Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    1/15

    1

    PRODUK SUSU FERMENTASI 

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU 

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2016

    Disusun oleh:

     Nama : Regina Septie N.

     NIM : 13.70.0074

    Kelompok : C3

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    2/15

     

    1

    1.  TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM

    1.1  Topik

    Praktikum Teknologi Pengolahan Susu kloter C dengan topik acara “Produk Susu

    Fermentasi” dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Mei 2016. Asisten dosen yang bertugas

    adalah Tjan, Ivana Chandra, Beatrix Restiani, Rr. Panulu P. M., dan Graytta Intannia.

    Praktikum dilaksanakan pukul 15.00 di Laboratorium Rekayasa Pangan. Dalam

     praktikum ini ada tiga jenis produk susu fermentasi yang dibuat yaitu  yoghurt  

    (kelompok C1 dan C2), kefir (kelompok C3 dan C4) dan acidophilus milk  (kelompok

    C5). Bahan dasar yang digunakan adalah susu sapi segar dan susu skim. Susu tersebut

    mula-mula dipasteurisasi, lalu diberi tambahan inokulum yang berbeda yaitu inokulum

    “ fresh culture” (kelompok C1, C3, dan C5) dan inokulum “ plain yoghurt ” komersial

    (kelompok C2) dan inokulum “ plain kefir ” komersial  (kelompok C4). Selanjutnya,

    setelah diinkubasi selama 1 hari, produk susu fermentasi yang dihasilkan dianalisa

    kekentalan dan derajat keasamannya.

    1.2  Tujuan Praktikum

    Tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain untuk mengetahui prinsip pembuatan

     yoghurt dan kefir dengan tipe inokulum yang berbeda yaitu menggunakan kultur segar

    ( fresh  culture  bacteria) dan “ plain   yoghurt ” komersial;  mengetahui cara kerja

     pembuatan acidophilus milk ; mengetahui karakteristik  yoghurt , kefir dan acidophilus 

    milk  yang dihasilkan dari tipe inokulum yang berbeda (dari segi kekentalan dan derajat

    keasaman); serta mengetahui perbedaan karakteristik dari yoghurt , kefir dan acidophilus 

    milk .

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    3/15

     

    2

    2.  HASIL PENGAMATAN

    Hasil pengamatan karakteristik produk susu fermentasi yang dihasilkan dari tipe

    inokulum yang berbeda dapat dilihat dalam tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Produk Susu Fermentasi

    KelompokJenis Susu

    FermentasiKekentalan

    Derajat

    KeasamanHasil Foto

    C1

    Yoghurt  dengan

    inokulum “ fresh 

    culture” 

    +++ 4,5 √ 

    C2

    Yoghurt  dengan

    inokulum “ plain

     yoghurt ” komersial 

    ++++ 4,5 √ 

    C3

    Kefir dengan

    inokulum “ fresh 

    culture” 

    +++ 4,5 √ 

    C4

    Kefir dengan

    inokulum “ plain

    kefir ” komersial 

    ++ 4 √ 

    C5

     Acidophilus milk  

    dengan inokulum

    “ fresh culture” 

    ++ 5  X

    Keterangan :

    Hasil : beri tanda centang (√) bila produk berhasil, silang ( X ) bila gagalKekentalan :

    + = encer ; ++ = kurang kental ; +++ = kental ; ++++ = sangat kental 

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    4/15

    3

    Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa ada tiga jenis produk susu fermentasi yang

    dihasilkan yaitu  yoghurt , kefir, dan acidophilus  milk . Tipe inokulum yang digunakan

    adalah “ fresh  culture” (kelompok C1, C3 dan C5), “ plain   yoghurt ” komersial 

    (kelompok C2), dan “ plain  kefir ” komersial (kelompok C4). Produk susu fermentasi

    yang dihasilkan mempunyai tingkat kekentalan mulai dari kurang kental hingga sangat

    kental, dimana produk yang paling kental terdapat pada kelompok C2 yaitu  yoghurt  

    dengan inokulum “ plain yoghurt ” komersial. Produk paling asam ada pada kelompok

    C4 yaitu kefir dengan inokulum “ plain kefir ” komersial dengan pH 4. Proses pembuatan

    acidophilus milk dengan inokulum “fresh culture” oleh kelompok C5 dinyatakan gagal. 

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    5/15

    4

    3.  PEMBAHASAN

    Pada praktikum ini dilakukan pembuatan susu fermentasi. Susu fermentasi ini dibuat

    dari susu sapi segar. Susu segar merupakan susu yang didapat dari hasil pemerahan sapi

    yang sehat secara kontinyu tanpa adanya penambahan atau pengurangan senyawa

    tertentu di dalam susu (Syarif & Harianto, 2011). Susu tersusun atas air (87,9%), protein

    (3,5%), lemak (3,5-4,2%), serta vitamin dan mineral (0,85%). Selain itu, susu memiliki

    nilai pH antara 6,5-6,6. Tinggi dan lengkapnya komponen gizi pada susu serta pH yang

    mendekati netral (pH 6,5-7,5) menyebabkan susu menjadi media yang baik bagi

     pertumbuhan mikroorganisme (Cahyono et al ., 2013). Mikroorganisme yang tumbuh di

    susu tidak hanya bersifat merugikan atau merusak namun juga dapat bersifat

    menguntungkan. Salah satu contoh keuntungan dari mikroorganisme pada susu adalah

    dihasilkannya produk fermentasi. Susu fermentasi adalah produk susu yang dihasilkan

    dengan cara memfermentasi susu dengan bantuan mikroorganisme yang spesifik

    (Chairunnisa et al ., 2006). Dalam praktikum ini, fermentasi susu yang dilakukan

     bertujuan untuk menghasilkan produk yang diinginkan khususnya produk susu

    fermentasi seperti yoghurt , kefir dan acidophilus milk .

    Produk susu fermentasi yang pertama adalah  yoghurt . Kata yoghurt  berasal dari bahasa

    Tur ki “ jugurt ” yang artinya “mengental atau terkoagulasi” (Tamime & Robinson, 1999

    dalam Weerathilake et al ., 2014). Yoghurt  biasanya dibuat dari susu sapi, susu kambing,

    susu kerbau, susu domba, dan susu unta. Karakteristik umum dari  yoghurt   adalah

    mempunyai aroma yang segar, tekstur yang lembut dan rasa yang khas yaitu asam dan

    manis. Produk  yoghurt  mengandung paling sedikit 3,25% lemak susu dan 8,25% milk

     solid non fat  (Weerathilake et al ., 2014).

    Pada praktikum pembuatan seluruh produk fermentasi, ( yoghurt , kefir, dan

    achidophillus milk ) mula-mula susu skim dan susu sapi segar dipanaskan secara terpisah

    dalam panci enamel hingga suhunya mencapai 85˚C selama 2 menit  dan diaduk secara

     perlahan. Pemanasan ini tergolong dalam pasteurisasi yang bertujuan untuk mematikan

    sebagian mikroorganisme kontaminan yang ada dalam susu dan menginaktivasi enzim

    yang dapat menghambat berlangsungnya fermentasi  yoghurt . (Weerathilake et al .,

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    6/15

    5

    2014). Waktu pasteurisasi yang dilakukan pada praktikum ini kurang sesuai dengan

    teori, dimana seharusnya pasteurisasi pada suhu 80-85˚C dilakukan selama 30 menit.

    Waktu pasteurisasi yang singkat ini membuka peluang bagi mikroorganisme

    kontaminan untuk tumbuh kembali pada tahap selanjutnya. Meskipun demikian susu

    tidak dapat disterilisasi karena komponen susu akan rusak sehingga sistem emulsi pada

    susu menjadi tidak stabil sehingga lebih mudah memisah selama penyimpanan

    (Rahmawati et al ., 2014). Kemudian setelah dipanaskan, 110 ml susu skim dan 115 ml

    susu sapi dicampur dalam wadah kaca steril dan ditutup rapat. Kemudian susu yang

     berada dalam wadah kaca didinginkan dengan cara direndam dalam baskom berisi air

    hingga tidak terlalu panas. Proses pendinginan dilakukan agar suhu susu tidak terlalu

     panas karena suhu susu yang terlalu panas dapat membunuh kultur  starter . Suhu yang

    disarankan adalah 43-45˚C (Weerathilake et al ., 2014). Lalu kemudian susu ditambah

    dengan kultur  starter sesuai dengan ketentuan per kelompok . Kelompok C1

    meggunakan kultur segar untuk  yoghurt . Kultur segar yang digunakan biasanya

    merupakan kultur campuran atau mixed culture  yang berasal dari bakteri asam laktat

    yaitu  Lactobacillus  bulgaricus  dan Streptococcus  thermophilus  yang bekerja secara

    sinergis. Selama proses fermentasi, Streptococcus thermophilus  dan  Lactobacillus

    bulgaricus  akan mengubah laktosa menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini akan

    menurunkan pH susu yang menyebabkan terjadinya penggumpalan protein susu seiring

    dengan dihasilkannya senyawa volatil yang menimbulkan flavor dan aroma yang khas

     pada yoghurt (Weerathilake et al ., 2014). Sementara itu pada kelompok C2, susu yang

    sudah agak dingin ditambah dengan 25 ml “ plain  yoghurt ” komersial. “ Plain yoghurt ”

    ini diketahui mengandung kultur aktif yang dapat dijadikan sebagai inokulum untuk

    membuat  yoghurt . Selanjutnya, wadah ditutup rapat untuk meminimalkan terjadinya

    kontaminasi.

    Susu yang telah ditambah kultur kemudian diinkubasi pada suhu 42-44˚C selama 1 hari

    sampai terbentuk custard   yang diinginkan. Suhu tersebut merupakan suhu optimal

    untuk pertumbuhan kultur  starter   karena  Lactobacillus  bulgaricus  dan Streptococcus 

    thermophilus yang merupakan mikroorganisme termofilik yang tumbuh baik pada suhu

    43-46˚C. Proses inkubasi ini juga akan memberi waktu pada kultur starter untuk

    memfermentasi laktosa menjadi asam laktat (Weerathilake et al ., 2014). Apabila sudah

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    7/15

    6

    terbentuk gumpalan, maka proses inkubasi dihentikan dan susu diaduk perlahan hingga

    kental merata sehingga dihasilkan yoghurt .

    Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa semua  yoghurt   yang dihasilkan mempunyai

     pH 4,5. Hasil pengamatan ini sudah sesuai dengan Weerathilake et al . (2014) bahwa

    dalam pembuatan  yoghurt  komersial, proses inkubasi akan dihentikan ketika pH telah

    mencapai 4,5-4,6. Rendahnya pH  yoghurt  disebabkan karena selama proses fermentasi

    dihasilkan asam laktat dari pemecahan laktosa yang menyebabkan pH susu menjadi

    turun. Sedangkan dari segi kekentalan,  yoghurt   dari “ plain yoghurt ” komersial lebih

    kental daripada  yoghurt   dari “ fresh culture”. Hal ini dapat terjadi karena protein susu

    yang digumpalkan lebih banyak sehingga yoghurt  yang dihasilkan lebih kental (Sumner

    & Hutkins, 1990).

    Produk fermentasi yang kedua adalah kefir.  Kefir merupakan produk susu fermentasi

    dengan karakteristik  flavor   asam dan mengandung alkohol kadar rendah yaitu sekitar

    1%. Kefir berasal dari daerah pegunungan Caucasian  dan biasanya dibuat dari susu

    sapi, susu kambing atau susu domba (Lengkey et al ., 2013). Pembuatan kefir dilakukan

    dengan cara menambahkan  starter   berupa biji kefir ke dalam susu yang telah

    dipasteurisasi. Biji kefir tersusun dari bakteri asam laktat seperti Streptococcus  lactis,

     Lactobacillus  bulgaricus, dan  yeast . Jenis  yeast   yang digunakan ada yang dapat

    memfermentasi laktosa seperti  Kluyveromyces marxianus  dan ada yang tidak dapat

    memfermentasi laktosa seperti Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces unisporus 

    (CODEX, 2003 dalam Agustina et al ., 2013). Selama proses fermentasi berlangsung,

     bakteri asam laktat akan mengubah laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan pH

    susu turun dan menggumpalkan protein susu. Sementara itu,  yeast  akan memfermentasilaktosa menjadi alkohol dan gas karbondioksida yang menyebabkan kefir berbau

    menyengat. Semakin tinggi konsentrasi  starter   yang ditambahkan maka kadar asam

    laktat dan alkohol yang dihasilkan dalam kefir juga semakin tinggi karena akan semakin

     banyak laktosa yang terurai (Abubakar et al ., 2000 dalam Agustina et al ., 2013).

    Pada praktikum ini,susu yang telah dipanaskan diambil sebanyak 230 ml (kelompok C3)

    dan 210 ml (kelompok C4) dan dituang ke dalam wadah kaca steril kemudian ditutup

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    8/15

    7

    rapat. Susu yang berada dalam wadah kaca didinginkan dengan cara direndam dalam

     baskom berisi air hingga tidak terlalu panas. Pendinginan dilakukan karena suhu susu

    yang terlalu panas dapat membunuh kultur  starter . Suhu yang disarankan untuk

     pembuatan kefir adalah 25˚C (Oner et al ., 2010). Selanjutnya pada kelompok C3, susu

    yang sudah agak dingin ditambah dengan 8% kultur  starter  (20 ml) secara steril untuk

    mencegah terjadinya kontaminasi pada kultur yang dibiakkan. Sementara itu pada

    kelompok C4, susu yang sudah agak dingin ditambah dengan 20 ml “ plain  kefir”

    komersial. Setelah selesai, wadah ditutup rapat untuk meminimalkan terjadinya

    kontaminasi. Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 20-25˚C selama 1 hari sampai

    terbentuk custard   yang diinginkan. Suhu tersebut merupakan suhu optimal untuk

     pertumbuhan kultur starter . Hal ini didukung dengan pernyataan Lengkey et al . (2013)

     bahwa kefir dihasilkan dari fermentasi menggunakan bakteri mesofil dan  yeast   yang

    tumbuh optimal pda suhu ruang. Selain itu inkubasi dilakukan untuk memberi waktu

     pada kultur  starter  untuk mengubah laktosa menjadi asam laktat dan alkohol (Agustina

    et al ., 2013).

    Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa kefir yang dihasilkan mempunyai rentang pH 4-

    4,5. Kefir kelompok C3 memiliki pH 4,5 dan kefir krlompok C4 memiliki pH 4. Hasil

     pengamatan ini sudah sesuai dengan Agustina et al . (2013) bahwa produk kefir

    komersial umumnya mempunyai pH yang berkisar antara 3,8-4,6. Rendahnya pH kefir

    disebabkan karena adanya peningkatan jumlah bakteri asam laktat saat fermentasi,

    sehingga produksi asam laktat juga meningkat dan terakumulasi pada kefir. Sedangkan

    dari segi kekentalan, kefir dari “ fresh culture”  lebih kental daripada kefir dari “ plain

    kefir ” komersial. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas fermentasi dari “ fresh

    culture” lebih baik daripada kefir komersial, sehingga protein susu yang digumpalkanlebih banyak dan kefir yang dihasilkan lebih kental (Agustina et al ., 2013).

    Produk fermentasi yang ketiga adalah acidophilus milk. Acidophilus milk  adalah produk

    susu fermentasi yang mempunyai karakteristik  flavor   asam.  Acidophilus milk   dibuat

    dengan menggunakan  Lactobacillus  acidophilus yang bersifat termofilik. Bakteri ini

    diketahui mempunyai efek therapeutic  yang baik untuk kesehatan. Selain itu strain

     bakteri ini tergolong dalam human intestinal implantable  atau yang lebih dikenal

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    9/15

    8

    dengan probiotik (Amiri et al ., 2010). Menurut De Roos & Katan (1998) dalam Amiri et

    al . (2010), strain  Lactobacillus acidophilus  menjadi sangat aktif ketika ditanamkan

    dalam saluran pencernaan manusia. Selain strain bakteri tersebut, masih ada bakteri

    lainnya yang tergolong dalam human intestinal implantable  antara lain dari genus

     Lactobacilli,  Bifidobacterium, Streptococcus,  Bacillus,  Pediococcus  dan  Leuconostoc.

    Strain bakteri yang tergolong dalam human intestinal implantable  biasanya adalah

     bakteri penghasil asam laktat. Hal ini bisa terjadi karena tidak semua bakteri tahan

    terhadap pH saluran pencernaan yang bersifat asam, sehingga hanya kelompok bakteri

    tertentu saja yang dapat aktif di dalamnya. Selain itu, kelompok bakteri asam laktat juga

    dapat digunakan sebagai probiotik. Hal ini didukung oleh Douglas & Sanders (2008)

    dalam Amiri et al . (2010) bahwa probiotik umumnya berasal dari kelompok bakteri

     penghasil asam laktat, dimana asam laktat yang diproduksi mampu menekan

     pertumbuhan mikroorganisme merugikan dalam saluran pencernaan. Aktivitas probiotik

    semakin meningkat jika dikombinasikan dengan prebiotik seperti inulin dan madu

    karena dapat menstimulasi pertumbuhan strain bakteri menguntungkan di usus (Amiri et

    al ., 2010).

    Pada praktikum pembuatan acidophilus milk , pertama-tama susu skim dipanaskan

    hingga suhunya mencapai 85˚C selama 2 menit. Menurut Harlia et al . (2010), suhu yang

    digunakan sudah cukup untuk mematikan mikroorganisme kontaminan dan

    menginaktivasi enzim yang dapat menghambat berlangsungnya proses fermentasi.

     Namun menurut Junaid et al . (2013), waktu pasteurisasi yang dilakukan kurang tepat

    karena seharusnya susu dipasteurisasi selama 15 menit. Oleh karena itu masih ada

    kemungkinan bagi mikroorganisme kontaminan untuk tumbuh kembali pada tahap

    selanjutnya. Kemudian 245 ml susu skim yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalamwadah kaca steril dan ditutup rapat. Kemudian susu yang berada dalam wadah kaca

    didinginkan dengan cara direndam dalam baskom berisi air hingga tidak terlalu panas.

    Suhu yang disarankan adalah 40-45˚C (Amiri et al ., 2010).

    Selanjutnya pada kelompok C5, susu yang sudah agak dingin ditambah dengan 1%

    kultur  starter   (5 ml) secara steril untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada kultur

    yang dibiakkan. Kultur standar yang digunakan untuk pembuatan pada praktikum ini

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    10/15

    9

    adalah  Lactobacillus  acidophilus  (Amiri et al ., 2010). Setelah selesai, wadah ditutup

    rapat untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi. Kemudian dilakukan inkubasi pada

    suhu 37˚C selama 1 hari sampai terbentuk  smooth curd . Penggunaan suhu tersebut

    sudah sesuai dengan pernyataan Amiri et al . (2010) bahwa acidophilus milk   dibuat

    dengan cara memfermentasikan susu dibawah kondisi yang mendukung pertumbuhan

     bakteri asam laktat yang bersifat termofilik. Selama inkubasi, laktosa akan diubah

    menjadi asam laktat yang dapat menyebabkan koagulasi protein susu. Apabila sudah

    terbentuk gumpalan, maka proses inkubasi dihentikan dan susu diaduk perlahan hingga

    kental merata sehingga dihasilkan acidophilus milk . Gumpalan terbentuk karena adanya

    kontak antara protein susu dengan asam laktat yang dihasilkan oleh kultur starter .

    Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa acidophilus milk   yang dibuat tidak berhasil

    atau gagal. Derajat keasaman yang terukur sebesar 5. Hasil pengamatan ini tidak sesuai

    dengan Junaid et al . (2013) bahwa pH acidophilus milk yang dihasilkan pada hari

     pertama fermentasi adalah 4,5 dan akan terus menurun seiring dengan lamanya waktu

     penyimpanan. Namun pada acidophilus milk tidak terjadi penurunan pH secara

    signifikan. Hal ini dapat disebabkan adanya kontaminasi mikroorganisme lain yang

    menghambat kinerja Lactobacillus acidophilus dalam memfermentasi laktosa (Junaid et

    al ., 2013).

    Jika dibandingkan secara keseluruhan produk susu fermentasi yang dibuat pada

     praktikum ini, maka  yoghurt   dari “ plain yoghurt ” komersial mempunyai kekentalan

    yang paling tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah dan jenis kultur  starter  yang

    digunakan lebih banyak sehingga laktosa yang dipecah lebih banyak dan kadar asam

    laktat yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan produk susu fermentasi lainnya.Sementara kefir yang menggunakan kultur “ plain  kefir” komersial dan achidophilus

    milk  memiliki kekentalan dan pH paling rendah. Pada kefir yang menggunakan kultur

    “ plain  kefir” komersial, ada kemungkinan kultur  starter   yang terinokulasi pada susu

    hanya sedikit sehingga tidak semua protein susu dapat terkoagulasi dengan baik

    (Agustina et al ., 2013). Sementara itu, achidophilus milk nya gagal sehingga kurang

    kental.

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    11/15

    10

    Menurut Chairunnisa et al . (2006), kualitas susu fermentasi dipengaruhi oleh total

     padatan dalam susu, jenis susu yang digunakan, jenis dan jumlah  starter   yang

    digunakan, tingginya kadar protein, serta ada atau tidaknya pemisahan whey. Jenis susu

    yang digunakan, jenis starter  dan konsentrasi starter  yang berbeda dapat menghasilkan

    susu fermentasi dengan kualitas yang berbeda pula. Sedangkan pemisahan whey dalam

     pembuatan susu fermentasi sangat dihindari karena dapat menyebabkan curd   yang

    terbentuk menjadi tidak stabil dan mudah rusak. Pemisahan whey dapat terjadi karena

     beberapa hal seperti suhu penyimpanan terlalu tinggi, rendahnya total padatan dalam

    susu, serta adanya goncangan selama transportasi.

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    12/15

     

    11

    4.  KESIMPULAN

      Beberapa produk yang dihasilkan melalui fermentasi susu adalah yoghurt , kefir dan

    acidophilus milk .

      Prinsip pembuatan produk susu fermentasi adalah memfermentasi susu dengan

    kultur tertentu untuk menghasilkan karakter produk yang diinginkan.

      Yoghurt   dihasilkan menggunakan kultur campuran bakteri asam laktat yaitu

     Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

      Kefir dihasilkan menggunakan kultur campuran dari bakteri asam laktat dan  yeast  

    seperti Streptococcus lactis, Lactobacillus bulgaricus, dan yeast .

     

     Acidophilus milk  menggunakan kultur starter   Lactobacillus acidophilus.

      Strain bakteri yang tergolong dalam human intestinal implantable menjadi sangat

    aktif ketika ditanamkan dalam saluran pencernaan manusia.

      Selama proses fermentasi dihasilkan asam laktat yang dapat mengkoagulasi protein

    susu, serta menimbulkan flavor  dan aroma yang khas pada produk susu fermentasi.

      Yoghurt , kefir dan acidophilus milk  yang baik mempunyai rentang pH sebesar 4-

    4,5.

     

    Yoghurt   dengan kultur “ plain yoghurt ” komersial memiliki tingkat kekentalan

    tertinggi diantara semua produk fermentasi.

      Kualitas susu fermentasi dipengaruhi oleh total padatan dalam susu, jenis susu,

     jenis dan jumlah starter  yang digunakan, serta pemisahan whey.

    Semarang, 2 Juni 2016

    Praktikan, NIM Asisten Dosen

    Kelompok C3 - Tjan, Ivana Chandra

    - Beatrix R. Restiani

    Regina Septie N.

    13.70.0074 

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    13/15

     

    12

    5.  DAFTAR PUSTAKA

    Agustina, L.; T. Setyawardani dan T. Y. Astuti. (2013). Penggunaan Starter Biji Kefir

    dengan Konsentrasi yang Berbeda Pada Susu Sapi Terhadap pH dan KadarAsam Laktat. Jurnal Ilmiah Peternakan, Vol. 1 (1): 254-259.

    Amiri, Z. R.; P. Khandelwal and B. R. Aruna. (2010). Development of Acidophilus

    Milk via Selected Probiotics & Prebiotics Using Artificial Neural Network.

     Advances in Bioscience and Biotechnology 1 (2010): 224-231.

    Chairunnisa, H.; R. L. Balia dan G. L. Utama. (2006). Penggunaan Starter Bakteri Asam

    Laktat pada Produk Susu Fermentasi Lifihomi. Jurnal Ilmu Ternak , Vol. 6 (2):

    102-107.

    Harlia, E.; L.B. Roosita dan S. Deny. (2010).  Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap

     Kandungan Residu Abtibiotik Dalam Air Susu Sapi. Jurusan Teknologi Hasil

    Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran.

    Junaid, M.; I. Javed; M. Abdullah; M. Gulzar; U. Younas; J. Nasir and N. Ahmad.

    (2013). Development and Quality Assessment of Flavored Probiotic

    Acidophilus Milk. The Journal of Animal & Plant Sciences, Vol. 23 (5): 1342-

    1346.

    Lengkey, H. A. W.; J. A. Siwi dan R. L. Balia. (2013). The Effect of Various Starter

    Dosage on Kefir Quality. Lucrări Ştiinţifice-Seria Zootehnie, Vol. 59, pp. 113-

    116.

    Oner, Z.; A. G. Karahan and M. L. Cakmakc. (2010). Effects of Different Milk Types

    and Starter Cultures on Kefir. GIDA, Vol. 35 (3): 177-182.

    Rahmawati, D.; J. Sumarmono dan K. Widayaka. (2014). Pengaruh Metode Pasteurisasi

    dan Jenis Starter yang Berbeda Terhadap pH, Kadar Air dan Total Solid Keju

    Lunak Susu Kambing Peranakan Ettawa.  Jurnal Ilmu Ternak , Vol. 1 (9): 46-51.

    Sumner, S. and R. Hutkins. (1990).  Making Yoghurt at Home. University of Nebraska,

    Institute of Agriculture and Natural Resources. USA.

    Waluyo, L. (2008). Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. UMM Press.

    Malang.

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    14/15

     

    13

    Weerathilake, W. A. D. V.; D. M. D. Rasika; J. K. U. Ruwanmali and M. A. D. D.

    Munasinghe. (2014). The Evolution, Processing, Varieties and Health Benefits

    of Yogurt. International Journal of Scientific and Research Publications, Vol.

    4 (4): 1-10.

    Zubaidah, E.; J. Kusnadi dan P. Setiawan. (2010). Studi Keamanan Susu Pasteurisasi

    yang Beredar di Kotamadya Malang (Kajian Dari Mutu Mikrobiologis dan

     Nilai Gizi). Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 3 (1): 29-34.

  • 8/16/2019 Produk Susu Fermentasi_Regina Septie N_13.70.0074_Kloter C3_UNIKA Soegijapranata

    15/15

     

    14

    6.  LAMPIRAN

    6.1  Laporan Sementara

    6.2  Abstrak Jurnal