Upload
ayu-annisa-charantia
View
263
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
1/39
BAB I
PENDAHULUAN
Pembesaran prostat benign atau lebih dikenal sebagai BPH sering ditemukan pada
pria yang memasuki usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya
merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel
kelenjar prostat.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa prevalensi Benign Prostat Hiperplasia (BPH
yang bergejala pada pria berusia !"#!$ tahun men%apai hampir &'. )ngka ini meningkat
dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia '"#'$ tahun prevalensinya men%apai hampir
' dan pada usia *" tahun men%apai angka sekitar !+. )ngka kejadian BPH di Indonesia
sebagai gambaran hospital prevalensi di dua umah Sakit besar di akarta yaitu S/ dan
Sumberwaras selama + tahun (&$$!#&$$$ terdapat &"!" kasus.
/eskipun jarang mengan%am jiwa, BPH memberikan keluhan akibat dari pembesaran
kelenjar prostat yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau
dikenal sebagai bladder outlet obstruction (B00. 0bstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BP0. 0bstruksi ini
lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur buli-buli maupun ginjal sehingga
menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
)danya BPH ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk
mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai %ara mulai dari tindakan yang paling
ringan yaitu se%ara konservati1 (non operati1 sampai tindakan yang paling berat yaitu
pembedahan.
olok dubur atau digital rectal examination (23 merupakan pemeriksaan yang
penting pada pasien BPH, disamping pemeriksaan 1isik pada regio suprapubik untuk men%ari
kemungkinan adanya distensi buli-buli. 2ari pemeriksaan %olok dubur ini dapat diperkirakan
adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu
tanda dari keganasan prostat. 4e%urigaan suatu keganasan pada pemeriksaan %olok dubur,
ternyata hanya 5*-+! yang positi1 kanker prostat pada pemeriksaan biopsi. Sensiti1itas
pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar ++.
1
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
2/39
BAB II
LAPORAN KASUS
2
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
3/39
I. Identitas Pasien
6ama 7 8n. 9
9mur 7 :: tahun
enis kelamin 7 ;aki # ;aki
Status 7 /enikah
Suku Bangsa 7 Sunda
Pekerjaan 7 8idak bekerja
)lamat 7 Suka ;aksana,
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
4/39
6yeri pada daerah pinggang dan ken%ing berpasir atau keluar batu
disangkal oleh pasien.
#. Riwayat Penyakit Dahulu "
iwayat penyakit hipertensi dan 2/ disangkal oleh pasien.
d. Riwayat Penyakit Kelua!a "
8idak terdapat keluarga pasien yang mengalami hal serupa.
e. Riwayat Ale!i "
Pasien menyangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
III. Pemeiksaan $isik
Status %enealis
4eadaan 9mum 7 Baik
4esadaran 7 ompos mentis
Status gi@i 7 ukup
8andi vital 7 8ekanan 2arah7 &*"A$" mmHg
6adi 7 $5 >Amenit
espirasi 7 5! >Amenit
Suhu 7 +*,5 o
Ke&ala
/ata 7 4onjungtiva )nemis -A-, Sklera ikterik -A-, e1lek pupil A
Hidung 7 3pistaksis -A-, 2eviasi septum (- , 4repitasi (-, PH (-
/ulut 7 Sianosis peri oral (-, 1aring tidak hiperemis
;eher 7 8rakea ditengah, pembesaran 4?B (-
4
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
5/39
'h(aks
Inspeksi 7 Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi 7 Cremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri, 6yeri tekan (-
Perkusi 7 Sonor pada kedua hemitorak
)uskultasi 7 Pulmo 7 DBS kanan E kiri normal, ronki -A-, whee@ing -A-
or 7 Bunyi jantung I -II murni reguler, murmur (-, ?allop (-
Abd(men
Inspeksi 7 8ampak datar, simetris, massa (-, kelainan kulit (-
)uskultasi 7 Bising usus ( normal
Perkusi 7 8impani di seluruh kuadran abdomen, 6yeri ketok (-
Palpasi 7 6yeri tekan (, hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Ekstemitas
Superior de>. dan sin. 7 8onus otot 7 baik
?erakan 7 akti1 A akti1
3dema 7 -A-
/assa 7 -A-
In1erior de>. dan sin. 7 8onus otot 7 baik
?erakan 7 akti1A akti1
3dema 7 -A-
/assa 7 -A-
Status U(l(!is"
5
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
6/39
Re!i( )(st(*etebalis
Inspeksi 7
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
7/39
• ;ab darah rutin kimia darah ( S?P8, S?08, 9reum, 4reatinin, ?2S
• 8horak 1oto (pre-op
• 34?
• 9S? (pasien tidak sempat melakukan 9S?
Lab(at(ium -8gl ": 2esember 5"&'
Daah utin
• Hb 7 &!,' ( 67 &+ - &* gAd;
• Ht 7 !' ( 67 !" - '5
• 3ritrosit 7 !.:5 ( 67 +,' - *,' jutaAd;
• ;eukosit 7 &"."$" ( 67 +,="" # &",*"" Au;
• 8rombosit 7 5:".""" ( 67 &'"""" - !""""" Au;
• masa perdarahan 7 +F,"'FF
• masa pembekuan 7 'F,""FF
Kimia klinik
• Protein total 7 '.:& (67 *.* # =.: gAd;
• )lbumin 7 +.' (67 +.' # ' gAd;
• S?08 7 != (67 sAd +: 9A;
• S?P8 7 5$ (67 sAd !" 9A;
• 9reum 7 == (6 7 &' # '" mgAd;
• 4reatinin 7 5.' (67 ".: # &.5 mgAd;
•
?ula 2arah Sewaktu 7 &5+ (67 :" # &&" mgAd;
7
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
8/39
Elekt(lit
• 6atrium 7 &!& (67 &+' # &!' m3GA;
• 4alium 7 !.* (67 +,* # ',' m3GA;
• 4lorida 7 &&5 (67 $= # &"= m3GA;
• 4alsium 7 +.:= (67 !.: # '.5 m3GA;
Uine Rutin
• Berat enis 9rine 7 &."&' (67 &.""5 # &."+"
• Blood 9rine 7 P0S (
• ;ekosit 3sterase 7 P0S (
• pH 9rine 7 =." (67 !.* # :.'
• 6itrit 9rine 7 P0SI8IC (67 6egati1
• Protein 9rine 7 6egati1 (67 6egati1
• ?lukosa 9rine 7 6egati1 (67 6egati1
• 4eton 9rine 7 6egati1 (67 6egati1
• 9robilinogen 9rine 7 P0S ( (67 ".5 # &." mgAd;
• Bilirubin 9rine 7 6egati1 (67 6egati1
+. Dia!n(sa Ke,a
Benign Prostat Hiperplasia (BPH
+I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan &e (&easi
&. Bed rest
5. In1us ; 5" tetes per menit
8
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
9/39
+. Pasang kateter
!. en%ana operasi open prostatektomi persiapan puasa *-= jam sebelum operasi
'. /edikamentosa
• Inj. e1ota>ime 5>& gr ID
• Inj. 4etorola% +>& ampul ID
• Inj. anitidin 5>& ampul ID
Penatalaksanaan post operasi
1. Bed rest
2. Infus RL : D5 2:1 2! tetes per "enit
3. #ateter tetap terpasan$
4. %poolin$ RL
5. &o'ilisasi (ari perta"a pos operasi )"irin$ kanan "irin$ kiri*
6. &edika"entosa
• In+. ,efota-i"e 2-1 $r I
• In+. #etorola/ 3-1 a"pul I
• In+. Ranitidin 2-1 a"pul I
• In+. 0sa" trane-a"at 3-1 a"pul I
+II. P(!n(sis"
uo ad vitam 7 2ubia ad bonam
uo ad 1un%tionam 7 2ubia ad malam
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
10/39
LAPORAN OPERASI -//01/0/213
0perator 7 2r. Hadiyana S., Sp.B
)sisten & 7 dr. )l1arina
Perawat Instrumen 7 H. 2eni
2iagnosa Pra Bedah 7 etensio urin e.% BPH
Indilasi operasi 7 /engangkat massa tumor
2iagnosa Pas%a Beda 7 Sesuai
enis 0perasi 7 0pen prostate%tomy
4ategori 0perasi 7 Besar
2esin1eksi 4ulit dengan 7 Povidon Iodine
aringan yang di eksisi 7 massa (di kirim ke P)
LAPORAN OPERASI LEN%KAP
20 7 2itemukan prostat membesar berukuran ' > ' > ! %m. /assa tidak disertai dengan
nodul
80 7
&. 2ilakukan tindakan a dan antiseptik pada lapang operasi dan sekitarnya
5. 2ilakukan insisi pada daerah in1ra umbili%al bagian medial. 4utis, subkutis, dan
1as%ia disayat tajam
+. Buli diidenti1ikasi, lapisan peritoneum didorong ke atas!. 2ilakukan insisi pada daerah buli
'. Identi1ikasi prostat, ditemukan 20
*. 2ilakukan pengangkatan prostat
:. 4ontrol perdarahan, lapang operasi di%u%i dengan menggunakan larutan 6al
",$
=. Buli ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
$. ;apang operasi ditutup lapis demi lapis
&". 0perasi selesai
Instruksi pas%a Bedah 7
- 0bservasi 7 49, 6adi, espirasi, Pendarahan
- In1us 7 ; 7 2' J 57& (5" tetes per menit
- )nalgetik 7 Injeksi 4etorola% +>& ampul
- Puasa 7 sampai dengan B9 (
- )ntibiotik 7 Injeksi e1ota>ime 5>&gram ID
Injeksi anitidin 5>& amp
Injeksi )sam 8rane>amat +> '"" mg ID
Spooling +" tetes per menit
?anti verband P02
1!
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
11/39
PER4ASALAHAN
1. A&akah &ene!akkan dia!n(sis &ada kasus di atas sudah te&at5
Dai anamnesis di da&atkan iwayat"
- Pasien seorang laki-laki berumur :" tahun
- 8erdapat keluhan tidak bisa B)4 sejak & hari S/S
- Pasien mempunyai gangguan pada B)4 sejak + tahun terakhir
11
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
12/39
- Saat ingin B)4 pasien harus mengedan dan menunggu lama baru air ken%ingnya
keluar. 8etapi air ken%ing yang keluar tidak lan%er
- Saat B)4 pan%arannya berkurang dan kadang terdapat nyeri
- Setelah B)4 pasien merasa tidak lampias atau kurang puas dan terdapat tetesan air
ken%ing pada saat selesai B)4 - Pasien merasakan lebih sering mersakan ingin B)4 pada saat malam hari
- Pasien selama + tahun terakhir selalu kontrol ke puskesmas untuk dipasangkak
kateter, setelah kateter dipasang keluhan tersebut hilang tetapi kembali lagi apabila
kateter dilepas.
Dai iwayat tesebut meu&akan !e,ala dan 6akt( &edis&(sisi te,adinya
Beni!n P(state Hy&e&lasia -BPH
Dai &emeiksaan 6isik dida&atkan"
egio Supra Sim1isis 7- D9 7 teraba sedikit adanya tahanan
- 6yeri tekan 7 (-
egio ?enitalia 3ksterna7
- 8idak adanya kelainan, terpasang kateter
e%tal 8ou%her7
- Spin%ter )ni 7 4uat
- )mpula 7 8idak kolaps
- Prostat 7 4onsistensi kenyal, mukosa li%in, tidak ada nodul, teraba
simetris, nyeri tekan (-, pada handskun darah (-, 1eses (, lendir (-
Dai &emeiksaan &enun,an! dida&atkan"
Pasien tidak sempat lagi dilakukan 9S? Prostat
/. A&akah &enatalaksanaan kasus di atas sudah te&at5
8ujuan terapi medikamentosa adalah (& mengurangi resistensi otot polos prostat
sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi in1ravesika dengan obat-obatan
penghambat adrenergik al1a, dan (5 mengurangi volume prostat sebagai komponen
statik dengan %ara menurunkan kadar hormon testosteronA dihirotestosteron (2H8
melalui penghambat 'K #reduktase.
Pada pasien ini tidak diberikan terapi medikamentosa berupa penghambat
adrenergik al1a dan penghambat ' K #reduktase, karena se%ara klinis e1ektivitas obat12
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
13/39
masih diragukan serta ukuran prostat yang terlalu besar membuat pengobatan se%ara
medikamentosa kurang bermakna.
8erapi yang sebaik dilakukan adalah terapi bedah dengan %ara Prostatektomi
Perineal. Prostatektomi Perineal adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi
dalam perineum. ara ini lebih praktis dibanding %ara yang lain, dan sangat berguna
untuk biopsi terbuka. 4euntungan yang lain memberikan pendekatan anatomis
langsung, drainase oleh bantuan gravitasi, e1ekti1 untuk terapi kanker radikal,
hemostatik di bawah penglihatan langsung,angka mortalitas rendah, insiden syok
lebih rendah, serta ideal bagi pasien dengan prostat yang besar, resiko bedah buruk
bagi pasien sangat tua dan ringkih.
Pada pasien ini dilakukan Prostatektomi dan dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi pada kelenjar prostat yang diambil.
7. Ba!aimana &(!n(sis &asien di atas 5
uo ad vitam 7 2ubia ad bonam
uo ad 1ungsionam 7 2ubia ad malam
13
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
14/39
BAB III
'IN8AUAN PUS'AKA
1. Kelen,a P(stat
1.1. Anat(mi
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik dilapisi kapsul 1ibromuskuler yang
terletak di in1erior kandung kemih, mengelilingi bagian proksimal uretra (urethra pars
prostati%a dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan
berat normal pada orang dewasa kurang lebih 5" gram. 4arena berat jenis jaringan prostat
&,"' gramAm; maka volume dalam m; dapat disamakan dengan berat kelenjar prostat
dalam gram.
%amba 1. Anat(mi Saluan Kemih Laki0Laki
4elenjar prostat terbagi menjadi ' lobus7 lobus medius, 5 lobus lateralis, lobus anterior,
dan lobus posterior. BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena
mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak terjadi pada bagian posterior lobus
medius (lobus posterior yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan
karsinoma prostat..
Prostat mendapat aliran darah dari per%abangan arteri pudenda interna, arteri vesi%alis
in1erior dan arteri re%talis media. Pembuluh ini ber%abang-%abang dalam kapsula dan
stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler dalam lamina propria. Pembuluh vena
mengikuti jalannya arteri dan bermuara ke pleksus sekeliling kelenjar. Pleksus vena
men%urahkan isinya ke vena ilia%a interna. Pembuluh lim1e mulai sebagai kapiler dalam
14
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
15/39
stroma dan mengikuti pembuluh darah dam mengikuti pembuluh darah. ;im1e terutama
di%urahkan ke nodus ilia%a interna dan nodus sa%ralis. Persara1an prostat berasal dari
ple>us hypogastri%us in1erior dan membentuk ple>us prostati%us. Prostat mendapat
persara1an terutama dari serabut sara1 tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel
ganglion otonom yang terletak di kapsula dan di stroma. Serabut motoris, mungkin
terutama simpatis, tampak mempersara1i sel-sel otot polos di stroma dan kapsula sama
seperti dinding pembuluh darah.
?ambar 5. )natomi Prostat normal dan patologis
1./. $isi(l(!i
Prostat adalah suatu alat tubuh yang tergantung kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan
mengenai si1at endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang peka terhadap estrogen
adalah bagian tengah, sedangkan bagian tepi peka terhadap androgen. 0leh karena itu
pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami hiperplasi karena sekresi androgen
berkurang sehingga kadar estrogen relati1 bertambah. Sel-sel kelenjar prostat dapat
membentuk en@im asam 1os1atase yang paling akti1 bekerja pada pH '.
4elenjar prostat mensekresi %airan sedikit yang berwarna putih susu dan bersi1at alkalis
yang menetralkan %airan vagina yang asam, suatu 1ungsi penting karena sperma lebih
dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa. airan ini mengandung asam
sitrat, asam 1os1atase, kalsium dan koagulase serta 1ibrinolisis. 3n@im-en@im pembekuan
prostat membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasikan tetap tertahan di
saluran reproduksi wanita saat penis ditarik keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal
15
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
16/39
diuraikan 1ibrinolisin sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bebas bergerak di
dalam saluran reproduksi wanita.
Selama pengeluaran %airan prostat, kapsul kelenjar prostat akan berkontraksi bersamaan
dengan kontraksi vas de1eren dan %airan prostat keluar ber%ampur dengan semen yang
lainnya. airan prostat merupakan 5' volume %airan ejakulat dan ber1ungsi
memberikan makanan spermato@on dan menjaga agar spermato@on tidak %epat mati di
dalam tubuh wanita, dimana sekret vagina sangat asam (pH7 +,' - !. airan ini dialirkan
melalui duktus skretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan
bersama %airan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Dolume %airan prostat kurang lebih 5' dari seluruh volume ejakulat. 2engan demikian
sperma dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina dan
melakukan pembuahan, sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH %airan sekitarnya
meningkat * - *,' akibatnya mungkin bahwa %airan prostat menetralkan keasaman %airan
dan lain tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan 1ertilitas
sperma.
/. Beni!na P(state Hi&e&lasia -BPH
/.1. De6inisi
Pembesaran prostat jinak atau Benign Prostati% Hypertrophy (BPH adalah pertumbuhan
nodul-nodul 1ibroadenomatosa majemuk dalam prostat, dimulai dari bagian periuretral
sebagai proli1erasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang
tersisa.
/./. Eti(l(!i
8idak ada bukti yang meyakinkan mengenai korelasi antara 1aktor- 1aktor lain selain usia
dalam peningkatan kejadian BPH. /erokok juga diduga sebagai 1aktor yang berhubungan
dengan prostatektomi, namun ras, habitus, riwayat vasektomi, kebiasaan seksual dan
penyakit- penyakit lain serta obat-obatan belum ditemukan mempunyai korelasi dengan
peningkatan kejadian BPH.
Penyebab BPH belum jelas. Beberapa yang teori telah dikemukakan di antaranya7
16
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
17/39
& 8eori 2H8 (dihidrotestosteron 7 testosteron dengan bantuan en@im '-K-redu%tase
dikonversi menjadi 2H8 yang merangsang pertumbuhan kelenjar prostat.
5 8eori reawakening, yaitu jaringan kembali seperti perkembangan pada masa
embriologik (jaringan periuretral tumbuh lebih %epat dari jaringan sekitarnya. 8eori
ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang pertumbuhan epitel. /enurut
/% 6eal, seperti pada embrio, lesi primer BPH adalah penonjolan kelenjar yang
kemudian ber%abang menghasilkan kelenjar-kelenjar baru di sekitar prostat.
+ 8eori stem %ell hypotesis. Isaa% dan o11ey mengajukan teori ini berdasarkan asumsi
bahwa pada kelenjar prostat, selain ada hubungannya dengan stroma dan epitel, juga
ada hubungan antara jenis-jenis sel epitel yang ada di dalam jaringan prostat. Stem sel
akan berkembang menjadi sel apli1ying. 4eduanya tidak tergantung pada androgen.
Sel apli1ying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung se%ara mutlak
pada androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproli1erasi dan
menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
! 8eori growth 1a%tors. 8eori ini berdasarkan adanya interaksi antara unsur stroma dan
unsur epitel prostat yang berakibat BPH. Caktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel
stroma di bawah pengaruh androgen. )danya ekspresi berlebihan dari epidermisgrowth 1a%tor (3?C danAatau 1ibroblast growth 1a%tor (C?C danAatau adanya
penurunan ekspresi trans1orming growth 1a%tor- b (8?C-b, akan menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan menghasilkan pembesaran
prostat.
6amun demikian, diyakini ada dua 1aktor penting penyebab terjadinya BPH, yaitu adanya
dihidrotestosteron (2H8 dan proses penuaan. 2ihidrotestosteron yang berasal dari
testosteron dengan bantuan en@im '-K-redu%tase diperkirakan sebagai mediator utama
pertumbuhan prostat. 2alam sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk
dihidrotestosteron. eseptor ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen.
2H8 yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk kompleks
2H8-reseptor yang kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi 6) dan merangsang
sintesis protein sehingga terjadi proli1erasi sel. 2engan bertambahnya umur terdapat
gangguan keseimbangan hormon testosteron dan estrogen. 2iketahui bahwa jumlah
androgen berkurang sehingga terjadi peninggian estrogen (hiperestrinisme se%ara relati1.
3strogen diketahui mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus lateralis,
17
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
18/39
dan lobus medius hingga pada hiperestrinisme, bagian inilah yang mengalami
hyperplasia.
/.7. Pat(6isi(l(!i
Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul 1ibroadenomatosa majemuk dalam
prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proli1erasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. aringan hiperplastik
terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma 1ibrosa dan otot polos yang jumlahnya
berbeda-beda. Proses pembesaran prostat terjadi se%ara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi se%ara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah
terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat,
serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.
Case penebalan destrusor disebut 1ase kompensasi, keadaan berlanjut, maka destrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksiAterjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen urethra pars prostati%a dan akan
menghambat aliran urine. 4eadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan di dalam
kandung kemih. 9ntuk dapat mengeluarkan urine, kandung kemih harus berkontraksi
lebih kuat guna melawan tekanan tersebut. 4ontraksi yang terus-menerus ini
menyebabkan perubahan anatomik dari kandung kemih berupa hipertro1i otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel kandung kemih. Case penebalan
otot detrusor ini disebut 1ase kompensasi. Perubahan struktur pada kandung kemih
dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau ;ower
9rinary 8ra%t Symptoms (;98S yang dahulu dikenal dengan gejala - gejala
prostatismus. 2engan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke
dalam 1ase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urine. Pasien tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna,
maka akan terjadi statis urin. 9rin yang statis akan menjadi alkalin dan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri.
0bstruksi urin yang berkembang se%ara perlahan-lahan dapat mengakibatkan aliran urin
tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin yang menetes, ken%ing terputus-putus
18
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
19/39
(intermiten, dengan adanya obstruksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai
berkemih (hesitansi. ?ejala iritasi juga menyertai obstruksi urin. Desika urinarianya
mengalami iritasi dari urin yang tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa
bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan
interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan 1rekuensi, dengan adanya gejala
iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesakA urgensi dan nyeri saat
berkemih Adysuria.
8ekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan s1ingter dan obstruksi, akan terjadi
inkontinensia paradoks. 8ekanan di dalam kandung kemih yang semakin tinggi juga akan
diteruskan ke seluruh bagian kandung kemih tidak terke%uali pada kedua muara ureter.
8ekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan re1luks vesi%o-ureter. 4eadaan
ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidrone1rosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal diper%epat apabila
terjadi in1eksi. Pada waktu miksi, penderita harus selalu mengedan sehingga lama-
kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. 4arena selalu terdapat sisa urine, dapat
terbentuk urolithiasis di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi
dan menimbulkan hematuria.
In1eksi saluran kemih dapat timbul sebagai komplikasi ataupun memper%epat terjadinya
retensi urine. BPH juga mungkin berhubungan dengan dis1ungsi seksual.
1
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
20/39
%amba 7 Pat(6isi(l(!i BPH
/.9. 4ani6estasi Klinis
?ejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi dua kelompok 7
& ?ejala obstrukti1
8erjadi karena penyempitan uretra pars prostati%a karena didesak oleh prostat yang
membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi %ukup kuat dan atau %ukup
lama sehingga kontraksi terputus-putus. ?ejala obstrukti1 BPH terdiri dari pan%aran
melemah (poor stream, harus menunggu lama pada permulaan miksi (hesisten%y, miksi
terputus-putus (intermitten%y, harus mengejan saat buang air ke%il (straining, menetes
2!
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
21/39
pada akhir miksi (terminal dribbling, dan rasa belum puas setelah miksi (in%omplete
emptying.
0bstruksi saluran kemih pada BPH menyebabkan terjadinya retensi urine akut. etensi
urine akut ditemukan pada hampir sepertiga penderita BPH yang menjalani terapi bedah.
5 ?ejala iritati1
2isebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna pada saat miksi atau
karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga
kandung kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh. ?ejala iritati1 terdiri dari
sering miksi (1reGuen%y, miksi sulit ditahan (urgen%y, buang air ke%il malam hari lebih
dari satu kali (no%turia, dan nyeri saat miksi (disuria.
4umpulan gejala yang ditandai dengan gejala obstrukti1 dan iritati1 pada saluran kemih
disebut ;ower 9rinary 8ra%t Symptoms (;98S. ;ebih dari '" pria berusia di atas '"
tahun mengalami sebagai mani1estasi klinis dari BPH. 8anda klinis terpenting dalam BPH
adalah ditemukannya pembesaran prostat pada pemeriksaan %olok duburA2igital e%tal
3>amination (23. 9kuran dan konsistensi prostat perlu diketahui, walaupun ukuran
prostat yang ditentukan melalui 23 tidak berhubungan dengan derajat obstruksi.
/.3. Dia!n(sis
/.3.1. Anamnesis
a. 4eluhan pada saluran kemih bagian bawah (;98S'
8erdiri atas gejala obstruksi dan iritasi 7
8abel &. ?ejala 0bstruksi dan Iritasi Benigna Prostat Hiperplasia
0bstruksi Iritasi
• Hesistansi
• Pan%aran miksi lemah
• Intermitensi
•/iksi tidak puas
• Crekuensi
• 6okturi
• 9rgensi
•2isuria
21
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
22/39
• 2istensi abdomen
• 8erminal dribbling (menetes
• Dolume urine menurun
• /engejan saat berkemih
9rgensi dan disuria jarang
terjadi, jika ada disebabkan oleh
ketidakstabilan detrusor
sehingga terjadi kontraksi
involunter.
/ani1estasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih
tergantung tiga 1aktor, yaitu7
• Dolume kelenjar periuretral
• 3lastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
• 4ekuatan kontraksi otot detrusor
8imbulnya gejala ;98S merupakan mani1estasi kompensasi otot buli-buli untuk
mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (1atigue
sehingga jatuh ke dalam 1ase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi
urin akut.
8imbulnya dekompensasi buli-buli ini didahului oleh 1a4tor pen%etus antara lain 7
& Dolume buli-buli tiba-tiba penuh (%ua%a dingin, konsumsi obat-obatan yang
mengandung diuretikum, minum tertalu banyak
5 /assa prostat tiba-tiba membesar (setelah melakukan aktivitas seksualA in1eksi
prostat
+ Setelah mengkonsumsi obat-obat yang dapat menurunkan kontraksi otot
detrusor (golongan antikolinergik atau adrenergi%-K
9ntuk menentukan derajat beratnya penyakit yang berhubungan dengan penentuan
jenis pengobatan BPH dan untuk menilai keberhasilan pengobatan BPH, dibuatlah
suatu skoring yang valid dan reliable. 8erdapat beberapa sistem skoring, di
antaranya skor International Prostate Skoring System (IPSS yang diambil
berdasarkan skor American Urological Association ()9). Skor )9) terdiri dari :
22
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
23/39
pertanyaan. Pasien diminta untuk menilai sendiri derajat keluhan obstruksi dan
iritati1 mereka dengan skala "-'. 8otal skor dapat berkisar antara "-+'. Skor "-:
ringan, =-&$ sedang, dan 5"-+' berat.
'abel /. Intenati(nal P(state Sym&t(m S#(e -IPSS
b. ?ejala pada saluran kemih bagian atas
/erupakan penyulit dari hiperplasi prostat, berupa gejala obstruksi antara lain nyeri
pinggang, benjolan di pinggang (hidrone1rosis, demam (in1eksiA urosepsis.
%. ?ejala di luar saluran kemih
4eluhan pada penyakit herniaA hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi
prostat. 8imbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal.
23
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
24/39
?ejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan, anoreksia, mual dan
muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik (Brunner L Suddarth, 5""&. Se%ara
klinik derajat berat, dibagi menjadi ! gradiasi, yaitu7
• 2erajat & 7 )pabila ditemukan keluhan prostatismus, pada 23 (%olok dubur
ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari '" ml.
• 2erajat 5 7 2itemukan tanda dan gejala seperti pada derajat &, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari '" ml tetapi kurang
dari &"" ml.
• 2erajat + 7 Seperti derajat 5, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin
lebih dari &"" ml.
• 2erajat ! 7 )pabila sudah terjadi retensi total.
/.3./. Pemeiksaan 6isik
Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra sim1isis akibat
retensi urine. 4adang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes yang
merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa.
1 Pemeiksaan #(l(k dubu : di!ital e#tal e;aminati(n - DRE
/erupakan pemeriksaan yang sangat penting, 23 dapat memberikangambaran
tonus s1ingter ani, mukosa rektum, adanya kelainan lain sepertibenjolan di dalam
rektum dan tentu saja meraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan 7
− 4onsistensi pada pembesaran prostat kenyal
− )dakah asimetri
− )dakah nodul pada prostat
− )pakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas masih dapat diraba biasanya
besar prostat diperkirakan M*" gr.
24
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
25/39
%amba 9. Pemeiksaan )(l(k Dubu
Pada BPH akan ditemukan prostat yang lebih besar dari normal, permukaan
li%in dan konsistensi kenyal.&5 Pemeriksaan 1isik apabila sudah terjadi kelainan pada
traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah
terjadi pnielone1ritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang.
Desi%a urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, buli-buli penuh
(ditemukan massa supra pubis yang nyeri dan pekak pada perkusi. 2aerah inguinal
harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. ?enitalia eksterna harus
pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat
menyebabkan gangguan miksi seperti batu di 1ossa navikularis atau uretra anterior,
1ibrosis daerah uretra, 1imosis, %ondiloma di daerah meatus.
25
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
26/39
/ Dea,at beat (bstuksi
2erajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin
setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat
keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan melakukan
ultrasonogra1i kandung kemih setelah miksi. Sisa urin lebih dari &""%% biasanya
dianggap sebagai batas untuk indikasi melakukan intervensi pada hipertro1i
prostat.2erajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pan%aran urin
pada waktu miksi, yang disebut uro1lowmetri. )ngka normal pan%aran kemih rata-
rata &"-&5 mlAdetik dan pan%aran maksimal sampai sekitar 5" mlAdetik. Pada
obstruksi ringan, pan%aran menurun antara * # = mlAdetik, sedangkan maksimal
pan%aran menjadi &' mlAdetik atau kurang.
/.3.7. Pemeiksaan Lab(at(ium
&. Pemeriksaan laboratorium7
a. Sedimen urin
9ntuk men%ari kemungkinan adanya proses in1eksi atau in1lamasi pada
saluran kemih. /engevaluasi adanya eritrosit, leukosit, bakteri, protein
atau glukosa.
b. 4ultur urin
/en%ari jenis kuman yang menyebabkan in1eksi dan sekaligus
menentukan sensi1itas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan
%. Caal ginjal
/en%ari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. 3lektrolit, B96, dan kreatinin berguna untuk insu1isiensi
ginjal kronis pada pasien yang memiliki postvoid residu (PD yang
tinggi.
d. ?ula darah
26
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
27/39
/en%ari kemungkinan adanya penyekit diabetes mellitus yang dapat
menimbulkan kelainan persara1an pada buli-buli (buli-buli neurogenik
e. Penanda tumor PS) (prostat spesi1ik antigen
ika %uriga adanya keganasan prostat
5. Pemeriksaan Patologi )natomi
BPH di%irikan oleh berbagai kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di
prostat. Beberapa kasus menunjukkan proli1erasi halus-otot hampir murni,
meskipun kebanyakan menunjukkan pola 1ibroadenomyomatous hyperplasia
%amba 3. %ambaan 4ak(sk(&is dan 4ik(sk(&is
+. Pen%itraan pada Benigna Prostat Hiperplasia7
a. Coto polos
Berguna untuk men%ari adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batuAkalkulosa prostat dan kadangkala menunjukan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urine, yang merupakan tanda suatu retensi urine
b. Pemeriksaan ultrasonogra1i transrektal (89S
)dalah tes 9S? melalui re%tum. 2alam prosedur ini, probe dimasukkan ke
dalam rektum mengarahkan gelombang suara di prostat. ?ema pola
gelombang suara merupakan gambar dari kelenjar prostat pada layar
tampilan. 9ntuk menentukan apakah suatu daerah yang abnormal tampak
27
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
28/39
memang tumor, digunakan probe dan gambar 9S? untuk memandu jarum
biopsi untuk tumor yang di%urigai. arum mengumpulkan beberapa potong
jaringan prostat untuk pemeriksaan dengan mikroskop. Biopsy terutama
dilakukan untuk pasien yang di%urigai memiliki keganasan prostat.
8ransrektal ultrasonogra1i (89S sekarang juga digunakan untuk pengukur
volume prostat, %aranya antara lain 7
• /etode Nstep planimetryO. ang menghitung volume rata-rata area
hori@ontal diukur dari dasar sampai pun%ak.
• /etode diameter. ang menggabungkan pengukuran tinggi (HAheight
,lebar ( < > ;
%. Sistoskopi
2alam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung ke%il melalui pembukaan
urethra di dalam penis. Prosedur ini dilakukan setelah solusi numbs bagian
dalam penis sehingga sensasi semua hilang. 8abung, disebut sebuah
N%ystos%opeO , berisi lensa dan sistem %ahaya yang membantu dokter melihat
bagian dalam uretra dan kandung kemih. 8es ini memungkinkan dokter
untuk menentukan ukuran kelenjar dan mengidenti1ikasi lokasi dan derajat
obstruksi.
%amba
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
29/39
@ona peri1er. Rona transisi hipoekoik %enderung menekan @ona %entral
dan peri1er. Batas yang memisahkan hyperplasia dengan @ona peri1er
adalah Nsurgi%al %apsuleO.
• 9S? transabdominal mampu pula mendeteksi adanya hidrone1rosis
ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.
%amba =. %ambaan S(n(!a6i P(stat N(mal
%amba >. %ambaan S(n(!a6i Beni!na P(stat Hi&e&lasia
e. Sistogra1i buli
%amba ?.%ambaan Ele*asi Dasa Buli yan! 4en!indikasikan
2
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
30/39
!. Pemeriksaan lain7
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan %ara mengukur7
• esidual urin 7
umlah sisa urin setelah miksi, dengan %ara melakukan kateterisasiA9S? setelah
miksi
• Pan%aran urinA1low rate 7
2engan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung
(mlAdetik atau dengan alat uro1lometri yang menyajikan gambaran gra1ik
pan%aran urin. )liran yang berkurang sering pada BPH. Pada aliran urin yang
lemah, aliran urinnya kurang dari &'m;As dan terdapat peningkatan residu urin.
Post-void residual mengukur jumlah air seni yang tertinggal di dalam kandung
kemih setelah buang air ke%il. PD kurang dari '" m; umum menunjukkan
pengosongan kandung kemih yang memadai dan pengukuran &"" sampai 5"" ml
atau lebih sering menunjukkan sumbatan. Pasien diminta untuk buang air ke%il
segera sebelum tes dan sisa urin ditentukan oleh 9S? atau kateterisasi.
%amba 12. %ambaan Pan#aan Uin N(mal dan &ada BPH
4eterangan 7
?ambaran aliran urin atas 7 dewasa muda yang asimtomatik, aliran urin lebih dari
&'m;As, urin residu $ m; pada ultrasonogra1i.
?ambaran aliran urin bawah 7 dewasa tua dengan benigna hyperplasia prostat,
terlihat waktu berkemih memanjang dengan aliran urin kurang dari &"m;As,
pasien ini urin residunya &"" m;.
3!
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
31/39
/.
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
32/39
(5 4urangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli
(kopi atau %okelat
(+ Batasi penggunaan obat-obat in1luen@a yang mengandung 1enilpropanolamin,
(! 4urangi makanan pedas dan asin
(' angan menahan ken%ing terlalu lama.
Setiap * bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa
tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju pan%aran urine,
maupun volume residual urine. ika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya,
mungkin perlu di1ikirkan untuk memilih terapi yang lain.
5 /edikamentosa
Pasien BPH bergejala biasanya memerlukan pengobatan bila telah men%apai tahap
tertentu. Pada saat BPH mulai menyebabkan perasaan yang mengganggu, apalagi
membahayakan kesehatannya, direkomendasikan pemberian medikamentosa. 2alam
menentukan pengobatan perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu dasar pertimbangan terapi
medikamentosa, jenis obat yang digunakan, pemilihan obat, dan evaluasi selama
pemberian obat. Perlu dijelaskan pada pasien bahwa harga obat-obatan yang akan
dikonsumsi tidak murah dan akan dikonsumsi dalam jangka waktu lama. 2engan
memakai piranti skoring IPSS dapat ditentukan kapan seorang pasien memer-lukan terapi.
Sebagai patokan jika skoring : berarti pasien perlu mendapatkan terapi medikamentosa
atau terapi lain. 8ujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk7
(& /engurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau
(5 /engurangi volume prostat sebagai kom-ponen statik. enis obat yang digunakan
adalah 7
a. )ntagonis adrenergik reseptor K yang dapat berupa7
- Preparat non selekti17 1enoksiben@amin
- Preparat selekti1 masa kerja pendek7 pra@osin, a1lu@osin, dan indoramin
- Preparat selekti1 dengan masa kerja lama7 doksa@osin, tera@osin, dan tamsulosin
32
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
33/39
b. Inhibitor ' K redukstase, yaitu 1inasteride dan dutasteride
Cinasteride adalah obat inhibitor '-K reduktase pertama yang dipakai untuk
mengobati BPH. 0bat ini bekerja dengan %ara menghambat pembentukan
dihidrotestosteron (2H8 dari testosteron, yang dikatalisis oleh en@im ' K-redukstase
di dalam sel-sel prostat. Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa obat ini mampu
menurunkan ukuran prostat hingga 5"-+", meningkatkan skor gejala sampai &'
atau skor )9) hingga + poin, dan meningkatkan pan%aan urine. 31ek maksimum
1inasteride dapat terlihat setelah * bulan. Pada penelitian yang dilakukan oleh
/%onnell et al (&$$= tentang e1ek 1inasteride terhadap pasien BPH bergejala,
didapatkan bahwa pemberian 1inasteride ' mg per hari selama ! tahun ternyata
mampu menurunkan volume prostat, meningkatkan pan%aran urine, menurunkan
kejadian retensi urine akut, dan menekan kemungkinan tindakan pembedahan hingga
'". Cinasteride digunakan bila volume prostat !" %m+. 31ek samping yang terjadi
pada pemberian 1inasteride ini minimal, di antaranya dapat terjadi impotensia,
penurunan libido, ginekomastia, atau timbul ber%ak-ber%ak kemerahan di kulit.
Cinasteride dapat menurunkan kadar PS) sampai '" dari harga yang semestinya
sehingga perlu diperhitungkan pada deteksi dini kanker prostat.
%. Cito1armaka
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki
gejala akibat obstruksi prostat,tetapi data-data 1armakologik tentang kandungan @at
akti1 yang mendukung mekanisme kerja obat 1itoterapi sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti. 4emungkinan 1itoterapi bekerja sebagai7 anti-estrogen, anti-
androgen, menurunkan kadar se> hormone binding globulin (SHB?, inhibisi basi%
1ibroblast growth 1a%tor (bC?C dan epidermal growth 1a%tor (3?C, menga%aukan
metabolisme prostaglandin, e1ek anti-in1lam-masi, menurunkan out1low resistan%e,
dan memperke%il volume prostat. 2i antara 1ito-terapi yang banyak dipasarkan
adalah7 Pygeum a1ri%anum, Serenoa repens, Hypo>is rooperi, adi> urti%a dan masih
banyak lainnya
+ 8erapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan pembedahan didasarkan
pada beratnya obstruksi, adanya IS4, retensio urin berulang, hematuri, tanda penurunan
33
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
34/39
1ungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan 1isiologi pada prostat.
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
35/39
/erupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar
prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan %airan irigan (pembilas agar
daerah yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi 89P ialah gejala-
gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari $" gr.8indakan ini
dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial yang
langsung mengelilingi uretra. Setelah 89P yang memakai kateter threeway.
Irigasi kandung kemih se%ara terus menerus dilaksanakan untuk men%egah
pembekuan darah. /an1aat pembedahan 89P antara lain tidak meninggalkan
atau bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal dirumah sakit lebih
singkat.4omplikasi 89P adalah rasa tidak enak pada kandung kemih, spasme
kandung kemih yang terus menerus, adanya perdarahan, in1eksi, 1ertilitas.
- 8ransurethral In%ision o1 the Prostate (89IP
)dalah prosedur lain dalam menangani BPH. 8indakan ini dilakukan apabila
volume prostat tidak terlalu besar atau prostat 1ibroti%. Indikasi dari penggunan
89IP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normalAke%il (+"
gram atau kurang. 8eknik yang dilakukan adalah dengan memasukan instrument
kedalam uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat
untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi uretral.
4omplikasi dari 89IP adalah pasien bisa mengalami ejakulasi retrograde ("-
+:
- 8erapi invasive minimal
8erapi invasive minimal dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi terhadap
tindakan pembedahan. 8erapi invasive minimal diantaranya 8ransurethral
/i%rovawe 8hermotherapy (89/8, 8ransuretral Ballon 2ilatation (89B2,
8ransuretral 6eedle )blationA)blasi jarum 8ransuretra (896), Pemasangan
stent uretra atau prostat%att
• 8ransurethral /i%rovawe 8hermotherapy (89/8, jenis pengobatan ini hanya
dapat dilakukan di beberapa rumah sakit besar. 2ilakukan dengan %ara
pemanasan prostat menggunakan gelombang mikro yang disalurkan ke
kelenjar prostat melalui transdu%er yang diletakkan di uretra pars prostatika,
35
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
36/39
yang diharapkan jaringan prostat menjadi lembek. )lat yang dipakai antara
lain prostat.
• 8ransuretral Ballon 2ilatation (89B2, pada tehnik ini dilakukan
dilatasi (pelebaran saluran kemih yang berada di prostat dengan
menggunakan balon yang dimasukkan melalui kateter. 8eknik ini e1ekti1
pada pasien dengan prostat ke%il, kurang dari !" %m+. /eskipun dapat
menghasilkan perbaikan gejala sumbatan, namun e1ek ini hanya
sementar, sehingga %ara ini sekarang jarang digunakan.
• 8ransuretral 6eedle )blation (896), pada teknik ini memakai energy
dari 1rekuensi radio yang menimbulkan panas men%apai &"" derajat
selsius, sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat. Pasien yang
menjalani 896) sering kali mengeluh hematuri, disuria, dan kadang-
kadang terjadi retensi urin.
• Pemasangan stent uretra atau prostat%atth yang dipasang pada uretra
prostatika untuk mengatasi obstruksi karena pembesaran prostat, selain
itu supaya uretra prostatika selalu terbuka, sehingga urin leluasa
melewati lumen uretra prostatika. Pemasangan alat ini ditujukan bagi
pasien yang tidak mungkin menjalani operasi karena resiko pembedahan
yang %ukup tinggi.
! 4ontrol berkala
Setiap pasien hiperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan perlu %ontrol se%ara
teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. adwal %ontrol tergantung pada
tindakan apa yang sudah dijalaninya. Pasien yang hanya mendapatkan pengawasan(atch!ul aiting dianjurkan %ontrol setelah * bulan, kemudian setiap tahun untuk
mengetahui apakah terjadi perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor
IPSS, uro1lometri dan residu urine pas%a miksi.
Pasien yang mendapatkan terapi penghambat 'K-reduktase harus dikontrol pada minggu
ke-&5 dan bulan ke-* untuk menilai respon terhadap terapi. 4emudian setiap satu tahun
untuk menilai perubahan gejala miksi. Pasien yang menjalani pengobatan penghambat
'K-adrenergik harus dinilai respons terhadap pengobatan setelah * minggu dengan
36
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
37/39
melakukan pemeriksaan IPSS, uro1lometri dan residu urin pas%a miksi. 4alau terjadi
perbaikan gejala tanpa menunjukkan penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan.
Selanjutnya kontrol dilakukan setelah * bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien setelah
menerima pengobatan se%ara medikamentosa dan tidak menunjukkan tanda perbaikan
perlu dipikirkan tindakan pembedahan atau terapi intervensi yang lain.
Setelah pembedahan, pasien harus menjalani kontrol paling lambat * minggu pas%a
operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit. 4ontrol selanjutnya setelah +
bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi. Pasien yang mendapatkan terapi invasi1
minimal harus menjalani kontrol se%ara teratur dalam jangka waktu lama, yaitu setelah *
minggu, + bulan, * bulan dan setiap tahun. Pada pasien yang mendapatkan terapi invasi1
minimal, selain dilakukan penilaian terhadap skor miksi, dilakukan pemeriksaan kultur
urin.
/.>. K(m&likasi
/enurut Sjamsuhidajat dan 2e ong (5"&" komplikasi BPH adalah 7
& etensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
5 In1eksi saluran kemih
+ Involusi kontraksi kandung kemih
! e1luk kandung kemih
' Hidroureter dan hidrone1rosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut
maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan
mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
* ?agal ginjal bisa diper%epat jika terjadi in1eksi
: Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut
dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi re1luks dapat mengakibatkan
pielone1ritis.
= Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi
pasien harus mengedan.
37
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
38/39
/.?. P(!n(sis
Prognosis se%ara umum baik jika dikelola dengan medikamentosa maupun
pembedahan. BPH yang tidak diobati dapat memi%u timbulnya in1eksi saluran kemih,
batu vesika urinaria, gagal ginjal, atau retensi urin yang merupakan akibat dari
obstruksi
DA$'AR PUS'AKA
)rgie 2. 5""=. Pembesaran Prostat inak (Benign Prostate Hyperplasia. http7AAargie-
health.blogspot.%omA diakses pada "+ )gustus 5"&'
itra B.2. 5""$. Benign Prostate Hyperplasia (BPH. http7AAwww.Ciles-o1- 2rs/ed.tk
diakses pada "' )gustus 5"&'
2e ong
8/18/2019 Presentasi Kasus BPH DIBAMMM
39/39
Sherwood ;. 5""&. Cisiologi /anusia dari Sel ke Sistem. akarta7 3?, p7 :"'.
Sjamsuhidajat . (ed. 5""'. Buku )jar Ilmu Bedah. akarta7 3?, pp7 :=5-'.