37
OLEH: HAFIDZ ADITYA G1A212039 SHELLA S. JAMILAH G1A212033 IDA AYU DIANI P.S. 1210221010 Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

OLEH:

HAFIDZ ADITYA G1A212039 SHELLA S. JAMILAH G1A212033

IDA AYU DIANI P.S. 1210221010

Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Page 2: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Identitas Pasien

Nama : An.AFUmur : 2 tahunJenis kelamin : Laki-LakiPekerjaan : -Alamat : Sokaraja Kulon RT

01/RW 09 SokarajaTanggal periksa : Tanggal 23 April 2013No.CM : 903538

Page 3: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Anamnesis

Keluhan Utama : Pasien post luka bakar Keluhan Tambahan : Badan terasa sakit Riwayat Penyakit Sekarang :

Pada pukul 09.00 tanggal 23 April 2013 pasien sedang bermain, ketika itu di ruang tengah rumahnya, tepatnya di ruang makan, terdapat wadah berisi air panas. Pasien kemudian mendekati wadah berisi air panas tersebut dan asik melihat-lihat. Beberapa saat kemudian pasien datang dari ruang makan mendekati bibinya sambil menangis, setelah dilihat sebagian badan dan tangan pasien penuh dengan luka akibat tersiram air panas. Keluarga pasien kemudian mencoba mendinginkan badan pasien dengan air dingin dan memandikannya. Setelah itu, pasien dibawa ke Margono dan sampai satu jam setelah kejadian. Selama tiga hari perawatan di Margono pasien sempat muntah-muntah dan demam.

Page 4: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) Riwayat sakit jantung disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat alergi disangkal Riwayat mondok di RS disangkal

Riwayat Operasi : Disangkal

Page 5: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang, kooperatifKesadaran : ComposmentisBerat Badan : 18 kgVital sign :

Tekanan darah : - Nadi : 92 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 33,3 0 C

Page 6: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Kepala : Simetris, mesocephal, rambut tidak mudah dicabut.

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+)

Hidung : Discharge (-), deviasi septum nasi (-)Telinga : Simetris kanan kiri, discharge (-)Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-)Leher : Trakea di tengah, Benjolan (-),

eritema (-), warna sama dengan daerah

sekitar

Page 7: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Tata Laksana

Thorax Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak Palpasi : Ictus Cordis teraba ICS V LMC sinistra Perkusi :

Batas kanan atas ICS II LPS dextraBatas kanan bawah ICS IV LPS dextra Batas kiri atas ICS II LPS sinistra Batas kiri bawah ICS V LMC sinistra

Auskultasi : S1 > S2 di apeks reguler, bising (-), gallop (-)

Paru-paru Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), tidak ada benjolan Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-) Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Batas paru-hepar ICS VI dextra Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Page 8: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Abdomen Inspeksi : Datar, darm countur (-), darm steifung (-),

venektasi (-) , sikatrik (-) Palpasi : Regio iliaca dextra (liat status lokalis) hepar

tidak teraba, lien tidak teraba, defans muscular (-), buli-buli tidak teraba.

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, asites (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : Edema (-/-), refleks fisiologis (+/+) Inferior : Edema (-/-), refleks fisiologis (+/+)

Page 9: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Status Lokalis : Regio Hemithorak Dekstra :

Bulla yang telah pecah (+), eritema (+), Basah (+)

Regio Brachii Dekstra :Bulla yang telah pecah (+), eritema (+), Basah (+)

Regio Colli Anterior : Eritema (+), basah (+) Regio Antebrachii Dekstra : Eritema (+),

Basah (+)

Page 10: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 13,8 g/dl 11,3-14,1 g/dl

Leukosit 12940 /μL 6000-17500/μL

Hematokrit 40% 33-41 %

Eritrosit 5,1 x 10^6 /μL 4,1 - 5,3 x 10^6 /μL

Trombosit 321.000 /μL 150.000 – 450.000

MCV 77,5 fL (rendah) 79-99 fL

MCH 27 pg 27-31 pg

MCHC 34,8 % 33-37%

RDW 12,8 % 11,5-14,5%

MPV 11,8 fL (tinggi) 7,2 – 11,1 fL

Basofil 0,2 % 0,0-1,0 %

Eosinofil 2,2% 2,0-4,0%

Batang 0,00 % (rendah) 2,0-5,0%

Segmen 27,5% (rendah) 40,0-70,0 %

Limfosit 61,2 % (tinggi) 25,0-40,0 %

Monosit 8,9 (tinggi) 2,0-8,0 %

Page 11: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

RESUME

Anamnesis

Seorang anak laki-laki berumur dua tahun mengalami luka bakar terkena air panas

Keluarga pasien kemudian mencoba mendinginkan badan pasien dengan air dingin dan memandikannya.

Setelah itu, pasien dibawa ke Margono dan sampai satu jam setelah kejadian.

Selama tiga hari perawatan di Margono pasien sempat muntah-muntah dan demam.

Page 12: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : dalam batas normalKesadaran : Composmentis Berat Badan : 18 Kg Vital sign : dalam batas normalStatus generalis : dalam batas normalStatus Lokalis :

Regio Hemithorak Dekstra : Bulla yang telah pecah (+), eritema (+), Basah (+)

Regio Brachii Dekstra : Bulla yang telah pecah (+), eritema (+), Basah (+)

Regio Colli Anterior : Eritema (+), basah (+) Regio Antebrachii Dekstra : Eritema (+), Basah (+)

Page 13: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 13,8 g/dl 11,3-14,1 g/dl

Leukosit 12940 /μL 6000-17500/μL

Hematokrit 40% 33-41 %

Eritrosit 5,1 x 10^6 /μL 4,1 - 5,3 x 10^6 /μL

Trombosit 321.000 /μL 150.000 – 450.000

MCV 77,5 fL (rendah) 79-99 fL

MCH 27 pg 27-31 pg

MCHC 34,8 % 33-37%

RDW 12,8 % 11,5-14,5%

MPV 11,8 fL (tinggi) 7,2 – 11,1 fL

Basofil 0,2 % 0,0-1,0 %

Eosinofil 2,2% 2,0-4,0%

Batang 0,00 % (rendah) 2,0-5,0%

Segmen 27,5% (rendah) 40,0-70,0 %

Limfosit 61,2 % (tinggi) 25,0-40,0 %

Monosit 8,9 (tinggi) 2,0-8,0 %

Page 14: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

DIAGNOSIS KERJA

Combutio Grade II A-B dengan luas luka bakar 15 %

Page 15: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Pertolongan Pertama dan Transportasi 1. Apabila pasien terkena luka bakar karena disebabkan

oleh api, maka api tersebut harus dimatikan terlebih dahulu dengan cara memutus hubungan dengan oksigen, yakni dengan menutup tubuh pasien dengan selimut, handuk, sprei dan lain-lain

2. Perhatikan keadaan umum penderita 3. Pendinginan

1. Membuka pakaian penderita 2. Merendam dalam air (20 – 30 C) atau air mengalir dalam waktu 30

menit; untuk daerah wajah cukup dikompres dengan air 3. Bila disebabkan oleh zat kimia, maka dapat digunakan NaCl

fisiologik (untuk zat korosif) 4. Pendinginan ini tidak berguna lagi untuk luka bakar > 1 jam

Page 16: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

4. Mencegah infeksi 1. Luka ditutup dengan perban atau dengan kain bersih kering dan

tidak dapat melekat dengan luka. 2. Penderita dikerudung dengan kain bersih. 3. Luka jangan diberi zat yang tidak larut dalam air, seperti mentega,

minyak, kecap

5. Transportasi ke fasilitas yang lebih lengkap, sebaiknya kurang lebih dalam satu jam pertama pasca kejadian. Apabila tidak mungkin masih dapat dilakukan dalam 24 – 48 jam pertama, dengan pengawasan ketat selama perjalanan.

6. Apabila terdapat luka bakar pada wajah, maka posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh, dan perhatikan apakah terdapat edema laring atau tidak.

Page 17: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Tindakan di IGD

1. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.

2. Bebaskan pakaian yang terbakar3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh

untuk memastikan adanya trauma lain yang menyertai

4. Lakukan pemeriksaan Airway, Breathing, dan Circulation

5. Pemeriksaan fisik keseluruhan

Page 18: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

6. Anamnesis Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit – penyakit yang pernah di alami sebelumnya.

7. Pemeriksaan luka bakar Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

8. Pemasangan intraveneous kateter, untuk melalukan resusitasi

Page 19: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

9. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah urine/jam.

10. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan analgetik intravena dan jangan secara intramuskuler.

11. Lakukan timbangan berat badan 12. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. 13. Lakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap

Airway, Breathing dan Circulation : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life saving.

Vital Sign : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, respirasi, nadi, rectal temperature.

Urine Output : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan pemasangan foley kateter.

Page 20: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Medika mentosa :

1. Rehidran Formula Baxter dengan RL Kebutuhan = 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam = 4 cc x 18 Kg x 15% = 920 cc/24 jam 920 cc (460 cc dalam 8 jam pertama dan 460 cc dalam 16 jam kedua)

2. Injeksi Cefotaxim 2 x 375 mg

3. Injeksi Ranitidin 2 x 0,5 ampul

4. Injeksi Ketorolac 2 x 0,5 ampul

5. Kompres NaCl 0,9%

Page 21: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

PROGNOSIS : Ad vitam : Ad bonam Ad sanam : Ad bonam Ad fungsionam : Ad bonam

Page 22: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

LUKA BAKAR (COMBUTIO)

DEFINISI Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan

kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.

PENYEBAB LUKA BAKAR Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas

beberapa jenis penyebab, antara lain : a. Luka bakar karena api b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia d. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi e. Luka bakar karena sengatan sinar matahari. f. Luka bakar karena tungku panas/udara panas g. Luka bakar karena ledakan bom.

Page 23: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

LUAS LUKA BAKAR Wallace membagi tubuh atas bagian – bagian 9 % atau kelipatan dari

9 terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace. - Kepala dan leher 9 % - Lengan 18 % - Badan Depan 18 % - Badan Belakang 18 % - Tungkai 36 % - Genitalia/perineum 1 % Total 100 %

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

Page 24: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

KRITERIA BERAT RINGAN (American Burn Association) a. Luka Bakar Ringan.

Luka bakar derajat II <15 % Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak Luka bakar derajat III < 2 %

b. Luka bakar sedang Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa Luka bakar derajat II 10 – 20 5 pada anak – anak Luka bakar derajat III < 10 %

c. Luka bakar berat Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak. Luka bakar derajat III 10 % atau lebih Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

Page 25: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

DERAJAT KEDALAMAN Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai

berikut: a. Luka bakar derajat I :

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

b. Luka bakar derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2 (dua) bagian : 1. Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik. 2. Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung -ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

Page 26: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

PATOFISIOLOGI a. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

a. Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah rusak anemia. b. Meningkatnya permeabilitas udem dan bula dengan membawa serta elektrolit berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat). c. Bila luka bakar > 20 % syok hipovolemik : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal). d. Pada kebakaran daerah muka kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang terisa. Gejala sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal. e. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. f. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau

duodenum dengan gejala yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan “Tukak Curling” yang

dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis melena.

Page 27: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

FASE LUKA BAKAR a. Fase akut / fase syok / fase awal.

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD / Unit luka bakar. Cedera inhalasi penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.

b. Fase Subakut Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu a. Proses inflamasi atau infeksi. b. Problem penutupan luka c. Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase Lanjut Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

Page 28: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR FASE AKUT a. Evaluasi Pertama (Triage)

1. Airway, sirkulasi, ventilasi 2. Pemeriksaan fisik keseluruhan. Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung / spine. 3. Anamnesis Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit – penyakit yang pernah di alami sebelumnya. 4. Pemeriksaan luka bakar Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.

- Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka

bakarnya. - Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

Page 29: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

b. Penanganan di Ruang Emergency 1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita. 2. Bebaskan pakaian yang terbakar. 3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya trauma lain yang menyertai. 4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi. 5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasanga scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun. 6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah urine/jam. 7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten pengisapan. 8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara intramuskuler. 9. Timbang berat badan 10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.

Page 30: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30

12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.

13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh – sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.

Page 31: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Penanganan PernafasanKecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami

hal sebagai berikut. 1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup. 2. Sputum tercampur arang. 3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan. 4. Penurunan kesadaran termasuk confusion. 5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa. 6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronchi. 7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.

Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi. Penanganan penderita trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi stabil.

Page 32: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Penanganan Sirkulasi Pada luka bakar berat / mayor terjadi

perubahan keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ.

Pada luka bakar yang berat dapat menimbulkan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian.

Page 33: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula berikut :

Evans Formula Brooke Formula Parkland Formula Modifikasi Formula Monafo Formula

Page 34: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

Resusitasi Cairan 1. BAXTER formula Hari Pertama :

Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3 2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali. Kebutuhan faali : < 1 Tahun : berat badan x 100 cc 1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc 3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. ½ diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua Dewasa : ½ hari I Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

2. Menurut Evans –Cairan RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1 cc Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc Hari I 8 jam X ½ 16 jam X ½ Hari II ½ hari I Hari ke III ½ kari ke II

Page 35: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

MONITORING PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT Monitoring penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama resusitasi (0-72 jam pertama) dan pos resustasi.

a. Triage – Intalasi Gawat Darurat 1. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang harus segera diatasi sebagai life saving. Penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalami pneumotoraks.

2. Vital Sign : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, respirasi, nadi, rectal temperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik, dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadi cardiac arrest.

3. Urine Output : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam. Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar derajat III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam urine menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.

Page 36: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

b. Monitoring dalam fase resusitasi (sampai 72 jam) 1. Mengukur produksi urin dapat digunakan sebagai indikator apakah resusitasi cukup adekuat/tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc urine/jam. 2. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat. Keadaan ini dapat menunjukkan keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis meningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine. 3. Vital Sign 4. pH darah. 5. Perfusi perifer 6. Laboratorium 7. Penilaian keadaan paru diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret, wheezing, atau dispnae merupakan adannya impending obstruksi, pemeriksaan toraks foto ini, pemeriksaan arterial blood gas. 8. Penilaian gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH kurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer. 9. Penilaian luka bakarnya dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau atau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatan selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.

Page 37: Presus Penanganan Luka Bakar Fase Akut

KOMPLIKASI a. Syok karena kehilangan cairan. b. Sepsis / toksis. c. Gagal Ginjal mendadak d. Peneumonia

PROGNOSA a. Tergantung derajat luka bakar. b. Luas permukaan c. Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan

tangan karena sulit perawatan dan mudah kontraktur. d. Usia dan kesehatan penderita.