Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PREVALENSI KEJADIAN TRAUMA KEPALA DENGAN
TRAUMA MULTIPEL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK TAHUN 2015 - 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran
Oleh :
RONDANG DWI FEBRIANA SIHOTANG
150100136
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
menyertai dan mencurahkan kasihNya yang begitu besar kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prevalensi Kejadian Trauma
Kepala dengan Trauma Multipel di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
tahun 2015 - 2017” ini tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk
mencapai kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa hormat,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Rr. Suzy Indharty, M.Kes, Sp. BS(K) selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak membantu penulis, meluangkan waktu, tenaga, dan
memberi banyak arahan dan masukan bagi penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
3. dr. Andre Marolop P. Siahaan, M.Ked(BS), Sp.BS dan Alm. Ibu Sri
Lestari, SP, M. Kes selaku ketua dosen penguji serta Ibu Nenni Dwi
Aprianti Lubis, SP,M.Gizi selaku anggota dosen penguji yang telah
memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat yang sangat
konstruktif dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. dr. Meivina Ramadhani Pane, M.Ked(PD), Sp. PD selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menempuh
pendidikan.
5. Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang
telah membantu saya dalam pengumpulan data skripsi.
Universitas Sumatera Utara
iv
6. Keluarga penulis, ayahanda Ir. Marelison Sihotang, ibunda Dra. Aprina
Siregar, kakanda Rachel Sihotang yang menjadi penyemangat dengan
memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dan pendidikan dengan penuh semangat dan keyakinan.
7. Kepada seluruh sahabat penulis yang sudah penulis anggap seperti saudara
kandung, Lulu Anandita Putri, Ridha Mutiara, Nabila Nasution, Annisa
Marchia Marshal, Audhy Alivia Rambe, Triska Putri, Dinta Nisainda,
Widya Safitri, Fadilah Oliv Khairina, Wardatan Kaddihan, Sryita
Sembiring, Yustry Meliala, Monalisa Nainggolan, Helen Priccila, Agung
Siboro, Bayu Agustian, Gio Justisia, Josapat Sitepu, Ade Indrawan,
Susanto Handoko, Steven Theo, Sherin Hasibuan, Dearni Anggita,
Magdalenauli, Lumongga Azma Chadisya, keluarga besar TBM FK USU,
WIRUS PEMA FK USU yang telah banyak membantu dalam memberikan
dukungan semangat, saran, kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Abangda dr. Amiruddin Hidayatullah, kakanda dr. Putri Itonami Marbun,
Erpina Valentina Perangin-Angin S.Ked, Angelin Putri Ghozali S.Ked,
Ella Finarsih S.Ked, Geby Rut Abaginna Ginting S.Ked dan Nurfadhilah
Hasibuan S.Ked yang telah banyak membantu dalam memberikan
dukungan semangat saran, kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman - teman stambuk 2015 dan semua pihak yang telah membantu baik
dalam bentuk moril maupun materil yang namanya tidak dapat disebutkan
oleh penulis satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi materi yang disampaikan maupun tata cara penulisannya. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangatlah diharapkan guna menyempurnakan hasil
penelitian skripsi ini.
Medan, Desember 2018
Penulis,
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
BAB Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
i
ii
iii
v
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar
Daftar Singkatan
Daftar Lampiran
Abstrak
Abstract
viii
ix
x
xi
xii
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
2
2
2
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Peneliti
1.4.2 Untuk Rumah Sakit
1.4.3 Untuk Masyarakat
1.4.4 Untuk Institusi Pendidikan
3
3
3
3
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Trauma Kepala
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Epidemiologi
2.1.4 Manifestasi Klinis
2.1.5 Klasifikasi & Patofisiologi
4
4
4
5
6
7
Universitas Sumatera Utara
vi
2.1.6 Diagnosis
2.1.7 Tatalaksana
2.1.8 Komplikasi
2.2 Trauma Multipel
10
13
16
17
2.3 Kerangka Teori 19
2.4 Kerangka Konsep 20
III. METODE PENELITIAN 21
3.1 Jenis dan Desain Penelitian 21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
3.3.1.1 Kriterian Inklusi
3.3.1.2 Kriterian Eksklusi
3.3.2 Sampel Penelitian
21
21
21
21
22
3.4 Metode Pengumpulan Data 22
3.5 Definisi Operasional 22
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24
4.1 Hasil Penelitian 24
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 24
4.1.2 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 35
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Skala Koma Glasgow 11
2.2 Survei Primer Pasien Cedera Otak 13
2.3 Abbreviated Injury Score 17
2.4 Injury Severity Score 18
3.1 Definisi Operasional Variabel yang Diteliti 22
4.1 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin 25
4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Umur 26
4.3 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Pendidikan Terakhir 26
4.4 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Penyebab 27
4.5 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Trauma Multipel
Lain
28
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Teori Penelitian 19
2.2 Kerangka Konsep Penelitian 20
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR SINGKATAN
ABC : Airway, Breathing, Circulation
AIS : Abbreviated Injury Score
ATLS : Advanced Trauma Life Support
AVPU : Alert, Verbal, Pain, Unresponsive
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
CSF : Cerebrospinal Fluid
CSS : Cairan Serebrospinalis
CT – Scan : Computerized Tomography Scan
EDH : Epidural Hematoma
GCS : Glasgow Coma Scale
ICH : Intracerebral Hemorrhage
ISS : Injury Severity Score
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
MRI : Magnetic Resonance Imaging
NISS : New Injury Severity Score
SDH : Subdural Hematoma
TBI : Traumatic Brain Injury
TIK : Tekanan Intra Kranial
WHO : World Health Organization
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Daftar Riwayat Hidup 35
B. Lembar Pernyataan Orisinalitas 37
C. Surat Persetujuaan Komisi Etik 38
D. Surat Izin Penelitian 39
E. Data Pasien 41
F. Analisa Data Statistik SPSS 48
Universitas Sumatera Utara
xi
ABSTRAK
Latar belakang. Cedera kepala atau sering disebut trauma kepala adalah trauma yang paling
umum ditemui di unit gawat darurat. Pasien yang pernah mengalami trauma kepala biasanya
mengalami gangguan neuropsikologis yang berakibat kecacatan sehingga berpengaruh pada
pekerjaan dan aktivitas sosial mereka. Trauma dapat terjadi di satu atau lebih bagian tubuh
selain kepala. Trauma yang terjadi pada minimal 2 bagian tubuh dengan derajat keparahan yang
cukup tinggi disebut dengan trauma multipel. Di Indonesia, prevalensi kejadian trauma kepala
sebesar 8,2% dan kejadian trauma multipel di Jerman sebesar 50000 orang dalam satu tahun.
Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi kejadian trauma kepala dengan
trauma multipel. Metode. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam
Malik dengan pendekatan cross-sectional menggunakan data sekunder. Sampel penelitian
merupakan seluruh penderita trauma kepala dengan trauma multipel tahun 2015-2017, serta
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Hasil. Sebanyak 236 sampel
menjadi kriteria inklusi pada penelitian ini. Prevalensi trauma kepala terbanyak terjadi pada laki-
laki, berusia 18-35 tahun, pendidikan terakhir SMA, penyebab trauma yaitu kecelakaan lalu
lintas, trauma maksilofasial merupakan trauma multipel paling banyak pada trauma kepala.
Kesimpulan. Trauma penyerta tertinggi pada kejadian trauma kepala dengan trauma multipel
adalah trauma maksilofasial.
Kata kunci : Trauma kepala, trauma multipel
Universitas Sumatera Utara
xii
ABSTRACT
Background. Head injuries or commonly called head trauma are the most common trauma that
can be found in the emergency department. Patients who have experienced head trauma usually
have a neuropsychological disorder that results in disability affecting their work and social
activities. Trauma can occur in one or more parts of the body other than the head. Trauma that
occurs in at least 2 parts of the body with a high degree of severity is called multiple trauma. In
Indonesia, the prevalence of head trauma events was 8.2% and the incidence of multiple trauma in
Germany was 50000 people in one year. Aim. This study aimed to show the prevalence of head
trauma with multiple trauma cases. Method. This study is going to be held at Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) H. Adam Malik with cross-sectional approach using secondary data. The samples
are all of head trauma with multiple trauma patients from 2015 to 2017 that meet the inclusion
and exclution categories. Results. A total of 236 samples became the inclusion criteria in this
study. Prevalence of head trauma occurs mostly in men, aged 18-35 years, most recent education
is high school, the cause of trauma is a traffic accident, maxillofacial trauma is the most common
multiple trauma in head trauma. Conclusion. The highest concomitant trauma in the incidence of
head trauma with multiple trauma is maxillofacial trauma.
Keywords : Head trauma, multiple trauma
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera kepala atau sering disebut trauma kepala adalah trauma yang paling
umum ditemui di unit gawat darurat. Banyak pasien dengan trauma kepala berat
meninggal sebelum sampai di Rumah Sakit, faktanya hampir 90% kematian
akibat trauma pra-rumah sakit menyangkut trauma kepala. Pasien yang pernah
mengalami trauma kepala biasanya mengalami gangguan neuropsikologis yang
berakibat kecacatan sehingga berpengaruh pada pekerjaan dan aktivitas sosial
mereka (ATLS, 2018).
Trauma dapat terjadi di satu atau lebih bagian tubuh. Trauma yang terjadi
pada minimal 2 bagian tubuh dengan derajat keparahan yang cukup tinggi (ISS >
16) disebut dengan trauma multipel (Pratama, 2015). Trauma multipel atau sering
disebut politrauma adalah kondisi dimana terdapat 2 atau lebih kecederaan secara
fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satu kecederaan tersebut
mengakibatkan kematian ataupun berdampak pada fisik, kognitif, psikologik atau
kelainan psikososial dan disabilitas fungsional (Lamichhane et al., 2013).
Dalam satu tahun, insidensi trauma multipel di Jerman sebanyak 50.000 pasien
dengan skor ISS ≥ 50 dialami oleh 3265 pasien (Rüden et al., 2013). Pada tahun
2013 di Indonesia, prevalensi kejadian trauma kepala sebesar 8,2% dengan urutan
penyebab cedera terbanyak adalah jatuh 40,9%, kecelakaan sepeda motor 40,6%,
cedera akibat benda tajam dan tumpul 7,3%, transportasi darat lainnya 7,1% dan
kejatuhan 2,5 % (Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013).
Di negara miskin dan negara berkembang terjadi peningkatan mobilisasi yang
bergantung pada kendaraan transportasi untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Namun tidak terjadi peningkatan kuantitas serta kualitas infrastruktur penunjang,
seperti ketersediaan jalan, regulasi transportasi yang baik, fasilitas keamanan
suatu kendaraan, serta sistem edukasi mengenai tata cara berlalu lintas yang baik
dan benar (Pratama, 2015).
Universitas Sumatera Utara
2
Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik (RSUP HAM) Medan pada tahun 2010 jumlah penderita trauma kepala
adalah 1627 penderita, yang terdiri atas 1021 penderita cedera kepala ringan
(CKR),444 penderita cedera kepala sedang (CKS), dan 162 penderita cedera
kepala berat (CKB) (Data Departemen Bedah Saraf FK USU, 2010).
Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan, penulis tertarik untuk
membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Prevalensi Kejadian Trauma Kepala
dengan Trauma Multipel di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-2017.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah : “Bagaimana prevalensi kejadian trauma kepala dengan trauma multipel di
RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-2017?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk prevalensi kejadian trauma kepala dengan trauma multipel di RSUP
Haji Adam Malik tahun 2015-2017
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevalensi kejadian trauma kepala dengan trauma
multipel berdasarkan jenis kelamin di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-
2017.
2. Untuk mengetahui prevalensi kejadian trauma kepala dengan trauma
multipel berdasarkan umur di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-2017.
3. Untuk mengetahui prevalensi kejadian trauma kepala dengan trauma
multipel berdasarkan pendidikan di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-
2017.
Universitas Sumatera Utara
3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Peneliti
Diharapkan dapat menjadi wujud pengaplikasian disiplin ilmu serta untuk
meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan sarana untuk menambah pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi kejadian trauma kepala.
1.4.2 Untuk Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai sebagai data dan rumah sakit yang menangani
penyakit ini dapat segera menindak lanjuti serta mencegah agar tidak
memperburuk keadaan pasien.
1.4.3 Untuk Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi yang benar bagi masyarakat tentang
prevalensi kejadian trauma kepala dengan trauma multipel di RSUP Haji Adam
Malik tahun 2015-2017.
1.4.4 Untuk Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat untuk
penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trauma Kepala
2.1.1 Definisi
Cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang terjadi
ketika tubuh manumur secara tiba-tiba mengalami penurunan energi dalam jumlah
yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat dari kurangnya satu
atau lebih komponen penting seperti oksigen (WHO, 2014).
Cedera dapat terjadi disatu atau lebih bagian tubuh manumur termasuk kepala.
Cedera kepala atau sering disebut trauma kepala adalah cedera mekanik yang
mengenai kepala secara langsung atau tidak langsung dan menyebabkan luka pada
kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan
jaringan otak, serta dapat mengganggu fungsi neurologis (Manarisip et al., 2014).
2.1.2 Etiologi
Pada Cedera kepala dapat terjadi karena beberapa mekanisme, namun
penyebab paling umum kejadian trauma kepala adalah sebagian berikut:
1. Kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 1993 ayat 1,
kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang tidak
disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pemakai jalan lainnya mengakibatkan korban manumur atau
kerugian harta benda.
2. Jatuh
KBBI mendefinisikan jatuh sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih dl gerakan
turun maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya).
Universitas Sumatera Utara
5
3. Tindak kekerasan
Menurut kamus sosiologi, kekerasan adalah ekspresi yang dilakukan
seseorang atau sekelompok secara fisik ataupun verbal orang yang
mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau
martabat seseorang.
4. Cedera olahraga
Pada tahun 2006, Fuller mendefinisikan cedera olahraga sebagai cedera
yang timbul akibat berolahraga, baik sebelum selama maupun sesudah
berolahraga.
5. Trauma kepala tembus
Trauma kepala tembus adalah luka dimana proyektil menembus tengkorak
tetapi tidak keluar (Vinas, 2015).
Kecelakaan lalu lintas dapat berupa tabrakan antara kendaraan, pejalan kaki
ditabrak oleh kendaraan bermotor, ataupun kecelakaan sepeda. Di Amerika dan di
daerah pinggiran kota / pedesaan, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
kejadian trauma kepala yang paling sering. Namun, di kota-kota dengan populasi
lebih dari 100.000 orang, tindak kekerasan, jatuh, dan trauma kepala tembus
adalah etiologi yang lebih umum. Rasio kejadian trauma kepala pada laki-laki
dibanding perempuan hampir 2:1 dan trauma kepala lebih sering dialami orang
yang berumur dibawah 35 tahun (Ainsworth, 2015). Penyebab kejadian trauma
kepala di Indonesia akibat jatuh sebesar 40,9%, akibat kecelakaan sepeda motor
sebesar 40,6%, akibat cedera akibat benda tajam dan tumpul sebesar 7,3%,
transportasi darat lainnya sebesar 7,1% dan sebesar 2,5 % oleh karena kejatuhan
(Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013).
2.1.3 Epidemiologi
Insidensi kejadian cedera kepala di dunia tidak diketahui. Di Amerika pada
tahun 2002 – 2006 sebesar 579 per 100.000 atau kira-kira 1,7 juta kasus per tahun
(Faul et al., 2010). Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and
Universitas Sumatera Utara
6
Prevention (CDC), dari 1,7 juta orang di Amerika yang mengalami cedera kepala
setiap tahun, 1,4 juta orang yang ditangani di unit gawat darurat, ada 5,3 juta
orang yang hidup dengan kecacatan akibat cedera kepala, 275.000 orang
memerlukan rawat inap, dan 52.000 orang mengalami cedera fatal (Roozenbeek,
2013). Pasien cedera kepala yang dirawat inap di Eropa pada data meta analisis
tahun 1990an sampai 2000an sebesar 235 per 100000 orang (Tagliaferri et al.,
2005). Sementara itu pada tahun 2006 – 2007 di Ontario dan Kanada, pasien
cedera kepala yang dirawat inap telah dihitung sebesar 22 per 100000 orang untuk
wanita dan 52 per 100000 orang untuk laki-laki (Colantonio et al., 2010). 3
tingkat insiden kira-kira berkisar antara 47,3 hingga 694 per 100.000 penduduk
per tahun, dan angka kematian kasar berkisar 9-28,10 per 100.000 penduduk per
tahun dalam penelitian Eropa (Essentials of Neuroanesthesia, 2017).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pasien dengan cedera kepala mempunyai beberapa tanda dan gejala. Cedera
kepala dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan manifestasi klinis, yaitu (Wong, D.L.
et al., 2009):
1. Cedera Kepala Ringan
Dapat menimbulkan kehilangan kesadaran, periode konfusi (kebingungan)
transien, somnolen, gelisah, iritabilitas pucat dan juga muntah (satu kali
atau lebih) dengan perubahan status mental memuncaknya agitasi, muncul
tanda-tanda neurologik lateral fokal dan perubahan tanda-tanda vital yang
tampak jelas sebagai tanda-tanda progestivitas.
2. Cedera Kepala Berat
Tanda-tanda peningkatan TIK, perdarahan retina, paralisis ekstraokular
(terutama saraf kranial VI), hemiparesis, kuadriplegia, peningkatan suhu
tubuh, cara berjalan yang goyah, papiledema (anak yang lebih besar) &
perdarahan retina. Cedera ini dapat juga disertai tanda-tanda seperti cedera
kulit (daerah cedera pada kepala), cedera lainnya (misalnya pada
ekstremitas).
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.5 Klasifikasi & Patofisiologi
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, morfologinya, dan
beratnya. Menurut mekanismenya cedera kepala dibagi menjadi trauma tumpul
dan trauma tembus. Menurut morfologinya cedera kepala dikelompokan menjadi
fraktur tulang tengkorak (dasar dan atap tengkorak) dan lesi intracranial (lesi fokal
dan difus). Sedangkan menurut beratnya dikelompokkan sebagai cedera kepala
ringan (GCS 14-15), sedang (GCS 9-13) dan berat (GCS 3-8) (Mahadewa, 2017).
Cedera kepala merupakan suatu proses yang progresif sehingga dapat
diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan progresivitasnya, yaitu (Satyanegara,
2014):
1. Cedera Primer
Cedera primer adalah cedera pada otak akibat efek mekanik dari luar
menyebabkan kontusio dan laserasi parenkim otak dan kerusakan akson
pada substantia alba hemisper otak hingga batang otak (Arifin, 2002).
Cedera ini disebabkan oleh adaanya perdarahan intrakranial yang berupa
epidural hematom, subdural hematom ataupun intracranial hematom,
terdapat kontusio cerebri atau diffuse axonal injury (Nangoi, 2015).
Epidural hematom (EDH) merupakan penimbunan darah di antara tulang
tengkorak dengan duramater. Subdural hematom (SDH) merupakan
penimbunan darah di antara lapisan duramater dan lapisan araknoid.
Sedang Intrakranial hematom adalah penimbunan darah di dalam jaringan
otak (Partogi et al., 2016). Dengan kata lain, cedera primer dapat berupa:
a. Fraktur tulang kepala
Fraktur linear
Fraktur yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala dan
berbentuk garis tunggal / stellate pada tulang tengkorak.
Fraktur diastasis
Fraktur yang menyebabkan melebarnya sutura-sutura tulang
kepala.
Universitas Sumatera Utara
8
Fraktur kominutif
Fraktur dengan fragmen tulang lebih dari satu dalam satu
area fraktur.
Fraktur impresi
Fraktur akibat benturan dengan tenaga besar yang langsung
mengenai tulang kepala di area yang kecil dan dapat
menekan atau laserasi durameter jaringan otak.
Fraktur basis kranii
Fraktur pada dasar tulang tengkorak yang disertai robekan
pada durameter yang lengket pada dasar tengkorak
b. Cedera fokal
Perdarahan epidural / epidural hematoma (EDH)
Terdapatnya darah di ruang epidural, yaitu ruang potensial
antara tabula interna tulang tengokorak dan duramater.
Perdarahan subdural akut / subdural hematoma (SDH) akut
Menumpuknya darah di ruang subdural selama 6 jam – 3
hari.
Perdarahan subdural kronik / subdural hematoma (SDH)
kronik
Menumpuknya darah di ruang subdural lebih dari 3 minggu
pasca trauma.
Perdarahan intra serebral / intra cerebral hematoma (ICH)
Daerah perdarahan yang sama dan konfluen di dalam
parenkim otak.
c. Cedera difus
Cedera difus menggambarkan kelainan yang tersebar merata di
permukaan otak dan substansia alba karena gaya percepatan dan
perlambatan, dan gaya rotasi dan translasi yang menggeser
parenkim otak dari permukaan terhadap parenkim yang sebelah
dalam akibat perbedaan massa jenis dan kepadatan antar inti di
Universitas Sumatera Utara
9
permukaan dan serabut subkortikal dan inti yang ada di bagian
dalam atau profundal.
Berdasarkan gambaran morfologi pencitraan cedera difus dapat
dikelompokan menjadi:
Cedera akson difus
Rusaknya serabut subkortikal (penghubung inti permukaan
otak dengan inti profunda otak), serabut penghubung inti-
inti dalam satu hemisfer (asosiasi) dan serabut penghubung
inti-inti permukaan kedua hemisfer (komisura).
Kontusio serebri
Rusaknya parenkimal otak akibat efek gaya percepatan dan
perlambatan serta gaya coup dan countercoup.
Edema serebri
Gangguan vaskuler akibat trauma kepala yang tidak
menunjukkan kerusakan parenkimal otak namun
menunjukkan perdorongan hebat pada daerah yang
mengalami edemal; atau hilangnya system ventrikel, ruang
subarahnoidal dan sulkus otak jika edem dikedua sisi.
Iskemia serebri
Kurang atau berhentinya persediaan aliran darah ke bagian
otak tertentu karena penyakit degeneratif pembuluh darah
otak yang berlangsung lama.
Perdarahan subarahnoidal traumatika
Pecahnya pembuluh darah kortikal dalam jumlah tertentu
akibat trauma yang memasuki ruang subarahnoidal.
d. Trauma tembak
Trauma akibat terjadinya penetrasi atau persentuhan anak peluru
secara cepat dengan tubuh, sehingga menembus kulit, masuk
kedalam tubuh serta merusak jaringan tubuh di dalamnya.
2. Cedera Sekunder
Universitas Sumatera Utara
10
Weisberg et al. (1989) mendefinisikan cedera sekunder sebagai lanjutan
cedera primer yang terjadi akibat gangguan proses metabolisme dan
homeostatis ion-ion sel otak, hemodinamika intrakranial, dan
kompartemen cairan serebrospinalis (CSS) serta berbagai proses patologik
seperti perdarahan, edema otak, kerusakan neuron yang berkelanjutan,
iskemia. dan perubahan neurokimiawi yang dimulai setelah terjadinya
trauma namun tidak langsung tampak secara klinis pasca trauma.
Penanganan secara komprehensif harus segera dilakukan agar cedera otak
sekunder tidak terjadi. Apabila terdapat perdarahan seperti epidural
hematom, subdural hematom atau intracranial hematom, dan
menimbulkan gejala, dilakukan tindakan evakuasi dalam 2-4 jam (Awaloei
et al., 2016).
3. Secondary Brain Insults
Peristiwa sistemik pasca trauma kepala yang berpotensi memperparah
kerusakan sel saraf, akson, dan pembuluh darah otak, seperti hipoksia,
hipotensi, hipekarbia, hiperpireksia, hiperglikemia, kejang dan
ketidakseimbangan elektrolit (Satyanegara, 2014)
2.1.6 Diagnosis
Mendiagnosis cedera otak dan menentukan tingkat keparahan cedera adalah
dua hal yang berbeda. Dalam kasus di mana cedera lebih parah, biasanya telah
terjadi beberapa jenis cedera otak jelas dari gejala individu sedangkan cedera otak
ringan atau sedang, penilaian lebih lanjut sering diperlukan untuk mendiagnosis
cedera otak. Maka, untuk menegakan diagnosis cedera kepala dapat melalui satu
atau lebih tes yang menilai cedera fisik seseorang, otak dan fungsi saraf, dan
tingkat kesadaran, yaitu (NIH,2016):
1. Glasgow Coma Scale (GCS)
GCS mengukur fungsi seseorang dalam tiga area:
a. Cedera dianggap ringan jika tidak sadarkan diri atau tidak sadar
selama kurang dari 30 menit, kehilangan memori berlangsung
kurang dari 24 jam dan skor GCS adalah 14 hingga 15.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Cedera dianggap sedang jika tidak sadarkan diri selama lebih dari
30 menit dan hingga 24 jam, kehilangan memori berlangsung dari
24 jam hingga 7 hari dan skor GCS adalah 9 hingga 13.
c. Cedera dianggap berat jika tidak sadarkan diri selama lebih dari 24
jam, kehilangan memori berlangsung lebih dari 7 hari dan skor
GCS adalah 8 atau lebih rendah.
Tabel 2.1 Skala Koma Glasgow
1.1 Membuka Mata
Spontan
Terhadap rangsang suara
Terhadap nyeri
Tidak ada
4
3
2
1
2.1 Respon Verbal
Orientasi baik
Orientasi terganggu
Kata-kata tidak jelas
Suara tidak jelas
Tidak ada respon
5
4
3
2
1
3.1 Respon Motorik
Mampu bergerak
Melokalisasi nyeri
Fleksi menarik
Fleksi abnormal
Ekstensi
Tidak ada respon
6
5
4
3
2
1
Total 2 – 15
2. Measurements for Level of TBI
a. Cedera dianggap ringan jika tidak sadarkan diri atau tidak sadar
selama kurang dari 30 menit, kehilangan memori berlangsung
kurang dari 24 jam dan skor GCS adalah 14 hingga 15.
b. Cedera dianggap sedang jika tidak sadarkan diri selama lebih dari
30 menit dan hingga 24 jam, kehilangan memori berlangsung dari
24 jam hingga 7 hari dan skor GCS adalah 9 hingga 13.
Universitas Sumatera Utara
12
c. Cedera dianggap berat jika tidak sadarkan diri selama lebih dari 24
jam, kehilangan memori berlangsung lebih dari 7 hari dan skor
GCS adalah 8 atau lebih rendah.
3. Speech and Language Test
Evaluasi formal kemampuan berbicara dan bahasa, termasuk evaluasi
motor mulut terhadap kekuatan dan koordinasi otot-otot yang
mengontrol ucapan, pemahaman dan penggunaan tata bahasa dan kosa
kata, serta membaca dan menulis.
4. Cognition and Neuropsychological Tests
Kognisi menggambarkan proses berpikir, penalaran, pemecahan
masalah, pemrosesan informasi, dan memori. Kebanyakan pasien
cedera berat menderita cacat kognitif, termasuk kehilangan banyak
keterampilan mental tingkat tinggi. Tes neuropsikolog adalah tes untu
memperoleh informasi tentang kemampuan kognitif, perilaku,
motorik, dan eksekutif individu dan memberikan informasi mengenai
kebutuhan untuk layanan rehabilitatif. dengan mengevaluasi tugas
berorientasi khusus dari hubungan otak-perilaku manumur,
mengevaluasi fungsikognitif yang lebih tinggi serta proses sensorik-
motorik dasar.
5. Tests for Assessing TBI in Military Settings
Cedera yang parah dapat terlihat jelas dalam situasi militer, tetapi cedera
yang lebih ringan mungkin tidak mudah diidentifikasi. Maka harus
dilakukan penilaian dengan cepat untuk menilai apakah pasien mengalami
kehilangan kesadaran, masalah memori, dan gejala neurologis, seperti
kebingungan atau koordinasi yang buruk.
6. Imaging Test
a. CT Scan
Computerized tomography scan (CT Scan) biasa digunakan untuk
pasien dengan nyeri kepala menetap atau muntah -muntah yang
tidak menghilang setelah pemberian obat-obatan
analgesia/antimuntah, pasien kejang – kejang, jenis kejang fokal
Universitas Sumatera Utara
13
lebih bermakna terdapat pada lesi intrakranial dibandingkan dengan
kejang general, pasien dengan GCS menurun lebih dari 1 dimana
faktor – faktor ekstrakranial seperti syok, febris, dan sebagainnya
telah disingkirkan, terdapat fraktur impresi dengan lateralisasi yang
tidak sesuai, terdapat luka tembus akibat benda tajam dan peluru,
serta pasien yang sudah dirawat selama 3 hari namun GCS tidak
membaik.
b. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) biasa digunakan untuk pasien
dengan abnormalitas status mental yang digambarkan oleh CT
Scan. MRI telah terbukti lebih sensitif daripada CT Scan, terutama
dalam mengidentifikasi lesi difus non hemoragik cedera aksonal.
2.1.7 Tatalaksana
Menurut Neurotrauma Guideline (2014), cedera kepala dapat ditatalaksana
dengan beberapa langkah yaitu:
1. Perlindungan umum / general precaution
a. Informed to Consent dan Informed Consent
b. Perlindungan diri
Mencuci tangan dengan antiseptik, memakai alat pelindung diri,
menjaga kebersihan alat dan lingkungan, hindari benda tajam, dan
menjauhkan pasien dari kemungkinan kontaminasi.
c. Persiapan alat dan sarana pelayanan
2. Survei Primer
Tabel 2.2 Survei primer pasien cedera otak.
Pemeriksaan Evaluasi Perhatikan, catat, dan
perbaiki
Airway Patensi saluran napas?
Suara tambahan? Obstruksi?
Breathing Apakah oksigenasi
efektif?
Rate dan depth
Gerakan dada
Air entry
Sianosis
Circulation Apakah perfusi Pulse rate dan volume
Universitas Sumatera Utara
14
adekuat? Warna kulit
Capilarry return
Perdarahan
Tekanan darah
Disability
( status neurologis )
Apakah ada kecacatan
neurologis?
Tingkat kesadaran
menggunakan
sistem
GCS atau AVPU.
Pupil (besar, bentuk,
reflek cahaya,
bandingkan kanan-
kiri)
Exposure
(buka seluruh
pakaian)
Cedera organ lain?
Jejas, deformitas, dan
gerakan ekstremitas.
Evaluasi respon
terhadap perintah atau
rangsang nyeri
3. Survei Sekunder
Survei Sekunder meliputi pemeriksaan status umum terdiri dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik seluruh organ
a. Anamesis
Identitas pasien, keluhan utama, mekanisme trauma, waktu dan
perjalanan trauma, pernah pingsan atau sadar setelah trauma,
apakah terjadi amnesia retrograde atau antegrade, keluahan
tambahan, riwayat penyakit dan obat-obatan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang berkaitan erat dengan cedera otak adalah:
Pemeriksaan kepala
Jejas di kepala, tanda patah dasar tengkorak, tanda patah
tulang wajah, tanda trauma pada mata, dan auskultasi
karotis untuk melihat apakah ada bruit yang berhubungan
dengan diseksi karotis.
Pemeriksaan leher dan tulang belakang
Universitas Sumatera Utara
15
Jejas, deformitas, status motorik, sensorik, dan autonomik
pada pada tulang servikal dan tulang belakang dan cedera
pada medula spinalis.
4. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang berkaitan erat dengan cedera otak adalah:
a. Tingkat Kesadaraan
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS)
dan setelah ABC stabil.
b. Saraf Kranial
Saraf II-III, yaitu pemeriksaan besar & bentuk, reflek cahaya,
reflek konsensuil pupil serta melihat tanda-tanda lesi saraf VII
perifer.
c. Fundoskopi dicari
Mencari tanda-tanda edema pupil, perdarahan pre retina, retinal
detachment.
d. Motoris & sensoris
Membandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah mencari tanda
lateralisasi.
e. Autonomis
Bulbocavernous reflek, cremaster reflek, spingter reflek, reflek
tendon, reflek patologis dan tonus spingter ani.
5. Observasi
Menggunakan lembar observasi umum (tanda vital: tensi, nadi,
pernafasan, dan suhu) dan lembar observasi neurologis khusus bedah
saraf.
6. Pemeriksaan Foto Polos Kepala
7. Pemeriksaan CT Scan
Setelah melakukan langkah-langkah diatas, selanjutnya dilakukan
tatalaksana medikamentosa pada pasien cedera kepala agar tidak terjadi
cedera kepala sekunder. Prinsip dasarnya adalah bila sel saraf diberikan
suasana yang optimal untuk pemulihan, maka diharapkan sel tersebut
Universitas Sumatera Utara
16
dapat pulih dan kembali ke fungsi normal. Terapi medikamentosa pada
pasien cedera kepala adalah sebagai berikut (Japardi, 2017):
a. Cairan Intravena
Pemberian larutan Ringer Laktat atau garam fisiologis untuk
mempertahankan keadaan normovolemia.
b. Hiperventilasi
Hiperventilasi bertujuan untuk mengurangi tekanan intrakranial
pada pasien dengan perburukan neurologis akibat hematoma
intrakranial yang membesar, sampai operasi kraniotomi emergensi
dapat dilakukan. Hiperventilasi dilakukan secara selektif dan hanya
dalam batas waktu tertentu. Umumnya, PaCO2 dipertahankan pada
35 mmHg.
c. Manitol
Manitol berguna untuk menurunkan tekanan intrakranial (TIK)
yang meningkat. Sediaan yang tersedia cairan manitol dengan
konsentrasi 20% (20 gram setiap 100 ml larutan) dan dosis 1
gram/kg BB bolus IV.
d. Furosemid
Diberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan TIK dan
akan meningkatkan diuresis dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg BB
bolus IV.
e. Barbiturat
Bermanfaat untuk menurunkan tekanan intrakranial (TIK), namun
tidak boleh diberikan bila terdapat hipotensi dan fase akut
resusitasi, karena barbiturat dapat menurunkan tekanan darah.
f. Antikonvulsan
Fenitoin sebagai profilaksis bermanfaat untuk menurunkan angka
insidensi kejang dalam minggu pertama cedera namun tidak
bermanfaat untuk mencegaah terjadinya epilepsi pasca trauma.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi jangka pendek yang paling umum pada pasien cedera kepala
adalah gangguan kognitif, gangguan integritas sensorik, kejang segera,
hidrosefalus, kebocoran cairan serebrospinal (CSF), cedera saraf vaskular atau
kranial, tinnitus, kegagalan organ, dan politrauma. Politrauma termasuk disfungsi
paru, kardiovaskular, gastrointestinal, ketidakseimbangan cairan dan hormon,
trombosis vena dalam, pembekuan darah yang berlebihan, dan cedera saraf.
Pasien trauma kepala biasanya memiliki peningkatan laju metabolisme, yang
mengarah ke jumlah panas yang berlebihan yang diproduksi di dalam tubuh.
Pembengkakan otak terjadi akibat trauma kepala dan berkontribusi terhadap
peningkatan tekanan intrakranial sebagai akibat dari vasodilatasi serebral dan
peningkatan aliran darah otak. Komplikasi jangka panjang yang terkait dengan
trauma kepala termasuk penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, demensia
pugilistika, dan epilepsi pasca trauma (Ahmed, 2017).
2.2 Trauma Multipel
Trauma Multipel atau politrauma adalah kondisi dimana seseorang telah
mengalami beberapa luka traumatis, seperti cedera kepala serius selain luka bakar
yang serius. Trauma multipel adalah terdapat dua atau lebih kecederaan secara
fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satu trauma tersebut
menyebabkan kematian dan memberi dampak pada fisik, kognitif, psikologik atau
kelainan psikososial dan disabilitas fungsional (Lamichhane P et al., 2010).
Untuk menentukan apakah pasien dikatakan trauma multipel dilakukan
penilaian yang lebih objektif yaitu dengan menggunakan Injury Severity Score
(ISS), bila nilai ISS 15 sampai 26 atau lebih besar (Nerida E et al., 2013).
Untuk menilai anatomis, terdapat beberapa scoring system, antara lain
Abbreviated Injury Score (AIS), Injury Severity Score (ISS), New Injury Severity
Score (NISS) (Chawda M N et al., 2004).
1. Abbreviated Injury Score
Dasar dari ISS dan menjelaskan suatu cedera namun tidak memprediksi
outcome.
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 2.3 Abbreviated Injury Score
Injury Score
Minor 1
Moderate 2
Serious 3
Severe 4
Critical 5
Unsurvival 6
2. Injury Severity Score
Jumlah kuadrat dari AIS score tertinggi pada tiga regio tubuh yang
mengalami cedera terparah. ISS mempunyai rentang antara 1-75 dan
dikatakan trauma multipel apabila nilai ISS lebih dari atau sama dengan 16.
Dalam penghitungan ISS, sering terjadi underscoring karena jumlah dari
cedera yang diperhitungkan hanya tiga region dengan cedera yang terparah.
ISS hanya menghitung data anatomis tanpa menghitung data fisiologi
Tabel 2.4 Injury Severity Score
Body region Injury AIS Top three
AIS score squared
Head/Neck No injury 0
Face No injury 0
Thorax Flail chest 4 16
Abdomen No injury 0
Extremity Femur fracture 3 9
External Contusio 1 1
Total ISS 26
3. New Injury Severity Score
Jumlah kuadrat dari nilai AIS score dari tiga cedera terparah pada pasien
tanpa mempertimbangkan regio tubuh lokasi cedera tersebut (Chawda M N
et al., 2004).
Universitas Sumatera Utara
19
2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Mekanisme Trauma Kepala
Akselerasi Deselerasi Rotasi - Strangulasi
Trauma Kepala + Multipel
Thorax
Servikal Abdomen
Ekstremitas Maksilofasial
Universitas Sumatera Utara
20
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Prevalensi
Trauma Kepala
Trauma Multipel
Maksilofasial Abdomen Ekstremitas Thorax Servikal
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional.
Data yang akan digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari rekam
medis. Pada penelitian ini ingin diketahui prevalensi kejadian trauma kepala
dengan trauma multipel di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-2017.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
selama enam bulan, yaitu Juni sampai November 2018. Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan rumah sakit
pusat dan rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatra Utara.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita trauma kepala yang menderita
trauma multipel di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015-2017 dan
memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah pasien
yang menderita trauma kepala dengan trauma multipel
2. Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eksklusi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah
pasien dengan data rekam medis yang tidak memiliki variabel umur, jenis
kelamin, dan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
22
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah total populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi (total sampling).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa rekam medis pasien trauma
kepala yang menderita trauma multipel di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-
2017. Data dikelompokkan berdasarkan variabel yang telah ditentukan
3.5 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel independen dan dependen yang
diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Hasil Ukur Skala
Ukur
Umur Perhitungan ulang tahun pasien
yang dihitung sejak tahun lahir
sampai ulang tahun terakhir
berdasarkan klasifikasi WHO saat
mengalami trauma yang diperoleh
melalui data rekam medis di
RSUP H. Adam Malim tahun
2015 - 2017.
< 18 tahun
18-35 tahun
36-45 tahun
46-65 tahun
> 65 tahun
Rasio
Jenis
Kelamin
Perbedaan bentuk, sifat, dan
fungsi biologi laki-laki dan
perempuan sejak seseorang lahir
yang diperoleh melalui data
rekam medis di RSUP H. Adam
Malik tahun 2015 - 2018.
Pria
Wanita
Nominal
Pendidikan Pendidikan terakhir pasien yang
diperoleh melalui data rekam
medis di RSUP H. Adam Malik
tahun 2015 - 2018.
Tidak Bersekolah
SD
SMP
SMA/ SMK
Perguruan Tinggi
Nominal
Universitas Sumatera Utara
23
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan variabel
selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan program komputer berupa aplikasi
statistik. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang terletak di Jalan Bunga
Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan dengan
jarak sekitar 12 km dari Universitas Sumatera Utara. Luas wilayah lebih kurang
21,58km2. Berdasarkan Surat Keputusan Menkes RI No. HK.02.03/I/0913/2015
tanggal 27 Maret 2015, RSUP H. Adam Malik Medan memiliki izin operasional
sebagai Rumah Sakit Umum Kelas A dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan
yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan,
juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang
meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.
Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum, RSUP H. Adam Malik
Medan didukung oleh 1.995 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga
medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedis
perawatan, 298 orang paramedik non perawatan dan 263 orang tenaga non medis
serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.
RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari
pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat
darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi
diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi
medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi
gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik,
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) ), dan pelayanan non
medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).
Bagian Rekam Medis terletak di lantai dasar tepat di belakang Poliklinik
Obstetrik dan Ginekologik RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
25
4.1.2 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami trauma kepala
dengan trauma multiple di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2015-2017.
Penelitian ini menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel yang
terlibat adalah 236 orang. Berdasarkan data responden, karakteristik yang
diperoleh meliputi trauma multipel, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan
penyebab trauma kepala.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan jenis kelamin.
Pada tabel 4.1 di atas, diperoleh hasil pasien yang terbanyak menderita
trauma kepala dengan trauma multipel berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak
206 orang (87,3%) sedangkan pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
30 orang (12,7%).
Hasil ini menunjukkan angka yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zamzami et al., (2013) di RS. Hasan Sadikin Bandung tahun 2008-2010
dengan prevalensi penderita trauma kepala pada laki-laki (79,8%) lebih tinggi
dibandingkan perempuan (20,2%).
Penelitian yang dilakukan oleh Ilyas (2010) di RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tahun 2009 menunjukan prevalensi penderita trauma kepala pada
laki-laki (79,2%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (20,8%).
Pada penelitian yang dilakukan Habibie et al., (2016) di Manado didapatkan
pasien laki-laki (76,3%) dan pasien perempuan (23,7%).
Jenis Kelamin Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Laki-laki 206 87,3
Perempuan 30 12,7
Total 236 100
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan umur.
Pada tabel 4.2 di atas, diperoleh pasien trauma kepala dengan trauma
multipel pada rentang umur < 18 tahun sebanyak 3 orang (1,3%), rentang umur
18-35 tahun sebanyak 130 orang (55,1%), rentang umur 36-45 tahun sebanyak 39
orang (16,5%), rentang umur 46-65 tahun sebanyak 33 orang (14%), rentang
umur >65 tahun sebanyak 31 orang (13,1%).
Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok umur produktif antara
15-44 tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Zamzami et
al., (2013) mendapati prevalensi umur tertinggi antara 18-45 tahun (59,9%) dan
umur 21-40 tahun (39,6%) merupakan prevalensi tertinggi pada penelitian Ilyas,
(2010).
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan pendidikan terakhir.
Umur Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
<18 tahun 3 1,3
18-35 tahun 130 55,1
36-45 tahun 39 16,5
46-65 tahun 33 14
>65 tahun 31 13,1
Total 236 100
Pendidikan Terakhir Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Tidak Bersekolah 13 5,5
SD 26 11
SMP 55 23,3
SMA 137 58,1
Perguruan Tinggi 5 2,1
Total 236 100
Universitas Sumatera Utara
27
Pada tabel 4.3 di atas, diperoleh pasien trauma kepala dengan trauma
multipel dengan pendidikan akhir perguruan tinggi sebanyak 5 orang (2,1%),
SMA sebanyak 137 orang (58,1%), SMP sebanyak 55 orang (23,3%), SD
sebanyak 26 orang (11%) dan tidak bersekolah sebanyak 13 orang (5,5%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kawengian et al.,
(2017) prevalensi tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir yaitu SMA (61,3%)
sementara yang paling sedikit adalah pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
(2.2%) dan prevalensi pendidikan terakhir berdasarkan penelitian Habibie et al.,
yaitu pendidikan terakhir tertinggi yaitu SMA (50%) dan terendah yaitu
Perguruan Tinggi (10,5%).
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan penyebab.
Pada tabel 4.4 di atas, diperoleh pasien trauma kepala dengan trauma
multipel dengan penyebab kecelakaan tertinggi akibat kecelakaan lalu lintas
sebanyak 183 orang (77,5%), bukan kecelakaan lalu lintas sebanyak 19 orang
(8,1%), dan tidak diketahui penyebabnya sebanyak 34 orang (14,4%).
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Lumandung et al., (2014)
didapati 84 pasien (76%) trauma kepala dari 110 pasien Kecelakaan Lalu Lintas.
Pada penelitian Nasution, (2015) juga didapatkan pasien trauma kepala akibat
Kecelakaan Lalu Lintas sebesar 72,89% dan Bukan Kecelakaan Lalu Lintas
sebesar 27,11%
Penyebab Trauma Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Kecelakaan Lalu Lintas
Motor 119 50,4
Mobil 64 27,1
Tidak Diketahui 34 14,4
Bukan Kecelakaan Lalu Lintas 19 8,1
Total 236 100
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan trauma multipel lain.
Pada tabel 4.5 di atas, diperoleh hasil pasien yang menderita trauma kepala
dengan trauma maksilofasial sebanyak 97 orang (41,1%), trauma servikal
sebanyak 13 orang (5,5%), trauma thorax sebanyak 28 orang (11,9%), trauma
abdomen sebanyak 7 orang (3%), trauma ekstremitas atas sebanyak 47 orang
(19,9%) dan ekstremitas bawah sebanyak 44 orang (18,6%).
Sedangkan pada penelitian Kristanto et al., (2009) 8 pasien trauma kepala, 6
mengalami trauma thorax, 5 mengalami trauma abdomen dan 8 orang mengalami
trauma ekstremitas. Pasien diatas yang mengalami trauma pada satu bagian selain
kepala sebanyak 1 orang dan 7 orang lainnya mengalami trauma pada dua bagian
atau lebih. Namun pada penelitian Nasution, (2015) hanya didapati 64 pasien
trauma maksilofasial dengan trauma kepala dari 276 pasien trauma maksilofasial.
Pada penelitian Arifin, (2011) didapatkan 14 pasien (3,95%) trauma servikal dari
354 pasien trauma kepala.
Keterbatasan dalam penelitiaan ini adalah data sekunder yaitu rekam medis
yang tidak memuat data Abbreviated Injury Score sehingga dalam penelitian
penulis hanya melihat diagnosa hasil foto rontgen pasien serta beberapa rekam
medis tidak memuat penyebab terjadinya trauma kepala.
Trauma Multipel Lain Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Maksilofasial 97 41,1
Ekstermitas Atas 47 19,9
Ekstremitas Bawah 44 18,6
Thorax 28 11,9
Sevikal 13 5,5
Abdomen 7 3
Total 236 100
Universitas Sumatera Utara
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUP Haji Adam Malik
Medan tahun 2015 - 2017 dengan total sampel sebanyak 236 orang, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan umur sampel, didapatkan prevalensi sampel berumur 18-35 tahun
sebesar 55,1%, 36-45 tahun sebesar 16,5%, 46-65 tahun sebesar 14%, > 65
tahun 13,1% dan < 18 tahun sebesar 1,3%.
2. Berdasarkan jenis kelamin sampel, didapatkan prevalensi sampel berjenis
kelamin laki-laki sebesar 87,3% dan perempuan sebesar 12,7%.
3. Berdasarkan tingkat pendidikan sampel, didapatkan prevalensi sampel dengan
pendidikan terakhir SMA sebesar 58,1%, SMP sebesar 23,3%, SD sebesar
11%, tidak bersekolah sebesar 5,5%, dan perguruan tinggi sebesar 2,1%.
4. Berdasarkan penyebab trauma kepala, didapatkan prevalensi sampel akibat
kecelakaan lalu lintas yaitu motor sebesar 50,4%, mobil sebesar 27,1%, bukan
kecelakaan lalu lintas sebesar 8,1% dan tidak diketahui penyebabnya sebesar
14,4%.
5. Berdasarkan lokasi trauma multipel lain, didapatkan prevalensi sampel dengan
trauma maksilofasial sebesar 41,1%, trauma leher sebesar 5,5%, trauma thorax
sebesar 11,9%, trauma abdomen sebesar 3%, trauma ekstremitas atas sebesar
19,9% dan trauma ekstremitas bawah sebesar 18,6%.
Universitas Sumatera Utara
30
5.2 SARAN
1. Diharapkan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan trauma kepala
dengan trauma multipel dan perbandingan outcome pasien trauma kepala
murni dengan trauma kepala dengan trauma multipel
2. Diharapkan kepada pihak rumah sakit, khususnya pihak rekam medis,
paramedis dan dokter untuk lebih melengkapi data-data yang berkaitan
dengan penyakit pasien seperti penyebab kejadian trauma kepala dan juga
riwayat penggunaan helm di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
sehingga dapat membantu penelitian dari segi kuantitas dan kualitas
variabel.
Universitas Sumatera Utara
31
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S., Venigalla, H., Mekala, H. M., Dar, S., Hassan, M., & Ayub, S.
2017, ‘Traumatic brain injury and neuropsychiatric complications’,
Indian journal of psychological medicine, vol 39, no. 2, pp. 114.
Ainsworth, C. 2015. ‘Head Trauma: Background, Epidemiology, Etiology’.
[online] Emedicine.medscape.com. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/433855-overview#a6 [Accessed
20 May 2018].
American College of Surgeons 2018, Advanced Trauma Life Support, 10th ed,
Elsevier, Chicago.
Arifin, M. 2002. Peranan oksigen reaktif pada cedera kepala berat pengaruhnya
pada gangguan fungsi enzim akinitase dan kondisi asidosis primer otak:
Penelitian Observasional Laboratoris. Disertasi. Universitas Airlangga.
Surabaya
Arifin, M. Z., & Gunawan, W. 2011, ‘Hubungan Cedera Servikal dengan
Fraktur Depresi Tulang Frontal pada Cedera Kepala Ringan’, MKB, vol
43, no. 2, pp. 122-126
Awaloei, A. C., Mallo, N. T., & Tomuka, D. 2016, ‘Gambaran cedera kepala
yang menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal
RSUP Prof Dr R. D. Kandou Manado, e-CliniC, vol 4, no. 2.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2016, Kamus besar bahasa
Indonesia, 5th edn, Balai Pustaka, Jakarta.
Butcher, N., D’Este, C. & Balogh, Z. 2014, ‘The quest for a universal definition
of polytrauma’. Journal of Trauma and Acute Care Surgery, vol 77, no.
4, pp. 620-623.
Chawda, M., Hildebrand, F., Pape, H. and Giannoudis, P. 2004, ‘Predicting
outcome after multiple trauma: which scoring system?’, Injury, vol 35,
no. 4, pp. 347-358.
Colantonio, A., Mroczek, D., Patel, J., Lewko, J., Fergenbaum, J., & Brison, R.
2010, ‘Examining occupational traumatic brain injury in
Ontario’, Canadian Journal of Public Health/Revue Canadienne de
Sante'e Publique, pp. 58-62.
Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human
Development. 2016, ‘Traumatic Brain Injury (TBI)’. [online] Available
at: https://www.nichd.nih.gov/health/topics/tbi/conditioninfo/diagnose
[Accessed 20 May 2018]
Universitas Sumatera Utara
32
Faul, M., & Coronado, V. 2015, Handbook of clinical neurology, Elsevier, New
York.
Fuller, C. W., Ekstrand, J., Junge, A., Andersen, T. E., Bahr, R., Dvorak, J.,
Hägglund, M., McCrory, P. & Meeuwisse, W. H. 2006, ‘Consensus
statement on injury definitions and data collection procedures in studies
of football (soccer) injuries’, Centre for Sports Medicine.
Habibie, T., Bidjuni, H., & Malara, R. 2017, ‘Hubungan Cedera Kepala Dengan
Disorientasi Pada Pasien Kecelakaan Lalu Lintas Di Igd RS
Bhayangkara Manado’ Jurnal Keperawatan, vol. 5, no. 1.
Ilyas, K. K. 2010. Gambaran Glasgow Coma Scale Pada Pasien Trauma Kapitis
Di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Indharty, R. 2013. Peran ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 Dan Inhibitor HMG-
COA Reduktase Dalam Peningkatan BCL-2 Dan BDNF Terhadap Hasil
Akhir Klinis Penderita Kontusio Serebri. Disertasi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Iskandar, M. K. 2017. Diagnosis Dan Penanganan Cedera Kepala Di Daerah
Rural. Unsyiah Conferences. National symposium & workshop ‘Aceh
Surgery Update 2’. 16 September. Aceh.
Kawengian, F., Mulyadi, N., & Malara, R. 2017, ‘Hubungan Penggunaan Helm
Dengan Derajat Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Di
Rsup. Prof. Dr. RD Kandou Manado Dan RS. Bhayangkara Tk. III
Manado’. Jurnal Keperawatan, vol. 5, no. 1.
Kemenkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI; 2013
Kristanto, E., Mallo, J., & Yudhistira, A. 2009. ‘Cedera akibat kecelakaan lalu
lintas di kota Manado’, Jurnal Biomedik, vol. 1, no. 3.
Lamichhane, P., Shrestha, S., Banskota, B., & Banskota, A. K. 2013, ‘Serum
Lactate–An indicator of morbidity and mortality in polytrauma and
multi-trauma patients’, Nepal Orthopaedic Association Journal, vol. 2,
no. 1, pp. 7-13.
Lumandung, F. T., Siwu, J. F., & Mallo, J. F. 2014, ‘Gambaran Korban
Meninggal Dengan Cedera Kepala Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di
Bagian Forensik BLU RSUP PROF. Dr. RD Kandou Manado Periode
Tahun 2011-2012’, e-CliniC, vol. 2, no. 1.
Mahadewa, T. 2017, Pegangan Praktis Bedah Saraf, Sagung Seto, Jakarta
Universitas Sumatera Utara
33
Manarisip, M. E. I., Oley, M. C., & Limpeleh, H. 2014, ‘Gambaran CT-Scan
Kepala Pada Penderita Cedera Kepala Ringan Di Blu Rsup Prof. Dr. Rd
Kandou Manado Periode 2012–2013’, e-CliniC, vol. 2, no. 2.
Mustofa, B. and Maharani, E. 2011, Kamus lengkap sosiologi, 3rd edn, Panji
Pustaka, Jogjakarta.
Nasution, R. M. 2015, ‘Hubungan Cedera Maksilofasial dengan Cedera Kepala
Di RSUP H. Adam Malik Medan’, Tesis, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Partogi, A. S., Umar, N., Saleh, S. C., & Rehata, N. M. 2002, ‘Penatalaksanaan
Perioperatif Cedera Kepala Traumatik yang Terlambat’, Jurnal
Neuroanestesi Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 Prasarana
dan Lalu Lintas Jalan Presiden Republik Indonesia. 14 Juli 1993.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49. Jakarta.
Prabhakar, H. 2017, Essentials of Neuroanesthesia. 1st edn. Sheridan Books,
Cambridge
Rawis, M. L., Lalenoh, D. C., & Kumaat, L. T. 2016, ‘Profil pasien cedera
kepala sedang dan berat yang dirawat di ICU dan HCU’. e-CliniC, vol.
4 no. 2.
Roozenbeek, B., Maas, A. I., & Menon, D. K. 2013. Changing patterns in the
epidemiology of traumatic brain injury. Nature Reviews Neurology,
vol. 9, no.4, pp. 231.
Satyanegara 2014, Ilmu Bedah Saraf Edisi V. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Tagliaferri, F., Compagnone, C., Korsic, M., Servadei, F., & Kraus, J. 2006, ‘A
systematic review of brain injury epidemiology in Europe’, Acta
neurochirurgica, vol. 148 no.3, pp. 255-268.
Tim Neurotrauma RSU Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya 2014, Pedoman Tatalaksana Cedera Otak, 2nd ed.
Surabaya.
Trentz OL 2000, AO Principles of Fracture Management, Thieme Medical
Publishers, New York.
Vinas, F. 2015, ‘Penetrating Head Trauma: Background, History of the
Procedure, Problem’ [online] Emedicine.medscape.com. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/247664-overview [Accessed 20
May 2018].
von Rüden, C., Woltmann, A., Röse, M., Wurm, S., Rüger, M., Hierholzer, C.,
Universitas Sumatera Utara
34
& Bühren, V. 2013, ‘Outcome after severe multiple trauma: a
retrospective analysis’, Journal of trauma management &
outcomes, vol. 7 no. 1, pp. 4.
Wong, D. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. 6th ed. EGC. Jakarta.
World Health Organization, 2014, ‘Violence and Injury Prevention’. [online]
Available at:
http://www.who.int/violence_injury_prevention/key_facts/VIP_keyfacts
.pdf?u [Accessed 20 May 2018].
Zamzami, N. M., Fuadi, I., & Nawawi, A. M. 2013, ‘Angka Kejadian dan
Outcome Cedera Otak di RS. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2008-
2010’, Jurnal Neuroanastesi Indonesia, vol. 2 no.2, pp. 89-94.
.
Universitas Sumatera Utara
35
Lampiran A. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Rondang Dwi Febriana Sihotang
NIM : 150100136
Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 5 Februari 1998
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Ir. Marelison R H Sihotang
Nama Ibu : Dra. Aprina N A Siregar
Alamat : Jl. Raya Menteng No. 236A Medan
Riwayat Pendidikan
1. SD Swasta St. Antonius 6 Medan (2003 - 2009)
2. SMP Swasta St. Maria Medan (2009 - 2012)
3. SMA Swasta Sutomo 1 Medan (2012 - 2015)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2015 - sekarang)
Riwayat Pelatihan
1. Pelatihan Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) FK USU 2015
Riwayat Organisasi
1. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat TBM FK USU 2017
2. Anggota Departemen Kewirausahaan PEMA FK USU 2018
Universitas Sumatera Utara
36
Riwayat Kepanitiaan
1. Anggota Seksie Dana Natal FK USU 2015
2. Anggota Seksie Band Porseni FK USU 2016
3. Anggota Seksie Acara & Konsumsi PMO FK USU 2016
4. Anggota Seksie Administrasi dan Kesekretariatan Try Out FK USU 2016
5. Anggota Seksie Dana dan Usaha MMB FK USU 2016
6. Anggota Seksie Dana Paskah FK USU 2016
7. Anggota Seksie Konsumsi Senjun FK USU 2016
8. Sekretaris Acara HUT & PPGDM TBM FK USU 2016
9. Anggota Seksie Konsumsi Natal FK USU 2016
10. Anggota Seksie Liaison Officer SRF FK USU 2017
11. Anggota Seksie Administrasi dan Kesekretariatan PM Akbar TBM FK
USU 2017
12. Anggota Seksie Ceremony Semnas Baksosnas PTBMMKI Cup TBM FK
USU 2017
13. Wakil Koordinator Seksie Band Porseni FK USU 2017
14. Bendahara Acara BLS TBM FK USU 2017
15. Anggota Seksie Konsumsi Paskah FK USU 2017
16. Anggota Seksie Dana Bakti Sosial KMK FK USU 2017
17. Koordinator Seksie Publikasi dan Dokumentasi TBM CAMP TBM FK
USU 2017
18. Anggota Seksie Liaison Officer IMO FK USU 2017
19. Sekertaris 2 Acara Natal FK USU 2017
20. Anggota Seksie Liaison Officer SRF FK USU 2018
21. Bendahara Acara Try Out FK USU 2018
22. Sekertaris 2 Acara Bakti Sosial KMK FK USU 2018
23. Anggota Seksie Acara PKKMB FK USU 2018
Universitas Sumatera Utara
37
Lampiran B. Lembar Pernyataan Orisinalitas
PERNYATAAN
PREVALENSI KEJADIAN TRAUMA KEPALA DENGAN
TRAUMA MULTIPEL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK TAHUN 2015 - 2017
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari
hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian
ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam
bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar
akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Medan, 2 Desember 2018
Penulis,
Rondang Dwi Febriana Sihotang
150100136
Universitas Sumatera Utara
38
Lampiran C. Surat Persetujuan Komisi Etik
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran D. Surat Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
40
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran E. Data Pasien
Nama Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan
Terakhir
Trauma
Multipel Lain
Penyebab
Trauma
DNY Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
BBY Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
IFN Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
MTN Pria 36-45 SD Maksilofasial KLL Motor
PJG Pria <18 SMP Maksilofasial Non KLL
HDI Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
MLD Wanita 18-35 SMA/SMK Leher KLL Mobil
ISK Pria 18-35 SMP Ex Bawah KLL Motor
JPR Pria 46-65 SMP Maksilofasial Non KLL
AND Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
MSL Pria 46-65 SMA/SMK Thorax Non KLL
THD Pria 18-35 SMA/SMK Leher KLL Motor
AEF Pria 46-65 SMP Ex Atas KLL Mobil
RWY Pria 36-45 Perguruan
Tinggi
Ex Atas KLL Motor
MHN Pria 46-65 SMA/SMK Leher Non KLL
CZM Wanita >65 Tidak
Bersekolah
Leher Tidak
Diketahui
SDS Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
WAA Pria 18-35 SMA/SMK Leher KLL Mobil
BIS Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
IIW Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
EWT Pria 18-35 SD Maksilofasial KLL Mobil
ZFM Pria 18-35 SMA/SMK Leher Tidak
Diketahui
MRD Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
CSA Pria 18-35 SMA/SMK Leher KLL Mobil
WMA Wanita 18-35 SMA/SMK Abdomen KLL Mobil
RNY Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Mobil
ALS Pria 46-65 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
RRS Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial Tidak
Diketahui
MTS Pria <18 SD Maksilofasial Non KLL
SPA Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
AHI Pria >65 Tidak
Bersekolah
Maksilofasial KLL Mobil
BGA Wanita 46-65 SD Maksilofasial KLL Motor
SBB Pria 18-35 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
Universitas Sumatera Utara
42
FSB Pria 36-45 SMP Maksilofasial KLL Motor
MDS Pria >65 Tidak
Bersekolah
Maksilofasial KLL Mobil
BPL Pria 18-35 Tidak
Bersekolah
Leher Tidak
Diketahui
MPW Pria 18-35 SMP Leher KLL Mobil
AST Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
AAD Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial Tidak
Diketahui
TNI Pria 18-35 SMA/SMK Abdomen KLL Mobil
AJS Pria 46-65 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
CFP Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial Non KLL
SYN Pria 46-65 SMA/SMK Maksilofasial Tidak
Diketahui
NDA Wanita >65 Tidak
Bersekolah
Maksilofasial KLL Mobil
ASI Wanita 18-35 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
PRG Pria 18-35 SD Maksilofasial KLL Mobil
SBG Pria 36-45 SMP Ex Atas KLL Motor
ABB Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
HSG Pria 46-65 SMP Ex Bawah KLL Mobil
ELM Pria 18-35 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
MHS Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
AGS Pria 18-35 SMA/SMK Leher Tidak
Diketahui
YEA Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial Tidak
Diketahui
JAO Pria 46-65 SMP Ex Atas Tidak
Diketahui
SSG Pria >65 SD Maksilofasial KLL Mobil
LSG Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Mobil
MZA Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
ESB Pria >65 SMP Ex Bawah KLL Mobil
JRG Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
PGG Pria 36-45 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
MSR Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
JSS Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
HSR Pria 36-45 SMA/SMK Leher Tidak
Diketahui
LLL Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Mobil
AHS Pria 36-45 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
CFT Pria 18-35 Perguruan
Tinggi
Thorax KLL Mobil
Universitas Sumatera Utara
43
EGL Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
SSD Pria 46-65 SMA/SMK Ex Bawah KLL Mobil
DSR Pria 36-45 SMP Maksilofasial KLL Motor
RBP Wanita 46-65 SMA/SMK Ex Atas Tidak
Diketahui
DPD Pria >65 SMP Maksilofasial Tidak
Diketahui
HBU Wanita 18-35 SMP Ex Atas KLL Motor
IGN Pria 36-45 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
MST Wanita 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
UGA Pria >65 SMP Thorax KLL Mobil
DAR Wanita 36-45 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
AAG Pria 18-35 Tidak
Bersekolah
Maksilofasial KLL Motor
WYD Pria >65 SMP Ex Atas Tidak
Diketahui
WDP Pria 18-35 SMP Thorax KLL Mobil
RWT Pria 18-35 SMP Thorax KLL Motor
NAT Wanita >65 SD Ex Bawah KLL Mobil
SYN Pria >65 Tidak
Bersekolah
Ex Bawah KLL Mobil
SRS Pria 46-65 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
FBF Pria 18-35 SMA/SMK Thorax Tidak
Diketahui
INP Pria >65 SD Thorax KLL Mobil
DSF Pria 18-35 Perguruan
Tinggi
Abdomen KLL Mobil
DSP Pria 46-65 SMA/SMK Thorax KLL Motor
AWU Pria 36-45 SMP Ex Atas KLL Motor
HLI Pria 36-45 Perguruan
Tinggi
Ex Atas KLL Motor
SDR Wanita 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Mobil
SHM Pria 46-65 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
YDM Wanita 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
MSR Pria 18-35 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
MRK Pria >65 SD Thorax KLL Mobil
RTA Pria 46-65 Tidak
Bersekolah
Thorax Tidak
Diketahui
RAA Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas Tidak
Diketahui
JAL Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
SPA Pria 36-45 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
WNA Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas Tidak
Universitas Sumatera Utara
44
Diketahui
SBR Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Mobil
ABM Pria 36-45 SD Ex Atas KLL Motor
AAT Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
KRD Pria 18-35 SMP Thorax KLL Mobil
ESM Wanita 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Mobil
HSB Pria 46-65 SD Maksilofasial Non KLL
RFB Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
HSB Pria 46-65 SD Ex Atas KLL Motor
EAT Wanita >65 Tidak
Bersekolah
Maksilofasial KLL Mobil
APG Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
YZB Pria 36-45 SMP Ex Bawah Tidak
Diketahui
KLD Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
DNB Pria 36-45 SMP Ex Atas Non KLL
JNI Pria >65 Tidak
Bersekolah
Ex Bawah Non KLL
SBR Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Mobil
STA Pria 46-65 SMP Ex Bawah KLL Mobil
JKO Pria 36-45 SMP Thorax Tidak
Diketahui
HRM Pria 46-65 SMP Ex Bawah KLL Mobil
EML Wanita 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
JST Pria 36-45 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
DSJ Pria 36-45 SMP Maksilofasial KLL Mobil
WWA Wanita 18-35 SMA/SMK Ex Bawah Tidak
Diketahui
SRT Pria 46-65 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
HDH Wanita 18-35 SMP Ex Atas KLL Motor
ZKL Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
HNN Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
AAF Pria 18-35 SMP Maksilofasial Tidak
Diketahui
SGS Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Mobil
SBN Pria >65 SMP Maksilofasial KLL Mobil
ARS Pria 18-35 SMA/SMK Thorax Tidak
Diketahui
SHN Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah Tidak
Diketahui
SBR Pria 46-65 SMP Ex Atas KLL Motor
IMN Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
Universitas Sumatera Utara
45
RAD Pria >65 SD Thorax Non KLL
SFB Pria 36-45 SMA/SMK Ex Bawah KLL Mobil
DJH Pria 18-35 SMP Ex Bawah KLL Motor
ARM Wanita 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
BEB Pria 18-35 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
AGW Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Mobil
HRW Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
PGT Wanita 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
DHP Pria 46-65 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
TSN Pria 46-65 SMP Ex Atas Non KLL
ESY Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
RKS Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
BRG Pria 36-45 SMA/SMK Ex Atas Tidak
Diketahui
SMA Wanita 36-45 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
SMN Pria 36-45 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
SML Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Mobil
RKA Pria 36-45 SMA/SMK Abdomen KLL Mobil
LSS Pria 18-35 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
ISR Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
MTS Pria 46-65 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
AHT Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
EWO Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas Tidak
Diketahui
SKR Pria <18 SMA/SMK Ex Bawah Non KLL
MDD Pria >65 Tidak
Bersekolah
Ex Atas KLL Motor
AMI Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
MAL Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
AJE Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
JSY Pria 18-35 SMP Ex Atas KLL Motor
EDR Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
MNT Wanita 36-45 SMP Ex Atas KLL Motor
AAR Pria 18-35 SD Ex Atas KLL Motor
SKN Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
ESA Pria 46-65 SMP Ex Bawah Non KLL
MZS Pria 18-35 SMP Maksilofasial Tidak
Diketahui
ADA Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
JYI Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
SPM Pria 46-65 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
FDS Wanita 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
Universitas Sumatera Utara
46
BMS Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
JNA Pria 18-35 SMP Thorax Tidak
Diketahui
ARH Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
GSA Pria 46-65 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
CIF Wanita >65 SD Ex Bawah Non KLL
IBR Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
JDA Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
HZU Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial Tidak
Diketahui
MNU Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah Non KLL
KTW Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
RSP Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
RQP Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Mobil
CSA Pria 18-35 SMA/SMK Abdomen KLL Mobil
JMI Pria 46-65 SD Maksilofasial KLL Mobil
NJH Wanita 36-45 SMP Maksilofasial KLL Motor
PTG Pria 46-65 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
PDR Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
DMK Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
AAZ Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
ISR Pria >65 SD Maksilofasial Tidak
Diketahui
RWY Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
MYK Pria 18-35 SMP Abdomen KLL Mobil
AHI Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
HSA Pria 18-35 Perguruan
Tinggi
Maksilofasial KLL Motor
JNB Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
GSI Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
HSH Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial Tidak
Diketahui
ANN Wanita >65 SD Ex Atas KLL Mobil
CRT Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
ELG Pria >65 SMA/SMK Ex Bawah KLL Mobil
FIS Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
RYI Pria 36-45 SMP Ex Bawah Tidak
Diketahui
DME Pria 46-65 SMP Maksilofasial Non KLL
ERN Pria >65 SD Maksilofasial KLL Motor
VBS Wanita >65 SMP Ex Atas Tidak
Diketahui
Universitas Sumatera Utara
47
AAF Pria >65 SD Maksilofasial KLL Motor
JBG Wanita 36-45 Tidak
Bersekolah
Ex Atas KLL Motor
FHA Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
FNZ Pria >65 SMA/SMK Maksilofasial Non KLL
SDM Pria 18-35 SMA/SMK Thorax KLL Mobil
PNH Wanita 46-65 SMP Ex Bawah KLL Motor
SIN Pria 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
MTI Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
SPT Pria 18-35 SMA/SMK Leher KLL Mobil
KMZ Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
AFL Pria 46-65 SMA/SMK Leher KLL Mobil
SNA Pria 18-35 SD Maksilofasial Non KLL
ONO Pria >65 SD Maksilofasial Tidak
Diketahui
AWG Pria 18-35 SD Abdomen KLL Mobil
MHU Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
DPC Pria >65 Tidak
Bersekolah
Ex Atas KLL Motor
AMD Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
JTG Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
RLT Pria 18-35 SMA/SMK Ex Bawah KLL Motor
ZFA Pria 18-35 SMP Ex Atas KLL Motor
LLO Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
WIS Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial Tidak
Diketahui
HSI Pria >65 SD Ex Bawah KLL Motor
FRL Pria 18-35 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
APA Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas KLL Motor
YDI Pria >65 SD Thorax KLL Mobil
SNR Pria 18-35 SMA/SMK Ex Atas Non KLL
RDS Pria 18-35 SMP Ex Atas KLL Motor
SSA Wanita 18-35 SMP Maksilofasial KLL Motor
HSG Pria 36-45 SMA/SMK Maksilofasial KLL Motor
VDA Pria >65 SD Maksilofasial KLL Motor
Universitas Sumatera Utara
48
Lampiran F. Analisa Data Statistik SPSS
ANALISA DATA SPSS
1. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria 206 87.3 87.3 87.3
Wanita 30 12.7 12.7 100.0
Total 236 100.0 100.0
2. Umur
Kelompok Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <18 3 1.3 1.3 1.3
18-35 130 55.1 55.1 56.4
36-45 39 16.5 16.5 72.9
46-65 33 14.0 14.0 86.9
>65 31 13.1 13.1 100.0
Total 236 100.0 100.0
3. Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Bersekolah 13 5.5 5.5 5.5
SD 26 11.0 11.0 16.5
SMP 55 23.3 23.3 39.8
SMA/SMK 137 58.1 58.1 97.9
Perguruan Tinggi 5 2.1 2.1 100.0
Total 236 100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
49
4. Penyebab Trauma
Penyebab Trauma
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid KLL Motor 119 50.4 50.4 50.4
KLL Mobil 64 27.1 27.1 77.5
Non KLL 19 8.1 8.1 85.6
Tidak Diketahui 34 14.4 14.4 100.0
Total 236 100.0 100.0
5. Trauma Multipel Lain
Trauma Multipel Lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Maksilofasial 97 41.1 41.1 41.1
Leher 13 5.5 5.5 46.6
Thorax 28 11.9 11.9 58.5
Abdomen 7 3.0 3.0 61.4
Ex Atas 47 19.9 19.9 81.4
Ex Bawah 44 18.6 18.6 100.0
Total 236 100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara