Upload
vuongmien
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT,
DAN INTERNAL AUDIT TERHADA PFEE AUDIT EKSTERNAL
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2012-2014)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
ARLINIA WILIASTI
B 200130326
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
PENGARUH INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT
DAN INTERNAL AUDIT TERHADAP FEE AUDIT EKSTERNAL
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2012-2014)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh:
faktor Good Corporate Governance (Independendi Dewan Komisaris,
Independensi Komite Audit, Ukuran Komite Audit, Intensitas Pertemuan Komite
Audit dan Internal Audit) terhadap Fee Audit Eksternal pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2012-2014. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel
independensi dewan komisaris dan internal audit berpengaruh terhadap fee audit
eksternal, sedangkan variabel independensi komite audit, ukuran komite audit dan
intensitas pertemuan komite audit tidak berpengaruh terhadap fee audit
eksternalpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
Kata kunci : Independensi dewan komisaris, independensi komite audit, ukuran
komite audit, intensitas pertemuan komite audit, internal audit, fee
audit
Abstract
This study aims to provide empirical evidence of influence: Good
Corporate Governance factorsm(the Independence Board of Commissioners, the
Independence Audit Committee, the Size of Audit Committee, the Meeting
Intensity of Audit Committee, and Internal Audit) for the External Audit Fees on
the company’s Manufacturing registered BEI in 2012-2014. This Study was
conducted using secondary data. The population in this study were 30 companies
listed on the BEI during the period 2012-2014. The analytical method used is
multiple linear regression analysis by first doing a description of the data, a
classic assumption test including normality test, multicollinearity test,
heterocedasticity test, autocorrelation test, and hypothesis testing are used is
partial significance test (Uji-t), significant test simultaneous (Uji-F), and adjusted
R Square. The result of this study prove that variable independence board of
commissioners and the internal audit function did influence the external audit
fees, while variable independence audit committee, size of audit committee,
meeting intensity of audit committee did not influence the external audit fees.
Keywords: Independence board of commissioners, independence audit
committee, size of audit committee, meeting intensity of audit committee, internal
audit, audit fees
2
1. PENDAHULUAN
Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, sangat diperlukan
adanya komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya. Perekonomian
masyarakat tersebut dicerminkan dalam bentuk organisasi badan usaha yang besar
dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah menyebar ke segala pelosok
daerah dan operasinya yang sudah mejangkau secara luas bahkan sampai ke luar
negeri. Para stakeholder atau pemangku kepentingan menghendaki diadakan
pengawasan atau pengendalian terhadap perusahaan agar mereka dapat
menggunakan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan audit terhadap laporan keuangan oleh pihak ketiga
yang independen (KAP) sehingga dapat meningkatkan kualitas dari laporan
keuangan seperti yang dilaporkan oleh pihak manajemen dan dapat meningkatkan
kualitas dari informasi keuangan tersebut sehingga investor akan mendapatkan
nilai dari perdagangan sekuritas yang dilakukannya. (Hazmi dan Sudarno, 2013)
Perusahaan yang go public diharuskan untuk melakukan audit terhadap laporan
keuangan yang dimilikinya. Oleh karena itu, perusahaan tersebut harus
mengeluarkan biaya atas audit laporan keuangan yang disebut dengan biaya audit
(fee audit). Iskak (1999) dalam Desi., dkk (2014) mendefinisikan fee audit sebagai
honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas
jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.
KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan
Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan
sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang
menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan
yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi
akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa
sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Oleh
karena itu perusahaan harus mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi besar
kecilnya penetapan fee audit eksternal. (Nugrahani dan Sabeni, 2014)
3
Fee audit sendiri ditentukan melalui proses negosiasi antara pihak stakeholder
dengan KAP yang menaungi auditor tersebut dengan memperhatikan berbagai
faktor. Salah satunya adalah keberadan komisaris independen. Independensi
dewan komisaris yang semakin kuat menuntut akuntan publik untuk menhasilkan
kualitas audit yang lebih tinggi demi meningkatkan penilaian perusahaan di mata
para pemegang saham. (Sukaniasih dan Tenaya, 2016)
Selain komisaris independen fee audit juga dapat dipengaruhi oleh komite audit
dan internal audit. Goodwin-Stewart & Kent (2006) menemukan bahwa terdapat
di antara internal audit dan fee audit. Menurut Aryani (2011) terjadi
perkembangan dalam peran internal audit yaitu dari sekedar unit yang mengecek
kepatuhan, menjadi sebuah fungsi yang berperan aktif sebagai mitra bagi
manajemen dalam mendukung penerapan Good Corporate Governance.
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desi
dkk (2014). Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah : penelitian ini
menambahkan dua variabel independen yaitu, independensi dewan komisaris dan
internal audit. Alasan ditambahkannya variabel independensi dewan komisaris
dan internal audit karena dalam struktur Good Corporate Governance, selain
komite audit, dewan komisaris dan internal audit juga memiliki tanggung jawab
terhadap pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Dari uraian diatas penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi fee audit dan
bagaimana pengaruh setiap faktor terhadap fee audit. Berdasarkan hal tersebut,
maka penulis melakukan penelitian mengenai “PENGARUH INDEPENDENSI
DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT DAN INTERNAL AUDIT
TERHADAP FEE AUDIT EKSTERNAL (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2012–2014)”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji mengenai pengaruh Independensi
Dewan Komisaris, Komite Audit, dan Internal Audit terhadap Fee Audit Eksternal
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2014.
4
2. METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Deskriptif
kuantitatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan mengubah kumpulan data
mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang
ringkas.
2.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang
terdapat di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses
www.idx.co.id. Dalam penentuan sampel penelitian yaitu berdasarkan metode
purposive sampling. Adapun beberapa kriteria sampel penelitian ini, antara lain:
a. Perusahaan telah listing di BEI sejak tanggal 01 Januari 2009 sampai 31
Desember 2011 dan tidak delisting selama periode penelitian.
b. Emiten menyertakan laporan tahunan beserta laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen.
c. Mencantumkan professional fee dan jumlah rapat komite audit dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
d. Laporan keuangan tahunan dalam bentuk rupiah.
2.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder dengan melihat laporan tahunan
perushaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data
penelitian ini diperoleh dari Annual Report perusahaan selama tahun 2012 sampai
2014 yang meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan.
Data tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id.
2.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fee audit. Data
tentang fee audit akan diwakili oleh akun professional fees atau honorarium
tenaga ahli yang diperoleh dengan melihat laporan keuangan tahunan perusahaan
pada komponen beban administrasi dan umum yang tertuang pada catatan atas
5
laporan keuangan. Penggunaan professional fees disebabkan karena
pengungkapan data tentang fee audit di Indonesia masih berupa voluntary
disclosures sehingga belum banyak perusahaan yang mencantumkan data tersebut
di dalam annual report. Selanjutnya variabel akan diukur dengan menggunakan
logaritma natural dari professional fees. Variabel akan disimbolkan dengan Ln.FA
di dalam persamaan. (Wibowo dan Rohman, 2013)
2.5 Variabel Independen
2.5.1 Independensi Dewan Komisaris
Komisaris independen dipandang dapat melakukan pengawasan secara
signifikan terhadap kegiatan dan pengendalian dalam perusahaan sehingga
memerlukan informasi yang independen yang berasal dari auditor eksternal (Hay
et al., 2008 dalam Rizqiasih, 2013). Independensi dewan komisaris diukur melalui
jumlah total komisaris independen yang ada dalam dewan komisaris.
Independensi dewan komisaris akan dilambangkan dengan IDK. (Boo et al.,
2008)
2.5.2 Independensi Komite Audit
Hay et al. (2008) dalam Desi et al., (2014) menyatakan bahwa komite audit
bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan
dan pengendalian internal perusahaan serta sebagai penengah antara auditor
internal dan eksternal. Independensi komite audit diukur melalui jumlah total
komisaris independen yang ada dalam komite audit dan dilambangkan dengan
IKA. (Boo et al., 2008)
2.5.3 Ukuran Komite Audit
The Blue Ribbon Company (1999) merekomendasikan bahwa sekurang-
kurangnya terdapat tiga orang yang menjadi komite audit. Semakin banyaknya
anggota komite audit, diasumsikan bahwa semakin ketat pengawasan yang
dilakukan sehingga meningkatkan kualitas laporan tahunan yang berujung pada
menurunya audit fees. Ukuran komite audit diukur melalui jumlah total komite
audit yang ada pada perusahaan dan dilambangkan dengan UKA. (Desi et al.,
2014).
6
2.5.4 Intensitas Pertemuan
The Blue Ribbon Company (1999) merekomendasikan komite audit setidaknya
melaksanakan pertemuan sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun atau lebih sesuai
dengan keadaan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Pertemuan
komite audit diselenggaran untuk membahas jumlah pertemuan komite audit yang
diukur melalui jumlah total pertemuan yang dilakukan komite audit selama
periode akuntansi dan dilambangkan dengan PKA. (Desi et al., 2014).
2.5.5 Internal Audit
Nurika Restuningdiah (2010:359) dalam Prastuti (2013), menyatakan bahwa
keberadaan internal audit diharapkan dapat memfasilitasi keefektifan fungsi
komite audit, sesuai dengan tujuan fungsi audit adalah pemantauan terhadap
pelaporan keuangan yang merupakan tanggungjawab dari komite audit. Variabel
internal audit menggunakan variabel dummy, yaitu angka 1 untuk
mengindikasikan adanya keberadaan fungsi internal audit yang tercantum dalam
laporan tahunanan serta angka 0 untuk mengindikasikan tidak adanya fungsi
internal audit. Variabel disimbolkan dengan lambang D.IA dalam persamaan.
2.6 Metode Analisis Data
Dikarenakan variabel independennya lebih dari satu,maka pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi Berganda (Multiple
Regression). Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara fee audit
dengan variabel-variabel independen. Persamaan regresinya adalah sebagai
berikut :
Ln.FA = + β1 IDK + β2 IKA+ β3 UKA + β4 PKA + β5 D.IA + e
Keterangan:
= Konstanta
β = Koefisien Regresi
Ln.FA = Logaritma Natural Fee Audit
IDK = Independensi Dewan Komisaris
IKA = Independensi Komite Audit
UKA = Ukuran Komite Audit
PKA = Pertemuan Komite Audit
D.IA = Keberadaan Internal Audit, variabel ini diukur menggunakan
variabel dummy dengan:
7
1 : Mengindikasikan Adanya Fungsi Internal Audit
0 : Mengindikasikan Tidak Adanya Fungsi Internal Audit
e = Error
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengujian Asumsi Klasik
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,620 yang
berarti lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data
berdistribusi normal. Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa seluruh
variabel independen memiliki VIF ≤ 10 dan nilai tollerance ≥ 0,10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi
multikolinieritas. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan P > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji autokorelasi
dengan menggunakan Run Rest menunjukkan hasil bahwa nilai tes -0,03956
dengan probablitias 0,525. Karena nilai probabilitas lebih besar dari nilai
signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada model regresi tersebut tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
3.2 Pembahsan Hasil Penelitian
3.2.1 Pengaruh Independensi Dewan Komisaris (IDK) terhadap Fee Audit
(FA)
Berdasarkan uji t diketahui bahwa independensi dewan komisaris (IDK)
mempunyai nilai thitung sebesar 4,649 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel
sebesar 1,990 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa independensi dewan komisaris (IDK) berpengaruh
terhadap fee audit (FA). Penelitian tersebut membuktikan bahwa dewan komisaris
yang independen akan menuntut kualitas yang lebih tinggi dari auditor eksternal,
sehingga menyebabkan fee audit yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan dengan struktur governance yang kuat cenderung mencari jasa audit
dengan kualitas yang lebih tinggi untuk melindungi nama baik perusahaan dan
melindungi kekayaan pemegang saham. Kualitas audit yang tinggi menuntut fee
audit yang lebih tinggi pula.
8
3.2.2 Pengaruh Independensi Komite Audit (IKA) terhadap Fee Audit (FA)
Berdasarkan uji t diketahui bahwa independensi komite audit (IKA)
mempunyai nilai thitung sebesar -0,175 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel
sebesar -1,990 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,862 > 0,05. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa independensi komite audit (IKA) tidak berpengaruh
terhadap fee audit (FA). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa independensi
komite audit tidak berpengaruh terhadap fee audit eksternal. Hal ini disebabkan
adanya surat edaran dari Bursa Efek Indonesia perihal keanggotaan komite audit
yang mengatur bahwa anggota komite audit yang berasal dari komisaris
maksimum hanya satu orang dan harus merupakan komisaris independen
perusahaan, sehingga tidak terdapat variasi.
3.2.3 Pengaruh Ukuran Komite Audit (UKA) terhadap Fee Audit (FA)
Berdasarkan uji t diketahui bahwa ukuran komite audit (UKA) mempunyai
nilai thitung sebesar 0,568 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,990
dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,571 > 0,05. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa ukuran komite audit (UKA) tidak berpengaruh terhadap fee
audit (FA). Hal ini disebabkan karena adanya regulasi yang dikeluarkan oleh
BAPEPAM melalui Surat Edaran BAPEPAM SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei
2000 serta peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta melalui peraturan
KEP-339/BEJ/07-2001 yang mengharuskan perusahaanperusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta untuk memiliki komite audit.
3.2.4 Pengaruh Pertemuan Komite Audit (PKA) terhadap fee audit (FA)
Berdasarkan uji t diketahui bahwa pertemuan komite audit (PKA) mempunyai
nilai thitung sebesar 0,330 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,990
dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,742 > 0,05. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pertemuan komite audit (PKA) tidak berpengaruh terhadap
fee audit (FA). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara
kualitas audit dengan intensitas pertemuan komite audit. Kualitas audit hanya
dipengaruhi oleh keahlian komite audit. Dengan demikian maka intensitas
pertemuan komite audit tidak berpengaruh pula terhadap fee audit eksternal.
9
3.2.5 Pengaruh Internal Audit (IA) terhadap Fee Audit (FA)
Berdasarkan uji t diketahui bahwa internal audit audit (IA) mempunyai nilai
thitung sebesar nilai thitung sebesar 2,595 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel
sebesar 1,990 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,004 < 0,05. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa internal audit audit (IA) berpengaruh terhadap fee
audit (FA) Fungsi audit internal dan eksternal saling melengkapi sebagai sebuah
sarana untuk meningkatkan tingkat pengawasan. Perusahaan-perusahaan yang
memiliki komitmen tinggi terhadap penerapan Good Corporate Governance dan
kondisi internal yang baik akan memiliki tuntutan terhadap kualitas audit
eksternal yang lebih baik, sehingga mengarah pada fee audit yang lebih tinggi.
4. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris dan
internal audit berpengaruh terhadap fee audit eksternal. Sedangkan independensi
komite audit, ukuran komite audit dan intensitas pertemuan tidak berpengaruh
terhadap fee audit eksternal.
4.2 Implikasi
Hasil penelitian memberikan implikasi terhadap berbagai pihak. Bagi
perusahaan, untuk mengetahui adanya pengaruh antara independensi dewan
komisaris dan internal audit terhadap fee audit eksternal. Apabila perusahaan
mempunyai proporsi independen dalam dewan komisaris yang kuat, maka akan
menjadikan peranan dewan komisaris semakin efektif dalam melakukan fungsi
pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Sedangkan keberadaan internal
audit akan saling melengkapi dengan keberadaan eksternal audit sebagai sarana
untuk meningkatkan tingkat pengawasan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki
komitmen tinggi terhadap penerapan Good Corporate Governance dan kondisi
internal yang baik akan memiliki tuntutan terhadap kualitas audit eksternal yang
lebih baik,
10
Oleh karena itu, diharapkan bahwa proporsi independen dalam dewan
komisaris yang lebih tinggi dan keberadan internal audit akan dijadikan
pertimbangan dalam menentukan besarnya fee audit eksternal perusahaan.
4.3 Keterbatasan
Adapun keterbatasan penelitian yang ada yaitu sebagai berikut:
1. Karena keterbatasan data tentang fee audit, maka dalam penelitian ini
diterapkan penggunaan data professional fees untuk memberikan nilai pada
variabel fee audit.
2. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian hanya dari satu jenis
industri saja (perusahaan manufaktur) dan periode observasi yang digunakan
hanya menggunakan tahun 2012- 2014.
4.4 Saran
Penelitian ini memberikan saran untuk penelitian berikutnya:
1. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan perusahaan-perusahaan yang
mencantumkan data tentang fee audit daripada data mengenai professional fees
dalam laporan keuangannya sehingga lebih menggambarkan data fee audit.
2. Memperpanjang periode pengamatan dan menambahkan populasi perusahaan
dari semua jenis kategori industri dengan tetap memperhatikan perbedaan pada
faktor perbankan dan non perbankan supaya hasil penelitian dapat
digeneralisir.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Macella O. 2015. “Pengaruh Good Corporate Governance,
Karakteristik Perusahaan dan Ukuran KAP terhadap Fee Audit Eksternal”.
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. XIII No. 26.
Desi, Wiyantoro, dan Yazid. 2014. “Keterkaitan Antara Komite Audit,
Kompensasi CEO dan Manajemen Laba degan Fee Audit Perusahaan
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Simposium
Nasional Akuntansi Mataram, Lombok Universitas Mataram.
11
FCGI. 2001. “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”, Jilid II, FCGI, Edisi
ke-2.
Halim, Abdul. 2008. “Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”. AUDITING
Edisi Keempat: Sekolah Tinggi Ilmu YKPN, Yogyakarta.
Hazmi, Al M dan Sudarno. 2013. “Pengaruh Struktur Governance dan Internal
Audit Terhadap Fee Audit Eksternal Pada Perusahaan-Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI”. Diponegoro Jurnal Accounting.
Volume2, Nomor 3, ISSN (Online): 2337-3806.
KNKG. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”.
Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance.
Prastuti, Deviana Dewi. 2013. ”Analisis Pengaruh Struktur Governance dan
Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2009-1011)”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rizqiasih, Putri Diah. 2010. “Pengaruh Struktur Governance Terhadap Fee
Audit Eksternal”. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Rushtam, Sehrish., Kashif Rashid., And Khalid Zaman. 2013. “The
Realitionship Beetwen Audit Committees, Compensation Incentives and
Corporate Audit Fees in Pakistan”. Economic Modelling, Vol.31 No. 1,
pp. 697-716
Wibowo, Rahmat Haryo. 2012. “Pengaruh Struktur Governance dan Entitas
Terhadap Fee Audit (Studi Pada Perusahaan yang Listing di Indeks
Kompas 100). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Vol 2 No 1. ISSN
2089-3310.
Wibowo, Reza dan Abdul Rohman. 2013. “Pengaruh Governance Structure
dan Fungsi Internal Control Terhadap Fee Audit”. Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 2 No. 1.