Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA “PROBLEM
BASED INSTRUCTION” PADA MATERI POKOK ARITMETIKA
SOSIAL DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR
SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 JATEN
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh:
DIAN ROSITA
X 1306029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA “PROBLEM
BASED INSTRUCTION” PADA MATERI POKOK ARITMETIKA
SOSIAL DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR
SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 JATEN
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:
DIAN ROSITA
X 1306029
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan
dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Matematika
Jurusan PMIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Triyanto, S.Si, M.Si NIP. 19720508 199802 1 001
Pembimbing II
Henny Ekana, S.Si, M.Pd NIP. 19730602 199802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 8 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd ( )
Sekretaris : Drs. Bambang Sugiarto, M.Pd ( )
Anggota I : Triyanto, S.Si, M.Si ( )
Anggota II : Henny Ekana, S.Si, M.Pd ( )
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
ABSTRAK
Dian Rosita, EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA “PROBLEM BASED INSTRUCTION” PADA MATERI POKOK ARITMETIKA SOSIAL DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 JATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran
matematika Problem Based Instruction menghasilkan prestasi belajar yang lebih
baik daripada model konvensional pada materi pokok Aritmetika Sosial.
(2) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh karakteristik cara berpikir tipe
sekuensial konkret, tipe sekuensial abstrak, tipe acak abstrak dan tipe acak konkret
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial. (3) Untuk
mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan
karakteristik cara berpikir siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Aritmetika Sosial.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar tahun
ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 6 kelas dengan banyaknya siswa 240. Sampel
yang digunakan yaitu 2 kelas dengan jumlah total siswa kedua kelas tersebut 80
siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Uji coba
instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mojolaban, Sukoharjo. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi untuk
mengumpulkan data yang berupa data nilai UASBN SD mata pelajaran
matematika kelas VI tahun pelajaran 2009/2010, metode angket untuk data
karakteristik cara berpikir siswa dan metode tes untuk data prestasi belajar
matematika siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebagai
persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji
Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan
metode Bartlett.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) Pembelajaran
matematika Problem Based Instruction menghasilkan prestasi belajar lebih baik
daripada model konvensional pada materi pokok Aritmetika Sosial
(Fa = 5.45 > 3.98 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). (2) Tidak ada pengaruh
karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SK), tipe sekuensial abstrak
(SA), tipe acak abstrak (AA) dan tipe acak konkret (AK) terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial. Karakteristik cara berpikir SK, SA,
AA dan AK memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial (Fb = 0.39 < 2.74 = Ftabel
pada taraf signifikansi 5%). (3) Tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan karakteristik cara berpikir siswa terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial (Fab = 0.10 < 2.74 = Ftabel pada taraf
signifikansi 5%). Hal ini berarti bahwa apapun karakteristik cara berpikir siswa
(SK, SA, AA dan AK), model pembelajaran Problem Based Instruction
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
ABSTRACT
Dian Rosita, EXPERIMENTATION LEARNING MATH “PROBLEM BASED INSTRUCTION” IN THE MAIN MATERIALS OF SOCIAL ARITHMETIC VIEWED FROM THE CHARACTERISTICS OF THE WAY THINKING IN SEVENTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 2 JATEN KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University. Surakarta, 2011.
The purposes of this study were (1) To determine whether the learning of
mathematics Problem Based Instruction to produce better learning achievement
than the conventional model in the subject matter of Social Arithmetic. (2) To
determine whether there is influence of characteristic way of thinking type
concrete sequential, abstract sequential type, random type of abstract and concrete
random type toward learning achievement on the subject matter of Social
Arithmetic. (3) To determine whether there is interaction between the model of
learning with students' ways of thinking characteristic of student achievement in
the subject matter of Social Arithmetic.
This research includes quasi experimental research. The population of
this research is all of seventh grade students of SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar
in the academic year of 2010/2011, which consists of 6 classes with the number of
students 240. The samples were 2 classes in which the total of both classes are 80
students. Sampling was done by cluster random sampling. The test instrument was
conducted in SMP Negeri 2 Mojolaban, Sukoharjo. The techniques which are
used for collecting the data are documentation for collecting the seventh grade
students’ score of math UASBN in the academic year of 2009/2010, questionnaire
for knowing the characteristic of the students’ way of thinking and testing for
collecting the students’ achievement in math especially in Social Arithmetic. The
technique of analysis the data is two-way analysis of variance with unequal cells.
To fulfill the requirements analysis, the researcher used normality distributed
population by using Lilliefors test and the population which has the same variance
(homogeneous) by using Bartlett method.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
From this research, it can be concluded that : (1) Problem Based
Learning Mathematics Instruction produce better academic achievement than the
conventional model of the subject matter of Social Arithmetic (Fa = 5.45 >
3.98 = Ftable at significance level of 5%). (2) There is no effect of characteristic
way of thinking type concrete sequential (SK), abstract sequential type (SA),
random type of abstract (AA) and concrete random type (AK) toward learning
achievement on the subject matter of Social Arithmetic. Characteristic way of
thinking SK, SA, AA, and AK give the same effect on students’ mathematics
achievement in the subject matter of Social Arithmetic (Fb = 0.39 < 2.74 = Ftable at
significance level of 5%). (3) There is no interaction between models of learning
and thinking characteristics of students toward learning achievement in the subject
matter of Social Arithmetic (Fab = 0.10 < 2.74 = Ftable at significance level of 5%).
This means that any characteristic way of thinking of students (SK, SA, AA and
AK), Problem Based Instruction model of teaching produces better learning
achievement than using conventional learning model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
MOTTO
“Bahwa sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan matiku hanya untuk Allah
Tuhan Semesta Alam”.
(Doa Iftitah)
“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Al Mujaadilah: 11)
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(Qs. Al Insyirah: 6-8)
“Kesuksesan selalu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan”.
(Penulis)
“Aku bukanlah manusia yang terbaik, namun aku hanyalah manusia yang ingin
melakukan yang terbaik”.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
• Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan
do’a, restu dan dorongan baik materiil
maupun spirituil kepadaku.
• Dek dwi, adekku tersayang yang senantiasa
memberi semangat, dan menjadi motivasiku
selama ini.
• Rekan Seperjuangan Mahasiswa P. Math
‘06 yang selalu memberikan semangat.
Terima kasih buat kebersamaannya yang
indah selama ini.
• Keluarga keduaku di kost, yang senantiasa
mendengarkan suka-dukaku, menjadi tempat
berkeluh kesah dan motivasiku untuk
berjuang menggapai cita-cita.
• Teman-teman MaEdc, yang senantiasa
memberikan dukungan, motivasi dan
semangat.
• UNS yang selalu kubanggakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
hanya dengan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Program S1 Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setulusnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun
skripsi.
2. Sukarmin, M.Si, Ph.D, Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.
3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program Pendidikan Matematika FKIP UNS yang
telah memberikan ijin menyusun skripsi.
4. Henny Ekana Chrisnawati, S.Si, M.Pd, sebagai Koordinator Skripsi
Pendidikan Matematika FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam
pengajuan ijin menyusun skripsi.
5. Triyanto, S.Si, M.Si, Pembimbing I atas waktu, bimbingan dan segala
dukungan serta kesabarannya dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih pula untuk pelajaran hidup yang
diberikan selama penulis berada di Pendidikan Matematika.
6. Henny Ekana Chrisnawati, S.Si, M.Pd, Pembimbing II atas waktu, bimbingan
dan segala dukungan serta kesabaran dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7. Getut Pramesti, S.Si, M.Si, Pembimbing Akademik atas waktu, bimbingan,
nasehat, ilmu dan segala dukungannya bagi penulis selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
8. Hardiyanto, S.Pd, M.Pd, MM, Kepala SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar yang
telah memberikan ijin serta dukungannya bagi penulis untuk mengadakan
penelitian.
9. Suratman, S.Pd, M.Pd, Kepala SMP Negeri 2 Mojolaban Sukoharjo yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian atau try
out.
10. Sri Rahayu, S.Pd, Guru Matematika SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar yang
telah memberikan kesempatan dan waktu untuk mengadakan penelitian.
11. Puji Hantoro Wiroharjo, Guru bidang studi Matematika SMP Negeri 2
Mojolaban Sukoharjo yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
untuk melakukan try out.
12. Siswa-siswi Kelas VII dan keluarga besar SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar
atas segala partisipasi dan dukungannya saat penulis mengadakan penelitian.
13. Siswa-siswi Kelas VII dan keluarga besar SMP Negeri 2 Mojolaban Sukoharjo
atas segala partisipasi dan dukungannya saat penulis mengadakan try out.
14. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang,
dukungan dan do’a yang tiada terputus – putus serta semua fasilitas yang
diberikan kepada penulis selama ini.
15. Adikku, terima kasih untuk pengertian, dorongan, kasih sayang dan
motivasinya.
16. Keluarga besarku makasih atas cinta, dukungan dan doanya.
17. Sahabat-sahabatku Linda Hapsari, Aprillia W.P, Ovi Feriani, Dwi Purnama,
Alo Retno Asih, Anna Febriana, Dwi Indarti dan Novi Sri Rahayu terima
kasih atas kebersamaan, kenangan dan cerita indah selama ini yang membuat
hidupku lebih indah. Selalu memberikan aku semangat, masukkan dan
motivasi. Semoga persahabatan kita tetap abadi hingga akhir hayat.
18. Keluarga besar keduaku, di Kos Kurniasih (Tata, Arin, Rifa, Wiwid, Vinda,
Isni, Peti, Viona). Kalian yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka.
19. Seluruh teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2006 atas segala
dukungan dan persahabatannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
xiii
20. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tidak ada kemutlakan bagi kebenaran yang datangnya
dari manusia. Serta penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
guna penyempurnaan penulisan lebih lanjut.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Pemilihan masalah ................................................................ 7
D. Pembatasan Masalah .............................................................. 7
E. Perumusan Masalah ............................................................... 7
F. Tujuan Penelitian ................................................................... 8
G. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 10
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10
1. Prestasi Belajar Matematika ............................................ 10
a. Pengertian Prestasi ................................................... 10
b. Pengertian Belajar .................................................... 10
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ............ 12
d. Pengertian Prestasi Belajar ...................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
e. Pengertian Matematika …………………………… 13
f. Pengertian Prestasi Belajar Matematika ................. 14
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar matematika ..................................... 14
2. Model Pembelajaran ....................................................... 15
a. Pengertian Model Pembelajaran …………………. 15
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran...... ........................ 17
c. Model Pembelajaran Konvensional ................... ..... 18
d. Model Pembelajaran Problem Based Instruction ... 21
e. Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) dan Model
Konvensional .......................................................... 25
3. Karakteristik Cara Berpikir Siswa .................................. 25
a. Pengertian Cara Berpikir Siswa …………………. . 25
b. Karakteristik Cara Berpikir Siswa …………………. 26
4. Tinjauan Materi Tentang Materi Pokok Aritmetika
Sosial ................................................................... ........... 31
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 32
C. Hipotesis ................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITAN .................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 37
1. Tempat Penelitian ........................................................... 37
2. Waktu Penelitian ............................................................. 37
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 37
1. Jenis Penelitian ..................................................... .......... 37
2. Rancangan Penelitian ..................................................... 38
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................ 38
1. Populasi Penelitian ......................................................... 38
2. Sampel ............................................................................. 39
3. Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
xvi
1. Variabel Penelitian .......................................................... 39
2. Metode Pengumpulan Data ........................................... . 41
a. Metode Dokumentasi ............................................... 41
b. Metode Angket ......................................................... 41
c. Metode Tes ............................................................... 41
3. Instrumen Penelitian ........................................................ 42
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 45
1. Uji Keseimbangan ........................................................... 46
2. Uji Prasyarat Analisis ..................................................... 47
a. Uji Normalitas .......................................................... 47
b. Uji Homogenitas ...................................................... 48
3. Pengujian Hipotesis......................................................... 49
4. Uji Komparasi Ganda...................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 57
A. Deskripsi Data ........................................................................ 57
1. Data Nilai UASBN Matematika SD ................................ 57
2. Data Hasil Uji Coba Instrumen ....................................... 57
a. Tes Prestasi Belajar ................ ................................. 57
b. Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa ............. 59
3. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa ....... ........ 59
4. Data Skor Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa .... 60
B. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................. 61
1. Uji Keseimbangan .......................................................... 61
2. Uji Prasyarat Analisis...................................................... 62
a. Uji Normalitas …………………………………….. 62
b. Uji Homogenitas …………………………………. . 63
C. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 64
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........ 64
2. Uji Komparasi Ganda...................................................... 65
D. Pembahasan Hasil Analisis .................................................... 66
1. Hipotesis Pertama ........................................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
xvii
2. Hipotesis Kedua .............................................................. 67
3. Hipotesis Ketiga .............................................................. 68
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 70
A. Kesimpulan ........................................................................... 70
B. Implikasi ................................................................................ 71
1. Implikasi Teoritis ............................................................ 71
2. Implikasi Praktis ............................................................. 72
C. Saran ...................................................................................... 72
1. Bagi Guru......................................................................... 72
2. Bagi Siswa ...................................................................... 73
3. Bagi Peneliti ...................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74
LAMPIRAN ..................................................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan I ......................................... . 78
Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan II ....................................... .. 89
Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan III ........................................ 101
Lampiran 4 RPP Kelas Kontrol Pertemuan I .................................................. 113
Lampiran 5 RPP Kelas Kontrol Pertemuan II ................................................ 124
Lampiran 6 RPP Kelas Kontrol Pertemuan III .............................................. 135
Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa .................. 147
Lampiran 8 Soal Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa …………… ..... 148
Lampiran 9 Lembar Validitas Isi Angket Karakteristik Cara
Berpikir Siswa …………............................................................. 150
Lampiran 10 Soal Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa (Penelitian)....... 152
Lampiran 11 Lembar Jawab Angket (Penelitian) ……………………………. 154
Lampiran 12 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa .............…...... 155
Lampiran 13 Soal Tes Prestasi Belajar (Try Out) ………………………….... 158
Lampiran 14 Pembahasan Soal Try Out Tes Prestasi Belajar ........................ 165
Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Try Out Tes Pres Belajar ........................... 179
Lampiran 16 Lembar Jawab Tes Prestasi (Try Out) ........................................ 180
Lampiran 17 Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika ............... 181
Lampiran 18 Uji Konsistensi Internal Soal Tes Prestasi Belajar (Try Out)...... 189
Lampiran 19 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika ....................... 191
Lampiran 20 Soal Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ......................................... 193
Lampiran 21 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ................... 198
Lampiran 22 Kunci Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ............... 209
Lampiran 23 Lembar Jawab Tes Prestasi (Penelitian) ..................................... 210
Lampiran 24 Daftar Nilai UASBN Matematika .............................................. 211
Lampiran 25 Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Sebelum Penelitian) ............ 212
Lampiran 26 Uji Normalitas Kelas Kontrol (Sebelum Penelitian) .................. 214
Lampiran 27 Uji Keseimbangan Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............ 216
Lampiran 28 Pembentukan Kelompok Kelas Eksperimen .............................. 218
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
xix
Lampiran 29 Daftar Induk Penelitian Kelas Eksperimen ................................ 219
Lampiran 30 Daftar Induk Penelitian Kelas Kontrol ....................................... 220
Lampiran 31 Uji Normalitas Kelas dengan Model Pembelajaran
Problem Based Instruction ......................................................... 221
Lampiran 32 Uji Normalitas Kelas dengan Model Konvensional ................... 223
Lampiran 33 Uji Normalitas Kelompok dengan Karakteristik Cara
Berpikir Sekuensial Konkret ...................................................... 225
Lampiran 34 Uji Normalitas Kelompok dengan Karakteristik Cara
Berpikir Sekuensial Abstrak ....................................................... 227
Lampiran 35 Uji Normalitas Kelompok dengan Karakteristik Cara
Berpikir Acak Abstrak ................................................................ 229
Lampiran 36 Uji Normalitas Kelompok dengan Karakteristik Cara
Berpikir Acak Konkret ............................................................... 231
Lampiran 37 Uji Homogenitas Antar Baris ..................................................... 233
Lampiran 38 Uji Homogenitas Antar Kolom .................................................. 236
Lampiran 39 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ................... 239
Lampiran 40 Tabel Statistik ............................................................................. 245
Lampiran 41 Perijinan ...................................................................................... 250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Model Pembelajaran ……………………..……………............... 18
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Problem Based Instruction ........................ 23
Tabel 2.3 Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran
Problem Based Instruction dan Model Konvensional .................. 25
Tabel 3.1 Tabel Populasi ............................................................................... 38
Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data Analisis Variansi Dua Jalan
Sel Tak Sama ................................................................................ 51
Tabel 3.3 Tabel Rataan dan Jumlah Rataan .................................................. 51
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ...................................... 54
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai UASBN Matematika SD ............................. 57
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar ............................ 59
Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa ............. 60
Tabel 4.4 Sebaran Kategori Karakteristik Cara Berpikir Siswa ................... 60
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ...................................... 61
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Normalitas ....................................................... 62
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Homogenitas ................................................... 63
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .. 64
Tabel 4.9 Rataan dan Rataan Marginal ......................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi,
politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga
bangsa secara keseluruhan. Demi suksesnya pembangunan maka diperlukan
sumber daya manusia yang baik. Dalam proses pembangunan tersebut peranan
pendidikan amatlah strategis. Karena dengan pendidikan dapat dihasilkan sumber
daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan. Namun sayangnya, peran
pendidikan yang amat strategis tersebut belum diikuti dengan kualitas pendidikan
yang sepadan, salah satunya dapat terlihat dari masih rendahnya prestasi belajar
siswa.
Matematika adalah sumber bagi ilmu pengetahuan yang lain, artinya
banyak ilmu pengetahuan yang pengembangannya bergantung pada matematika.
Pendidikan matematika mencakup proses mengajar, proses belajar, dan proses
berpikir kreatif. Proses mengajar dilakukan oleh pengajar dan proses belajar
dilakukan oleh siswa sebagai anak didik. Matematika merupakan mata pelajaran
yang tidak disukai oleh siswa pada umumnya. Matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit dan yang paling menakutkan, sehingga pada umumnya siswa
tidak bisa mendapat nilai baik.
Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin dikarenakan
kurang tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran untuk menyampaikan
suatu materi pokok. Selama ini masih banyak guru yang mengajar menggunakan
model konvensional seperti ceramah dimana guru dianggap sebagai sumber ilmu
yang mempunyai peranan sangat penting. Di dalam kelas guru hanya
menyampaikan materi dan memberikan contoh soal. Sedangkan siswa cukup
mendengarkan materi yang disampaikan, kemudian mencatat apa yang
disampaikan guru, dan mengerjakan soal yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa, untuk benar – benar
mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk
memecahkan masalah, menemukan bagi dirinya sendiri, dan selalu bergulat
dengan ide – ide. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan sejumlah informasi
ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep – konsep
penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa.
Belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa
tentang konsep sangat lemah. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang
menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran
matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak
mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-
ide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide
matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran
bermakna.
Jenis soal yang sering digunakan dalam matematika antara lain berupa
soal pembuktian, operasi aljabar, soal cerita. Soal cerita berisi penerapan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Materi pokok Aritmetika Sosial
merupakan salah satu materi matematika yang kebanyakan diterapkan dalam suatu
soal cerita. Dalam hal ini siswa harus mampu mengidentifikasi dan merumuskan
masalah yang ada dalam soal cerita. Berdasarkan informasi dari guru SMP Negeri
II Jaten Karanganyar, ada beberapa jenis kesulitan yang dialami siswa SMP
Negeri II Jaten kelas VII dalam menyelesaikan soal cerita, diantaranya siswa tidak
mampu menterjemahkan soal cerita, sehingga siswa tidak memahami apa yang
dimaksud pada soal cerita. Siswa tidak mampu mengidentifikasi soal cerita yaitu
tentang apa saja yang telah diketahui dalam soal dan apa saja yanag ditanyakan
dalam soal cerita tersebut. Kesulitan yang lain adalah siswa tidak mampu
mengubah soal cerita ke dalam model matematikanya. Ada juga siswa yang tidak
tahu bagaimana urutan mengerjakan soal, karena siswa tidak mampu
menghubungkan soal dengan teori yang ada. Hal ini mungkin disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
model yang digunakan dalam mengajar kurang dapat membawa siswanya belajar,
kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru, siswa tidak dilibatkan langsung
dalam memperoleh konsep dan cenderung sukar membayangkan konkretnya.
Sedangkan menurut survey dengan beberapa orang siswa, mereka merasa
kesulitan dalam mempelajari pemecahan masalah matematika atau soal cerita
yang diberikan guru. Sebab materi pembelajaran soal cerita yang diberikan oleh
guru, hanya diambil dari buku teks yang ada. Sehingga jika ada soal cerita lainnya
yang harus dipecahkan oleh siswa, mereka menjadi kebingungan dalam
mengerjakannya.
Sejalan dengan permasalahan diatas, maka model pembelajaran
konvensional yang selama ini masih banyak digunakan sebaiknya diubah. Ada
banyak model yang dapat dipergunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks pada
kurikulum KTSP yang berlaku sekarang ini. Salah satu alternatif model
pembelajaran adalah model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
yaitu model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) merupakan model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Pendekatan
konstruktivisme adalah pendekatan yang mengajak siswa untuk berpikir dan
mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama
sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat. Sehingga pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) adalah pembelajaran yang membantu siswa
belajar materi dan keterampilan pemecahan masalah melalui masalah real dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Arends et al (2000) Pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik. Dalam model konvensional, siswa diharuskan
mengingat informasi yang telah disampaikan. Tetapi pada pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) ini, informasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk
memecahkan masalah. Selain itu PBI ini memberikan keterampilan dalam
memecahkan masalah lebih lanjut, membiasakan siswa berpikir secara aktif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
proses belajar mengajar, sebab dalam penerapannya PBI mengharuskan siswa
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan informasi dan menggunakan
informasi tersebut untuk memecahkan masalah. Dalam jurnal pendidikan yang
ditulis Fientje J. A. Oentoe (2001) pemecahan masalah tersebut dapat memberikan
kontribusi agar para siswa belajar pengetahuan dan keterampilan matematika,
terlebih dari itu, siswa dapat mengembangkan belajar berpikir (learning to think)
atau belajar bernalar (learning to reason) (Leeuw, 1983), yakni belajar berpikir
atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya (Marzano dkk, 1988). Pada model pembelajaran PBI dapat
memberikan motivasi kepada siswa supaya belajar aktif dalam memahami dan
menemukan konsep, sehingga siswa mampu menghubungkan soal dengan teori
yang ada, misalnya pada bagian contoh soal yang merupakan bagian dari bahan
belajar siswa dapat digunakan untuk menggambarkan teori, konsep dari materi
pembelajaran yang dibahas dalam diskusi antara siswa dengan guru.
Dalam jurnal pendidikan yang ditulis Fientje J. A. Oentoe (2001)
keterampilan pemecahan masalah dapat diajarkan pada setiap mata pelajaran
dengan menggunakan pendekatan tertentu. Dalam matematika kita
menggunakannya dalam soal-soal cerita (story problem), aplikasi dan berbagai
aktivitas discovery (Ohio Department of Education, 1980). Diharapkan penerapan
pembelajaran PBI dapat mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita
pada materi pokok Aritmetika Sosial. Karena pada materi pokok Aritmetika Sosial
siswa diharapkan dapat menggumpulkan hal-hal yang diketahui dalam soal cerita,
merumuskan hal-hal apa yang ditanyakan dalam soal, dan mampu mengkaitkan
informasi yang telah diberikan sebelumnya untuk menyelesaikan soal tersebut.
Dalam soal cerita materi pokok Aritmetika Sosial dibutuhkan ketelitian dan
kemahiran dalam menterjemahkan permasalahan yang ada pada soal ke model
matematika. Biasanya soal yang disajikan berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari, sehingga benda konkret dan permasalahan nyata sangat membantu siswa
untuk memahami soal. Permasalahan nyata dalam soal membutuhkan suatu
penyelesaian permasalahan yang paling mudah, oleh karena itu model
pembelajaran PBI cocok untuk diterapkan dalam penyampaian materi ini, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
essensi dari pembelajaran PBI adalah berupa presentasi siswa melalui situasi
masalah autentik dan bermakna yang dibawa ke kehidupan sehari-hari.
Salah satu tujuan pembelajaran PBI adalah membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam jurnal pendidikan yang ditulis Fientje J. A. Oentoe
(2001) pemecahan masalah matematika menurut Mayer (1992) adalah
serangkaian operasi mental yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu memecahkan masalah matematika yang terdapat di sekolah dan di luar
sekolah. Karena itu pembelajaran yang bernuansa pemecahan masalah harus
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang berpikir siswa dan
mendorong siswa menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan
masalah. Sehingga karakteristik cara berpikir siswa berkaitan dengan model serta
pendekatan pembelajaran ini. Padahal karakteristik cara berpikir merupakan salah
satu faktor instrinsik yang mempengaruhi prestasi belajar. Karakteristik cara
berpikir adalah cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati dan
beraktivitas mental, yaitu mengatur dan mengolah informasi di bidang kognitif.
Cara berpikir siswa ini mempengaruhi keberhasilan siswa untuk menyelesaikan
masalah matematika dengan caranya sendiri dan kemampuan yang dimiliki dalam
pikirannya, artinya siswa diberi kesempatan melakukan refleksi, penafsiran dan
mencari strateginya yang sesuai dengan permasalahan matematika yang diberikan,
dalam hal ini pada materi pokok Aritmetika Sosial.
Bertolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Problem
Based Instruction Pada Materi Pokok Aritmetika Sosial Ditinjau Dari
Karakteristik Cara Berpikir Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 2 Jaten
Karanganyar Tahun ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Dalam memilih suatu model pembelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan proses belajar mengajar diantaranya adalah materi
yang akan dipelajari siswa. Ada kemungkinan sebagian besar guru kurang
tepat memilih model pembelajaran dalam menyampaikan materi pokok
Aritmetika Sosial.
2. Ada kemungkinan banyak siswa yang kurang memiliki kemampuan membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan aplikasi/penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa mengalami
kesulitan memecahkan soal cerita dalam hal menterjemahkan soal dan
membawanya ke dalam model matematika, khususnya pada materi pokok
Aritmetika Sosial.
3. Pengembangan model pembelajaran untuk tujuan membentuk pengetahuan
belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain karena adanya keterbatasan waktu, kesibukan guru dalam
menyiapkan pembelajaran, dan tes prestasi.
4. Banyak siswa dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar
dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan siswa lain sehingga kemungkinan rendahnya
prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap topik
materi pokok yang dipelajari.
5. Perbedaan karakteristik cara berpikir siswa akan memberikan perbedaan pula
terhadap cara siswa mengatasi permasalahan matematika yang diberikan.
Salah satu tujuan pembelajaran Problem Based Instruction adalah membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perbedaan karakteristik cara
berpikir siswa berkaitan dengan model pembelajaran ini. Terkait dengan ini,
akan diteliti apakah karakteristik cara berpikir siswa berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Pemilihan Masalah
Dari kelima masalah yang diidentifikasi diatas, peneliti hanya ingin
melakukan penelitian yang terkait dengan masalah sebagai berikut :
Penggunaan model pembelajaran dalam menyampaikan materi pokok
Aritmetika Sosial, dan karakteristik cara berpikir siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Alasan dipilihnya masalah tersebut adalah: untuk mengetahui apakah
model pembelajaran yang berbeda dan karakteristik cara berpikir siswa yang
berbeda pula, berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi
pokok Aritmetika Sosial.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Model pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah Problem Based
Instruction untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas
kontrol.
2. Karakteristik cara berpikir adalah cara khas yang digunakan seseorang dalam
mengamati dan beraktivitas mental, yaitu mengatur dan mengolah informasi
dibidang kognitif. Karakteristik cara berpikir ini dibedakan menjadi empat tipe
yaitu tipe sekuensial konkret, tipe sekuensial abstrak, tipe acak abstrak dan
tipe acak konkret.
3. Prestasi belajar yang dimaksudkan adalah prestasi belajar pada materi pokok
Aritmetika Sosial yaitu prestasi belajar siswa yang dicapai setelah proses
belajar mengajar.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka permasalahan yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Apakah pembelajaran matematika Problem Based Instruction menghasilkan
prestasi belajar lebih baik daripada model konvensional pada materi pokok
Aritmetika Sosial?
2. Apakah ada pengaruh karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret, tipe
sekuensial abstrak, tipe acak abstrak dan tipe acak konkret terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan karakteristik
cara berpikir siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Aritmetika Sosial?
F. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika Problem Based
Instruction menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model
konvensional pada materi pokok Aritmetika Sosial.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh karakteristik cara berpikir tipe
sekuensial konkret, tipe sekuensial abstrak, tipe acak abstrak dan tipe acak
konkret terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan karakteristik cara berpikir siswa terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok Aritmetika Sosial.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Teoritis
• Memberikan masukan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat,
yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model yang biasa
digunakan dalam proses belajar mengajar dalam rangka upaya peningkatan
kualitas pendidikan khususnya pada materi pokok Aritmetika Sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
• Memberi masukan bahwa kehidupan nyata yang dialami sehari–hari dapat
digunakan sebagai sarana pembelajaran.
2. Praktis
a. Bagi Guru
• Memberikan masukan tentang keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar.
• Memberikan masukan tentang pengaruh pembelajaran Problem Based
Instruction terhadap prestasi belajar bidang studi matematika.
b. Bagi Siswa
• Memberi sumbangan pemikiran mengenai pengaruh karakteristik cara
berpikir siswa dan pembelajaran Problem Based Instruction terhadap
prestasi belajar bidang studi matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) dinyatakan, “Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya)”. Dalam pengertian ini prestasi merupakan suatu usaha yang telah
dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut. Prestasi
merupakan akhir dari usaha yang melalui proses pendidikan dan pelatihan tertentu
yang telah dicapai. Prestasi yang dicapai sering mendatangkan konsekuensi-
konsekuensi berupa imbalan-imbalan yang bersifat material psikologis dan sosial.
Sedangkan Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) menyatakan bahwa,
“Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang
dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil
usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai
prestasi yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah diadakan usaha sebaik-
baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut.
b. Pengertian Belajar
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
(Nana sudjana, 2000 : 28)
Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Winkel (1987: 36) bahwa,
“Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat
relatif konstan dan berbekas”.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2008 : 154) “Belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman,
belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan
binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya,
berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah, di kelas,
di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya”.
Menurut Magnesen (Dryden & Vos, 1999) belajar terjadi dengan : 1. Membaca sebanyak 10% 2. Mendengar 20% 3. Melihat 30% 4. Melihat dan mendengar sebanyak 50% 5. Mengatakan 70% 6. Mengatakan sambil mengerjakan sebanyak 90%
(Dewi Salma, 2007 : 22-24)
Muhibbin Syah (1995: 90) menyatakan bahwa pengertian “Belajar adalah
perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai suatu pengalaman”.
Menurut Sardiman (1990 : 22-23) pengertian belajar yaitu :
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selain beberapa pendapat mengenai definisi belajar tersebut, Menurut
Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990: 84), “Belajar adalah setiap perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman”.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku baik fisik maupun psikis dari pengalamannya
dalam berinteraksi dengan lingkungan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Ngalim Purwanto (1990: 102), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri (faktor individu) yang berupa
faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individu (faktor sosial) yaitu antara lain faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang
tersedia, dan motivasi sosial.
Menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya. Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik fisik maupun mental. Kelelahan secara fisik, mengantuk, bosan, atau jenuh yang menghinggapi peserta didik dapat mengurangi konsentrasi. Kelelahan mental karena terlalu banyak belajar juga dapat mengurangi daya tangkap peserta didik untuk memahami materi ajar.
(Dewi Salma, 2007 : 17)
d. Pengertian Prestasi Belajar
Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) mengatakan bahwa, “Prestasi belajar
adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui
prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak
tersebut tergolong kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak ini
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan
hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar
merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena
sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut
bidang kamampuannya masing-masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan
bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam penelitian ini
prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka.
e. Pengertian Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,
“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan”.
Menurut Johnson dan Mykiebust (1967: 244) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988: 430) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline (1981: 172) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
(Mulyono Abdurrahman, 2003: 252)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah
pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang
didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.
Menurut Ernest (1989) dalam Damon L. Bahr dan Eula Ewing Monroe menyatakan bahwa: 1. Matematika adalah seperangkat aturan yang harus dipelajari lebih dari satu set konsep yang saling terkait dan terhubung. 2. Pendidikan Matematika terdiri dari memberitahu siswa bagaimana untuk mengikuti prosedur daripada mendukung siswa untuk mencoba memahami. 3. Pembelajaran matematika adalah proses latihan dan menghafal daripada proses penalaran. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
matematika adalah ilmu pengetahuan eksak tentang pola keteraturan, terstruktur
yang logis, terorganisasikan secara sistematik mulai dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan
akhirnya ke dalil.
f. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah
hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang
menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan dan
kecakapan baru yang dinyatakan dengan simbol, angka atau huruf.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
matematika siswa. Gagne, Bringgs & Wager, 1992 dalam Dewi Salma (2007: 15)
mengembangkan konsep desain pembelajaran dengan menyatakan bahwa desain
pembelajaran membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu
sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Faktor internal
Yaitu dari kemampuan dan kesiapan diri yang belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Faktor eksternal
Yaitu pengaturan lingkungan yang didesain atau desain pembelajarannya.
Untuk itu desain pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep
pendekatan sistem agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang.
Sedangkan menurut Slameto (1995: 54) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Diantara faktor itu yang besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa adalah faktor psikologis seperti intelegensi, kreativitas, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal dalam proses belajar mengajar dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Diantara lingkungan tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap prestasi siswa adalah lingkungan sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Memudahkan pembelajaran bagi peserta didik adalah tugas utama guru.
Untuk itu, guru tidak saja dituntut untuk membuat suasana pembelajaran menjadi
nyaman dan menarik, tetapi juga harus mampu menciptakan model pembelajaran
yang sesuai dengan keadaan diri masing-masing peserta didik. Guru dituntut
untuk mengetahui karakteristik tiap peserta didik. Sehingga model yang
diterapkan pun benar-benar sesuai dengan perkembangan diri peserta didik yang
menjadi subyek sekaligus obyek pendidikan itu sendiri. Ketepatan memilih model
merupakan suatu keniscayaan dalam sukses tidaknya guru mengantarkan peserta
didik menjadi generasi yang dapat diandalkan dan dibanggakan. Oleh karena itu,
guru harus menggunakan model pembelajaran yang tidak saja membuat proses
pembelajaran menarik, tapi juga memberikan ruang bagi peserta didik untuk
berkreativitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 589), “Model adalah
pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan”. Pembelajaran sendiri merupakan pengembangan dari kata pengajaran
yang merupakan satu kesatuan proses belajar mengajar.
Model mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
interaksi antara guru dengan siswa. Model mengajar beraneka ragam jenisnya dan
setiap model mengajar ada kelemahan atau kelebihannya masing-masing. Oleh
sebab itu dalam praktek mengajar mustahil hanya menggunakan satu model
mengajar. Kombinasi penggunaan dari berbagi model mengajar merupakan
keharusan dalam praktek mengajar.
Pengertian model pembelajaran, istilah lain yang dipergunakan dan sama maksudnya dengan model mengajar adalah strategi belajar mengajar (Joyce & Weil, 1971). Model mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pengajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain.
(Mulyani Sumantri, 2001 : 37)
Uraian tersebut di atas mencerminkan bahwa model pembelajaran
memiliki makna yang lebih luas dari metode dan strategi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Arends (2004: 26) yang mengemukakan bahwa “ A model is more than a
specific method or strategy. It is overall plan or pattern for helping students to
learn specific kinds of knowledge, attitudes, or skills”. Model pembelajaran lebih
dari metode atau stategi tertentu, model pembelajaran merupakaan keseluruhan
rencana atau pola untuk membantu siswa dalam belajar ilmu pengetahuan,
kecerdasan atau kemampuan tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah bentuk spesifik suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan dan mewujudkan suatu proses
pembelajaran di kelas yang mengarahkan guru dalam mendisain pembelajaran
untuk membantu siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Jenis-jenis Model Pembelajaran
Arends (2004 :26) mengemukaan bahwa “ We have selected six models
that, if learned well, can meet the needs of most eachers. These are: 1)
Presentation; 2) Direct instruction, 3) Concept teaching; 4) Cooperative
learning; 5) Problem based learning; 6) Classroom discussion “. Mengacu pada
pendapat tersebut, model pembelajaran dapat dibedakan menjadi presentasi,
pengajaran langsung, mengajar konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.
Model presentasi merupakan model pembelajaran yang menekankan
pada kemampuan guru dalam mengenalkan dan menjelaskan informasi-informasi
baru kepada siswanya. Model pengajaran langsung dimana guru dituntut untuk
menerangkan dan menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan urutan dan
struktur yang baik sehingga mudah dimengerti oleh siswanya. Model mengajar
konsep, model ini memberikan kesempatan pada guru untuk mengajarkan
konsep-konsep utama kepada siswa untuk dijadikan dasar dalam pembelajaran
selanjutnya. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
menuntut siswa untuk memiliki keterampilan sosial siswa dalam kerjasama dan
kelompok. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model
pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuannya berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah, sehingga menjadi
siswa yang mandiri dalam proses belajar mengajar. Model diskusi kelas,
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pertukaran gagasan lisan
para siswanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Mengacu pada model-model pembelajaran yang telah dikemukakan di
atas, selanjutnya Arends membagi model-model pembelajaran tersebut menjadi
dua kategori, yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel 2.1 Model Pembelajaran
Taditional/Teacher-Centered Contructivist/Student-Centered
Lecture presentation
Direct Insruction
Concept Teaching
Cooperative learning
Problem Based Learning
Classroom Discussion
Tabel tersebut mengelompokkan enam model pembelajaran yang telah
diuraikan sebelumnya kedalam dua kategori yaitu pembelajaran yang berpusat
pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang
berpusat pada guru dikatakan sebagai pembelajaran tradisional atau konvensional,
dimana guru memiliki peranan besar selama berlangsungnya proses belajar
mengajar. Selanjutnya, pembelajaran yang berpusat pada siswa dikenal sebagai
pembelajaran konstruktivisme dimana pengetahuan yang diperoleh siswa
merupakan hasil konstruksi siswa tersebut melalui proses belajar mandiri.
c. Model Pembelajaran Konvensional
Berdasarkan pada jenis-jenis model pembelajaran sebagaimana diuraikan
di atas, ketiga model pembelajaran yang pertama yaitu presentasi, pengajaran
langsung, dan mengajar konsep merupakan model pembelajaran yang berpusat
pada guru. Pada jenis-jenis model pembelajaran tersebut, guru memiliki peranan
penting dalam menjelaskan informasi, materi pelajaran ataupun konsep-konsep
tentunya berkaitan dengan materi pelajaran. Model-model pembelajaran tersebut
seringkali disebut sebagai model pembelajaran konvensional.
Menurut Dewi Salma (2007 : 18-23) pada kelas konvensional, peran guru
atau instruktur dapat berpegaruh terhadap keberhasilan belajar. Pemaparan materi
yang menarik, gaya bicara guru bisa pula mendukung atau menghambat proses
belajar. Pembelajaran diartikan sebagai KBM konvensional di mana guru dan
peserta didik langsung berinteraksi. Menurut teori Berlo dalam suatu KBM
konvensional, maka pengajar adalah pengirim pesan yaitu materi ajar. Saluran
digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut bisa saja segala potensi pengajar,
media pembelajaran, serta indra yang dimiliki oleh peserta didik. Lalu, peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
didik sebagai penerima pesan atau topik yang disampaikan oleh pengajar
mencerna materi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 459) “Konvensional
adalah tradisional”. Sedangkan tradisional diartikan sebagai sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun temurun.
Dalam pembelajaran matematika yang paling tepat disebut model
konvensional adalah metode ekspositori. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwoto
(2003: 69) yang mengemukakan “...cara mengajar matematika yang pada
umumnya digunakan guru matematika adalah lebih tepat dikatakan sebagai
metode ekspositori daripada metode ceramah”.
Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya
kegiatan interaksi kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
Tetapi pada metode ekspositori, dominasi guru banyak berkurang karena tidak
terus bicara saja. Ia berbicara pada awal pelajaran, mengemukakan materi, dan
contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Menurut Oemar Hamalik
(2008 : 97), “metode ceramah sekalipun banyak kelemahannya tidak mungkin
ditinggalkan, sebab ceramah diperlukan untuk menyampaikan informasi melalui
penuturan bahan secara verbal”.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model konvensional adalah
metode ekspositori. Menurut Purwoto (2003: 67) Model konvensional memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan:
1) Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mendapat kesempatan yang sama
untuk mendengarkan.
2) Bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh
guru.
3) Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting, sehingga
waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak
menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan model ini.
6) Kelas relatif teratur, tenang dan tidak ramai.
7) Daya serap dan target kurikulum pembelajaran guru dapat tercapai.
Kelemahan:
1) Pelajaran berjalan membosankan siswa dan siswa menjadi pasif, karena tidak
berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Siswa
hanya aktif membuat catatan.
2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
3) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan.
4) Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi menghafal yang tidak
mengakibatkan timbulnya pengertian.
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pada
pembelajaran konvensional kegiatan didominasi oleh guru sehingga
mengakibatkan siswa bersikap pasif, antara siswa yang pandai dan kurang pandai
mendapat perlakuan yang sama, karena siswa hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru. Hal ini berakibat siswa mudah jenuh, kurang inisiatif,
sangat bergantung pada guru dan tidak terlatih untuk mandiri belajar.
Pembelajaran konvensional cenderung banyak diterapkan oleh para pengajar
karena proses pembelajaran di kelas sangat terbatas waktunya, dan untuk
mengembangkan potensi, kognisi, afeksi serta ketrampilan perlu diberikan tugas
belajar yang dilakukan di luar kelas. Dalam model pembelajaran ini, guru
menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah dan untuk memantapkan
penguasaan materi selanjutnya siswa diberi tugas untuk dikerjakan di rumah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
konvensional merupakan model pembelajaran yang terpusat pada guru yang siap
mentransferkan ilmunya kepada siswa, dan siswa cenderung pasif selama belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Matematika sekolah berkembang seiring perkembangan zaman yang
semakin modern maka belajar matematika sekarang ini dituntut tidak hanya
sekedar belajar menghafal rumus saja, akan tetapi belajar bagaimana memperoleh
rumus tersebut dan menggunakannya bagi kehidupan sehari-hari atau yang biasa
disebut belajar mengkonstruksi pengetahuan. Saat ini banyak model pembelajaran
yang dikembangkan untuk tujuan memperoleh konstruksi pengetahuan, salah
satunya adalah model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) merupakan model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Pendekatan
konstruktivisme adalah pendekatan yang mengajak siswa untuk berpikir dan
mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama
sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat.
Problem Based Instruction merupakan suatu pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini
cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Dalam belajar, orang dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan dengan berbuat sesuatu. Pemecahan problem adalah tujuan yang harus dicapai, tetapi tindakan yang harus diambil supaya problem terpecahkan, belumlah diketahui. Tindakan atau perbuatan itu masih harus ditemukan, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur di dalam problem. Dari reorganisasi melalui perubahan dalam pengamatan, lahirlah suatu pemahaman yang membawa kepemecahan problem.
Winkel (1987 : 58-59)
Menurut Sadiman (1990 : 34), “Belajar memecahkan masalah diperlukan
juga suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaimana dapat
memecahkan masalah tersebut”. Menurut J. Dewey dalam Sardiman ada lima
langkah dalam upaya pemecahan masalah, yakni :
1) Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalahnya dan juga
harus dapat merumuskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah
pemecahan masalah.
3) Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
4) Menilai dan mencobakan usaha pembuktian hipotesa dengan keterangan-
keterangan yang diperoleh.
5) Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau berbuat sesuatu dengan hasil
pemecahan soal itu.
Menurut Dewey (1938) dalam Huseyin Bag (2007) menyatakan bahwa
pendekatan paling nyaman dalam mengajar dan belajar adalah masalah
lingkungan belajar berbasis yang melibatkan dalam pembelajaran aktif. Dasar
pembelajaran berbasis masalah berakar pada prinsip "belajar dengan melakukan
dan mengalami".
Menurut Arends (1997:15), “Model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) adalah pengajaran project based, belajar murni, dan
pembelajaran kuno”. Menurut Arends (1997:56), “Inti pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) adalah menyajikan masalah yang otentik dan penuh arti
kepada siswa, yang dapat dijadikan sebagai papan loncatan untuk melakukan
investigasi dan penemuan”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah model mengajar
yang menyajikan masalah sebagai pengetahuan pada siswa sehingga siswa
termotivasi untuk menyelidiki dan menemukan solusi dari masalah tesebut.
Adapun masalah yang baik yang dapat disajikan dalam model pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) adalah masalah yang otentik , penuh pertanyaan,
terbuka dalam kerjasama, penuh makna bagi siswa dan tetap konsisten dengan
tujuan pengajaran yang ada.
Arends (2000:373) mengemukakan tiga tujuan dari pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) yaitu:
1. Membantu siswa mengembangkan investigasi dan kemampuan pemecahan
masalah.
2. Memberikan siswa pengalaman yang mendewasakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Memberikan kepercayaan kepada siswa terhadap kemampuannya sendiri dalam
berpikir dan belajar mandiri.
Sintaks pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah sebagai
berikut :
Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) terdiri dari 5 langkah
utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah
dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah
tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
FASE-FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
(http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/04/model-pembelajaran-Problem-
based-instruction/)
Uraian diatas memperlihatkan bahwa model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) menuntut siswa aktif belajar mandiri bersama
kelompoknya dalam mengkonstruksi atau menemukan pengetahuan dengan pola
pikir deduktif. Pengetahuan yang dimaksud adalah jawaban dari masalah yang
disajikan guru dimana siswa sendiri yang aktif memecahkan masalahnya.
Kegiatan guru adalah menyajikan masalah sesuai dengan tujuan
pengajaran yang ada, mendorong siswa belajar aktif, dan memberi fasilitas yang
memudahkan siswa dalam menjawab masalah tersebut serta pada akhir
pembelajaran guru memberi kesimpulan atau pemecahan masalah yang paling
benar berorientasi pada aktivitas belajar siswa yang terkontrol oleh guru. Tugas-
tugas guru adalah membantu siswa merumuskan tugas-tugas, bukan menyajikan
tugas-tugas pelajaran. Sedangkan macam-macam kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa adalah yang dapat mengasah daya pikir sehingga pengetahuan siswa
dapat bertahan lebih lama, dan dapat mengisi kejenuhan belajar siswa selama ini.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) mengacu pada aktivitas
belajar siswa. Guru dituntut harus pandai dan cekatan dalam mengendalikan
situasi belajar di kelas dan membagi waktu dengan baik dan tidak molor
terkendali. Pembelajaran matematika dengan model PBI ini akan sangat
bermanfaat bagi siswa karena selain dapat membuat siswa lebih mandiri juga
dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
menumbuhkembangkan kreativitas belajar baik secara individual maupun secara
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e. Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based
Insruction (PBI) dan Model Konvensional.
Menurut Nyimas Aisyah (2003:17) ada perbandingan karakteristik Model
Problem Based Instruction (PBI) dan Model Konvensional sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based
Insruction (PBI) dan Model Konvensional
Model Pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI)
Model Pembelajaran
Konvensional
1. Pengetahuan dibangun oleh
siswa
2. Penilaian secara kelompok dan
individual
3. Lebih menekankan pada
proses
4. Pembelajaran cenderung
berpusat pada siswa
5. Memerlukan dana dan waktu
lebih banyak.
6. Tidak dapat diterapkan pada
semua materi.
1. Pengetahuan dibangun oleh
guru
2. Penilaian secara individual
3. Lebih menekankan pada hasil
4. Pembelajaran cenderung
berpusat pada guru
5. Dana dan waktu relatif lebih
sedikit
6. Dapat diterapkan hampir pada
semua materi
3. Karakteristik Cara Berpikir Siswa
a. Pengertian Cara Berpikir Siswa
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, cara
berpikir berhubungan dengan kerja otak dan ini berkaitan dengan intelegensi
seseorang. Oleh karena itu cara berpikir merupakan salah satu faktor intern yang
mempengaruhi prestasi belajar. Dalam Perkembangan Peserta Didik (1994 : 110)
“Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah dan berbahasa”. Sedangkan menurut Edward De Bono
(1993 : 24), keterampilan berpikir menentukan bagaimana kecerdasan digunakan.
Berpikir sebagai: “ keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pengalaman”. Pendapat W. S. Winkel (1987 : 61) “Dalam belajar berpikir, orang
dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui
pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan
melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-
metode bekerja tertentu”.
Dalam jurnal pendidikan keterampilan berpikir terdiri dari keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985) proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dimana proses berpikir rasional merupakan sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu menurut Novak (1979) proses berpikir dasar meliputi proses mental yang merupakan gambaran berpikir rasional yang terdiri dari sepuluh kemampuan yaitu menghafal (recalling), membayangkan (imagining), mengelompokkan (classifiying), menggeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis (analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan menyimpulkan (infering). Keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan dari keterampilan berpikir rasional dengan proses berpikir kompleks yang meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
(Sri Handayani, Nurmawati, & Lusi Rahmiazasi : 2000) De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 110-112) di dalam bukunya
yang berjudul Quantum Learning. Yang merumuskan bahwa, “Gaya belajar
seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi”. Gaya belajar ini berkaitan dengan pribadi seseorang
yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya. Lebih
lanjut mereka menyatakan bahwa cara termudah yang dimiliki oleh seseorang
untuk menyerap informasi disebut dengan modalitas dan cara seseorang untuk
mengatur dan mengolah informasi disebut dengan dominasi cara berpikir.
Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa cara berpikir siswa
adalah kemampuan berpikir siswa yang memadukan kecerdasan untuk
memecahkan suatu problem, mengolah informasi, berpikir kritis dan kreatif.
b. Karakteristik Cara Berpikir Siswa
Menurut Sardiman (1990 : 118), “Karakteristik siswa adalah keseluruhan
pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-
citanya”. Dalam karakteristik siswa ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1) Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau
prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan
berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor, dan
lain-lain.
2) Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial
(sociocultural).
3) Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti
sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
De Porter dan Hernacki membagi tipe karakteristik cara berpikir menjadi
empat, yaitu tipe sekuensial konkret (SK), tipe sekuensial abstrak (SA), tipe acak
abstrak (AA), dan tipe acak konkret (AK).
Lebih lanjut, De Porter dan Hernacki (1999: 128-135) mengemukakan
karakteristik dari masing-masing tipe tersebut sebagai berikut :
1) Tipe Pemikir Sekuensial Konkret (SK)
Pemikir Sekuensial Konkret (SK) memperhatikan dan mengingat detail dengan
lebih mudah, mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap, dan berusaha
mencapai kesempurnaan. Ciri-cirinya yaitu:
a) Pemikir sekuensial konkret berpegang pada kenyataan dan proses informasi
dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial.
b) Bagi para SK, realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui
indra fisik mereka, yaitu indra penglihatan, peraba, pendengaran, perasa,
dan penciuman.
c) Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan
mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusus
dengan mudah.
d) Catatan atau makalah adalah cara baik bagi tipe ini untuk belajar.
e) Pelajar SK harus mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap dan
berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap.
f) Mereka menyukai pengarahan dan prosedur khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Tipe Pemikir Sekuensial Abstrak (SA)
Pemikir Sekuensial Abstrak (SA) berpikir dalam konsep dan menganalisis
informasi. Ciri-cirinya yaitu:
a) Realitas bagi para pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis
dan pemikiran abstrak.
b) Pemikir SA suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi.
c) Pemikir SA sangat menghargai orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang
teratur rapi.
d) Mudah bagi pemikir SA untuk meneropong hal-hal penting, seperti titik
kunci dan detail-detail penting.
e) Proses berpikir pemikir SA logis, rasional, dan intelektual.
3) Tipe Pemikir Acak Abstrak (AA)
Pemikir Acak Abstrak (AA) mengatur informasi melalui refleksi dan berkiprah
di dalam lingkungan tidak teratur yang berorientasi pada orang. Ciri-cirinya
yaitu:
a) Dunia nyata untuk pelajar acak abstrak adalah dunia perasaan dan emosi.
Mereka tertarik pada nuansa, dan sebagian lagi cenderung pada mistisisme.
b) Pikiran AA menyerap ide-ide, informasi, kesan dan mengaturnya dengan
refleksi. (Kadang-kadang hal ini memakan waktu lama hingga orang lain
tidak menyangka bahwa orang AA mempunyai reaksi atau pendapat).
c) Pemikir AA mengingat dengan sangat baik jika informasi
dipersonifikasikan.
d) Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau mempengaruhi belajar pemikir
AA.
e) Mereka merasa dibatasi ketika berada di lingkungan yang sangat teratur.
Mereka lebih suka berkiprah di lingkungan yang tidak teratur yang berkaitan
dengan orang-orang.
f) Pemikir AA mengalami peristiwa secara holistik, mereka perlu melihat
keseluruhan gambar sekaligus, bukan bertahap. Mereka akan terbantu jika
mengetahui bagaimana segala sesuatu terhubung dan keseluruhannya
sebelum masuk ke dalam detail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4) Tipe Pemikir Acak Konkret (AK)
Pemikir Acak Konkret (AK) berpegang pada realitas dan mempunyai sikap
ingin mencoba. Ciri-cirinya yaitu:
a) Pemikir acak konkret mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan
perilaku yang kurang terstruktur.
b) Pemikir AK berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan
pendekatan coba-salah (trial and error).
c) Pemikir AK sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk
pemikiran kreatif yang sebenarnya.
d) Pemikir AK mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan
mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri.
e) Bagi orang-orang AK waktu bukanlah prioritas, dan mereka cenderung tidak
meperdulikannya, terutama jika sedang terlibat dalam situasi yang menarik.
f) Pemikir AK lebih terorientasi pada proses daripada hasil.
Selain mengemukakan karakteristik masing-masing tipe cara berpikir, De
porter dan Hernacki (1999:129-133) juga mengemukakan berbagai kiat-kiat untuk
mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai oleh masing-masing orang sesuai
dengan tipe cara berpikirnya. Kiat-kiat tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kiat-kiat bagi pemikir SK :
a) Disarankan untuk membangun kekuatan organisasional.
b) Mencari tahu detail yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
c) Membagi proyek menjadi beberapa tahapan.
d) Menata lingkungan kerja/lingkungan belajar yang tenang.
2) Kiat-kiat bagi pemikir SA :
a) Disarankan untuk melatih logika.
b) Didorong untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki.
c) Disarankan untuk mengupayakan keteraturan.
d) Disarankan untuk menganalisis orang-orang yang berhubungan dekat
dengannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Kiat-kiat bagi pemikir AA :
a) Disarankan untuk menggunakan kemampuan divergen yang dimiliki.
b) Disarankan untuk menyiapkan diri dalam memecahkan masalah.
c) Didorong untuk menerima kebutuhan untuk berubah.
d) Disarankan untuk mencari dukungan bagi dirinya.
4) Kiat-kiat bagi pemikir AK :
a) Disarankan untuk menggunakan kemampuan alamiah yang dimiliki untuk
bekerja sama dengan orang lain.
b) Menyadari bahwa emosi sangat kuat mempengaruhi konsentrasi dan
disarankan untuk mengendalikannya.
c) Disarankan untuk membangun kekuatan belajar dengan berasosiasi.
d) Disarankan melihat gambaran besar.
e) Disarankan untuk mewaspadai waktu.
f) Disarankan untuk menggunakan isyarat-isyarat visual.
De porter dan Hernacki (1999:142) menegaskan bahwa masing-masing
tipe cara berpikir tersebut tidak ada salah satu tipe cara berpikir mana pun yang
lebih baik atau lebih buruk daripada yang lainnya. Tipe cara berpikir tersebut
hanya berbeda saja, tetapi meskipun begitu tipe cara berpikir ini sangat
mempengaruhi keberhasilan seseorang karena cara berpikir ini mempengaruhi
seseorang dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuannya. Cara-
cara yang dikembangkan oleh masing-masing orang dalam menentukan
keberhasilan, tergantung pada kesadaran masing-masing orang tersebut termasuk
pada tipe mana yang paling sesuai dengan dirinya.
Untuk mengetahui atau klasifikasi seorang siswa termasuk dalam tipe
cara berpikir mana, salah seorang pembimbing SuperCamp, John Parks Le Tellier
dalam De Porter dan Hernacki (1999: 124-126) merancang sebuah tes untuk
menentukannya. Langkah-langkah tes tersebut adalah :
1) Siswa diminta membaca setiap kelompok yang terdiri dari empat kata.
2) Siswa diminta memilih diantara empat kata tersebut, yang paling sesuai dalam
menggambarkan diri mereka. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Setiap
siswa akan memberikan jawaban yang berbeda, yang penting bersikap jujur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Setelah siswa menyelesaikan setiap butir tes tersebut, huruf-huruf dari kata
yang dipilih dilingkari pada setiap nomor dalam empat kolom yang disediakan.
4) Jawaban siswa pada kolom I, II, III, IV dijumlahkan dan kemudian pada
masing-masing kolom dikalikan dengan empat.
5) Kotak dengan jumlah terbesar itulah yang menunjukkan tipe cara berpikir
seorang siswa.
Jadi, karakteristik cara berpikir siswa adalah cara-cara yang
dikembangkan oleh masing-masing siswa sesuai dengan diri dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan serta lingkungan sosialnya
dalam menentukan keberhasilan. Dibagi atas empat tipe, yaitu tipe sekuensial
konkret (SK), tipe sekuensial abstrak (SA), tipe acak abstrak (AA), dan tipe acak
konkret (AK).
4. Tinjauan Materi Tentang Materi Pokok Aritmetika Sosial
a. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung dan Rugi
Dalam kegiatan perdagangan terdapat penjual dan pembeli. Terdapat
peristiwa membeli atau menjual suatu barang. Pedagang akan mengalami
beberapa kemungkinan dalam perdagangan, yaitu:
1) Harga Pembelian
Adalah harga barang yang dibeli pedagang dari pabrik atau grosir atau
tempat lain. Harga pembelian disebut juga modal. Modal terdiri dari
harga pembelian ditambah ongkos atau biaya perbaikan.
2) Harga Penjualan
Adalah harga barang yang dijual pedagang.
3) Untung
Terjadi jika harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian.
Sehingga diperoleh,
Rumus: Untung = Harga Penjualan – Harga Pembelian
4) Rugi
Terjadi jika harga pembelian lebih tinggi dari harga penjualan.
Rumus: Rugi = Harga Pembelian – Harga Penjualan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Persentase Untung dan Rugi
Rumus: Persentase untung = %100arg
xPembelianaH
Untung
Persentase rugi = %100arg
xPembelianaH
Rugi
c. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Netto
1) Rabat
Harga bersih = harga kotor – rabat (diskon)
Dengan:
Harga bersih = harga setelah dipotong diskon
Rabat = potongan harga
Harga kotor = harga sebelum dipotong diskon
2) Bruto, Tara, Netto
Rumus:
Netto = Bruto – tara
Tara = Persen tara x bruto
Harga bersih = Netto x harga persatuan berat
Keterangan:
Netto = berat bersih
Bruto = berat kotor
Tara = potongan berat
(Cholik dan Sugiyono, 2004:135)
B. Kerangka Pemikiran
Bertolak dari tinjauan pustaka di atas dapat dibuat suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Pengajaran adalah perpaduan kegiatan belajar dan mengajar untuk
mencapai tujuan pengajaran. Mengajar tidak hanya memindahkan pengetahuan
dari guru ke siswa tetapi juga harus dapat membawa siswa belajar. Sedangkan
belajar sendiri tidak hanya usaha menguasai pengetahuan saja tetapi juga suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
aktivitas baik fisik maupun mental untuk merubah diri siswa kearah yang lebih
baik sebagai hasil pengalamannya sendiri.
Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam
proses belajar matematika sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran
serta tingkah laku. Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor
di antaranya adalah model serta pendekatan pengajaran dan karakteristik cara
berpikir siswa.
Dalam membantu siswa untuk memahami suatu materi pelajaran, seorang
guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan keadaan
siswa. Dalam penelitian ini akan dicoba digunakan model pembelajaran
konvensional dan model pembelajaran Poblem Based Instruction (PBI). Model
pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang masih
menggunakan sistem yang biasa dilakukan, yaitu sistem ceramah, sehingga siswa
cenderung pasif. Sedangkan model pembelajaran PBI adalah model pembelajaran
di mana membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua model ini akan digunakan untuk membelajarkan siswa SMP kelas
VII pada materi pokok Aritmetika sosial. Banyak sekali kejadian sehari-hari yang
berkaitan dengan materi ini. Pada materi pokok Aritmetika Sosial kebanyakan
siswa mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuan yang
dipelajarinya. Oleh karena itu model pembelajaran Poblem Based Instruction
(PBI) dapat dijadikan alternatif dalam membelajarkan siswa pada materi pokok
ini, sebab model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif untuk
belajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan membawanya kekehidupan
sehari-hari.
Dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi pokok
Aritmetika Sosial, siswa memerlukan pemikiran untuk menyelesaikan soal-soal
cerita materi tersebut. Oleh karena itu, siswa dengan cara berpikir yang berbeda
akan menyelesaikan atau mengerjakan soal dengan cara yang berbeda pula.
Sehingga prestasi belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa belum tentu sama.
Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh karakteristik cara berpikir siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Karakteristik cara berpikir siswa adalah cara khas yang digunakan seseorang
dalam mengamati dan beraktivitas mental, yaitu mengatur dan mengolah
informasi di bidang kognitif. Ada empat tipe karakteristik cara berpikir siswa,
yaitu tipe sekuensial konkret (SK), tipe sekuensial abstrak (SA), tipe acak abstrak
(AA), dan tipe acak konkret (AK). Masing-masing karakteristik cara berpikir
mempunyai ciri khas sendiri-sendiri sehingga tidak ada yang paling baik atau
paling jelek, semuanya memiliki tingkatan yang setara.
Berdasarkan karakteristik cara berpikir yang telah dikemukakan pada
tinjauan pustaka, pemikir SK memiliki karakteristik dapat mengingat dengan
mudah fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusus serta
catatan atau makalah adalah cara yang baik bagi tipe ini untuk belajar. Padahal
pada model PBI, siswa mengumpulkan informasi dari dunia nyata melalui
permasalahan yang diberikan guru dan siswa diharuskan membuat laporan dari
hasil diskusi dalam memecahkan masalah Aritmetika Sosial, sehingga tidak ada
catatan khusus tentang materi pokok ini. Oleh karena itu, pemikir SK akan
mengakibatkan siswa sedikit mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
PBI. Tetapi mungkin siswa akan lebih mudah mengikuti pelajaran pada
pembelajaran konvensional. Karena dalam pembelajaran ini, guru menerangkan
materi pelajaran dan siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru tersebut.
Sedangkan pemikir SA suka berpikir dalam konsep dan menganalisis
informasi serta proses berpikir mereka logis, rasional, dan intelektual sehingga
mereka akan lebih mudah menyelesaikan masalah dalam hal ini pada materi
pokok Aritmetika Sosial. Selain itu pemikir SA memiliki karakteristik sangat
menghargai orang-orang dalam peristiwa yang teratur dan rapi. Karena
pembelajaran PBI dalam pembelajarannya berbeda setiap tahap, dan setiap tahap
diatur dengan rapi, maka model PBI akan efektif dikenakan pada tipe pemikir SA.
Pada tipe pemikir AA yang memiliki karakteristik memandang dunia
nyata sebagai dunia perasaan dan emosi, mereka tertarik pada nuansa dan
sebagian lagi cenderung pada mistisisme akan kesulitan dalam menyelesaikan
materi pokok Aritmetika Sosial karena masalah yang diberikan berdasarkan realita
atau kenyataan bukan perasaan. Tipe pemikir AA juga memiliki karakteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
lamban dalam menyerap ide-ide dan informasi sehingga akan mengalami
kesulitan juga dalam menerima pelajaran pada model pembelajaran PBI. Karena
bagi tipe pemikir AA, akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan kecepatan
pemecahan masalah pada materi pokok Aritmetika Sosial dengan partner
diskusinya yang memiliki kecepatan lebih baik dalam pengolahan informasi.
Sedangkan pada tipe pemikir AK, memiliki karakteristik sikap
eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur dan memiliki
dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu
dengan cara mereka tersendiri. Pemikir AK juga berpegang pada kenyataan,
sehingga model pembelajaran PBI yang mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata dalam masalah nyata
pada materi pokok Aritmetika Sosial akan efektif jika dikenakan pada siswa
dengan tipe pemikir AK.
Kedua faktor di atas yakni model pembelajaran dan karakteristik cara
berpikir siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika. Dari 4
karakteristik cara berpikir yang telah diuraikan, siswa yang bertipe sekuensial
konkret (SK) dapat mengingat dengan mudah fakta-fakta, rumus-rumus,
informasi, dan aturan-aturan sehingga catatan atau makalah adalah cara yang baik
untuk belajar. Oleh karena itu, mungkin pemikir ini akan memberikan prestasi
yang lebih baik dalam pembelajaran konvensional. Sedangkan pada tipe pemikir
abstrak konkret (AK) memiliki sikap eksperimental serta berpegang pada
kenyataan, sehingga dalam pembelajaran PBI mungkin akan memberikan prestasi
belajar yang lebih baik daripada tipe berpikir yang lain.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran PBI dan karakteristik cara berpikir siswa
berperan dalam menentukan prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
Aritmetika Sosial.
Dari pemikiran-pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran
dalam penelitian ini sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika Problem Based Instruction menghasilkan prestasi
belajar lebih baik daripada model konvensional pada materi pokok Aritmetika
Sosial.
2. Ada pengaruh karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret, tipe
sekuensial abstrak, tipe acak abstrak dan tipe acak konkret terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan karakteristik cara berpikir
siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial.
Model Pembelajaran
Karakteristik Cara Berpikir Siswa
Prestasi Belajar
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri II Jaten Karanganyar kelas
VII semester 1 tahun ajaran 2010/2011. Sedangkan uji coba instrumen di
laksanakan di SMP Negeri II Mojolaban Sukoharjo.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-
tahap pelaksanaanya sebagai berikut :
a. Tahap persiapan (Februari 2010-September 2010), meliputi: Pengajuan judul
skripsi, pembuatan proposal, perijinan penelitian, survey sekolah yang
bersangkutan.
b. Tahap pelaksanaan (November 2010-Desember 2010), yaitu semua kegiatan
yang dilaksanakan di tempat penelitian yang meliputi uji instrumen penelitian
dan pengambilan data.
c. Tahap penyelesaian (Januari 2011-Juni 2011), yaitu meliputi pengolahan data
dan penyusunan laporan.
B. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi-
experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak mungkin
mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono
(2003: 82-83) bahwa “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Manipulasi
variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada kelas eksperimen dan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
konvensional pada kelas kontrol. Sedangkan variabel bebas lain yang mungkin
ikut mempengaruhi adalah karakteristik cara berpikir siswa.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 X 4. Faktor pertama
adalah model pembelajaran dan faktor kedua adalah karakteristik cara berpikir
siswa. Rancangan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel Populasi
Karakteristik cara
berpikir
Model
pembelajaran
SK (b1) SA (b2) AA (b3) AK (b4)
PBI (a1) ab11 ab12 ab13 ab14
Konvensional (a2) ab21 ab22 ab23 ab24
Keterangan :
abij : data baris ke-i dan kolom ke-j
i : model pembelajaran dengan i = 1, 2
(1= PBI, 2= konvensional)
j : karakteristik cara berpikir dengan j = 1, 2, 3 dan 4
(1= SK, 2= SA, 3= AA dan 4= AK)
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002: 102) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri II Jaten Karanganyar tahun ajaran
2010/2011 yang terdiri atas enam kelas yaitu kelas VII-A, VII-B, VII-C, VII-D,
VII-E dan VII-F sebanyak 240 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel diambil dua kelas dari enam kelas VII yang
ada di SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar. Sebagian populasi yang diambil untuk
diteliti tersebut dinamakan sampel. Suharsimi Arikunto (2002: 104) bahwa,
”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Hasil penelitian dari
sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang
ada, diambil sampel 2 kelas yaitu kelas VII-C dengan 40 siswa sebagai kelas
eksperimen, dan kelas VII-D dengan 40 siswa sebagai kelas kontrol.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cluster
random sampling. Dalam cluster random sampling, dengan cara memandang
populasi sebagai kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok populasi ini disebut
kluster. Alasan digunakannya teknik cluster random sampling ini dikarenakan,
kluster-kluster yang ada adalah homogen (kemampuan siswa seimbang). Dalam
hal ini kelas pada kelas VII SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar merupakan cluster.
Pengambilan sampelnya dengan cara tiap-tiap kelas diberi nomor untuk diacak
dengan undian. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan dua kali
pengambilan. Nomor kelas yang keluar pertama sebagai kelompok eksperimen
dan nomor kelas yang keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol. Pengambilan
sampel secara acak pada populasi dimaksudkan agar setiap kelas pada populasi
dapat terwakili.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:
a. Variabel Bebas
1) Model Pembelajaran
a) Definisi Operasional
Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan pembelajaran yang
dibuat oleh guru agar tujuan pembelajaran tercapai, yang meliputi
model pembelajaran PBI dan model pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b) Skala Pengukuran: skala nominal.
c) Indikator: pemberian model pembelajaran PBI pada kelas
eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol.
d) Simbol: A
2) Karakteristik Cara Berpikir Siswa
a) Definisi operasional
Karakteristik cara berpikir siswa adalah cara khas yang digunakan
siswa untuk mengatur dan mengolah informasi di bidang kognitif.
b) Skala Pengukuran: skala interval yang ditransformasikan ke skala
nominal yang dibagi menjadi empat tipe yaitu tipe sekuensial
konkret, sekuensial abstrak, acak abstrak dan acak konkret.
Penggolongan karakteristik cara berpikir siswa didasarkan pada
kecenderungan skor tertinggi pada tipe yang sesuai. Siswa
mempunyai skor tertinggi pada tipe tertentu menunjukkan bahwa
siswa tergolong tipe tersebut. Apabila terdapat dua tipe yang
memiliki skor tertinggi maka siswa tidak tergolong tipe yang
manapun.
c) Indikator: banyaknya pilihan jawaban yang dilingkari siswa pada
masing-masing kolom dalam angket karakteristik cara berpikir
siswa.
d) Simbol: B
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang keadaanya tergantung (terikat)
kepada variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar
matematika siswa.
1) Definisi operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar
matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf yang
menyatakan hasil yang sudah dicapai siswa dalam periode tertentu yang
datanya diperoleh dari tes prestasi belajar siswa pada materi pokok
Aritmetika Sosial setelah diberi perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2) Skala pengukuran: skala interval.
3) Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika pada materi pokok
Aritmetika Sosial.
4) Simbol : X
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini harus ditentukan cara mengukur variabel penelitian
dan cara menentukan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel
diperlukan instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada tiga
macam yaitu metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes yang dijelaskan
sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 200), “…., metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”
Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai UASBN siswa kelas VII bidang
studi matematika. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui atau menguji
keseimbangan rerata kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
b. Metode Angket
Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Suharsimi Arikunto
(2002: 124) mendefinisikan “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”.
Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai karakteristik cara berpikir siswa. Angket yang digunakan berupa
angket langsung yang diberikan kepada subyek penelitian. Untuk instrumen
berupa angket ini diadopsi dari suatu angket tentang karakteristik cara berpikir
yang dibuat oleh John Parks Le Tiller (dalam De Potter dan Hernacki, 1999: 124).
Prosedur pemberian skor berdasarkan karakteristik cara berpikir siswa, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1) Siswa diminta memilih diantara empat kata pada setiap nomor yang paling
menggambarkan diri siswa, kemudian siswa melingkari pilihan jawaban/huruf-
huruf yang telah dipilih sesuai kolom yang disediakan di bawah.
2) Jawaban siswa pada kolom I, II, III, IV dijumlahkan dan kemudian pada
masing-masing kolom dikalikan dengan 4.
3) Kolom dengan jumlah terbesar itulah yang menunjukkan tipe karakteristik cara
berpikir siswa.
I II III IV
1. C D A B
2. A C B D
3. B A D C
4. B C A D
5. A C B D
6. B C A D
7. B D C A
8. C A B D
9. D A B C
10. A C B D
11. D B C A
12. C D A B
13. B D C A
14. A C D B
15. A C B D
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
I. x 4 = Tipe SK III. _____ x 4 = _____ Tipe AA
II. x 4 = Tipe SA IV. _____ x 4 = _____ Tipe AK
Berdasarkan pada tujuan diadakannya angket yaitu untuk mengetahui
apakah karakteristik cara berpikir siswa yang ditampakkan secara individual dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas yang
dilakukan pada metode angket ini hanya menggunakan uji validitas isi.
• Uji Validitas Isi
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, “Untuk menilai apakah
instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”. Dalam hal
ini para penilai (yang sering di sebut subject-matter experts), menilai apakah kisi-
kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-
kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Langkah berikutnya, para
penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau
relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. Cara ini sering disebut
relevance ratings (penilaian berdasarkan relevansi).
Dalam penelitian ini bisa dikatakan mempunyai validitas isi, jika
validator setuju dengan semua kriteria-kriteria dalam validasi, yaitu : kesesuaian
butir angket dengan kisi-kisi, kalimat pada butir angket mudah dipahami oleh
siswa, kalimat pada butir angket tidak menimbulkan penafsiran ganda, dan
kesesuaian penulisan dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
c. Metode Tes
Suharsimi Arikunto (2002: 123) menyatakan bahwa, “Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok”. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk
yang diberikan. Selanjutnya dijelaskan bahwa “Tes prestasi yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seorang setelah mempelajari sesuatu”.
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial.
Tes ini memuat soal-soal obyektif yang berisi tentang materi-materi pokok
Aritmetika Sosial, terdiri dari 30 soal yang berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
Pemberian skor pada tes prestasi belajar adalah skor satu jika benar dan skor nol
jika salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Adapun langkah-langkah membuat tes terdiri dari :
1) Membuat kisi-kisi tes
2) Menyusun butir-butir tes
3) Menvalidasi butir tes
4) Merevisi butit tes
5) Mengadakan uji coba tes
6) Menguji konsistensi internal dan reliabilitas tes
7) Menentukan butir-butir tes yang digunakan
Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba tes.
Tujuan uji coba tes adalah untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun
tersebut valid, memiliki konsistensi internal dan reliabel yang baik atau tidak.
Pada penelitian ini uji coba tes dilakukan di SMP Negeri II Mojoloban Sukoharjo
pada siswa kelas VII-D tahun ajaran 2010/2011 berdasarkan kesamaan
karakteristik antara subyek uji coba dan subyek sampel penelitian. Untuk
mendapatkan instrumen yang benar dan akurat harus memenuhi beberapa syarat
diantaranya valid, memiliki konsistensi internal dan reliabel yang baik. Cara untuk
mengetahui instrumen yang dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut adalah:
1) Uji Validitas Isi
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, “Untuk menilai apakah
instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”. Dalam hal
ini para penilai (yang sering di sebut subject-matter experts), menilai apakah kisi-
kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-
kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Langkah berikutnya, para
penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau
relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. Cara ini sering disebut
relevance ratings (penilaian berdasarkan relevansi).
Dalam penelitian ini bisa dikatakan mempunyai validitas isi, jika
validator setuju dengan semua kriteria-kriteria dalam validasi, yaitu : kesesuaian
butir kisi-kisi, materi butir tes sesuai dengan kurikulum yang berlaku, kalimat
dalam tes mudah dipahami siswa, kalimat dalam tes tidak menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
penafsiran ganda, dan butir tes tidak termasuk kategori soal yang terlalu mudah
atau terlalu sukar.
2) Uji Konsistensi Internal
Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen.
Semua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan
yang sama pula. Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, “Konsistensi internal
masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan
skor totalnya”.
Untuk mengetahui konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan rumus
korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
)Y)(Y)(nX)(X(n
Y)X)((XYnr
2222xy
∑∑∑∑∑ ∑ ∑
−−
−=
Keterangan :
xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y : skor total (dari subyek uji coba)
Soal dikatakan konsisten jika rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3 maka soal
dikatakan tidak konsisten dan harus di drop (dibuang).
(Budiyono, 2003: 65)
Pada tes prestasi belajar, penghitungan konsistensi internal ini berfungsi
untuk membedakan antara anak yang pandai dan kurang pandai.
3) Uji Reliabilitas Tes
Menurut Budiyono (2003: 65), “Suatu Instrumen disebut reliabel apabila
hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan
atau pada orang-orang yang berlainan pada waktu yang sama atau pada waktu
yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau
pada waktu yang berlainan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Untuk menguji reliabilitas instrumen tes belajar matematika yang
berbentuk tes obyektif, perhitungan indeks reliabilitasnya menggunakan rumus
Kuder Richardson ( KR-20) karena butir-butir soal instrumen dinilai berdasarkan
benar atau salah. Rumus KR-20, yaitu sebagai berikut:
−
−= ∑
2t
ii2
t11
s
qps
1n
nr
dengan :
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi : 1- pi , i : 1, 2, …N
2ts : variansi total
(Budiyono, 2003: 69)
Soal dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik jika r11 ≥ 0,7.
(Budiyono, 2003: 71).
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama. Faktor yang digunakan untuk mengetahui perbedaan interaksi efek baris,
efek kolom, dan kombinasi efek baris dan kolom terhadap prestasi belajar siswa
adalah faktor A (pemberian model pembelajaran) dan faktor B (karakteristik cara
berpikir). Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu:
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan sebelum kedua kelompok, baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol dikenai perlakuan berbeda. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kondisi awal kedua kelompok tersebut seimbang, sehingga
apabila terjadi perubahan setelah eksperimen hanya disebabkan karena perlakuan,
bukan karena faktor yang lain. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t, yaitu :
a. Hipotesis
Ho: µ1 = µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal sama)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikansi (α ) = 0,05
c. Statistik Uji yang digunakan :
n
1
n
1
)X - X( t
21
21
+=
ps
∼ t (n1 + n2 - 2)
dengan 2-nn
)1()1(
21
222
2112
+−+−= snsn
sp
Keterangan :
1X : rata-rata nilai UASBN untuk mata pelajaran matematika kelas VII
kelompok eksperimen
2X : rata-rata nilai UASBN untuk mata pelajaran matematika kelas VII
kelompok kontrol
21s : variansi dari kelompok eksperimen
22s : variansi dari kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
2ps : variansi gabungan
ps : deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik
DK :
>−<++ 2-n,n
2
α2-nn,
2
α2121
ttatautt|t
e. Keputusan Uji: H0 ditolak jika t ∈ DK
f. Kesimpulan
a. Kedua populasi memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.
b. Kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004: 151)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Uji Prasyarat Analisis
Sehubungan dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
menentukan teknik analisis statistik yang digunakan, maka penelitian ini akan
menggunakan 2 macam uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan
metode Lilliefors. Alasan dipilihnya uji Lilliefors karena uji ini dapat digunakan
untuk sampel yang kecil. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut:
1). Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang bertdistribusi normal
2). Statistik Uji
L = max ( ) ( )ii ZSZF −
dengan :
( )iZF : ( )iZZP ≤ , Z ~ N(0,1)
iZ : skor standar untuk Xi atau ( )
s
XXZ i
i
−=
s : standar deviasi
( )iZS : proporsi cacah Z ≤ iZ terhadap seluruh cacah iZ
iX : skor responden
3). Taraf Siginifikansi (α ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK = { L | L > Lα:n } dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji: Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK.
6). Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2004: 170-171)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur
sebagai berikut:
1). Hipotesis
Ho : 21σ = 2
2σ =… = 2kσ dengan k = 2 pada model pembelajaran,
k = 4 pada karakteristik cara berpikir
H1 : Paling tidak ada satu 22ji σσ ≠ dengan i ≠ j
2). Statistik Uji yang digunakan :
= ∑
=
k
1j
2jj
2 s log f -RKG log f.C
2,203χ
dengan:
21)(k
2 χ~χ −
k : banyaknya populasi = banyaknya sampel
f : derajat kebebasan untuk RKG : N – k = k
jj 1
f=∑
N : banyaknya seluruh nilai (ukuran)
f j : nj – 1 = derajat kebebasan untuk 2js ; j = 1,2, …, k
nj : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
+= ∑ f
1 -
f
1
1) -3(k
1 1 c
j
j
j
f
SS RKG
ΣΣ
= ; ( ) 2
j
2
j2
jj )1(n
XXSS jj sn −=−= ∑
∑ ; j
j2j f
SSS =
3). Taraf Signifikansi (α ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK = { 2χ | 2χ > α2χ : k-1}
5). Keputusan Uji: Ho ditolak Jika 2χ hitung ∈ DK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
6). Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.
b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004: 176-177)
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom dan
kombinasi efek baris dan kolom terhadap variabel terikat, pengujian hipotesis
dalam penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama,
dengan model data sebagai berikut :
jiijk βαµX ++= + (αβ )ij +εijk
dengan :
X ijk : observasi pada subyek yang dikenai faktor A (pemberian model
pembelajaran) ke-i dan faktor B (karakteristik cara berpikir siswa) ke-j
pada pengamatan ke-k
µ : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
αi : efek baris ke-i pada variabel terikat
βj : efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
εijk : galat yang berdistribusi N (0,σ 2)
i : 1, 2 dengan i = 1 berarti model pembelajaran PBI dan i = 2 berarti model
pembelajaran konvensional
j : 1, 2, 3, 4 dengan j = 1 berari tipe berpikir SK, j = 2 berarti tipe berpikir
SA, j = 3 berarti tipe berpikir AA, dan j = 4 berarti tipe berpikir AK
k : 1, 2, …, nij ; nij : cacah data amatan pada setiap sel ij
(Budiyono, 2004: 207)
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama, yaitu :
a. Hipotesis
1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2 (model pembelajaran tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (model pembelajaran
berpengaruh terhadap prestasi belajar)
2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3, 4 (karakteristik cara berpikir tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika)
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (karakteristik cara
berpikir berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika)
3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3, 4 (perbedaan
keberhasilan mengajar dengan model pembelajaran PBI dan
model pembelajaran konvensional tidak tergantung dari
karakteristik cara berpikir)
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (perbedaan
keberhasilan mengajar dengan model pembelajaran PBI dan
model pembelajaran konvensional tergantung dari karakteristik
cara berpikir).
(Budiyono, 2004: 211)
b. Komputasi
1). Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi
B
A b1 b2 b3 b4
a1
n11
∑X11k
X 11 211X k∑
C11
SS11
n12
∑X12k
X 12 212X k∑
C12
SS12
n13
∑X13k
X 13 213X k∑
C13 SS13
n14
∑X14k
X 14 214X k∑
C14 SS14
a2
n21
∑X21k
X 21 221X k∑
C21
SS21
n22
∑X22k
X 22 222X k∑
C22
SS22
n23
∑X23k
X 23 223X k∑
C23 SS23
n24
∑X24k
X 24 224X k∑
C24 SS24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
B
A b1 b2 b3 b4 Total
a1 11AB 12AB 13AB 14AB A1
a2 21AB 22AB 23AB 24AB A2
Total B1 B2 B3 B4 G
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut :
nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: cacah data amatan pada sel ij
: frekuensi sel ij
hn : rataan harmonik frekuensi seluruh sel
∑=
ji, ij
h
n
1pq
n
N : cacah seluruh data amatan
∑=
ji,ijnN
SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ij
2
kijk
k
2ijkij n
X
XSS
−=∑
∑
ijAB : rataan pada sel ij = ij
kijk
n
X∑
A i : Jumlah rataan pada baris ke-i =∑j
ijAB
Bi : Jumlah rataan pada kolom ke-j = ∑i
ijAB
G : Jumlah rataan semua sel =∑ji,
ijAB = ∑∑ =j
ji
i BA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2),
(3), (4) dan (5) sebagai berikut :
(1) = pq
G2
(4) = ∑j
2j
p
B
(2) = ∑ji,
ijSS (5) = ∑ji,
2ijAB
(3) = ∑i
2i
q
A
2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah
kuadrat, yaitu :
JKA = hn { (3) – (1) }
JKB = hn { (4) – (1) }
JKAB = hn { (1) + (5) - (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
dengan :
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
3). Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut
adalah :
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1) (q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1
4). Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing
diperoleh rataan kuadrat berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dkA
JKA RKA =
dkB
JKB RKB =
dkAB
JKAB RKAB =
dkG
JKG RKG =
c. Statistik Uji
- Untuk H0A adalah RKG
RKAFa =
- Untuk H0B adalah RKG
RKBFb =
- Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab =
d. Taraf Signifikansi (α) = 0,05
e. Daerah Kritik
1). Daerah kritik untuk Fa adalah DK { Fa | Fa > F pqN1,pα, −− }
2). Daerah kritik untuk Fb adalah DK { Fb | Fb > F pqN1,q:α −− }
3). Daerah kritik untuk Fab adalah DK { Fab | Fab > F pqN1),1)(q(p:α −−− }
f. Keputusan Uji
Ho ditolak jika Fhit ∈ DK
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis
Sumber jk dk Rk Fhit Fα
A(baris) JkA dkA RkA Fa F pqN1,pα, −−
B(kolom) JkB dkB RkB Fb F pqN1,q:α −−
AB JkAB dkAB RkAB Fab F pqN1),1)(q(p:α −−−
Galat JkG dkG RkG - - Total JkT dkT - - -
(Budiyono, 2004: 227-230)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil
analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji
lanjut setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe. Karena metode tersebut
akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikansi yang kecil.
Statistik Uji :
a. Komparasi rataan tiap baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran
maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar
baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup
dengan membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing model
pembelajaran. Jika rataan marginal untuk pembelajaran PBI lebih besar dari
rataan marginal untuk model konvensional berarti pembelajaran PBI
dikatakan lebih baik dibandingkan dengan model konvensional atau
sebaliknya.
b. Komparasi rataan antar kolom
( )
+
−=−
.j.i
2.j.i
.j.i
n
1
n
1RKG
XXF
F.i-.j = nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
.iX = rerata pada kolom ke-i
.jX = rerata pada kolom ke-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke-i
n.j = ukuran sampel kolom ke-j
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q:α −− }
c. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj =
+
−
kjij
2kjij
n
1
n
1RKG
)XX(
Fij-kj = nilai Fobspada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
ijX = rerata pada sel ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pqα −− }
d. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij-ik =
+
−
ikij
2ikij
n
1
n
1RKG
)XX(
Fij-ik = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel ik
ijX = rerata pada sel ij
X ik = rerata pada sel ik
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nik = ukuran sel ik
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (pq-1)F pqN1,:pqα −− }
(Budiyono, 2004 : 213-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data nilai UASBN (Ujian Akhir
Sekolah Berstandar Nasional) Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar tahun
ajaran 2009/2010, data hasil uji coba instrumen, data prestasi belajar matematika
pada materi pokok Aritmetika Sosial, dan data karakteristik cara berpikir siswa.
Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut:
1. Data Nilai UASBN Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar
Tahun Ajaran 2009/2010
Data nilai UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Dasar tahun ajaran 2009/2010, disajikan pada
Lampiran 24. Deskripsi data nilai rapor dari kedua kelas disajikan pada Tabel 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1 Deskripsi Data nilai UASBN Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar
tahun ajaran 2009/2010
Kelas N
Ukuran Tendensi
Sentral Ukuran Dispersi
X Mo Me Min Maks J s
Eksperimen 40 84.25 82.5 82.5 72.5 97.5 25 7.66
Kontrol 40 84.19 80 83.75 72.5 100 27.5 6.73
2. Data Hasil Uji Coba Instrumen
a. Tes Prestasi Belajar
Dari hasil uji coba tes prestasi belajar matematika pada materi pokok
Aritmetika Sosial diperoleh :
1) Validitas Isi Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika.
Instrumen tes prestasi belajar matematika pada materi pokok Aritmetika
Sosial yang diuji cobakan terdiri dari 30 butir soal. Sebelum diuji coba, instrumen
tersebut divalidasi. Melalui dua orang validator yaitu guru SMP N 2 Jaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Karanganyar Ibu Sri Rahayu, S.Pd dan Bapak Puji Hantoro Wiroharjo guru SMP
N 2 Mojolaban Sukoharjo. Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan oleh
validator diperoleh hasil bahwa ke 30 soal valid berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan, sehingga dapat digunakan semua. (hasil validasi dapat dilihat pada
lampiran 17).
2) Konsistensi Internal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika.
Tes prestasi belajar yang diuji cobakan sebanyak 30 soal tes obyektif
dengan rumus korelasi momen produk pada taraf signifikan 5% diperoleh 22 soal
yang konsisten, sebab rhit > 0.3. Sedangkan 8 soal yaitu nomor 2, 3, 21, 22, 23, 24,
27 dan 29 tidak konsisten, sebab rhit soal nomor 2 adalah 0.041 < 0.3, rhit soal
nomor 3 adalah 0.145 < 0.3, rhit soal nomor 21 adalah 0.200 < 0.3, rhit soal nomor
22 adalah 0.073 < 0.3 dan rhit soal nomor 23 adalah 0.171 < 0.3, rhit soal nomor 24
adalah 0.078 < 0.3, rhit soal nomor 27 adalah 0.176 < 0.3 dan rhit soal nomor 29
adalah 0.119 < 0.3. (Perhitungan konsistensi internal uji coba tes prestasi belajar
matematika siswa selengkapnya disajikan pada lampiran 18).
3) Reliabilitas Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika.
Dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil perhitungan
reliabilitas tes prestasi belajar sebesar r11 = 0.774. Karena r11 > 0.70 maka
instrumen tes dinyatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas uji coba tes prestasi
belajar matematika siswa selengkapnya disajikan pada lampiran 19).
Dari ketiga persyaratan tersebut diperoleh 22 butir soal yang digunakan
sebagai instrumen penelitian dan 8 butir soal tidak digunakan yaitu butir soal 2, 3,
21, 22, 23, 24, 27 dan 29. Jika dilihat dari indikator pada instrumen setelah
dilakukan uji coba, instrumen ini dapat digunakan untuk mengambil data prestasi
belajar matematika siswa karena semua indikator sudah terwakili walaupun
terdapat 8 butir soal yang tidak dipakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Uji Konsistensi Internal Uji Reliabilitas
Jumlah
Sebelum Uji
Coba (butir)
Jumlah
Setelah Uji
Coba (butir)
Nomor butir
soal tidak
digunakan
Angka
30 22 2, 3, 21, 22, 23,
24, 27, 29
0.774
b. Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa
• Validitas Isi Angket
Instrumen angket karakteristik cara berpikir siswa terdiri dari 15 butir
soal, yang diadopsi dari suatu angket tentang karakteristik cara berpikir siswa
yang dibuat oleh John Parks Le Tiller (dalam De Potter dan Hernacki, 1999: 124).
Untuk mengetahui apakah karakteristik cara berpikir siswa yang ditampakkan
secara individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi,
maka hanya menggunakan uji validitas isi, yang dilakukan oleh dua orang
validator yaitu guru SMP N 2 Jaten Karanganyar Ibu Sri Rahayu, S.Pd dan Bapak
Puji Hantoro Wiroharjo guru SMP N 2 Mojolaban Sukoharjo. Berdasarkan uji
validitas isi yang telah dilakukan oleh validator diperoleh hasil bahwa ke 15 butir
soal valid berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga dapat digunakan
semua. (hasil validasi dapat dilihat pada lampiran 9).
3. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Materi Pokok
Aritmetika Sosial
Dari data prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
Aritmetika Sosial, dicari ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rata-rata (X ),
Median (Me), Modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi
jangkauan (J), Data Minimum (Min), Data Maksimum (Maks) dan simpangan
baku (s) yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol.
Kelas
Ukuran
Tendensi sentral Ukuran Dispersi
X Mo Me Min Maks J s
Eksperimen 71.36 63.6 70.45 45.4 95.4 50 13.0785
Kontrol 62.83 68.2 65.9 36.4 86.4 50 12.6926
(Data tentang prestasi belajar matematika siswa dapat dilihat pada
lampiran 29 dan 30).
4. Data Skor Angket Karakteristik Cara Berpikir Siswa
Data tentang karakteristik cara berpikir siswa diperoleh dari angket cara
berpikir siswa. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam empat kategori
berdasarkan banyaknya pilihan jawaban yang dilingkari siswa pada masing-
masing kolom angket karakteristik cara berpikir siswa. Kolom dengan pilihan
terbanyak menunjukkan tipe cara berpikir yang dimiliki oleh seorang siswa.
Berdasarkan data yang telah terkumpul dapat disajikan pula sebaran
kategori karakteristik cara berpikir siswa sebagai berikut:
Tabel 4.4 Sebaran Kategori Karakteristik Cara Berpikir Siswa
Kelas Jumlah
siswa
Banyaknya Siswa Untuk Tiap Kategori
Karakteristik Cara Berpikir
SK SA AA AK
Eksperimen 40 12 7 12 9
Kontrol 40 19 6 10 5
(Data tentang karakteristik cara berpikir siswa selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 29 dan 30).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Keseimbangan
Data untuk uji keseimbangan ini diambil dari nilai UASBN (Ujian Akhir
Sekolah Berstandar Nasional) Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar tahun
ajaran 2009/2010 kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji keseimbangan
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel mempunyai kemampuan awal sama.
Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing sampel terlebih dahulu diuji apakah
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan metode Liliefors
dengan taraf signifikan 0.05. Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal
Uji Normalitas L obs L tab Keputusan Kesimpulan
Kemampuan Awal
Kelas Eksperimen 0.1153 0.1401
H0 tidak
ditolak Normal
Kemampuan Awal
Kelas Kontrol 0.1080 0.1401
H0 tidak
ditolak Normal
Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata Lobs <
Ltabel, sehingga H0 tidak ditolak. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 25 untuk normalitas kelas eksperimen dan Lampiran 26 untuk kelas
kontrol).
Dari hasil uji keseimbangan keadaan awal dengan menggunakan uji-t
diperoleh tobs = 0.039 dengan t0.025;78 = 1.960. Karena tobs = 0.039 ∉ DK = {t | t
< - 1.960 atau t > 1.960}, maka Ho tidak ditolak. Hal ini berarti kelas eksperimen
dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal antara kedua kelas dalam
keadaan seimbang dengan taraf signifikansi 5%. (Perhitungan uji keseimbangan
selengkapnya disajikan pada lampiran 27).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Lilliefors dengan taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini
uji normalitas yang dilakukan yaitu uji normalitas prestasi belajar matematika
siswa kelas eksperimen, uji normalitas prestasi belajar matematika siswa kelas
kontrol, uji normalitas prestasi belajar matematika dengan karakteristik cara
berpikir sekuensial konkret, uji normalitas prestasi belajar matematika siswa
dengan karakteristik cara berpikir sekuensial abstrak, uji normalitas prestasi
belajar matematika siswa dengan karakteristik cara berpikir acak abstrak, uji
normalitas prestasi belajar matematika siswa dengan karakteristik cara berpikir
acak konkret. Hasil uji normalitas skor prestasi belajar matematika siswa dapat
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas
Sampel n Lobs L tab Keputusan Uji Kesimpulan
Kelas Eksperimen 40 0.1235 0.1401 H0 tidak ditolak Normal
Kelas Kontrol 40 0.1190 0.1401 H0 tidak ditolak Normal
Sekuensial Konkret 31 0.0880 0.1401 H0 tidak ditolak Normal
Sekuensial Abstrak 13 0.1004 0.2340 H0 tidak ditolak Normal
Acak Abstrak 22 0.1283 0.1900 H0 tidak ditolak Normal
Acak Konkret 14 0.1724 0.2270 H0 tidak ditolak Normal
Berdasarkan tabel di atas untuk masing-masing sampel ternyata Lobs <
Ltab. Artinya Lobs bukan merupakan anggota Daerah Kritik. Dengan demikian,
keputusan yang diambil adalah H0 tidak ditolak untuk masing-masing sampel. Ini
berarti masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Perhitungan selengkapnya untuk uji normalitas kelompok eksperimen, kontrol,
sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak abstrak dan acak konkret berturut-
turut dapat dilihat pada lampiran 31, 32, 33, 34, 35 dan 36).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat dan taraf signifikansi 5%.
Dalam penelitian ini ada dua kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji
homogenitas prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari model pembelajaran),
antar kolom (uji homogenitas prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari
karakteristik cara berpikir siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas
Sampel k obs2χ tab
2χ Keputusan Uji Kesimpulan
Model pembelajaran 2 0.033 3.841 H0 tidak ditolak Homogen
Karakteristik Cara
Berpikir 4 0.113 7.815 H0 tidak ditolak Homogen
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa harga obs2χ untuk masing-
masing sampel tidak melebihi tab2χ . Artinya obs
2χ bukan merupakan anggota
Daerah Kritik. Dengan demikian, keputusan yang diambil adalah H0 tidak ditolak
untuk masing-masing sampel. Ini berarti variansi-variansi populasi yang dikenai
perlakuan model pembelajaran (baris) dan variansi-variansi karakteristik cara
berpikir siswa (kolom) berasal dari populasi homogen. (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 37 untuk uji homogenitas model pembelajaran dan
lampiran 38 untuk uji homogenitas karakteristik cara berpikir siswa).
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diketahui bahwa
masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
variansi populasi yang ditinjau dari model pembelajaran dan yang ditinjau dari
karakteristik cara berpikir siswa berasal dari populasi yang homogen, kemudian
dilanjutkan ke Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama di
sajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dK RK Fobs Ftabel Keputusan
Model Pembelajaran (A) 1279.9 1 1279.9 5.45 3.98 H0A ditolak
Karakteristik Cara
Berpikir (B) 274.9 3 91.63 0.39 2.74 H0B tidak ditolak
Interaksi (AB) 68.08 3 22.69 0.1 2.74 H0AB tidak ditolak
Galat 16920.99 72 235.01 - - -
Total 18543.87 79 - - - -
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Fa = 5.45 ∈ DK
Pada efek utama baris, yaitu model pembelajaran (A), H0A ditolak. Hal ini
berarti terdapat perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat, atau
dengan kata lain kedua model pembelajaran memberikan efek yang tidak
sama terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
Aritmetika Sosial.
b. Fb = 0.39 ∉ DK
Pada efek utama kolom, yaitu karakteristik cara berpikir siswa (B), H0B tidak
ditolak. Hal ini berarti tidak ada pengaruh efek antar kolom terhadap variabel
terikat, atau dengan kata lain keempat karakteristik cara berpikir siswa yaitu
sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak abstrak dan acak konkret
memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi
pokok Aritmetika Sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c. Fab = 0.1 ∉ DK
Pada efek utama interaksi, yaitu interaksi antara model pembelajaran dengan
karakteristik cara berpikir siswa (AB), H0AB tidak ditolak. Hal ini berarti
tidak terdapat interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu
antara penggunaan model pembelajaran dan karakteristik cara berpikir siswa
terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok Aritmetika Sosial.
(Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Lampiran 39).
2. Uji Komparasi Ganda
Dalam perhitungan analisis variansi, jika H0 ditolak maka perlu
dilakukan uji pasca anava. Uji lanjut pasca anava dilakukan dengan menggunakan
metode Scheffe dan taraf signifikansi 0.05. Berdasarkan perhitungan analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama telah diperoleh keputusan uji bahwa H0A
ditolak sedangkan H0B dan H0AB tidak ditolak. Pada penelitian ini, H0A yang
ditolak, jadi yang dilakukan hanya uji komparasi ganda antar baris saja. Karena
H0A ditolak berarti kedua model pembelajaran (Problem Based Instruction dan
Konvensional) memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial.
Uji komparasi rataan antar baris dilakukan untuk mengetahui efek model
pembelajaran yang manakah yang lebih baik pada model pembelajaran yang
digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
dua model yaitu model pembelajaran Problem Based Instruction dan model
pembelajaran Konvensional, sehingga untuk mengetahui model yang memberikan
efek lebih baik yang merupakan perlakuan pada baris analisis variansi tidak perlu
menggunakan uji komparasi rataan antar baris akan tetapi cukup menggunakan
perbandingan rataan marginalnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9 Rataan dan Rataan Marginal
Model Pembelajaran Karakteristik Cara Berpikir Rataan
Marginal SK SA AA AK Problem Based Instruction 71.21 74.01 73.49 66.66 71.36
Konvensional 63.15 64.40 62.26 60.88 62.83 Rataan Marginal 66.27 69.58 68.39 64.59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dari rataan marginal pada tabel 4.9 rataan marginal pada baris model
pembelajaran Problem Based Instruction lebih besar dari rataan marginal pada
baris model pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar matematika kelompok siswa yang diberi model Problem Based
Instruction (PBI) memiliki prestasi yang lebih baik daripada kelompok siswa yang
diberi model pembelajaran konvensional. Atau dengan kata lain, pembelajaran
dengan model Problem Based Instruction (PBI) memberikan efek yang lebih baik
daripada pembelajaran dengan model konvensional.
D. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang
dilakukan diperoleh Fa= 5.45 > 3.98 = Ftab. sehingga Fa merupakan anggota
Daerah Kritik. Karena Fa merupakan anggota Daerah Kritik maka H0A ditolak, ini
berarti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) memberikan efek yang tidak sama dengan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial. Berdasarkan rataan
marginal (pada siswa-siswa yang diberi model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) adalah 71.36 sedangkan pada siswa-siswa yang diberi model
pembelajaran konvensional adalah 62.83) sehingga dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar siswa-siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) memiliki prestasi yang lebih baik
daripada siswa-siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Hal ini
disebabkan karena model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
merupakan pembelajaran yang membantu siswa belajar materi dan keterampilan
pemecahan masalah melalui masalah real dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
diajak untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan
secara bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat. Siswa
berpikir secara aktif dalam proses belajar mengajar melalui diskusi,
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan informasi dan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
informasi tersebut untuk memecahkan masalah. Sehingga dapat meningkatkan
ketrampilan berpikir siswa baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang
pandai.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menghasilkan prestasi belajar
matematika lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada materi
pokok Aritmetika Sosial.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
Fb = 0.39 < 2.74 = Ftab, sehingga Fb bukan merupakan anggota Daerah Kritik.
Karena Fb bukan anggota Daerah Kritik maka H0B tidak ditolak, ini berarti tidak
ada pengaruh karakteristik cara berpikir siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial. Dengan kata lain keempat
karakteristik cara berpikir siswa yaitu sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak
abstrak dan acak konkret memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar
matematika pada materi pokok Aritmetika Sosial. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh prestasi belajar
matematika antara siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir tipe sekuensial
konkret, tipe sekuensial abstrak, tipe acak abstrak dan tipe acak konkret pada
materi pokok Aritmetika Sosial.
Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini mungkin karena ada faktor lain
yang bukan merupakan variabel penelitian yang tidak terkontrol ikut berpengaruh
selama proses penelitian. Faktor tersebut diantaranya:
a. Siswa banyak yang kebingungan dalam memilih jawaban yang benar-benar
paling menggambarkan diri siswa. Karena pemilihan jawaban yang sesuai
dengan diri siswa bisa saja tidak hanya satu, tapi lebih dari satu. Terlihat dari
pada waktu pengisian angket karakteristik cara berpikir beberapa siswa ada
yang bertanya, walaupun dalam angket sudah diberi penjelasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Siswa mungkin juga belum bisa mengoptimalkan kiat-kiat atau langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai
dengan karakteristik cara berpikir yang siswa miliki.
c. Model pembelajaran Problem Based Instruction sudah mengcover atau
memenuhi keempat karakteristik cara berpikir siswa (sekuensial konkret,
sekuensial abstrak, acak abstrak dan acak konkret) sehingga tidak terlihat
pengaruh masing-masing karakteristik cara berpikir siswa pada model
pembelajaran tersebut.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang
dilakukan diperoleh Fab = 0.1 < 2.74 = Ftab, sehingga Fab bukan merupakan
anggota Daerah Kritik. Karena Fab bukan merupakan anggota Daerah Kritik maka
H0AB tidak ditolak, ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
dan karakteristik cara berpikir siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa
pada materi pokok Aritmetika Sosial. Dengan kata lain, apapun karakteristik cara
berpikir siswa (SK, SA, AA dan AK) yang dikenai model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik jika
dibandingkan dengan yang dikenai model pembelajaran konvensional. Jadi pada
model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menghasilkan prestasi
belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada setiap siswa dengan karakteristik cara berpikir
yang berbeda.
Hal ini berarti hipotesis penelitian yang diajukan yang menyatakan
bahwa prestasi belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan yang
menggunakan model pembelajaran konvensional tergantung pada karakteristik
cara berpikir siswa tidak terpenuhi.
Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan karakteristik cara
berpikir siswa mungkin dikarenakan oleh:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
a. Siswa banyak yang kebingungan mengisi angket karakteristik cara berpikir,
yaitu dalam memilih jawaban yang benar-benar menggambarkan diri siswa.
b. Model pembelajaran Problem Based Instruction sudah mengcover atau
memenuhi keempat karakteristik cara berpikir siswa (sekuensial konkret,
sekuensial abstrak, acak abstrak dan acak konkret), sehingga model
pembelajaran Problem Based Instruction menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional pada masing-masing siswa dengan karakteristik cara berpikir
yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis penelitian
yang telah dikemukan sebelumnya serta mengacu pada perumusan masalah yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran matematika Problem Based Instruction menghasilkan prestasi
belajar lebih baik daripada model konvensional pada materi pokok Aritmetika
Sosial di kelas VII semester I SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar tahun ajaran
2010/2011.
2. Tidak ada pengaruh karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SK),
tipe sekuensial abstrak (SA), tipe acak abstrak (AA) dan tipe acak konkret
(AK) terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Aritmetika Sosial.
Karakteristik cara berpikir SK, SA, AA, dan AK memberikan pengaruh yang
sama terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
Aritmetika Sosial.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan karakteristik cara
berpikir siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Aritmetika
Sosial. Hal ini berarti bahwa apapun karakteristik cara berpikir siswa (SK,
SA, AA dan AK), model pembelajaran Problem Based Instruction
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran Problem Based Instruction lebih baik daripada pembelajaran
matematika dengan model konvensional. Hal ini disebabkan karena Problem
Based Instruction memadukan antara pembelajaran mandiri dan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dengan mengaitkan materi dunia nyata. Siswa didorong untuk dapat
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri
ketika belajar dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga
terjadi kebermaknaan belajar. Siswa aktif menyelesaikan masalah akan
meningkatkan keterampilan berpikir siswa baik siswa yang pandai maupun siswa
yang kurang pandai. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah aktif membaca, aktif
berdiskusi, aktif bertanya, dan lain-lain dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa tidak ada
pengaruh prestasi yang signifikan antara siswa dengan karakteristik cara berpikir
sekuensial konkret (SK), sekuensial abstrak (SA), acak abstrak (AA), ataupun
siswa dengan karakteristik acak konkret (AK). Hal ini disebabkan karena siswa
kurang bisa mengoptimalkan kiat-kiat atau langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan karakteristik cara
berpikir yang mereka miliki. Selain itu, hal ini juga disebabkan karena
ketidaksesuaian antara sistem pendidikan di Negara Amerika Serikat, dimana teori
bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh karakteristik cara berpikir tersebut berasal
dengan di Indonesia, dimana teori tersebut diterapkan oleh peneliti.
Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil
bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan karakteristik cara
berpikir siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok Aritmetika
Sosial. Tidak ada interaksi ini disebabkan dalam kelas eksperimen pada saat
pembelajaran berlangsung, kelompok diskusi siswa tidak didasarkan pada
karakteristik cara berpikir masing-masing, tetapi pengelompokan dilakukan secara
acak sehingga masing-masing siswa dengan karakteristik cara berpikir yang
berbeda menghasilkan prestasi yang sama.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik
dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada materi
pokok Aritmetika Sosial, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Problem Based Instruction. Dalam pembelajaran tidak ada model pembelajaran
yang paling baik, sehingga dalam penyampaian materi tidak mutlak harus
menggunakan satu model tertentu. Suatu model dikatakan baik jika
penggunaannya sesuai dengan materi yang diajarkan. Tetapi jika suatu model
dikatakan baik untuk materi tertentu, maka belum tentu model tersebut baik dan
cocok jika diterapkan pada materi lain. Pemilihan model pembelajaran yang tepat
akan menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang baik. Problem Based
Instruction dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran
matematika di kelas, karena akan lebih memacu siswa untuk meningkatkan
prestasi belajar matematikanya dengan memperhatikan karakteristik cara berpikir
pada diri masing-masing yang telah disadari sebelumnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang
peneliti dapat sampaikan yaitu:
1. Bagi Guru
a. Penulis menyarankan agar pada materi pokok Aritmetika Sosial, model
pembelajaran Problem Based Instruction dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Guru hendaknya memperhatikan faktor lain dari lingkungan, yang salah
satunya dari dalam diri siswa yaitu karakteristik cara berpikir siswa.
Karena dalam penelitian ini karakteristik cara berpikir siswa tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa, maka guru dapat memperhatikan
faktor lain dalam diri siswa, misalnya motivasi belajar, aktivitas belajar,
gaya belajar dan lain-lain.
c. Dalam penyampaian materi guru hendaknya memperhatikan kondisi
bahwa karakteristik cara berpikir siswa dalam satu kelas tidaklah sama.
Oleh karena itu, guru juga perlu memperhatikan perannya dalam
membantu siswa mengoptimalkan kiat-kiat atau langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
karakteristik cara berpikir masing-masing siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dalam kegiatan pembelajaran ikut aktif, sebab
pemahaman matematika dapat dilakukan dengan latihan. Karena siswa
mempunyai ide sendiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan pada
soal sehingga konsep yang diterima akan lebih baik dan tahan lama.
b. Siswa juga hendaknya memahami karakteristik cara berpikir masing-
masing, sehingga dengan tahu langkah-langkah yang harus diambil dan
diharapkan prestasi belajar matematika siswa menjadi lebih meningkat.
3. Bagi Peneliti
a. Dari hasil penelitian ini karakteristik cara berpikir siswa tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Bagi para calon peneliti mungkin
dapat melakukan peninjauan lain, misalnya gaya belajar, motivasi
belajar, kreativitas, aktivitas dan lain-lain agar dapat lebih mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
b. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi pokok Aritmetika Sosial
di tingkat SMP, sehingga bagi calon peneliti lain bisa mencoba
menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction pada materi
pokok lain dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan materi
pokok tersebut.