Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN KEMAMPUAN MELENGKAPI WACANA RUMPANGPADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP
MUHAMMADIYAH 10 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
IRAMAYANTI
10533792015
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin (0411) 860 132 Makassar 90221
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : RISMA RAMLI
NIM : 10533 7968 15
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dengan
Menggunakan Media Audio pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 13 Makassar
Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi
persyaratan untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Juni 2019
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Wahyuningsih, S.Pd.,M.Pd
Diketahui,
Dekan Fakultas Keguruan Ketua Jurusan Prodi Bahasa dandan Ilmu Pendidikan Sastra Indonesia
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dr. Munirah, M. PdNBM. 860 934 NBM. 951 576
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin (0411) 860 132 Makassar 90221
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama Mahasiswa : RISMA RAMLI
NIM : 10533 7968 15
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dengan
Menggunakan Media Audio pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 13 Makassar
Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi
persyaratan untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Juni 2019
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Wahyuningsih, S.Pd.,M.Pd
Diketahui,
Dekan Fakultas Keguruan Ketua Jurusan Prodi Bahasa dandan Ilmu Pendidikan Sastra Indonesia
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dr. Munirah, M. PdNBM. 860 934 NBM. 951 576
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin (0411) 860 132 Makassar 90221
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : RISMA RAMLI
NIM : 10533 7968 15
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dengan
Menggunakan Media Audio pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 13 Makassar
Dengan ini Menyatakan bahwa:
Skripsi yang diajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarya dan saya
bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2019
Yang membuat pernyataan
Risma Ramli
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin (0411) 860 132 Makassar 90221
v
SURAT PERJANJIAN
Nama Mahasiswa : RISMA RAMLI
NIM : 10533 7968 15
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dengan
Menggunakan Media Audio pada Siswa kelas VIII
SMP Negeri 13 Makassar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya
menyusun sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun
skripsi saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir 1,2 dan 3, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Makassar, Juni 2019Yang membuat perjanjian
Risma Ramli
vi
Moto
Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu
Orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
Dengan beberapa derajat.....
(Q.S. 58.11)
PERSEMBAHAN:
Kupersembahkan karya kecil ini kepada:
1. Ayahanda Hudiah dan Ibunda Subaedah yang selalu memberikan
doa, motivasi dan kasih sayang yang tiada hentinya.
2. Kakakku dan adik-adikku yang selalu memberikan semangat.
3. Keluarga besarku yang selalu memberikan doa serta dukungan.
4. Seseorang yang spesial dan sahabat-sahabatku yang selalu
memberikan doa dan dukungan.
5. Teman-teman seperjuangan BSI 015 FKIP UNUSMUH
MAKASSAR.
6. Almamaterku tercinta FKIP UNISMUH MAKASSAR
ABSTRAK
IRMAYANTI. 2020 “Peningkatan Kemampuan Melengkapi Wacana RumpangPada Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Muhammadiyah 10Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I H. Andi Sukri Syamsuri dan pembimbing II Aliem Bahri.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana meningkatkankemampuan melengkapi wacana rumpang pada siswa kelas VIII denganmenggunakan teknik cloze pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPMuhammadiyah 10 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuimeningkatkan kemampuan melengkapi wacana rumpang siswa, denganmenggunakan teknik cloze pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VIIISMP Muhammadiyah 10 Makassar. Penelitian ini bersifat penelitian tindakankelas yang dilaksanakan dalam bersiklus. Setiap siklus terdapat empat tahap yaitu,tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, serta tahaprefleksi. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah10 Makassar yang berjumlah 34 orang siswa. Pengambilan data dilakukan dengantes dan nontes.
Pada tahap perencanaan siklus I dan siklus II, memiliki kemiripan padarencana pelaksanaan pembelajaran, yang berbeda adalah langkah pembelajaran.Langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum terlaksana secaramaksimal dan pada siklus II dilaksanakan secara keseluruhan. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran siklus I belum optimalyaitu 52,6%, berbeda pada siklus II yang mengalami perubahan lebih efektif yaitu85,71%. Dibuktikan pada siklus II siswa lebih antusias dan termotivasi dalammengikuti pembelajaran. Evaluasi pembelajaran pada siklus I belum optimalkarena ada beberapa langkah pembelajaran yang tidak terlaksana dengan baik danberpengaruh pada pencapaian hasil belajar sedangkan pada siklus II, langkahpembelajaran terlaksana dengan baik dan pencapaian hasil belajar siswamengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajarkemampuan melengkapi wacana rumpang dengan menggunakan teknik cloze padasiswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Makassar mengalami peningkatan.
Kata Kunci: Keterbacaan Wacana, Tes Rumpang
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Sebagai manusia ciptaan Allah subhanahuwata’ala sudah sepatutnya
penulis memanjatkan kehadirat-Nya karena atas segala limpahan rahmat dan
karunia serta kenikmatan yang diberikan kepada penulis. Nikmat Allah itu sangat
banyak dan melimpah. Bahkan jika penulis ingin melukiskan nikmat Allah
subhanahuwata’ala menggunakan semua ranting pohon yang ada di dunia sebagai
penanya dan seluruh air laut sebagai tintanya, maka ranting-ranting pohon dan air
laut akan habis dan belum cukup untuk menuliskan nikmat-Nya tersebut. Semoga
nikmat Sang Pencipta selalu dilimpahkan kepada hamba-Nya yang senantiasa
berbuat baik dan bermanfaat. Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata
untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan berhenti
bartahmid atas anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak lanhkah, serta
rasa rasio pada-Mu, Sang Khalik . Skripsi ini adalah setitik deretan berkah-Mu.
Setiap dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang
kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan
fatamorgana yang semakin dikejar semakin hilang dari pandangan. Bagai pelangi
yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. tetapi kapasitas
penulis dalam keterbatasan.Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk
membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motifasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan
ini, Segala rasa hormat,penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang
tua Hudia dan Subaeda yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan,
mendidik dan membiayai penulis dalam proses mencari ilmu.
Demikian pula, penulis mengucapkan Kepada para keluarga yang tak
hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya, kepada
Dr.H. Andi Sukri Syamsuri,M.Hum. dan Aliem Bahri, S.Pd.,M.Pd., pembimbing I
dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi
sejak awal penyusunan proposal sehingga selesainya skripsi ini.
Tiada lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada; Prof.Dr.H.
Abdul Rahman ,S.E.,M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin
Akib,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. Munirah, M.Pd.,ketua program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh dosen dan para staf
pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian
ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan
kepada kepala sekolah,guru staf SMP Muhammadiyah 10 Makassar, dan ibu Ika
Tenri Wulan, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut yang telah
memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga
mengucapkan terimah kasih kepada teman seperjuanganku risna dan dian selalu
menemaniku dalam suka dan duka,sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2015 atas
segala kebersamaan ,motivasi ,saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah
memberi pelangi dalam hidupku.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak,Mudah-mudahan dapat
memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, Januari 2020
Irmayanti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERJANJIAN
MOTO DAN PERSEMBHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian pustaka ................................................................................. 9
1. Hasil penelitian relavan ............................................................... 9
2. Kajian Teori ................................................................................ 12
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 30
C. Subjek Penelitian ............................................................................. 30
D. Desain Penelitian ............................................................................. 30
E. Instrument Penelitian ...................................................................... 36
F. Data dan Sumber Data ................................................................... 36
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 36
H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 37
I. Kriteria Keberhasilan....................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................................. 43
B. Pembahasan ...................................................................................... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................... 62
B. Saran .................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 64
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu,
kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk
dibicarakan karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan
dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa, kehidupan di dunia akan terasa begitu
suram tak berwarna. Tak ada satu pun kegiatan dalam kehidupan yang tidak
memerlukan bahasa. Bahasa adalah suatu bentuk interaksi yang dilakukan
oleh manusia untuk saling memberi atau menerima informasi. Dengan kata
lain, bahasa adalah sarana komunikasi yang utama, meskipun dalam
kenyataan bahasa tidak hanya diartikan suatu tuturan, tetapi dapat berupa
isyarat gerakan tubuh yang bertujuan agar orang lain mengerti akan suatu hal.
Bahasa sebagai bentuk komunikasi manusia menggunakan media yang
berbeda-beda.
Secara garis besar komunikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
komunikasi bahasa lisan dan komunikasi bahasa tulis. Komunikasi bahasa
lisan adalah cara penyampaian dan penerimaan informasi dari pemberi
informasi kepada penerima informasi tanpa menggunakan perantara.
Komunikasi bahasa tulis adalah proses penyampaian dan penerimaan
informasi kepada penerima informasi dengan menggunakan perantara (media)
salah satunya wacana. Kridalaksana (dalam Tarigan, 1996:25) mengatakan
bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
2
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti
terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami
oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan).
Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itu dibentuk
dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan
kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana dipenuhi apabila
dalam wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya
keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut.
Dalam wacana tulis, penyapa adalah penulis sedangkan pembaca sebagai
pesapa.
Dalam sebuah wacana, harus ada unsur penyapa dan pesapa. Tanpa
adanya kedua unsur itu, tidak akan terbentuk suatu wacana. ragam bahasa
tulis sedangkan ujaran digunakan untuk mengacu pada kalimat dalam ragam
bahasa lisan. Untuk memahami sebuah wacana, perlu diperhatikan semua hal
yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut.Ada beberapa aspek yang
berkaitan dengan kajian wacana. Aspek-aspek tersebut adalah (a) konteks
wacana, (b) topik, tema, dan judul wacana, (c) kohesi dan koherensi wacana,
dan (d) referensi dan inferensi kewacanaan kecuali dengan mengacu pada
unsur yang lain. Hubungan kohesi yang dimaksud, seperti (a) hubungan seba-
akibat, (b) referensi dengan pronomina persona dan demonstrativa, (c)
konjungsi, (d) hubungan leksikal, dan (e) hubungan struktural lanjutan,
seperti substitusi, perbandingan, dan perulangan.
Wacana tulis adalah teks yang yang berupa rangkaian kalimat yang
menggunakan ragam bahasa tulis, sedangkan wacana lisan merupakan
3
rangkaian kalimat yang ditranskrip dari rekaman bahasa lisan. Wacana tulis
dapat ditemukan dalam bentuk buku, surat kabar, artikel, makalah, dan
sebagainya sedangkan wacana lisan dapat ditemukan dalam bentuk
percakapan, khotbah, dan siaran langsung di radio atau televisi. Berdasarkan
tujuan komunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi wacana deskripsi,
eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi.
Wacana narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya pada pembaca suatu peristiwa yang
telah terjadi. Dalam wacana narasi, terdapat unsur-unsur cerita yang penting,
misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dengan cara ini, dapat dipenuhi
kebutuhan para pendengar dan pembacanya untuk memperoleh informasi
tentang kejadian itu. Antara kisah dan kisah dalam narasi selalu terdapat
perbedaan yang menyangkut tujuan dan sasarannya, misalnya narasi
ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang
bertujuan untuk memberi informasi pada pembaca agar pengetahuannya
bertambah luas, menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian,
didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional, dan bahasa
dalam narasi ekspositoris lebih condong ke bahasa informatif dengan titik
berat pada penggunaan kata-kata denotative.
Narasi sugestif adalah narasi yang disusun sedemikian rupa sehingga
mampu menimbulkan daya khayal para pembaca, menyampaikan suatu
makna atau suatu amanat yang tersirat, penalaran hanya berfungsi sebagai alat
untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar,
dan bahasa yang digunakan lebih condong ke bahasa figuratif dengan
4
menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif. Media informasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu dalam bentuk elektronik dan cetak.Dalam
bentuk elektronik, misalnya televisi, radio, tape, telepon, dan komputer.
Sedangkan media cetak, misalnya tabloid, majalah, koran, artikel, pamplet,
dan papan reklame. Surat kabar merupakan salah satu media cetak yang
memiliki keunggulan dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. Berita yang
disampaikan dikupas lebih mendalam dan lebih terinci.
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi salah satunya tampak dalam
penggunaan ragam bahasa jurnalistik. Ragam bahasa jurnalistik adalah ragam
bahasa yang digunakan oleh wartawan dalam media massa. Surat kabar
adalah alat komunikasi yang berperan sebagai sarana informasi yang telah
menjadi suatu kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Setiap hari orang
membaca surat kabar untuk mengetahui berita-berita yang sedang
berkembang atau terjadi sehari-hari. Jenis surat kabar umum biasanya
diterbitkan setiap hari. Salah satu surat kabar umum yang terbit setiap hari
adalah Kompas. Kompas adalah surat kabar yang terbit sejak 28 Juni 1965
dengan pendiri P.K. Ojong (1920-1980) Jakob Oetama. Kompas merupakan
surat kabar harian yang memuat berita-berita faktual yang jangkauannya luas,
tidak hanya di dalam negeri namun sudah mencakup internasional. Informasi
yang disajikan meliputi politik dan hukum, opini, internasional, pendidikan
dan kebudayaan, lingkungan dan kesehatan, IPTEK, umum, bisnis dan
keuangan, nusantara, metropolitan, Sumatera Utara, nama dan peristiwa, dan
olahraga.
5
Setiap wacana mengandung informasi yang merupakan misi yang hendak
dicapai. Harian Kompas, misalnya merupakan salah satu surat kabar yang di
dalamnya terdapat wacana-wacana narasi ekspositoris. Pada umumnya
pembaca hanya memperhatikan isi dari informasi yang dibaca tanpa
memperhatikan bagaimana caranya informasi itu dihasilkan. Dengan kata
lain, bagaimana seorang pencerita atau narator menemukan cara terbaik untuk
menyampaikan suatu peristiwa agar dapat dimengerti atau dipahami dengan
mudah oleh pembacanya.
Tingkat keterbacaan wacana atau tulisan sebaiknya dimulai sejak proses
penulisan. Ini berarti tingkat keterbacaan sebuah wacana atau tulisan
merupakan tanggung jawab seorang penulis bersama editor dan penerbit
tulisan dalam sebuah buku. Keterbacaan sebuah wacana atau tulisan memang
tidak semata-mata ditemukan oleh internal tulisan itu, namun ada juga aspek
ekternal yang turut berpengaruh seperti minat baca dan kebiasaan membaca.
Untuk memperkirakan tingkat keterbacaan bahan bacaan, dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai model keterbacaan. Dewasa ini
sudah ada formula-formula keterbacaan untuk memperkirakan tingkat
kesulitan sebuah wacana Tingkat keterbacaan harus serasi dengan tingkat
kemampuan siswa. Formula-formula keterbacaan seperti: reading Ease
formula, Hiuman Interen, Fog Indewks, Grafik Fry, Grafik Raygor dan
Prosedur Close (selanjutnya disebut sebagai teknik isian rumpang) dianggap
praktis dan sederhana dalam pemakaiannya (harjasujana).
Harjasujana dan Mulyati (2006: 139) menambahkan bahwa metode yang
dipandang paling berhasil diantara formula-formula keterbacaan tersebut
6
adalah prosedur close atau yang biasa disebut dengan teknik isian rumpang.
Prosedur close (teknik isian rumpang) sangat sederhana untuk dilakukan.
Wilson Taylor dalam Harjasujana (2006: 144) sebagai pengembang teknik
ini, mengatakan sebuah prosedur yang baku untuk sebuah kontruksi wacana
rumpang, yakni: (a) memilih wacana yang relatif sempurna yakni wacana
yang tidak tergantung pada wacana sebelumnya, (b) melakukan pelesapan, (c)
mengganti hal-hal yang dilesapkan dengan hal-hal tertentu, (d) memberi
salinan dari semua yang diproduksi kepada peserta teks, (e) mengingat
peserta teks untuk berusaha mengisi semua lesapan, dan (f) menyediakan
wsaktu yang cukup.
Teks wacana rumpang adalah bentuk latihan untuk menentukan kata
yang tepat untuk melengkapi paragraf.Teks yang terdapat bagian yg harus di
isi bagian yg harus diisi itu biasanya di isi dengan titik-titik. Melengkapi
wacana rumpan, sebuah wacana rumpang dapat dilengkapi dengan kalimat,
frasa, kata berimbuhan, simpulan,ungkapan, majas atau peribahasa. Wacana
yang dilengkapi dapat berupa cerita, puisi, drama, dialok, ataupun wawancar.
Kalimat frasa, kata, kata berimbuhan, simpulan, ungkapan, majas atau
peribahasa yang digunakan untuk melengkapi wacana rumpang harus
berhubungan dengan kalimat yang lain dalam paragraph tersebut.
Cerita rumpang adalah cerita yang belum selesai atau cerita yang belum
lengkap. Melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) merupakan
bagian menulis cerita (narasi).narasi adalah cerita yang menyajikan
serangkaian peristiwa.cerita ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian
menurut urutan terjadinya (kronologi), dengan maksud memberi arti kepada
7
sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik
hikmah dari cerita itu.
Sebuah cerita terdiri beberapa paragraf-paragraf yang saling terkait,
jika dihilangkan beberapa kalimat dari paragraf itu maknanya tidak akan
utuh. Dalam melengkapi cerita rumpang, harus disesuaikan dengan isi cerita
atau kalimat sebelum atau sesudahnya agar cerita menjadi padu. Pada siswa
kelas VIII SMP Mthammadiyah 10 Makassar ditemukan permasalahan-
permasalahan yang terkait kurangnya pemahaman dalam melengkapi wacana
rumpang. Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu
ada siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu
mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam membantu peningkatan
pemahaman siswa dalam melengkapi wacana yang rumpang. Guru akan
mengulangi materi tersebut dan memberikan contoh yang akan dimengerti
oleh siswa kemudian memberikan tugas rumah dan bagaimana untuk
mengupayakan potensi siswa itu sendiri dalam rangka membantunya menuju
peningkatan hasil belajar di sekolah. Guru tidak dapat dibiarkan berlarut-larut
dan harus dicari solusi terbaik yang memungkinkan siswa dapat memahami
wacana rumpang agar mencapai belajar yang optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka cukup beralasan penulis melakukan
penelitian dalam kemampuan melengkapi wacana rumpang pada siswa kelas
VIII SMP Muhammadiyah 10 Makassar.
8
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah ‘‘Bagaimana
kemampuan siswa melengkapi wacana rumpang di kelas VIII SMP
Muhammadiyah 10 Makassar”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan melengkapi
wacana rumpang di kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Dari segi siswa bermanfaat untuk mengetahui tingkat kemampuan untuk
melengkapi wacana rumpang.
2. Dari segi peneliti, penelitian ini bermanfaat terhadap pentingnya
menguasai materi ajar dalam melengkapi wacana rumpang sebagai bekal
sebagai pendidik di sekolah.
3. Dari segi guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia, peneliti ini
bermanfaat dalam upaya memiliki bahan ajar yaitu kemampuan
melengkapi wacana rumpang yang sesuai sehingga dapat meningkatkan
mutu pembelajaran di sekolah
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian yang Relavan
Penelitian yang relevan di lakukan sebelumnya sebagai bahan acuan dalam
penelitian ini. Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
ini di antaranya:
a. Tirta (2012) dengan judul penelitian Meningkatkan Kemampuan Siswa
Dalam Melengkapi Kalimat Rumpang Melalui Permainan Tebak Kata di
Kelas II SDB Al-huda Kota Selatan Kota Gorontalo. Penelitian ini bermaksud
untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Melengkapi Kalimat
Rumpang Melalui Permainan Tebak Kata di Kelas II SDB Al-huda Kota
Selatan Kota Gorontalo, dengan jumlah siswa 19 orang laki-laki 12 orang dan
perempuan 7 orang. Pada penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus masing-
masing siklus satu kali pertemuan.Pada observasi awal kemampuan siswa
sangat rendah siswa yang tuntas hanya 2 orang atau 11% dan yang mendapat
nilai rendah 17 orang atau 89%, pada siklus I siswa yang tuntas 7 orang atau
37 % dari observasi awal ke siklus 1 hanya meningkat 69% jadi kemampuan
siswa belum memenuhi indikator capaian sehingga dilanjutkan ke siklus II,
pada siklus II kemampuan siswa dalam melengkapi kalimat rumpang
meningkat menjadi 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model tebak kata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
melengkapi kalimat rumpang.
10
b. Umi (2011), dengan judul penelitian peningkatan keterampilan menulis cerita
rumpang dengan menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing
pada siswa kelas iv sdn mancasan 4 kecamatan baki kabupaten sukoharjo.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita
rumpang melalui model kooperatif tipe Kancing Gemerincing pada siswa
kelas IV SD Negeri Mancasan 4 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam
penelitian ini adalah keterampilan menulis cerita rumpang, sedangkan
variabel tindakan yang digunakan adalah model kooperatif tipe Kancing
Gemerincing. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri
dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa
kelas IV SD Negeri Mancasan 4. Tehnik pengumpulan data menggunakan,
observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Tehnik analisis data
menggunakan tehnik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen
analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau
verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada
peningkatan keterampilan menulis cerita rumpang setelah diadakan tindakan
kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe Kancing Gemerincing. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilam siswa dari sebelum
dan sesudah tindakan. Pada siklus I menunjukkan peningkatan keterampilan
menulis cerita rumpang dengan rata-rata nilai 67,63 dan prosentase siswa
yamng mencapai KKM sebanyak 68,42 %. Pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 73,68 dengan ketuntasan klasikal 89,42%.
11
c. Rida (2015), dengan judul penelitian Keterampilan menulis terutama dalam
keterampilan melengkapi cerita harus dilakukan sejak dini. Pembelajaran
keterampilan menulis di sekolah dasar umumnya memiliki berbagai masalah,
di antaranya adalah kemampuan siswa dalam menempatkan kata dalam cerita
yang kurang paduan kurangnya media pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Salah satu media untuk meningkatkan keterampilan menulis,
khususnya melengkapi cerita rumpang adalah media flashcard. Flashcard
adalah kartu belajar, berupa kartu kata/kalimat berukuran 9 X 15 cm yang
berisi kata atau kalimat yang membantu mengingatkan atau mengarahkan
siswa untuk melengkapi cerita rumpang agar menjadi runtut dan padu serta
membentuk sebuah cerita yang utuh dan memiliki kesatuan makna. Penelitian
ini Dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu(1) pratindakan(2) tahap siklus I,dan
(3) tahap siklus 3. Setiap aspek melibatkan tiga aspek proses pembelajaran,
yaitu (1) keseriusan menyimak, (2) keaktifan, dan (3) ketepatan waktu
mengerjakan soal. Sementara itu, penentuan hasil pembelajaran juga
melibatkan tiga aspek, yaitu (1) kelengkapanisi, (2) kepaduan kata/kalimat,
dan (3) ketepatanejaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor
ketiga aspek pada proses dan hasil pembelajaran memeroleh skor sangat baik.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan skor mulai dari pratindakan,
siklus I, dan II dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan.
12
2. Kajian Teori
a. Kemampuan
Dalam kamus bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan berasal dari kata
“mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,
berada, kaya, mempunyai harta belebihan). Kemampuan adalah suatu
kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila
ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan juga bisa
disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris
“competence” yang berarti ability, power, authority, skill, knowledge, dan
kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetensi dari kata
competent yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas untuk melakukan
sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.
Yusdi (2011), Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain
pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas
dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya. Pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang
merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan
digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu;
13
1) Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas mental, berpikir, menalar dan memecahkan
masalah.
2) Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina,
keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa.
b. Wacana
1. Pengertian Wacana
Sampai saat ini batasan atau definisi wacana yang dikemukakan para ahli
para ahli masih beragam. Antara definisi yang satu dengan yang lain terdapat
perbedaan-perbedaan. Hal ini disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda
dari oleh para ahli bahasa, namun harus diakui pula bahwa selain terdapat
perbedaan juga terdapat persamaan-persamaan antara definisi-definisi
tersebut.
Dari segi etimologi kata wacana berasal dari bahasa sankrit, yaitu vecewa
yang bertalian dengan kata baca dalam bahasa Indonesia menjadi wacana
yang berarti ucapan dan percakapan porwadarminta (Sugira Wahid, 1996: 8).
Di samping pengertian wacana dari segi etimologi diatas, banyak para ahli
yang, mendefinisikantentangwacana. Wacana diartikan secara sederhana, oleh
Porwadarminta (dalam Sugira. 1996: 5-6), wacana atau discourse diartikan
dengan “Connected speech or writing consisting of more than one sentence”.
Menurut pengertian ini dapat berupa wacana lisan dan dapat juga berupa
tulisan, tetapi persyaratan dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh pleh
14
sebuah kalimat. Pengertian ini dilengkapi lagi dengan bentuk kedua yang
menambahkan bahwa yang diungkapkan dalam wacana itu pasti menyangkut
suatu hal dan pengungkapannya berjalan menurut tata cara yang benar.
Lain halnya lagi dengan apa yang diungkapkan oleh Samsudin dkk,
(1997:6), beliau mengatakan bahwa wacana adalah rekaman kebahasaan yang
utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi dalam bahasa lisan maupun
dalam bahasa tulis. Dilihat dari posisinya dalam tataran bahasa, wacana
merupakan wujud pemakaian bahasa, yang melampaui tataran kalimat. Dalam
kaitannya dengan hal ini,kalimat-kalimat adalah komponen-komponen
kontruksi wacana Bell (dalam Suriga Wahid,1996: 9), lain halnya lagi dengan
Kridalaksana, beliau melihat wacana dari segi keutuhannya. Beliau
mengartikan bahwa wacana adalah satuasn lingual terlengkap dan merupakan
perwududan pemakaian bahasa yang utuh. Dalam hirarki gramatikal wacana
merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Wacana biasanya
terealiasasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri
eneyelopedia, dsb), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang
lengkap (Sugira Wahid, 1996:9).
Wahab (1991:128) wacana adalah organisasi bahasa yang lebih luas dari
kalimat atau klausa. Wacana dipandang sebagai satuan bahasa yang lebih luas
dari kalimat atau klausa. Padahal wacana belum tentu berwujud rangkaian
kalimat. Wacana dapat berupa satuan bahasa bermakna yang memiliki
konteks dan menyampaikan gagasan.
Crystal (1985), wacana berarti rangkaian sinambung kalimat yang lebih
luas daripada kalimat.Wacana tidak berupa satuan bahasa yang lebih luas dari
15
kalimat karena wacana terdiri atas satuan bahasa bermakna yang memiliki
konteks dan menyampaikan gagasan. Sedangkan menurut Alwi dkk (2003:
419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan.
Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana
dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kalimat. Definisi wacana menurut Alwi, wacana hanya
tentang hubungan antara proposisi satu dan proposisi lain. Ia juga
berpendapat bahwa wacana terdiri atas sederetan kalimat yang berkaitan
padahal wacana belum tentu terdiri atas kalimat-kalimat. Wacana bisa juga
berupa satuan bahasa bermakna seperti kata yang memiliki konteks serta
menyampaikan suatu gagasan.
Amirudin (2006:31), menyebutkan wacana adalah satuan bahasa yang
membawa amanat yang lengkap. Berdasarkan pengertian wacana menurut
Oka dan Suparno, wacana terdiri atas satuan bahasa apa pun yang memiliki
amanat atau gagasan. Definisi wacana ini kurang lengkap karena tidak
disebutkan konteks, padahal konteks berperan penting dalam membentuk
sebuah wacana. Satuan bahasa bermakna dapat membentuk wacana bila
disertai konteks dan mengandung gagasan.
Tarigan (1987:9) mendefinisikan wacana merupakan satuan bahasa
terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau dengan klausa dengan koherensi
tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata
disampaikan secara lisan atau tertulis. Pada dasarnya definisi para ahli yang
dikemungkakan di atas memiliki sebuah konsep yang sama yakni wacana
16
merupakan satuan bahasa yang terlengkap. Dalam penelitian ini konsep
wacana yang digunakan mengacu Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam
Porwadarminta, 2001: 1256) dinyatakan bahwa wacana adalah:
a) Komunikasi verbal atau percakapan
b) Keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan
c) Satuan bahasa yang terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan
atau laporan utuh seperti novel, buku, artikel, dan pidato/khutbah
d) Kemampuan berpikir secara sistematis
e) Pertukaran ide secara verbal
Mengacu dari uraian di atas, dari berbagai pendapat para ahli dan kamus
besar bahasa Indonesia, maka dapat disimpulkan pengertian wacana sebagai
acuan dalam penelitian ini, yakni wacana adalah satuan bahasa yang besar
(terlengkap) yang direalisasikan dalam bentuk karangan utuh berupa
buku/artikel yang terukur tingkat keterbacaannya sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran bahasa indonesia.
2. Persyaratan Wacana
Sejumlah persyaratan lain yang menentukan terbentuknya wacana, antara
lain;
a. Topik, mengacu pada hal yang dibicarakan dalam wacana.
b. Tuturan untuk mengungkap topik beserta jabatan jabatan pengungkap
topik yang bersangkutan. Tuturan pengungkap topik yang dimaksut adalah
berupa kalimat-kalimat atau untaian kalimat yang membentuk teks bacaan.
c. Kohesi dan Koherensi, kohesi merupakan hubungan hubungan formal
(hubungan yang tampak pada bentuk), hubungan tersebut ditandai dengan
17
penanda-penanda lahir yakni penanda yang menghubungkan apa yang
dinyatakan sebelumnuya dalam wacana yang bersangkutan, sedangkan
koherensi merupakan hubungan struktur antara kalimat dalam
wacana,yakni hubungan serasi antara proposisi yang satu dengan yang lain
(Harjasujana, 2006:1-44).
3. Macam-macam wacana
a. Berdasarkan jenis wacana
1) Wacana lisan
Wacana langsung; kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh
intonasi.
2) Wacana tulis
Wacana tidak langsung; pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip
harfiah
3) Wacana prosa, puisi, dan drama
(a)Wacana prosa: wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana
prosa ini dapat tertulis atau lisan, langsung atau tidak langsung.
(b)Wacana puisi: wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi baik
secara lisan maupun tulis.
(c)Wacana drama: wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam
bentuk dialok tertulis maupun lisan.
4. Jenis-jenis Wacana Bahasa Indonesia
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi
empat yaitu;
18
a. Wacana Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau
peristiwa.Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik,
alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Contoh: “Biasanya orang singgah ke restoran ingin mencari makanan
enak, mereka ingin mengenyangkan perut yang lapar dengan menyantap
hidangan yang tersedia”.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan
tujuan lebih variatif. mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan
perut tapi juga berusaha “mengenyangkan” mata. Di tengah hiruk pikuk
bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke tempat makan
sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya
kalangan tertentu ini. Pengusaha restorans tak lagi sekedar menyediakan
menu makanan enak bagi pengunjung. Akan tetapi menyediakan fasilitas
lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan yang menampilkan
acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu yang
diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung. dengan adanya
inovasi tadi maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. sehingga roda
usaha bisnis restoran terus bergerak. Salah satu cara agar pengunjung
mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan mendesain inding restoran
agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di dinding
restoran. Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran,
19
kini menjadi tren baru beberapa restoran. Kalau dulu untuk menikmati
sebuah karya seni orang perlu mengunjungi sebuah galeri lukisan, sekarang
seiring dengan perubahan zaman, cukup datang ke restoran, duduk santai
dan rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni. Ternyata adanya restoran
yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi.
b. Wacana Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan
hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai
kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan,
fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2
macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi
faktual/ekspositoris.
Contoh : “SMPku Masa Depanku. SMP Negeri 3 Pasilambena Kabupaten
Kepulauan Selayar merupakan SMP satu-satunya di Pasilambena. SMP
Negeri 3 Pasilambena Kabupaten Kepulauan Selayar lahir pada bulan Maret
2007. SMP Negeri 3 Pasilambena Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai
jumlah murid kurang lebih 131 siswa dan mempunyai 3 lapangan, yaitu
lapangan volly, lapangan sepak bola, dan lapangan badminton. Luas smansa
kurang lebih 3 hektare dan memiliki 3 kelas serta 10 guru mata pelajaran.
SMP saya juga memiliki kantin dan bermacam-macam makanan. Ketika bel
istirahat berbunyi, kanti di SMPku sangatlah ramai hingga siswa-siswi pun
harus berdesak-desakan untuk membeli makanan.kantin Smansa menjual
bermacam-macam makanan seperti gorengan,bakso dan masih banyak lagi
Ketika kantin ini ramai, suasaana pun menjadi sangat panas, berisik dan kotor.
20
Kantin di SMPku sungguh sempit sedangkan muridnya sangatlah banyak,
sehingga kantin ini pun menjadi hiruk-pikuk”.
c. Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan
secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi
dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi
biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-
makalah untuk seminar, simposium, atau penataran. Tahapan menulis
karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan
dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun
kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
Contoh: “Yang Kedua bagi American Airlines. Jatuhnya pesawat
berkapasitas 266 penumpang airbus A300- 600 merupakan peristiwa kedua
bagi American Airlines beberapa detik lepas landas dari bandar udara
internasional O’Hare Chicago, tiba-tiba mesin kiri lepas dari dudukannya.
Pilot tidak bisa mengendalikan pesawat akibat keseimbangan pesawat
mendadak berubah dengan jatuhnya mesin berbobot sekitar 5 ton. Pesawat
mendarat dan menghujam tempat parkir kendaraan 31 detik kemudian dan 271
penumpang plus awak tewas seketika. Kecelakaan lain menyangkut mesin
copot dialami oleh pesawat kargo El-Al milik flag carier Israel, 4 Oktober
1992. Mesin nomor empat atau yang paling ujung pada sayap kanan, tiba-tiba
21
lepas akibat dua fuse-pin (baut kedudukan mesin) lepas. disusul kemudian
oleh mesin nomor tiga. Mendadak kehilangan dua mesin, pilot tidak dapat
mengendalikan pesawat dan menabrak gedung bertingkat di Amsterdam,
Belanda. Empat awak tewas berikut 47 penghuni flat yang ditabrak”.Sumber:
Kompas, 15 November 2001.
d. Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau
penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah
berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Tahapan
menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik
permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan
berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun
kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
Contoh: “Pengaruh Narkoba Terhadap Perkembangan Generasi Bangsa.
Dewasa ini narkoba menjadi masalah serius di belahan dunia manapun.
Banyak kasus narkoba yang susah diselesaikan. Narkoba (Narkotika,
Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah zat yang jika
dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atu perasaan, dan perilaku
22
seseorang. Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkoba yaitu, zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantung”.
5. Karakteristik wacana
Wacana merupakan medium komunikasi ferbal yang bisa diasumsikan
dengan adanya penyapa (pembicara dan penulis) dan pesapa (penyimak dan
pembaca).
a. Ciri-Ciri Wacana
1) Satuan gramatikal
2) Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3) Untaian kalimat-kalimat
4) Memiliki hubungan proposisi
5) Memiliki hubungan koherensi
6) Memiliki hubungan kohesi
7) Medium bisa lisan maupun tulis
8) Sesuai dengan konteks
b. Unsur pembentuk wacana
Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur
ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi
social (konfersasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan
paragraf).
23
c. Konteks dan ko-teks
Wacana merupakan bangunan semantis yang terbentuk dari hubungan
semantis antar satuan bahasa secara padu dan terikat pada konteks.Ada
bermacam-macam konteks dalam wacana.Wacana lisan merupakan kesatuan
bahasa yang terikat dengan konteks situasi penuturnya. Konteks bagi bahasa
(kalimat) dalam wacana tulis adalah kalimat lain yang sebelum dan
sesudahnya, yang sering disebut ko-teks. Teks dalam berbagai tingkatan.
Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan
tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan.
6. Melengkapi Cerita Rumpang
Cerita rumpang adalah cerita yang belum selesai atau cerita yang belum
lengkap. Melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) merupakan
bagian menulis cerita (narasi). Narasi adalah cerita yang menyajikan
serangkaian peristiwa.cerita ini berusaha menyampaikan serangkaian
kejadian menurut urutan terjadinya (kronologi), dengan maksud memberi arti
kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat
memetik hikmah dari cerita itu.
Sebuah cerita terdiri dari beberapa paragraf-paragraf yang saling terkait,
jika dihilangkan beberapa kalimat dari paragraf itu maknanya tidak akan
utuh. Dalam melengkapi cerita rumpang, harus disesuaikan dengan isi cerita
atau kalimat sebelum atau sesudahnya agar cerita menjadi padu. Untuk
melengkapi cerita rumpang, bisa ditambahkan tokok-tokoh cerita yang bisa
kamu buat sendiri.
24
7. Formula Keterbacaan Wacana
Ada beberapa formula keterbacaan wacana yang dapat digunakan
seorang pengajar atau guru bahasa Indonesia untuk mengukur keterbacaan
wacana. Seperti Grafik Fry, Grafik Raygor, dan prosedur close (teknik isian
rumpang). Prinsip-prinsip dasar ketiga formula keterbacaan diatas adalah
sebagai berikut.
a. Model Grafik Fry
Grafik Fry pertama ditentukanoleh Edward Fry yang dipublikasikan pada
tahun 1997 dalam majalah “Journal or Reading”. Grafik yang asli dibuat
pada tahun 1968.
Langkah-langkah atau cara menggunakan grafik fry dalam wacana adalah
sebagai berikut:
1) Memilih wacana yang terdiri dari 100 kata
2) Hitungan jumlah kalimat dari seratus kata tersebut hingga berpuluhan
terdekat
3) Hitungan jumlah suku kata dari wacana sampel yang memiliki 100 kata
yang sudah dipilih di langkah awal
4) Perhatikan grafik fry, kolom tegak lurus menenjukan jumlah suku kata
persatuan kata dan baris mendatar merupakan jumlah kalimat perseratus
kata
b. Grafik Raygor
Formula keterbacaan grafik Raygor pertama diperkenalkan oleh Alton
Raygor. Petunjuk penggunaan grafik Raygor adalah sebagai berikut.
25
1) Hitung 100 buah perkataan atau kata dari wacana yang akan diukur
tingkat keterbacaannya.
2) Menghitung jumlah kalimat sampai per sepuluh terdekat.
c. Prosedur Closed (Teknik Isian Rumpang)
Prosedur close (teknik isian rumpang), diperkenalkan oleh Wilson
Taylor (1953) dengan nama “close procedure”. Seperti yang dijelaskan
oleh Sadtono (dalam Harjasujana dan Mulyati, 2006: 139), istilah
“closure: mengandung makna sebagai persepsi (penglihatan dan
pengertian) yang penuh atau komplet dari gambar atau keadaan yang
sebetulnya tidak sempurnah. Taylor sendiri mendefinisikan prosedur close
adalah metode penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau
pembicara), mengubah pola bahasa dengan jalan melesapkan bagian-
bagiannya dan menyampaikan kepada si penerima sehingga mereka berupa
untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang
menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang dapat
dipertimbangkan.
Dalam kaitannya dengan keterampilan membaca Hittlemen (dalam
Harjasujana dan Mulyati, 1996: 140), menjelaskan teknik isian rumpang
sebagai sebuah teknik penghilangan katakata secara sistematis dari sebuah
wacana. Pembaca diharapkan dapat mengisi katakata yang hilang tersebut
dengan katakata yang sesuai. Hittlemen memandang teknik isian rumpang
ini dipandang sebagai alat untuk mengukur keterbacaan wacana.
Kriteria pembuatan wacana rumpang sangat banyak diungkapkana para
ahli, Wilson Taylor misalnya mengusulkan sebuah prosedur yang baku
26
untuk sebuah kontruksi wacana rumpang. Usulnya meliputih hal-hal
sebagai berikut.
1) Memilih satu wacana yang relatif sempurnah yang ini wacana yang
tidak tergantung pada informasi sebelumnya .
2) Melakukan penghilangan atau pelesapan setiap kata ke-5, tanpa
memperhatikan fungsi kata-kata yang dihilangkan atau dilesapkan
tersebut.
3) Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan dengan tanda-tanda
tertentu, misalnya tanda mendatar (-------) yang sama panjangnya.
4) Memberi salinan dari semua bagian yang diproduksi kepada siswa
atau peserta teks.
5) Mengingatkan kepada siswa untuk berusaha mengisi semua lesapan
dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap wacana,
memperhatikan konteks wacana, dana memperhatikan kata-kata
sisanya.
6) Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan
kepada siswa menyelesaikan tugasnya (Harjasujana dan Mulyati,
1996:144-145).
Khusus mengenai strategi pelesapan kata, banyak ahli yang berbeda
pendapat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang
mengenai dampak yang ditimbulkan dari pelesapan dimaksu.secara
umum, pendapat mereka mengenai pelesapan ini dapat di kelompokan
dalam dua kelompok besar yakni, (1) pelesapan setiap kata ke – n, dan
(2) pelesapan kata secra selektif dan random.Farr dan Roser (dalam
27
Harjasujana dan Muliyati, 1996: 145) misalnya, mengusulkan strategi
pelesapan pada setiap kata ke – n tidak termasuk angka dan singkatan,
lain halnya yang di sarankan oleh Jongsama, beliau mengusulkan
penentuan lesapan tidak mempertimbangkan kesistematisan tapi di
lakukan secara acak.
Di samping pandangan di atas, ada juga ahli yang berpendapat
berbeda tentang persoalan ini.John misalnya mengajukan variasi lesapan
itu dengan ketentuan setiap kata sifat ke – 10, sementara Rhodes
mengajukan variasi lesapan pada setiap kata kerja yang ke-10
(Hardjasujana dan Mulyati, 2006: 145).
Untuk menghindari interpretasi kriteria pelesapan maka dalam
wacana isian rumpang penelitian ini menggunakan kriteria yang di
ungkapkan oleh Farr dan Roser, yaitu pelesapan setiap kata ke -5 (kecuali
angka dan singkatan) sebagai pedoman dalam pembuatan wacana
rumpang untuk menganalisis wacana di maksud.
Contoh :
Anak perlu di kenalkan pada alam sekitarnta sekini mungkin. Ini penting
untuk perkembangan … (1) … dan emosinya. Anda dapat … (2) …
proses mekarnya, bunga dan … (3) … aneka warna pada bunga …(4) …
kepada anak yang lebih … (5) … anda dapat menceritakan bentuk … (6)
… warna bunga yang indah …(7) … bauhnya yang harum, dan …(8) …
membuat serangga tertarik dan …(9). Untuk menghisap madu.
Untuk menguatkan argumen tentang kriteria pembuatan wacana
rumpang, dan teknik pelesapan, akan di ungkapkan pendapat John
28
Haskall (dalam Hardjasujana dan Mulyati, 1996: 146) kontruksi wacana
rumpang adalah sebagai berikut.
Memilih satu teks wacana yang panjangnya lebih 250 – 350 kata.
a) Biarkan kalimat pertama dan yang terakhir utuh
b) Mulailah menghilangkan itu pada kalimat kedua, yakni pada semua
kata ke- 5, pengosongan di tandai dengan garis lurus mendatar atau
titik.
c) Jika kebetulan kata ke-5 jatuh pada kata bilangan, janganlah
melakukan lesapan pada kta tersebut. Biarkan kata itu hadiar dengan
utuh, sebagai gantinya mulailah kembali dengan hitungan ke-5
berikutnya.
B. Kerangka Pikir
Materi Bahasa Indonesia kelas VIII SMP merupakan mata pelajaran yang
terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara,
dan menulis. Salah satunya merupakan satu kesatuan kompetensi dalam
berbahasa. Di akhir pembelajaran, siswa diharapkan mampu menguasai empat
keterampilan berbahasa melalui serangkaian kegiatan yang dikemas dalam
berbagai kompetensi dasar yang sudah ditentukan berdasarkan tingkat satuan
pendidikan. Materi Bahasa Indonesia kelas VIII SMP ini berorientasi pada siswa
sehingga menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Siswa diarahkan
untuk dapat belajar mandiri, baik secara individual maupun berkelompok, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Format penyajian dan bahasa yang dialogis
29
diharapkan mampu merangsang siswa untuk mempelajari materi Bahasa
Indonesia kelas VIII SMP ini.
Bagan Kerangka Pikir
MenulisMenyim Membaca
Keterampilan membaca
Membaca
Menjawab Soal WacanaWacana Isian Rumpang
Peningkatan Kemampuanmelengkapi wacana rumpang padapelajaran bahasa Indonesia kelasVIII SMP Muhammadiyah 10Makassar
Keterampilan berbahasa
Analisis
Berbicara
Hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Ressearch) karena penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa yang terbatas dengan melakukan penelitian langsung pada
objeknya. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996:15)
penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil pengamatan (observasi),
dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral
berikutnya.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka
peningkatan kualitas di berbagai bidang. Sebelum melakukan penelitian,
peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa
Indoonesia. Kriteria kelas penelitian adalah salah satu kelas yang memiliki
kendala dalam kemampuan melengkapi wacana rumpang pada pelajaran
Bahasa Indonesia.
29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di sekolah SMP Muhammadiyah 10
Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian
ini selama dua bulan mulai dari bulan Juli sampai bulan September 2019.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang variabel melekat, dan
yang dipermasalahkan dalam penelitian (Suandi, 2010). Subjek penelitian
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 10
Makassar dengan jumlah 34 orang siswa, terdiri dari siswa laki-laki 14 orang
dan 20 orang siswa perempuan. Subjek lainnya yaitu guru mata pelajaran di
kelas tersebut. Peneliti memilih subjek penelitian di kelas dikarenakan
kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran khususnya mata
pelajaran melengkapi wacana rumpang masih sangat rendah.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak berita
pada siswa melalui media audio. Model PTK yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan dari model
Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas
empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di
implementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti
dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996)
30
penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil pengamatan (observasi),
dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral
berikutnya. Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Taggart dapat digambarkan dengan diagram alur berikut ini.
BAGAN 2 (MODEL PTK KEMMIS & TAGGART)
Refleksi awal
Perencanaantindakan 1.1, 1.2
Observasi
Pelaksanaantindakan
Refleksi
Perencanaantindakan 2.1, 2.2
Refleksi
Pelaksananantindakan
Observasi
31
Selanjutnya diikuti perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan tes melengkapi wacana rumpang untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, yang dilanjudkan dengan membagi
angket kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui proses,
kendala, dan tanggapan terkait pembelajaran menulis yang biasa
dilakukan. Peneliti dan guru kolabolator melakukan diskusi untuk
mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
melengkapi wacana rumpang.
Setelah ditemukan solusi untuk menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) melengkapi wacana rumpang mengatasi kendala
tersebut. Peneliti dan guru kolabolator juga menyiapkan media
pembelajaran dan menyiapkan instrumen berupa tes, angket, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, alat dokumentasi, dan catatan
lapangan untuk mengamati jalannya pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Implementasi tindakan yang akan diterapkan pada penelitian
tindakan kelas ini adalah dengan penerapan teknik kancing gemerincing
dalam pembelajaran melengkapi wacana rumpang. Langkah-langkah
pembelajaran melengkapi wacana rumpang dengan penerapan teknik
kancing gemerincing dapat dideskripsikan sebagai berikut.
32
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
b) Wacana rumpang dibagikan kepada masing-masing siswa, kemudian
siswah menelaah dan membaca wacana tersebut dengan maksud
mengatahui wacana tersebut.
c) Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang sama untuk memikirkan kalimat-kalimat yang tepat dan
memadukan kalimat dengan kalimat sehingga wacana tersebut
menjadi runtut.
d) Kacing-kancing dalam kotak dibagikan kepada siswa masing-masing
mendapatkan dua buah kancing.
e) Guru memberikan penjelasan teknik melengkapi wacana rumpang
dengan berdiskusi mengunakan media kancing sebagai berikut:
(1) Semua anggota kelompok harus mengemukakan pendapatnya
yaitu kalimat yang tepat untuk melengkapi wacana rumpang
sehingga wacana menjadi padu.
(2) Jika salah satu sedang berbicara mengemukakan pendapatnya,
maka siswa yang lain harus mendengarkan pendapat teman
tersebut dan yang telah berbicara mengemukankan pendapatnya
harus menyerahkan salahsatu kancingnya ketengah-tengah
kelompok.
(3) Jika kancing yang dimiliki seseoranag siswa telah habis, dia tidak
boleh berpendapat lagi sampai rekan-rekannya juga
menghabiskan kancing mereka.
33
33
(4) Jika kancing dimiliki oleh siswa dalam satu kelompok sudah
habis,sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil
kesempatan untuk membagikankancing lagi dan prosedur atau
caranya diulangi lagi.
f) Guru menugaskan siswa untuk melengkapi wacana rupang dengan
teknik kancing gemerincing yang telah dijelaskan.
g) Siswa melengkapi wacana rumpang dengan bimbingan guru.
h) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya.
i) Setelah siswa dalam kelompoknya menyelesaikan tugas melengkapi
wacana rumpang, maka kelompok tersebut harus mengoreksi hasil
tulisanya.
j) Setelah semua kelompok telah mengoreksi, maka setiap kelompok
mendapat kessempatan untuk memamerkan hasil keraja pada
kelompok lain dengan teknik keliling kelompok.
k) Setiap kelompok berkesempatan membaca hasil menulis wacana dari
tiap-tiap kelompok, hal ini dimaksudkan agar dapat mengapresiasi
hasil karya orang lain.
l) Guru melakukan penilaian terhadap hasil siswa dalam menulis
melengkapi wacana rumpang dan menilai kelompok yang kerjanya
bagus.
m) Diakhir kegiatan yaitu diskusi untuk memberi tanggapan terdap hasil
karya orang lain.
n) Merefleksikan hasil kegiatan siswa
34
o) Siswa bersama guru membuat kesimpulan keunggulan :
(1) Suasana pembelajaran menulis lebih inovativ, sehingga siswa lebih
tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
(2) Memotivasi siswa bersaing dengan sehat.
3. Observasi
Observasi dilakuan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan pada tahap
pelaksanaan. Mahasiswa peneliti mengamati dengan seksama suasana
pembelajaran, reaksi siswa dan peran guru dalam pelaksanaan melengkapi
wacana rumpang. Aktivitas siswa menjadi fokus utama pengamatan, baik
peran serta dalam kelompok maupun setelah terlepas dari kelompoknya.
Berikut hal-hal yang dilakukan mahasiswa peneliti saat proses pembelajaran
berlangsung.
a) Mengamati segala sesuatu yang dilakukan siswa di dalam kelas yang
berkaitan dengan kegiatan melengkapi wacana rumpang.
b) Mengamati guru, bgaimana guru memberi pengajaran,bimbingan, dan
motivasi kepada siswa dalam melakukan pembelajaran melengkapi
wacana rumpang dengen mengunakan teknik kacing gemerincing.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan dilakukan. Hal-hal
yang direfleksi meliputi data dari angket, catatan lapangan, wawancara,
dan lembar pengamatan. Berdasarkan refleksi inilah peneliti dan guru
kolaborator menilai tingkat keberhasilan melengkapi wacana rumpang
35
dengen teknik kancing gemerincing. Peneliti dan guru kolaborator
berdiskusi untuk memahami proses dan kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk merevisi proses
belajar-mengajar pada siklus selanjudnya.
E. Instrumen Penelitian
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrument
pengumpulan data, yaitu peneliti sebagai instrumen kunci, dilengkapi
pedoman observasi, dan pedoman tes. Pedoman Observasi merupakan
pedoman bagi peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran, yaitu tahap membaca. Sedangkan pedoman tes berisi pedoman
untuk melakukan tes terhadap siswa yaitu melengkapi wacana rumpang.
F. Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh berupa nilai tes kemampuan
kognitif dan sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Data
tersebut diperoleh melalui observasi, dan tes hasil belajar pada siklus akhir.
Sumber data penelitian ini adalah populasi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Untuk memperoleh data yang benar
dan akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa cara.
Cara yang digunakan yakni teknik observasi, teknik tes, dan dokumentasi
dalam pembelajaran.
36
1. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
di kelas yang dijadikan objek, dalam hal ini adalah siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 10 Makassar. Selama proses pengamatan berlangsung,
maka peneliti menggunakan lembar pengisian data pelaksanaan observasi
aktivitas siswa, dan dari hasil observasi siswa tersebut dapat dikumpulkan
beberapa data yang diperlukan oleh peneliti. Data yang diperoleh dari
suatu sumber data berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut
meliputi kemampuan melengkapi wacana rumpang. Data tentang hasil
belajar siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap
akhir siklus.
2. Teknik Tes
Teknik tes dilakukan untuk mengetahui perolehan nilai siswa dalam
melengkapi wacana rumpang yang telah dibagikan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiyono, 2010: 329). Penelitian ini menggunakan gambar
foto dari siklus satu ke siklus berikutnya yang digunakan untuk
melengkapi hasil observasi.
H. Teknik Analisis Data
Menurut Wina Sanjaya (2012: 106), analisis data adalah suatu proses
mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukkan
37
berbagai informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan
arti yang jelas sesuai tujuan penelitian. Analisis data penelitian tindakan kelas
berupa derkriptif kualitatif dan deskriptif kuantatif.
Analisis derkriptif kualitatif dalam penelitian ini bersifat menggambarkan
fakta yang sesuai data yang diperoleh untuk mengetahui kemampuan
melengkapi wacana rumpang yang diperoleh siswa secara kualitatif selama
proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui respon dan aktivitas siswa
terhadap kegiatan pembelajaran.
Hasil refleksi dari siklus I menjadi dasar untuk melaksanakan siklus II.
1. Analisis hasil pengamatan (Observasi)
Data yang diperoleh dari lembar observasi terdiri atas dua macam.
Data tersebut meliputi data pengamatan terhadap pembelajaran
melengkapi wacana rumpang dengan menggunakan tehnik cloze.
2. Pengamatan pembelajaran membaca
Data observasi terhadap pembelajaran keterampilan mendengarkan
yang dilakukan guru dipaparkan dengan deskriptif kualitatif.
3. Pengamatan kegiatan berdiskusi dan mengevaluasi wacana rumpang
Semua data skor yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa
dalam diskusi dan mengevaluasi wacana rumpang dijumlahkan sehingga
diperoleh skor mentah (R), kemudian dianalisis menggunakan persentase
dengan rumus dan kriterian penilaian sebagai berikut.
38
NP = x 100
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor Maksimum
100 = Bilangan tetap (Ngalim Purwanto, 2010 :102)
Berdasarkan rumus tersebut, dalam penelitian ini
digunakan kriteria menurut Suharsimi Arikunto sebagai
berikut.
Kriteria penilaian
81 – 100% = Baik sekali
61 – 80% = Baik
41 – 60% = Cukup
21 – 40% = Kurang
≤ 21% = Kurang sekali (Suharsimi Arikunto, 2010 : 35)
Adapun tabel observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada
tabel beikut ini.
Komponen yang diamati Pertemuan Persentase
1 2 3 4 %
Kehadiran
39
Ketetapan waktu mengikuti pelajaran
Menerima bimbingan guru cara
menyelesaikan soal
Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru
Siswa yang aktif menyelesaikan
tugas
Siswa yang mengajukan pertanyaan
terkait materi pembelajaran
TABEL 1.1 LEMBAR OBSERVASI SISWA
4. Analisis hasil tes
Tes kinerja dilakukan untuk mengukur kemampuan membaca siswa
dalam mata pelajaran wacana rumpang dengan memnggunakan tehnik cloze.
Hasil tes ini dianalisis secara kuantitatif. Untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan kemampuan melengkapi wacana rumpang siswa dilakukan
dengan membandingkan hasil tes diakhir setiap siklus.
Hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai akhir tes
kemampuan melengkapi wacana rumpang siswa. Oleh karena itu, hasil
penilaian kemampuan melengkapi wacana rumpang hasilnya berupa skor,
maka skor tersebut hasil dikonfersikan ke dalam bentuk nilai. Nilai diperoleh
menggunakan rumus sebagai berikut.
40
= ×Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor di item (skor yang didapat)
N = Skor maksimum dari tes (Ngalim Purwanto, 2010: 112)
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan melakukan
perhitungan rerata (mean) hasil tes siswa ketika tindakan
dilakukan. Perhitungan rerata dihitung menggunakan rumus mean
sebagai berikut.
= ∑ Keterangan :
X = Rata-rata kelas (mean)
Ʃ x = Jumlah Nilai Siswa
N = Banyaknya Siswa (Suharsimi Arikunto, 2007 : 284-285)
Jika persentase ≥ 75% dan mengalami kenaikan setiap
siklusnya, maka diasumsikan bahwa metode bermain peran dapat
mengingkatkan keterampilan berbicara siswa. Untuk mengetahui
persentase kategori nilai siswa dicari dengan rumus seagai berikut.
= ×
41
Keterangan :
p = Angka persentasi
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of classes (jumlah frekuensi/ banyaknya individu).
5. Analisis hasil dokumentasi
Data gambar foto dari siklus satu ke siklus berikutnya dipaparkan
dengan deskriptif kualitatif. Gambar foto digunakan untuk melengkapi
hasil observasi.
I. Kriteria Keberhasilan
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ditandai dengan adanya perubahan
menuju arah perbaikan. Suharsimi, Arikunto (2007:290) mengatakan bahwa
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu apabila 85%
siswa yang memperoleh nilai KKM 73 ke atas.
42
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil penelitian mengenai peningkatan
kemampuan melengkapi wacana rumpang pada pembelajaran bahasa Indonesia
kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Makassar. Dalam hal ini yang dianalisis
adalah data hasil pelaksanaan peningkatan tindakan yakni kegiatan siklus I dan
siklus II, berupa tes dan hasil nontes (lembar tes, lembar, lembar observasi).
Untuk mencari peningkatan dalam pencarian fakta hasil penelitian yang lebih teliti
dalam pelaksanaannya, maka penelitian memusatkan pada satu kelas saja, yaitu
dilakukan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Makassar dan proses
pelaksanannya dilakukan dalam dua siklus.
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Siklus I
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan tes melengkapi wacana rumpang untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, yang dilanjutkan dengan membagi angket
kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui proses, kendala, dan tanggapan
terkait pembelajaran menulis yang biasa dilakukan. Peneliti dan guru kolabolator
melakukan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran melengkapi wacana rumpang. Setelah ditemukan solusi untuk
menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) melengkapi wacana
rumpang mengatasi kendala tersebut. Peneliti dan guru kolabolator juga
menyiapkan media pembelajaran dan menyiapkan instrumen berupa tes, angket,
44
lembar pengamatan, alat dokumentasi, dan catatan lapangan untuk mengamati
jalannya pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Implementasi tindakan yang akan diterapkan pada penelitian tindakan kelas
ini adalah dengan penerapan teknik kancing gemerincing dalam pembelajaran
melengkapi wacana rumpang. Langkah-langkah pembelajaran melengkapi
wacana rumpang dengan penerapan teknik kancing gemerincing dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
2) Wacana rumpang dibagikan kepada masing-masing siswa, kemudian siswah
menelaah dan membaca wacana tersebut dengan maksud mengatahui wacana
tersebut.
3) Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
sama untuk memikirkan kalimat-kalimat yang tepat dan memadukan kalimat
dengan kalimat sehingga wacana tersebut menjadi runtut.
4) Kacing-kancing dalam kotak dibagikan kepada siswa masing-masing
mendapatkan dua buah kancing.
5) Guru memberikan penjelasan teknik melengkapi wacana rumpang dengan
berdiskusi mengunakan media kancing sebagai berikut.
a) Semua anggota kelompok harus mengemukakan pendapatnya yaitu
kalimat yang tepat untuk melengkapi wacana rumpang sehingga wacana
menjadi padu. Jika salah satu sedang berbicara mengemukakan
45
pendapatnya, maka siswa yang lain harus mendengarkan pendapat teman
tersebut dan yang telah berbicara mengemukankan pendapatnya.
b) Harus menyerahkan salahsatu kancingnya ketengah-tengah kelompok.
c) Jika kancing yang dimiliki seseorang siswa telah habis, dia tidak boleh
berpendapat lagi sampai rekan-rekannya juga menghabiskan kancing
mereka.
d) Jika kancing dimiliki oleh siswa dalam satu kelompok sudah
habis,sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil
kesempatan untuk membagikankancing lagi dan prosedur atau caranya
diulangi lagi.
6) Guru menugaskan siswa untuk melengkapi wacana rupang dengan teknik
kancing gemerincing yang telah dijelaskan.
7) Siswa melengkapi wacana rumpang dengan bimbingan guru.
8) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya.
9) Setelah siswa dalam kelompoknya menyelesaikan tugas melengkapi
wacana rumpang, maka kelompok tersebut harus mengoreksi hasil
tulisanya.
10) Setelah semua kelompok telah mengoreksi, maka setiap kelompok
mendapat kessempatan untuk memamerkan hasil keraja pada kelompok
lain dengan teknik keliling kelompok.
11) Setiap kelompok berkesempatan membaca hasil menulis wacana dari tiap-
tiap kelompok, hal ini dimaksudkan agar dapat mengapresiasi hasil karya
orang lain.
46
12) Guru melakukan penilaian terhadap hasilsiswa dalam menulis melengkapi
wacana rumpang dan menilai kelompok yang kerjanya bagus.
13) Diakhir kegiatan yaitu diskusi untuk memberi tanggapan terdap hasil
karya orang lain.
14) Merefleksikan hasil kegiatan siswa
15) Siswa bersama guru membuat kesimpulan keunggulan:
a) Suasana pembelajaran menulis lebih inovativ, sehingga siswa lebih
tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
b) Memotivasi siswa bersaing dengan sehat.
Pertemuan I
Pada kegiatan ini guru memulai proses pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa yang dipimpin ketua kelas, kemudian guru
mengabsen kehadiran siswa dalam melakukan apersepsi. Selanjutnya guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu membahas pengertian wacana,
jenis-jenis wacana. Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, memotivasi
siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang dicapai, mengecek
kehadiran siswa, menyampaikan judul materi pokok pembahasan, dan
menjelaskan sambil memberikan motivasi belajar.
Pertemuan II
Pertemuan kedua, kegiatan praktik pembelajaran wacana rumpang dengan
menggunakan prosedur closed (teknik isian rumpang). Guru kembali
bertanya kepada siswa mengenai materi wacana pada pertemuan I, kemudian
siswa antusias menjawab pertanyaan yang diberikan. Setelah guru
47
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis inti wacana yang telah
mereka baca secara individu. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran
pada pertemuan ini siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang
telah dibahas dan guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi
yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan III
Pertemuan ketiga ini pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan II.
Perbedaannya, peneliti melakukan praktik yang berlangsung di kelas dengan
menggunakan teknik isian rumpang pada wacana. Pada pertemuan ini tercatat
aktivitas dan tingkat penugasan materi yang diberikan pada siswa selama
proses mengajar berlangsung.
Pertemuan IV
Pada pertemuan IV ini dilakukan tes siklus I untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam belajar dengan menggunakan media audio pada
pembelajaran melengkapi wacana rumpang. Kegiatan dalam pertemuan ini
peneliti memberikan tes hasil belajar Bahasa Indonesia siklus I seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa data diperoleh dari hasil evaluasi dan observasi
dianalisis secara kualitatif dan kuantitaif.
c. Tahap observasi
Pengamatan dilakuan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar pengamatan yang telah disiapkan pada tahap pelaksanaan. Mahasiswa
peneliti mengamati dengan seksama suasana pembelajaran, reaksi siswa dan
peran guru dalam pelaksanaan melengkapi wacana rumpang. Aktivitas siswa
48
menjadi fokus utama pengamatan, baik peran serta dalam kelompok maupun
setelah terlepas dari kelompoknya. Berikut hal-hal yang dilakukan mahasiswa
peneliti saat proses pembelajaran berlangsung.
1) Hasil observasi
Data aktivitas siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil pengamatan
perilaku siswa selama proses pembelajaran setiap pertemuan. Adapun deskripsi
hasil perilaku siswa pada siklus I dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I
No Komponen yang Diamati Siklus I
I II III IV
1 Siswa yang hadir pada saat pembelajaran
berlangsung
25 28 30
T
E
S
S
I
K
L
U
S
I
2 Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan
penjelasan guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung
15 20 25
3 Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru
pada saat proses pembelajaran berlangsung
14 19 27
4 Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari
guiru maupun dari siswa lain pada saat peoses
pembelajaran berlangsung
10 20 25
5 Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut,
bermain, tidur, dll) pada saat proses
pembelajaran berlangsung
10 7 3
50
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa
komponen yang tidak direncanakan dalam proses pembelajaran belum tercapai
secara keseluruhan, selain itu indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk
hasil belajar juga belum tercapai.setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus I,
maka peneliti dan guru melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan
individu siswa terhadap penguasaan konsep yang telah diberikan oleh peneliti
selama siklus I. Hasil evaluasi siswa digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1.3 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
86-100 Sangat baik 2 5,12
79-85 Baik 16 47,94
60-78 Cukup 2 5,12
50-59 Kurang 9 26,53
0-49 Sangat kurang 5 14,29
Jumlah 34 100
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 34 orang siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 10 Makassar, terdapat 5,12% yang hasil belajarnya masuk
dalam kategori sangat baik, 47,94% masuk dalam kategori baik, 5,12% masuk
dalam kategori cukup, 26,53% masuk dalam kategori kurang, dan 14,29% masuk
dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan hasil tes belajar siswa tersebut, terlihat
bahwa hasil belajar siswa belum mencapai standar indikator yang ditetapkan yaitu
85% siswa mendapatkan nilai minimal 79. Persentase ketuntasan belajar Bahasa
51
Indonesia pada siswa setelah tindakan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1.4 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-78 Tidak tuntas 16 47,1
79-100 Tuntas 18 52,9
Jumlah 34 100
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 34 orang siswa kelas VIII.5
belum tuntas hasil belajarnya karena hanya 18 siswa yang dinyatakan tuntas
belajarnya dengan persentase 52,9% dan 16 siswa dinyatakan tidak tuntas dengan
persentase 47,1%. Hal ini menandakan bahwa kegiatan proses belajar mengajar
belum berhasil.
d. Refleksi
Refleksi merupakan pelaksanaan pada tahapan akhir pembelajaran. Refleksi
bertujuan untuk membahas dan menyimpulkan hasil pertemuan pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang telah diperoleh pada pelaksanaan
tindakan siklus I, dapat diketahui bahwa keterampilan siswa dalam menyimak
berita belum maksimal, hal ini disebabkan siswa belum mampu memenuhi aspek
penilaian yang telah ditetapkan, maka peneliti bersama guru Bahasa Indonesia
yang mengajar di kelas VIII melakukan refleksi untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan tindakan siklus I, kemudian
memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus II.
52
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti membuat skenario pembelajaran berdasarkan media
pembelajaran yang akan digunakan untuk pertemuan pertama sampai pertemuan
ketiga. Setelah itu, peneliti mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat
aktivitas siswa dan perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung pada pelaksanaan tindakan siklus I. Kemudian penulis juga
mempersiapkan soal evaluasi berupa soal tes siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
Pada pertemuan ini, kegiatan inti yang dilakukan oleh peneliti adalah
menjelaskan materi berita kepada siswa. Setelah peneliti memberikan penjelasan
tersebut peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
wawancara. Setelah itu, peneliti memberikan penjelasan kepada siswa
berdasarkan pertanyaan yang diajukan. Sebelum mengakhiri kegiatan
pembelajaran pada pertemuan ini siswa dan penelitian bersama-sama
menyimpulkan atau merangkum materi yang telah dibahas dan peneliti
mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
Pertemuan II
53
Pertemuan kedua, kegiatan praktik pembelajaran melengkapi wacana
rumpang dengan menggunakan teknik isian. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab teks wacana rumpang secara
berkelompok. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini
siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dibahas dan guru
mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
Pertemuan III
Pada pertemuan ini tercatat aktivitas dan tingkat penugasan materi yang
diberikan pada siswa selama proses mengajar berlangsung. Aktivitas dan
penugasan materi siswa tersebut diperoleh dari lembar observasi diantaranya; (1)
kehadiran siswa pada saat proses pembelajaran, (2) siswa yang memperhatikan
pada saat pembelajaran, (3) kurangnya siswa yang melakukan aktivitas negatif
proses pembelajaran berlangsung, (4) siswa belajar dengan aktif, dan (5) siswa
yang mampu menguasai materi dan menjelaskan kembali materi yang telah
dijelaskan.
Pertemuan IV
Pada pertemuan IV ini dilakukan tes siklus II untuk mengetahui keterampilan
siswa dalam belajar pada saat teks wacana rumpang dibagikan pada siswa.
Kemudian peneliti dalam pertemuan ini memberikan hasil belajar Bahasa
Indonesia siklus II seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa data diperoleh dari
hasil evaluasi dan observasi dianalisis secara kualitatif dan kuantitaif. Setelah itu
salah satu perwakilan siswa membagikan hasil lembar kerja teman-temannya dan
54
mereka saling menyadari kesalahan dan kebenaran dari apa yang telah mereka
tulis di lembar kertas jawaban tersebut.
c. Tahap Hasil Obsevasi dan Evaluasi
Pada siklus II tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 1.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
No Komponen yang Diamati Siklus II
I II III IV
1 Siswa yang hadir pada saat pembelajaran
berlangsung
30 32 34
T
E
S
S
I
K
L
U
S
II
2 Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan
penjelasan guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung
25 30 34
3 Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru
pada saat proses pembelajaran berlangsung
18 25 27
4 Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari
guiru maupun dari siswa lain pada saat peoses
pembelajaran berlangsung
23 28 30
5 Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut,
bermain, tidur) pada saat proses pembelajaran
berlangsung
4 2 1
Berdasarkan tabel 1.5 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang diamati
dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus II diantaranya:
55
1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I
siklus II berjumlah 30 siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 32 siswa,
pertemuan III siklus II berjumlah 34 siswa.
2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 25 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 30 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah
34 siswa.
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung dipertemuan I siklus II berjumlah 18 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 25 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah
27 siswa.
4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain
pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung pertemuan I siklus II
berjumlah 23 siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 28 siswa, pertemuan III
siklus II berjumlah 30 siswa.
5. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur, dll) pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 4 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 2 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 1
siswa.
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan sesuai
rencana pembelajaran yang telah dibuat, semua komponen dalam rencana
pembelajaran telah dilaksanakan peneliti yang baik. Setelah selesai pelaksanaan
siklus II, maka peneliti memandang perlu melaksanakan evaluasi kedua, untuk
56
mengetahui kemampuan individu siswa terhadap penguasaan konsep yang telah
diberikan oleh peneliti selama siklus II. Hasil evaluasi siswa dapat dilihat pada
gambar berikut.
Tabel 1.6 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
86-100 Sangat baik 13 38,76
79-85 Baik 16 47,94
60-78 Cukup 2 5,12
50-59 Kurang 3 8,18
0-49 Sangat kurang 0 0
Jumlah 34 100
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 34 orang siswa kelas VIII.5
SMP NEGERI 13 Makassar, terdapat 38,76% yang hasil belajarnya masuk dalam
kategori sangat baik, 47,94% masuk dalam kategori baik, 5,12% masuk dalam
kategori cukup, 8,18% masuk dalam kategori kurang, dan 0% masuk dalam
kategori sangat kurang. Berdasarkan hasil tes belajar siswa tersebut, terlihat
bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai standar indikator yang ditetapkan yaitu
85% siswa mendapatkan nilai minimal 79.
Persentase ketuntasan belajar Bahasa Indonesia pada siswa setelah
tindakan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.7 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-78 Tidak tuntas 5 14,71
79-100 Tuntas 29 85,29
Jumlah 34 100
57
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 34 orang siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 10 Makassar sudah tuntas hasil belajarnya karena hanya 29
siswa yang dinyatakan tuntas belajarnya dengan persentase 85,29% dan 5 siswa
dinyatakan tidak tuntas dengan persentase 14,71%. Hal ini menandakan bahwa
kegiatan proses belajar mengajar sudah berhasil. Dan sudah mencapai standar
indikator yang ditetapkan yaitu 85% siswa mendapat nilai minimal 79. Adapun
pengayaan/perbaikan terhadap 5 orang siswa yang tidak tuntas yaitu dengan
memberikan tugas atau pelatihan lebih khusus sehingga nilai yang dia dapatkan di
sekolah atau di setiap mata pelajarannya meningkat dan lebih baik lagi.
d. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan dilakukan. Hal-hal yang
direfleksi meliputi data dari angket, catatan lapangan, wawancara, dan lembar
pengamatan. Berdasarkan refleksi inilah peneliti dan guru kolaborator menilai
tingkat keberhasilan melengkapi wacana rumpang dengen teknik kancing
gemerincing. Peneliti dan guru kolaborator berdiskusi untuk memahami proses
dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan. Hasil yang diperoleh dapat
digunakan untuk merevisi proses belajar-mengajar pada siklus selanjutnya.
Hasil refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa pembelajaran wacana rumpang sudah mendapatkan hasil
yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, disimpulkan bahwa
penelitian berhenti pada siklus II, ini sesuai dengan perencanaan diawal sebelum
melakukan penelitian, indikator keberhasilan dalam penelitian ini, berarti tujuan
58
peneliti sudah tercapai, yaitu peningkatan kemampuan melengkapi wacana
rumpang pada pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 10 Makassar.
B. Pembahasan
Wacana dilihat dari segi etimologi berasal dari bahasa sankrit, yaitu vecewa
yang bertalian dengan kata baca dalam bahasa Indonesia menjadi wacana yang
berarti ucapan dan percakapan (Sugira wahid, 1996:8). Disamping pengertian
wacana dari segi etimologi di atas, wacana diartikan sederhana, oleh
Porwadarminta (dalam Samsudi dkk, 19997:5-6), wacana atau discourse
diartikan dengan “connected speech or writing consisting of more than one
sentence”. Menurut pengertian ini dapat berupa wacana lisan dan dapat juga
berupa tulisanm tetapi persyaratan dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh
sebuah kalimat.
Prosedur closed (teknik isian rumpang) dilakukan untuk membantu
pembelajaran pada wacana rumpang dengan harapan ketika pembelajaran
berlangsung siswa tidak merasa kesulitan karena sudah ditentukan kesesuaian
temanya beserta media yang ditampilkan di depan mereka.
Pada tahap perencanaan siklus I dan II, memiliki kemiripan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran, yang berbeda adalah judul berita dan langkah-langkah
pembelajaran. Langkah pembelajaran pada siklus I belum terlaksana secara
maksimal kemudian pada siklus II dilaksanakan secara keseluruhan. Hal ini
menyebabkan hasil yang diperoleh pada siklus I tidak optimal dibandingkan
59
dengan siklus II karena siklus II semua langkah pembelajaran terlaksana dengan
baik.
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, dimulai dari menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, memberikan materi pembelajaran secara umum,
membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian membagikan materi tiap
kelompok, serta menulis puisi sesuai dengan aspek-aspek penulisan puisi, hasil
yang didapatkan kurang optimal. Namun, pada siklus II menjadi optimal dilihat
dari aktivitas siswa sudah mengalami perubahan.
Berdasarkan hasil observasi dari pelaksanaan siklus I dan siklus II terjadi
perubahan sikap pada siswa pada siklus I siswa kurang memotivasi dan aktif
dalam belajar dan masih banyak yang belum berani mengungkapkan
pendapatnya. Pada siklus II siswa lebih senang dan termotivasi untuk belajar dan
hampir semua siswa sudah mampu mengungkapkan pendapatnya. Pada siklus II
siswa juga lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan jumlah siswa
yang aktif mengerjakan tugas, jumlah siswa yang berperilaku menyimpang dan
pasif berkurang. Selain itu, sebagian besar siswa sudah mampu memahami
pelajaran yang telah mereka pelajari.
Hasil evaluasi yang dikumpulkan dari 34 siswa pada siklus I dan siklus II
ditelaah dan diperiksa secara cermat berdasarkan kriteria penilaian yang telah
ditentukan. Hasil menunjukkan kemampuan siswa menulis puisi pada siklus I
belum berhasil karena beberapa langkah pembelajaran yang tidak terlaksana
dengan baik.
60
Secara umum frekuensi hasil tes siswa dalam menyimak berita dengan
menggunakan media audio pada siswa kelas VIII.5 berdasarkan kriteria penilaian
mengalami peningkatan pada siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh
siswa yaitu 52,78% dengan kategori belum meningkat menjadi 86,11% pada
siklus II dengan kategori meningkat dan sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil pembelajaran
sebanyak 33,33% sebagai dampak dari proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Hal ini dapat dibuktikan melalui data atau hasil selama proses pembelajaran
berlangsung dalam dua siklus dan hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.8 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1 86-100 Sangat baik 2 13 5,12% 38,76%
2 79-85 Baik 16 16 47,94% 47,94%
3 60-78 Cukup 2 2 5,12% 5,12%
4 50-59 Kurang 9 3 26,53% 8,18%
5 0-49 Sangat kurang 5 0 14,29% 0%
Perhatikan tabel di atas, dapat dilihat adanya hasil yang menampakkan
peningkatan hasil belajar setelah dua kali dilaksanakan tes siklus pada siklus I
terdapat 2 siswa yang hasil belajarnya sangat baik dengan persentasenya 5,12%,
16 siswa yang hasil belajarnya baik dengan persentase 47,94%, 2 siswa yang hasil
belajarnya cukup dengan persentase 5,12%, 9 siswa yang hasil belajarnya kurang
dengan persentase 26,53%, dan 5 siswa yang hasil belajarnya sangat kurang
dengan persentase 14,29%.
61
Pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu
terdapat 13 siswa yang hasil belajarnya sangat baik dengan persentase 38,76%,
16 siswa yang hasil belajarnya baik dengan persentase 47,94%, 2 siswa yang hasil
belajarnya cukup dengan persentase 5,12%, 3 siswa yang hasil belajarnya kurang
dengan persentase 8,18%, dan 0 siswa yang hasil belajarnya sangat kurang dengan
persentase 0%. Secara umum hasil belajar siswa pada siklus II sudah mengalami
peningkatan.
Tabel 1.9 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
0-78 Tidak tuntas 16 5 47,1% 14,71%
79-100 Tuntas 18 29 52,9% 85.29%
Jumlah 34 34 100 100
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa peningkatan hasil belajar siswa
meningkat setelah tindakan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada
siklus I ada 18 siswa yang tuntas belajarnya dengan persentase 52,9%, sedangkan
pada siklus II mengalami peningkatan yakni 29 siswa yang hasil belajarnya masuk
dalam kategori tuntas dengan persentase 85,29%.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 10
Makassar setelah mengikuti pembelajaran melengkapi wacana rumpang
menggunakan tehnik prosedur closed mengalami peningkatan. Peningkatan ini
dapat dilihat dari hasil tes melengkapi wacana rumpang pada siklus I dan siklus
II. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian ketuntasan belajar dari siklus I yaitu 18
orang siswa dengan persentase sebesar 52,6% dan meningkat pada siklus II yaitu
29 orang siswa dengan persentase 85,71%. Peningkatan nilai rata-rata tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran melengkapi wacana rumpang dengan
menggunakan prosedur closed pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 10
Makassar dapat berhasil dengan optimal.
Setelah dilaksanakan pembelajaran melengkapi wacana rumpang dengan
menggunakan prosedur closed, aktivitas siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
10 Makassar mengalami perubahan kearah positif. Perubahan yang terjadi dapat
dilihat dari terjadinya peningkatan aktivitas positif siswa selama kegiatan
menyimak berita menggunakan prosedur closed (Teknik isian rumpang).
62
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis berdasarkan pada simpulan hasil
penelitian tersebut sebagai berikut.
1. Selain mengukur tingkat kemampuan dalam melengkapi wacana rumpang,
dalam memilih teks wacana hendaknya dipertimbangkan pula konteks sosial
murid yang bersangkutan dan kelaziman wacana. Artinya, apakah wacana
tersebut sudah dikenal oleh murid atau dekat dengan kehidupan murid.
Karena kalau tidak, wacana tersebut akan sulit dipahami oleh murid.
2. Sebagai seorang pendidik sebaiknya pintar-pintar memilah teknik atau
metode yang akan di gunakan pada saat proses pembelajaran agar siswa lebih
mudah memahami materi yang akan diajarkan.
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Pt. Raja
Grafindo.
Cystal, David. 1985. A Dictionary Of Linguistic And Phonetic. New York:
Bali Blackwell.
Harjasujana, Dkk. 2006. Membaca. Jakarta: Depdikbud.
Milman, Yusdi. 2011. Penilaian Prestasi Belajar. Jakarta: Balai Pustaka.
Ngalim, Purwanto. 2010. Prinsip-Prinsip & Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Perkasa.
Porwadarminta, Dkk. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rida, Kurniawati. 2015. Keterampilan Menulis Terutama Dalam
Keterampilan Melengkapi Cerita Harus Dilakukan Sejak Dini. Skripsi,
Surakarta, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan: Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Rafiuddin. 1996. Penelitian Tindakan Dapat Dipandang Sebagai Suatu
Siklus. Jakarta: PT.Angkasa Jaya
Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Penelitian. Jakarta: Kencana Pradana Media Group.
Samsuddin, Dkk. 1997. Study Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
65
Tarigan, Heri Guntur. 1996. Wacana. Bandung: Angkasa
_________________, 1987. Pengertian Wacana dan Jenis-jenis Wacana.Bandung: Angkasa.
Tirta, S. Umar. 2012. Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam MelengkapiKalimat Rumpang Melalui Permainan Tebak Kata Di Kelas II SDB Al-Huda Kota Selatan Kota Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan GuruSekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Gorontalo.
Umi, Solichah. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita RumpangDengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing PadaSiswa Kelas IV SDN Mancasan 4 Kecamatan Baki Kabupaten SukoharjoTahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta, Fakultas Keguruan DanIlmu Pendidikan: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wahid, sugira. 1996. Studi wacana. Jakarta: balai pustaka.
Wahab, abdul. 1991. Peranan Analisis Wacana Dalam Pengajaran
Keterampilan Bahasa Dalam Isu Linguistik; Pengajaran Bahasa Dan
Sastra. Surabaya: airlangga university press.
HASIL KEMAMPUAN MELENGKAPI WAVANA RUMPANG PADA SISWA
KELAS VIII ( SIKLUS I )
Hari, Tanggal : Rabu, 22 Juli 2019
Waktu : 10.00 – 11.30
Kelas : VIII
Petunjuk Penilaian
1. Nilai setiap aspek yang dinilai dalam menyimak berita berskor 1-3.
2. Jumlah skor atau nilai diperoleh dengan menjumlahkan nilai setiap aspek
penilaian yang diperoleh oleh siswa.
3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal (100)
No.Nama
siswa
Aspek penilaianTotal skor
Nilai akhir
I II III
1 A1 5 10 15 30 % 30
2 A2 5 10 15 30 % 30
3 A3 5 10 15 30 % 30
4 A4 20 15 15 50 % 50
5 A5 20 15 15 50 % 50
6 B1 25 25 20 70 % 70
7 B2 25 25 20 70 % 70
8 B3 25 25 20 70 % 70
9 B4 30 25 20 75 % 75
10 B5 25 25 20 70 % 70
11 C1 20 15 15 50 % 50
12 C2 20 15 15 50 % 50
13 C3 25 25 20 70 % 70
14 C4 35 35 10 80 % 80
15 C5 25 25 20 70 % 70
16 D1 25 25 20 70 % 70
17 D2 35 35 10 80 % 80
18 D3 30 25 20 75 % 75
19 D4 30 25 20 75 % 75
20 D5 35 35 10 80 % 80
21 E1 25 25 20 70 % 70
22 E2 30 25 20 75 % 75
23 E3 25 25 20 70 % 70
24 E4 30 25 20 75 % 75
25 E5 35 35 10 80% 80
26 E6 25 25 20 70% 70
27 G1 30 25 20 75% 75
28 G2 35 35 10 80% 80
29 G3 35 35 10 80% 80
30 H1 25 25 20 70% 70
31 T1 20 20 15 75% 75
32 T2 20 20 10 50% 50
33 T3 20 20 10 50% 50
34 T4 35 35 10 80% 80
KET :
I : Unsur-unsur teks berita
II : Ciri-ciri dalam teks beirta
III : Struktur Teks Berita
SOAL WACANA RUMPANG 1
Kegiatan Keluarga Angga
Angga adalah anak (1)_______ di kelasnya. Selain (2)____, ia juga patuh kepada orang
tuanya. Ia disenangi teman-temannya karena (3)____dan (4)_____. (5)______ adalah ayah
Angga. Ia seorang (6)_________. Angga mempunyai adik yang bernama (7)________. Pak
Abas mempunyai pekerjaan sampingan, yaitu memelihara (8)____ di (9)_____. Setiap pagi
Angga rajinmembantu ayahnya untuk (10)_____ dan (11) _____. Anggi membantu
(12)_____ dan (13)______. Tepat pukul (14)_____ mereka sarapan bersama di (15)_____,
kemudian Angga dan adiknya berangkat ke (16)______. Siang hari Angga dan Anggi
pulang dari (17)______. Mereka segera(18)______ dan mencuci (19)______. Mereka
menunggu (20)_____ pulang dari(21)______, lalu (22)______ siang bersama.
Abu vulkanik letusan Gunung Barujari di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat
(NTB) mulai masuk ke kota Mataram. Meskipun intensitasnya belum signifikan, kondisi
tersebut cukup [ .......... ] bagi kesehatan masyarakat. Pemerintah meminta kepada
masyarakat agar waspada saat melakukan [ .......... ] di luar rumah.
HASIL KEMAMPUAN MELENGKAPI WAVANA RUMPANG PADA SISWA
KELAS VIII ( SIKLUS II )
Hari, Tanggal : Rabu, 12 September 2019
Waktu : 10.00 – 11.30
Kelas : VIII
Petunjuk Penilaian
1. Nilai setiap aspek yang dinilai dalam menyimak berita berskor 1-3.
2. Jumlah skor atau nilai diperoleh dengan menjumlahkan nilai setiap aspek
penilaian yang diperoleh oleh siswa.
3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal (100)
No.Nama
siswa
Aspek penilaianTotal skor
Nilai akhir
I II III
1 A1 35 25 10 75 % 75
2 A2 35 35 10 80 % 30
3 A3 35 25 10 75 % 30
4 A4 35 35 15 85 % 50
5 A5 35 35 10 80 % 50
6 B1 35 35 20 90 % 70
7 B2 35 35 20 90 % 70
8 B3 35 35 20 90 % 70
9 B4 30 25 20 85 % 75
10 B5 35 35 15 85 % 70
11 C1 35 35 20 90 % 50
12 C2 35 35 15 85 % 50
13 C3 35 35 10 75 % 70
14 C4 35 35 10 75 % 80
15 C5 35 25 15 75 % 70
16 D1 35 35 25 95 % 70
17 D2 35 35 20 90 % 80
18 D3 35 35 20 90 % 75
19 D4 35 35 25 95 % 75
20 D5 35 35 20 90 % 80
21 E1 35 20 20 80 % 70
22 E2 35 25 20 80 % 75
23 E3 30 25 20 85 % 70
24 E4 30 25 20 80 % 75
25 E5 30 25 20 80% 80
26 E6 30 25 20 85% 70
27 G1 30 25 20 85% 75
28 G2 35 35 10 80% 80
29 G3 35 35 10 75% 80
30 H1 35 35 20 80% 70
31 T1 35 35 20 80% 75
32 T2 35 35 20 80% 50
33 T3 30 30 15 75% 50
34 T4 35 35 15 85% 80
Keterangan :
I. Unsur-unsur teks berita
II. Ciri-ciri dalam teks berita
III. Struktur teks berita
Orientasi
Peristiwa
Sumber berita
SOAL WACANA RUMPANG II
Soal 1:
Sapardi Djoko Damono adalah seorang (1)… kelahiran Solo, 20 Maret 1940. Beliau telahmenciptakan sejumlah puisi, cerpen, dan juga beberapa karya non fiksi. Salah satu puisinyayang paling terkenal adalah puisi (2)… yang ditulisnya pada tahun 1989 yang lalu. Puisitersebut merupakan puisi yang ada di dalam salah satu buku puisinya, yaitu (3)…. Selainkarena puisinya yang sederhana, puisi tersebut juga dikenal masyarakat karena pernahdimusikalisasi oleh duo folk asal Jakarta, yaitu (4)…. Selain oleh duo tersebut, puisi karyabeliau itu juga sempat dimusikalisasi ulang oleh (5)… dan menjadi salah satu lagu temauntuk film “Cinta dalam Sepotong Roti” yang rilis pada tahun 1991 yang lalu.
Soal 2:
Karangan eksposisi merupakan salah satu jenis (1)… yang ada di dalam khazanah bahasaIndonesia. Adapun pengertian dari karangan ini adalah sebuah karangan yang berisi tentang(2)… pembuatan (3)… secara (3)…. Karangan ini sendiri dibuat guna memberi (4)…kepada pembaca tanpa mengharap (5)… dari para pembaca. Untuk membuat karangan ini,penulis harus terlebih dahulu (6)… dari suatu hal, dan kemudian penulis harusmenuangkannya secara (7)… agar pembaca memahami isi karangan tersebut.
Soal 3:
Kucing merupakan salah satu jenis hewan (1)… yang ada di muka bumi. Selain itu, kucingjuga dikenal sebagai salah satu jenis hewan (2)… yang terkenal, selain anjing ataupunkelinci. Kucing sendiri mempunyai sejumlah spesies yang tersebar di seluruh dunia.Namun, menurut beberapa penelitian, spesies kucing yang paling banyak tersebar danpaling banyak dipelihara di dunia adalah kucing ras campuran atau yang dikenal dengansebutan kucing (3)…. Jenis kucing ini memang terhitung banyak, apalagi di negara kita ini.Selain spesies kucing tersebut, terdapat pula beberapa spesies kucing ras alami yang lazimdipelihara manusia. Salah satu jenis kucing tersebut adalah kucing (4)… yang kini mulaimenjadi primadona bagi pecinta kucing. Hal ini dikarenakan spesies (5)… mempunyai cirikhas, yaitu tidak adanya (6)… di (7)… kucing tersebut.
Soal 4:
Melayani tamu yang datang di perusahaan tidaklah semudah yang dibayangkan. Setiap
perusahaan menyusun standar pelayanan yang harus dipatuhi oleh petugas pelayanan saat
melayani mereka. Ada perusahaan yang menempatkan petugas khusus untuk membukakan
pintu bagi setiap tamu yang datang. Ada juga perusahaan yang menyediakan sejumlah
media untuk dibaca tamu saat berada di ruang tamu. [ .......... ] Dengan melakukan tindakan
simpatik itu, perusahaan berusaha membangun kesan pertama di benak pelanggan dan
kolega.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMP Muhammadiyah 10 Makassar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VIII / I
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
1. Menulis
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk
percakapan, petunjuk, cerita, dan surat
B. Kompetensi Dasar
1.1. Melengkapi bagian cerita yang hilang dengan menggunakan kata/kalimat yang tepat.
C. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat Membaca cerita yang rumpang ”kegiatan keluarga angga”
Siswa dapat Melengkapi cerita “kegiatan keluarga angga” dengan kata atau kalimat yang
tepat.
Siswa dapat Menggunakan tanda titik dan tanda baca lainnya dalam konteks kalimat atau
teks bacaan
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan
perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung
jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan
Ketulusan ( Honesty )
D. Materi
Cerita Rumpang
E. Kegiatan Pembelajaran
Membaca cerita yang masih rumpang.
Melanjutkan/melengkapi cerita rumpang
Memahami penggunaan tanda titik.
Menggunakan tanda titik dan tanda baca lainnya.
F. Langkah-langkah Pembelajaran:
Kegiatan Awal:
Apersepsi dan Motivasi :
– Siswa membaca cerita rumpang ”kegiatan keluarga angga”
– Tanya jawab tentang teks rumpang.
Kegiatan Inti:
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Membaca cerita yang rumpang ”kegiatan keluarga angga”
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Kegiatan dilanjutkan dengan melengkapi teks cerita rumpang tersebut dengan kalimat yang
tepat bersama teman kelompok.
Kemudian siswa diminta membacakan kembali teks cerita yang sudah dilengkapi di depan
kelas.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa mengerjakan latihan menggunakan tanda titik dalam kalimat, terutama pada singkatan
nama orang dan sebagainya.
G. Penilaian:
Indikator Pencapaian TeknikPenilaian
BentukInstrumen
Contoh Instrumen
Melengkapi ceritarumpang
Tertulis Tertulis danpenampil-an
Lengkapi-lah cerita“kegiatan keluargaangga” dengan kata ataukalimat yang tepat!
No. Unsur Penilaian nilai Keterangan1.
2.
3.
4.
5.
Kekompakan dalam kelompok.
Kecermatan memilih kalimat untukmelengkapi cerita rumpang.
Ketepatan menggunakan tanda bacatitik, koma, dll.
Keberanian tampil ke depan kelas.
Lafal, intonasi, dan mimik dalammembaca cerita.
Penampilan dan Ceritalengkap.
H. Sumber / Alat
Buku Bina Bahasa Indonesia 4A
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
Performansi
No. Aspek Kriteria Skor1.
2.
3.
Pengetahuan
Praktek
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
4
2
1
4
2
1
4
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah 10 Makassar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ I
Standar
Kompete
nsi
Kompetensi
Dasar
Tujuan
pembelaj
aran
Kegiata
n
pembela
jaran
Mate
ri
Poko
k
Indikator
Pencapaia
n
Kompetens
i
Gagasan
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian
Alokas
i
Waktu
Sumber/
BahanTeknikBentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Menulis
Mengu
1.1
Melengka
Siswa
dapat
Memba
ca
Cerita
rumpa
Melengka
pi cerita
Membaca
cerita yang
Tertulis Tertulis
dan
Lengkapi-lah
cerita yang
4 x 35
menit
Teks,
Kurikul
ngkapk
an
pikiran,
perasaa
n,dan
inform
asi
secara
tertulis
dalam
bentuk
percak
apan,
petunju
pi bagian
cerita
yang
hilang
(rumpang)
dengan
meng-
gunakan
kata atau
kalimat
yang tepat
sehingga
menjadi
cerita
Membac
a cerita
yang
rumpang
Siswa
dapat
Melengk
api
cerita
yang
rumpang
dengan
kata atau
kalimat
cerita
yang
masih
rumpan
g.
Melanj
utkan/
meleng
kapi
cerita
Memah
ami
penggu
naan
ng rumpang rumpang
”Celengan
Beni”
Melengkapi
cerita
“Celengan
Beni” dengan
kata atau
kalimat yang
tepat.
Menggunakan
tanda titik dan
tanda baca
lainnya dalam
penam-
pilan
rumpang
dengan kata
atau kalimat
yang tepat!
um 2006
KTSP
k,
cerita,
dan
surat
yang padu yang
tepat.
Siswa
dapat
Menggu
nakan
tanda
titik dan
tanda
baca
lainnya
dalam
konteks
kalimat
tanda
titik.
Mengg
unakan
tanda
titik
dan
tanda
baca
lainnya
.
konteks
kalimat atau
teks bacaan.
atau teks
bacaan
1.2
Menjelas-
kan
kembali
mengenai
cerita
yang
rumpang
dengan
meng-
gunakan
kata atau
Siswa
dapat
Membac
a cerita
yang
rumpang
Siswa
dapat
Melengk
api
cerita
yang
Memba
ca
cerita
yang
masih
rumpan
g.
Melanj
utkan/
meleng
kapi
cerita
Cerita
rumpa
ng
Melengka
pi cerita
rumpang
Tertulis Tertulis
dan
penampila
n
Lengkapi-lah
cerita yang
rumpang
dengan kata
atau kalimat
yang tepat
4x 35
menit
Buku
Bina
Bahasa
4A
hal.18 –
19
kalimat
yang tepat
sehingga
menjadi
cerita
yang padu
rumpang
dengan
kata atau
kalimat
yang
tepat.
Siswa
dapat
Menggu
nakan
tanda
titik dan
tanda
baca
Memah
ami
penggu
naan
tanda
titik.
Mengguna
kan tanda
titik dan
tanda
baca
lainnya
lainnya
dalam
konteks
kalimat
atau teks
bacaan
2.Membac
a
Memaham
i teks agak
panjang
(150-200
kata),
petunjuk
pemakaian
, makna
kata dalam
kamus/ens
iklopedi
1.3 Menemu-
kan piki-
ran pokok
teks agak
panjang
(150-200
kata)
dengan
cara
membaca
sekilas
Siswa
dapat
menemuka
n pikiran
pokok teks
agak
panjang
dengan
cara
membaca
sekilas
Siswa
membac
a teks
dengan
cara
sekilas
Teks
panja
ng
Menemuk
an pikiran
pokok
teks
Membaca
sekilas teks
bacaan yang
berjudul
”Pensil Ajaib”
Menjawab
pertanyaan
sesuai dengan
isi teks.
Menemukan
pikiran pokok
bacaan
masing-
masing
Tertulis Tertulis
dan
menampilk
an
Buatlah kalimat
permintaan
sesuai contoh
yang terdapat
pada teks
bacaan!
4 x 35
menit
Buku
Bina
Bahasa
4A hal.
34 – 37.
paragraf
Membuat
kalimat
permintaan
sesuai contoh
yang terdapat
pada teks
bacaan
1.4
Melakuka
n sesuatu
Siswa
dapat
membaca
Teks
berisi
petunj
Melakuka
n sesuatu
sesuai
Membaca
sekilas
Menjawab
tertulis Tertulis
dan
menampilk
Lakukanlah
sesuatu
berdasarkan
2 x 35
menit
Buku
Bina
Bahasa
berdasark
an
petunjuk
pemakaia
n yang
dibaca
sekilas
dengan
teks yang
panjangny
a (150-200
kata)
uk petunjuk pertanyaan
Mencatat
petunjuk
dalam bacaan
Melakukan
sesuatu
berdasarkan
petunjuk yang
dibaca
an petunjuk yang
dibaca
Indonesi
a 4A hal.
81 – 82
3.3
Menemu
-kan
makna
Siswa
dapat
menemuka
n makna
Menemu
kan
makna
dan
Kamu
s/en-
siklop
edia
Menemuk
an makna
dan infor-
masi
Membaca teks
yang berjudul
”Kereta Api
Dulu dan
Proses
dan
produk
Tertulis
dan
penampil-
an
Jelaskan cara
menggunakan
kamus!
Buatlah daftar
4 x 35
menit
Buku
Bina
Bahasa
Indonesi
dan
informas
i secara
tepat
dalam
kamus/
ensiklop
edia
melalui
membac
a
memind
ai
dan
informasi
secara
tepat
informas
i secara
tepat
melalui
membac
a
anak
nasion
al
dalam
kamus /
ensiklope
dia
Sekarang”
Menjawab
pertanyaan
sesuai isi
bacaan
Menjelaskan
cara
menggunakan
kamus
Membuat
daftar kata
sukar dan
menemukan
artinya dalam
kata sukar dan
menemukan
artinya dalam
kamus!
a 4A hal.
48 – 49
kamus
4.Menulis
Mengungk
ap-kan
pikiran,
perasaan,
dan
informasi
secara
tertulis
dalam
bentuk
percakapa
4.1 Meleng-
kapi
per-
cakap
an yang
belum
selesai
dengan
memper
hatikan
penggun
aan
Siswa
dapat
melengk
api
percakap
an yang
belum
selesai
Perca
kapan
rumpa
ng
Melengka
pi
percakapa
n
rumpang
Membaca teks
percakapan
yang
berjudul”Calo
n Ilmuan”
Menjawab
per-tanyaan
sesuai isi
percakapan
Melengkapi
percakapan
rumpang.
Proses
dan
produk
Tertulis Jawablah
pertanyaan
sesuai isi
percakapan!
4 x 35
menit
Buku
Bina
Bahasa
Indonesi
a 4A hal.
50 – 54.
n,
petunjuk,
cerita, dan
surat
ejaan
(tanda
titik dua
dan
tanda
etik)
Memberi
tanggapan
terhadap
pokok
permasalahan
Menggunakan
tanda titik dua
(:) dan tanda
titik dalam
kalima
4.2 Menulis
petunjuk
untuk
Siswa
dapat
menulis
Petunj
uk
melak
Menulis
petunjuk
untuk
Membaca teks
berisi petunjuk
melakukan
Tertulis Tertulis
dan
penampil-
Tulislah
petunjuk
melakukan
4 x 35
menit
Buku
Bina
Bahasa
melakuka
n sesuatu
atau
penjelasan
tentang
cara
membuat
sesuatu
petunjuk
untuk
melakukan
sesuatu
atau
penjelas
ukan
sesuat
u
melakuka
n sesuatu
suatu
percobaan
Mengurutkan
petunjuk
melakukan
sesuatu sesuai
gambar
Menulis
petunjuk
melakukan
sesuatu
an sesuatu Indonesi
a 4A hal.
83 – 86
4.4 Menulis
surat
Siswa
dapat
Membac
akan
Conto
h
Menulis
surat
Membaca
contoh surat
Tertulis Tertulis
dan
Tulislah surat
untuk teman
4 x 35
menit
Buku
Bina
untuk
teman
sebaya
tentang
pengalam
an atau
cita-cita
dengan
bahasa
yang baik
dan benar
dan
memperh
ati-kan
menulis
surat
untuk
teman
sebaya
Siswa
dapat
mencerit
akan
tentang
pengalap
ribadiny
a
pengala
mannya
didepan
kelas
Menulis
surat
untuk
teman
sebayan
ya
dengan
menggu
nakan
bahasa
surat
pribad
i
untuk
teman
sebaya
untuk teman
sebaya
Menggunakan
tanda koma
untuk
memisah-kan
kata-kata
dalam suatu
pemerincian
Membubuhkan
tanda koma
dalam kalimat
Menulis
bagian-bagian
penampil-
an
sebaya tentang
pengala-man!
Bahasa
Indonesi
a 4A hal.
98 – 100
peng-
gunaan
ejaan
(huruf
besar,
tanda
titik,
tanda
koma,
dll)
yang
baik
surat
Menulis surat
untuk teman
sebaya tentang
pengalaman
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
IRAMAYANTI, Dilahirkan di liaganda, kecamatan pasilambena kabupaten
selayar,pada tanggal 21 April 1994, anak terakhir dari empat bersaudara dari
pasangan Ayahanda Hudiah dan Ibunda Subaedah pada tahun 2009 penulis
tamat sekolah dasar (SD) Inpres Liaganda ,Tahun 2012 tamat sekolah
menengah pertama (SMP) Negeri 3 Pasilambena, Tahun 2015
tamat sekolah menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Benteng. Selanjutnya pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi jalur undagan dengan mengikuti program S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia(BSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.Sampai dengan penulisan skripsi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar