Upload
nurrahmah-umar
View
13
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kapita selekta
Citation preview
presentasi kapita selekta
A. judul : How Students Blend Conceptual and Formal Mathematical Reasoning in Solving
Physics Problems
1. Penulis : Eric Kuo, Michael M. Hull, Ayush Gupta, Andrew Elby2
2. Penerbit : Department of Physics and Department of Teaching and Learning, Policy And
Leadership, University of Maryland, College Park, Md 20742, USA
3. Tahun Penerbitan : Published Online 14 December 2012 In Wiley Online Library
(Wileyonlinelibrary.Com).
B. Ringkasan Jurnal :
1. Penelitian ini menguji cara siswa memecahkan masalah dengan mengkombinasikan
antara konsep dan penalaran formal matematika ketika memanipulasi persamaan
kuantitatif untuk menyelesaikan masalah fisika.
2. Hampir tidak ada penelitian yang menfokuskan pada tahap pengelolaan matematika yang
menggunakan persamaan untuk mendapatkan solusi.
3. Penelitian ini menyelidiki cara yang berbeda tentang bagaimana siswa dapat memproses
persamaan yang digunakan untuk mendapatkan solusi dalam memecahkan masalah.
4. Berdasarkan literatur pemecahan kuantitatif menekankan pentingnya menggabungkan
penalaran konseptual dalam dua tahap : ( 1 ) analisis awal kualitatif situasi masalah untuk
menentukan persamaan matematika yang relevan dan ( 2 ) interpretasi jawaban akhir
matematika , untuk memeriksa arti fisik dan logikanya ( Heller , Keith , & Anderson ,
1992; Redish & Smith , 2008; Reif , 2008).
5. Penelitian Pemecahan Masalah dan Hasil strategi Instruksional menekankan sebuah
konseptual penalaran tahap awal sebagai profesional mereka, para ilmuwan menerapkan
pengetahuan domain-spesifik untuk memecahkan masalah kuantitatif (Redish & Smith,
2008; Reif, 2008; Reif & Heller, 1982) .
6. Para peneliti dalam mengembangkan keahlian pemecahan masalah pada siswa telah
menjadi pusat perhatian peneliti dan praktisi pendidikan sains ( Hsu , Brewe , Foster , &
Harper , 2004; Maloney , 1994 , 2011).
7. Dalam pemecahan masalah para ahli cenderung mulai dengan analisis konseptual dari
skenario fisik yang kemudian mengarah ke matematika. Sebaliknya , pemula cenderung
mulai dengan memilih dan memanipulasi persamaan yang mencakup kuantitas diketahui
dan tidak diketahui yang relevan ( Larkin , McDermott, Simon , Simon & , 1980; Simon
& Simon , 1978).
8. Seorang ahli menggunakan prinsip-prinsip fisika yang relevan sedangkan pemula
menggunakan persamaan terkait ( Chi , Feltovich , & Glaser , 1981) .
9. Penelitian berdasarkan hasil eksplorasi bermanfaat dapat membantu siswa menganalisa
masalah konseptual ( Dufresne , Gerace , Hardiman , & Mestre , 1992; Larkin & Reif ,
1979) dan pemikiran konseptual menjadi model yang efektif masalah kuantitatif
pemecahan ( Heller & Reif , 1984; Reif & Heller , 1982).
10. Penelitian tentang perbedaan ahli - pemula juga mempengaruhi peneliti'
memformulasikan prosedur tahapan pemecahan masalah ditujukan bagi siswa untuk
belajar dan menerapkan ( Helleret al , 1992; . . Huffman , 1997; Reif , 2008; Van
Heuvelen , 1991a , 1991b )
11. Langkah-langkah memecahkan masalah bagi siswa untuk belajar dan menerapkan adalah
sebagai berikut : ( 1) melakukan konseptual awal analisis dengan menggunakan prinsip
fisika yang relevan, (2) menggunakan analisis kualitatif untuk menghasilkan persamaan
matematika yang relevan , (3) menggunakan persamaan untuk mendapatkan langkah
solusi matematis, dan ( 4 ) menafsirkan bahwa solusi matematika dalam hal Skenario
fisik.
12. Ajaran eksplisit dan grid pada prosedur pemecahan masalah telah meningkatkan kualitas
dan frekuensi representasi fisik yang digunakan dalam pemecahan masalah dan
meningkatkan kualitas kebenaran jawaban siswa, dibandingkan dengan pembelajaran
biasa dalam memecahkan masalah ( Heller et al . ,1992; Huffman , 1997; Van Heuvelen ,
1991a ) .
13. Secara khusus , para peneliti berpendapat bahwa gabungan penalaran konsep dengan
matematika formal dalam pengolahan persamaan apa yang kita sebut sebagai gabungan
pengolahan dapat menjadi produktif dan mencerminkan beberapa situasi dengan
menggunakan persamaan hanya sebagai alat komputasi.
14. Bentuk Simbolik adalah sebuah gabungan penalaran Konseptual dan Matematika
formal.
15. Sherin (2001) mengusulkan adanya struktur pengetahuan disebut bentuk-bentuk simbolis,
yang menghubungkan persamaan matematika untuk ide-ide konseptual intuitif.
16. Gambar simbol merupakan struktur umum dari ekspresi matematika tanpa menentukan
nilai atau variabel. Misalnya ...= template simbol untuk Hukum Newton yang kedua (
F = ma) .
17. Penelitian lain yang menjelaskan bagaimana siswa menerjemahkan pemahaman fisik
menjadi persamaan matematika ( Hestenes,2010; Izs'ak , 2004; Tuminaro & Redish ,
2007) .
18. Peneliti lain juga telah menggunakan bentuk-bentuk simbolik untuk model bagaimana
siswa menerjemahkan dari solusi matematika dalam pemahaman fisika ( Hestenes , 2010;
Tuminaro & Redish , 2007; VanLehn & van de Sande , 2009) .
19. Kedua cara di mana Sherin ( 2001) melihat siswa menggunakan bentuk-bentuk simbolis
sesuai kira-kira untuk dua " langkah " yang melibatkan penalaran konseptual : (1)
menerjemahkan pemahaman konseptual skenario fisik menjadi matematika Persamaan
(2) memberikan interpretasi fisik dari solusi matematika.
20. Penelitian ini memberikan pertanyaan umum dan luas tentang jatuh bebas dan gerak
vertikal ke bawah kemudian meminta bagaimana siswa menggunakan persamaan
matematika dalam memecahkan masalah fisika.
21. Berdasarkan data wawancara, siswa diminta menjelaskan konsep jatuh ke dalam dua
kategori besar, yaitu : orang yang penalaran intuitif digabungkan dengan persamaan
matematika dengan cara tertentu dan orang-orang yang mengambil pendekatan
algoritmik untuk menggunakan persamaan (dalam kasus ini antara Pat dan Alex).
22. Penelitian ini melihat bagaimana siswa menyatukan intuitif dan ide matematika umum
dalam pertanyaan : bagaimana mengolah, menggabungkan dan mencari solusi antara dua.
23. Metode penelitian :
a. Overview and Research Questions
1) Berdasarkan dari overview and research questions tentang :
- Bagaimana siswa menggunakan logika matematika dalam menyelesaikan
masalah fisika?
- Bagaimana kita menafsirkan tentang bagaimana menggambungkan proses
logika tersebut dalam sebuah diskusi?
2) Memberikan pertanyaan yang kemudian di desain dalam sebuah wawancara.
Berdasarkan data wawancara awal bahwa respon pertama para siswa dari
kecepatan dua benda yang di deskripsikan ke dalam dua kategori yaitu pertama
siswa menggabungkan penalaran intuitif dengan persamaan matematika umum
dengan cara tertentu dan siswa yang lainnya mengambil pendekatan algoritmik
untuk digunakan dalam persamaan.
ini mempertajam focus untuk pertanyaan penelitian untuk penelitian yang spesifik
tentang :
- Bagaimana dan kapan saat siswa menyatukan intuitif dan ide matematika
formal pada masalah dua bola dengan mendeskripsikan bagaimana kita dapat
mencirikan perbedaan antara solusi dengan menggunakan proses
pencampuran antara penalaran intuitif persamaan matematika dalam
memecahkan masalah fisika dan solusi yang tidak menggunakan gabungan.
- Bagaimana kita dapat mendeskripsikan pengetahuan formal dan informal yang
di bawa siswa yang dihadirkan ketika menggunakan proses gabungan untuk
masalah ini? kami menggunakan respon Alex dan Pat untuk mengeksplorasi
pertanyaan dalam penelitian ini.
b. Interview Context
1) data wawancara dan rekaman pembicaraan dengan koresponden terdiri atas 13
siswa yang terdaftar pada semester awal antara musim gugur 2008 dan musim
semi 2011 pada mata kuliah dasar kalkulus dan pengantar fisika di Universitas
USA yang di arahkan kejurusan teknik mekanik.
2) Proses wawancara selama 1 jam dan penelitian difokuskan pada dua orang siswa
yakni Alex dan Pat yang diwawancarai selama 1 setengah bulan. yang menjadi
topik bahasan adalah tentang kinematika termasuk benda yang jatuh karena
gravitasi tentang kecepatan.
3) Alasan memilih Alex dan Pat diantara 13 siswa lainnya adalah perbedaan yang
kuat diantara satu dengan yang lainnya dan akibat perbedaan itu memotivasi kami
untuk mencari penjelasan dari perbedaan itu.
c. Interview Protocols
1) Kami merancang wawancara semistruktur untuk menyelidiki pendekatan rekayasa
jurusan dalam menggunakan persamaan ketika memecahkan masalah fisika
kuantitatif.
2) Kami ingin mengeksplorasi matematika formal apa yang mereka bawa untuk
menghasilkan solusi dan ketika mengepistemologikan sikap yang mereka ambil
terhadap pengetahuan yang mereka gunakan.
3) Kami mendesain beberapa pertanyaan untuk menyelidiki apa dan bagaimana
siswa menggunakan proses pencampuran (blended Processing) tersebut yang
pada akhirnya siswa berpikir ketika memecahkan masalah yang spesifik.
4) Kami juga meminta mereka untuk menjelaskan arti persamaan yang sudah
familiar dan unfamiliar untuk dibahas lebih umum dan bagaimana mereka
memahami sebuah persamaan.
5) Percakapan wawancara tersedia online (http://hdl.handle.net/1903/12947).
6) Analisis kami berfokus pada dua tahap dalam wawancara :
- prompt 1 : Jelaskan persamaan kecepatan. pewawancara menunjukkkan
siswa persamaan v = vo + at dan bertanya ini adalah persamaan yang mungkin
telah anda lihat dikelas fisika. Bagaimana anda menjelaskan persamaan ini
untuk seorang teman di kelas?
- prompt 2 : masalah dua bola
a. Misalkan anda berdiri dengan dua bola tenis di balkon lantai 4 apartemen.
Kemudian anda melempar satu bola ke bawah dengan kecepatan awal 2
m/det pada saat yang sama anda hanya melepaskan bola lainnya dan hanya
membiarkannya jatuh. Saya ingin anda berpikir dan mencari tahu apa
perbedaan kecepatan dua bola setelah 5 detik, apakah kurang dari, lebih
dari atau sama dengan bola yang dilempar 2 m/det (percepatan gravitasi
adalah 10 m/det2) (abaikan hambatan udara).
b. (hanya jika siswa memecahkan bagian (a) dengan melakukan perhitungan
numerik, dapatkah kamu menyelesaikan tanpa perhitungan eksplisit nilai
akhir?
7) Dalam mendesain masalah dua bola, kami mengantisipasi bahwa beberapa siswa
menemukan penyelesaian menurut persamaan berikut, v = vo + at, kedua bola
memiliki jumlah kecepatan yang lebih pada saat 5 det (dengan hasil perolehan
diberikan lewat istilah matematika).
8) Perbedaan hasil dalam persamaan kecepatan awal memberikan yang berbeda
dalam kecepatan dalam kasus ini 2 met/det.
9) Menggunakan blended processing dalam menarik sebuah persamaan konsep
kecepatan akhir adalah kecepatan awal ditambah perubahan dalam kecepatan.
Kami ingin melihat apakah siswa memilih solusi ini atau lebih menyukai solusi
yang lain dan menindak lanjuti apakah masalah bisa diselesaikan tanpa numerik.
10) Meskipun permasalahan ini tidak serumit dan sesulit beberapa pengantar buku
masalah fisika, namun kami menghendaki siswa untuk dapat memecahkan
masalah yang berorientasikan kelas fisika yang sering mengajukan bentuk
pertanyaan seperti ini ( e.g., Redish & Hammer, 2009).
11) Selain itu kami percaya bahwa masalah konseptual memberikan cara untuk
menyelidiki perbedaan dalam bagaimana siswa memproses persamaan
matematika dalam pemecahan masalah.
12) Kami menduga bahwa blended processing akan berkontribusi untuk menemukan
jalan pintas dalam menemukan solusi.
13) Meskipun blended processing tidak secara eksplisit di cari dalam sebagian besar
masalah dalam buku fisika. Kesempatan ini menggunakan penalaran aspek
keahlian pemecahan masalah sebagaimana di dalilkan di atas. dalam masalah dua
bola, kami berharap untuk mendapatkan data apakah dan bagaimana siswa
melakukan blended processing.
14) Analisis fase 1 : Alex dan Pat
analisis kualitatif oleh alex dan path ke dalam soal masalah dua bola dan
penjelasan mereka tentang persamaan v = vo + at. tujuan kami adalah untuk
mengakarakteristik bagaimana Alex dan Pat mengkonseptualisasikan persamaan
dan peranannya dalam pemecahan masalah.
a. Phase 1a : masalah dua bola (prompt 2)
pada awalnya, kami melihat di video dan transkrip koresponden terhadap
masalah dua bola (prompt 2).mencoba untuk mencirikan bagaimana mereka
memikirkan dan menggunakan persamaan kecepatan, kami menganalisis
solusi mereka ketika berbicara dan menulis ketika berpikir penyelesaiannya.
b. Phase 1b : persamaan kecepatan (prompt 1)
Melalui Alex dan Path kami memperoleh percobaan sementara dalam tahap
1a tentang bagaimana mereka berpikir dan menggunakan persamaan
kecepatan didalam memecahkan masalah dua bola kami kemudian
menganalisis respon mereka ke prompt 1, meminta bagaimana mereka
menjelaskan persamaan kecepatan pada seorang teman, untuk mencari
informasi atau bukti diskonfirmasi untuk interpretasi fase 1a. Kami mencoba
untuk mengkarakteristikkan bagaimana mereka berpikir tentang persamaan
dalam konteks menjelaskannya. Kemudian membandingkan ke apa yang
ditemukan dalam fase 1a.
15) Analisis fase 2 : melihat siswa lain
Untuk mengeksplorasi masalah ini, kami menganalisis tanggapan dari 11
siswa yang lain yang kami wawancarai selain Alex dan Path. Secara khusus
penulis pertama dan kedua yang independen diantaranya kode siswa (1)
menggunakan blended processing untuk menemukan jalan pintas terhadap
solusi untuk masalah dua bola. Baik sebagai awalnya atau sebagai respon
terhadap tindak lanjut prompt menanyakan apakah masalah bisa diselesaikan
tanpa menghubungkan angka, dan siswa (2) memberikan penjelasan tentang
persamaan kecepatan yang dikombinasikan simbol dengan skema konsep
yaitu bentuk simbol dan penjelasan dasar.
16) Hasil analisis phase 1a : masalah dua bola
a. Bagaimana Alex menggunakan persamaan percepatan ketika
menyelesaikan masalah dua bola.
- Alex menyelesaikan masalah dengan perhitungan numerik. Alex
memulai dengan menggambar diagram dua bola dan memberikan label
kecepatan mereka. setelah menggunakan persamaan kecepatan untuk
memecahkan masalah ini. Alex berhenti dan mengatakan bahwa dia
tidak memiliki nilai untuk persamaan v = vo + at. Dia kemudian
memecahkan secara eksplisit untuk kecepatan dari bola dilemparkan
dan dijatuhkan setelah 5 detik dan menuliskan perbedaannya. (tulisan
kerja Alex dalam dua bola)
- Setelah menghasilkan kecepatan dua bola ke 50 dan 52 m/s, alex
menjelaskan proses berpikirnya : setelah saya masukkan ini kedalam
persamaan kecepatan, saya menggunakan percepatan dan kecepatan
awal yang diberikan, kalikan kecepatan oleh waktu pada saat 5 sekon,
dan kemudian setelah saya tahu kecepatan setelah 5 detik masing-
masing kedalam dua ruas. jadi pertanyaan yang dapat ditanyakan
apakah lebih dari, kurang dari atau sama dengan dari kedua ruas itu?.
(kegiatan ini mirip dengan langkah PBL- strategis solving yakni
menggambar situasi (yang dapat mencakup melabelkan nilai yang
diketahui. memilih persamaan yang relevan dengan situasi fisik dan
menghitung yang tidak diketahui. Kami mencatat bahwa alex salah
label percepatan bola jatuh dengan satuan m/det bukan m/det2. Namun
kami tidak fokus pada kesalahan ini karena tidak merambat
kemanipulasinya persamaan yang merupakan fokus dari analisis kami.
- Setelah Alex memberikan solusinya ke masalah dua bola, kami
mendesain tindak lanjut ini cepat untuk mendapatkan apakah
kemungkinan siswa yang secara eksplisit menggunakan blended
processing dalam jalan pikirannya dan menuliskan solusi kedalam
blended processing dengan prompt ini. Alex berpikir tentang hal ini
jangan-jangan kecepatan nol karena hanya dijatuh saat kamu
menjatuhkan satu bola dan melemparkan yang lainnya. jika anda
berpikir anda membuang 2 m/det dan yang lain dengan kecepatan nol
karena hanya menjatuhkannya. yang hanya mempercepat adalah
gravitasi, anda hanya akan mengatakan karena anda tahu dengan
kecepatan 2 m/det itu akan sampai 2 m/ det lebih cepat. Bahwa anda
melempar satu, sehingga 2 m/det lebih cepat. jadi apa yang terjadi 5
detik kemudian? dan alex tidak mengetahuinya.
- Dalam A34, alex menunjukkan bagaimana masalah dua bola dapat
diselesaikan tanpa perhitungan eksplisit. salahsatu interpretasi bahwa
penjelasan konseptual untuk bagaimana memecahkan masalah tanpa
perhitungan sebagaimana dibuktikan ketika blended unit (jadi 5
detik lebih cepat 2 m/det) sebuah intepretasi yang berbeda adalah
bahwa untuk mengekspresikan argumen konseptual berikut : karena
dua bola yang mempercepat gravitasi saja, kedua bola akan
mendapatkan jumlah kecepatan yang sama, sehingga bola dilemparkan
akan berpergian 2 m/det lebih cepat.
- Setiap penalaran konseptual pada gilirannya tidak stabil terintegrasi
dengan matematika, penalaran simbolis Alex, bukti kurangnya
integrasi yang stabil yang berasal dari kurang disebutnya secara
eksplisit dari persamaan atau ketergantungan implicit pada struktur
kecepatan akhir diberikan kecepatan awal, percepatan dan waktu.
b. Pat memecahkan masalah dua bola tanpa angka.
- Pat beralih ke persamaan kecepatan. Namun ia sangat berbeda dari alex
lakukan.saya mencoba kalkulus dari perbedaan yang dilakukan .
Percepatan adalah konstan dan itu berarti bahwa kecepatan adalah
hubungan linear terhadap waktu dan saat yang sama. Sehigga
perbedaan yang pertama adalah sama. saya pikir itu sama sampai 2
m/det. Pat menguraikan solusi sedikit lebih berbeda. perbedaan
pertama adalah sama maka perbedaan antara kedua kecepatan tidak
harus berubah. perbedaan pertama set titik data akan dianalisis delta y
di atas delta x yang disebut perbedaan pertama. jadi perbedaan pertama
setidaknya menghubungkan untuk gagasan kemiringan. Kondisi awal
adalah off oleh 2 dan kecepatan berubah pada tingkat yang sama
sehingga harus tinggal di 2.
c. Kami menggunakan studi kasus alex dan pat untuk :
- Alex dan Pat beralasan produktif dan benar memecahkan masalah dua bola,
penalaran gaya Pat tidak dijelaskan dalam literatur pemecahan
masalah.penalaran produktif ini dapat membantu kita tentang bagaimana
mendekati siswa pada masalah yang sama.
- Penalaran pat sebagai penyelarasan baik masalah pemecahan masalah oleh
ahli yaitu lebih prosedural ketimbang Alex. Path melihat beberapa jalur
solusi yang terkait satu sama lain sedangkan Alex melihat hanya satu. Pat
fleksibel menggunakan informasi yang tersedia yang merupakan komponen
dari hatano dan inagaki (1986) menyebutkan keahlian adaktif sedangkan alex
tampak lebih ke langkah demi langkah.
- Pat terhubung makna konseptual untuk matematika formal yaitu gagasan jika
dua hal berubah pada tingkat yang sama maka antara mereka tetap sama.
Wertheimer (1959), Arcavi (1994) dan Redish ( 2008) berpendapat ,
pengolahan blended menunjukkan lebih dalam pemahaman ahli dari pada
hanya menggunakan formal. peneliti juga menekankan terhubungnya sifat
pengetahuan pakar (Chi et al, 1981, Chi, glaser & Rees, 1982, Reif , 2008,
Reif and Heller, 1982) meskipun mereka tidak secara eksplisit membahas
hubungan antara informal pengetahuan konseptual dan matematika formal.
- Menghubungkan penalaran konseptual untuk formal matematika Path tidak
menggunakan pengolahan blended processing dari persamaan kecepatan.
meskipun kami memiliki hipotesis bahwa penalaran pat adalah penalaran
dengan menghubungkan persamaan matematika ke skema konseptual intuitif
( yaitu jika dua hal berubah dengan jumlah yang sama maka perbedaan
antara mereka tetap sama). salah satu alternatif yang masuk akal adalah
bahwa kemungkinan penalaran Pat di dorong oleh aturan formal matematika
operasi dan objek.
17) Hasil analisis fase 1b : menjelaskan persamaan kecepatan
- Kami telah menyimpulkan bahwa sementara dalam konteks masalah dua bola,
Alex melihat persamaan sebagai alat komputasi , sedangkan Pat adalah lebih
fleksibel, penalaran dengan persamaan untuk menemukan jalan pintas
konseptual. kami bertanya bagaimana mereka akan menjelaskan persamaan
kecepatan ke teman . Kami menunjukkan bagaimana ketiadaan bentuk simbolik
penalaran berbasis dalam penjelasan Alex dan adanya penalaran tersebut dalam
Penjelasan Pat membantu kita memahami perbedaan dalam pendekatan mereka
untuk masalah dua bola.
- Alex Menjelaskan Persamaan kecepatan sebagai Alat Komputasi
Penjelasan Alex sini memiliki dua bagian utama. Pertama , persamaan kecepatan
didefinisikan melalui hubungannya dengan persamaan kinematik lain, itu adalah
integral dari percepatan dan turunan dari persamaan posisi. Kedua, persamaan
dapat digunakan sebagai alat komputasi : untuk menghitung kecepatan pada
suatu waktu jika Anda tahu nilai-nilai lain dalam persamaan. Pada gilirannya
A15 , Alex menjelaskan bahwa Anda dapat memecahkan v jika Anda tahu v0 , ,
dan t . Atau , dia menyatakan bahwa Anda dapat menyelesaikan untuk jika Anda
tahu v sebagai gantinya. Meskipun Alex memasang arti fisik untuk variabel
individu dalam kecepatan persamaan, penjelasan Alex tidak termasuk interpretasi
berbasis bentuk simbolis persamaan kecepatan secara keseluruhan . Tidak ada
bukti dari sebuah skema konseptual intuitif sangat terkait dengan template simbol
yang mencerminkan struktur persamaan kecepatan ( ? = ? + ? ) .
- Penjelasan Pat dari persamaan akan memberikan kontras kasus untuk
menjelaskan apa bukti yang kita gunakan untuk membuat klaim tentang adanya
bentuk simbolis dalam penalaran siswa .Pat Terhubung Persamaan untuk
Proses Fisik . Ketika diminta untuk menjelaskan persamaan ke teman dari kelas ,
Pat mulai dengan melihat unit dan arti dari variabel. Karena saya maksud jika
anda melihatnya dari sisi unit, itu jelas bahwa kecepatan adalah hasil kali
percepatan waktu, tapi mungkin akan lebih mudah jika Anda pikirkan , Anda
mulai dari kecepatan awal dan kemudian percepatan untuk periode waktu tertentu
yang meningkat atau menurun kecepatannya itu. Pat mulai dengan definisi dari
setiap variabel. Namun ia kemudian memberikan beberapa bukti awal
menafsirkan persamaan dalam hal simbolik disebut Base + Perubahan ( Sherin ,
2001, hal . 514 ) . Terkait dengan skema konseptual intuitif bahwa jumlah akhir
adalah jumlah awal ditambah perubahan dalam jumlah tersebut. Pat memberikan
secercah bukti bahwa ia mengandalkan Basis a + Perubahan interpretasi dari
persamaan secara keseluruhan bukan hanya menafsirkan variabel individu.
- Ini " sesuatu yang lain " untuk Pat diandalkan skema konseptual terkait dengan
dasar + Perubahan bentuk simbolis : Jumlah akhir ( dalam hal ini , kecepatan
akhir ) adalah jumlah awal ( kecepatan awal ) ditambah perubahan dengan nilai
awal ( karena percepatan) . " ketergantungan Pat pada skema konseptual ini akan
menjadi bukti kuat bentuk simbolik penalaran berbasis kecuali bahwa itu belum
benar-benar jelas apakah Pat menghubungkan ini skema konseptual ke template
simbol persamaan.
- Solusi awal Pat ke Balls Soal Dua , seperti dibahas di atas , datang dari
memikirkan persamaan formal ( ternyata P41 dan P61 ) dan bergantung pada
konseptual penalaran bahwa karena perbedaan awal dalam kecepatan adalah 2
meter per detik , dan karena kedua bola mengalami perubahan yang sama dalam
kecepatan , perbedaan akhir dalam kecepatan masih 2 meter per detik .
18) Ringkasan Perbedaan Antara Pat dan Views Alex dari Persamaan kecepatan
- Mencari di dua pertama meminta dalam wawancara ( " menjelaskan persamaan
kecepatan "dan " memecahkan masalah dua bola " ) , kita melihat perbedaan
kunci dalam bagaimana Alex dan Pat terhubung pemahaman konseptual mereka
dari situasi fisik untuk persamaan . Koneksi Alex adalah pada tingkat variabel
individu , sedangkan Pat tambahan melihat persamaan sebagai keseluruhan
ekspresi ide konseptual intuitif tentang proses fisik : anda mulai kecepatan
dengan ditambah kecepatan Anda mendapatkan (atau kehilangan ) karena
percepatan selama periode waktu tertentu adalah akhir kecepatan anda.
- Kami juga berpendapat bahwa perbedaan antara Alex dan Pat
konseptualisasi persamaan menawarkan kekuatan penjelas bagi banyak
perbedaan dalam respon mereka terhadap dua prompt, termasuk
perhitungan eksplisit Alex dan dicampur pengolahan Pat .
19) Hasil analisis fase 2 : melihat pada mahasiswa lain
- Kami kode apakah masing-masing siswa ( 1 ) digunakan pengolahan dicampur
untuk menemukan solusi pintas untuk masalah dua bola, baik awalnya atau
sebagai respons terhadap tindak lanjut yang cepat kami menanyakan apakah
masalah bisa diselesaikan tanpa memasukkan dalam jumlah , dan ( 2 )
memberikan penjelasan tentang persamaan kecepatan yang dikombinasikan
template simbol dengan konseptual skema - yaitu , penjelasan berbasis
bentuk simbolis .
- Enam dari 11 siswa lainnya menunjukkan bukti baik simbolik berbasis bentuk
Penjelasan dari persamaan kecepatan atau pengolahan shortcut dicampur pada
masalah Dua Balls.
20) Apakah Blended processing adalah sesuai perbedaan?
Pada soal dua Balls, tiga siswa menggunakan pengolahan dicampur , tujuh tidak , dan
salah satu adalah ambigu . Dalam menjelaskan persamaan kecepatan : enam siswa
menggunakan bentuk simbolik penalaran berbasis , dan lima tidak. Pada respon satu
siswa ke soal dua Balls, dianggap " ambigu , " karena bukti itu bisa digunakan untuk
kedua dukungan dan membantah adanya pengolahan dicampur .
21) Diskusi : kembali apa berarti sebagai masalah pemecahan keahlian
Kami sekarang berpendapat bahwa (dan siswa lain ) penggunaan produktif Pat
pengolahan dicampur memberikan kita alasan untuk mengubah pandangan umum
tentang apa yang merupakan pemecahan masalah yang baik dalam fisika dan apa
strategi instruktur yang harus ipelihara pada siswa mereka .
22) Kebanyakan Penelitian Berbasis Strategi Pemecahan Masalah Tidak Termasuk
Blended processing
- Penelitian tentang masalah ahli pemecahan dan instruksional prosedur
pemecahan masalah untuk mengembangkan keahlian tersebut telah berfokus
pada temuan bahwa siswa melompat tepat ke memanipulasi persamaan tanpa
masalah pemahaman fisik.
- Pentingnya bangunan penelitian tentang temuan ini , kami mencatat bahwa
prosedur pemecahan masalah dipelajari dan dianjurkan oleh para peneliti dan
instruktur tidak mempertimbangkan cara-cara yang berbeda yang persamaan
dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
- Prosedur ini biasanya memahami pengolahan langkah matematis memanipulasi
simbol sampai Anda mendapatkan yang diketahui ( Giancoli , 2008; Heller et al ,
1992; . Huffman , 1997; Van Heuvelen , 1991a , 1991b , Young & Freedman ,
2003) .
- Namun , pencampuran simbolik manipulasi dengan konseptual penalaran bila
mungkin merupakan bagian dari pemecahan masalah keahlian , karena alasan
semacam itu adaptif dan fleksibel dan karena itu mengarah ke lebih cepat , lebih
solusi digeneralisasikan.
- Kontribusi kami untuk baris ini dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
secara rinci jalan alternatif menggunakan persamaan dalam masalah solving.
Melalui kasus kualitatif penelitian , kami membuat kasus yang dicampur
pengolahan itu terbukti produktif untuk siswa yang menggunakannya dalam
memecahkan Balls Soal Dua : mereka mencapai solusi cepat , tanpa harus
melakukan perhitungan luas.
- Selain itu, untuk komunitas riset pendidikan fisika , yang telah menekankan
pentingnya pemahaman konseptual ( Hestenes , Wells , & Swackhamer , 1992;
McDermott,1991; McDermott & Redish , 1999) , pengolahan dicampur dalam
solusi siswa untuk Bola Soal Dua menyoroti cara tambahan di mana penalaran
konseptual dapat masukkan pemecahan masalah kuantitatif : antara memutuskan
persamaan untuk menggunakan dan mengevaluasi jawaban akhir .
C. Kelebihan Jurnal :
1. Melalui kasus kualitatif penelitian , kami membuat kasus yang dicampur pengolahan itu terbukti
produktif untuk siswa yang menggunakannya dalam memecahkan Balls Soal Dua : mereka
mencapai solusi cepat , tanpa harus melakukan perhitungan luas.
2. Kami menggunakan data ini untuk mendukung argumen kami bahwa blended
processing adalah sebuah lensa analisis untuk memahami penalaran siswa dan target
pembelajaran yang layak.
D. Kelemahan Jurnal:
1. Jumlah siswa dalam penelitian kecil, maka jurnal ini tidak membuat uji statistik yang
signifikan tentang pola penalaran.
2. Penelitian sebaiknya harus membantu siswa belajar untuk melihat dan memanfaatkan
peluang dimana dapat terjadi processing belnded yang dapat membantu mereka
menemukan jalan pintas dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam arti fisik solusi
mereka.
E. Kesimpulan :
1. Dalam literatur : penelitian dalam pemecahan masalah kuantitatif difokuskan pada
bagaimana keahlian memilih persamaan tetapi tidak pada menggunakan persamaan yang
dipilih untuk memecahkan masalah. Tulisan ini mencoba untuk mengatasi kesenjangan
dengan ilustrasi pada studi kasus menunjukkan bagaimana 2 siswa memproses persamaan
fisika sama dengan cara yang berbeda.
2. Alex bagian menganalisis dan Pat menjelaskan dan menggunakan persamaan kinematika
standar v = v0 + at. Kami mengaitkan bagian dari perbedaan dalam pola penalaran untuk
menggunakan atau sekurangnya menggunakan bentuk simbol. Sebuah pengetahuan
konsep dipadukan dari simbol ke sebuah skema konsep intuitif. Pat menggunakan bentuk
simbol yang memungkinkan dia untuk memberikan penjelasan intuitif dari persamaan
kecepatan dan untuk menemukan cara cepat non konsep ke masalah dua bola.
3. Penjelasan Alex dan pemecahan masalah, walaupun benar yang sesuai dengan standar
prosedur pemecahan masalah yang dianjurkan oleh peneliti dan diajarkan kepada siswa.
Kami menggunakan hasil ini dengan contoh teknik intuisi bahwa konsep dan penalaran
simbol dapat menjadi sasaran pembelajaran yang diinginkan dan layak. Kami
berpendapat seorang peneliti mengganti proses matematika dengan langkah dalam
prosedur pemecahan masalah dengan bentuk penalaran berbasis simbolik. Langkah ini
bukan merupakan yang disarankan karena tidak semua pertanyaan kuantitatif fisika
memiliki cara cepat non konsep
4. seperti masalah 2 bola . aswe berpendap[at, solusi Pat berharga untuk masalah dua bola
yaitu keahlian mengadaptasi penampilan hasil terhadap beberapa jalur penyelesaian, baik
pemecahan masalah yang melibatkan pembuatan keputusan, bukan hanya mengikuti
serangkain prosedur. Selaras dengan pendapat ini, kami mendukung model pemecahan
masalah yang tidak selalu memerlukan manipulasi simbol/ bentuk penalaran berbasis
simbolik. Pemecahan masalah yang baik memiliki simbol dan memilih seperangkat
simbol yang digunakan berdasarkan rincian dari masalah.