Upload
agus-arianto
View
67
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN “PENANAMAN DAN SISTEM PENANAMAN”
Di Susun Oleh :Agus Arianto
: 20110210030
FAKULTAS PERTANIAN
Save Our Generation
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
©2012
I. PENDAHULUAN
a. Komoditas Jagung
Di indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber
karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung juga di gunakan
sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri.
Agak berbeda dengan kedelai, dari aspek produksi sebenarnya
swasembada jagung telah terpenuhi, namun karena kontinuitas
kebutuhan tidak terpenuhi maka terpaksa dilakukan impor walaupun pada
saat tertentu dilakukan ekspor. Terjadinya ekspor impor pada tahun yang
sama disebabkan antara lain musim panen yang tidak merata sepanjang
tahun (Adisarwanto,dkk.2000)
Kebutuhan jagung nasional untuk pangan, pakan dan industri terus
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2001 produksi jagung sekitar 9,2
juta ton, namun belum dapat memenuhi kebutuhan peternakan dan
industri pakan yang tumbuh pesat. Akibatnya impor bersih jagung,
meningkat sekitar 1,0-1,5% tiap tahunnya Di samping untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional juga berpeluang
memasok sebagian pangsa pasar dunia sekitar 80 juta ton/tahun, dengan
perluasan lahan dan intensifikasi produksi jagung nasional sehingga akan
memberikan dampak kepada peningkatan pendapatan petani dan
perekonomian masyarakat (Swastika et al. 2004).
b. Produktifitas jagung
Perkembangan kebutuhan yang jauh di atas kemampuan produksi
dalam negri maka upaya peningkatan produksi jagung tidak dapat di
tawar lagi. Kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia meningkat
pesat dalam kurun waktu 3 tahun (2000−2003), yakni meningkat dari
9,40 triliun pada tahun 2000 menjadi 18,20 triliun pada tahun 2003 atau
meningkat 95,65% (Badan Litbang Pertanian 2005).
1
Save Our Generation
Kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia pada tahun 2009
mencapai 42,60 triliun (BPS 2009), belum termasuk nilai
brangkasan/biomassa apabila dikelola dengan baik. Kondisi ini
menunjukkan besarnya peran jagung dalam memacu pertumbuhan
subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional. Hal ini
menjadikan jagung sebagai komoditas pangan yang berpotensi menjadi
sumber lapangan kerja dan pendapatan petani setelah padi.
2
Save Our Generation
II. PERMASALAHANa. Kasus yang dihadapi
Daerah kediri merupakan salah satu daerah pengembangan
jagung di Indonesia. Petani di daerah tersebut sudah melakukan
penyiapan bahan tanam, penyiapan lahan, penanaman dan pemeiharaan
seperti petani pada umumnya.
Penanaman jagung dilakukan dengan jarak tanam75 x 25 cm,
dengan 2 biji per lubang tanam. Meskipun demikian, petani merasa
produktifitas lahannya masih kurang optimal. Terkait dengan penanaman
dan sistem penanaman, bagaimana memberikan solusi terhadap masalah
tersebut ?
b. Analisis masalah
1. Penurunan produktifitas
Dalam upaya peningkatan produksi jagung, menghadapi
beberapa kendala. Kendala teknis yang secara umum sering kali terjadi
adalah penerapan komponen teknologi produksi yang belum sesuai sesuai
anjuran. Beberapa kasus yang sering terjadi di kalangan petani jagung di
antaranya yaitu : (Adisarwanto dkk, 2000)
- Jarak tanam yang di terapkan umumnya lebih rapat di
banding anjuran dan jumlah benih per lubang pun lebih
banyak
- Pengaturan jarak tanam pada pola tanam tumpang sari belum
tepat.
Hal – hal semacam itulah yang kemungkinan besar terjadi pada
petani jagung di Kediri, sehingga mereka merasa produktifitas dari usaha
tani mereka menurun
c. Kesesuaian penanaman dan pola tanam terhadap iklim
setempat
Walaupun jagung berasal dari daerah-daerah tropis, tetapi
karena banyak sekali tipe-tipe jagung dengan variasi sifat –sifat yang di
punyainya, maka jagung ini dapat menyebar luas di mana-mana dan
dapat hidup baik di berbagai iklim. Dengan perkataan lain jagung
3
Save Our Generation
mempunyai daya adaptasi lebih tingi di banding dengan tanaman serealia
Lainya.
Pertanaman jagung yang luas adalah pada daerah-daerah
beriklim sedang dimana jagung di tanam pada waktu-waktu musim panas
dan di daerah-daerah beriklim subtropis dan tropis yang basah, di mana
sinar matahari dan air optimal untuk pertumbuhanya. Pada umumya
jagung dapat di tanam di semua berlahan kecuali pada daerah-daerah
yang terlalu dingin atu daerah-daerah yang musim pertumbuhannya
terlalu singkat. Jagung merupakan tanaman yang menghendaki keadaan
cuaca yang cukup panas bagi pertumbuhanya, dimana tanaman jagung
memerlukan panas yang lembab dan waktu tanam sampai pada periode
mengakhiri pertumbuhan . Sebagai konsekuensi dari letak geografis
indonesia diantara garis lintang disekitar khatulistiwa, maka iklim di
Indonesia adalah iklim tropis basah atau iklim musim (hujan dan
kemarau).
4
Save Our Generation
III. PEMBAHASAN
a.Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Syarat iklim
* Tanaman jagung tumbuh di tanah tropic dan sub tropik
* Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
* Ketinggian tempat antara 0-1300 m dpl
* Suhu udara 13 -38 derajat celcius
* Selama pertumbuhan, jagung membutuhkan suhu optimum 23-27
derajat celcius (suhu bukan masalah bagi perkembangan jagung)
* Curah hujan optimum adalah 100 mm-125 mm per bulan
* Untuk pertumbuhan dan produksi jagung memerlukan penyinaran
matahari penuh
Syarat tanah
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung,
lempung berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur tanah remah,
aerasi dan drainase baik, serta endap air. Keadaan tanah ini dapat
memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanahnya subur, gembur
dan kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan
penurunan produksi jagung hingga 15%.
Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang
paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8
dapat menimbulkan hasil yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH
tanah di bawah 5,7 pada jagung cendrung menurun.
Jenis tanah di Indonesia dengan jenis tanah podsolik merah kuning (PMK)
yang mempunyai pH tanah rata-rata rendah (masam) untuk penanaman
jagung perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
b.Produktifitas lahan
Produktifitas lahan di artikan sebagai kemampuan suatu lahan
untuk memberikan hasil. Pada lahan produksi, yang secara terus menerus
digunakan untuk menumbuhkan tanaman lambat laun akan semakin
menurun produktifitasnya, hal ini karena unsur hara yang terkandung di
5
Save Our Generation
dalam tanah berkurang, berkurangnya unsur hara dalam tanah ini di
sebabkan oleh kebutuhan tanaman terhadap unsur hara, sementara unsur
hara yang telah di gunakan oleh tanaman tidak pernah kembali lagi ke
lahan tersebut. Itulah salah satu penyebab menurunnya produksi jagung
dari tahun ke tahun cenderung stagnan dan bahkan menurun. Dalam
hukum ekonomi ada hukum pertambahan yang hasilnya tidak lebih besar,
bahkan menurun, dan ternyata hukum atau konsep itu berlaku juga
kaitannya dengan produktifitas suatu komoditas pertanian tidak terkecuali
jagung. Walaupun pupuk yang di berikan sudah di tambahkan dosis dan
ukurannya, tenaga kerja juga di tambah, namun produksi jagung tetap
tidak berbanding lurus terhadap penambahan itu. Hal itu karena
produktifitas lahan yang semakin menurun, dimana unsur hara yang di
butuhkan tanaman tidak tersedia.Adapun cara-cara mempertahankan
produktivitas tanah meliputi:
Memperbaiki dan Mempertahankan Kondisi Fisik Tanah
Residu organik pada permukaan tanah berfungsi sebagai mulsa
yang dapat
melindungi tanah dari energi kinetik hujan, sehingga mencegah atau
mengurangi
pecahnya agregat, penyumbatan dan pemadatan tanah. Hasil penelitian
Lopez-Belido et
al. 1996 menunjukkan bahwa tanah yang diolah dalam, tanpa
meninggalkan sisa tanaman pada permukaan tanah bila setiap musim
tidak diolah lagi akan menjadi padat. Hal ini ditunjukkan dengan
rendahnya pori aerasi, yaitu 11,8 persen. Sebaliknya dengan pengolahan
tanah sekali saja dan diberi mulsa tanah tetap gembur. Hal ini disebabkan
pori aerasi tanah pada perlakuan tersebut setelah 8 bulan tidak diolah
masih cukup tinggi yaitu 15 - 17 persen, hampir sama dengan yang diolah
setiap tanam. Hasil yang sama juga didapat pada penelitian Kurnia
(1996), menunjukkan peran mulsa organik dapat mengurangi bobot isi
tanah, meningkatkan pori aerasi dan stabilitas agregat tanah
Mencegah Erosi Tanah
6
Save Our Generation
Residu bahan organik pada permukaan tanah juga berfungsi
mengurangi aliran air permukaan tanah sehingga dapat menekan erosi
tanah. Hasil penelitian Janssen dan Hill (1994) semakin tinggi persentase
sisa tanaman yang menutupi permukaan tanah akan mengurangi aliran
air permukaan tanah sehingga dapat mencegah terjadi erosi tanah
Mempertahankan Kelembaban dan Menekan Fluktuasi Suhu
Tanah
Budidaya jagung pada lahan kering dengan intensitas curah hujan
rendah perlu
menekan terjadinya evaporasi air tanah menjaga kelembaban tanah.
Sistem penyiapan
lahan konservasi dapat meningkatkan jumlah air yang disimpan dalam
tanah. Hal ini
disebabkan residu organik pada permukaan tanah berperan sebagai
mulsa yang berfungsi mempertahankan kelembaban tanah, menurunkan
evaporasi air tanah dan meningkatakan infiltrasi air kedalam tanah. Hasil
penelitian Griffith et al.(1992) menunjukan evaporasi
Menjaga Kelangsungan Hidup Organisme dan Ketersediaan
C Dalam Tanah
Cara penyiapan lahan sangat mempengaruhi jumlah dan
biodiversifikasi organisme dalam tanah (Karg and Ryszkowski 1996;
Ryszkowski et al. 2002). Pada umummya pengolahan tanah intesif
mengancam keragaman organisme tanah. Hal ini disebabkan pengolahan
lahan dengan dibajak akan merusak lubang-lubang cacing dan juga
memungkinkan membunuh cacing selama proses pengolahan. Sedang
akan pada
pengolahan lahan konservasi justru menciptakan kondisi yang
mendukung keberlangsungan kehidupan organisme tanah (Brookfield
2001). Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa penempatan sisa-
sisa tanaman memperkuat pengaruh awal pada komposisi dari komunitas
perombak bahan organik dan jumlah cacing lebih besar dijumpai pada
ekosistem lahan tanpa olah tanah dibanding pada agroekosistem lahan
7
Save Our Generation
dengan pengolahan tanah sempurna (Beare et al. 1997; Guggenberger et
al. 1999;
Hubbard et al. 1999). Selama 5 bulan pada lahan yang disiapkan secara
konservasi lebih kecil yaitu 41 mm dibanding penyiapan lahan
konvensional sebesar 187 mm
a. Pola tanam
Anjuran pola tanam jagung di dasarkan pada kondisi ikim lokasi
penanaman. Pola tanam jagung dapat berupa sistem tanam tunggal,
ganda atau tumpang sari. Untuk lahan kering beriklim basah di anjurkan
menggunakan pola tanam tumpang sari dengan padi gogo genjah dan ubi
kayu. Sementara untuk lahan kering beriklim kering dapat di terapkan
pola tanam jagung tumpang sari dengan kacang tanah atau kacang hijau.
Budi daya jagung umumnya dilakukan pada lahan kering dan lahan
sawah. Tipe lahan dibedakan menjadi lahan kering beriklim kering, lahan
kering beriklim basah, lahan tadah hujan, dan lahan sawah irigasi. Masing-
masing tipe lahan tersebut menggambarkan pola tanam jagung sesuai
denganketersediaan air yang mencirikan tipe lahannya.
Berdasarkan peluang kejadian hujan, pola tanam jagung umumnya
adalah:
Lahan kering beriklim kering : jagung – bera – bera
jagung – jagung – bera
Lahan kering beriklim basah : jagung – jagung – jagung
jagung – jagung – bera
Lahan tadah hujan : padi – bera – bera
padi – jagung – bera
Lahan sawah irigasi : padi– padi– jagung
padi – jagung – jagung
Pada lahan kering beriklim kering dataran rendah, pola tanam
jagungjagung-bera dapat diterapkan apabila terdapat jaminan tambahan
air irigasi melalui air tanah dangkal. Drainase lahan diperlukan untuk
mempercepat waktu tanam jagung setelah panen padi. Untuk pola tanam
padi-jagung jagungpada lahan sawah tadah hujan, selain drainase juga
8
Save Our Generation
diperlukan tambahan irigasi dari sumber air tanah dangkal atau
airpermukaan (Prabowo et al. 1996).
1. Penanaman pada lahan kering
Dalam penanaman, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, di
antaranya yaitu: (Yustina.2000)
Waktu tanam
Budidaya jagung di lahan kering maksimum 2 kali setahun berkaitan
dengan ketersediaan air. Waktu paling tepat untuk penanaman adalah
awal musim hujan September—November dan awal kemarau Februari–
April.Jarak tanam tergantung varietas.Varietas berumur dalam ditanam
dengan jarak 100 x 40 cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanaman
per ha. Yang berumur sedang cukup berjarak tanam 75 x 40 cm (66.000/
ha); genjah, 50 x 20 cm (100.000).Kondisi iklim mempengaruhi pola
tanam. Lahan penanaman kering beriklim basah, tumpang sari pilihan
terbaik. Yang harus dicermati dalam tumpang sari adalah pengaturan
waktu tanam, jarak tanam, dan jenis tanaman yang akan
ditumpangsarikan.Maksudnya, meminimalkan terjadi-nya persaingan hara
dan intensitas matahari. Komoditas yang dapat dipilih untuk tumpang sari
antara lain kacang tanah, kedelai, kacang hijau, atau ubi kayu.Di lahan
kering jagung dan padi gogo kerap ditumpangsarikan. Merekaditanam
bersamaan. Jarak tanam jagung 200 x 50 cm, padi gogo;40 x 10 cm.
Ketika jagung berumursebulan, sisipkan ubi kayu.
Umumnya usaha budi daya jagung di lahan kering maksimum hanya
di lakukan dua kali penanaman. Hal ini berkaitan terutama dengan
kebutuhan air pada awal pertumbuhan tanaman. Waktu tanam yang
umumnya dilakukan adalah awal musim hujan (labuhan) yaitu antara
September – Novemberdan awal musim kemarau (marengan) antara
Februari – April.
Jarak tanam dan populasi tanaman
Jarak tanam di terapkan dengan melihat varietas yang di gunakan.
Varietas yang berumur sedang jarak tanamnya akan berbeda dengan
varietas yang berumur dalam, begitu juga dengan varietas yang berumur
genjah jarak tanam dan populasinya pun akan berbeda.
9
Save Our Generation
Varietas Jarak tanam (cm x
cm)
Populasi Tanaman
(pohon/ha
Berumur dalam 100 x 40-50 40.000-50.000
Berumur Sedang 75 x 40-50 53.000-66.000
Berumur genjah 50 x 20-25 80.000-100.000
Cara penanaman
Penanaman jagung diakukan dengan cara penugalan.Kedalaman
lubang tanam tergantung kelembaban tanah.Kedalaman lubang tanam
pada tanah lembab dapat sedalam 2,5 cm ,sedangkan pada tanah cukup
kering dapat sedalam 5 cm.
Jumlah benih untuk setiap lubang tanam dapat sebanyak 2-3 biji
untuk varietas non hibrida,sedangkan varietas hibrida dapat sebanyak 1
biji (kecuali benih hibrida varietas CPI-1,Pioneer,dan IPB-4 dapat sebanyak
2 biji/lubang tanam).
2. Penanaman di lahan sawah
Pola Tanam
Berdasarkan ketersediaan air, lahan sawah dibagi menjadi dua
kategori,yaitu sawah irigasi dan sawah tadah hujan.Pada kedua kategori
tersebut terdapat perbedaan pola tanam.Biasanya disawah irigasi
menggunakan pola tanam padi – padi - jagung dan tanaman lain(ubi kayu,
kedelai atau kacang hijau). Padi – jagung – jagung. Padi – padi -
jagung;serta padi-tanaman lain (kedelai,cabai,kacang hijau)-jagung.
Sementara di lahan sawah tadah hujan menggunakan pola tanamn padi-
jagung-tanaman lain(kacang hijau,kedelai,kacang tunggak);padi-tanaman
lain(kedelai,kacang hijau,kacang tunggak)-jagung;padi-j agung +
tanaman lain (kacang hijau,kacang tunggak,lombok);padi-jagung-
jagung;serta padi-jagung.
Waktu dan Cara Tanam
Waktu tanam jagung di lahan sawah disesuaikan dengan pola tanam
dan tipe sawah.Penanaman jagung di lahan sawah irigasi sebaiknya
dilakukan saat musim kemarau I (Maret/April).ketersediaan air pada
musim kemarau I ini masih cukup untuk menunjang pertumbuhan
optimal.Bila ditanam saat musim kemarau II (Juni/Juli),harus
10
Save Our Generation
dipertimbangkan umur dan ketersediaan tambahan air irigasi.sementara
untuk penanaman di lahan sawah tadah hujan umumnya dilakukan
setelah panen padi,yaitu sekitar Maret/April.
Penanaman jagung di lahan di lahan sawah di lakukan dengan
sistem tugal. Penanaman pada jenis tanah ringan atau berat sebenarnya
tidak ada perbedaanya sehingga pemakaian bedengan atau tanpa
bedengan pun hasilnya tidak berbeda. Pada jenis tanah berat dan aerasi
jelek, penanaman yang di lakukan dengan mengikuti alur bajak
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik dan hasilnya menurun.
Selain sistem tugal, penanaman jagung pun dapat dengan sistem
persemain. Sistem ini hanya dapat di lakukan pada kondisi tanah
berdrainase jelek, yaitu setelah penanaman padi di Sawah tadah hujan
atau untuk menghindari masa kekeringan saat tanaman berbunga. Selain
itu, cara ini dapat mempercepat masa panen tanaman. Bibit boleh di
cabut bila sudah berumur sekitar 10-15 hari atau daunya sudah berjumlah
3-4 helai dan kepadatan tanaman untuk persemaian mencapai 400
tanaman/m2. Untuk satu hektar di perlukan luas pembibitan sekitar 125
m2. Sistem persemaian ini belum populer di tingkat petani. Selain itu,
pengembanagan sistem ini masih banyak hambatan sehingga masih
belum berkembang di indonesia.
11
Save Our Generation
IV. SOLUSI
a. Produktifitas lahan
Lahan (dalam hal ini tanah) merupakan tempat tumbuhnya tanaman
dan sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Namun meskipun
demikian, tanah juga dapat mengalami kejenuhan yang akibatnya akan
berkurang dalam menghasilkan hasil dari usaha tani.
Kebiasaan petani yang memperlakukan tanah layaknya mesin
produksi sudah menjadi hal yang umum di kalangan petani, oleh sebab itu
perlu adanya sistem penanaman yang bergilir.
Pada kasus produksi jagung yang produktifitasnya kurang maksimal,
bisa dilakukan dengan pergantian penanaman. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kekurangan unsur hara dalam tanah. Karena logikanya bila
setiap musim di tanami jagung secara terus menerus maka unsur yang di
butuhkan jagung tersebut yang hanya akan di gunakan, dalam waktu
yang lama unsur – unsur itu akan semakin berkurang, apalagi unsur hara
dan kanddungan bahan organik yang berpindah ke tanaman jagung tidak
dikembaikan lagi ke lahan, dan akhirnya tidak mencukupi untuk
pertumbuhan jagung sehingga praktis produksi akan menurun dari musim
ke musim.
Hingga saat ini, petani umumnya menanam jagung dengan tujuan
utama memproduksi biji. Padahal, diversifikasi produk dengan
menghasilkan biji dan brangkasan secara bersamaan terbukti dapat
mengefisienkan pemanfaatan lahan dan meningkatkan pendapatan
petani. Brangkasan jagung belum dimanfaatkan secara optimal untuk
pakan ternak ruminansia, padahal bahan pakan ini memiliki nilai gizi yang
tinggi bila diolah dengan tepat sehingga dapat menopang program
pengembangan peternakan menuju swasembada daging.
b. Pengaturan penanaman dan pola tanam
1. Opsi pola tanam
Guna meningkatkan produktifitas komoditas usaha tani jagung ada
beberapa pilihan untuk pola penanaman, di antaranya yaitu
- Tumpang sari ( intercropping ),
12
Save Our Generation
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda). Contoh:
tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda
umur seperti
jagung, ketela pohon, padi gogo.
- Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
- Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman
selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu
yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung
menjelang panen disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur
jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan
efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh:
tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Modifikasi sistem tanam
Penelitian usaha tani jagung dengan memodifikasi sistem tanam,
yakni menghasilkan biji dan brangkasan secara bersamaan belum banyak
dilakukan. Di lain pihak, usaha tani jagung dengan tujuan produksi ganda
prospektif dikembangkan karena dapat menambah penghasilan petani
dan menyediakan pakan secara kontinu, terutama pada musim kemarau.
Hal ini didukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pengembangan jagung dengan tujuan menghasilkan biji dan brangkasan
tidak menurunkan hasil jagung secara nyata, malahan memberikan
produk lain yang
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ternak.
Tingkat efisiensi usaha tani dengan memodifikasi pertanaman lebih
tinggi dibanding sistem konvensional yang hanya bertujuan menghasilkan
satu jenis produk (Indrianto 2004). Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi
13
Save Our Generation
pertanaman jagung dengan mengatur jarak tanam dan waktu panen
brangkasan berpeluang untuk dikembangkan di masa yang akan datang
untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan serta
mengembangkan diversitas produk pada usaha tani jagung.
c. Teknis budidaya jagung dengan tumpang sari
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana
jagung sebagai tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar
barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm.
Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola umpangsari
adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi tanaman
jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk kacang
tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah, varietas
ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris
tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman
kacang tanah dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70%
dibanding pola monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1
ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering
(1 benih tiap lubang tanam).
14
Save Our Generation
V. KESIMPULAN 1. Produktifitas lahan dapat ditingkatkan dengan berbagai cara
di antara lain dengan mengistirahatkan lahan, merotasikan tanaman, dan menerapakn pola tumpang sari.
2. Pola tanam jaggung di dasarkan iklim tempat lokasi penanaman.
3. Pola tanam tumpang sari dan pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menigkatkan produktifitas komoditas jaggung.
15
DAFTAR PUSTAKA
- Syafruddin dan Saidah. 2006. Produktivitas jagungdengan
pengaturan jarak tanam dan penjarangan tanaman pada
lahan kering di Lembah Palu. Jurnal Penelitian Pertanian
25(2): 129−134.
- http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/
bpp10251.pdf. tanggal akses 3 0ktober 2012
- http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3301113.pdf.
tanggal akses 3 0ktober 2012