hal tersebut juga dapat dicapai dengan menggunakan

data antropometri yang lebih banyak dari data antropometri yang sekarang

gunakan agar semakin banyak data yang terwakili dan kemungkinan munculnya

kesalahan semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Ariefianto MD. 2012. Ekonometrika; Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan

EVIEWS. Jakarta (ID): Erlangga.

Artaria MD. 2001. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan: penelitian

antropometris pada anak-anak umur 6-19 tahun. J Masy Kebud dan Pol

[Internet]. [diunduh 2013 Nop 11]; 4(1):343-349. Tersedia pada:

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/08_artaria_Dimorfisme_Seksual_pa

da_Ukuran_Antropometris.pdf.

Augusta RM. 2012. Hubungan antara tinggi badan, berat badan, kekuatan otot

perut, kekuatan otot lengan, kelentukan pergelangan tangan, kekuatan otot

tungkai dan power kaki terhadap hasil jumping smash. J Prestasi Olahraga

[Internet].[diunduh 2013 Des 5]; 1(1):[Nomor halaman tidak diketahui].

Tersedia dari: http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jurnal-prestasi-olahraga/

artikel/2142.

[DHHS] U.S. Department of Health and Human Services. 2012. Anthropometric

Reference Data for Children and Adults: United States, 2007-2010

[bibliografi]. Washington DC (US): DHHS Publication No. (PHS) 2013-

1602.

17

Fatmah. 2006. Persamaan (equation) tinggi badan manusia usia lanjut (manula)

berdasarkan usia dan etnis pada 6 panti terpilih di DKI Jakarta dan

Tangerang tahun 2005. Makara of Health Series [Internet].[diunduh 2013

Des 5]; 10(1):7-16. Tersedia pada: http://journal.ui.ac.id/health/article/view

/145.

Herd M. 2011. Perawatan tepat bagi anda yang memiliki telapak kaki datar (flat

feet) [Internet].[diacu 2013 Nop 11]. Tersedia dari: http://duniafitnes.com/

health/perawatan-tepat-bagi-anda-yang-memiliki-telapak-kaki-datar-flat-

feet.html.

Irianto A. 2010. Statistik: Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya.

Jakarta (ID): Kencana.

Krishan K. 2007. Estimation of stature from footprint and foot outline dimensions

in Gujjars of North India. Forensic Sci Int. 175(1):93-

101.doi:10.1016/j.forsciint.2007.05.014.

Nurmianto E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya (ID):

Guna Widya.

Rahmawati NT, Budiharjo S, Ashizawa K. 2006. Somatotypes of young male

athletes and non-athlete students in Yogyakarta, Indonesia. Anthropological

Sci. 115(1):1-7.doi:10.1537/ase.051008.

Rangkuti SR. 2002. Rancang bangun instrumen pengukuran kemampuan traksi

traktor 2 roda pada lahan sawah [Skripsi]. Bogor (ID): Intitut Pertanian

Bogor.

Robbins LM. 1986. Estimating height and weight from size of footprints. Journal

of Forensic Science, JFSCA [Internet]. [diunduh 2013 Des 5]; 31(1):143-

152. Tersedia pada: http://bigfootforums.com/uploads/post-18864-0-

67052600-1350585043.ipb.

Sen J, Ghosh S. 2008. Estimation of stature from foot length and foot breadth

among the Rajbanshi: an indigenous population of North Bengal. Forensic

Sci Int. 181(1):55.e1-55.e6.doi:10.1016/j.forsciint.2008.08.009.

Soebroto SW. 2000. Prinsip-prinsip perancangan berbasiskan dimensi tubuh

(antropometri) dan perancangan stasiun kerja. Di dalam: Soebroto SW,

editor. Methods Engineering: Adaptasi ISO/TC159 (Ergonomics) dalam

Standar Nasional Indonesia (SNI) [Internet]; 2000 Okt 17-19; Bandung,

Indonesia. [Nama penerbit dan halaman artikel tidak diketahui]; [diunduh

2012 Apr 9]. Tersedia pada: http://personal.its.ac.id/files/pub/2829-

m_sritomo-ie-Rancang an%20Antropometri%20&%20Work%20Station.pdf.

Tortora GJ, Derrickson B. 2006. Principles of Anatomy and Physiology 11th

edition. New York (US): J Wiley.

Wahyono T. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta (ID):

Elex Media Komputindo.

Wong JY. 2001. Theory of Ground Vehicles 3rd

Edition. London (CA): J Wiley.

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 28 Maret 1990 dari ayah

Marodih dan ibu Saanih. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun

2008 penulis lulus dari SMA Negeri 66 Jakarta dan pada tahun 2009 penulis lulus

masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Teknik

Pertanian yang sekarang berganti nama menjadi Teknik Mesin dan Biosistem,

Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Teknik

Mesin Budidaya Pertanian dan Teknik Mesin Irigasi dan Drainase pada semester

genap 2012/2013 dan Hubungan Tanah dan Alat Mesin Pertanian pada semester

ganjil 2013/2014. Penulis pernah aktif sebagai staf Departemen Riset dan

Keteknikan Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem (HIMATETA)

IPB. Bulan Juli-September 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di

Pabrik Gula Ngadirejo Kediri dengan judul Manajemen Alat dan Mesin Pertanian

pada Pembudidayaan dan Pemanenan Tebu di PG. Ngadirejo-Kediri, Jawa Timur.