Upload
vuduong
View
244
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK
DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
YUDHISTIRA NUGRAHA RACHMAN
J500130031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK
DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
YUDHISTIRA NUGRAHA RACHMAN
J500130031
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Pembimbing
Utama
Dr. Mohammad Wildan, Sp.A.
NIK. 110.1648
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK
DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
OLEH :
YUDHISTIRA NUGRAHA RACHMAN
J500130031
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ........., .................... 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Prof. DR. Dr. Bambang Soebagyo, Sp.A. (K) ( ............................ .. )
( Ketua Dewan Penguji )
2. Dr. Muhammad Shoim Dasuki, M.Kes. ( ............................ .. )
( Anggota Dewan Penguji )
3. Dr. Mohammad Wildan, Sp.A. ( ............................ .. )
( Pembimbing Utama )
Dekan,
DR. Dr. E.M. Sutrisna, M.Kes.
NIK : 919
iii
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain yang tertulis dalam naskah
ini kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis di atas,
maka akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 20 Maret 2017
Yudhistira Nugraha Rachman
NIM. J500130031
1
KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP ANAK
DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
Abstrak
Latar Belakang: Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Salmonella
typhi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan interaksi manusia terhadapnya.
Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah. Anak merupakan kelompok paling berisiko terkena demam
tifoid, terutama pada usia sekolah dimana anak lebih banyak berinteraksi dengan
lingkungan. Demam tifoid pada anak memberikan gambaran klinis yang bervariasi
dari yang ringan hingga komplikasi yang membahayakan jiwa, dimana hal ini
mempersulit dokter untuk menegakkan diagnosis.
Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap anak
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif cross sectional
menggunakan data sekunder berupa data rekam medis. Sampel pada penelitian ini
sebanyak 158 rekam medis anak penderita demam tifoid. Data penelitian dianalisis
dengan menggunakan program komputer Statistical package for the Social Science
(SPSS) versi 23.0 for windows.
Hasil: Proporsi tertinggi pada kelompok usia Sekolah (62.0%), Jenis kelamin laki
– laki (57.6%) serta asal Samarinda (74.7%). Gejala klinis terbanyak adalah demam
(100%), Tanda klinis terbanyak adalah Lidah tifoid (10.1%), dan hasil laboratorium
tertinggi adalah Limfositosis (50.0%). Lama rawatan rata – rata anak penderita
demam tifoid adalah 4.68 (5 hari) dengan coefficient of variation 63.9%. Proporsi
Penderita Demam tifoid dengan Limfositosis relatif adalah 17 (10.75%)
Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara karakteristik klinis
penderita demam tifoid anak dengan kelompok usia Sekolah dan Pra sekolah.
Kata Kunci: Demam tifoid, Pra sekolah, sekolah, kelompok usia, Karakteristik
Abstract
Background: Typhoid fever is a disease caused by Salmonella typhi which is
affected by environmental factors and human interaction towards it. The disease is
contagious and can affect many people that can cause an outbreak. Children are a
group with the most risk of typhoid fever, especially children at school age in which
children interacts more with the environment. Typhoid fever in children provide
clinical picture which varies from mild to life-threatening complications, where it
is difficult for doctors to diagnose.
Objective: To determine the characteristics of children, typhoid fever patients
hospitalized in Abdul Wahab Sjahranie hospital, Samarinda.
Method: This study used a descriptive, cross-sectional research design with
secondary data in the form of medical records. Samples in this research are
amounted to 158 medical records of children with typhoid fever. Data were
analyzed using the computer program of Statistical package for the Social Science
(SPSS) version 23.0 for Windows.
2
Result: The highest proportion is in the group of school age (62.0%), male gender
(57.6%) and patients originated from Samarinda (74.7%). Most clinical symptoms
were fever (100%), the largest clinical sign is tongue typhoid (10.1%), and the
highest laboratory results are lymphocytosis (50.0%). The average length of
hospitalization in children with typhoid fever was 4.68 (5 days) with a coefficient
of variation 63.9%. The proportion of patients with typhoid fever with relative
lymphocytosis was 17 (10.75%).
Conclusion: There were no significant differences between the clinical
characteristics of children with typhoid fever with the group of school and pre-
school aged.
Keywords: Typhoid fever, pre – school, school, age group, Characteristic.
1. PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid ditandai dengan panas
berkepanjangan yang diikuti dengan bakteremia dan invasi bakteri salmonella
typhi sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan peyer’s patch (Soedarmo, et al., 2015).
Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
sehingga dapat menimbulkan wabah. Demam tifoid mulai dikenali sebagai
penyakit menular yang disebabkan oleh bacillus (salmonella) pada tahun 1880
di Amerika serikat (filio, et al., 2013).
Demam tifoid terjadi di seluruh dunia, terutama pada negara
berkembang dengan sanitasi yang buruk. Delapan puluh persen kasus tifoid di
dunia berasal dari Banglades, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan.
Demam tifoid menginfeksi setiap tahunnya 21.6 juta orang (3.6/1.000 populasi)
dengan angka kematian 200.000/tahun (Date, et al., 2014; Widodo, 2015;
Ochiai, et al., 2008).
Di Indonesia insidensi kasus demam typhoid masih termasuk tinggi di
Asia, yakni 81 kasus per 100.000 populasi per tahun. Prevalensi tifoid banyak
ditemukan pada kelompok usia Sekolah (5 – 14 tahun) yaitu 1.9% dan terendah
pada bayi (0.8%). Kelompok yang berisiko terkena demam typhoid adalah anak
– anak yang berusia dibawah usia 15 tahun (Ochiai, et al., 2008; Depkes RI,
2008).
3
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan
angka kejadian yang masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang
buruk. Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit menular penyebab
kematian di Indonesia (6% dengan n = 1.080), khusus pada kelompok usia 5 –
14 tahun tifoid merupakan 13% penyebab kematian pada kelompok tersebut
(Retnosari & Tumbelaka, 2000; Depkes RI, 2008; Ahmad, et al., 2016).
Karakteristik Klinis demam tifoid pada anak usia sekolah dengan infant
dan usia <5 tahun berbeda. Pada anak usia sekolah di awitan awal telah
menunjukkan berbagai gejala seperti demam, nyeri perut, malaise, batuk, dan
lain – lain. Pada infant dan <5 tahun, biasanya hanya menunjukkan kondisi
demam dan malaise serta diikuti diare yang sering disangka oleh praktisi
sebagai gejala infeksi virus atau gastroenteritis akut (Nelson, 2004).
Orang tua jarang menyadari bila anaknya mengalami demam tifoid,
kondisi demam yang lama pada anak tidak membuat orang tua untuk membawa
anaknya ke faskes terdekat terlebih dahulu, bahkan pemberian antibiotic secara
mandiri (tanpa resep) sehingga terjadi resistensi dan komplikasi dari demam
tifoid (Ahmad, et al., 2016; Parry, et al., 2011).
Kondisi Kalimantan Timur mendukung penyebaran infeksi Demam
tifoid. Dengan kepadatan penduduk 17 juta/km2 dan mayoritas penduduk
bertempat tinggal di daerah urban (62.08%) serta masih kurangnya sanitasi
yang memenuhi standar layak (Rumah tangga 57.8% dan tempat umum
59.63%). Pada kota samarinda faktor resiko ini lebih meningkat karena kota
Samarinda merupakan kota terpadat di Kalimantan Timur (20.47%) serta
persentase rumah tangga ber – PHBS nya yang masih terhitung rendah
dibandingkan dengan kota lainnya (Samarinda 56%, Balikpapan 73%, Mahulu
81%) (DINKES KALTIM, 2015; Pemerintah kota Samarinda, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Survei Pendahuluan di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, jumlah penderita demam tifoid anak yang
di rawat inap pada tahun 2014 adalah 184 penderita dari 1.046 pasien rawat inap
anak (17.5%), pada tahun 2015 adalah 153 penderita dari 1.442 pasien rawat
4
inap anak (10.6%) dan pada tahun 2016 bulan januari hingga april adalah 37
pasien dari 908 pasien rawat inap anak (4.07%).
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai karakteristik penderita demam tifoid rawat inap anak di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
pada bulan Januari 2017. Populasi pada penelitian ini adalah pasien demam
tifoid yang berumur 2 – 18 tahun yang berada di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda periode April 2014 – April 2016.
Jumlah sampel yang digunakan adalah 158 rekam medis. Sumber data
yang digunakan adalah data sekunder. Data ini diperoleh dengan cara mencatat
hasil rekam medis pasien demam tifoid berupa usia, tempat asal, jenis kelamin,
gejala klinis, tanda klinis, dan lama rawat inap. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan menggunakan program Statistical for Social Science (SPSS)
versi 23.0 for windows.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Karakteristik dasar subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Karakteristik dasar subjek penelitian
Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017
No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase
1. usia
2. Jenis kelamin
3. Asal
Sekolah
Pra Sekolah
Laki – Laki
Perempuan
Samarinda
Luar Samarinda
98
60
91
67
118
40
62.0%
38.0%
57.6%
42.4%
74.7%
25.3%
5
Berdasarkan Tabel 1 frekuensi tertinggi berdasarkan usia adalah
kelompok usia Sekolah yaitu 62.0% (98 orang), berdasarkan jenis kelamin
adalah laki – laki yaitu 57.6% (91 orang), dengan Sex ratio = 91/67 x 1 =
1.3:1 (135%) yang berarti setiap 100 populasi perempuan terdapat 135 laki
– laki. Berdasarkan asal penderita proporsi tertinggi adalah Samarinda yakni
74.7% (118 orang).
Tabel 2 Distribusi Proporsi Gejala Klinis Penderita Demam Tifoid
Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017
Berdasarkan tabel 2 proporsi gejala klinis tertinggi adalah demam
(158/100%) dan terendah adalah diare (10/6.3%).
Tabel 3 Distribusi Proporsi Tanda klinis Penderita Demam Tifoid anak
Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017
Berdasarkan tabel 3 proporsi tanda klinis tertinggi adalah lidah tifoid
(16/10.1%) dan terendah adalah Gangguan kesadaran (10/6.3%).
Tabel 4 Distribusi Proporsi hasil Laboratorium Penderita Demam Tifoid
Gejala Klinis Proporsi
Total Positif Negatif
Demam
Persentase%
Mual
Persentase%
Muntah
Persentase%
Diare
Persentase%
Nyeri Perut
Persentase%
Batuk
Persentase%
158
100.0%
86
54.4%
89
56.3%
10
6.3%
73
46.2%
60
38.0%
0
0.0%
72
45.6%
69
43.7%
148
93.7%
85
53.8%
98
62.0%
158
158
158
158
158
158
Tanda Klinis Proporsi
Total Positif Negatif
Lidah Tifoid
Persentase%
G. Kesadaran
Persentase%
16
10.1%
10
6.3%
142
89.9%
148
93.7%
158
158
Variabel Proporsi
Total Positif Negatif
Uji Widal 58 100 158
6
Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017
Berdasarkan tabel 4 proporsi Hasil laboratorium tertinggi adalah
limfositosis (79/50.0%) dan terendah adalah Trombositosis (6/3.8%).
Tabel 5 Lama Rawatan Rata – rata Penderita Demam Tifoid anak di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda
Sumber: Data Sekunder Diolah 2017
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata – rata
Penderita Demam tifoid anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
adalah 4,68 hari (5 hari), Standard Deviation (SD) 2.993, dan nilai
coefficient of variation sebesar 63.9% yang berarti lama rawatan rata – rata
anak penderita Demam Tifoid bervariasi, dimana lama rawatan minimum
adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 26 hari.
3.2 Pembahasan
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Penderita Demam Tifoid berdasarkan Jenis
kelamin dan Kelompok usia
Persentase%
Tubex
Persentase%
Leukositosis
Persentase%
Leukopenia
Persentase%
Trombositosis
Persentase%
Trombositopenia
Persentase%
Limfositosis
Persentase%
Eosinofilia
Persentase%
Anemia
Persentase%
36.7%
75
47.5%
13
8.2%
36
22.8%
6
3.8%
31
19.6%
79
50.0%
22
13.9%
38
24.1%
63.3%
83
52.5%
145
91.8%
122
77.2%
152
96.2%
127
80.4%
79
50.0%
136
86.1%
120
75.9%
158
158
158
158
158
158
158
158
Lama Rawatan Rata – rata
Mean 4.68
Standard Deviation 2.993
Variance 8.957
Minimum 1
Maximum
Coefficient of variation
26
63.9%
7
Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017
Prevalensi Demam Tifoid Anak di Indonesia lebih sering pada anak
kelompok usia Sekolah yaitu 1.9% dibandingkan dengan Usia dibawahnya
seperti bayi yang 0.8%. Sedangkan untuk angka insidensi terbanyak
Demam tifoid di Indonesia adalah usia 2 – 15 tahun (Purba, et al., 2016).
Pada penelitian ini Jumlah pasien demam tifoid lebih banyak pada
kelompok usia Sekolah yakni 62% (98 orang).
Hasil ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Rohman
dimana jumlah penderita Demam tifoid tertinggi pada kelompok usia 15 –
24 tahun (Rohman, 2010). Sebaliknya, pada penelitian Rustam jumlah
penderita Demam tifoid tertinggi pada kelompok usia 20 – 29 tahun (23.5%)
(Rustam, 2010).
Pada penelitian ini ditemukan bahwa Anak penderita Demam tifoid
paling banyak pada Jenis kelamin laki – laki (57.6% / 91 orang). Hasil ini
juga berlaku pada kedua Kelompok Usia (Sekolah 57.1% dan Pra Sekolah
58.3%). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Rizka dimana laki laki
persentasenya adalah 64.5% (Rizka, 2013).
Laki – Laki dinyatakan lebih beresiko terkena Demam tifoid
dikarenakan lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah sehingga lebih
mudah untuk terkena infeksi Salmonella typhi melalui lingkungan
(Sholikhah & Sustini, 2013). Namun, banyak penelitian yang mendapatkan
sampel Penderita demam tifoid dengan jenis kelamin laki laki dan
perempuan dengan perbedaan jumlah yang tidak terlalu bermakna.
Tabel 7 Distribusi Frekuensi klinis demam tifoid berdasarkan kelompok usia
Usia
Demam G. Gastrointestinal G. Kesadaran
+ - + - + -
n % n % n % n % n % n %
Sekolah 98 100% 0 0% 82 66.1% 16 47.1% 6 6.1% 92 93.9%
Kelompok Usia Jenis Kelamin
Total Laki – Laki Perempuan
Sekolah
Persentase%
Pra Sekolah
Persentase%
56
57.1%
35
58.3%
42
42.9%
25
41.7%
98
60
8
Pra Sekolah 60 100% 0 0% 42 33.9% 18 52.9% 4 6.7% 56 93.3%
Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017
Pada tabel 4.8 dan gambar 4.3 didapatkan bahwa semua pasien
mengalami demam (100%), kemudian diikuti dengan gangguan abdomen
(Sekolah 66.1%, Pra sekolah 33.9%) dan klinis yang paling sedikit adalah
Gangguan kesadaran (sekolah 6.1%, Pra sekolah 6.7%)
Demam adalah gejala demam tifoid yang terjadi karena Salmonella
typhi merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan meradang (Widodo, 2015). Ini menunjukkan bahwa sensitivitas
gejala klinis penderita Demam Tifoid adalah gejala demam. Pada demam
Tifoid, demam berlangsung sampai dengan minggu (14 hari), dan pada
minggu ketiga demam akan turun bila penderita mendapat perawatan yang
baik. (Nelson, 2004).
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rizka di
RSUD DR. Pirngadi Medan tahun 2013 dengan desain Deskriptif bahwa
semua penderita demam tifoid mengalami demam (100%) (Rizka, 2013).
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Gejala dan Tanda klinis dengan Kelompok usia
Gejala dan tanda klinis
Usia
Sekolah Pra Sekolah
+ - + -
Demam 98 0 60 0
Mual 60 38 26 34
Muntah 62 36 27 33
Diare 7 91 3 57
Nyeri Perut 54 44 19 41
Batuk 30 68 30 30
Lidah Tifoid 11 87 5 55
Gangguan Kesadaran 6 92 4 56
Sumber: Data Sekunder diolah, Januari 2017
Gangguan Gastrointestinal pada anak paling banyak adalah gejala
muntah, hasil ini sama pada dua kelompok usia (Sekolah 63.3% dan Pra
sekolah 43.3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ahmad,
dimana penemuan Klinis Gangguan Gastrointestinal pada anak usia >6
9
tahun dengan anak usia 1 – 5 tahun mayoritas adalah muntah (Ahmad, et
al., 2016).
Gambar 1 Distribusi Proporsi Hasil Laboratorium penderita demam tifoid
Grafik dari gambar 1 menunjukkan proporsi tertinggi dari hasil
laboratorium adalah Limfositosis (79/50.0%) diikuti dengan uji Tubex
(75/47.5%) dan yang terendah adalah Trombositosis (6/3.8%). Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ifeanyi dimana penderita
demam tifoid 61% mengalami limfositosis (Ifeanyi, 2014).
Pasien demam tifoid umumnya pada hasil pemeriksaan darah tepi
ditemukan kondisi Anemia, LED meningkat, Trombositopenia,
Leukopenia, dan Limfositosis relatif. Pada anak – anak hasil ini lebih
bervariatif tergantung dari kondisi imunitas anak dan invasi dari bakteri
Salmonella typhi (Nelson, 2004; Soedarmo, et al., 2015).
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Hasil Laboratorium + Hasil Laboratorium -
10
Gambar 2 Distribusi Leukopenia dengan Limfositosis positif dan negative
Berdasarkan gambar 2 menunjukkan pasien demam tifoid
leukopenia yang mengalami Limfositosis Relatif (47%) dengan pasien yang
tidak mengalami limfositosis relatif (53%) tidak didapatkan perbedaan yang
besar. Jumlah pasien keseluruhan yang mengalami Limfositosis relative
adalah 17(10.75%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Khan, dimana pasien dengan limfositosis relative berjumlah 5(16.7%).
(Khan, et al., 1998).
Limfositosis Relative merupakan Gejala khas Pada Demam tifoid
dimana jumlah leukosit menurun dan disertai peningkatan jumlah Limfosit.
Limfositosis relative merupakan salah satu pendukung diagnosis Demam
tifoid terutama pada daerah Tropis, dimana penyebab demam pada anak
sangat bervariasi. (Zuuren & Bond, 2015; Nelson, 2004).
4. PENUTUP
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Proporsi tertinggi
pada pasien demam tifoid rawat inap anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda pada kelompok usia Sekolah (62.0%), Jenis kelamin laki – laki
(57.6%) serta asal Samarinda (74.7%). Gejala klinis terbanyak adalah demam
(100%), Tanda klinis terbanyak adalah Lidah tifoid (10.1%), dan hasil
laboratorium tertinggi adalah Limfositosis (50.0%). Lama rawatan rata – rata
47%53%
Leukopenia
Limfositosis Positif Limfositosis Negatif
11
anak penderita demam tifoid adalah 4.68 (5 hari) dengan coefficient of variation
63.9%. Proporsi Penderita Demam tifoid dengan Limfositosis relatif adalah 17
(10.75%).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S., Banu, F., Kanodia, P., Bora, R., Ranhotra, A., 2016. Evaluation of
Clinical and Laboratory Profile of Typhoid Fever in Nepalese Children - A
Hospital - Based Study. International Journal of Medical Pediatrics and
Oncology, 2(2), pp. 60-66.
Date, K. A., Bentsi-Enchill, A., Fox, K. K., Abeysinghe, N., Mintz, E. D., Khan,
M. I., Sahastrabuddhe, S., Hyde, T. B., 2014. Typhoid Fever Surveillance and
Vaccine Use South-East Asia and Western Pacific Regions, 2009 - 2013.
morbidity and mortality week report, 63(2), pp. 855-860.
Depkes RI, 2008. Laporan Nasional RISKESDAS 2007. http://www.depkes.go.id
Dinkes Kaltim, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014.
http://www.depkes.go.id
Filio, M., Gregory, T., Marianna, K. & George , A., 2013. mary mallon (1869 -
1938) and the history of typhoid fever. annals of gastroenterology, Volume
26, pp. 1 - 3.
Ifeanyi, O. E., 2014. Changes In Some Haematological Parameters in Typhoid
Patients Attending University Health Services Department of Michael Okpara
University of Agriculture, Nigeria. Int.J.Curr>microbiol.App.Sci, 3(1), pp.
670-674.
Khan, M., Coovadia, Y. M., Connoly, C. & Sturm, A. W., 1998. The Early
Diagnosis of Typhoid Fever to The Widal Test and Bacteriological Culture
Result. Acta Tropica, Volume 69, pp. 165-73.
Nelson, 2004. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. pennsylvania: Saunders
Elsevier.
Ochiai, R., Acosta, C. J., Baiqing, D., Bhutta, Z. A., Clemens, J. D., Farrar, J., 2008.
A Study Of Typhoid Fever in Five Asian Countries: Disease Burden and
Implications for Control. bulletin of the world health organization, 86(4), pp.
260-268.
Parry, C. M., Wijedoru, L., Arjyal, A. & Baker, S., 2011. The Utility of Diagnostic
Tests for Enteric Fever in Endemic Locations. expert review of anti-infective
therapy, 9(6), pp. 711-725.
Pemerintah kota Samarinda, 2014. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
tahun 2015. bappeda.samarindakota.go.id
12
Purba, I. E., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., Kandun, N., 2016. Program
Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: tantangan dan peluang. Media
LITBANGKES, 26(2), pp. 99-108.
Retnosari, S. & Tumbelaka, A. R., 2000. pendekatan diagnostik serologik dan
pelacak antigen salmonella typhi. Sari Pediatri, 2(2), pp. 90-95.
Rizka, 2013. Profil Penderita Demam Tifoid pada Orang Dewasa di RSUD
DR.Pirngadi Medan pada April 2012 - 2013, Medan: Skripsi FK - USU.
Rohman, 2010. Distribusi Penderita Demam Tifoid Menurut Umur dan Gejala
(Studi Kasus Di RSI.Roemani). prosiding seminar nasional unimus 2010, pp.
88-90.
Rustam, M. Z. A., 2010. Hubungan Karakteristik Penderita dengan Kejadian
demam Tifoid pada pasien rawat inap di RSUD Salewangan Maros. Pasca
Sarjana FKM UNAIR, pp. 1-63.
Sholikhah, H. H. & Sustini, F., 2013. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tentang Foodborne Disease pada Anak usia Sekolah di SDN Babat Jerawat I
Kecamatan Pakal Kota Surabaya. 16(4), pp. 351-362.
Soedarmo, P., Garna, H., Hadinegoro, S. R. S., Satari, H. I., 2015. Buku Ajar Infeksi
dan pediatri Tropis. 2nd ed. jakarta: badan penerbit IDAI.
Widodo, D., 2015. Demam Tifoid. In: Siti, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th
ed. jakarta: interna publishing, pp. 549-558.
Zuuren, E. J. V. & Bond, S., 2015. DynaMed Plus. [Online]Available at:
http://www.dynamed.com/login.aspx?direct=true&site=DynaMed&id=1145
46 [Accessed 28 september 2016].