Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM,
PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Umi Mahmudah
NIM: 11113040
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
iii
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM,
PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Umi Mahmudah
NIM: 11113040
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
iv
Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Umi Mahmudah
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan melakukan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Umi Mahmudah
NIM : 11113040
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI
SALATIGA TAHUN 2017
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian
Wasalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 7 Agustus 2017
Pembimbing
Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
NIP. 19710309 200003 1 001
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
SKRIPSI
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
PADA SISWA KELAS VII, VIII, DAN IX MTS NEGERI SALATIGA
TAHUN 2017
Disusun Oleh:
Umi Mahmudah
NIM: 11113040
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal .............................................. dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji:
Sekretaris :
Penguji I :
Penguji II :
Salatiga,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
vi
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Umi Mahmudah
NIM : 11113040
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini boleh diupload di perpustakaan IAIN Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 27 September 2017
Yang menyatakan
Umi Mahmudah
NIM: 11113040
vii
MOTTO
Lelahnya orang yang menuntut ilmu selalu akan membuahkan hasil. Jikalau
kamu merasa jenuh, berhentilah sejenak kemudian berlari untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik.
(Zahra asy-Syauqillah)
PERSEMBAHAN
Segala Puji hanyalah milik Allah SWT. dan panutan terbaik hanyalah kepada
baginda Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya
dengan sepenuh hati. Mensupport do‟a, semangat dan materi, sehingga
dalam perjalanan panjang ini, penulis bisa menyelesaikan skripsi.
2. K. Abdul Nashir Asy‟ari dan Ibu Nyai Siti Aminah yang selalu
kuharapkan do‟a-do‟a dan berkah ilmunya.
3. Kakakku tersayang, Noura Hied Assalam yang selalu kuharapkan
kebaikannya dan semoga Allah selalu membaikkanmu dalam segala hal.
viii
4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bp. Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. yang
dengan ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan dan
arahan guna terselesaikannya skripsi ini.
5. Muhamad Sidik Afandi, sebagai calon imam yang terus menyemangati
agar skripsi ini segera terselesaikan.
6. Kajur Jurusan PAI, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
7. Sahabat terbaik Aprina Wardani, dan seluruh sahabat-sahabat PAI IAIN
Salatiga angkatan masuk 2013
8. Teman-teman seperjuangan di Pondok Putri Masyithoh Tingkir Lor, yang
selalu bersama-sama dalam suka duka.
9. Keluarga besar TAZKIA dan JQH Al-Furqan IAIN Salatiga yang telah
menjadi inspirasi terbaik dalam segala hal, yang tidak penulis dapatkan
dalam bangku-bangku kuliah. Darinya, penulis belajar keikhlasan,
optimisme, loyalitas dan kebersamaan untuk berbagi dengan indah.
10. IPNU IPPNU PAC Pabelan, yang telah mengenalkanku untuk belajar
berorganisasi, dan selalu berjuang untuk kemanfaatan banyak orang.
11. Semua pembaca yang haus akan ilmu pengetahuan.
Salatiga, 28 Agustus 2017
Penulis
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil „aalamiin, penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Problematika
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pada Siswa MTs Negeri Salatiga Tahun
2017.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Agung Muhammad saw. yang senantiasa dirindukan syafaatnya. Penulis
menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
banyak orang. Untuk itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing
skripsi.
5. Bapak, Ibu dan semua pihak yang telah membantu, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
x
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyususan skripsi ini masih
banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Demikian semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peningkatan kualitas pendidikan.
Salatiga, 28 Agustus 2017
Penulis
xi
ABSTRAK
Mahmudah, Umi. 2017. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, pada Siswa MTs Negeri Salatiga Tahun 2017. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Kata Kunci : Pembelajaran SKI, Problematika, Solusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika pembelajaran SKI
pada siswa MTs Negeri Salatiga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengatasi problematika pembelajaran SKI.
Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitan lapangan (field research)
dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini, berupa sumber
data primer, meliputi hasil wawancara waka kurikulum madrasah, hasil
wawancara guru SKI, dan hasil wawancara siswa; dan sumber sekunder meliputi
dokumen RPP guru SKI, profil madrasah dan foto-foto kegiatan pembelajaran.
Adapun metode yang digunakan selama penelitian adalah metode wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran SKI di
MTs Negeri Salatiga menggunakan metode ceramah, mendikte, meresum,
membuat kata kunci, menghafal, siswa menjelaskan, tanya jawab, latihan soal,
penayangan video dan diskusi. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru
menggunakan strategi belajar menyesuaikan kondisi siswa. Problematika
pembelajaran SKI meliputi: masa beradabtasi dengan sekolah baru (khusus kelas
VII), menghafalkan materi banyak, terlambat mencatat, mengingat nama daerah,
tahun dan tanggal peristiwa sejarah, serta motivasi membaca siswa rendah. Untuk
mengatasi problematika tersebut, guru melakukan: variasi metode pembelajaran,
merangkumkan materi, membuat kata kunci, mengadakan latihan soal setiap akhir
pembelajaran dan memotivasi siswa.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN .................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 6
E. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................... 7
xiii
F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10
A. Tinjauan Umum Pembelajaran ..................................................................... 10
1. Pembelajaran Belajar ............................................................................. 10
2. Proses Pembelajaran .............................................................................. 10
3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran .................................................. 13
4. Strategi Pembelajaran ............................................................................ 26
5. Media Pembelajaran .............................................................................. 30
6. Motivasi Belajar .................................................................................... 31
7. Hubungan Motivasi dan Belajar ............................................................ 32
8. Pembelajaran yang Efektif..................................................................... 35
B. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam .................................................. 40
1. Pengertian .............................................................................................. 40
2. Tujuan Belajar ....................................................................................... 41
3. Kegunaan Belajar .................................................................................. 42
4. Ruang Lingkup Pembelajaran ............................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 46
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................... 46
B. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 47
C. Sumber Data ................................................................................................. 48
xiv
D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................ 50
E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 52
F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................................ 54
G. Tahap-tahap Penelitian ................................................................................. 55
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS .................................................... 57
A. Paparan Data ................................................................................................. 57
1. Profil MTs Negeri Salatiga ..................................................................... 57
2. Temuan Penelitian .................................................................................. 66
B. Analisis Data ................................................................................................ 76
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 90
A. Kesimpulan ................................................................................................... 90
B. Saran ............................................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92
LAMPIRAN .......................................................................................................... 94
RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................................... 119
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Konvensional dan
Pembelajaran Aktif ........................................................................ 14
Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pembelajaran SKI ............................................... 44
Tabel 4.1 Daftar Guru dan Karyawan MTs Negeri Salatiga ........................ 60
Tabel 4.2 Data Siswa MTs Negeri Salatiga .................................................. 65
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Metode Mind Maping ................................................ 23
Gambar 2.2 Hubungan Strategi Pembelajaran-Guru-Siswa-Hasil Belajar 27
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ......... 54
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Catatan hasil observasi kelas VIII ................................................. 95
Lampiran 2 Catatan hasil observasi kelas IX ..................................................... 97
Lampiran 3 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas VII .................................. 99
Lampiran 4 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas VIII ............................... 102
Lampiran 5 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas IX ................................. 105
Lampiran 6 Transkrip wawancara bersama guru SKI kelas VII dan IX ......... 108
Lampiran 7 Transkrip wawancara bersama guru SKI kelas VIII .................... 110
Lampiran 8 Transkrip wawancara bersama waka kurikulum .......................... 111
Lampiran 9 Foto kegiatan pembelajaran SKI kelas VIII ................................. 112
Lampiran 10 Foto kegiatan pembelajaran SKI kelas IX .................................... 113
Lampiran 11 Surat ijin penelitian....................................................................... 114
Lampiran 12 Surat keterangan penelitian .......................................................... 115
Lampiran 13 Nota Pembimbing ......................................................................... 116
Lampiran 14 Lembar konsultasi ........................................................................ 117
Lampiran 15 Struktur organisasi MTs Negeri Salatiga ..................................... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu langkah untuk mengenalkan peserta
didik pada segudang pengetahuan, karena ilmu pengetahuan tidak akan
didapatkan oleh peserta didik tanpa belajar. Pembelajaran dapat dilakukan di
mana saja, dengan bimbingan seorang pendidik. Sejak kecil, seorang anak
telah mendapatkan pendidikan dari orang tuanya hingga tumbuh menjadi
anak yang sesuai harapan. Seiring berjalannya waktu, anak tumbuh besar dan
orang tua mengharapkan anak untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
luas. Banyak orang tua menyadari bahwa ilmu yang dimilikinya terbatas,
maka mereka memutuskan untuk menitipkan putra putri mereka ke lembaga
pendidikan yang terpercaya.
Sudah hal yang pasti bahwa kualitas pendidikan pada suatu negara
menentukan kualitas SDM masyarakatnya. Semakin baik kualitas pendidikan,
maka kualitas SDMnya akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya,
rendahnya kualitas pendidikan, menandakan negara tersebut SDMnya rendah.
Melalui sekolah anak akan belajar berbagai ilmu pengetahuan, baik
pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. Pengetahuan umum
tersebut meliputi pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa
Inggris, Penjaskes, dan masih banyak lagi. Sementara itu, untuk pengetahuan
agama, pada sekolah yang umum akan diajarkan pelajaran PAI atau
Pendidikan Agama Islam (yang meliputi materi Akidah Akhlak, Fiqih, Al-
2
Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam). Namun pada sekolah yang
berlatar belakang agama seperti MI, MTs dan MA maka mata pelajaran
tersebut dipecah menjadi pelajaran tersendiri. Pengetahuan agama maupun
umum, kesemuanya akan menjadi bekal bagi putra-putri bangsa untuk
mempersiapkan kehidupan mereka di masa depan agar menjadi generasi yang
lebih baik.
Sholichun (2014:1) berpendapat bahwa peranan pendidikan agama
Islam sangat besar bagi penyiapan SDM yang berkualitas. Pendidikan agama
merupakan petunjuk arah, pembentuk etika dan penuntun bagaimana agar kita
dapat beribadah dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
madrasah kiranya cukup menjadi referensi bagi para orang tua dalam
mencarikan lembaga pendidikan bagi putra-putri mereka.
Lingkungan madrasah yang kental dengan suasana religiusnya sangat
memberi pengaruh bagi masyarakat yang ada di dalamnya. Secara tidak
langsung, dengan pembiasaan yang telah ditetapkan madrasah dapat menjadi
rutinitas yang baik untuk menambah nilai spiritualitas dalam diri mereka.
Hasil survey yang peneliti lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga,
lingkungan madrasah mencerminkan identitas mereka dengan suasana
religius. Selain dengan busana muslim muslimah yang dikenakan oleh
seluruh warga madrasah, madrasah ini memiliki pembiasaan-pembiasaan
yang sarat dengan nilai-nilai moral, pendidikan Islam dan kedisiplinan. Nilai-
nilai tersebut dapat dijelaskan seperti berikut:
3
Nilai moral, ditunjukkan dengan aktivitas bapak dan ibu guru
menyambut kehadiran siswa-siswi mereka dengan berjabat tangan saat
memasuki pintu madrasah di waktu pagi.
Nilai pendidikan islam, (1) pada jam 7, setelah bel berbunyi, Bapak
Ibu guru dan seluruh siswa melaksanakan shalat Dhuha berjamaah dan
dilanjut pelantunan Asma‟ul Husna sampai setengah delapan; (2)
Melaksanakan tadarus bersama sebelum pembelajaran dimulai. Untuk kelas
VII dan VIII tadarus Juz „Amma. Sedangkan untuk kelas IX dengan
membaca Surah Yaasin; (3) Infaq seikhlasnya pada hari Jum‟at; (4) Sebagai
syarat kenaikan kelas, untuk kelas tujuh wajib menyelesaikan hafalan surat-
surat pendek yang berjumlah 16 surat (dari an-Nas sampai al-„Adiyat). Untuk
kelas VIII wajib menyelesaikan hafalan sepuluh surat, yaitu dari al-Zalzalah
sampai al-Balad.
Nilai kedisiplinan,bagi siswa yang terlambat, harus meminta izin
terlebih dahulu ke guru piket, dan akan mendapatkan poin dari
keterlambatannya.
Beberapa hal positif di atas adalah yang memberikan motivasi kepada
penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga.
Selain memiliki pembiasaan-pembiasaan yang bagus, ternyata MTs N
Salatiga ini memang masih memiliki kendala pembelajaran dalam bidang
ilmu agama, khususnya yang masih dianggap sulit oleh siswa adalah pada
mata pelajaran Bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam (Berdasarkan
hasil informasi guru SKI MTs N Salatiga). Melihat fokus studi penulis pada
4
bidang PAI, maka peneliti memilih SKI sebagai objek penelitian. Di samping
karena SKI memang mata pelajaran yang dimuat dalam mata pelajaran
rumpun PAI, peneliti juga tidak memiliki hak untuk melakukan penelitian
pembelajaran Bahasa Arab karena bukan bidangnya peneliti.
Adapun alasan peneliti memilih pembelajaran SKI di MTs N Salatiga
sebagai objek penelitian adalah karena beberapa hal seperti yang disampaikan
oleh guru SKI MTs N Salatiga: pertama, materi SKI yang banyak, membuat
siswa kesulitan belajar. Kedua, waktu belajar yang sedikit membuat guru
belum maksimal menyampaikan materi. Ketiga, penjelasan guru yang cepat
membuat siswa kesulitan memahami materi. Keempat, motivasi belajar siswa
rendah. Kelima, siswa kesulitan menghafal nama-nama asing, tempat, serta
tahun dan tanggal terjadinya suatu peristiwa.
Berdasarkan hal-hal tersebut, seperti yang telah dipaparkan peneliti,
dalam menyusun skripsi ini peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs N Salatiga. Apa
upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika pembelajaran
tersebut, serta agar ditemukan cara pembelajaran SKI yang baik, yang mudah
dipahami dan lebih diminati siswa sehingga hasil belajar siswa bisa lebih baik
dari yang sebelumnya. Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul dengan
“PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017”.
5
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, yang mengkaji pokok
permasalahan tentang problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
pada siswa MTs N Salatiga, maka penulis merumuskan permasalahan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada
siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga?
b. Apa saja problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada
siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga?
c. Apa upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas VII, VIII dan
IX MTs N Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam pada siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.
2. Untuk mengungkapkan problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam pada siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru SKI dalam
mengatasi problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada
siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.
6
D. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan kontribusi
keilmuan baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis:
a. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan rujukan ilmiah
dalam penelitian lanjutan pada kasus yang hampir sama dan untuk
dikembangkan secara mendetail.
b. Menjadi tulisan yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar
siswa agar nilainya semakin baik dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
c. Memberikan kontribusi secara teoritis dan metodologis dalam bidang
pengkajian dan pengembangan pelaksanaan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
2. Secara praktis:
a. Bagi madrasah yang diteliti, hasil penelitian ini merupakan potret
diri yang bisa dijadikan refleksi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, khususnya bagi guru dan
siswa-siswi MTs N Salatiga.
b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman berharga untuk
memperluas pemikiran dan wawasan, serta akan menjadi bekal
penulis ketika nanti memasuki dunia pendidikan sebagai pendidik.
7
c. Dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk mengoptimalkan
metodologi pembelajaran bagi pendidik mata pelajaran SKI,
khususnya di MTs N Salatiga.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan
beberapa penelitian yang terkait dengan problematika pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di sekolah, diantaranya:
Penelitian A. Tabi‟in, mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN
Walisongo Semarang tahun 2010 dengan judul “Problematika Metode
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTs Nurul Huda
Banyuputih Batang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
problematika pembelajaran SKI disebabkan oleh metode pembelajaran yang
kurang bervariasi, media pembelajaran yang kurang mendukung, serta
dipengaruhi oleh lingkungan (Tabi‟in, 2010: IV).
Penelitian Ni‟matul Fauziah, mahasiswi Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013 dengan judul “Faktor Penyebab
Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa Kelas XI
Jurusan Keagamaan di MAN Tempel Sleman”. Hasil penelitiannya
memberikan informasi bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
siswa mengalami kejenuhan belajar mata pelajaran SKI, di antara faktor
internalnya ialah minat belajar rendah yang disebabkan oleh suasana
pembelajaran kurang menyenangkan, kelelahan merangkum materi yang
8
terlalu banyak, kelelahan begadang, serta kelelahan rohani yang ditandai
dengan kebosanan terhadap metode yang dipakai guru. Faktor eksternalnya
ialah, sedikitnya referensi yang dipakai dalam pembelajaran, karena hanya
menggunakan satu buku paket dalam pembelajaran, tugas guru yang kurang
variatif dan motivasi dari guru yang rendah sehingga menyebabkan kejenuhan
siswa (Fauziah, 2013: X).
Penelitian Muhammad Syaifuddin, mahasiswa PAI UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, tahun 2015 dengan judul “Problematika Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam Menurut Kurikulum 2013 di Kelas X MAN
Salatiga”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa problematika
pembelajaran SKI pada siswa kelas X MAN Salatiga pada tahun 2015 ialah,
waktu pembelajaran di akhir jam menyebabkan siswa kurang semangat dalam
belajar, kurangnya keaktifan siswa ketika diajak untuk berdiskusi, dan guru
kurang fokus karena terbebani dengan mata pelajaran lain yang dibebankan
kepadanya (Syaifuddin, 2015: XVIII).
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini berisi mata rantai penulisan laporan
penelitian secara umum, yang penulis susun secara sistematis agar mudah
dipahami pembaca. Adapun mata rantai tesebut adalah sebagai berikut:
BAB I, PENDAHULUAN, memaparkan tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian
penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.
9
BAB II, LANDASAN TEORI, memaparkan tentang konsep umum
pembelajaran, pembelajaran efektif, strategi pembelajaran, media
pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran, motivasi belajar,
hubungan motivasi dan belajar, dan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam.
BAB III, METODE PENELITIAN, berisi tentang pendekatan dan
jenis penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan
tahap-tahap penelitian.
BAB IV, PAPARAN DATA DAN ANALISIS, meliputi paparan
data dan analisis data.
BAB V, PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar secara umum dapat diartikan dengan tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan poses
kognitif (Syah, 1995: 91).
Sementara itu, Suyono dan Hariyanto (2014: 9) mendefinisikan
belajar dengan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap
dan mengokohkan kepribadian.
Melihat definisi yang diungkapkan para pakar di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dan interaksi
yang melibatkan proses kognitif untuk mengubah tingkah laku individu
dan meningkatkan segala aspek keribadiannya.
2. Proses Pembelajaran
Istilah lain yang ada kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar
adalah kata pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antara guru
dan murid untuk membicarakan topik tertentu dalam kegiatan belajar
dengan bimbingan guru atau pendidik. Pembelajaran adalah segala upaya
yang dilakukan pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta
11
didik (Sutikno, 2014: 12). Disamping itu, pembelajaran lebih
menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan yang berkaitan
dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran,
meyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran. Adapun
ciri-ciri pembelajaran seperti yang diungkapkan Sutikno (2014: 14-15)
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk peserta didik dalam suatu
perkembangan tertentu;
b. Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
c. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik;
d. Adanya aktivitas peserta didik merupakan syarat mulak bagi
berlangsungnya egiatan pembelajaran;
e. Tindakan guru yang cermat dan tepat;
f. Terdapat pola aturan yangditaati guru dan peserta didik dalam
proporsi masing-masing;
g. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran;Adanya evaluasi,
baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil atau produk.
Selain mengetahui ciri-ciri pembelajaran, dalam melaksanakan
proses pembelajaran juga harus memenuhi prinsip-prinsipnya. Sutikno,
(2014: 15-16) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip pembelajaran
yang harus diperhatikan:
12
a. Pembelajaran berfokus pada peserta didik, artinya peserta didik
menjadi subjek pembelajaran, dengan memperhatikan kecepatan
belajar peserta didik yang berbeda-beda.
b. Menyenangkan, artinya guru harus berupaya untuk menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik, agar peserta
didik “betah” dan asyik dalam mengikuti pembelajaran.
c. Interaktif, maksudnya adalah adanya hubungan timbal balik antara
guru dengan peserta didik, dan antar peserta didik.
d. Prinsip motivasi, yaitu dengan adanya motivasi dapat mendorong
peserta didik untuk lebih giat belajar.
e. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian peserta didik.
f. Pembelajaran terpadu, yaitu pengelolaan pembelajaran dilakukan
secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa kemampuan
dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu
mencapai kemampuan dasar lulusan.
g. Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu,
guru memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik.
Namun guru tetap menjaga suasana agar peserta didik berani untuk
berpendapat.
h. Prinsip perbedaan individual, artinya setiap perbedaan yang ada
pada peserta didik (baik watak, intelegensi, latar belakang keluarga,
ekonomi, sosial dan lain-lain) dapat diperhitungkan oleh guru. Guru
memberikan pengayaan kepada peserta didik yang berkemampuan
13
lebih dan remedial bagi peserta didik yang berkemampuan kuang
atau mengalami kesulitan belajar.
i. Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar peserta didik perlu
dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing
peserta didik untuk memecahkannya.
j. Memanfaatkan aneka sumber belajar. Guru menggunakan berbagai
sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan
lingkungan.
k. Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam
bersikap, bertindak, dan bertutur kata baik di dalam maupun di luar
kelas.
l. Mengembangkan kecakapan hidup. Hal ini ditandai dengan
tumbuhnya kompetensi peserta didik.
3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya (Hosnan, 2014: 206). Pendidikan
diselenggarakan berdasarkan rencana yang mengacu pada kurikulum
yang sedang diterapkan (Hosnan, 2014: 207).
Hosnan (2014: 213-214) berpendapat bahwa terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran
konvensional dan pendekatan pembelajaran aktif (active learning).
14
Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran di mana
peserta didik (subjek didik) terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam
melakukan kegiatan belajar. Active learning adalah suatu pendekatan
dalam kegiatan belajar dengan menggunakan seluruh potensi yang
dimiliki peserta didik secara optimal, dengan tujuan agar siswa mencapai
hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
kepribadiannya (Hosnan, 2014: 208).
Berbeda dengan active learning, pendekatan pembelajaran
konvensional lebih menekankan pada keaktifan pendidik dalam
menyampaikan materi. Adapun perbedaan dari kedua pendekatan
pembelajaran tersebut, menurut Hosnan (2014: 213-214) adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
NO. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Aktif
1. Berpusat pada guru. Berpusat pada siswa.
2. Penekanan pada menerima
pengetahuan.
Penekanan pada kegiatan
menemukan.
3. Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan.
4. Kurang memberdayakan semua
indera dan potensi anak didik.
Memberdayakan semua
indera dan potensi siswa.
5. Menggunakan metode yang Menggunakan banyak
15
monoton, kurang banyak media
yang digunakan.
metode.
6. Tidak perlu disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada.
Disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada.
Perbedaan di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
guru dalam memilih pendekatan pembelajaran yang baik untuk
diterapkan di dalam kelas.
Selain menggunakan pendekatan pembelajaran, pemilihan metode
pembelajaran juga penting untuk diperhatikan. Beberapa metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode pembelajaran yang
menggunakan cara penuturan atau penerangan lisan. Ceramah
dikelompokkan sebagai metode megajar bercorak tradisional. Dalam
hal ini, ada sekelompok orang yang menganggap metode ceramah
tidak efisien digunakan, akan tetapi ada juga kelompok yang
mengatakan bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu ceramah
adalah metode yang paling baik digunakan (Hamdayama, 2014: 167-
168).
Hamdayana (2014: 168) menyebutkan bahwa metode
ceramah dapat digunakan dalam situasi berikut:
16
1) Guru akan mengajarkan topik baru. Pada saat kegiatan
pendahuluan, guru dapat mengantarkan gambaran umum materi
baru tersebut dengan berceramah.
2) Belum adanya sumber belajar pada siswa. Dengan begitu siswa
dituntut kreativitasnya untuk membuat catatan-catatan atas apa
yang disampaikan guru.
3) Guru menghadapi jumlah peserta didik yang cukup banyak,
sehingga guru tidak mungkin memperhatikan siswa secara
individual.
4) Guru ingin membangkitkan semangat belajar peserta didik.
5) Proses belajar membutuhkan penjelasan secara lisan.
Kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut
Hamdayana (2014: 169) adalah:
Kelebihan:
1) Guru mudah menguasai kelas karena dapat bertatap muka secara
langsung dengan peserta didik ketika penyampaian materi.
2) Metode dianggap sebagai yang ekonomis waktu dan biaya,
karena guru dapat menentukan sistem yang akan digunakan.
3) Mudah dilaksanakan.
4) Dapat diikuti oleh peserta didik berjumlah besar.
5) Guru dapat menyampaikan materi berjumlah besar.
17
Kekurangan:
1) Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme (hanya berwujud
kata-kata).
2) Menguntungkan peserta didik yang memiliki gaya belajar
auditori, tetapi peserta didik dengan gaya belajar visual akan
merasa dirugikan.
3) Akan membosankan jika dilakukan dalam waktu yang lama.
4) Guru sukar mengontrol sejauh mana perolehan siswa terhadap
materi yang diajarkan.
5) Menjadikan anak didik menjadi pasif.
Metode ceramah sepertinya mudah dilaksanakan, akan tetapi
tidak semua guru dapat berceramah dengan tidak membosankan.
Hamdayana (2014: 170) menuliskan beberapa tips agar ceramah
dapat memberikan hasil yang optimal:
1) Guru perlu membatasi waktu ceramah.
2) Menyusun rencana ceramah.
3) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada
peserta didik, baik pada saat jeda ceramah atau di akhir
pembelajaran sebagai evaluasi terhadap tingkat pemahaman
pesta didik.
4) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti khalayak umum.
18
b. Index Card Match
Index Card Match merupakan sebuah metode pembelajaran
yang cukup menyenangkan untuk ketika digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya, karena di sini
siswa telah memiliki bekal pengetahuan ketika masuk kelas (Hosnan,
2014: 225).
Adapun langkah-langkah penggunaan metode ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Guru membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada
di kelas.
2) Setiap potongan kertas, dibagi menjadi dua bagian yang sama
besar.
3) Separuh kertas yang telah selesai dibagi, ditulisi pertanyaan
tentang materi, separuhnya lagi ditulisi jawaban materi.
4) Setelah pertanyaan dan jawaban selesai ditulis, semua kartu
dikocok hingga tercampur semua soal dan jawaban.
5) Setiap siswa diberi satu kertas, dan mereka diberitahu bahwa
kertas mereka memiliki pasangannya.
6) Siswa diminta untuk mencari pasangannya. Jika sudah
menemukan, guru meminta siswa untuk membacakannya secara
berpasangan.
19
c. Mind Maping
Mind Maping adalah adalah cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran yang memfungsikan
belahan otak kanan dan otak kiri agar dapat tercapai tujuan
pembelajaran (Yusani, 2012: 52). Mind map adalah alat paling hebat
yang membantu otak berpikir secara teratur (Buzan, 2006: 4). Anak
didik akan menggunakan otak kanannya sebagai kreativitasnya dan
menggunakan otak kirinya sebagai pusat berpikir. Oleh karena itu,
keseimbangan otak kanan dan kiri menjadi baik. Pernyataan ini
didukung oleh pendapat Yusani dalam skripsinya (2012: 55) sebagai
berikut:
Metode mind map, sebagai salah satu metode
pembelajaran, lebih banyak menekankan pada kreativitas anak
didik. Dalam metode ini, anak didik dituntut untuk lebih aktif
dalam proses pembelajaran dan mencurahkan kemampuan otak
kanan dan otak kirinya. Jadi, pelaksanaan metode mind map
yang sempurna akan berpengaruh pada prestasi belajar anak
didik, semakin baik pelaksanaan metode ini, maka semakin baik
pula prestasi yang dihasilkan.
Metode ini telah berhasil membuat prestasi belajar peserta
didik kelas IV meningkat di MI Ma‟arif Sidomulyo kecamatan
Salaman kabupaten Magelang. Sebagai upaya guru, metode ini dapat
dicoba diterapkan dalam pembelajaran SKI di MTs N Salatiga untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang ada di sana.
Buzan (2006: 10) menyatakan bahwa metode Mind Map
dapat membantu individu: 1) menjadi lebih kreatif, 2) menghemat
waktu, 3) memecahkan masalah, 4) berkonsentrasi, 5) mengatur dan
20
menjernihkan pikiran, 6) lulus ujian dengan nilai-nilai baik, 7)
mengingat dengan lebih baik, 8) belajar lebih cepat dan efisien, 9)
belajar dengan lebih mudah, 10) melihat “gambaran keseluruhan”,
11) membuat rencana, 12) berkomunikasi, 13) bisa tetap bertahan
hidup!, 14) menyelamatkan pohon!
Selain beberapa manfaat tersebut, Mind Map juga dapat
membantu peserta didik belajar, mengatur dan menyimpan sebanyak
mungkin informasi yang diinginkan, menggolongkan informasi
tersebut, serta mengaksesnya seketika saat dibutuhkan.
Untuk itu akan dijelaskan dibawah ini beberapa hal yang
dibutuhkan untuk membuat Mind Map:
1) Kertas kosong tanpa garis
Kertas tak bergaris lebih memberikan keleluasaan
pembuat Mind Map dan membantunya untuk berimajinasi bebas
tanpa batas.
2) Pena dan pensil warna
Untuk menuliskan informasi-informasi penting dalam
pembuatan Mind Map, pena dan pensil warna adalah alat yang
tepat, karena dengan varian warna akan membuat Mind Map
terlihat lebih hidup.
21
3) Otak
Otak merupakan hal urgent dalam pembuatan Mind
Map, karena ia merupakan alat berpikir manusia.
4) Imajinasi
Agar Mind Map terlihat menarik dan tidak monoton,
maka dibutuhkan imajinasi yang bagus dari pembuatnya.
Kreativitaspun tidak kalah pentingnya.
Setelah mengatahui alat-alatnya, maka langkah-langkah
pembuatan Mind Map seperti yang dikemukakan Buzan (2006: 21-
23) adalah sebagai berikut:
1) Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang diletakkan
dalam posisi memanjang. Demikian ini akan memberikan
keleluasaan bagi cara kerja otak untuk mengekspresikan diri
lebih bebas dan alami.
2) Menggunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Gambar
yang diletakkan di bagian tengah akan membantu memusatkan
pikiran.
3) Menggunakan warna pada seluruh Mind Map. Hal ini akan
membuat Mind Map menjadi tampak lebih cerah dan hidup,
serta menyenangkan untuk otak.
4) Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral, dan
menghubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada
tingkat pertama dan kedua. Demikian seterusnya.
22
5) Membuat Mind Map berbentuk melengkung, karena akan
terlihat lebih menarik, indah dan tidak membosankan ketika
dilihat.
6) Agar Mind Map lebih kuat dan fleksibel, cukup menggunakan
satu kata kunci pada setiap baris.
7) Menggunakan gambar pada seluruh Mind Map akan mewakili
banyak kata dalam catatan.
Melihat bagaimana metode Mind Map ini dikembangkan,
maka dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dari
metode ini.
Kelebihan:
1) Peserta didik lebih mudah mengingat, karena catatan tidak
monoton, yaitu dengan variasi gambar, tulisan dan simbol.
2) Variasi warna lebih indah dipandang.
3) Peserta didik hanya membutuhkan waktu singkat untuk
mereview materi.
4) Peserta didik dapat belajar lebih cepat dan efisien.
5) Menjadikan peserta didik lebih kreatif dan berimajinasi.
Kekurangan:
1) Membutuhkan waktu yang cukup lama saat membuat Mind
Map.
2) Kemampuan berimajinasi siswa berbeda-beda, sehingga ada
Mind Map yang bagus, dan ada pula yang biasa.
23
Gambar 2.1 contoh metode mind maping.
(sumber:http://madrasah-ski.blogspot.co.id/2014/11/contoh-mind-
map-tokoh-iilmuan-pada-masa.html)
d. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan
jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan tersebut dapat
digunakan untuk merangsang aktivitas dan kreativitas bepikir peserta
didik. Dalam mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan
tersebut, peserta didik berusaha untuk menghubungkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang
akan dijawabnya (Mulyasa, 2011: 115).
Mulyasa berpendapat bahwa ada dua hal yang harus
diperhatikan pendidik dalam menggunakan metode tanya jawab:
24
1) Guru pelu menguasai bahan secara penuh. Jangan sampai guru
mengajukan pertanyaan yang guru sendiri tidak memahaminya
atau tidak mengetahui jawabannya.
2) Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan
kepada peserta didik sesuai bahan pelajaran yang telah dibahas.
e. Metode Penugasan
Metode penugasan merupakan cara belajar dengan
memberikan tugas kepada peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok. Agar metode penugasan berjalan efektif,
Mulyasa (2011: 113-114) memberikan beberapa langkah berikut:
1) Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama
tujuan penugasan dan cara pengerjaanya. Sebaiknya tujuan
penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah
tugas yang dkerjakan.
2) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan
mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama
tugas itu harus dikerjakan, dikerjakan individu atau kelompok,
dan yang lainnya. Hal tersebut dapat menentukan efektivitas
penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran.
3) Apabila tugas tersebut merupakan tugas kelompok, maka perlu
diupayakan agar semua anggota kelompok ikut aktif dalam
penyelesaian tugas tersebut.
25
4) Guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan
oleh peserta didik.
5) Guru memberikan penilaian secara proporsional terhadap
tugastugas yang dikerjakan peserta didik.
f. Metode TEAM QUIZ (Menguji Tim)
Penggunaan metode ini dapat meningkatkan kemampuan
tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari,
yaitu dengan cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan
(Silberman, 2009: 163).
Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan metode
TEAM QUIZ :
1) Memilih topik yang akan dipresentasikan kedalam tiga bagian.
2) Guru membagi peserta didik menjadi tiga tim, semisal tim A, B
dan C.
3) Guru menyampaikan format pembelajaran yang akan
berlangsung, kemudian dilanjutkan dengan presentasi tidak lebih
dari sepuluh menit.
4) Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis yang berjawaban
singkat dengan waktu persiapan tidak lebih dari lima menit.
Sementara tim B dan C diberi kesempatan untuk meninjau
kembali catatan mereka.
26
5) Tim A menguji anggota tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab,
tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota
tim C, dan mengulangi prosesnya.
7) Apabila tim A sudah selesai membacakan kuis, maka
dilanjutkan pada sesi dua, yaitu tim B sebagai pemimpin kuis.
8) Setelah tim B melakukan proses yang sama, tim C melanjutkan
pada sesi ketiga sebagai pemimpin kuis.
9) Pembelajaran diakhiri dengan guru menyimpulkan tanya jawab
serta memberikan penjelasan apabila ada pemahaman yang
keliru.
Hasil penelitian Juemi menyatakan bahwa metode TEAM
QUIZ mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini
kelebihan-kelebihan yang didapatkan dari metode ini adalah:
1) Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa benar-
benar mencari materi sendiri.
2) Membina kerja sama antar anggota kelompok.
3) Siswa semakin termotivasi untuk belajar karena adanya
kompetisi pada tiap kelompok.
4. Strategi Pembelajaran
Sebagai pendidik seorang guru dituntut untuk paham strategi
pembelajaran. Kata strategi dapat diartikan dengan cara dan seni
27
menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan, sedangkan
pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dilihat dari
kedua unsur kata pembentuknya, yaitu kata strategi dan pembelajaran,
maka strategi pembelajaran dapat diartikan dengan cara dan seni untuk
menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa
(Wena, 2011: 2-3).
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat
dibutuhkan, karena untuk mempermudah proses pembelajaran agar hasil
belajar siswa optimal. Tanpa adanya strategi pembelajaran, tujuan
pembelajaran sulit tercapai. Strategi pembelajaran sangat bermanfaat
bagi guru dan siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan sebagai pedoman
dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran.
Bagi siswa, strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar
(meahami isi pembelajaran), karena strategi pembelajaran memang
dirancang untuk mempermudah belajar siswa (Wena, 2011: 2-3).
Gambar 2.2 Hubungan Strategi Pembelajaran-guru-siswa-hasil belajar
Strategi
Pembelajaran
Bagi Guru
Bagi Siswa
Peningkatan
Hasil Belajar
28
Hamruni (2012: 8-10) berpendapat bahwa strategi pembelajaran
dapat diklasifasikan menjadi lima:
a. Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung ini merupakan pembelajaran
yang banyak diarahkan oleh guru, efektif untuk menentuka
informasi, atau membangun keterampilan tahap demi tahap.
Adapun kelebihannya adalah mudah untuk direncanakan dan
digunakan, namun kelemahannya adalah dalam mengembangkan
kemampuan, proses, an sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis
dan hubungan interpersonal serta kelompok belajar.
b. Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung,
pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik.
Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator.
Kelebihan strategi ini antara lain: 1) mendorong keingintahuan dan
ketertarikan peserta didik, 2) mendorong kreativitas dan
pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang
lain, 3) mengekspresikan pemahaman. Kekurangannya, strategi ini
memerlukan waktu panjang, dan tidak cocok apabila peserta didik
perlu mengingat materi dengan cepat.
c. Strategi Pembelajaran Interaktif
Strategi ini menekankan pada diskusi dan sharing di antara
peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan pada peserta
29
didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan
pengetahuan guru atau temannya serta untuk membangun cara
alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini: 1) peserta didik dapat belajar dari
temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan
kemampuan-kemampuan, 2) mengorganisasikan pemikiran dan
membangun argumen yang rasional.
d. Strategi Pembelajaran Empirik
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,
berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi
tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan
pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran
empirik yang efektif.
Kelebihan strategi ini antara lain: 1) meningkatkan partisipasi
peserta didik, 2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, 3)
meningkatkan analisis peserta didik. Adapun kekurangannya hanya
menekankan pada proses bukan hasil, keamanan siswa, biaya mahal,
dan memerlukan waktu yang panjang.
e. Strategi Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu,
kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada
perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru.
30
Kelebihannya adalah untuk membentuk peserta didik yang
mandiri dan bertanggung jawab. Kekurangannya adalah bila
diterapkan pada anak didik yang belum dewasa, karena belum bisa
belajar secara mandiri.
5. Media Pembelajaran
Media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan
komunikasi dengan siswa. Media dapat berupa perangkat keras atau
perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat keras tersebut (Wena,
2011: 9).
Leshin, dkk. berpendapat dalam Wena (2011: 9) bahwa media
dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu:
a. Media berbasis manusia, seperti pengajar, instruktur, tutor, bermain
peran, dst.
b. Media berbasis cetak, seperti buku catatan, buku latihan dan modul.
c. Media berbasis visual, seperti buku, bagan, grafik, peta, gambar,
slide, dst.
d. Media berbasis audio visual, seperti video, film, televisi, dll.
e. Media berbasis komputer, seperti pengajaran dengan bantuan
komputer, interaktif video, hypertext, dst.
31
6. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu komponen yang paling
penting dalam belajar, namun seringkali sulit diukur (Wahyuni,
2009:11). Kata motivasi berasal dari bahasa Latin moveers yang
berarti menggerakkan. Oleh Printich dan Schunk (1996) kemudian
diartikan dengan sebuah usaha menggerakkan (Wahyuni, 200: 12).
Secara umum motivasi didefinisikan sebagai sebuah kondisi internal
yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku
(Woolfolk, dkk dalam Wahyuni, 2009: 13).
Sebagai sebuah proses, motivasi bukanlah sebuah produk,
sehingga tidak dapat diamati, namun dapat diketahui indikatornya
dari perilaku yang tampak (Wahyuni, 2009: 13). Agar individu
memiliki motivasi, maka harus ada dorongan dan penjagaan
terhadap motivasi tersebut (Wahyuni, 2009: 13). Langkah pertama
yang mesti dilakukan adalah memulai sebuah tindakan untuk
mewujudkan tujuan, kemudian konsistensi untuk mencapai tujuan
tersebut.
Adapun manfaat motivasi belajar menurut Fudyartanto
(2000) seperti yang dikutip oleh Wahyuni (2009: 14-15) adalah
sebagai berikut:
1) Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia.
32
2) Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku. Seperti contoh ketika
siswa ingin lulus ujian, maka ia berkonsentrasi menggunakan
strategi yang terpilih untuk mencapai tujuan.
3) Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku.
Selain ketiga manfaat motivasi di atas, keberadaan motivasi
juga dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari
dalam diri individu. Dalam proses belajar, seorang siswa yang
termotivasi secara intrinsik akan melakukan pekerjaannya
semata-mata ia merasa puas dan senang dengan pekerjaan
tersebut (Wahyuni, 2009: 28).
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang diperoleh
dari luar individu. Seperti contoh ketika anak mengerjakan
pekerjaan rumah karena takut sangsi dari ibunya. Hal ini
menunjukkan bahwa anak tersebut termotivasi secara ekstrinsik,
yaitu mengerjakan pekerjaan rumah untuk menghindari sangsi.
b. Hubungan Motivasi dan Belajar
Salah satu tugas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah
menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa (Wahyuni, 2009: 38).
33
Banyak elemen yang mempengaruhi motivasi untuk belajar,
antara lain perencanaan, konsentrasi terhadap tujuan, kesadaran
terhadap apa yang akan dipelajari, aktif mencari informasi-informasi
yang baru, tidak cemas dan tidak takut (Wahyuni, 2009: 38). Siswa
yang termotivasi belajar, akan menunjukkan antusiasme terhadap
aktivitas-aktivitas belajar, memperhatikan penuh apa yang
diinstruksikan guru, melakukan evaluasi diri terhadap materi yang
dipelajarinya serta memiliki komitmen yang tinggi untuk dapat
mencapai tujuan belajar (Printich dan Schunk, 1996 dalam Wahyuni,
2009: 39).
Akan tetapi tidak semua siswa memiliki motivasi belajar
yang tinggi. Oleh karenanya, ada tiga tugas penting guru yang
berkaitan dengan memotivasi belajar siswa:
1) Mengajak siswa untuk secara produktif berpartisipasi dalam
kegiatan belajar siswa di kelas.
2) Merancang tujuan jangka panjang untuk mengembangkan
kepribadian siswa yang termotivasi untuk belajar, sehingga
mereka akan mampu untumendidik diri mereka sendiri
sepanjang hidupnya.
3) Mengajak siswa untuk memiliki kemampuan berpikir mendalam
terhadap apa yang mereka pelajari (Wahyuni, 2009: 39-40).
34
Hosnan, (2014: 439) berpendapat bahwa ada salah satu
langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa melalui inovasi pembelajaran, antara lain adalah:
1) Membuat alat peraga sendiri dengan memanfaatkan apa yang
ada di lingkungan sekitar, sehingga dapat menghemat biaya.
2) Membuat rangkuman materi, soal dan media pembelajaran.
3) Penyajian materi ditunjang media video dan audio.
4) Mengadakan program pengayaan (les).
5) Menulis diktat untuk mempermudah pemahaman siswa dalam
menerima materi pelajaran, misalnya membuat diktat latihan
soal-soal dari berbagai sumber untuk mempermudah proses
belajar.
6) Penggunaan alat peraga elektronika.
7) Melakukan dialog interaktif dengan narasumber.
8) Melakukan kunjungan ke lembaga / instansi terkait.
9) Pembelajaran tidak monoton di ruang kelas.
10) Membuat model manajemen kelas.
11) Merumuskan dan menentukan metode belajar dengan Kelompok
Kerja Guru (KKG).
Selain melakukan inovasi pembelajaran, guru juga perlu
memberikan umpan balik dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa. Hal tersebut menjadi faktor yang sangat penting dalam
pembelajaran, namun harus diberikan secara baik agar tidak
35
mematahkan semangat siswa. Hosnan (2014: 445) berpendapat
bahwa ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam memberikan
umpan balik pada siswa, antara lain sebagai berikut:
1) Guru segera memberikan kembali tugas yang pernah dikerjakan
siswa.
2) Sebaiknya guru tidak hanya memberi kritik, tetapi berikan pula
penghargaan ketika siswa mencapai sukses atau mampu
mengerjakan tugas-tugas tertentu.
3) Guru memberikan jalan keluar apabila siswa mengalami
kesulitan.
4) Jika memberi bantuan, tidak secara langsung. Upayakan siswa
merasa mampu menyelesaikan sendiri.
7. Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah dan
dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan (Sutikno,
2014: 152). Jenis pembelajaran ini perlu didukung dengan suasana dan
lingkungan belajar yang kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu
mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola
materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar (Sutikno,
2014: 152).
36
Pembelajaran yang efektif dapat diciptakan dari lingkungan
sekolah yang efektif. Sekolah yang efektif mengukur keberhasilan siswa
tidak ditentukan oleh kondisi yang berada di luar sekolah (seperti latar
belakang ekonomi atau pendidikan orang tua), akan tetapi mengukurnya
dengan nilai tambah (value added) yang bisa diberikan sekolah bagi
pengembangan kemampuan siswa (Jamaludin, 2002: 15).
Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, perlu
memperhatikan beberapa dimensi berikut:
a. Guru
Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem
pendidikan (Jamaludin, 2014: 36). Kepribadian guru sangat
mempengaruhi siswa. Guru yang humanis, seperti memberi
perhatian, hangat, dan suka memberi semangat diyakini dapat
memotivasi siswa dan dapat membantu siswa untuk meningkatkan
prestasinya. Empati yang tepat seorang guru kepada siswanya
membantu perkembangan prestasi akademik mereka secara
signifikan (Halsall dalam Jamaludin, 2014: 36).
b. Harapan yang Tinggi
Kesuksesan seseorang berawal dari keyakinannya untuk
sukses. Seperti dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman: “Ana
„inda zhonni „abdii bii”, yang artinya Aku (Allah) sesuai prasangka
hamba-Ku kepada-Ku. Apabila seseorang berprasangka baik kepada-
Nya, maka Allah akan menolongnya. Demikian pula jika seseorang
37
yakin bahwa dirinya akan sukses, maka ia akan sukses dengan
pertolongan Allah.
Dalam proses belajar, Tomlinson (1999) yang pendapatnya
dikutip oleh Jamaludin menyatakan bahwa keyakinan atau harapan
sangat membantu siswa berkembang bahkan melampaui apa yang
biasa mereka gapai. Hal ini menunjukkan bahwa harapan yang tinggi
(keyakinan) berpengaruh dahsyat bagi peningkatan prestasi siswa.
Harapan tidak harus datang dari dirinya sendiri, tetapi dapat
juga dari orang lain, seperti guru, orang tua, teman, atau siapa saja
(Jamaludin: 2002: 40). Sebagai contoh praktis, guru dapat
melakukan tindakan-tindakan tertentu atau memberikan penguatan-
penguatan lisan yang serupa dengan “Ibu yakin kamu bisa. Nilai
kamu akan lebih baik jika waktu belajarmu ditambah. Semangaat
yaa” untuk memupuk keyakinannya.
c. Melibatkan Siswa
Siswa yang dilibatkan dalam perencanaan program sekolah,
penentuan peraturan sekolah, dan aktivitas-aktivitas lain yang
dilakukan bersama siswa akan membantu siswa untuk memiliki rasa
cinta pada sekolah dan pada saatnya secara signifikan akan
meningkatkan keterlibatan mereka terhadap kegiatan-kegiatan
sekolah (Jamaludin, 2002: 44). Hal ini tentu sangat baik jika
dilakukan, karena siswa akan merasa dihargai pendapatnya, dan
38
juga dapat mengajari siswa untuk bertanggung jawab atas keputusan
yang dibuatnya sendiri.
d. Peer-Group (Kelompok Belajar)
Kelompok belajar yang dimaksudkan di sini bukanlah belajar
kelompok seperti yang sering kita lihat dalam praktik belajar selama
ini, akan tetapi merupakan penciptaan suasana dimana semua
anggota kelas adalah satu kelompok (Jamaludin, 2002: 47).
Harapannya, mereka dapat saling mendorong, saling mendukung,
dan saling membantu satu sama lain untuk meraih keberhasilan
secara bersama-sama.
e. Kondisi Sosial Kelas
Belajar merupakan interaksi dan proses adaptasi yang tak
pernah selesai antara individu dan masyarakat (Jamaludin, 2002: 49).
Artinya, kehadiran masyarakat memberi pengaruh terhadap
perkembangan dan proses belajar seseorang. Di lingkungan sosial,
tentu terdapat aturan-aturan dan norma-norma, seperti kerjasama,
menghargai orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang
positif yang dapat membantu meningkatkan prestasi siswa.
f. Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan orang tua, memiliki peran untuk memberikan
motivasi pada anak. Seorang anak yang mendapatkan motivasi dari
orang tuanya, akan merasa lebih percaya diri. Finn (1998) dalam
Jamaludin (2002: 53) mengidentifikasi tiga bentuk peran orang tua di
39
rumah yang berhubungan dengan prestasi anak di sekolah. Pertama,
orang tua secara aktif mengatur dan memonitor waktu anak; kedua,
membimbing mereka dalam menyelesaikan pekerjaan rumah; ketiga,
mendiskusikan masalah-masalah sekolah dengan anak.
Kebiasaan-kebiasaan orang tua diyakini memiliki pengaruh
langsung terhadap prestasi akademik siswa dengan mempengaruhi
perkembangan kemampuan kognitif yang berfungsi sebagai basis
kesuksesan sekolah. Orang tua dapat membantu anak untuk
mencarikan metode belajar yang tepat sesuai potensi anak.
Harapannya agar anak dapat merasakan kenyamanan dalam belajar
baik di rumah maupun di sekolah.
g. Kesehatan dan Kondisi Fisik Sekolah
Kesehatan sekolah terdiri dari aspek psikis dan fisik
(Jamaludin, 2002: 55). Aspek psikis berkaitan erat dengan
hubungan-hubungan interpersonal yang hangat dan positif dalam
komunitas sekolah, belajar secara bersama, kesempatan yang sama,
dan cara belajar yang humanis (Grebow, dkk dalam Jamaludin,
2002: 55). Adapun aspek fisik, berkaitan dengan nutrisi yang baik
dan olahraga yang teratur.
40
B. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan rangkaian dari kata sejarah,
kebudayaan dan Islam. Secara bahasa (etimologi) sejarah berasal dari
bahasa Arab “syajarah” yang berarti pohon kehidupan. Secara istilah
sejarah merupakan peristwa yang terjadi pada masa lampau, yang
berkaitan dengan berbagai proses kehidupan manusia, dan dipelajari pada
masa kini untuk diambil pelajaran (Yunadi, 2013: 3). Sementara itu,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sejarah diartikan dengan asal-
usul (keturunan) silsilah; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi
di masa lampau.
Bertolak dari pengertian sejarah, kebudayaan merupakan hasil
karya cipta, rasa, dan karsa seseorang, dalam bentuk ungkapan tentang
semangat mendalam yang direfleksikan dalam bentuk seni, sastra, agama
dan moral (Choeroni dan Kusmiyati, 2011: 2). Kembali mereka
menuturkan bahwa Kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa, dan
karsa manusia (segala tindakan dan sikap seseorang) untuk merealisasikan
pokok ajaran Islam dalam kehidupan, yang diperoleh dan dikerjakan
dengan menggunakan hasil pendapat budi pekerti yang didasari oleh al-
Qur‟an dan Hadits dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan.
Sedangkan Islam adalah agama rahmah yang menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
sebagai Nabi terakhir, yang menggunakan kitab suci Al-Qur‟an sebagai
41
petunjuk bagi umat manusia, mengajarkan kepada yang ma‟ruf dan
mencegah dari yang munkar (Syaifudin, 2015: 11).
Selaras dengan ketiga pengertian itu, Yunadi (2013: 3)
mendefinisikan sejarah kebudayaan Islam dengan keseluruhan aktivitas
manusia muslim dan hasilnya yang didalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakatnya.
Apabila dikaitkan dalam konteks mata pelajaran, maka SKI
merupakan ilmu atau pengetahuan yang menerangkan seluruh aktivitas
umat muslim masa lampau dan hasilnya, yang didalamnya terkandung
nilai-nilai untuk dijadikan bahan renungan serta pelajaran bagi generasi
setelahnya.
2. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam untuk MTs/SMP
Islam adalah agar:
a. Mengerti tentang alur peristiwa yang terjadi dalam perkembangan
kebudayaan Islam.
b. Mengerti beberapa sejarah serta beberapa tokoh yang telah berjasa
terhadap tumbuh kembangnya Islam.
c. Mengetahui berbagai macam bentuk peninggalan bersejarah dalam
peradaban dan kebudayaan Islam dari satu generasi dan generasi
selanjutnya.
42
Senada dengan hal itu, Yunadi (2013: 3) juga menerangkan tujuan
mempelajari sejarah kebudayaan Islam antara lain:
a. Untuk mengenalkan kebudayaan Islam
b. Untuk menanamkan kecintaan terhadap kebudayaan Islam
c. Untuk mengobarkan semangat keislaman
d. Untuk mensyiarkan Islam melalui kebudayaannya
Adapun secara normatif, tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan
Islam ialah untuk menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik
dalam memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam,
menghargai para tokoh perilaku sejarah dan pencipta peradaban itu yang
membawa kemajuan dan kejayaan Islam, sehingga tertanam nilai-nilai
kepahlawanan, kepeloporan, dan kreativitas (Rofik, 2015: 16).
Melihat berbagai pendapat di atas, secara khusus dapat diketahui
bahwa tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah agar peserta
didik mampu memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam,
mengenal tokoh-tokoh pejuang muslim, serta agar dapat mengambil ibrah
(pelajaran) dari peristiwa bersejarah tersebut.
3. Kegunaan Belajar
Choeroni dan Kusmiyati (2011:2-3) berpendapat bahwa manfaat
mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam dapat dikelompokkan ke dalam
tiga bagian berikut:
43
a. Kegunaan Edukatif
Pertama, sebagai edukasi atau pelajaran. Karena dengan ini, manusia
akan belajar dari sejarah. Melalui sejarah seseorang akan belajar dari
pengalaman orang lain. Kedua, dapat mengembangkan potensinya.
Melalui hal ini, seseorang akan belajar dari kesalahannya sendiri juga
kesalahan orang lain agar tidak mengulang kesalahan yang sama.
Namun seseorang justru dapat mengambil hal baik dari orang lain untuk
ditiru dan dikembangkannya sendiri.
b. Kegunaan Inspiratif
Melalui sejarah seseorang akan menjadi terinspirasi. Terinspirasi untuk
melakukan hal-hal kebaikan seperti yang telah dilakukan umat-umat
Islam terdahulu.
c. Kegunaan Rekretif
Penulisan sejarah yang sistematis dan menggunakan gaya bahasa yang
menarik akan menghibur para pembacanya. Hal ini akan semakin
memotivasi pembaca untuk terus belajar sejarah karena ingin
mengatahui kisah sejarah itu secara keseluruhan.
Hampir bersamaan dengan pendapat di atas, Yunadi (2013: 3) juga
berpendapat bahwa diantara kegunaan mempelajari sejarah kebudayaan
Islam adalah sebagai berikut:
a. Agar memahami sejarah kebudayaan Islam
b. Agar tumbuh dan berkembang kecintaan terhadap kebudayaan Islam
c. Agar semangat keislaman terus berkibar
44
d. Agar syiar Islam lebih luas
4. Ruang Lingkup Pembelajaran
Berdasarkan buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam: Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013, Yunadi, dkk. mengatakan bahwa ruang lingkup
pembelajaran SKI pada tingkat MTs adalah sebagai berikut:
NO KELAS VII
1. Kearifan Nabi Muhammad
2. Kesuksesan Nabi Muhammad Saw. Melakukan Perubahan
3. Khulafaurrasyidin
4. Dinasti Bani Umayyah
5. Perkembangan Kebudayaan Islam Dinasti Bani Umayyah
NO KELAS VIII
1. Jejak Peradaban Dinasti Abbasiyah
2. Ilmuwan Muslim Dinasti Abbasiyah
3. Peradaban Emas Dinasti Abbasiyah
4. Jejak Peradaban Dinasti Ayyubiyah
5. Kegemilangan Peradaban Dinasti Ayyubiyah
45
NO KELAS IX
1. Islam Nusantara
2. Semangat Tokoh Kerajaan Islam Nusantara
3. Ketulusan Penyebar Islam di Nusantara
4. Kemenarikan Islam Nusantara
5. Penghargaan Terhadap Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan
Nusantara
Tabel 2.2
Ruang Lingkup Pembelajaran SKI
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana posisi
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci. Pendekatan
kualitatif merupakan suatu proses penelitian yang berusaha memahami
fenomena sosial dan masalah manusia melalui metodologi (Noor, 2015: 33).
Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti masalah yang belum jelas,
mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial,
mengembangkan teori, memastikan kebenaran data (Noor, 2015: 34).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan
(field research) yang bersifat deskriptif kualitatif, karena peneliti berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian. Sebagaimana tujuan
dari penelitian ini, yaitu untuk memahami dan mendeskripsikan fenomena-
fenomena sosial terkait dengan problematika pembelajaran SKI yang ada di
kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga tahun 2017.
Strategi dan prosedur penelitian kualitatif sangat fleksibel, karena
rancangan penelitian bersifat terbuka, dan dapat disempurnakan selama
pengumpulan data. Selama melakukan penelitian, peneliti berbaur dalam
situasi yang diteliti, yaitu di MTs N Salatiga. Di lingkungan madrasah,
peneliti berperan sebagai pengumpul data, dan orang yang ahli, sehingga
harus memiliki kesiapan penuh untuk memahami situasi.
47
Penelitian kualitatif, disebut juga “penelitian subjektif” dan
“penelitian reflektif”, karena peneliti melakukan pengujian sendiri secara
kritis selama proses penelitian. Langkah-langkah yang dipakai penulis dalam
penelitian di MTs N Salatiga adalah berangkat dari adanya masalah seperti
yang telah diungkapkan oleh guru-guru mapel SKI di madrasah. Selanjutnya
penulis membuat daftar list informasi yang dibutuhkan, menentukan prosedur
pengumpulan data, pengolahan data atau informasi, dan yang terakhir
menarik kesimpulan penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja setelah
melakukan survey di lingkungan MTs N Salatiga. Lokasi MTs N Salatiga
berada di Jl Tegalrejo 1 Salatiga. Madrasah ini didirikan dan diresmikan
sebagai sekolah negeri pada tahun 1978 dengan memiliki luas tanah 6270 m2
dan sudah disertifikasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi alasan penulis
memilih Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Salatiga sebagai lokasi
penelitian adalah karena beberapa hal berikut:
1. MTs N Salatiga merupakan madrasah yang dinilai baik oleh warga
Salatiga dan sekitarnya, dan satu-satunya MTs yang berstatus negeri di
Salatiga.
2. MTs N Salatiga memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk
menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
48
3. MTs N Salatiga memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk
kegiatan ekstrakurikuler, sehingga siswa memiliki lebih banyak
kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai minat mereka.
4. MTs N Salatiga memiliki letak yang strategis, sehingga sangat mudah
dijangkau bagi semua kalangan yang berminat untuk mengetahui madrasah
tersebut secara terperinci.
Sebelum peneliti memasuki lokasi MTs Salatiga sebagai objek
penelitian, peneliti konsultasi terlebih dahulu dengan dosen pembimbing
skripsi terkait dengan madrasah yang akan diteliti. Setelah dosen pembimbing
menyarankan untuk melakukan survey terkait tema yang akan diteliti, peneliti
segera memasuki lokasi penelitian untuk meminta izin melakukan penelitian
di sana. Peneliti bertemu dengan kepala bagian TU untuk menyerahkan surat
izin penelitian. Ketika surat izin tersebut diberikan, peneliti segera
menghubungi informan-informan kunci, yaitu guru SKI, waka kurikulum dan
siswa untuk dimintai informasi terkait dengan tema penelitian.
C. Sumber Data
Data merupakan sesuatu yang diketahui (Noor, 2015: 137) melalui
proses penelitian. Data berupa sekumpulan informasi yang diperoleh melalui
hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi atau yang lainnya. Adapun
sumber data merupakan subyek dari mana data-data itu berasal. Artinya,
segala sesuatu yang dijadikan sebagai data-data penelitian itulah yang
49
dimaksud dengan sumber data. Sumber data dalam penelitian kualitatif
berupa sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumbernya
secara langsung (Sholichun, 2014: 17). Data primer umumnya berupa:
karakteristik demografi atau sosio-ekonomi, sikap atau pendapat,
kesadaran atau pengetahuan, minat, motivasi, serta tindakan (Noor, 2015:
137). Adapun data primer yang penulis kumpulkan selama penelitian di
MTs Negeri Salatiga adalah berupa hasil wawacara bersama waka
kurikulum madrasah, hasil wawancara bersama tiga guru SKI di madrasah,
serta hasil wawancara bersama peserta didik kelas VII, VIII dan IX MTs
Negeri Salatiga. Data-data hasil wawancara tersebut peneliti peroleh
melalui teknik sampling purposif dan snowball sampling.
2. Sumber data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari data yang
sudah ada, dan fungsinya adalah untuk melengkapi data-data yang
diperlukan oleh data primer (Sholichun, 2014: 17). Sumber data ini penulis
dapatkan melalui dokumen RPP guru SKI, nilai SKI siswa, profil
madrasah dan foto-foto kegiatan. Data-data tersebut penulis dapatkan
dengan cara menghubungi pihak-pihak yang bersagkutan.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala madrasah, karena
kepala madrasah merupakan penanggung jawab penuh lembaga. Di tangan
kepala madrasah semua kegiatan diusulkan, ditetapkan dan diterapkan oleh
semua warga madrasah. Khususnya adalah yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Namun informan kunci dalam
50
penelitian ini diwakilkan kepada waka kurikulum madrasah, dikarenakan
peneliti tidak dapat bertatap muka secara langsung dengan kepala madrasah
karena kesibukan tertentu.
Guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sumber utama yang dapat
dijadikan narasumber dalam penelitian ini, terkait dengan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran SKI serta kendala-kendala yang
dihadapi.
Selain guru, siswa juga merupakan sumber data utama penelitian,
karena siswa lah yang menjadi pelaku dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
yang menjalani proses pembelajaran, sehingga ia dapat diminta untuk
memberikan keterangan terkait dengan proses pembelajaran yang sudah
berlangsung.
Dari keterangan beberapa informan tersebut, diharapkan akan
diketahui problem-problem yang terjadi selama pembelajaran berlangsung,
harapan-harapan siswa dengan pembelajaran SKI ke depan, serta solusi dari
problem yang dialami.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data akurat dan jelas kebenarannya, penulis
menggunakan teknik-teknik berikut ini dalam mengumpulkan data penelitian:
51
1. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung. Adapun instrumen penelitian
yang dibutuhkan adalah pedoman observasi. Melalui pedoman observasi,
peneliti melakukan pengamatan tentang kondisi lingkungan MTs N
Salatiga, sarana-prasarana pendidikan yang dimiliki, media pembelajaan
yang digunakan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran SKI di
MTs N Salatiga. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung di
kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran SKI.
2. Teknik Interview
Teknik interview adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan melakukan wawancara atau tanya jawab dengan narasumber.
Instrumen penelitian yang dibutuhkan adalah pedoman wawancara.
Dengan teknik ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa
untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran SKI di MTs
Negeri Salatiga, kendala-kendala yang dihadapi dari sudut pandang guru
dan siswa, serta upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika
tersebut.
3. Teknik Dokumentasi,
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
melihat dokumen-dokumen yang telah ada, seperti nilai raport, profil
madrasah dan sebagainya. Melalui teknik ini, peneliti menghubungi guru
SKI untuk mendapatkan informasi mengenai dokumen RPP SKI, dan nilai
52
SKI siswa. Sementara untuk mendapatkan informasi profil madrasah
peneliti menghubungi kepala bagian TU madrasah. Informasi tersebut
berupa:
a. Sejarah berdirinya MTs N Salatiga
b. Visi dan Misi MTs Negeri Salatiga
c. Struktur organisasi MTs N Salatiga
d. Data guru, siswa dan karyawan MTs N Salatiga
e. Daftar pembagian tugas guru MTs N Salatiga
f. Jadwal mengajar guru MTs N Salatiga
g. Mata pelajaran yang diajarkan di MTs N Salatiga beserta KKM yang
ditetapkan madrasah.
E. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian
(Noor, 2015: 163). Untuk menganalisis data yang sudah didapatkan peneliti
melalui teknik observasi, interview, dan dokumentasi, penulis menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, dengan pertimbangan bahwa penelitian ini
berusaha mengungkapkan dan menjelaskan data secara sistematis, singkat dan
sederhana tentang pengelolaan kelas untuk mengefektifkan kegiatan
pembelajaran. Harapannya hasil penelitian tersebut mudah dipahami dan
dimengerti oleh penulis maupun pembaca yang berminat dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan.
53
Adapun proses yang dilakukan dalam teknik analisis data selama
penelitian di MTs N Salatiga adalah dengan tahap-tahap berikut:
1. Reduksi Data (Penyaringan Data)
Reduksi data merupakan analisis untuk menajamkan. Reduksi
data dilakukan dengan menggolongkan data sedemikian rupa hingga
dapat ditarik kesimpulan yang final. Setelah melakukan penelitian
melalui teknik wawancara (interview), teknik observasi dan teknik
dokumentasi, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh, serta
memilih data-data utama yang sesuai dengan tema penelitian.
2. Display data atau Penyajian Data
Display data atau penyajian data yaitu kegiatan menyusun data
yang sudah ada dengan teks naratif, grafik atau selainnya untuk
membantu peneliti dalam memahami data dan merencanakan langkah
kerja selanjutnya (Noor, 2015: 163). Setelah data-data penelitian
didapatkan dan dipilih data utama sesuai dengan tema penelitian, peneliti
menyusun data tersebut dalam bentuk teks naratif dan tabel, sehingga
lebih mudah dipahami.
3. Menarik Kesimpulan Data atau Verifikasi
Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang
valid. Sebagai analisis puncak, kegiatan ini dilakukan dengan meneliti
kembali catatan-catatan selama penelitian (Noor, 2015: 24), mengambil
data pokok dan diambil sebuah kesimpulan.
54
Berdasarkan gambar di atas, Miles dan Huberman (1992: 20)
memberikan penjelasan bahwa dalam analisis data kualitatif merupakan
upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling
susul menyusul Miles dan Huberman (1992: 20).
Untuk mendapatkan kesimpulan yang baik dan mudah dipahami,
peneliti melakukan pengecekan pada seluruh data yang diperoleh, mengaitkan
hasil penelitian dari teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, sehingga
hasil penelitian menjadi akurat.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian, setiap hal harus dicek keabsahannya agar hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan
keabsahannya (Sholichun, 2014: 24). Dalam pengecekan keabsahan data ini,
peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan
55
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk
keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (Moleong dalam
Sholichun, 2014: 24). Kegiatan pemeriksaan dilakukan dengan berapa
langkah, yaitu:
1. Trianggulasi teknik, yaitu dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan
dokumentasi, dan data hasil dokumentasi dengan pengamatan (Sholichun,
2014: 24). Hasil perbandingan diharapkan dapat d