Upload
salamah-ary-widyasari
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
1/31
Presentasi Kasus
ILMU KESEHATAN MATA
Oleh:
Salamah Ary W. G0002136
Pantun S. Sagala G0003150
Elfa A. Ersyanti G0006193
Febrian Andhika G0006195
Marisa Rizqiana D. G0006202
Nunung Perwitasari G0006130
Syarif Afif G0006160
Pembimbing :
dr. Rahardjo, Sp. M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2012
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
2/31
2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
NAMA : Ny. Sri SumarniUMUR : 57 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
AGAMA : Islam
PEKERJAAN : Ibu rumah tangga
ALAMAT : Purbayan rt 02/01 Singopuran Kartasura Sukoharjo
TGL. MRS : 2 Februari 2012
TGL. PEMERIKSAAN : 2 Februari 2012
NO. RM : 01108668
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Nyeri pada mata kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasakan nyeri pada mata kiri, nyeri dirasakan sudah sejak 1 bulan yang
lalu. Nyeri dirasakan terus menerus. Nyeri semakin bertambah sejak 2 minggu terakhir.
Pasien juga merasakan cekot-cekot di kepala. Namun pasien tidak terlalu memperhatikan
sehingga pasien tidak pergi berobat. Pasien datang dengan keluhan mata sebelah kiri
merah, sudah sejak 1 bulan yang lalu dan pandangan mata kiri gelap. Keluhan mulai
dirasakan sejak kurang lebih satu bulan yang lalu. Pasien merasakan mata perih, nrocos,
keluar kotoran berlebihan, dan silau saat melihat cahaya. Selain itu pasien juga
mengeluhkan mual(+) , kadang juga muntah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat kencing manis : disangkal- Riwayat hipertensi : disangkal- Riwayat pakai kacamata : disangkal
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
3/31
3
- Riwayat operasi : disangkal- Riwayat trauma : disangkal- Riwayat alergi : disangkal- Riwayat pemakaian obat-obatan : disangkalD. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat hipertensi : disangkal- Riwayat kencing manis : disangkal- Riwayat sakit serupa : disangkal
E. Kesimpulan AnamnesisOD OS
Proses Normal peningkatan tekanan bola mata
Lokalisasi - bilik mata depan
Sebab - gangguan outflow humor akuos
Perjalanan Akut menjadi absolut
Komplikasi Belum ditemukan -
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umumKeadaan umum sakit berat, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital :T = 130/90 mmHg Rr = 22x/menit
N = 80x/menit S = 36,4oC
B. Pemeriksaan subyektif OD OSVisus sentralis jauh 6/9 0
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Visus sentralis dekat
Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
4/31
4
Visus Perifer
Konfrontasi test sama dengan pemeriksa menyempit
Proyeksi sinar tidak dilakukan tidak dilakukan
Persepsi warna tidak dilakukan tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif1. Sekitar Mata
Tanda radang tidak ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
Kelainan warna tidak ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang
Geraknya dalam batas normal dalam batas normal
3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Strabismus tidak ada tidak ada
Exophthalmus tidak ada tidak ada
Enophthalmus tidak ada tidak ada
Anophthalmus tidak ada tidak ada
4. Ukuran Bola Mata
Mikrophthalmus tidak ada tidak ada
Makrophthalmus tidak ada tidak ada
Ptisis bulbi tidak ada tidak ada
Atrofi bulbi tidak ada tidak ada
Buftalmus tidak ada tidak ada
Megalokornea tidak ada tidak ada
Mikrokornea tidak ada tidak ada
5. Gerakan Bola Mata
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
5/31
5
Temporal superior normal normal
Temporal inferior normal normal
Temporal normal normal
Nasal normal normal
Nasal superior normal normal
Nasal inferior normal normal
6. Kelopak Mata
Gerakannya dalam batas normal dalam batas normal
Lebar rima 10 mm 10 mm
Blefarokalasis ada ada
Tepi Kelopak Mata
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Entropion tidak ada tidak ada
Ekstropion tidak ada tidak ada
7. Sekitar Saccus Lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Tes regurgitasi tidak dilakukan tidak dilakukan
8. Sekitar Glandula lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
9. Tekanan Intra Okuler
Palpasi kesan normal kesan meningkat
NCT 16,5 mmHg OVER
10. Konjungtiva
Konjungtiva Palpebra Superior
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
6/31
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
7/31
7
Kedalaman kesan dangkal kesan dalam
14. Iris
Warna coklat coklat
Gambaran spongious spongious
Bentuk reguler reguler
15. Pupil
Ukuran 3 mm 6 mm
Bentuk bulat lonjong vertikal
Tempat sentral sentral
Reflek direct (+) (-)
Reflek indirect (+) (-)
16. Lensa
Ada/tidak ada ada
Kejernihan jernih jernih
Letak sentral sentral
Shadow test (-) (-)
17. Corpus vitreum
Kejernihan tidak dilakukan tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
18.Mata bagian dalamFundus reflek tidak dilakukan tidak dilakukan
Skiaskopi tidak dilakukan tidak dilakukan
19.Gambar penderita
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
8/31
8
Mata kanan , tampak pupil normal, sklera berwarna putih
Mata kanan tampak mata merah , pupil midriasis maksimal
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
9/31
9
Visus sentralis jauh 6/9 0
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
dalam orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Kelopak mata dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan intraokuler dalam batas normal meningkat
Konjungtiva bulbi dalam batas normal hiperemis
Konjungtiva palpebra dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva forniks dalam batas normal dalam batas normal
Sklera dalam batas normal hiperemi
Kornea sensibilitas turun,
arcus senilis (+) arcus senilis (+)
Camera oculi anterior kesan dalam kesan dangkal
Iris dalam batas normal kelabu
Pupil , 3 mm, reguler 6 mm, reguler
sentral sentral
reflek direct (-) reflek indirect (-)
Lensa jernih jernih
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
V. DIAGNOSIS BANDING
- OD glaukoma kongestif akut
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
10/31
10
- OD uveitis anterior akut- OD keratitis
VI. DIAGNOSIS
- OD glaukoma absolut
VII. TERAPI
Timolol 0,5% ed 2 dd gtt 1 (OS)
Acetazolamide 250 mg tab 3x1
IX. PLANING
- Pengangkatan bola mata (enukleasi )
IX. PROGNOSIS OD OS
Ad vitam baik baik
Ad fungsionam baik dubia
Ad sanam baik dubia
Ad kosmetikum baik baik
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
11/31
11
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA ABSOLUT
1. DEFINISI
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (terbuka/tertutup) dimana sudah
terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering dengan mata buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik. Glaukoma absolut ini bisa berasal dari glaukoma akut yang tidak mendapatkan
penanganan yang benar.
Glaukoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut tertutup primer. Glaukoma sudut
tertutup terjadi bila terdapat kenaikan mendadak dari tekanan intraokular, yang disebabkan
penutupan sudut bilik mata depan yang mendadak oleh akar iris, sehingga menghalangi sama
sekali keluarnya humor akueus melalui trabekula, menyebabkan meningginya tekanan
intraokular, maka gejala yang ditimbulkan sangat berat seperti: nyeri pada mata, sakit kepala,
pandangan kabur, haloe, mual dan muntah serta disertai tanda kongesti, maka disebut pula
glaukoma akut kongestif atau glaukoma akut. Glaukoma akut hanya timbul pada orang-orang
yang mempunyai sudut bilik mata yang sempit.Jadi hanya pada orang-orang dengan predisposisi
anatomis.
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
12/31
12
Gambar 1. Bilik mata depan normal (atas), dan sudut tertutup (bawah)
Glaukoma akut merupakan suatu kedaruratan mata yang memerlukan penanganan segera
untuk mencegah kerusakan nervus optikus yang dapat menyebabkan kebutaan.Pengobatan
medika mentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan intra okuler sebelum
terapi definitive iridektomi laser atau bedah dilakukan.
Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil pemeriksaan gonioskopi
yang dapat memberikan bukti bahwa sudut bilik mata tertutup.
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut :
1. Glaukoma primer, tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
- Glaukoma sudut sempit/ tertutup (close angle glaucoma, acut congestive glaucoma).
- Glaukoma sudut terbuka (glaucoma simpleks, open angle glaucoma, chronic simple
glaucoma).
2. Glaukoma sekunder, timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
- Perubahan lensa.
- Kelainan uvea.
- Trauma.
- Bedah.
- Rubeosis.
- Steroid dan lainnya.
3. Glaukoma kongenital
- Primer atau infantile.
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
13/31
13
- Menyertai kelainan kongenital lainnya.
4. Glaukoma absolute, keadaan terakhir suatu glaucoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri.
Glaukoma sudut tertutup primer sendiri dapat dibagi dalam 5 tingkatan dengan perjalan
penyakitnya yang overlapping dan tidak selalu dimulai dari progresifitas tingkat awal ke tingkat
selanjutnya. Kombinasi ini dibagi sesuai dengan tingkatan klinis, yaitu:
1. Glaukoma sudut tertutup suspek
2. Glaukoma sudut tertutup intermitten (subakut): episode serangan singkat dan rekuren
3. Glaukoma sudut tertutup akut: kongesti dan post-kongesti
4. Glaukoma sudut tertutup kronik: tanpa atau dengan glaucomatous damage
5. Glaukoma sudut tertutup absolut: merupakan tingkat terakhir dari glaukoma akut, padatingkatan ini mata sudah mengalami kebutaan total.
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI.
Sudut bilik mata depan dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris perifer, yang
diantaranya terdapat jalinan trabekular. Jalinan trabekular (trabecular meshwork) sendiri terdiri
dari 3 bagian yaitu:
1. Jalinan uveal (uveal meshwork)2. Jalinan korneosklera (corneoscleral meshwork)3. Jalinan endothelial (juxtacanalicularatau endothelial meshwork)
Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow akuos humor.
Struktur lain yang terlibat adalah kanalis sklem. Kanalis berbentuk sirkumfensial dan
dihubungkan oleh septa-septa.Bagian dalam kanalis dilapisi oleh sel-sel endotel berbentuk
kumparan yang mengandung vakuol-vakuol besar, dan di bagian luar dilapisi oleh sel-sel datar
halus yang mengandung ujung dari kanalis-kanalis kolektor.Bagian selanjutnya yang berperan
adalah kanalis kolektor.Kanalis ini meninggalkan kanalis sklem dan berhubungan dengan vena
episklera.
Humor akuos adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior
mata. Diproduksi oleh korpus siliare dan bervariasi diurnal. Setelah memasuki bilik mata
belakang, humor akuos melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan dan kemudian ke perifer
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
14/31
14
menuju ke sudut bilik mata depan dan nantinya akan dikeluarkan melalui dua jalur outflow
berbeda yaitu:
1. Outflow melalui jalur trabekulum (jalur konvensional). Yang merupakan jalur utama,dimana sekitar 90% outflow akuos humor melalui jalinan trabekular menuju kanalis
sklem dan berlanjut ke system vena kolektor.
2. Outflow melalui jalur uveoscleral(jalur unkonvensional). Dimana sekitar 10%outflow akuos humor melalui jalur ini. (gambar 2).
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :
1.Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin berat hipermetropnya
makin dangkal bilik mata depannya.
2.Tumbuhnya lensa, menyebabkan bilik mata depan menjadi lebih dangkal. Pada umur 25 tahun,
dalamnya bilik mata depan rata-rata 3,6 mm, sedangkan pada umur 70 tahun 3,15 mm.
3.Kornea yang kecil, dengan sendirinya bilik mata depannya dangkal.
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
15/31
15
4.Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal bilik mata depan.
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa jadi lebih dekat ke iris, sehingga aliran cairan
bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan tehambat, inilah yang disebut dengan
hambatan pupil. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam bilik mata
belakang dan medorong iris ke depan. Pada sudut bilik mata depan yang memang sudah
sempit, adanya dorongan ini menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula, sehingga cairan
bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.
5. INSIDENSI
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 15-15% kasus pada orang
Kaukasus.Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama diantara orang Burma dan
Vietnam di Asia Tenggara.
Glaukoma akut yang penderitanya berkulit putih 3 kali lebih banyak ditemukan pada
wanita dibanding pria, namun pada penderita yang berkulit hitam wanita sama banyak dengan
pria.
6. PATOGENESIS
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.Pada keadaan
fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.Berdekatan dengan sudut ini
didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.Pada
sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran
desemet, kanal schlemm yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan disini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi
kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan mata (akueus humor)
bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular meshwork.
Akueus humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui
pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan
trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata.
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
16/31
16
Pada glaukoma sudut terbuka, kelainan terjadi pada jalinan trabekular, sedangkan sudut
bilik mata terbuka lebar.Jadi tekanan intraokuler meningkat karena adanya hambatan outflow
humor akuos akibat kelainan mikroskopis pada jalinan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan tekanan intraokuler
meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow
humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular.Keadaan seperti ini sering terjadi
pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang disebut dengan dangerous angle).
Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas,
perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan tidak tertutup
dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini merupakan perbedaan dasar antara glaukoma
sudut terbuka dengan glaukoma sudut tertutup.
Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata maka keadaan ini
dikenal denganglaukoma sudut tertutup sekunder.Jika glaukoma sudut tertutup tidak diketahui
penyebabnya, kondisi ini dikenal denganglaukoma sudut tertutup primer.
Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal dengan
glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila penutupan sudut bilik
mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut
tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala.
Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan
glaukoma sudut tertutup kreeping.
Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan
berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja, terutama pada mata
yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat memungkinkan terjadinya blok pupil
sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup.
Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraocular lebih tinggi di bilik mata belakang
daripada bilik mata depan. Jika blok pupil semakin berat tekanan intraokuler di bilik mata
belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal
dg iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan trabekuler, dan menyebabkan
sudut bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokuler meningkat secara drastic akibat sudut
tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut.
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
17/31
17
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut adalah: plateau iris dan letak
lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini juga sering terjadi blok pupil.
7. GAMBARAN KLINIS
Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami serangan prodormal, meskipun
tidak selalu demikian.
a. Fase Prodormal ( Fase Nonkongestif).
Pada stadium ini terdapat penglihatan kabur, melihat halo (gambar pelangi) sekitar lampu
atau lilin, disertai sakit kepala, sakit pada mata dan kelemahan akomodasi. Keadaan ini
berlangsung 0,5-2 jam. Bila serangannya reda, mata menjadi normal kembali.
b. Fase Glaukoma Akut ( Fase Kongestif).
Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya karena sakit hebat.
Jalannya dipapah, karena tajam penglihatannya sangat turun, muntah-muntah, mata
hiperemis dan fotofobia. Karenanya sering disangka bukan menderita sakit mata, melainkan
suatu penyakit sistemik.
Glaukoma akut menyebabkan visus cepat menurun, disertai sakit hebat di dalam mata yang
menjalar sepanjang Nervus cranial V, sakit kepala, mual muntah, tampak warna pelangi di
sekitar lampu.
8. PEMERIKSAAN
a. Slit-lamp Biomikroskopi
Konjungtiva bulbi: hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi silier, injeksikonjungtiva, injeksi epislera.
Kornea : edema dengan vesikel epithelial dan penebalan struma, keruh, insensitif karenatekanan pada saraf kornea.
Bilik mata depan: dangkal dengan kontak iridokorneal perifer. Flare dan sel akuos dapatdilihat setelah edem kornea dapat dikurangi.
Iris: gambaran corak bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu, dilatasipembuluh darah iris.
Pupil: oval vertikal, tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang didapat midriasisyang total, warna kehijauan, tidak ada reaksi terhadap cahaya dan akomodasi
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
18/31
18
b. Tonometri Schiotz: ( Normal TIO : 10-21 mmHg) pada glaukoma akut dapat mencapai 50-
100 mmHg.
c. Funduskopi: papil saraf optik menunjukan penggaungan dan atrofi, seperti pada glaukoma
simpleks. Sehingga cup disk ratio membesar (N =
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
19/31
19
Pemeriksaan gonioskopi ditunda sampai edem kornea berkurang, salah satunya dengan obat
yang dapat menurunkan tekanan intraocular, misalnya dengan gliserin topical atau saline
hipertonik salap mata. (gambar 5)
Gambar 5: Gonioskopi
e. Pemeriksaan lapang pandang
Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan
penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya.Harus selalu diteliti keadaan
lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang
pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah
menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang
pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian
nasal atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat
menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi
buta.
f. Tes provokasi, dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukan : tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud (prone test).
Untuk glaucoma sudut tertutup, yang umum dilakukan adalah tes kamar gelap (karena pupil
akan midriasis dan pada sudut bilik mata yang sempit, ini akan menyebabkan tertutupnya
sudut bilik mata). Caranya adalah ukur TIO awal, kemudian pasien masuk kamar gelap
selama 60-90 menit. Ukur segera TIO nya. Kenaikan 8 mmHg, tes provokasi (+)
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
20/31
20
9. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang mirip dengan glaucoma akut adalah :
1. Iridosiklitis akut.
2. Konjungtivitis akut.
3. Keratitis.
4. Skleritis.
5. Katarak senilis
6. Glaukoma sudut tertutup kronik
7. Cluster headache
8. Migraine
10.PENCEGAHAN
1. Deteksi dini
Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi sedini mungkin. Tidak
ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma sudut terbuka.Jika penyakit ini
ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan
pengobatan.Orang-orang yang memiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya
menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalani
iridotomi untuk mencegah serangan akut.
- Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang disebabkan oleh glaukoma,
sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan matanya dengan cara melakukan
pengukuran tekanan bola mata secara rutin setiap 3 tahun, terutama bagi orang yang
usianya di atas 40 tahun.
- Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki riwayat keluarga
penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia), serta penderita penyakit
sistemik seperti diabetes atau kelainan vaskular (jantung).
- Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan sekali, khususnya bagi
orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bola mata kerusakan mata yang
diderita dilakukan tes lapang pandang mata.
- Sebaiknya diperiksakan tekanan bola mata bila mata kemerahan dan sakit kepala berat.
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
21/31
21
2. Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta Karoten) Faktor risiko pada
seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah seperti diabetes mellitus dan hipertensi,
untuk itu bagi yang menderita diabetes mellitus dianjurkan untuk mengurangi mengkonsumsi
gula agar tidak terjadi komplikasi glaukoma, sedangkan untuk penderita hipertensi
dianjurkan untuk diet rendah garam karena jika tekanan darah naik cepat akan menaikkan
tekanan bola mata.
3. Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan olahraga teratur.
Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4. Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak bertambah parah/untuk
mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :
- Mengurangi stress
- Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga glaucoma akan
memblok pupil
- Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan melebar (dilatasi)
- Diet rendah natrium
- Pembatasan kafein
- Mencegah konstipasi
- Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan karena akan
meningkatkan TIO
- Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasa nyaman dan
mengurangi tekanan intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh
menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.
11. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa
1.1. Agen osmotik
1.2. Karbonik anhidrase inhibitor
1.3. Miotik kuat (Parasimpatomimetik)
1.4. Beta-blocker
1.5. Alpha adrenergic agonist
1.6. Analog Prostaglandin
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
22/31
22
1.7. Kortikosteroid Topikal
2. Observasi respon terapi
2.1. Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil
2.2. Ukur tekanan intraocular setiap 15 menit
2.3. Gonioskopi
3. Parasintesis
4. Bedah Laser:
4.1. Laser iridektomi
4.2. Laser iridoplasti
5. Bedah insisi
5.1. Iridektomi bedah insisi
5.2. Trabekuloktomi
6. Ekstraksi lensa
7. Tindakan profilaksis
Ad.1. Terapi medikamentosa
Penatalaksanaan Glaukoma sudut tertutup terdiri dari mengurangi tekanan intra okular,
menekan inflamasi, dan pemulihan sudut tertutup.
1.1.Agen osmoticAgen ini lebih efektif untuk menurunkan tekan intra okuler dan efeknya menjernihkan
kornea, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis.Agen-agen
hiperosmotik berguna untuk mengurangi volume vitreus, yang, kebalikannya, menurunkan
tekanan intraokular.Penurunan tekanan intra okular memulihkan iskemia iris dan memperbaiki
kepekaan terhadap pilokarpin dan obat-obat lainnya.Agen-agen osmotic menyebabkan diuresis
osmotic dan mengurangi cairan tubuh total.Agen-agen tersebut tidak boleh digunakan pada
pasien penyakit jantung dan penyakit ginjal.
GliserinDosis efektif 1-1,5 gr/kgBB dalam 50% cairan. Selama penggunaanya gliserin dapat
menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Hati-hati terhadap pasien diabetes dan lansia
dengan gagal ginjal serta penyakit kardiovaskular karena agen ini sendiri dapat menyebabkan
mual muntah. Menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian.
Manitol
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
23/31
23
Dosis 1-2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Aman digunakan pada pasien diabetes karena tidak
dimetabolisme. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1-3 jam. Bila tidak dapat
diberikan oral (mis : mual muntah) dapat diberikan secara intravena dalam 20% cairan
dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1
jam setelah pemberian iv. Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya,
karena volume darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang
telah gagal. Pemberian manitol juga dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria,
kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra kranial, kecuali
bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien yang hipersensitivitas terhadap manitol.
Ureum intravenaDosis 1-1,5 g/kg i.v. Tidak seefektif manitol karena berat molekulnya lebih rendah sehingga
lebih cepat dipenetrasi pada mata. Penggunaannya harus dengan pengawasan ketat untuk
menghindari komplikasi kardiovaskuler.
1.2.Karbonik Anhidrase InhibitorMengurangi produksi akuos humor dengan menghambat karbonik anhidrase di badan
siliar sehingga mengurangi TIO secara cepat
AsetazolamideMerupakan pilihan yang sanagat tepat untuk pengobatan darurat pada glaukoma
akut.Acetazolamide sebaiknya diberikan dengan dosis awal 500 mg IV yang diikuti dengan500 mg per oral.sekarang diketahui bahwa karbonik anhidrase inhibitor oral sedikit atau tidak
ada sama sekali efek samping sistemik.
MethazolamideDosis 50-100 mg p.o. 2 atau 3 kali sehari ( total tidak lebih dari 600mg/hari)
DorzolamideBerbeda dengan obat-obat yang lebih tua, Dorzolamide sanggup menerobos ke dalam mata
dengan aplikasi topical.
DichlorphenamideDosis awal 100-200mg per oral, diikuti 100 mg setiap 12 jam sampai tercapai respons yang
diinginkan. Dosis pemeliharaan (maintenance) yang biasa untuk glaukoma adalah 25-50 mg
3 atau 4 x/hari. Dosis harian total tidak melebihi 300 mg.
Brinzolamide
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
24/31
24
Brinzolamide adalah penghambat karbonik anhidrasi yang digunakan pada mata dengan
kadar 1 %. Brinzolamide digunakan untuk mengobati tekanan yang meningkat pada mata
karena glaukoma sudut terbuka.Brinzolamide juga digunakan untuk mengatasi kondisi yang
disebut hipertensi pada mata.
1.3.Miotik kuat (Parasimpatomimetik)Pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi.
Tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini karena muskulus sphingter
pupil sudah iskemik sehingga tidak dapat merespon pilokarpin
1.4.Beta blockerBekerja dengan cara mengurangi produksi akuos humor.
Levobunolol 0,25%, 0,5% Betaxolol HCl
Betaxolol HCl adalah penghambat reseptor beta1 selektif yang digunakan untuk pengobatan
glaukoma dalam bentuk sediaan gel untuk mata dengan kadar 0,1% dan tetes mata dengan
kadar 0,5%.
Timolol maleatMerupakan beta bloker tetes mata nonselektif.Sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali
dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8 dan 12 jam kemudian.Tersedia
dalam bentuk tetes mata dengan kadar 0,25%, 0,5% dan 0,68%.1.5.Alpha adrenergic agonist
Dapat ditambahkan untuk lebih mengurangi produksi akuos humor dan mengurangi
hambatan outflow akuos.
Brimonidine Apraclonidine 0,5%, 1%1.6.Analog Prostaglandin
Latanoprost 0,005% merupakan senyawa analog prostaglandin yang dapat menurunkan
tekanan intraokuler dengan cara meningkatkan outflow akuos humor. Dosis 1 tetes/ hari.
Tersedia dalam bentuk tetes mata dengan kadar 0,005%, dan juga dikombinasi dengan Timolol
maleate.
1.7.Kortikosteroid Topikal
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
25/31
25
Inflamasi merupakan bagian penting dari patofisiologi dan timbulnya gejala.Steroid
topical mengurangi reaksi inflamasi dan kerusakan nervus optikus.Prednisolon asetat 1%
digunakan selama 1 minggu pasca operasi iridektomi.Diberikan sebagai pengganti obat-obat
antiglaukoma yang digunakan saat serangan akut sebelumnya.
Ad. 2. Observasi respon Terapi
Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang dapat menyelamatkan visus
penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling kurang dalam 2 jam setelah mendapat
terapi medikamentosa intensif), untuk tindakan selanjutnya, observasinya meliputi:
1. Monitor ketajaman visus, edem kornea dan ukuran pupil2. Ukur tekanan intraokuler setiap 15 menit (terbaik dengan tonometer aplanasi)3. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan intraokulernya sudah
turun dan kornea sudah mulai jernih.
Pada masa observasi ini yang dilihat adalah respon terapi. Respon terapi bisa baik, jelek,
ataupun sedang. Bila respon terapi baik maka akan terjadi perbaikan visus, kornea menjadi
jernih, pupil kontriksi, tekanan intraokuler menurun, dan sudutnya terbuka kembali. Pada
keadaan ini dapat dilakukan penatalaksaan lebih lanjut.
Ad. 3. Parasintesis
Jika pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat dalam
menurunkan tekanan intraokuler ke tingat yang aman dan kadang-kadang justru setelah
pemberian 2 atau 4 jam masih tetap tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan can menurunkan
tekanan intraokuler yang cepat dengan tekhnik parasintesis. Pada prosedur ini, mata dilakukan
anestesi lokal sebelumnya, lalu jarum dimasukkan ke dalam bilik mata depan untuk
mengeluarkan cairan akuos. Cairan disedot sebanyak 0,05 ml, sehingga secara cepat dapat
mengurangi tekanan di mata. Cara ini jg dapat menghilangkan rasa nyeri dengan segera pada
pasien
Ad. 4. Bedah Laser
4.1. Laser Iridektomi
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
26/31
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
27/31
27
Perawatan setelah operasi
Perdarahan dapat terjadi ditempat iridektomi.Pada perdarahan ringan dapat diatasi dengan terapi
anti-koagulasi. Namun pada pasien yang mengalami kelainan pembekuan darah dapat diatasi
dengan argon laser karena argon laser dapat membantu proses koagulasi pembuluh darah.
Peningkatan tekanan intaokular dapat terjadi setelah operasi.Apabila terjadi inflamasi maka
dapat disembuhkan dengan menggunakan kortikosteroid topikal.
Komplikasi
Komplikasi dari argon laser adalah sinekia posterior, katarak lokal, meningkatnya tekanan
intraokular, iritis, lubang iridektomi lebih cepat tertutup kembali dan terbakarnya kornea dan
retina. Pada umumnya komplikasi yang sering terjadi meliputi kerusakan lokal pada lensa dan
kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan intraokular meningkat.8
Gambar 6: Sedang melakukan iridektomi laser
Gambar 7: Setelah dilakukan iridektomi laser
4.2. Laser iridoplasti
Merupakan tindakan alternatif jika tekanan intraokular gagal diturunkan secara intensif
dengan terapi medika mentosa bila tekanan intraokularnya tetap sekitar 40 mmHg, visus jelek,
kornea edema, dan pupil tetap dilatasi.Pada laser iridoplasti ini pengaturannya berbeda dengan
pengaturan pada laser iridektomi.Di sini pengaturannya dibuat sesuai untuk membakar iris agar
otot sfingter iris berkonraksi sehingga iris bergeser kemudian sudut pun terbuka.Agar laser
iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya rendah, dan waktunya lama.
Ad. 5. Bedah insisi
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
28/31
28
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser
iridektomi seperti:
Pada situasi iris tidak tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini seringterjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4-8 minggu.
Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas Pasien yang tidak kooperatif Tidak tersedianya peralatan besar.
5.1 Iridektomi Bedah Insisi
Dikerjakan pada kasus glaukoma sudut tertutup sebagai tindakan pencegahan.Dilakukan
untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran humor aqueus dari kamera posterior
ke kamera anterior.Diindikasikan pada penanganan glaukoma dengan penyumbatan pupil bila
pembedahan laser tidak berhasil atau tidak tersedia.Pupil dibuat semiosis mungkin dengan
menggunakan miotik tetes atau asetilkolin intra kamera.Kemudian dilakukan insisi 3mm pada
korneosklera 1 mm dibelakang limbus.Insisi dilakukan agar iris prolaps.Bibir insisi bagian
posterior ditekan sehingga iris perifer hampir selalu prolaps lewat insisi dan kemudian dilakukan
iridektomi.Bibir insisi posterior ditekan lagi diikuti dengan reposisi pinggir iridektomi. Luka
insisi kornea ditutup dengan satu jahitan atau lebih, dan bilik mata depan dibentuk kembali.
Setelah operasi selesai, fluoresen sering digunakan untuk menentukan ada tidaknya kebocoranpada bekas insisi. Oleh karena kebocoran dapat meningkatkan komplikasi seperti bilik mata
depan dangkal.
5.2. Trabekulektomi
Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera. Dilakukan dengan
melakukan diseksi flap ketebalan setengah (half-tickness) sklera dengan engsel di limbus. Satu
segmen jaringan trabekula diangkat, flap sklera ditutup kembali dan konjungtiva dijahit rapat
untuk mencegah kebocoran cairan aqueus.Trabekulektomi meningkatkan aliran keluar humor
aqueus dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah.Ketika cairan mengalir melalui
saluran baru ini, akan terbentuk bleb (gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan
konjungtiva. Persiapan sebelum operasiyaitu pembahasan ditujukan untuk memperbaiki
penglihatan dan biasanya dikerjakan secara berencana, kecuali pada kasus-kasus yang tidak
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
29/31
29
biasa, misalnya lensa hipermature yang sejak awal telah memberikan ancaman terjadinya
ruptura. (Gambar 8).
Indikasi
Tindakan trabekulektomi dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat atau setelah
kegagalan tindakan iridektomi perifer.
Komplikasi
Setelah prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal), hifema (darah di
kamera anterior mata), infeksi dan kegagalan filtrasi.
Gambar 8: Trabekulektomi
Ad. 6. Ekstraksi lensa
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa dapatdipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun iridektomi laser dapat menghentikan
serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik dilakukan agar lebih aman untuk
waktu yang akan dating.
Ad. 7. Tindakan profilaksis
Tindakan profilaksis terhadap mata normal kontralateral dilakukan laser iridektomi
profilaksis, ini lebih disukai daripada perifer iridektomi bedah, yang dilakukan pada mata
kontralateral yang tidak mempunyai symptom.
12. PROGNOSIS
Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi yang sesegera
mungkin. Sering diagnose dibuat pada stadium lanjut, dimana lapang pandang telah hilang secara
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
30/31
7/30/2019 Preskesmata Glaukoma Absolut
31/31
1. Ilyas, Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta,Balai Penerbit
FKUI, 2002, hal 212-217.
2. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum, ed.
Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232
3. Obrien, Chock, Opere. An Overview of Glaucoma Management for
Pharmacists.http://www.uspharmacist.com/continuing_education/ceviewtest/lessonid/106698
/
4. Noecker, R. J. Glaucoma, Angle Closure, Acute. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1206956-diagnosis.