56
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan di bidang akuntansi, salah satunya adalah penetapan standar yang dilakukan oleh penyusun standar (standard setter) tentang pengungkapan informasi keuangan perusahaan. Pengungkapan informasi keuangan ini berkaitan dengan konsekuensi ekonomi dalam mengoperasionalkan perusahaan yaitu analisis biaya dan manfaat (Boujelbene and Affes, 2013). Banyak peneliti (Barton and Waymire, 2008; Erdianthy dan Djakman, 2014) mengatakan bahwa pengungkapan informasi keuangan perusahaan juga sangat berkaitan dengan nilai perusahaan dalam waktu jangka panjang. Pengungkapan informasi keuangan perusahaan dalam laporan keuangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan informasi wajib merupakan pengungkapan yang diwajibkan pada batas minimum oleh regulator. Adapun pengungkapan sukarela

Print Ibu Lusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ibu Lusi

Citation preview

25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan di bidang akuntansi, salah satunya adalah penetapan standar yang dilakukan oleh penyusun standar (standard setter) tentang pengungkapan informasi keuangan perusahaan. Pengungkapan informasi keuangan ini berkaitan dengan konsekuensi ekonomi dalam mengoperasionalkan perusahaan yaitu analisis biaya dan manfaat (Boujelbene and Affes, 2013). Banyak peneliti (Barton and Waymire, 2008; Erdianthy dan Djakman, 2014) mengatakan bahwa pengungkapan informasi keuangan perusahaan juga sangat berkaitan dengan nilai perusahaan dalam waktu jangka panjang.

Pengungkapan informasi keuangan perusahaan dalam laporan keuangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan informasi wajib merupakan pengungkapan yang diwajibkan pada batas minimum oleh regulator. Adapun pengungkapan sukarela yang dimaksud adalah bahwa manajemen perusahaan dapat mengungkapkan informasi tambahan yang relevan untuk pengambilan keputusan dan bermanfaat bagi pasar modal.

Penelitian Barton dan Waymire (2008) tentang proteksi investor pada saat adanya peraturan untuk laporan keuangan, yang menguji sejauh mana, pada kondisi tanpa mandat peraturan, manajer menyediakan kualitas informasi yang lebih tinggi secara sukarela, yang konsisten dengan kepentingan investor. Penelitian ini dilakukan untuk melihat reaksi manajer saat krisis keuangan. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa manajer mempunyai insentif untuk melapotkan kualitas informasi keuangan yang lebih tinggi, di saat tidak ada peraturan, dan pelaporan tersebut memberikan perlindungan yang menguntungkan bagi investor. Bukti tersebut memperlihatkan bahwa manajer menanggapi insentif ekonomi yang ada untuk memasok laporan keuangan yang berkualitas lebih tinggi.

Pada saat ini terdapat kecendrungan perusahaan tidak hanya memperhatikan segala sesuatu yang berwujud saja, namun sudah mulai memperhatikan hal yang tidak berwujud terkait dengan pengelolaan perusahaan. Misalnya seperti pengukuran kinerja semula hanya faktor keuangan saja, sekarang ditambah dengan non keuangan. Semula hanya memperhatikan aktiva berwujud saja, saat ini telah diperluas kearah aktiva tidak berwujud. Perkembangan teknologi informasi, aspek-aspek aktivitas dan kehidupan manusia mengarah pada pengetahuan berdasarkan ekonomi, sosial, dan politik, begitu pula dibidang akuntansi (Copper and Sherer, 1984). Strategi bisnis perusahaan telah beralih dari sumber daya berdasarkan fisik menuju kearah sumber daya berdasarkan pengetahuan juga menyoroti tentang pentingnya aset tidak berwujud..

Aset tidak berwujud dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif signifikan, yang berpengaruh pada kesuksesan dan kemampuan bertahan suatu organisasi, sehingga pengetahuan, yang diidentifikasi sebagai modal intelektual, pada suatu organisasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat dengan adanya nilai tambah yang dihasilkan karena adanya penciptaan inovasi, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan bersaing. Banyak penelitian telah melakukan pengujian terkait dengan isu modal intelektual, baik pengukuran modal intelektual (Chen, Cheng, and Hwang, 2005; Yuniasih, Wirama, dan Badera, 2011; Soetedjo dan Mursida, 2014) maupun pengungkapan modal intelektual (Purnomosidhi, 2005; Boujelbene and Affes, 2013; Ghasempour and Yusof, 2014; Erdianthy dan Djakman, 2014).

Pengungkapan modal intelektual, yang merupakan salah satu aset tidak berwujud, dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pemakai informasi akuntansi. Menurut Rylader et. al. (2000) dalam Mousavi and Takhtaei (2012) isu pengungkapan modal intelektual dapat diringkas sebagai berikut:

1. Gap informasi asimetri merupakan bagian dari atribut nilai perusahaan pada peningkatan asset tidak berwujud.2. Informasi jangka panjang, khususnya maksud dan pelaksanaan strategi telah gagal dilihat dari pelaporan perusahaan, tetapi mempertimbangkan kepentingan stakeholders, khususnya investor.3. Standar-standar dan perbandingan yang berhubungan dengan modal intelektual menjadi isu utama.4. Model-model value creation dapat melengkapi informasi tradisional sesuai aturan hukum.

Definisi modal intelektual adalah kumpulan sumber daya berwujud dan tidak berwujud, prinsip-prinsip, budaya, pola perilaku, kemampuan, kualitas, struktur, hubungan, prosedur-prosedur, dan proses-proses yang muncul dari ilmu pengetahuan Ghasempour dan Yusof (2014). Sedangkan literatur lain cenderung mendefinisikan modal intelektual sebagai asset atau sumber daya non moneter tanpa substansi fisik seperti inovasi, ilmu pengetahuan, penelitian, dan pengembangan, pelatihan karyawan atau kepuasan pelanggan, yang mendasari proses value creation perusahaan (Oren, Aerts, dan Lybaert, 2009). Adapun pengungkapan modal intelektual disefinisikan oleh Abeysekera dan Guthrie (2002) dalam Mousavi dan Takhtaei (2012) sebagai laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum bagi pemakai informasi yang tidak dapat perintah penyusunan laporan tentang modal intelektual yang disesuaikan untuk memenuhi semua kebutuhan informasi mereka. Pengungkapan modal intelektual merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur asset tidak berwujud dan menjelaskan hasil dari pengetahuan perusahaan berdasarkan aktivitas.

Pengungkapan modal intelektual menurut Meritum Project (2002) dikategorikan menjadi tiga yaitu: modal manusia, modal relasi, dan modal struktural.

1. Modal manusia adalah pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kemampuan karyawan dari perusahaan, meliputi kemampuan inovatif, keterampilan menyelesaikan masalah, keahlian, keterampilan manajerial, motivasi, kemampuan pembelajaran, loyalitas, dan pelatihan formal karyawan organisasi. 2. Modal relasi mengacu pada hubungan dengan stakeholders internal dan eksternal dari perusahaan, diantaranya adalah pelanggan, pemasok, franchisor, distributor dan joint venture. Modal relasi juga termasuk image perusahaan, loyalitas dan kepuasan pelanggan, jaringan dan hubungan pemasok, jaringan distribusi, dan perjanjian lisensi.3. Modal struktural (organisasional) terdiri dari komponen rutinitas organisasi, prosedur, sistem, budaya, flrsibilitas organisasi, teknologi informasi, kemampuan pembelajaran organisasi, dan hak kekayaan intelektual yang dilindungi secara hukum.

Pengungkapan sukarela modal intelektual berhubungan positif signifikan dengan nilai perusahaan, seperti hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ghasempour dan Yusof (2014). Penelitian Oren, Aerts, dan Lybaert (2009) bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh pelaporan modal intelektual berbasis web pada nilai perusahaan dan biaya keuangannya. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa pengungkapan modal intelektual berhubungan secara positif dengan nilai perusahaan. Jadi dapat dikatakan bahwa pengungkapan modal intelektual perusahaan adalah modal utama dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk memperkuat posisi persaingan yang dimiliki oleh perusahaan.

Pada sisi pandang yang lain, teori ekonomi mengatakan peningkatan pengungkapan sukarela dapat menguntungkan perusahaan dilihat dari sisi penurunan biaya modal. Semakin banyak pengungkapan sukarela, maka semakin menurunkan asimetri informasi, menurunkan resiko informasi, memunculkan transparansi, sehingga menurunkan biaya transaksi Oren, Aerts, dan Lybaert, 2009; Mousavi dan Takhtaei, 2012).

Penelitian yang dilakukan Botosan (1997) juga mengindikasikan bahwa semakin besar pengungkapan berhubungan dengan semakin rendah biaya modal ekuitas. Temuan penelitian tidak dapat membuktikan hubungan antara pengukuran tingkat pengungkapan dengan biaya modal ekuitas.

Penelitian untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan madal intelektual pada biaya madal ekuitas dilakukan oleh Boujelbene dan Affes (2013). Hubungan pengungkapan madal intelektual yang semakin luas terjadi dengan munculnya biaya madal ekuitas yang semakin rendah didukung pada hasil penelitian ini. Botosan (1997) mempunyai dua kelompok pengikut dengan pernyataan masing-masing. Kelompok pertama menyatakan bahwa pengungkapan yang lebih banyak, meningkatkan likuiditas pasar saham sehingga mengurangi biaya modal ekuitas, baik melalui pengurangan biaya transaksi atau meningkatkan permintaan sekuritas suatu perusahaan. Kelompok kedua menyatakan bahwa pengungkapan yang lebih banyak, mengurangi resiko estimasi yang timbul dari perkiraan investor tentang parameter pengembalian hasil atau distribusi hasil. Artinya, ketidakpastian semakin besar mengenai adanya parameter yang benar, saat informasi rendah. Jika estimasi resiko tidak dapat dibedakan, investor memerlukan kompensasi untuk elemen resiko tambahan tersebut. Jadi semakin tinggi tingkat pengungkapan menyebabkan pengurangan biaya modal ekuitas, sehingga meningkatkan permintaan sekuritas perusahaan dan meningkatkan harga saham perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Oren, Aerts dan Lybaert (2009) adalah menguji secara empiris pengaruh pelaporan modal intelektual berbasis web pada nilai perusahaan dan biaya keuangan. Penelitian tersebut memberikan hasil yang membuktikan bahwa luasnya pengungkapan modal intelektual berhubungan positif dengan nilai perusahaan. Selain itu, banyaknya pengungkapan modal intelektual berhubungan dengan asimetri informasi yang lebih rendah, yang berimplikasi pada biaya keuangan dan tingkat pembayaran bunga yang lebih rendah.1.2. MOTIVASI PENELITIAN

Penelitian tentang pengungkapan sukarela modal intelektual telah banyak dilakukan yang menguji hubungannya dengan berbagai variabel lain (biaya modal ekuitas, nilai perusahaan, komisaris indepanden, dan lainnya).

Berdasarkan latar belakang dapat diketahui penelitian modal intelektual dengan nilai perusahaan di Indonesia menemukan hasil yang tidak sesuai dengan apa yang dihipotesiskan. Penelitian yang menguji hubungan pengungkapan modal intelektual dengan kinerja bank di Indonesia diteliti oleh Erdianthy dan Djakman (2014). Adapun hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengungkapan modal intelektual berpengaruh negatif signifikan dengan kinerja bank pada studi di BEI Indonesia. Secara teoritis dikemukakan bahwa pengungkapan sukarela termasuk pengungkapan modal intelektual berhubungan positif dengan nilai perusahaan (Oren, Aerts, dan Lybaert, 2009; Ghasempour dan Yusof, 2014).

Dalam kaitan antara pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal ekuitas juga ditemukan hasil penelitian yang memperlihatkan hasil beragam, seperti yang diuraikan di latar belakang. Konsistensi hasil tidak ditemukan pada beberapa penelitian sebelumnya memungkinkan adanya faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan hasil yang berbeda tersebut atau dalam bentuk hubungan.

Penelitian Boujelbene dan Affes (2013) yang menguji ketiga kategori modal intelektual menemukan bukti bahwa hubungan yang signifikan hanya terdapat pada modal manusia dan modal struktural, sedangkan modal relasi menghasilkan hubungan yang tidak signifikan dengan biaya modal ekuitas. Pengujian pada industri perbankan di Indonesia (Sirait dan Siregar, 2012) memperoleh bukti tidak signifikan pada hubungan antara biaya modal ekuitas dan pengungkapan modal intelektual. Hasil penelitian Talaromi dan Nezhad (2013) positif tidak signifikan, ditunjukkan pada hubungan antara modal manusia dan modal struktural dengan biaya ekuitas umum, namun capital employed memperlihatkan hasil yang positif signifikan. Selain itu, penelitian pengungkapan modal intelektual kebanyakan dilakukan pada industri perbankan, sementara itu terdapat aspek-aspek, yang dilihat pada pengungkapan modal intelektual, tidak terdapat pada industri perbankan seperti patents, copyright, dan research project (Erdianthy dan Djakman, 2014).

Berdasarkan uraian di atas, banyak hal yang menjadi motivasi penelitian tentang pengungkapan modal intelektual yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengungkapan modal intelektual perusahaan merupakan informasi tentang kekayaan perusahaan yang sulit dihitung karena lebih banyak merupakan aktiva tidak berwujud. Pengungkapan modal intelektual awalnya tidak pernah dilaporkan, sehingga stakeholders tidak mempunyai informasi sepenuhnya tentang perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Saat ini kebutuhan informasi tentang modal intelektual perusahaan sudah semakin meningkat, sehingga topik ini penting untuk dibahas saat ini.2. Komponen proses penciptaan nilai perusahaan yang terpenting adalah pengungkapan modal intelektual karena dapat memberi manfaat jangka panjang bagi perusahaan.3. Pengungkapan modal intelektual mempunyai peranan melengkapi informasi laporan keuangan untuk meningkatkan nilai perusahaan dari kekurangan pada laporan keuangan tradisional, yang hanya mengungkapkan laporan tentang aset yang dapat dihitung dengan mudah saja, yaitu asset berwujud. 4. Pentingnya pengungkapan modal intelektual karena dapat mengurangi asimetri informasi yang disampaikan pada pasar modal, yang selanjutnya meningkatkan transparansi informasi kepada publik. Berkurangnya asimetri informasi dapat mengurangi resiko informasi, seingga dapat menaikkan nilai perusahaan pada pasar modal dan memperkecil biaya modal ekuitas.

1.3. MASALAH PENELITIAN

Informasi tentang asset tidak berwujud, khususnya, pengungkapan modal intelektual merupakan topik dari penelitian ini. Peranan pengungkapan informasi secara sukarela pada laporan keuangan perusahaan terhadap biaya modal ekuitas dan nilai perusahaan, merupakan isu penting saat ini. Permasalah yang ingin pada penelitian ini yaitu bagaimanakah hubungan diantara pengungkapan modal intelektual dikaitkan dengan biaya modal ekuitas serta nilai perusahaan. Juga pada masing-masing elemen yaitu elemen modal manusia, modal struktural, dan modal relasional.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan variabel pengungkapan modal intelektual dan variabel biaya modal ekuitas

2. Hubungan variabel pengungkapan madal intelektual dan variabel nilai perusahaan.

3. Hubungan variabel-variabel penelitian pada tiga jenis madal intelektual yaitu madal manusia, modal struktural, serta modal relasi.

4. Hubungan variabel-variabel penelitian berdasarkan pembagian kelompok industri yaitu industri intensif dan industri non intensif.

1.5. KONTRIBUSI PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan pengetahuan tentang pengungkapan sukarela pada laporan keuangan perusahaan. Adapun secara lebih rinci, kontribusi penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Kontribusi teoritis bagi perkembangan pengetahuan tentang informasi akuntansi bagi pasar modal, terutama pengungkapan sukarela modal intelektual atau asset tidak berwujud perusahaan. Bukti tentang manfaat pengungkapan yang lebih luas dapat mendukung teori stakeholders dan teori legitimasi. Pada teori stakeholders manajemen perusahaan harus melaporkan semua aktivitas perusahaan untuk memperoleh informasi keseluruhan tentang perusahaan, temasuk pengungkapan modal intelektual perusahaan. Pada teori legitimasi, perusahaan terikat dengan batas-batas dan norma-norma tempat perusahaan beraktivitas. Pengungkapan modal intelektual dapat memberikan informasi kepada masyarakat, yang membantu manajemen meningkatkan legalitas perusahaan tersebut dalam masyarakat.2. Kontribusi praktis bagi manajemen perusahaan terkait dengan adanya pengungkapan modal intelektual, dapat memperoleh informasi tentang modal actual yang dimiliki perusahaan, sehingga manajemen lebih mudah mengelola dan memberdayakan modal intelektual tersebut untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.3. Kontribusi bagi kebijakan di bidang akuntansi, penelitian pengungkapan modal intelektual dapat mendorong penyusun standar (standard setter) lebih memperhatikan tatacara pencatatan, pengukuran dan pelaporan pada pengungkapan informasi sukarela yaitu modal intelektual dari sebelumnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PELAPORAN PERUSAHAAN YANG TIDAK DIREGULASI

Selain pengungkapan atau pelaporan perusahaan yang dilakukan sesuai peraturan dan standar yang berlaku, terdapat alternatif lain untuk pelaporan perusahaan. Alternatif kerangka konseptual pada penelitian akuntansi yang relevan memberikan perhatian pada pemahaman bagaimana sistem akuntansi dijalankan pada konteks sosial, politik, dan ekonomi (Cooper dan Sherer, 1984). Konteks sosial, politik, dan ekonomi laporan keuangan pada penelitian akuntansi menggagas adanya kesejahteraan sosial, yang berfokus pada masyarakat sebagai agregatnya. Penekanannya pada distributif peraturan dimensi kesejahteraan dan pentingnya kekuatan dan perhatian dari pandangan sosial.

Pada sistem berbasis perspektif, perusahaan diasumsikan dipengaruhi oleh dan mempengaruhi masyarakat di mana sistem itu beroperasi (Deegan dan Unerman, 2006). Kebijakan pengungkapan akuntansi (dalam laporan keuangan) berdasarkan teori legitimasi, stakeholders, dan institusi merupakan strategi perusahaan untuk mempengaruhi hubungan organisasi dengan pihak lain yang berinteraksi dengannya.

Menurut Gray, Owen, dan Adams (1996) dalam Deegan dan Unerman, (2006) teori legitimasi dan teori stakeholders berasal dari teori ekonomi politik. Teori institusi juga dapat dihubungkan dengan teori ekonomi politik. Gray, Owen, dan Adams mendefinisikan teori ekonomi politik sebagai kerangka sosial, politik, dan ekonomi di mana kehidupan manusia berlangsung. Perspektifnya adalah masyarakat, politik, dan ekonomi, yang tidak dapat dipisahkan. Masalah ekonomi tidak mempunyai arti jika diselidiki tanpa adanya pertimbangan kerangka politik, sosial, dan institusional di mana kegiatan ekonomi itu berlangsung.

Ada dua aliran teori ekonomi politik, yang dibagi oleh Gray, Owen, dan Adams yaitu:

1. Teori Ekonomi Politik Klasik

Teori ini terkait dengan karya-karya Marx, secara eksplisit meletakkan kepentingan kelas, konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara pada jantung analisis. Laporan akuntansi dan pengungkapan adalah suatu cara mempertahankan posisi disukai orang-orang yang mengendalikan sumber daya yang langka. Teori ini fokus pada konflik struktural dalam masyarakat.

2. Bourgeois Politik Teori Ekonomi

Tidak secara eksplisit mempertimbangkan konflik struktural dan perjuangan kelas. Teori ini menekankan interaksi antara kelompok-kelompok di dunia yang pada dasarnya pluralistik. Teori legitimasi dan theori stakeholders berasal dari cabang ini. Tidak mempertanyakan atau mempelajari berbagai struktur kelas dalam masyarakat.

Kecenderungan pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan dengan teori legitimasi dan teori stakeholders, dengan menggunakan content analysis (Gutrie et al, 2004 dalam Purnomosidhi, 2005).

3. Teori legitimasi

Teori legitimasi menegaskan bahwa organisasi harus berusaha memastikan bahwa mereka beroperasi pada batas-batas dan morma-norma masyarakatnya, mereka berusaha memastikan bahwa kegiatan yang mereka lakukan dianggap sah oleh pihak luar. Perusahaan akan melaporkan secara sukarela aktivitasnya kepada masyarakat, dapat digambarkan sebagai suatu kontrak sosial yang ada antara organisasi dengan masyarakat di mana organisasi tersebut beroperasi.

Kontrak sosial merupakan sejumlah harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya perusahaan beroperasi, yang bersifat fleksibel atau berubah-ubah, sehingga perusahaan harus tanggap terhadap lingkungan tempatnya beroperasi (Purnomosidhi, 2005). Berdasarkan pandangan tersebut, perusahaan perlu melakukan komunikasi melalui pengungkapan informasi perusahaan pada laporan keuangannya, juga untuk menunjukkan perhatian manajemen terhadap lingkungan sosialnya dan nilai-nilai masyarakat yang berlaku di tempat tersebut.

Pengungkapan modal intelektual adalah salah satu informasi yang dilaporkan secara sukarela oleh perusahaan. Informasi yang ada pada modal intelektual, seperti pengetahuan, ketrampilan, budaya, dan lainya, yang dimiliki perusahaan, dapat dikomunakasikan kepada masyarakat untuk memperoleh dukungan legalitas.

5. Teori stakeholders

Teori stakeholders berfokus pada interaksi organisasi dengan stakeholders, berbeda dengan teori legitimasi yang berfokus pada interaksi dengan masyarakat. Teori ini dibedakan menjadi dua cabang yaitu cabang etika dan cabang manajerial (Deegan dan Unerman, 2006). Perspektif moral dari teori stakeholders berpendapat bahwa semua stakeholders mempunyai hak diperlakukan oleh organisasi dan secara tidak langsung relevan dengan isu-isu kekuasaan. Semua stakeholders mempunyai hak minimum tertentu yang tidak boleh dilanggar, juga mempunyai hak untuk diberikan informasi tentang organisasi serta pengaruhnya pada stakeholders itu sendiri.

Pada perspektif manajerial dari teori stakeholders, organisasi mengelola kepentingan tiap kelompok stakeholders untuk kepentingan organisasi, semakin penting kedudukan stakeholders itu, semakin banyak usaha untuk mengelola hubungan tersebut. Elemen utama yang digunakan organisasi untuk mengelola dan memanipulasi stakeholders adalah informasi, untuk mendapat dukungan dan persetujuan, ataupun untuk mengalihkan oposisi dan penolakan mereka (Deegan dan Unerman, 2006).

Teori stakeholders juga berkaitan dengan pengungkapan modal intelektual. Dengan pengungkapan modal intelektual, yang merupakan pengungkapan sukarela dari perusahaan dapat mengurangi kesenjangan informasi yang diperoleh stakeholders tentang perusahaan, sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas perusahaan.

2.2 MODAL INTELEKTUAL

Usaha pertama menghubungkan dengan konsep modal intelektual dilakukan pada penelitian Mchlap tahun1962, namun sejarahnya mengatakan bahwa inovasi konsep modal intelektual dikembangkan oleh Galbrays pada tahun 1969. Galbrays percaya bahwa modal intelektual adalah sesuatu yang lebih jauh dari pemikiran dan terdiri dari tindakan intelektual (Talaromi dan Nezhad, 2013). Definisi modal intelektual salah satunya dikemukakan oleh Viedma (2007) dalam Lina (2013) adalah pengetahuan dan aset tidak berwujud lainnya yang menghasilkan atau menciptakan nilai saat ini maupun masa datang. Beberapa definisi modal intelektual dikutip oleh Talaromi dan Nezhad, (2013) diuraikan berikut ini. Modal intelektual adalah jumlah semua hal yang diketahui staff organisasi dan menciptakan keunggulan persaingan di pasar (Stewart, 1997). Serangkaian sumber daya berwujud dan tidak berwujud yang unik dari perusahaan (Gupta, 2001). Istilah untuk kombinasi dari pasaraset tidak berwujud, kekayaan intelektual, asset manusia, dan asset structural yang mampu mendukung aktivitas organisasi (Brooking, 2001). Modal intelektual adalah seperangkat pengetahuan dan asset yang spesifik untuk sebuah organisasi dan dianggap sebagai salah satu karakteristik organisasi dan memberikan nilai tambah pada stakeholders kunci dan organisasi dapat meningkatkan posisi kompetitifnya (Mer, 2004).

Berdasarkan Meritum Project (2002) modal intelektual dibedakan menjadi modal manusia, modal struktural dan modal relasi yang didefinisikan berikut ini. Modal manusia didefinisikan sebagi pengetahuan yang dimiliki karyawan saat mereka meninggalkan perusahaan. Di dalamnya termasuk pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kemampuan karyawan. Modal struktural didefinisikan sebagai penyatuan pengetahuan yang ada di perusahaan saat akhir hari kerja, terdiri atas rutinitas organisasi, prosedur, sistem, budaya, database, dan lainnya. Diantaranya mungkin dilindungi secara legal dan menjadi hak kekayaan intelektual yang secara legal dimiliki oleh perusahaan. Modal relasi didefinisikan sebagai semua sumber daya yang berhubungan dengan hubungan eksternal dari perusahaan seperti pelanggan, pemasok, atau patner R & D, investor, kreditor, termasuk persepsi yang dimilki tentang perusahaan.

2.3 BIAYA MODAL EKUITAS DAN NILAI PERUSAHAAN

Berdirinya suatu perusahaan tentu memerlukan modal untuk memenuhi biaya-biaya kegiatan opersionalnya. Modal tersebut dapat diperoleh melalui utang ataupun ekuitas. Biaya modal dapat diartikan keseluruhan jumlah yang harus dibayar perusahaan untuk modal yang diperolehnya. Biaya modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya utang dan biaya modal ekutitas. Biaya modal ekuitas adalah tingkat pengembalian yang dibayar perusahaan kepada pemegang saham yang telah menanamkan modal di perusahaan (Sirait dan Siregar, 2012).

Biaya ekuitas adalah tingkat minimum pengembalian modal investor untuk pemberian modalnya kepada perusahaan. Dari sudut pandang shareholders, manajer seharusnya meminimalkan biaya ekuitas dan memaksimalkan nilai perusahaan serta kesejahteraan shareholders. Biaya ekuitas adalah faktor penting dan efektif pada banyak keputusan manajemen keuangan. Manajer menggunakan biaya ekuitas pada berbagai kasus yang berbeda termasuk keputusan capital budgeting, menentukan struktur optimal pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penggantian obligasi dan manajemen modal kerja jangka panjang.

Secara teoritis, pengungkapan dapat mengurangi asimetri informasi, sehingga mengurangi biaya modal ekuitas. Perusahaan yang memberikan informasi tambahan tentang kegiatan operasional perusahaan mengurangi asimetri pasar modal. Hubungan pengungkapan dan biaya modal ekuitas didukung oleh dua aliran (Boujelbene dan Affes, 2013) yaitu:

1. Pengungkapan yang baik dapat meningkatkan likuiditas saham di pasar modal, sehingga mengurangi biaya modal ekuitas melalui pengurangan biaya transaksi atau meningkatkan permintaan terhadap surat berharga perusahaan.2. Pengungkapan yang lebih baik dapat mengurangi biaya modal ekuitas dengan mengurangi estimasi resiko non-diversifiable.

Pengungkapan sukarela modal intelektual dihubungkan dengan biaya modal ekuitas juga dapat mengurangi informasi asimetri dan resiko informasi, yang selanjutnya dapat menurunkan biaya modal ekuitas. Selain itu pengungkapan modal intelektual meningkatkan transparasi yang juga dapat menurunkan biaya modal (Mousavi dan Takhtaei, 2012).

Banyak peneliti menemukan bukti adanya peningkatan nilai perusahaan akibat pengungkapan modal intelektual. Hasil penelitian Ghasempour dan Yusof (2014) memberikan bukti adanya hubungan positif signifikan antara pengungkapan sukarela modal intelektual dan nilai perusahaan. Perusahaan dan korporasi besar dengan tingkat pengungkapan sukarela dari modal intelektual yang tinggi dan pengetahuan informasi aset dipandang lebih bernilai oleh investor, dan investor mungkin bersedia membayarkan sejumlah uang yang lebih banyak untuk saham perusahaan tersebut. Jadi, keputusan investasi para investor seharusnya berdasarkan perhitungan pengungkapan sukarela.

2.4 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian yang menguji tentang pengungkapan telah sejak dahulu dilakukan di bidang akuntansi. Akuntansi adalah proses untuk menghasilkan informasi, dan informasi itu dikomunikasikan kepada pemakainya dengan melakukan pengungkapan pada laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan modal intelektual adalah salah satu pengungkapan yang bersifat sukarela, selain itu ada juga pengungkapan lain yang bersifat wajib. Pengungkapan modal intelektual tersebut sangat berkaitan dengan faktor biaya (biaya modal ekuitas) dan manfaat (nilai perusahaan).

Penelitian Barton dan Waymire, (2008) memberikan bukti bahwa manajer mendapat insentif untuk melaporkan informasi keuangan dengan kualitas yang lebih baik, walaupun tanpa adanya mandat peraturan, dan peloporan tersebut dapat memberikan keuntungan dari sisi perlindungan investor. Dengan kata lain, manajer membuat laporan keuangan yang berkualitas berdasarkan insentif, walaupun tidak ada aturan yang mengharuskannya, dan kualitas laporan yang baik dapat memberikan perlindungan kepada investor.

Botosan (1997) menguji hubungan antara tingkat pengungkapan dan biaya modal ekuitas dengan meregresi estimasi spesifik perusahaan dari biaya modal ekuitas pada beta pasar, ukuran perusahaan, dan konstruksi pengukuran tingkat pengungkapan. Pada perusahaan dengan low analyst following, hasil menunjukkan semakin baik pengungkapan berhubungan dengan semakin rendah biaya modal ekuitas. Pada perusahaan dengan high analyst following, ditemukan tidak ada hubungan antara pengukuran tingkat pengungkapan dengan biaya modal ekuitas, mungkin karena pengukuran pengungkapan terbatas pada laporan tahunan dan mungkin tidak mempergunakan proksi yang kuat untuk seluruh tingkat pengungkapan saat analis memainkan peran signifikan pada proses komunikasi. Artinya hubungan tingkat pengungkapan pada laporan keuangan tahunan dengan biaya modal ekuitas tergantung pada tinggi atau rendahnya analyst following.

Penelitian oleh Petrova, Georgakopoulos, Sotiropoulos, dan Vasileiou (2012) bertujuan untuk menguji hubungan antara biaya modal ekuitas dan pengungkapan sukarela korporat, dengan menggunakan 121 sampel perusahaan terdaftar di Swiss. Hasilnya adalah perusahaan pada pasar Swiss dapat mengurangi biaya modal ekuitas mereka dengan meningkatkan tingkat pengungkapan sukarela mereka.

Purnomosidhi (2005) melakukan analisis empiris terhadap determinan praktik pegungkapan modal intelektual pada perusahaan publik di BEJ. Temuan penelitian ini menyatakan bahwa ukuran, leverage, dan kinerja modal intelektual mempengaruhi jumlah pengungkapan modal intelektual.

Sonnier (2008) mempunyai tujuan penelitian membandingkan tingkat pengungkapan modal intelektual pada sektor ekonomi teknologi tinggi dengan yang tradisional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan dengan teknologi tinggi mempunyai frekuensi lebih tinggi pada pengungkapan modal pelanggan, modal organisasi, modal manusia, dan kekayaan intelektual daripada perusahaan tradisional. Pada modal pemasok data yang dimiliki, tidak meyakinkan.

Mousavi dan Takhtaei (2012) menyampaikan pandangan tentang dampak pengungkapan modal intelektual pada pasar modal. Artikel ini menyatakan kegagalan laporan keuangan menyediakan informasi dan mereview isu-isu utama terkait dengan pengungkapan modal intelektual. Selain itu disampaikan juga keterkaitan antara pengungkapan modal intelektual dengan komponen pasar modal lainnya yaitu: asimetri informasi, informasi harga saham, resiko, efisiensi, volatilitas saham, likuiditas, dan biaya modal.

Penelitian Oren, Aerts, dan Lybaert, (2009) menguji tentang pengaruh pelaporan modal intelektual berbasis web terhadap nilai perusahaan dan biaya keuangan. Pada temuannya, data menunjukkan perbedaan cross-sectional pada luasnya pengungkapan modal intelektual secara positif berhubungan dengan nilai perusahaan. Semakin baik pengungkapan modal intelektual berhubungan dengan rendahnya asimetri informasi, berimplikasi pada rendahnya biaya modal ekuitas dan rendahnya tarif bunga yang dibayar.

Penelitian yang dilakukan oleh Sirait dan Siregar (2012) menguji hubungan antara biaya modal ekuitas dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dan modal intelektual pada sektor perbankan Indonesia. Hasil penelitian memperlihatkan tidak adanya hubungan signifikan antara biaya modal ekuitas tahun berjalan dan tingkat pengungkapan CSR dan modal intelektual pada sektor perbankan di Indonesia.

Talaromi dan Nezhad (2013) melakukan penelitian dengan tujuan menginvestigasi dampak pengungkapan modal intelektual terhadap biaya modal umum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan positif antara pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal umum. Pada komponen modal struktural dan modal manusia terindikasi tidak signifikan, namun pada komponan modal karyawan menunjukan hubungan positif signifikan.

Boujelbene dan Affes (2013) melakukan penelitian untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan modal intelektual pada biaya modal ekuitas. Temuan penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan negatif signifikan antara pengungkapan modal intelektual (modal manusia dan modal struktural) dengan biaya modal ekuitas, namun pengaruh negatif pengungkapan modal intelektual lainnya, yaitu modal relasional, tidak dapat divalidasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ferchichi dan Paturel (2013) menguji mengenai efek pengungkapan modal intelektual pada value creation, merupakan penelitian empiris yang menggunakan laporan tahunan Tunisia. Hasilnya memperlihatkan bahwa pengungkapan modal intelektual berkorelasi positif dan signifikan dengan firm creation value. Pelaporan modal intelektual dapat mengatasi ketidakpastian tentang perusahaan, sehingga mendorong peningkatan nilai.

Erdianthy dan Djakman (2014) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan modal intelektual dan proporsi komisaris independen, sebagai kecenderungan praktik good corporate governance, terhadap kinerja perbankan di Indonesia. Secara umum hasil penelitiannya adalah:

1. Pengungkapan modal intelektual secara signifikan berhubungan negatif dengan kinerja bank.2. Proporsi komosaris independen secara signifikan berhubungan positif dengan kinerja bank.3. Pengungkapan modal intelektual dan proporsi komisaris independen bersama-sama berpengaruh pada kinerja bank.4. Interaksi antara proporsi komisaris independen pada pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap kinerja menghasilkan hasil yang beragam.

Ghasempur dan Yosuf (2014) meneliti kualitas pengungkapan modal intelektual dan sumber daya manusia pada penilaian perusahaan. Hasilnya menyatakan pengungkapan sukarela modal intelektual dan informasi sumber daya manusia mempunyai pengaruh positif signifikan pada nilai peusahaan.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PERUMUSAN HIPOTESIS3.1. RERANGKA KONSEPTUAL

Penelitian ini mengembangkan penelitian Botosan (1997) yang melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengungkapan dan biaya modal ekuitas. Efek tingkat pengungkapan pada biaya modal ekuitas adalah masalah yang mempertimbangkan kepentingan dan pentingnya komunitas pelaporan keuangan. Penelitiannya memberikan bukti hubungan antara biaya modal ekuitas dengan tingkat pengungkapan. Pada perusahaan dengan analyst following yang relatif rendah, semakin banyak pengungkapan berhubungan dengan biaya modal ekuitas yang semakin rendah, namun pada perusahaan dengan analyst following tinggi tidak terdapat hubungan signifikan.

Penelitian tersebut kemudian dikembangkan oleh Boujelbene dan Affes (2013) yang lebih lanjut menguji hubungan tingkat pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal ekuitas. Pengujian modal intelektual dibedakan menjadi tiga yaitu: modal manusia, modal struktural, dam modal relasi, selain juga menguji hubungan secara keseluruhan. Pengujian juga dilakukan dengan membedakan industry yang high tech (intensif) dan trasisional (tidak intensif). Peneliti juga melakukan analisis tambahan dengan menambahkan pengelompokan industry berdasarkan tinggi atau rendahnya analyst following.

Hasil penelitian memperlihatkan total pengungkapan modal intelektual, modal manusia, dan modal struktural mempunyai dampak negative signifikan pada biaya modal ekuitas, dengan sampel keseluruhan dan sub sampel tradisional. Namun, dampak negatif tersebut tidak signifikan pada sub sampel high tech. Modal relasi menunjukkan hubungan negative tetapi tidak signifikan dengan seluruh sampel ataupun pada semua sub sampel.

Pengujian dengan tambahan analyst following menunjukkan bahwa total pengungkapan modal intelektual, modal manusia, modal struktural, dan modal relasi memiliki efek negative terhadap biaya modal ekuitas pada sub sampel analyst following rendah, namun tidak signifikan dapa sub sampel analyst following tinggi.

Penelitian lain tentang tingkat pengungkapan modal intelektual sukarela yang dilakukan oleh Oren, Aerts, dan Lybaert, (2009) yang dikaitkan dengan kinerja pasar. Pengujian tentang pengungkapan modal intelektual berbasis web memisahkan pengujian antara hubungan dengan biaya keuangan dan hubungan dengan nilai perusahaan. Luasnya pengungkapan modal intelektual berhubungan dengan nilai perusahaan, karena asimetri informasi yang terjadi menjadi lebih rendah sehingga berakibat pada rendahnya biaya keuangan. Kepercayaan investor menyerahkan sumber daya keuangannya dapat meningkatkan karena pengungkapan modal intelektual yang semakin banyak.

Uraian di atas dapat digunakan mengembangkan penelitian ini dengan menyusun model penelitian berikut ini.

Gambar 3.1. Model Penelitian

3.2. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengungkapan modal intelektual sukarela dan nilai perusahaan.

Selain bersifat wajib, pengungkapan ada pula yang bersifat sukarela dan terkadang berbeda pada setiap perusahaan karena sifat-sifat khusus yang dimiliki perusahaan. Pengungkapan modal intelektual sukarela dapat mengurangi asimetri informasi dan ketidakpastian tentang perusahaan. Pengungkapan modal intelektual sukarela akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Erdianthy dan Djakman, 2014; Ferchichi dan Paturel, 2013; Ghasempur dan Yosuf, 2014).

Kualitas laporan sukarela berupa modal intelektual diuji terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Ghasempur dan Yosuf (2014). Populasi terdiri dari 65 perusahaan di Teheran Stock Exchange periode 2005 sampai 2012. Pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa pengungkapan modal intelektual berpengaruh positif signifikan pada nilai perusahaan.

Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Erdianthy dan Djakman, (2014) pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap kinerja perbankan memperoleh hasil negatif dan signifikan. Penelitian ini membahas juga komponen-komponen dari pengungkapan modal intelektual, yaitu modal manusia, modal struktural, dan modal pelanggan.

Jadi secara rasional dapat dikatakan bahwa adanya pengungkapan sukarela modal intelektual perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena berkurangnya asimetri informasi yang diperoleh pemakai (investor). Dengan demikian, investor tidak akan ragu menginvestasikan modalnya, karena informasi yang dimilki memberikan keyakinan yang lebih baik tentang perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1. Pengungkapan modal intelektual mempunyai hubungan positif dengan nilai perusahaan.

H1a. Pengungkapan modal manusia mempunyai hubungan positif dengan nilai perusahaan.

H1b. Pengungkapan modal struktural mempunyai hubungan positif dengan nilai perusahaan.

H1c. Pengungkapan modal relasi mempunyai hubungan positif dengan nilai perusahaan.

Pengungkapan modal intelektual dan biaya modal ekuitas

Penelitian Botosan (1997) menguji hubungan tingkat pengungkapan dengan biaya modal ekuitas. Pengungkapan yang diukur adalah jumlah pengungkapan sukarela yang ada pada laporan tahunan 1990 dengan sampel 122 perusahaan manufaktur. Setelah melakukan kontrol terhadap beta pasar dan ukuran perusahaan, diperoleh hasil semakin banyak pengungkapan berhubungan dengan semakin sedikit biaya modal ekuitas, pada low analyst following. Sedangkan pada high analyst following tidak terbukti adanya hubungan tersebut. Pada penelitian Petrova, Georgakopoulos, Sotiropoulos, dan Vasileiou (2012) pengujian yang dilakukan berdasarkan teori ekonomi yang mengatakan menaikkan tingkat pelaporan perusahaan tidak hanya meningkatkan likuiditas pasar saham tapi juga menurunkan estimasi resiko investor, mengurangi ketidakpastian pengembalian masa datang dan distribusi pembayaran. Sampel yang digunakan 121 perusahaan yant terdaftar di Swiss. Pasar Swiss ternyata dapat mengurangi biaya modal ekuitasnya dengan menaikkan tingkat pengungkapan sukarelanya, dengan melakukan kontrol pada ukuran perusahaan, leverage keuangan, dan membedakan strategi pelaporan (agresif atau konservatif).

Penelitian pengungkapan sukarela modal intelektual dan biaya modal ekuitas dilakukan oleh Sirait dan Siregar (2012), Boujelbene dan Affes (2013), dan Talaromi dan Nezhad (2013). Pengujian biaya tahun sebelumnya dan pengungkapan dilakukan oleh Sirait dan Siregar (2012) serta menguji perubahan tingkat pengungkapan dan perubahan biaya. Sampel penelitiannya adalah 49 perusahaan perbankan Indonesia tahun 2007 sampai dengan 2009 yang terdaftar di pasar modal. Hasil pada pengujian tahun sebelumnya tidak berhasil mendapatkan bukti yang signifikan, namun pada pengujian perubahannya diperoleh korelasi negatif signifikan.

Boujelbene dan Affes (2013) melakukan penelitian dengan membedakan pengungkapan modal intelektual menjadi komponen-komponennya (modal manusia, modal struktural, dan modal relasional) serta totalnya. Sampel yang digunakan 102 perusahaan yang pada tahun 2009 terdaftar di indeks pasar saham SBF 120 Prancis. Pengujiannya dilengkapi dengan analisis tambahan tinggi rendahnya analyst following. Penelitian ini memberikan bukti hubungan negatif signifikan pada modal manusia dan modal struktural, namun tidak pada modal relasional.

Tahun 2008-2012 penelitian Talaromi dan Nezhad (2013) dilakukan pada Tehran Stock Exchange dengan 80 sampel. Efek dua komponen pengungkapan modal intelektual (modal manusia dan modal structural ) pada biaya ekuitas umum tidak signifikan, namun pada modal karyawan diperoleh hasil positif signifikan.

Penelitian Oren, Aerts, dan Lybaert, (2009) menguji hubungan pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal ekuitas, dan hubungan pengungkapan modal intelektual dengan nilai perusahaan secara terpisah. Penelitiannya dilakukan pada pengungkapan yang berbasis web dengan sampel 267 perusahaan non keuangan yang terdaftar di continental Europe. Penelitiannya memperoleh bukti bahwa pengungkapan modal intelektual berhubungan dengan nilai perusahaan dan biaya modal ekuitas.

Beberapa hasil penelitian tentang hubungan pengungkapan modal intelektual menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Namun, secara teoritis semakin banyak pengungkapan dilakukan dapat memperkecil estimasi resiko dan investor dapat mengestimasi pengembalian saham dengan lebih baik, maka semakin sedikit biaya modal yang dikeluarkan karena adanya kepastian yang cukup tinggi bagi keputusan investor. Berdasarkan uraian tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2. Pengungkapan modal intelektual mempunyai hubungan negatif dengan biaya modal ekuitas.

H2a. Pengungkapan modal manusia mempunyai hubungan negatif dengan biaya modal ekuitas.

H2b. Pengungkapan modal struktural mempunyai hubungan negatif dengan biaya modal ekuitas.

H2c. Pengungkapan modal relasi mempunyai hubungan negatif dengan biaya modal ekuitas.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. PENGUKURAN VARIABEL

Pada penelitian ini variabel independen, pengungkapan modal intelektual (ICD) diukur menggunakan angka indeks pengungkapan modal intelektual. Setiap item modal intelektual yang diungkapkan pada laporan keuangan diberi skor 1, sedangkan item yang tidak diungkapkan pada laporan keuangan diberi skor 0. Selanjutnya indeks dihitung dengan cara membagi jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah total item pengungkapan dikali seratus persen. Dalam penelitian ini digunakan komponen pengungkapan modal intelektual seperti yang dikemukakan oleh Li, et al (2008), dalam Boujelbene dan Affes (2013), yang terdiri dari 61 item, dikurangi dengan item-item pengungkapan modal intelektual yang bersifat wajib diungkapkan di Indonesia. Selanjutnya, item-item tersebut dikelompokkan berdasarkan tiga komponen pengungkapan modal intelektual, yaitu modal manusia, modal struktural, dan modal relasional.

Variabel dependen biaya modal ekuitas (COEC), menurut Botosan (1997) adalah tingkat minimum pengembalian investasi investor yang diperlukan, karena memberikan modal kepada perusahaan. Menurut Botosan (1997) CAPM adalah salah satu cara untuk mengukur biaya modal ekuitas. CAPM menghubungkan antara tingkat pengembalian minimum yang diharapkan investor atas sekuritas tertentu yang terukur dalam beta (Jones, 2007 dalam Sirait dan Siregar, 2012). Pada penelitian biaya modal ekuitas diukur menggunakan CAPM, seperti yang dilakukan oleh beberapa peneliti (Sirait dan Siregar, 2012; Boujelbene dan Affes, 2013).

Variabel dependen nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Price to Book Value (PBV), yang mencerminkan kinerja perusahaan dari pandangan stakeholders. Adapun perhitungannya dilakukan dengan cara membagi harga per lembar saham akhir tahun dengan nilai bukunya.

Penelitian ini menggunakan variabel kontrol ukuran (SIZE), leverage (LEV) dan industri (IND). Ukuran perusahaan dapat memberikan pengaruh pada jumlah pengungkapan modal intelektual (Purnomosidhi, 2005). Ukuran perusahaan diukur dengan natural log total asset perusahaan. Sedangkan, leverage berhubungan dengan proporsi penggunaan utang untuk membiayai perusahaan. Tingginya tingkat leverage semakin tinggi resiko yang dihadapi perusahaan. Leverage dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas. Industri dikelompokkan menjadi industri intensif (1) dan non intensif (2).

4.2. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Sampel yang digunakan adalah semua sektor industri, yang pada tahap selanjutnya akan dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu industri yang intensif dan non intensif. Pengelompokan yang digunakan oleh Botosan (1997) dan Boujelbene dan Affes (2013) juga digunakan pada penelitian ini. Industri intensif terdiri dari perusahaan penyediaan aplikasi internet, bioteknologi, hiburan, IT, distribusi, manufaktur berteknologi tinggi, media, ritel, perangkat lunak, integrasi sistem, telekomunikasi, dan layanan web. Sedangkan industry non intensif terdiri dari perusahaan makanan, mobil, bahan kimia, konstruksi, elektronik, manufaktur, minyak, utilitas, tekstil/pakaian, dan pariwisata/rekreasi.

Metode penyampelan dilakukan dengan purposive sampling. Adapun yang dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria berikut ini:

1. Perusahaan terdaftar di BEI paling tidak sejak 2009 sampai 2014.2. Peusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dengan lengkap.3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode pelaksanaan penelitian.4. Perusahaan memperdagangkan sahamnya secara aktif.5. Data yang ada pada laporan keuangan tahunan dapat memenuhi data yang diperlukan dalam penelitian.

4.3. METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini merupakan penelitian archival yang menggunakan data sekunder. Data untuk menguji hipotesis dikumpulkan dari laporan tahunan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian dapat diperoleh dari situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id.

4.4. METODE ANALISIS DATA

Pada awalnya data diuji dengan pengujian asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Selain itu, juga dilakukan analisis deskriptif untuk data yang akan diuji pada penelitian. Pengujian berikutnya adalah uji F, untuk mengetahui apakah variabel independen besama-sama mempengaruhi variabel dependen. Uji koefisien diterminasi juga dilakukan untuk mengetahui besarnya variasi variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) mempunyai nilai yang berkisar antara 0 sampai 1 (0% - 100%). Semakin mendekati 1 atau 100% berarti model regresi semakin baik, begutu pula sebaliknya.

Metode analisis data untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda. Adapun model empiris yang bisa diajukan adalah sebagai berikut:

1. Pengujian hiotesis 1

2. Pengujian hipotesis 2

Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen, dengan perbandingan probabilitas (t-stat). Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah:

Ho diterima ketika probabilitas (p-value) > 0,05 ().

H0 ditolak ketika probabilitas (p-value) > 0,05 ().DAFTAR PUSTAKA

Barton, J. and Waymire, G. 2008. Investor Protection Under Regulated Financial Report. Journal of Accounting and Economics.38, 65-116.

Botosan, C. A. 1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The Accounting Review. Vol. 72. No. 3. Juli 1997. pp 323-349.

Boujelbene, M.A. and Affes, A. 2013. The Impact of Intellectual Capital Disclosure on Cost of Equity Capital: A Case of French Firm. Journal of Economic, Finance, and Administrative Science.18 (34), 45-53.

Chen, M. C. Cheng, S. J. and Hwang, Y. 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firms Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6. No. 2. pp. 159-176.

Cooper, D. J. and Sherer, M. J. 1984. The Value of Corporate Accounting Reports: Arguments For Political Economy of Accounting. Accounting, Organization, and Society. Vol 9. No. 3 / 4. pp. 207-232.

Deegan, C. dan Unerman, J. 2006. Financial Accounting Theory. European Edition, McGraw-Hill.

Erdianthy, D. dan Djakman, C.D. 2014. Pengungkapan Modal Intelektual, Proporsi Komisaris Independen dan Kinerja Bank Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVII Lombok.

Ghasempour, A. and Yusof, M. A. M. 2014. Quality of Intelectual Capital and Human Resources Disclosure on The Firm Valuation. Open Journal of Accounting. 3. 59-70.

Rerchichi, J. and Paturel, R. 2013. The Effect of Intellectual Capital Disclosure on The Value Creation: An Empirical Study Using Tunisian Annual Report. International Journal of Accounting and Financial Report. Vol. 3. No. 1.

Lina. 2013. Faktor-Faktor Penetu Pengungkapan Modal Intelektual. Media Riset Akuntansi. Vol. 3. No. 1. Februari 2013.

Meritum Project. 2002. Guidelines for Managing and Reporting on Intangibles (Intellectual Capital Report). Fundacion Airtel Movil, Madrid.

Mousavi, Z and Takhtaei, N. 2012. The Impact of Intellectual Capital Disclosure on Capital Market: An Overview. Business Intelligence Journal. July. Vol. 5. No. 2. 267-270.

Oren, R., Aerts, W. and Lybaert, N. 2009. Intellectual Capital Disclosure, Cost of Finance and Firm Value. Management Decision. Vol.47. No. 10. pp. 1536-1747.

Petrova, E., Georgakopoulos, G., Sotiropoulos, I., and Vasileiou, K., Z. 2012. Relationship Between Cost of Equity Capital and Voluntary Corporate Disclosure. International Journalof Economics and Finance. Vol. 4. No. 3. March 2012. pp. 83-96.

Purnomosidhi, B. 2005. Analisis Empiris Terhadap Diterminan Praktik Pengungkapan Modal Intelektual Pada Perusahaan Publik di BEJ. Tema. Volume 6. Nomor 2. September 2006. 111-149.

Sirait, S. D. Y. dan Siregar, S. V. 2012. Hubungan Antara Biaya Modal Ekuitas dengan Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Modal Intelektual pada Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Volume 9. Nomor 1. November 2012.70-85.

Soetedjo, S. dan Mursida, S. 2014. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi XVII Lombok.

Sonnier, B. M. 2008. Intellectual Capital Disclosure: High-tech Versus Traditional Sector Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol. 9. No. 4. pp. 705-722.

Talaromi, M. Y. and Nezhad, S. H. S. 2013. The Impact of Intellectual Capital Disclosure on Common Cost of Equity in The Companies Listed in Tehran Stock Exchange. European Online Journal of Natural and Social Sciences. Vol. 2. No. 3. Special Issue on Accounting and Management. pp 3368-3383.

Yuniasih, NW, Wirama, DG, dan Badera, IDN. 2011. Pengaruh Modal Intelektual Pada Kinerja Pasar Perusahaan. http://download.portalgaruda.org. (Diakses tanggal 24 Januari 2015).

Lampiran: Daftar Item Pengungkapan Modal Intelektual (Li et al.,2008).

1. Intellectual Property

2. Process

3. Management Philosophy

4. Organizational Felxibility

5. Organizational Learning

6. Research and Develapoment

7. Innvation

8. Technology

9. Financial Relations

10. Knowledge-Based Infratructure

11. Quality Management

12. Accreditations

13. Overall Infrastructure

14. Networking

15. Distribution Network

16. Customer relationships

17. Customer Acquistitions

18. Customer Retention

19. Customer Training & Education

20. Customer Involvement

21. Company Image/Reputation

22. Diffusion and Networking

23. Brands

24. Distribution Channels

25. Relationship with Suppliers

26. Bussines Collaborations

27. Bussines aggrements

28. Favourable Contracts

29. Research Collaborations

30. Relationship with Stakeholders

31. Market Leadership

32. Employee Age

33. Employee Diversity

34. Employee Quality

35. Employee Relationship

36. Skills/Know-How

37. Employee Work-Related Competences

38. Employee Work-Related Knowledge

39. Employee Attitudes/Behaviour

40. Employee Commitments

41. Employee Motivations

42. Employee Productivity

43. Vocational Qualification

44. Employee Flexibility

45. Entrepreneurial Spirit

46. Employee Capabilities

47. Employee Teamwork

48. Other Employee Features

MODAL INTELEKTUAL (IC)

MODAL MANUSIA (HC)

MODAL STRUKTURAL (SC)

MODAL RELASI (RC)

NILAI PERUSAHAAN (FV)

BIAYA MODAL EKUITAS (COEC)

H1

H1a

H1b

H1c

H2

H2a

H2b

H2c

_1484655837.unknown

_1484655839.unknown

_1484655840.unknown

_1484655841.unknown

_1484655838.unknown

_1484655834.unknown

_1484655835.unknown

_1484655833.unknown