50
REFRAT SKIZOFRENIA PARANOID Oleh : Francine Roselind G99122049 KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

REFRAT

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh :

Francine Roselind

G99122049

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2014

Page 2: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit,

cacat, kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan

fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia

adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi

kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih

meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial

di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap manusia.

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, kedudukannya setara dengan

penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai

gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya

gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan baik secara individu maupun

kelompok akan menghambat pembangunan, karena hal ini menyebabkan

pembangunan menjadi tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental

disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di negara-negara

maju, modern dan industri.

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah

gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya

retak atau pecah (spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita gangguan jiwa skizofernia adalah orang yang

mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality).

75% penderita skizofrenia mulai diderita pada usia 16-25 tahun. Usia remaja

dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh

stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya

karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

2

Page 3: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Skizofrenia

1. Definisi

Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan

perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang

tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial

budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang

fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh

afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

(Muslim, 2002)

2. Epidemiologi

Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan

bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka

insidens 1 per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis kelamin

prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam

onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25

tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih

buruk pada laki laki dibandingkan wanita.

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien

skizofrenia menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak

terdiagnosis.  Bunuh diri adalah penyebab umum kematian

diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah

mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil

3

Page 4: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala

depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol

kira-kira 30-50%, kanabis 15-25% dan kokain 5-10%. Sebagian

besar penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator

prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan

efektivitas dan kepatuhan pengobatan.  Hal yang biasa kita

temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin,

dikatakan 3 kali populasi umum. Penderita skizofrenia yang

merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok

meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga

menurunkan parkinsonisme.  Beberapa laporan mengatakan

skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak

menikah tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa

menikah memberikan proteksi terhadap skizofrenia.

3. Etiologi

Model diatesis-stress, menurut teori ini skizofrenia timbul

akibat faktor psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat

bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai

stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.

Faktor Biologi

Komplikasi kelahiran

Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering

mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan

kerentanan seseorang terhadap skizofrenia. 

Infeksi

Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus

pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia.

4

Page 5: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada

trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi

skizofrenia.

Hipotesis Dopamin

Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi

terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik

tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan

terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala

psikotik diredakan. Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan

bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas

sistem dopaminergik.

Hipotesis Serotonin

Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek

lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat

campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata zatini

menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal.

Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali

mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine

yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-

HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.

Struktur Otak

Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem

limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia

terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat

melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi

peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan

mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan

dalam distnbusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena

5

Page 6: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak

setelah lahir.

Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia

diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat

yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua,

kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.

Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti

paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering

dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65%

berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik

12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang

40%, satu orang tua 12%.

4. Faktor Predisposisi

Faktor genetik

Individu–individu yang berada pada resiko tinggi terhadap

kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga

dengan keturunan yang sama, terutama pada kembar monozigot

yang mempunyai angka kesesuaian yang lebih tinggi. Penelitian

pada kembar monosigot yang diadopsi menunjukkan bahwa yang

diasuh oleh orang tua angkat mempunyai skizofrenia dengan

kemungkinan yang sama besarnya seperti saudara kembarnya

yang dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Temuan ini

menyatakan bahwa pengaruh genetika melebihi pengaruh

lingkungan.

Faktor biokimia

Menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmitter,

yang diperkirakan menghasilkan gejala–gejala peningkatan

6

Page 7: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

aktivitas yang berlebihan dan pemecahan asosiasi–asosiasi yang

umumnya diobservasi.

Teori psikoanalitik

Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

fiksasi perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang

menyebabkan perkembangan neurosis. Pandangan psikoanalisis

umum tentang skizofrenia menhipotesiskan bahwa defek ego

mempengaruhi interpretasi kenyataan dan pengendalian

dorongan-dorongan dari dalam (inner drives), seperti seks dan

agresi. Gangguan terjadi sebagai akibat dari penyimpangan dalam

hubungan timbal balik antara bayi dan ibunya. Seperti yang

dijelaskan oleh Margaret Mahler, anak-anak adalah tidak mampu

untuk berpisah dan berkembang melebihi kedekatan dan

ketergantungan lengkap yang menandai hubungan ibu anak

didalam fase oral perkembangan. Orang skizofrenia tidak pernah

mencapai ketetapan objek, yang ditandai oleh suatu perasaan

identitas yang pasti dan yang disebabkan oleh perlekatan erat

dengan ibunya selama masih bayi.

Teori psikodinamik

Pandangan psikodinamika tentang skizofrenia , mereka cenderung

menganggap hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang

didasarkan secara konstitusional sebagai suatu defisit. Malahan

suatu penelitian yang baik menyatakan bahwa pasien dengan

skizofrenia adalah sulit untuk menyaring berbagai stimuli dan

untuk memusatkan pada suatu data pada suatu waktu. Defek pada

barier stimulus tersebut menciptakan kesulitan pada keseluruhan

tiap fase perkembangan selama masa anak-anak dan

menempatkan stress tertentu pada hubungan interpersonal.

7

Page 8: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

Teori belajar

Menurut ahli teori belajar, anak-anak yang kemudian menderita

skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir yang irrasional

dengan meniru orangtuanya yang memiliki masalah emosionalnya

sendiri yang bermakna. Hubungan interpersonal yang dari orang

skizofrenia, menurut teori belajar, juga berkembang karena

dipelajarinya model yang buruk selama masa anak-anak.

Teori sistem keluarga

Menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu

perkembangan disfungsi keluarga.Gregory Bateson (Konsep

ikatan ganda) untuk menggambarkan suatu keluarga dimana

anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari

orangtuanya tentang prilaku, sikap, dan perasaan anak. Di dalam

hipotesis tersebut anak menarik diri kedalam psikostik mereka

sendiri untuk meloloskan dari kebingungan ikatan ganda yang

tidak dapat dipecahkan.

5. Gejala klinis

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase

yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual.

a. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala  non

spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari

satu tahu sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala

tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial,

fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. 

Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta

membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan

“orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase

prodromal semakin buruk prognosisnya.

8

Page 9: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

b. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti

tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi

disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang

berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala

gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami

eksaserbasi atau terus bertahan.

c. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala

gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /

psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang

terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga

mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara

spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif

(atensi, konsentrasi, hubungan sosial)

6. Pedoman Diagnostik

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat

jelas:

a. ”thought echo”

b. ”thought insertion or withdrawal”

c. ”thought broadcasting”

d. ”delusion of control”

e. ”delusion of passivity”

f. ”delusional perception”

g. Halusinasi auditorik

h. Waham-waham menetap jenis lainnya.

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada

secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.

b. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan.

c. Perilaku katatonik.

d. Gejala-gejala ”negatif”.

9

Page 10: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung lama

selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Harus ada suatu

perubahan yang kon sisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai

hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap

larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial. (Rusdi,

2002).

7. Klasifikasi

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan

dengan menggunakan kode lima karakter berikut:

a. F20.x0 Berkelanjutan

b. F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif

c. F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil

d. F20.x3 Episodik berulang

e. F20.x4 Remisi tak sempurna

f. F20.x5 Remisi sempurna

g. F20.x8 Lainnya

h. F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

(Muslim, 2002)

B. Pengobatan

Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis

yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan

dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan

respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu

yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan

golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam

riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti

efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali

untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari

10

Page 11: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya

bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif

pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek

samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat

antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua

bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik

generasi ke dua (APG ll). APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi

tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg

diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan

pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis

dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan

halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya

adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita

dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG

II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau

antipsikotik atipikal. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah

clozapine, olanzapine, quetiapine dan risperidon.

Pada pemberian obat APG I perlu ditambahkan obat

antikolinergik golongan triheksipenidil untuk mengatasi efek samping.

C. Mekanisme Kerja Obat

1. Bentuk sediaan obat : tablet, ampul, vial

2. Nama paten :

Clorpromazine = Largactic

Trifluoperazine = Stelazine

Haloperidol = Haldol, Lodomer

Risperidon = Risperidal

Clozapin = Clorazol

Quentiapine = Seroquel

Olanzapine = Zyprexa

3. Dosis : 1-3 X sehari

11

Page 12: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

4. Mekanisme kerja :

APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,

mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga

dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama

dapat memberikan efek samping. Sedangkan APG II bekerja

melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur

dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping

extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif.

5. Indikasi : sindrom psikosis

6. Kontraindikasi :

a. Penyakit hati (hepato-toksik)

b. Penyakit darah (hemato-toksik)

c. Epilepsi (menurunkan ambang kejang)

d. Kelainan jantung (menghambat irama jantung)

e. Febris yang tinggi (thermoregulator di SSP)

f. Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)

g. Penyakit SSP (perkinson, tumor otak,dll)

h. Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depresant”

(kesadaran makin memburuk).

7. Efek samping :

Efek samping obat antipsikosis generasi I berupa:

gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar

prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual/ peningkatan

berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif.

Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik

seperti mulut kering pandangan kabur gangguan miksi, defekasi

dan hipotensi.

12

Page 13: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

BAB III

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. I

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Baturan, Fajar Indah, Karanganyar

Pekerjaan : tidak bekerja

Status perkawinan : menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMEA (tidak tamat)

Tanggal masuk RS : 2 Oktober 2010

Tanggal pemeriksaan : 5 Oktober 2010

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat penyakit pasien diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis

pada tangal 5 Oktober 2010. Alloanamnesis dilakukan kepada kakek dan

nenek yang merawat pasien dari bayi hingga sekarang.

A. Keluhan Utama

Pasien berbicara ”ngelantur” dan suka ”ngeluyur”.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang diantar oleh kakek dan tetangga ke IGD RSJD

Surakarta dengan keluhan pasien berbicara ”ngelantur” dan suka

”ngeluyur” sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit.

Sejak kurang lebih 6 bulan setelah ditinggal suami pasien

tinggal bersama kakek dan neneknya dan tidak bekerja. Di rumah,

pasien sering diam dan menyendiri. Pasien juga sering mengeluh

kepada kakek dan nenek tentang suaminya. Pasien mengeluh kenapa

13

Page 14: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

suaminya tidak setia seperti suami-suami yang lain. Untuk aktivitas

sehari-hari seperti makan, minum, dan mandi, pasien masih dapat

melakukannya sendiri. Tetapi untuk membantu pekerjaan rumah

seperti membersihkan rumah, pasien melakukan jika disuruh terlebih

dahulu.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatri

Dari keterangan kakek dan nenek, saat pasien duduk di kelas 3

SMEA yaitu 1 bulan menjelang ujian akhir nasional pasien tiba-

tiba memutuskan untuk berhenti sekolah. Sebelumnya pasien

jatuh cinta dengan seorang pria dan pria tersebut ingin

menikahinya tetapi tidak diperbolehkan oleh ayah tirinya dengan

alasan masa depan suram. Karena kejadian itu, pasien dibawa ke

Jakarta oleh ayah tiri dan ibunya sehingga tidak menyelesaikan

sekolahnya.

Setelah 3 tahun bekerja membantu ibunya, pasien mulai

menunjukkan gangguan kejiwaan. Pasien sering menyendiri di

kamar dan bicara sendiri. Pasien mengamuk dan berbicara kasar

serta ”ngelantur”, maka oleh keluarga pasien di pulangkan ke

Sukoharjo di rumah kakek dan neneknya. Selama beberapa hari di

rumah, pasien tidak mengalami perbaikan. Kemudian oleh

kakeknya, pasien diantar ke IGD RSJD Surakarta. Untuk pertama

kalinya pasien dirawat inap di RSJD Surakarta (28 Agustus 2006).

Selama kurang lebih sebelas hari di rawat inap, pasien dinyatakan

sembuh dan dibawa pulang keluarga. Karena dirasa sudah sehat

oleh keluarga, pasien tidak rutin kontrol ataupun rawat jalan.

Karena pasien telah sembuh maka pasien diajak ke Jakarta lagi

oleh ibunya untuk membantu berjualan jamu disana. Namun,

hanya bertahan 4 bulan pasien kambuh dan dipulangkan lagi ke

rumah kakek dan neneknya. Pasien kembali di rawat inap di RSJD

14

Page 15: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

Surakarta (28 Mei 2008). Kemudian dinyatakan sembuh dan lagi-

lagi tidak kontrol. Beberapa bulan setelah dinyatakan sembuh

pasien dilamar tetangganya untuk dinikahi. Setelah menikah

pasien dan suami kembali ke Jakarta. Karena di Jakarta pasien dan

suaminya tidak bekerja dan dirasa malah menjadi beban maka

pasien dan suaminya disuruh pulang ke Karanganyar.

Sekembalinya dari Jakarta, suami pasien pergi dan tidak

kembali sampai sekarang. Sejak saat itu pasien mulai

mengeluhkan keadaan rumah tangganya. Dan akhirnya pasien

kambuh lagi dan dirawat inap kembali di RSJD Surakarta pada

tanggal 2 Oktober 2010.

2. Riwayat kondisi medis umum

Riwayat asma : disangkal

Riwayat kejang : disangkal

Riwayat trauma kepala : disangkal

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Penggunaan zat psikoaktif disangkal oleh pasien maupun kakek

dan neneknya.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir secara normal pervaginam, cukup bulan, ditolong oleh

dukun bayi.

B. Masa anak awal (0-3 tahun)

Setelah lahir, pasien hanya minum ASI dari ibunya selama 10 hari.

Ayah pasien meninggal dunia saat usia pasien baru 2 tahun. Tumbuh

kembang anak sesuai dengan teman-teman sebayanya.

15

Page 16: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

C. Masa anak pertengahan (4-11 tahun)

Pasien masuk sekolah sama seperti teman-teman sebayanya. Selama

SD pasien adalah anak yang pendiam dan penurut serta tidak pernah

tinggal kelas.

D. Masa anak akhir (pubertas sampai remaja)

Saat duduk di bangku SMP dan SMEA pasien adalah anak yang

pendiam, rajin ke sekolah dan tidak pernah berpacaran seperti teman-

teman yang lain.

E. Masa dewasa

1. Riwayat pendidikan

Pasien tidak menyelesaikan pendidikan SMEA karena dibawa

ayah tiri dan ibunya ke Jakarta.

2. Riwayat pekerjaan

Pasien pernah bekerja di Jakarta bersama ibunya (berjualan jamu).

3. Riwayat perkawinan

Pasien sudah menikah

4. Riwayat agama

Pasien memeluk agama Islam, dan rajin membaca Al-Qur’an.

5. Riwayat psikoseksual

Pasien tidak pernah mendapat kekerasan seksual pada masa anak-

anak.

6. Riwayat aktivitas sosial

Sejak kecil pasien adalah anak pemalu dan kadang-kadang saja

mengikuti kegiatan sosial di lingkungan rumahnya.

7. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

8. Riwayat situasi sekarang

Pasien tinggal besama kakek, nenek, dan adik perempuannya.

16

Page 17: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

F. Riwayat keluarga

Pasien adalah anak pertama dari lima bersaudara (2 saudara kandung,

3 saudara seibu lain ayah). Terdapat riwayat gangguan serupa pada

keluarga (ayah, adik kandung, dan paman).

Pohon keluarga

Keterangan Gambar :

: lingkaran tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan

: kotak tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki

: tanda gambar menunjukkan pasien

/ : blok hitam tanda gambar menunjukkan riwayat gangguan

jiwa

: tanda telah meninggal

17

Page 18: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

Seorang perempuan, tampak sesuai umur, berambut pendek, dan

perawatan diri baik.

2. Kesadaran

Kuantitatif : compos mentis, GCS E4V5M6

Kualitatif : berubah

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Normoaktif

4. Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif

5. Pembicaraan

Terdengar pelan tapi jelas, spontan dalam menjawab, dan sesuai

pertanyaan.

B. Alam Perasaan

1. Mood : senang

2. Afek : tumpul

3. Keserasian : tidak serasi

4. Empati : tidak dapat diraba-rasakan

C. Fungsi Intelektual

1. Taraf pendidikan : SMEA (tidak tamat)

2. Daya konsentrasi : baik

3. Orientasi : baik

4. Daya ingat jangka panjang, pendek, segera : baik

5. Pikiran abstrak : baik

6. Bakat kreatif : -

7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik

18

Page 19: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : halusinasi visual, melihat Nyi Roro Kidul

2. Ilusi : tidak ditemukan

3. Depersonalisasi : tidak ditemukan

4. Derealisasi : tidak ditemukan

E. Proses Pikir

1. Arus pikir

a. Produktivitas : berbicara spontan, menjawab sesuai

pertanyaan.

b. Kontinuitas : asosiasi baik

c. Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi pikir

Gangguan isi pikir : waham

a. Waham Kebesaran :

1) Pasien merasa memiliki kemampuan membedakan yang

baik dan buruk dan bisa membaca suara hati seseorang.

2) Pasien merasa ada cahaya yang masuk ke dalam dirinya

(yang diyakini pasien sebagi wahyu) sehingga pasien

memiliki kemampuan diatas.

b. Waham Bizzare

1) Pasien merasa dia adalah anak Nyi Roro Kidul

2) Pasien juga mengetahui budenya juga memiliki pesugihan,

dan dirinya telah dijadikan tumbal sejak dalam kandungan.

3) Pasien juga mengetahui ayah kandungnya meninggal

karena dijadikan tumbal pesugihan yang dilakukan

budenya.

4) Pasien juga mengetahui bahwa ayah tirinya mengguna-

gunai (pelet) ibunya.

c. Waham kejar :

1). Pasien merasa selalu diawasi oleh ayah tirinya

19

Page 20: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

2). Pasien mengetahui ayah tirinya mempunyai ilmu hitam dan

selalu ingin menggunakan ilmu hitamnya kepada dirinya

meskipun ayah tirinya berada di Jakarta.

3. Bentuk : non realistik

F. Pengendalian Impuls

Pengendalian impuls pasien tidak terganggu.

G. Daya Nilai

a. Norma sosial : baik

b. Uji daya nilai : baik

c. Penilaian realitas : terganggu

H. Tilikan

Derajat I. Pasien menyangkal penuh bahwa dirinya sakit.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Secara keseluruhan dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan fisik

1. Status Interna

Keadaan umum baik

Vital sign :

Tekanan darah: 100/80 mmHg

Frekuensi nadi: 96 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Frekuensi pernapasan : 22 x/menit

Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen: hati dan lien tidak teraba

Ekstremitas : dalam batas normal

20

Page 21: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

2. Status Neurologis

Dalam batas normal

B. Laboratorium

Tanggal 5 Oktober 2010 :

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

WBC 4.1 g/dl 4.1 – 10.9

Hct 37.1 % 37-51

Jumlah eritrosit 4.49 (106/µL) 4,20-6,30

Jumlah trombosit 265 (103/µL) 140-440

GDS 108 mg/dl <130

SGOT 26 U/I <31

SGPT 26 U/I <32

Tes kehamilan (-)

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Dari RPS :

Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien berbicara “ngelantur”

dan suka “ngeluyur”. Pasien dan suaminya tidak bekerja, tinggal bersama

kakek dan neneknya. Suami pasien pergi dan tidak kembali sampai

sekarang sejak 6 bulan yang lalu.

Dari RPD :

Pasien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Surakarta. Yang pertama

ketika pasien bekerja membantu ibunya berjualan jamu di Jakarta

(Agustus 2006). Yang kedua ketika pasien diajak kembali bekerja lagi

berjualan jamu bersama ibunya di Jakarta (Mei 2008). Setelah dinyatakan

sembuh dan diperbolehkan pulang dari RSJD Surakarta, pasien tidak

pernah melakukan kontrol rutin.

21

Page 22: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

Dari Riwayat Kehidupan Pribadi :

Pasien hanya mendapat ASI dari ibunya selama 10 hari. Dari bayi hingga

dewasa pasien tinggal bersama kakek, nenek, dan adik perempuannya.

Pasien ditinggal pergi ayah kandung (meninggal dunia) ketika umur 2

tahun. Pasien seorang yang pemalu dan lebih suka berdiam di rumah.

Dari pemeriksaan status mental :

Kesadaran kuantitaif compos mentis, kualitatif berubah, psikomotor

normoaktif, mood senang, afek tumpul, keserasian: tidak serasi, daya

konsentrasi dan pikiran abstrak baik, ditemukan halusinasi visual, waham

kebesaran, waham bizzare dan waham kejar, arus pikir : produktivitas

spontan; menjawab sesuai pertanyaan, kontinuitas asosiasi baik, penilaian

reliatas buruk, tilikan derajat I. Pada pemeriksaan status interna dan

neurologis dalam batas normal. Laboratorium dalam batas normal.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan kesehatan dan keluarga

yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan

(distress) dan hendaya (impairment) dalam melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari, fungsi pekerjaan dan perawatan diri. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.

Diagnosis axis I

Pada pemeriksaan fisik dan neurologis serta wawancara dengan

keluarga pasien, tidak ditemukan adanya kelainan yang dapat

mengakibatkan terjadinya penyakit pada pasien saat ini. Sehingga

diagnosis gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.

Dari wawancara tidak didapatkan riwayat penggunaan zat-zat aditif

dan psikoaktif sebelumnya, sehingga diagnosis gangguan mental dan

perilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.

22

Page 23: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

Pada pemeriksaan status mentalis didapatkan kesadaran kuantitaif

compos mentis, kualitatif berubah, psikomotor normoaktif, mood senang,

afek tumpul, keserasian: tidak serasi, daya konsentrasi dan pikiran abstrak

baik, ditemukan halusinasi waham, waham kebesaran, waham bizzare,

dan waham kejar. arus pikir : produktivitas spontan; menjawab sesuai

pertanyaan, kontinuitas asosiasi baik, penilaian reliatas buruk, tilikan

derajad I. Pada pemeriksaan status interna dan neurologis dalam batas

normal. laboratorium dalam batas normal.

Berdasarkan data-data tersebut, maka sesuai dengan kriteria PPDGJ-

III untuk axis I ditegakkan diagnosa: F.20.0 Skizofrenia Paranoid.

Dengan DD F.20.5 Skizofrenia Residual

Axis II ciri kepribadian premorbid :

Berdasarkan wawancara dengan anggota keluarga, dimana pasien

mempunyai perilaku pendiam, penurut, lebih suka berdiam di rumah,

tidak pernah berpacaran seperti yang lain, terlalu memikirkan

kritik/cemoohan orang lain. Dengan demikian didapatkan ciri kepribadian

premorbid cemas (menghindar).

Pada Axis III tidak ada diagnosa.

Pada Axis IV didapatkan diagnosis

- Masalah keluarga : kurang kasih sayang orang tua,

ditinggalkan suami.

- Masalah ekonomi : pasien dan suami yang tidak bekerja.

Pada Axis V GAF current 60-51

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : ciri kepribadian premorbid : cemas (menghindar)

23

Page 24: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

ς

Aksis III : tidak ada diagnosa

Aksis IV : masalah keluarga, masalah ekonomi

Aksis V : GAF current 60-51

IX. DAFTAR MASALAH

a. Psikologik : adanya gangguan kesadaran kualitatif,

persepsi, arus pikir, isi pikir, dan daya nilai realitas.

b. Masalah keluarga : kurang kasih sayang orang tua,

ditinggalkan suami.

c. Masalah ekonomi : pasien dan suami tidak bekerja.

X. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan :

1. Mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosional

pasien.

(neuroleptik : Klorpromazin, Haloperidol, Klorprotiksen)

2. Mengurangi kecemasan.

(antiansietas : Diazepam, Klordiazepoksid, Klorazepat)

3. Memperbaiki suasana perasaan (mood).

(antikolinergik : Triheksifenidil, Benztropin)

Penatalaksanaan dilakukan melalui :

a. Psikofarmaka :

Largactil 1 x 100 mg

Dores 3 x 5 mg

Valium 3 x 5 mg

Artane 3 x 2 mg

Penulisan resep :

R/ Largactil tab mg 100 No. III

S 1dd tab I

Pro. Ny. I (25 th)

24

Page 25: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

ς

ς

ς

R/ Dores tab mg 5 No. VI

S 3dd tab I

Pro. Ny. I (25 th)

R/ Valium tab. mg 5 No. VI

S 3dd tab. I

Pro. Ny. I (25 th)

R/ Artane tab. mg 2 No. VI

S 3dd tab. I

Pro. Ny. I (25 th)

b. Psikoterapi

Terhadap pasien :

1. Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara

pengobatan, efek samping pengobatan.

2. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin

kontrol setelah pulang dari perawatan.

3. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas

sehari-hari secara bertahap.

Terhadap keluarga :

1. Memberikan pengertian untuk menjaga suasana hati pasien.

Pasien jangan terlalu sedih atau terlalu senang.

2. Menyarankan keluarga jangan membiarkan pasien melamun

atau tanpa aktivitas, keluarga mengarahkan dan mendukung

kegiatan yang disukai pasien dan bermanfaat secara ekonomi.

3. Mengawasi dan mendampingi pasien kontrol meminum obat

secara teratur dan rutin.

25

Page 26: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

XI. PROGNOSIS

Prognosis yang meringankan :

1. Kakek yang selalu berinisiatif untuk membawa pasien berobat.

2. Faktor pencetus yang jelas.

Prognosis yang memberatkan :

1. Pasien ditinggalkan suami.

2. Riwayat gangguan kejiwaan dalam keluarga.

3. Kondisi ekonomi keluarga.

Prognosis :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : dubia ad malam

Quo ad fungsionam : dubia ad malam

26

Page 27: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

BAB IV

PEMBAHASAN

Penatalaksanaan psikofarmaka bagi penderita skizofrenia paranoid

pada contoh kasus adalah sebagai berikut :

A. Klorpromazin (CPZ)

1. Farmakodinamik

a. SSP

CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak

acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama

dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi

tergantung dari status emosional penderita sebelum minum obat.

(Syarif, 2008)

b. Otot rangka

CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada

dalam keadaan spastik. (Syarif, 2008)

c. Efek endokrin

CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi, serta sekresi

ACTH. Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan

efeknya terhadap hipotalamus. (Syarif, 2008)

d. Kardiovaskular

CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal.

(Syarif, 2008)

2. Farmakokinetik

Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan baik bila

diberikan peroral maupun parenteral. (Syarif, 2008)

3. Efek samping

Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup

aman. Efek samping umumnya merupakan efek perluasan

farmakodinamiknya. Mungkin dapat terjadi reaski idiosinkrasi.

(Syarif, 2008)

27

Page 28: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

4. Sediaan

CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25/100 mg dan larutan

suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi merah

jambu pada pengaruh cahaya. (Sulistia, 2005). Dalam kasus ini

digunakan preparat Largactil 1 x 100 mg. (ISFI, 2012).

B. Haloperidol

1. Farmakodinamik

Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin

piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan

efektif untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia.

(Syarif, 2008)

2. Farmakokinetik

Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncak

dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam. Ekskresi lambat melalui

ginjal. (Syarif, 2008)

3. Efek samping

Menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang

tinggi, terutama pada penderita usia muda. Haloperidol sebaiknya

tidak diberikan pada wanita hamil sampai terlihat bukti bahwa obat ini

tidak menimbulkan efek teratogenik. (Syarif, 2008)

4. Sediaan

Dalam kasus ini digunakan preparat Dores 3 x 5 mg. (ISFI,

2012).

C. Diazepam

1. Farmakodinamik

Mekanisme kerja diazepam merupakan potensiasi inhibisi

neuron dengan GABA sebagai mediatornya. Efek farmakodinamik

lebih luas daripada efek meprobamat dan barbiturat. (Syarif, 2008)

28

Page 29: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

2. Farmakokinetik

Setelah pemberian peroral, diazepam mencapai kadar tertinggi

dalam 8 jam dan tetap tinggi selama 24 jam. Ekskresi melalui ginjal

lambat. (Syarif, 2008)

3. Efek samping

Peningkatan hostilitas dan iritabilitas dan mimpi-mimpi hidup

dan mengganggu kadang-kadang dikaitkan dengan pemberian

diazepam. Efek yang unik adalah perangsangan nafsu makan, yang

mungkin ditimbulkan oleh derivat benzodiazepin ini secara mental.

(Syarif, 2008)

4. Sediaan

Diazepam tersedian dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg. Dalam

kasus ini digunakan preparat Valium 3 x 5 mg. (ISFI, 2012).

D. Triheksifenidil

1. Farmakodinamik

Obat ini terutama berefek sentral. Khususnya bermanfaat

terhadap Parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik,

termasuk juga antiemetik turunan fenotiazin, yang menimbulkan

gangguan ekstrapiramidal akibat blokade reseptor DA di otak.

Triheksifenidil juga memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhea) dan

suasana perasaan (mood). (Syarif, 2008)

2. Farmakokinetik

Tidak banyak diketahui tentang farmakokinetik obat ini. Kadar

puncak triheksifenidil tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh eliminasi

terminal antara 10 dan 12 jam. (Syarif, 2008)

3. Efek samping

a. Sentral

Ataksia, disartria, hipertermia, amnesia, delusi, halusinasi,

somnolen, dan koma. (Syarif, 2008)

29

Page 30: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

b. Perifer

Sama dengan atropin. (Syarif, 2008)

4. Sediaan

Tersedia triheksifenidil tablet 2 dan 5 mg. Dalam kasus ini

digunakan preparat Artane 3 x 2 mg. (ISFI, 2012).

30

Page 31: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa psikosis fungsional paling

berat, ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi, dan lazim

yang menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat,

pasien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan

perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju ke

arah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa menimbulkan serangan.

Penatalaksanaan pasien skizofrenia memerlukan tindakan yang

berkesinambungan sampai pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan

baik dan dapat kembali ke masyarakat serta agar tidak terjadi relaps.

B. Saran

Peran tenaga medis seperti dokter dan perawat penting dalam pelayanan

rehabilitasi pasien mental khususnya pasien skizofrenik karena dalam kenyataan,

pasien skizofrenia merupakan sebagian pasien kronis di dalam rumah sakit jiwa.

Pasien kronis inilah yang merupakan sasaran pertama dalam upaya rehabilitasi

agar mereka dapat dikembalikan ke masyarakat dan tidak mengisi sebagian

besar rumah sakit jiwa.

Dokter dan perawat merupakan petugas yang kerab melakukan pelayanan

di rumah sakit jiwa, oleh karena itu informasi-informasi, pengalaman-

pengalaman serta usaha-usaha yang dilakukan terhadap pasien skizofrenia akan

sangat berperan baik dalam persiapan, penyaluran/penempatan dan pengawasan

rehabilitasi. Di samping itu, dalam kegiatan rehabilitasi dibutuhkan terutama

keterlibatan keluarga atau masyarakat dalam pelaksanaan dan memperlancar

upaya rehabilitasi. Pada saat seperti itulah tenga medis dapat membantu

memberikan pengarahan mengenai bagaimana keluarga dapat membantu agar

pasien skizofrenia tidak menjadi kambuh kembali yaitu dengan tetap

31

Page 32: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

memberikan kegiatan yang berguna kepada pasien dan jangan malah

disembunyikan.

32

Page 33: Preskes Francine Skizofrenia Paranoid Fix Banget

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi FK UI. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

ISFI. 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.

Kaplan, Chaddock. 2010. Sinopsis Psikiatri . Jakarta : BINARUPA AKSARA

Publisher.

Maramis, W.F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga

University Press.

Muslim R. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

33