47
PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN KOTA PEKALONGAN DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Geografi (S.Geo) Oleh: Irfan Rizkyanto 3211412034 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN KOTA …lib.unnes.ac.id/34169/1/3211412034maria.pdf · nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN KOTA

PEKALONGAN DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Geografi (S.Geo)

Oleh:

Irfan Rizkyanto

3211412034

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

ii

PERSETUJUAN BIMBINGAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke panitia sidang ujian

skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si

NIP. 19580103 198601 1002

Drs. Moch. Arifien, M.Si

NIP. 19550826 198303 1 001

Ketua Jurusan Geografi

Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si

NIP. 19621019 198803 1 002

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. Juhadi, M.Si

NIP. 19580103 198601 1002

Drs. Moch. Arifien, M.Si

NIP. 19550826 198303 1 001

Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si

NIP. 19621019 198803 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A.

NIP. 196308021988031001

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

ataupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2019

Irfan Rizkyanto

NIM. 3211412020

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Al-Insyiraf:6).

Barang siapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, maka akan

merasakan hinanya kebodohan sepanajng hidupnya ( Imam Asy Syafi’i).

If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or things (Albert

Einstein).

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas

segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan

untuk:

Kedua orangtuaku Bapak Azali dan Ibu Dumilah,

serta segenap keluarga tercinta yang selalu

memberiku arahan, dukungan kasih sayang dan

doa.

Terima kasih untuk kamu, Rika Puji Lestari yang

memberikan kekuatan untuk melewati ini semua.

vi

SARI

Rizkyanto, Irfan. 2019. PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN

KOTA PEKALONGAN DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Skripsi. Jurusan

Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Dr. Tjaturrahono,

B.S., M.Si, Drs. Moch. Arifien, M.Si.

Kata kunci: Cellular Aoutomata – Molusce, Prediksi, Lahan Terbangun, SIG.

Kota Pekalongan sangat berpotensi mengalami perubahan lahan terbangun,

khususnya perubahan lahan terbangun seperti permukiman, perdagangan, dan

perkantoran. Sehingga perlu adanya kajian terkait perubahan lahan di Kota

Pekalongan. Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Mengetahui perubahan lahan

terbangun di Kota Pekalongan tahun 2001, tahun 2011 dan tahun 2019. (2)

Membuat prediksi perkembangan fisik wilayah Lahan terbangun Kota Pekalongan

tahun 2031.

Data yang digunakan antara lain Peta RBI Kota Pekalongan edisi tahun

2000, peta penggunaan lahan KLHK tahun 2010, Citra Quickbird dan Citra

Google Earth, Peta Jaringan Jalan Kota Pekalongan, dan Peta Fasilitas umum

Kota Pekalongan. Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dengan

software QGIS 2.18 dan ArcGIS 10.1. Penelitian ini terbagi menjadi beberapa

tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan data, tahap pemodelan spasial

dan validasi peta proyeksi, serta proyeksi penggunaan lahan terbangun.

Luas lahan terbangun tahun 2001 adalah 2150,07 ha. Mengalami

peningkatan 115,65 ha, menjadi 2265,7 ha pada tahun 2011. Pada tahun 2019

mengalami peingkatan sebesar 181,8 ha menjadi 2447,5 ha. Perubahan yang

terjadi selama tahun 2001 sampai tahun 2019 adalah sebesar 297,4 ha.

Dalam hal ini pemerintah perlu melakukan evaluasi dan pengendalian

dalam praktek pembangunan lahan terbangun. Evaluasi dan pengendalian ini

dapat bekerjasama dengan masyarakat dan stakeholder terkait agar segala

pembangunan lahan terbangun sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan..

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Prediksi Perkembangan Lahan Terbangun Kota Pekalongan

dengan Menggunakan Model cellular Automata Menggunakan Sistem

Informasi Geografis”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar sarjana sains (S1) di Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan

dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis secara khusus

mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta yang tidak pernah berhenti

memberikan doa serta dukungan dan juga kepada bapak-bapak dosen pembimbing

yaitu Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, dan Drs. Moch. Arifien, M.Si yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Selain itu,

dengan rendah hati penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Moh Solehatul Mustofa, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., selaku Ketua jurusan Geografi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pelayanan

dan fasilitas yang memungkinkan penulis melakukan penelitian ini.

4. Dr. Eva Banowati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Geografi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

viii

5. Dr. Juhadi, M.Si., selaku Dosen Penguji utama yang telah memberikan

masukan dalam skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas ilmu pengetahuan

dan pengalaman yang telah diberikan selama perkuliahan serta bantuan dan

motivasi yang telah diberikan selama ini.

7. Pimpinan serta Staff Kantor Dinas BAPPEDA Kota Pekalongan, yang telah

membantu menyediakan data penelitian.

8. Keluarga Besar KSG-SAC yang telah memberikan ilmu serta inspirasi untuk

selalu bertumbuh dalam sebuah organisasi kekeluargaan.

9. Keluarga geografi’12 yang selalu memberi dukungan dan doa untuk maju

bersama.

10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Somoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua

pihak kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, masukan berupa

kritik dan saran sangat penulis harapkan demi peningkatan manfaat skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 2019

Penyusun

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN............................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

SARI ................................................................................................................ vi

PRAKATA ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian........................................................................... 4

E. Batasan Istilah.................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR............. 7

A. Deskripsi Teoris ............................................................................. 7

1. Penggunaan Lahan ........................................................................ 7

2. Klasifikasi Penggunaan Lahan ...................................................... 8

3. Lahan Terbangun........................................................................... 9

4. Perkembangan Wilayah................................................................. 10

5. Sistem Informasi Geografi ............................................................ 13

6. Komponen Sistem Informasi Geografi ......................................... 14

7. QuantumGIS.................................................................................. 20

8. Cellular Automata ......................................................................... 22

B. Penelitian Terdahulu....................................................................... 23

C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 28

x

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 31

A. Lokasi Penelitian ............................................................................ 31

B. Populasi dan Sampel........................................................................ 31

C. Variabel dan Sampel........................................................................ 32

D. Alat dan Bahan ................................................................................ 32

E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 33

F. Tahap Penelitian............................................................................... 34

G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 41

A. Deskripsi Umum.............................................................................. 41

B. Hasil Penelitian................................................................................ 50

1. Perubahan Lahan Terbangun Kota Pekalongan

Tahun 2001 – 2019........................................................................ 50

2. Hubungan peubah bebas terhadap perkembangan penggunaan lahan

terbangun di Kota Pekalongan Tahun 2001 – tahun 2019. ............ 57

3. Prediksi Lahan Terbangun Kota Pekalongan Tahun 2031 ............ 58

C. Pembahasan .................................................................................... 71

1. Perubahan Lahan Terbangun Tahun 2001,

Tahun 2011, Tahun 2019 .............................................................. 73

2. Analisis Prediksi Lahan Terbangun Kota Pekalongan

Tahun 2031 ...................................................................................................... 75

3. Keterkaitan Prediksi Penggunaan Lahan Terbangun

dengan Pola Ruang Kota Pekalongan ............................................................. 75

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 78

1. Simpulan .......................................................................................... 78

2. Saran ................................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 80

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 25

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kota Pekalongan Tahun 2017 ........... 44

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Kota Pekalongan Tahun 2017 ...................... 45

Tabel 4.3 Luas Perubahan Lahan Terbangun

Kota Pekalongan Tahun 2001 - 2019 .............................................. 51

Tabel 4.4 Statistik penggunaan lahan periode tahun 2001 – 2019................. 60

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 30

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Pekalongan............................................. 42

Gambar 4.2 Peta Jaringan Jalan ....................................................................... 47

Gambar 4.3 Peta Fasilitas Umum .................................................................... 49

Gambar 4.4 Validasi Cellular Automata.......................................................... 52

Gambar 4.5 Peta Lahan Terbangun Kota Pekalongan ..................................... 55

Gambar 4.6 Peta Lahan Terbangun.................................................................. 56

Gambar 4.7 Matriks Transisi periode Tahun 2001 – 2019 .............................. 59

Gambar 4.8 Peta Prediksi Lahan Terbangun Kota Semarang Tahun 2031...... 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di Jawa Tengah. Letaknya

yang strategis yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, serta dilalui oleh

jalur Pantai Utara (Pantura) membuat Kota Pekalongan menjadi salah satu

pusat perdagangan dan termasuk dalam PKW berdasarkan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan fakta tersebut,

Kota Pekalongan sangat berpotensi mengalami perubahan lahan terbangun,

khususnya perubahan lahan terbangun seperti permukiman, perdagangan, dan

perkantoran. Sehingga perlu adanya kajian terkait perubahan lahan di Kota

Pekalongan. Kajian perubahan lahan terbangun bisa dilakukan dengan

integrasi penginderaan jauh dan system informasi geografis, seperti yang

dilakukan oleh Wijaya dan Susetyo (2017). Berdasarkan Wijaya dan Susetyo

(2017), dalam kurun waktu 2003 – 2016 Kota Pekalongan yang paling banyak

mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian, rawa, dan permukiman.

Jenis penggunaan lahan pertanian yang selalu selalu mengalami pengurangan

luasan yang signifikan yaitu sekitar 28%.

Fungsi Kota Pekalongan yang startegis dinilai wajar jika perubahan

lahan pertanian menjadi lahan terbangun cenderung meningkat. Hal ini

mengingat sektor pertanian di Kota Pekalongan bukanlah sektor andalan

dibandingkan ssektor perdagagan dan keuangan yang merupakan sektor

2

andalan di Kota Pekalongan Sabana, 2007). Tetapi perubahan lahan terbangun

akan dinilai tak wajar dan menjadi masalah jika berlebihan. Berdasarkan BPS

(2016), pertumbuhan penduduk di Kota Pekalongan terbesar adalah di

Kecamatan Pekalongan Selatan dan Kecamatan Pekalongan Utara, jika

pertumbuhan penduduk berasosiasi dengan pertumbuhan lahan terbangun

maka pertumbuhan lahan terbangun itu akan menjadi masalah baru mengingat

Kecamatan Pekalongan Utara berada di wilayah pesisir yang rawan akan

bencana banjir rob (Marfai dkk, 2013).

Banjir rob pada lahan terbangun akan menyebabkan dampak bencana

berupa kerugian dan kerusakan. Dampak langsung dari banjir rob pada area

lahan terbangun akan merusak fasilitas dan mengganggu aktivitas manusia,

sedangkan dampak tak langsungnya akan memberikan dampak yang buruk

bagi kesehatan dan kebersihan lingkungan (Marfai dkk, 2013). Salah satu

rekomendasi dalam permasalahan perubahan penggunaan lahan di Kota

Pekalongan adalah manajemen penggunaan lahan seperti pengendalian akan

pengembangan lahan terbangun dengan membatasi pertumbuhan lahan seperti

permukiman, industri, dan perdagangan terutama pada wilayah terdampak

kenaikan muka air laut (Wijaya dan Susetyo, 2017).

Kajian terkait perubahan lahan di Kota Pekalongan perlu dilakukan.

Kajian perubahan lahan terbangun bisa dilakukan dengan integrasi

penginderaan jauh dan system informasi geografis, seperti yang dilakukan

oleh Wijaya dan Susetyo (2017). Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya dan Susetyo (2017), didapatkan hasil bahwa lahan terbangun paling

3

besar di Kota Pekalongan adalah permukiman dengan tren selalu mengalami

penambahan luas, dalam rentang waktu tahun 2003 sampai 2009 lahan

permukiman bertambah sebesar 171,088 Ha, lahan pertanian berkurang /

mengalami penurunan sebesar 455.36 Ha, dan lahan rawa bertambah

luasannya sebesar 382,9 Ha. Besarnya perubahan penggunaa lahan tersebut

salah satunya disebabkan oleh adanya dampak genangan dari kenaikan muka

air laut di kota pekalongan. Untuk itu diperlukan manajemen pernggunaan

lahan terbangun seperti pengendalian akan perkembangan lahan terbangun

yakni dengan membatasi pertumbuhan lahan terbangun terutama pada wilayah

terdampak kenaikan muka air laut. Keterbatasan kajian yang dilakukan oleh

Wijaya dan Susetyo hanya sebatas mengetahui perubahan lahan terbangun

dahulu dan eksisting. Padahal kajian lahan terbangun sebaiknya juga

memprediksi kondisi di masa depan agar mempermudah saat evaluasi dengan

produk RTRW seperti rencana pola ruang.

Prediksi perubahan lahan terbangun bisa menggunakan metode Cellular

Automata. Metode ini cukup representative dalam memprediksi penggunaan

lahan terbangun seperti Wijaya dan Susilo (2013) untuk Kota Salatiga,

Nurhidayati, dkk (2017) untuk Kota Pontianak dan Wijaya dan Umam

(2015) untuk Kota Yogyakarta dengan akurasi yang cukup baik. Sehingga dari

uraian tersebut di atas, penelitian ini akan mencoba memprediksi pertumbuhan

lahan terbangun di Kota Pekalongan menggunakan Cellular Automata.

4

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Perubahan lahan terbangun di Kota Pekalongan tahun 2001

sampai tahun 2019?

2) Bagaimana prediksi perkembangan fisik wilayah lahan terbangun Kota

Pekalongan tahun 2031?

C. Tujuan Penelitian

1) Mengetahui Perubahan lahan terbangun di Kota Pekalongan tahun 2001,

tahun 2011, dan tahun 2019.

2) Membuat prediksi perkembangan fisik wilayah Lahan terbangun Kota

Pekalongan tahun 2031.

D. Manfaat penelitian

1) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

dan informasi bagi pemerintah khususnya pemerintah Kota Pekalongan

dalam mengkaji dan mengambil keputusan, dalam kebijakan perencanaan

pembangunan Kota Pekalongan.

2) Manfaat Teoritis

Secara teori penelitian ini diharapkan dapat menambah atau

memberikan wawasan keilmuan dan pengetahuan serta sebagai sumber

informasi atau referensi bagi penelitian-penelitian yang relevan dengan

tema seperti ini.

5

E. Batasan Istilah

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dan gambaran

dari penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah atau batasan yang

terdapat dalam penelitian:

1. Cellular Automata

Celluler Automata CA dalam SIG digunakan untuk mengetahui

kedinamisan suatu objek/fenomena, dimana kedinamisan banyak diartikan

sebagai suatu wujud perubahan (Paramitha, 2011; Liu, 2009; Deliar, 2010

dalam Wijaya, 2012). Dalam Baja S (2012), Cellular Automata adalah

model sederhana dari proses terdistribusi spasial (spatial distributed process)

dalam masing-masing diatur sedemikian rupa sehingga hanya diperbolehkan

berada di salah satu dari beberapa keadaan.

2. Prediksi

Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang

sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan infomasi

masa lalu dan sekarang yang dimiliki.

Prediksi dalam penelitian ini memprediksi penutup lahaan terbangun

pada tahun 2031.

3. Lahan terbangun

Lahan terbangun dapat diartikan sebagai lahan yang telah mengalami

subtitusi penutup lahan alami atau semi alami dengan penutup lahan buatan

yang bersifat artifisial dan sering kedap air (BSN, 2010). Klasifikasi

6

penggunaan lahan terbangun berupa, permukiman, industry dan jasa, serta

sarana transportasi dan komunikasi (Anderson, 1976 dalam Wijaya, 2013).

4. Sistem Informasi Geografis

Menurut Aronof (Prahasta, 2009) Sistem Informasi Geografis adalah

sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan

memanipulasi informasi – informasi geografis. SIG dirancang untuk

mengumpulkan, menyimpan, menganalisis obyek – obyek dan fenomena

dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis

untuk di analisis.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Teoritis

1. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat

bermanfaat bagi manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola

(Ritohardoyo,2013). Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan

manusia, baik secara menetap ataupun berpindah – pindah terhadap suatu

kelompok sumber daya alam dan sumber daya buatan, secara keseluruhan

disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukpi kebutuhan baik material

maupun spiritual, ataupun kebutuhan kedua – duanya (Malingreau, 1978

dalam Ritohardoyo,2013).

Penggunaan lahan sering disalah artikan menjadi penutup lahan

ataupun sebaliknya, sedangkan dilapangan kedua kenampakan ini memiliki

bahasan yang berbeda. Penutup lahan merupakan istilah yang digunakan

untuk menyebut suatu kenampakan lahan secara fisik, baik kenampakan

alam maupun kenampakan buatan manusia. Misalnya penutup lahan yang

menampakkan persawahan disebut dengan tutupan vegetasi pertanian.

Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk pemanfaatan atau fungsi

dari perwujudan suatu bentuk lahan. Istilah penggunaan lahan didasari pada

fungsi kenampakan penggunaan lahan bagi kehidupan, baik itu

kenampakan alami atau buatan manusia. Suatu kenampakan vegetasi rapat

dalam istilah penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi hutan maupun

8

perkebunan. Penyebutan tersebut tergantung pada perlakuan manusia

terhadap penggunaan lahan. Setiap wilayah memiliki karakteristik

wilayahnya tersendiri dan dapat mempengaruhi berbagai mata pencaharian

yang menghasilkan beragam bentuk penggunaan lahan.

2. Klasifikasi Penggunaan Lahan

Malingreau (1978) menjelaskan bahwa klasifikasi adalah penetapan

obyek – obyek, kenampakan atau satuan – satuan menjadi kumpulan –

kumpulan, didalam suatu sistem pengelompokan yang dibeda – bedakan

berdasarkan pada sifat – sifat khusus, atau berdasar pada pada isi yang

terkandung (Ritohardoyo,2013). Klasifikasi penggunaan lahan

mendasarkan pada pengelompokan pola – pola fenomena permukaan bumi

dan memperhatikan karakteristik di lapangan, sehingga memberikan

gambaran lebih jelas hubungan antara faktor fisik wilayah dengan aktivitas

manusia dengan lahan terbangun.

Klasifikasi Malingreau (1978) menekankan pada pemahaman sistem

klasifikasi dan mengacu pada suatu kerangka kerja klasifikasi menurut

Dent, dengan cara membagi lahan kedalam tingkatan – tingkatan tertentu

menjadi kelompok – kelompok sebagai berikut :

a. Penutup/ penggunaan lahan Order (tipe penutup lahan)

b. Penutup/ penggunaan lahan Classes

c. Penutup/ penggunaan lahan Sub-Classes

d. Penutup/ penggunaan lahan Management Units (tipe pemanfaatan

lahan)

9

Klasifikasi tersebut oleh Malingreau dimodifikasi menjadi 6 kategori

berikut:

a. Penutup/ penggunaan lahan Order seperti area bervegetasi

b. Penutup/ penggunaan lahan Sub-Order seperti area pertanian

c. Penutup/ penggunaan lahan Family seperti area pertanian permanen

d. Penutup/ penggunaan lahan Class seperti sawah tadah hujan

e. Penutup/ penggunaan lahan Sub-Class seperti sawah irigasi

f. Penutup/ penggunaan lahan Management Unit seperti penanaman padi

berkelanjutan

Pengkategorian pada tingkat yang lebih tinggi dimaksudkan untuk

tipe penutupan lahan dan yang lebih rendah untuk tipe lahan terbangun.

3. Lahan Terbangun

Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang menyangkut iklim,

tanah, hidrologi dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu yang akan

mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan (Purwodido, 1983 dalam

Astuti, 2012). Lahan terbangun merupakan suatu lahan yang sudah

mengalami campur tangan manusia yang merubah penutup lahan alami atau

semi alami menjadi penutup lahan buatan yang bersifat artifisial dan sering

kedap air (BSN, 2010). Menurut Yuliastuti .,dkk (2012), Lahan terbangun

(built up area) adalah suatu lahan yang telah mengalami proses

pembangunan atau perkerasan yang terjadi di atas suatu lahan alami.

Sedangkan wijaya (2013), Menyatakan Lahan terbangun adalah segala

10

sesuatu bentuk fisik yang menutupi muka bumi yang dibatasi kenampakan

fisik terbangun.

Klasifikasi lahan terbangun merupakan kategori penutup lahan yang

masih general yang berada pada level I. Sehingga terdapat pembagian lebih

rinci dari lahan terbangun yang terdapat pada level II yang dibagi menjadi

beberapa kelas yaitu Permukiman, Industri, Jasa, Campuran jasa dan

industry, Sarana transportasi dan komunikasi (Anderson, 1976 dalam

Wijaya, 2013).

4. Perkembangan Wilayah

Yunus (2000) menyebutkan perkembangan wilayah merupakan

proses perkembangan spasial secara fisikal tampak ada 2 bentuk

perkembangan yaitu proses sentrifugal dan proses perkembangan secara

sentripetal.

Dalam perkembangan sebuah kota akan muncul dua konsekuensi

spasial yang diakibatkan oleh meningkatnya tuntutan akan ruang yaitu

perkembangan yuridis administratif kota dan perkembangan fisikal

morfologis kota. Perkembangan yuridis administratif mengacu pada

pemekaran batas administrasi sebuah wilayah kota, sedangkan

perkembangan fisikal morfologis kota mengacu pada perkembangan

kenampakan fisik kota yang tidak dibatasi oleh administrasi dalam

perkembangannya.

Ditinjau dari prosesnya, perkembangan spasial secara fisik ada 2

macam bentuk perkembangan, yaitu (a) proses perkembangan spasial

11

horizontal, dan (b) proses perkembangan spasial secara vertikal.

Perkembangan spasial horizontal sentrifugal merupakan proses

bertambahnya ruang kekotaan yang sudah terbangun dan mengambil

tempat di pinggiran kota. Proses perkembangan spasial horizontal

sentripetal adalah suatu proses penambahan bangunan-bangunan kekotaan

yang terjadi dibagian dalam kota (the inner parts of the city).

Perkembangan spasial horizontal sentrifugal merupakan suatu proses

bertambahnya ruang kekotaan yang sudah terbangun dan mengambil

tempat di pinggiran kota. Proses inilah yang memicu dan memacu

bertambah luasnya areal perkotaan. Makin cepat proses ini berjalan, maka

semakin cepat pula perkembangan kota secara fisikal.

Menurut Lee (1976), terdapat 6 variabel yang mempunyai pengaruh

kuat dalam perkembangan horizontal sentrifugal ini yaitu :

a. Aksesbilitas (Accessibility)

Aksesbilitas dalam hal ini adalah aksesbilitas fisik wilayah

yang tidak lain adalah tingkat kemudahan suatu tempat dijangkau

dari ebebrapa lokasi lain. Makin mudah suatu tempat dijangkau

maka akan semakin menarik terhadap penduduk maupun fungsi

kekotaan untuk memanfaatkannya sebagai lokasi tempat tinggal

atau kedudukan kegiatannya.

b. Variabel Pelayanan Umum (Public Services)

Bagian wilayah pinggiran kota yang terdapat pusat-pusat

pelayanan umum seperti kampus pendidikan, perkantoran,

12

industry, perdagangan atau sejenisnya akan mempunyai daya tarik

(magnetic forces) yang lebih besar dibandingkan daerah yang tidak

mempunyai hal tersebut.

c. Karakteristik Lahan (Land Characteristic)

Karakteristik lahan sangat berpengaruh terhadap

berkembangan atau tidaknya suatu tempat. Biasanya dikaitkan

dengan keadaan topografi daerah yang bersangkutan.

d. Karakteristik Pemilik Lahan (Land Owner Characteristic)

Hal ini sangat berkaitan dengan persepsi penduduk terhadap

perkembangan baru maupun kemapanan ekonominya. Persepsi ini

biasanya sangat dipengaruhi oleh kegiatan spekulasi lahan (harga

pasar tanah).

e. Keberadaan Peraturan-peraturan Pemerintah (Regulatory Measures)

Adanya peraturan tata ruang akan sangat menentukan

berkembang atau tidaknya suatu kawasan. Peraturan yang ada

memberikan wewenang kepada pemerintah atas nama hokum dan

kepentingan umum untuk membatasi kepentingan individual pihak-

pihak yang tidak bertanggung jawab.

f. Prakarsa Pengembang (Developers Initiatives)

Di Indonesia, peranan pengembang terhadap cepat atau

tidaknya perkembangan fisik kekotaan sangat signifikan. Suatu

daerah dimana terdapat kompleks perumahan baru akan lebih cepat

berkembang dibandingkan dengan daerah yang tidak dibangun.

13

Maraknya perkembangan permukiman secara individual akan

selalu mengikuti fasilitas permukiman yang dibangun oleh

pengembang.

5. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis menurut Aronof (Prahasta, 2009) adalah

sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan

memanipulasi informasi – informasi geografis. SIG dirancang untuk

mengumpulkan, menyimpan, menganalisis obyek – obyek dan fenomena

dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis

untuk di analisis.

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki

empat kemampuan berikut dalam menangani data bereferensi geografis;

1) Masukan

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan

mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber.

Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau

mentransformasikan format-format data - data aslinya ke dalam

format yang dapat digunakan oleh sistem informasi geografis.

2) Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data)

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun

atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah

dipanggil, di-update, dan di-edit.

3) Analisis dan manipulasi data

14

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat

dihasilkan oleh sistem informasi geografis. Selain itu, subsistem ini

juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan

informasi yang diharapkan.

4) Keluaran.

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran

seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun

bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta dan lain lain.

Salah satu kemampuan SIG adalah kemampuan analisis yang dapat

dilakukannya. Secara umum terdapat dua jenis kemampuan analisis SIG,

yaitu analisis atribut (basis data atribut) dan analisis spasial. Analisis atribut

terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan basis data dan perluasannya.

Sedangkan, analisis spasial terdiri dari analisis dengan berbagai pemodelan

dengan berbagai fungsi masing – masing.

6. Komponen Sistem Informasi Geografi

Menurut Riyanto,dkk, (2009), komponen sistem (subsistem) pada

Sistem Informasi Geografis antara lain.

a. Input Pemasukan data yaitu mengumpulkan data dan

mempersiapkan data spasial dan atau atribut dari berbagai sumber

data sesuai format data yang sesuai.

b. Manipulasi Merupakan proses editing terhadap data yang telah

masuk, hal ini dilakukan untuk menyesuaikan tipe dan jenis data

agar sesuai dengan sistem yang akan dibuat.

15

c. Manajemen data Tahap ini meliputi seluruh aktivitas yang

berhubungan dengan pengolahan data (menyimpan,

mengorganisasi, mengelola, dan menganalisis data) ke dalam

penyimpanan permanen.

d. Query Suatu metode pencarian informasi untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh pengguna Sistem Informasi

Geografis.

e. Analisis Sistem Informasi Geografis mempunyai dua jenis fungsi

analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan analisis atribut. Fungsi

analisis spasial adalah operasi yang dilakukan pada data spasial.

Sedangkan fungsi analisis atribut adalah fungsi pengolahan data

atribut, yaitu data yang tidak berhubungan dengan ruang.

f. Visualisasi (data output) Penyajian hasil berupa informasi baru

atau dari database yang ada baik dalam bentuk softcopy maupun

dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk peta (atribut peta dan

atribut data), tabel, dan grafik.

Komponen-komponen SIG Sebagai suatu sistem, SIG memiliki

sejumlah komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen SIG dapat

dikelompokkan menjadi.

a. Perangkat Keras (Hardware) Di dalam perangkat keras terdapat

beberapa komponen yang sering digunakan untuk aplikasi SIG

adalah Personal Computer (PC), mouse, monitor, digitized, plotter,

reciver GPS dan scanner.

16

b. Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak SIG terdiri atas sistem

operasi, compiler, dan program aplikasi. Sistem Operasi (Operating

System/OS) seperti: Windows, Linux, UNIX, Sun Solaris.

Sedangkan Compiler yang biasa digunakan C, C+, Delphi, Visual

Basic. Dan program aplikasi pembangun GIS, seperti: Mapinfo,

Arcview, Arcinfo, ArcGIS, dan Quantum GIS

c. Data dan Informasi Geografis Didapat dengan cara meng-import

dari perangkat lunak sistem informasi geografis yang sudah ada

atau dapat secara langsung membuat atau 9 mendigitasi data spasial

dari peta dan atribut dari tabel dan laporan dengan menggunakan

keyboard atau data titik-titik yang diperoleh dengan menggunakan

GPS (Global Positioning System). Pada prinsipnya terdapat dua

jenis data untuk mendukung SIG Suseno, dkk, (2012) yaitu:

1. Data Spasial Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah

yang terdapat di permukaan bumi. Umumnya direperentasikan

berupa grafik, peta, gambar, dengann format digital dan

disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam

bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.

2. Data Non Spasial (atribut) Data non spasial adalah data

berbentuk tabel tersebut berisi informasi-informasi yang

dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut

berbentuk data tabular yang saling berintegrasi dengan data

spasial yang ada.

17

d. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan sebagai

sistem analisis yang menerjemahkan permasalahan dengan bahasa

SIG.

e. Methods (Prosedur) Model dan teknik pemrosesan yang perlu

dibuat untuk aplikasi SIG.

Menurut Triyono, dkk, (2008) Secara konseptual aplikasi SIG yang

baik mempunyai kemampuan sebagai berikut.

a. Lokasi, SIG harus mampu menunjukkan lokasi keberadaan suatu

objek berdasarkan gambar yang disajikan pada peta. Lokasi objek

di deskripsikan sebagai cara untuk mencapainya, misalnya nama

tempat, kode pos atau dapat menggunakan kedudukan objek secara

geografis seperti lintang dan bujur.

b. Kondisi, sebuah teknologi SIG harus dapat mengetahui kondisi dari

suatu objek yang tergambar dalam peta. Kondisi ini misalnya jenis

tanah, keberadaan flora dan fauna dan sebagainya.

c. Tren, SIG harus mampu menunjukan perubahan yang terjadi pada

objek tertentu setelah selang beberapa waktu.

d. Pola, SIG harus mampu memberi informasi tentang pola suatu

objek pada daerah tertentu, misalnya pencemaran pada daerah

industri, kesibukan lalu lintas dan sebagainya.

e. Pemodelan, SIG harus mampu membuat suatu pemodelan untuk

mengembangkan sistem, misalnya apa yang terjadi jika dilakukan

penambahan.

18

f. Analisis Spasial

Analisis spasial digunakan untuk membantu menganalisis kondisi

permasalahan berdasarkan data dari wilayah yang menjadi sasaran.

Konsep yag mendasari sebuah analisis spasial adalah jarak, arah

dam hubungan. Kombinasi dari ketiga konsep tersebut mengenai

suatu wilayah akan bervariasi sehingga membentuk perbedaan

yang signifikan yang membedakan satu lokasi dengan yang

lainnya. Dengan demikian jarak, arah, dan hubungan antara lokasi

suatu obyek dalam suatu wilayah dengan obyek di wilayah yang

lain akan memiliki perbedaan jelas.

Analisis spasial merupakan sekumpulan metoda untuk menemukan

dan menggambarkan tingkatan/pola dari sebuah fenomena spasial, sehingga

dapat dimengerti dengan baik. Metode yang digunakan sangat bervarisi,

mulai observasi visual, sampai ke pemanfaatan matematika/statistic terapan.

Sementara itu, detail mengenai teknik, jenis fungsi, evaluasi, logika atau

operator matematis yang digunakan dalam analisis spasial tergantung pada

jenis dan tipenya. Sehingga, teknis untuk menganalisa spasial, biasanya

harus melalui tiga tahapan analisa spasial, yaitu:

1) Analisis Visual

Merupakan tahapan yang sangat berguna untuk menemukan

dan memperjelas pola/ keterkaitan antara beberapa objek dan

fenomena yang terjadi di permukaan bumi. Dengan melakukan

visualisasi yang tepat, maka pola sebuah fenomena yang rumit dapat

19

dideteksi dengan lebih mudah. Analisis ini dibagi atas: Visualisasi

Atribut Objek Titik (attribute data of point objects), Visualisasi

Distribusi Objek Titik (distributions of point objects), dan Visualisasi

Pengelompokan Spasial (Spatial Tesselation).

2) Operasi Spasial

Pengolahan data dengan mempergunakan algoritma

perhitungan geometris terhadap objek spasial yang ada untuk

membantu memahami sebuah fenomena spasial. Dengan

memaksimalkan kombinasi dari berbagai operasi spasial, dapat

dihasilkan informasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan. Operasi spasial berbasis algoritma

perhitungan geometris yg dikenal saat ini diperkenalkan oleh Ian

Shamos pada tahun 1986 melalui penelitiannya dibidang ilmu

komputer, tepatnya sub-field “Computational Geometry”. Adapun

beberapa dari operasi spasial ini meliputi: Overlay Spasial (Spatial

Overlay), Pencarian Spasial (Spatial Search), Operasi Buffer (Buffer

Operation), Operasi Raster (Raster Operation) , Operasi Jaringan

(Network Operation).

3) Pemodelan Spasial

Gambaran matematis tentang struktur dari sebuah fenomena

spasial, untuk keperluan prediksi/evaluasi. Disusun berdasarkan

pengetahuan spesifik tentang suatu fenomena spasial, biasanya berupa

kombinasi dari beberapa operasi spasial terhadap sekumpulan data

20

spasial. Penggunaannya cukup luas, antara lain untuk keperluan

epidemiologi, ekonomi, ekologi, seismologi, arkeologi, ilmu

transportasi, dan bidang-bidang lainnya.

7. Quantum GIS

Setelah sebelumnya membahas mengenai sistem informasi

geografis, pada bab ini kita akan membahas mengenai dasar-dasar

software yang digunakan dalam sistem informasi geografis yaitu

Quantum GIS. Akan tetapi versi yang digunakan adalah Quantum GIS 1.7.4

“Wroclaw”.

Quantum GIS (QGIS) adalah cross-platform perangkat lunak bebas

(open source) desktop pada sistem informasi geografis (SIG). Aplikasi ini

dapat menyediakan data, melihat, mengedit, dan kemampuan analisis.

Quantum GIS berjalan pada sistem operasi yang berbeda termasuk Mac OS

X , Linux , UNIX , dan Microsoft Windows .

Dalam perizinan, QGIS sebagai perangkat lunak bebas aplikasi di

bawah GPL(General Public License), dapat secara bebas dimodifikasi untuk

melakukan tugas yang berbeda atau lebih khusus. Quantum GIS

memungkinkan penggunaan shapefiles, pertanggungan, dan Geodatabases

pribadi. MapInfo , PostGIS , dan beberapa format lain yang didukung di

Quantum GIS.

Proyek pembuatan perangkat lunak ini sendiri dimulai pada Mei 2002

dengan nama proyek The Quantum GIS Project yang sampai dengan saat

ini, QGIS telah berkembang sampai dengan versi 2.18.x. Dimana pada versi

21

terbarunya, QGIS menambahkan fitur terbaru disertai perluasan untuk

interface pemrograman dari rilis sebelumnya. Saat ini, QGIS adalah

perangkat GIS terbaik pada komunitas Free and Open-Source Software

(FOSS). QGIS menawarkan bermacam-macam modul yang tentunya dapat

digunakan untuk berbagai keperluan antara lain QGIS Desktop, QGIS

Browser, QGIS Server, dan QGIS Client. Dalam modul ini pembahasan

akan difokuskan pada QGIS Desktop. QGIS sebagai alternatif dari sekian

banyak perangkat lunak pengolahan data spasial, memiliki beberapa

kelebihan diantaranya:

Gratis, tidak membutuhkan biaya untuk proses instalasi dan

penggunaan program

Bebas, dapat menambah dan memodifikasi fungsi dalam QGIS

Terus berkembang, setiap orang dapat menambah fitur baru dan

penyempurnaan aplikasi.

Ketersediaan dokumen panduan dan pertolongan, pendukung panduan

dan bantuan terhadap permasalahan tersedia online dan dapat diunduh

dalam bentuk dokumen.

Multi sistem operasi, dapat diinstal di MacOS, Windows, Linux dan

Android (versi beta)

Molusce (Modules for Land Use Cange Evaluation) adalah software

atau extention permodelan Land Use Land Cover yang menggunakan data

raster multitemporal.

22

8. Cellular Automata

Cellular Automata (CA) adalah model yang awalnya dipahami oleh

Ulam dan Von Neumann pada tahun 1940 untuk membuat kerangka kerja

formal untuk menyelidiki suatu perilaku kompleks (Paramitha, 2011). Akan

tetapi, dalam aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografi), CA diadaptasi

menjadi sebuah model dinamis serta digunakan untuk simulasi spasial

(geosimulation). Pendapat lain juga menyatakan bahwa pemodelan CA

dalam SIG digunakan untuk mengetahui kedinamisan suatu

objek/fenomena, dimana kedinamisan banyak diartikan sebagai suatu wujud

perubahan (Paramitha, 2011; Liu, 2009; Deliar, 2010 dalam Wijaya, 2012).

Suatu automaton (A) diwujudkan dalam kumpulan state yang terbatas

S = (S1, S2, S3, …,Sn) dan sekumpulan transisi (T). Dengan demikian,

A secara geometrik dipengaruhi oleh kondisi S dan

T. Faktor yang terakhir adalah N (Neighborhood), dalam fenomena spasial

faktor N ini akan menstimulus Automaton dengan membentuk relasi spasial.

Adapun secara teoritis CA dapat direpresentasikan dalam bentuk rumusan di

bawah ini.

A = ( S . N . T )

Keterangan :

A : automaton

S : state (kelas)

T : transition rules (aturan transisi)

N : neighborhood (ketetanggaan)

23

CA merupakan suatu metode untuk memprediksi perubahan sistem

dinamika yang bergantung pada aturan sederhana dan berkembang hanya

menurut aturan tersebut dari waktu ke waktu. CA melakukan proses

komputasi berdasar prinsip ketetanggaan sel (neighbourhood). CA sudah

banyak dikembangkan untuk berbagai macam aplikasi antara lain untuk

prediksi sedimentasi, pemodelan aliran granular, pemodelan arus lalu lintas,

prediksi pertumbuhan pemukiman dan perubahan penggunaan lahan. CA

merupakan pendekatan komputasi berbasis keruangan yang memiliki

keunggulan dalam mengakomodasi dimensi ruang, waktu dan atributnya.

CA lebih realistik untuk menemukan rumus transisi yang merepresentasikan

tenaga dorongan dan tarikan pada perubahan (Uktoro, 2013).

Kelemahan CA adalah lebih menunjukkan proses pertumbuhan dan

prediksi tumbuhnya suatu piksel namun tidak memberikan informasi

penyebab tumbuhnya yaitu hubungan kekerabatan antar variabel terikat

(dependent variable) dan variabel bebasnya (independent variable).

Sedangkan suatu perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang bersifat independent yang harus diakomodasi. Oleh karena itu

metode ini sering dikombinasikan dengan metode lain guna mengatasi

kelemahan untuk meningkatkan ketelitiannya (Peruge, dkk., 2012).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti

menambahkan penelitan terdahulu untuk dapat digunakan sebagai

24

pembanding, yang dilihat dari judul, metode, tujuan serta hasil penelitian.

Banyak penelitian-penelitian lain yang telah membuat perubahan lahan

terbangun . Penelitian ini merujuk dan mengkombinasikan dari beberapa

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian dahulu

yang menjadi rujukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah 3

penelitian baik yang membahas mengenai perubahan lahan terbangun atau

membahas model cellular automata.

25

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama dan judul Metode Hasil Penelitan Perbedaan Persamaan

1. Muhamad Alkaf,

Khursatul Munibah,

Omo Rusdiana (2014)

MODEL SPASIAL

PERUBAHAN

LAHAN

TERBANGUN DI

TAMAN NASIONAL

GUNUNG

MERBABU DAN

DAERAH

PENYANGGA

Cellular

Automata

1. Perubahan lahan terbangun tahun 2001

– 2013 adalah pengurangan luasan

hutan, rumput dan perkebunan

campuran, diikuti peningkatan luas

semak, permukiman dan ladang.

2. Prediksi lahan terbangun tahun 2025

masih memiliki pola yang sama dengan

pola periode tahun 2001 – 2013

berkurangnya luasan hutan, rumput dan

perkebunan campuran serta

menngkatnya luasan permukiman,

semak dan ladang, pengurangan luasan

hutan akan terus terjadi pada zona

rimba dan zona rehabilitasi.

3. Upaya pengendalian perubahan lahan

terbangun dengan menerapkan skenario

yang tidak memperbolehkan aktivitas

budidaya di kawasan TNGMb.

Penelitian ini dalam prediksi

lahan terbangun dengan

menggunakan Cellular

Automata Markov dan

pendekatannya dengan

menggunakan Regresi

Linear.

Persamaan dengan

penelitian ini adalah

menggunakan cellular

automata dalam

memprediksi lahan

terbangun.

2. Ali Wijaya dan

Cahyono Susetyo

(2017)

ANALISIS

Overlay

GIS

1. Lahan terbangun pada wilayah

penelitian hingga tahun 2016

didominasi oleh lahan permukiman,

rawa, dan lahan pertanian. Kenaikan

Penelitian ini menggunakan

analisis overlay dalam GIS,

yaitu dengan menumpang

tindihkan peta lahan

Persamaan dengan

penelitian ini adalah

meneliti lahan terbangun

yang ada di Kota

26

PERUBAHAN

LAHAN

TERBANGUN DI

KOTA

PEKALONGAN

TAHUN 2002, 2009,

DAN 2016

muka air laut berdampak paling besar

terhadap lahan terbangun pertanian

yang mengalami pengurangan luas

sebesar 370,26 Ha dan penambahan

luas rawa sebesar 292,68 Ha pada

periode tahun 2003 hingga 2016.

terbangun tahun 2001, 2009

dan tahun 2016.

Pekalongan. Penelitian ini

memberikan referensi

tentang lahan terbangun

Kota Pekalongan.

3. Ibrahim W.Y.W,

Ludin, Ahmad N.M.

(2014)

Spayiotemporal Land

Use Cange Analysis

Using Open Source

GIS and Web Based

Application

Cellular

Automata

Molusce

dalam

Quantum

GIS

1. Analisis ini digunakan untuk memantau

dan mengevaluasi karakteristik

perubahan penggunaan lahan yang

berhubungan dengan aspek lain, seperti

aspek ekologi, masalah lalu lintas dan

infrastruktur. Pembuatan peta prediksi

juga dapat digunakan menjadi acuan

perencanaan kedepan dengan

melibatkan masyarakat sekitar dalam

proses pembuatan keputusan

pembangunan.

Perbedaan dalam penelitian

ini adalah, dalam penelitian

ini meneliti prediksi

penggunaan lahan, dan

membuat webgis untuk

menampilkan data.

Penelitian ini menggunakan

Celluler Automata Molusce

dalam prediksi lahan.

Sehingga dalam penelitian

ini memberikan informasi

lebih tentang Cellular

Automata Molusce.

27

No. Nama dan Judul Metode Rancangan Penelitan

4. Rizkyanto, Irfan

PREDIKSI PERKEMBANGAN

LAHAN TERBANGUN KOTA

PEKALONGAN DENGAN

MODEL CELLULAR

AUTOMATA

MENGGUNAKAN SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS

2019

1. Mengetahui

Perubahan lahan

terbangun di Kota

Pekalongan tahun

2001, tahun 2011,

dan tahun 2019.

2. Membuat prediksi

perkembangan fisik

wilayah Lahan

terbangun Kota

Pekalongan tahun

2031.

Celullar Automata –

Molusce dan

Analisis Deskripstif

Rancangan awal dalam penelitian ini adalah

mengumpulkan data dan informasi terkait lahan

terbangun dan pengolahan prediksi lahan terbangun.

Selanjutnya dibuat proposal penelitian yang nantinya

menjadi acuan dalam proses penelitian. Langkah

selanjutnya melakukan penelitian dan proses olah data.

Setelah pengolahan data selesai, yaitu berupa

pembuatan peta prediksi dengan menggunakan aplikasi

QuantumGIS dan pemodelan Cellular Automata

Molusce, selanjutnya melakukan pembuatan skripsi.

Dalam skripsi ini dilakukan analisis dengan

menggunakan analisis deskriptif.

28

C. Kerangka Berpikir

Lahan terbangun merupakan fenomena yang keberadaannya dipengaruhi

oleh aktivitas manusia, sehingga mempunyai sifat dinamis. Ketersediaan lahan

yang terbatas dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dengan berbagai

macam aktivitas manusia menjadikan lahan terbangun yang variatif.

Kenyataan perubahan lahan terbangun tersebut berdampak semakin

sulitnya perencanaan, pengeleloaan dan evaluasi perkembangannya. Untuk

mempermudah melakukan manajemen lahan terbangun diperlukan peta

evaluasi, peta aktual serta peta prediksinya bertujuan mengetahui perubahan

lahan terbangun dimasa mendatang sehingga dapat menekan kemungkinan

yang ada. Pembuatan peta lahan terbangun memanfaatkan Sistem Informasi

Geografis. Peta lahan terbangun tahun 2001, peta lahan terbangun tahun 2011

dan peta lahan terbangun tahun 2019, peta jaringan jalan untuk membuat peta

jalan, peta jaringan fasilitas untuk membuat peta pusat kegiatan perdagangan

dan jasa, serta citra dari Google Earth untuk membantu dalam proses survei di

lapangan.

Peta jaringan jalan serta peta fasilitas umum merupakan faktor

pendorong. Selanjutnya faktor jarak jaringan jalan dan jarak fasilitas umum

dibuat analisis distance dengan ArcGis 10.1. Dalam penelitian ini hanya

menggunakan faktor pendorong tanpa menggunakan faktor penghambat

perubahan lahan terbangun.

Untuk membuat peta lahan terbangun tahun 2001 digunakan peta RBI

skala 1:25.000 edisi tahun 2000. Untuk peta lahan terbangun tahun 2011

29

menggunakan peta penggunaan lahan dari KLHK tahun 2010, sedangkan

untuk peta lahan terbangun tahun 2019 menggunakan Citra CNES di Google

Earth peta lahan terbangun tahun 2018 sebagai acuan dan diinterpretasi secara

manual. Hasil interpretasi lahan terbangun tahun 2019 dilakukan uji akurasi

dengan survey lapangan dengan bantuan citra Google Earth. Selanjutnya peta

lahan terbangun tahun 2019 aktual yang sudah di survei lapangan dapat

digunakan untuk vasilidasi model.

Tahap terakhir adalah membuat peta prediksi lahan terbangun tahun

2031. Pengolahan peta prediksi tahun 2031 menggunakan modul Molusce di

QGIS 2.18 dengan acuan citra tahun 2001 dan tahun 2011, data pendukung

lainnya adalah jarak terhadap jalan dan jarak terhadap fasilitas umum. Data

semaunya sudah terkumpul, setelah itu diolah dengan menggunakan perangkat

lunak QGIS 2.18 sehingga mempunyai output peta prediksi lahan terbangun

tahun 2031.

30

Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian

Peta Penggunaan

Lahan KLHK

Tahun 2010

Persiapan Studi

Literatur

Pengumpulan Data

Data

Peta Eksiting

Lahan Terbangun

tahun 2019

Uji Akurasi

Faktor Pendorong

Data

Proyeksi Penggunaan

Lahan Terbangun

Tahun 2019

Survey lapangan

Data

Pemodelan Spasial

dengan Menggunakan

MOLUSCE

Peta Lahan

Terbangun

tahun 2011

Peta Lahan

Terbangun

tahun 2001

Proyeksi Penggunaan

Lahan Terbangun

Tahun 2031

Peta Prediksi Lahan Terbangun

Kota Pekalongan Tahun 2031

Peta RBI Kota

Pekalongan Skala

1:25.000 Tahun 2000

Peta Admnistrasi

Kota Pekalongan

Citra Google Earth

Perekaman Tahun

2018

Peta Fasilitas Umum

Kota Pekalongan

Peta Jaringan Jalan

Kota Pekalongan

Analisis

78

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Perubahan Lahan Terbangun di Kota Pekalongan mengalami peningkatan

luas, Luas lahan terbangun tahun 2001 adalah 2150,07 ha. Mengalami

peningkatan 115,65 ha, menjadi 2265,7 ha pada tahun 2011. Pada tahun

2019 mengalami peingkatan sebesar 181,8 ha menjadi 2447,5 ha. Perubahan

yang terjadi selama tahun 2001 sampai tahun 2019 adalah sebesar 297,4 ha.

2. Prediksi perubahan lahan terbangun dengan model Cellular Automata (CA)

bisa diterapkan di wilayah Kota Pekalongan dengan menggunakan faktor

pendukung seperti faktor jarak jalan, faktor fasilitas umum yang ada.

Prediksi lahan terbangun Kota Pekalongan mengalami pertumbuhan, yaitu

terlihat perubahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun.

3. Hasil uji akurasi nilai kappa atau kesesuaian (kemiripan) antara 0 - 1.00.

Nilai kappa untuk Artificial Neural Network (ANN) dari hasil penelitian

adalah 0,90. Nilai ini menunjukkan bahwa prediksi penggunaan lahan

terbangun tahun 2019 sangat baik terhadap penggunaan lahan terbangun

tahun 2019 hasil inpretasi / eksiting.

79

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perubahan lahan terbangun dan

prediksi lahan terbangun Kota Pekalongan tahun 2031, amka dapat diambil

saran sebagai berikut;

1. Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan pengendalian dalam praktek

pembangunan lahan terbangun. Evaluasi dan pengendalian ini dapat

bekerjasama dengan masyarakat dan stakeholder terkait.

2. Masyarakat perlu untuk lebih mematuhi peraturan yang dibuat pemerintah,

agar pembangunan yang sesuai dengan perencanaan dapat berjalan dengan

lancar.

3. Bagi para peneliti perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam dari

penelitian ini, terutama yang bersifat teknis. Kelemahan dari penelitian ini

adalah hanya sebatas menggunakan teknik analisis ANN dan faktor

penarik yang kurang beragam. Kajian lebih lanjut perlu dilakukan seperti

komparasi model ANN dengan Regresi Logistic Biner serta penggunaan

faktor penarik dan penghambat perubahan lahan.

80

DAFTAR PUSTAKA

Alkaf, M. dkk. 2014. Model Spasial Perubahan Lahan terbangun di Taman

Nasional Gunung Merbabu dan Daerah Penyangga. Jurnal Majalah

Ilmiah Globe, Vol. 16 No. 1, 43 – 50

Almeida,C.M., Monteiro, et al. 2005. GIS and Remote Sensing as Tools for The

Simulation of Urban Land-use Change. International Journal of

Remote Sensing Vol. 26 No. 4

Badan Standarisasi Nasional. 2010. Klasifikasi Penutup Lahan SNI No 7645.

Diakses tanggal 01 April 2019 dari www.bsn.go.id

Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan jauh Digital. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Dwinanto, Andreas A. P. 2016. Model Perubahan dan Arahan Lahan terbangun

di Kabupaten Brebes dan Cilacap untuk Mendukung Ketersediaan

Beras Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Falahatkar, S. dkk. 2011. Integrasi Data Penginderaan Jauh dan Sig Untuk

Prediksi Peta Penutup Lahan. International Journal of Geomatics and

Geosciences Vol. 1 No. 4

Hasan, M. Fuad. 2015. Sebaran Spasial Lahan Kritis Untuk Prioritas

Rehabilitasi Berbasis Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan

Jauh di Das Juwana Hulu. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri

Semarang

Ibrahim W.Y.W, Ludin, Ahmad N.M. 2014. Spayiotemporal Land Use Cange

Analysis Using Open Source GIS and Web Based Application.

International Conference on Urban and Regional Planning. Artikel.

Johor Baru : University Teknologi Malaysia

Kristianto, Eggy. 2015. Kajian Konversi Sawah Menjadi Non Sawah di Kota

Pekalongan Tahun 2003 – 2013. Skripsi. Semarang : Universitas

Negeri Semarang

81

Nurhidayati, Ely. Buchori, Imam. Mussadun, dan Fariz, TR. 2017. Cellular

Automata Modelling in Predicting the Development of Settlement

Areas, A Case Study in The Eastern Distric of Pontianak Waterfront

City. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 79 (2017)

012010.

Peruge, T. V. D. Arief, S. dan Sakka. 2012. Model Perubahan Penggunaan

Lahan Menggunakan Cellular Automata - Marcov Chain di Kawasan

Mamminasata. Makassar: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Universitas Hasanuddin.

Purwadhi, dkk. 2008. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh.

Semarang: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan

Universitas Negeri Semarang.

Rustiadi, E., D.R. Panuju, dan B.H. Trisasongko. 2008. Environmental impacts

of urbanization in Jabodetabek Area. Joint JIRCAS-ICALRD

Symposium, Bogor.

Susilo, Bowo. 2011. Pemodelan Spasial Probabilistik Integrasi Molusce Chain

dan Cellular Automata Untuk Kajian Perubahan Lahan terbangun

Skala Regional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta

: Universitas Gadjah Mada.

Uktoro, A. I. 2013. Membangun Model Sawah Lestari Dan Model Prediksi

Perubahannya Menggunakan Cellular Automata Di Kabupaten Klaten

Provinsi Jawa Tengah. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas

Gadjah Mada.

Wijaya, N. 2015. Deteksi Perubahan Lahan terbangun Dengan Citra Landsat

Dan Sistem Informasi Geografis [Studi Kasus Di Wilayah

Metropolitan Bandung, Indonesia]. Journal of Geomatics and

Geoplaning, Vol. 2 No. 2,82–92

Wijaya, Muhammad Sufwandika. Susilo, Bowo. 2013. Integrasi Model Spasial

Cellular Automata dan Regresi Logistik Biner untuk Pemodelan

82

Dinamika Perkembangan Lahan terbangun (Studi Kasus Kota

Salatiga). Jurnal Bumi Indonesia, Volume 2, No 1, Tahun 2013.

Wijaya, Muhammad Sufwandika. Umam, Nuril. 2015. Pemodelan Spasial

Perkembangan Fisik Perkotaan Yogyyakarta menggunakan Model

Cellular Automata dan Regresi Logistik Biner . Majalah Ilmiah Globe,

Volume 17, No 2 tahun 2015.