Upload
al-amriy-massiq-al
View
118
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Seputar propinsi riau tahun 2007
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 ini dapat diselesaikan.
Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau adalah jendela untuk melihat gambaran
situasi kesehatan di Kepulauan Riau. Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun
2007 ini merupakan lanjutan dari Profil kesehatan sebelumnya yang diterbitkan setiap
tahun sejak tahun 2004.
Informasi yang lengkap akan mempermudah pengambilan keputusan yang tepat
guna dan tepat sasaran dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan
kesehatan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan akan
ketersediaan data yang lengkap dan akurat semakin dirasakan pada saat ini. Menyadari
hal ini, Departemen Kesehatan RI dengan jelas menyatakannya dengan menjadikan
satu dari empat sasaran utama pembangunan kesehatan adalah surveilans, monitoring
dan sistem informasi kesehatan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mewujudkan hal
tersebut antara lain dengan pembenahan pada sistem informasi yang saat ini terus
dikembangkan dengan pemanfaatan perkembangan di bidang teknologi dan informasi.
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) on-line dengan
pembangunan jaringan sampai tingkat kabupaten/kota telah mulai dilaksanakan oleh
Depkes RI sejak tahun 2007. Salah satu bentuk keluaran dari pengelolaan sistem
informasi kesehatan adalah tersusunnya buku profil kesehatan yang memuat data-data
dan informasi kesehatan secara komfrehensif.
Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau memuat data tentang kesehatan dan
data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan antara lain data
kependudukan, keluarga berencana, dan kondisi geografis yang diketahui berkaitan
erat dengan kesehatan. Data yang disajikan kemudian dianalisis dengan analisis
sederhana dan dijabarkan secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan
grafik. Profil kesehatan Provinsi Kepulauan Riau ini diterbitkan dalam rangka
menyediakan sarana untuk perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian
pembangunan kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau yang mengacu kepada Visi
Provinsi Kepulauan Riau Sehat 2010 serta Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi
Kepulauan Riau. Tingkat pencapaian pembangunan kesehatan yang telah dilakukan
akan menjadi dasar tolak ukur untuk menyusun rencana pembangunan berikutnya.
i
Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007 disusun dengan format
baru berdasarkan revisi form lampiran Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan dari
Depkes RI Tahun 2008. Data yang digunakan dalam proses penyusunan profil
kesehatan bersumber dari berbagai sektor baik sektor kesehatan maupun sektor di luar
kesehatan. Agar data yang diperoleh valid dan akurat, maka terhadap data yang telah
dikumpulkan dilakukan pemutakhiran data dengan mengundang perwakilan para
penanggung jawab/pengelola profil kesehatan kabupaten/kota dan pengelola data pada
masing-masing pemegang program Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau.
Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun serta partisipasi dari
semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat
waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan buku profil kesehatan ini diucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya. Akhirnya, besar harapan kami semoga data dan informasi yang
tercantum dalam buku ini dapat bermanfaat baik untuk instansi pemerintah maupun
swasta, serta pengguna data lainnya dalam pengambilan keputusan yang berbasis data
atau untuk referensi data dan informasi di bidang kesehatan.
Tanjungpinang, November 2008
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU MUNZIR PURBA NIP. 140 135 403
ii
PREFACE
Praise and thanks to Allah SWT for the mercy and blessing so that Health Profile
of Riau Islands Province of Year 2007 can be finished. Health Profile of Riau Islands
Province is a window to see picturing situation of health in Riau Islands. This Health
Profile of Riau Islands in year 2007 is an advance of health profile before which is
published every year since in year 2004.
Complete information will easier in making decision effectively and efficiently in
directing purposes and wisdom of health development so that precisely to society
needs. The need of supplying completes and accurate data are importance on this
recent day. Realizes on this case, Health Department Republic of Indonesia clearly
mentions that by integrating one of four main targets of health development are
surveillances, monitoring and health information system. Many efforts are done
continuously to create this case such as by improving information system which
developing in this recent days continuously by using development in information and
technology fields. National Health Information System Development on – line to net
working development in regencies/cities level have already implemented by Health
Department Republic of Indonesia since 2007. One of the out form of health information
system management is managed the health profile book which contents of health data
and information comprehensively.
Health Profile of Riau Islands Province contents data about health and other
supporting data which relates to health such as demography data, family planning, and
known geographic condition which relates to health. Preparing data will analyzed by
using simple analyze and described descriptively and appeared in list and graphic form.
The health profile of Riau Islands Province published in preparing facilities to planning,
controlling, and evaluating achievement of health development in Riau Islands Province
which refers to Vision of Healthy Riau Islands Province 2010 and also Health
Department Strategy Plan of Riau Islands Province. Level of achievement of health
development which has been done will be a basic of measuring rod to manage next
development plan.
Health Profile of Riau Islands Province year 2007 managed by new format base
upon revision form of enclosures Guidance of Health Profile management from Health
Department Republic of Indonesia year 2008. Data used in managing process of health
iii
profile sourced from many sectors, health sectors and beyond health sectors. In order to
get accurate and valid data, so the collected data is done the most up to date data by
inviting manager heath profile of regencies/ cities and data manager on each programs
of health department Riau Islands province.
For the next, developing criticism and suggestions are needed and also
participations of all elements especially in efforts of getting accurate, effective and
efficient data/Information. Thank you to all elements who help and for their contributions
in managing this health profile. Last, we hope that the data and information in this book
can be useful for government instances and private sectors, and also all other data
users in making decision by data or to data and information references in health fields.
Tanjungpinang, November 2008
HEALTH DEPARTMENT CHIEF OF RIAU ISLANDS PROVINCE MUNZIR PURBA NIP. 140 135 403
iv
……
……
……
…
……
…
……
LIST OF CONTENTS
Page
PREFACE iLIST OF CONTENTS vLIST OF TABLES viiLIST OF FIGURES ixLIST OF ANNEX TABLES xi
CHAPTER 1 : INTRODUCTION 11.1 Background ………………………………....……………… 11.2 Objective …………………………………………………… 61.3 Writing Systematic ………………………………………… 7
CHAPTER 2 : GENERAL DESCRIPTION 112.1 Geographic ………………………………………………… 112.2 Demography ……………………………………………… 14
CHAPTER 3 : HEALTH DEVELOPMENT PROGRAM 233.1 Vision ……………………………………………………… 233.2 Mission……………………………………………………… 243.3 Programs and Activities…… …………………………… 27
CHAPTER 4 : HEALTH PROGRAM ACHIEVEMENT 384.1 Mortality Rate……………………………………………… 384.2 Morbidity Rate……………………………………………… 574.3 The Status of Nutrition…………………………………… 96
CHAPTER 5 : HEALTH RESOURCES SITUATION 1085.1 Health Facility……………………………………………… 1085.2 Health Manpower………………………………………… 1205.3 Health Budgeting…………………………………………… 130
CHAPTER 6 : CONCLUSION 136
APPENDIX
vi
DAFTAR TABEL LIST OF TABLES
Tabel Table
2.1 :
Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Human Development index According to Districts/Cities Of Riau Islands Province In Year 2005-2007
Tabel Table
4.1 :
Angka Harapan Hidup Masyarakat Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Life Expectation Of Society In Riau Islands According To Districts/Cities Of Riau Islands Year 2005-2007
Tabel Table
4.2 :
Gambaran/Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Puskesmas Provinsi Kepulauan Riau Pada Tahun 2007 Picturing/10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Of Society Health Center In Riau Islands Province In Year 2007
Tabel Table
4.3 :
Gambaran/pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Baik Rawat Jalan Maupun Rawat Inap di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Picturing 10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Hospitals (Hospitalized And Home Medical Care) In Riau Islands Province Hospitals Year 2007
Tabel Table
4.4 :
Proporsi dan Peringkat ISPA/Sistem Pernafasan sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita Berdasarkan Hasil SKRT 1986, 1992, dan 1995, serta Surkesnas 2001 Proportion and Level Number Of Respiratory Infections/Respiratory System As A Caused Of Infant Mortality and Under five Years Mortality Base Upon Result of SKRT 1986,1992, and 1995, and also National Health Survey 2001
Tabel Table
4.5 :
Proporsi dan Peringkat Penyakit Diare sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita, Tahun 1986, 1992, 1995, dan 2001 Proportion And level Of Diarrea As A Caused Of Infant Mortality And Under Five Years Mortality Rate Year 1986, 1992,1995, and 2001
vii
Tabel Table
4.6
:
KLB Diare Menurut Jumlah Provinsi Dengan KLB, Jumlah Kasus, Meninggal, dan CFR Tahun 1999 – 2003 Diarrhea of Un Usual Insidence refers to number of Provinces with Un Usual Insidence, Number of cases,died and CFR Year 1999 – 2003
Tabel Table
4.7 :
Sepuluh Penyakit Utama Penyebab Kematian Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 10 Main Caused Disease Base Upon Hospital Visiting In Riau Islands Province Year 2007
Tabel Table
5.1 :
Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004-2007 Number of Health Centers According to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007
Tabel Table
5.2 :
Distribusi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling) di kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Distribution of Health Center, Sub Health Center, and Mobile Health Center in Districts/Cities Riau Islands Province Year 2007
Tabel Table
5.3 :
Distribusi Sarana Farmasi di Kepulauan Riau Tahun 2007 Distribution of Pharmacy Facilities in Kepulauan Riau Year of 2007
viii
DAFTAR GAMBAR LIST OF FIGURES
Gambar Picture
2.1 :
Peta Provinsi Kepulauan Riau Kepulauan Riau Province Map
Gambar Picture
4.1 :
Gambaran Angka Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2007 Picturing Number Of Infant Mortality Rate (IMR) to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007
Gambar Picture 4.2 :
Persentase Penyebab Kematian Bayi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage Caused Of Infant Mortality Rate (IMR) In Riau Islands Province Year 2007
Gambar Picture 4.3 :
Tingkat Kematian Balita di Indonesia, 1991 – 2007 Level Of Under Five Years Mortality Rate In Indonesia, 1991 – 2007
Gambar Picture 4.4 :
Penyebab Kematian Ibu Maternal di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Caused Of Maternal Mortality Rate (MMR) In Riau Islands Province Year 2007
Gambar Picture 4.5 :
Perkembangan Jumlah Pengidap HIV yang Terdeteksi di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau sampai Tahun 2007 Developing Number Of HIV Detected In Districts/Cities Of Riau Islands Provinces Until Year 2007
Gambar Picture 4.6 :
Perkembangan Jumlah Penderita AIDS di Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007 Developing Number Of AIDS People In Districts/Cities Of Riau Islands Province Until Year 2007
Gambar Picture 4.7 :
Jumlah Penderita HIV/AIDS yang Meninggal di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007 Number Of HIV/AIDS People Who Died In Districts/ Cities of Riau Islands Provinces Until Year 2007
ix
Gambar Picture
4.8 :
Perkembangan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2007 Developing Cases Of Dengue Haemorrogic Fever (DHF) Of Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 – 2007
Gambar Picture
5.1 :
Distribusi Tenaga Kesehatan di Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage Kinds of Health Manpower In Riau Islands Province 2007
x
DAFTAR TABEL LAMPIRAN LIST OF ANNEX TABLES
Tabel Table 1 :
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Region Area, Total Village, Population, Total Household, and Density of Population by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 2 :
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Population by Sex, Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 3 :
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Population Based on Sex and Age Groups by District/City in Kepulauan Riau Year 2007
Tabel Table 4 :
Persentase Penduduk laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun ke Atas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Male and Female Population 10 Years and Over Specified According to the Highest Level of Education Accomplished and District/City Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 5 :
Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Population 10 Years and Over Able to Read and Write in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 6 :
Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Births and Deaths' Infant and Underfive by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 7 :
Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Maternal Mortality by District/City Kepulauan Riau Province
Tabel Table 8 :
Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Total of Traffic Accident and Ratio of the Wound and Died againt Population Specipied by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007
xi
Tabel Table 9 :
AFP Rate, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 AFP Rate, % of TB Lungs Cured, and Underfive Pneumonia Treated by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 10 :
HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual, DBD Ditangani dan Diare pada Balita Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau HIV/AIDS, Sexual Transmitted Disease, DHF, and Underfive with Diarrhea Treated by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 11 :
Persentase Penderita Malaria Diobati Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of the Cured Malaria Sufferer by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 12 :
Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Leprae Sufferer Complete Medication by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 13 :
Kasus Penyakit Filariasis Ditangani menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Case of Filariasis Disease Treated by district/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 14 :
Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Case and Morbidity of Communicable Disease That Can be Prevented with Immunization by District/City in Kepulauan Riau Year 2007
Tabel Table 15 :
Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Neonatus Visits, Babies and LBW Babies Treated by District/City in Kepulauan Riau Year 2007
Tabel Table 16 :
Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Menurut Kabuapten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Under Five Years Nutritional Status and Number of Sub District with Nutritional Lack by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table
17
:
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4), Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan dan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Pregnant Women Visite (K4) and Delivery Helped by Medical Staff and New-delivery Women by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
xii
Tabel Table 18 :
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Early Detection Coverage of Underfive Growth, Health Check-up for Primary/Junior and High School By District/City In Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 19 :
Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Reproductive Aged Couple, Family Planning (FP) Acceptor , New FP Acceptor and Active FP Acceptor by District/City Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 20 :
Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Family Planning Acceptor by Contraception Type by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 21 :
Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 New Family Planning Service by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 22 :
Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of UCI Village Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 23 :
Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Infant Immunization Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 24 :
Cakupan Bayi, Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Infant, Underfive Accessable Medical Service by District/City in Kepulauan Riau year 2007
Tabel Table 25 :
Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1, Fe3, Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Pregnant Woman Get Fe1, Fe3 by District/City in Kepulauan Riau Year 2007
Tabel Table 26 :
Jumlah Wanita Usia SUbur Dengan Status Imunisasi TT Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Reproductive Women with TT Immunization by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 27 :
Persentase Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang Dirujuk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Blood Supply Access for Pregnant woman and Neonatus Referred by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
xiii
Tabel Table 28 :
Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number and Percentage of High Risk/Complication Pregnant Woman and Neonatal Treated by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 29 :
Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Health Facility with Intensive Care Unit Ability by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 30 :
Jumlah dan Persentase Desa/kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number and Percentage of Outbreak Village Treated Less than 24 Hours by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 31 :
Jumlah Penderita dan kematian serta Jumlah Kabupaten/Kota dan dan Desa Terserang KLB Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Sufferers and Deaths, District/City and Village Got Outbreak in Kepulauan Riau, 2007
Tabel Table 32 :
Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif 6 Bulan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Infant Given Exclusive Breast Feeding for 6 Months by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 33 :
Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium yang Baik Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Village with Good Iodized Salt by District/City in Kepulauan Riau year 2007
Tabel Table 34 :
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Dental and Mouth Service in Health Centre by District/City in Kepulauan Riau year 2007
Tabel Table 35 :
Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Health Elucidation by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 36 :
Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Pre-paid Health Assurance Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 37 :
Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of The Poor Health Service by District/City In Kepulauan Riau year 2007
xiv
Tabel Table 38 :
Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Labor Health Service for Formal Employee by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 39 :
Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Health Service Coverage to Pre Elderly and Elderly by District/City In Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 40 :
Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Mendapat Kapsul Yodium menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Coverage of Reproductive Aged Women (WUS) Receive Iodine by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 41 :
Persentase Donor Darah Skrining Terhadap HIV/AIDS Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Blood Donor Screening to HIV/AIDS by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 42 :
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Outpatient Visit, Inpatient, Mental Disorder Service at Health Facility by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 43 :
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Health Facilities by Medical Laboratory Capability and Having 4 Basic Specialists by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 44 :
Ketersediaan Obat Sesuai dengan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Dasar Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Avaibility of Medicines According to Basic Health Service Need in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 45 :
Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Household Live Clean and Healthy by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 46 :
Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number and Percentage of Integrated Service Post (Posyandu) by Strata and District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 47 :
Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Healthy House by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
xv
Tabel Table 48 :
Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Families Have Access to Clean Water by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 49 :
Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Families with Basic Sanitation Facilities Ownership by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 50 :
Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Healthy Public Place and Food Handling (TPUM) by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 51 :
Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of Institution Being Built for Environment Health by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 52 :
Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Percentage of House/Building Checked and Free of Aides Larva by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Tabel Table 53 :
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 The Distribution of Health Personnel by Work Unit in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 54 :
Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Health Personnel at Health Service Facilities in Kepulauan Riau Province year 2007
Tabel Table 55 :
Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 56 :
Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Pharmacist and Nutritionist at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 57 :
Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Nursing Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
xvi
Tabel Table 58 :
Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Public Health and Sanitarian Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 59 :
Jumlah Tenaga Teknis Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Technique Personnel at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 60 :
Anggaran Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Health Budgeting in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 61 :
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Public Health Service Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 62 :
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Community-Based Health Effort (UKBM) Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel Table 63 :
Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Indicators of Hospitals Service by District/City in Kepulauan Riau Province year 2007
xvii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan
merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Konsep
pembangunan nasional harus
berwawasan kesehatan yaitu dengan
memperhitungkan dengan seksama
berbagai dampak positif maupun
negatif setiap kegiatan terhadap
kesehatan masyarakat. Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan mutu sumber daya
manusia yang sehat, cerdas dan
produktif, serta mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan komitmen yang
tinggi terhadap kemanusiaan dan
etika, dan dilaksanakan dengan
semangat pemberdayaan dan
kemitraan yang tinggi.
Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan baik oleh pemerintah
maupun masyarakat termasuk swasta
harus diselenggarakan secara adil
dan merata. Sebagaimana
diamanatkan dalam amandemen UUD
1945 pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan
1.1 Back Ground
Health Development is
integral part of National
Development. National Developing
Concept should have perception of
health, which is by estimating
accurately many positives and
negatives impact on every activity
to society health. Health
Development purposed to improve
quality of human resources which
health, smart, and productive, and
also able in keeping and improve
society health by high commitment
to humanity and ethics and
implemented by spirit of high
motivation and partnership.
Implementation of good
health services should be done
fairly and smoothly by government,
society including private sectors.
As stated on Amendment UUD
1945, Section 28 H, Article 1 that
every people has a rights for
prosperous life, better place for
BAB I PENDAHULUAN INTRODUCTION
1Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
bathin, bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Jaminan
pemeliharaan kesehatan
dikembangkan terus untuk menjamin
terselenggaranya pemeliharaan
kesehatan yang lebih merata dan
bermutu, serta dengan harga yang
terkendali.
Pembangunan kesehatan di
Indonesia terus ditingkatkan dengan
melaksanakan berbagai upaya dalam
rangka meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Reformasi
bidang kesehatan terus digalakkkan
untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, efektif,
efisien dan terjangkau masyarakat.
Berbagai terobosan baru dilaksanakan
pemerintah baik di Pusat maupun
Daerah dengan mengarahkan
pembangunan kesehatan yang
langsung membidik sasaran yang
menjadi permasalahan kesehatan.
Pelayanan langsung yang menyentuh
kebutuhan masyarakat menjadi
perhatian utama. Hal ini dapat kita
lihat dengan program-program
pemerintah yang memberi jaminan
pelayanan kesehatan kepada semua
lapisan masyarakat khususnya
masyarakat dengan kemampuan
ekonomi kurang mampu dengan
living, and live in good and health
environment and also has a rights
to get good health services. Health
care guarantee is continue
developed in order to guarantee
the implementation of quality,
smoothly and controllable price of
health care.
Health Development in
Indonesia should improved
continuously by doing many efforts
in improving health and prosperity
of society. Reformation in health
department should improve quality,
effective, efficient, and affordable
of health services continuously.
Many new penetrations is done by
central and regional government
by pointing health development
directly to the main problem of
health. Direct services which touch
society need is the main attention.
In this case, we can see from
government programs which
guarantee service of health to all
aspects of societies especially
society in low standard of
economic by giving them Health
Insurance System for poor people
which called Society Health
Guarantee. And also in some
region, Regional Government give
2Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
sistem asuransi kesehatan
masyarakat miskin yang saat ini
namanya menjadi jaminan kesehatan
masyarakat (jamkesmas). Begitu juga
beberapa pemerintah daerah yang
memberikan pelayanan kesehatan
gratis bagi masyarakatnya sebagai
bukti kepedulian pemerintah untuk
menyediakan pelayanan kesehatan
yang terjangkau.
Namun demikian, walaupun
sudah dicapai banyak kemajuan tetapi
bila dibandingkan dengan beberapa
negara tetangga, keadaan kesehatan
masyarakat Indonesia masih
tertinggal. Angka kematian ibu dan
bayi misalnya, Indonesia berada
diurutan atas di antara negara-negara
anggota South East Asia Medical
Information Center (SEAMIC).
Indikator yang digunakan
dalam menilai pencapaian Indonesia
Sehat 2010 dan juga Kepulauan Riau
Sehat meliputi (1) Indikator derajat
kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang
terdiri atas indikator-indikator untuk
mortalitas, morbiditas, dan nutritional
gizi; (2) Indikator Hasil Antara, yang
terdiri atas indikator-indikator untuk
Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup,
Akses dan Mutu Pelayanan
Kesehatan; serta (3) Indikator Proses
dan Masukan, yang terdiri atas
indikator-indikator untuk pelayanan
free health services for people as a
proof that government care to
prepare affordable health services.
However, even many good
achievements are reached but if
we compare to our neighbor
country, condition of Indonesian
health is left behind. For example:
Mortality Rate mother and baby in
Indonesia stay on the top among
South East Asia Medical
Information Center (SEAMIC).
Indicator used in
evaluating achievement of
Indonesia Health 2010 and also
Riau Islands Health are (1)
indicator status of health as a last
result, which consists of indicators
for mortality, morbidity, and
nutritionals nutritional; (2) Indicator
result in between, which consists
of indicators for environment
condition, life behavior, access and
quality of health services; and (3)
Indicators of process and
incoming, which consists of
3Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
kesehatan, sumber daya kesehatan,
manajemen kesehatan, dan kontribusi
sektor terkait.
Evaluasi pencapaian
pelaksanaan untuk mengetahui
perkembangan derajat kesehatan
masyarakat perlu dilakukan setiap
tahunnya. Hal ini selain untuk
mengetahui manfaat dan dampak dari
penyelenggaraan program dan
kegiatan pembangunan kesehatan
juga untuk menentukan arah, program
dan kegiatan pembangunan
kesehatan yang tepat guna dan tepat
sasaran. Selain untuk evaluasi hasil,
juga dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menghambat
pencapaian hasil pembangunan
kesehatan yang diharapkan.
Peranan data dan informasi
dalam bidang kesehatan semakin
memegang peranan penting.
Informasi yang tepat waktu akan
memungkinkan untuk dapat
mengambil keputusan dan kebijakan
yang tepat waktu dan tepat sasaran.
Informasi yang kurang akurat dan
lambat dapat dipastikan akan
memperlambat pengambilan
keputusan. Akibatnya permasalahan
kesehatan akan semakin menumpuk
dan berbagai penyakit sudah
menyebar luas di masyarakat.
indicators for health services,
health resources, health
management, and contribution of
related sectors.
Evaluation achievement of
implementation to know about
developing health status of people
is needed to be done every year.
In this case, beside to know the
advantages and the impacts of
programs and activity of health
development is to directing
programs and make effective and
main objectives the activity of
health development. And it also to
know influenced and disturbances
factors in achieving result of health
development.
Information and data in
health department hold an
important role. Accurate and recent
information will possible to take
decisions and wisdoms right on
time. Un accurate and slow
information can be sure late
decision making. As a result,
health problem will pile up and
many diseases spread out in
society. The importance of data
and this information is cleared in
main strategy of health
development, where one of it is
4Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
Pentngnya data dan informasi ini
ditegaskan dalam strategi utama
pembangunan kesehatan, dimana
salah satunya adalah peningkatan
sistem surveilens, monitoring dan
informasi kesehatan. Profil Kesehatan
Provinsi Kepulauan Riau sebagai
salah satu sarana yang dapat
digunakan sebagai jendela untuk
melihat pencapaian derajat kesehatan
Provinsi Kepulauan Riau dan
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimum (SPM) bidang
kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi
Kepulauan Riau disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik serta
dilengkapi dengan analisis diskriptif.
Keterbatasan dalam menganalisis ini
sebagian besar karena kesulitan
memperoleh data yang akurat dan
konsisten.
Sistematika penyusunan Profil
Kesehatan provinsi Kepulauan Riau
ini mengacu pada Pedoman
Penyusunan Profil Kesehatan yang
diterbitkan Depkes RI tahun 2004 dan
SKN yang meliputi aspek (1)
demografi dan geogarfi; (2) derajat
kesehatan meliputi angka kematian,
kesakitan, dan nutritional gizi
masyarakat; (3) penyelenggaraan
sistem kesehatan, meliputi upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan,
improving surveillance, monitoring,
and health information systems.
Health profile of Riau Islands
Province as a one of facility which
is used as a window to see
achievement status of health
according to Health Minimum
Serves Standard. Health profile of
Riau Islands Province is prepared
in list and graphic form and also
completed by descriptive analyzes.
Most of the limitation in this
analyze is inconsistent and un
accurate data informed.
Systematical Management
Health Profile of Riau Islands
Province is based on Management
Guidance Health profile which
issued by Republic of Indonesia
Health department Year 2004 and
SKN which involve aspects of : (1)
demography and geography, (2)
status of health including Mortality
Rate, Morbidity Rate, and
nutritional nutritional of society, (3)
implementation of health system,
5Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
sumber daya manusia kesehatan,
obat dan perbekalan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan
manajemen kesehatan.
1.2 Tujuan 1.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan
Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2007 adalah diperolehnya
gambaran derajat kesehatan
masyarakat Kepulauan Riau yang
merupakan keluaran dari pelaksanaan
pembangunan kesehatan di Provinsi
Kepulauan Riau sampai tahun 2007.
1.1.2 Tujuan Khusus 1. Diperolehnya gambaran umum
keadaan geografis,
kependudukan, tingkat
pendidikan, dan lingkungan di
Provinsi Kepulauan Riau tahun
2007.
2. Diketahuinya Visi, Misi, Kebijakan
serta Program - program
Pembangunan Kesehatan di
Provinsi Kepulauan Riau tahun
2006.
3. Diketahuinya pencapaian
pembangunan kesehatan di
Provinsi Kepulauan Riau tahun
2007.
4. Diketahuinya situasi sumber daya
including efforts of health, health
financing, human resource health,
medicine and supplies of health,
motivation of people and health
management.
1.2. Aim
1.1.1 General Aim
General aim of managing
Health profile of Riau Islands
Province 2007 is to get a picture
about health status of Riau Islands
society which come out from
implementation of health
development in Riau islands
Province Year 2007.
1.3.2 Special Aim
1. To get general picture of
geographic conditions,
demography, and environment
in Riau Islands Province Year
2007.
2. Known the vision, mission,
wisdom and Health
development Programs in Riau
Islands Province Year 2006.
3. Known the achievement of
Health Department in Riau
Islands Province Year 2007.
4. Known the situation of Health
6Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
kesehatan di Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2007.
5. Diketahuinya permasalahan-
permasalahan yang dihadapi
dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di
Provinsi Kepulauan Riau tahun
2007.
6. Terdokumentasikannya data dan
informasi derajat kesehatan
masyarakat Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2007.
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penyajian Profil
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2007 ini mengacu kepada
Buku Pedoman Penyusunan Profil
Kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat
Data dan Informasi Departemen
Kesehatan RI. Adapun susunan
penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan tentang
maksud dan tujuan penyusunan Profil
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
tahun 2007 dan sistematika dari
penyajiannya.
Resources in Riau Islands
Province Year 2007.
5. Known the problems in
implementing of health
development in Riau Islands
Province Year 2007.
6. Documented data and status
of health society information in
Riau Islands Province Year
2007.
1.4 Systematical Writing
This systematical
preparation Health Profile of Riau
islands Province Year 2007 based
on Guidance Management of
Health Profile Book which issued
by Central Data and Information of
Health Department Republic of
Indonesia. And the systematical
writing as follows :
CHAPTER I INTRODUCTION
This chapter contents explanation
of intents and aims of Health
profile Riau Islands Province Year
2007 and systematic preparation.
7Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
BAB II GAMBARAN UMUM Bab ini menyajikan tentang gambaran
umum Provinsi Kepulauan Riau.
Selain uraian tentang letak geografis,
administratif dan informasi umum
lainnya, bab ini juga mengulas faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan dan faktor-faktor lainnya
meliputi kependudukan, pendidikan,
sosial budaya dan keadaan
lingkungan.
BAB III PROGRAM KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang visi, misi,
arah kebijakan, program dan kegiatan
pokok serta target yang direncanakan
oleh Provinsi Kepulauan Riau untuk
menuju Provinsi Kepulauan Riau
Sehat 2010.
BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang derajat
kesehatan yang merupakan dampak
dari pelaksanaan program dan
kegiatan yang dilakukan Provinsi
Kepulauan Riau dalam
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang
meliputi angka mortalitas (meliputi
angka kematian bayi, angka kematian
ibu, angka kematian balita), angka
CHAPTER II GENERAL
PICTURES
This chapter describes about
general pictures of Riau Islands
Province. Beside the explanation
about geography, administrative,
and other general information, this
chapter also describes influence
factors to health and other factors
such as demography, education,
social – culture, and environment
condition.
CHAPTER III HEALTH
PROGRAMS
This chapter describes about
vision, mission, direct wisdoms,
programs and main activities and
also planning target by Riau
islands Province towards Province
of Riau Islands Health 2010.
CHAPTER IV SITUATION OF
HEALTH STATUS
This chapter describes about
status of health which has impact
from implementation programs and
activity which has been done by
Riau islands Province in
implementing health services to
society including number of
mortality (consists of mortality rate
babies, maternal mortality rate,
and under five years mortality
8Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
morbiditas beberapa penyakit yang
menjadi perhatian utama baik pada
tataran Daerah, Nasional dan
Internasional, serta nutritional gizi
masyarakat khususnya untuk
kelompok yang rentan terhadap
permasalahan gizi seperti anak balita,
bayi, wanita usia subur dan ibu hamil.
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang keadaan
sumber daya kesehatan di Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2007 yang
meliputi sarana kesehatan, sumber
daya tenaga kesehatan, dan sumber
daya biaya untuk pembangunan
kesehatan.
BAB VI KESIMPULAN Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-
hal penting yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari profil
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
tahun 2006. Selain keberhasilan-
keberhasilan yang perlu dicatat, bab
ini juga mengemukakan hal-hal yang
dianggap masih kurang dalam rangka
upaya menuju Provinsi Sehat.
death), morbidity number of some
diseases as a main attention of
regional, national, and
international, also society
nutritionals nutritional especially for
a susceptible group of nutritional
problems such as children under
five years old, babies, productive
women, and pregnant women.
CHAPTER V SITUATION OF
HEALTH RESOURCES
This chapter contents condition of
Health Resources in Riau Islands
Province Year 2007 which consists
of health facilities, health human
resources, and budget resources
to health development.
CHAPTER VI CONCLUSION
This chapter contents about
importance things which need to
understand and further stepped on
from Health profile of Riau Islands
Province Year 2006. Beside
achievements noted, this chapter
also describes many weakness
towards Health Province.
9Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab I Pendahuluan
LAMPIRAN Lampiran profil kesehatan Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2007 mengacu
kepada pada data lampiran yang
disusun oleh Pusat Data dan
Informasi Departemen Kesehatan RI
dimana pada tahun 2008 ini
mengalami revisi kembali.
ENCLOSURE
Enclosure of Health Profile Riau
Islands Province Year 2007 based
on enclosure data which managed
by central information and data
Health Department Republic of
Indonesia which has revised in
year 2008.
10Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab II Gambaran Umum
BAB II GAMBARAN UMUM GENERAL DESCRIPTION
2.1 Geografis 2.1 Geography Provinsi Kepulauan Riau dibentuk
pada tahun 2002 yang didasarkan pada
UU Nomor 25 tahun 2002 dan secara
defenitif berjalan sejak tahun 2004.
Provinsi Kepulauan Riau merupakan
provinsi yang ke-32 di Indonesia.
Secara administratif sampai dengan
tahun tahun 2007, Provinsi Kepulauan
Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota,
304 desa/kelurahan, dan 45 kecamatan.
Nama-nama kabupaten/kota tersebut
yaitu (1) Kabupaten Bintan ibukotanya
Bintan Bunyu; (2) Kabupaten Karimun
dengan ibukotanya Tanjung Balai
Karimun; (3) Kabupaten Natuna
ibukotanya Ranai; (4) Kabupaten Lingga
ibukotanya Daik; (5) Kota Tanjung
Pinang ibukotanya Tanjungpinang, dan
(6) Kota Batam ibukotanya Batam.
Riau Islands Province
established in year 2002 based on
Law Number 25 Year 2002 and
definitively walked on since 2004.
Riau Islands Province is a 32nd
Province in Indonesia.
Administratively until 2007, Riau
Islands Province consists of 4
Districts and 2 Cities, 304 Political
District Administration/Villages, and
45 Sub Districts. Names of these
Districts/Cities are : (1) Bintan
Regency and its capital regency is
Bintan Bunyu; (2) Karimun Regency
and its capital regency is Tanjung
Balai Karimun; (3) Natuna regency
and its capital regency is Ranai; (4)
Lingga Regency and its capital
regency is Daik; (5) Tanjungpinang
City and its capital city is
Tanjungpinang; (6) Batam City and
its capital city is Batam.
Secara geografis Provinsi
Kepulauan Riau terletak pada 07
Geographically Riau Islands
Province placed on 0719’ North
Latitude and 04’ South Latitude and
also between 103 3’ east longitudinal
until 110 00’ east longitudinal.
o19’
Lintang Utara dan 0040’ Lintang Selatan
serta antara 10303’ Bujur Timur sampai
dengan 110000’ Bujur Timur.
11
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab II Gambaran Umum
12Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
- Sebelah utara - Northern
: Berbatasan dengan Negara Vietnam dan Kamboja Borders on Vietnam and Cambodia
- Sebelah selatan - Southern
: Berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Jambi Borders on Bangka belitung Province and Jambi Province
- Sebelah barat - Western
: Berbatasan dengan negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau Borders on Singapore, Malaysia, and Riau Province
- Sebelah timur - Eastern
: Berbatasan dengan Negara Malaysia Timur dan Provinsi Kalimantan Barat. Borders on East Malaysia and West Kalimantan Province
Peta wilayah administrasi Provinsi
Kepulauan Riau, dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut ini :
Map of territorial administration of Riau
Islands Province, can see from
picture 2.1 below :
Provinsi Kepulauan Riau
merupakan daerah kepulauan yang
terdiri atas pulau besar dan kecil kurang
lebih 2.408 buah. Pulau yang berhasil
diidentifikasikan berdasarkan
kepemilikian kabupaten/ kota baru
sebanyak 1.795 pulau, sisanya
diperkirakan pulau-pulau yang belum
bernama dan belum berpenghuni. Luas
total wilayah Provinsi Kepulauan Riau
adalah 251.810,71 km2 terdiri dari luas
lautan 241.215,30 km2 (95,79%), dan
luas daratan 10.595,41 km2 (4,21%).
Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan
Riau meliputi yaitu :
Riau Islands Province is an
archipelago which contents 2.408 big
and small islands. Identified islands
based on Districts/Cities owner is
about 1.795 islands, the rest is
unidentified and un inhabitant. The
total large of territorial Riau Islands
Province is 251.810.71 km2 which
consists of wide ocean 241.215,30
km2 (95,79%) and wide of land is
10.595.41 km2 (4,21%). Territorial
borders of Riau Islands Province are:
Bab II Gambaran Umum
13Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Gambar Peta Provinsi Kepulauan Riau 2.1 : Map of Kepulauan Riau Province Figure
Bab II Gambaran Umum
14Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
2.2 Kependudukan 2.2 Demography
Penduduk selain menjadi objek
tetapi juga sekaligus subjek dari
pelaksanaan pembangunan. Penduduk
yang tangguh, mandiri, dan berkualitas
tentu akan menjadi pelaku
pembangunan yang handal yang dapat
mewujudkan tujuan pembangunan
nasional yaitu tercapainya masyarakat
yang adil, sejahtera, aman dan makmur.
Dalam upaya mewujudkan hal tersebut,
keadaan masyarakat yang sehat akan
menjadi salah satu prasyarat untuk
dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang cakap dan kompeten
dalam melaksanakan berbagai
pembangunan di seluruh elemen
masyarakat yang secara
berkesinambungan akan meningkatan
perekonomian masyarakat.
People or society is an object but
it also being a subject of
implementation development. Tough
society, autonomous, and qualified
will be good in playing development
role in goal National Development.
That is reached the fairly society,
prosperous, safety, and prosperity.
On efforts of it, conditions of health
society will be one of condition to
create smart and competence human
resource in implementing many kinds
of development in all aspects of
societies continuously and will
improve economics society it self.
2.2.1 Jumlah Penduduk 2.2.1 Number of people
Jumlah penduduk Provinsi
Kepulauan Riau dari tahun ke tahun
menunjukkan adanya peningkatan. Hal
ini dimungkinkan karena beberapa
kabupaten/kota di Provinsi Kepualuan
Riau merupakan daerah industri dan
pertambangan sehingga menjadi salah
satu daerah tujuan utama para pencari
kerja dari seluruh Indonesia. Jika
Number of people in Riau Islands
Province increasing every year. This is
because some of Districts/Cities in
Riau Islands Province is an industrial
and mining areas. So that it will be a
main target of job finder from all over
Indonesia. Number of people in year
2006 is 1.337.863 life, in year 2007
become 1.392.918 life. It means
Bab II Gambaran Umum
15Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
dibandingkan dengan jumlah penduduk
pada tahun 2006 yang berjumlah
1.337.863 jiwa maka pada tahun 2007
jumlah penduduk menjadi 1.392.918
jiwa. Hal ini berarti terjadi pertambahan
penduduk sebesar 4,12%. Pertambahan
penduduk pada tahun 2007 ini jika
dibandingkan dengan tahun 2006
tergolong relatif menurun dimana terjadi
pertambahan penduduk sebesar 9,5%
dari tahun 2005 ke tahun 2006.
Penurunan ini kemungkinan sebagai
hasil dari semakin ketatnya peraturan
kependudukan yang diterapkan oleh
Kota Batam yang memang merupakan
kota tujuan utama pencari kerja di
Provinsi Kepulauan Riau. Data jumlah
penduduk yang lebih rinci dapat dilihat
pada tabel lampiran 1.
2.2.2 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Rasio Jenis Kelamin adalah
perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dengan jumlah penduduk perempuan
per 100 penduduk perempuan. Data
mengenai rasio jenis kelamin berguna
untuk pengembangan perencanaan
pembangunan yang berwawasan
gender, terutama yang berkaitan
dengan perimbangan pembangunan
laki-laki dan perempuan secara adil.
Misalnya, karena adat dan kebiasaan
increasing about 4,12%. If we compare
growth of people in year 2007 and
year 2006 is relatively low. While in
year 2005 to year 2006, number of
people increased 9,5%. This
decreased may be as a result of tight
demography regulation made by
Batam City that is main aim of job
finder in Riau Islands Province.
Number of data people, specifically can
see on the list of enclosure 1.
2.2.2 Sex Ratio
Sex Ratio is comparison number
of male and female per 100 female.
Data about sex ratio is used to
developing plan of development
gender, especially relates to
balancing of male and female
development averagely. Such as,
traditionally and conventionally male
should get higher education than
female, then in developing of
education of gender we must count
Bab II Gambaran Umum
16Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
jaman dulu yang lebih mengutamakan
pendidikan laki-laki dibanding
perempuan, maka pengembangan
pendidikan berwawasan gender harus
memperhitungkan kedua jenis kelamin
dengan mengetahui berapa banyaknya
laki-laki dan perempuan dalam umur
yang sama. Informasi tentang rasio jenis
kelamin juga penting diketahui untuk
perencanaan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan peran perempuan
dalam pembangunan kesehatan.
Komposisi penduduk Provinsi
Kepulauan Riau pada tahun 2007 jika
dilihat berdasarkan jenis kelamin (sex
ratio) menunjukkan bahwa jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dari
jumlah penduduk pria (sex ratio = 96).
Kabupaten/kota yang jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah laki-laki adalah Kota
Batam (sex ratio = 84). Komposisi
penduduk yang lebih banyak jumlah
penduduk perempuan ini kemungkinan
disebabkan bahwa mayoritas industri di
Provinsi Kepulauan Riau khususnya
Kota Batam bergerak di bidang
elektronika dan garmen yang banyak
mempekerjakan karyawan wanita.
Rincian data rasio jenis kelamin menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel
lampiran 2.
the balancing number of male and
female. Information about Sex Ratio
is importance to know to plan health
development for improving
participation of female in health
development.
Composition of Riau Islands
Province population in year 2007, if
we look from sex ratio point of view
shows that number of female is more
than number of male (sex ratio=96).
Districts/Cities which have more
number of female than number of
male is Batam city (sex ratio=84).
Composition number of female is
more than number of male in Riau
Islands Province especially in Batam
City is caused by majority industries
in that area are electronics and
garments. Detail data of Sex Ratio
refers to Districts/Cities can be seen
on list of enclosure 2.
Bab II Gambaran Umum
17Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
2.2.3 Rasio Beban Tanggungan
Penduduk muda berusia di bawah
15 tahun umumnya dianggap sebagai
penduduk yang belum produktif karena
secara ekonomis masih tergantung
pada orang tua atau orang lain yang
menanggungnya. Selain itu, penduduk
berusia diatas 65 tahun juga dianggap
tidak produktif lagi sesudah melewati
masa pensiun. Penduduk usia 15-64
tahun, adalah penduduk usia kerja yang
dianggap sudah produktif. Atas dasar
konsep ini dapat digambarkan berapa
besar jumlah penduduk yang tergantung
pada penduduk usia kerja. Meskipun
tidak terlalu akurat, rasio
ketergantungan semacam ini
memberikan gambaran ekonomis
penduduk dari sisi demografi. Rasio
ketergantungan dapat digunakan
sebagai indikator yang secara kasar
dalam menunjukkan keadaan ekonomi
suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negara yang sedang
berkembang. Semakin tingginya
persentase rasio ketergantungan
menunjukkan semakin tingginya beban
yang harus ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase rasio ketergantungan yang
2.2.3 Burden Ratio
Young people under 15 years
old, generally is taken as
unproductive people. In
economically, they are depend on
their parents or some one else as a
care taker of them. Beside that,
retired persons above 65 years old
are also called unproductive. People
between 15-64 years old is called
productive age. Base upon this
concept can get the pictures of how
big number of burdens people to
productive age. Thus, un accurately
burden ratio picturing economic from
demography point of view. Burden
Ration can be used as indicator
roughly in showing condition
economic of a country whether
develop or developing countries. The
higher Burden ratio shows the higher
burden of productive age in spending
the un productive and haven’t
productive people yet.
Bab II Gambaran Umum
18Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
semakin rendah menunjukkan semakin
rendahnya beban yang ditanggung
penduduk yang produktif untuk
membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari BPS Provinsi Kepulauan Riau
dilihat bahwa rasio beban tanggungan di
Provinsi Kepulauan Riau adalah
sebesar 45%. Hal ini berarti bahwa
setiap 100 orang yang bekerja
mempunyai beban tanggungan sekitar
45 orang yang tidak bekerja. Sementara
itu beban rasio tanggungan nasional
pada tahun 2005 dilaporkan adalah
sebesar 53%. Hal ini menunjukkan
bahwa beban rasio Provinsi Kepulauan
Riau kemungkinan besar dibawah
angka nasional. Beban rasio menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel
lampiran 2.
2.2.4 Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk atau disebut
juga distribusi penduduk menurut
tempat tinggal. Distribusi penduduk
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
persebaran penduduk secara geografis
dan persebaran penduduk secara
administratif, disamping itu ada
persebaran penduduk menurut
Base upon data gets from
Statistic Central Department of Riau
Islands Province seen that burden
ratio of every 100 people who work
burden about 45 unoccupied people
while National Burden Ratio in year
2005 is reported about 53%. This
case shows that the possibilities of
burden ratio in Riau Islands Province
is under National number. Burden
Ratio refers to Districts/Cities can be
seen on list of enclosure 2.
2.2.4 Distribution Of Population
Spread out population or also
mentioned as a distribution of
population is according to where they
live. Distribution of population is
divided into 2 categories, they are:
distribution of population
geographically and distribution of
population administratively.
Bab II Gambaran Umum
19Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan
kota. Secara Naisonal permasalahan
yang sering dihadapi berkaitan dengan
persebaran penduduk secara geografis
sejak dahulu hingga sekarang adalah
persebaran atau distribusi penduduk
yang tidak merata. Persebaran
penduduk ini berkaitan erat dengan
kepadatan penduduk di suatu wilayah.
Tingginya kepadatan penduduk di suatu
wilayah berkaitan erat dengan daya
dukung suatu wilayah.
Tingkat kepadatan penduduk di
Provinsi Kepulauan Riau pada tahun
2007 sebesar 131 jiwa/km2. Angka ini
menunjukkan adanya peningkatan jika
dibandingkan dengan kepadatan
penduduk pada tahun 2006 yang hanya
126 jiwa/km2. Permasalahan persebaran
penduduk yang dihadapi di Provinsi
Kepulauan Riau tidak jauh berbeda
dengan permasalahan Nasional yaitu
persebaran penduduk yang tidak
merata. Kota Batam dan Kota
Tanjungpinang merupakan daerah
dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu
masing-masing sebesar 903 jiwa/km2
dan 743 jiwa/km2. Dibandingkan
dengan kepadatan penduduk pada
tahun 2006, Kota Batam menunjukkan
adanya peningkatan kepadatan
penduduk yang cukup signifikan yaitu
dari 852 jiwa/km2 menjadi 903 jiwa/km2,
Classifying distribution of population
according to where they live; villages
and cities. Nationally, problems faced
in this recent days related to
distribution of population
geographically, they spread out
unfairly.
Distribution of population relates
to population density in a territorial.
The high of population density in a
territorial relates to the supporting
facilities of a territorial. Level of
population density in Riau Islands
Province year 2007 is 131 life/km2.
This number shows that there is an
improvement if compare to
population density in year 2006 that’s
only 126 life/km2. Distribution of
population problems which faced by
Riau Islands Province is not different
with National problems that’s unfairly
distribution of population. Batam City
and Tanjungpinang City is the higher
region about 903 life/km2 and 743
life/km2 compare to population
density in year 2006, Batam City
shows there is an increasing in
population density significantly that is
Bab II Gambaran Umum
20Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
demikian juga halnya dengan Kota
Tanjungpinang walaupun peningkatan
kepadatan penduduk tidak setajam Kota
Batam yaitu dari 721 jiwa/km2 menjadi
743 jiwa/km2 pada tahun 2007. Tingkat
kepadatan penduduk yang paling
rendah adalah Kabupaten Natuna dan
Lingga yaitu masing-masing 35 jiwa/km2
dan 41 jiwa/km2.
2.2.5 Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) adalah pengukuran perbandingan
dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup untuk
semua negara seluruh dunia. IPM
digunakan untuk mengklasifikasikan
apakah sebuah negara adalah negara
maju, negara berkembang atau negara
terbelakang dan juga untuk mengukur
pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi
terhadap kualitas hidup. Batasan untuk
klasifikasi negara maju adalah nilai IPM
diatas 0.800. Pada tahun 2005,
Indonesia menempati urutan 110 dari
177 negara, dengan indeks 0.697, turun
dari posisi sebelumnya di urutan 102
dengan indeks 0.677 pada tahun 1999.
Posisi ini cukup jauh dibandingkan
negara-negara tetangganya, seperti
Malaysia (urutan 61/0.796), Thailand
(urutan 73/0.778), Filipina (urutan
from 852 life/km2 become 903
life/km2, as same as Tanjungpinang
City, even the increasing of
population density not as shape as
Batam City that is from 721 life/km2
become 743 life/km2 in year 2007.
The lower level of population density
is in Natuna and Lingga Districts;
35 life/km2 and 41 life/km2 of each.
2.2.5 Human Development Index
Human Development Index is
measurement comparison of
expecting life, un illiteracy, education
and standard of living for all countries
in the world. HDI is used to classified
whether develop, developing or un
developing countries. And also to
measure influences of economic
wisdoms for quality of life. Limitation
to classify develop country is the HDI
above 0,800. In year 2005, Indonesia
at the position number 110 of 177
countries with the HDI 0,697, stay
lower from the position before that is
at the position number 102 with HDI
0,677 in year 1999. This position is
far enough compare to our neighbor
countries likes Malaysia (61/0,796),
Thailand (73/0,778), Philippine
(84/0,758) and Vietnam (108/0,704)
in positions and their HDI. In year
Bab II Gambaran Umum
21Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
84/0.758) dan Vietnam (urutan
108/0.704). Pada tahun 2006 Indonesia
mengalami kemajuan dengan angka
IPM mencapai 0.711 dan berada
diurutan 108. Kecenderungan dari
angka IPM Indonesia adalah terus-
menerus naik (0.677 pada 1999, 0.697
pada 2005, dan 0.711 pada 2006) dan
semakin mempersempit ketinggalannya
dibanding negara-negara lain. Pada
tahun 2007 berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh UNDP pada 27
November 2007 angka IPM Indonesia
kembali naik menjadi 0.728, dan
Indonesia berada pada peringkat 108.
Pemerintah bersama dengan
seluruh masyarakat berupaya terus
untuk meningkatkan indeks
pembangunan masyarakat Indonesia
secara umum dan masyarakat
Kepulauan Riau Khususnya. Hasil
pembangunan manusia masyarakat
Kepulauan Riau menunjukkan
peningkatan yang bermakna. Hal ini
terlihat dari data yang dikeluarkan oleh
BPS Pusat (Jakarta, 2008) yang
menunjukkan bahwa IPM Kepulauan
Riau meningkat dari 72,2 pada tahun
2005 menjadi 72,8 pada tahun 2006
yang secara Nasional IPM Kepulauan
Riau menduduki posisi ketujuh dari 33
provinsi, dan angka ini terus meningkat
dimana IPM Kepulauan Riau pada tahun
2006 Indonesia has an improvement
by HDI reached 0.711 and at position
number 108. The tends of HDI
Indonesia is continuously increased
(0.677 in year 1999, 0.697 in year
2005, and 0.711 in year 2006 ). Base
upon reported which issued by UNDP
on 27 of November 2007, number of
Indonesia HDI increased and
became 0.728, and Indonesia at the
position number 108 position.
Government together with all
Indonesian keep continue trying to
increase the development index of
Indonesia generally and Riau Islands
Province people especially result of
human development of Riau Islands
Province people shows meaningful
increasing. This case shown from
data issued by Statistic Central
Department in Jakarta, 2008 shows
that HDI of Riau Islands Province
increasing from 72.7 in year 2005
become 72.8 in year 2006 which
nationally HDI of Riau Islands
Province at the position number 7
among 33 provinces, and this
number increasing. Where in year
2007, HDI of Riau Islands Province is
Bab II Gambaran Umum
22Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Tabel
Table 2.1 : Human Development index According to Districts/Cities Of Riau Islands Province In Year 2005-2007
2005 2006 2007
No. Kab/Kota Districts/
Cities IPMHDI
Peringkat Level
IPM HDI
Peringkat Level
IPM HDI
PeringkatLevel
1 Karimun 71.7 101 72.0 116 72,4 124 2 Bintan 70.9 137 71.6 134 73,0 97 3 Natuna 68.4 239 69.0 244 69,4 252 4 Lingga 69.4 193 69.9 207 70,3 212 5 Batam 76.5 8 76.7 9 76,7 12 6 Tanjungpinang 72.7 79 72.9 83 73,5 84
Provinsi Province 72.2 7 72.8 7 73,7 6
Sumber : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2005-2007, Jakarta 2008 Source: Statistic Center Department, Human Development Index 2005-2007, Jakarta 2008
2007 menjadi 73,7 dan secara Nasional
menempati urutan keenam. IPM
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan
Riau yang tertinggi ditempati oleh Kota
Batam dengan nilai 76,8 dan secara
Nasional menduduki peringkat ke-12
dari 465 kabupaten/kota di Indonesia.
Penduduk yang sehat bukan saja akan
menunjang keberhasilan program
pendidikan, tetapi juga akan mendorong
peningkatan produktivitas dan
pendapatan penduduk. Data lebih rinci
mengenai perkembangan IPM Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2005-2007
menurut kabupaten/kota dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut :
become 73.7 and nationally at the
position number 6. The higher of HDI
Districts/Cities in Riau Islands
Province is Batam City with 76.8
and nationally at the position number
12 among 465 Districts/Cities in
Indonesia. Health people are not only
support the success of education
programs, but also to motivate
improvement of productivity and
income of people. Detail data about
developing of HDI in Riau Islands
Province in Year 2005-2007
according to Districts/Cities, can be
seen on list 2.1 below :
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
BAB III PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2007 HEALTH DEVELOPMENT PROGRAM OF KEPULAUAN RIAU PROVINCE YEAR OF 2007
Provinsi Kepulauan Riau dibentuk
berdasarkan UU No. 25 tahun 2002 dan
secara berbagai perangkat kerja telah
dibentuk dengan tujuan untuk
mempercepat pelaksanaan
pembangunan di segala bidang. Dinas
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
merupakan salah satu dinas yang
dibentuk di lingkungan Pemerintahan
Provinsi Kepulauan Riau mengemban
tugas untuk melaksanakan
pembangunan bidang kesehatan.
3.1 VISI
Visi Dinas Kesehatan Provinsi
Kepulauan Riau adalah terwujudnya Kepulauan Riau Sehat. Perumusan visi
ini didasarkan pada (1) Dasar-dasar
pembangunan kesehatan sebagaimana
tercantum dalam Rencana
Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010 dan Rencana
Strategis Departemen Kesehatan 2005-
2009 yaitu : (a) Perikemanusiaan; (b)
Pemberdayaan dan Kemandirian; (c)
Adil dan Merata; (d) Pengutamaan dan
Manfaat; (2) Rencana Pembangunan
Riau Islands Province
established base upon Law No.25
Year 2002 and many frames of work
are formed by means to run the
implementation of development in
many fields. Health deparment of
Riau Islands Province is one of
Department which is established in
environment of Riau Islands Province
Government to implementing
development in health field.
3.1 Vision
Vision of Riau Islands Province
Health Department is to create a
healthy Riau Islands. Formulation of
this vision base upon (1) Basic of
health department as stated in Health
Development Plan towards Healthy
Indonesia 2010 and Health
Department Strategy 2005-2009,
those are: (a) humanity; (b)
effectiveness; (c) fairly and smoothly;
(d) priority and useful; (e) Regional
Middle Periods Development Plan of
Riau Islands Province Year 2005 –
23Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-
2010. Dengan visi ini diharapkan Dinas
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
dapat menjadi penggerak pembangunan
kesehatan untuk terwujudnya
Kepulauan Riau Sehat dan mampu
membina, mengembangkan serta
melaksanakan pembangunan kesehatan
sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Definisi Kepulauan Riau Sehat
adalah suatu kondisi yang merupakan
gambaran masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau di masa depan, yang
ditandai dengan penduduknya yang
dapat menjangkau dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata, dan berkeadilan, berperilaku
hidup bersih dan sehat, hidup dalam
lingkungan yang sehat, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
3.2 MISI Dalam rangka mewujudkan Visi
tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi
Kepulauan Riau memiliki misi yaitu :
1. Meningkatkan Kinerja dan Mutu Pelayanan Kesehatan Peningkatan kinerja dan mutu
pelayanan kesehatan dilakukan
melalui pengembangan kebijakan
2010. By this vision hopes that
Health Department of Riau Islands
Province can be motivator of Health
Department to create a Healthy Riau
Islands and can afford to develop and
implementing health development
according to its main functions.
Definition of a Healthy Riau
Islands is one of condition picturing
societies in Riau islands Province for
the future, signed by the people
which can afford and using good
quality health services; fairly and
justice, hygienic behavior, live in a
healthy environment, and also has
the highest level of health.
3.2 Mission
In creating the vision, Health
Department of Riau Islands Province
have mission, as follows :
1. Improving Work and Quality of
Health Services
Improving work and quality of
health services are done by doing
development of managerial
24Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
manajerial dan teknis serta pedoman
dan prosedur kerja yang dapat
dijadikan landasan bertindak
setempat. Di samping itu dilakukan
pula fasilitasi pengembangan sarana
prasarana dan sumber daya
kesehatan baik tenaga, biaya
maupun obat dan perbekalan
kesehatan bagi para pelaku
pembangunan kesehatan.
Dengan peningkatan kinerja dan
mutu pelayanan kesehatan
diharapkan upaya kesehatan dapat
terselenggara dengan baik, dapat
dicapai (accesible) dan dapat
dijangkau (affordable) oleh segenap
kalangan masyarakat serta terjamin
mutunya (quality).
2. Memberdayakan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan Dengan melakukan pemberdayaan
diharapkan masyarakat termasuk
swasta dapat berpartisipasi aktif
dalam melayani (to serve),
melaksanakan advokasi (to
advocate), serta mengkritisi (to
watch) pembangunan kesehatan
baik secara individu, kelompok
maupun bersama masyarakat luas.
Dinas kesehatan provinsi juga
memfasilitasi kabupaten/kota dalam
rangka pengembangan kapasitas
wisdom and techniques, guidance
and work procedures which can
be based to act. Other than that,
in developing facilities and health
resources whether budget or
medicine and all supplies of health
for health man power. By
improving work and quality of
health services hope that health
ability can well implemented,
accessible and affordable by all
people and quality guaranteed.
2. Efficient Use of People in
Health Fields
By doing efficient use of people
and private sectors hopes that
they will active participate to
serve, to advocate, and to watch
the health development
individually, group and open wide
societies. Health Department of
Riau Islands Province also
facilitates the Districts/Cities in
capacity building, Health System
Building, Region Health System
Building and Health Resources
25Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
(capacity building), pengembangan
sistem kesehatan daerah dan
dukungan sumber daya kesehatan.
3. Melaksanakan Pembangunan
Kesehatan Berskala Provinsi Di samping berperan dalam
pembinaan dan pengembangan
pembangunan kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi melakukan pula
pembangunan kesehatan berskala
provinsi seperti : pelayanan
kesehatan bagi penduduk miskin,
penanggulangan masalah kesehatan
akibat bencana, penanggulangan
penyakit menular dan gangguan gizi,
promosi kesehatan, kesehatan
rujukan dan pelayanan kesehatan di
daerah terpencil, tertinggal, daerah
perbatasan dan pendayagunaan
tenaga kesehatan.
4. Menyelenggarakan Manajemen
Kesehatan yang Efektif Dengan terciptanya manajemen
yang dinamis dan akuntabel
diharapkan fungsi-fungsi administrasi
kesehatan dapat terselenggara
secara efektif dan efisien yang
didukung oleh sistem informasi serta
hukum kesehatan.
supporting.
3. Implementing Province
Periodically Health
Development
Other than play role in Health
Development Building, Riau
Islands Province also
implementing Province
Periodically Health Department
likes health serve for poor people,
disaster prevention, mal nutritional
and epidemic prevention, health
promotion, Health reconciliations
and health services in hinterland,
border areas and make efficient
use of health man powers.
4. Implementing effective health
management
By creating dynamic and
accountable management hopes
that the health administration
functions can work efficiently and
effectively that supported by
Health Law and Information
Systems.
26Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
3.3 PROGRAM DAN KEGIATAN Berdasarkan visi dan misi, maka
disusunlah program dan kegiatan yang
hendak dicapai Dinas Kesehatan
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007
sebagai berikut:
3.3.1 Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat
Tujuan program ini adalah
meningkatkan jumlah, pemerataan, dan
mutu pelayanan kesehatan dasar di
puskesmas dan jaringannya meliputi
puskesmas pembantu, puskesmas
keliling, dan bidan di desa/polindes.
Sasaran yang hendak dicapai oleh
program ini adalah :
a. Meningkatnya cakupan rawat jalan
menjadi sekurang-kurangnya 13%
penduduk.
b. Meningkatnya cakupan persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menjadi 75%.
c. Meningkatnya cakupan pelayanan
antenatal (K1) 90%, cakupan
kunjungan neonatus (KN2) menjadi
90%, dan cakupan kunjungan bayi
menjadi 90%.
d. Terselenggaranya pelayanan
kesehatan bagi penduduk miskin
secara gratis di puskesmas.
3.3 PROGRAMS AND ACTIVITIES
Base upon vision and mission
above the programs managed and
the activities reached by Health
Department of Riau Islands Province
year 2007 as follows ;
3.3.1 Improving Affordability Of
Society Health
Aim of this program is to
increasing number, average and
basic quality of health serve in
Society health Center including
Society Health Center Assistant,
Mobile Society Health Center, and
midwife in villages/village policlinics.
Aims of these programs are :
a. Increasing health care for 13%
people
b. Increasing of giving birth which
helped by health man power for
75%
c. Increasing Antenatal Serves (KI)
90%, neonatal visiting (KN2)
become 90%, and baby visiting
become 90%.
d. Implementing free health services
for poor people
27Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
3.3.2 Peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan
Tujuan program ini adalah
meningkatkan akses keterjangkauan
dan mutu pelayanan kesehatan
perorangan dan rujukan. Sasaran dari
penyelenggaraan program ini adalah :
a. Terselenggaranya pelayanan
kesehatan bagi penduduk miskin
secara gratis di puskesmas dan
rumah sakit kelas III sebesar 100%
b. Meningkatnya cakupan rawat inap
menjadi sekurang-kurangnya 1,3%
penduduk.
c. Meningkatnya jumlah rumah sakit
yang melaksanakan pelayanan
gawat darurat menjadi 90%, jumlah
rumah sakit yang melaksanakan
pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif (PONEK)
menjadi 80%, dan jumlah rumah
sakit yang terakreditasi menjadi
75%.
Kegiatan pokok dan kegiatan
indikatif program ini meliputi:
a. Pembangunan dan pengembangan
sarana prasarana rumah sakit.
b. Pelayanan kesehatan penduduk
miskin yang dirawat inap Kelas III
Rumah Sakit
c. Peningkatan mutu pelayanan rawat
inap Kelas III Rumah Sakit
3.3.2 Increasing Affordability Of
Reconciliation and
Individual Health
Aim of this program is to
increase affordable access and
reconciliation and individual health
service quality. Target of this
programs are :
a. Implemented health services for
poor people freely in Society
Health Center and Hospital at
third class for 100%.
b. Increasing hospitalized at least
1,3% people
c. Increasing number of hospitals
which having Emergency Room
for 90%, obstetric and neonatal
emergency comprehensive for
80% and accredited hospital for
75%
Main activities and indicative
activities of this programs includes:
a. Build and develop facilities of
hospitals
b. Health services for poor people
who hospitalized at third class
c. Improving quality services of
hospitalized services at third class
28Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
3.3.3 Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
Tujuan program adalah mendukung upaya menurunkan angka
kematian ibu melahirkan, angka
kematian bayi dan balita. Sasaran
program ini adalah :
a. Meningkatnya cakupan persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menjadi 75%.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan
antenatal (K1) 90% , cakupan
kunjungan neonatus (KN2) menjadi
90%, dan cakupan kunjungan bayi
menjadi 90%.
Kegiatan pokok dari program ini
meliputi :
a. Peningkatan ketrampilan tenaga
pengelola kesehatan ibu dan anak
b. Pengadaan dan Peningkatan sarana
pelayanan KIA
c. Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak
3.3.4 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan Program adalah memberdayakan individu, keluarga, dan
masyarakat agar mampu menumbuhkan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta
mengembangkan upaya kesehatan
bersumber kesehatan. Sasaran program
3.3.3 Improving Mother and
Children Health
Aim of this program is to
support an effort in decreasing
number of death mother give birth,
number of baby and children under
five years old death. Target of this
programs are :
a. Increasing scope of give birth
helped by health man power
become 75%
b. Increasing scope of Antenatal
services (K1) become 90%, scope
of neonatal visiting (KN2) become
90%, and scope of baby visiting
for 90%.
Main activities of this programs
includes :
a. Increasing life skill of man power
who manage mother and child
b. Increasing and supplying facilities
KIA services
c. Increasing quality services of
mother and child
3.3.4 Health Promotion And
Efficient Use Of Society
Aim of this program is efficient
use of individual, family, and society
in order to grow health and clean
behavior, also developing health
building sourced health.
Target of these programs are :
29Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
ini adalah :
a. Terwujudnya komitmen semuja
stakeholder pembangunan
kesehatan di semua tingkatan
b. Terselenggaranya promosi
kesehatan berskala provinsi dalam
rangka pemberdayaan masyarakat.
c. Meningkatnya rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat
menjadi 40%.
Kegiatan yang dilakukan dalam program
ini meliputi :
a. Peningkatan pelatihan tenaga
penyuluh kesehatan
b. Pengembangan media promosi dan
informasi perilaku hidup bersih dan
sehat
c. Pengembangan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat
d. Peningkatan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
3.3.5 Perbaikan Gizi Masyarakat Tujuan Program adalah
meningkatkan kesadaran gizi keluarga
dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat terutama kepada ibu hamil,
bayi dan balita serta usia produktif.
a. Creating commitment to
stakeholders in health
development for all level
b. Implemented Province
Periodically Health Promotion in
efficient use of society.
c. Increase the clean and healthy life
of house behavior become 40%.
Activities of these programs includes:
a. Increasing health elucidation
training
b. Media promotion building and
information of health and clean
behavior
c. Health efforts building sourced
people affordable
d. Health education improvement
for people
e. Monitoring, evaluation, and
report.
3.3.5 Nutritional Upgrading of
people
Aim of this program is to
increase the importance of family
nutritional in increasing nutritional
status of society especially to
pregnant woman, baby, and children
under five year’s old and productive
age.
30Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
Sasaran dari program ini ádalah :
a. Meningkatnya persentase ibu hamil
yang mendapat tablet Fe menjadi >
80%;
b. Meningkatnya persentase Bayi Yang
Mendapat ASI eksklusif menjadi
62%;
c. Meningkatnya Balita yang
mendapatkan vitamin A menjadi
80%;
d. Meningkatnya Balita gizi kurang dan
gizi buruk yang ditangani menjadi
100%;
e. Meningkatnya Ibu hamil Kurang
Energi Kronis (KEK) yang ditangani
menjadi 100%.
Kegiatan pokok yang dilakukan
oleh program ini meliputi: a. Penyusunan peta informasi
masyarakat kurang gizi;
b. Penanggulangan KEP, Anemia Gizi
Besi, Kekurangan Vitamin A dan
kekurangan zat mikro lainnya;
c. Pemberdayaan masyarakat untuk
pencapaian keluarga sadar gizi.
3.3.6 Peningkatan Lingkungan Sehat Tujuan program adalah mewujudkan mutu lingkungan hidup
Target of These programs are :
a. Increasing percentage of
pregnant women who get Fe
tablet become > 80%
b. Increasing percentage of an
exclusive Breast Feeding Baby
become 62%
c. Increasing the children under five
years old who get vitamin A
become 80%
d. Increasing prevention for bad
and mal nutritional children under
five years old for 100%.
e. Increasing preventing Chronics
Energy Less of pregnant woman
for 100%.
Main activities of these programs are:
a. Managing information map of
mal nutritional society
b. Prevention of KEP, Anemia,
lack of vitamin A and other
micro substances.
c. Efficient use of people to
reach nutritional family
awareness.
3.3.6 Increasing Health
Environment
Aim of this program is to create
quality of healthy life through
31Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
yang sehat melelui peningkatan dan
pembinaan serta penggalangan
kemitraan untuk menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
Sasaran dari program ini ádalah :
a. Meningkatnya persentase keluarga
menghuni rumah yang memenuhi
syarat kesehatan menjadi 80%,
persentase keluarga menggunakan
air bersih : 85 % dan persentase
keluarga menggunakan jamban
memenuhi syarat kesehatan 80%.
b. Meningkatnya persentase tempat-
tempat umum (TTU) yang memenuhi
syarat kesehatan menjadi 80%.
Kegiatan pokok program ini
meliputi :
a. Peningkatan penyediaan sarana air
bersih dan sanitasi dasar
b. Pemantauan kualitas lingkungan
c. Peningkatan upaya pengawasan
penyehatan makanan dan minuman
d. Peningkatan wilayah sehat
3.3.7 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Tujuan program ini adalah
menurunkan angka kesakitan, kematian
dan kecacatan akibat penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Prioritas
penyakit menular yang ditanggulangi
adalah Malaria, DBD, TB. Paru, Diare,
improvement and guidance and
partnership to motivate building of
health. Target of these programs are:
a. Increasing percentage of healthy
house family become 80%,
percentage of using clean water
for 85% and percentage family of
using healthy toilet is 80%.
b. Increasing percentage of general
places which fulfill health
condition become 80%.
Main activities of these programs are:
a. Increasing supplies of clean water
and basic sanitary.
b. Monitoring quality of environment
c. Increasing of health control for
food and beverages
d. Increasing healthy territorial
3.3.7 Prevention of Diseases
Aim of this program is to
decrease number of sickness, death,
and paralysis by epidemic and un
epidemic. Disease priorities are;
Malaria, DBD, TB, Lungs, Diarrhea,
Polio, HIV/AIDS, pneumonia, and all
32Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
Polio, HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Sedangkan penyakit tidak
menular dan degeneratif yang prioritas
ditanggulangi adalah penyakit jantung
dan gangguan sirkulkasi darah, diabetes
mellitus, dan penyakit-penyakit lainnya.
Sasaran yang hendak dicapai adalah :
a. Persentase desa yang mencapai
Universal Child Imunization (UCI)
menjadi di atas 80%.
b. Meningkatnya Angka Penemuan
Penderita (Case Detection Rate)
penyakit TB menjadi 70% dan angka
keberhasilan pengobatan (Cure
Rate) TB menjadi di atas 85%
c. Meningkatnya Angka
PenemuanAcute Flaccid Paralysis
(AFP) menjadi 2/100.000 anak usia
kurang dari 15 tahun
d. Meningkatnya penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang
ditangani menjadi 80%
e. Meningkatnya penderita Malaria
yang diobati menjadi 100%
f. Menurunnya Case Fatality Rate
(CFR) Diare pada saat Kejadian Luar
Biasa (KLB) 1,2%
g. Meningkatnya ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) mendapat
pengobatan ART menjadi 100%
Kegiatan pokok dan kegiatan
indikatif progaram ini meliputi :
diseases that prevented by
immunization. Non epidemic
diseases and degenerative priorities
which prevented are heart, blood
circulation disturbances, diabetes
mellitus, and other diseases. Target
should be achieved are:
a. Percentage villages which get
universal child immunization
(UCI) are above 80%.
b. Increasing number of Case
Defection Rate of TB to 70%
and number of Cure Rate of
TB is above 85%.
c. Increasing number of Acute
Flaccid Paralysis become
2/100.000 children less of 15
years old.
d. Increasing number of Dengue
Hemorragic Fever (DHF)
patient handling for 80%
e. Increasing number of malaria
patient curing for 100%
f. Decreasing case fatality rate
diarrhea at un usual incidence
at 1,2%
g. Increasing people with
HIV/AIDS who get ART
Therapy for 100%
Main activities and indicatives
activities of these programs are:
33Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
1. Peningkatan imunisasi
2. Pencegahan dan pemberatasan
penyakit malaria
3. Pencegahan dan pemberatsan
penyakit DBD
4. Pencegahan dan Pemberatasan
penyakit TBC
5. Pencegahan dan Pemberatasan
penyakit IMS (Infeksi Menular
Seksual)/Penyakit Menular Seksual
(PMS).
6. Pencegahan dan Pemberantasan
penyakit diare
7. Pencegahan dan Pemberatasan
penyakit ISPA/Pneunomia
8. Peningkatan Surveilens Epidemologi
dan Penanggulangan Wabah/KLB
9. Pencegahan dan Pemberatasan
penyakit degeneratif
3.3.8 Farmasi dan Makanan
Tujuan Program adalah
melindungi masyarakat dari
penyalahgunaan pemakaian sedíaan
farmasi dan alat-alat kesehatan, serta
produk makanan dan minuman yang
beredar di masyarakat, sarana
kefarmasian, serta pelayanan swasta
lainnya. Sasaran dari program ini
adalah:
a. Ketersediaan obat esensial generik
di sarana pelayanan kesehatan
1. Increase immunization
2. Prevent malaria disease
3. Prevent Dengue Hemorragic
Fever (DHF) disease
4. Prevent TBC
5. Prevent Sexual infection
disease
6. Prevent diarrhea
7. Prevent pneumonia
8. Increasing epidemic
surveillance and epidemic
prevention
9. Degenerative disease
prevention
3.3.8 Pharmacy and Food
Aim of this program is to
protect people from misusing of
pharmacy and health tools, foods and
beverages products which distribute
in society environment, pharmacy
facilities and other private sectors.
Target of these programs are:
a. Availability of essential generic
medicine in health service
34Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
menjadi 90%
b. Anggaran obat esensial generik di
sektor Publik setara 2
USD/kapita/tahun
Kegiatan pokok program ini meliputi :
a. Peningkatan Penyediaan obat
pelayanan dasar
b. Peningkatan pengawasan peredaran
dan pemakaian sediaan farmasi,
obat-obatan, obat tradisional, alat
kesehatan serta makanan dan
minuman.
3.3.9 Sumber Daya Kesehatan Tujuan program adalah
meningkatkan jumlah, mutu, dan
penyebaran tenaga kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Sasaran program ini ádalah :
a. Tenaga Bidan dan Perawat
ditingkatkan pendidikannya minimal
strata D3
b. Pengiriman tugas belajar S1 dan S2
berbagai jurusan sesuai kebutuhan
c. Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan
Manajemen
d. Penempatan tenaga kesehatan
strategis ke fasilitas kesehatan yang
membutuhkan
facilities become 90%
b. Budgeting generic essential
medicine in public sectors is 2
USD/capita/year.
Main activities of these programs are:
a. Increasing availability of basic
service medicines
b. Increasing control of
distribution and availability of
using pharmacy, medicine,
traditional medicine, health
tools and also foods and
beverages.
3.3.9 Health Resources
Aim of this program is to
increase number, quality, and
distributing of health man power
according to the needs of health
development. Target of these
programs are:
a. Increasing level education of
midwifes and nurses until D3
b. Further study to get S1 or S2
for all fields.
c. Education and techniques and
management training
d. Placed on the health man
powers to the health facilities
needs.
35Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
Kegiatan pokok progaram ini meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan
b. Peningkatan ketrampilan dan
profesionalisme tenaga kesehatan
c. Pendidikan tenaga kesehatan dan
pelatihan tenaga kesehatan
d. Pembinaan tenaga kesehatan
termasuk pengembangan karir
tenaga kesehatan dan PNS
3.3.10 Kebijakan dan Manajemen Tujuan program ádalah
mengembangkan kebijakan dan
manajemen pembangunan kesehatan
guna mendukung penyelenggaraan
sistem kesehatan guna mendukung
penyelenggaraan sistem kesehatan
daerah dan sistem kesehatan nasional.
Sasaran program ini ádalah :
a. Tersusunnya Rencana Strategis
b. Tersusunnya Rencana Kerja (Renja)
dan Rencana Kerja dan Angaran
(RKA).
c. Tersusunnya Profil Kesehatan
d. Tersusunnya Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
e. Tersusun dan tersosialisasinya
regulasi sektor kesehatan
f. Terwujudnya koordinasi jajaran
kesehatan di berbagai tingkatan.
Main activities of these programs are:
a. Planning of health man power
needs
b. Improving professionalism and life
skill of health man powers
c. Education and Training of health
man powers
d. Guidance of health man powers
including carrier building of health
man power and public servant.
3.3.10 Management and Wisdoms
Aim of this program is to
developing wisdoms and
management to support
implementation of health system in
supporting implementation of regional
and national health system. Target of
these programs are :
a. Managed strategic planning
b. Managed work plan and
budgeting work plan
c. Managed health profile
d. Managed work accountability
report of government
instances
e. Managed and socialized
regulation of health sectors
f. Created coordination of health
department at all level
36Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab III Program Pembangunan Kesehatan
Kegiatan pokok dan kegiatan
indikatif program ini meliputi :
a. Penyusunan perencanaan dan
penganggaran pembangunan
kesehatan
b. Pengembangan sistem informasi
kesehatan (SIK)
c. Peningkatan jaminan pembiayaan
kesehatan masyarakat secara
kapitasi dan pra upaya terutama bagi
penduduk miskin yang berkelanjutan.
3.3.11 Penelitian dan Pengembangan Tujuan progaram ini adalah untuk
meningkatkan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan sebagai masukan
dalam perumusan kebijakan dan
program pembangunan kesehatan.
Sasaran program ini ádalah
terlaksananya survei kesehatan daerah
sesuai kebutuhan
Kegiatan pokok program ini ádalah : a. Penelitian dan pengembangan
b. Pengembangan tenaga, sarana dan
prasarana penelitian
c. Penyebarluasan dan pemanfatan
hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan.
Main activities and indicative
activities of these programs includes:
a. Managing plan and budgeting
health development
b. Developing health information
system
c. Increasing guarantee of health
society budget capitalized and
as a pre efforts especially to all
poor people
3.3.11 Research and Developing
Aim of this program is to
increase research and developing of
health technology and knowledge as
a income in formulating wisdom and
health development programs. Target
of this program is implemented the
region health survey according to the
needs.
Main activities of these programs are:
a. Research and developing
b. Developing man power, facilities
and research facilities
c. Wide open distributing and using
result of research and health
development.
37Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
BAB IV PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN HEALTH PROGRAM ACHIEVEMENT
Situasi derajat kesehatan
masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau
dapat dilihat dari beberapa indikator
yang meliputi situasi mortalitas,
morbiditas, dan status gizi masyarakat.
Situation of health level in Riau
Islands Province can be seen from
some indicators which involves
mortality, morbidity, and society
nutrients situation.
4.1 MORTALITAS 4.1 Mortality
Mortalitas atau kematian dapat
menimpa siapa saja, tua, muda, kapan
dan dimana saja. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya kejadian
kematian. Kasus kematian terutama
dalam jumlah banyak berkaitan dengan
masalah sosial, ekonomi, adat istiadat
maupun masalah kesehatan lingkungan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan kematian sebagai suatu
peristiwa menghilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen, yang
bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Indikator kematian berguna untuk
memonitor kinerja pemerintah pusat
maupun lokal dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Mortality happened to every body,
even young and old. And it happened
everywhere at anytime. Many factors
cause the death. Death cases in great
number relate to social, economics,
traditional culture, and environment
health problems. Definition of death
according to WHO; death is an event
which no signed of life permanently.
Death indicator is used to monitoring
work of region and central government
in increasing prosperity of people.
Kematian dewasa umumnya
disebabkan karena penyakit menular,
penyakit degeneratif, kecelakaan atau
gaya hidup yang beresiko terhadap
Adults death generally caused by
infection disease, degenerative
disease, accident or high risk life style
to death. Baby and under five years
38Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
kematian. Kematian bayi dan balita
umumnya disebabkan oleh penyakit
sistim pernapasan bagian akut (ISPA)
dan diare. Faktor gizi buruk juga
menyebabkan anak-anak rentan
terhadap penyakit menular, sehingga
mudah terinfeksi dan menyebabkan
tingginya kematian bayi dan balita di
suatu daerah. Faktor sosial ekonomi
seperti pengetahuan tentang kesehatan,
gizi dan kesehatan lingkungan,
kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan
merupakan faktor individu dan keluarga,
mempengaruhi mortalitas dalam
masyarakat (Oetomo, 1985).
mortality generally caused by
respiratory system disease and
diarrhea. Bad nutrients also caused
the children susceptible to infection
disease, so that easy infected and
caused higher baby and under five
years mortality in a region. Social,
economics, likes knowledge about
health, nutrients and environment
health, belief, norms, and poverty are
family and individual factors and
influences mortality in society
(Oetomo, 1985).
Angka kematian dapat digunakan
sebagai salah satu indikator dalam
penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan serta menggambarkan
perkembangan derajat kesehatan
masyarakat. Berikut yang akan
dijabarkan meliputi angka kematian bayi
(AKB), angka kematian balita (AKABA),
dan angka kematian ibu maternal.
Mortality can be used as a one
indicator in evaluating success of
health services and also picturing the
developing society health level. We
will describes maternal mortality rate
(MMR), on below :
4.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 4.1.1 Infant Mortality Rate Kematian bayi adalah kematian
yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat
satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan
dengan kematian bayi. Secara garis
besar, dari sisi penyebabnya, kematian
bayi ada dua macam yaitu endogen dan
Infant mortality is a death
happened at the birth, after birth, and
before baby reach one year old. Many
factors related to infant mortality .
Generally, from caused side point of
view, infant mortality divided into two:
endogen and exogenous. Endogen
39Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
eksogen. Kematian bayi endogen atau
yang umum disebut dengan kematian
neonatal yaitu kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama setelah dilahirkan.
Umumnya disebabkan oleh faktor-faktor
yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama
kehamilan. Kematian bayi eksogen atau
kematian post neo-natal adalah kematian
bayi yang terjadi setelah usia satu bulan
sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang
bertalian dengan pengaruh lingkungan
luar.
infant mortality or called neonatal
death is infant mortality at the first
month of birth, usually caused by
internal factors which get from the
parents at conception or from
pregnancy periods. Exogenous infant
mortality or post neonatal death is
infant mortality happened after one
month until one year old and caused
by external factors.
Angka Kematian Bayi merupakan
indikator penting untuk mencerminkan
keadaan derajat kesehatan di suatu
masyarakat karena bayi yang baru lahir
sangat sensitif dengan keadaan
lingkungan tempat tinggal orangtua si
bayi tinggal dan sangat erat kaitannya
dengan keadaan sosial ekonomi
orangtua si bayi. Angka kematian bayi
selain berguna untuk memantau dan
mengevaluasi keberhasilan program di
bidang kesehatan, juga dapat
dimanfaatkan sebagai alat ukur situasi
demografi dan sebagai masukan dalam
melakukan perhitungan proyeksi
penduduk. Juga dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan perencanaan
misalnya adalah berbeda program dan
Infant mortality is an
importance factors which shows
situation level of health people in
society. New born baby is very
sensitive to the situation of parents life
and related to the social-economics of
the parents. infant mortality is used to
monitoring and evaluating success of
the programs in health fields, also
used to measure demography
situation and as a income in doing
calculation of people projection. It is
also used to developing plan likes
different activities and programs
between neonatal death and other
infant mortality . Neo natal death
caused by endogen factors which
related to pregnancy, so the programs
40Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
kegiatan antara kematian neo-natal dan
kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh
faktor endogen yang berhubungan
dengan kehamilan maka program-
program untuk mengurangi angka
kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program
pelayanan kesehatan Ibu hamil,
misalnya program pemberian pil besi dan
suntikan anti tetanus.
to decrease number of neo natal
infant mortality is related to health
services programs of pregnant
mother, such as program giving an
anti tetanus serum injection and iron
tablet.
Secara nasional angka kematian
bayi telah banyak mengalami penurunan
yang cukup besar. Pada tahun 1995
AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000
kelahiran hidup, kemudian turun menjadi
52 pada tahun 1997, dan turun lagi
menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2000. AKB menurut hasil
Surkesnas/Susenas berturut-turut pada
tahun 2001 sebesar 50 per 1.000
kelahiran hidup dan pada tahun 2002
sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan AKB menurut hasil SDKI
2002-2003 terjadi penurunan yang cukup
besar, yaitu menjadi 35 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2002-2003.
Laporan Pengembangan Pembangunan
Manusia tahun 2004 menyebutkan AKB
tahun 2002 sebesar 43,5 per 1.000
kelahiran hidup.
Nationally, infant mortality rate
is more decrease. In 1995 infant
mortality rate is 55 per 1.000 life born,
and then decrease to 52 in 1997, and
et lower until 44 per 1.000 life born in
2000. Infant mortality rate according to
National Census rapidly in 2001 is 50
per 1.000 life born and in 2002 is 45
per 1.000 life born. While according to
SDKI results in 2002-2003, infant
mortality rate decrease to 35 per
1.000 life born. Human Development
Building report in 2004 mentioned that
infant mortality rate in 2002 is 43.5 per
1.000 life born.
41Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Dalam hal kematian, Indonesia
mempunyai komitmen untuk mencapai
sasaran Millenium Development Goals
(MDGs) untuk menurunkan Angka
Kematian Anak sebesar dua per tiga dari
angka di tahun 1990 atau menjadi 20 per
1000 kelahiran bayi pada tahun 2015.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan
usaha yang sungguh-sungguh dari
berbagai instansi terkait, mulai dari
pemerintah baik pusat maupun daerah,
LSM dan masyarakat pada umumnya.
Pada tahun 2007, jumlah persalinan di
Provinsi Kepulauan Riau sebanyak
37.234 persalinan. Dari persalinan
tersebut terjadi persalinan lahir mati
sebanyak 278 persalinan (0,75%).
Sedangkan dari yang lahir hidup
dilaporkan bahwa sebanyak 186 bayi
meninggal. Jika dikonversikan secara
langsung dengan penghitungan angka
kematian bayi diketahui bahwa
gambaran angka kematian bayi di
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007
sebesar 5, 03 per 1.000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan keadaan
tahun 2006 dapat dilihat bahwa jumlah
yang lahir mati secara angka absolut
mengalami peningkatan yaitu dari 188
orang pada tahun 2006 menjadi 278
orang pada tahun 2007, namun secara
persentase justru mengalami penurunan
yaitu 0,78% pada tahun 2006 menjadi
In death cases, Indonesia has
a commitment to reach the Millennium
Development Goals (MGDs) to
decrease infant mortality rate at two
third of number in 1990 or become 20
per 1.000 baby born in year 2015. To
achieve this aim is needed some
efforts from many related instances,
central and regional Government,
private sectors, and the society. In
year 2007, number of baby born in
Riau Islands Province is 37.234. From
this birth reported about 278 (0.75%)
was death at the time and 186 babies
died after born. If we converted
directly to Infant Mortality Rate known
that picturing Infant Mortality Rate in
Riau Islands Province year 2007 is
5.03 per 1.000 life born. If we
compare to the situation in year 2006
can be seen that infant mortality rate
born by numbering is increased from
188 people in 2006 become 278
people in 2007, but decrease in
percentage that is from 0.78% in 2006
become 0.75% in 2007. Base upon
result of SDKI 2007, Infant Mortality
Rate nationally is 34 per 1.000 life
born. Infant mortality rate in Riau
Islands Province is below it. By
reminding that this number is just from
mortality data reported, so it is not
picturing the real situation. Probability
42Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
0,75% pada tahun 2007. Berdasarkan
hasil SDKI 2007, angka kematian bayi
secara nasional adalah sebesar 34 per
1.000 kelahiran hidup. AKB Provinsi
Kepulauan Riau sudah jauh di bawah
angka ini. Namun mengingat angka ini
baru hanya dari data angka kematian
yang dilaporkan tentunya belum
menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya. Kemungkinan angka
kematian bayi lebih besar dari angka
yang dilaporkan. Distribusi jumlah
kematian bayi menurut kabupaten/kota
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007
dapat dilihat pada lampiran tabel 6.
Gambaran angka kematian bayi Provinsi
Kepulauan Riau menurut kabupaten/kota
tahun 2004-2007 dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut :
Infant Mortality Rate is bigger than
reported number. Distribution infant
mortality rate according to
Districts/Cities of Riau Islands
Province in year 2007 can be seen on
the enclosure list. 6. Picturing about
Infant Mortality Rate in Riau Islands
Province according to Districts/cities in
year 2004-2007 can be seen on this
pictures 4.1, as follows :
43Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Gambaran Angka Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 - 2007
Gambar
0
5
10
15
20
25
AKB
per 1
.000
KH
Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Tg.Pinang Provinsi
Kabupaten/Kota
2004 2005 2006 2007
4.1 :
Pictures Picturing Number Of Infant Mortality Rate (IMR) to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2004-2005, Prov. Kepri Source : Health Profile of Districts/Cities Year 2004-2005, Riau Islands Province
Dari gambar di atas dapat dilihat
bahwa angka kematian bayi secara
provinsi cenderung mengalami
penurunan walau pada tahun 2005
sempat mengalami peningkatan.
Sedangkan kalau diperhatikan menurut
kabupaten/kota akan dapat dilihat
adanya angka kematian bayi yang
berfluktuatif seperti di Kabupaten
Karimun, Kabupaten Lingga dan Kota
Tanjungpinang. Hal ini juga dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
memperbaiki sistem pelaporan.
From the above picture can be
seen that Infant Mortality Rate in
province tends to decrease, even in
year 2005 is increased. If we look
closely according to Districts/Cities
Infant Mortality Rate is fluctuated likes
in Karimun Regency, Lingga Regency
and Tanjungpinang City. This case
can be used for evaluation to fix the
reporting system.
Pada tahun 2007, penyebab
kematian bayi utama di Provinsi
Kepulauan Riau masih sama dengan
In year 2007, main caused of
infant mortality in Riau Islands
Province was the same as year 2008
44Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
45
penyebab kematian bayi pada tahun
2006 yaitu disebabkan oleh kejadian bayi
baru lahir rendah (BBLR). Kejadian
BBLR yang menyebab kematian bayi
sebesar 48%. Penyebab lainnya yaitu
adalah kejadian asfiksia yaitu sebesar
21%, sedangkan kejadian lainnya yang
tidak jelas diuraikan penyebabnya
sebesar 31% yang meliputi kemungkinan
adanya kejadian infeksi, pneumoni, diare
dan faktor lainnya. Gambaran
persentase penyebab kematian bayi
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007
dapat dilihat pada gambar 4.2, berikut :
that lower baby just born happened.
Lower baby just born caused infant
mortality about 48%. Other caused is
asphyxias about 21a%, other factors
are 31% includes infections,
pneumonia, diarrhea. Pictures of
caused percentage infant mortality in
Riau Islands Province 2007 can be
seen on pictures 4.2, as follows :
Persentase Penyebab Kematian Bayi Gambar
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
BBLR 48%
Asfiksia21%
Lain-lain31%
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 4.2 :
Pictures Percentage Caused Of Infant Mortality Rate (IMR) In Riau Islands Province Year 2007
Gambar 3. Persentase Penyebab Kematian Bayi
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source : Family Health Section, Health Department Of Riau Islands Province,2008
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Masalah bayi BBLR merupakan
masalah yang serius yang perlu
mendapat perhatian khusus karena
BBLR dapat menyebabkan anak
bersangkutan mengalami gangguan
perkembangan fisik dan mental pada
masa mendatang. Tingginya angka
kejadian BBLR sebagai penyebab utama
kematian bayi perlu mendapat perhatian
yang lebih serius dari semua pihak.
Kejadian BBLR merupakan suatu
indikator derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu faktor penyebab kejadian
BBLR adalah kondisi gizi ibu pada saat
hamil yang banyak dipengaruhi oleh
faktor seperti ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan ibu, ketersediaan pangan di
masyarakat, sosial budaya, dan lain-lain.
Pada tahun 2007, angka kejadian BBLR
terdapat sebesar 2,04% (755 kasus).
Tingginya angka kejadian BBLR ini perlu
mendapat perhatian khususnya program-
program dan kegiatan yang berkaitan
dengan kesehatan ibu hamil. Data lebih
rinci tentang kejadian BBLR dapat dilihat
pada tabel lampiran 15.
Lower Baby Born Weight
problem is a serious problem and
need to have special attention
because the baby will have a problem
in mentally and physically for the
future. Higher number of Lower baby
born weight is main caused of infant
mortality and need to have special
attention from all parties. This is one
of health indicators of society. One of
the factor of lower baby born weight is
condition of nutrition mother during
pregnancy that influenced by many
factors likes family economics,
education level of mother, supplies
food in society, social-culture, and so
on. In year 2007, number of lower
baby born weight is 2,04% (755
cases). Higher number of this
problem needs to have special
attention especially programs and
activities related to the health of
pregnant woman. Detail data about
lower baby born weight can be seen
list enclosure 15.
4.1.2 Angka Kematian Balita
(AKABA) 4.1.2 Under Five Years Mortality
Rate (U5MR)
Angka Kematian Balita adalah
jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1.000
Under five years mortality rate
(U5MR) is number of children death
between 0-4 years old in a certain
46Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
anak umur yang sama pada pertengahan
tahun itu (termasuk kematian bayi).
Angka Kematian Balita dapat berguna
untuk mengembangkan program
imunisasi, serta program-program
pencegahan penyakit menular terutama
pada anak-anak, program penyuluhan
tentang gizi dan pemberian makanan
sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
year per 1.000 same age of children
in the middle of the year (including
infant mortality ). Under five years
mortality rate (U5MR) is used to
developing immunization programs
and infection disease prevention
programs for children, elucidation
programs about nutrition and healthy
food given to children under five
years old.
Hasil SDKI secara Nasional terus
menunjukkan penurunan. Jika pada
thaun 1991, AKABA Nasional berada
pada kisaran 97 per 1.000 kelahiran
hidup, namun berdasarkan hasil SDKI
2007 diketahui bahwa AKABA Nasional
menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambaran perkembangan AKABA pada
tahun 1991–2007 di Indonesia disajikan
pada gambar 4.3, berikut:
Result of SDKI Nationally
decrease continuously. If in year
1991, National Under five years
mortality rate (U5MR) stay on 97 per
1.000 life born, thus base upon result
of SDKI 2007 known that National
Under five years mortality rate
(U5MR) become 44 per 1.000 life
born. Pictures about developing
number of children under five years
old in 1991-2007 in Indonesia,
prepared on pictures 4.3, as follows:
47Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Tingkat Kematian Balita di Indonesia, 1991 - 2007 Gambar
97
81
58
46 44
0
20
40
60
80
100
120A
KA
BA
Nas
iona
l (pe
r 1.0
00 K
H)
1991 1994 1997 2002-2003 2007
4.3 : Level Of Under Five Years Mortality Rate (U5MR) In
Indonesia, 1991 – 2007 Pictures
Gambar 4. Tingkat Kematian Balita di Indonesia, 1991 - 2007
Sumber : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Source : Demoraphy Survey Indonesia Health 2007
Hasil survei yang dilakukan pada
SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tentang
penyebab utama kematian Balita
menunjukkan bahwa penyakit infeksi
merupakan penyebab kematian yang
terbanyak. Pada tahun 2001, kematian
Balita yang tertinggi disebabkan oleh
Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita),
disusul oleh kematian akibat diare (2,3
per 1.000 Balita).
Result of survey which is done
on SKRT 1995 and National Health
Survey 2001 about main caused of
under five years mortality shows that
infection disease is the main caused.
In 2001, higher of under five years
mortality is caused by pneumonia ( 46
per 1.000 children under five years
old) followed by diarrhea (2.3 per
1.000 children under five years old).
48Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Kejadian kematian anak balita di
Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan
adanya penurunan kasus. Jika pada
tahun 2006 jumlah anak balita yang
meninggal dilaporkan sebanyak 88 orang
(AKABA 3,66 per 1.000 kelahiran hidup),
namun pada tahun 2007 jumlah anak
balita yang meninggal seluruhnya
menjadi 48 orang. Jika dibandingkan
dengan hasil SDKI 2007 dimana secara
nasional angka kematian balita sebesar
44 per 1.000 kelahiran hidup, maka
kondisi angka kematian balita di Provinsi
Kepulauan Riau sudah jauh dibawah
angka nasional. Kondisi ini perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lebih
baik lagi mengingat masa balita
merupakan masa pertumbahan emas
(golden age growth) karena pada masa
ini pertumbuhan dan pembentukan
organ-organ vital anak mengalami
pertumbuhan yang pesat termasuk
pertumbuhan otak. Jika kondisi
kesehatan anak pada masa balita ini
dapat terpelihara dengan baik maka
kemungkinan besar generasi yang akan
dihasilkan adalah generasi bangsa yang
adekuat secara fisik dan inteligensia.
Under five years mortality rate
(U5MR) in Riau Islands Province
shows decreasing cases. If in 2006
under five years mortality rate
(U5MR) reported 88 children (Under
five years mortality rate (U5MR) 3, 66
per 1.000 life born), hence in 2007
whole under five years mortality rate
(U5MR) become 48 children. If we
compare to the result of SDKI 2007
which nationally under five years
mortality rate (U5MR) is 44 per 1.000
life born, so condition under five years
mortality rate (U5MR) in Riau Islands
Province is below national number.
This condition need to stay on and
well increased, reminds that children
under five years old periods are a
golden age growth, because at this
periods vital organs growth rapidly
include brain growth. If the condition
of children under five years old well
kept in this periods so that probability
to adequate generation physically and
good intelligences will proved.
4.1.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
4.1.3 Maternal Mortality Rate
(MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) maternal
adalah banyaknya kematian perempuan
Maternal Mortality Rate (MMR)
is many women death in pregnancy
49Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
pada saat hamil atau selama 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu Maternal merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk
melihat tingkat kesejahteraan suatu
daerah atau negara. Hal ini didasarkan
bahwa kondisi kesehatan ibu pada waktu
hamil akan menjadi penentu
keselamatan ibu pada proses persalinan
dan masa nifas. Faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan ibu
hamil antara lain tingkat kesadaran
perilaku hidup sehat, status gizi dan
kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, ibu waktu
melahirkan dan masa nifas.
periods or in 42 days since pregnancy
termination without looking too long
and birth place, which caused of the
pregnancy and not other factors, per
100.000 lives born. Maternal mortality
rate (MMR) is one of indicator used to
see level of prosperity in a territorial
or a country. This case base upon
that condition of mother health in
pregnancy periods will become main
point of mother safety on birth
process and after birth periods.
Influenced factors level health of
pregnant woman is level of healthy
life awareness behavior, nutrients
status and mother health,
environment health condition, level
health services especially for
pregnant women, birth time and after
birth periods.
Penghitungan AKI sulit dilakukan
karena untuk menghitung AKI
dibutuhkan sampel yang besar. Angka
Kematian Ibu sampai saat ini baru
diperoleh dari survei-survei terbatas
seperti penelitian dan pencatatan. Dari
beberapa hasil survei dan penelitian
terlihat bahwa angka kematian ibu
maternal secara nasional secara
konsisten menunjukkan penurunan dari
waktu ke waktu. Menurut hasil SKRT
Counting maternal mortality rate
(MMR) is difficult because it’s need
big sample. Maternal mortality rate
(MMR) is taking from limited sample
likes notes and researches. From
some survey and research shows that
maternal mortality rate (MMR)
nationally and consistently shows
decrease from time to time. According
to the result of SKRT year 1992
maternal mortality rate (MMR) is 425
50Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
tahun 1992 angka kematian ibu sebesar
425 per 100.000 kelahiran hidup, hasil
Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 1994 menunjukkan angka
390 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan pada hasil SKRT 1995 angka
kematian ibu Maternal menurun menjadi
373 per 100.000 kelahiran hidup. Dari
hasil SDKI pada tahun 2002-2003
kejadian AKI menurun lagi menjadi 307
per 100.000 kelahiran hidup.
per 100.000 life born, and result of
Indonesia Health Demography
Survey year 1994 shows 390 per
100.000 life born, while result of
SKRT year 1995 shows maternal
mortality rate (MMR) decrease to 373
per 100.000 life born. And result of
Indonesia Health Demography
Survey year 2002-2003, maternal
mortality rate (MMR) decrease to 307
per 100.000 life born.
Angka kematian ibu di Indonesia
jika dibandingkan dengan negara-negara
anggota ASEAN Indonesia menduduki
peringkat pertama dengan AKI tertinggi.
Estimasi AKI di Indonesia pada tahun
2006 yang dihitung berdasarkan tren
penurunan AKI diperoleh angka sebesar
226 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini masih jauh dari target Indikator
Indonesia Sehat 2010 dimana
diharapkan AKI menjadi 125 per 100.000
kelahiran hidup. Begitu juga dengan
target MDGs yang sangat concern untuk
menurunkan angka kematian ibu
sebesar 75% dari keadaan awal atau
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015.
Mortality mother in Indonesia if
compare to ASEAN countries,
Indonesia is the highest maternal
mortality rate (MMR). Estimation
mortality mother in 2006 counted
base upon decrease trends, and it is
226 per 100.000 life born. This
number is far from indicators target of
Healthy Indonesia 2010. And the
maternal mortality rate (MMR)
decrease to 125 per 100.000 life
born. MGDs target also concern to
decrease maternal mortality rate
(MMR) to 75% or 102 per 100.000 life
born in 2015.
Tingginya kematian ibu merupakan
cerminan dari ketidaktahuan masyarakat
mengenai pentingnya perawatan ibu
hamil dan pencegahan terjadinya
komplikasi kehamilan. Informasi
High maternal mortality rate
(MMR) shows that knowledge of
people about how to care during
pregnancy of pregnant woman and
pregnancy complicated prevention is
51Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
mengenai tingginya AKI akan
bermanfaat untuk pengembangan
program peningkatan kesehatan
reproduksi, terutama pelayanan
kehamilan dan membuat kehamilan yang
aman bebas risiko tinggi (making
pregnancy safer), program peningkatan
jumlah kelahiran yang dibantu oleh
tenaga kesehatan, penyiapan sistim
rujukan dalam penanganan komplikasi
kehamilan, penyiapan keluarga dan
suami siaga dalam menyongsong
kelahiran, yang semuanya bertujuan
untuk mengurangi Angka Kematian Ibu
dan meningkatkan derajat kesehatan
reproduksi.
less. Information about high number
of MMR will use to developing
reproduction health programs,
especially pregnancy services and
making pregnancy safer. Increasing
number of born programs helped by
health worker, reconciliation system
preparation in prevent pregnancy
complication, preparing family and
stand by husband in born preparation.
These all used to decrease maternal
mortality rate (MMR) and increase
level of reproduction health.
Pada tahun 2007 berdasarkan data
yang diperoleh dari Kabupaten/Kota
diketahui jumlah kematian ibu maternal
(ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas) di
Provinsi Kepulauan Riau dari 36.956
persalinan hidup dilaporkan sebanyak 29
orang meninggal dunia. Angka ini jika
dikonversikan langsung dengan
menggunakan rumus penghitungan AKI
maka diperoleh AKI Provinsi Kepulauan
Riau secara kasar adalah sebesar 79 per
100.000 kelahiran hidup. Secara absolut
terjadi penambahan kasus dari jumlah
kematian ibu pada tahun 2006 yang
hanya berjumlah 26 orang, namun
setelah dikonversi dapat dilihat bahwa
AKI tahun 2007 mengalami penurunan
In 2007 base upon data gets
from Districts/Cities know that
maternal mortality rate (MMR)
(pregnant woman, birth mother, and
after birth mother) in Riau Islands
Province from 36.956 life birth
reported 29 mother died. This number
converted directly using formula
maternal mortality rate (MMR) and
found that maternal mortality rate
(MMR) in Riau Islands Province is 79
per 100.000 life born roughly.
Absolutely increase maternal
mortality rate (MMR) cases in 2006 is
26 women. After converted seen that
maternal mortality rate (MMR) in 2007
decrease significantly compare to
52Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
yang signifikan jika dibandingkan dengan
AKI 2006 yang besarnya 108 per
100.000 kelahiran hidup. Jika ditilik
kondisi AKI di Provinsi Kepulauan Riau
ini sudah sangat menggembirakan
karena sudah jauh berada di bawah
angka nasional. Namun hal ini tetap
perlu diwaspadai karena data ini hanya
merupakan data kematian yang
dilaporkan. Keadaan pencatatan
registrasi vital yang belum berjalan
dengan baik, memungkinkan adanya
kematian ibu maternal yang tidak
terlaporkan khususnya ibu-ibu yang
meninggal tidak di sarana pelayanan
kesehatan.
maternal mortality rate (MMR) in 2006
about 108 per 100.000 lives born. If
we looked back condition maternal
mortality rate (MMR) in Riau Islands
Province is satisfied and below
national. But should be aware
because this is a reported data. Vital
registration note conditions haven’t
work well. There are possibilities un
reported maternal mortality rate
(MMR) especially who are died at out
of health services facilities.
Berbagai penelitian yang telah
dilaksankan mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan kematian ibu maternal
diketahui bahwa sekitar 90% kematian
ibu disebabkan oleh pendarahan,
teksemia gravidarum, infeksi, partus
lama dan komplikasi abortus. Kematian
ini paling banyak terjadi pada masa
sekitar persalinan yang sebenarnya
dapat dicegah. Hal ini tidak jauh berbeda
dengan penyebab kematian ibu maternal
di Provinsi Kepulauan Riau,
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
4.4 berikut :
Many researches have been
done about factors which influences
maternal mortality rate (MMR), and
known that 90% maternal mortality
rate (MMR) caused by blooding,
toxsemias gravidum, infection, old
partus, and abortion complications.
These deaths always happened after
birth and actually it can be prevented.
This case is not different from caused
of mother death in Riau Islands
Province, as shown in pictures 4.4, as
follows:
53Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Lain-lain; 10; 34%
Komplikasi Abortus; 2;
7%
Infeksi; 2; 7%
Eklamsi; 3; 10%
Perdarahan; 12; 42%
Penyebab Kematian Ibu Maternal Gambar di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
: 4.4 Pictures Caused Of Maternal Mortality Rate (MMR)
In Riau Islands Province Year 2007
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga, Dinkes Prov.Kepri, 2008 Source: Family Health Section, Health Department of Riau Islands Province, 2008
Berdasarkan gambar 5 di atas
dapat dilihat bahwa penyebab kematian
ibu maternal yang paling banyak adalah
perdarahan yaitu sebanyak 12 orang
(42%), yan diikuti oleh eklamsi sebanyak
3 orang (10%), infeksi 2 orang (7%) dan
komplikasi abortus sebanyak 2 orang
(7%). Sementara itu faktor lain tercatat
cukup banyak yaitu sebanyak 10 kasus
(34%). Ketidakjelasan penyebab
kematian ini perlu diperhatikan untuk
lebih memperbaiki sistem pencatatan
dan pelaporan karena dengan
mengetahui penyebab kematian akan
mempermudah penentuan program
pencegahan kematian ibu maternal.
Base upon pictures 5 above is
seen that caused of the most
maternal mortality rate (MMR) is
blooding about 12 women (42%)
followed by exclaims for 3 women
(10%), infection 2 women (7%) and
abortion complication is 2 women
(7%).While other factor is 10 cases
(34%) unclear caused of this death
need to attended for more better
fixing in reporting and noting system.
By knowing that will easier to make
maternal mortality rate (MMR)
prevention programs.
54Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
4.1.4 Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)
4.1.4 Life Expectation
Keberhasilan program kesehatan
dan program pembangunan sosial
ekonomi pada umumnya dapat dilihat
dari peningkatan usia harapan hidup
penduduk dari suatu negara.
Meningkatnya perawatan kesehatan
melalui Puskesmas, meningkatnya daya
beli masyarakat akan meningkatkan
akses terhadap pelayanan kesehatan,
mampu memenuhi kebutuhan gizi dan
kalori, mampu mempunyai pendidikan
yang lebih baik sehingga memperoleh
pekerjaan dengan penghasilan yang
memadai, yang pada gilirannya akan
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan memperpanjang usia
harapan hidupnya. Angka harapan hidup
merupakan alat untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada
umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka
harapan hidup yang rendah di suatu
daerah harus diikuti dengan program
pembangunan kesehatan, dan program
sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori
termasuk program pemberantasan
kemiskinan.
The success of health programs
and social-economics developing
programs generally can be seen from
people life expectation age increase
in a country. The increases of health
cares in society health center and
society affordable will increase
access to health services; efforts to
fulfill nutrition needs and calories,
better education, makes easier to get
good job with good salaries, and it will
improve health level of society and
increase life expectation. Life
expectation is a tool to evaluate
government work in increasing people
prosperity generally, and increasing
level of health especially the lower life
expectation in a region must followed
by health developing programs, and
other social programs including
environment health, enough calories
nutrition and its all included in poverty
prevention programs.
Berdasarkan data dari BPS, Jakarta
(2008) dilaporkan bahwa angka harapan
Base upon Statistic Central
Department, Jakarta (2008 reported
55Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
hidup masyarakat Kepulauan Riau dari
tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan walaupun pertambahannya
relatif kecil. Pada tahun 2005 angka
harapan hidup Kepulauan Riau berkisar
69,5 tahun, pada tahun 2006 meningkat
menjadi 69,6 tahun dan pada tahun 2007
angka ini tetap yaitu 69,6 tahun. Angka
harapan hidup lebih rinci menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut:
that life expectation in Riau Islands
Province from year to year increase
even in small addition relatively. In
2005 life expectation in Riau Islands
is 69.6 years, and in 2006 increase to
69.9 years and in 2007 this number
constant at 69.6 years. Life
expectation according to
Districts/cities can be seen at list 4.1
specifically, as follows :
Angka Harapan Hidup Masyarakat Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2007 Tabel 4.1 : Table Life expectation Of Society In Riau Islands According To Districts/Cities Of Riau Islands Year 2005-2007
No. Kab/Kota 2005 2006 2007
69,8 1 Karimun 69.5 69.7 69,6 2 Bintan 69.3 69.5 68,0 3 Natuna 67.5 67.9 69,7 4 Lingga 69.2 69.6 70,6 5 Batam 70.5 70.6 69,4 6 Tanjungpinang 69.1 69.4
Provinsi 69.5 69.6 69,6 Sumber : Badan Pusat Statsitik, Indeks Pembangunan Manusia 2005-2007, Jakarta 2008 Source : Statistic Central Department, Huma Development Index 2005-2007, Jakarta 2008 4.2 Angka Morbiditas (Angka
Kesakitan) 4.2 Morbidity Rate
Angka kesakitan merupakan salah
satu indikator kesehatan yang paling
sensitif di samping angka kematian dan
angka harapan hidup. Angka kesakitan
dapat diketahui baik dari survey,
pencatatan dan pelaporan sarana
Morbidity rate is one of the
sensitive health indicators beside
mortality and life expectation. Number
of sickness knew that from survey,
nothing and reporting health facilities
and base upon society report. The
56Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
kesehatan dan berbasis laporan
masyarakat. Gambaran/pola 10 penyakit
terbanyak berdasarkan kunjungan
puskesmas Provinsi Kepulauan Riau
pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel
4.2 berikut :
picturing 10 most disease pattern
base upon visiting of society health
central Riau Islands Province in 2007
seen on list 4.2, as follows:
Gambaran/Pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Puskesmas Provinsi Kepulauan Riau Pada Tahun 2007 Tabel 4.2 : Table Picturing/10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Of Society Health Center In Riau Islands Province In Year 2007
Jenis Penyakit Jumlah No Kinds of Disease Total
1 ISPA / Respiratory Infection 186.619
2 Hypertensi / Hypertention 28.811
3 Diare dan GE / Diarrhea And GE 25.442
4 Reumatik / Rheumatic 22.332
5 Penyakit kulit alergi / Allergic 19.134
6 Penyakit kulit infeksi / Skin Infection 16.236
7 ISPA Akut lainnya / Other Accut Respiratory Infection 15.173
Peny pulpa dan jaringan peripikal / Pulpa and Peripikal
Disturbances 14.7218
9 Malaria / Malariae 7.161
10 Penyakit mata lainnya / Other Eyes Disease 6.098
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source:Health Services Section, Health Department Riau Islands Province, 2008
Sedangkan gambaran/pola 10
penyakit terbanyak berdasarkan
kunjungan rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap di rumah sakit
Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut:
While picturing 10 most
diseases pattern base upon visiting
hospital (hospitalized and out medical
care) in Riau Islands Province
Hospitals seen on list 4.3, as follows:
57Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Gambaran/pola 10 Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Baik Rawat Jalan Maupun Rawat Inap di Rumah Sakit Tabel Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 4.3 : Table Picturing 10 Most Diseases Pattern Base Upon Visiting Hospitals (Hospitalized And Home Medical Care) In Riau Islands Province Hospitals Year 2007
No Penyakit pada Rawat
Jalan Jumlah Kasus
Penyakit pada Rawat Inap
Jumlah Kasus
Home medical care disease
Total Hospitalized Total disease
1 ISPA / 24.270 Diare & GE 2.831Respiratory Infection Diarrhea & GE
2 Diare & GE 7.507 DBD 1.923Diarrhea & Ge DBD/Dengue
3 Faringitis Akut / 7.219 Malaria Klinis 1.105Accute Faringitis Clinics Malariae
4 Peny Pulpa & jar.peripikal /
6.593 ISPA 953Respiratory infection
Pulpa & Peripikal Disturbances
5 Demam dg sebab tidak diketahui /
5.429 Gastritis 583
Unknown Fever Caused 6 Peny Kulit / 3.514 Demam tipoid & Paratipoid 473
Skin Disease Tipoid Fever & Paratipoid 7 Gastritis & Duodemitis 3.075 Cedera ytd 468
Wound 8 Konjungtivitis / 2.612 Demam ytd 459
Conjungtivitis Fever 9 Gangguan Refraksi / 2.098 Appendiks 446
Refraktion Disturbances 10 Peny. Gusi / 1.821 Pneumonia 360
Gums Disease Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 SourceHealth Services Section, Health Department Riau Islands Province, 2008
Dari dua tabel di atas (tabel 4.2
dan tabel 4.3) dapat dilihat bahwa
penyakit yang mayoritas diderita
masyarakat yang dilihat berdasarkan
kunjungan masyarakat ke sarana
pelayanan kesehatan baik di pelayanan
dasar (Puskesmas) maupun pelayanan
kesehatan rujukan (rumah sakit) adalah
penyakit ISPA. Jumlah total penderita
ISPA selama tahun 2007 adalah 210.889
From the list 2 above (list 4.2
and list 4.3) seen that the majority
disease of people who visiting the
society health center and
reconciliation health services is
respiratory infection. Total number of
respiratory infections in 2007 is
210.889. Respiratory infection is the
main caused of baby and children
under five years old in Indonesia.
58Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
penderita. ISPA masih merupakan
penyakit utama penyebab kematian bayi
dan balita di Indonesia. Dari beberapa
hasil SKRT diketahui bahwa 80% - 90%
dari seluruh kasus kematian akibat ISPA,
disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia
merupakan penyebab kematian pada
balita dengan peringkat pertama hasil
Surkesnas 2001. ISPA sebagai
penyebab utama kematian pada bayi
dan balita diduga karena pneumonia
merupakan penyakit yang akut dan
kualitas penatalaksanaan masih belum
memadai. Upaya dalam rangka
pemberantasan penyakit infeksi saluran
pernapasan akut lebih difokuskan pada
upaya penemuan dini dan tatalaksana
kasus yang cepat dan tepat terhadap
penderita pneumonia balita yang
ditemukan.
From SKRT results known that 80%-
90% of respiratory infection death
cases is pneumonia, results of
National Health Survey 2001 shows
that pneumonia is the first and the
main caused of children under five
years old death. Respiratory
infections are the main caused of
baby and under five years mortality
and estimated that pneumonia is one
of acute disease and quality of its
implementation is un adequate. The
efforts of preventing acute respiratory
infection disease disease is focused
to the early detection and do the fast
and right actions.
Sementara itu penyakit yang
berhubungan erat dengan sanitasi dan
higiene pribadi terlihat masih cukup
tinggi seperti penyakit diare dan GE,
penyakit kulit infeksi, penyakit tipoid,
dimana jenis penyakit ini diakibatkan
oleh tingkat kebersihan yang rendah
termasuk ketersediaan air bersih.
Pembenahan dan perbaikan sanitasi
lingkungan dan higiene pribadi akan
meminimalisir jumlah penderita penyakit
ini. Promosi perilaku hidup bersih dan
sehat perlu terus digalakkan untuk
While the disease related to
private hygienic and sanitation is still
higher likes diarrhea and GE, skin
infections, typhoid, and all this
disease caused by lower level of
health including clean water supplies.
By fixing of environment sanitation
and private hygienic will minimalist
number of disease. Clean healthy life
behavior promotion have to built to
change society behavior. All this
efforts will reach optimally if the
balancing system of clean water
59Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
merubah perilaku masyarakat menjadi
perilaku hidup yang mendukung
terwujudnya perilaku hidup sehat.
Semua upaya ini akan tercapai secara
optimal jika diimbangi dengan
ketersediaan sarana pendukung seperti
ketersediaan air bersih dan sistem
pengelolaan sampah dan limbah
masyarakat.
supplies and rubbish managing
system is good.
Dari tabel di atas juga terlihat
bahwa saat ini masyarakat menanggung
beban ganda penyakit yaitu penyakit
infeksi dan penyakit degeneratif. Bahkan
beberapa penyakit baru (new emerging
diseases) juga sedang menjangkiti
masyarakat seperti SARS, Cikungunya,
dan bahkan penyakit lama yang telah
diproklamirkan sudah lenyap dari
masyarakat ditemukan muncul kembali
seperti penyakit polio. Namun penyakit
infeksi masih merupakan penyakit yang
paling banyak diderita masyarakat
seperti ISPA (kasus terbanyak), diare,
malaria, dan penyakit kulit. Berikut ini
akan diuraikan beberapa situasi penyakit
menular yang perlu mendapat perhatian,
termasuk situasi penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),
penyakit potensial wabah/KLB, situasi
penyakit tidak menular.
From the list above shows that
people in this recent days burden
double diseases those are infections
and degenerative. Even some new
emergency disease likes SARS,
cikungunya, and even polio. But
infection disease is the most disease
found in society likes respiratory
infection (most cases), diarrhea,
malaria, and skin infections. Later will
describe about some situation of
contamination disease that need to
have attention, including disease that
prevented by immunization (PD31),
epidemic, un infection disease
situation.
60Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
4.2.1 Penyakit Menular 4.2.1 Communicable disease
Penyakit menular masih merupakan
jenis penyakit yang dominan diderita
masyarakat. Berikut ini akan diuraikan
beberapa penyakit menular yang
mendapat perhatian lebih karena
mempunyai dampak yang luas di
masyarakat dan juga karena adanya
komitmen secara nasional dan
internasional dalam pengendalian
penularan penyakit, yang meliputi
penyakit malaria, TB Paru, HIV/AIDS,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
Kusta, Penyakit yang dapat dicegah
dengan Imunisasi (PD3I).
Communicable disease is a
dominant disease in society. Some
communicable disease will describes
later which need to get more attention
on it because it will give wide impacts
to the society, and also there is a
commitment of national and
international in preventing
contaminates disease such as:
malaria, lungs TB, HIV/AIDS,
respiratory infections, leprosis, and
prevented disease by immunizations,
a. Penyakit Malaria a. Malaria
Malaria adalah penyakit yang
menyerang manusia, burung, kera dan
primata lainnya, hewan melata dan
hewan pengerat, yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dari genus Plasmodium
dan mudah dikenali dari gejala meriang
(panas dingin menggigil) serta demam
berkepanjangan. Pertumbuhan
penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi
yang buruk, serta daerah yang terlalu
padat, membantu memudahkan
penyebaran penyakit ini. Pembukaan
lahan-lahan baru serta perpindahan
penduduk dari desa ke kota (urbanisasi)
Malaria is a disease which
attacks human, birds, monkey, and
other primate, crawl animal and
caused by protozoa infection from
plasmodium genus and easily
recognized (long fever). Growth of
people rapidly, migration, bad
sanitation and rapid region will help to
distribute this disease. Opening new
lands and urbanization makes
possibilities for mosquito and human
contact in that region.
61Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
telah memungkinkan kontak antara
nyamuk dengan manusia yang bermukim
di daerah tersebut.
Dengan munculnya program
pengendalian yang didasarkan pada
penggunaan residu insektisida,
penyebaran penyakit malaria telah dapat
diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950,
malaria telah berhasil dibasmi di hampir
seluruh Benua Eropa dan di daerah
seperti Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Namun penyakit ini masih
menjadi masalah besar di beberapa
bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara.
Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria
terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1
persen diantaranya fatal. Seperti
kebanyakan penyakit tropis lainnya,
malaria merupakan penyebab utama
kematian di negara berkembang.
By appearing the preventing
programs base upon insecticides
residue uses, malaria disease
distribution will be handled faster and
precisely. In 1950, malaria is defected
in all Europe continent and in mid and
south America. But this disease is a
main problem in Africa continent and
Southern Asia about 100 millions of
malaria cases happened every year
and 1% is fatal. Just like other tropical
disease, malaria is a main caused of
death in developing country.
Kondisi geografis Kepulauan Riau
dimana sebagian besar wilayahnya
merupakan wilayah perairan/rawa-rawa
menyebabkan semua kabupaten/kota di
wilayah ini merupakan daerah endemis
malaria. Banyaknya kasus malaria yang
terdeteksi di Provinsi Kepulauan Riau
pada tahun 2007 sebanyak 31.325 kasus
malaria klinis dengan angka kesakitan
20.67 per 1.000 penduduk dan 2.534
malaria positif dengan angka kesakitan
1,82 per 1.000 penduduk. Jika
dibandingkan dengan kondisi tahun
Geographic condition of Riau
Islands which most of its territorial is
water or mangroves caused all
Districts/cities in this territorial as a
malaria endemic region. Many
malaria cases detected in Riau
Islands Province in 2007 about
31.325 cases with morbidity rateing
20.67 per 1.000 people and 2.534
positively malaria with morbidity rate
1.82 per 1.000 people. If we compare
the condition in year 2006 shows that
number of malaria sickness year
62Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
2006, terlihat bahwa angka kesakitan
malaria tahun 2007 mengalami
penurunan dimana pada tahun 2006
angka kesakitan malaria sebesar 26,11
per 1.000 penduduk. Sama dengan
keadaan pada tahun 2006, pada tahun
2007 terjadi KLB malaria di Kabupaten
Bintan dengan jumlah penduduk yang
terancam sebanyak 2.452 orang, namun
tidak menimbulkan korban jiwa.
Persebaran kasus malaria menurut
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan
Riau pada tahun 2007 dapat dilihat pada
lampiran tabel 11.
2007 decrease and in 2006 number
of malaria is 26.11 per 1.000 people.
Same like condition in 2006, and year
2007 happened un usual malaria
disease in Bintan regency by number
of people in danger is 2.452 people,
but there is no death case.
Distribution of malaria cases
according to Districts/cities in Riau
Islands Province in 2007 can be seen
on enclosure list 11.
Faktor lain selain faktor
lingkungan alam yang memegang
peranan terhadap penyebaran penyakit
malaria adalah lingkungan buatan
manusia seperti adanya bekas galian
tambang yang dibiarkan terbuka,
selokan-selokan yang menggenang akan
menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk anopeles yang merupakan
vektor penyebaran penyakit ini. Gerakan
seluruh elemen masyarakat untuk
perbaikan sanitasi lingkungan perlu
ditingkatkan agar dapat menekan angka
kejadian malaria di masyarakat.
Other factors beside natural
environment factor play role in
distributing this disease, human made
environment likes open drilled mining,
gagged drainage, will be a good
fertilization of anopheles mosquito
that is vector of this disease. Society
movement to fix environment
sanitation is increased to emphasized
number of malaria in society.
b. Penyakit TB Paru b. Tuberculose
Penyakit tuberculosis (TB) adalah
penyakit infeksi menular yang
Tuberculose (TB) is a
contaminated infection which caused
63Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit tuberkulosis
adalah penyakit yang sangat epidemik
karena kuman mikrobakterium
tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga
penduduk dunia. Program
penaggulangan secara terpadu baru
dilakukan pada tahun 1995 melalui
strategi DOTS (directly observed
treatment shortcourse chemoterapy),
meskipun sejak tahun 1993 telah
dicanangkan kedaruratan global penyakit
tuberkulosis. Kegelisahan global ini
didasarkan pada fakta bahwa pada
sebagian besar negara di dunia, penyakit
tuberkulosis tidak terkendali, hal ini
disebabkan banyak penderita yang tidak
berhasil disembuhkan, terutama
penderita menular (BTA positif).
by mycobacterium tuberculose
bacteria. Tuberculose is a disease
which endemic because of
mycobacterium bacteria. Tuberculose
has infected two third of people in the
world. Integrated prevention program
has been done in 1995 by DOT
(Directly Observed Treatment Short
Course Chemotherapy) programs,
therefore since 1993 is established
global emergency of tuberculose
disease. Nervousness of this disease
base upon facts that most of big
country in the world, tuberculose
disease is uncontrolled this is
because many of tuberculose patient
is uncured, especially contaminated
people (BTA positive).
Pada tahun 1995, diperkirakan
setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta
penderita dengan kematian tiga juta
orang (WHO, 1997). Di negara-negara
berkembang kematian karena penyakit
ini merupakan 25% dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat
dicegah. Diperkirakan 95% penyakit
tuberkulosis berada di negara
berkembang, 75% adalah kelompok usia
produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis
juga telah menyebabkan kematian lebih
banyak terhadap wanita dibandingkan
dengan kasus kematian karena
In 1995, estimated that every
year almost nine millions of people
with TB and 3 millions are died
(WHO, 1997). In developing
countries, death caused by this
disease is 25% from all death, that
exactly can be prevented, 95% TB in
developing countries 75% is a group
of productive age (15-50 years old).
TB also has caused death more
death woman compare to death
because of pregnancy, birth and after
birth periods.
64Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
kehamilan, persalinan dan nifas.
Di indonesia pada tahun yang
sama, hasil survey kesehatan rumah
tangga (SKRT) menunjukkan bahwa
penyakit tuberkulosis merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan penyakit infeksi
saluran pernapasan pada semua
kelompok usia, dan nomor satu dari
golongan penyakit infeksi. WHO
memperkirakan setiap tahun menjadi
583.000 kasus baru tuberkulosis dengan
kematian sekitar 140.000. secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita baru
tuberkulosis dengan BTA positif.
In Indonesia at the same year,
the result of house health survey
shows that TB is one of caused death
number 3 after heart attack and
respiratory infections for all ages, and
number one from all infected disease
group. WHO estimates every year
there are 583.000 new TB cases
followed by death about 140.000.
Roughly estimation every 100.000
people of Indonesia there are 130
new people with TB (BTA Positive).
Pada tahun 2007 jumlah kasus TB
paru di Kepulauan Riau tercatat
sebanyak 4.041 kasus TB klinis dan 707
kasus dengan BTA (+), jumlah yang
menjalani pengobatan sebanyak 1.353
penderita dengan jumlah yang sembuh
575 (42,50%). Jika dibandingkan dengan
tahun 2006 dapat dilihat bahwa
persentase angka kesembuhan
penderita mengalami peningkatan dari
36,24% menjadi 42,50%. Namun
peningkatan ini masih jauh dari target
angka kesembuhan nasional dimana
angka kesembuhan BTA(+) ditargetkan
mencapai 85% pada tahun 2010.
Pencapaian angka kesembuhan yang
paling rendah terdapat di Kabupaten
In 2007, number cases of TB
lungs in Riau Islands note about
4.041 case TB clinics and 707 cases
with BTA(+), number of doing medical
about 1.353 people with TB and
number of cure 575 (42.50%) if we
compare in 2006 can be seen that
percentage number of cure increase
from 36.24% become 42.50%. But
this increasing is below from target
number of national cure where cure
BTA (+) is targeted reach 85% in
2010. Lowest number curing
achievement is in Natuna Regency
that is 3.03% and Batam City 29.77%.
Detail data about distribution of TB
Lungs people refers to Districts/cities
65Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Natuna yaitu 3,03% dan Kota Batam
29,77%. Data lebih rinci mengenai
distribusi penderita TB paru menurut
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan
Riau dapat dilihat pada tabel lampiran
in Riau Islands Province can be seen
on list of enclosure.
Dewasa ini penyakit TB telah bisa
disembuhkan dengan baik.
Permasalahan yang sering dijumpai
yang menyebabkan rendahnya cakupan
angka kesembuhan BTA (+) berkaitan
dengan status sosial ekonomi
masyarakat mengakibatkan rendahnya
tingkat kesadaran masyarakat dalam
berobat TB dan adanya anggapan
masyarakat bahwa Tb merupakan
penyakit kutukan yang tidak bisa
disembuhkan. Hal ini membawa dampak
seorang penderita dalam menjalankan
pengobatan sering setengah-setengah
sehingga hasilnya tidak maksimal.
Padahal jika seorang menderita tidak
melakukan pengobatan secara tuntas
sampai enam bulan dan tidak konsisten
dalam mengkonsumsi obat akibatnya
kuman TB akan menjadi resisten (kuman
menjadi kebal) dan bila tidak
disembuhkan seorang penderita TB akan
menularkan penyakitnya ke sepuluh
sampai lima belas orang lainnya.
Penularan kuman TB sangat cepat saat
ini terkait dengan semakin merebaknya
HIV/ AIDS. Untuk mendukung
pengobatan sampai tuntas perlu
Now days TB disease has been
cured very well. The problems often
found which caused lower of scope
number of cure BTA(+) relates to
society social-economics status and
caused lower level society awareness
in curing TB and there is suggestion
in society that TB is a caused disease
an un cured, the impact of TB people
is unserious doing medical cure of TB
and the result is not maximal. TB
people has curing periods for 6
months continuously and if stop
consumes tablet given the TB
bacteria become resistant, and if not
cure it will infected 10 or 15 other
people. Contamination of TB bacteria
is very fast in this recent day, relates
to more HIV/AIDS to support in curing
TB needs medical drink controller to
help patient more discipline in taking
medicines. Medicine Drink Controller
is needed and usually come from
close family.
66Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Pengawas Minum Obat (PMO) untuk
membantu pasien berdisplin minum obat.
PMO ini sangat diperlukan dan biasanya
berasal dari keluarga terdekat.
c. Penyakit Kusta c. Leprosis
Penyakit kusta adalah penyakit
menahun yang disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit
tersebut sering menyerang syaraf tepi
dan kulit. Penularan kusta secara pasti
belum diketahui. Sebagian besar ahli
berpendapat kusta dapat menular
melalui udara dan dengan adanya
kontak kulit dengan kulit penderita yang
berlangsung lama. Kusta yang menular
adalah kusta tipe basah yang belum
mendapat pengobatan. Masa
inkubasinya berlangsung lama, rata-rata
2-5 tahun bahkan bisa mencapai 40
tahun.
Leprosis is acute disease
which caused by leprosis bacteria
(Mycobacterium Leprous).This
disease often attack side nerves and
skin. Leprosis contaminated is
unknown. Many scientist said that
leprosis can be contaminated through
the air and touch skin with leprosis
people in long time periods.
Contaminated leprosis is wet leprosis
which hasn’t touched by medicine
and medical treatment. An incubation
period takes long time, and the
average is 2-5 years even 40 years.
Penyakit ini merupakan penyakit
yang sudah lama ada di dunia. Rasa
takut kusta masyarakat sangat tinggi
karena penderita kusta tanpa
pengobatan mengakibatkan cacat yang
mengerikan. Penyakit kusta merupakan
salah satu penyakit menular yang
mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Proses penularannya
berlangsung lama, namun penyakit ini
bisa disembuhkan tergantung dari tipe
This is an old disease in the
world society afraid of this disease is
higher because leprosis people
without medical treatment can caused
horrible physical defect. Leprosis
disease is one of communicable
disease which get serious attention
from government. Infected or
contaminated periods take a long
time, but this disease can be cured
depend on type and new innovations.
67Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
penyakit dan cepatnya penemuan. Ada
dua jenis penyakit kusta yaitu
Paucibacillary (PB) dan Multibacillary
(MB). Jenis PB memerlukan waktu
pengobatan 6 bulan sedangkan MB
memerlukan waktu pengobatan 12
bulan. Bila kasus ditemukan masih
dalam keadaan dini maka
pengobatannya mudah dan sembuh
tanpa cacat fisik. Penyakit kusta timbul
karena masyarakat kurang
memperhatikan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan. Melalui pola
hidup sehat, penyakit ini bisa dihindari.
Penyakit kusta dapat disembuhkan
setiap tahap penyakit.
There are two types of leprosis:
paucibacillarry (PB) and Multibacillary
(MB), PB types need 6 months for
curing and MB types take 12 months
for curing. If the case found earlier so
it’s easier to cure and no physical
defect. Leprosis appears for less
attention in keeping clean
environment society. By healthy life
pattern, this disease is prevented
leprosis can be cured on every stage.
Untuk mencapai Eliminasi Kusta
dari seluruh provinsi pada tahun 2005
dan kabupaten pada tahun 2007/2008 di
Indonesia dan untuk mencegah
meluasnya penyakit kusta, telah
dilakukan upaya penjaringan penderita
secara aktif dengan melakukan
pengecekan secara langsung ke
lapangan. Upaya ini dilakukan agar para
penderita kusta mudah dideteksi. Namun
demikian, upaya mendeteksi penyakit
kusta dirasakan sangat sulit sebab
sebagian besar warga merasa malu
karena adanya anggapan masyarakat
bahwa penyakit ini dinilai sebagai
penyakit kutukan.
To reach leprosis elimination of
all provinces in 2005 and Districts in
2007/2008 in Indonesia and to
prevent expand of leprosis, have
been done efforts to get leprosis
people actively by doing check up in
the field. This effort is done in order
for leprosis people easy to defect.
Therefore, defected effort is still
difficult because most of people
shame on this disease as a curse
disease.
Secara Nasional, Indonesia telah Nationally, Indonesia has
68Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
mencapai Eliminasi Kusta sejak Juni
2000. Artinya secara Nasional, angka
prevalensi kusta di Indonesia lebih kecil
dari 1 per 10.000 penduduk. Namun
untuk tingkat provinsi dan kabupaten
sampai akhir tahun 2002 masih ada 13
provinsi dan 111 kabupaten yang angka
prevalensinya diatas 1 per 10.000
penduduk.
reached leprosis elimination since
June 2000, means nationally, leprosis
prevalence number in Indonesia
lower from 1 per 10.000 people. But
to province and Districts level until
2002 there are 13 provinces and 111
Districts that prevalence number is
above 1 per 10.000 people.
Meskipun Kepulauan Riau bukan
termasuk salah satu kantong
penyebaran penyakit kusta, namun
kasus kusta masih dijumpai di
Kepulauan Riau. Sampai tahun 2007
tercatat sebanyak 113 penderita yang
terdiri dari 68 penderita PB (RFT PB
sebanyak 38 penderita) dan 45 penderita
MB (RFT MB sebanyak 27 penderita).
Jika dibandingkan dengan tahun 2006,
terlihat adanya penambahan kasus
sebanyak 7 kasus. Distribusii penderita
penyakit kusta menurut kabupaten/kota
dapat dilihat pada tabel lampiran 12.
However, Riau Islands is not
including one of distributing leprosis
disease but leprosis cases still find in
Riau Islands. Until 2007 noted that
113 people consists of 68 PB people
(RFT PB is 38 people) and 45 MB
people (RFT MB is 27 people). If
compare to 2006, seen that there is
increasing case about 7 cases.
Leprosis disease distribution refers to
Districts/cities can be seen on list
enclosure 12.
Secara nasional berbagai upaya
percepatan (akselerasi) pemberantasan
penyakit kusta telah dilakukan antara lain
melalui kampanye eliminasi kusta,
Special Action Project for the Elimination
of Leprosis (SAPEL) di daerah yang sulit
dicapai karena kondisi geografis, Rapid
Village Survey (RVS) untuk menemukan
dan mengobati penderita yang
tersembunyi, dan kerjasama dengan
Nationally, many efforts in
acceleration of leprosis prevention
has done by leprosis elimination
campaign, Special Action Project for
The Elimination of Leprosis (SAPEL)
in difficult region or un reached
region by geography condition. Rapid
Village Survey (RVS) to find and cure
hidden people in leprosis and work
together to Indonesia skin specialist
69Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Persatuan Dokter Spesialis Kulit
Indonesia (Perdoski) dalam penemuan
dan pengobatan penderita.
Doctor Organization in innovations
and medical people.
d. Penyakit HIV/AIDS d. HIV/AIDS
Salah satu aspek kesehatan yang
pada akhir abad ke-20 merupakan suatu
bencana bagi manusia adalah timbulnya
penyakit yang disebabkan oleh suatu
virus yaitu HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang dapat
menimbulkan AIDS (Aquarired
Immunodeficiensy Syndrome). Kasus
HIV/AIDS menunjukkan kecenderungan
meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan
saat ini dapat dikatakan bahwa kasus
HIV/AIDS sudah termasuk kategori
mengkhawatirkan karena penyakit ini
tidak hanya terjadi pada sub populasi
tertentu (concentrated) bahkan sudah
mulai memasuki populasi umum
(generalized). Kasus HIV/AIDS tidak saja
hanya masalah kesehatan namun lebih
cenderung menjadi isu sosial. Hal ini
terkait dalam pola penyebaran penyakit
yang banyak dipengaruhi oleh perilaku
hidup sosial masyarakat seperti
penyalahgunaan zat psikoterapika serta
perilaku seks menyimpang dan tak aman
akibat pergaulan yang terlampau bebas.
One of health aspect in this
recent 20 centuries is one of disaster
to human being, appealing of this
disease caused by a virus called HIV
(Human Immunodeficiency
Syndrome). HIV/AIDS cases shows
tends to increasing from year to year.
Even in this recent days mentioned
that HIV/AIDS cases already included
worry category. This disease not only
happen in a concentrated Population,
even in generalized population.
HIV/AIDS case is not only a health
problem but tends o social issue. This
is related in distribution pattern of
disease that more influences by
society social life behavior likes using
psychotropic substances and free
sex.
Kasus HIV/AIDS pertama sekali
ditemukan di Provinsi Kepulauan Riau
HIV/AIDS cases first time
found in Riau Islands Province in
70Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
pada tahun 1992 dengan 1 kasus.
Sedangkan kasus AIDS dari laporan
rumah sakit pertama sekali ditemukan
pada tahun 1998 dengan 4 kasus.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
SSA WHO (2005) diketahui bahwa
jumlah kasus baru HIV/AIDS sepanjang
tahun 2006 di Kepulauan Riau sebanyak
340 HIV (+) dan 101 AIDS, sehingga
secara kumulatif jumlah penderita
sampai tahun 2006 adalah sebanyak
1.068 kasus HIV (+) dan 434 kasus AIDS
dengan jumlah penderita yang telah
meninggal sebanyak 197 penderita.
Sementara itu untuk data jumlah
penderita HIV/AIDS tahun 2007
dilaporkan terdapat 1.352 kasus. Jumlah
kasus ini kemungkinan lebih banyak lagi
di masyarakat mengingat jumlah
penderita HIV/AIDS digambarkan
sebagai fenomena gunung es (iceberg
phenomena) dan juga adanya
keterbatasan dana untuk melakukan
surveilans secara aktif.
1992 by 1 case, while AIDS case
from hospital reported, first time found
in 1998 with 4 cases. Base upon data
which get from SSA WHO (2005)
known that new cases of HIV/AIDS
for all the year 2006 in Riau Islands
15.340 HIV(+) and 101 AIDS. So
cumulative number of HIV/AIDS
people until 2006 is 1.068 cases HIV
(+) and 434 cases AIDS with number
of HIV/AIDS people died is 197
people. Meanwhile, number of data
HIV/AIDS 2007 reported there are
1.352 cases. Number of this case
may be more in society reminding
that number of HIV/AIDS people
drawn as a iceberg phenomena and
also limited budget to surveillance
actively.
Pada tahun 2005-2006, Dinas
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
mendapat bantuan hibah dari Global
Fund (GF-ATM) yang mempunyai
program focus dalam penanganan
kasus AIDS, TB dan Malaria. Bantuan ini
dirasakan sangat bermanfaat dalam
menyelenggarakan berbagai kegiatan
yang berkaitan langsung dalam
In year 2005-2006, Health
Department of Riau Islands Province
get fund from Global Fund (GF-ATM)
which have focus programs in
preventing AIDS cases, TB and
Malaria. This fund very useful in
implementing many activities directly
related in decreasing number of
HIV/AIDS include surveillance. But in
71Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
menurunkan angka kejadian HIV/AIDS
termasuk dalam surveilans. Namun pada
tahun 2007, kegiatan GF-ATM di seluruh
Indonesia termasuk Provinsi Kepulauan
Riau dibekukan. Trend perkembangan
jumlah penderita HIV/AIDS dapat dilihat
pada gambar 4.6 berikut :
2007, activities of GF-ATM in
Indonesia included Riau Islands
Province is freezed. Developing
trends number of HIV/AIDS can be
seen on pictures 4.6, as follows :
Perkembangan Jumlah Pengidap HIV yang Terdeteksi di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau sampai Tahun 2007
Gambar
050
100150200250300350400
Jum
lah
Peng
idap
HIV
+
Batam 97 29 32 50 102 244 259 193
Karimun 1 1 20 16 38 46 32 53
Tanjungpinang 0 0 0 16 27 9 49 62
Provinsi 98 30 52 82 167 299 340 308
<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
:
4.5 Pictures Developing Number Of HIV Detected In Districts/Cities Of Riau Islands Provinces Until Year 2007
Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,2008 Source: P2-PL Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008
72Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Perkembangan Jumlah Penderita AIDS di Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007 Gambar
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jml P
engi
dap
HIV
/AID
Syg
Men
ingg
al
Batam 7 7 8 11 21 24 8 35
Karimun 1 1 16 12 17 14 5 15
Tanjungpinang 0 0 4 3 9 15 14 20
Provinsi 8 8 28 26 47 53 27 70
<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
0
20
40
60
80
100
120
140Ju
mla
h Pe
nder
ita A
IDS
Batam 9 8 14 26 46 62 48 63
Karimun 1 1 20 16 38 33 24 23
Tanjungpinang 0 0 0 16 27 16 29 39
Provinsi 10 9 34 58 111 111 101 125
<2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
:
4.6 Pictures Developing Number Of AIDS People In Districts/Cities Of Riau Islands Province Until Year 2007
Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,2008 Source: P2-PL Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008
Jumlah Penderita HIV/AIDS yang Meninggal di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Sampai Tahun 2007
Gambar :
4.7 Pictures Number Of HIV/AIDS People Who Died In Districts/ Cities of Riau Islands Provinces Until Year 2007
Sumber : Bidang P2-PL Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,2008 Source: P2-PL Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008
73Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Menyikapi peningkatan kasus
HIV/AIDS yang berkembang terus dari
tahun ke tahun dan beban yang akan
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat
akibat penyakit HIV/AIDS ini pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau mengambil
langkah serius dalam upaya
pemberantasan penyakit HIV/AIDS
dengan membentuk Komisi
Pemberantasan AIDS Daerah (KPAD)
Provinsi Kepulauan Riau yang secara
aktif beroperasional sejak tahun 2007.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang bahaya
HIV/AIDS yang sebenarnya penyakit ini
dapat dicegah dengan menghindari
perilaku yang beresiko terhadap
penularan.
Refers to increasing of
HIV/AIDS cases which continue
develop from year to year and
abandoned by Government and
Society. Result of HIV/AIDS disease,
Riau Islands Province must take a
serious action in preventing HIV/AIDS
by established Regional AIDS
Prevention Commission of Riau
Islands Province which actively
operationed since year 2007. many
activities have done to improve
knowledge and society awareness
about the danger of HIV/AIDS, that
actually this disease can be
prevented by not doing high risk
behavior.
e. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
e. Acute Respiratory Infection
Disease
ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita
yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari
kunjungan di puskesmas adalah oleh
penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
yang disebabkan oleh ISPA mencakup
Acute respiratory infection
disease is one of health problem
which important because it’s caused
higher baby and under five years
mortality about 1 of 4 death
happened. Every child is estimated
having 3 – 6 episodes of acute
respiratory infection disease every
year. 40-60% of society health center
visitor is acute respiratory infection
74Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
20%-30%. Kematian yang terbesar
umumnya adalah karena pneumonia dan
pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Menurut hasil SKRT dan Surkesnas
bahwa penyakit ISPA dan Sistem
Pernafasan merupakan penyebab utama
kematian bayi dan balita. Dari Surkesnas
2001 diketahui bahwa 80%-90% dari
seluruh kasus kematian ISPA
disebabkan olah pneumonia dan
pneumonia merupakan penyebab
kematian balita peringkat pertama.
Dalam tabel berikut disajikan proporsi
penyebab kematian bayi dan Balita yang
disebabkan oleh penyakit sistem
pernafasan.
diseases. From all death caused by
respiratory infections, scoped 20% -
30% death which most of it generally
caused by pneumonia to a baby at
less than 2 months ages. According
to SKRT and National Health Survey
results that respiratory infection and
respiratory system disease is one of
main caused of baby and children
under five years old death. From
National Health Survey 2001 known
that 80% - 90% of all death cases of
respiratory infection caused by
pneumonia and pneumonia is main
caused of death children under five
years old and stay at the first place. In
following list derived that proportion
caused of baby and under five years
mortality is caused by respiratory
system disease.
75Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Proporsi dan Peringkat ISPA/Sistem Pernafasan sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita Berdasarkan Hasil SKRT 1986, 1992, dan 1995, serta Surkesnas 2001 Tabel 4.4 : Proportion and Level Number Of Respiratory Infections/Respiratory System As A Caused Of Infant Mortality and Under Five Years Mortality Base Upon Result of SKRT 1986,1992, and 1995, and also National Health Survey 2001
Table
Penyebab Kematian Balita Penyebab Kematian Bayi Caused of Under five years mortality Caused of Infant Mortality Tahun
SKRT/ Surkesnas Penyakit Proporsi Peringkat Penyakit Proporsi Peringkat
Level Level Disease Proportion Disease Proportion Penyakit Sistem Pernafasan / SKRT 1986 Respiratory system
12.40% IV
Penyakit Sistem Pernafasan / 22.88% I Respiratory system
Penyakit Sistem Pernafasan / SKRT 1992 Respiratory system
36.00% I
Penyakit Sistem Pernafasan / 18.20% I Respiratory system
Penyakit Sistem Pernafasan / SKRT 1995 Respiratory system disturbances
29.50% I
Penyakit Sistem Pernafasan / 38.80% I Respiratory system disturbances
Sistem Pernafasan / Surkesnas
2001 Respiratory System
27.60% II
Sistem Pernafasan / 22.80% I Respiratory System
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003 Source :Health Profile Of Indonesia Year 2003
Pada kurun tahun 2006, kasus
ISPA tercatat menempati urutan pertama
dari 10 pola penyakit berdasarkan
kunjungan puskesmas dengan jumlah
kasus sebanyak 99.058 kasus.
Sementara itu jumlah kasus pneumonia
pada balita terdapat sebanyak 208 kasus
(data dari 4 kabupaten/kota).
In 2006, respiratory infection
cases noted and place on the first
number of 10 disease pattern base
upon society health center visiting
with 99.058 cases. Meanwhile
number of pneumonia cases on
children under five years old is 208
cases ( data from 4 Districts/cities).
76Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
f. Diare f. Diarrhea
Penyakit diare atau berak mencret
merupakan salah satu penyakit yang
sering mengenai bayi dan balita.
Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB seperti halnya Kolera
dengan jumlah penderita yang banyak
dalam waktu yang singkat. Faktor yang
mempengaruhi diare antara lain :
lingkungan, gizi, kependudukan,
pendidikan sosial ekonomi, dan prilaku
masyarakat. Penyebab terjadinya diare
antara lain oleh bakteri, virus, parasit
(jamur, cacing , protozoa), keracunan
makanan/minuman yang disebabkan
oleh bakteri maupun bahan kimia,
kurang gizi, alergi terhadap susu, dan
immuno defesiensi.
Diarrhea is one of disease
which always happen to babies and
children under five years old. This
disease often appear un usual
incidence same likes cholera in shot
of time and most people
contaminated, factors which
influences diarrhea such as:
environment, nutrient, in habitant
education of social-economics, and
society behavior. Caused of diarrhea
are: virus, parasite (fungi, worm,
protozoa), food and beverages
poisoning which caused by bacteria
or chemistry substances, mal-
nutrient, milk allergic, and
immunodeficiency.
Infeksi oleh agen penyebab terjadi
bila mengkonsumsi makanan/minuman
yang terkontaminasi tinja/muntahan
penderita diare. Penularan langsung juga
dapat terjadi bila tangan tercemar
dipergunakan untuk menyuap makanan.
Minimnya sarana air bersih, keadaan
sanitasi lingkungan yang buruk, tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi
penduduk yang rendah, dan lingkungan
dengan penduduk yang padat
merupakan faktor utama yang
memegang peranan dalam penyebaran
penyakit diare. Muntaber atau diare
Infection by caused agent
happens if we consume contaminated
food/beverage vomit/feces of diarrhea
people. Direct infection also
happened if contaminated hand is
used to feed. Minimum of clean water
facilities, bad environment, sanitation
condition, lower level education and
social-economics, and rapid
environment habitat are main factors
of holding role in diarrhea disease
distribution. Diarrhea can attack
anybody and knowing no ages.
77Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
dapat menyerang siapa saja tanpa kenal
usia.
Penyakit diare merupakan salah
satu penyakit yang merupakan penyakit
endemis di Indonesia, artinya terjadi
secara terus-menerus di semua daerah,
baik di perkotaan maupun di pedesaan
termasuk di Kepulauan Riau. Pada tahun
2006 terjadi KLB diare di Kabupaten
Karimun dengan jumlah penderita
sebanyak 21 orang dan jumlah
penduduk yang terancam sebanyak
4.021 orang, namun pada tahun 2007
tidak ada laporan adanya KLB diare.
Penderita diare menempati urutan
ketiga sebagai pengunjung tertinggi di
puskesmas setelah kasus ISPA dan
hipertensi dengan jumlah penderita
sebanyak 25.442 orang. Sementara itu
untuk rawat jalan di rumah sakit
penderita diare dan GE menempati
urutan kedua dengan jumlah 7.507
penderita dan merupakan penderita
terbanyak yang dirawat di rumah sakit
dengan total penderita 2.831 orang.
Diarrhea is one of disease
which an endemic disease in
Indonesia, means continuously
happen in all over regions, in the city
or village included in Riau Islands. In
year 2006, un usual incidence occurs
in karimun regency by 21 persons
and number of people in danger is
4.021 people, but in 2007 no
reporting of diarrhea un usual
incidence. Diarrhea at third position
in society health visiting after
respiratory infection cases and
hypertension is 25.442 people.
Meanwhile for home medical care in
the hospital, diarrhea and GE at
second position with 7.507 people
and the most hospitalized patient in
the hospital with 2.831 people.
Menurut hasil SKRT dalam
beberapa survei dan Surkesnas 2001,
penyakit Diare masih merupakan
penyebab utama kematian bayi dan
balita seperti terlihat dalam tabel berikut :
Refers to SKRT result in
many surveys and 2001 National
Health Survey, diarrhea still main
caused of babies and under five
years mortality as seen in list, as
follows :
78Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
Proporsi dan Peringkat Penyakit Diare sebagai Penyebab Kematian Bayi dan Balita, Tahun 1986, 1992, 1995, dan 2001 Tabel
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 Source: Profile of Indonesia Health, Year 2004
4.5 : Table Proportion And level Of Diarrhea As A Caused Of Infant Mortality And Under Five Years Mortality Rate (U5MR) Year 1986, 1992,1995, and 2001
Penyebab Kematian
Bayi Penyebab Kematian Balita Caused of infant
mortality Caused of U5MR
Tahun Survei Year of Survey Proporsi Peringkat Proporsi Peringkat
Proportion Level Proportion Level SKRT 1986 15,5% 3 - -
SKRT 1992 11% 2 - -
SKRT 1995 13,9% 3 15,3% 3
Surkesnas 2001 9,4% 3 13,2% 2
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 Source : Health Profile Of Indonesia Year 2004
Pada tahun 2003, secara nasional
diare merupakan penyakit dengan
frekuensi KLB kedua terbanyak setelah
DBD. Perkembangan KLB diare tahun
1999 – 2003 dapat dilihat pada tabel
berikut:
In year 2003, Nationally diarrhea
is one of disease with second most of
un usual incidence frequency after
DBD. Developing diarrhea of un usual
incidence year 1999 – 2003 can be
seen on list, as follows :
KLB Diare Menurut Jumlah Provinsi Dengan KLB, Jumlah Kasus, Meninggal, dan CFR Tahun 1999 – 2003 Tabel 4.6 : Diarrhea of Un Usual Insidence refers to number Table of Provinces with Un Usual Insidence, Number of cases,died and CFR Year 1999 - 2003
Jumlah Provinsi
dengan KLB Jumlah Kasus Meninggal Tahun CFR (%) Number of
Provinces with un usual insidence
Number of cases
Died Year
1999 9 5.159 76 1,47 2000 16 5.68 109 1,92 2001 12 4.428 100 2,26 2002 15 5.789 94 1,62 2003 - 3.865 113 2,92
79Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
80Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
g. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah atau
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Morbiditas penyakit
DBD menyebar di negara-negara Tropis
dan Subtropis. Di setiap negara penyakit
DBD mempunyai manifestasi klinik yang
berbeda.
Penyakit DBD pertama kali
ditemukan di Indonesia di Surabaya
pada tahun 1968. Jumlah kasus dari
waktu ke waktu menunjukkan
kecenderungan meningkat baik dalam
jumlah maupun luas wilayah yang
terjangkit dan secara sporadis selalu
terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD
terbesar terjadi pada tahun 1998,
dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per
100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada
tahun 1999 IR menurun tajam sebesar
10,17%, namun tahun-tahun berikutnya
IR cenderung meningkat yaitu 15,99
tahun 2000; 21,66 tahun 2001; 19,24
tahun 2002; dan 23,87 tahun 2003.
g. DBD (Dengue)
Dengue or Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) is a disease caused by
dengue virus which infected by
Aides Aegypty and Aides Albopictus
Mosquito bite. Both of this mosquito
have in all over Indonesia except in
the place of 1000 m up level height
of the sea. Morbidity of dengue
spread over tropical and subtropical
countries. In every country dengue
has different clinics manifestation.
Dengue at the first time found
in Surabaya, Indonesia in 1968.
Number of Cases are tending to
increase from time to time. In
number and wide of territorial
infected sporadically every year.
The biggest dengue by un usual
incidence happened in 1998, with
incidence rate (IR) is 35.19 per
100.000 people and CFR is 2%. In
1999 IR sharply decrease at
10,17%, but the following year IR
increase continuously is 15.99 in
year 2000; 21.66 in year 2001;
19.24 in year 2002 and 23.87 in
year 2003.
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
81Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Kejadian DBD di Provinsi
Kepulauan Riau dari tahun ke tahun juga
menunjukkan adanya peningkatan
jumlah. Jumlah kasus sejak tahun 2004
sampai tahun 2006 berturut-turut tercatat
342 kasus, 1.077 kasus, dan 1.318
kasus. Namun pada tahun 2007
dilaporkan kasus DBD yang tercatat
adalah 989 kasus dengan angka
kesakitan 69,31 per 100.000 penduduk.
Angka ini menunjukkan adanya
penurunan kasus. Sama dengan
keadaan tahun 2006, kejadian DBD pada
tahun 2007 masih tercatat hanya berasal
dari 4 kabupaten/kota (Kota Batam, Kota
Tanjung Pinang, Kabupaten Karimun,
dan Kabupaten Bintan) sementara
Kabupaten Lingga dan Natuna belum
ada terdeteksi adanya kejadian DBD.
Diharapkan kondisi di dua daerah ini
dapat terus dipertahankan sehingga
penyakit DBD tidak semakin menyebar.
Kasus DBD terbanyak pada tahun 2007
adalah Kota Batam dengan banyak
kasus 718. erkembangan kasus DBD
tahun 2004-2006 dapat dilihat pada
gambar 4.8 berikut :
Dengue incidence in Riau
Islands Province from year to year
shows that increasing in number.
Number of cases in 2004 – 2006
noted 342 cases, 1.07 cases and
1318 cases repetitively. But in year
2007 reported that dengue case is
989 cases with sickness number
69.31 per 100.000 people. This
number shows there is a decrease
case. Same as year 2006, dengue
cases in year 2007 noted come from
4 district/cities ( Batam City,
Tanjungpinang City, Karimun
District, and Bintan District) while in
Lingga and Natuna District haven’t
detected yet. Hope in this both
region, dengue will not spread out
and always keep clean from it. The
most cases of dengue in year 2007
is in Batam city for 718 cases.
Developing of dengue cases in 2004
-2006 can be seen on pictures 4.8,
as follows:
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
82
Perkembangan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004 – 2007
Gambar Pictures
4.8
: Developing Cases Of Dengue Haemorrogic Fever (DHF) Of Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 – 2007
0
200
400
600
800
1000
1200
1400JU
MLA
H KA
SUS
DBD
Karimun 54 217 171 99
Bintan 23 60 59 71
Natuna 0 0 0 0
Lingga 0 0 0 0
Batam 148 370 996 718
Tanjungpinang 117 430 92 101
Provinsi 342 1077 1318 989
2004 2005 2006 2007
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Prov. Kepri, 2004-2007 Source : Health Profile of District/Cities In Riau Islands Province, 2004-2007
Peningkatan kasus DBD perlu
diwaspadai mengingat angka kematian
(CFR) yang ditimbulkannya tergolong
dalam kategori tinggi. Berdasarkan
Laporan Ditjen P2PL Depkes RI jumlah
penderita DBD di seluruh Indonesia pada
tahun 2005 sebanyak 81.399 kasus
dengan angka kematian (CFR) sebesar
1,36% dan angka insiden rate sebesar
39,1 per 100.000 penduduk. Walaupun
insiden rate menunjukkan adanya
peningkatan kasus namun CFR
menunjukkan penurunan yang berarti
Increasing number of dengue
cases need to controlled reminds
that number of death (CFR) appear
is in high category. Base upon P2PL
Ditjend of Health Department
Republic of Indonesia reports,
number dengue patient in all over
Indonesia in year 2005 is 81.399
cases with CFR is 1.36% and
Incidence Rate Number is 39.1 per
100.000 people. Even the IR shows
there is an increasing case but CFR
shows decreasing means number of
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
83Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
jumlah korban yang meninggal oleh DBD
menurun, hal ini terkait semakin
meningkatnya kewaspadaan dini
masyarakat dan kesiapsiagaan fasilitas
kesehatan.
Salah satu cara memerangi DBD
yaitu dengan memberantas sarang
nyamuk (PSN) dan program menguras,
menutup dan mengubur atau (program
3M). Upaya lainnya dengan melakukan
pengasapan (fogging) di beberapa
daerah yang dikategorikan rawan
demam berdarah. Penanganan masalah
demam berdarah tidak lepas dari
partisipasi masyarakat. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan yaitu melalui
perbaikan sanitasi lingkungan melalui
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia, perbaikan
desain rumah, penaburan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang),
pengasapan/fogging, dan memberikan
bubuk abate pada tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air,
vas bunga, kolam, dan lain-lain. Selain
itu tindakan pencegahan dapat dilakukan
dengan menggunakan kelambu pada
waktu tidur, memasang kasa,
menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat
nyamuk, dan memeriksa jentik berkala.
death people is decrease, this is
related to more careful and early
awareness of society and always
ready for health facilities.
One of the way in preventing
dengue is by eliminating mosquito
nest and drainage programs, dig
and cover or we called it 3M
programs. Other effort is by doing
fogging in many places which
dengue sensitive area category.
Solving problems of dengue is
related to society participation.
Some efforts which have been done
likes environment sanitation fixing
through mosquito nest prevention,
garbage recycling, modification of
mosquito fertilization made by
human, house design fixing, keeping
kissing fish which eat the mosquito,
fogging and giving abate powder in
water tank, vase, pool, and so on.
Other than that prevention action
can be done by using net when
sleeping, put kasha, spray
insecticide, using repellent, using
mosquito lotion, and so on.
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
84Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
h. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Upaya pemberantasan polio
global yang diprakarsai oleh The Global
Polio Eradication Initiative yang
diluncurkan tahun 1988 telah mampu
mengurangi banyaknya kasus penyakit
lumpuh dari 350,000 tiap-tiap tahun pada
tahun 1988 menjadi 1,267 kasus pada
tahun 2004. Namun belum seluruh dunia
bebas dari penyakit ini. Di seluruh dunia
masih terdapat 6 negara endemis polio
yaitu India, Sudan, Nigeria, Afghanistan,
Mesir dan Pakistan. Menurut data WHO
(2005) negara yang paling banyak kasus
polio adalah Nigeria dengan jumlah
kasus lebih dari 500 dan di posisi kedua
Yaman dengan lebih dari 400 kasus.Dan
pada tahun 2004 dan awal tahun 2005,
beberapa negara yang sudah bebas
polio seperti Chad dan Yaman terserang
kembali oleh virus polio liar yang berasal
dari negara yang masih endemis polio.
Pada tahun 2005 dengan
ditemukannya kasus virus polio liar di
Sukabumi Jawa Barat, pemerintah
Indonesia dan dunia internasional
(WHO) menyatakan bahwa terjadi wabah
penyakit polio di Indonesia. Hal ini
menyadarkan kita bahwa ternyata
penyakit yang ditandai dengan gejala
demam dan lumpuh mendadak (walau
tidak permanent) ini ternyata masih
h. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
The Global Polio Eradication
Initiative established in year 1988
with effort to decrease many
paralysis cases from 350.000 every
year until1988 and in 2004 become
1.26 cases. But not all countries free
from this disease. In the world there
are countries that not free from
polio; India, Sudan, Nigeria,
Afghanistan, Egypt, and Pakistan.
Refers to WHO data (2005) the
country which the most has polio is
Nigeria with more than 500 cases,
and the second place is Yemen with
more than 400 cases. In 2004 and
beginning of year 2005 many
countries have already free from
polio likes Chad and Yemen but re
attacked by this dangerous virus
which come from endemic polio.
In year 2005, by found wild polio
virus case in Sukabumi, East Java,
Indonesia Government and WHO
declared that there is an endemic of
polio in Indonesia. This case make
realized that this disease signed by
high fever and paralyze suddenly
(not permanent) and it’s not
eliminated yet in our country.
Indonesia at the third position of
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
85Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
belum tereliminasi dari negeri kita.
Jumlah kasus polio liar di Indonesia
menempati nomor tiga terbanyak di
dunia dan Secara global Indonesia
menyumbang 20 persen dari seluruh
kasus polio liar di dunia.
Pada April 2006 tercatat sebanyak
305 kasus polio di Indonesia. Kejadian
AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai
indikator untuk menilai keberhasilan
program Eradikasi Polio (Erapo).
Penyakit polio tidak ada obatnya namun
penyakit yang dapat menyebabkan
kematian dan kecacatan seumur hidup
ini hanya dapat dicegah dengan
imunisasi. Adanya KLB virus liar di
Sukabumi mengakibatkan pemerintah
menyelenggarakan PIN sebanyak 5
putaran pada tahun 2005-2006.
Untuk memerangi virus polio liar
yang paling dibutuhkan adalah komitmen
pemerintah dan dukungan serta
mobilitas masyarakat. Upaya
pemantauan terhadap keberhasilan
Erapo dilakukan melalui kegiatan
surveilans secara aktif yang bertujuan
untuk menemukan kasus AFP sebagai
upaya mendeteksi secara dini
munculnya virus polio liar yang
kemungkinan ada di masyarakat agar
dapat segera dilakukan
penanggulangannya dan mencegah
penularan yang lebih luas. Pada tahun
having wild polio case number in the
world and globally Indonesia funds
20% of wild polio case in the world.
On April 2006 noted that there
are 305 polio cases in Indonesia.
AFP incidence in this recent day is
projected as indicator to evaluate
ERAPO( Polio Eradication
Programs). This disease is un cured
but it can prevent by immunization.
Wild Polio Virus un usual incidence
in Sukabumi caused Government
implemented PIN for 5 times in 2005
– 2006.
To eliminate wild polio virus
is needed government commitment
and all supporting from society.
Controlling to ERAPO succeeding is
done by surveillance actively
activities to find AFP case as an
effort to defect earlier appearing of
wild polio virus which in society and
to prevent infected widely. In year
2007 there is an increasing of AFP
cases in Riau Island Province from 7
cases (2006) to 14 cases in 2007
(sickness number 3.14 per
100.000). The most is in Batam City
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
86Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
2007 terjadi peningkatan peningkatan
kasus AFP di Provinsi Kepulauan Riau
dari 7 kasus pada tahun 2006 menjadi
14 kasus pada tahun 2007 (angka
kesakitan 3,14 per 100.000). Kasus
terbanyak di Kota Batam sebanyak 6
orang, Natuna 5 orang, Karimun 2 kasus
dan Lingga 1 kasus. Angka ini jauh
melebihi prediksi dimana diperkirakan
bahwa angka kesakitan AFP di
masyarakat sebesar 1 orang per 100.000
penduduk usia <15 tahun. Peningkatan
jumlah kasus AFP ini memberikan dua
kemungkinan. Pertama, cakupan
imunisasi di Kepulauan Riau rendah
sehingga masyarakat tidak kebal
terhadap virus polio dan hal ini perlu
diwaspadai. Kemungkinan kedua yaitu
bahwa surveilans aktif AFP berjalan
dengan baik yang ditandai pertambahan
penemuan kasus di masyarakat.
i. Campak
Penyakit campak merupakan
penyakit menular yang sering
menyebabkan kejadian Luar Biasa (KLB)
dan dapat menyebabkan cacat dan
kematian yang diakibatkan oleh
komplikasi seperti radang paru
(pneumonia), berak-berak (diare),
radang telinga (otitis media) dan radang
otak (ensefalitis) terutama pada anak
for 6 cases, Natuna District 5 cases,
Karimun 2 cases and Lingga 1 case.
This number is over prediction
where estimated that number of
AFP sickness in society/person per
100.000 people < 15 years ages.
The increase of this AFP cases give
two possibilities. First, immunization
scope in Riau Islands province is
lower so that society is immune to
this polio virus and this should be
aware. Second, AFP active
surveillance well run signed by
increasing new case found in
society.
i. Measles
Measles disease is an
communicable disease which often
caused un usual incidence,
paralyzes and death. This is caused
by complication likes pneumonia,
diarrhea, otitis media, and ensefalitis
especially to children with bad
nutrient. Until this recent day
measles is still the main caused of
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
87Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
dengan gizi buruk. Hingga kini penyakit
campak masih menjadi penyebab utama
kematian anak di bawah umur 1 tahun
dan Balita umur 1 – 4 tahun di Indonesia.
Diperkirakan lebih dari 30.000
anak/tahun meninggal karena komplikasi
campak. Penyakit campak dapat
menyebar melalui percikan ludah
(droplet infection) yang keluar ketika
bersin atau batuk orang yang terinfeksi.
Kasus penyakit campak di
Provinsi Kepulauan Riau dari tahun ke
tahun menunjukkan jumlah yang
berfluktuasi. Pada tahun 2007, jumlah
kasus penyakit campak yang ditemukan
di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak
721 kasus. Kasus campak terbanyak
terdapat di Kota Batam sebanyak 580
kasus, sementara Kabupaten Lingga
dilaporkan bebas dari penyakit campak
untuk tahun 2007. Kejadian kasus
campak pada tahun 2007 jika
dibandingkan dengan keadaan tahun
2006 menunjukkan adanya peningkatan
kasus yang cukup signifikan. Distribusi
penderita campak menurut kabupaten/
kota pada tahun 2007 dapat dilihat pada
lampiran tabel 14. Imunisasi campak
efektif untuk memberi kekebalan
terhadap penyakit campak sampai
seumur hidup. Penyakit campak yang
disebabkan oleh virus yang ganas ini
dapat dicegah jika seseorang
children under 1 year old and
children between 1 – 4 years old
death in Indonesia. Estimated that
more than 30.000 children/year died
because of this complication
measles. This disease spread over
by saliva (droplet infection) which
come out when coughing and
sneezing by infected people.
Measles cases in Riau
Islands Province from year to year
shows fluctuated number. In 2007,
number of this case found in Riau
Islands Province about 721 cases.
The most measles case is in Batam
City about 50 cases, while in Lingga
District reported free from this
measles in 2007. Measles cases in
year 2007 compare to year 2006
shows there is increasing case
significantly. Distribution of measles
person refers to district/cities in year
2007 can be seen on enclosure 14.
Effective measles immunization is
giving an immune to measles
disease for the whole life, measles
caused by this wild virus can be
prevented if a person get an
measles immunization, minimum
twice that is when 6 – 59 moths age
and 6 – 12 years old (Elementary
School Periods). Without
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
88Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
mendapatkan imunisasi campak, minimal
dua kali yakni semasa usia 6 – 59 bulan
dan masa SD (6 – 12 tahun). Tanpa
imunisasi, penyakit ini dapat menyerang
setiap anak, dan mampu menyebabkan
cacat dan kematian karena
komplikasinya. Imunisasi adalah jalan
utama untuk mencegah dan menurunkan
angka kematian anak-anak akibat
campak.
Berdasarkan data yang diperoleh
darikabupaten/kota diketahui cakupan
imunisasi campak pada tahun 2007 di
Provinsi Kepulauan Riau baru berkisar
66,81%, dengan cakupan tertinggi di
Kabupaten Bintan (95,27%), sementara
cakupan yang paling rendah yaitu di
Kabupaten Natuna (47,43%) dan Kota
Tanjungpinang (48%). Rendahnya
cakupan imunisasi ini kemungkinan
terkait adanya masyarakat yang menolak
imunisasi karena takut ada efek samping
(kejadian ikutan pasca imunisasi/KIPI).
Data lebih rinci tentang cakupan
pelayanan imunisasi campak dapat
dilihat pada tabel 23 lampiran.
4.2.1.10 Hepatitis Penyakit hepatitis telah menjadi
masalah dunia saat ini. Diperkirakan
sebanyak 400 juta orang di dunia
mengidap penyakit hepatitis B kronis.
Sekitar 1 juta orang meninggal setiap
immunization, this disease attack
every child, and can caused
paralyze because of complication.
Immunization is main road to
prevent and decrease number of
children death because of measles.
Base upon data get of
district/cities known that scope of
immunization in year 2007 in Riau
Islands Province around 66.81%,
the higher scope in Bintan District
(95.27%), while the lowest scope is
Natuna District (47,43%) and
Tanjungpinang City (48%). Lower of
this immunization scope relates to
society which ignore the
immunization because of scare on
side effects. Detail about this
services immunization scope can be
seen on enclosure list 23.
4.2.1.10 Hepatitis
Now days Hepatitis has been
world’s problem. Estimated about
400 millions of people in the world
have a chronics hepatitis B. About 1
million people died every year
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
89Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
tahun karena penyakit hepatitis yang
disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB)
ini. Penderita penyakit hepatitis C juga
tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170
juta orang di seluruh dunia.
Penyakit hepatitis juga menjadi
masalah besar di Indonesia mengingat
jumlah penduduk Indonesia yang juga
besar. Jumlah penduduk yang besar ini
membawa konsekuensi yang besar pula.
Penduduk dengan golongan sosial,
ekonomi dan pendidikan rendah
dihadapkan pada masalah kesehatan
terkait gizi, penyakit menular serta
kebersihan sanitasi yang buruk.
Sedangkan penduduk dengan golongan
sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi
memiliki masalah kesehatan terkait gaya
hidup dan pola makan. Tak
mengherankan jika saat ini penyakit
hepatitis menjadi salah satu penyakit
yang mendapat perhatian serius di
Indonesia.
Penyakit hepatitis yang
disebabkan oleh virus rubella, dapat
dicegah melalui imunisasi. Penyakit ini
terkait erat dengan sistem higienitas
selain kecenderungan ras, sistem
homoseksualitas (penularan melalui luka
pada anus), kebebasan seks (penularan
melalui selaput darah) dan morfinis
(suntikan).
because of this disease caused by
Hepatitis B virus (VHB). Hepatitis C
also note as a big cases, about 170
millions in the world.
Hepatitis disease also be a big
problem in Indonesia reminds that
number of population in Indonesia is
very big, too. The big population
brings big consequences, too.
Population with lower social,
economics, and education faced on
health problem relates to nutrients,
communicable disease and bad
sanitation. While population with
high social, economics, and
education have health problem
relates to life style and consumes
pattern. No wonder that hepatitis is
one of disease which get serious
attention in Indonesia.
Hepatitis caused by rubella
virus which actually can be
prevented by immunization. This
disease relates to hygienic system
beside race tends, homosexual
system(infected by anus wound),
free sex and injection ( injected
drugs user).
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
90Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Kasus hepatitis di Provinsi
Kepulauan Riau pada tahun 2007 hanya
terdapat di Kabupaten Natuna dengan
jumlah kasus sebanyak 42 kasus,
sementara di kabupaten/kota lain
dilaporkan tidak ada kasus. Distribusi
penderita hepatitis menurut
kabupaten/kota pada tahun 2007 dapat
dilihat pada tabel lampiran 14.
Sementara itu jika diperhatikan capaian
4.2.1 Penyakit Tidak menular
Selama ini kita mengenal bahwa
penyakit menular merupakan penyebab
kematian terpenting di negara-negara
berkembang seperti halnya negara kita.
Di pihak lain, penyakit tidak menular
cukup luas jangkauannya, baik karena
degenerasi atau kerusakan sel tubuh,
kelainan sistem tubuh tertentu, kanker
dan lain-lain. Data-data yang ada
menunjukkan bahwa kita sedang
menghadapi beban ganda (double
burdens) karena penyakit menular masih
menghantui sementara penyakit
degeneratif akibat perubahan gaya hidup
juga mulai meningkat. Kita masih
menemui banyaknya masalah TBC,
diare dan penyakit menular lainnya
namun di pihak lain pasien kanker dan
sakit jantung juga makin sering ditemui.
Adanya beban ganda tentu akan
Hepatitis cases in Riau Islands
Province in year 2007 only in
Natuna District with number of
cases 42, while in other district/cities
no case reported. Hepatitis
distribution by the people infected
refers to district/cities in year 2007
can be seen on list enclosure 14.
4.2.1 The Non-Communicable
Disease
Just like in our country, we
know that communicable disease is
importance main caused of death in
developing country. Otherwise, the
non-communicable disease has
wide range in degenerative or body
cell defects, certain body system
defect, cancer and so on. Data
shows that we face double burdens
because communicable disease is
still in mind while degenerative
disease caused by changing of life
style increase. We still find TBC
problems, diarrhea and other
communicable disease but in other
hand, cancer patient also easy to
find. With double burdens will make
a health problem become more
complex and need to have attention
from all people. WHO also mention
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
91Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
membuat masalah kesehatan kita
menjadi lebih kompleks dan perlu dapat
perhatian dari semua pihak. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) juga
menyatakan bahwa penyakit yang
menjadi pembunuh utama di kawasan
negara berkembang sudah bergeser dari
penyakit menular ke penyakit tidak
menular.
Beberapa penyakit tidak menular
yang utama adalah Cardio Vascular
Disease (CVD) atau penyakit jantung
dan pembuluh darah, berbagai jenis
kanker, Chronic Respiratory Diseases
(CRD) atau penyakit paru kronis,
diabetes mellitus dan lain-lain. Faktor
risiko penting yang sebenarnya dapat
ditanggulangi, untuk terjadinya penyakit
tidak menular adalah kebiasaan
merokok, penggunaan alkohol dan
kurangnya aktivitas fisik. Penggunaan
alkohol barangkali belum menjadi
masalah terlalu penting di negara kita,
kendati penggunaannya nampaknya juga
mulai meluas, tidak saja di perkotaan
tetapi juga di pedesaan.
Meningkatnya ancaman penyakit
tidak menular berkaitan erat dengan
adanya perubahan perilaku dan gaya
hidup masyarakat yang mengarah ke
gaya hidup yang beresiko terhadap
kesehatan seperti pola makan yang
cenderung untuk mengkonsumsi
that the most killer disease in
developing country has changed
from communicable disease to non-
communicable disease.
Many main non-
communicable disease is Cardio
Vascular Disease (CVD) or heart
attack and blood artery, many kinds
of cancers, chronics respiratory
disease (CRD) or chronics lungs
disease, diabetes mellitus and so
on. Importance High Risk of non-
communicable disease actually can
be prevented by not smoking,
consumes alcohol and doing sports.
Consumes alcohol is not a big
problem in our country, even it
widely consumes in the cities or
villages.
The increase danger about
this non-communicable disease is
relates to changing of life style in
society which tends to high risk
health life likes food consumes
pattern which tends to fast food with
high fat calories and low fibrous,
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
92Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
makanan cepat saji (fast food) dengan
kadar lemak tinggi tetapi rendah serat,
pola hidup santai (kurangnya kegiatan
fisik/olah raga), merokok, dan minum
minuman beralkohol.
Adanya perubahan pola penyakit
di masyarakat mendapat perhatian yang
serius dari dunia internasional. Salah
satu contoh nyata adalah badan
kesehatan Amerika Serikat yang
bereputasi intelektual amat tinggi dan
banyak jadi rujukan ilmu kedokteran di
dunia yaitu CDC di Atlanta. Badan ini
telah berubah nama dan peran. Tadinya
CDC adalah kepanjangan dari
Communicable Disease Control atau
pusat penanggulangan penyakit
menular, yang hanya menangani
berbagai wabah penyakit menular,
penyakit infeksi, baik di Amerika serikat
maupun dari berbagai belahan dunia
lainnya. Namun dengan berkembangnya
penyakit tidak menular di Amerika
Serikat dan juga di dunia maka beberapa
waktu lalu kepanjangan CDC berubah
menjadi Center of Disease Control, atau
pusat penanggulangan penyakit. Kini
CDC menjadi pusat kajian berbagai jenis
penyakit, baik menular ataupun tidak.
Untuk Indonesia, melihat pola penyakit
yang berkembang di masyarakat
pemerintah pusat dalam hal ini
Departemen Kesehatan RI menunjukkan
slow life style (lack of sport
activities), smoking and drinks
alcohol.
The changing of disease
pattern in society get a serious
attention from International world.
One of example is US health
department which has high
reputation and many reconciliations
given to Medical World that is CDC
in Atlanta. This firm has changed
name and roles. CDC was
abbreviation of Communicable
Disease Control, and only research
many diseases, infection disease, in
America or other part of countries.
But as long with non-communicable
disease develop in US and other
countries, CDC change name to
Center of Disease Control. CDC
now as a Center of research many
kinds of communicable disease and
non-communicable disease. For
Indonesia by looking to this pattern
disease which develop in society,
state government and in this case is
Health Department Republic of
Indonesia shows a serious attention
in non-communicable disease which
tends to increase from year to year
by increasing organization structure
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
93Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
perhatian yang serius akan masalah
penyakit tidak menular yang cenderung
meningkat dari tahun ke tahun dengan
menambah struktur organisasi dengan
membentuk Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular sejak tahun
2006.
Peningkatan kasus penyakit tidak
menular di Provinsi Kepulauan Riau
dapat dilihat dari pola 10 penyakit
terbanyak baik pada kunjungan
puskesmas terlihat bahwa penyakit tidak
menular sudah mulai mendominasi
beban penyakit yang ditanggung
masyarakat. Dari pola penyakit
kunjungan puskesmas, penyakit
hipertensi menempati urutan kedua
penyakit terbanyak di bawah ISPA
dengan jumlah penderita 28.811 orang,
jika dibandingkan dengan tahun 2006
terlihat bahwa terjadi penambahan
penderita penyakit hipertensi sebanyak
7.099 kasus. Sementara itu jika diamati
data dari 10 penyakit utama penyebab
kematian berdasarkan kunjungan rumah
sakit Provinsi Kepulauan Riau terlihat
bahwa dari 10 penyakit penyebab
kematian utama 6 diantaranya adalah
penyakit tidak menular. Penyakit jantung
menempati urutan kedua setelah
septimia dengan jumlah kematian yang
diakibatkannya sebanyak 22 orang dari
224 jumlah penderita. Penyakit tidak
by establishing Directorate of Non-
communicable disease Control
since 2006.
The increasing of non-
communicable disease in Riau
Islands Province can be seen on the
most 10 diseases pattern in society
health center visiting that shows
non-communicable disease already
burden disease which abandoned
by society. From society health
central visiting disease,
hypertension place at second most
disease under acute respiratory
infection with 28,811 people. If
compare to year 2006 seen that an
increasing of hypertension people
about 7.099 cases. Meanwhile by
using observed data from 10 main
caused death disease base upon
hospital visiting in Riau Islands
Province seen that 10 main caused
death disease, 6 0f it is non-
communicable disease. Heart
disease at second place after
septhimia with number of death is
22 person of 224 number of
sickness. Other non-communicable
disease death is stroke with 17
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
94Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Sepuluh Penyakit Utama Penyebab Kematian Berdasarkan Kunjungan Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Tabel
Table 4.7 : 10 Main Caused Disease Base Upon Hospital Visiting In Riau Islands Province Year 2007
No Nama Penyakit Name of Disease
Jumlah Kasus
Number of Cases
Jumlah Meninggal
Number of Death
1 Septisemia 118 23 2 Peny. Jantung / Heart Disease 224 22 3 Stroke 198 17 4 Peny Radang SSP 60 16 5 Sirosis Hepatitis 17 15 6 Neoplasma Ganas 338 12 7 DM 204 11 8 DBD 1.272 9 9 Malaria 603 6 10 Penyakit Usus / Intestines Disease 21 6
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source : Health Services Section, Health department, Riau Islands Province, 2008
menular penyebab kematian lainnya
yaitu stroke dengan jumlah meninggal 17
orang, penyakit radang SSP dengan
jumlah meninggal 16 orang, sirosis hati
15 orang, neoplasma ganas 12 orang,
diabetes mellitus dengan jumlah
meninggal 11 orang. Peningkatan
pelayanan di sarana kesehatan rujukan
terus diupayakan agar mampu
memberikan pelayanan yang optimal
kepada masyarakat dan mampu
meminimalisir jumlah pasien yang
meninggal. Data lebih rinci tentang 10
penyakit penyebab kematian utama di
rumah sakit Provinsi Kepulauan Riau
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.:
people died, SSP inflamed with
number of death 16 people, hearer
syrosis for 15 people, wild neo
plasma Is 12 people, diabetes
mellitus 11 people. The efforts in
increasing reconciliation health
facilities afforded continuously to
give optimum services to the society
and to minimalist number of death
patients. Detail data about 10 main
caused death in Riau Islands
Province Hospitals can be seen on
list 4.7, as follows :
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
95Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Data dari Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2005, diketahui bahwa
penyakit system sirkulasi merupakan
penyebab kematian umum nomor satu di
Indonesia. Stroke tanpa pendarahan
merupakan penyebab kematian nomor
satu di RSU di Indonesia tahun 2002 dan
penyakit jantung menduduki peringkat
ke-9. Sedangkan hipertensi menjadi
penyakit terbanyak nomor 7 pada pasien
rawat jalan di rumah sakit di Indonesia
tahun 2003. Sementara itu menurut data
WHO, pada tahun 2005, 58 juta (70 %)
penduduk dunia mengidap penyakit tidak
menular yaitu jantung (30%), diabetes
(26%), paru obstruktif kronis (7%),
kanker (12%) dan kecelakaan (9%). Di
Asia Tenggara kematian akibat penyakit
tidak menular diatas sebesar 7.423.000,
sedangkan penyakit menular 5.730.000.
Pengamatan akan faktor-faktor
resiko yang berperan penting dalam
peningkatan banyaknya kasus penyakit
degeneratif ini berkaitan erat dengan
gaya hidup sehari-hari. Perilaku hidup
masyarakat khususnya yang tinggal di
daerah perkotaan yang sangat
memperhitungkan waktu dan cenderung
memilih gaya hidup yang lebih praktis
Data from profile Indonesia
Health in year 2005, known that
circulation System disease is
general death caused number one
in Indonesia. Stroke with out
blooding is the death caused
number one in general Hospital in
Indonesia year 2002 and heart
disease place at ninth level. While
hypertension become number seven
most diseases for non hospitalized
patients in Indonesia hospital in
year 2003. While according to WHO
data in year 2005, 58 millions (70%)
world populations have non-
communicable disease such as
heart disease (30%), diabetes (20%)
Chronics obstructive lungs are (7%),
cancer (12%) and accident (9%). In
southeast Asia the death caused
non-communicable disease is above
7.423.000, while communicable
disease 5.730.000.
Observations about high risks
which is importance in increasing
many degenerative disease cases
relates to daily life style. Society life
behavior especially who life in the
city which always calculate time and
tends to choose simple life style
need to aware of the impact.
Healthy life campaign need to
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
96Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
perlu lebih waspada akan dampak gaya
hidup praktis tersebut. Kampanye hidup
sehat perlu semakin digalakkan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat
akan perlunya hidup sehat yang antara
lain mencakup pola konsumsi makan
yang sehat, olahraga yang teratur,
menghindari rokok dan minuman
beralkohol.
4.3 Status Gizi Terbebas dari kelaparan dan
malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi
yang baik adalah hak asasi manusia.
Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan
terhadap penyakit dan kematian dini.
Pengukuran antropometri untuk
mendapat status gizi seseorang telah
dikenal luas dan terutama dilakukan
pada anak-anak. Rendahnya persentase
berat badan terhadap usia
mencerminkan akibat rendahnya
komsumsi atau asupan zat gizi saat ini.
Tiga faktor utama indeks kualitas
hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat
kaitannya dengan status gizi masyarakat
yang dapat digambarkan terutama pada
status gizi anak balita dan wanita hamil.
Masalah gizi merupakan salah satu
indikator yang digunakan dalam
memotret kesejahteraan dan derajat
kesehatan masyarakat. Masalah gizi
supported in increasing society
awareness on health life occurs
health consumes food pattern,
regular sport and away from
consumes alcohol and smoke.
4.3 Nutritional Status
Free from poverty and
malnutrition, and also get good
nutrients is the
Human rights. Malnutrition
make our body susceptible to
disease and early died.
Anthropometry measurement to get
nutritional status of someone have
known widely and especially for
children. Lower percentage body
weight to age is describe caused of
lower nutrients intake.
Three main factors life
qualities index is education, health,
and economics. These factors
relates to society nutritional status
which is drawn especially on under
five years nutritional status and
pregnant woman. Nutrients problem
is one of indicator which is used in
picturing welfare and level of society
health susceptible nutrients problem
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
97Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
yang rentan ditemukan pada segmen
masyarakat yaitu ibu hamil, ibu
meneteki, bayi dan anak balita sehingga
indikator ini dipakai untuk mengukur
status gizi masyarakat. Berikut akan
diuraikan indikator status gizi pada bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), status gizi balita, status gizi
wanita usia subur Kurang Energi Kronis
(KEK), Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu
dan pekerja wanita, dan Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
4.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Berat Badan Lahir Rendah
(kurang dari 2.500 gram) merupakan
salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan
dalam 2 kategori, yaitu BBLR karena
premature dan BBLR karena intrauterine
growth retardation (IUGR), yaitu bayi
yang lahir cukup bulan tetapi berat
badannya kurang. Di negara
berkembang banyak BBLR dengan
IUGR karena ibu berstatus gizi buruk,
anemia, malaria, dan menderita penyakit
menular sexual (PMS) sebelum konsepsi
atau pada saat kehamilan. BBLR
bersama kehamilan pendek
found in society segment that is
pregnant woman, breast feeding
mother, babies, and children under
five years old so that this indicator is
used to measure level of society
health. Follow will describe indicator
of nutritional status on baby with
lower born body weight, under five
years nutritional status, status
chronics energy less of reproductive
age woman, anemia for mother and
woman worker disturbances of less
iodine.
4.3.1 Lower Born Baby Weight
(LBBW)
Lower Born Baby Weight
(less than 2500 grams) is one of
main influence factors for perinatal
and neonatal death. LBBW divided
into two categories: LBBW because
of premature and LBBW because of
infauterine growth retardation. In
developing countries most of LBBW
with UUGR because of bad
nutritional status of mother, anemia,
malaria, and sexual infections
disease before conception or during
pregnancy. LBBW together with
short pregnancy caused
disturbances which is caused
perinatal periods death number
three in hospital Year 2005 ( Health
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
98Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
mengakibatkan gangguan yang menjadi
penyebab nomor 3 kematian masa
perinatal di rumah sakit tahun 2005
(Depkes RI, 2007). Angka kematian bayi
berat lahir rendah (BBLR) mencerminkan
derajat kesehatan masyarakat. Bayi-bayi
ini lebih mudah untuk menjadi sakit
bahkan meninggal dibanding dengan
bayi berat lahir normal.
Jumlah kasus BBLR di Provinsi
Kepulauan Riau selama tahun 2007
sebanyak 677 bayi (2,04%) dari 36.956
kelahiran hidup. Angka ini mengalami
penurunan walau tidak terlalu signifikan
dengan jumlah BBLR pada tahun 2006
yang banyaknya 2,20%. Persentase
BBLR terbanyak terdapat di Kabupaten
Lingga dengan jumlah kasus 93 (6,18%
dari total kelahiran hidup), kemudian
disusul oleh Kota Batam sebanyak 541
kasus (2,43% dari total kelahiran hidup).
Angka total provinsi tergolong rendah
jika dibandingkan dengan angka
nasional dimana dari Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
diketahui bahwa proporsi bayi dengan
BBLR pada tahun 2002-2003 berkisar
7,6%. Sementara data BBLR di rumah
sakit tahun 2002 memberi gambaran
bahwa persentase bayi BBLR di rumah
sakit secara nasional rata-rata sebesar
13%. Rincian distribusi angka kejadian
bayi BBLR menurut kabupaten/kota
Department Republic of Indonesia,
2007). Number of LBBW death
shows that level of society health,
babies are easier to get sick and
even died compare to normal baby
weight born.
Number of LBBW cases in
Riau Islands Province for year 2007
is 677 babies (2,04%) of 36.956 life
born. This number decrease un
significantly with number of LBBW in
year 2006 is 2.20%. Percentage of
LBBW in Lingga District is 93 cases
(6.18% of total life born). Then
following by Batam City about 541
cases (2.43% of total life born).
Number of total provinces which low
category if compare to national
number from Demography Survey
and Indonesia known that proportion
baby of LBBW in year 2002 – 2003
is 7.6% while LBBW data in the
hospital year 2003 give drawn that
percentage of LBBW babies in the
hospital nationally at average 13%.
Detail number of distribution LBBW
according to district/cities can be
seen on list enclosure 15. LBBW
should taken earlier because it is
related to baby life which in high risk
category, and also relates to baby
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
99Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
dapat dilihat pada tabel lampiran 15.
Bayi BBLR perlu ditangani sedini
mungkin karena selain menyangkut
hidup si bayi yang tergolong dalam
resiko tinggi, juga berkaitan erat dengan
masa pertumbuhan bayi baik pada masa
kini maupun di masa mendatang.
Berdasarkan data dari Profil kesehatan
Kabupaten/Kota diperoleh data bahwa
persentase bayi BBLR yang ditangani
masih berkisar 89,64% dari target yang
diharapkan 100%. Penanganan bayi
BBLR di Kabupaten Lingga perlu
mendapat perhatian lebih karena
cakupan penanganan yang masih
rendah yaitu sekitar 16,08%. Diharapkan
masyarakat beserta tenaga kesehatan
dapat berperan lebih aktif agar target
yang ditetapkan dapat tercapai.
Distribusi cakupan penanganan bayi
BBLR pada tabel lampiran 15.
4.3.2 Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah
satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Status gizi balita perlu mendapat
perhatian mengingat bahwa periode
umur ini merupakan masa dimana anak
mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat.
Pembentukan otak anak terjadi pada
growth periods in this recent day
and for the future. Base upon data
from health profile of district/cities
get that percentage of LBBW which
is handled is about 89.64% from
expecting target for100%. LBBW
handling in Lingga District have to
get more attention because scope of
this handling is still low for 16.08%.
Hope that society and all health
worker can play role actively to
achieve target stated. Scope
distribution about LBBW handling
can be seen on list enclosure 15.
4.3.2 Under Five Years
Nutritional Status
Under five years nutritional
status is one of indicator which
drawn level of society welfare.
Under five years nutritional status
need to get attention reminds that
this periods is a rapid growth and
developing brain are formed at this
time. In order growth and developing
children can be optimum, nutrients
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
100Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
kurun waktu ini. Agar pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat berjalan
secara optimal, asupan gizi yang
diberikan sangat perlu mendapat
perhatian.
Pada tahun 2007, berdasarkan
hasil penimbangan yang dilakukan
terhadap 95.364 balita di Provinsi
Kepulauan Riau diketahui bahwa balita
yang mengalami berat badan naik baru
berkisar 83.05%, sementara balita yang
berada di bawah garis merah (BGM)
sebanyak 1,82% dan 0,55% balita
menderita gizi buruk. Balita yang
termasuk kategori status gizinya BGM
dan gizi buruk sangat perlu mendapat
penanganan yang serius karena
kekurangan gizi pada balita akan
menghambat pertumbuhan jasmaninya,
secara fisik maupun perkembangan otak.
Menurut WHO, terjadinya kekurangan
gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni terjangkit penyakit, infeksi, dan
asupan makanan yang secara langsung
berpengaruh terhadap kekurangan gizi.
Sementara pola asuh dan pengetahuan
sang ibu juga salah satu faktor penentu
tidak langsung. Data lebih rinci tentang
status gizi balita dapat dilihat pada tabel
lampiran 16.
Indikator lainnya adalah jumlah
kecamatan bebas rawan gizi. Pada
tahun 2007 jumlah kecamatan yang
is need to be given.
In year 2007, base upon
result of comparison which done to
95.364, children under five years old
in Riau Islands Province known that
which have LBBW increase about
83.05%, while children under five
years old stay at red line is 1.82%
and bad nutrition status 0.55%.
Children under five years old include
in category of nutritional status red
line and bad nutrients. This category
should handling seriously because it
can influence growth of them
physically and the brain according to
WHO malnutrition influenced by
many factors, such as disease
infected, infection and consumes
less nutrition and also less of mother
knowledge about nutrients. Detail
data about under five years
nutritional status can be seen on list
enclosure 16.
Other indicator is number of
Sub Districts which free from
nutrients susceptible. In year 2007
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
101Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
bebas rawan gizi baru sebanyak 25
kecamatan dari 52 kecamatan (48,08%).
Angka ini menunjukkan bahwa daerah-
daerah di Provinsi Kepulauan Riau
masih rawan terhadap masalah gizi.
Khususnya Kabupaten Natuna yang
menunjukkan bahwa tidak ada satu
kecamatanpun yang boleh dikatakan
bebas dari rawan gizi. Oleh karena itu
perhatian dan kerjasama dari semua
komponen perlu ditingkatkan karena
masalah gizi mencakup multisektor.
Penanganan balita dengan gizi
buruk di Provinsi Kepulauan Riau tahun
2007 mencapai 98,50%. Walaupun
angka ini belum sesuai target tapi hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah
berupaya keras untuk menangani
masalah gizi balita. Kabupaten yang
belum mencapai target penanganan gizi
buruk sampai 100% adalah Kabupaten
Lingga. Diharapkan untuk tahun-tahun
mendatang target ini dapat dicapai.
Distribusi penanganan gizi buruk
menurut kabupaten/kota dapat dilihat
pada tabel lampiran 24.
number of Sub Districts which free
of susceptible nutrients are 25 sub
districts of 52 sub districts (48.08%).
This number shows that regions in
Riau Islands Province is still
susceptible on nutrients problem
especially Natuna District shows
that in all sub districts has a
susceptible nutrients, the attention
and cooperation from all
components need to increased
because nutrients is multi sectors
problems.
Children Under Five Years
Old handling with malnutrition in
Riau Islands Province year 2007
reach 98.50%. Even this number is
not a target number but it shows that
Government put hard efforts to
handling children under five years
old nutrients problems. The District
which haven’t reach the target
malnutrition handling until 100% yet
is Lingga District. Hope that in the
next year, this target will achieved.
Distribution of handling malnutrition
according to district/cities can be
seen on list enclosure 24.
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
102Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
4.3.3 Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia Gizi Besi (AGB)
Status gizi ibu sebelum dan
selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal
pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan
bayi yang sehat, cukup bulan dengan
berat badan normal. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil.
Salah satu cara untuk menilai
kualitas bayi adalah dengan mengukur
berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu
hamil akan melahirkan bayi yang sehat
bila tingkat kesehatan dan gizinya
berada pada kondisi yang baik. Namun
sampai saat ini masih banyak ibu hamil
yang mengalami masalah gizi khususnya
gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis
(KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI,
1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan
bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK
dan 51% yang menderita anemia
mempunyai kecenderungan melahirkan
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
4.3.3 Nutritional Status of
Chronics Energy Less of
Reproductive Age Woman
Mother Nutritional Status
before and during pregnancy
periods can influence embryo
growth. If the nutritional status of
mother normal during pregnancy so
the probability of baby birth healthy,
enough months and normal baby
born weight body. On the other
words, quality of baby born is
depends on nutritional status of
mother before and during
pregnancy.
One of the ways to evaluate
quality of the baby is by measuring
weight of baby on its birth. A
pregnant woman will give birth with
healthy baby if level of health and
her nutrients in good condition. But
until this recent day many pregnant
women have a nutrient problem
especially less nutrients such as
chronics energy less and nutrients
anemia (Health Department
Republic of Indonesia, 1996). Result
of SKRT 1995 shows that 41% of
pregnant woman have a chronics
less energy and 51% have an
anemia tends to give birth with lower
baby born weight
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
103Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Ibu hamil yang menderita KEK
dan Anemia mempunyai resiko kesakitan
yang lebih besar terutama pada trimester
III kehamilan dibandingkan dengan ibu
hamil normal. Akibatnya mereka
mempunyai resiko yang lebih besar
untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian saat persalinan, pendarahan,
pasca persalinan yang sulit karena
lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru,
sehingga dapat berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya.
Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui status gizi
ibu hamil antara lain memantau
pertambahan berat badan selama hamil,
mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan mengukur kadar Hb. Pengukuran
LILA dimaksudkan untuk mengetahui
apakah seseorang menderita Kurang
Energi Kronis (KEK), sedangkan
pengukuran kadar Hb untuk mengetahui
kondisi ibu apakah menderita anemai
gizi.
Anemia adalah suatu kondisi
dengan kadar Hb berada di bawah
normal. Di Indonesia Anemia umumnya
disebabkan oleh kekurangan Zat Besi,
Pregnant woman with
chronics less energy and anemia
has a high pain especially in three
semester of pregnancy compare to
normal pregnant women. And the
result is mother has greater risk to
give birth with lower baby born
weight, died at birth, blooding,
pasca-birth which weak and easily
get sick. Baby who born as a lower
baby born weight generally is
difficult adapt in new environment,
so that can cause bad for the growth
and developing of the baby, and
even can disturbance the life.
There are many ways used to
know nutritional status of pregnant
women likes control weight during
pregnancy, measuring upper arm
round, measuring Hb concentrate.
Measuring upper arm round is to
know whether she is a chronics
energy less mother, while Hb
measurement is to know mother
conditions whether she has nutrients
anemia.
Anemia is one of condition
with concentrate of Hb under
normal. In Indonesia anemia
generally caused by less iron
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
104Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
sehingga lebih dikenal dengan istilah
Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi
besi merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi selama
kehamilan. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang
dilahirkan, hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun
mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebih besar.
Anemia gizi besi merupakan suatu
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
yang rendah. Anemia gizi besi (AGB)
pada ibu hamil dapat mengakibatkan
kematian pada ibu dan bayi. Hal ini
dapat dicegah melalui pemberian tablet
tambah darah (Fe) kepada ibu hamil.
Selama kehamilan dianjurkan seorang
ibu mengkonsumsi tablet zat besi
minimal 90 butir. Kekurangan zat besi
dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
substances so that known as a
ferrum substances anemia. Ferrum
deficiency anemia is one of
disturbances which often happen
during pregnancy. Lack of ferrum
substances can cause disturbances
of embryo growth, body cells and
brain cells. Nutrients anemia can
caused death of embryo in the
uterus; abortion, natural physic
defect, lower baby born weight,
anemia for the baby born. These all
cause morbidity and mother
mortality and perinatal death
increase highly. For anemia
pregnant woman, weight can
increase morbidity risk and mortality
of mother and the baby. Probability
of lower baby born weight is greater.
Iron nutrient anemia is one of
condition with lower hemoglobin
concentrate. Iron nutrients anemia
for the pregnant woman can cause
death of the baby. This can be
prevented by giving tablet to add
blood (Fe) for pregnant woman.
During pregnancy periods is
suggested that pregnant woman
should consumes minimum 90
tablet. Lack of iron substances can
cause disturbances of embryo
growth, body cell and brain cell.
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
105Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
dapat mengakibatkan kematian janin di
dalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang
dilahirkan. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi dan kemungkinan melahirkan
bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar.
Cakupan pemberian tablet zat
besi (Fe) kepada ibu hamil selama tahun
2007 tercatat dari 42.381 ibu hamil
sebanyak 82,69% mendapat Fe1, dan
71,21% mendapat Fe3. Angka
menunjukkan adanya peningkatan ibu
hamil mendapat Fe1 dan Fe3
dibandingkan dnegan tahun 2006 yang
baru mencapai 82,01% untuk Fe1 dan
65,14% untuk Fe3. Masih rendahnya
persentase ibu hamil yang mendapat
tablet Fe kemungkinan karena
kurangnya kesadaran dan pengetahuan
ibu hamil akan bahaya yang diakibatkan
jika ibu hamil menderita anemia. Data
lebih rinci dapat dilihat dalam tabel
lampiran 24.
4.3.4 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Gangguan Akibat Kurang Yodium
atau GAKY adalah sekumpulan gejala
yang timbul karena tubuh seseorang
kekurangan unsur yodium secara terus
Nutrients anemia can caused death
of embryo in uterus, abortion,
natural physic defect, lower baby
born weight, and anemia for the
baby born. This can cause Morbidity
and Mortality of mother and
perinatal death increase highly and
probability of lower baby born weight
and premature born is greater.
Scope of giving iron
substances tablet (Fe) to pregnant
woman during year 2007 noted from
42.381 pregnant woman is 82.69%
get Fe1, and 71.21% get Fe3.
Numbers shows that there is an
increasing of pregnant woman in
getting Fe1 and Fe3 compare to
year 2006 that only reached 82.01%
to Fe1 and 65.14% to Fe3. Lower
consumes percentage of Fe tablet
may be because lack of awareness
and knowledge of pregnant woman
in endanger caused if having
anemia. Detail data can be seen on
list enclosure 24.
4.3.4 Disturbances Caused by
Lack of Iodine
Disturbances which caused
by lack of Iodine is a group of
symptom which appear because the
body lack of iodine substances
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
106Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama. Yodium adalah mineral
yang terdapat di alam, baik di tanah
maupun di air yang merupakan zat gizi
mikro yang diperlukan oleh tubuh
manusia untuk membentuk hormon
Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangan fisik
serta kecerdasan. Dampak lain akibat
kekurangan yodium adalah pembesaran
kelenjar thyroid, kretinisme (badan
kerdil), bisu, dan tuli. Kekurangan
yodium juga dapat mengakibatkan
perkembangan intelektual yang
terlambat yang berpengaruh pada tingkat
kecerdasan anak menjadi rendah.
Indonesia masih menghadapi
masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY). Hasil pemetaan tahun
2003 meununjukkan bahwa tidak terjadi
penurunan GAKY bahkan relatif
meningkat (dari 9,8 % menjadi 11,7%).
Di sisi lain juga terjadi perluasan dan
penyebaran daerah endemik GAKY,
tidak saja di dataran tinggi namun juga di
dataran rendah dan pantai. Fenomena
ini menunjukkan kalau GAKY dapat
dikatakan masalah laten yang harus
terus menerus dimonitor secara
berkesinambungan apabila tidak
menginginkan bertambah buruknya
keadaan.
continuously for long time. Iodine is
mineral which found in natural.
Grounds and water is a micro of
nutrients substances which needed
by human being to formed tyrosine
hormone which the function is to
manage growth of physic and
intelligence. Other impact of lack of
Iodine is the thyroid glance bigger,
slow cretinism, deaf and dumb. Lack
of Iodine can cause slow intellectual
development which influence lower
level of intelligences.
Indonesia still faces of these
disturbances caused by lack of
Iodine. Average result in 2003
shows that no decreasing
disturbances which caused by lack
of Iodine, even increase relatively
(from 9.8% to 11.7%). On the other
side also happen endemic region
disturbances of this case and it
occurs highland, and along beach
land areas. This phenomenon
shows that these disturbances have
to monitor continuously in order not
getting worse.
Bab IV Pencapaian Program Kesehatan
107Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Masalah GAKY merupakan
masalah yang serius mengingat
dampaknya secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kelangsungan
hidup dan kualitas sumber daya manusia
yang mencakup 3 aspek, yaitu aspek
perkembangan kecerdasan, aspek
perkembangan sosial dan aspek
perkembangan ekonomi. Upaya yang
dilakukan pemerintah Indonesia untuk
menanggulangi penanggulangan GAKY
yaitu dengan melaksanakan (1) distribusi
kapsul minyak beryodium kepada
seluruh wanita usia subur (15 - 49 tahun)
di daerah endemik berat dan endemik
sedang sebagai upaya jangka pendek,
dan (2) yodisasi garam atau peningkatan
konsumsi garam beryodium sebagai
upaya jangka panjang.
Walaupun Provinsi Kepulauan
Riau bukan merupakan daerah endemis
GAKY, namun kewaspadaan akan
bahaya laten GAKY tetap ditingkatkan.
Berbagai program pemerintah Pusat
yang disesuaikan dengan kondisi daerah
tetap dijalankan di kabupaten/kota untuk
mengantisipasi GAKY dengan
melakukan pemantauan peredaran
garam beryodium sampai ke tingkat
desa.
Disturbances which caused
by lack of Iodine is one of serious
problems reminds that its impact
directly or indirectly influences life
show and human resource quality
occurs 3 aspects: intelligences
aspect, social development aspect,
and economics development aspect.
Indonesia Government efforts to
prevent this disturbances caused by
lack of Iodine are by (1) distributing
Iodine capsule to all productive
women (15 – 49 years old) in heavy
endemic area and mid endemic as
short efforts periods, (2) increase
Iodine consumption salt as a long
efforts periods.
Thus Riau Islands Province is
not an endemic area of disturbances
caused by lack of Iodine, but latent
gender awareness is increased
many central Government program
is fixed to the condition of the region
of district/cities to anticipate the
disturbances caused of lack of
Iodine by controlling distributing of
Iodine salt to the level of the
villages.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN HEALTH RESOURCES SITUATION
Pemekaran wilayah baik
Kabupaten/Kota maupun Provinsi
secara langsung telah mempengaruhi
infrastruktur yang menunjang wilayah
yang dimekarkan. Salah satu yang
terkena dampaknya adalah sektor
kesehatan. Sektor kesehatan banyak
difokuskan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Salah satu
usaha agar tercapai tujuan "Kepulauan
Riau Sehat 2010“ adalah meningkatkan
efisiensi sumber daya kesehatan di
Provinsi Kepulauan Riau. Sumber daya
kesehatan mencakup sarana kesehatan,
tenaga kesehatan, dan sumber
pembiayaan kesehatan. Ketersediaan
sumber daya baik dari segi jumlah dan
mutu yang didukung dengan
penggunaan yang efektif dan efisien
akan mendorong pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan secara
optimal.
5.1 Sarana Kesehatan
Pesatnya pembangunan bidang
kesehatan, salah satunya ditandai oleh
semakin meningkatnya peran
pemerintah dalam penyediaan sarana
Territorial extension in
districts/cities even provinces
directly has influences the
infrastructures which supporting of
extended territorial. One of the
impact is health sector. Health
sector is more focused to increase
health level of society. One of
effort to reach goal target is
Healthy Riau Islands 2010 to
increase efficiency of health
resources in Riau Islands
Province. Health resources include
health facilities, public health, and
health budgetary sources. Sources
provider in number and quality is
supported by using it effectively
and efficiently will innovate to
reach the goal of health
development optimally.
5.1 Health Facilities
The fast of health
developments fields, one of it
signed by more increase
Government role in providing
108Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
dan prasarana kesehatan, yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Sarana
kesehatan merupakan penunjang dalam
upaya pelayanan kesehatan baik pada
tingkat individu maupun masyarakat.
Sarana kesehatan yang akan diuraikan
berikut meliputi puskesmas, rumah
sakit, sarana produksi dan distribusi
farmasi dan alat kesehatan, sarana
upaya kesehatan bersumber
masyarakat (UKBM) dan institusi
pendidikan tenaga kesehatan.
5.1.1 Sarana Kesehatan Dasar Seperti yang tercantum dalam UU
kesehatan ayat 56, bahwa sarana
kesehatan berfungsi untuk melakukan
upaya kesehatan dasar atau upaya
kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang. Yang termasuk
dalam sarana kesehatan dasar meliputi
puskesmas dan jajarannya (puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, pos
bersalin desa).
a. Puskesmas Puskesmas sebagai unit
pelayanan kesehatan yang
terinstitusionalisasi mempunyai
kewenangan dan peranan yang besar
dalam menciptakan inovasi model
pelayanan kesehatan di lini terdepan.
health facilities which aim to
improve level of public health.
Health facility is a supporting in
effort to get well health services on
individually and society level.
Health facilities will describe later,
occurs health center, hospital,
production facilities and pharmacy
distribution and health tools.
Health effort facilities are sourced
from society and institutions of
public health education.
5.1.1 Basic Health Facilities
As stated on Health Law
articles 56, that the function of
health facilities is to do basic
health efforts or referal health
efforts and or supporting health
effort includes as basic health
facilities likes health center and its
assist, mobile health center and
polindes.
b. Health Center
Health center as a health
services unit which
institutionalized and have rights
and big role in creating innovation
model of health services in the
front row. Commitment and
109Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
Komitmen dan kemauan sangat
diperlukan untuk meningkatkan/
meratakan kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dengan
melakukan revitalisasi sistem kesehatan
dasar dengan memperluas jaringan
yang efektif dan efisien di puskesmas.
Distribusi Puskesmas, Pustu, dan
Pusling menurut kabupaten/kota di
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2007
dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut :
willingness is needed to
increase/balancing quality and
quantity of health services by
doing basic revitalization system
by expanding effective and
efficient web in health center.
Health center distribution, Sub
health center, and Mobile health
center according to districts/cities
in Riau Islands Province year 2007
can be seen on list 5.1, as follows:
Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2004-2007 Tabel
Table 5.1 : Number of Health Centers According to Districts/Cities In Riau Islands Province Year 2004 - 2007
Tahun 2004 2005 2006 2007 No. Kabupaten/
Kota RI Non
RI RI Non RI RI Non
RI RI Non RI
1 Karimun 3 4 3 6 3 6 3 6
2 Bintan 2 4 3 3 3 3 3 4
3 Natuna 5 5 5 5 5 5 11 5
4 Lingga 3 2 3 2 3 2 2 3
5 Batam 2 8 3 8 3 8 3 8
6 Tanjungpinang 0 4 0 4 0 4 1 3
JUMLAH 15 27 17 28 17 28 23 29 Sumber : Diolah dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 Source : Managed from Health Profile Of Districts/cities Year 2004-2007
Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa pemerintah berupaya terus
meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat. Upaya ini ditandai dengan
pembangunan baru puskesmas dan juga
peningkatan fungsi puskesmas dari
From list above can be seen that
government keep trying in increasing
health center. This efforts signed by
building the new health center and the
functions of health center from
health center without bed to health
110Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
puskesmas non-rawat inap menjadi
puskesmas rawat inap. Sampai dengan
tahun 2007, jumlah puskesmas di Provinsi
Kepulauan Riau terdapat sebanyak 52
puskesmas yang terdiri dari 23 puskesmas
rawat inap dan 29 puskesmas non-rawat
inap. Peningkatan fungsi puskesmas
menjadi rawat inap berkaitan erat dengan
kondisi geografis Kepulauan Riau yang
berbentuk kepulauan sehingga
keterbatasan sarana angkutan akan
menyebabkan keterlambatan dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang membutuhkannya. Untuk
mengantisipasi adanya keadaan-keadaan
darurat yang sangat membutuhkan
tindakan yang cepat, maka upaya
peningkatan fungsi puskesmas merupakan
inovasi untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
Dalam melaksanakan fungsi
pelayanan kesehatan, puskesmas
mempunyai jaringan yaitu puskesmas
pembantu dan juga puskesmas keliling.
Peranan puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling ini sangat besar
khususnya untuk menjangkau masyarakat
yang tinggal agak jauh dari puskesmas.
Pada tabel berikut dapat dilihat distribusi
puskesmas, puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling di Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2007.
center with bed. Until year 2007,
number of health center in Riau Island
Province there are about 52 and
consists of 23 health center with bed
and 29 is health center without bed.
The improving of health center with
bed become relates to geographic
condition of Riau Islands which
formed archipelago so that limitation
of transportation facilities will cause
the late of having health services to
society who need it. To anticipating
this emergency conditions is needed
fast action, so the efforts of increasing
functions of health center is one of
innovation to increase society access
to health services.
In increasing function of health
services, health center has net
working that is sub health center and
also mobile health center. The
function of sub health center and
mobile health center is very big
especially to reach the society who
live far away from health center. On
this following list can be seen health
center distribution, sub health center ,
and mobile health center in Riau
Islands Province year 2007.
111Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
Distribusi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling) di kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Tabel
Table 5.2 : Distribution of Health Center, Sub Health Center, and Mobile Health Center in Districts/Cities Riau Islands Province Year 2007
PUM
PUSKESHeal
PU
RIWith Bed
NON-RIWithout
Bed
JMLTotal
DARATLand
LAUTSea
JMLTotal
1 Karimun 3 6 9 35 2 15 17
2 Bintan 3 4 7 32 13 3 16
3 Natuna 11 5 16 63 8 5 13
4 Lingga 2 3 5 38 2 2 4
5 Batam 3 8 11 43 26 14 40
6 Tanjungpinang 1 3 4 12 6 0 6
23 29 52 223 57 39 96
3.73 4.29 1.85
SLINGobile Health Centre
PROVINSI (Province)
RASIO (Ratio)
NO. KAB/KOTADistrict/City
MASth Centre
STUSub-
Health Centre
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov. Kepri, 2008 Source : Health Service Fields, Health Department of Riau Islands Province, 2008
Pada tabel di atas dapat dilihat
bahwa rasio puskesmas terhadap
penduduk yaitu 3,73 per 100.000
penduduk, hal ini berarti satu puskesmas
melayani rata-rata 27.440 penduduk. Jika
dilihat rasio puskesmas dengan penduduk,
menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2006 dimana
rasio puskesmas terhadap penduduk
sebesar 3,23 per 100.000 penduduk. Bila
dilihat secara angka, maka tampak bahwa
kebutuhan puskesmas telah terpenuhi
sesuai dengan ketetapan Depkes yang
baru yaitu 1 (satu) puskesmas melayani
27.000 penduduk, tapi bila dilihat secara
On the list above can be seen
that health center ratio to population
is 3,73 per 100.000 people, this case
means that health center services
27.440 people averagely. If seen from
health center ratio with the population
shows that there is an increasing
compare in year 2006 where the ratio
of health center to population is 3,23
per 100.000 people. If we seen by
number, shows that the needed of
health center is suit to new health
department statement that is 1 (one)
health center serve 27.000 people,
but if we seen on geographically
112Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
geografis dimana Provinsi Kepulauan Riau
yang berbentuk kepulauan maka hal ini
sangat terkendala oleh jarak dan sarana
transportasi. Sehingga akses ke sarana
pelayanan kesehatan menjadi sulit dan
tetap diperlukan penambahan sarana
pelayanan yang terjangkau dan mudah
diakses masyarakat kepulauan.
Puskesmas pembantu (pustu)
mengalami pertambahan dari 184 unit
pada tahun 2006 menjadi 223 unit pada
tahun 2007. Rasio pustu per puskesmas
adalah 4,29 artinya pelayanan tiap
puskesmas dibantu oleh 4 buah pustu.
Ketersediaan puskesmas keliling (pusling)
sangat memegang peranan penting dalam
peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan khususnya untuk
menjangkau daerah-daerah sulit dan
terpencil. Jika pada tahun 2006 hanya
terdapat 79 unit, namun selama tahun
2007 terjadi penambahan jumlah menjadi
96 unit yang terdiri dari 57 unit pusling
darat dan 39 unit pusling laut. Rasio
pusling terhadap Puskesmas adalah 1,85
yang berarti setiap Puskesmas telah
memiliki 1-2 unit Pusling.
5.1.2 Sarana Kesehatan Rujukan
Rumah sakit sebagai sarana
kesehatan rujukan perlu mendapat
perhatian. Indikator yang digunakan untuk
where Riau Islands Province is
archipelago, so the stigma is
transportation facilities and range of
area. So that health services access
in the area is difficult and need to
increase reached services facilities
and easily accessed.
The sub health center
increasing from 184 units in year
2006 become 223 units in 2007. Sub
health center ratio per health center is
4.29 means services of every health
center assisted by 4 sub health
center. Providing mobile health center
hold an importance role in increasing
society access to health services
especially to reach the difficult and un
reach region. If in year 2006 only
have 79 units and in year 2007
become 96 units that consists of 57
units of land mobile health center and
39 units of sea mobile health center.
Mobile health center ratio to health
center is 1,85 units that means every
health center has 1 – 2 units of
mobile health center.
5.1.4 Referal Health Facilities
Hospital as a referal health
facilities need to get attention.
Indicators that used to evaluate
113Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
menilai perkembangan sarana rumah sakit
antara lain dengan melihat perkembangan
fasilitas perawatan yang biasanya diukur
dengan jumlah rumah sakit dan tempat
tidurnya serta rasionya terhadap jumlah
penduduk.
Pada tahun 2007, di Provinsi
Kepulauan Riau terdapat 21 rumah sakit
dengan rincian 7 rumah sakit pemerintah,
1 rumah sakit BUMN, 2 rumah sakit TNI,
dan 11 rumah sakit swasta. Pada tahun
2007, terdapat penambahan 2 rumah sakit
rujukan yaitu Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Natuna dan Rumah Sakit
Umum Tanjunguban yang dibangun
Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di
kawasan Kabupaten Bintan.
Setelah ditetapkannya Propinsi
Kepulauan Riau sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (Spesific Economy
Zone), diperkirakan akan banyak tenaga
kerja asing maupun tenaga kerja nasional
yang bekerja di Kepulauan Riau
khususnya Batam, Bintan dan Karimun.
Kebutuhan akan rumah sakit yang
berstandart internasional sangat
diperlukan. Berdasarkan hal tersebut
pemerintah daerah Provinsi Kepulauan
Riau saat ini sedang membangun RS
Rujukan Tingkat Propinsi di ibukota
propinsi yaitu Tanjungpinang. Bangunan
rumah sakit dikerjakan dengan sistem
tahun jamak menggunakan anggaran
developing of hospital facilities are by
looking developing of maintaining
facilities which measured by number
of hospital and beds and also ratio to
number of population.
In year 2007, Riau Islands
Province has 21 hospital detailed 7
government hospitals, I BUMN
hospital, 2 TNI ( Army) hospitals, and
11 private hospital. In year 2007,
adding 2 referal hospitals that is
Natuna District General Hospital and
TanjungUban General Hospital which
established by Riau Islands Province
at the Bintan District area.
After declaring that Riau
Islands Province as a Specific
Economy Zone, estimated that more
foreign worker and national workers
will work in Riau Islands especially
Batam, Bintan and Karimun.
International hospital is needed. Base
on that case regional government of
Riau Islands Province in this recent
days is building Referal Hospital in
Province level in our capital province
is Tanjungpinang. Hospital building is
done by multiyear system with
regional spending government budget
about 132 billions consists of 8
storages at more than 30.000 m2 and
114Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
APBD sebesar 132 Milyar terdiri atas
delapan lantai seluas lebih kurang
30.000 m2 dan akan selesai
pembangunannya pada bulan
Desember 2009.
Indikator cakupan ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan rujukan
dilakukan dengan melihat rasio tempat
tidur rumah sakit per 100.000 penduduk.
Jumlah tempat tidur di sarana pelayanan
kesehatan rujukan Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2007 dilihat pada tabel
lampiran 63.
5.1.3 Sarana Produksi dan Distribusi Farmasi dan Alat Kesehatan
Dalam rangka menjamin tersedianya
obat dan perbekalan kesehatan dengan
jenis dan jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan nyata masyarakat yang
diperlukan dalam pembangunan bidang
kesehatan telah dilakukan berbagai upaya
diantaranya peningkatan sarana
penunjang instalasi kefarmasian.
Instalasi farmasi kabupaten/kota (IFK)
adalah sarana distribusi obat dan
perbekalan kesehatan yang berfungsi
mendistribusikan obat-obatan untuk
pelayanan kesehatan dasar (obat PKD)
dan program (obat program) ke
puskesmas-puskesmas di wilayahnya,
sedangkan instalasi farmasi provinsi
will finish on December 2009.
Providing scope indicators of
referal health facilities is done by
looking ratio of hospital beds per
100.000 people. Number of beds in
referal of health services facilities
Riau Islands Province in 2007 can be
seen on list enclosure 63.
5.1.5 Production facilities and
Pharmachy Distribution and
Health Equipments
In guarantee the providing of
medicines and supplies kinds of
health and suitable number of reality
need society which needed in building
health fields have been done many
efforts such as increasing pharmacy
installation supporting facilities.
Pharmacy installation of districts/cities
(IFK) is medicine distribution facilities
and health supplying as a function
distributing the medicines to services
basic health and medicines programs
to health center in its territorial, While
province installation pharmacy has an
activity as a assistant in guarantee
supplying of medicines and
115Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
mempunyai kegiatan sebagai pelengkap
untuk menjamin ketersediaan obat-obatan
dan alat kesehatan di kabupaten/kota
(buffer stock). Secara keseluruhan
terdapat 7 unit instalasi farmasi di Propinsi
Kepulauan Riau yang terdiri dari 6 instalasi
farmasi kabupaten/kota dan 1 instalasi
farmasi provinsi. Distribusi sarana farmasi
di Kepulauan Riau pada tahun 2007 dapat
dilihat pada table berikut :
equipment tools in districts/cities
(buffer stock). For the whole there are
units of pharmacy installations in Riau
Island Provinces which consists of 6
pharmacy installations in
districts/cities and 1 province
pharmacy installation. Pharmacy
facilities of distribution in Riau Islands
Province year 2007 can be seen on
following list :
Distribusi Sarana Farmasi di Kepulauan Riau Tahun 2007 Tabel Table
10 : Distribution of Pharmacy Facilities in Kepulauan Riau Year of
2007
Insta las i Farm asi
Pharm acy Insta lation
PBFPharm acy Supplier
ApotikPharm acy
T oko O bat Berizin
D rugstore has licence
PAK Sub PAK
1 Karim un 1 1 17 47 1 0
2 B intan 1 0 8 27 0
3 N atuna 1 0 1 0 0 1
4 Lingga 1 0 2 9 0 0
5 Batam 1 * 64 176 9 14
6 T anjungpinang 1 0 24 49 0 8
7 Provins i 1 0 0 0 0 0
7 1 116 308 10 27T O T AL Total
KAB./KO T AD istric t/C ityN o.
SAR AN A FAR M ASI (Pharm acy Fac ilities)
4
Sumber : Seksi Farmamin, Dinkes Prov. Kepulauan Riau, 2007 Source : Pharmacy Section, Health Department, Riau Islands Province, 2007
Pada tabel di atas dapat dilihat
bahwa sebagian besar sarana farmasi
terkonsentrasi di Kota Batam. Seperti
apotik sebanyak 64 apotik (55 %) sarana
berada di Kota Batam. Demikian juga
halnya dengan toko obat berizin dan
On the list above can be seen
that most of pharmacy facilities
concentrated in Batam City.
Pharmacies facilities about 64 units
(55%) in Batam City. And also
registered medicines store and
116Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
PAK/Sub-PAK sebagian besar terdapat di
Kota Batam.
5.1.6 Sarana Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
Salah satu strategi utama
Departemen Kesehatan dalam upaya
mewujudkan visi Depkes yaitu masyarakat
yang mandiri untuk hidup sehat adalah
menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat. Peran
serta masyarakat sangat diperlukan dalam
pencapaian target pembangunan
kesehatan. Beberapa wujud partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di sektor
kesehatan antara lain melalui kegiatan
Posyandu, Polindes (Pondok Bersalin
Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga),
POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos
Upaya Kesehatan Kerja), Desa siaga, Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dan
sebagainya.
Kegiatan posyandu merupakan satu-
satunya kegiatan yang terus dipantau dan
dibina. Upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat lainnya seperti TOGA, POD
ataupun Pos UKK mengalami stagnasi
(kurang berkembang). Hal ini disebabkan
karena masih kurangnya kepedulian
masyarakat disertai dengan pembiayaan
untuk jenis UKBM belum memadai. Oleh
karena itu, pelaksanaan kegiatan ini perlu
PAK/Sub-PAK are in geater number
in Batam City.
5.2.1 Health Efforts Facilities
Sourced Society
One of main strategy of Health
department in creating health
department vision that is autonomous
society to live healthy is moving and
affording society to live healthy. Role
of society is needed in achieving
target of health building. Some
society participations in realizing
development sectors of health such
as by doing Posyandu activities,
Polides, Toga ( family medicines
garden), POD, Pos UKK, Alert village,
village health post, and so on.
Posyandu activities is the only
activity that control and gathered
continuously. Efforts of society with
other sourced likes TOGA, POD or
UKK post has stagnant. This is
caused by lack of society awareness
follow by an adequate budget to build
UKBM. Therefore, implementation of
this activity is need to get optimum
attention from each health program
117Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
mendapat perhatian yang optimal kembali
dari masing-masing pengelola program
kesehatan.
Jumlah Posyandu pada tahun 2007
di Kepulauan Riau tercatat sebanyak 980
posyandu, terjadi peningkatan sebesar
5,61% dibanding tahun 2006. Sebagian
besar posyandu yang ada masih tergolong
dalam kategori Posyandu Pratama dan
Posyandu Madya. Dilihat dari segi
kuantitas, jumlah Posyandu di Provinsi
Kepulauan Riau sudah memadai. Namun
dari segi kualitas masih harus ditingkatkan
melihat masih banyaknya Posyandu pada
tingkatan Pratama dan Madya.
Pembinaan, penyegaran kader, dan
peninjauan kembali kelengkapan peralatan
Posyandu perlu dilakukan sehingga jumlah
Posyandu Purnama dan Mandiri
meningkat.
Program baru yang diluncurkan
Depkes dalam upaya untuk mencapai
target Indonesia Sehat 2010 adalah
program Desa Siaga. Program ini
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan, meningkatkan kemampuan
dan kemauan masyarakat desa menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan,
meningkatkan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan masyarakat desa sehingga
masyarakat dapat mengetahui berbagai
risiko dan bahaya yang dapat
manager.
Number of Posyandu year 2007
in Riau Islands notes that 980
posyandu, increasing at 5.61%
compare in 2006. Most of posyandu
in pratama posyandu category and
madya posyandu. If we seen from
quantity point of view, number of
posyandu in Riau Islands Province is
adequate. But in quality point of view
is still need to improve by most of
posyandu in pratama and madya
level. Guidance, cadet refreshing, and
review of posyandu equipment is
need to be done, so that number of
Posyandu Purnama and Mandiri (
Autonimous ) increase.
New programs of Health
Department in achieving target of
Healthy Indonesia 2010 is Alert
Village programs. These programs is
to improve knowledge and society
awareness about how importance of
health, improving affordable and
awareness of villagers in helping
themselves in health fields, increasing
awareness and readiness of villagers
so that society can know many risks
and danger which cause health
disturbances, likes disaster and
118Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
menimbulkan gangguan kesehatan,
seperti bencana dan wabah penyakit.
Dengan program ini, kesehatan
lingkungan desa diharapkan bisa
meningkat. Jumlah Desa Siaga yang
terealisasi terbentuk di Kepulauan Riau
pada tahun 2007 adalah sebanyak 117
desa dari 326 desa/kelurahan yang ada
(35,89%). Data lebih rinci tentang jumlah
UKBM di Provinsi Kepulauan Riau
menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada
tabel lampiran 62.
5.1.7 Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Peranan institusi pendidikan tenaga
kesehatan sangat penting dalam
menyediakan tenaga kesehatan baik
secara jumlah maupun kualitas. Institusi
pendidikan tenaga kesehatan milik
pemerintah yang ada di Provinsi
Kepulauan Riau masih satu yaitu
Politeknik Kesehatan Tanjung Pinang.
Sampai saat ini, institusi ini masih
menginduk kepada Provinsi Riau.
Sementara untuk institusi pendidikan
tenaga kesehatan oleh pihak swasta ada
7, sedangkan Balai Pelatihan Kesehatan
belum ada. Peningkatan kualitas tenaga
kesehatan di sarana pelayanan kesehatan
difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten/Kota.
endemic. By this program, village
environment health hoped can
increase. Number of alert village in
Riau Islands Province in year 2007 is
11 villages of 326 villages/political
district administration (35.89%). Detail
data about number of UKBM in Riau
Island Province refers to
districts/cities can be seen on list
enclosure 62.
5.2.2 Education Institution of
Health Manpower
Education institution role of
health manpower are very importance
in supplying health manpower in
number and quality. Government
education institution of health
manpower in Riau Islands Province is
only one that is Health Politeknik of
Tanjungpinang. Until this recent day
this institution is under Riau Province.
While for the health manpower
education institution by private sector
there are 7, and there is no Health
Training Center yet. Improving quality
of health manpower in health services
facilities is facilitated by Province
Health Province and districts/cities.
119Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
Penyelenggaraan pendidikan
kesehatan selain tanggung jawab
pemerintah, pihak masyarakat (swasta)
juga berperan aktif dengan mendirikan
universitas/akademi yang mempunyai
jurusan di bidang kesehatan. Pendirian
universitas/akademi bidang kesehatan
masih terfokus pada daerah kota seperti
Kota Batam dan Tanjung Pinang. Jurusan
yang dimiliki masih terbatas pada akademi
perawat dan akademi kebidanan. Sampai
saat ini terdapat 7 institusi pendidikan
tenaga kesehatan oleh pihak swasta yaitu
di Kota Tanjungpinang terdapat STIKES
Hang Tuah dan Akademi Kebidanan, di
Kota Batam terdapat Universitas Batam,
Akademi Kebidanan Putra Jaya Mandiri,
Akademi Analis Kimia Putra Jaya Mandiri,
Akademi Perawat Mitra Bunda, dan di
Kabupaten Karimun terdapat STIKES
Karimun.
5.2 Tenaga Kesehatan
Optimalisasi pelayanan kesehatan
tidak hanya tergantung pada kelengkapan
sarana dan prasarana namun juga harus
didukung oleh kapasitas sumber daya
manusianya. Ketersediaan tenaga
kesehatan baik secara jumlah maupun
jenisnya merupakan suatu hal yang wajib
dipenuhi untuk dapat mewujudkan
tercapainya pembangunan di bidang
Implementation of health
education is government
responsibility also private sector
actively participated in establishing
university/academic which has major
in health fields. Establishing
university/academic in health field
focus to city region likes Batam and
Tanjungpinang. The major field is
limited for nursing academic. Untill
this recent days there are institutions
of health manpower by private
sectors that is Tanjungpinang City;
Hangtuah STIKES and Midwifery
Academic, in Batam City: Batam
University, Putra Jaya Mandiri
Midwifery Academic, Putra Jaya
Mandiri Chemistry Analyzes
Academic, Mitra Bunda Nursing
Academic, and In Karimun district is
STIKES Karimun.
5.3 Health Manpower
Optimum Health Services is
not only depends on adequate
facilities but also must supported by
capacity of human resources.
Supplying of health manpower in
kinds and number is one of
importance things to create achieving
developing in health fields. Number of
health manpower in Riau Islands
120Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
kesehatan. Terjadi peningkatan jumlah
ketenagaan kesehatan di Provinsi
Kepulauan Riau dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2006 tenaga kesehatan di
Kepulauan Riau berjumlah 3.530 orang
meningkat menjadi 3.545 orang pada
tahun 2007. Gambaran jenis dan
persentase tenaga kesehatan di Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2007 dapat dilihat
pada gambar 5.1 berikut :
Province from year to year is
increase. In 2006 health manpower in
Riau Islands Province about 3.530
people become 3.545 people in 200.
Picturing about kinds and percentage
of health manpower in Riau Islands
Province year 2007 can be seen on
pictures 5.1, as follows :
Distribusi Tenaga Kesehatan di Kepulauan Riau Tahun 2007 Gambar
Pictures 5.1 :
Percentage Kinds of Health Manpower In Riau Islands Province 2007
17%
66%
5%
2%5% 2% 3%
Medis Peraw at/Bidan Farmasi Gizi Teknis Medis Sanitasi Kesmas
121Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
5.3.1 Tenaga Medis
Pada tahun 2007, jumlah
tenaga medis yang melayani di
berbagai sarana pelayanan
kesehatan di Provinsi Kepulauan
Riau berjumlah 600 personel. Rincian
tenaga berdasarkan unit kerjanya
yang tersebar di unit kerja sebagai
berikut :
- Dokter spesialis sebanyak 155 (2
orang di puskesmas, 149 RS, 4
sarana kesehatan lain).
- Dokter umum sebanyak 350 orang
(186 orang di Puskesmas, 115
orang di RS, 31 orang di sarana
kesehatan lain (rumah sakit
swasta, Balai Pengobatan, BTKL,
KKP), 18 orang di dinas
kesehatan).
- Dokter gigi sebanyak 102 orang
(70 orang di puskesmas, 25 orang
di RS, 2 orang disarana
kesehatan lainnya dan 5 orang di
dinas kesehatan).
- Dokter keluarga sebanyak 36
orang.
Rasio tenaga medis secara
keseluruhan terhadap 100.000
penduduk adalah 19 per 100.000,
dengan rincian rasio menurut jenis
ketenagaan yaitu rasio dokter
5.3.1 Medical Manpower
In year 2007, number of services
medical manpower in many services
facilities in Riau Islands Provinces
about 600 personnel. Detail
manpower base upon its unit territory
which spread over in its works unit, as
follows:
- Specialist doctor are 166 ( 2
doctors in health center, 149 in
hospitals, 4 others in health
facilities)
- General doctors are 350 people
(186 doctors in Health center, 115
doctors in hospitals, 31 doctors in
others health facilities such as
private hospital, Medicines
centers, BTKL,KKP, 18 doctors in
health department.
- Dentists are 102 people( 0
dentists in health center, 25
doctors in hospital, 2 doctors in
other health facilities and 5
doctors in health department).
- Family doctors are 36.
The whole Ratio of medical
manpower to 100.000 people is 19
per 100.000, by detail ratio according
to kinds of manpower are specialist
doctors 11 per 100.000 people,
122Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
spesialis 11 per 100.000 penduduk,
rasio dokter umum 25 per 100.000
penduduk, rasio dokter gigi 7 per
100.000. Secara keseluruhan data ini
menunjukkan adanya peningkatan
rasio tenaga kesehatan terhadap
jumlah penduduk jika dibandingkan
dengan jumlah tenaga kesehatan
pada tahun sebelumnya.
Bila dibandingkan dengan target
pencapaian IIS 2010, nampak bahwa
rasio untuk tenaga dokter spesialis
dan dokter umum telah mencapai
target (dokter spesialis 2 per 100.000
penduduk, dokter umum 6 per
100.000 penduduk), namun rasio
dokter gigi belum mencapai target
(dokter gigi 11 per 100.000
peududuk). Tingginya rasio dokter
spesialis terhadap penduduk seolah-
olah menunjukkan bahwa Kepulauan
Riau sudah jauh melebihi target,
namun hal ini perlu disingkapi dengan
kenyataan bahwa sebagian besar
dokter spesialis merupakan tenaga
paroh waktu (part timer) yang pada
umumnya berasal dari daerah Pulau
Jawa. Permasalahan lainnya adalah
hampir seluruh dokter spesialis
terkonsentrasi di Kota Batam. Data
terinci dapat dilihat pada lampiran
tabel 55.
general doctors ratio is 25 per
100.000 people, dentists ratio is 7 per
100.000 people. For the whole this
data shows there is an increasing in
health manpower ratio to number of
people if compare to number of health
manpower in last year.
If compare to achievement
target of IIS 2010, shows that ratio of
specialist health manpower and
general manpower has reach target
(Doctor specialists are 2 per 100.000
people, general doctors are 6 per
100.000 people), but ratio of dentists
haven’t reach the target ( dentists are
11 per 100.000 people). The highest
ratio of specialist doctors to
population shows that Riau Islands is
above target, but in this case is need
to remind that most of specialist
doctors are part time manpower
which generally come from Java
Islands. Other problem is almost all
the specialist doctors concentrated in
Batam City. Detail data can be seen
on enclosure list 55.
123Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
5.3.2 Tenaga Perawat dan Bidan
Ketersediaan tenaga perawat
dan bidan khususnya untuk daerah
terpencil diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan
dasar dan pertolongan persalinan
normal. Jumlah tenaga perawat dan
bidan pada tahun 2007 yaitu
sebanyak 2.337 orang, dengan rasio
tenaga perawat yaitu 123 per 100.000
penduduk, sementara rasio tenaga
bidan yaitu 41 per 100.000 penduduk.
Bila dibandingkan dengan target
pencapaian IIS 2010, dimana target
rasio perawat dan penduduk sebesar
117,5 per 100.000 penduduk maka
Kepulauan Riau telah mencapai
target namun hal ini juga masih perlu
dikaji kembali mengingat belum
semua kabupaten/kota memberikan
informasi yang lengkap. Lain halnya
dengan tenaga bidan dimana target
2010 adalah 10 per 100.000
penduduk menunjukkan jumlah bidan
di Kepulauan Riau masih sangat jauh
dari target. Untuk lebih jelas data
terinci dapat dilihat pada lampiran
tadel 58.
Tuntutan keprofesionalan
tenaga kesehatan semakin tinggi
seiring perkembangan kemajuan
zaman dan tuntutan kebutuhan
5.3.2 Nurses Midwife
Nurse manpower providers and
specialist midwifery in hinterlands
hoped that giving basic health
services and help normal birth.
Number of nurses and midwifes in
2007 are 2.33 people. By ratio of
nurses are 123 per 100.000 people.
While ratio of midwifes are 41 per
100.000 people. If compare to IIS
target 2010, where target of ratio
nurses and people is 117.5 per
100.000 people so Riau Islands has
reach the target but this case is need
to review reminds not all
districts/cities give complete
information. Different with midwifes
that target of 2010 is 10 per 100.000
people shows that number of
midwifes in Riau Islands Province is
far away. Detail clearly can be seen
on enclosure list 58.
Professional demands for health
manpower are higher as modern
developing era and society needs.
One of form of professional
124Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
masyarakat. Salah satu bentuk
penilaian peningkatan
keprofesionalan dapat dilihat dari
tingkat pendidikan. Jika dirinci
menurut tingkat pendidikan dapat
dilihat dari 1.756 tenaga perawat
masih ditemukan tamatan SPK
sebanyak 432 orang (25%).
Sementara itu untuk tenaga bidan
dari 581 bidan ditemukan bahwa
sebagian besar bidan (57%)
merupakan lulusan D1 bidan.
Dalam upaya peningkatan
kemampuan dan profesionalisme
sumber daya manusia kesehatan
perlu dilaksanakan pelatihan dan
pendidikan kepada para tenaga
kesehatan sehingga dapat memenuhi
standar pendidikan yang telah
ditentukan oleh Depkes RI yaitu
minimal D3.
5.3.3 Tenaga Farmasi
Pada tahun 2007 jumlah tenaga
kefarmasian berjumlah 173 orang
dengan rincian Apoteker sebanyak 40
orang, S1 Farmasi 15 orang, D3
Farmasi 29 orang dan Asisten
Apoteker 89 orang. Persentase
tenaga farmasi terhadap jumlah
seluruh tenaga kesehatan adalah 4,5
%. Berdasarkan unit kerja dapat
increasing evaluation can be seen on
level of education. Detailed according
to level of education can be seen that
1.756 nurses manpower still found
graduated of School Education
Nurses are 432 people (25%).
Meanwhile, from 581 midwifes found
that most of them (5%) are graduated
from D1 midwifery.
In effort of increasing skill and
human resources professionalism
need to implement training and
education of health manpower so that
can fulfill standard of educations
which stated by Health Department
Republic of Indonesia, that is D3.
5.3.3 Pharmacy Health
In year 2007 number of
pharmacy manpower are 173 people
with detail; pharmacists are 40
people, pharmacist graduated of S1 is
15 people, pharmacist graduated of
D3 is 29 people, and pharmacist
assistants are 89 people.
Percentages of pharmacist manpower
to the whole number of health
125Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
dilihat bahwa tenaga farmasi
sebagian besar bekerja di sarana
rumah sakit (57%) dan di puskesmas
(24%), lainnya di Dinas Kesehatan
dan sarana kesehatan lainnya. Rasio
tenaga farmasi di Kepulauan Riau
adalah 12,12 per 100.000 penduduk.
Angka ini menunjukkan bahwa
ketersediaan tenaga farmasi di
Kepulauan Riau masih sangat jauh
dari target IS 2010 yaitu 100 per
100.000 penduduk. Berdasarkan
jenjang pendidikan yang ditamatkan
terlihat bahwa sebagian besar tenaga
farmasi merupakan lulusan asisten
apoteker (D1) yaitu sebanyak 51,4 %
sementara lulusan S1 dan apoteker
sebanyak 32 %. Untuk peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan perlu
dilakukan berbagai pembekalan
pengetahuan melalui pelatihan dan
pendidikan.
5.3.4 Tenaga Gizi
Jumlah tenaga gizi di Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2007
sebanyak 84 orang yang tersebar di
berbagai unit kerja yaitu 34 orang di
puskesmas, 34 orang di rumah sakit
dan 16 orang di dinas kesehatan.
Berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir terlihat bahwa sebagian
manpower are 4.5%. Base upon work
units can be seen that most of
pharmacy manpower work in hospital
facilities (57%) and in health
center (24%), others in Health
department and other health facilities.
Ratio of pharmacy manpower in Riau
Islands is 12.12 per 100.000 people.
This number shows that supplying of
pharmacy manpower in Riau Islands
is still far from IIS target 2010 that is
100 per 100.000 people. Base upon
level of graduated education seen
that most of pharmacy is graduated
from Pharmacist Assistant (D1) are
51.4% while S1 are 32%. To
increasing the capacity of health
manpower need to be done many
supplying knowledge through training
and education.
5.3.4 Nutritionist
Number of Nutritionist in Riau
Islands Province year 2007 is 84
people which spread over in many
working units that is 34 people in
health center, 34 people in hospitals
and 16 people in health department.
Base upon last level of education
shown that most of Nutritionist
126Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
besar tenaga gizi merupakan tamatan
D3 gizi (70 %), sementara tamatan
S1 hanya 3,57%. Pembekalan dan
peningkatan pengetahuan perlu terus
dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme
tenaga gizi mengingat peranan
tenaga gizi adalah bagian yang tidak
dapat terpisahkan dengan
keberhasilan pelayanan kesehatan
lainnya.
5.3.5 Tenaga Teknis Medis
Tenaga teknis medis meliputi
tenaga analis laboratorium, teknik
elektro medis dan penata rontgen,
penata anestesi dan fisioterapi.
Tugas dan fungsi tenaga teknis medis
ini memegang peranan penting dalam
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan baik sebelum maupun
setelah tindakan pelayanan
kesehatan. Pada tahun 2007, jumlah
tenaga teknis medis di Provinsi
Kepulauan Riau berjumlah 173 orang
yang tersebar di unit kerja sebagai
berikut :
- 38 orang di puskesmas/pustu,
- 124 orang di rumah sakit,
- 11 orang di dinas kesehatan.
graduated from D3 of nutrients (70%),
while graduated from S1 only 3.57%.
Supplying and increasing knowledge
need to implement to increase afford
and professionalism of Nutritionist by
reminds that role of Nutritionist are
integrated by other health services
succeeding.
5.3.5 Medical Techniques
Manpower
Medical techniques manpower
include laboratory analysts, medical
electro techniques, and roentgen
manpower, anesthesia and
physiotherapy. Tasks and functions of
these medical manpower hold an
importance role in implementing
health services, before and after
health services acts. In year 2007,
number of medical techniques
manpower in Riau Islands Province
are 13 people which spread over in its
working units, as follows :
- 38 people in health center/sub
health center
- 124 people in the hospitals
- 11 people in health department.
127Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
5.3.6 Tenaga Sanitasi
Jumlah tenaga sanitasi di
Kepulauan Riau tahun 2007
sebanyak 85 orang dengan rasio
sebesar 5,96 % per 100.000
penduduk. Bila dibandingkan dengan
target pencapaian IIS 2010 maka
jumlah tenaga sanitasi masih sangat
dibutuhkan mengingat target yang
diharapkan adalah 40 per 100.000
penduduk.
Berdasarkan distribusinya
diketahui bahwa 44% tenaga sanitasi
bekerja di unit puskesmas, di dinas
kesehatan 35.29%, dan sisanya di
unit rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya. Data lebih rinci
dapat dilihat pada lampiran tabel 58.
5.3.7 Kesehatan Masyarakat
Jumlah tenaga kesehatan
masyarakat baik pada jenjang
pendidikan S1 maupun S2 kesehatan
masyarakat di Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2007 berjumlah 93 orang.
Sebaran unit kerja kesehatan
masyarakat sebagai berikut :
- 7 orang di unit puskesmas,
- 17 orang di unit rumah sakit,
- 1 orang di sarana kesehatan
lainnya
5.3.6 Sanitarian
Number of sanitarian in Riau
Islands Province year 2007 are 85
people with ratio is 5.96% per
100.000 people. If compare to
achievement target of IIS 2010 so the
number of sanitarian is less reminds
that target number is 40 per 100.000
people.
Base upon distribution known
that 44% of sanitarian works in Health
center units, 35.29% in health
department, and the rest are in
hospital units and other health
facilities. Detail data can be seen on
enclosure list 58.
5.3.7 Public health
Number of public health in S1 or
S2 level of education in Riau Islands
Province year 2007 is 93 people.
Distributing of this working units, as
follows :
- 7 people in unit of health center
- 17 people in unit of hospitals,
- 1 people in other health facilities
128Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
- 68 orang di unit dinas kesehatan.
Secara keseluruhan jumlah
tenaga kesehatan di Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2007 baik
medis maupun paramedis sebanyak
3.545 orang. Secara absolut jumlah
ini bertambah dibandingkan dengan
jumlah tenaga kesehatan pada tahun
2006 yang berjumlah 3.530 orang.
Tenaga kesehatan yang paling
banyak yaitu tenaga perawat dan
bidan yaitu berjumlah 2.337 orang
(65,92%).
Beberapa permasalahan yang
dirasakan berkaitan erat dengan
sumber daya manusia kesehatan
yaitu masih minimnya jumlah tenaga
kesehatan jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk dan juga dengan
melihat keadaan geografis yang
berbentuk daerah kepulauan dimana
rasio jumlah tenaga kesehatan
terhadap penduduk tidak dapat
dijadikan patokan mengingat lahan
kerja yang luas dan membutuhkan
biaya operasional tenaga kesehatan
dalam menjangkau pulau-pulau yang
dipisahkan perairan tersebut.
Permasalahan lainnya yaitu
penyebaran tenaga kesehatan yang
belum merata. Tenaga kesehatan
pada umumnya terfokus di kota-kota
- 68 people in health department
Whole number of public health
manpower in Riau Islands Province
year 2007, in medical and para
medical are 3.545 people. Absolutely
this number increase compare to
number of public health manpower in
2006 that are 3.530 people. The most
public health manpower are nurses
and midwife are 2.33 people
(65.92%).
Many problem faces relates to
health human resources that is
number of public health are minimum
if compare to number of population
and also by seeing geographic
condition which is formed an
archipelago where ratio number of
public health to population can’t be
lead reminds that widely work lands
and needs operational cost of public
health in reaching islands which
separated by water. Other problems
are un fairly distributing of public
health. Public health generally
focused in big cities such as Batam
city and Tanjungpinang city. While
Lingga and Natuna District are region
with lowest number of public health.
Status of contract manpower or
129Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
besar seperti Kota Batam dan Kota
Tanjung Pinang. Sedangkan
Kabupaten Lingga dan Natuna
merupakan daerah dengan jumlah
tenaga kesehatan yang paling sedikit.
Status tenaga kontrak atau kerjasama
pada tenaga medis spesialis di
beberapa daerah seperti Kabupaten
Lingga dan Kabupaten Natuna
menyebabkan tenaga kesehatan
tersebut tidak selalu bisa berada di
tempat pada saat dibutuhkan. Hal ini
menyebabkan pada kasus-kasus
pelayanan darurat menjadi terlambat
penanganan.
Menyikapi permasalahan yang
ada diharapkan rekrutmen tenaga
kesehatan masih perlu tetap
dilakukan baik melalui program
pengangkatan dokter umum, dokter
gigi, bidan dan tenaga kesehatan
strategis lainnya.
5.4 Pembiayaan Kesehatan
Indonesia adalah salah satu
negara dari sedikit negara-negara di
dunia, yang belum memiliki sistem
pembiayaan kesehatan yang
mantap. Banyak negara yang lebih
muda, yang merdeka setelah
Indonesia, justru telah memiliki
sistem pembiayaan kesehatan yang
working together with specialist
medical manpower in many regions
such Lingga District and Natuna
District caused the health manpower
not always stay at the place when
they needed. This can cause an
emergency services cases become
slow in handling.
By looking at this recent
problem hoped that recruitment of
health manpower must be done even
by general doctor recruitment
programs, dentists, midwife, and
other strategy public health.
5.4 Health Budgetting
Indonesia is one of country in
the world that haven’t have adequate
health budget systems. Most of new
countries which declares their
independence after Indonesia,
already have adequate health budget
systems, and become model
nationally. The impacts clearly
130Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
lebih mantap, yang menjadi “model”
dan berlaku secara nasional.
Dampaknya, jelas terkait dengan
kemampuan menyediakan dana
kesehatan bagi seluruh rakyat. Ini
terlepas, status kesehatan rakyat
tidak semata-mata tergantung
besarnya biaya yang dikeluarkan.
Pembangunan bidang
kesehatan hingga kini masih
menemui banyak kendala, termasuk
keterbatasan sumber dana dari
pemerintah, pembiayaannya akan
terus diupayakan bisa mencapai 15
persen dari total APBN dan APBD.
Secara umum pembiayaan
kesehatan di Indonesia terbagi
menjadi tiga kelompok besar yaitu
pembiayaan bersumber dari
pemerintah, pembiayaan bersumber
dari bantuan/pinjaman luar negeri
(donor), dan pembiayaan rumah
tangga/swasta.
Salah satu dampak
pembangunan di bidang kesehatan
adalah peningkatan indeks
pembangunan manusia (IPM) atau
human development index (HDI)
dimana IPM ini dijadikan indikator
dalam penilaian tingkat kemajuan
suatu bangsa di dunia. Salah satu
relates to affordability of preparing
health budget to all citizen. Beyond,
the citizen health status are depends
on bigger of spending budget.
Development in health fields,
until this recent days find many
stagnations, including limitation of
budget from Government. But the
budget tries to achieve 15% of Total
National Spending and Incoming
Budget and Regional Spending and
Incoming Budget.
Generally health budget in
Indonesia divided into three big
groups, those are budget sourced
from Government, budget sourced
from fund/borrow from oversea and
housing/privates budget.
One of the impacts of
development in health fields are
increasing oh Human Development
Index where this HDI become an
indicator in evaluation level of
development of a country. One of the
points evaluated by HDI is expecting
life age other than education and
131Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
point yang dinilai dalam IPM adalah
umur harapan hidup di samping
pendidikan dan tingkat ekonomi. Hal
ini menunjukkan sudah
sewajarnyalah jika bidang kesehatan
termasuk sebagai prioritas
pembangunan.
5.4.1 Anggaran Pembangunan Kesehatan Bersumber APBN
Pada tahun 2007 anggaran
kesehatan pusat yang
dialokasikan di Provinsi
Kepulauan Riau (APBN) secara
keseluruhan sebanyak
Rp.65.571.128.525,- yang terdiri dari
Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp.
21.640.132.526,- , Askeskin Rp.
1.753.784.999,-. Pada tahun 2007
Kepulauan Riau mendapat dana
pinjaman/hibah luar negeri lewat
proyek DHS-1 ADB sebesar Rp.
18.765.450.000,- secara keseluruhan
PHLN yang di dapat berjumlah Rp.
21.505,780.000,-.
5.4.2 Anggaran Pembangunan Kesehatan Bersumber APBD
Dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan yang
economics. This case shows that
health field is included as a
development priority.
5.4.1 Health Development Budget
Sourced National Spending
and Incoming Budget
(APBN)
In year 2007 center health
budget which allocated in Riau
Islands Province, for the whole are
Rp.65.571.128.525,- which consists
of Special Allocation Budget Rp.
21.640.132.526,- , Askeskin ( health
insurance for the poor people ) Rp.
1.753.784.999,-. In year 200 7, Riau
Islands Province has donor/fund
/borrow from oversea by projects of
DHS-1 ADB for Rp. 18.765.450.000,-
Total of PHLN is Rp.
21.505,780.000,-.
5.4.2 Health Development Budget
Sourced Regional Spending
and Incoming (APBD)Budget
In effort of increasing health
services as a base of basic need of
132Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
merupakan kebutuhan dasar
masyarakat, pemerintah Kepulauan
Riau berusaha dengan segala upaya.
Alokasi anggaran di bidang
kesehatan pada tahun 2007 yang
bersumber dari APBD secara
keseluruhan berjumlah Rp
442.570.450.552,- yang terdiri dari Rp
388,769,545,965,- APBD
Kabupaten/Kota dan Rp
53.800.904.587,- APBD Provinsi.
Secara keseluruhan alokasi
anggaran kesehatan pada tahun
2007 di Provinsi Kepulauan Riau
yang bersumber dari total anggaran
APBD sebesar 6,19%, hal ini sangat
minim sekali bila dibandingkan
dengan Target IIS 2010 sebesar
15%. Sedangkan alokasi APBD
provinsi di bidang kesehatan baru
berkisar 4% dari total APBD Provinsi.
Anggaran kesehatan per-kapita untuk
tahun 2007 mengalami kenaikan yaitu
sebesar Rp. 373.070,21,- bila
dibandingkan dengan tahun 2006
yang hanya berkisar Rp. 182.903,-.
Melihat kisaran anggaran yang
dialokasikan dalam bidang
kesehatan, angka ini masih sangat
minim. Diharapkan adanya
penambahan anggaran untuk tahun-
tahun berikutnya sehingga mencapai
society, Government of Riau Islands
puts much efforts. Budget allocating
in health fields in year 2007 sourced
of Regional Spending and Incoming
Budget for the total is Rp
442.570.450.552,- which consists of
Rp 388,769,545,965,- Regional
Spending and Incoming Budget of
Districts/cities APBD and Rp
53.800.904.587,- of Province
Regional Spending and Incoming
Budget.
Total allocation of health budget
in year 2007 in Riau Islands Province
sourced from total Regional Spending
and Incoming Budget is 6,19%, this
is very minimum if we compare to
target of IIS 2010 is 15%. While
allocation of Province Regional
Spending and Incoming Budget in
health fields are 4% of total Province
Regional Spending and Incoming
Budget. Health budget per capita for
year 2007 increasing that is Rp.
373.070,21,- if compare to year 2006
which only about Rp. 182.903,-. By
looking of this allocation budget in
health fields, this number is minimum.
Hope that there is an increasing
budget for the next year so that will
achieve the target in year 2010 in
reaching Healthy Riau Islands
Province at 15% of Districts/cities
133Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
target yang diharapkan untuk tahun
2010 dalam menuju Provinsi
Kepulauan Riau sehat yaitu sebesar
15% dari APBD Kabupaten/Kota.
5.4.3 Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat
Salah satu reformasi yang
diusulkan dalam pembiayaan
kesehatan adalah dengan cara
mobilisasi sumber dana dari
masyarakat dan swasta untuk
membantu keterbatasan pemerintah
dalam mendanai pelayanan
kesehatan. Sampai saat ini, sumber
pembiayaan out of pocket merupakan
sumber pembiayaan yang paling
tinggi. Untuk kalangan masyarakat
mampu.
Pada saat ini berkembang
berbagai cara pembiayaan kesehatan
sebagai upaya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yaitu dana sehat,
asuransi kesehatan, asuransi tenaga
kerja (Astek)/Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Jamsostek), Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) dan asuransi jiwa lain. Untuk
penduduk miskin pemerintah
menyelenggarakan program asuransi
kesehatan masyarakat miskin
Regional Spending And Incoming
Budget.
5.4.3 Public Health Budgetting
One of reformation suggested in
health budget is by mobilization
source of fund from society and
private to help limitation of
Government in funding health
services. Until this recent days,
source of expenses out of pocket are
the highest source of expenses. To
the highest class of society.
In this recent days developing
many ways of health expenses as an
effort to increasing health services to
society, those are health funds, health
insurance, workers insurances/Social
Workers Guarantee
(Jamsostek),Public health
Maintenance Guarantee (JPKM) and
other life insurance. For the poor
people Government implementing
public health insurance programs for
poor people (askeskin) to guarantee
the existing of poor society towards
134Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
(askeskin) yang bertujuan untuk
menjamin keberadaan masyarakat
miskin terhadap pelayanan
kesehatan. Dengan askeskin
masyarakat miskin diberi pelayanan
kesehatan secara cuma-cuma tanpa
perlu membayar karena biaya
penyelenggaraan tersebut telah
dibayar oleh pemerintah.
Cakupan jaminan pembiayaan
kesehatan oleh masyarakat belum
bisa digambarkan secara lengkap
karena masih belum diperoleh data
yang lengkap dari kabupaten/kota.
Namun berdasarkan data yang
diperoleh dari 6 kabupaten/kota,
cakupan atau kepesertaan
masyarakat terhadap berbagai
jaminan pembiayaan kesehatan ini
berdasarkan Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota Tahun 2007,
masyarakat yang tercakup jaminan
pembiayaan kesehatan sebesar
37,81% dengan rincian masyarakat
yang tercakup dalam Askes 5,46%,
Jamsostek 7,53% dan Askeskin
11.77% dan lainnya sebesar 13.04%.
Data terinci dapat dilihat pada
lampiran tabel 36.
health services. By public health
insurance for poor people (askeskin),
the poor people are given health
services freely without paying
because the implemented programs
has paid by Government.
Scope of health expenses
guarantee by society can’t drawn
completely yet, because data given
by district/ cities are not complete. But
base upon data given by 6
districts/cities, scope or society
participation to this many of health
expenses guarantee base upon
health profile of districts/cities year
2007, society which included health
expenses guarantee is 37.81% with
detail of society included in Health
Insurance is 5,46%, Social Manpower
Guarantee (Jamsostek) 7,53% and
Health Insurance for poor people
(Askeskin) 11.77% and others are
13.04%. Detail data can be seen on
enclosure list 36.
135Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab VI Kesimpulan
Upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat terus dilakukan
melalui penyelenggaraan berbagai
program dan kegiatan di bidang
kesehatan. Beberapa hal penting yang
perlu disimak yang berkaitan dengan
derajat kesehatan masyarakat sampai
dengan tahun 2007 sebagai berikut :
1. Secara provinsi angka kematian
bayi, angka kematian balita, dan
angka kematian ibu maternal
cenderung menurun jika
dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya dan lebih rendah
dibanding angka nasional.
2. Penyakit infeksi masih merupakan
penyakit terbanyak yang diderita
oleh masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau. Berdasarkan
sepuluh penyakit terbesar baik
pada kunjungan Puskesmas
maupun Rawat Jalan Rumah Sakit
ditemukan bahwa penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
menempati urutan pertama.
The efforts in increasing
health level of society have been
done continuously by implementing
many programs and activities in
health fields. Some of importance
things which scrutinized relates to
level of health society until year
2007, as follows:
1. Infant Mortality Rate (IMR),
Under Five Years Mortality
Rate (U5MR), and Maternal
Mortality Rate (MMR) in
province tends to decrease if
compare to the year before
and lower compare to national
number.
2. Infection disease still the most
disease which suffered by
Riau Islands Province
Societies. Base upon ten most
diseases in society health
center visiting and non
hospitalized found that Acute
Respiratory Infection Disease
is at the first position.
BAB VI KESIMPULAN CONCLUSION
136Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab VI Kesimpulan
3. Jumlah penyakit degeneratif
semakin meningkat di Provinsi
Kepulauan Riau. Berdasarkan
kunjungan rumah sakit pada tahun
2007 tercatat bahwa enam dari
sepuluh penyakit penyebab
kematian terbanyak di Provinsi
Kepulauan Riau adalah
disebabkan penyakit degeneratif,
dimana penyakit hipertensi
menempati urutan pertama
sebagai penyakit degeneratif yang
menyebabkan kematian tertinggi. 4. Pada tahun 2007, terjadi KLB
Campak di satu desa di Kabupaten
Karimun, namun pada kejadian ini
tidak terdapat korban jiwa karena
kesiapan petugas yang didukung
tindakan kooperatif dari
masyarakat sehingga pelayanan
penanganan KLB dapat
dilaksanakan sedini mungkin. 5. Upaya penurunan angka kesakitan
penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi terus digalakkan
dengan meningkatkan cakupan
imunisasi. Walaupun pada 2007
pemerintah tidak
menyelenggarakan Pekan
Imunisasi Nasional (PIN), namun
program imunisasi untuk bayi dan
anak balita terus dilaksanakan
3. Number of degenerative
disease increasing in Riau
Islands Province. Base upon
hospital visiting in year 2007
noted that six of ten most
disease caused death in Riau
Islands Province is
degenerative disease where
hypertension at the first
position as a degenerative
disease which cause the
highest death.
4. In year 2007, happened
measles un usual incidence in
one of village in Karimun
District, but there is no life
sacrifices because readiness
of manpower which supported
by cooperative acts from
societies so that services in
handling of un usual incidence
can be done earlier.
5. The efforts in decreasing
morbidity rate which prevented
by immunization should be
done continuously by
increasing immunization
scopes. Even in year 2007
Government didn’t implement
PIN (National Immunization
Periods) , but immunization
programs for infant and
137Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab VI Kesimpulan
dengan penyelenggaraan program
imunisasi di sarana pelayanan
kesehatan yang meliputi
posyandu, puskesmas, dan rumah
sakit.
6. Jumlah penderita HIV/AIDS dan
penyakit Infeksi Menular Seksual
(IMS) lainnya menunjukkan
adanya kecenderungan
peningkatan kasus. Perlu
ditingkatkan kewaspadaan dan
pengawasan khususnya terhadap
sarana-sarana yang potensial
terhadap penularan penyakit ini.
Upaya peningkatan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat akan
perilaku hidup bersih dan sehat
terus digalakkan baik secara
langsung memberi penyuluhan
kepada kelompok sasaran, poster-
poster, leaflet, melalui media
massa dan media elektronik.
7. Pemerataan pelayanan kesehatan
terus diupayakan untuk
meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan dan sarana
kesehatan termasuk untuk daerah
terpencil. Pembangunan baru dan
rehabilitasi sarana pelayanan
kesehatan diharapkan mampu
meningkatkan akses masyarakat
children under five years old
are done continuously by
implementing immunization
programs at health services
facilities, including posyandu
(Integrated services post) ,
health center, and hospitals.
6. Number of suffering HIV/AIDS
and other Sexual Infection
disease shows that tends to
increasing cases. Need to
increase awareness and
special control to potential
facilities towards infection of
this disease. The efforts in
improving knowledge and
society awareness on clean
and healthy behavior should
be done continuously by giving
elucidation to target group
directly, posters, leaflet, and by
mass media and electronics
media.
7. The averages of health
services are afforded to
increasing public access to
health facilities and services
including to hinterland. New
development and rehabilitation
of health services facilities
hoped that can effort to
increase society access to
138Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Bab VI Kesimpulan
terhadap pelayanan kesehatan
yang berkwalitas. Untuk
mendukung pemanfaatan sarana
kesehatan secara optimal perlu
didukung oleh pembiayaan yang
cukup dan tenaga kesehatan yang
memadai baik dari segi kuantitas
dan kualitas.
Keberhasilan pembangunan
kesehatan merupakan muara dari
berbagai aspek pembangunan. Agar
hasil pembangunan yang
dilaksanakan mencapai hasil yang
optimal perlu ditingkatkan sinergisme
pelaksanaan program dan kegiatan
baik yang diselenggarakan oleh
Pemeirntah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/kota. Koordinasi dan
kerjasama yang baik perlu
ditingkatkan dengan semua elemen
masyarakat termasuk swasta, LSM
dan partisipasi aktif masyarakat.
Akhir kata, besar harapan kami
semoga data dan informasi yang
tercantum dalam buku ini dapat
bermanfaat baik untuk instansi
pemerintah maupun swasta, serta
pengguna data lainnya dalam
pengambilan keputusan yang berbasis
data atau untuk referensi data dan
informasi di bidang kesehatan.
health quality services. To
supporting the useful of health
facilities optimally need
supported by enough budget
and adequate health
manpower in quantity and
qualities.
The succeeding of health
development is source of many
development aspects. In order to
achieve the optimum result of
development need to increase
synergy of implementation
programs and activities, which this
is done by central government,
province, and districts/cities. Good
coordination and cooperation need
to increase by all elements of
society including privates, NGOL
and active participation of society.
The end of the words, with
the biggest hope, data and
information stated in this book can
be useful for government instances
and private sectors, and also other
data users in making decision by
data or to data and information
references in health.
139Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel 1Table 1
Desa / Kelurahan/ Desa + Kel /
District/CityLand Area
(km 2 )Villages Cities Villages + Cities Populations Total of
Households
Average Person/
Household
Population Density/km 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Karimun 2,873.20 32 22 54 216,221 52,832 4 75
2 Bintan 1,946.13 36 15 51 122,677 31,904 4 63
3 Natuna 2,648.59 86 7 93 93,424 23,296 4 35
4 Lingga 2,117.72 43 3 46 86,894 22,080 4 41
5 Batam 770.27 0 64 64 695,739 202,784 3 903
6 Tanjungpinang 239.50 0 18 18 177,963 45,056 4 743
10,595.41 197 129 326 1,392,918 377,952 4 131
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008
Kepadatan Penduduk /
Km2
Jumlah / Total
NO
Rata-rata Jiwa/Rumah
Tangga
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Luas Wilayah, Jumlah Desa/kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga,dan Kepadatan penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Region Area, Total Village, Population, Total Household, and Density of Population by
District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Kabupaten/KotaLuas Daratan
(km2)Jumlah
PendudukJumlah Rumah
Tangga (KK)
Tabel 2Table 2
Laki-laki (Tahun) / Male (year) Perempuan (Tahun) / Female (year)
District/City Population <1 1-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jml/ Total <1 1-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jml/ Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Karimun 216,221 1,811 7,561 22,399 56,309 18,776 4,440 111,296 1,834 7,646 21,656 52,324 18,361 3,104 104,925 48.3 106.1
2 Bintan 122,677 980 6,169 12,671 33,640 9,326 2,535 65,321 1,162 6,116 11,010 29,152 8,171 1,745 57,356 52.8 113.9
3 Natuna 93,424 1,010 4,996 11,177 23,667 6,917 1,629 49,396 611 4,725 9,165 22,323 5,380 1,824 44,028 60.3 112.2
4 Lingga 86,894 984 4,351 8,919 20,471 9,329 1,524 45,578 633 4,277 7,261 19,473 7,678 1,994 41,316 52.6 110.3
5 Batam 695,739 10,369 34,376 59,452 180,698 30,545 2,516 317,956 6,081 32,343 51,095 266,453 18,808 3,003 377,783 40.1 84.2
6 Tanjungpinang 177,963 2,121 8,606 17,213 47,647 14,095 3,679 93,361 1,389 6,039 14,674 46,678 12,018 3,804 84,602 47.8 110.4
1,392,918 17,275 66,059 131,831 362,432 88,988 16,323 682,908 11,710 61,146 114,861 436,403 70,416 15,474 710,010 45.4 96.2
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan,Rasio Jenis Kelamin, dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Population by Sex,Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Rasio Beban
Tanggungan/
Dependency Ratio
Rasio Jenis
Kelamin / Sex Ratio
NOKab./Kota Jumlah
Penduduk
Jumlah Penduduk / Population
Tabel 3 Tabel 3.a (Lanjutan)Table 3 Table 3.a (continue…)
Laki-laki Male
Perempuan Female
Laki-laki Male
Perempuan Female
Laki-laki Male
Perempuan Female
Laki-laki Male
Perempuan Female
Laki-laki Male
Perempuan Female
Laki-laki Male
Perempuan Female
Laki-laki Male
Perempuan Female
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 11 12 13 14 15 161 < 1 1,811 1,834 980 1,162 1,010 611 984 633 1 < 1 10,369 6,081 2,121 1,389 17,275 11,710 2 1 - 4 7,561 7,646 6,169 6,116 4,996 4,725 4,351 4,277 2 1 - 4 34,376 32,343 8,606 6,039 66,059 61,146 3 5 - 9 10,522 10,463 6,652 5,409 5,327 4,679 4,439 3,628 3 5 - 9 34,275 29,134 10,103 7,246 71,318 60,559 4 10 - 14 11,877 11,193 6,019 5,601 5,850 4,486 4,480 3,633 4 10 - 14 25,177 21,961 7,110 7,428 60,513 54,302 5 15 - 19 10,872 8,550 5,581 4,112 3,977 3,420 3,439 3,173 5 15 - 19 18,955 27,689 8,045 8,031 50,869 54,975 6 20 - 24 8,577 9,784 5,910 4,789 3,509 4,030 4,136 3,559 6 20 - 24 29,684 96,760 8,606 7,850 60,422 126,772 7 25 - 29 10,407 9,793 6,665 7,320 5,094 5,047 3,947 4,143 7 25 - 29 42,905 56,537 9,230 9,541 78,248 92,381 8 30 - 34 8,206 8,948 6,177 4,760 4,275 3,694 3,229 2,782 8 30 - 34 34,091 42,339 9,667 8,333 65,645 70,856 9 35 - 39 9,142 8,515 5,093 4,833 4,127 3,559 3,019 3,430 9 35 - 39 35,204 27,428 6,798 7,005 63,383 54,770
10 40 - 44 9,105 6,734 4,214 3,338 2,685 2,573 2,701 2,386 10 40 - 44 19,859 15,700 5,301 5,918 43,865 36,649 11 45 - 49 7,132 6,323 3,212 2,649 2,404 2,016 2,537 2,500 11 45 - 49 13,404 8,452 5,114 3,986 33,803 25,926 12 50 - 54 5,346 5,183 2,728 2,495 2,545 1,352 2,630 2,886 12 50 - 54 9,282 5,777 4,553 3,442 27,084 21,135 13 55 - 59 3,473 4,263 1,789 1,576 1,296 936 2,588 1,297 13 55 - 59 4,565 3,307 2,183 3,080 15,894 14,459 14 60 - 64 2,825 2,592 1,597 1,451 672 1,076 1,574 995 14 60 - 64 3,294 1,272 2,245 1,510 12,207 8,896 15 65 - 69 2,081 1,488 1,171 849 814 748 528 708 15 65 - 69 778 1,272 1,123 1,872 6,495 6,937 16 70 - 74 1,355 322 747 465 336 468 616 693 16 70 - 74 986 1,247 1,622 1,027 5,662 4,222 17 75+ 1,004 1,294 617 431 479 608 380 593 17 75+ 752 484 934 905 4,166 4,315
111,296 104,925 65,321 57,356 49,396 44,028 45,578 41,316 317,956 377,783 93,361 84,602 682,908 710,010 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008 Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008
Jumlah / Total
BINTANNO
NATUNA
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok UmurMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Population by Sex,Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
LINGGAKARIMUNKelompok (Tahun)
Age
Jumlah / Total
Population by Sex,Age Groups, Dependency Ratio, Sex Ratio, and District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
TANJUNGPINANGKelompok (Tahun)
Age
PROVINSI / PROVINCEBATAMNO
Tabel 4Table 4
Laki-Laki / Male Perempuan / Female
Tdk/Belum Pernah Sekolah
Tdk/Belum Tamat SD SD/MI SLTP/
MTs SLTA/ MA AK/ Diploma
Universitas Jumlah
Tdk/Belum Pernah Sekolah
Tdk/Belum Tamat SD SD/MI SLTP/ MTs SLTA/ MA AK/
DiplomaUniversi
tas Jumlah
District/CityNever/Not Yet Attend
School
Never/Not Yet
Attend Primary School
Primary School
Secondary School
High School Degree Universit
y TotalNever/Not Yet Attend
School
Never/Not Yet Attend
Primary School
Primary School
Secondary School
High School Degree University Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Karimun 7.4 23.1 36.8 18 12.4 1.4 0.9 100 12.7 24.4 33.8 16.2 11.2 0.9 0.9 100
2 Bintan 3.50 21.30 26.00 20.10 25.20 2.20 1.90 100 7.20 22.10 25.30 18.80 23.10 1.50 2.00 100
3 Natuna 4.70 33.50 35.30 14.30 9.30 1.50 1.50 100 10.50 31.40 33.80 14.30 6.70 2.70 0.70 100
4 Lingga 7.6 30 30.8 14.5 13.3 2 1.8 100 13.6 30.6 30.6 12.2 8.3 3.5 1.5 100
5 Batam 1.4 15.1 21.8 21 31.5 3.6 5.6 100 2.4 7 14.4 13.2 58.3 3 1.7 100
6 Tanjungpinang 1.4 15.1 21.8 21 31.5 3.6 5.6 100 4.9 17.5 20.6 22.5 26.8 4.3 3.5 100
3.3 17.6 23.5 17.3 41.7 2.6 4.1 100 5.7 14.8 20.9 15.2 39.0 2.7 1.7 100
Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008
Kabupaten/Kota
NO
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008
Persentase Penduduk laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun ke Atas Dirinci MenurutTingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kabupaten/Kota
Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
of Education Accomplished and District/City Kepulauan Riau Province, 2007Percentage of Male and Female Population 10 Years and Over Specified According to the Highest Level
Tabel 5Table 5
Jml Pddk Usia 10 Th ke Atas / Population Age 10 Years and
Over
Melek Huruf / Able to Read
and Write%
Jml Pddk Usia 10 Th ke Atas / Population
Age 10 Years and Over
Melek Huruf / Able to Read
and Write%
Jml Pddk Usia 10 Th ke Atas / Population Age 10 Years and
Over
Melek Huruf / Able to Read
and Write%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 91,402 84,914 92.90 84,982 73,576 86.58 176,384 158,490 89.86 2 Bintan 51,520 49,279 95.65 44,669 40,940 91.65 96,189 90,219 93.79 3 Natuna 38,063 35,692 93.77 34,013 30,119 88.55 72,076 65,811 91.31 4 Lingga 35,804 32,528 - 32,778 27,977 - 68,582 60,505 - 5 Batam 238,936 234,600 98.19 310,225 303,425 97.81 549,161 538,025 97.97 6 Tanjungpinang 72,531 70,900 97.75 69,928 65,421 93.55 142,459 136,321 95.69
528,256 507,913 96.15 576,595 541,458 93.91 1,104,851 1,049,371 94.98
Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek HurufPropinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Percentage of Population 10 Years and Over Able to Read and Write in Kepulauan Riau Province, 2007
Kab./KotaDistrict/City
Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas / Population Age 10 Years and OverLaki-Laki + Perempuan /
Male + Female
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2008Source: Central Board of Statistics of Kepulauan Riau Province, 2008
Laki-laki / Male Perempuan / Female
NO
Tabel 6Tabel 6
Lahir Hidup Lahir Mati Lahir Hidup + Lahir Mati % Lahir Mati
District/City Live Birth Still Birt Live Birth + Still Birth % Still Birth Infant Death Number of
Underfive
Number of Underfive
Death
Convert into IMR
Convert into U5 Mortality Rate
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 5,028 28 5,056 0.55 40 27,909 44 7.96 1.58
2 Bintan 3,022 7 3,029 0.23 9 16,735 0 2.98 0.00
3 Natuna 2,134 26 2,160 1.20 15 12,973 0 7.03 0.00
4 Lingga 2,067 21 2,088 1.01 26 6,523 4 12.58 0.61
5 Batam 20,512 191 20,703 0.92 61 93,042 0 2.97 0.00
6 Tanjungpinang 4,193 5 3,782 0.13 35 22,544 0 8.35 0.00
36,956 278 37,234 0.75 186 179,726 48 5.03 0.27
5.03 0.27
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasiNote : Mortality rate (Reported) above does not present the real AKB/AKABA in the population
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Angka Kematian (Dilaporkan) / Mortality Rate (Reported)
Jumlah / Total
NO
Kabupaten/Kota Konversi AKB
Konversi AKABA
Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Menurut Kabupaten/KotaPropinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Number of Births and Deaths' Infant and Underfive by District/City Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Balita Mati
Jumlah Bayi Mati Jumlah Balita
Tabel 7Tabel 7
Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Maternal Mortality by District/City Kepulauan Riau Province, 2007
NOKabupaten/Kota Jumlah Lahir
HidupJumlah Kematian Ibu Maternal / Number of Maternal Death
Kematian Ibu Hamil Kematian Ibu Bersalin Kematian Ibu Nifas Jumlah
District/City Number of Life Birth
Pregnant Mother Died Delivery Mother Died Perinatal Mother
Died TOTAL
1 2 3 4 5 6 71 Karimun 5,028 1 3 3 7
2 Bintan 3,022 - 1 - 1
3 Natuna 2,134 1 5 1 7
4 Lingga 2,067 - 5 - 5
5 Batam 22,232 1 6 - 7
6 Tanjungpinang 4,193 - 2 - 2 Jumlah (Province) /
Total (Province) 38,676 3 22 4 29
Angka Kematian Ibu Maternal (Dilaporkan) 78
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Keterangan:- Jumlah kematian ibu maternal = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas Total maternal mortality = pregnant mother died + delivery birth mother died + perinatal mother died- Angka Kematian Ibu Maternal (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
Tabel 8Table 8
Mati Luka Berat Luka Ringan JML
% Thd Total
KorbanMati Luka Berat Luka
Ringan JML
District/CityNumber of Accident Died Major
WoundMinor
Wound TOTAL % againts victim Died Major
WoundMinor
Wound TOTALRatio of
Victim per accident
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun * * * * * * * * * * *
2 Bintan 447 2 49 288 339 3.57 0.59 14.45 84.96 100 0.76
3 Natuna 723 16 149 559 724 7.62 2.21 20.58 77.21 100 1.00
4 Lingga 101 3 10 88 101 1.06 2.97 9.90 87.13 100 1.00
5 Batam 8,267 39 479 7,749 8,267 87.06 0.47 5.79 93.73 100 1.00
6 Tanjungpinang 36 30 17 18 65 0.68 46.15 26.15 27.69 100 1.81
9,574 90 704 8,702 9,496 100 0.95 7.41 91.64 100 0.99
681.73 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Jumlah Korban / Number of Victim
Specipied by District/City Kepulauan Riau Province, 2007Total of Traffic Accident and Ratio of the Wound and Died againt Population
Rasio Korban per
Kejadian Kecelakaan
Rasio per 100.000 Penduduk / Ratio per 100,000 populations
% Korban / % of VictimJumlah Kejadian
KecelakaanNO Kabupaten/
Kota
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Tabel 9Table 9
TB PARU
Klinis Diobati Sembuh % Sembuh
Jml Penderita
Jml Pend Balita
Balita Ditangani
% Balita Ditangani
District/CityAFP < 15
years Clinical Cured Heal % Heal Number of Sufferer
Number of U-5 Sufferer U-5 cured % of U-5
Cured1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 2 231 169 169 116 68.64 23 23 23 100
2 Bintan 0 1,137 175 126 116 92.06 272 258 211 81.78
3 Natuna 5 294 21 330 10 3.03 211 160 160 100
4 Lingga 1 123 22 35 33 94.29 - - - 0
5 Batam 6 373 151 524 156 29.77 30 30 30 100
6 Tanjungpinang 0 1,883 169 169 144 85.21 20 20 20 100
14 4,041 707 1,353 575 42.50 556 491 444 90.43
3.47
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien RSNote : Total case are all of the cases which occurred at operational region of Health Center including Hospitals patients
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Angka Kesakitan / Morbidity Rate
(+)
AFP Rate, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangan Menurut Kabupaten/Kota
PNEUMONIAKabupaten/Kota AFP < 15
Thn
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007AFP Rate, % of TB Lungs Cured, and Underfive Pneumonia Treated by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
Tabel 10Table 10
HIV/AIDS
Jml Kasus Ditangani %
DitanganiJml
Kasus Ditangani % Ditangani Jml Kasus Ditangani %
Ditangani Jml KasusJml Diare
pada Balita
Diare pada Balita
Ditangani
% Ditangani
District/City No of Case Treated % Treated No of
Case Cured % cured No of case Treated % Treated No of caseNo of cases for U5
Treated % Treated
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 151 Karimun 29 29 100 1,331 1,331 100 99 99 100 3,557 1,651 1,651 46.42
2 Bintan 14 14 100 1,174 1,174 100 71 71 100 3,513 * * *
3 Natuna - - - 123 123 100 - - - 1,599 1,599 1,599 100
4 Lingga - - - - - - - - - 941 * * *
5 Batam 1,241 1,241 100 1,964 1,560 79.43 718 718 100 22,543 * * *
6 Tanjungpinang 68 68 100 377 377 100 101 101 100 2,030 1,121 1,121 55.22
1,352 1,352 100 4,969 4,565 91.87 989 989 100 34,183 4,371 4,371 12.79
71.00 24.54
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
An gka Kesakitan/ Morbidy Rate
NO
DBD / DHF
HIV/AIDS, Infeksi Menular SeksualL, DBD dan Diare pada Balita Ditangani
DIARE / DiarrheaIMS / STD
Kab./Kota
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007HIV/AIDS, Sexual Transmitted Disease, DHF , and Underfive with Diarrhea Treated
Tabel 11Tabel 11
Klinis Positif % Positif Diobati % DiobatiDistrict/City Clinical Positive %Positive Cured % Cured
1 2 3 4 5 6 71 Karimun 1,341 128 9.55 1,341 100.002 Bintan 15,276 1,162 7.61 1,965 12.863 Natuna 4,498 199 4.42 4,498 100.004 Lingga 5,629 663 11.78 4,184 74.335 Batam 7,049 649 9.21 5,612 79.616 Tanjungpinang 759 162 21.34 162 21.34
34,552 2,963 8.58 17,762 51.41
24.81 2.13
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Ket : API untuk wilayah Jawa dan Bali (Malaria positif per 1000 penduduk)AMI untuk wilayah luar Jawa dan Bali (Malaria klinis per 1000 penduduk)
134
Angka Kesakitan (API/AMI) per 1000 pddk/ Morbidity Rate (API/AMI)
per 1000 pop
Malaria / Malariae
Persentase Penderita Malaria Diobati Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of the Cured Malaria Sufferer by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Kabupaten/Kota
Table 12Table 12
PEND PB RFT PB % RFT PB PEND MB RFT MB % RFT MBDistrict/City PB Sufferer PB RFT % PB RFT MB Sufferer MB RFT % MB RFT
1 2 3 4 5 6 7 81 Karimun 4 4 100 - - -
2 Bintan 2 2 100 - - -
3 Natuna - - - - 5 -
4 Lingga 1 1 100 - - -
5 Batam 58 28 48 36 14 39
6 Tanjungpinang 3 3 100 9 8 89
68 38 55.88 45 27 60.00
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Kabupaten/KotaPropinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Percentage of Leprae Sufferer Complete Medication by District/City Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
KUSTA / LepraeKabupaten/Kota/NO
Tabel 13Table 13
Jumlah Ditangani % DitanganiDistrict/City Total Treated % Treated
1 2 4 5 61 Karimun 5 5 100
2 Bintan - - -
3 Natuna - - -
4 Lingga 1 1 100
5 Batam 14 14 100
6 Tanjungpinang 1 1 100
21 21 100
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Kasus Penyakit Filariasis Ditangani menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Case of Filariasis Disease Treated by district/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Penderita Peny Filariasis / Filariasis SuffererKabupaten/KotaNO
Table 14Table 14
Jumlah Kasus PD3I / Number of Immunization Preventable Diseases
Difteri Pertusis Tetanus Tetanus Neonatorum Campak Polio Hepatitis B
District/City Difteri Pertusis Tetanus Tetanus Neonatorum Small Pox Polio Hepatitis B
1 2 3 4 5 6 7 8 91 Karimun - - - 1 21 - -
2 Bintan - - - - 24 - -
3 Natuna 81 4 - - 22 9 42
4 Lingga - - - - - - -
5 Batam - - - - 580 - -
6 Tanjungpinang - - - - 74 - -
81 4 - 1 721 9 42
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
NO Kabupaten/Kota
Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
District/City in Kepulauan Riau, 2007Number of Case and Morbidity of Communicable Disease That Can be Prevented with Immunization by
Tabel 15Table 15
Jumlah KN2 % Jml Bayi Kunjungan % Jml Lahir hidup Ditimbang %
Ditimbang BBLR % BBLR BBLR Ditangani
% BBLR Ditangani
District/City Total Neonatal Visit % No of Baby Neonatal
Visit % No of living Birth Weighed % Weighed LBWB % LBWB LBWB
Treated% LBWB Treated
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 151 Karimun 5,415 4,810 88.83 5,415 3,117 57.56 5,028 3,117 61.99 20 0.40 20 100
2 Bintan 3,019 2,949 97.68 3,301 2,512 76.10 3,022 2,956 97.82 17 0.56 17 100
3 Natuna 2,812 2,290 81.44 2,897 1,487 51.33 2,134 - - 44 2.06 44 100
4 Lingga 2,257 2,061 91.32 1,933 1,049 54.27 1,509 - - 93 6.18 15 16.08
5 Batam 19,248 16,287 84.62 22,232 23,172 104.23 22,232 22,232 100.00 541 2.43 541 100
6 Tanjungpinang 4,594 3,414 74.31 9,066 7,085 78.15 4,193 3,753 89.51 40 0.95 40 100
37,345 31,811 85.18 44,844 38,422 85.68 36,956 32,058 86.75 755 2.04 677 89.64
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang Ditangani Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Coverage of Neonatus Visits, Babies and LBW Babies Treated by District/City in Kepulauan Riau, 2007
NO
Neonatus / Neonates Bayi / Baby Bayi Lahir / NewbornKabupaten/Kota
Tabel 16Table 16
Jumlah Balita / Number of Underfive Balita
yang ada Ditimbang BB Naik BGM Gizi Buruk Ditimbang BB Naik BGM Gizi
Buruk
District/City Total Underfive Weighed Weigth
GainUnder
Red LinePoor
Nutrition Weighed Weigth Gain
Under Red Line
Poor Nutrition
Sub District free of nutritional lack
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 27,909 12,696 9,694 475 40 45.49 76.35 3.74 0.32 9
2 Bintan 16,735 12,085 9,185 96 58 72.21 76.00 0.79 0.48 6
3 Natuna 12,973 8,695 6,649 225 35 67.02 76.47 2.59 0.40 0
4 Lingga 6,523 4,972 4,161 157 33 76.22 83.69 3.16 0.66 5
5 Batam 93,042 40,434 36,624 745 173 43.46 90.58 1.84 0.43 1
6 Tanjungpinang 22,544 16,482 12,884 39 181 73.11 78.17 0.24 1.10 4
179,726 95,364 79,197 1,737 520 53.06 83.05 1.82 0.55 25
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Menurut Kabuapten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Under Five Years Nutritional Status and Number of Sub District with Nutritional Lack by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Kec Bebas Rawan GiziKabupaten/Kota
% Balita
NO
Tabel 17Tabel 17
Jml Jumlah Ditolong Tenkes Jml Mendapat
Yan Nifas
District/City Total TotalHelp by Medical
StaffTotal
Get Postpartum
Service1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 5,953 5,354 89.94 4,643 77.99 5,686 4,621 81.27 5,686 4,621 81.27
2 Bintan 3,572 3,467 97.06 2,943 82.39 3,409 2,956 86.71 * * *
3 Natuna 3,304 2,565 77.63 2,394 72.46 2,775 1,948 70.20 * * *
4 Lingga 2,179 2,107 96.70 1,857 85.22 1,898 1,701 89.62 1,898 1,701 89.62
5 Batam 22,728 20,490 90.15 17,719 77.96 20,598 16,616 80.67 21,307 11,798 55.37
6 Tanjungpinang 4,645 4,247 91.43 3,923 84.46 4,432 3,501 78.99 4,432 4,432 100
42,381 38,230 90.21 33,479 79.00 38,798 31,343 80.79 33,323 22,552 67.68
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1, K4), Persalinan Ditolong Tenaga kesehatan dan Ibu Nifas
Ibu Bersalin / Give Birth Women
Kab./Kota
Ibu Hamil / Pregnant Women
Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
in Kepulauan Riau Province, 2007
K4K1
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Outreach of Pregnant Women Visite (K1, K4), Gave Birth helped by Medical Staff, and Got Post Partum Service
NO% % % %
Ibu Nifas/ New givebirth women
Tabel 18Table 18
Jumlah Dideteksi Jumlah Diperiksa Jumlah DiperiksaDistrict/City Total Detected Total examined Total examined
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 27,909 - - 26,397 5,470 20.72 2,655 165 6.21
2 Bintan 3,356 1,787 53.25 32,409 11,451 35.33 7,409 2,780 37.52
3 Natuna 12,973 - 14,413 588 4.08 8,542 791 9.26
4 Lingga 6,523 - - 27,681 6,044 21.83 7,104 3,680 51.80
5 Batam 97,885 17,380 17.76 52,646 15,390 29.23 8,920 2,992 33.54
6 Tanjungpinang 22,546 16,469 73.05 14,832 11,131 75.05 30,623 10,150 33.15
171,192 35,636 20.82 168,378 50,074 29.74 65,253 20,558 31.51
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
NO% % %
Siswa SD/MI/ Primary Student
Siswa SMP/SMU/ Junior dan High SchoolKabupaten/Kota
Anak Balita (Pra Sekolah) / Kindergarden
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMUMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Early Detection Coverage of Underfive Growth, Health Check-up for Primary/Junior and High School By District/City In Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel 19Table 19
Number of Reproductive Aged Couple, Family Planning (FP) Acceptor , New FP Acceptor and Active FP Acceptor by
Peserta KB Baru / New FP Acceptor
Jumlah Jumlah
District/City Total Reproductive Aged Couple Total Total
1 2 3 4 5 6 71 Karimun 35,235 3,957 11.23 22,851 64.852 Bintan 21,161 3,268 15.44 15,509 73.293 Natuna 15,811 1,277 8.08 9,837 62.224 Lingga 12,541 2,137 17.04 9,625 76.755 Batam 147,817 14,370 9.72 93,519 63.276 Tanjungpinang 27,824 5,744 20.64 19,985 71.83
260,389 30,753 11.81 171,326 65.80
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, dan KB Aktif Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
District/City Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Peserta KB Aktif / Active FP AcceptorJumlah PUSKabupaten/Kota
NO%%
Tabel 20Table 20
MKJP NON MKJP MKJP NON MKJP
District/City
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Karimun 448 238 1,285 8,865 11,783 232 - - 22,851 1.96 1.04 5.62 38.79 51.56 1.02 - - 100
2 Bintan 442 29 842 8,390 5,618 188 - - 15,509 2.85 0.19 5.43 54.10 36.22 1.21 - - 100
3 Natuna 45 - 164 4,387 5,168 60 - 17 9,841 0.46 - 1.67 44.58 52.51 0.61 - 0.17 100
4 Lingga 65 - 46 6,439 4,949 163 - - 11,662 0.56 - 0.39 55.21 42.44 1.40 - - 100
5 Batam 8,380 1,386 3,325 41,265 34,976 4,187 - - 93,519 8.96 1.48 3.56 44.12 37.40 4.48 - - 100
6 Tanjungpinang 1,792 1,334 1,787 7,821 5,957 744 - - 19,435 9.22 6.86 9.19 40.24 30.65 3.83 - - 100
11,172 2,987 7,449 77,167 68,451 5,574 - 17 172,817 6.46 1.73 4.31 44.65 39.61 3.23 - 0.01 100
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
MKJP + NON MKJP
Jumlah Peserta KB Aktif / Active Family Planning Acceptor % Peserta KB Aktif / Percentage of Active Family Planning Acceptor
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
PilPill
KondomCondom
Obat VaginaVagina
Medicine
Lain-nya
Other
IUDIUD
MOP/ MOW
MOP/MOW
ImplantImplant
SuntikInjection
KondomCondom
Obat VaginaVagina
Medicine
Lain-nya
Other
MKJP + NON MKJP
Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Family Planning Acceptor by Contraception Type by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Kabupaten/KotaNO
IUDIUD
MOP/ MOWMOP/MOW
ImplantImplant
SuntikInjection
PilPill
Tabel 21Table 21
MKJP NON MKJP MKJP NON MKJP
District/City
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Karimun 120 17 125 1,896 1,736 63 - - 3,957 3.03 0.43 3.16 47.92 43.87 1.59 - - 1002 Bintan 101 - 191 1,690 1,194 92 - - 3,268 3.09 - 5.84 51.71 36.54 2.82 - - 1003 Natuna 6 - 13 564 662 32 - - 1,277 0.47 - 1.02 44.17 51.84 2.51 - - 1004 Lingga 3 - 32 1,313 755 44 - - 2,147 0.14 - 1.49 61.16 35.17 2.05 - - 1005 Batam 197 46 168 6,120 6,466 1,373 - - 14,370 1.37 0.32 1.17 42.59 45.00 9.55 - - 1006 Tanjungpinang 107 - 197 3,116 2,178 146 - - 5,744 1.86 - 3.43 54.25 37.92 2.54 - - 100
534 63 726 14,699 12,991 1,750 - - 30,763 1.74 0.20 2.36 47.78 42.23 5.69 - - 100
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
KondomCondom
MOP/ MOWMOP/MOW
ImplantImplant
SuntikInjection
PilPill
MOP/ MOW
MOP/MOW
Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007New Family Planning Service by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
Kab./KotaJumlah Peserta KB Baru / Number of New FP Acceptor % Peserta KB Baru / % of New FP Acceptor
MKJP + NON
MKJP
MKJP + NON MKJP
IUDIUD
Jumlah (Provinsi)/Total (Province)
Obat VaginaVagina Medicin
e
Lain-nya
Other
ImplantImplant
SuntikInjection
PilPill
KondomCondom
Obat VaginaVagina Medici
ne
Lain-nya
Other
IUDIUD
Tabel 22Table 22
Kabupaten/Kota Jumlah Desa/Kel Desa Kel/UCI % Desa/Kel UCIDistrict/City Number of Villages UCI Villages % of UCI Villages
1 2 3 4 51 Karimun 54 47 87.04
2 Bintan 42 42 100.00
3 Natuna 83 17 20.48
4 Lingga 43 15 34.88
5 Batam 64 40 62.50
6 Tanjungpinang 18 18 100.00
304 179 58.88
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) /Total (Province)
Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Percentage of UCI Village Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
Tabel 23Table 23
Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Infant Immunization Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NOKabupaten/Kota Jumlah Imunisasi / Immunization
DO (%)Bayi BCG DPT1+HB1 DPT3+HB3 POLIO3 CAMPAK
District/City Number Of Babies
Jumlah%
Jumlah%
Jumlah%
Jumlah%
Jumlah%
Total Total Total Total Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 141 Karimun 5,415 4,446 82.11 4,755 87.81 4,601 84.97 4,626 85.43 4,603 85.00 3.20
2 Bintan 3,301 3,140 95.12 3,135 94.97 3,115 94.37 3,087 93.52 3,145 95.27 (0.32)
3 Natuna 2,897 1,618 55.85 1,651 56.99 1,594 55.02 1,481 51.12 1,374 47.43 16.78
4 Lingga 1,933 1,440 74.50 1,492 77.19 1,283 66.37 1,255 64.92 1,353 69.99 9.32
5 Batam 22,232 16,159 72.68 17,482 78.63 16,511 74.27 16,648 74.88 15,133 68.07 13.44
6 Tanjungpinang 9,066 4,365 48.15 4,178 46.08 3,897 42.98 4,099 45.21 4,352 48.00 (4.16) Jumlah (Provinsi) /
Total (Province) 44,844 31,168 69.50 32,693 72.90 31,001 69.13 31,196 69.57 29,960 66.81 8.36
% Bayi Diimunisasi Lengkap / % of Babies Immunization CompletelySumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel 24Table 24
Anak BGM (6-24 Bln) / Poor Babies (6-24 months) Balita / Underfive Balita Gizi Buruk / Malnutrition Infant
Jumlah MP ASI Jumlah Mendapat Vit A 2x Jumlah Mendapat
Perawatan
District/City TotalAdding Meal for Breast-
feedingTotal Get Vit A 2x Total Get
Treatment
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 784 784 100 27,909 17,494 62.68 48 48 100
2 Bintan * * * 16,735 14,103 84.27 58 58 100
3 Natuna * * * 12,973 8,226 63.41 35 35 100
4 Lingga 57 57 100 6,523 5,375 82.40 37 29 78.38
5 Batam 2,023 370 18.29 93,042 56,643 60.88 173 173 100
6 Tanjungpinang 34 34 100 22,441 20,292 90.42 181 181 100
2,898 1245 42.96 179,726 122,133 67.96 532 524 98.50
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Cakupan Bayi, Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Kabupaten/Kota
Coverage of Infant, Underfive Accessable Medical Service by District/City in Kepulauan Riau, 2007
% % % NO
Tabel 25Table 25
Fe1 Fe3
1 2 3 4 5 6 71 Karimun 5,953 5,214 87.59 4,105 68.96
2 Bintan 3,572 3,214 89.98 2,969 83.12
3 Natuna 3,304 2,080 62.95 1,900 57.51
4 Lingga 2,179 1,743 79.99 1,546 70.95
5 Batam 22,728 18,546 81.60 15,737 69.24
6 Tanjungpinang 4,645 4,247 91.43 3,923 84.46
42,381 35,044 82.69 30,180 71.21
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1, Fe3
%%NO
Number of Pregnant Woman Get Fe1, Fe3 by District/City in Kepulauan Riau, 2007
Jumlah / Total
Jumlah / Total
Jumlah Ibu Hamil / Total of Pregnant
Woman
Kabupaten/Kota/ District/City
Tabel 26Table 26
TT 4 TT 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 5,832 605 10.37 405 6.9444 26 0 10 0 5 0 2 Bintan 3,022 2,588 85.64 2,104 69.62 - - - - - - 3 Natuna 2,134 1,671 78.30 1,277 59.84 - - - - - - 4 Lingga 2,067 1,508 72.96 1,311 63.43 - - - - - - 5 Batam 22,232 15,091 67.88 11,639 52.35 961 4 668 3 380 2 6 Tanjungpinang 4,193 5,407 128.95 5,407 128.95 - - - -
39,480 26,870 68.06 22,143 56.09 987 2.5 678 1.72 385 0.98
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jml/ Total
Jml/ Total
Jml/ Total% % %
Kabupaten/Kota/ District/CityNO Jml/
TotalJml/ Total %
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Jumlah Wanita Usia SUbur Dengan Status Imunisasi TT Menurut Kabupaten/Kota
TT 1 TT 2 TT 3
Reproductive Women with TT Immunization by Regency/Manufacility in Kepulauan Riau Province Year 2007Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
%
WUS/ Reproductive
Women
Tabel 27Table 27
Sarana Pelayanan Kesehatan
Health FacilityMemerlukan Darah / Need
Blood
Mendapat Darah / Get
Blood%
Memerlukan Darah / Need
Blood
Mendapat Darah / Get
Blood%
1 2 3 4 5 6 7 8
1 RUMAH SAKIT * * * * * *
2 PUSKESMAS * * * * * *
SUMBER DATA DARI = AUDIT MATERNAL PERINATAL ( AMP )
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Pesertase Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang DirujukMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Percentage of Blood Supply Access for Pregnant woman and Neonatus Referred by District/Cityin Kepulauan Riau Province, 2007
Jml Neonatus yg Dirujuk / Neonatus Referred
Jml Bumil yg Dirujuk / Pregnant Women Referred
NO
Tabel 28Table 28
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Total Total Total Total1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 5,953 999 16.78 872 87.29 5,415 51 0.94 51 100
2 Bintan 3,572 716 20.04 608 84.92 2,922 31 1.06 31 100
3 Natuna 3,304 615 18.61 52 8.46 2,812 - - - -
4 Lingga 2,179 457 20.97 352 77.02 1,559 8 0.51 8 100
5 Batam 22,728 2,325 10.23 2,325 100 16,480 - - - -
6 Tanjungpinang 4,645 702 15.11 702 100 4,223 41 0.97 41 100
38,676 5,814 15.03 4,911 84.47 33,411 131 0.39 131 100
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Number and Percentage of High Risk/Complication Pregnant Woman and Neonatal Treated by District/City in Kepualuan Riau Province, 2007
Kabupaten/Kota/ District/City
Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi DitanganiMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Bumil Risti /Komplikasi / High Risk/Complication Pregnant women
Bumil Risti/Komplikasi Ditangani / High Risk/Complication
Pregnant Wome nTreated
Neonatal Risti/Komplikasi / High
Risk Neonatal/Complication
Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani / High
Risk/Complication handled
% %
Jumlah Neonatal / Number of Neonatal
%
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Jumlah Ibu Hamil /
Pregnant Women
%
NO
Tabel 29Table 29
Jumlah
Health Facility Number of Facility Total1 2 3 4 5 61 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 2 2 100
2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - -
3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - -
4 Puskesmas / Health Center 9 3 33.33
5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 7 - -
JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 18 5 27.78
1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 1 1 100
2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - -
3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - -
4 Puskesmas / Health Center 7 7 100
5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 62 - -
JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 70 8 11
1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 3 3 100
2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - -
3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - -
4 Puskesmas / Health Center 16 11 68.75
5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility -
JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 19 14 73.68
Tabel 29 (Lanjutan….)Table 29 (Continue…..)
JumlahHealth Facility Number of Facility Total
1 2 3 4 5 61 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 1 1 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 5 2 40.00 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 6 3 50.00 1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 9 9 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 3 3 100 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 177 177 100
JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 189 189 100 1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 2 2 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 4 2 50.00 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 31 1 3.23
JUMLAH (KAB/KOTA) / Total (District/City) 37 5 13.51 1 Rumah Sakit Umum/ General Hospi tal 18 18 100 2 Rumah Sakit Jiwa / Mental Hospital - - - 3 Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital - - - 4 Puskesmas / Health Center 44 28 63.64 5 Sarana Kes. Lainnya / Other Health Facility 277 178 64.26
Jumlah (Provinsi) / Total (Province) 339 224 66.08 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Sarana
BATAM
NOKabupaten/Kota/
Regency/Manupacility
Sarana Kesehatan
TANJUNGPINANG
TOTAL
KARIMUN
BINTAN
NATUNA
LINGGA
Percentage of Health Facility with Intencive Care Unit Ability by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Mempunyai Kemampuan Gadar / Have ICU Ability
%
Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
%NO
Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Menurut Kabupaten/Kota
Sarana Kesehatan Jumlah Sarana
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Health Facility with Intencive Care Unit Ability by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Mempunyai Kemampuan Gadar / Have ICU AbilityKabupaten/Kota/
District/City
Tabel 30Table 30
Jumlah Ditangani < 24 JamNumber of Village Total Treated < 24 hours
1 2 3 4 5 61 Karimun 54 1 1 100
2 Bintan 42 - - -
3 Natuna 83 - - -
4 Lingga 43 - - -
5 Batam 64 - - -
6 Tanjungpinang 18 - - -
304 1 1 100
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Kabupaten/Kota/District/City
Jumlah (Province) / Total (Province)
Jumlah dan Persentase Desa/kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 JamMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
%NO
by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007Number and Percentage of Outbreak Village Treated Under 24 Hours
Desa/Kel Terkena KLB / Outbreak VillageJumlah Desa/Kel
Tabel 32Table 32
JumlahNumber of babies Total
1 2 3 4 51 Karimun 5,415 3,217 59.41
2 Bintan 3,301 1,376 41.68
3 Natuna 2,897 384 13.26
4 Lingga 1,933 1,278 66.11
5 Batam 22,232 8,246 37.09
6 Tanjungpinang 9,066 2,080 22.94
44,844 16,581 36.97
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Number of Infant Given Exclusive Breast Feeding by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Kabupaten/Kota/District/City
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif 6 Menurut Kabupaten/Kota
Number of Babies Given Exclusive Breast Feeding
%
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
NO
Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif /
Jumlah Bayi
Tabel 33Table 33
Villages Surveyed Number of Villages with Good Iodized Salt
% of Villages with Good Iodized Salt
1 2 3 4 51 Karimun 54 - -
2 Bintan 42 42 100
3 Natuna 83 83 100
4 Lingga 43 34 79
5 Batam 64 39 60.94
6 Tanjungpinang 18 18 100
304 216 71.05
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium yang Baik Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Percentage of Village with Good Iodized Salt by District/City in Kepulauan Riau, 2007
NO
Jumlah Desa/Kel dg Garam Beryodium yg Baik
% Desa/Kel dg Garam beryodium yg BaikJumlah Desa/Kel DisurveiKabupaten/Kota
District/City
Tabel 34Table 34
Pelayanan Dasar Gigi/ Basic Dental Service
Tumpatan Gigi Tetap /
Pencabutan Gigi Tetap / Jumlah
Rasio Tambal/ Cabut
Jumlah Murid SD
Murid SD/MI Diperiksa / Primary Students
Checked -up
Jumlah Perlu Perawatan
Jumlah Mendapat
% Mendapat Perawatan
Total Need Treatment Get Treatment % of Get
Treatment1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 120 1,783 1,903 0.07 26,397 470 1.78 470 366 77.87
2 Bintan 354 1,349 1,703 0.26 32,409 27,962 86.28 9,337 2,582 27.65
3 Natuna 383 2,359 2,742 0.16 14,413 1,480 10.27 612 604 98.69
4 Lingga 84 1,381 1,465 0.06 27,681 1,661 6.00 431 229 53.13
5 Batam 2,518 11,638 14,156 0.22 52,646 15,711 29.84 7,794 4,736 60.76
6 Tanjungpinang 331 2,974 3,305 0.11 14,832 11,331 76.40 2,731 2,731 100.00
3,790 21,484 25,274 0.18 168,378 58,615 34.81 21,375 11,248 52.62
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Murid SD/MI / Primary Students
Tooth Plug Permanently
Pluck Tooth Permanently TOTAL Ratio of
Plug/Pluck
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Dental and Mouth Service in Health Centre by District/City in Kepulauan Riau, 2007
%
NO
UKGS (Prom + Prev) / School Dental Health Effort(Promotion + Prevention)
Kab./Kota / District/City
Number of Primary Students
Tabel 35Table 35
Penyuluhan Kesehatan / Health ElucidationJumlah Seluruh Kegiatan
Penyuluhan KelompokJumlah Kegiatan Penyuluhan
Massa Jumlah
District/City All of Group Elucidation Activities Number of Mass Elucidation Activities Total
1 2 3 4 51 Karimun 1,091 98 1,189 2 Bintan 334 - 334 3 Natuna 64 - 64 4 Lingga 110 44 154 5 Batam 1,189 - 1,189 6 Tanjungpinang 1,742 11 1,753
Puskesmas / Health Centre 4,530 153 4,683 1 Karimun - - - 2 Bintan - - - 3 Natuna - - - 4 Lingga 48 48 96 5 Batam 98 - 98 6 Tanjungpinang - 43 43
146 91 237 1 Karimun - - - 2 Bintan - - - 3 Natuna - - - 4 Lingga 12 12 24 5 Batam 3 - 3 6 Tanjungpinang - - -
15 12 27
4,691 256 4,947
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Health Elucidation in Kepulauan Riau Province in 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Dinkes Kab/Kota / Districal Health Office
Rumah Sakit / Hospital
Kabupaten/KotaNO
Tabel 36Table 36
Askes Jamsostek Askeskin Lainnya Jumlah
District/City Population Health Assurance
Labor Force has Social Assurance
Poor card/ Poor Health
AssuranceOthers Total
1 2 3 4 5 6 7 8 91 Karimun 216,221 8,772 - 30,373 - 39,145 18.10 2 Bintan 122,677 15,865 - 14,934 17,795 48,594 39.61 3 Natuna 93,424 5,617 - 31,136 50,000 86,753 92.86 4 Lingga 86,894 2,747 - 20,104 9,600 32,451 37.35 5 Batam 695,739 14,727 100,158 37,033 104,239 256,157 36.82 6 Tanjungpinang 177,963 28,374 4,771 30,389 - 63,534 35.70
1,392,918 76,102 104,929 163,969 181,634 526,634 37.81
Persentase / Percentage 5.46 7.53 11.77 13.04 37.81
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Pre-paid Health Assurance Coverage by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
%
Jumlah PendudukKabupaten/Kota Number of Pre Paid Health Assurance Participants
Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Pra Bayar
Tabel 37Table 37
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Karimun 30,373 30,373 100 23,676 77.951 5,083 16.74 502 502 100 2 Bintan 37,567 14,934 39.75 0 - 0.00 964 - - 3 Natuna 8,820 8,820 100 - 0 - 0.00 - - - 4 Lingga 13,020 8,983 68.99 0 0.00 53 53 100 5 Batam 76,625 37,033 48.33 37,602 49.073 90 0.12 35 35 100 6 Tanjungpinang 30,389 30,389 100 6,376 20.981 1,428 4.70 34 34 100
196,794 130,532 66.33 67,654 34.378 6,601 3.35 1,588 624 39.29
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah/ Total
Jumlah Bayi Masy.Miskin/
Number of Poor's Babies
Bayi Masy.Miskin BGM Mendapat MP-ASI / Number of Poor's Babies Under
Red-line Get Additional Meal of Breast-feeding
Jumlah/ Total
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
%%%Rawat
Jalan/ Out-patient
Rawat Inap/ In-patient
Cakupan Pelayanan Kesehatan MAsyarakat Miskin Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Services for The Poor in Kepulauan Riau Province in 2007
Pelayanan Bayi Masy. Miskin / Service for The Poor's Babies
Mendapat Yankes / Get Health ServiceNO
Masyarakat Miskin / Poor People
%
Dicakup Askeskin/ Covered by Askeskin
Kabupaten/Kota / District/City Jumlah yg
Ada / Exist
Tabel 38Table 38
Jumlah Pekerja Formal Jumlah yang DilayaniFormal Employ Served
1 2 3 4 51 Karimun - - -
2 Bintan - - -
3 Natuna 7,117 7,117 100
4 Lingga - - -
5 Batam 237,662 - -
6 Tanjungpinang 52,490 33,145 -
297,269 40,262 13.54
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007
Pelayanan Kesehatan Kerja / Labour Health Service
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Kabupaten/Kota/ District/City
Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Percentage of Labor Health Service for Formal Employ by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO%
Tabel 39Table 39
Jumlah Dilayani Kes Jumlah Dilayani Kes Jumlah Dilayani Kes
District/City Total Health Service Total Health
Service Total Health Service
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Karimun 9,151 4,163 45.49 6,250 5,775 92.40 15,401 9,938 64.53
2 Bintan 19,793 14,971 75.64 27,854 16,118 57.87 47,647 31,089 65.25
3 Natuna 15,805 977 6.18 6,124 2,533 41.36 21,929 3,510 16.01
4 Lingga 5,684 1,645 28.94 4,942 1,819 36.81 10,626 3,464 32.60
5 Batam 12,549 11,832 94.29 7,733 5,274 68.20 20,282 17,106 84.34
6 Tanjungpinang 10,893 9,012 82.73 12,570 9,679 77.00 23,463 18,691 79.66
73,875 42,600 57.66 65,473 41,198 62.92 139,348 83,798 60.14
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Usila (60th+) / Elderly (60th +)
Pra Usila (45-59 th) / Pre Elderly (45-59 years)
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Service Coverage to Pre Elderly and Elderly by District/City In Kepulauan Riau Province, 2007
NO% % %
Pra Usila dan Usila / Pre Elderly and ElderlyKabupaten/Kota
Tabel 40Table 40
Jumlah WUS Jumlah yang Diberi Kapsul Yodium
% Yang Diberi Kapsul Yodium
District/City Number of Endemic Village Reproductive Women Receive Iodine Capsul % of Receive Iodine
Capsul1 2 3 4 5 61 Karimun - - - -
2 Bintan - - - -
3 Natuna - - - -
4 Lingga - - - -
5 Batam - - - -
6 Tanjungpinang - - - -
- - - -
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Mendapat Kapsul Yodium menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Coverage of Reproductive Aged Women Recieve Iodine by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NOKabupaten/Kota Jumlah Desa/Kel
Endemis
WUS Di Desa/Kel. Endemis Sedang & Berat / WUS in Middle & Severe Endemic Village
Tabel 41Table 41
Jumlah Pendonor Jml Sample Darah Diperiksa Jml Positif HIV/AIDS % Positif HIV/AIDS
Blood Transfution Unit Blood Donor Blood Sample Checked HIV Positive % of HIV/AIDS Positive1 2 3 4 5 61 NATUNA
RSUD NATUNA 12 12 - - RSL PALMATAK 45 45 - -
2 KarimunRSUD Karimun * * * *
3 TPIUTDC RSUD Tg.Pinang 1,741 1,741 53 3.04
4 BatamRSU Batu Aji * * * *RSU Budi Kemuliaan * * * *RSOB * * * *
5 LinggaRSL Daik * * * *
1,798 1,798 53 2.95
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Persentase Donor Darah Skrining Terhadap HIV/AIDS Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Blood Donor Screening againts HIV/AIDS by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province
NO
Donor Darah / Blood DonorUnit Transfusi Darah
Tabel 42Table 42
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan KesehatanMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Number of Outpatient Visit, Inpatient, Mental Disorder Service at Health Facility by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NOSarana Pelayanan
Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan / Number of Visit Kunjungan Gangguan Jiwa / Mental Disorder Visit
Rawat Inap Rawat Jalan Jumlah Jumlah %Health Facility District/City Inpatient Outpatient Total Total
1 2 3 4 5 6 7 8 91 Puskesmas 1 Karimun 2,050 85,295 87,345 35 0.04
2 Bintan 2,217 101,054 103,271 - - 3 Natuna 1,049 75,832 76,881 167 0.22 4 Lingga 1,180 37,444 38,624 17 0.04 5 Batam 387 391,241 391,628 21 0.01 6 Tanjungpinang - 114,356 114,356 10 0.01
Sub Jumlah I I Sub Total I 6,883 805,222 812,105 250 0.03 1 RS 1 Karimun 7,076 27,994 35,070 71 0.20
2 Bintan - - - - - 3 Natuna 2,173 5,716 7,889 - - 4 Lingga - - - - - 5 Batam 31,584 349,792 381,376 - - 6 Tanjungpinang 61,894 18,811 80,705 - -
Sub Jumlah III Sub Total II 102,727 402,313 505,040 71 0 Jumlah (Propinsi) / Total (Province) 109,610 1,207,535 1,317,145 321 Jumlah Penduduk (Propinsi) / Population (Province) 1,392,918 1,392,918 Jumlah Pelayanan / Total ServicesCakupan Kunjungan (%) / Coverage of Visits (%) 7.37 28.88Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel 43Table 43
Labkes 4 (Empat) Spesialis Dasar
Labkes 4 (Empat) Spesialis Dasar
Health Facilities Total Medlab 4 (Four) Basic Specialists
Medlab 4 (Four) Basic Specialists
1 2 3 4 5 6 7 8 91 1 Karimun 1 1 1 100 100
2 Bintan - - - - - 3 Natuna 3 3 2 100 66.67 4 Lingga 1 1 4 100 400 5 Batam 2 2 2 100 100 6 Tanjungpinang 1 1 1 100 100
2 1 Karimun 1 1 - 100 - 2 Bintan 1 1 - 100 - 3 Natuna - - - - - 4 Lingga - - - - - 5 Batam 9 9 5 100 55.56 6 Tanjungpinang 1 1 1 100 100
3 1 Karimun - - - - 2 Bintan - - - - 3 Natuna - - - - 4 Lingga - - - - 5 Batam - - - - 6 Tanjungpinang - - - -
Tabel 43 (Lanjutan……)Table 43 (Continue…..)
Labkes 4 (Empat) Spesialis Dasar Labkes 4 (Empat) Spesialis
Dasar
Health Facilities Total Medlab 4 (Four) Basic Specialists
Medlab 4 (Four) Basic Specialists
1 2 3 4 5 6 7 8 94 1 Karimun - - - - -
2 Bintan - - - - - 3 Natuna - - - - - 4 Lingga - - - - - 5 Batam 11 11 - 100 - 6 Tanjungpinang - - - - -
5 1 Karimun 9 9 - 100 - 2 Bintan 7 7 100.00 - 3 Natuna 16 7 43.75 - 4 Lingga 5 1 20 - 5 Batam - - - - 6 Tanjungpinang 4 4 - 100 -
77 65 23 84.42 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
% Jumlah yang Memiliki / % of Total OwnJumlah
Jumlah yang Memiliki / Total Own
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis DasarMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Number of Health Facilities by Medical Laboratory Capability and Having 4 Basic Specialistsby District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
District/City
NOSarana Kesehatan Kabupaten/Kota
Rumah Sakit Umum / General Hospital
Rumah Sakit Umum Swasta/ Private General Hospital
Rumah Sakit Jiwa / Mental Disorder Hospital
Rumah Sakit Khusus / Specific Hospital
Puskesmas / Health Centre
Jumlah yang Memiliki / Total Own
% Jumlah yang Memiliki / % of Total Own
District/City
NOSarana Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah
Tabel 44 Tabel 44 (lanjutan……….)Table 44 Table 44 (continuing……)
Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total % Jml/Total %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 15 16 17 18 19 20 21 22 231 Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml 7,200 10,720 148.9 8,280 8,282 100.0 12,687 43,680 344.3 9,960 2,732 27.4 1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml 1,800 25,750 1430.6 25,596 5,480 21.4 65,523 96,644 147.52 Amoksisilin kapsul 250 mg 444 525 118.2 744 497 66.8 3,142 780 24.8 504 352 69.8 2 Amoksisilin kapsul 250 mg 5,616 1,638 29.2 348 30 8.6 10,798 3,822 35.43 Amoksisilin kapsul 500 mg 2,748 2,758 100.4 2,496 1,533 61.4 3,780 4,800 127.0 2,856 3,556 124.5 3 Amoksisilin kapsul 500 mg 6,744 22,969 340.6 2,040 582 28.5 20,664 36,198 175.24 Antasida DOEN tablet 72 65 90.3 1,320 1,817 137.7 208 444 213.5 276 17 6.2 4 Antasida DOEN tablet 504 532 105.6 72 248 344.4 2,452 3,123 127.45 Antalgin tablet 500 mg 36 58 161.1 36 2,246 6238.9 151 780 516.6 1,440 185 12.8 5 Antalgin tablet 500 mg 540 1,083 200.6 48 121 252.1 2,251 4,473 198.76 Deksametason inj 5 mg/ml-2ml 36 69 191.7 72 23 31.9 370 456 123.2 72 16 22.2 6 Deksametason inj 5 mg/ml-2ml - 317 #DIV/0! 24 65 270.8 574 946 164.87 Dektrometorfan sirup 10 mg/5 ml 696 1,106 158.9 3,000 3,315 110.5 3,600 10,800 300.0 8,328 1,450 17.4 7 Dektrometorfan sirup 10 mg/5 ml 7,920 16,324 206.1 240 520 216.7 23,784 33,515 140.98 Dekstrometorfan tablet 15 mg 648 90 13.9 108 118 109.3 450 408 90.7 96 142 147.9 8 Dekstrometorfan tablet 15 mg 696 997 143.2 - 81 #DIV/0! 1,998 1,836 91.99 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1 ml 12 37 308.3 96 81 84.4 6 288 4800.0 732 221 30.2 9 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1 ml 72 154 213.9 96 175 182.3 1,014 956 94.3
10 Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg 60 95 158.3 168 115 68.5 700 396 56.6 300 83 27.7 10 Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg 480 736 153.3 84 112 133.3 1,792 1,537 85.811 Glukosa larutan infus 5 % steril 2,040 6,310 309.3 5,040 3,805 75.5 5,356 19,200 358.5 8,160 2,054 25.2 11 Glukosa larutan infus 5 % steril - 3,503 #DIV/0! - #DIV/0! 20,596 34,872 169.312 Ibuprofen tablet 200 mg 312 760 243.6 288 338 117.4 - - #DIV/0! 1,980 94 4.7 12 Ibuprofen tablet 200 mg 1,200 524 43.7 288 627 217.7 4,068 2,343 57.613 Kloramfenikol kapsul 250 mg - 27 ##### 72 330 458.3 230 984 427.8 - - #DIV/0! 13 Kloramfenikol kapsul 250 mg 1,680 558 33.2 12 29 241.7 1,994 1,928 96.714 Kotrimoksazol 480 mg 288 772 268.1 936 529 56.5 740 1,080 145.9 1,200 274 22.8 14 Kotrimoksazol 480 mg 1,680 3,973 236.5 420 314 74.8 5,264 6,942 131.915 Klorfeniramini maleat tablet 4 mg 180 255 141.7 336 56 16.7 700 828 118.3 312 282 90.4 15 Klorfeniramini maleat tablet 4 mg 912 783 85.9 1,164 300 25.8 3,604 2,504 69.516 Natrium klorida infus 0.9 % steril 1,416 6,981 493.0 2,520 3,290 130.6 5,000 9,456 189.1 2,664 498 18.7 16 Natrium klorida infus 0.9 % steril - 1,747 #DIV/0! 12 124 1033.3 11,612 22,096 190.317 Parasetamol tablet 500 mg 300 655 218.3 3,300 1,928 58.4 544 636 116.9 - - #DIV/0! 17 Parasetamol tablet 500 mg 1,032 787 76.3 1,800 250 13.9 6,976 4,256 61.018 Ringer Laktat infus steril 12 11 91.7 7,680 4,175 54.4 5,000 12,960 259.2 1,200 3,520 293.3 18 Ringer Laktat infus steril - 1,139 #DIV/0! 36 38 105.6 13,928 21,843 156.819 Infus set dewasa 816 725 88.8 3,180 1,528 48.1 2,075 5,040 242.9 4,500 242 5.4 19 Infus set dewasa - 1,288 #DIV/0! - #DIV/0! 10,571 8,823 83.520 Infus set anak 36 1,183 3286.1 780 2,762 354.1 645 2,160 334.9 1,800 1,475 81.9 20 Infus set anak 300 784 261.3 - #DIV/0! 3,561 8,364 234.921 Tetrasiklin 250 mg 60 73 121.7 24 27 112.5 21 204 971.4 408 79 19.4 21 Tetrasiklin 250 mg - - #DIV/0! 36 0.0 549 383 69.8
PROGRAM - #DIV/0! PROGRAM22 Vitamin B Kompleks 2,724 3,980 146.1 180 22 12.2 362 672 185.6 252 118 46.8 22 Vitamin B Kompleks 300 464 154.7 108 64 59.3 3,926 5,320 135.523 Retinol 200.000 IU 14,880 51,654 347.1 - 675 #DIV/0! 180 1,944 1080.0 - 100 #DIV/0! 23 Retinol 200.000 IU 5,916 7,203 121.8 - #DIV/0! 20,976 61,576 293.624 Tablet Tambah Darah 24 213 887.5 - 13,360 #DIV/0! 600 1,200 200.0 1,200 4,180 348.3 24 Tablet Tambah Darah 432 2,938 680.1 7,524 18,505 245.9 9,780 40,396 413.025 Garam Oralit 12 91 758.3 ##### 16,300 97.0 905 1,032 114.0 372 18 4.8 25 Garam Oralit 420 613 146.0 - 81 #DIV/0! 18,509 18,135 98.026 Klorokuin tablet 36 98 272.2 24 94 391.7 512 612 119.5 192 512 266.7 26 Klorokuin tablet 60 99 165.0 12 15 125.0 836 1,430 171.127 PPC inj 84 361 429.8 - #DIV/0! 100 192 192.0 - #DIV/0! 27 PPC inj - #DIV/0! - #DIV/0! 184 553 300.528 OAT Kat. 1 192 393 204.7 300 48 16.0 - - #DIV/0! - #DIV/0! 28 OAT Kat. 1 396 94 23.7 120 72 60.0 1,008 607 60.229 OAT Kat. 2 - ##### - #DIV/0! - - #DIV/0! - #DIV/0! 29 OAT Kat. 2 60 - 0.0 - #DIV/0! 60 - 0.030 OAT Kat. 3 - ##### 24 8 33.3 - - #DIV/0! - #DIV/0! 30 OAT Kat. 3 - #DIV/0! - #DIV/0! 24 8 33.331 OAT Kat. Sisipan - 6 ##### 12 - 0.0 - - #DIV/0! - #DIV/0! 31 OAT Kat. Sisipan 24 6 25.0 - #DIV/0! 36 12 33.332 OAT Kat. Anak 24 17 70.8 24 6 25.0 - - #DIV/0! - #DIV/0! 32 OAT Kat. Anak 360 - 0.0 - #DIV/0! 408 23 5.633 Prednison Tablet 96 319 332.3 120 157 130.8 160 144 90.0 348 105 30.2 33 Prednison Tablet 384 763 198.7 108 79 73.1 1,216 1,567 128.934 Asam Askorbat 50 mg 48 181 377.1 96 250 260.4 270 480 177.8 348 380 109.2 34 Asam Askorbat 50 mg 336 574 170.8 36 97 269.4 1,134 1,962 173.0
Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan DasaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Avabiality of Medicines According to Basic Health Service Need in Kepulauan Riau Province Year 2007
Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Dasa
Avabiality of Medicines According to Basic Health Service Need in Kepulauan Riau Province Year 2007Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Karimun BintanNO Jenis Obat*/ Kind of Medicines
Kebutuhan/
Need
Ketersediaan/ AvabialityKebutuhan/
Need
Ketersediaan/ Avabiality Kebutuhan/
Need
etersediaan/ AvabialitNatuna Kab. Lingga Batam TPI Provinsi
Kebutuhan/
Need
etersediaan/ AvabialitNOKebutuha
n/Need
etersediaan/ AvabialitJenis Obat*Kebutu
han/Need
etersediaan/ Avabialit Kebutuhan/
Need
Ketersediaan/ Avabiality
Tabel 45Table 45
Jumlah Dipantau Ber PHBS District/City Be Observed Do PHBS
1 2 4 5 61 Karimun 250 123 49.20
2 Bintan 7,085 4,227 59.66
3 Natuna 210 11 5.24
4 Lingga 16,641 2,549 15.32
5 Batam 2,100 844 40.19
6 Tanjungpinang 2,520 575 22.82
28,806 8,329 28.91
Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007
Rumah Tangga / Household
Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
%NO Kabupaten/Kota
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Percentage of Household Live Clean and Healthy by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel 46Table 46
%
Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah Posyandu Aktif
District/City Pratama Madya Purnama Mandiri Total Pratama Madya Purnama Mandiri Total% of
Active Posyandu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 Karimun 9 85 79 10 183 4.92 46.45 43.17 5.46 100 48.63 2 Bintan 4 50 77 2 133 3.01 37.59 57.89 1.50 100 59.40 3 Natuna 47 40 40 15 142 33.10 28.17 28.17 10.56 100 38.73 4 Lingga 25 64 9 - 98 25.51 65.31 9.18 - 100 9.18 5 Batam 100 119 31 11 261 38.31 45.59 11.88 4.21 100 16.09 6 Tanjungpinang 4 51 49 10 114 3.51 44.74 42.98 8.77 100 51.75
189 409 285 48 931 20.30 43.93 30.61 5.16 100 35.77
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Kabupaten/Kota
Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number and Percentage of Integrated Service Post (Posyandu) by Strata and District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
Jumlah Posyandu / Total of Posyandu Persentase Posyandu / Percentage of Posyandu
Tabel 47Table 47
Rumah / House
Jumlah Seluruhnya Jumlah Diperiksa % Diperiksa Jumlah Sehat % Sehat
District/City All Checked % of Checked Healthy % of Healthy1 2 3 4 5 6 71 Karimun 24,866 15,318 61.60 9,882 64.51 2 Bintan 24,196 7,085 29.28 4,227 59.66 3 Natuna 27,553 5,914 21.46 5,589 94.50 4 Lingga 16,621 9,161 55.12 7,199 78.58 5 Batam 121,517 10,938 9.00 9,229 84.38 6 Tanjungpinang 52,950 44,256 83.58 37,099 83.83
267,703 92,672 34.62 73,225 79.02
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Healthy House by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NOKabupaten/Kota
Tabel 48Table 48
Lede
ng
SPT
SGL
PAH
Kem
asan
Lain
nya
Jum
lah
Lede
ng
SPT
SGL
PAH
Kem
asan
Lain
nya
Jum
lah
District/City Number of Families
Families Checked
% of Families Checked Pl
umbe
r w
ell
Arte
sis
Dug
Wel
l
Rai
n C
atch
W
ell
Pack
age
Oth
ers
Tota
l
Plum
ber
wel
l
Arte
sis
Dug
Wel
l
Rai
n C
atch
W
ell
Pack
age
Oth
ers
Tota
l
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191 Karimun 42,178 26,196 62.11 8,661 1,288 21,354 6,160 - 4,715 42,178 20.53 3.05 50.63 14.60 0 11.18 1002 Bintan 29,290 7,405 25.28 2,455 - 4,622 - 16 323 7,416 33.10 0.00 62.32 0.00 0.22 4.36 1003 Natuna 27,339 5,417 19.81 190 - 38 - - - 228 83.33 0.00 16.67 0.00 0 0.00 1004 Lingga 15,926 7,814 49.06 2,391 11 3,263 261 - 127 6,053 39.50 0.18 53.91 4.31 0 2.10 1005 Batam 209,588 48,210 23.00 33,494 10 9,600 5,106 - - 48,210 69.48 0.02 19.91 10.59 0 0.00 1006 Tanjungpinang 30,025 589 1.96 399 68 79 7 36 - 589 67.74 11.54 13.41 1.19 6.1 0.00 100
354,346 95,631 26.99 47,590 1,377 38,956 11,534 52 5,165 104,674 45.46 1.32 37.22 11.02 0.05 4.93 100
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Percentage of Families Have Access to Clean Water by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
Jumlah Keluarga Diperiksa
% Akses Air Bersih / % of Clean Water AccessJumlah
Keluarga yang Ada
Akses Air Bersih / Clean Water Access
Kab./Kota%
Keluarga Diperiksa
Tabel 49Table 49
Jum
lah
KK
ya
ng
dipe
riks
a
Jum
lah
KK
ya
ng
mem
ilki
Jum
lah
Seha
t
% K
K
Mem
iliki
% S
ehat
Jum
lah
KK
ya
ng
dipe
riks
a
Jum
lah
KK
ya
ng
mem
ilki
Jum
lah
Seha
t
% K
K
Mem
iliki
% S
ehat
Jum
lah
KK
ya
ng
dipe
riks
a
Jum
lah
KK
ya
ng
mem
ilki
Jum
lah
Seha
t
% K
K
Mem
iliki
% S
ehat
District/City Household
Che
cked
Ow
n
Hea
lthy
% o
f Ow
n
% o
fHea
lthy
Che
cked
Ow
n
Hea
lthy
% o
f Ow
n
% o
fHea
lthy
Che
cked
Ow
n
Hea
lthy
% o
f Ow
n
% o
fHea
lthy
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Karimun 42,178 42,178 28,856 28,856 68.415 100 40,629 28,972 28,972 71.31 100 42,178 32,621 59,148 77.34 77.342 Bintan 29,290 7,085 4,240 * 59.845 * 4,980 2,388 * 47.95 * 4,580 1,858 * 40.57 40.573 Natuna 27,339 850 850 * 100 * 22 22 * 100 * - - * * *4 Lingga 15,926 7,604 5,720 * 75.224 * 7,604 4,200 * 55.23 * 7,604 2,432 * 31.98 31.985 Batam 209,588 17,296 17,724 14,076 102.47 79.418 94 78 52 82.98 66.67 1 1 * 100.00 100.006 Tanjungpinang 30,025 320 266 245 83.125 92.105 553 464 375 83.91 80.82 320 232 219 72.50 72.50
354,346 75,333 57,656 43,177 76.535 74.887 53,882 36,124 29,399 67.04 81.38 54,683 37,144 59,367 67.93 67.93
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) /Total (Province)
Tempat Sampah / Garbage Bin
Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Families with Basic Sanitation Facilities Ownership by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Pengelolaan Air Limban / Liquid Waste Treatment
NO Jumlah KKKabupaten/Kota
Jamban / Toilet
Tabel 50Table 50
Jum
lah
yang
ad
a
Jum
lah
dipe
riksa
Jum
lah
Seha
t
% S
ehat
Jum
lah
yang
ad
a
Jum
lah
dipe
riksa
Jum
lah
Seha
t
% S
ehat
Jum
lah
yang
ad
a
Jum
lah
dipe
riksa
Jum
lah
Seha
t
% S
ehat
Jum
lah
yang
ad
a
Jum
lah
dipe
riksa
Jum
lah
Seha
t
% S
ehat
Jum
lah
yang
ad
a
Jum
lah
dipe
riksa
Jum
lah
Seha
t
% S
ehat
District/City
Exis
t
Che
cked
Hea
lthy
% o
f he
alth
y
Exis
t
Che
cked
Hea
lthy
% o
f he
alth
y
Exis
t
Che
cked
Hea
lthy
% o
f he
alth
y
Exis
t
Che
cked
Hea
lthy
% o
f he
alth
y
Exis
t
Che
cked
Hea
lthy
% o
f he
alth
y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 221 Karimun 58 - - - 110 44 35 79.55 18 14 13 92.86 235 214 202 94.39 421 272 250 91.91 2 Bintan 15 15 11 73.33 65 65 45 69.23 8 8 6 75.00 209 209 154 73.68 297 297 216 72.7273 Natuna 8 - - - 100 50 39 78.00 1 1 - - 10 2 2 100.00 119 53 41 77.3584 Lingga 10 10 9 90 78 78 77 98.72 4 4 4 100 31 15 15 100.00 123 107 105 98.1315 Batam 51 10 10 100 314 68 58 85.29 27 19 16 84.21 398 194 151 77.84 790 291 235 80.7566 Tanjungpinang 57 32 26 81.25 99 42 35 83.33 3 3 2 66.67 79 61 55 90.16 238 138 118 85.507
199 67 56 83.58 766 347 289 83.29 61 49 41 83.67 962 695 579 83.31 1,988 1,158 965 83.33
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Hotel / Hotel Pasar / Market
TUPM LAINNYA / Others TUPM
Restoran/R-Makan /Restaurant
Kabupaten/Kota
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Percentage of Healthy Public Place and Food Handling (TPUM) by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
JUMLAH TUPM / Number of TUPM
Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina Jml Dibina
District/City Total Guided Total Guided Total Guided Total Guided Total Guided Total Guided
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Karimun 11 11 100 188 188 100 258 258 100 135 135 100 1,579 1,579 100 2,171 2,171 100 2 Bintan 485 319 65.773 977 397 40.63 1,229 388 31.57 518 134 25.87 328 74 22.56 3,371 1,312 38.92 3 Natuna 1 - 0 206 - 0 71 - 0 - - 0 1 - 0 278 - - 4 Lingga 64 61 95.313 107 101 94.39 186 155 83.33 96 76 79.17 - - 0 450 393 87.33 5 Batam 131 43 32.824 341 207 60.70 710 374 52.68 92 55 59.78 210 11 5.24 1,396 690 49.43 6 Tanjungpinang 207 207 100 134 134 100 179 - 0 186 - 0 117 - 0 823 341 41.43
899 641 71.30 1,953 1,027 52.59 2,633 1,175 44.626 1,027 400 38.948 2,235 1,664 74.45 8,489 4,907 57.80
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi)/ Total (Province)
Kab./Kota
Sarana Lain / Other Facilities
Sarana Kesehatan / Health Facilities
% % % %
Sarana Pendidikan / Education Facilities
Sarana Ibadah / Religion Facilities
Tabel 51Table 51
%
Perkantoran / Office
Percentage of Institution Being Built for Environment Health by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NO%
Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20
Jumlah / Total
Tabel 52Table 52
Jumlah % Jumlah %District/City Total % Total %
1 2 3 4 5 6 71 Karimun 24,866 4,615 18.56 4,263 92.37 2 Bintan 24,196 15,100 62.41 12,456 82.49 3 Natuna 27,553 - - - - 4 Lingga 16,621 8,053 48.45 2,766 34.35 5 Batam 237,769 307,152 129.18 238,832 77.76 6 Tanjungpinang 52,950 20,960 39.58 17,507 83.53
383,955 355,880 92.69 275,824 77.50
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk AedesMenurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas Provinsi Kepulauan Riau
Percentage of House/Building Checked and Free of Mosquito Larva by District/City in Kepulauan Riau Province Year 2007
Rumah/Bangunan Bebas Jentik / House/Building Free of Mosquito LarvaKabupaten/Kota
NO
Jumlah Rumah/Bangunan
yang Ada /House/Building
Exist
Rumah/Bangunan Diperiksa / House/Building Checked
Tabel 53Table 53
Jml Jml Jml Jml Jml Jml JmlTotal Total Total Total Total Total Total Total
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
69 57.98 218 63.56 6 27.27 3 30.00 8 4.00 4 36.36 - - 308 57.68
2 29 24.37 114 33.24 8 36.36 3 30.00 15 65.22 2 18.18 2 33.33 173 32.40 3 - - - - - - - - - - - - - - - -
4 18 15.13 - - 3 13.64 - - - - - - - - 21 3.93
5 3 2.52 11 3.21 5 22.73 4 40.00 - - 5 45.45 4 66.67 32 5.99 119 100 343 100 22 100 10 100 23 100 11 100 6 100 534 100
1
43 75.44 180 91.84 8 80.00 6 60.00 10 90.91 9 52.94 3 15.00 259 80.69
2 3 5.26 - - - - - - - - - - - - 3 0.93 3
- - - - - - - - - - - - - - - -
4 10 17.54 - - - - - - - - - - - - 10 3.12
5 1 1.75 16 8.16 2 20.00 4 40.00 1 9.09 8 47.06 17 85.00 49 15.26 57 100.00 196 100.00 10 100.00 10 100.00 11 100.00 17 100.00 20 100.00 321 100.00
1
40 62.50 147 67.12 4 36.36 6 54.55 3 18.75 2 25.00 2 14.29 204 59.48
2 22 34.38 61 27.85 5 45.45 4 36.36 12 75.00 2 25.00 4 28.57 110 32.07 3
- - - - - - - - - - - - - - - -
4 - - - - - - - - - - - - - - - -
5 2 3.13 11 5.02 2 18.18 1 9.09 1 6.25 4 50.00 8 57.14 29 8.45 64 100 219 100 11 100 11 100 16 100 8 100 14 100 343 100
Tabel 53 (Lanjutan…………….)Table 53 (Continue……………)
Jml Jml Jml Jml Jml Jml JmlTotal Total Total Total Total Total Total Total
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
19 70.37 130 78.79 2 33.33 2 1.00 - - 2 40.00 - - 155 71.76
2 7 25.93 20 12.12 2 33.33 1 25.00 1 33.33 - - - - 31 14.35 3 - - - - - - - - - - - - - - - -
4 - - - - - - - - - - - - - - - -
5 1 3.70 15 9.09 2 33.33 1 25.00 - - 3 60.00 8 100.00 30 13.89 27 100 165 100 6 100 4 100 3 100 5 100 8 100 216 100
1
62 25.10 224 20.44 15 15.15 13 37.14 12 13.48 13 52.00 2 6.67 341 21.04
2 176 71.26 850 77.55 74 74.75 20 57.14 72 80.90 5 20.00 8 26.67 1,205 74.34 3
- - - - - - - - - - - - - - - -
4- - - - - - - - - - - - - - - -
5 9 3.64 22 2.01 10 10.10 2 5.71 5 5.62 7 28.00 20 66.67 75 4.63 247 100 1,096 100 99 100 35 100 89 100 25 100 30 100 1,621 100
1
18 25.35 105 36.71 8 42.11 4 33.33 4 14.81 7 38.89 - - 146 33.33
2 43 60.56 155 54.20 9 47.37 6 50.00 21 77.78 1 5.56 3 60.00 238 54.34 3
- - 12 4.20 - - - - - - - - - - 12 2.74
4 8 11.27 5 1.75 - - - - - - 7 38.89 1 20.00 21 4.79
5 2 2.82 9 3.15 2 10.53 2 16.67 2 7.41 3 16.67 1 20.00 21 4.79 71 100 286 100 19 100 12 100 27 100 18 100 5 100 438 100
Tabel 53 (Lanjutan…………..)Table 53 (Continue………….)
Jml Jml Jml Jml Jml Jml JmlTotal Total Total Total Total Total Total Total
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
- - - - - - - - - - - - - - - -
2 9 60.00 22 68.75 - - - - 3 60.00 1 50.00 - - 35 48.61 3 - - - - - - - - - - - - - - - - 4 1 6.67 1 3.13 3 50.00 - - - - - - - - 5 6.94 5 5 33.33 9 28.13 3 50.00 2 100.00 2 40.00 1 50.00 10 100.00 32 44.44
15 100 32 100 6 100 2 100 5 100 2 100 10 100 72 100 1
251 41.83 1,004 42.96 43 24.86 34 40.48 37 44.05 37 43.02 7 70.00 1,413 39.86
2 289 48.17 1,222 52.29 98 56.65 34 40.48 124 72.09 11 12.79 17 170.00 1,795 50.63 Ratio per 100.000 penduduk = 254.50 3 - - 12 0.51 - - - - - - - - - - 12 0.34 4 37 6.17 6 0.26 6 3.47 - - - - 7 8.14 1 10.00 57 1.61 5 23 3.83 93 3.98 26 15.03 16 19.05 11 6.40 31 36.05 68 680.00 268 7.56
600 100 2,337 100 173 100 84 100 172 100 86 100 93 930.00 3,545 100 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Teknis Medis /
%
Farmasi / Gizi /
% %
UNIT KERJA
NO
Kab
./Kot
a /
Dis
trict
/City UNIT KERJA
Work Unit
Work Unit
Jlh / Total
Dinkes / Health OfficeJlh / Total
Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School
% % %
Tenaga Kesehatan / Health ManpowerMedis / Perawat & Farmasi / Gizi / Teknis Medis / Sanitasi /
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007The Distribution of Health Personnels by Work Unit in Kepulauan Riau Province, 2007
Kab
./Kot
a /
Dis
trict
/City
%Work Unit
Tenaga Kesehatan / Health Manpower
%%%
Kesmas / Public Health
Kesmas / Jumlah%% % % %
JumlahSanitasi / Sanitation
%
Gizi / Nutrition
Teknis Medis / Medical
%%%
Medis / Medic
Perawat & Bidan / Nurse
Farmasi / Pharmacy
Bat
am
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )
Kar
imun
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )
Ling
ga
NO
Rumah Sakit / Hospital
Bin
tan
Nat
una
Jlh / Total
UNIT KERJA
Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital
3
Sarana Kes lain/ Other Health FacilitiesDinkes / Health Office
Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School Sarana Kes lain/ Other Health Facilities
Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School Sarana Kes lain/ Other Health FacilitiesDinkes / Health OfficeJlh / Total
Dinkes / Health OfficeJlh / Total
Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School
3
The Distribution of Health Personnels by Work Unit in Kepulauan Riau Province, 2007
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
NO
Kab
./Kot
a /
Dis
trict
/City
Sarana Kes lain/ Other Health FacilitiesDinkes / Health OfficeJlh / Total
Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School
Rumah Sakit / Hospital
Sarana Kes lain/ Other Health Facilities
Dinkes / Health Office
%
Tanj
ungp
inan
g
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / Hospital
Sarana Kes lain/ Other Health Facilities
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007The Distribution of Health Personnels by Work Unit in Kepulauan Riau Province, 2007
Tenaga Kesehatan / Health Manpower
3
Kesmas / Jumlah%%%
Sanitasi /
%
Medis / Perawat &
Jlh / Total
Pro
vins
i
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / HospitalInstitusi Diklat/Diknakes / Sarana Kes lain/ Other Health Dinkes / Health Office
TOTA
L
Puskesmas (tmsk Pustu & Polindes/Poskesdes) / HC (include Sub-HC and Village Delivery Hut )Rumah Sakit / HospitalInstitusi Diklat/Diknakes / Sarana Kes lain/ Other Health Dinkes / Health OfficeJlh / Total
Tabel 54Table 54
Unit Kerja / Work Unit
Kab./Kota PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS PKM RS
District/City HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital HC Hospital
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 181 Karimun 69 41 215 147 6 17 3 3 5 14 4 2 1 2 303 226 2 Bintan 60 0 204 - 8 - 7 - 10 - 9 - 5 - 303 - 3 Natuna 40 22 147 61 4 5 6 4 3 12 2 2 2 4 204 110 4 Lingga 19 6 126 17 2 2 1 - 2 1 - - - - 150 26 5 Batam 69 176 224 850 15 74 13 20 12 72 13 5 2 5 348 1,202 6 Tanjungpinang 18 35 114 102 7 3 3 3 5 7 5 1 - 1 152 152 7 Provinsi - 7 - 21 - - - - - 4 - 1 - - - 33
275 280 1,030 1,177 42 101 33 30 37 106 33 10 10 12 1,460 1,749
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 200Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
22 3,209
Kesmas / Public Health Jumlah / Total
SubtotalTotal 555 2,207 143 63 143 43
Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Number of Health Manpower at Health Service Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
Tenaga Kesehatan / Health Personnels
Medis / Medic
Perawat & Bidan / Nurse and
Midwife
Farmasi / Pharmacy
Gizi / Nutrition
Teknis Medis/ Medical
Technique
Sanitasi / Sanitation
Tabel 55 Tabel 55Table 55 Table 55
Kab./Kota District/City
Kab/Kota / District /City
Dr. Spesialis Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga
Dr. Spesialis
Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga
Dr. Spesialis
Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis
Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis
Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis
Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga Dr. Spesialis
Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga
Dr. Spesialis Dr Umum Drg Jlh Dr Keluarga
Unit Kerja / Work Unit
Specialist DrGeneral
DrDentist Total Family Dr
Specialist Dr
General Dr
Dentist Total Family DrSpecialist
DrGeneral Dr Dentist Total Family Dr
Specialist Dr
General Dr Dentist Total Family DrUnit Kerja / Work Unit
Specialist Dr
General Dr Dentist Total Family Dr Specialist DrGeneral
DrDentist Total Family Dr
Specialist Dr
General Dr Dentist Total Family Dr Specialist Dr General Dr Dentist Total Family Dr
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 2 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 33 34 35 36 371 Puskesmas / HC - 55 14 69 36 2 29 12 43 - - 27 13 40 - - 12 7 19 - 1 Puskesmas / HC - 52 17 62 - - 11 7 18 - - - - - - 2 186 70 251 36
2 Rumah Sakit / Hospital 16 11 2 29 - - 2 1 3 - 10 10 2 22 - 4 2 1 7 - 2 Rumah Sakit / Hospital 93 68 15 176 - 25 15 3 43 - 1 7 1 9 - 149 115 25 289 -
3 Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health School - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3
Institusi Diklat/Diknakes / Training Ctr/Health
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 Sarana Kes lain/ Other Health Facilities - 17 1 18 - 1 9 - 10 - - - - - - - - - - - 4 Sarana Kes lain/
Other Health - - - - - 3 4 1 8 - - 1 - 1 - 4 31 2 37 -
5 Dinkes / Health Office - 2 1 3 - - 1 - 1 - - 2 - 2 - - 1 - 1 - 5 Dinkes / Health Office - 5 4 9 - - 2 - 2 - - 5 - 5 - - 18 5 23 -
16 85 18 119 36 3 41 13 57 - 10 39 15 64 - 4 15 8 27 - 93 125 36 247 - 28 32 11 71 - 1 13 1 15 - 155 350 102 600 36
8,121.83 6.10 1.29 0.22 2.94 0.93 0.72 2.80 1.08 0.29 1.08 0.57 6.68 8.97 2.58 2.01 2.30 0.79 42.27 - 11.13 25.13 7.32
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 200
Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Staffs at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Number of Medical Staffs at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Rasio thdp 100.000 Pddk / Ratio per 100,000 pop
Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs
TOTAL / Total TOTAL / Total
NO
KARIMUN BINTAN NATUNA T O T A L
Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs
PROVINSI LINGGA
Rasio thdp 100.000 Pddk / Ratio per 100,000 pop
Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical Staffs Tenaga Medis / Medical StaffsNO
BATAM TJ.PINANG
Tabel 56 Tabel 56 (Lanjutan..)Table 56 Table 56 (Continue….)
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes
Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes
JmlRasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes
Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
HC Hosp Health School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health
Facilities
Health Off
Total
Ratio per
100,000 pop
HC Hosp Health School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
pop
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
1 Apoteker / Pharmacist 1 2 - 1 4 8 3.99 1 - - - - 1 0.86 1 4 - - 2 7 7.91 - 1 - - - 1 1.21 1 Apoteker /
Pharmacist 1 7 - - 4 12 1.95 3 4 - - 2 9 5.36 - - - 1 1 2 7 18 - 2 13 40 2.87
2 S1 FARMASI/ S1 Pharmacy - 1 - - - 1 0.50 - - - - 2 2 1.71 - - - - - - - - - - - 2 2 2.41 2 S1 FARMASI /
S1 Pharmacy - 9 - - - 9 1.46 1 - - - - 1 0.60 - - - - - 1 10 - - 4 15 1.08
3 DIII-FARMASI / D3 Pharmacy 1 1 - - 1 3 1.50 3 - - - - 3 2.57 2 1 - - - 3 3.39 1 1 - - - 2 2.41 3 DIII-FARMASI /
D3 Pharmacy - 15 - - 1 16 2.60 - - - - - - 0.00 - - - 2 2 4 5 18 - 2 4 29 2.08
4 Ass Apoteker / Pharmacy Ass 4 4 - 2 - 10 4.98 4 - - - - 4 3.42 1 - - - - 1 1.13 1 - - - - 1 1.21 4 Ass Apoteker /
Pharmacy Ass 14 43 - - 5 62 10.06 4 5 - - 2 11 6.55 - - - - - - 28 52 - 2 7 89 6.39
5 Jumlah / Total 6 8 - 3 5 22 10.96 8 - - - 2 10 8.56 4 5 - - 2 11 12.43 2 2 - - 2 6 7.23 Jumlah / Total 15 74 - - 10 99 16.07 8 9 - - 4 21 12.50 - - - 3 3 6 41 98 - 6 28 173 12.42
1D-IV/S1 GIZI / S1 /D-IV Nutrition
- - - - - - - - - - - 1 1 0.86 - - - - 0 - - - - - - - - 0.00 1D-IV/S1 GIZI / S1/D-IV Nutrition
- 1 - - - 1 0.16 - - - - 1 1 0.60 - - - - - - - 1 - - 2 3 0.22
2 D-III GIZI /D-III Nutrition 2 3 - - 3 8 3.99 2 - - - 3 5 4.28 5 4 - - 1 10 11.30 2 1 - - 1 4 4.82 2 D-III GIZI /
D-III Nutrition 11 11 - - 2 24 3.90 1 5 - - - 6 3.57 - - - - 2 2 23 24 - - 12 59 4.24
3 D-I GIZI / D-I Nutrition 1 - - - 1 2 1.00 4 - - - - 4 3.42 1 - - - - 1 1.13 - - - - - - 0.00 3 D-I GIZI /
D-I Nutrition 2 8 - - - 10 1.62 3 1 - - 1 5 2.98 - - - - - - 11 9 - - 2 22 1.58
4 Jumlah / Total
3 3 - - 4 10 4.98 6 - - - 4 10 8.56 6 4 - - 1 11 12.43 2 1 - - 1 4 4.82 Jumlah / Total
13 20 - - 2 35 5.68 4 6 - - 2 12 7.14 - - - - 2 2 34 34 - - 16 84 6.03
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
GIZ
I
BATAM TANJUNGPINANG PROVINSI
GIZ
IK
EFA
RM
ASI
AN
NATUNA
Unit Kerja / Work Unit Unit Kerja / Work Unit
KEF
AR
MA
SIA
N
LINGGA
Unit Kerja / Work Unit
Tenaga Kesehatan / Health Staffs
NO
KARIMUN
Unit Kerja / Work Unit
BINTAN
Number of Pharmacist and Nutritionist at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007 Number of Pharmacist and Nutritionist at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
NO
TOTAL
Unit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit Unit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit
Kab./Kota District/city
Tenaga Kesehatan / Health Staffs
Kab./Kota District/city
Tabel 57 Tabel 57 (Lanjutan….)Table 57 Table 57 (Continue…..)
Pkm RSDiknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd 100.000
PddkPkm RS
Diknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd 100.000
PddkPkm RS
Diknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd 100.000
PddkPkm RS
Diknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd 100.000
PddkPkm RS
Diknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd 100.000
PddkPkm RS
Diknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd 100.000
PddkPkm RS
Diknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RSDiknakes
Sarkes Lain Dinkes Jml
Rasio Thd 100.000
Pddk
HC HospHealth School
Other Health
Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp
Health School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp
Health School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp
Health School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp
Health School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp
Health School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp
Health School
Other Health Facilities
Health Off
Total
Ratio per
100,000 pop
HC HospHealth School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
pop
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
1S1 Keperawatan / S1 Nursing
- 2 - - - 2 1.00 2 - - - 1 3 2.57 - 1 - - - 1 1.13 - 2 - - 1 3 3.62 1S1 Keperawatan / S1 Nursing
- 15 - - 1 16 2.60 - - - - - - 0.00 - - - - - - 2 20 - - 3 25 1.79
2 DIII- Perawat/ D3-Nurse 63 76 - - 3 142 70.77 52 - - - 4 56 47.91 74 44 - - 6 124 140.11 78 13 - - 9 100 120.57 2 DIII- Perawat/
D3-Nurse 67 594 - - 7 668 108.43 19 144 10 5 5 183 108.96 - 17 - 1 8 26 353 888 10 6 42 1,299 93.26
3 SPK / Health Nursing School 60 15 - - 3 78 38.87 55 - - - 5 60 51.34 22 8 - - 2 32 36.16 25 2 - - 1 28 33.76 3 SPK / Health
Nursing School 58 153 - - 3 214 34.74 20 - - - - 20 11.91 - - - - - - 240 178 - - 14 432 31.01
4 Jlh / Total 123 93 - - 6 222 110.64 109 - - - 10 119 101.82 96 53 - - 8 157 177.40 103 17 - - 11 131 157.94 4 Jlh / Total 125 762 - - 11 898 145.76 39 144 10 5 5 203 120.86 - 17 - 1 8 26 595 1,086 10 6 59 1,756 126.07
1 DIII-Bidan / DIII Midwife 50 10 - - 2 62 30.90 9 - - - 1 10 8.56 49 8 - - 3 60 67.79 6 1 - - 3 10 12.06 1 DIII-Bidan /
DIII Midwife 18 56 - - 1 75 12.17 24 - - - - 24 14.29 - 5 - - 1 6 156 80 - - 11 247 17.73
2 Bidan / Midwife 45 11 - - 3 59 29.41 62 - - - 5 67 57.33 2 - - - - 2 2.26 21 2 - - 1 24 28.94 2 Bidan /
Midwife 81 32 - - 10 123 19.96 42 11 2 - 4 59 35.13 - - - - - - 253 56 2 - 23 334 23.98
3Jlh / Total 95 21 - - 5 121 60.31 71 - - - 6 77 65.88 51 8 - - 3 62 70.05 27 3 - - 4 34 40.99 3 Jlh / Total 99 88 - - 11 198 32.14 66 11 2 - 4 83 49.42 - 5 - - 1 6 409 136 2 - 34 581 41.71
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
BID
AN
PER
AW
AT
NATUNAUnit Kerja / Work Unit
KARIMUNUnit Kerja / Work Unit
BINTAN
Number of Nursing Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Unit Kerja / Work Unit
BID
AN
BATAM TANJUNGPINANG
PER
AW
AT
Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
NO
Tenaga Kesehatan /Health Personnels
Kab/Kota/ District/City
Number of Nursing Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2006
JUMLAHUnit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit
Kab/Kota/ District/City
Tenaga Kesehatan /Health Personnels
NO
PROVINSIUnit Kerja / Work Unit
LINGGAUnit Kerja / Work Unit
Tabel 58 Tabel 58 (Lanjutan…)Table 58 Table 58 (Continue….)
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes JmlRasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
Pkm RS Diknakes
Sarkes Lain
Dinkes
Jml
Rasio Thd
100.000 Pddk
HC Hosp Health School
Other Health Facilities
Health Off
Total
Ratio per
100,000 pop
HC Hosp Health School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health Facilities
Health Off
TotalRatio per 100,000
popHC Hosp Health
School
Other Health Facilities
Health Off
Total
Ratio per
100,000 pop
1SKM/S2 Kesmas / S1/S2 PH
- 2 - - 4 6 2.93 3 - - - 17 20 16.97 2 4 - - 8 14 15.59 - - - - 8 8 9.90 1SKM/S2 Kesmas / S1/S2 PH
2 5 - - 20 27 3.96 - 2 - 1 1 4 2.46 - - - - 10 10 0.75 7 13 - 1 68 89 6.39
2 DIII-Kesmas / DIII-PH - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 DIII-Kesmas /
DIII-PH - 3 - - - 3 0.44 - 1 - - - 1 0.62 - - - - - - - - 4 - - - 4 0.29
- 2 - - 4 6 2.93 3 - - - 17 20 16.97 2 4 - - 8 14 15.59 - - - - 8 8 9.90 2 8 - - 20 30 4.40 - 3 - 1 1 5 3.08 - - - - 10 10 0.75 7 17 - 1 68 93 6.68
3DIII-Sanitasi /DIII-Sanitation
2 1 - - 4 7 3.42 5 - - - 3 8 6.79 1 2 - - 3 6 6.68 1 - - - 2 3 3.71 3 DIII-Sanitasi /DIII-Sanitation 10 3 - - 5 18 2.64 2 1 - 7 3 13 8.01 - 1 - - - 1 0.07 21 8 - 7 20 56 4.02
4 DI-Sanitasi / DIII Sanitation 2 1 - - 1 4 1.96 4 - - - 5 9 7.64 1 - - - 1 2 2.23 1 - - - 1 2 2.48 4 DI-Sanitasi /
DIII Sanitation 3 2 - - 2 7 1.03 5 - - - - 5 3.08 - - - - - - - 16 3 - - 10 29 2.08
4 2 - - 5 11 5.38 9 - - - 8 17 14.43 2 2 - - 4 8 8.91 2 - - - 3 5 6.19 13 5 - - 7 25 3.67 7 1 - 7 3 18 11.08 - 1 - - - 1 0.07 37 11 - 7 30 85 6.10 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 200Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah/ Total
Jumlah/ Total
Jumlah/ Total
Jumlah/ Total
Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Unit Kerja / Work UnitBATAM TANJUNGPINANG PROVINSI
NO
KARIMUNUnit Kerja / Work Unit
TOTALUnit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work Unit
NATUNAUnit Kerja / Work Unit
LINGGA
NO
KES
MA
SSA
NIT
ASI
KES
MA
SSA
NIT
ASI
Number of Public Health Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Kab/Kota/ District/City
Tenaga Kesehatan/ Health Personnels
Kab/Kota/ District/City
Tenaga Kes / Health Personnels
Number of Public Health Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Unit Kerja / Work Unit Unit Kerja / Work UnitUnit Kerja / Work UnitBINTAN
Tabel 59 Tabel 59 (Lanjutan…..)Table 59 Table 59 (Continue….)
Analis Lab TEM &P.Rontgen
Penata Anestesi
Fisioterapi Analis Lab TEM &
P.RontgenPenata
AnestesiFisiote
rapi Analis Lab TEM &P.Rontgen
Penata Anestesi
Fisioterapi Analis Lab TEM &
P.RontgenPenata
AnestesiFisiote
rapi Analis Lab TEM &P.Rontgen
Penata Anestesi
Fisioterapi Analis Lab TEM &
P.RontgenPenata
AnestesiFisiote
rapi Analis Lab TEM &P.Rontgen
Penata Anestesi
Fisioterapi Analis Lab TEM &
P.RontgenPenata
AnestesiFisiote
rapi
Lab AnalystRonthent Operator
Anesthesia Operator
Physioterapy
Lab Analyst
Ronthent Operator
Anesthesia Operator
Physioterapy
Lab Analyst
Ronthent Operator
Anesthesia Operator
Physioterapy
Lab AnalystRonthent Operator
Anesthesia Operator
Physioterapy
Lab AnalystRonthent Operator
Anesthesia Operator
Physioterapy
Lab AnalystRonthent Operator
Anesthesia Operator
Physioterapy
Lab AnalystRonthent Operator
Physioterapy
Physioterapy Lab AnalystRonthent Operator
Anesthesia Operator
Physioterapy
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 341 Pkm / HC 5 1 2 - 6 2 2 - 3 - - - 1 - - - 1 Pkm / HC 12 - - - 4 - - - - - - - 31 3 4 - 2 RS / Hospital 3 9 1 2 - - - - 7 2 1 2 - - 1 - 2 RS / Hospital 35 22 4 11 6 7 4 4 1 2 - - 52 42 11 19
3 Diknakes / Health School - - - - - - - - - - - - - - - - 3 Diknakes / Health
School - - - - - - - - - - - - - - - -
4 Sarkes Lain / Others Health Facility - - - - - - - - - - - - - - - - 4 Sarkes Lain / Others
Health Facility - - - - - - - - - - - - - - - -
5 Dinkes / Health Office - - - - - - - 1 - - 1 - - - - - 5 Dinkes / Health Office 5 - - - 2 - - - 1 - 1 - 8 - 2 1
8 10 3 2 6 2 2 1 10 2 2 2 1 - 1 - 52 22 4 11 12 7 4 4 2 2 1 - 91 45 17 20
3.99 4.98 1.50 1.00 5.13 1.71 1.71 0.86 11.30 2.26 2.26 2.26 1.21 - 1.21 - 8.44 3.57 0.65 1.79 7.14 4.17 2.38 2.38 6.81 3.37 1.27 1.50
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique
LINGGATenaga Teknis Kesehatan/
Medical TechniqueTenaga Teknis Kesehatan/
Medical TechniqueTenaga Teknis Kesehatan/
Medical TechniqueNO
Kab./KotaDistrict/City
Unit Kerja/ Work Unit
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique
Jumlah (Provinsi) / Total (Province)
Rasio Thd 100.000 Pddk/ Ratio per 100,000 pop
Rasio Thd 100.000 Pddk/ Ratio per 100,000 pop
Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique
Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique
Tenaga Teknis Kesehatan/ Medical Technique
Jumlah Tenaga Teknis Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007 Jumlah Tenaga Teknis Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
BATAM TANJUNGPINANG PROVINSIBINTAN NATUNAKARIMUN
Number of Medical Technique Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
TOTAL
Number of Medical Technique Personnels at Health Facilities in Kepulauan Riau Province, 2007
Unit Kerja / Work Unit
Kab./KotaDistrict/City
NO
Tabel 60 Tabel 60 (Lanjutan…..)Table 60 Table 60 (Continue….)
Kab/Kota/ District/City Kab/Kota/ District/City
Sumber Biaya / Budget Source Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah % Sumber Biaya /
Budget Source Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 11 12 13 14 15 16 17 18
1 APBD KAB/KOTARegency APBD 55,209,916,952 71.25 28,034,055,038 93.21 167,292,424,025 89.75 30,000,000,000 77.85 1 APBD KAB/KOTA
Regency APBD 86,583,584,512 91.59 21,649,565,438 74.46 0 0.00 388,769,545,965 71.80
2 APBD PROVINSI Provincial APBD 185,031,000 0.24 - 0 - 0.00 - 0.00 2 APBD PROVINSI
Provincial APBD 1,100,000,000 1.16 52,186,000 0.18 52,463,687,587 61.49 53,800,904,587 9.943 APBN : 10,412,141,000 - 0 11,133,000,000 5.97 2,500,000,000 6.49 3 APBN : 3,423,007,000 3.62 613,527,000 2.11 14,095,536,000 16.52 42,177,211,000 7.79
- Dana Alokasi Khusus (DAK) Specific alocation budget 1,310,973,242 1.69 2,041,000,000 6.79 6,865,382,701 3.68 3,404,889,583 8.84 - Dana Alokasi Khusus (DAK)
Specific alocation budget 2,105,360,000 2.23 5,912,527,000 20.33 - 0.00 21,640,132,526 4.00- Askeskin / Insurance for the Poor 9,101,167,758 11.746 0 - 0.00 0.00 - Askeskin /
Insurance for the Poor 1,317,647,000 1.39 436,137,999 1.50 - 0.00 10,854,952,757 2.00
- Lain-lain (sebutkan)/ Others - 0 - 0 - 0.00 - 0.00 - Lain-lain (sebutkan)/ Others - 0.00 - 0 - 0.00 - 0.00
4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) Loan (Grant) 1,264,220,000 1.63 - 0 1,115,620,000 0.60 - 0.00 4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI
(PHLN) Loan (Grant) - 0.00 360,490,000 1.24 18,765,450,000 21.99 21,505,780,000 3.97
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN Others Source of Government - 0 - 0 - 0.00 2,629,110,417 6.82 5 SUMBER PEMERINTAH LAIN
Others Source of Government - 0.00 52,186,000 0.18 - 0.00 2,681,296,417 0.50
77,483,449,952 100 30,075,055,038 100 186,406,426,726 100 38,534,000,000 100 94,529,598,512 100 29,076,619,437 100 85,324,673,587 100 541,429,823,252 100
613,631,145,552 547,000,000,000 1,900,000,000,000 514,000,000,000 875,000,000,000 533,000,000,000 1,300,000,000,000 6,282,631,145,552
9.00 5.13 8.80 5.84 9.90 4.06 4.04 6.19
358,353.03 245,156.43 1,995,273.45 443,459.85 135,869.34 163,385.76 388,701.86
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 20 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 20Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:Health Budget Source :
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:Health Budget Source :
Anggaran Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Bugdeting in Kepulauan Riau Province, 2007
Anggaran Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Bugdeting in Kepulauan Riau Province, 2007
LINGGAKARIMUN TANJUNGPINANGBINTAN
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN / Total Health BudgetTOTAL APBD KAB/KOTA / Regency APBD Total% APBD KESEHATAN THD APBDKAB/KOTA / % of Health APBD Toward Total Regency APBDANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA / Health Budget per capita (Rp)
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA / Health Budget per capita (Rp)
% APBD KESEHATAN THD APBDKAB/KOTA / % of Health APBD Toward Total Regency APBD
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN / Total Health BudgetTOTAL APBD KAB/KOTA / Regency APBD Total
NATUNA
NO Alokasi Biaya Kesehatan / BATAM
Alokasi Biaya Kesehatan Alokasi Biaya Kesehatan / Alokasi Biaya Kesehatan / Alokasi Biaya Kesehatan / Alokasi Biaya Kesehatan / NO
TOTALAlokasi Biaya Kesehatan /
PROPINSIAlokasi Biaya Kesehatan /
Tabel 61 Tabel 61 (Lanjutan….)Table 61 Table 61 (Continue….)
Pem.Pusat
Pemp.Prov
Pem. Kab/ Kota
TNI/Polri BUMN Swasta Jlh
Pem.Pusat
Pemp.Prov
Pem.Kab/Kota
TNI/Polri BUMN Swasta Jlh
Pem.Pusat
Pemp.Prov
Pem.Kab/Kota
TNI/Polri BUMN Swasta Jlh
Pem.Pusat
Pemp.Prov
Pem.Kab/Kota
TNI/Polri BUMN
Swasta Jlh
Pem.Pusat
Pemp.Prov
Pem.Kab/Kota
TNI/Polri BUMN
Swasta Jlh
Pem.Pusat
Pemp.Prov
Pem.Kab/Kota
TNI/Polri BUMN
Swasta Jlh
Central Gov.
Provincial Gov.
Regency Gov.
Soldier/Police
Government's
IncPrivate Total
Central Gov.
Provincial Gov.
Regency Gov.
Soldier/Police
Government's
IncPrivate Total
Central Gov.
Provincial
Gov.
Regency Gov.
Soldier/
Police
Government's
IncPrivate Total
Central Gov.
Provincial Gov.
Regency Gov.
Soldier/Police
Government's
IncPrivate Total
Central Gov.
Provincial
Gov.
Regency Gov.
Soldier/
Police
Government's
IncPrivate Total
Central Gov.
Provincial Gov.
Regency Gov.
Soldier/Police
Government's
Inc
Private Total
1 RS. Umum /General Hosp - - 1 - - 1 2 - 1 - - - 1 2 - - 2 1 - - 3 1 RS. Umum /General Hosp - - 1 - - - 1 - - 1 - 1 9 11 - - 1 1 - - 2 2 RS. Jiwa / Mental Hospital - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 RS. Jiwa / Mental Hospital - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 RS. Bersalin /Delivery Hospital - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 RS. Bersalin /Delivery Hospital - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - -
4 RS. Khusus Lainnya / Other Specific Hospital
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 RS. Khusus Lainnya / Other Specific Hospital
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
5 Puskesmas Perawatan / HC with bed
- - 3 - - - 3 - - 3 - - - 3 - - 11 - - - 11 5 Puskesmas Perawatan / HC with bed
- - 2 - - - 2 - - 3 - - - 3 - - 1 - - - 1
6 Puskesmas non-perawatan / HC without bed
- - 6 - - - 6 - - 4 - - - 4 - - 5 - - - 5 6 Puskesmas non-perawatan / HC without bed
- - 3 - - - 3 - - 8 - - - 8 - - 3 - - - 3
7 Puskesmas Keliling / Circular HC - - 17 - - - 17 - - 16 - - - 16 - - 12 - - - 12 7 Puskesmas Keliling / Circular HC - - 4 - - - 4 - - 40 - - - 40 - - 6 - - - 6 8 Puskesmas Pembantu / Sub-HC - - 35 - - - 35 - - 32 - - - 32 - - 63 - - - 63 8 Puskesmas Pembantu / Sub-HC - - 38 - - - 38 - - 42 - - - 42 - - 12 - - - 12
9 Rumah Bersalin / Delivery House - - - - 1 1 2 - - - - - 7 7 - - - - - - - 9 Rumah Bersalin / Delivery House - - - - - - - - - - - - 43 43 - - 2 2 - 13 17
10 Balai Pengobatan/Klinik / Clinic - - 2 - - - 2 - - - - - 18 18 - - - 3 - - 3 10 Balai Pengobatan/Klinik / Clinic - - - - - - - - - - - - 134 134 - - 1 2 - 31 34
11 Praktek Dokter Bersama / Joint Practitioner - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 Praktek Dokter Bersama /
Joint Practitioner - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - 12 12
12 Praktek Dokter Perorangan / Individual Practitioner
- - - - - - - - - 1 2 4 30 37 - - - - - 1 1 12 Praktek Dokter Perorangan / Individual Practitioner
- - - - - - - - - - - - 91 91 - - - - - 3 3
13 Praktek Pengobatan Tradisional / Traditional Medication - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 13 Praktek Pengobatan Tradisional /
Traditional Medication - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
14 Polindes / Village Delivery Hut - - 29 - - - 29 - - 36 - - - 36 - - 57 - - - 57 14 Polindes / Village Delivery Hut - - 43 - - - 43 - - 15 - - 6 21 - - 6 - - - 6 15 Poskesdes / Village Health Post - - - - - - - - - 18 - - - 18 - - 23 - - - 23 15 Poskesdes / Village Health Post - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
16 Posyandu / Integrated Service Post - - 183 - - - 183 - - 133 - - - 133 - - 142 - - - 142 16 Posyandu / Integrated Service
Post - - 131 - - - ### - - - - - 261 261 - - 130 - - - 130
17 Apotik / Pharmacy - - - - 3 13 16 - - - - - 7 7 - - - 1 - 1 2 17 Apotik / Pharmacy - - - - - - - - - - - - 70 70 - - 1 1 - 25 27 18 Toko Obat / Drugs Store - - - - - 27 27 - - - - - 29 29 - - - - - 4 4 18 Toko Obat / Drugs Store - - - - - - - - - - - - 168 168 - - - - - 66 66 19 GFK / Pharmacy Storehouse - - 1 - - - 1 - - 1 - - - 1 - - 1 - - - 1 19 GFK / Pharmacy Storehouse - - - - - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 1 1
20 Industri Obat Tradisional / Traditional Drugs Industry
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 20 Industri Obat Tradisional / Traditional Drugs Industry
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 49 49
21 Industri Kecil Obat Tradisional / Traditional Drugs Home Industry - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 21 Industri Kecil Obat Tradisional /
Traditional Drugs Home Industry - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 15
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007 Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Public Health Service Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Health Service Facilities by District/City in Kepulauan Riau province, 2007
TANJUNGPINANGLINGGA BATAMPemilikan/Pengelola / Ownership Pemilikan/Pengelola / Ownership Pemilikan/Pengelola / Ownership
NO
Kab./Kota/District/City
Fasilitas Kesehatan / Health Facilities
Pemilikan/Pengelola / OwnershipPemilikan/Pengelola / Ownership
Fasilitas Kesehatan / Health Facilities
BINTAN NATUNAKARIMUNPemilikan/Pengelola / Ownership
NO
Kab./Kota/District/City
Tabel 62Table 62
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2007
Number of Community-Based Health Effort (UKBM) Facilities by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NOKabupaten/Kota
Jumlah/ TotalDesa/ Kelurahan Desa Siaga Poskesdes Polindes Posyandu
District/City Village Alert Village Village Health Post Village Delivery Hut Integrated Service Post
1 2 3 4 5 6 7
1 Karimun 54 25 29 183
2 Bintan 42 18 18 36 133
3 Natuna 83 24 23 57 142
4 Lingga 34 15 29 96
5 Batam 64 17 11 21 261
6 Tanjungpinang 18 18 2 6 114Jumlah (Provinsi) / Total (Province) 295
117 54 178 929
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Tabel 63Table 63
Keluar (Hidup + Mati) /
Out (Life + Died)
Mati Seluruhnya/
All Died
Mati ≥ 48 jam Dirawat /
Died ≥ 48 Hours cared
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A KARIMUN1 RSUD Karimun / Karimun Hosp Umum 116 6,236 302 132 18,767 44.3 3.0 3.8 48.4 21.22 RS Bukit Timah/ Bukit Timah Hosp Umum 36 834 10 4 1,984 15.1 2.4 13.4 12.0 4.8B BINTAN3 RS Antam / Antam Hosp Umum 52 463 7 - 922 4.9 2.0 39.0 15.1 0.0C NATUNA4 RSUD Natuna /Natuna Hosp Umum 20 371 8 3 1,796 24.6 4.8 14.8 21.6 8.15 RS TNI AU Ranai / Ranai Air Force Hosp Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.06 RSL Palmatak / Palmatak Field Hosp Umum 15 445 19 13 1,830 33.4 4.1 8.2 42.7 29.2D LINGGA7 RSL Daik Umum 15 - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0E BATAM8 RS Awal Bros / Awal Bross Hosp Umum 124 4,472 94 20 11,927 26.4 2.7 7.5 21.0 4.5
9 RS Casa Medical Center / Casa Medical Centre Hosp Umum 115 5,163 12 4 12,492 29.8 2.4 5.7 2.3 0.8
10 RS Budi Kemuliaan / Budi Kemuliaan Hosp Umum 197 7,146 106 98 16,299 22.7 2.3 7.8 14.8 13.711 RS Otorita Batam / Otorita Batam Hosp Umum 176 7,499 128 70 21,243 33.1 2.8 5.7 17.1 9.312 RS. St Elizabeth / St. Elizabeth Hosp Umum 92 4,820 98 9 14,670 43.7 3.0 3.9 20.3 1.9
13 RS Anak Permata Hati / Permata Hati Pediatric Hosp
Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
14 RS. Nuruddiniyah / Nuruddiniyah Hosp Umum 20 3 0 0 707 9.7 235.7 2197.7 0.0 0.0
15 RS Kasih Sayang Ibu /Kasih Sayang Ibu Hosp
Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
16 RS Charis Medika / Charis Medika Hosp Umum - - - - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.017 RSUD Batu Aji / Batu Aji Hosp Umum 44 4,390 88 22 13,330 83.0 3.0 0.6 20.0 5.018 RS Harapan Bunda / Harapan Bunda Hosp Umum 64 5,273 17 3 14,967 64.1 2.8 1.6 3.2 0.6F TANJUNGPINANG
19 RSUD Tanjungpinang / Tanjungpinang Hosp Umum 131 7,945 359 209 34,033 71.2 4.3 1.7 45.2 26.3
20 RSAL Dr. Midiyato S / Dr. Midiyanto S Army Hosp
Umum 100 6,451 205 100 22,440 61.5 3.5 2.2 31.8 15.5
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2007Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Keluar (Hidup +
Mati) /Out (Life +
Died)
Mati Seluruhnya/
All Died
Mati ≥ 48 jam Dirawat /Died ≥ 48
Hours cared
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A KARIMUN
a. Pkm Tg. Balai Umum 36 822 3 3 1,695 12.90 2.06 13.92 3.65 3.65b. Pkm Tg. Batu Umum 15 1,018 56 26 1,763 32.20 1.73 3.65 55.01 25.54c. Pkm Moro Umum 8 430 16 7 1,479 50.65 3.44 3.35 37.21 16.28
B BINTANC a. Puskesmas Tg Uban Umum 15 948 6 0 19954 b. Puskesmas Kijang Umum 35 1268 2 0 3255 25.5 2.6 7.5 1.6 0.05 c. Pusk Tamblean Umum 5 93 6 0 267 14.6 2.9 16.8 64.5 0.0C LINGGA
a. Pkm Dabo Umumb. Pkm Senayang Umum
D NATUNAa. Pkm Ranai Umumb. pkm Seedanau UmumC. Pkm Tarempak Umumd. Pkm Midai Umume. Pkm Pulau Laut Umumf. Pkm Letung Umumg. Pkm Serasan Umumh. Pkm Subi Umumi. Pkm Kelarik Umumj. Pkm Siantan Timur Umumk. Pkm Tanjung Umum
E BATAMa. Pkm Sungai Panas Umum 10 0.0b. Pkm Sungai Pancur Umum 4 0.0c. Pkm Belakang Padang Umum 10
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 200Source: Health Profile of District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
NDRBOR LOS TOI GDR
Jumlah Pasien / Number of PatientsJumlah
Tempat Tidur Number of
Beds
Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007Indicators of Hospitals Service by District/City in Kepulauan Riau Province, 2007
Jumlah Hari Perawatan /
Total of Caring Days
NONama Rumah Sakit[a]
Hospitals'name
Jenis Pelayanan
Umum/Khusus
NO Puskesmas[b] Health Centre's name
Jenis Pelayanan
Umum/Khusus
Jumlah Tempat Tidur
Number of Beds
TOI GDR NDR
Jumlah Pasien / Number of PatientsJumlah Hari Perawatan /
Total of Caring Days
BOR LOS