51
1 PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA DARI BULAN JULI 2008 SAMPAI JULI 2009 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Yulinda Novita NIM: 106103003478 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M

PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

1

PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS KELAMIN

PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UIN

SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA DARI BULAN JULI 2008 SAMPAI

JULI 2009

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Yulinda Novita

NIM: 106103003478

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/ 2009 M

Page 2: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

2

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 November 2009

Yulinda Novita

Page 3: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

3

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS KELAMIN

PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UIN

SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

DARI BULAN JULI 2008 SAMPAI JULI 2009

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Yulinda Novita

NIM: 106103003444

Pembimbing

Dr. Syarief Hasan Luthfie, SpRM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/ 2009 M

Page 4: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

4

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI DEMAM TIFOID

BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA PASIEN RAWAT JALAN DI

RUMAH SAKIT UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA DARI

BULAN JULI 2008 SAMPAI JULI 2009 yang diajukan oleh Yulinda Novita

(NIM: 106103003478), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan pada 20 November 2009. Laporan penelitian ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Jakarta, 3 November 2009

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing Penguji

Prof. DR. dr. MK. Tadjudin Sp.And Dr. dr. Syarief Luthfie, Sp.RM DR.Arif Sumantri,

SKM.MKes

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr.MK. Tadjudin, SpAnd DR. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM

Page 5: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh;

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan limpahan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulisan laporan penelitian ini saya susun dalam rangka memenuhi sebagian

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

laporan penelitian ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan

penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1) Prof. DR. dr. MK. Tadjuddin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan.

2) DR.dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter sekaligus pembimbing penelitian. Terima kasih atas

waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan

laporan penelitian ini di tengah kesibukan yang ada.

3) Bapak DR. Arif Sumantri, SKM.MKes sebagai dosen penguji, yang telah

banyak memberikan masukan, arahan, kritikan kepada saya, hingga

selesainya laporan penelitian ini.

4) Ibu Sylvia Nasution, MBiomed selaku penanggung jawab riset dan untuk

semua dosen-dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan

memberikan kesempatan saya untuk menimba ilmu selama saya menjalani

masa pendidikan di Prodi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Page 6: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

6

Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah bapak dan

ibu berikan.

5) Bapak Drs. M. Farid Hamzen, SKM, MSi dan Ibu Yuli Amran SKM,

MKes. Terima kasih atas arahan dan bimbingannya.

6) Pihak Rumah Sakit Syarif Hidayatullah yang telah memberikan izin

tempat penelitian ini sekaligus banyak membantu dalam pelaksanaan

penelitian ini.

7) Ayah dan Ibu yang tercinta H. Yusuf dan Hj. Yanah, serta adik-adikku,

yopi,yogi dan yusron zaki.

8) Untuk semua saudara-saudariku 52 orang angkatan 2006 terutama

kelompok riset saya,Diana Lutfillah, Nur Huda, Siti, Nurul dan

Nurmasyitah.

9) Terakhir, kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu per

satu, yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung

dalam proses penyusunan laporan penelitian ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan penelitian ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu. Wabillahittaufiq wal hidayah,

wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 3 November 2009

Penulis

Page 7: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

7

ABSTRAK

Nama : Yulinda Novita

Program Studi : Pendidikan Dokter

Judul :

“PREVALENSI DEMAM TIFOID PADA PASIEN RAWAT JALAN DI

RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PADA BULAN

JULI TAHUN 2008 SAMPAI JULI 2009”

Penelitian ini bertujuan membahas tentang informasi mengenai demam tifoid

sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki tingkat pelayanan Rumah Sakit

dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif demam tifoid di kalangan

masyarakat umum. Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan dengan desain

Penelitian merupakan penelitian epidemiologis secara observasi analitik dengan

desain potong lintang. Hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi demam tifoid

tidak dipengaruhi langsung oleh jenis kelamin. Namun hal itu dipengaruhi oleh

lingkungan dan perilaku manusia yang tidak sehat. Perlu dilakukan penelitian

lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar.

Kata kunci:

Prevalensi, demam tifoid, Rumah Sakit Syarif Hidayatullah

ABSTRACT

Name : Yulinda Novita

Study Program : Medical Education

Title :

“PREVALENCE OF TYPHOID FEVER PURSUANT DENSITY

OUTPATIENT AT HOME SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OF

YEAR JULY 2008 UNTIL JULY 2009’’

This research report study about information concerning of typhoid fever so that

can be applicable to improving the Hospital service in the case of promotion,

preventive, curative and rehabilitative of typhoid fever among society. This

research is antecedent research use the design of analytic observation by design

cut transversal and also represent the research of epidemiology. Result of

research got, that prevalence of typhoid fever can’t be influenced by sex. And that

Matter also influenced by environment and indisposed human being behavior.

Require to a continuation research with the larger size of sample.

Key words:

Prevalence, typhoid fever, Syarif Hidayatullah Hospital.

Page 8: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

8

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………….. -

HALAMAN JUDUL…………………………………………….........….... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.………………………….. ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA iii

LEMBAR PENGESAHAN..………………………………………............ Iv

KATA PENGANTAR…..…………………………………………............. v

ABSTRAK ……………………………………………………………........ vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………..…. viii

DAFTAR GAMBAR ,DAFTAR TABEL.............................. …..………… ix

1. PENDAHULUAN …………………………………………….......…… 1

1.1. Latar Belakang

……………..…..………………………………………………….

1

1.2. Rumusan

Masalah..………….………………………………………..…........

2

1.3. Tujuan

penelitian…………………………………………………….……

2

1.4. Manfaat

penelitian……………………………………………….………….

3

2. TINJAUAN PUSTAKA………..…………………………………..….. 5

2.1. Demam Tifoid…………………………………………………….…. 5

2.2. Faktor Resiko Demam Tifoid……………...………………………... 12

2.3. Kerangka Konsep……………………………….…..…………….…. 13

3.METODOLOGI PENELITIAN………………………………………..…. 17

3.1. Desain penelitian….…………………………………………………. 17

3.2. Waktu dan tempat penelitian………………………………………… 17

3.3. Populasi dan Sampel……………………………………………...…. 17

3.4. Managemen Data.....................……………….……………………... 19

3.5 Cara Kerja Penelitian........................................................................... 20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................………………………….. 21

4.1. Karakteristik Sampel........................................................................... 21

4.2. Prevalensi Demam Tifoid….………………………….…………….. 21

4.3. Pembahasan…………………………………………………………..

4.4. Keterbatasan Penelitian........................................................................

24

34

5. PENUTUP..................................................................................................

5.1. Simpulan...............................................................................................

5.2. Saran.....................................................................................................

35

35

36

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 37

Page 9: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

9

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Pasien Demam Tifoid Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik

Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Cipto

Mangunkusumo Tahun 2005 sampai dengan 2008...................

3

Tabel 2.1. Definisi operasional ................................................................... 14

Tabel 4.1. Prevalensi tifoid, hepatitis, diare dan pemakaian obat program

diare menurut kabupaten atau kota di provensi banten .............

22

Tabel 4.2. Prevalensi Demam Tifoid Tiap Bulan dari Bulan Juli 2008

hingga Juli 2009………………………….................................

22

Tabel 4.3. Distribusi Pasien Berdasarkan jenis kelamin pada Rumah

Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008 sampai

2009…………………………..................................................

23

Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Bahan-bahan yang Terkandung Dalam Air…......... 33

Page 10: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Patofisiologi Demam Tifoid....................................................... 7

Gambar 2.2. Kerangka Konsep .......................... .......................................... 13

Gambar 3.1. Alur Penelitian............................................................................ 20

Gambar 4.1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di RS UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008 Sampai

2009......................................................................................

23

Gambar 4.2. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan..................................... 31

Page 11: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyakit demam tifoid merupakan suatu penyakit sistemik akut yang

disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi. Pada beberapa dekade terakhir

demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-negara industri, namun tetap menjadi

masalah kesehatan yang serius di sebagian wilayah dunia. Kejadian demam tifoid

didunia sekitar 21,6 juta kasus dan terbanyak di Asia, Afrika dan Amerika Latin

dengan angka kematian sebesar 200.000. Setiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di

Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000 orang. Hingga saat ini penyakit

demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis

termasuk Indonesia dengan angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus

pertahun, dan angka kematian 3,1 sampai 10,4%.(WHO, 2004)

Angka kejadian demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2%

dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4% per 10.000

penduduk. Prevalensi demam tifoid di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2007

adalah 1,60%. Sedangkan prevalensi di Provinsi Banten sebesar 2,2 %. Insiden

demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi

lingkungan; di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000 penduduk,

sedangkan di daerah urban ditemukan 760 sampai 810 kasus per 100.000

penduduk.(Riskesdas, 2007)

Page 12: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

12

Diruang perawatan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto

Mangunkusuma Demam Tifoid merupakan penyakit infeksi yang masih sering

dijumpai. Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak, remaja dan dewasa muda.

Tabel 1.1. Data Pasien Demam Tifoid Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik

Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Cipto Mangunkusumo Tahun 2005

sampai dengan 2008

Tahun Rawat Inap Rawat Jalan Total (orang)

Dewasa Anak Dewasa Anak

2005 98 6 74 14 192

2006 109 9 59 8 185

2007 79 12 92 16 199

2008 59 8 51 26 144

Berdasarkan data tersebut, penulis ingin mencari lebih lanjut tentang

prevalensi demam tifoid di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Dalam proposal

penelitian ini, kami ingin mengetahui prevalensi demam tifoid yang terjadi pada

lingkungan sekitar Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Dari data yang diperoleh

dari Rumah Sakit Syarif Hidayatullah, adanya upaya untuk memperbaiki tingkat

pelayanan rumah sakit dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

demam tifoid dikalangan masyarakat umum.

Page 13: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

13

1.2.Rumusan Masalah

Berapa prevalensi demam tifoid pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit

Syarif Hidayatullah ditinjau dari jumlah pasien tiap bulan pada bulan Juli 2008

sampai bulan Juli 2009?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Memperoleh informasi mengenai demam tifoid sehingga dapat

digunakan untuk memperbaiki tingkat pelayanan Rumah Sakit dalam hal

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif demam tifoid di kalangan

masyarakat umum.

Tujuan Khusus:

Diketahuinya prevalensi terjadinya demam tifoid berdasarkan jumlah

pasien tiap bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

Diketahuinya jumlah pasien demam tifoid tiap bulan dan prevalensinya.

Diketahuinya hubungan perubahan iklim dan bulan kunjungan pasien

terhadap demam tifoid.

Diketahuinya faktor resiko penyakit demam tifoid berdasarkan bulan

kunjungan dan keterkaitan dengan lingkungan.

Page 14: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

14

1.4.Manfaat Penelitian

Bagi subyek:

Memberikan informasi seberapa tingginya prevalensi di Rumah Sakit

Syarif Hidayatullah sehingga subyek dapat melakukan pencegahan.

Bagi peneliti:

Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program

sarjana kedokteran.

Peneliti dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang

berperan pada demam tifoid.

Bagi institusi:

Menjadi dasar bukti medis secara ilmiah tentang prevalensi demam

tifoid terhadap terjadinya demam tifoid.

Bagi masyarakat:

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai demam tifoid

sehingga dapat dilakukan pencegahan dengan cara penyuluhan, pembagian

poster maupun terhadap terjadinya demam tifoid.

Page 15: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Tifoid

Demam tifoid ialah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella typhi (S. typhi), ditandai dengan demam yang berkepanjangan

(lebih dari satu minggu), gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran.(Lubis

B, 1990)

S.typhi ialah bakteri gram negatif, berflagela, bersifat anaerobik fakultatif,

tidak berspora, berkemampuan untuk invasi, hidup dan berkembang biak di dalam

sel kariotik. Bakteri ini mudah tumbuh dalam perbenihan biasa, tetapi hampir

tidak pernah meragikan laktosa atau sukrosa. Bakteri ini membentuk asam dan

kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa, dan biasanya membentuk H2S.

Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama.

S.typhi mempunyai beberapa antigen: antigen O, antigen H, antigen Vi dan Outer

Membrane Protein terutama porin (OMP). (Gladwin M, Trattler B,1999)

Beberapa antigen S.typhi:

1. Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh

bakteri. Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan

terhadap pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.

(Gladwin M, Trattler B,1999)

2. Antigen H

Page 16: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

16

Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae S.

typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen ini tidak aktif pada

pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau asam.

3. Antigen Vi

Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang

melindungi bakteri dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan

rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian

asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.

4. Outer Membrane Protein (OMP)

Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di

luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel

terhadap lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein

porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP,

terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran

hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya

resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein

nonporin terdiri atas protein OMP A, protein A dan lipoprotein, bersifat

sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan

jelas.(Baron EJ, dkk, 1994)

Page 17: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

17

Patofisiologi

S.typhi masuk melalui mulut, biasanya bersama makanan dan minuman

yang terkontaminasi. S.typhi yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke

saluran getah bening lalu ke aliran darah. Kemudian bakteri dibawa oleh darah

menuju berbagai organ, termasuk usus. Saat bakteri masuk ke saluran pencernaan

manusia, sebagian bakteri mati oleh asam lambung dan sebagian bakteri masuk ke

usus halus. Setelah berhasil melewati usus halus, bakteri masuk ke kelenjar getah

bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati,

empedu, dan lain-lain).Organisme ini berkembang biak dalam jaringan limfoid

dan diekskresi dalam feses. Faktor host yang ikut berperan dalam resistensi

terhadap infeksi S.typhi adalah keasaman lambung, flora normal usus dan daya

tahan usus.(Juwono R, 1996)

Gambar 2.1 Patofisiologi Demam Tifoid

Sumber: Nasronuddin, et al. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya:

Airlangga University Press, p. 121-24.

Asam lambung (HCL) dalam lambung berperan sebagai penghambat

masuknya bakteri S.typhi dan bakteri usus lainnya. Jika S.typhi masuk bersama-

sama cairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat

terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat

Page 18: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

18

hidroklorida (HCL) ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung,

sehingga S.typhi dapat masuk ke dalam usus penderita . S.typhi seterusnya

memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau

submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak

S.typhi. Setelah itu, S.typhi memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran

darah. Dengan demikian terjadilah bakterimia pada penderita. Dengan melewati

kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak

langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteria dapat

mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu yang infektif terjadilah

invasi kedalam usus untuk kedua kalinya yang lebih berat dari pada invasi tahap

pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi yang luas pada jaringan limfe

usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas. (Braunwald, 2005)

Demam tifoid merupakan salah satu bakteremia yang disertai oleh infeksi

menyeluruh dan toksemia yang dalam. Berbagai macam organ mengalami

kelainan, contohnya sistem hematopoietik yang membentuk darah, terutama

jaringan limfoid usus halus, kelenjar limfe abdomen, limpa dan sumsum tulang.

(Juwono R, 1996)

Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis

superfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri oleh hiperplasia sel limfoid . Pada

minggu ketiga timbul ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan

sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus akibat mukosa yang nekrotik.

Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa terkena,

dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai

membran serosa.akibat terjadinya ulkus maka perdarahan yang hebat dapat terjadi

Page 19: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

19

atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat

dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan kematian

pada penderita demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam

tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan

menimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan

perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan

perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang

berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan

maupun perforasi. (Ranjan L, dkk, 2001)

Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap

mengandung bakteri S.typhi sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita

merupakan urinary karier penyakit tersebut. (Ranjan L, dkk, 2001)

Gambaran Klinik

Masa Inkubasi

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya

adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas,

berupa : anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, lidah kotor, gangguan saluran

pencernaan. (Ranjan L, dkk, 2001)

Minggu Pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada

awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang

berpanjangan yaitu setinggi 39ºC hingga 40ºC, sakit kepala, pusing, pegal-pegal,

anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut

Page 20: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

20

lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut

kembung . Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. (Ranjan L, dkk,

2001)

Tanda khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung

merah serta bergetar atau tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita

sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada

periode tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa

saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi

pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata,

bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan

sempurna. (Ranjan L, dkk, 2001)

Minggu kedua.

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap

hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau

malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus

dalam keadaan tinggi . Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada

pagi hari. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi

meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat

dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan

darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang

berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut

kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. (Ranjan L, dkk, 2001)

Minggu ketiga

Page 21: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

21

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.

Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik,

gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian

justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi,

akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk,

dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium

atau stupor, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Jika denyut nadi sangat

meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini

menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah,

sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran

adanya perdarahan. (Ranjan L, dkk, 2001)

Minggu keempat

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat

dijumpai adanya pneumonia lobar.

Relaps

Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga

hanya menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan

berlangsung dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari

serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi

primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan

mengakibatkan timbulnya relaps. (Ranjan L, dkk, 2001).

Page 22: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

22

2.2 Faktor Resiko Demam Tifoid

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan

rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Demam tifoid

merupakan salah satu penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak

orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Walaupun demam tifoid tercantum

dalam undang-undang wabah dan wajib dilaporkan, namun data yang lengkap

belum ada, sehingga gambaran epidemiologisnya belum diketahui secara pasti. Di

Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi lebih sering

bersifat sporadik, terpencar-pencar disuatu daerah. (Soewondo,2002 dan

Simanjuntak, dkk, 1987)

Didaerah endemik transmisi terjadi melalui air ataupun makanan yang

tercemar. Makanan yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang

paling sering di daerah nonendemik. Carrier adalah orang yang sembuh dari

demam tifoid dan masih terus mengekskresi S.typhi dalam feses dan urin selama

lebih dari satu tahun. (Soewondo,2002 dan Simanjuntak, dkk, 1987)

Demam tifoid ditularkan melalui oral-fekal (makanan dan kotoran), maka

pencegahan utama dengan cara memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan

kebersihan perorangan dan lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan,

penyediaan air bersih. (Soewondo,2002 dan Simanjuntak, dkk, 1987)

Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan feses dari penderita yang

kemudian secara pasif terbawa oleh lalat . Lalat itu mengkontaminasi makanan,

minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Jika demikian keadaannya, feses

dan urin penderita bisa mengandung bakteri S.typhi yang siap menginfeksi

Page 23: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

23

manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang tercemar.

(Soewondo,2002 dan Simanjuntak, dkk, 1987)

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Page 24: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

24

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.1. Definisi operasional

No

.

Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat

Ukur

Skala Hasil Ukur

1. Data

Rekam

Medik

Data pasien

yang

terdiagnosis

pasti demam

tifoid dan

tinggal di

wilayah

Tangerang

Selatan

Data

rekam

medik

Data

rekam

medik

Ordinal 1. Pasien

yang

menderita

demam tifoid

di wilayah

Tangerang

Selatan

2. Pasien

yang

menderita

demam tifoid

di luar wilayah

Tangerang

Selatan

2. Rekam

Medik

Berkas yang

berisi catatan

di dokumen

mengenai

identitas

pasien, hasil

Data

rekam

medik

Data

rekam

medik

Ordinal 1. Pasien

yang

menderita

demam tifoid

2. Pasien

yang tidak

Page 25: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

25

pemeriksaan,

pengobatan,

tindakan dan

pelayanan

lainnya yang

diterima

pasien pada

sarana

kesehatan,

baik rawat

jalan maupun

rawat inap

menderita

demam tifoid

3. Prevalensi Angka

kejadian

kasus lama

dan kasus

baru

Data

rekam

medik

Data

rekam

medik

Rasio 1. Sebelum

Bulan Juli

2008

2. Bulan

juli 2008-2009

3. Sesudah

Bulan Juli

2009

4. Demam

Tifoid

Penyakit

sistemik akut

yang

disebabkan

Data

rekam

medik

Data

rekam

medik

Ordinal 3. Pasien

yang

menderita

demam tifoid

Page 26: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

26

oleh infeksi

kuman

Salmonella

typhi

4. Pasien

yang tidak

menderita

demam tifoid

5. Umur Semua pasien

penderita

demam tifoid

dan tidak

dibatasi oleh

umur

Data

rekam

medik

Data

rekam

medik

Nomina

l

1. Anak

2. Dewasa

3. Orang

tua

Page 27: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

27

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologis secara observasi

deskriptif dengan desain potong lintang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik Rumah Sakit Syarif

Hidayatullah. Waktu penelitian adalah pada bulan April - Oktober 2009.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi dan sampel yang diteliti

Populasi penelitian ini adalah data yang diperoleh dari rekam medik

pasien demam tifoid di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah pada Bulan Juli

2008 hingga Juli 2009.

3.3.2. Jumlah sampel

Rumus perhitungan besar sampel pada penelitian ini adalah:

z21-α/2 (P(1-P))N

d2(N-1) + z

21-α/2 (P(1-P))

(1,96)2 (0,5(1-0,5))652

0,052(652-1) + (1,96)

2 (0,5(1-0,5))

n =

n =

= 242 orang n

Page 28: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

28

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

α = kesalahan tipe 1

P = besar kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang diperoleh

z1-α/2 = jarak sekian standar error dari rata-rata (nilai z1-α/2 1,96 untuk

derajat kepercayaan 95%)

d = simpangan dari proporsi pada populasi

3.3.3 Kriteria sampel

3.3.3.1.Kriteria inklusi :

Mendapat persetujuan rumah sakit

Data pasien terdiagnosa pasti demam tifoid yang diperoleh dari

rekam medik

Data pasien demam tifoid yang menjalani rawat jalan

Data pasien demam tifoid yang berasal dari Tangerang Selatan.

Data pasien yang memenuhi data umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, alamat dan bulan kunjungan.

3.3.3.2.Kriteria eksklusi :

Tidak mendapat persetujuan dari rumah sakit

Data pasien yang tidak menderita demam tifoid

Data pasien tercantum tidak lengkap pada rekam medik

Data pasien yang tidak terdiagnosa pasti demam tifoid.

Data pasien demam tifoid yang bukan berasal dari Tangerang

Selatan.

Page 29: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

29

Data pasien tidak memenuhi data umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, alamat dan bulan kunjungan.

3.3.4. Kriteria Pengeluaran

Petugas bagian rekam medik tidak memberi izin untuk melakukan

penelitian.

Direktur rumah sakit tidak member izin untuk melakukan

penelitian.

Penelitian dihentikan tiba-tiba ketika sedang berlangsung.

3.4 Managemen Data

3. 4. 1. Pengumpulan Data

Data diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Syarif

Hidayatullah.

3. 4. 2. Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS

for Windows versi 16,0. Data disajikan dalam bentuk tekstular,

grafikal, dan tabular.

3. 4. 3. Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan secara deskriptif.

3. 4. 4. Pelaporan Hasil Penelitian

Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk makalah

ilmiah.

Page 30: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

30

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1. Izin Pengambilan Data Sekunder penelitian

Data sekunder penelitian berupa rekam medik pasien yang

terdiagnosa pasti demam tifoid dan berasal dari Tangerang Selatan

dan mendapat izin dari Rumah Sakit Syarif Hidayatullah setelah

diajukan permohonan.

3.5.2. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Page 31: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

31

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Sampel

Penelitian ini dengan pengambilan data di Bagian Rekam Medik RS Syarif

Hidayatullah. Data yang diambil merupakan data pasien demam tifoid pada bulan

juli 2008 hingga bulan juli 2009. Jumlah populasi yang ada sebanyak 652 subyek.

Laki – laki sebanyak 330 dan perempuan sebanyak 322. Pada penelitian ini besar

sampel pada rekam medik yang dapat dikumpulkan dalam kurun waktu tersebut

sebanyak 244 pasien, yang terdiri dari jenis kelamin perempuan dan laki – laki.

Pada penelitian ini didapatkan 134(54,9%) jenis kelamin laki – laki dan

110(46,1%) jenis kelamin perempuan dari total keseluruhan sampel yang

menderita tifoid.

4.2. Prevalensi Demam Tifoid

Dari hasil pengumpulan data di Bagian Rekam Medik RS Syarif

Hidayatullah, didapatkan jumlah keseluruhan pasien pada bulan juli 2008 hingga

juli 2009 sejumlah 104.273 orang, kemudian didapatkan jumlah seluruh pasien

rawat jalan demam tifoid sejumlah 652 orang. Dengan menggunakan rumus

prevalensi yaitu:

Periode prevalence rate = Σ penderita lama + Σ penderita baru X Konstanta

Σ penderita keseluruhan selama satu periode

Keterangan:

Σ = jumlah

Page 32: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

32

Konstanta = 100 %

Maka, prevalensi demam tifoid pada pasien rawat jalan di RS Syarif

Hidayatullah Jakarta pada bulan juli 2008 hingga juli 2009 sebesar 0,6 %. Angka

ini lebih rendah jika dibandingkan dengan angka prevalensi demam tifoid di

Kabupaten Tangerang pada Tahun 2007 yaitu sebesar 1,5 % untuk didiagnosis

oleh tenaga kesehatan dan 2,8 % yang didiangnosis oleh tenaga kesehatan atau

dengan gejala. (Riskesdas, 2007)

Tabel.4.1

Sumber: Data Riskesdas 2007 Provinsi Banten

Tabel. 4.2

Prevalensi Demam Tifoid Tiap Bulan dari Bulan Juli 2008 hingga Juli 2009

Bulan Kunjunngan Jumlah pasien

(orang )

Perempuan Laki – laki

Juli 2008 18 8 10

Agustus 2008 25 12 13

September2008 27 14 13

Page 33: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

33

Oktober 2008 16 9 7

November 2008 32 20 12

Desember 2008 50 25 25

Januari 2009 28 10 18

Februari 2009 33 16 17

Maret 2009 34 17 17

April 2009 31 16 15

Mei 2009 84 44 40

Juni 2009 136 61 75

Juli 2009 138 70 68

Total 652 322 330

Tabel 4.3. Data Statistik

Tabel 4.3. Distribusi Pasien Berdasarkan jenis kelamin pada Rumah Sakit Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2008 sampai 2009

jenis kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid laki – laki 134 54.9 54.9 54.9

Perempuan 110 45.1 45.1 100.0

Total 244 100.0 100.0

Page 34: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

34

Dari hasil tabel didapatkan bahwa jenis kelamin laki – laki sekitar 134 orang

yang pernah menderita demam tifoid, dan sekitar 110 orang perempuan yang

menderita demam tifoid. Dari data diatas maka akan dibahas mengenai faktor

yang mempengaruhinya.

4.3 Pembahasan

Prevalensi demam tifoid dengan mencari data dari rekam medik lebih

mudah dilakukan. Dari hasil analisa statistik didapatkan bahwa 134(54,9%) jenis

kelamin laki – laki dan 110(46,1%) jenis kelamin perempuan dari total

keseluruhan sampel yang menderita tifoid . Hal ini berarti bahwa demam tifoid

tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin, namun diduga ada faktor lain yang

mempengaruhinya

Telah diketahui bahwa demam tifoid termasuk salah satu dari penyakit

menular. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari

orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui

Page 35: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

35

perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab

penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Suatu penyakit dapat menular dari

orang yang satu kepada yang lain, ditentukan oleh 3 faktor, yaitu: (Susanna, 2000)

1. Agen (penyebab penyakit)

2. Host (induk semang)

3. Route of transmission (jalannya penularan)

Demam tifoid atau tifus abdominalis merupakan salah satu penyakit infeksi

tersering di wilayah tropik dan di Negara berkembang Seperti di Indonesia.

Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi.

.(Soewondo ES, 2002).

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang

sehingga dapat menimbulkan wabah. Di Indonesia, demam tifoid bersifat

endemik. Penderita dewasa muda sering mengalami komplikasi berat berupa

perdarahan dan perforasi usus yang tidak jarang berakhir dengan kematian.

Telah diketahui bahwa sebenarnya demam tifoid tidak mengenal jenis kelamin

penderita yang diserangnya. Dari banyak penelitian berpendapat pria lebih

banyak menderita demam tifoid karena dipengaruhi oleh pekerjaan , kesehatan

lingkungan, dan kebiasaan cara makan dan minum. (Chandra B, 2006)

Pada jenis kelamin laki - laki kejadiannya lebih tinggi disebabkan karena meraka

terlalu sibuk bekerja sehingga dapat menimbulkan stress, stress berperan terhadap

kualitas seseorang. Apabila seseorangang mengalami stress, maka sel yang ada

ditubuhnaya juga mengalami stres. Pada sel yang stress maka penampilan

kelelehan dapat berupa nekrosis dan apoptosis.adanya nekrosis dan apoptosis

Page 36: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

36

dialami oleh sel maka kekebalan tubuh akan menurun dan kerentanan individu

terahadap infeksi meningkat. (

Jawetz E dkk 2006)

4.3.1. Pengaruh Makanan dan Minuman terhadap Penyakit Tifoid

Masalah makanan mempunyai khas tersendiri, sering ditemukan penjaja makanan,

baik yang menetap (warung) ataupun yang berkeliling kampong (gerobak

makanan), disamping kebanyakan dari masyarakat Indonesia memang senang

jajan. (Susanna D, 2000)

Penyakit tifoid titularkan secara fecal oral, dimana sangat berhubungan dengan

tingkat kebersihan, kemungkinan laki – laki lebih banyak mendrita tifoid

dikarenakan kebersihan laki - laki kurang dibandingkan dengan perempuan.

Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal :

Mengelola makanan atau makan dengan tangan kotor

Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan

Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan

lain – lainnya

Dapur, alat masak dan makan kotor

Maka n yang jatuh ketanah masih dimakan

Makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat

menjangkaunya

Makanan matang dan mentah disimpan bersama – sama

Makanan dicuci denngan air kotor

Makanan terkontaminasi kotoran akibat hewan yang berkeliaran

disekitarnya

Page 37: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

37

Sayuran dan buah ditanam ditanah yang terkontaminasi

Memakan sayuran dan buah – buahan yang terkontaminasi

Pengolah makanan yang sakit atau carier penyakit

Pencegahan penyakit bawaan makanan :

Pemilihan bahan baku yang sehat, tidak busuk dan warna yang segar

Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus atau

jangan sampai membusuk

Pengolahan makanan yang higienis serta prosesnya dapat mematikan

penyebab penyakit, peraltan masak harus bersih

Pengelola makanan bukan carier penyakit dan tidak sakit

Penyajian makanan tidak terkena lalat , debu, dan udara kotor, peralatan

makan yang higienis

Penyaji makanan harus mendapat keterangan sehat

Penyimpanan makanan matang jangan sampai terkontaminasi dan

membusuk

4.3.2 Pengaruh penyedian air minum yang bersih terhadap penyakit

tifoid

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak

berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala

mahluk yang membahayakan kesehatan , tidak mengandung zat kimia yang dapat

mengubah fungsi tubuh dan merugikan secara ekonomi. (Susanna D,2000)

peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam – macam

diantarantya :

Page 38: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

38

Air sebagai penyebar mikroba patogen

Air sebagai sarang infeksi penyebar penyakit

Jumlah air bersih yang tersdia tidak mencukupi

Air sebagai sarang hospes sementara penyakit

Penyakit yang disebarkan oleh air secara langsung dinyatakan sebagai penyakit

bawaan air atau water born disease. Penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila

mikroba penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air yang dipakai masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Mikroba yang dapat menyebar lewat air

sangat banyak macamnya diantaranya adalah bakteri salmonella thypi.

Untuk mencegah terjadinya penyakit bawaan air dilakukan pengelolaan air minum

dan air buangan terpadu.

Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit bagi

masyrakat. Insekta disebut juga vektor penyakit.

Pengaruh vektor terhadap kesehatan dapat bermacam – macam, selain sebagai

vektor secara langsung dapat menyebabkan entomophobia, gangguan ketenangan,

dan dapat menjadi penyebab penyakit. Secara tidak langsung dapat menjadi

reservoir agent penyakit , memusnahkan panen dan menjadi parasit pada tubuh

manusia. (Susanna D,2000)

Tindakan untuk mencegah penyebaran vektor antara lain :

Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase,

kebersihan saluran dan reservoir air , menghilangkan genangan, mencegah

pembusukan sampah

Mobilisasi masyrakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan

memelihara kebersihan lingkungan masing - masing

Page 39: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

39

Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vector dewasa didahului

dengan uji

4.3.3 Pengaruh Persampahan terhadap penyakit tifoid

Sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat

Jenis sampah antara lain :

Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah

kebun, pertanian dan lain – lainnya

Sampah yang tidak dapat membusuk seperti kertas, plastic, karet, gelas,

logam dan lainnya

Sampah yang berupa debu atau abu

Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan seperti sampah yang berasal

dari industry yang mengandung zat kimia maupun zat fisis yang berbahaya

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi efek langsung

dan tidak langsung . yang dimaksud efek langsung adalah efek yang disebabkan

karena kontak langsung dengan sampah tersebut. Misalnya sampah yang beracun,

sampah yang korosif terhadap tubuh, dll.

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan,

pembakaran, dan pembuangan sampah. (Susanna D,2000)

Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vector yang berkembang

biak di sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan

tikus. Seperti yang kita ketahui bahwa lalat adalah vektor beberapa penyakit perut

diantaranya adalah thifus abdominalis yang disebabkan oleh salmonella typhi .

Teknik pembuangan sampah

Page 40: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

40

Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat

menjadi sampah

Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku

Meningkatkan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya

pembungkus plastic diganti dengan pembungkus kertas.

4.3.4 Pengaruh kesehatan lingkungan terhadap penyakit tifoid

seorang tokoh dunia kedokteran hipocrates (460 -377) adalah tokoh yang

pertama berpendapat bahwa penyakit ada hubungannya dengan fenomena alam

dan lingkungan. Dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena

adanya interaksi anatara manusia dan lingkungan hidupnya. (Susanna D,2000)

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang

optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan

yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain

mencakup: perumahan, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, sanitasi dan

sebagainya.

Masalah kesehatan lingkungan muncul sebagai akibat adanya dua keadaan,

yakni:

1. Faktor keditaktahuan penduduk

2. Terdapatnya faktor lingkungan yang jika ditinjau dari sudut

kesehatan kurang menguntungkan.

Hendrik L.Blum menggambarkan secara ringkas sebagai berikut:

Page 41: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

41

Gambar 4.2. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

Sumber: Putranto HK, Susanna D. 2000. Kesehatan Lingkungan.Depok: FKM UI.

Keempat faktor tersebut selain berpengaruh langsung terhadap kesehatan,

juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara

optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai

kondisi yang optimal pula (Susanna, 2000).

The Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 1979): Kematian dini

(premature death) pada populasi AS dipengaruhi oleh:

1. Gaya hidup dan perilaku individu (50%)

2. Genetik (20%)

3. Faktor lingkungan dan sosial (20%)

4. Akses ke pelayanan kesehatan inadekuat (10%)

Syarat-syarat lingkungan yang sehat dilihat dari berbagai factor

A. Perumahan

Faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah

Keturunan

Pelayanan kesehatankesehatan

Prilaku

Lingkungan :

fisik

Social

ekonomi

Budaya

Status kesehatan

Page 42: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

42

1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan

social.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

3. Tekhnologi yang dimiliki masyarakat

4. Kebijaksanaan pemerintah yang menyangkut tata guna tanah

B. Penyediaan air bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Didalam tubuh

manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Kebutuhan manusia akan air

sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan

sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum (termasuk untuk masak). Oleh karena itu, untuk

keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia.

Syarat-syarat air minum yang sehat:

a. Syarat fisik

Bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di

luarnya.

b. Syarat bekteriologis

Harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara untuk

mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalh dengan

memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dalam pemeriksaan 100cc air

tersdapat kurang dari 4 bakteri E.Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat

kesehatan.

Page 43: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

43

c. Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah

yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air,

akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat

kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.4. Bahan-bahan yang Terkandung Dalam Air

Jenis bahan Kadar yang dibenarkan

(mg/liter)

Fluor (F) 1-1,5

Chlor (Cl) 250

Arsen (As) 0,05

Tembaga

(Cu)

1,0

Besi (Fe) 0,3

Zat organik 10

Ph

(keasaman)

6,5-9,0

CO2 0

Sumber: Putranto HK, Susanna D. 2000. Kesehatan Lingkungan.Depok: FKM UI.

Page 44: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

44

C. Pembuangan Kotoran Manusia

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak

dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-

zat yang harus dikeluarkan ini berbentuk tinja (feses), air seni (urin) dan

CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sesuai dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat.

Sedangkan kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Selama melakukan penelitian ini, ada beberapa keterbatasan yang dihadapi

peneliti. Dan keterbatasan tersebut diantaranya adalah :

1. Penghitungan sampel dilakukan dengan cara, mengencek dan menghitung

buku kunjungan pasien di Poli Anak, Poli Umum, Poli Mahasiswa, dan

Poli Interna. Selain cara tersebut, pencarian dapat dilakukan melakukan

melalui pencarian di komputer yang datanya berasal dari data tiap status

pasien yang berobat ke rumah sakit. Peneliti hanya melakukan cara

pertama, sehingga data kemungkinan masih kurang.

2. Beberapa faktor yang berpengaruh pada penelitian ini, tidak diteliti secara

benar. Faktor-faktor tersebut berupa pola makan mahasiswa dan

masryarakat di daerah wilayah rumah sakit dan aktifitas yang dilakukan

pada bulan juli, serta status kebersihan warung makan di sekitar kampus.

Page 45: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

45

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan 134(54,9%) jenis kelamin laki – laki dan

110(46,1%) jenis kelamin perempuan dari total keseluruhan sampel yang

menderita tifoid.

Berdasarkan data yang diambil di Bagian Rekam Medik Syarif

Hidayatullah, pada bulan Juli 2008 hingga bulan Juli 2009. Pasien rawat

jalan demam tifoid paling banyak pada bulan Juli 2009, sebanyak 138

pasien.

Pada penelitian ini diperoleh kesan, bahwa perbedaan jenis kelamin

bukanlah factor seseorang terjangkitnya demam typoid, factor yang

mempengaruhi terjadinya demam tifoid antara lain adalah kesehatan

lingkungan, penyedian air minum yang bersih dan pembuangan sampah

yang teratur dan juga kebiasaan dan cara makan .

5.2 Saran

1. Karena faktor kebersihan makanan dan minuman, pembuangan sampah,

kesehatan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian demam tifoid, maka

disarankan perlu adanya penyuluhan terhadap masyrakat tentang demam

tifoid dan faktor yang mempengaruhinya.

Page 46: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

46

2. Menjelaskan pada masyrakat agar memperhatikan kebersihan makanan

dan minuman, pembuangan sampah dan lingkungan tempat tinggalnya.

3. Mengantisipasi kontaminasi makanan dan minuman dari air yang tercemar

Salmonella typhi dengan pencucian alat-alat masak, alat makan dan

minum dengan baik kemudian memasak makanan dan minuman pada suhu

diatas 60ºC.

4. Perlu adanya komitmen petugas kesehatan , untuk menjadikan masalah

demam tifoid sebagai salah satu masalah prioritas yang harus di

tanggulangi.

5. Menhindari kontaminasi sumber air bersih melalui pencemaran dari tinja

dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembuangan tinja yang

memenuhi persyaratan sanitasi.

6. Mengingat bahwa demam tifoid merupakan penyakit endemik sehingga

dalam menentukan upaya penanggulangan masalah demam tifoid yang

lebih efektif sesuai dengan faktor penyebabnya

Page 47: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. The Widal slide agglutination tes, a valuable rapid diagnostic tes

in typhoid fever patients at the infectious disease hospital of Jakarta. Am J of

Epidemiology, 123; 869-79

Baron EJ, Peterson R, FinegoId SM, 1994.

Enterobactericeae.In:BaileyandScott’sDiagnostic Microbiology.

Ditjen Yanmedik, Depkes RI.

Fuad Amsyari.1986. Masalah pencemaran lingkungan.cet 3. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Gasem MH, Dolmans WMV, Keuter M, Djokomoeljanto R. Poor food hygiene

and housing as risk factors for typhoid fever in Semarang, Indonesia. vol 6.

Tropical Medicine and International Health, p. 484-490.

Gladwin M, Trattler B. 1999. The enteric. In: Clinical Microbiology Made

Ridiculously Simple. Miami: Med Master Inc, p.54-61.

Handojo I. 1982. Kuliah serologi klinik FK Unair. Surabaya: Laboratorium

Patologi Kiinik RSUD Dr. Soetomo, p. 29-37

Page 48: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

48

http://www.tangerangselatankota.go.id/compilation_geografis.php. 2008.

Jawetz E, Melnick J, Adelverg E.1996. Mikrobiologi Kedokteran. Ed 20.

Jakarta:EGC, p. 244-245

Juwono R. Demam tifoid. 1996. Dalam: Penyakit DaIam I. Ed ke 3. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI, p. 435-42.

Koneman EW, Allen SD, Janda WM. 1992. Color Atlas and Text book of

Diagnostic Microbiology. 5th

ed. Philladelphia: Lippincott Company, p. 128.

Loho T, Sutanto, Silman E. 2000. Dalam: Demam tifoid peran mediator, diagnosis

dan terapi. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit Dalam

FKUI, p. 22-42

Lubis B. 1990. Demam tifoid makna pemeriksaan laboratorium dan pencegahan.

Medika, p.366.

Nasronuddin, et al. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga

University Press, p. 121-24.

National Center for Infectious Diseases. 2004. Typhoid fever-Health Information

for International Travel.

Page 49: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

49

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu kesehatan masyarkat prinsip-prinsip dasar.cet

2. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pang T, Levine MM, Ivanoff B. 1997. In The Third Asia Pacific Symposium on

typhoid fever and other Salmonellosis. Bali: Indonesia, p. 119-21.

Putranto HK, Susanna D. 2000. Kesehatan Lingkungan.Depok: FKM UI.

Senewiratne B, Chir B, Senewiratno K.. 1977. Reassesment of the Widal test in

the diagnosis of typhoid. Gastroenterology, p. 23-36.

Simanjuntak CH, Hoffman SL, Punjabi NH dkk. 1987. Epidemiologi demam

tifoid di suatu daerah pedesaan di Paseh Jawa Barat. Cermin Dunia Kedokteran,

45: 16-18.

Soewondo ES. 2002. Demam tifoid deteksi dini dan tatalaksana. Makalah

lengkap: Seminar Kewaspadaan terhadap demam pada penyakit typhus

Abdominalis, DBD dan Malaria Serta Penggunaan Tes Diagnostik Laboratorium

untuk Deteksi Dini. Surabaya:Tropical Diseases Centre UNAIR.

Sudigdo S. 2002. dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto,

p. 311-21.

Page 50: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

50

Theodore Curtis, MD. 2006. Typhoid Fever.eMedicine Clinical Reference.

Widodo D, Hasan I. 1999. Perkembangan diagnosis laboratorium demam tifoid.

Majalah Kedokteran Indonesia. 49:25-62.

Page 51: PREVALENSI DEMAM TIFOID BERDASARKAN JENIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai ... Penelitian ini adalah

51