Upload
botet2306
View
8
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
interna
Citation preview
Profilaksis Antiretroviral untuk Lelaki dan Perempuan Heteroseksual
Latar Belakang
Paparan awal profilaksis ART adalah 1 pendekatan yang menjanjikan utk mencegah infeksi HIV-1 dlm populasi
heteroseksual.
Metode
Kami menjalankan trial yang random bagi ART oral utk digunakan sebagai profilaksis sebelum paparan pada
pasangan heteroseksual serodiscordant HIV 1 dari Kenya dan Uganda. Tiap pasangan dengan HIV 1 seronegatif
telah ditentukan kepada 1 dari 3 regimen studi – tenofovir sekali per hari (TDF), kombinasi tenofovir-
emtricitabine (TDF–FTC), atau gabungan placebo — dan diikuti setiap bulan sehingga 36 bulan. Pada
pendaftaran, pasangan HIV-1-seropositif adalah tidak layak utk ART, menurut pedoman nasional. Semua
pasangan mendapat servis pengobatan dan pencegahan HIV-1 yg standar.
Hasil
Kami mendaftarkan 4758 pasangan, dimana diikuti oleh 4747: 1584 diberikan TDF secara acak, 1579 diberi
TDF–FTC, dan 1584 diberi placebo. Daripada 62% pasangan yang diikuti, pasangan HIV-1 seronegatif adalah
laki-laki. Antara peserta seropositif HIV-1, jumlah CD4+ median adalah 495 sel/mm^3 (interquartile range, 375
to 662). Sejumlah 82 infeksi HIV-1 berlaku pada peserta semasa penelitian, 17 dalam kelompok TD (incidence,
0.65 per 100 person-years), 13 dlm kelompok TDF-FTC (incidence, 0.50 per 100 person-years), dan 52 dalam
kelompok placebo (incidence, 1.99 per 100 person-years), menandakan reduksi relatif sebanyak 67% pada
insidens HIV-1 dgn TDF (95% confidence interval [CI], 44 to 81; P<0.001) dan 75% dgn TDF–FTC (95% CI,
55 to 87; P<0.001). efek pencegahan bagi TDF-FTC dan TDF sendiri terhadap HIV-1tidak terlalu berbeda
secara bermakna (P = 0.23), dan kedua-dua penelitian pengobatan berarti dalam mengurangi insiden HIV-1 pada
laki-laki dan perempuan. Penilaian kejadian yg merugikan adalah sama bagi semua kelompok studi. 8 peserta yg
mendapat pengobatan aktif didapatkan telah terinfeksi HIV-1 pada dasar, dan antara 8 org ini, resistensi
terhadap ART berkembang pada 2 org semasa tempoh penelitian.
Konklusi
TDF oral danTDF–FTC keduanya memberi perlindungan terhadap infeksi HIV-1 pada laki-laki dan wanita yang
heteroseksual.
Penggunaan obat antiretroviral ARV dalam pencegahan transmisi HIV tipe 1 (HIV-1) adalah strategi yang
menjanjikan untuk mengurangi penyebaran HIV-1. Pengobatan ARV utk seseorang yg terinfeksi HIV-1
menyediakan manfaat klinis dan pada hakikatnya mengurangi penularan. Profilaksis ARV adalah strategi
pencegahan HIV-1 yang berpotensi bagi mereka yg belum terinfeksi HIV-1, diatur sebagai profilaksis setelah
paparan yang berhubungan dengan pekerjaan (occupational) ataupun bukan pekerjaan (non-occupational) atau
juga sebagai profilaksis sebelum paparan (preexposure) pada mereka yang sedang terpapar dengan HIV-1.
Rasional dari profilaksis ARV pada individu yang sedang terpapar adalah atas dasar kemujarabannya terhadap
bayi yang terpapar dengan HIV-1 semasa kelahiran dan menyusu badan dan perlindungan parsial atau penuh
yg diberikan terhadap cobaan HIV pada primate. Pada studi transmisi prenatal dan model hewan, manfaat
perlindungan dari profilaksis ARV dapat dimaksimalkan bila pengobatan ARV diberikan sebelum dan setelah
paparan terhadap HIV.
Effisiensi profilaksis setelah paparan untuk perlindungan HIV-1 pada manusia telah dievaluasi utk tenofovir,
dlm bentuk gel vagina atau oral tenofovir disoproxil fumarate (TDF) oral atau TDF coformulated dengan
emtricitabine (TDF–FTC) oral. Studi pada model hewani menunjukkan TDF-FTC memberi perlindungan yang
lebih baik terhadap HIV-1 dibanding dgn TDF sendiri. Kemungkinan effisiensi yang berbeda, keamanan dan
ongkos mengusulkan TDF dan TDF-FTC bisa dibandingkan sebagai agen profilaksis sebelum paparan
(preexposure) yang berpotensi. Individu yang sedang dalam resiko tambahan terhadap HIV-1, dimana
profilaksis sebelum paparan dapat diteliti termasuklah individu dgn HIV-1 seronegatif tapi sedang berhubingan
dengan pasangan yg telah terinfeksi HIV-1( hubungan HIV-1–serodiscordant). Kami melakukan studi
Partners Preexposure Prophylaxis (PrEP) , trial yg multisite, 3 fase, random, double-blind, 3 kelompok dan
placebo-controlled dgn pemberian TDF atau TDF-FTC oral harian sebagai profilaksis sebelum paparan
(preexposure) terhadap HIV-1 serocordinant pada pasangan laki-laki dan wanita heteroseksual di East African.
DISKUSI
Dalam studi pada pasangan laki-laki dan wanita heteroseksual dengan pasangan yg mengidap infeksi HIV-1,
TDF dan TDF-FTC oral sekali sehari mempunyai peren dalam mengurangi resiko sebanyak 67% dan 75%,
terhadap infeksi HIV-1 bila disediakan bersama kombinasi dgn pelayanan pencegahan HIV-1 lainnya. Kedua-
dua TDF dan TDF-FTC menunjukkan proteksi HIV-1 yg bermakna dengan magnitude yg sama pada laki-laki
dan perempuan. Trial klinis profilaksis sebelum paparan berbasis tenofovir menunjukkan hasil yg berlawanan.
TDF-FTC oral sekali sehari mengurangi resiko tambahan HIV-1 sebanyak 44% pada studi pelbagai negara pada
lelaki yang berhubungan seks dgn lelaki dan 62% pada heteroseksual muda dari Botswana dan penggunaan 1%
gel vagina tenofovir mengurangi insidensi HIV-1 pada 39% wanita di Afrika Selatan. Hipotesis biologi dan
tingkahlaku telah diusulkan utk menjelaskan kegagalan 2 trial profilaksis sebelum paparan pada wanita Afrika
utk menunjukkan proteksi terhadap infeksi HIV-1, termasuklah kurangnya ketaatan terhadap dosis harian
profilaksis sebelum paparan., konsentrasi tenofovir pada vaginal dicapai dgn dosis oral yang mungkin sensitive
terhadap ketidaktaatan, infeksi menular seksual atau kofaktor lain yg mempengaruhi infeksi HIV-1 pada wanita
muda, konsentrasi HIV-1 yg tinggi pada pasangan seropositif pada infeksi HIV-1 primer, dan faktor
immunologi bawaan atau didapat bisa menyediakan proteksi tambahan pada pasangan jangka panjang dgn HIV-
1 serodiscordance (beda serologi). Studi lanjut diperlukan utk memahami jika ada antara faktor ini yang
berpengaruh pada effisiensi profilaksis sebelum paparan ini.
Walaupun kami meneliti pasangan yg telah terbukti sebagai HIV-1 serodiscordant, semua transmisi HIV-1
akhirnya berlaku antara pasangan serodiscordant. Temuan kami menyediakan bukti konsep profilaksis sebelum
paparan dapat mengurangi pertambahan HIV-1 dalam populasi heteroseksual. Ketaatan yg tinggi adalah perlu
utk mencapai manfaat klinis dari agen antiretroviral utk pengobatan HIV-1, dan bukti yg timbul menunjukkan
ketaatan pada profilaksis sebelum paparan adalah penting utk pencegahan HIV-1. Pada trial inisiatif profilaksis
sebelum paparan melibatkan llaki-laki yang berhubungan seksual dgn laki-laki, penurunan yg relative terhadap
resiko infeksi HIV-1 dari profilaksis sebelum paparan TDF-FTC adalah 44% secara keseluruhan tetapi 73%
pada peserta dengan ketaatan 90% atau lebih (dihitung dari jumlah pil) dan 92% pada pesera dengan tingkat
tenofovir yg dideteksi dalam darah – walaupun hanya setengah dari peserta mempunyai tingkat yg bisa
terdeteksi. Dalam penelitian kami, retensi dan hitung-pil adalah tinggi, tenofovir dideteksi pada 82% sampel dari
peserta terpilih secara acak dan tingkat tenofovir yg bisa terdeteksi adalah berhubungan dgn pengurangan resiko
relative infeksi HIV-1 sebanyak lebih dari 85%. Perbandingan yang tinggi pada sampel dengan tingkat tenofovir
yg bisa dideteksi adalah konsisten dgn 92% cakupan studi-obat yg kami hitung berdasarkan kunjungan luput,
menahan studio bat dan ketidaktaatan dengan perbedaan absolut sebanyak 10% poin yg mencerminkan fakta
bahawa hitung pil bisa melebihi jangkauan ketaatan jika pil tidak dikembalikan.
Analisis dari objektif pendekatan ketaatan sepanjang trial profilaksis sebelum paparan bisa memberi informasi
dalam memahami hubungan antara ketaatan dan pencegahan terhadap infeksi HIV-1. Dalam sub kelompok studi
kohort kami, pemantauan intensif terhadap ketaatan dari aspek botol pil dengan pembuka penutup yg dipantau
secara elektronik dan kunjungan tanpa pemberitahuan bulanan di rumah atas tujuan menghitung pil utk
mendukung ketaatan, dan temuduga telah menegaskan kepercayaan dan dukungan dari pasangan dapat
memperkuat ketaatan. Startegi utk mempromosikan dan mencapai ketaatan yg tinggi di luar tatacara trial klinis
mungkin perlu untuk mencapai manfaat kesehatan umum yg maksimal bagi profilaksis sebelum paparan. Kami
menemukan derajat pencegahan yg mirip terhadap HIV-1 dengan TDF dan TDF-FTC, berbeda dengan temuan
pada studi terhadap hewan. Profilaksis sebelum paparan dobel adalah lebih mahal dari agen tunggal dan potensi
untuk toleransi yg berbeda dan resistensi antiretroviral pada individu dengan HIV-1 serokonversi meskipun
penggunaan profilaksis sebelum paparan harus dipertimbangkan dalam penentuan keputusan melihat kepada
kebijaksanaan kesehatan masyarakat tentang profilaksis sebelum paparan. Kami melanjutkan kelompok TDF
dan TDf-FTC dalam penelitian kami, termasuklah menawarkan TDF dan TDF-FTC secara acak kepada peserta
yang pada awalnya ditugaskan kepada kelompok placebo, utk mengumpulkan informasi tambahan tentang
keamanan, effisiensi dan resistensi terhadap HIV-1 pada TDF dibandingkan dengan TDF-FTC. Pada penelitian
kami, 25% (2 dar 8) peserta yang mengalami infeksi HIV-1 sewaktu inisiasi studi-obat mempunyai resistensi
terhadap virus ( melalui mutasi M184V pada satunya dan mutasi K65R pada yg lainnya). Inisiasi profilaksis
sebelum dan setelah paparan pada individu dengan infeksi HIV-1 akut boleh memilih untuk resistensi; strategi
untuk meningkatkan pengenalan infeksi akut yg diperlukan. Resistensi adalah jarang pada pasangan diama
serokonversi terjadi setelah pengacakan, minority mempunyai tingkat tenofovir yg bisa terdeteksi. Ketaatan
pada profilaksis sebelum paparan, pencegahan terhadap infeksi HIV-1 dan resistensi ARV ternyata terjalin erat.
Ketaatan yg rendah menyediakan pencegahan HIV-1 yg sedikit tetapi sedikit resiko resistensi jika infeksi
diperlukan. Ketaatan yg tinggi menahan kebanyakan transmisi, dan beberapa orang yang memperoleh HIV-1
meskipun profilaksis sebelum paparan berpotensi mempunyai resiko resistensi obat yang meningkat. 4 peserta
dengan HIV-1 serokonversi dalam studi kami telah terinfeksi dengan HIV-1yg resisten terhadap NNRTI,
(nonnucleoside reverse-transcriptase inhibitors), dimana tidak seharusnya dipilih untuk studi obat dan mungkin
mencerminkan resistensi yang beredar, yang dideteksi di Afrika.
Apabila digunakan untuk pengobatan HIV-1, TDF diketahui menyebabkan penurunan yg sedikit pd filtrasi
glomerulus yang menunjukkan hasil klinis yang ragu-ragu. Pada populasi peserta HIV-1 seronegatif kami tanpa
pemburukan ginjal, kami menemukan tidak ada bukti klinis yang bermakna pd peningkatan serum kreatinin.
Studi tambahan diperlukan utk fungsi tubulus proksimal ginjal, bone mineral density dan aspek lain tentang
keamanan jangka panjang bagi profilaksis sebelum paparan berbasis TDF, termasuk keamanan pada kehamilan,
menyusui ataupun wanita dewasa dimana tingkat HIV-1 adalah tinggi. Pada pasangan yang diketahui HIV-1
serodiscordance, pengobatan ARV pada pasangan terinfeksi HIV-1 menyediakan proteksi yang kukuh transmisi
HIV-1 walaupun tidak lengkap, 25 hingga 30% infeksi HIV-1 pada pasangan serodiscordance adalah dari
pasangan terinfeksi diluar. Model matematika bisa membantu untuk membuat keputusan tentang target optimal
dan waktu pengobatan dan profilaksis sebelum paparan utk mengurangi insiden HIV-1 pada pasangan2 ini.
Strategi pencegahan HIV-1 berbasis ARV mungkin penting untuk pasangan yang berencana mempunyai anak.
Sebagai tambahan, profilaksis sebelum paparan menyediakan strategi pencegahan HIV-1 utk individu yang
tidak terinfeksi dengan pasangan yg tidak mengetahui status HIV-1 mereka atau mereka yang terinfeksi dgn
HIV-1 tetapi belum memulai ART. Pencegahan infeksi HIV-1 yang berjaya pada skala populasi memerlukan
pelbagai gabungan, biomedik berbasis fakta dan strategi tingkah laku untuk mencapai manfaat yang maksimal.
Insidens HIV-1 dalam penelitian ini adalah lebih rendah dibanding yg didapatkan pada penelitian2 sebelumnya
terhadap pasangan Afrika dgn HIV-1 serodiscordant, mengukuhkan kepentingan dan sinergi pada percobaan
HIV-1 terhadap individu dan pasangan, kaunseling mengurangi resiko dan pelayanan pencegahan lainnya,
dengan kombinasi profilaksis ARV sebelum paparan , untuk mengurangi resiko infeksi HIV-1 pada populasi
heteroseksual. Perlaksanaan profilaksis sebelum paparan yang berpotensi sebagai kayu ukur kesehatan
masyarakat memerlukan pemantauan klinis, metode untuk menggalakkan ketaatan dan memastikan akses
terhadap terapi ARV untuk individu yang terinfeksi HIV-1. Meskipun demikian, untuk membendung epidemic
HIV-1 global, strategi pencegahan HIV-1 primer yang efektif adalah sangat kritis.