Upload
vokhuong
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
METODE BIMBINGAN AGAMA ISLAM MELALUI BELAJAR AL-QUR AN
UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI PENERIMA MANFAAT
DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MULYA JAYA JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial ( S.Sos)
Disusun oleh:
BURHANUDIN
NIM : 1111052000029
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H /2018 M
ii
ABSTRAK
Burhanudin : 1111052000029, “Metode Bimbingan Agama Islam Melalui
Belajar Al-Qur’an Untuk Meningkatkan Percaya Diri Penerima Manfaat Di
Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta” dibawah bimbingan : Abdul
Rahman, M.Si
Bimbingan Agama Islam adalah seluruh program pemberian bantuan atau
menuntun orang lain yang mengalami kesulitan baik lahir dan batin yang
menyangkut kehidupan dimasa kini dan akan mendatang. Fenome merabaknya
WTS (Wanita Tuna Sosial) merupakan salah satu komunitas marjinal yang sangat
memerlukan pendampingan, agar mereka memiliki kedudukan setara, layak hidup
di tengah masyarakat dengan percaya diri. Selama ini mereka masih dipandang
sebelah mata, karena prilakunya yang di pandang tidak normatif, banyak dosa,
dan minim harga diri. Sangat akrap dengan hal-hal yang di larang oleh agama
seperti miras, narkoba, serta penyakit HIV/AIDS yang membuat mereka di
kucilkan oleh masyarakat bahkan orang-orang terdekat mereka.
Dalam penelitian ini penulis mempaparkan hasil penelitian, pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Adapun desain penelitianya mengunakan jenis penelitian desain deskriptif yaitu
metode yang bertujuan membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti. Subjek
pada penelitian ini yaitu seorang pembimbing agama Islam di panti sosial karya
wanita mulya jaya dan lima penerima manfaat yang ada di panti. Sedangkan objek
penelitian ini dilihat dari segi pemasalahannya yaitu mengetahui metode
bimbingan agama Islam dalam belajar Al-Qur’an untuk meningkatkan percaya
diri pada penerima manfaat, dan apa yang menjadi faktor penghambat faktor
pendukung dalam menerapkan metode bimbingan agama Islam dalam belajar Al-
Qur’an untuk meningkatkan percaya diri penerima manfaat di panti sosial karya
wanita mulya jaya Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan, maka penulis akan
menjelskan secara singkat hasil penelitian tersebut. Program belajar Al-Qur’an
terhadap penerima manfaat di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta
merupakan upayah membentuk penerim manfaat meliki ilmu membaca Al-Qur’an
dan dapat mengamlkan yang dilakukan dengan beberapa metode belajar Al-
Qur’an : membaca, menghafal, dan mengamalkan.
Kata Kunci : Bimbingan Agama, WTS, Belajar Al-Qur’an
iii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الر حمن الر حيم
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Metode Bimbingan Agama Islam Melalui Belajar Al-Qur’an
Unuk meningkatkan Percaya Diri Penerima Manfaat Di Pani Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun
tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dra. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil
Dekan Bidang Adkum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta
iv
Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
4. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Abdul Rahman, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
semangat dan motivasi terus-menerus dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu.
7. Teristimewa kepada Ayah H. Jamaludin Ibu Siti Munawaroh dan Rahma
Alfian yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi dan
pengorbanannya dari segi moril dan materi kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Buat sahabat–sahabat penulis Muhamad Sabri, Al-Muzani, Khoirul
Muslim M, Mujahidin, Harry Handhiman, Safaruddin, Egi Fauzi Fahmi,
Ubay, Mustofa, wildan, Gus Azmi dan tidak lupa juga seluruh teman-
teman, kakak dan adik seperjuangan penulis terima kasih atas dukungan
dan doanya.
9. Seluruh keluarga besar BPI terimakasih buat dukungan dan doanya kepada
penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus terjaga
dengan baik.
10. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
v
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
HAMALAN PERNYATAAN .................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................ ii
KATAPENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
E. Metodelogi Penelitian ........................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 16
G. Sistimatika Penulisan ........................................................... 19
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Islam .................................................................. 21
1. Pengertian Metode dan Bimbingan Islam ....................... 21
2. Macam-macam Metode Bimbingan Islam ...................... 24
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan ........................................ 30
B. Belajar Al-Qur an ................................................................ 32
1. Pengertian Belajar .......................................................... 32
2. Pengertian Al-Qur an ...................................................... 34
3. Hasil Belajar .................................................................... 43
C. Percaya Diri ......................................................................... 46
1. Pengertian Percaya Diri................................................... 46
vii
2. Ciri-ciri Percaya Diri ....................................................... 50
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri ............ 50
4. Cara Menumbuhkan Percaya Diri ................................... 56
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Panti ..................................................... 58
B. Visi dan Misi ...................................................................... 59
C. Identitas Panti ..................................................................... 59
D. Landasan Hukum ................................................................ 59
E. Tujuan Rehabilitasi ............................................................. 60
F. Fungsi Rehabilitasi ............................................................. 60
G. Prinsip ................................................................................. 61
H. Metode ................................................................................ 63
I. Pendekatan .......................................................................... 64
J. Potensi Panti ....................................................................... 64
K. Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila...................... 70
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
A. Identifikasi Subyek….………………………………….. 73
B. Analisis Metode Bimbingan Agama Islam Bagi Penerima
Manfaat dalam Belajar Al-Quran….………………….….. 76
C. Temuan Penelitian………………………………………... 83
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Bimbingan
Islam Melalui Belajar Al-Qur an………………………… 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................. 85
B. Saran ................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 88
LAMPIRAN LAMPIRAN ........................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
WTS (Wanita Tuna Sosial) merupakan salah satu komunitas marjinal yang
sangat memerlukan pendampingan, agar mereka memiliki kedudukan setara,
layak hidup di tengah masyarakat dengan percaya diri. Selama ini mereka masih
di pandang sebelah mata, karena prilakunya yang di pandang tidak normatif,
banyak dosa, dan minim harga diri. Sangat akrap dengan hal-hal yang di larang
oleh agama seperti miras, narkoba, serta penyakit HIV/AIDS yang membuat
mereka di kucilkan oleh masyarakat bahkan orangorang terdekat mereka. Mereka
jarang sekali memperoleh kepedulian dan perhatian dari pihak-pihak yang
bertanggung jawab seperti pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun
masyarakat di sekitarnya. Hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki
kepedulian dan kesadaran berempati dengan kehidupannya yang sebenarnya sarat
akan masalah dan problematika. Mereka adalah para relawan yang memberikan
perhatian secara berkala dan bersifat sementara melalui kegiatan pembinaan
keagamaan (religius) maupun kegiatan lainnya, yang terkesan sebagai agenda
rutinitas saja. Kendati demikian kegiatan yang bersifat religius tersebut sangat
bermanfaat, dan disambut dengan antusias yang sangat tinggi oleh para mantan
WTS (Wanita Tuna Sosial). Dengan mengikuti berbagai kegiatan yang bernuansa
1
2
agama dan tidak sedikit pula para mantan WTS (Wanita Tuna Sosial) yang
merasakan dampak positif luar biasa dari kegiatan religi tersebut.1
Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur an diyakini berasal dari Allah
dan mutlak benar. Keberadan Al-Qur an sangat dibutuhkan oleh manusia. Di
dalamnya terdapat petunjuk mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut
terkadang datang dalam bentuk global, sehingga diperlukan pengolahan dan
penalaran akal manusia (penafsiran).2
Al-Qur an adalah kalam Allah dan merupakan mukjizat (bukti kebenaran
ajaran Islam) yang barang siapa membacanya akan berilai ibadah.3 Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur an yang berbunyi :
٤٠٢ لعلكن تسحوىى وأصتىا ۥله ٱستوعىا ف ٱلقسءاى قسئ وإذا
Artinya: “dan apabila dibacakan al-qur an (kepadamu), maka
dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-„Araaf, 7:204).4
Kadungan Al- Qur an mencakup berbagi macam pengetahuan yang dapat
diteliti berbagai segi dan cabang pengetahuan. Di dalam Al-Qur an banyak
ditemukan ayat-ayat yang memberikan petunjuk mengenai rahasia-rahasia alam,
yang belum pernah diketahui pada saat itu. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi
saat ini, beberapa alam tersebut mulai terbukti kebenarannya, misalnya ayat-ayat
1 Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 1.
2 Katakanlah roh suci (Jibril) membawakannya turun dengan kebeneran turun dari
TuhanMu untuk meneguhkan hati orang yang percaya untuk menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-Nahl, 16: 102) 3 Ajat Sudrajat, Din Al Islam, (Yogyakarta: UPP IKIP, 1998), h.30.
4 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: cv. Kathoda, 2005), h. 238.
3
tentang kejadian tentang kejadian alam semesta, informasi tentang benda terkecil
(atom), informasi berkurangnya tentang oksigen dalam ketinggian tertentu dan
lain sebagainya.5
Pembelajaran Al-Qur an telah dimulai sejak zaman Nabi. Setiap kali Nabi
mendapatkan wahyu Nabi mengumpulkan para sahabat untuk menyampaikan
wahyu tersebut dan mengajarka isinya. Pada zaman Nabi dikenal istilah Majlis Al-
Rasul.6 Di tempat dan pada waktu inilalah, Nabi menyampaikan wahyu kepada
para sahabat, dan kemudian para sahabat mengajarkan kepada para tabi‟in
sampaidi luar kota Makkah. Hal itu berlanjut seiring perkembang Islam ke
Negara-negara lain. Dengan demikian mulai saat itu pembelajaran Al-Qur an
berlangsung setiap wilayah di mana umat Islam tinggal.
Al-Qur an dengan bahasa arabnya memiliki keistimewahan tersendiri bagi
umat Islam di Indonesia. Hal ini dibabkan untuk membacanya masyarakat Muslim
di Indonesia belajar dan mengenal huruf-huruf Hijaiyyah. Dengan demikian
diperlukan program pendidikan yang dirancang secara sistematis untuk
memberikan kemampuan membaca Al-Qur an bagi umat Islam di Indonesia.
Manusia pada umumnya menginginkan kehidupan yang baik, yaitu
terpenuhinya kebutuhan hidupan, baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani,
maupun kebutuhan social. Manusia berpacu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
demi mempertahankan kehidupan diri sendiri maupun keluarganya. Berbagi
5 Muhammad Ali As-Shabuni, Studi Ilmu Al-Qur an (terj), Aminuddin daru judul asli At-
tibyaan fii Ulumul Qur an, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 185. 6 “ Majlis Ar-Rasul” merupakan suatu majlis atau tempat yang digunakan oleh Nabi
untuk menyampaikan wahyu kepada para sahabat setiap kali Nabi menerima wahyu, beliau
menyampaikan kepada para sahabat melalui majlis tersebut.
4
upayah untuk memenuhi berbagi kebutuhan hidup dikerjakan manusia agar
memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kenyataannya yang
dialami manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mengalami kesulitan
terutama wanita karena berbagai factor penyebab seperti pendidikan rendah dan
tidak adanya keterampilan membuat individu khususnya wanita mencari cara
singkat untuk memenuhi hidupnya.
Masalah prositusi atau tuna susila yang hidup, tumbuh dan berkembang di
masyarakat merupakan masalah yang sangat kompleks dan rumit serta tidak dapat
hilang dari permasalahan hidup manusia. Pelacur (Wanita Tuna Susila) kadang
diistilah sebagai wanita penjajah seks dan akhir-akhir ini lebih popular dengan
istilah pekerja seks komersial (PSK)7.
Kendala utama yang dihadapi dalam penanganan WTS adalah pendidikan
mereka yang umumnya rendah, tidak memiliki keterampilan, keinginan mencari
uang dengan cara mudah. Rendaahnya control masyarakat, sehingga menambah
kompleksnya tantangan yang harus dihadapi oleh petugas di lapangan. 8
Menurut Psikologi Universitas Indonesia Dr Bagus Takwi, factor utama
terjadinya fenomena pelacur muda adalah cara pengasuhan dalam keluarga dan
kaburnya batas antara yang baik untuk dilakukan dan apa yang tidak baik,
merosotnya norma-norma susila dan keagamaan menjadi salah satu penyebab
timbulnya pelacur.9
7 Derektorat Jendral Pelayanan dan rehabilitasi Sosial, Kementriaan Sosial R.I, diakses
dari pada tanggal 25 Oktober 2017. 8 Derektorat Jendral Pelayanan dan rehabilitasi Sosial, Kementriaan Sosial R.I, diakses
dari pada tanggal 25 Oktober 2017 9 Suara Pembaharuan, Data Psk Remaja di Nias.
5
Bagi penyandang tuna susila agama merupakan hal yang berperan penting
bagi kehidupan individu, dan social seseorang, Karena agama itu sendiri dalam
Islama berasal dari kata dalam bahasa Arab “Ad-din” yang artinya petunjuk atau
tuntunan tentang tata cara hidup yang ditentukan Allah.10
Itu artinya petunjuk
hidup yang Allah telah tentukan, maka manusia sebagai ciptaan Tuhan harus
menjalaninya, dan kalaupun melanggar aturan hidup yang Tuhan tentukan maka
akan ada konsekwensinya sendiri berupa hukuman di dunia dan di akhirat kelak.
Karena pengertian agama adalah keyakinan atau individu terhadap ”afterlife”
(Hari Kiamat), keterkaitan yang ada di alam ini.11
Al Qur an sumber dan pedoman hidup atau kitab yang penuh tuntunan
umat Islam yang berisikan firman Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surut Al Baqarah ayat 185 :
زهضاى شهس ي ٱلقسءاى أزل فيه ٱلر ت ه هس فوي شهد هكن ٱلفسقاى و ٱلهدي هدي للاس وبي فليصوه ٱلش
ي أيام أ ة ه سفس فعد خس يسيد وهي كاى هسيضا أو عل ة ولتكولىا ٱلعسس ول يسيد بكن ٱليسس بكن ٱلل ولتكبسوا ٱلعد ٱلل
كن ولعلكن تشكسوى ها هدى ٥٨١عل
Artinya: “(Berapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur an sebagai petunjuk bagi umat
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
hak yang bathil)”. (Al Baqarah: 2: 185).
Maka dari itu penting sekali rasa percaya diri dibentuk apabila WTS
mendapat pengharagaan dari lingkungan sekitar, bukan hanya komentar-komentar
negatif yang di terima melaikan komentar-komentar yang baik unuk
10
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (PT. Hidakarya Agung, Jakarta:
1989), h. 133 11
Macheal D Andrean dan Judy Daniels, Landasan Bimbingan dan Konseling, (PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006)
6
menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Dalam proses belajar rasa percaya diri
merupakan salah satu faktor intren pendukung keberhasilan WTS akan potensi
yang dimilikin, rasa percaya diri sangat unuk ditanamkan pada Penerima Manfaat
karena kurang rasa percaya diri bisa menyebabkan kegagalan dalam melakukan
kegiatan di lingkungan maupun pada proses belajar. Hal tersebut disadari oleh
keidak percayaan akan kemampuan dirinya dan dampak pada prestasi hasil belajar
yang rendah. Sehingga dengan deikian rasa percaya diri harus ditimbulkan agar
memotivasi WTS menjadi lebih baik.12
Adapun pengertian PSKW yang peneliti tetapkan sebagai lokasi dalam
penelitian ini adalah salah satu unit Lembaga Rehabilitasi Sosial yang ditetapkan
Kementrian RI. Derektorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila, yang bertanggung
jawab atas Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) dengan daya tampung 110 orang,
dan jangka waktu selama 6 bulan. PSKW Mulya Jaya berlokasi di JL. Tat Twam
Asi No. 47 komplek Departemen Sosial Pasar Rebo Jakarta.13
PSKW “Mulya Jaya” Jakarta merupakan salah satu unit pelaksanaan
teknis di lingkungan Kementrian Sosial RI yang memberikan pelayanan dan
rahabilitasi social kepada penyandang masalah kegiatan social khususnya Tuna
Susila atau Wanita Tuna Susila, anara lain mengikuti kegiatan pembinaan fisik,
mental, social, mengubah sikap dan prilaku, pelatihan keterampilan, resosialisi
dan pembinaan lanjut agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya dan mandiri
dalam kehidupan bermasyarakat.
12
Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) 13
Direktorat Jendral, Pelayanan dan Rehabilitas Sosial, Kementrian Sosial RI, diakses
pada tanggal 09 Maret 2011
7
Penulis melih di Panti Sosial Karya Wanita, para pembimbing menerapkan
metode dalam belajar Al-Qur‟an yang mana sebagian orang beranggap bahwa
belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang
tersajidalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggap
demikian biasanya akam segera merasa bangga ketika telah mampu menyebut
kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku
atau yang diajarkan oleh pembina.
Maka atas dasar itulah penulis tertarik untuk membahas persoalan ini
secara mendalam, dalam bentuk skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan
Agama Islam Melalui Belajaran Al-Qur an Untuk Meningkatkan Percaya Diri
Penerima Manfaat Di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis
perlu memberikan batasan-batasan yang akan diteliti. Untuk itu penulis
akan membatasi pada metode-metode Bimbingan Agama Islam Melalui
Belajaran Al-Qur‟an yang dilakukan Pada Wanita Tuna Susila Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta.
Metode yang dikehendaki penulis dalam penelitian ini adalah pada
metode yang digunakan pembimbing agama sebagai komunikator dan
saluran memanfaatkan metode bimbingan Islam.
8
Penulis akan meneliti proses pengajian rutin yang diadakan di
Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Dengan demikian dapat dipahami bahwa beberapa permasalahan
dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Bagaimana metode bimbingan agama Islam melalui belajaran Al- Qur‟
an pada penerima manfaat di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Jakarta?
2. Apa Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
keberhasilan pelaksanaan metode bimbingan agama Islam di Panti
Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta Timur ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
metode bimbingan Islam di panti social Karya Wanita Mulya Jaya dalam
belajaran Al-Qur an pada wanita tuna susila. Selanjutnya akan dijabarkan
tujuan secara khusus, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis metode bimbingan Islam apa saja
yang digunakan dalam mengarahkan wanita tuna susila untuk
mempelajari membaca, menghafal dan pemahaman Al-Qur‟an, untuk
lebih percaya diri.
9
2. Untuk mengetahui alasan pembimbing menggunakan metode
bimbingan islam dalam belajaran Al-Qur‟an pada wanita tuna susila
dalam bidang studi Al-Qur an.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan diatas, maka manfaat penelitian ini adalah
1. Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah
pengetahuan baru pada mata kuliah Bimbingan Penyuluhan Islam,
Ibadah, dan Tilawah, Ulumul Qur‟an, Ulumul Hadist, tafsir, psikologi
Sosial, dan Ilmu Dakwah.
2. Akademis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dalam peningkatan wawasan dakwah, lebih khusus bagi
Universitas dan Jurusan BPI yaitu melalui kegiatan praktikum mikro
dan makro, serta sebagai pijakan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
3. Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta, diharapkan dari hasil
penelitian dapat menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak
pembimbing atau elemen lainnya terutama dalam memperdayakan dan
penerapan pembelajaran Al-Qur an pada Wanita Tuna Susila agar
memiliki pengetahuan yang lebih baik dan dapat mengamalkan isi
kandungan dari ayat-ayat Al-Qur an.
10
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitan deskriptif dengan
pendekan kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan mengambarkan atau melukiskan keadaan
subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak.14
Sedangkan penelitian kuantitatif menurut Bogdan dan tailor seperti
yang dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkandata deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.15
Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi
keperpustakaan dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta
disajikan dalam suatu pandangan yang bertujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian.
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1989, cet. Ke-6, h. 195. 15
Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002), cet. Ke. 1 , hal 3.
11
2. Penetapan Lokasi dan waktu Penelitian
Penlitisn ini bertempat di Panti Sosial Karya Wanita Mulya
Jaya Jl. Tat Twam Asi 47 RT 008/02, Gedong, pasar Rebo yang
dilakukan pada tanggal
Adapun alasan penelitian tempat penelitian ini didasarkan
pada alasan sebagai berikut :
1) Lokasi penelitian tersebut cukup strategis karena terletak di
wilayah Pasar Rebo yang mudah dijangkau dan lebih hemat
biaya transfortasi.
2) Katertarikan penelitian untuk mengetahui lebih jauh mengenai
percaya diri dan metode bimbingan yang dilakukan Panti Sosial
Karya Wanita Mulya Jaya pada wanita tuna susila.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian
adalah mereka yang bertugas dalam pembinaan bimbingan Islam
dan wanita tuna susila yaitu satu orang pembimbing dan
sekelompok yang terbimbing.
12
2. Objek Penelitin
Objek penelitian ini adalah penerapan metode bimbingan
Isalam dan pendekatan yang digunkan oleh Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta Timur.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data16
.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
1) Observasi atau pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data
yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antara aspek dalam fenomena tersebut.17
Hingga saat ini ada dua model observasi yang sudah
biasa dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pertama, Observasi secara lngsung dan ikut terlibat dalam
peristiwa yang sedang dijadikan obyek observasi. Kedua,
Observasi non partisipan, yakni pembimbing berada di luar
16
Prof.Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005) 17
E. Kristi Poerwandi, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, ( Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62.
13
obyek atau peran yang sedang diidentifikasi, bisa dari jarak
dekat atau jarak jauh. Artinya, pihak observer hanya
mengamati dan mencatat fakta atau kejadian-kejadian yang
tampak sebagiamana layaknya orang yang sedang
mengamati sesuatu.18
Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian
langsung terhadap proses kegiatan bimbingan dan
penyuluhan di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya.
Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang
bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, kemudian
peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan
data yang dibutuhkan.
2) Wawancara
Wawancara adalah satu cara atau teknik yang
digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui
mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan yang ada pada
diri terbimbing atau klien.19
Wawancara juga merupakan
alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam penelitian
kualitatif yang digunakan adalah teknik wawancara
18
Lutfi.M, MA,Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 124. 19
Lutfi.M, MA,Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 122
14
mendalam, dimana seorang respondenatau kelompok
responden mengomunikasikan bahan-bahan dan mendorong
untuk didiskusikan secara bebas.20
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen.21
dalam hal ini
peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh, dan
mempelajari berbagai macam bentuk data melalui
pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di Panti Sosial
Karya Wanita Mulya Jaya serta data-data lain di
perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk
hasil dalam penelitian ini, Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data yang didokumentasikan dalam buku dan
majalah sesuai dengan masalah yang diteliti.
5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian dalah subyek dari penelitian
yang dimaksud.22
Smber data ialah unsur utama yang dijadikan
sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret dan
20
Elvinaro Ardianto, M.Si, Metodelogi Penelitianuntuk Public Relation, (Bandung:
SIMBIOSA REKATAMAMEDIA, 2010), cet. Ke-1, h. 61. 21
Husaini Husman, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), h.73. 22
M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (BandungPustaka Setia,2005), h.115.
15
yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh yang
diperlukan dalam peneltian ini.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber, yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
narasumber dalam bentuk wawancara dengan 1 orang pembimbing
dan sekelompok orang terbimbing.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperolehh melalui sumber-sumber
tertulis yang terdapat dalam buku atau dokumen yang berkaitn
dengan penelitian.
6. Analisis Data
Analisis data adalah satu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar
kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkanyang ada.
Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif.23
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara
garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penyajian atas, setelah data mengenai pelayanan dan
bimbingan di peroleh, maka data tersebut disajikan dalam
23
Suharsimi arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 2003) Cet. Ke-9, h. 11.
16
bentuk narasi, visual, matriks, bagan, table, dan lain
sebagainya sehingga tujuan dari penelitian dapat terjawab.
2) Penyimpulan, data yang tersaji pada analisa antar kasus
khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian
kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga dapat
mengambil kesimpulan mengenai bimbingan Islam dalam
pembelajaran Al-Qur an pada wanita tuna susila.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa judul skripsi mahasiswa atau
mahasiswi sebelumnya yang oleh penulis dijadikan sebagai tinjauan pustaka.
Namun perlu dipertegas perbedaan antara masing-masing judul dan masalah
yang dibahas, antara lain :
1. Nama Penulis : Riana Amalia
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2011
Judul Penelitian : Metode Bimbingan Mental Spritual Terhadap
Penyandang Masalah Tuna Susila Di Panti Sosial Karya Wanita
(PSKW) Mulya Jaya Jakarta.
Peneliti ini merupakan deskriptif kualitatif, saran yang ditelitinya
adalah watinta tuna susila di Panti Sosial Karya Wanita Pskw Mulya
Jaya Jakarta. Dan metode yang digunakan adalah metode bimbingan
mental spiritual, sesuai metode yang digunakan di PSKW Mulya Jaya
17
Jakarta adalah metode, ceramah, Tanya jawab, diskusi kelompok,
tadabbur alam, konseling individu atau kelompok, renungan suci,
Pratik atau latihan, dan game Islam.
Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan tentang metode /
cara bimbingan Islam, menggunakan pendekatan Kualitatif. Sedangkan
perbedaan dalam penelitian ini penulis meneliti tentang meningkatkan
percaya diri dalam belajar Al-Qur‟an. Sedangkan penelitian diatas
memberikan bimbingan dalam mental spiriual penyandang masalah
terhadap tuna susila. Yang membedakan dari judul penulis mengenai
Metode Bimbingan Agama Islam melalui belajar Al-Qur‟an terletak
pada hasil yang dilakukan oleh pihak Panti, dimana para penerima
manfaat tidak hanya dituntut untuk menghafal dan mengetahui huruf-
huruf Hijaiyyah, akan tetapi pembimbingan memberikan bimbingan
guna dapat mengetahui makna dari kandunganayat yang dibacanya dan
mengamalkannya.
2. Nama Penulis : Nurhasanuddin
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2007
Judul Penelitian : Metode Bimbingan Islam Dalam Pemahaman Al-
Qur‟an Pada Anak Yatim Di Pondok Pesantren Himmaturrijal Bekasi.
Penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana metode bimbingan
Islam dalam menigkakan pemahaman Al-Qur’an pada anak yatim di
pondok pesantren himmaturrijal Bekasi. Metode-metode bimbingan
18
Islam yang digunakan di yayasan yatim piatu pondok pesantren
Himmatarrijal dalam memberikan pemahaman Al-Qur’an pada anak
yatim adalah pertama, metode individual, kedua, metode ceramah,
ketiga meode tanya jawab, keempat, metode pengamalan nilai-nilai
keagamaan.
Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan pendekaan
kualitatif yang menggunakan Al-Qur‟an sebagain bahan pembahasan.
3. Nama Penulis : Ali Alatas
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2009
Judul Penelitian : Penerapan Bimbingan Islam Melalui Metode
Halaq Pada Pengajian Al-Qalam Curug Sawangan Depok.
Peneliti ini merupakan deskriptif kualitatif, saran yang ditelitinya
adalah seorang pembimbing. Di dalam halaqah seorang
pembimbingan sangat berperan sekali dalam mewujudkan tujuan
tersebut dengan memberikan berbagai materi agama Islam secara
bertahap dan kontinyu, serta dengan metode yang berfariasi.
Penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif.
Perbedaannya adalah bahwa penulis meneliti tentang belajar Al-
Qur‟an untuk meningkatkan percaya diri pada penerima manfaat.
Sedangka penelitian diatas meneliti tentang peran bimbing Islam
metode Halaq pada mengajian Al-Qur‟an.
19
4. Nama Penulis : Tita Ernawati
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2013
Judul Penelitian : Efektifitas Penyuluhan Agama Mengembangkan
kecerdasan Spritual Wanita Tuna Susila Di Panti Sosial Karya Wanita
(PSKW) Mulya Jaya Jakarta.
Peneliti ini merupakan deskriptif kualitatif, saran yang ditelitinya
adalah wanita tuna susila di Panti Sosial Karya Wanita Pskw Mulya
Jaya Jakarta. Sarana yang di teliti adalah wanita tuna susila di Panti
Sosial karya Wanita Mulya Jaya Jakarta. Mengembangkan kecerdasan
siswi agar memiliki kesadaran dan keinginan yang tinggi sehingga
membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif
dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagian yang
hakiki.
Penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif.
Perbedaannya adalah bahwa penelitian penulis meneliti tentang
pembelajaran Al-Qur an pada wanita tuna susila. Sedangkan ketiga
penelitian diatas meneliti tentang pengaruh dan bimbingan mental.
G. Sistimatika Penulisan
Untuk memudahkan penulis, maka penulis membagi pembahasan skripsi
ini menjadi lima bab dengan sistimatika pembahasan sebagai berikut :
20
BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metologi penelitian, tinjuan
pustaka, dan sistimatik penulisan.
BAB II : Landasan Teori meliputi tentang pengertian metode bimbingan Islam
tujuan dan fungsi bimbingan Islam, belajar dan tentang percaya diri.
BAB III : Gambaran umum Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta
meliputi sejarah berdirinya lembaga, visi dan misi, program kegiatan dan
tujuannya, tentang struktur organisasi dan gambaran umum subyek.
BAB IV : Penelitian dan analisis meliputi subyek Penelitian, temuan penelitian,
dan analisis Metode Bimbingan Agama Islam melaui Belajar Al-Qur‟an pada
Penerima Manfaat.
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
21
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Islam
1. Pengertian Metode dan Bimbingan Islam
a. Metode
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari penggalan kata “meta” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila
digabungkan maka metode biasa diartikan “jalan yang harus dilalu”.
Dalam pengertian yang lebuh luas, metode bisa pila diartikan sebagai “
segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan”.1
Sedangkan menurut “kamus besar Indonesia” metode ialah “ cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agara
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksaan seuatu kegiataan guna
mencapai tujuan yang ditentukan”.2
Untuk mencapai tujuan bimbingan Islam, dalam menerapannya
bimbingan memerlukan metode dalam membimbing. Akan tetapi
pengertian hakiki dari metode tersebut adalah segala saran yang dapat
digunakan untuk mencaoai tujuan yang diinginkan, baik saran tersebut
1 Lutfi. M, MA, Dasar-dasar BImbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta:
UIN Syarifhidayatullah 2008), h. 120. 2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
h. 740
21
22
bersifat tes seperti alat peraga, alat adminitrasi dan pergedungan
dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung, maupun alat non fisik
seperti kurikulum.3
b. Pengertian Bimbingan Islam
Istilah bimbingan merupakan terjemah dari kata guidance berasal
dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukkan, menuntun,
ataupun membantu. Sesuai, dengan istilahnya maka secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan.4
Bimo Walgio mendefinisikan “bimbingan sebagai bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu dapat mencapai
kesejahteraan hidup”.5
Sebagaimana bimbingan, Islam juga mempunyai beberapa
pengertian atau memiliki beberapa makna. Di lihat dari asal katanya,
Islama berasal dari bahasa arab, yaitu diambil dari kata “Sallam” yang
berarti “selamat sentausa”. Dari kata tersebut kemudian dibentuk
menjadi kata “aslama” yang artinya “memelihara diri dalam keadaan
selamat sentausa”.6
3 Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden
Terayon Press, 1998), h. 43 4 Hallen A, BImbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 2
5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV, Ilmu, 1975) h.28
6 M. Ali Hasan & Abuddin Nasa, Materi pokok Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1998), h. 246
23
Menurut Harun Nasution, “Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad sebagai
Rasul”. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan
hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagi segi dari kehidupan
manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil aspek itu adalah
Al-Qur an dan Al-Hadits.7
Bertolak dari beberapa pengertian bimbingan dan Islam, jadi
bimbingan Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriyah maupun batiniah,
yang menyangkut kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental spiritual,
dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi
kesulitan dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui
dorongan dari kekuatan Iman, dan Takwa kepada Allah SWT.
Berdasarkan pengertian yang ditemukan diatas, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa, bimbingan Islam adalah suatu usaha
pemberian bantuan secara berkesinmbungan oleh pembimbing
berdasar konsep Al-Qur an dan Sunnah kepada penerima manfaat
dalam meningkatkan kepercayaan diri agar mampu mencapai
kemandirian sehingga mereka memperoleh kebahagian hidup dunia
dan akhirat.
7 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta: UII Press, 1985) h.
24
24
2. Macam-macam Metode Bimbingan Islam
Dalam penerapannya bimbingan Islam memiliki beberapa
metode, berbagaimetode yang biasa digunakan dalam pelayanan
bimbingan sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk
mengamati secara langsung sikap dan prilaku yang tampak
pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari
kondisi mental atau kejiwaannya.
Hingga saat ini ada dua model observasi yang sudah dilakukan
sesuai dengan setandar yang ditetapkan. Pertama, observasi
secara langsung dan ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang
dijadikan obyek observasi. Dan kedua, observasi non
partisipan, yakni pembimbing berada di luar obyek atau peran
yang sedang diindifikasi, bisa dari jarak jauh atau jarak dekat.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara atau teknik yang
digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai
fakta-fakta mental atau kejiwaan (psikis) yang ada pada diri
terbimbing. Fata dan data itu dapat dijadikan bahan dan
gambaran empris dari kondisi kejiwaan atau mental pada saat
tertentu, sehingga perlu diberikan bimbingan secara tepat.
25
c. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah teknik bimbingan yang
digunakan melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti
kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya.
Penggunaan tekni ini biasanya untuk mempelajari dan
mengetahui komunitas dan interaksi social yang dilakukan
individu-individu (terbimbing), hubungan timbal balik dan
partisipasi terbimbing bila berada dalam kelompoknya. Hal ini
biasa dilakukan untuk mrnimbulkan dan mengembangkan
potensi-potensisosial yang terbimbing atau bimbingan yang
diberikan bagi terbimbing yang mengalami kesulitan dalam
melakukan kontak social dengan masyarakat.8
Metode ini menghendaki agar setiap anak bimbing melakukan
komunikasi timbal balik dengan teman-temannya, melakukan
hubungan interpersonal satu sama lain dan bergaul melalui
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan
pembinaan pribadi masing-masing.9
d. Psikologi (Menganalisis Jiwa)
Psikologi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman
kejiwaan yang pernah dialami terbimbing sejak kecil. Misalnya
perasaan tertekan, perasaan takut, trauma, dan merasa rendah
8 Lutfin M, Dasar-dasr Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 123. 9 Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), cet. Ke-II.
26
diri bila berada dalam situasi tertentu yang ada kaitannya
dengan peristiwa-peristiwa yang dialaminya.10
Metode ini berasal dari Psikoanalisi Frued yang dipergunakan
untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan terutama
perasaan yang tidak disadari. Menurut teori ini, manusia yang
senantiasa mengalami kegagalan usaha dalam mengejar cita-
cita atau keinginan, menyebabkan timbulnya perasaan tertekan
yang makain lama makin membengkak. Bilamana tumpukan
perasan gagal tersebut tidak dapat diselsaikan, maka akan
mengendap ke dalam lapisan bawah sadarnya.11
e. Non-Derektif ( Teknik Tidak Mengarahkan )
Cara lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan
pikiran yang tertekan sehingga menjadi penghambat kemajuan
belajar anak bimbing adalah dengan menggunakan metode
nonderektif. Metode ini menjadi 2 macam yaitu :
1) Client-centered, yaitu cara pengungkapan tekanan batin
yang dirasakan menjadi penghambat kemajuan belajar anak
bombing dengan system pancingan yang berupa satu dua
pernyataan yang terarah. Selanjutnya, anak bombing diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala
peristiwa yang menekan batin yang disadarimenjadi
hambatan jiwa.
10
Lutfi M, Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 126 11
Sartono, BImbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), cet. Ke-II
27
2) Metode direktif, yaitu cara mengungkapkan tekanan
perasaan yang menghambat perkembangan perasaan yang
menyebabkan hambatan dan ketegangan, dengan cara client
centered, yang diperdalam dengan permintaan atau
persyaratab yang memotivatif dan persuasive (meyakinkan)
untuk mengingat-ngingat, serta didorong untuk berani
mengungkap perasaan tekanan sampai keakar-akar.
f. Teknik Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)
Metode ini bersifat mengarahkan anak bimbing untuk
berusaha mengatasi kesulitan yang dihadapi. Pengarahan yang
diberikan anak bimbing ialah dengan memberikan secara
langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi sumber kesulitan yang dihadapi atau dialami anak
bimbing.12
g. Teknik Rasional-Emotif
Teknik Rasional - Emotif Dalam istilah lain teknik ini
disebut dengan “Rasional-Emotf therapy” atau model “RET”
yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis (ahli psikologi
klinis). Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan, teknik ini
dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis
(rasional) yang disebabkan emosinya yang tidak stabil. Pikiran-
pikiran yang tidak rasional itu selalu berkaitan dan bahkan
12
Lutfi M, Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 143
28
mungkin pula menimbulkan hambatan, gangguan atau
kesulitan-kesulitan dalam melihat dan menafsirkan segala
sesuatu yang dihadapinya dalam hidup.
Pelayanan teknik dan pendekatan rasional-emotif
merupakan bentuk terapi yang berupa membimbing dan
menyadarkan diri anak bimbing, sesungguhnya cara berfikir
yang tidak rasional itulah yang menyebabkan terjadinya
gangguan-gangguan emosionalnya. Maka dalam layanan ini
pembimbing membantu bimbing dalam membebaskan diri
cara-cara berfikir atau pandangan-pandangan yang tidak
rasional, dan selanjutnya diarahkan kearah cara-cara berfikir
yang lebih rasional.
Dalam Al-Qur an sesungguhnya cukup banyak yang
ditemukan ayat-ayat yang mengajarkan umat Islalm untuk
berfikir rasional tanpamengabaikan potensi jiwa dan rasa
(kalbu). Misalnya, ayat Al-Qur an banyak menggungkapkan
kata-kata “afala ta‟qilun” dalam berbagai bentuknya yang
diartikan „apakah kamu tidak berfikir?‟. Sebaimana salah satu
Firman Allah:
أتأ ۞ ٱثنبسٱيس جس ن تض أتى أفضكى تت تع أفلت كت ن ٱه ٤٤قه
Artinya:
29
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal
kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?” (Q.S, Al-Baqarah: 44).13
Oleh karenanya sangatlah tepat bila teknik “RET”
digunakan dalam menangani permasalahan umat Islam yang
tidak mampu mengembangkan potensi rasionalnya.
h. Teknik Konseling Klinikal
Pelanan dan bimbingan dan penyuluhan dengan
menggunakan teknik klinikal menitik beratkan pada
pengembangan skil anak bombing sesuai dengan latar belakang
dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan yeknik klinik
tidak semata-mata beroriensi juga kepada kemampuan personal
secara keseluruhan, baik jasmani maupun rohani.
Ketidak sesuaian antara kemampuan yang dimiliki dan
pekerjaan yang dilakukan juga menjadi penyebab timbulnya
kesulitan pada diri seseorang. Karena ia harus melakukan
sesuatu yang tidak dikuasai atau tidak diminati sesuai bakat dan
kemampuannya.
Dalam Al-Qur an ada kandungan ayat yang memerintahkan
umat Islam melakukan dan mengerjakan sesuatu pekerjaan
hendaklah didasarkan pada pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, sebagaimana firman Allah SWT:
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Surabaya:
Penerbit Al-Hidayah, 1998), h.16
30
ل يبفتق نكشن ۦثى عه ٱإ كم فؤادن ٱجصسن ٱعنض
ن ئكأ كب ٦٣ل يض ع
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
pertanggungan jawabnya”. (Q.S. Al-Isra‟: 36).14
Karena setiap unsur dari organ-organ tubuh manusia itu selain ikut
terlibat dan merasakannya juga akan diminta pertanggung jawaban dari
setiap yang ia lakukan. Maka minat dan kemampuan akan berjalan secara
seimbang bila disertai dengan kekuatan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam
a. Tujuan Umum
Bila dicermati secara umum tujuan bimbingan Islam dapat
membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
Kecuali itu, bimbingan dan penyuluhan Islam juga bertujuan
membantu manusia agar kembali kepda fitri (fitrah), menyadari
tugas dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan dan bertanggung
jawab atas dirinya, keluarganya dan masyarakat sekitarnya atau
membantu manusia dalam mewujudkan potensi dan eksistensi
14
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Surabaya:
Penerbit Al-Hidayah, 1998), h. 429
31
dirinya sebagai makluk pilihan (mulia) dan memegang tugas
kekhalifahan di muka bumi.15
b. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan bimbingan Islam adalah sebagai berikut :
1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
2. Membantu indiividu mengatasi masalah yang dihadapinya.
3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.16
Dengan memperhatikan tujuan umum dan tujuan khusus di
atas, maka tujuan fungsi bimbingan Islam adalah:
A. Fungsi Preventif; yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
B. Fungsi Kuratif atau Korektif; yakni membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya atau
dialaminya.
C. Fungsi Preservatif; yakni membantu individu menjaga
situasi dan kondisi yangsemula tidak baik (mengandung
masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu
terpecahkan.
D. Fungsi Depelomental atau Pengembangan; yakni
membantu individu memelihara dan mengembangkan
15
Lutfi M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 99 16
Ainur Rahim Faqih, BImbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,
2004), h. 36
32
situasi dan kondisi yang lebih baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan muncul
masalah baginya.17
B. Belajar Al-Qur an
1. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, kita tidak bisa lepas
dari kata belajar. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan
kata yang tidak asing bagi mereka. Namun dari semua itu tidak semua
mengetahui apa itu belajar, sehingga pengertian dari kata “belajar” itulah
yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman
yang keliru mengenai masalah belajar.
Menurut Evelin siregar belajar merupakan sebuah proses yang
kompleks yang berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan
dalam kandungan) hingga liang lahat.18
Jadi belajar suatu aktivitas seseorang yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku pada dirinya yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (efektif)
17
Ainur Rahim Faqih, BImbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,
2004), h. 37
18
Evelin siregar dan Hartini Nara,2010.Teori Belajar dan Pembelajaran.Bogor : Ghalian
Indonesia,h.3
33
Belajar menurut Kimble dalam Olson, yang mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam potensi tingkah laku
(behavioral potentiality) yang terjadi sebagai akibat dari praktik yang
diperkuat (reinforced practice).
Belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata
lain, hasil dari belajar harus selalu diterjemahkan ke dalam perilaku atau
tindakan yang dapat diamati. Setelah menjalani proses belajar, pembelajar
(learner) akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan
sebelum mereka belajar. Perubahan tingkah laku ini relatif permanen;
artinya, hanya sementara dan tidak menetap. Perubahan perilaku itu tidak
selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Perubahan
perilaku berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Pengalaman atau
praktik, harus diperkuat; artinya, hanya respons-respons yang
menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari.19
Menurut Jerome Brunner dalam Romberg & Kaput bahwa belajar
adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk)
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang
sudah dimilikinya.20
Jadi belajar suatu proses terjadinya perubahan pada siswa sebelum
dan sesudah kegiatan belajar, dengan menginterprestasikan
19 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson. 2008. Theories Of Learning (Teori Belajar)
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,h.2
20Trianto.2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta:Kencana
Prenada Media Group,h.15
34
pengalamannya sebagai salah satu yang berperan penting dalam
perkembangan proses pembelajaran melalui pengalaman yang suda
dimilikinya.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa belajar itu terjadi karena
interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi disadari oleh
individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada
fungsi kehidupan lainnya.
2. Pengertian Al-Qur an
Secara bahasa, kata Al-Qur an (انقسآ) merupakan bentuk mashdar
yang berasal dari fi‟il madhiقـسأ , seperti halnya kata yang berasal dari فسقب
fi‟il madhi فسق. Walaupun bentuknya mashdar, kata انقسآ mempunyai arti
yang sama dengan isim maf‟ulnya ء قـس ()ان , sebagaimana kata
Dengan demikian, jika kata . انكتة memiliki arti yang sama denganانكتبة
berarti membaca, makaقسأ .berarti sesuatu yang dibaca atau bacaanانقسآ
Pendapat ini merupakan pendapat kebanyakan ulama yang diwakili oleh
al-Lihyani.21
Pendapat kedua yang diwakili antara lain oleh al-Asy‟ari
mengatakan, bahwa kata انقسا(dibaca Al-Quran, tanpa hamzah)
21
Abdul „Azhim Az-Zarqani, يبلنعسفبفعهيبنقسآ , Daar al-Fikr, Beirut, 1988, Juz I, h.14.
35
berasal dari kata قس yang berati menggabungkan, berkumpul,
bersama-sama.22
Pendapat ketiga, yang diwakili oleh Ibnu Katsir dari madzhab
al-Syafi‟i, mengatakan bahwa kata انقسا(ditulis tanpa hamzah)
merupakan isim jamid yang dijadikan nama bagi kitab suci yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., sebagaimana halnya
kitab Taurat, zabur dan Injil.23
Menurut istilah, banyak pendapat yang dikemukakan para
ulama tentang pengertian Al-Qur an.dari berbagai pendapat
tersebut, suatu pendapat yang dipandang cukup memadai dan
karenanya dikutip oleh kebanyakan penulis Ulumul Quran yang
datang, kemudian adalah definisi yang dikemukaan oleh Az-
Zarqani sebagai berikut:
صهى" نعهىبنج صهىبنهعه ز عجزان بنكـليبن ,ثأ كـتـ صبحفان بن ثف
اتس, نجبنتـ ق ,ان ت ـدثتــل تعجـ ان
Artinya:
“Al-Qur an adalah kalamullah yang berfungsi sebagai mukjizat,
diturunkan kepada Nabi Saw, ditulis dalah mushaf-mushaf
22
Badruddin Muhammad Bin Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fi „Ulum al-Qur‟an, (Isa
al-Baby al-Halaby, Kaero, 1957), Juz I, h. 278 23
Dr. Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, انقسآ عهو ف ULUMUL-QUR‟AN: Studi)دزاصبت
Kompleksitas Alquran), (Alih Bahasa Amirul Hasan & Muhammad Halabi, Titian Ilahi Press,
Yogyakarta), Cet. I, 1997, h. 38
36
disampaikan secara mutawatir dan pandangan ibadah dalam
membacanya”24
Dalam definisi ini yang menjadi unsur utama adalah Kalam
Allah (firman atau perkataan Allah). Karena banyaknya Kalam Allah
yang diturunkan kepada para nabi dan rosul sebelum Nabi
Muhammad, maka karakteristik/ciri khas Al-Qur an yang
membedakanya dengan Kalam Allah yang lainya adalah :
1. Al-Qur an berfungsi sebagai mukzizat bagi Nabi Muhammad
Saw. Hal ini berarti bahwa Al-Qur an dengan kemukjizatannya
dapat membuktikan kenabian Muhammad bagi orang yang
meragukanya. Berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya yang
hanya berfungsi sebagai pedoman hidup bagi umat pada
zamannya.
2. Al-Qur an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini jelas
membedakannya dengan kitab-kitab suci yang lain. Seperti kitab
Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Kitab Zabur diturunkan
kepada Nabi Daud, Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa A.S.
3. Al-Qur an ditulis ke dalam lembaran-lembaran (mushhaf).
Sebagaimana diketahui, bahwa penulisan Alquran kedalam satu
mushhaf terjadi pada masa Abu Bakar, segera setelah wafatnyqa
Rasullah. Hal ini menjamin orisinalitas (keaslian) Al-Qur an yang
terus terpelihara sampai saat sekarang.
24
Abdul „Azhim Az-Zarqani, Juz I, h. 19
37
4. Proses transformasi Al-Qur an, baik dalam bentuk bacaan
maupun tulisn, dari suatu generasi ke generasi berikutnya, sejak
dari masa Rasullah sampi sekarang berlangsung secara mutawatir,
Dengan demikina, Al-Qur an yang ada pada generasi sekarang ini
tidak berbeda dengan al-Qur an yang diterima oleh Rasulullah
dari malaikat Jibril.
5. Membaca Al- Qur an bernilai ibadah. Hak ini tidak berarti bahwa
membawa buku-nuku dan kitab-kitab yang lain tidak ada
gunanya dan tidak mendapat pahala. Melainkan aktifitas
membaca tersebut tetap tidak mendapat pahala di sisi Allah yang
nilainya sesuai dengan subtansi bacaan, yaitu memperoleh
penegtahuan dari apa yang dibacanya. Sedangkan nilai pahala
dalam membaca Al-Qur an, disamping berpahala dari sisi
pemahaman maknanya (jika mengerti akan isi yang dibacanya),
juga berpahala dari sisi bilangan huruf yang dilafalkannya.
Hal ini sesuai dengan Abda Rasullah Saw :
د اث يضع للازض لقبل:قبلع للاصهىللازص صهىعه : حسفبقسأي ي
للأيثبنب،ثعشسانحضةحضــة ،فهـــللاكـتبة ،آنــــىأق حسف انف ثمحسف
ى حسف و ل (انتسيريزا)حسف ي
Artinya :
“Dari Ibnu Mas‟ud r.a. ia berkata: Rasulullah Saw. Bersabda:
“Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Alquran), maka
mendapat satu keajaiban (hasanah). Setiap kebajikan dilipat gandakan
38
pahalanya menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim
itu satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf “(H.R Al-Turmidzi)25
.
a) Membaca Al-Qur an
Di antara adab-adab membaca Al-Qur an, yang terpenting adalah sebagai
berikut:
1. Disunnahkan membaca Al-Qur an sesudah berwudhu, dalam
keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah.
Kemudian mengambil Al-Qur an hendaknya dengan tangan
kanan, dan memegangnya dengan kedua belah tangan.
2. Disunnahkan membaca Al-Qur an ditempat yang bersih, seperti:
di rumah, di Mushalah, dan timpat tempat-tempat lainnya yang
di anggap bersih, tapi yang paling utama ialah di Masjid.
3. Disunnahkan membaca Al-Qur an menghadap Qiblat,
membacanya dengan khusu‟ dan tenang sebaiknya dengan
berpakaian yang pantas.
4. Ketika membaca Al-Qur an mulut hendaknya bersih tidak berisi
makanan,sebaiknya sebelum membaca Al-Qur an mulut dan gigi
dibersikan terlebih dahulu.
5. Sebelum membaca Al-Qur an disunnahhkan membaca
ta‟awwuz, sesudah itu barulah dibaca Bismillah.Maksudnya,
diminta terlebih dahulu perlindungan Allah,supaya terjauh dari
pengaruh tipu daya syaitan,sehingga hati dan pikiran tetap
tenang diwaktu membaca Al-Qur an,terjauh dari gangguan-
gangguan.
6. Disunnahkan membaca Al-Qur an dengan tartil,yaitu dengan
bacaan yang pelan-pelan dan tenang.
Menurut penulis membaca Al-Qur an harus memiliki
adab yang diajarkan Islam, karena yang dibaca mendapatkan
25
Imam Muhyiddin An-Nawawi, Riyadhush-Shalihin, (Alih Bahasa Salim Bahreisy, PT.
Al-Ma‟arif, Bandung), Cet. V, 1979,h. 126
39
rahmat dan maanfat yang lebih besar sudah semestinya kita
sebagai umat Islam memperhatikan dan mengamalkan adab-
adab ketika membaca Al-Qur an.
b) Menghafal Al-Qur an
Menghafal Al-Qur an merupakan sesuatu sikap dan aktivitas yang
mulia, dengan menggabungkan al-Qur an dalam bentuk mejaga serta
melestarikan semua keaslian Al-qur an baik tulisan maupun bacaan dan
pengucapan atau teknik melafalkannya. Sikap dan aktifitas tersebut
dilakukan dengan dasar dan tujuan sebagai berikut:
Dasar hukum menghafal Al-Qur an dalam fikih dikatakan, bahwa
menghafal Al-Qur an dengan mencapai jumlah muttawatir (mencakup
semua bilangan ayat dan surat yang ada dalam Al-Qur an), maka gugurlah
kewajiban tersebut dari yang lainnya.Rasullah saw merupakan hafidz
(penghafal) Al-Qur an pertama kali dan merupakan contoh paling baik
bagi para sahabat dalam menghafalnya.Tujuan mengahafal Al-Qur an
kaum muslimin baik dalam wajib kifayah maupun sunnah, dalam
menghafal Al-Qur an dikarenakan dengan dilatarbelakangi oleh beberapa
tujuan, yaitu agar tidak terjadi penggantian atau pegubahan ada Al-Qur an
baik pada ayat-ayat dan suratnya maupun pada bacaanya. Sehingga Al-Qur
an tetap mejamin keaslianya seperti segala isinya sebagaimana ketika
diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah saw.
c) Pemahaman Al-Qur‟an
40
Al-Qur‟an adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan
utama. Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh
penelitian ilmiah, Al-Qur‟an adalah kitab suci yang memuat firman-firman
Allah, sama benar yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah.
Tujuannya, untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia
dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat kelak.26
Al-Qur‟an dilihat dari segi sisinya berkaitan dengan dua masalah besar
yakni masalah dinia dan akhirat. Masalah dunia termasuk bidang ekonomi,
social keluarga, politik, ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi, pertahanan
keamanan, hubungan antara ummat, moralitas dan lain sebagainya.
Sedangkan masalah keakhiratan berkaitan dengan keimanan terhadap
kehidupan akhirat, pahala dan dosa, ganjaran dan siksaan, serta berbagai
masalah kehidupan di akhirat lainnya.
Perlu ditegaskan di sini, bahwa sungguhpun Al-Qur‟an berisi petunjuk
yang lengkap mengenai kehidupan keduniaan dan keakhiratan, namun al-
Qur‟an “ bukanlah, kitab yang siap dipakai”. Hal ini dapat dipahami
karena untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan Al-Qur‟an, mau
tidak mau memerlukan keterlibatan penalaran atau ijtihad, sebagaimana
26
Muhammad Dawud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), cet.
ke- 1, h. 93
41
yang demikian itu dilakukan oleh para ulama mujtahid. Al-Qur‟an
memerlukan penjabaran dari Hadits dan pendapat akal pikiran.
Al- Qur‟an adalah sumber ajaran Islam yang berhubungan dengan
totalitas kehidupan manusia. Dalam kenyataan empiric, tidak dapat
dipungkiri, bahwa ketika sumber ajaran itu hendak dipahami dan
dikomunikasikan dengn kehidupan manusi yang pluralistic, diperlukan
keterlibatan pemikiran yang merupakan kretivitas manusia. Hal ini terlihat
pada tradisi ijtihad yang dikembangkan para pakar hukum Islam lainnya.
Dalam rangka memahami Al-Qur‟an tersebut diperlukan seperangkat
pengetahuan dasar sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah diturunkannya Al-Qur‟an (Asbab Nuzul),
sehingga akan diperoleh ketepatan dalam memahami Al-Qur‟an
sesuai dengan konteksnya.
2. Mengetahui sifat dari dalalah ayat-ayat Al-Qur‟an, yaitu ada ayat
yang qath‟i dan ada ayat yang dzanni. Ayat yang dzanni inilah yang
dapat menimbulkan perbedaan pendapat.
3. Mengetahui pula sifat ayat Al-Qur‟an yang tegas (muhkam),
mujmal, mutlak dan musytarak.
4. Mengetahui bahasa Arab dengan berbagai cabangnya seperti Ilmu
nahu, Syaraf, balaghah, dan Ma‟ani, sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam memahaminya.
42
5. Mengetahui Ilmu Istimbath hukum, yaitu ilmu tentang cara-cara
mengeluarkan dalil dari Al-Qur‟an, sebagaimana diatur dalam Ilmu
Ushul Fiqh
6. Mengetahui mana-mana saja ayat-ayat yang sudah dimansukh
(dihapus maksudnya) dan mana-mana saja ayat yang mansukh
(menghapus), sebagaimana dijumpai dalam ilmu nasikh mansukh.
7. Mengetahui hubungan antara satu ayat dengan ayat, dan ayat
dengan hadits sebagaimana diatur dalam ilmu nusabatul ayat.
8. Mengetahui cara-cara menafsirkan Al-Qur‟an,. Seperti dengan cara
imali, tafsili atau maudlui; serta mengetahui ilmu-ilmu lainnya.
9. Disertai kejujuran dan tanggung jawab baik terhadap Allah maupun
terhadap umat manusia.27
Dengan beberapa penjelasan diatas menunjukkan bahwa dalam
memahami Al-Qur‟an dibutuhkan beberapa ilmu pengetahuan
mengenai ilmu-ilmu Al-Qur‟an, seperti yang dilakukan Yayasan
Pondok Pesantren Himmaturrijal dalam membantu anak bimbingnya
untuk dapat memahami isi kandungan ayat-ayat yang terdapat dalam
Al-Qur‟an pembimbing memberikan bimbingan mengenai ilmu dasar
Al-Qur‟an. Dan untuk melengkapi bekal para anak didik yatim piatu
dalam bidang pengetahuan Al-Qur‟an dan agama khususnya di ajarkan
pula beberapa disiplin Ilmu melalui kitab – kitab para Ulama yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits.
27
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media),cet. ke- 1, h. 292-294
43
3. Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan-bahan yang sudah diajarkan.
Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya
penguasaan konsep teori mata pelajaran saja tetapi juga penguasaan
kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-
macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono menyatakan :
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (penerapan, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk, bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakteristik). Domion Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
Intelektual.28
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan-bahan yang sudah diajarkan. Hasil
belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan
konsep teori mata pelajaran saja tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi,
kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan,
cita-cita, keinginan dan harapan.
28
Agus Suprijono. 2009. Coopere Laerning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 6&7
44
Menurut Suprijono dalam Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil
belajar berupa hal-hal berikut.
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,
pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengorientasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-
konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan.Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep
dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
45
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.Sikap
merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar
perilaku29
.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar
mencakup pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik
yang ketiganya paling berkaitan dan membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan-kemampuanya setelah melakukan
belajar, selain itu hasil belajar bisa didapat karena adanya
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan, dan pengertian yang di
berikan oleh pendidik secara bertahap dan berkesinambungan
dalam pengembangan materi yang di sampaikan yang sesuai
dengan kurikulum yang telah di tetapkan.
Berdasarkan uraian di atas belajar harus melewati proses
pengalaman atau latihan yang berlangsung, sehingga dapat memperoleh
perubahan yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa, tidak mengerti
menjadi mengerti dan tidak mahir menjadi mahir. Dari pengalaman dan
latihan dalam pembelajaran itu dapat memberikan penguatan atau
dorongan seseoarang untuk berusaha menjadi jati diri yang sempurna
sehingga apabila proses tersebut sering di lakukan dalam kehidupan
sehari-hari akan menjadi kemampuan yang bersifat permanen.
29 Muhammad Thobroni .Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran (Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dan Pem,bangunan Nasional).Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,h.19
46
C. Percaya diri
1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri berasal dari bahasa Inggris yakni self confidence
yang artinya percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri
sendiri. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Percaya diri adalah kondisi
mental atau psikologis dari seseorang yang memberi keyakinan kuat
pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang
yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya
pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Maka percaya
diri juga dapat diartikan suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri
yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat
dimanfaatkan secara tepat.30
Menurut Thursan Hakim, “Rasa percaya diri adalah suatu
keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya
dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa
mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya”.31
30
Nur Arijati, Modul Bimbingan Konseling Kelas XII, (Solo:CV.Hayati Tumbuh
subur,tth)h.47 31
http://illarezkiwanda.blogspot.com/2012/05/angket-percaya-diri-.html, di unduh
tanggal 20 november 2016,jam 10.22
47
Menurut Rahman memberikan pengertian bahwa kepercayaan
diri sebagai keyakinan dalam diri seseorang bilamana ia mampu
mencapai kesuksesan dengan berpijak pada usahanya sendiri.32
Menurut E. Fatimah, percaya diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau
situasi yang dihadapinya.”33
Jadi percaya diri merupakan hal yang sangat penting yang
seharusnya dimiliki oleh semua orang. Adanya rasa percaya diri
seseorang akan mampu meraih segala keinginan dalam hidupnya.
Perasaan yakin akan kemampuan yang dimiliki akan sangat
mempengaruhi seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Jadi dapat
dikatakan bahwa penilaian tentang diri sendiri adalah berupa penilaian
yang positif. Penilaian positif inilah yang nanti akan menimbulkan
sebuah motivasi dalam diri individu untuk lebih mau menghargai
dirinya. Kepercayaan diri adalah juga kunci motivasi diri. Orang yang
termotivasi memiliki pengaruh dan menciptakan kesan pertama yang
selalu diingat.
Abdul Hayat, dalam bukunya yang berjudul “Konsep-konsep
Konseling Berdasarkan Ayat-ayat Al-qur‟an” menjelaskan bahwa
32
Suwarjo dan Eva Imania Elisa,55 Permainan (Games) dalam Bimbingan dan
Konseling,(Yogyakarta: Paramitra Publishing,2010),hl.74 33
Alfitri Asmaul Husna,Peningkatan Kepercayaan Diri Sisiwa Melalui Teknik Diskusi
Kelompok Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negri 1 Talang
Padamg Tahun ajaran 2011-2012,(lampung:FKIP Universitas lampung 2012),h.5
48
percaya diri adalah kebalikan dari putus asa. Orang yang percaya diri
akan mau bekerja keras dalam berusaha, tidak putus asa dalam
kegagalan, suka melakukan intropeksi dan berusaha untuk
memperbaikidiri dari yang ada pada dirinya, sehingga mereka
terhindar dari perilaku tercela dan sesat. Firman Allah SWT dalam
surah Yusuf ayat 87: 26
صفيفتحضضاجاذ ٱج أخ ل يضا تب هٱحز لل لۥإ يش ب ٱحز لل ن ٱإل ك ن ٱوق فس٦٤
٧٨
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(Q.S.Yusuf:
87).
Allah selalu menghimbau manusia untuk menjauhi sikap putus asa,
sekalipun bagi orang yang telah terlanjur banyak melakukan kesalahan,
tetapi Allah tetap membukakan rahmat dan karunianya bagi mereka yang
berusaha untuk menjadi baik dan benar serta tidak berputus asa.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan bahwa kepercayaan diri ini berada
pada pribadi yang istiqamah, yaitu pribadi konsisten dan konsekuen dalam
memegang teguh keimanan kepada Allah Swt. Sehingga mereka tidak ada
rasa takut kepada apapun dan siapapun kecuali terhadap Allah Swt serta
tidak merasa hina, sebab mereka percaya diri bahwa keselamatan dan
keberuntungan sedang menunggu mereka. Disebabkan keistiqamahan
34
Surah Yusuf Ayat 87
49
seseorang dalam beriman kepada Allah swt. Mereka memiliki kepercayaan
diri yang tinggi, sebab mereka senantiasa merasakan adanya tempat minta
tolong, tempat mengadukan segala persoalan hidup kapan pun dan dimana
pun, serta memiliki perasaan optimis akan mendapatkan surga di akhirat
kelak. Allah sendiri menghimbau kepada mereka ini agar mereka selalu
percaya diri disebabkan keimanan mereka.35
Dari beberapa pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa percaya diri adalah suatu keyakinan dalam diri dengan kemampuan
untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup. Seseorang tidak akan pernah
menjadi orang yang benar-benar percaya diri, karena rasa percaya diri itu
muncul hanya berkaitan dengan keterampilan tertentu yang ia miliki.
Orang yang kurang percaya pada kemampuannya dan percaya dirinya
memiliki konsep diri negatif, karena itu sering menutup diri. Bahwasanya
percaya diri adalah keyakinan diri seseorang akan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki yang telah ada pada dirinya sehingga dapat
membantu memandang dengan positif akan dirinya. Adanya rasa percaya
diri yang tinggi akan membuat individu merasa optimis, dan dari rasa
optimis ini akan mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan
kepribadian dan kehidupan yang dijalaninya.
35
Abdul Hayat,Konsep-Konsep Konseling Berdasarkan Ayat-Ayat Al
Qura‟an(Banjarmasin:Antasari Press,2007) h,98-99
50
2. Ciri-ciri Percaya Diri
Thursan Hakim bukunya yang berjudul “Mengatasi Rasa Tidak
Percaya Diri” Menyatakan bahwa orang-orang yang mempunyai rasa
percayadiri yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala
sesuatu.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam
berbagai situasi.
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai
situasi.
e. Memilki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya.
f. Memiliki kecerdasan yang cukup.
g. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang
kehidupannya.
h. Memiliki kemampuan bersosialisasi.
i. Memilki latar belakang pendidikan keluarga yang baik
j. Memilki pengalaman hidup yang menempa mental
nyamenjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai
cobaan hidup.
k. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai
masalah.36
Menghargai diri sendiri merupakan hal yang paling penting dalam
menumbuhkan keyakinan pada diri. Percaya akan kemampuan,
percaya akan kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dan individu yang
memiliki keyakinan diri sendiri akhinya akan dapat menghargai
dirinya secara positif.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri
36
Thursan Hakim, Mengatasi rasa tidak percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h.8
51
Rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Internal
Yang termasuk dalam faktor internal yaitu :
a. Konsep Diri
Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan
perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan
suatu kelompok. Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri
rendah biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya
orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi, akan memiliki
konsep diri positif. Konsep diri suatu pandangan pribadi yang
dimiliki seseorang tentang dirinya masing-masing dan apa yang
terlintas dalam pikiran saat kita berpikir.
b. Intelegensi / kecerdasan
Kecerdasan seseorang akan tampak setiap kali ia menyesuaikan
diri dengan lingkungan tempat kita berada, terutama pada saat
kita mengadakan interaksi sosial dengan orang lain melalui
komunikasi lisan. Kecerdasan dan wawasan serta kemampuan
berbahasa yang kurang akan menyulitkan seseorang untuk bisa
berkomunikasi dengan baik dengan sekelompok orang lain yang
lebih intelek. Kesulitan tersebut bisa juga menjadi salah satu
52
sumber yang menyebabkan seseorang merasa tidak percaya diri
untuk bergabung di dalam satu kelompok tertentu.
c. Keterampilan Komunikasi
Mungkin kita sering menemui beberapa orang yang tidak bisa
berbicara dengan lancar dengan gejala bicara yang tidak teratur,
terlalu cepat, tersendat-sendat, terpatah-patah, mengulang-ulang
suku kata tertentu dan sebagainya. Ketidakmampuan untuk bisa
berbicara dengan lancar dapat menimbulkan rasa tidak percaya
diri untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain. Kita bisa
merasa malu ketika kegagapannya menjadi perhatian orang lain.
Akibatnya, timbullah rasa malu yang bisa menambah rasa tidak
percaya diri. Maka untuk mengatasi hal itu, diperlukanlatihan
khusus dan pelayanan konseling untuk membantu seseorang
dalam memahami masalah-masalah pribadinya masa lalu.
d. Kepribadian
Kepribadian seseorang yang mudah cemas dan penakut,
tertanam sejak masa kecil merupakan bibit tidak percaya diri
yang sangat parah. Penyebab utama masalah ini adalah pola
pendidikan keluarga dimasa kecil yang terlalu keras atau terlalu
melindungi atau sering ditakuti oleh orang sekitarnya. Masalah
ini bisa bertambah parah jika seseorang terlalu menuruti
perasaan cemas dan takutnya tanpa berusaha untuk melawan.
Dengan sendirinya, sifat mudah cemas dan takut menjadi
53
bertambah kuat dan masalah ini hanya bisa diselesaikan dengan
pelayanan konseling khusus yang disertai dengan latihan mental.
e. Kondisi fisik
Kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Kondisi
fisik ini bisa digambarkan dengan cacat atau kelainan fisik
tertentu, seperti cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu
indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat orang lain.
Dengan sendirinya, seseorang amat merasakan kekurangan yang
ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Jika
seseorang tidak bisa bereaksi secara positif, maka timbullah rasa
rendah diri (minder) yang akan berkembang menjadi rasa tidak
percaya diri.
2) Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony lebih
lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah
cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih
pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung
akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain.
Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa
percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut
kenyataan.
54
b. Pekerjaan
Rogers mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan
kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan
pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di
dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
c. Berasal dari keluarga yang ekonominya rendah atau pas-pasan
Rasa tidak percaya diri ini biasanya dialami ketika kita harus berada di
lingkungan yang sama dengan orang-orang yang ekonominya tinggi
atau menengah ke atas. Rasa tidak percaya diri yang rasakan ini
biasanya menyangkut komunikasi dan pembauran. Jika memang harus
berada di lingkungan tersebut maka rasa tidak percaya diri akan muncul
dan tidak mampu berkomunikasi dan berbaur dengan orang-orang yang
ekonominya tinggi atau menengah ke atas.
d. Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
Lingkungan disini maksudnya adalah lingkungan sekolah, pekerjaan,
tempat tinggal dan sebagainya. Ketika seseorang sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan maka rasa tidak percaya diri itu otomatis
muncul dari diri seseorang sehingga terlihat orang yang cenderung
pendiam, tidak komunikatif dan raut wajah berwarna merah-kemerahan.
e. Pengalaman hidup
55
Lauster mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman
yang mengecewakan, yang paling sering menjadi sumber timbulnya
rasa rendah diri. Lebih-lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki
rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.
f. Lingkungan
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat.
Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti
anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi
rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan
lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima
oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang.
Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari
pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya.
Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami
seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan
menyebabkan individu kurang percaya diri.37
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor internal dan
eksternal, faktor internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu
dalam mengerjakan sesuatu yang mampu dilakukanya, keberhasilan
individu untuk mendapatkan sesuatu yang mampu dilakukan dan dicita-
37
John Afifi, 1 Menit Mengatasi Rasa Percaya Diri Anda,(Jogyakarta: FlashBooks,2014), h.21-23
56
citakan, keinginan dan tekad yang kuat untuk memperoleh keinginan
hingga terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, diamana
lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal terhadap
perilaku seseorang.
4. Cara Menumbuhkan Percaya Diri
Malu dan rendah diri yang berlebihan, biasanya disebut minder.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari minder dan
mengembangkan percaya diri yang baik, adalah sebagai berikut :
a. Jadilah diri sendiri, kenali potensi dan mengembangkannya adalah
cara terbaik untuk meningkatkan rasa percaya diri.
b. Berhentilah memikirkan kekurangan-kekuranganmu, terimalah diri
kamu apa adanya. Jadikan kekurangan kamu sebagai kelebihan.
Selalu menutupi kekurangan hanya akan membuat semakin
terpuruk dalam sikap minder dan rendah diri.
c. Memperluas pergaulan, bergaullah dengan orang-orang yang
memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pelajari cara mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Perhatikan penampilanmu. Mulailah memperhatikan penampilan
kamu terutama saat keluar dari rumah, penampilan yang baik dan
maksimal dapat membantu kamu meningkatkan rasa percaya diri.38
38
Psikologi ID, Who Am I 3, ( Jakarta: Tangga Pustaka, 2014), h. 79-80
57
Berdasarkan cara menumbuhkan percaya diri adalah sikap kita
dalam bergaul menunjukan kepribadian. Percaya diri merupakan
syarat utama agar kita bisa diperhatikan, kepercayaan diri dan
kepribadian yang kuat bias menunjang seseorang untuk mejalani
hubungan dengan orang disekitarnya.
58
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Panti
PSKW “Mulya Jaya” Jakarta Jl. Tat Twan Asi No. 47 RT 08 RW 02 Rebo
Jakarta Timur Kode Pos 13760 merupakan salah satu unit Pelaksanaan Teknis
di lingkungan Kementrian Sosial RI yang melaksanakan rehabilitasi sosial
kepada penyandang masalah tuna sosial yaitu wanita tuna susila, melalui
kegiatan pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku,
pelatihan keterampilan, resosialisasi dan pembinaan lanjut, agar mampu
melaksanakan gungsi sosialnya dan mandiri dalam kehidupan bermasyarakat.1
Sebelum bernama PSKW “Mulya Jaya” Jakarta, pada awal berdidrinya di
tahun 1959, panti ini merupakan Pilot Proyek Pusat Pendidikan Wanita di
Jakarta. Diresmikan oleh Menteri Sosial RI Bpk H.Moelyadi Djoyomartono
(Alm) pada tanggal 20 Desember 1960 dan dinamakan “Mulya Jaya” yang
artinya “Wanita Mulya Negara Jaya”. Pada tahun 1969 berubah menjadi Pusat
Pendidikan Pengajaran Kegunaan Wanita (P2KW). Berdasarkan SK Mensos
RI No.41/HUK/Kep/XI/1979 berubah nama menjadi Panti Rehabilitasi Wanita
Tuna Susila (PRWTS) “Mulya Jaya”. Sejak tanggal 24 april 1995 ditetapkan
sebagai Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” berdasarkan
Kemensos RI No.22/HUK/1995.2
1 Profil Panti (PSKW) Mulya Jaya Jakarta
2 Profil Panti (PSKW) Mulya Jaya Jakarta
58
59
B.Visi dan Misi
a) Visi
Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila yang Bermutu dan Profesioanal
b) Misi
1. Melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi tuna susila sesuai dengan
panduan yang telah ada.
2. Mewujudkan keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi tuna susila
sesuai dengan indikator keberhasilan, pelayanan dan rehabilitasi
tuna susila.
3. Mengembangkan jaringan kerja sama dengan pihak-pihak terkait,
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan
dan rehabilitasi tuan susila.
C. Identitas Panti
NAMA PANTI : PANTI SOSIAL KARYA WANITA “MULYA
JAYA”JAKARTA.
ALAMAT : Kompleks Depsos Jl. Tat Twan Asi No. 47 RT 08
RW 02 Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo
Jakarta Timur Kode Pos 13760
TELEPON/FAX : Telp (021) 8400631
Fax (021) 8415717
E-MAIL : [email protected]
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2, Pasal 28 Dan Pasal 34.
2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
3. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
60
5. Keputusan Mentri Sosial RI Nomor 29/HUK/1999 Tentang Rehabilitasi
Bekas Penyandang Masalah Tuna Sosial.
6. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Kementrian Sosial RI.
E. Tujuan Rehabilitasi
Rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta bertujuan untuk
memulihkan keberfungsian Sosial Wanita Tuna Susila, yang meliputi :
a. Penerima Manfaat dapat mengikuti Bimbingan Rehabilitasi Sosial
b. Penerima Manfaat dapat pulih kondisi mentalnya.
c. Penerima Manfaat mampu melaksanakan peranan kehidupan sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
d. Penerima manfaat mampu mengembangkan potensi diri dan vocatimal
keterampilan praktis di lingkungan keluar dan masyarakat secara sosial –
ekonomi.
e. Penerima Manfaat mampu memulihkan kedudukan dan meningkatkan
status sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.
F.Fungsi Rehabilitasi
Rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta berfungsi untuk :
a. Menumbuhkan kesadaran Penerima Manfaat akan pentingnya rehabilitasi
sosial
b. Membantu Penerima Manfaat melakukan berbagai kegiatan yang berkenaan
dengan kehidupanya sehari-hari
61
c. Membantu Penerima Manfaat memenuhi kebutuhan dasar.
d. Membantu Penerima Manfaat mengembangkan potensinya.
e. Membantu Penerima Manfaat berperilaku normatif.
f. Membantu Penerima Manfaat mengatasi permasalahan.
g. Membantu Penerima Manfaat menemukan lingkungan & situasi kehidupan
yang mendukung keberfungsian sosialya.
G.Prinsip
Prinsip-prinsip yang digunkan dalam merehabilitasi Wanita Tuna Susila,
sesuai dengan prinsip praktek pekerjaan sosial, yaitu :
1. PRINSIP PENERIMAAN
Pekerja sosial bersikap menerima Penerima Manfaat seperti apa adanya
baik yang mencakup masalah, kepribadian, dan latar belakang
kehidupanya serta tidak memberikan penilaian yang baik dan buruk.
2. PRINSIP TIDAK MENGHAKIMI
Pekerja sosial tidak boleh menuduh Penerima Manfaan melakukan
pelanggaran norma-norma tertentu.
3. PRINSIP INDIVIDUALISASI
Pekerja sosial menyadari bahwa setiap Penerima Manfaat
mempunyaikarakter, permasalahan dan pengalaman yang berbeda
antara satu dengan yang lain, sehingga memberikan pelayanan tidak
dapat disamaratakan meskipun jenis permaslahan disandang sama.
62
4. PRINSIP KERAHASIAAN
Pekerja Sosial harus mampu menjaga kerahasiaan Penerima Manfaat
dan tidak boleh menyebar luaskan kepda orang lain.
5. PRINSIP PARTISIPASI
Pekerja Sosial menyadari bahwa yang mengetahui masalah Penerima
Manfaat secara pasti adalah dirinya sindiri, untuk itu dalam membantu
menyelesaikan masalah, pekerja sosial tidak boleh mendikte tetapi
harus melibatkan Penerima Manfaat untuk ikut serta dalam
penyelesaian masalah itu sendiri.
6. PRINSIP KOMUNIKASI
Pekerja Sosisal harus mampu menumbuhkan simpati dari Penerima
Manfaat, dan dapat menciptakan kualitas dan intensitas komunikasi
antara Penerima Manfaat dengan keluarga dan lingkungan sosialnya,
sehingga dampak positif terhdap upaya rehabilitasi sosial bagi Penerima
Manfaat.
7. PRINSIP MAWAS DIRI
Pekerja Sosial menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang
mempunyai kelemahan, untuk itu harus mampu menempatkan diri
sesuai dengan setatusnya sebagai orang yang dipercaya oleh Penerima
Manfaat untuk membantu menyelesaikan masalah tanpa adanya
keterlibatan hubungan emosianal.
63
8. PRINSIP JARINGAN KERJA
Dalam melaksanakan rehabilitasi sosial diperlukan pembangunan
jaringan sosial lintas sektor terkait, sehingga rehabilitasi lebih efektif
dan efesien.
9. PRINSIP HAK ASASI MANUSIA
Bahwa Penerima Manfaat berhak mendapatkan hak rehabilitasi sosial,
pendidikan,pelayanan kesehatan.
H. Metode
Dalam melaksanakan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
menggunakan beberapa metoda pekerjaan sosial, antara lain:
1. Bimbingan Sosial Perorangan (Social Case Work), adalah metoda yang
dilakukan Pekerja Sosial dalam menangani masalah Penerima Manfaat
secara individu.
2. Bimbingan Sosial Kelompok (Social Group Work), adalah metoda yang
digunakan Pekerja Sosial dalam menangani masalah Penerima Manfaat
melalui kelompok.
3. Bimbingan Sosial Organisasi dan Kemasyarakatan (Social
Organization and Development), adalah metoda yang digunakan Pekerja
Sosial untuk membantu Penerima Manfaat agar organisasi yang ada di
masyarakat menerima, mengembangkan dan mengontrol perilakuu
Penerima Manfaat.
64
I.Pendekatan
1. Integratif, adalah pendekatan yang dilakukan secara terpadu antara
program yang satu dengan program yang lainnya.
2. Komprehensif, adalah pendekatan yang dilakukan untuk kemajuan dan
pengembangan Penerima Manfaat secara menyeluruh.
3. Interdisipliner, adalah pendekatan yang dilakukan oleh berbagai disiplin
ilmu dalam melihat dan menangani masalah Penerima Manfaat.
4. Lintas Sektoral, adalah pendekatan yang dilakukan dengan melibatkan
berbagai sektor dalam penanganan masalah Penerima Manfaat.
J.Potensi Panti
a) Struktur Organisasi
STRUKTRUR ORGANISASI PANTI SOSIAL KARYA
WANITA “MULYA JAYA” JAKARTA
Kepala
Kepala Panti
Sarino, S.Pd., M.SI
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Fepi Rubianti, S.Sos., M.AP
Kepala Seksi PAS
Kustaman
Kepala Seksi Rehsos
Edy Santoso
Ke Kordinator Pelaksana
Hasan Otoy
Shelter workshop
Emje Skap
65
b) Personil
Jumlah Pegawai Neegri Sipil seluruhnya sebanyak 51 orang,dengan
tingkat pendidikan sebagai berikut :
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD 2
2 SMP 2
3 SMA 17
4 D I 1
5 D III 3
6 D IV/S1 20
7 S2 6
Jumlah 51
c) Kapasistas Tampung
Kapasitas tampung di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta berjumlah 160 (seratus
enam puluh) orang per tahun.
d) Sarana dan Prasarana
1. Gedung Asrama
a. Unit Seleksi :
b. Asrama Kartini : Kenari
c. Asrama Cut Nya Dien : Cendrawasih
d. Asrama Malahayati :
e. Gedung Rumah Perlindunagn Sosial Wanita
66
2. Gedung Lainya
a. Ruang keterampilan menjahit manual
b. Ruang keterampilan menjahit high speed dan bordir
c. Ruang keterampilan tata rias rambut
d. Ruang keterampilan olahan pangan dan kuliner
e. Ruang keterampilan handy craft
f. Ruang keterampilan komputer dan perpustakaan
3. Bangunan Lainya
a. Guest House
b. Gedung Pertemuan
c. GOR
d. Rumah Dinas Kepala Panti
e. Aula
f. Ruang Poliklinik dan Musholla
g. Ruang Case Conference
h. Ruang Makan dan Sapur
i. Aula Serbaguna
j. Pos Satpam
k. Gudang
l. Lapangan Olahraga dan Upacara
m. Lapangan Tenis
n. Ruang Data
o. Kolam Ikan
67
4. Sarana Transportasi
a. Kendaraan roda 6 : 1 unit
b. Kendaraan roda 4 : 3 unit
c. Kendaraan roda 2 : 4 unit
5. Sarana Komunikasi
a. Pesawat telepon
b. Faximile
c. Internet
e) Jenis Bimbingan dan Keterampilan
1. Jenis Bimbingan
Bimbingan mental, fisik dan sosial meliputi kegiatan :
a. Pemenuhan kebutuhan dasar
b. Bimbingan agama dan spritual
c. Etika sosial dan budi pekerti
d. Pemeliharaan kebersihan
e. Pemeliharaan kesehatan
f. Penyediaan dan pelayanan obat-obatan
g. Pendampingan kelayan
h. Dinamika kelompok
i. Terapi kelompok
j. Konseling individu
k. Bimbingan kemasyarakatan (CO)
l. Olah raga
68
m. Ceramah HIV / AIDS
n. Konsultasi keluarga
o. Pelatihan kedisiplinan
p. Pembahasan kasus
q. Outbound
r. Widyawisata
s. Bimbingan kewirausahaan
t. Kelompok belajar pendidikan dasar (KBPD)
2. Jenis Keterampilan
Ada 8 (delapan) jenis keterampilan, yaitu:
a. Ketrampilan olahraga pangan
b. Keterampilan kuliner
c. Keterampilan tata rias pengantin
d. Keterampilan tata rias rambut
e. Keterampilan menjahit manual
f. Keterampilan menjahit high speed
g. Keterampilan menjahit bordir
h. Keterampilan handy craft
f) Alokasi Dana
Kegiatan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta dibiayai dari
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetuang dalam
DIPA PSKW “Mulya Jaya” Jakarta setiap tahun dan dari sumber dana
lainya yang tidak mengikat.
69
g) Wilayah Kerja
Wilayah kerja atau yang menjadi cakupan Rehabilitasi sosial Panti Sosial
Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta adalah seluruh wilayah
Indonesia (sebagai Rujukan Nasional).
h) Mitra Kerja
Mitra kera PSKW “Mulya Jaya” Jakarta antara lain :
1. Dinas Sosial Tingkat Kabupaten, Kota dan Propinsi, dalam hal
pengiriman dan tindak lanjut hasil razia.
2. Satuan Polisi Pamong Praja Tingkat Kabupaten, Kota dan Propinsi,
dalam ham pengiriman dan tindak lanjut hasil razia.
3. International Organization of Migration (IOM), dalam hal lanjutan dan
upaya memberikan perlindungan terhadap wanita korban traficking
yang mengalami eksploitasi seksual.
4. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dalam hal bantu tenaga
medis/dokter spesialis kulit dan kelamin yang melakukan pemeriksaan
tentang Penyakit Menulat Seksual dari para Penerima Manfaat,
konsultasi masalah kesehatan reproduksi wanita dan ceramah
HIV/AIDS.
5. Rumah Sakit POLRI Kramat Jati, dalam hal rujukan dan penganan
medis bagi Wanita Korban Traficking yang mengalami eksplotasi
seksual.
70
6. Puskesmas Pasar Rebo, dalam hal pemeriksaan HIV/AIDS bagi para
Penerima Manfaat, konsultasi masalah kesehatan reproduksi wanita
dan ceramah HIV.
7. Lembaga Pendidikan Keterampilan Wanita (LPKW) dan Yayasan
TriDewi, dalam hal pengadaan tenaga instruktur keterampilan.
8. Aparat keamanan setempat (Polsek, Polres, dan Koramil), dalam hal
pengamanan panti.
9. Organisasi Wanita Aisiyah, Yayasan Al Azhar, KUA, Pendeta, dalam
hal tenaga pengajar untuk bimbingan.
10. Universitas Indonesia, STKS Bandung, UPI/YAI, UIN Jakarta dan
perguruan tinggi lainnya, dalam hal pusat penelitian kajian masalah
kewanitaan dan tuna susila.
11. Universitas Negri Jakarta, dalam hal pengadaan tenaga pengajar /
instruktur olahraga.
12. PSAA, RPSW, RPTC, RPSODHA dan panti-panti lain milik
masyarakat, dalam hal rujukan untuk Penerima Manfaat.
13. Warta Kota, Kompas dan media masa lain, dalam hal publikasi panti.
H.Pelaksanan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila
a. Jangka Waktu
Jangka waktu pelaksanaan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya”
Jakarta selama 6 (enam) bulan per angkatan dalam 1 tahun anggaran.
b. Sasaran
1) Keluarga Penerima Manfaat / siswa
71
2) Tokoh Masyarakat
3) LSM / Orsos / Instasi Pengirim
4) Germo / Mucikari
5) Perantara / Broker
c. Pesyaratan
1) Penyandang masalah tuna susila
2) Usia 15 s/d 58 tahun
3) Sehat jasmani dan rohani / tidak sakit ingatan
4) Tidak dalam keadaan hamil dan tidak menyusui
5) Tidak mengidap penyakit berat dan menular, kecuali penyakit
kelamin
6) Wajib tinggal di dalam panti (asrama)
7) Wajib mematuhi tata tertib yang berlaku
8) Wajib mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial di dalam panti selama
6 (enam) bulan
d. Tahap Kegiatan
TAHAPAN KEGIATAN DI PSKW “MULYA JAYA”
NO TAHAP PELAYANAN UNIT PENYELESAIAN
WAK
TU
KA
PANTI
SUBAG
TU
SIE
PAS
SIE
REHSOS
PEKSOS PIHAK
TERKAIT
1 PENDEKATAN
AWAL
2 PENRIMAAN
3 PENGASRAMAAN
4 ORIENTASI
5 ASSESMEN
72
6 PERUMUSAN
RENCANA
INTERVENSI
7 BIMBINGAN
SOSIAL,MENTAl,K
ETERAMPILAN
8 RESOSIALISASI
9 PENYALURAN
10 BIMBINGAN
LANJUT
11 MONITORING &
EVALUASI
12 TERMINASI
13 PENGARSIPAN
DATA KLIEN
e. Indikator
1. Penerima Manfaat tidak lagi melakukan kegiatan tuna susila.
2. Penerima Manfaat berusaha mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan norma masyarakat.
3. Penerima Manfaat memiliki kesadaran akan dampak dan bahayanya
masalah tuna susila.
4. Penerima Manfaat diterima kermbali dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
5. Penerima Manfaat melasanakan peran sosialnya secara wajar dan
normatif dalam lingkungan keluarga dan masyrakat.
6. Penerima Manfaat memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri,
disiplin diri dan berkeinginan mengembangkan potensi diri.
7. Penerima Manfaat memiliki kesadaran dan keinginan untuk hidup
sehat, bersih, teratur, dan tertib.
8. Penerima Manfaat mampu memulihkan kedudukan dan
melaksanakan tugas dan perannya sebagai warga masyarakat yang
memiliki tanggung jawab sosial.
9. Penerima Manfaat memiliki keterampilan tertentu yang dapat
digunakan sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan.
73
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Identifikasi Subyek
1. Pembimbing I
Ustadz. Nuhri Sulaiman (Pembimbing)
Ust. Nuhri adalah pembimbing di Panti Sosial Karya Wanita
Mulya Jaya, beliau adalah pengajar di majlis ta’lim Masjid jami’
Taubah beliau sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang di adakan di
majlis tersebut.
“Kami sangat berharap mereka dapat menjadi insane yang
memahami dan dpat mengamalkan Al-Qur an serta menjadi Islam yang
intelek dengan pedoman Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga menjadi
manusi yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
semua masyarakat”.1
Sampai sekarang Ust. Nuhri terus memberikan ilmunya sehingga
mereka dapat mempelajari yang telah diberikan.
2. Pembimbing II
Ustadz. H . Nasrullah Nasyid, M. Ag ( Pembimbing)
Ustadz H. Nasrullah, adalah pimpinan Majlis Ta’lim Manaqib
sekaligus pembina atau pembimbing bagi preman-preman, germo dan
psk-psk yang ada di Tanah Abang.
1 Wawancara Pribadi dengan Ustadz. Nuhri Sulaiman, Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Jakarta.
73
74
Berawal dari suatu pengajian yang di pimpin oleh gurunya KH.
Junaidi Al Bagdadi kemudian beliau mengutus satu murid untuk
membadali (menggantikan) ditempat lain, kemudian murid tersebut
memimpin pengajian di majlis ta’lim yang isinya preman, germo, dan
wanita tuna susila. Karena memiliki tekat yang kuat untuk
menyelamatkan generasi penerus bagi mereka, maka Ust. H. Nasrullah
mulai membantu mereka keluar dari permasalahan mereka dengan cara
melebur kedalam diri mereka. Mereka mempunyai tekat untuk belajar
penuh semangat menuntut Ilmu dengan pasti agar tercapai cita-cita
mereka. Berikut kutipan wawancara dengan narasumber.
” Saya menekan kan bahwa tidak boleh menyalahkan diri sendiri
yang menjadi kesulitan ketika orang tersebut tidak bisa memafkan
dirinya maka orang tersebut tidak akan terlepas dari permasalahan
tersebut, banyak orang mengakatakan maafkan lah orang lain padahal
yang terus menghantui dirinya adalah kesalahan yang tidak pernah
memaafkan dirinya. Maka buka hati Mu maafkan diri sendiri dan
maafkan orang lain dan jangan pernah menyesal karena penyesalan
tidak akan menjadikan orang hidup harmonis”.2
Sampai saat ini Ustadz. H. Nasrullah terus memperjuangkan
kewajibannya sebagai seorang tokoh untuk memberikan keyakinan
bahwa masih ada penerus yang lebih baik lagi.
2 Wawancara pribadi dengan Ustadz. H. Nasrullah Nasyid, M. Ag, Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta, 10 Febuari 2017.
75
3. Terbimbing / Penerima Manfaat
a. N (Terbimbing)
N adalah anak ke tujuh dari Sembilan saudara, N lahir
dikalangan yang sederhana dan ia merupakan tulang punggung
buat adik dan ibunya, bermula N sedang main ke tempat
temannya lalu N diajak untuk bekerja sebagai pendamping
karokean, disana lah N dibawa oleh SATPOL PP ke Panti Sosial
Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta.
b. L (Terbimbing)
L adalah anak pertama dari tiga saudara, dua tahun yang
lalu L dan adik-adiknya ditinggalkan ayahnya yang tidak
bertanggung jawab atas keluarganya, sejak itu L menjadi tulang
punggung buat keluarganya. L bekerja apa saja yang bisa
menghsilkan uang sampai L masuk dalam suatu kemaksiatan
untuk menghasilkan uang buat keluarganya.
c. D (Terbimbing)
D adalah seorang anak Yatim Piatu yang ditinggalkan Ibu
dan Ayahnya lima tahun yang lalu, D anak ke dua dari 4
saudara, D mencari nafkah untuk adik-adiknya yang masih
sekolah. Sampai D harus menjual dirinya agar adik-adiknya bisa
meneruskan sekolah jangan sampai kaya dirinya yang harus
putus sekolah karena ditinggal orang tuanya meninggal.
76
d. K (Terbimbing)
K adalah anak tunggal dikeluarganya, keluarga K serba
kekurangan Ayah K sudah lama tidak bisa bekerja karena punya
penyakit. Sebagai penggantinya K harus mencari nafkah untuk
keluarganya pekerjaan K sebagai pelayan di warung kopi
namun di tempat pekerjaannya itu adalah zona merah.
e. Y (Terbimbing)
Y adalah anak kedua dari tiga saudara, Y sudah memilik
anak satu dari pernikahannya. Satu tahun sudah ia ditinggal oleh
suaminya karena suaminya yang selingku dengan wanita lain,
semenjak Y ditinggal suaminya Y menjadi tulang punggung
bagi keluarganya terutama membiayai anaknya yang masih
sekolah di sekolah dasar.
B. Analisis Metode Bimbingan Agama Islam Bagi Penerima Manfaat dalam
Belajar Al-Qur an
Bertolak dari beberapa pengertian bimbingan dan Islam, maka H. M.
Arifin mengartikan bimbingan Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriyah maupun batiniah,
yang menyangkut kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Bantuan
tersebut berupa pertolongan di bidang mental spiritual, dengan maksud agar
orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitan dengan kemampuan
77
yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan Iman, dan
Takwa kepada Allah SWT.
“Dengan meraka ada disini kami sangat menginginkan untuk membantu
mereka keluar dari ranah keburukan yang selama ini mereka lakukan”.3
Dalam melaksanakan bimbingan Islam, seorang pembimbing sangat
penting sekali untuk memahi metode-metode dalam menyampaikan materi.
Yang dimaksud metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan. Pengalaman sering membuktikan bahwa kendatipun materi itu baik,
seringing terjai respon dilapangan kurtang memuaskan, lantaran metode
penyajian yang digunakan kurang sesuai. Oleh karenanya dibutuhkannya
kreatifitas dalam memberikan bimbingan dan mengemasnya kedalama bentuk
yang lebih menarik sehingga memudahkan proses bimbingan.
Adapun metode-metode bimbingan Islam yang digunakan di Panti Sosial
Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta dalam memberikan belajar Al-Qur an pada
Penerima Manfaat yaitu :
1. Metode Individual
Metode individual yaitu pembimbing melakukan komunikasi
langsung secara individual dengan yang dibimbing. Hal ini dilakukan
oleh pembingdi Panti Sosial Kaya Wanita Mulya Jaya Jakarta dalam
membimbing Penerima Manfaat, pembimbing melakuklan komunikasi
langsung secara individual.
3 Wawancara pribadi dengan Ust. H. Nasrullah, M. Ag, Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Jakarta, 10 Febuari 20217
78
Kelebihan dari medot Individu yaitu :
Dapat menaika prestasi kepribadian individu
Penerima manfaat dapat berlatih belajar perturan layaknya
dalam suatu musyawarah.
Tidak terjebak dalam pikiran individuyan kadang-kadang salah
dan penuh prasangka.
Kelemahan dari metode individu yaitu :
Kemungkinan ada penerima manfaat yang tidak ikut aktif
Sulit menduga hasil yang dicapai karena waktu yang digunakan
cukup panjang.
Metode ini dilakukan untuk mengetahui minat dan bakat apa saja
yang dimiliki oleh Penerima Manfaat dengan tujuan agar mereka l;ebih
mudah unt uk diarahkan. Dengan metode individual juga pembimbing
melakukan pendekatan guna memberikan pembelajaran Al-Qur an
terhadap Penerima Manfaat, yakni mereka belajar Al-Qur an membaca,
menghafal dan pemahaman Al-Qur an.
Dalam menjalankan metode individual ini, pembimbing
menggunakan beberapa pendekatan, seperti: pembimbing berusaha
menjadi keluarga mereka dan memeberikan kasih sayang kepada
mereka yang selama ini mereka tidak mendapatkan. Dengan demikian
79
mereka akan merasa nyaman dan akan lebih mudah untuk memberikan
materi bimbingan yang akan disampaikan
2. Metode Kelompok
Bimbingan kelompok adalah teknik bimbingan yang digunakan
melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi,
ceramah, seminar dan sebagainya. Penggunaan tekni ini biasanya untuk
mempelajari dan mengetahui komunitas dan interaksi social yang
dilakukan individu-individu (terbimbing), hubungan timbal balik dan
partisipasi terbimbing bila berada dalam kelompoknya. Hal ini biasa
dilakukan untuk mrnimbulkan dan mengembangkan potensi-
potensisosial yang terbimbing atau bimbingan yang diberikan bagi
terbimbing yang mengalami kesulitan dalam melakukan kontak social
dengan masyarakat.4
Metode ini menghendaki agar setiap anak bimbing melakukan
komunikasi timbal balik dengan teman-temannya, melakukan hubungan
interpersonal satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi peningkatan pembinaan pribadi masing-masing.
Metode ini menjadi dua macam yaitu :
a) Metode Ceramah
Metode ceramah sama halnya dengan metode
kelompok, yaitu pembimbing melakukan komunikasi
dengan Penerima Manfaat yang dibimbing dalam suatu
4 Lutfin M, Dasar-dasr Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 123.
80
kelompok. Metode yang diberikan saat bimbingan pada
umumnya menggunakn metode ceramah yaitu dengan
memberikan uraian atau pun penjelasan secara lisan tentang
materi bimbingan pada penerima Manfaat, sementara
Penerima Manfaat tersebut mendengarkan dengan seksama.
Dalam hal ini pembimbing memberika materi bimbinga sesuai
dengan dan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki, denhan
menggunakan bahasa yang lugas, jelas, dan mudah dimengerti. Metode
ceramah sama halnya dengan mau’idha hasanah atau nasehat yang baik.
Adapun materi yang disampaikan dalam bimbingan Islam di Panti
Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakartatentang ilmu yang berkaitan
dengan Al-Qur an, akhlak, tauhid, ibadah, dzikir, dan sejarah Islam.
Dengan diberinya materi-materi tersebut pembimbing berharap agar
mereka menjadi wanita sholehah, kehidupanya dipenuhi dengan hal-hal
yang positif, dan mereka selalu mendo’akan kedua orang tuanya dan
keluarganya.
b) Metode Diskusi
Diskusi adalah penyampaian materi dengan cara
mendorong sasaranya untuk menyatakan sesuatu yang
dirasa kurang mengerti atau kurang paham, disini
pembimbing sebagai penjawab atau penjelas astaupun
seebaliknya pembimbing menyakan sesuatu pada anak
81
bimbingannya, metode ini merupakan tindak lanjut dari
metode ceramah, metode diskusi ini dilaksanakan dengan
membuka forum setelah pembimbing memberikan materi
bimbingan keagamaan. Kemudian Penerim Manfaat diberi
kesempatan berrtanya bertanya mengenai materi yang telah
dibahas yang kurang jelas dan tentang bagaimana
meningkatkan sesuatu yang bersifatnya bermanfaat untuk
Penerima Manfaat sesuai dengan potensi masing-masing,
ataupun sebaliknya para pembimbing memberikan
pertanyaan kepada Penerima Manfaat. Didalam
memberikan pertanyaan pembimbing membebaskan
mereka untuk menjwab pertanyaan, disini pembimbing
tidak memberikan pilihan jawaban tujuannya agar Penerima
Manfaat dapat mengembangkan fikirannya sendiri, dengan
begitu mereka secara tidak langsung telah mengembangkan
kreatifitas berfikir yang dimiliki.
Untuk dapat mencapai tujuan bimbingan Islam, dalam
penerapannya bimbingan memerlukan metode dalam bimbingan. Akan
tetapi pengertian hakiki dari metoode tersebut adalah segala sasaran
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, bai
sarana tersebut bersifat tes seperti alat peraga, alat adminitrasi dan
82
pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung, maupun
alat non fisik seperti kurikulum.5
Jadi metode-metode yang digunakan di Panti Sosial Karya Wanita
Mulya Jaya Jakarta dalam memberikan belajar Al-Qur an pada
Penerima Manfaat adalah pertama, Metode individual, kedua metode
ceramah, ketiga metode diskusi.
Dari keterangan diatas penelitian menyimpulkan, bahwa dengan
penerapan metode-metode tersebut sangat epektif dalam membantu
para Penerima Manfaat yang dibimbing p;eh pembimbing dalam dalam
belajar Al-Qur an dan menjadikan merekan insan yang berpegang teguh
pada Al-Qur an dan Al-Hadits.
no Reduksi
Metode Materi Level Percaya
Diri Hasil
1 indivudual Face to Face
Menjadi
bagian
keluarga
Sangat Yakin
Mereka merasakan
seperti keluarga
sendiri
2 kelompok Ceramah
Dzikir
bersama
Sangat Yakin
Mereka menjadi
lebih baik
Diskusi
Pembimbing
memberikan
pertanyaan
Sangat Yakin
Menjadi lebih aktif
bertanya dari
sebelumnya
5 Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2001 ), cet. Ke-II h. 136.
83
Indicator:
1. Dari hasil pengalaman yang mereka dapat selama
bimbingan bahwa meraka merasan perubahan dalam
percaya diri meraka setelah mengikuti bimbingan
selama ini secara face to face.
2. Hasil dari metode ceramah mereka bisa mengerti
makna kebersamaan.
3. Carayang sangat efektif dalam berkelompok dengan
cara diskusi dengan teman-teman sekamarnya untuk
menambahkan wawasannya.
C. Temuan Penelitian
Secara umum Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta
mempunyai latar belakang dan program yang sama dengan Panti yang
lainnya. Kesamaan ini dianalisi dan dipandang dari sudut kebutuhan
kondisi fisik dan rohani yang kurang dipeerhatikan, tujuan program yang
dilakukan Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta ini adalah untuk
memnuhi kebutuhan hak dan kewajiban Penerima Manfaat yang masih
mempunyai keluarga yang utuh serta selalu terpenuhi kebutuhannya
dengan pedoman Kalam Ilahi (Al-Qur an).
Penelitian ini gambaran yang lebih jelas mengenai metode
bimbingan Islamdalam belajar Al-Qur an pada Penerima Manfaat yang
dilakukan oleh Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta yang selama
84
ini secara intensef telah melakukan berbagai macam kegiatan dalam
memberikan bimbingan terhadap Penerima Manfaat.
Dalam hasil penelitian yaitu dengan observasi dan wawancara
secara dalam yang selama ini penelitian lakukan, disini penulis melihat
bahwa metode bimbingan Islam yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita
Jaya Jakarta sangat berpengaruh dalam perkembangan Penerimadalam
belajar Al-Qur an, tidak hanya Penerima Manfaat yang merasakan
demikian namun pegawai sekitar juga merasakan kemanfaatnya, sehingga
pegawai sekitae sangat mendukung segala program yang dibuat oleh Panti
Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta. Karena dari hasil wawancara,
mereka menyatakan bahwa bimbingan Islam yang diberikan oleh Panti
Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta yaitu dengan metode-metode
yang telah dilakukan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, yaitu
Penerima Manfaat dapat mengetahui apa tujuan ayat-ayat yang diturunkan
dalam Al-Qur an dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kehidupan yang dijalanin benar-benar terarah dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. berikut kutipan wawancara dengan
salah satu Penerima Manfaat.
“Menurut saya bimbingan belajar Al-Qur an sangat lah bagus untuk
meperlancar bacaan kita dan mengetahui isi kandungannya, umumnya
menjadi panduan hidup dalam mempelajari Al-Qur an”.6
6 Wawancara pribadi dengan Novitasari., Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta, 10
Febuari 2017
85
Selain metode-metode tersebut tidak jarang pihak Panti juga selalu
memotivasi mereka untuk terus belajar mengembangkan kemapuan yang
dimilikinya. Semua yang dilakukan Panti semata-mata untuk
meningkatkan martabat dan membantu memenuhi kebutuhan serta
memberikan hak dan kewajiban mereka, sehingga masyarakat bisa
menerima mereka kembali.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Bimbingan Islam Melalui
Belajar Al-Qur an
Ketika melakukan proses metode bimbingan Islam melaui belajar Al-qur
an ini tentunya mempunyai sebab yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat kegiatan tersebut. Penulis menemukan beberapa hal yang menjadi
faktor pendukung dan penghambat dalam bimbingan Islam bagi penerima
manfaat di PSKW Mulya Jaya, sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
1. Adanya dukungan dari pihak panti, yaitu dengan dukungan
atau partisipasi para pegawai sosial lainnya dengan
menyediakan, membantu dan memotivasi dalam penelitian
ini.
2. Adanya antusiasme dari penerima manfaat. Hal ini ditandai
dengan peran aktif penerima manfaat dalam mengikuti
bimbingan Islam.
86
3. Adanya fasilitas yang nyaman dan tenang, berupa ruangan
yang ber-AC, pengeras suara, dan perpustakaan Islam.
b. Faktor penghambat
1. Beragamnya tingkat pendidikan penerima manfaat yang
sangat rendah.
2. Berbedanya usia penerima manfaat yang tidak sebaya.
3. Sulitnya memiliki jangkauan monitoring kepada
penerima manfaat ketika setelah mereka keluar panti,
dikarenakan anggaran yang dikhususkan dan waktu
monitoring yang terbatas, sehingga pihak panti dalam
mensikapi pemecahan alternatif ini telah bekerjasama
dengan pihak pemda setempat dimana penerima manfaat
itu berasal, yang pada gilirannya diharapkan penerima
manfaat itu tidak kembali terjerumus ke dunia pekerja
seks komersial.
4. Adanya gangguan dari pada germo untuk mengambil
atau mengeluarkan mereka dari panti ini disebabkan
adanya keterkaitan antara penerima manfaat dan para
germo.
85
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian maka penulis menarik beberapa
simpulan tentang metode bimbingan Islam melalui belajar Al-Qur an untuk
meningkatkan percaya diri penerima manfaat di Panti Sosial Karya Wanita Mulya
Jaya Jakarta.
Kegiatan bimbingan Islam yang selama ini dilakukan di Panti Sosial Karya
Wanita dalam memberikan pelajaran Al-Qur an pada penerima manfaat
menggunakan beberapa metode, sebagai berikut :
1. Metode Individual, dalam hal ini pembimbing melakukan bimbingan
secara individual kepada para penerima manfaat melalui membaaca
Al-Qur an kepada pembimbing.
2. Metode Ceramah, dalam hal ini pembimbing memberikan penjelasan
secara lisan tentang materi yang akan disampaikannya seperti : “Ibu
adalah keramat bagi kita, Pentingnya Iman dan Taqwa, ilmu-ilmu Al-
Qur an serta perjalanan Rasul selama menerima Wahyu”.
3. Metode Diskusi, dalam metode ini pembimbing mempersilahkan
para penerima manfaat umtuk bertanya berkaitan materi yang
diberikan.
85
86
Oleh karena itu pihak panti juga mewajibkan para penerima manfaat untuk
selalu mengikuti kegiatan bimbingan Agama Islam. Dengan demikian diharapkan
mereka mampu menambah pengetahuan tentang Islam serta menjadi bekal setelah
keluar dari panti.
Disamping itu ada beberapa faktor pendukung dalam mensukseskan
program bimbingan melalui belajar Al-Qur an untuk meningkatkan percaya diri
penerima manfaat di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya sebagai berikut:
1. SDM pembimbing yang sangat kompeten dibidangnya.
2. Sarana dan prasarana yang sangat memadai serta fasilitas yang
mendungkung.
3. Para pegawai yang bekerja keras dalam melaksanakan tugasnya
dengan penuh semangat dan tulus ikhlas.
Akan tetapi ada beberapa faktor penghambat yang terdapat didalamnya,
sebagai berikut :
1. Perbedaan usia yang tidak merata
2. Penerima Manfaat yang malas
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitan, maka ada beberapa saran yang ingin
penulis sampaikan untuk pengelola panti, sebagai berikut :
1. Kepada para pegawai Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya,
agar terus memberikan bimbingan pada penerima manfaat
87
serta mewujudkan beberapa program yang menjadi
kebanggaan Pani ini dengan tingkatkan terus kualitas dan
kuantitas para Penerima Manfaat untuk menjadi orang yang
berguna dilingkunganya.
2. Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya, harus meningkatkan
sarana prasana yang ada dipanti secara berkesinambungan.
3. Perlunya monitoring yang berkesinambungan antara pihak
panti dengan instansi sosisal yang ada di tempat peneriman
maanfat itu berada.
4. Menggunakan metode yang lebih mudah dimengerti
Penerima Manfaat untuk belajar A-Qur’an.
5. Hasil dari penelitian ini untuk menambah program di panti
88
DAFTAR PUSTAKA
Andrean, Macheal D,dan Judy Daniels.2006.Landasan Bimbingan dan
Konseling,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ardianto, Elvinaro.2010.Metodelogi Penelitianuntuk Public Relation.
Bandung:SIMBIOSA REKATAMAMEDIA.
Arikunto, Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek.Jakarta: PT. Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi . 2003.Prosedur penelitian Suatu Pendekatan
Praktek.Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin . 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
PT. Golden Terayon Press.
As-Shabuni, Ali, Muhammad.1999.Studi Ilmu Al-Qur an (terj), Aminuddin daru
judul asli At-tibyaan fii Ulumul Qur an.Bandung: CV. Pustaka Setia.
A Hallen. 2005. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta : Quatum Teaching
Depag RI.2005.Al-Qur an dan Terjemahnya.Jakarta: cv. Kathoda.
Derektorat Jendral Pelayanan dan rehabilitasi Sosial, Kementriaan Sosial R.I,
diakses dari pada tanggal 25 Maret 2016.
http://illarezkiwnda.blogspot.com/2012/05/angket-percaya-diri-.html, di unduh
tanggal 20 november 2016, jam 10.20
Husman, Husaini.2000.Metodelogi Penelitian Sosial.Jakarta:Bumi Aksara..
Katakanlah roh suci (Jibril) membawakannya turun dengan kebeneran
turun dari TuhanMu untuk meneguhkan hati orang yang percaya untuk
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri. (Q.S. An-Nahl, 16: 102)
Lutfi, M.2008.MA,Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling)
Islam.Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008.
______ Dasar-dasr Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 123
Majlis Ar-Rasul” merupakan suatu majlis atau tempat yang digunakan oleh Nabi
untuk menyampaikan wahyu kepada para sahabat setiap kali Nabi
menerima wahyu, beliau menyampaikan kepada para sahabat melalui
majlis tersebut.
Maleong, Lexy J.2002.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
89
Nata, Abuddin.2001.Metodelogi Studi Islam.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
________2001. Metode Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Poerwandi E , Kristi.1983.Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian
Psikologi.Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI.
Suara Pembaharuan, Data Psk Remaja di Nias.
Subana, M.2005.Dasar-dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:Pustaka Setia.
Sartono. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan Bandung : CV, Pustaka Setia.
______ 2008. Bimbingan dan Penyuluhan Bandung : CV, Pustaka Setia.
Sudrajat, Ajat.1998.Din Al Islam.Yogyakarta: UPP IKIP.
Sugiyono.2005.Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung: ALFABETA.
Suwarjo dan Eva Imania Elisa. 2010. 55 Permainan (Games) dalam Bimbingan
dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Trianto.2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Yunus, Mahmud.1989.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:PT. Hidakarya Agung.
.2003.Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Bulan
Bintang.
BIODATA DAN HASIL WAWANCARA DENGAN PENERIMA MANFAAT
(SISWI) PSKW “MULYA JAYA” PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Pada kesempatan kali ini penulis bermaksud untuk mengintriview saudara/ I untuk
melengkapi hasil penelitian penulis di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta, oleh
karena itu dimohon kesediaannya dalam menjawab intriview yang telah penulis sediakan.
Terimakasih atas kerja samanya.
Nama : Novita Sari Binti Ombi
TTL : Karawang, 17 Juli 2000
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : SD (Tamat)
Isilah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas !
1. T : Kapan anda masuk panti sosial karya wanita mulya jaya jakarta?
J : pada bulan November 2016 jam 12 malam
2. T : Apakah anda senang dengan bimbingan Al-Qur’an di panti sosial karya
wanita mulya jaya jakarta?
J : saya sangat senang adanya bimbingan Al-Qur’an di panti ini, karena
dapat membantu sekali untuk saya mempelajari Al-Qu’an.
3. T : materi bimbingan apa saja yang didapat di PSKW?
J : materi disini sangat banyak salah satunya membaca Al-Qur’an.
4. T : bagaimana metode penyampaian bimbingan lembaga Al-Qur’an?
J : secara peyampaiannya kita dibuat perkelompok, setelah itu kami
membaca bersama-sama.
5. T : bagaimana metode penyampaian metode bimbingan hafalan Al-Qur’an?
J : caranya saya membaca dengan berulang-ulang agar cepat ditangkap dan
mudah lupa.
6. T : Bagaimana metode penyampaian bimbingan pemahaman Al-Qur’an?
J : saya mendengarkan yang disampaikan oleh pembimbing.
7. T : Dari beberapa bimbingan Al-Qur’an diatas, bimbingan yang mana anda
sukai?
J : yang saya sukai adalah bimbingan pemahaman Al-Qur’an
8. T : Apakah anda mendapat kesulitan dalam ketiga bimbingan tersebut?
J : iya, karena saya belum memahami betul tentang Al-Qur’an.
9. T : Bimbingan pemahaman yang mana anda rasa dapat menambahkan
percaya diri?
J : bimbingan pemahaman Al-Qur’an, karena membahas isi kandungan Al-
Qur’an.
10. T : apa saran anda untuk PSKW ini?
J : saran saya jangan ada batasan antara pegawai dan penerima manfaat.
TTD
Novita sari
Terbimbing
BIODATA DAN HASIL WAWANCARA DENGAN PENERIMA MANFAAT
(SISWI) PSKW “MULYA JAYA” PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Pada kesempatan kali ini penulis bermaksud untuk mengintriview saudara/ I untuk
melengkapi hasil penelitian penulis di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta, oleh
karena itu dimohon kesediaannya dalam menjawab intriview yang telah penulis sediakan.
Terimakasih atas kerja samanya.
Nama : Kekey Rosenwati Binti Nanang Sofian
TTL : Subang, 15 Januari 2000
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : SMP (tidak tamat)
Isilah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas !
1. T : Kapan anda masuk panti sosial karya wanita mulya jaya jakarta?
J : pada bulan November 2016 jam 12 malam
2. T : Apakah anda senang dengan bimbingan Al-Qur’an di panti sosial karya
wanita mulya jaya jakarta?
J : saya sangat senang sekali, bimbingan Al-Qur’an membantu saya untuk
bisa membaca Al-Qur’an dan mengerti isi kandungannya walaupun hanya
sedikit.
3. T : materi bimbingan apa saja yang didapat di PSKW?
J : yang saya dapat hanya dapat dua yaitu bimbingan Al-Qur’an dan
bimbingan dzikir kalbu.
4. T : bagaimana metode penyampaian bimbingan lembaga Al-Qur’an?
J : cara penyampaiannya dengan membaca bersama setelah itu kita disuruh
membaca sendiri-sendiri dengan suara keras.
5. T : bagaimana metode penyampaian metode bimbingan hafalan Al-Qur’an?
J : kalau cara penyampaian hafalan, kita semua membaca terlebih dahulu
sebanyak tiga kali setelah itu kita mulai menghafal Ayat perayat.
6. T : Bagaimana metode penyampaian bimbingan pemahaman Al-Qur’an?
J : kita semua mendengarkan pembimbing yang sedang menerangkan isi
kandungan ayat tersebut dengan cara ceramah.
7. T : Dari beberapa bimbingan Al-Qur’an diatas, bimbingan yang mana anda
sukai?
J : bimbingan membaca, membuat bacaan saya menjadi lancer.
8. T : Apakah anda mendapat kesulitan dalam ketiga bimbingan tersebut?
J : saya selalu mendapatkan kesulitan ketika pembimbing memberikan
penjelasan tentang ayat-ayat Al-Qur’an.
9. T : Bimbingan pemahaman yang mana anda rasa dapat menambahkan
percaya diri?
J : bimbingan membaca Al-Qur’an, karena setelah membaca Al-Qur’an sya
jadi lebih tenang dan percaya diri.
10. T : apa saran anda untuk PSKW ini?
J : lebih meningkatkan kualitas pembelajaran untuk penerima manfaat.
TTD
Kekey Roenwati
Terbimbing
BIODATA DAN HASIL WAWANCARA DENGAN PENERIMA MANFAAT
(SISWI) PSKW “MULYA JAYA” PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Pada kesempatan kali ini penulis bermaksud untuk mengintriview saudara/ I untuk
melengkapi hasil penelitian penulis di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta, oleh
karena itu dimohon kesediaannya dalam menjawab intriview yang telah penulis sediakan.
Terimakasih atas kerja samanya.
Nama : Yani Nursiamnah Binti Ata
TTL : Bekasi, 12 Maret 1991
Usia : 27 Tahun
Pendidikan : SMP (tamat)
Isilah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas !
1. T : Kapan anda masuk panti sosial karya wanita mulya jaya jakarta?
J : pada bulan November 2016 jam 12 malam
2. T : Apakah anda senang dengan bimbingan Al-Qur’an di panti sosial karya
wanita mulya jaya jakarta?
J : Alhamdulillah saya sangat senang, karena adanya bimbingan Al-Qur’an
dapat membantu saya belajar membaca Al-Qur’an.
3. T : materi bimbingan apa saja yang didapat di PSKW?
J : diantaranya bimbingan dzikir kalbu, bimbingan Al-Qur’an dan
bimbingan spiritual.
4. T : bagaimana metode penyampaian bimbingan lembaga Al-Qur’an?
J : cara penyampaiannya dengan membaca bersama setelah itu kita disuruh
membaca sendiri-sendiri dengan suara keras.
5. T : bagaimana metode penyampaian metode bimbingan hafalan Al-Qur’an?
J : dengan memperbanyak tadarus dan mengulangnya berkali-kali.
6. T : Bagaimana metode penyampaian bimbingan pemahaman Al-Qur’an?
J : dengan cara pembimbing ceramah menyampaikan sesuai dengan materi.
7. T : Dari beberapa bimbingan Al-Qur’an diatas, bimbingan yang mana anda
sukai?
J : yang saya senangi bimbingan membaca Al-Qur’an, dengan kita
membaca Al-Qur’an, bacaan kita akan lancar.
8. T : Apakah anda mendapat kesulitan dalam ketiga bimbingan tersebut?
J : saya mendapat kesulitan ketika membaca Al-Qur’an yang belum lancar.
9. T : Bimbingan pemahaman yang mana anda rasa dapat menambahkan
percaya diri?
J : bimbingan membaca Al-Qur’an ketika saya sudah lancar saya merasa
lebih percaya diri membacanya.
10. T : apa saran anda untuk PSKW ini?
J : meningkatkan kualitas pembimbing dalam mengajar.
TTD
Yani Nuriamnah
Terbimbing
BIODATA DAN HASIL WAWANCARA DENGAN PENERIMA MANFAAT
(SISWI) PSKW “MULYA JAYA” PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Pada kesempatan kali ini penulis bermaksud untuk mengintriview saudara/ I untuk
melengkapi hasil penelitian penulis di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta, oleh
karena itu dimohon kesediaannya dalam menjawab intriview yang telah penulis sediakan.
Terimakasih atas kerja samanya.
Nama : Leny Nuraini Binti Ardi Ma’ruf
TTL : Bekasi, 9 Agustus 1984
Usia : 37 Tahun
Pendidikan : SD (tidak tamat)
Isilah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas !
1. T : Kapan anda masuk panti sosial karya wanita mulya jaya jakarta?
J : pada bulan November 2016 jam 12 malam
2. T : Apakah anda senang dengan bimbingan Al-Qur’an di panti sosial karya
wanita mulya jaya jakarta?
J : saya sangat senang adanya bimbingan Al-Qur’an disini.
3. T : materi bimbingan apa saja yang didapat di PSKW?
J : diantarana bimbingan dzikir qolbu, bimbingan Al-Qur’an, dan
bimbingan spritual.
4. T : bagaimana metode penyampaian bimbingan membaca Al-Qur’an?
J : cara membacanya dengan membaca bersama setelah itu kita membaca
sendiri-sendiri dengan suara keras.
5. T : bagaimana metode penyampaian metode bimbingan hafalan Al-Qur’an?
J : dengan cara membcara bersama-sama secara mengulang-ulang
6. T : Bagaimana metode penyampaian bimbingan pemahaman Al-Qur’an?
J : dengan cara dijelaskan secara bersama dengan menjelaskan isi
kandungan Al-Qur’an yang secang dipelajari.
7. T : Dari beberapa bimbingan Al-Qur’an diatas, bimbingan yang mana anda
sukai?
J : saya sangat menyukai bimbingan baca Al-Qur’an karena adanya
bimbingan Al-Qur’an saya jadi termotivasi untuk melancarkan bacaan Al-
Qur’an.
8. T : Apakah anda mendapat kesulitan dalam ketiga bimbingan tersebut?
J : iya, saya sangat kesulitan sekali dengan menghafal Al-Qur’an.
9. T : Bimbingan yang mana anda rasa dapat menambahkan percaya diri?
J : bimbingan pemahaman Al-Qur’an, karena membahas isi kandungan Al-
Qur’an.
10. T : apa saran anda untuk PSKW ini?
J : saran saya perbanyak bimbingan Al-Qur’an.
TTD
Leny Nuraini Terbimbing
BIODATA DAN HASIL WAWANCARA DENGAN PENERIMA MANFAAT
(SISWI) PSKW “MULYA JAYA” PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Pada kesempatan kali ini penulis bermaksud untuk mengintriview saudara/ I untuk
melengkapi hasil penelitian penulis di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta, oleh
karena itu dimohon kesediaannya dalam menjawab intriview yang telah penulis sediakan.
Terimakasih atas kerja samanya.
Nama : Desi Oviani Binti M. Fadil
TTL : Karawang, 18 Maret 2000
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : SD (tamat)
Isilah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas !
1. T : Kapan anda masuk panti sosial karya wanita mulya jaya jakarta?
J : pada bulan November 2016 jam 12 malam
2. T : Apakah anda senang dengan bimbingan Al-Qur’an di panti sosial karya
wanita mulya jaya jakarta?
J : saya sangat senang adanya bimbingan Al-Qur’an di panti ini, karena
dapat membantu sekali untuk saya mempelajari Al-Qu’an.
3. T : materi bimbingan apa saja yang didapat di PSKW?
J : materi disini sangat banyak salah satunya membaca Al-Qur’an.
4. T : bagaimana metode penyampaian bimbingan lembaga Al-Qur’an?
J : dengan cara membaca bersama dan diperhatikan oleh pembimbing jika
ada yang salah.
5. T : bagaimana metode penyampaian metode bimbingan hafalan Al-Qur’an?
J : dengan cara membuat kelompok agar lebih efektif, lalu membacany
secara bersama.
6. T : Bagaimana metode penyampaian bimbingan pemahaman Al-Qur’an?
J : dengan mendengarkan yang disampaikan oleh pembimbing.
7. T : Dari beberapa bimbingan Al-Qur’an diatas, bimbingan yang mana anda
sukai?
J : bimbingan pemahaman al-Qur’an, saya dapat mengetahui apa tujuan
ayat-ayat yang diturunkan dalam Al-Qur’an untuk umatnya menjalankan
hidup di dunia ini.
8. T : Apakah anda mendapat kesulitan dalam ketiga bimbingan tersebut?
J : saya sangat kesulitan dalam membaca Al-Qur’an karena bacaan saya
masih terbatah-matah dalam membaca Al-Qur’an.
9. T : Bimbingan pemahaman yang mana anda rasa dapat menambahkan
percaya diri?
J : bimbingan pemahaman Al-Qur’an, karena membahas isi kandungan Al-
Qur’an.
10. T : apa saran anda untuk PSKW ini?
J : saran saya sedikit untuk panti ini para pegawai harus lebih dekat dengan
penerima manfaat.
TTD
Desi Oviani
Terbimbing
KEGIATAN BIMBINGAN AL-QUR AN
KEGIATAN BIMBINGAN AL-QUR AN