28
1 STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Usia : 44 tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Alamat : Kp. Baru-Jakarta Pekerjaan : Swasta Tanggal Masuk : 30 Juni 2014 II. ANAMNESA Keluhan Utama : Nyeri panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Keluhan Tambahan : Panggul kanan sulit untuk digerakkan. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan nyeri pada panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus, dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri yang timbul awalnya mulai dari panggul kanan lalu menjalar sampai ke paha. Pasien juga mengeluh panggulnya sulit untuk digerakkan, hingga tidak bisa melakukan gerakkan jongkok.

Presentasi kasus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

6

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. S

Usia

: 44 tahun

Jenis Kelamin: Laki-Laki

Agama

: Islam

Alamat

: Kp. Baru-Jakarta

Pekerjaan

: Swasta

Tanggal Masuk: 30 Juni 2014II. ANAMNESA

Keluhan Utama : Nyeri panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Keluhan Tambahan :Panggul kanan sulit untuk digerakkan. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan nyeri pada panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus, dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri yang timbul awalnya mulai dari panggul kanan lalu menjalar sampai ke paha. Pasien juga mengeluh panggulnya sulit untuk digerakkan, hingga tidak bisa melakukan gerakkan jongkok. Nyeri berkurang bila istirahat dan memberat bila bergerak, sehingga pasien dalam sebulan terakhir hanya berbaring di tempat tidur saja. 6 bulan SMRS pasien mengalami kecelakaan saat mengendarai motor. Pasien terjatuh dari motor dengan posisi terduduk, menahan dengan tubuh bagian kanan, beberapa hari setelah kecelakaan, pasien terpeleset dikantornya, jatuh dengan posisi terduduk. Mual (-), muntah (-), perdarahan (-). Riwayat Penyakit Dahulu :Tahun 2007 pasien mengalami kecelakaan motor, paha kanan patah dan awal 2008 dioperasi pemasangan pen. Lalu pada tahun 2011 pasien mengalami kecelakaan lagi di paha sebelah kanan, namun diobati di alternatif.

DM (-), Asma (-), Hipertensi (-), penyakit jantung (-), alergi (-).III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum: tampak sakit sedang Kesadaran

: compos mentis, GCS 15Primary Survey

A : clear

B : Frekuensi nafas : 20x/menit, spontan

C : Tekanan darah : 130/70 mmHg, Nadi : 72x/menit, Perdarahan aktif (-)

D : GCS : 15

Secondary Survey

Status Generalis

Kepala

: deformitas (-) Mata

: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/- THT

: tidak ada kelainan Leher

:tidak ada kelainan KGB

:tidak ada pembesaran Dada

: gerak nafas simetris Paru

:

I : simetris, ekspansi baikP : fremitus kanan=kiriP :sonor kanan dan kiriA : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- Jantung:

I : iktus kordis tak tampakP : iktus kordis tidak kuat angkatP : batas jantung normalA : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-) Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-) Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)

Status Lokalis Hip Dextra:

Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm, a. femoralis ++, a. popliteal ++, a. dorsalis pedis ++, a. tibialis posterior ++Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0oIV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 6 Juli 2014)Hematologi

Leukosit

: 7.59 ribu/mm3

Eritrosit

:3.89 juta/dL

Hemoglobin: 11.2 g/dL

Hematocrit

: 31 %

MCV

: 80.5 fL

MCH

:28.8 pg

MCHC

:35.8 %

RDW-CV

: 13.9 %

Trombosit

:189 ribu/mm3

Kimia Klinik

Ureum

: 73 mg/dL

Kreatinin

: 2.0 mg/Dl

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Rontgen Pelvis Dextra (3 November 2011)

VI. DIAGNOSA KERJA

Negleted Fraktur Femur Dextra Pasca ORIFOA Hip Dextra ec Post Traumatic

VII. SIKAPPro Remove Implant + Hemiarthoplasty

VIII. FOLLOW UP

5 Juli 20146 Juli 2014

S : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkanO :

Kesadaran: CM

KU: Tampak sakit sedang

TD: 150/90 mmHg N: 100x/menit

RR: 28x/menit S: 36,3c

Kepala

: deformitas (-)

Mata

: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-

THT

: tidak ada kelainan

Leher

:tidak ada kelainan

KGB

:tidak ada pembesaran

Dada

: gerak nafas simetris

Paru

:

I : simetris, ekspansi baik

P : fremitus kanan=kiri

P :sonor kanan dan kiri

A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung:

I : iktus kordis tak tampak

P : iktus kordis tidak kuat angkat

P : batas jantung normal

A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)

Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)

Status Lokalis Hip Dextra:

Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)

Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm

Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0o

A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF

OA Hip dextra ec post traumatic

Hipertensi perbaikan

P: Pro remove implant + hemiarthroplasty

Toleransi IPDS : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkan sudah berkurang

O :

Kesadaran: CM

KU: Tampak sakit sedang

TD: 140/80 mmHg N: 86x/menit

RR: 28x/menit S: 36,4c

Kepala

: deformitas (-)

Mata

: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-

THT

: tidak ada kelainan

Leher

:tidak ada kelainan

KGB

:tidak ada pembesaran

Dada

: gerak nafas simetris

Paru

:

I : simetris, ekspansi baik

P : fremitus kanan=kiri

P :sonor kanan dan kiri

A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung:

I : iktus kordis tak tampak

P : iktus kordis tidak kuat angkat

P : batas jantung normal

A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)

Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)

Status Lokalis Hip Dextra:

Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)

Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm

Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0o

Laboratorium :

DPL : 11,2/31/7590/1890

Ur/Cr: 73/2.0

A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF

OA Hip dextra ec post traumatic

Hipertensi perbaikan

P: Pro remove implant + hemiarthroplasty

Toleransi IPD

7 Juli 20148 Juli 2014

S : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkan berkurang

O :

Kesadaran: CM

KU: Tampak sakit sedang

TD: 130/80 mmHg N: 110x/menit

RR: 24x/menit S: 36c

Kepala

: deformitas (-)

Mata

: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-

THT

: tidak ada kelainan

Leher

:tidak ada kelainan

KGB

:tidak ada pembesaran

Dada

: gerak nafas simetris

Paru

:

I : simetris, ekspansi baik

P : fremitus kanan=kiri

P :sonor kanan dan kiri

A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung:

I : iktus kordis tak tampak

P : iktus kordis tidak kuat angkat

P : batas jantung normal

A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)

Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)

Status Lokalis Hip Dextra:

Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)

Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm

Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0oLaboratorium :

DPL : 11,2/31/7590/1890

Ur/Cr: 73/2.0

A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF

OA Hip dextra ec post traumatic

Hipertensi perbaikan

P: Pro remove implant + hemiarthroplasty

Toleransi IPDS : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkan berkurang. Siap untuk operasi.

O :

Kesadaran: CM

KU: Tampak sakit sedang

TD: 140/80 mmHg N: 86x/menit

RR: 28x/menit S: 36,5c

Kepala

: deformitas (-)

Mata

: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-

THT

: tidak ada kelainan

Leher

:tidak ada kelainan

KGB

:tidak ada pembesaran

Dada

: gerak nafas simetris

Paru

:

I : simetris, ekspansi baik

P : fremitus kanan=kiri

P :sonor kanan dan kiri

A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung:

I : iktus kordis tak tampak

P : iktus kordis tidak kuat angkat

P : batas jantung normal

A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)

Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)

Status Lokalis Hip Dextra:

Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)

Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm

Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0oLaboratorium :

DPL : 11,2/31/7590/1890

Ur/Cr: 73/2.0

A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF

OA Hip dextra ec post traumatic

Hipertensi perbaikan

P: Pro remove implant + hemiarthroplasty hari ini

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan tulang belakang (spine) meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat, nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang usia lanjut di Indonesia menderita cacat karena OA. Oleh karena itu tantangan terhadap dampak OA akan semakin besar karena semakin banyaknya populasi yang berusia tua.

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matriks yang berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi permukan artikuler pada OA tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bergantung pada tiap individu dan sendi.

Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor -faktor resiko, latihan intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis. Pada fase lanjut sering diperlukan pembedahan (1).BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 ANATOMI SENDI

Sendi secara sederhana merupakakn pertemuan antara dua tulang atau lebih. Sendi memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan kemungkinan variasi gerakan diantara segmen-segmen serta variasi pertumbuhan. Fungsi anggota gerak sangat tergantung dari permukaan sendi, sehingga apabila ada kelainan/penyakit maka akan memberikan gangguan pergerakan.Jenis Sendi

1. Sindenmosis

Dua tulang yang ditutupi hanya oleh jaringan fibrosa.

2. Sinkondrosis

Sendi dimana kedua tulang ditutupi oleh tulang rawan. Lempeng epifisis merupakan suatu sinkondrosis yang bersifat sementara yang menghubungkan antara epifisis dan metafisis dan memberikan kemungkinan pertuumbuhan memanjang pada tulang.

3. Sinostosis

Bila sendi mengalami obliterasi dan terjadi penyambungan antara keduanya.

4. Simfisis

Permukaannya ditutupi tulang rawan hialin dan dihubungkan dengan fibrokartilago serta jaringan fibrosa yang kuat.

5. Synovial

Sendi dimana permukaannya ditutupi oleh tulang rawan hialin dan pinggirnya ditutupi oleh kapsul sendi berupa jaringan fibrosa dan didalammnya mengandung cairan synovia.II.2 OSTEOARTRITISDefinisi

Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan pada tepi tulang dan tulang rawan yang disebut osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal pada proses penuaan, trauma atau akibat kelaiana lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan proses infeksi atau factor sistemik (2).

Epidemiologi

Meningkat seiring dengan proses penuaan dan terutama ditemuakan pada usia diatas 50 tahun, tetapi dapat ditemukan diusia muda akibat kerusakan tulang rawan sendi. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA (2).Etiologi

Faktor Predisposisi terjadinya osteoarthritis dipengaruhi oleh:

Umur

Umumnya ditemukan pada usisa lanjut (diatas 50 tahun), karena pada orang usia lanjut usia pembentukan kondroitin sulfat yang merupakan substansi dasar tulang rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang rawan. Jenis kelamin

Pada osteoasrtritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause sedangnkan osteoarthritis sekunder lebih banyak pada pria.

Suku bangsa

Lebih sering orang Asia khususnya Cina, Eropa dan Amerika daripada kulit hitam. Trauma

Trauma yang hebat terutama fraktur intra-artikuler atau dislokasi sendi merupakan predisposisi osteoarthritis.

Penyakit metabolic

Penderita obesitas walau bukan sebagai penyebab akan memperburuk degenerasi terutama pada sendi-sendi yang menanggung berat badan.

Genetic

Adanya kelaian genetic dan kelainan perkembangan tubuh seperti dysplasia epifisial, dysplasia asetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan tergelincirnya epifisis.

Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:

1. Osteoarthritis Primer

Osteoartitis primer tidak diketahui penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi. Osteoarthritis jenis ini umumnya ditemukan pada wanita kulit putih, usia pertengahan dan bersifat poli-artikuler dengan nyeri yang akut disertai rasa panas pada bagian distal interphalangs yang selanjutnya terjadi pembengkakkan tulang yang disebut nodus Heberden.

2. Osteoarthritis Sekunder

Dapat disebabakan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada synovia sehingga menimbulkan osteoarthritis sekunder. Trauma

Terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, ketidaksejajjaran permukaan sendi.

Genetic

Adanya kelaian genetic dan kelainan perkembangan tubuh seperti dysplasia epifisial, dysplasia asetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan tergelincirnya epifisis

Metabolic

Penderita obesitas walau bukan sebagai penyebab akan memperburuk degenerasi terutama pada sendi-sendi yang menanggung berat badan.

Osteonecrosis

Dapat berkembang akibat ostonekrosis kaput femoris oleh bermacam sebab, misalnya penyakit Caisson, penyakit sickle cell.

Patologi

Kelainan yang dapat ditemukan pada osteoarthritis adalah:

1. Tulang rawan sendi

Berawal dari berkurangnya/tidak terbentuknya substansi tulang rawan sendi (kondroitin sulfat). Terjadi perlunakan dan iregularitas pada tulang rawan sendi, permukaan sendi menjadi kasar.

Mikroskopik: terjadi penurunan substansi penyususn tulang rawan (kondroitin sulfat) pada lapisan superfisisial dan peningkatan sel.

2. Tulang

Terjadi peningkatan vaskularisasi serta pembentukan osteofit pada ujung persendian terutama pada sendi interfalangeal distal. Pembentukan tulang baru ini berupa eburnasi dan pembentukan kista-kista. Kista ini dapat berhubungan dengan sendi dan berisi cairan synovial, melalui defek pada tulang subkondrial.3. Membrane synovial

Mengalami hipertofi vilus.

4. Kapsul sendi

Terjadi fibrosisi dan kontraktur pada kapsul sendi.

5. Badan lepas

Tulang rawan yang nekrosisi mengalami aberasi, terlepas kedalam ruang sendi dan berupa benda-benda lepas yang dapat menimbulkan reaksi pada membrane synovia sehingga timbul efusi dalam sendi.

6. Efusi

Efusi dapat terjadi pada stadium awal atau pada stadium eksaserbasi inflamasi akut. Cairan bersifat jernih, mempunyai viskositas tinggi dengan kadar protein yang rendah.

7. Nodus heberden dan bouchard

Terjadi karena degenerasi membrane kapsul dan jaringan lunak sendi yang membentuk kista yang mengandung aasam hialuronat, kemudian terjadi metaplasia tulang dan tulang rawan.

A.Bila terjadi kerusakan pada tulang sub-artikuler (1), meningkatnya tekanan pada titik tertentu pada tulang rawan (2), sehingga beban yang diterima pada daerah tersebut berlebihan atau kerusakan tulang rawan sendi oleh karena suatu hal (3) dapat menyebabkan osteoartritisB.Gambar skematis tekanan yang diterima akibat beban tubuh pada sendi yang normal

Gambaran KlinisGejala klinis yang dapat ditemukan adalah:

1. Nyeri

Terutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh seperti pada sendi panggul dan lutut. Nyeri ini terutama terjadi bila sendi digerakkan dan pada waktu berjalan.

2. Kekakuan

Terjadi karena adanya lapisan yang terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya cairan viskosa. Keluhan biasanya kesukaran untuk bergerak setelah duduk.

3. Pembengkakan

Aditemukan pada lutut dan siku. Dapat terjadi karena penebalan pada synovia yang berupa kista.

4. Gangguan pergerakan

Karena adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas pada permukaan sendi.

5. Deformitas

Akibat kontraktur kapsul serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.

6. Nodus heberden dan bouchardnodus heberden ditemukan pada bagian dorsal sendi interfalangeal distal, dedangkan bouchard pada bagian proksimal sendi interfalangeal tangan.Pemeriksaan Laboratorium

LED biasanya normal Serum kolesterol sedikit meninggi Pemeriksaan factor rheumatoid negativePemeriksaan Radiologis

Gambaran khas pada foto rontgen berupa:

Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris Osteofit pada pinggir sendi Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral Kista tulang Perubahan struktur anatomi sendiPengobatan

1. Penanganan umum

Istirahat teratur untuk mengurangi pembebanan pada sendi

Mengurangi berat badan dengan diet

Fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri

2. Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan analgetik dan antiinflamasi untuk mengurangi nyeri dan pembebngkakkan.

Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis akut atau bila ada nyeri pada ligament peri artikuler.

3. Aspirasi bilamana ada cairan pada sendi

4. Tindakan operasi

Dilakukan apabila:

Nyeri tidak dapat diatasi oleh obat-obatan dan tindakan local

Deformitas pada sendi

Adanya kerusakan pada sendi

Sendi panggul

Osteotomy dilakukan pada osteoarthritis ringan untuk mengubah pusat tekanan pada sendi panggul.

Artroplasti, pada umumnya dilakukan artroplasti total untuk melakukan pergantian pada sendi panggul secara keseluruhan.

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan nyeri pada panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus, dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri yang timbul awalnya mulai dari panggul kanan lalu menjalar sampai ke paha. Pasien juga mengeluh panggulnya sulit untuk digerakkan, hingga tidak bisa melakukan gerakkan jongkok. Nyeri berkurang bila istirahat dan memberat bila bergerak, sehingga pasien dalam sebulan terakhir hanya berbaring di tempat tidur saja. 6 bulan SMRS pasien mengalami kecelakaan saat mengendarai motor. Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhannya sudah berlangsung lama tetapi berkembang secara perlahan. Ini sesuai dengan keluhan klinis yang didapatkan pada pasien yaitu pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada panggul kananya sejak 6 bulan yang lalu namun semakin memberat. Daerah predileksi OA biasanya mengenai sendi sendi penyangga tubuh seperti di pada paha. Selain itu dapat juga terjadi pada sendi carpometacarpal I, metatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang dan lutut. Hal ini sesuai dengan keluhan yang dirasakn pasien panggul kanannya. Pada pasien ini juga mengeluhkan susah untuk bergerak dan berjalan karena nyerinya. Ada riwayat terjatuh dari motor dengan posisi terduduk, menahan dengan tubuh bagian kanan, beberapa hari setelah kecelakaan, pasien terpeleset dikantornya, jatuh dengan posisi terduduk. Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan tanda ital. stabil, dari pemeriksaan Status Lokalis Hip Dextra, pada Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-), Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm, a. femoralis ++, a. popliteal ++, a. dorsalis pedis ++, a. tibialis posterior ++ dan Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0ohoplasty

Dari hasil rontgen pelvis dextra ditemukan gambaran adanya osteoarthritis hip dextra. Menurut literature, trauma langsung adalah salah satu penyebab etiologi dari osteoarthritis.

Pada pasien ini dilakuakn hemiartoplasty. Penulis merasa tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan literature. Hemiatroplasty adalah penggantian sendi di panggul secara keseluruhan baik kaput femur maupun asetabulum.

\

DAFTAR PUSTAKA

1. Putu Imayanti. Review Artikel Osteoartrithis. 2010

2. Rasjad, Cahirudin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Jakarta: PT. Yarsif Watampone, 2007

3. De jong W, Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. Penerbit buku kedokteran EGC; 2005