Upload
greentree-mas
View
68
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KELOMPOK C4
TUTOR: Dr. J HUDYONO. AHLI KELOMPOK: AKMAL HAKIM BIN ASLAH (102008064) BERNARD LEONARDO (102008159) MASLIANA BT ALIAS (102008298) SURIANI BT MOHAMED SHUKOR (102008255) SITI NORSHAMSIAH BT SHAMSUDDIN (102008252) MARYANTJE DEMASARI (102008168) NOR FATIHA BT MAHMOOD (102008257) MOHAMAD ATHAULLAH BIN ISMAIL (102008310) MUIZZUDDIN BIN ALI (102008292) NURUL AINI BT ABDUL RAHMAN (102008288)
SKENARIO Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun di bawa oleh ibunya ke poliklinik
UKRIDA dengan keluhan utama sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Pada
anamnesa didapatkan batuk sejak 1 minggu yang lalu. Oleh ibunya, ia
diberikan obat batuk, tetapi tidak membaik. Dua hari yang lalu, ia demam
tinggi di sertai nafsu makan yang menurun. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan :
T : 38.7oC
RR : 45x / menit
HR : 117x/ menit
Pada pemeriksaan ditemukan ronkhi basah pada kedua lapang paru,
disertai retraksi pada sela iga dan sub-costal, cyanosis tidak ada.
Langkah 1: Identifikasi istilah yang tidak dimengerti
Tiada
Langkah 2: Identifikasi masalah.
Dispnoe,Batuk tidak membaik dengan
obat,Febris,Demam,Nafsu Makan
Menurun,Takikardia. Adanya ronkhi basah
pada kedua lapang paru,retraksi pada
sela iga dan subcostal.
Langkah 3 : Analisa Masalah
Dispnoe, Febris, Takikardia,ronkhi+,retraksi sela iga + dan subcostal, cianosis -
fisikanamnes
a
penunjang
WD
pemeriksaan
prognosis
DD
etiologi
epidemiologi
komplikasi
patofisiologi
Gejala klinis
penatalaksanaan
Langkah 4: Hipotesis
Dispnoe,Batuk Tidak membaik dengan obat,Febris,Demam,Nafsu Makan Menurun,Takikardia,Adanya ronkhi basah pada kedua lapang paru,retraksi pada sela iga dan subcostal adalah gejala dari Anak dengan Pneumonia Berat.
Langkah 5: Sasaran Belajar
Pemeriksaan:
anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
penunjang
Working diagnosis
Diferential diagnosis
Etiologi
Epidemiologi
Gejala klinik
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Komplikasi
Prognosis
Pemeriksaan : Anamnesa
ALLONAMNESIS
Identitas pasien
Riwayat penyakitkeluhan utama
Riwayat perjalanan penyakit
DEMAM : Lamanya panas, Panas 7 hari ; berobat tak sembuh → typhoid
fever, Demam 5 hari dan ada perdarahan → dengue hemoragik fever
(DHF), Demam 5 hari tidak ada perdarahan → dengue biasa, Demam
intermitten → malaria,
GEJALA SESAK NAFAS : Sejak kapan? saat beraktivitas atau saat istirahat?
Apakah aktivitas tersebut?, konsistensi sesak nafas
Anamnesa
GEJALA BATUK : Sejak kapan?, sifat batuk? disertai seputum atau batuk
kering?, jumlah seputum, warnanya, bau atau konsistensi seputum,
disertai darah atau hemoptisis? jumlah darah? Pernahkah anak diobati
dengan obat batuk? bagaimanakah keadaan batuk setelah pemberian
obat?
ANOREXIA DAN PENURUNAN BERAT BADAN
Perihal yang perlu ditanyakan :
Status anorexia, kelainan pada saluran cerna, Apakah cepat
merasa kenyang, Apakah penurunan BB akibat anorexia
terjadi setelah mengkonsumsi/menghentikan obat tertentu
Pemeriksaan : FisikINSPEKSI
morfologi tubuh : tanda-tanda gagal tumbuh, dismorfologi
ekstremitas.
toraks : tanda depresi sternum dan retraksi pada fossa
suprasternal, subkostal dan interkostal.
Laju nafas anak saat anak tenang.:
asimetri disebabkan oleh pneumotoraks, pneumonia, effuse
pleura & atelektasis.
PALPASI
Keasimetrisan gerakan dinding dada. Sela iga cembung atau
cekung.
iktus jantung : pergeseran apex jantung pada pneumotoraks,
pneumediastinum dan effusi pleura.
Pemeriksaan FisikPERKUSI
Hipersonor :pneumotoraks, emfisema, asma dan kaverna.
Redup :hati, jantung, konsolidasi, atelektasis, effuse pleura, infiltrat,
pleuritis dan tumor paru.
redup timpani: infiltrat massif spt pneumonia lobaris,tumor, lumen
bronkus.
Sonor :infiltrat tersebar seperti bronkopneumonia dan tuberculosis milier.
AUSKULTASI
Suara paru digolongkan kepada empat jenis suara : suara trakeal,
bronchial, bronkovesikuler dan vesikuler.
Manakala suara tambahan paru : bising tidak kontinyu/ronkhi (ronkhi
basah halus pd pneumonia), bising kontinyu: mengi (-), stridor(-) dan
bunyi gesekan pleura/vibrasi(-).
Pemeriksaan : PenunjangPemeriksaan laboratorium Tes Hitung Leukosit : membedakan pneumonia viral (normal/
max 20.000/mm3 ) dan pneumonia bacterial (15.000-40.000/mm3
Tes Kultur Darah non-invasif & gold-standard menemukan etiologi.
Tes Sputum susah diperoleh dan sering terkontaminasi bakteri saluran napas
atas.
Pemeriksaan radiologi Perselubungan dengan batasnya tegas. Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura. Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler. Air Bronchogram Sign.
WD
WD adalah pneumonia berat.
DD
Pneumonia sangat berat sianosis dan anak tidak minum lagi karena sudah lemas. Frekuwensi
napasnya semakin meningkat dan perlu dirawat inap. Pneumonia tidak ditemukan retraksi namun kadar pernapasannya masih cepat. Bronchitis proses peradangan atau inflamasi mukosa bronkus bergejala seperti
febris, faringitis, rhinitis, batuk dengan sputum sereus, hidung beringus dan merupakan self limiting disease pada akut.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan mengi, suara napas kasar dan ronkhi basah.
batuk kering pada awal penyakitnya berubah menjadi batuk yang produktif seperti lendir.
Pada infeksi bakteri ditemukan: Patologi anatomi: infiltrasi mukosa oleh limfosit dan leukosit
DD Bronkiolitis5
banyak pada kanak-kanak lelaki, tidak mendapat air susu ibu (ASI)dan
sosek yang rendah.
demam ringan, pilek dan batuk, nafsu makan menurun (kadang-kadang
ada dehidrasi), muntah setelah batuk, mengi, bunyi napas, ronkhi, rewel
dan sesak napas. Takipneu,takikardi, napas cuping hidung dan retraksi.
Tes-tes ini meliputi: oksimeter pulsa - ini mengukur oksigen dalam darah anak Anda. mengambil sampel cairan dari hidung -mengidentifikasi virus
penyebab x-ray dada . Hanya boleh dilakukan jika ada diagnostik ketidakpastian
atau kursus atipikal. Ditemukan: hiperinflasi dan setengah infiltrat nonspesifik , Focal atelektasi, Udara
terperangkap, Diratakan diafragma, Peningkatan diameter anteroposterior, Peribronchial memborgol (cuffing)
tes darah / gas darah: menunjukkan adanya hipoksia atau tidak.
DD
Asma Gejala : dispneu, takikardi atau bradikardi, tekanan nadi yang lemah,
hipotensi dan akral dingin . adanya pencetus (allergen dan nonallergen), mengi pada ekspirasi dan gangguan infeksi saluran nafas atas ringan seperti batuk.
Gangguan emosi, motorik, sensorik dan kesadaran. Nyeri abdomen, lemah, tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan bahkan bicara. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) serta serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur.
Indikasi gawat darurat : sesak napas, muka dan bibir kebiruan, nadi kencang, berkeringat dan penurunan kesedaran.
Beberapa pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendapat diagnose pasti asma yaitu: Pemeriksaan fungsi paru-paru Penilaian status alergi Foto rontgen; akut : hiperinflasi dan pendataran diafragma. Analisa gas darah; menunjukkan hipoksia
DDTBCGejala sistemik/umum Demam tidak tinggi ,lama, malam hari disertai keringat malam. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus (tergantung organ) suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), keluhan sakit dada. Tulang: gejala seperti infeksi tulang yang dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, keluar cairan nanah. meningitis: demam tinggi, penurunan kesadaran dan kejang-kejang. tes mantoux. Diare persisten foto rontgen paru pemeriksaan histologist biopsy respon yang baik pada pengobatan
dengan obat anti tuberculosis (OAT) pemeriksaan langsung : identifikasi Mycobacterium tuberculosis
Etiologi Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae type b (Hib)
Respiratory syncytial virus
Pada bayi yang terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci merupakan
penyebab terbanyak.
Penyebab terbanyak pneumonia didapat komunitas - Mycoplasma
pneumoniae.
Pneumonia virus adalah self-limited.
Pneumonia aspirasi lebih umum pada anak dengan masalah neurologis
dan masalah menelan.
Pada individu dengan imunosupresan, infeksi opportonistik oleh
Aspergillus species, Candida species, Pneumocystis species, dan
cytomegalovirus dapat terjadi.
Epidemiologi Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan TBC.
Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Negara berkembang sering ,lebih berat dan kematian anak tinggi.
Insiden puncak pada usia 1-5 tahun dan menurun dengan bertambahnya
usia anak.
Mortalitas tinggi: Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus aureus,
malnutrisi dan kurang akses perawatan. Pneumonia yang disebabkan
oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40%.
Di negara dengan 4 musim, banyak pada musim dingin sampai awal
musim semi, di negara tropis pada musim hujan.
Patofisiologi
Pneumonia viral menyebabkan obstruksi saluran napas akibat
pembengkakan, sekresi yang abnormal, dan debris selular; menggangu
mekanisme pertahanan host yang normal, mengubah sekresi, dan
mengubah bacteria flora normal.
Pada infeksi bakteri, proses patologi bervariasi menurut organisme.
Pneumonia Streptococcus menghasilkan edema lokal yang membantu
proliferasi organisme dan penyebarannya pada bagian berdekatan paru,
menimbulkan karakteristik lobar fokal.
Pneumonia Staphylococcus aureus bermanifestasi di bronchopneumonia
yang sering unilateral dan karakteristiknya oleh kehadiran peluasan
bagian nekrosis hemoragik dan area cavitasi ireguler pada parenkim
paru, yang menyebabkan pneumatosel, empyema, atau fistula
bronchopulmonari.
Pneumonia rekurens didefinasikan sebagai 2 atau 3 episode pada 1
tahun atau 3 atau lebih episode dengan radiografi yang bersih antara
waktu kejadian.
Manifestasi Klinik
Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur,
mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya
penyakit.
Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri
tenggorokan.
Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat
(takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi
kebiruan (sianosis). Ronkhi basah halus.
Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah
(pada anak di atas 5 tahun).
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak
selalu ditemukan demam dan batuk.
Penatalaksanaan WHO menyarankan untuk pengobatan:-
Pneumonia - nafas cepat, tanpa retraksi : dirawat secara poliklinis dengan antibiotik oral. Antibiotik pilihan - amoksisilin, ampisilin, trimetoprim/sulfametoksazol
atau penisilin prokain selama lima hari Pneumonia berat - nafas cepat, retraksi: dirawat inap
antibiotika parenteral seperti benzylpenisilin atau ampisilin. Kloramfenikol (IM).
Bayi kurang 2 bulan, WHO merekomendasi penisilin dan gentamisin. Pasien dengan imunokompromais - pemberian antibiotik sefalosporin
generasi 3 harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan. Pertimbangkan pemberian. :
Kotrimoksasol - pneumonia Pneumocystic carinii Antiviral - Asiklovir, gansiklovir (pneumonia et/ CMV) Anti jamur - amphotericin B, ketokonazol, flukonazol (pneumonia et/
jamur Imunoglobulin
Penatalaksanaan Non medika mentosa Pemberian oksigen melalui kateter hidung atau masker. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Pasien yang mengalami
sesak yang berat dapat dipuasakan, bila sesak berkurang berikan segera asupan oral secara bertahap melalui NGT (nasogastric tube) drip susu atau makanan cair.
Mengatasi kelainan penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta komplikasi.
Preventif Pemberian imunisasi campak, pertusis dan varisela, imunisasi Hib (H.
influenza tipe b). Vaksin pneumokokal hepatvalen memberikan perlindungan terhadap
penyakit umum yang disebabkan oleh 7 serotipe Streptococcus pneumonia.
Hindari faktor paparan asap rokok dan polusi udara Membatasi penularan terutama dirumah sakit Membiasakan cuci tangan Penggunaan sarung tangan dan masker Pemberian ASI Menghindarkan bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA.
Komplikasi Gagal bernapas
Abses : jaringan paru-paru yang sebenarnya hancur, tubuh merespon dengan membuat rongga berisi nanah di dalam paru yang disebut abses
Efusi pleura dan Empyema: efusi pleura = cairan menjadi terinfeksi, empyema pleura =bekas luka permanen terbentuk.
Paru kolaps : udara dari dalam paru-paru bocor ke ruang di antara dinding dada dan paru-paru.
Bakteri dalam darah Lain-lain : Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi bakteri
menyebar ke otak atau jantung, Kematian
Prognosis
Prognosis pneumonia secara umum baik,
tergantung dari kuman penyebab dan
penggunaan antibiotika yang tepat serta
adekuat. Perawatan yang baik serta intensif
sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada
penderita yang dirawat
Kesimpulan
pneumonia sering terjadi pada anak karena daya tahan anak
terhadap agen penyebab pneumonia belum sempurna.
Pneumonia pada anak dapat menyebabkan sesak napas, batuk
serta demam.
Pneumonia berat tidak ditemukan sianosis, ditemukan tanda
retraksi serta ada ronkhi basah pada auskultasi yang menunjukkan
adanya konsolidasi jaringan paru.
Pneumonia berat pada anak dapat diobati dengan menggunakan
antibiotik seperti eritromisin dan sefalosporin.
Hipotesis diterima.