Upload
akhmad-yuli-hermawan
View
896
Download
38
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN “PLEURITIS”
DISUSUN OLEH :
1.Akhmad Yuli Hermawan (10.005)2.Erna Achadiyah (10.015)3.Puji Susanti (10.035)
AKADEMI KEPERAWATAN DIAN HUSADAMOJOKERTO
2011
Daftar Isi1. Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Klasifikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .3. Jenis pleuritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Etiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Patofisiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6. Cara Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7. Tanda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8. Gejala klinis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9. Pemeriksaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10. Penatalaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11. Pengobatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12. Pencegahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13. Terapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14. Askep pleuritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15. Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16. Pemeriksaan fisik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17. Pemeriksan penunjang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18. Diagnosa keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .19. Intervensi keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DEFINISI
Pleuritis / radang pleura (Pleurisy/Pleurisis/ Pleuritic chest pain) adalah
suatu peradangan pada pleura (selaput yang menyelubungi permukaan paru-
paru).Radang pleura dapat berlagsung secara subakut, akut atau kronois, dengan
ditandai perubahan proses pernafasan yang intensitasnya tergantung pada beratnya
proses radang. Pada yang berlangsung subakut proses radang biasanya dibarengi
dengan empiema serta mengakibatkan layuhnya sebagian paru-paru, hingga
pernafasan akan mengalami kesulitan (dispnoea). Biasanya pernafasan bersifat
cepat dan dangkal. Pada yang berlangsung akut penderita mengalami kesakitan
waktu bernafas hingga pernafasan jadi dangkal, cepat serta bersifat abdominal.
Yang berlangsung kronis, pada waktu istirahat tidak tampak adanya perubahan
pada proses pernafasannya.Bila disertai dengan penimbunan cairan di rongga
pleura maka disebut efusi pleura tetapi bila tidak terjadi penimbunan cairan di
rongga pleura, maka disebut pleuritis kering.Setelah terjadi peradangan, pleura
bisa kembali normal atau terjadi perlengketan.
KLASIFIKASI Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada
tekanan normal di dalam paru-paru.
Ex : gagal jantung kongestif.
Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang
seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru.
JENIS-JENIS PLEURITIS Berdasarkan etiologi:
1. PleuritisKarena Virus dan Mikoplasma :Efusi pleura karena virus atau
mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak banyak dan
kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis virusnya adalah: echo virus,
Coxsackie group, chlamidia, rivkettsia, dan mikoplasma. Cairan efusi
biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6.000 per cc. Gejala penyakit
dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit
perut.Kadang-kadang ditemukan juga gejala-gejala perikarditis. Diagnosis
ditegakkan dengan menemukan virus dalam cairan efusi, tapi cara termudah
adalah dengan mendeteksi antibody terhadap virus dalam cairan efusi.
2. Pleuritis Karena Bakteri Piogenik : Permukaan pleura oleh bakteri yang berasal
dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang
melalui penetrasi diafragma, dinding dada atau esophagus.
3. Pleuritis Tuberkulosis: Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-
santokrom dan bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai
komplikasi tuberculosis paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui
aliran getah bening. Sebab lain dapat juga robek dari robeknya perkijuan kea
rah saluran getah bening menuju rongga pleura, iga atau kolumna vertebralis
(menimbulkan penyakit pott). Dapat juga secara hematogen dan
menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan efusi sangat sedikit mengandung
kuman tuberculosis , tapi adalah karena reaksi hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein. Pada dinding pleura terdapat ditemukannya adanya
granuloma. Diagnosis utama berdasarkan adanya kuman tuberculosis dalam
cairan efusi (biakan) atau dengan biopsy jaringan pleura. Pada daerah-daerah
dimana frekuensi tuberculosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia
muda, sebagian besar efusi pleura adalah karena pleuritis tuberkulosa meski
tidak ditemukan adanya granuloma pada biopsy jaringan pleura. Pengobatan
dengan obat-obat anti tuberculosis (Rifampisin, INH,
Pirazinamid/etambutol/Streptomisin) memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan
cara pemvberian obat seperti pada pengobatan tuberculosis paru. Pengobatan
ini menyebabkan efusi pleura dapat diserap kembali, tapi untuk
menghilangkannya eksudat in I dengan cepat dapat dilakukan torakosintesis.
Umumnya cairan diresolusi sempurna, tapi terkadang dapat diberikan
kortikosteroid secara sistematik.
4. Pleuritis Fungi:Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena
penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah
Aktinomikosis, Koksidiomikosis, Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmolisis,
Blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi
hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi. Penyebaran fungi ke organ
tubuh lain amat jarang. Pengobatan dengan Amfoterisin B memberikan respon
yang baik. Prognosis penyakit ini relative baik.
ETIOLOGI
Menurunnya tekanan koloid osmotik (hypolbuminemia)
Naiknya permeabilitas kapiler (radang,neoplasma)
Naiknya hirostatik (gagal jantung)
Naiknya tekanan negatif intrapleura (atelektasis)
Pneumonia
Infark paru akibat emboli paru
Kanker
Tuberkulosis
Cedera (misalnya patah tulang iga)
Bahan/zat iritatif dari saluran pernafasan atau tempat lain (misalnya abses)
yang sampai ke pleura
Trauma
Syndrom nefrotik
Pleuritis dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut :
1. Infeksi-Infeksi: bakteri-bakteri (termasuk yang menyebabkan
tuberculosis),jamur-jamnur, parasit-parasit, atau virus-virus
2. Kimia-Kimia Yang Terhisap Atau Senyawa-Senyawa Beracun: paparan
pada beberapa agen-agen perbersih seperti ammonia Penyakit-Penyakit
Vaskular Kolagen: lupus, rheumatoid arthritis
Penyakit organikhewan besar-saluran pernafasan :
1. Kanker-Kanker: contohnya, penyebaran dari kanker paru atau kanker
payudara ke pleura
2. Tumor-Tumor Dari Pleura: mesothelioma atau sarcoma
3. Kemacetan: gagal jantung
4. Pulmonary embolism: bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah
ke paruparu.Bekuan-bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi
darah dan oksigen ke bagian-bagian dari paru dan dapat berakibat pada
kematian pada bagian itu dari jaringan paru (diistilahkan lung infarction).
Ini juga dapat menyebabkan pleurisy.
5. Rintangan dari Kanal-Kanal Limfa: sebagai akibat dari tumor-tumor paru
yang berlokasi secara central
6. Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang
digunakan untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada
dada
7. Obat-Obat Tertentu: obat-obat yang dapat menyebabkan sindrom-sindrom
seperti lupus (seperti Hydralazine, Procan, Dilantin, dan lain-lainnya)
8. Proses-proses Perut: seperti pankreatitis, sirosis hati
9. Lung infarction: kematian jaringan paru yang disebabkan oleh
kekuranganoksigen dari suplai darah yang buruk
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga
pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi
oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi,
tiap harinya diproduksi cairan kira-kira 16,8 ml (pada orang dengan berat badan
70 kg). Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat meningkat sampai 20 kali.
Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya meningkat
atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.Diketahui bahwa
cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal dan selanjutnya keluar lagi
dalam jumlah yang sama melalui membran pleura parietal melalui sistem limfatik
dan vaskular. Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat
terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik.
Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang
diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel
mesothelial.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila:
1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan pembentukan
cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum Starling.Keadaan ni dapat terjadi
pada gagal jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma vena kava superior.
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik
karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis
3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak
cairan masuk ke dalam rongga pleura
4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan
transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura
5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe bermuara
pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan
menghambat pengosongan cairan limfe.
Cara Kerja Pleura
Pleura tersusun dari dua lapisan dari jaringan lapisan yang tipis. Lapisan
yang melindungi paru (visceral pleura) dan parietal pleura yang melindungi
dinding dalam dari dada dilumasi oleh cairan pleural. Normalya, disana ada kira-
kira 10-20 ml cairan yang bening yang bekerja sebagai pelumas antara lapisan-
lapisan ini. Cairan ini secara terus menerus diserap dan digantikan, terutama
melaui lapisan bagian luar dari pleura. Tekanan didalam pleura adalah negatif
(seperti dalam penghisapan) dan menjadi bahkan lebih negatif selama
penghisapan (bernapas masuk). Tekanan menjadi kurang negatif selama
penghembusan (bernapas keluar). Oleh karenanya, ruang diantara dua lapisan dari
pleura selalu mempunyai tekanan negatif. Introduksi dari udara (tekanan positif)
kedalam ruang (seperti dari luka pisau) akan berakibat pada mengempisnya paru.
TANDA : Tergantung dari jumlah cairan yang ada serta tingkat kompresi paru.
Dispneu
Nyeri pleuritik
Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
Perkusi meredup di atas efusi pleura
Suara nafas berkurang di atas efusipleura
Fremitus vokal dan raba berkurang
GEJALA KLINIS : Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas
Sesak Napas
Perasaan “ditikam” .
Nyeri pleuritik (akhir inspirasi)
Febris batuk non produktif
Pernafasan bisa cepat dan dangkal
Gerakan dada asimetris pada daerah yang terkena
PEMERIKSAAN :
1. Rontgen Thorak
2. USG
3. Pemeriksaan fisik
4. Torakosentesis
PENATALAKSANAAN :
1. Ditujukan terhadap pengobatan pada penyebab dasar
2. Mencegah penumpukan cairan : iuretic, WSD
3. Menghilangkan ketidaknyamanan
4. Pengobatan terhadap penyebab
5. Penatalaksanaan Nyeri : Analgesik
PENGOBATAN EFUSI PLEURA :
1. Pengobatan Kausal
· Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan efusi dapat
diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan thoraxosentesis.
· Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan sensitivitas
bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain yang lebih
penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura
dengan efektif.
2. Thoraxosentesis, indikasinya :
· Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan
· Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
· Bila terjadi reakumulasi cairan
· Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs.
3. Water Sealed Drainage
Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi maligna.
Indikasi WSD pada empyema :
· Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
· Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
· Terjadinva piopneumothoraxs
4. Pleurodesis
Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan menggunakan
zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) atau tindakan
pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi
kembali.
PENCEGAHAN
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat
menimbulkan efusi pleura Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap
bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan.
TERAPI :
1. Terapi penyakit dasarnya ( antibiotika broad spectrum )
2. Terapi palliative (efusi pleura haemorhagic)
Penggunaaan antibiotika berspektrum luas atau sediaan sulfonamid sangat
dianjurkan untuk membunuh kuman-kuman penyebab radang infeksi. Obat-obat
tersebut dapat diberikan secara parenteral atau per os, atau gabungan keduanya.
Apabila jumlah cairan di dalam rongga pleura dipandang terlalu mengganggu
pernafasan, cairan radang tersebut perlu dikeluarkan dengan jalan torakosentesis,
dan kemudian ke dalam rongga pleura dimasukkan larutan antibiotika atau
sulfonamid. Karena cairan tersebut biasanya bersifat purulen, mukopurulen, atau
serosanguineus, apalagi di dalam cairan juga terdapat fibrin dan reruntuhan
jaringan, aspirasi cairan radang yang dimaksud tidak selalu mudahdilakukan.
Untuk mengurangi rasa sakit yang biasanya ditemukan pada stadium akut,
pengobatan dengan analgetika dan transquilizer dapat dipertimbangkan. Apabila
radang juga dapat disertai oleh empisema, pengeluaran nanah secara berkala
dengan jalan torakosentesis, atau dengan drainase yang dipasang semipermanen,
disertai suntikan antibiotika atau sediaan sulfa, dengan sediaan enzim proteolitik
dapat juga dianjurkan.Sebelum melakukan pengobatan hendaknya benar-benar
dipikirkan tentang keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Bila memang tidak
banyak memberi harapan,lebih baik penderita dimanfaatkan karkasnya untuk
konsumsi. Selain memiliki arti ekonomik, pencemaran karkas oleh obat-obatan
tidak perlu terjadi.
ASKEP PLEURITIS
PENGKAJIAN :
Identitas Pasien
Keluhan Utama
• Sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Psikososial
Pengkajian Fisik Identifikasi Faktor resiko penyebab pleuritis
Identifikasi tanda dan gejala
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN FISIK :
Inspeksi : Nampak sakit,gerak dada sisi sakit tertinggal,Nampak lebih cembung
Palpasi : gerak dada sisi sakit tertinggal,fremitus raba sisi sakit turun
Perkusi : Suara ketuk sisi sakit redup pada bagian bawah garis Ellis Damoiseau
Auskultasi : Suara nafas sisi sakit turun/hilang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Merupakan perkembangan penyakit atau stadium dari efusi plura. Drainase
sulit dilakukan karena cairan yang bersifat kental dan adanya lokulasi fibrin dalam
ruang pleura. Meskipun beberapa penelitian menemukan adanya cara efektif
mendapatkan keparahan penyakit, memperkirakan prognosis dan merencanakan
penanganan anak yang menderita empiema dengan ultrasonik, terdapat
ketidaksesuaian pada hasil penelitian tersebut, karena setelah pemberian urokinase
intrapleura secara acak pada anak dengan empiema, ternyata hasil ultrasonik
masih tidak berpengaruh. Selain itu ultrasonik kurang spesifik dalam
membedakan daerah kistik yang padat pada ruang pleura dan menentukan apakah
cairan pleura sudah terinfeksi atau belum. Walaupun gambaran ultrasund anak
dengan empiema biasanya ekogenik homogen, efusi hemoragik dan kilotoraks
juga memiliki gambaran yang sama. Ekogenitas cairan pleura disebabkan karena
elemen-elemen sel seperti eritrosit, sel-sel radang, droplet-droplet lemak atau
gelembung udara, dan uultrasonik tidak dapat membedakan elemen-elemen
tersebut.Tabel 3. Metode diagnosis empiema
▪ Foto dada posisi frontal, lateral, dan dekubitus
▪ Kultur darah
▪ Computed tomography/USG
▪ Apusan nasofaringeal/ sampel sputum
▪ Hitung arah lengkap dengan diferensiasi (tidak spesifik namun bisa mencari
penyebab infeksi atau diskrasia darah)
▪ Torakosenstesis jika etiologi efusi tidak diketahui atau tidak dapat ditentukan
dari proses infeksi yang telah dicurigai sebelumnya
▪ Pemeriksaan cairan pleura :
▪ Hitung sel darah dan diferensiasi
▪ Protein, laktat dehidrogenase (LDH), glucosa, dan pH
▪ Kultur bakteri aerob dan anaerob, mikobakteri, fungi, mikoplasma, dan bila ada
indikasi disertai dengan pemeriksaan viral patogen.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga
pleura
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak
nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen
Cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang menetap dan sesak
nafas serta perubahan suasana lingkungan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang
lemah)
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajan informasi Gangguan rasa nyaman nyeri bd
aktivitas peradangan pada pleura
Gangguan pola nafas bd penurunan ekspansi paru dan dinding dada
Ansietas bd krisis situasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Persiapan pasien untuk torakosentesis
Memberikan posisi yang nyaman dan meminimalkan nyeri
Pemantauan WSD
Tujuan : - Tingkatkan rasa nyaman
-Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri
-Berikan dukungan emosional dan pendidikan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Blood, D.C., Hemderson, J.A dan Radostitis, O.M. 1979. 2. Sara M. Kass. 2007. American Family Physician. www.aafp.org/afp3. Subronto. 1995. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.4. Veterinary Medicine: A Textbook of Disease of Cattle, Sheep, Pigs,
Boatsand Horse. Australia: University of Melbourne.5. Watson, C.J. 1963. Outline of Internal Medicine. Iowa: W.M. C. Brown
CompanyPublisher.