Upload
epril-lylia
View
31
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
indonesia sebagaimana tertulis di pembukaan UUD 1945. Untuk itu,upaya
kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus-menerus agar
masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam pembangunan dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Pemberdayaan masyarakat terhadap
usaha kesehatan agar menjadi sehat sesuai dengan UU RI No. 36 tahun 2009
tentang kesehataan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan SDM.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama
dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global
promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai target
utama memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan
dan digalakkan, utamanya dalam bidang kesehatan. Salah satu upaya
pemberdayaan yang ada di desa Sangging adalah kesehatan balita yang
memiliki kegiatan rutin seperti penimbangan balita, PMT dan penyuluhan.
Saat kami melakukan survei ke ±18 KK yang ada di banjar Sangging kami
memperoleh informasi bahwa balita di desa Sangging sangat gemar
mengonsumsi jajanan yang biasanya dijajakan dipinggir jalan dan mereka
sejak baru lahir hanya sebagian yang mendapatkan ASI eksklusif.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang
dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak
memenuhi selera mereka. Salah satu kegiatan yang berhubungan dengan
konsumi makanan adalah “jajan”.Jajanan merupakan makanan ringan yang
sangat mudah kita temui. Makanan ringan ini memang banyak diminati oleh
1
orang dewasa maupun anak-anak. Tapi sebagian besar anak-anak lebih
banyak menyukai makanan ini karena mereka merasa tertarik dengan
bentuknya yang menarik, beraneka ragam dan rasanya yang enak. Makanan
ringan ini sering kita jumpai didepan sekolah TK,SD, toko-toko ataupun
supermarket terdekat.
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat,baik diperkotaan maupun dipedesaan.Anak-anak dari
berbagai golongan apapun yang umumnya menyukai jajanan.”Budaya jajan
menjadi bagian dari kesehatan hampir semua kelompok usia dan kelas sosial.
Kandungan zat gizi pada makanan ringan sangat bervariasi tergantung dari
jenisnya yaitu sebagaimana kita ketahui makanan utama, makanan kecil
(snack) maupun minuman.
Untuk mengenali permasalahan yang ada dalam suatu masyarakat, perlu
diadakan semacam diskusi untuk pengumpulan data dan pemecahan dari
permasalahan tersebut, melalui FGD. FGD secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan
terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2)
mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi
yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok. Terkait dengan pengumpulan data dan
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan kemasyarakatan, sebaiknya
FGD dilakukan dengan dihadiri oleh: kepala dusun, kader kesehatan dan
beberapa tokoh masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari promosi kesehatan,
yang menjadi salah satu upaya kesehatan. Upaya kesehatan, salah satunya
meningatkan kesehatan balita. Di banjar Sangging jumlah balita yang ada
cukup banyak yaitu ±40 dan rata-rata balita yang ada di desa Sangging sangat
gemar jajan. Makanan jajanan memiliki beberapa keunggulan akan tetapi
makanan jajanan diduga masih berisiko terhadap kesehatan. Proses
pengolahanyang tidak higienis, adanya campuran pengawet dll
mengakibatkan makanan jajanan perlu dihindari dan dikurangi konsumsinya.
Terlebih bagi anak yanng tidak terbiasa untuk mengonsumsi sarapan pagi,
2
jajanan menjadi makanan pertama yang akan masuk kedalam sistem
pencernaannya, hal ini kurang baik bagi kesehatan dan kognitif anak saat
menjalani proses tumbuh kembangnya. Faktor yang paling terlihat pada
lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi
yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan
tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
Kesadaran ibu akan pentingnya kesehatan bagi setiap balita perlu
ditingkatkan mengenai jajanan sehat. Peningkatan kesadaran ini dapat kita
lakukan dengan cara memberikan sosialisasi dan pendidikan kesehatan
mereka sejak dini. Sebagaimana yang kita ketahui, pendidikan kesehatan
pertama yang diperoleh individu adalah dari lingkungan keluarga (tatanan
rumah tangga). Pada tatanan ini, pendidikan kesehatan lebih mengarah pada
pendidikan afektif, dan kesehatan dijadikan sebagai pola kebiasaan.
Atas pertimbangan hal tersebut, maka dilakukan wujud nyata
pemberdayaan masyarakat yang diawali dengan adanya suatu kajian terhadap
salah satu banjar di suatu desa yang menjadi sasaran pemberdayaan
masyarakat utamanya penyuluhan di bidang kesehatan. Desa yang menjadi
target penyuluhan ini adalah masyarakat Banjar Sangging, Desa Dawan Klod,
Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung yang juga sekaligus sebagai desa
binaan dari Institusi Perguruan Tinggi Poltekkes Denpasar khususnya Jurusan
Keperawatan.Jumlah KKnya adalah 190KK denganmata pencaharian
sebagian besar penduduk sebagai petani, buruh tani, buruh bangunan, pekerja
kasar,pembuat dan penjual kue dan ada juga yang masih menganggur. Dari
segi pendidikan, tingkat pendidikan masyarakat Banjar Sangging rata-rata
adalah SLTP dan SLTA. Sebagian besar masyarakat Banjar Sangging
beragama Hindu.
Informasi mengenai keadaan umum tentang masyarakat yang menjadi
target perlu dimiliki, oleh karena itu survey perlu diadakan. Setelah gambaran
umum lokasi didapat maka proses selanjutnya yaitu need assement itu
merupakan dialog antara kadus, kader, anggota masyarakat dan pekerja sosial
3
untuk memperoleh fakta tentang kondisi kesehatan masyarakat. Pada saat itu
juga diungkapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat dan
lingkungannya.
B. Maksud, Tujuan dan Manfaat
Maksud dilaksanakan praktikum ini agar mahasiswa Program Diploma
IV Keperawatan mampu mengaplikasikan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) dalam penyelesaian masalah dan
mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam membantu program
pemberdayaan masyarakat.
Tujuan dilakukannya kegiatan praktikum ini adalah :
1. Tujuan Umum :
Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran praktik dan orientasi
ditempat praktik, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan
pemberdayaan masyarakat di Puskesmas.
2. Tujuan Khusus :
Capaian pembelajaran praktikum yang diharapkan adalah :
a. Mampu melakukan pendekatan dan strategis pemberdayaan
masyarakat
b. Mampu melakukan tahap-tahap pemberdayaan masyarakat,
c. Mampu menyusun peran LSM dan lembaga donor dalam
pemberdayaan masyarakat
d. Mampu menyusun proposal pemberdayaan masyarakat
e. Mampu membuat program pelatihan pemberdayaan masyarakat
Berdasarkan Tujuan Umum dan Tujuan Khusus dari mata kuliah
pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencarian data untuk dilengkapi
dalam proposal digunakan tekhnik FGD (Focus Group Discussion ).
Maksud dilaksanakannya kegiatan FGD (Focus Group Discussion )
adalah untuk menggali data atau informasi dari tokoh masyarakat dan kader
masyarakat tentang potensi, permasalahan maupun keluhan yang dialami
masyarakat di Banjar Sangging terhadap kondisi umum, program-program
dan permasalahan terkait kesehatan masyarakat untuk menentukan kelemahan
4
dan kekuatan masyarakat sebagai awal dalam upaya pemberdayaan
masyarakat.
Tujuan dilakukannya kegiatan FGD (Focus Group Discussion ) adalah :
1. Mencari data atau informasi tentang kondisi umum terkait data
kependudukan, organisasi dan program-program kesehatan di
Banjar Sangging
2. Mengkaji kekuatan, kelemahan dan peluang SDA maupun SDM di
Banjar Sangging yang mampu untuk diberdayakan.
Manfaat dilakukannya kegiatan FGD (Focus Group Discussion ) adalah :
1. Mendapatkan data atau informasi tentang kondisi umum terkait data
kependudukan, organisasi dan program-program kesehatan di
Banjar Sangging desa Dawan Klod.
2. Mengetahui kekuatan, kelemahan dan peluang SDA maupun SDM di
Banjar Sangging yang mampu untuk diberdayakan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Moh. Ali Aziz, dkk (2005 : 136) : “Pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu proses di mana masyarakat, khususnya mereka yang
kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk
meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan perikehidupan
mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus-
menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama
dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan
dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi,
pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses”.
Madekhan Ali (2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan
masyarakat sebagai berikut ini : “Pemberdayaan masyarakat sebagai
sebuah bentuk partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari
ketergantungan mental maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu
elemen pokok dalam strategi pemberdayaan dan pembangunan
masyarakat, dengan alasan; pertama, partisipasi masyarakat merupakan
satu perangkat ampuh untuk memobilisasi sumber daya lokal,
mengorganisir serta membuka tenaga, kearifan, dan kreativitas
masyarakat. Kedua, partisipasi masyarakat juga membantu upaya
identifikasi dini terhadap kebutuhan masyarakat”.
Budimanta & Rudito (2008:39), memasukkan konsep pemberdayaan
masyarakat ini ke dalam ruang lingkup Community Development.
Pemberdayaan di sini diterjemahkan sebagai program-program yang
6
berkaitan dengan upaya memperluas akses dan kapabilitas masyarakat
untuk menunjang kemandiriannya.
Menurut Sumodiningrat (1999), bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan
potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan
masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait,
yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang
menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat
merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar
mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama
dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu
keberlanjutan dalam jangka panjang.
2. Landasan Pemberdayaan Masyarakat
Landasan merupakan suatu dasar yang digunakan untuk melakukan
kegiatan serta untuk mengkokohan kegiatan yang sedang berlangsung.
Sebuah landasan digunakan ketika landasan tersebut sudah diketahui
kebenaran dan keabsahannya agar landasan yang digunakan bisa tepat
guna dan menghasilkan tujuan yang sesuai. Terdapat 4 landasan dalam
pemberdayaan masyarakat :
1. Landasan Psikologis
Para peneliti dan praktisi organisasi telah mengidentifikasikan
pemberdayaan psikologis sebagai konstruk yang perlu memperoleh
perhatian kritis. Meluasnya minat terhadap masalah pemberdayaan
psikologis muncul pada saat persaingan global dan perubahan
organisasi marak terjadi sehingga organisasi mengharuskan
anggotanya lebih inisiatif dan inovatif (Spreitzer, 1995). Menurut
Meyerson (2008) pemberdayaan psikologis adalah keyakinan seorang
individu akan kemampuannya untuk melakukan kegiatan kerja terkait
dengan keterampilan dan kompetensi. Lebih jauh Meyerson
menjelaskan bahwa pemberdayaan psikologis berkaitan dengan
7
bagaimana orang-orang yang kompeten atau mampu merasa
diberdayakan di lingkungan kerjanya. Mereka yang merasa lebih
kompeten tentang kemampuan mereka dan berhasil diberdayakan atau
memiliki tingkat pemberdayaan psikologis lebih tinggi seharusnya
akan: a. merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka; b. akan lebih
berkomitmen untuk organisasi mereka; c. memiliki niat yang lebih
rendah untuk berhenti organisasi; d. menunjukkan kinerja yang lebih
positif. Conger dan Kanungo (1988; pada Spreitzer, 1995)
mendefinisikan pemberdayaan psikologis sebagai konsep
motivasional tentang pemenuhan diri, yang secara lebih spesifik dapat
dinyatakan sebagai meningkatnya motivasi tugas intrinsik (intrinsic
task motivation) yang terwujud dalam serangkaian kognisi yang
mencerminkan orientasi individu pada peran kerjanya. Sedangkan
konsep pemberdayaan psikologis menurut Thomas dan Velthouse
(1990) ini dimanifestasikan dalam empat kognisi yang merefleksikan
orientasi individu atas peran kerjanya yaitu arti (meaning), kompetensi
(competence), pendeterminasian diri (self determination), dan
pengaruh(impact).
2. Landasan Ekologis
Krisis lingkungan hidup (ekologi) yang membuat para pemikir Green
untuk mencari alternatif – alternatif radikal. Dari perspektif Green,
perubahan bukanlah sesuatu yang mewah sehingga dapat ditunda
sampai waktunya tepat; masalah – masalah yang ada demikian dekat
dan mendesak, dan kegagalan bertindak dapat menempatkan
peradaban manusia masa depan, yaitu kehidupan umat manusia itu
sendiri, berada dalam bahaya. Krisis itu mencakup polusi udara, laut,
sungai dan tanah; kandungan racun dalam rantai makanan; penurunan
sumber daya alam bumi; penipisan lapisan ozon; pemanasan global;
kepunahan jenis flora dan fauna; hilangnya wilayah – wilayah alam
liar; erosi lapisan atas tanah; desertifikasi; deforestasi; limbah nuklir;
dan krisis populasi (Brown, 1994; Ehrlich & Ehrlich, 1990; Meadows,
Meadows & Randers, 1992; Suzuki & McConnell, 1997; Van Der
8
Veer & Pierce, 1998; McKibbin, 1990). Secara bersama, masalah –
masalah itu menunjukan suatu krisis menyeluruh dengan skala yang
luar biasa, dan hanya jika masalah – masalah itu dipertimbangkan
secara bersama maka keseriusan dari krisis lingkungan hidup dapat
diapresiasi secara penuh.
3. Landasan Sosiologis
Pemberdayaan masyarakat dikatakan mempunyai landasan atau dasar
sosiologis (sociologische grondsIag) apabila ketentuan-ketentuannya
sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat.
Kondisi dan kenyataan ini dapat berupa kebutuhan atau tuntutan yang
dihadapi oleh masyarakat, kecenderungan dan harapan masyarakat.
Dengan memperhatikan kondisi semacam ini pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat diterima oleh masyarakat dan
mempunyai daya laku secara Efektif. Oleh karena itu pemberdayaan
masyarakat memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan
apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu
kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan
kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang
dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki
4. Landasan Filosofis
Landasan Filosofis merupakan merupakan landasan yang berkaitan
dengan dasar atau ideologi negara, yaitu nilai-nilai (cita-cita hukum)
yang terkandung dalam pancasila. Selain itu landasan filosofis juga
dipandang sebagai ide pokok yang melandasi seluruh isi peraturan
perundang-undangan. Pencapaian kebahagian rakyat atau
kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama negara dalam konsepsi
negara hukum modern (welfare state) yang dianut oleh hampir semua
negara, tidak terkecuali Negara Republik Indonesia (NKRI). Tujuan
luhur bernegara tersebut secara yuridis formal dituangkan ke dalam
9
konstitusi (UUD 1945). Di dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat secara tegas dinyatakan bahwa tujuan negara adalah untuk
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan dan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pancasila pada sila keempat mengandung filosofi adanya musyawarah
mufakat untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga lembaga
pemberdayaan masyarakat menjadi sarana untuk memberdayakan
masyarakat sesuai dengan asas kebersamaan, keadilan, dan persatuan.
Pemberian peran serta dalam penyelenggaraan pemerintahan
merupakan salah satu upaya memberdayakan masyarakat agar turut
membangun negara berdasarkan ideologi pancasila. Member peran
serta untuk ikut serta juga merupakan kewajiban pemerintah sebagai
implementasi dari asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB).
3. Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif,
dan simultan sampai ambang tercapainya keseimbangan yang dinamis
antara pemerintah dan yang diperintah.menurut Ndraha dalam I Nyoman
sumaryadi (2005:145) diperlukan berbagai program pemberdayaan:
1. Pemberdayaan Politik
Pemberdayaan politik bertujuan meningkatkan bargaining position yang
diperintah terhadap pemerintah. Melalui bargaining tersebut, yang
diperintah mendapatkan apa yang merupakan haknya dalam bentuk
barang, jasa, layanan, dan kepedulian tanpa merugikan orang lain.
2. Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan yang diperintahsebagai konsumen untuk
berfungsi sebagai penanggung dampak negative pertumbuhan, pemikul
beban pembangunan, dan penderita kerusakan lingkungan.
3. Pemberdayaan Social Budaya
10
Pemberdayaan social budaya bertujuan meningkatkan kemampun
sumber daya manusia melalui human investment guna meningkatkan
nilai manusia dan perilaku seadil-adilnya terhadap manusia.
4. Pemberdayaan Lingkungan
Pemberdayaan lingkungan dimaksudkan sebagai program perawatan
dan pelestarian lingkungan, supaya antara yang diperintah dan
lingkungannya terdapat hubungan saling menguntungkan.
5. Pemberdayaan Kesehatan
Di bidang kesehatan, Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya
atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam memelihara,dan meningkatkan kesehatan
4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan
bagi individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran
tentang cara – cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal
dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan
tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil
proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai
dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek
belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang
dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi
kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah
pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.
Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan
suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut
sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan.
Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi
mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau
11
tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai
faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya
kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan
tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti
masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu
mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk
tindakan atau perilaku sehat.
5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Di dalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat
mendukung keberhasilan program – program kesehatan. Potensi
dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi sumber daya
manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi
geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu
komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya
manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada di suatu
masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi
sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber
daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan
tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang
melimpah tersebut.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat
itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong
royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui
pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan
dalam masyarakatnya.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
12
Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing
anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan
kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan
bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi
masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan
bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha
kesehatan
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik
pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati.
Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan
adalah sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi
Memberikan pada masyarakat lokal untuk mengembangkan
potensi daerah atau wilayahnya
6. Model Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered,
participatory, empowering, and sustainable" (Chambers, 1995).
Dalam kerangka pikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat, dapat
dilihat dari tiga model.
1. Model pemberdayaan untuk menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik
tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan
sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu,
dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
13
2. Model pemberdayaan untuk memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan
langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan
suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan
akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini,
upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan
derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan
ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan
prasarana dan sarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang
dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta
ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di
perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat
kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang
kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk
semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-
nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan
kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan
ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan
pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan
masyarakat di dalamnya. Sungguh penting di sini adalah peningkatan
partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan
masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan
pengamalan demokrasi. Friedman (1992) menyatakan “The
empowerment approach, which is fundamental to an alternative
development, places the emphasis on autonomy in the decision-marking
14
of territorially organized communities, local self-reliance (but not
autarchy), direct (participatory) democracy, and experiential social
learning”.
3. Model pemberdayaan untuk memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah
menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan
kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep
pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau
menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang
kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,
serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.Pemberdayaan masyarakat
bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai
program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat
dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya
adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik
secara sinambung.
Beberapa model pemberdayaan masyarakat yang telah di
terapkan oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) :
Program ini berupaya meningkatkan keberdayaan masyarakat
melalui peningkatan SDM dengan berbagai rentetan kegiatan
dimulai dari, penumbuhan dan penguatan kelompok, pemupukan
dana bersama, pengembangan usaha, dan pengembangan kemitraan
usaha yang pada akhirnya diharapkan akan terbentuk Koperasi atau
Badan usaha lainnya. Dalam upaya mendorong upaya kelompok
petani diberi support kredit usaha dengan persyaratan ringan melalui
BRI.
15
2. Program Pemberdayaan Petani dan pelaku Agribisnis :
Program dirancang melalui kegiatan pelatihan yang dilakukan
sebanyak 26 kali pertemuan dengan rentang pertemuan selama 6
bulan. Fasilitasi yang diberikan selama pelatihan (uang saku dan
transport) di arahkan untuk digunakan peserta menjadi modal usaha.
Fasilitasi untuk kegiatan ini diberikan kepada petani selama enam
bulan dengan melaksanakan proses pembelajaran yang
kurikulumnya mencakup Teknologi, pengembangan organisasi dan
penguatan modal.
3. Program pengembangan kawasan agropolitan :
Program ini berupaya mengembangkan kawasan untuk memacu
berjalannya sistem dan usaha agribisnis, dengan meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan agribisnis. Upaya ini
didukung dengan mengembangkan kemampuan SDM masyarakat
petani yang dikoordinir dengan keberadaan Balai Penyuluhan
Pertanian yang merupakan Home Basenya Penyuluh.
4. Program pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM Mandiri)
Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan
dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun
2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme
upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur
masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga
pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif,
kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat
miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai
obyek melainkan subyek upaya penanggulangan kemiskinan.
Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan
pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program
pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan
16
pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk
pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai
tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan
daerah sekitarnya.
Dari berbagai model pemberdayaan masyarakat yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah program PNPM Mandiri yang dinilai
sangat bagus dalam proses memberdayakan masayarakat, meskipun
juga masih ada kekurangan-kekurangan yang terjadi.
7. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses
pemberdayaan” mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama
tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna
pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan
sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses
“dialog”. Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat
berdaya yaitu:
1. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan
kerjasama yang saling menguntungkan, dan
5. Bertanggung jawab atas tindakannya.
17
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud
dengan masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti,
paham, termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi,
mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil
keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap
informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses
pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti
yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara
bertahap melalui tiga fase (Pranaka dan Prijono, 1996) yaitu:
(a) Fase Inisiasi
Semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, dan
masyarakat hanya melaksanakan apa yang direncanakan dan
diinginkan oleh pemerintah dan tetap tergantung pada pemerintah.
(b) Fase Partisipatoris
Proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat,
oleh pemerintah dan masyarakat, dan diperuntukkan bagi rakyat.
Pada fase ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif dalam
kegiatan pembangunan untuk menuju kemandirian.
(c) Fase Emansipatoris
Proses pemberdayaan berasal dari rakyat dan untuk rakyat dengan
didukung oleh pemerintah bersama masyarakat. Pada fase
emansipatori ini masyarakat sudah dapat menemukan kekuatan
dirinya sehingga dapat dilakukan dalam mengaktualisasikan
dirinya. Puncak dari kegiatan proses pemberdayaan masyarakat ini
adalah ketika pemberdayaan ini semuanya datang dari keinginan
masyarakat sendiri.
18
B. Konsep Dasar Jajanan Sehat
1. Pengertian Jajanan
Jajanan adalah jenis makanan yang disajikan dan diperjual belikan oleh
pedagang kaki lima, toko-toko makanan maupunswalayan. Makanan jajanan
tersebut sangat bervariasi, baik dalam bentuk,rasa, aroma, dan harga.
Makanan jajanan yang mengandung zat gizi,dikemas dan diolah secara
aman memiliki daya tarik tersendiri bagimasyarakat.
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.Konsumsi
makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat, makin
terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan
sendiri.Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat,
serta cita rasa yang enak dan cocok dengan selera sebagian besar
masyarakat (Mudjajanto, 2005).
Menurut Moehji (2002), makanan jajanan pada umumnya mengandung
tinggi karbohidrat, sehingga membuat cepat kenyang, selain itu keamanan
dan kesehatan dari jajanan tersebut masih sangat diragukan. Makanan yang
tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan anak, akan
menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, sehingga mengakibatkan
ketidak mampuan berfungsi secara normal. Pada keadaan yang lebih berat
dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan terganggu, jumlah
sel otak berkurang, dan terjadi ketidak sempurnaan biokimia dalam otak
sehingga berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan dan fungsi
kognitif anak (Anwar, 2000).
2. Manfaat Jajanan Sehat Bagi Balita
Anak – anak dalam rentang 4-6 tahun memiliki kebutuhan harian 1.750
kalori dan 32 gram protein. Fondasi penting bagi kesehatan anak di masa
depan ditentukan oleh asupan gizi di masa kecil. Idealnya, mereka makan
tiga kali sehari dan mendapatkan camilan dua kali tiap harinya. Apa jadinya
anak tanpa kudapan? Saat waktu makan berikutnya belum tiba, kadar gula
darah anak merosot secara alamiah. Kondisi itu ditandai dengan timbulnya
19
kantuk pada pukul 10 pagi, misalnya. Disinilah pentingnya peran jajanan
bagi balita. Selain itu ada banyak lagi manfaat jajanan untuk balita,
diantaranya adalah :
a. Alternatif. Cemilan tinggi karbohidrat atau zat gula yang dikonsumsi
antara makan siang dan makan malam dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti sumber energi yang dibutuhkan tubuh ketika melakukan
aktifitas fisik yang berat. Ini sangat cocok diberikan pada balita yang
sedang dalam fase aktif.
b. Menjaga keseimbangan hormonal. Keseimbangan hormonal tubuh dapat
terganggu apabila cadangan glukosa dalam hati yang berasal dari asupan
makanan saat pagi dan siang hari sudah habis digunakan untuk aktifitas
pada hari tersebut. Balita yang pagi harinya telah lelah belajar dan
bermain tentunya membutuhkan asupan energy untuk membantunya agar
tetap aktif dan menjaga keseimbangan hormone dalam tubuh. Cemilan
berguna untuk menyeimbangkan kembali kondisi hormonal alam tubuh.
Pada kondisi ini, jenis cemilan yang cocok antara lain cemilan yang
terbuat dari buah-buahan seperti yoghurt, juice buah ataupun
smoothies.Serat makanan. Cemilan buatan sendiri yang terbuat dari
olahan buah-buahan seperti sup buah, juice ataupun smoothies yang
dikombinasikan dengan yoghurt rendah lemak bermanfaat untuk
menambah asupan serat makanan, sehingga kesehatan organ-organ
pencernaan tetap terjaga.
c. Serat makanan. Cemilan buatan sendiri yang terbuat dari olahan buah-
buahan seperti sup buah, juice ataupun smoothies yang dikombinasikan
dengan yoghurt rendah lemak bermanfaat untuk menambah asupan serat
makanan, sehingga kesehatan organ-organ pencernaan tetap terjaga.
Pemilihan cemilan sehat akan menjaga tubuh Anda dalam keadaan
sehat juga. Tekanan darah dan juga kadar gula dalam darah bisa dalam
keadaan normal. Dengan memberikan selingan cemilan sehat pada tubuh
setiap harinya, berarti Anda membantu tubuh memberikan energi yang
dibutuhkan untuk beraktivitas seharian. Secara otomatis, porsi makan
Anda pun akan berkurang karena perut sudah dalam keadaan terisi.
20
Cemilan juga bisa membantu metabolisme tubuh dan mencerna makanan
lebih cepat.
3. Cara Memilih Jajanan Sehat
a. Amati warnanya, mencolok atau tidak
Makanan atau jajan yang mengandung rodhamin B (zat pewarna)
warnya akan lebih mencolok dibandingkan makanan atau jajan yang
menggunakan bahan alami.
b. Cicipi rasanya
Jika jajan rasanya sudah agak asam jajanan tersebut sudah tidak layak
di konsumsi (Ed).
c. Baui aromanya
Jika aromanya masih bagus maka jajanan tersebut masih layak
dikonsumsi.
d. Amati komposisinya
Amati komposisi jajanan tersebut jika jajanan banyak mengandung zat-
zat kimia yang berbahaya sebaiknya jajan tersebut tidak dikonsumsi.
e. Perhatikan kualitasnya
Jajan yang baik untuk dikonsumsi yaitu jajan yang tidak mengandung
zat-zat yang berbahaya.Akan lebih baik lagi jika jajanan tersebut terbuat
dari bahan-bahan yang alami dan tidak mengandung penyedap rasa
maupun zat pengawet lainnya.
f. Terdaftar di BPOM
Jajan yang layak untuk dikonsumsi yaitu jajan yang sudah mendapat
izin dagang dari BPOM.
4. Contoh Jajanan Sehat dan Tidak Sehat Bagi Balita
Jajanan sehat contohnya antara lain :
a. Keju. Jenis makanan yang kebanyakan dibuat dari susu sapi ini kaya
akan protein dan vitamin. Kandungan protein didalamnya menjadi
sumber yang baik untuk pertumbuhan si kecil. Upayakan Bunda
memilih keju rendah lemak untuk konsumsi si kecil.
21
b. Selai kacang. Sudah diketahui sejak lama bahwa kacang-kacangan
tidak hanya mengandung protein, tapi lebih utama kacang-kacangan
mengandung fiber dan lemak sehat bagi si buah hati bunda.
Kombinasikan selai kacang dengan crackers atau waffle sebagai
cemilan sikecil di siang hari.
c. Sereal. Pilih sereal yang berasal dari biji-bijian seperti gandum dan
barley yang banyak mengandung fiber, vitamin, dan mineral.
Kandungan fiber nya yang tinggi bagus untuk melancarkan
pencernaan sikecil. Untuk menambah selera sikecil, Bunda dapat
menambahkan potongan buah segar kedalam sereal untuk cemilan
pagi menjelang siang.
d. Yogurt. Ya, minuman berasa masam yang berasal dari fermentasi
susu ini adalah salah satu makanan menyehatkan bagi si kecil. Yogurt
rendah lemak adalah sumber kalsium yang baik bagi sikecil. Tabahkan
potongan buah segar untuk membuat es buah yogurt, sajikan di siang
hari yang panas, pasti si kecil ketagihan.
e. Telur. Makanan murah dan mudah didapat ini mengandung banyak
kebaikan bagi si kecil. Kandungan protein dalam sebutir telur ternyata
dapat memenuhi sepertiga kebutuhan protein harian anak berusia 4
tahun. Sajikan telur dengan cara direbus atau orak-arik sebagai
camilan pagi menjelang siang.
f. Buah segar. Mangga, apel, melon, buah pir, pisang, dan pepaya,
adalah beberapa buah segar yang direkomendasikan ahli nutrisi untuk
diberikan pada sikecil sebagai cemilan antar waktu makan. Cukup
sajikan dalam potongan kecil, cocok diberikan sebagai cemilan siang
atau malam.
g. Kentang goreng. Lebih sehat jika Bunda membuat kentang goreng
sendiri tanpa MSG dirumah. Kentang banyak mengandung
karbohidrat, vitamin A, B6 dan vitamin C. Selain itu, kentang
merupakan salah satu sumber folate yang diperlukan si kecil.
Jajanan tidak sehat antara lain :
22
a. Jenis - Jenis Bahan Kimia Berbahaya yang Biasa Terdapat dalam
Jajanan
Jenis zat
kimia
Fungsinya Efek Terhadap Tubuh
Siklamat Pemanis
buatan
Terjadinya gangguan pada
sistem pencernaan
terutama pada
pembentukan zat dalam sel
serta bersifat Karsinogenik
(pemicu Kanker)
Sakarin Pemanis
buatan
Sakarin yang berlebih pada
makanan atau minuman
akan menimbulkan efek
rasa pahit, migran dan
sakit kepala. Tidak hanya
itu Sakarin juga
merangsang terjadinya
tumor pada bagian
kandung kemih.
Nitrosamin Dipakai
sebagai
aroma khas
sosis, keju,
kornet,
ham dan
dendeng
Zat ini bersifat
Kasinogenik yang mampu
memicu kanker
Monosodium
Glutamat
(MSG)
Penyedap
Rasa
Kerusakan beberapa sel
syaraf didalam bagian otak
(Hypothalamus) pada
bayi. MSG juga berisiko
kanker, ginjal, dan
23
merusak jaringan lemak
Rhodamin B Pewarna
tekstil dan
kertas
Meningkatkan risiko
kanker hati dan gangguan
pencernaan
Metanil
Yellow
Digunakan
sebagai
pewarna
makanan.
Fungsi
sebenarnya
untuk
pewarna
tekstil dan
cat.
Meningkatkan Risiko
Kanker
Formalin Pengawet
Makanan.
Fungsi
sebenarnya
untuk
bahan
pembuatan
yang
digunakan
untuk
kepetingan
industri,
fotografi
dan yang
paling
mengerikan
pengawet
Kerusakan hati, jantung,
otak, limpa dan sistem
saraf pusat
24
mayat.
Borak nama
lainnya
natrium
biborat,
natrium
piroborat,
natrium
tetraborat)
Pengawet
makanan.
Fungsi
sebenarnya
untuk
bahan
solder,
bahan
pembersih,
pengawet
kayu,
antiseptik
kayu, dan
pengontrol
kecoak
Sering mengonsumsi
makanan mengandung
borak bisa menyebabkan
gangguan otak, hati,
lemak, dan ginjal. Dalam
jumlah banyak, borak
menyebabkan demam,
anuria (tidak terbentuknya
urin), koma, merangsang
sistem saraf pusat,
menimbulkan depresi,
apatis, sianosis, tekanan
darah turun, kerusakan
ginjal, pingsan, bahkan
kematian.
b. Ciri – Ciri Makanan yang Mengandung Bahan Kima Berbahaya
Berdasarkan beberapa sumber, ada beberapa ciri yang bisa kita kenali
dari makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya.
c. Ciri Makanan Berformalin
1) Mi basah berformalin: Tidak lengket, lebih mengilap, tidak rusak
sampai dua hari pada suhu kamar, dan bertahan lebih dari 15 hari
pada suhu lemari es (10 derajat celsius).
2) Tahu berformalin: Teksturnya terlampau keras, kenyal tetapi tidak
padat. Tidak rusak sampai 3 hari dalam suhu kamar dan bisa tahan
15 hari dalam kulkas.
3) Ikan berformalin: Warna insang merah tua tidak cemerlang, bukan
merah segar, dan warna daging ikan putih bersih. Tidak rusak
sampai 3 hari pada suhu kamar.
25
4) Ikan asin berformalin: Bersih cerah dan tidak berbau khas ikan asin.
Tidak dihinggapi lalat di area berlalat, tidak rusak sampai lebih dari
1 bulan pada suhu 25 derajat celsius.
5) Bakso berformalin: Teksturnya sangat kenyal, tidak rusak sampai 2
hari pada suhu kamar.
6) Ayam berformalin: Teksturnya kencang, tidak disukai lalat, tidak
rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.
d. Ciri Makanan Mengandung Boraks:
1) Mie basah: Teksturnya kental, lebih mengilat, tidak lengket, dan
tidak cepat putus.
2) Bakso: Teksturnya sangat kental, warna tidak kecoklatan seperti
penggunaan daging, tetapi lebih cenderung keputihan.
3) Snack: Misalnya lontong, teksturnya sangat kenyal, berasa tajam,
sangat gurih, dan memberikan rasa getir.
4) Kerupuk: Teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.
e. Ciri Makanan Menggunakan pewarna rhodamin B dan methanyl
yellow:
1) Warnanya mencolok
2) Cerah mengilap
3) Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal)
4) Ada sedikit rasa pahit
5) Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya
6) Warnanya nempel di kulit
5. Dampak Mengonsumsi Jajanan Tidak Sehat
a. Diare
b. Sakit gigi
c. Tifus
d. Muntaber
e. Keracunan makanan.
6. Persiapan yang Perlu Dilakukan Sebelum Membuat Jajanan Sehat
1. 1 buah gelas ukuran 250 ml
26
2. Gula pasir sesuai selera dan susu bubuk
3. Panci bertangkai
4. Air
7. Cara Membuat Jajanan Sehat
Membuat Agar-Agar untuk Anak di Rumah.
a. Campur bubuk agar-agar, gula pasir, susu bubuk dan garam kemudian
aduk dengan rata.
b. Tambahkan air sekitar 75ml atau 3 gelas, diaduk. Masak di atas api
sedang terus diaduk sampai mendidih.
c. Tuangkan pada pencetak dan tambahkan buah-buahan sesuai keinginan.
d. Tunggu sampai dingin dan membeku
e. Agar-agar siap disajikan
27
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Program Kerja
Gerakan Peduli Jajanan Sehat Balita adalah gerakan masyarakat yang
menaruh perhatian pada kesehatan balita khususnya pada jajajan sehat
balita, bagaimana kriteria jajanan sehat untuk balita dan bagaimana
kebiasaan jajan balita di masyarakat tersebut.
B. Tujuan Program Kerja
TIU :
Program ini diadakan dengan tujuan mengubah pola perilaku jajan
masyarakat terutama pada balita untuk meningkatkan derajat kesehatan
balita
TIK :
1. Agar masyarakat mengetahui apa yang dimaksud dengan jajanan sehat.
2. Agar masyarakat mengetahui manfaat jajanan sehat.
3. Agar masyarakat mengetahui cara memilih jajanan yang sehat dan
tidak sehat.
4. Agar masyarakat mengetahui contoh jajanan sehat dan tidak sehat.
5. Agar masyarakat mengetahui dampak penyakit yang akan ditimbulkan
dari perilaku mengonsumsi jajanan tidak sehat.
6. Agar masyarakat mampu mengimplementasikan cara pembuatan
jajanan sehat di rumah.
7. Agar masyarakat khususnya ibu-ibu dapat memantau pemilihan
jajanan sehat untuk balitanya.
C. Sasaran Program Kerja
Program kerja ini ditujukan untuk ibu-ibu dan balitanya.
D. Strategi Program Kerja
28
N
o
Kegiata
n
Waktu Sasaran Dana Penanggu
ng Jawab
1
2
3
4
Pemiliha
n kader
Program
Gerakan
Peduli
Jajanan
Sehat
Balita
Sosialisa
si
Program
Gerakan
Peduli
Jajanan
Sehat
Balita
oleh
kader
Senin,
16
Novem
ber
2015
Selasa,
17
Novem
ber
2015
Kamis,
19
Novem
ber
2015
Masyara
kat Br.
Sanggin
g
Masyara
kat Br.
Sanggin
g
Ibu-ibu
dan
Balita di
Br.
Sanggin
g
Rp
50.000,0
0
Rp
50.000,0
0
Rp
300.000,
00
Komang
Sri
Widiantar
i, Amd.
Keb
(Bidan
Pukesmas
pembantu
Dawan
Klod)
Kader
Gerakan
Peduli
Jajanan
Sehat
Balita
Kader
Gerakan
Peduli
Jajanan
Sehat
Balita
Kader
Gerakan
Peduli
29
5
Penyuluh
an
Jajanan
Sehat
Balita
Monitori
ng pola
perilaku
jajan
pada
masyara
kat
khususny
a Balita
di Br.
Sangging
.
Evaluasi
pola
perilaku
jajan
pada
Jumat,
20
Novem
ber
2015
Sabtu,
21
Novem
ber
2015
Ibu-ibu
dan
Balita di
Br.
Sanggin
g
Ibu-ibu
dan
Balita di
Br.
Sanggin
g
Rp
50.000,0
0
Rp
50.000,0
0
Jajanan
Sehat
Balita
Kader
Gerakan
Peduli
Jajanan
Sehat
Balita
30
masyara
kat
khususny
a Balita
di Br.
Sangging
.
E. Potensi SDA & SDM serta Hambatan di Banjar Sangging Desa
Dawan Kelod, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung
Wilayah pedesaan biasanya dicirikan dengan rendahnya tingkat
produktivitas kerja, tingginya angka kemiskinan, dan rendahnya kualitas
hidup dan pemukiman. Pedesaan dianggap sebagai daerah yang tertinggal,
miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh dari pusat pemerintahan.
Padahal sebenarnya kawasan pedesaan memiliki potensi sumber daya alam
yang melimpah, hanya saja belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Banjar Dinas Sangging sendiri terdiri dari 190 KK dan semua masyarakat
beragama Hindu. Kebanyakan mayarakat Banjar Sangging pendidikannya
SLTA sederajat, selain itu juga masyarakan ada yang pendidikan terakhirnya
SLTP, Dipolma, SD, dan ada jua yang belum tamat SD. Mayoritas
masyarakat Banjar Sangging berjenis kelamin perempuan. Batas wilayah
selatan dari Banjar Sangging yaitu Banjar Tengah dan batas wilayah Utara
adalah Banjar Pande
1. Potensi SDA & SDM di Banjar Dinas Sangging
Sebagian besar sumber daya alam yang dihasilkan masyarakat si
Banjar Sangging adalah dari hasil pertanian dan perkebunan seperti padi
dan pohon kelapa. Pemnfaatan dari pohon kelapa salah satunya adalah
daunnya, kebanyakan masyarakat banjar Sangging khususnya lansia
memanfaatkan daun kelapa untuk dibuat jejaitan seperti srembeng, tamas,
dll. Masyarakat Banjar Sangging tidak hanya menggantungkan
31
kehidupannya pada hasil pertanian dan perkebunan, tetapi sebagian besar
masyarakat banjar Sangging bekerja dalam bidang industri rumah tangga
seperti pembuat kue. Selain sebagai pembuat kue, masyarakat banjar
Sangging juga berprofesi sebagai pedagang, buruh, pertukangan, dan
pegawai kantoran.
2. Hambatan dalam pengembangan SDA & SDM di Banjar Dinas Sangging
Hambatan dalam pengembangan SDA dan SDM di Banjar Dinas
Sangging yaitu terbatasnya tenaga kerja yang memanfaatkan sumber daya
alam yang tersedia serta mengolahnya dari bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi maupun jadi atau siap pakai, karena pemuda di Banjar
Sangging banyak yang merantau untuk sekolah maupun bekerja, sehingga
pemanfaatan sumber daya alam kurang optimal.
F. Permasalahan Kesehatan di Banjar Dinas Sangging,Desa Dawan Kelod,
Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung
1. Kesehatan balita
Saat dilakukan pengkajian kepada perwakilan dari Kader Posyandu
Banjar Sangging masalah kesehatan yang biasa terjadi pada balita di banjar
Sangging seperti demam ringan, diare, serta bayi yang berusia 0-6 bulan
kebanyakan tidak memperoleh ASI ekslusif dari ibunya. Kebanyakan dari
ibunya tidak memberikan ASI ekslusif adalah karena sibuk bekerja
maupun ASI tidak mau keluar.
Saat dilakukan survey dengan mengambil sampel dari 18 KK yang
memiliki bayi maupun balita didapatkan hasil bahwa dari 18 KK yang
dijadikan sampel, 6 KK yang memiliki bayi maupun balita tidak
memberikan ASI eklsusif sampai 6 bulan. Selain itu juga dari 18 KK yang
dijadikan sampel, 16 KK yang memiliki balita mengatakan anaknya sering
makan makanan ringan yang biasa di jual di warung yang banyak
mengandung pengawet, pewarna, maupun bahan lainnya.
32
Kader Poskesdes mengatakan bahwa kegiatan posyandu balita di
Banjar Dinas Sangging dilakukan rutin setiap satu bulan sekali tepatnya
pada tanggal 23, jika terdapat hari raya keagamaan pelaksanaan posyandu
balita diundur atau bisa pula dimajukan. Adapun jumlah peserta yang
hadir pada setiap kegiatan posyandu balita 85%-100% dari total jumlah
balita yang terdapat di Banjar Dinas Sangging (±60 orang),yang pada
setiap kegiatan posyandu balita dilakukan :
a) Penimbangan berat badan balita
Dari data penimbangan 3 bulan terkahir pada posyandu balita
didapatkan bahwa sebagaian besar status gizi balita dalam renang baik
b) PMT (Pemberian Makanan Tambahan), untuk dana PMT itu sendiri
mencapai 50.000,-, gizi yang diberikan berupa: bubur kacang ijo, susu,
telor, dan sebagainya.
c) Penyuluhan kesehatan, setiap diadakan posyandu balita di Banjar
Dinas Sangging, disertai dengan penyuluhan kesehatan yang dilakukan
oleh petugas kesehatan yang datang ke Banjar Dinas Sangging.
Penyuluhan yang banyak ditekankan dan yang paling rutin adalah
masalah pemberian ASI eksklusif oleh para kaum ibu yang masih
menyusui anaknya maupun nutrisi yang baik bagi bayi maupun balita.
2. Kesehatan Remaja
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kader Posyandu Banjar
Dinas Sangging kebiasaan yang dilakukan remaja maupun dewasa sampai
tua yaitu kebiasaan merokok. Sekitar 50% masyarakat Banjar Sangging
adalah perokok. informasi yang diperoleh dari kader Poskesdes, masalah
yang paling sering muncul di kalangan remaja, dewasa sampai tua adalah
masalah rokok, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat, dan
masyarakat kurang mengetahui dimana saja kawasan tanpa rokok.
Menurut Perda Kabupaten Klungkung Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Kawasan Tanpa rokok, kawasan yang termasuk KTR yaitu fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan
tempat lain yang ditetapkan.
33
Terlebih pada usia remaja, rasa ingin tahu mereka masih sangat besar.
Memiliki keinginan untuk mencoba hal-hal baru, serta kemauan yang
keras kadang tidak diimbangi dengan pemikiran yang logis maupun
kurang mengetahui dampak dari hal yang dilakukan akan mempengaruhi
kondisi kesehatan remaja. Kebiasaan penduduk Banjar Sangging untuk
merokok, biasanya berawal dari kebiasaan mereka saat masih remaja
dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, kemudian mereka mencoba dan
lama kelamaan mereka ketagihan dan akan menjadi kebiasaan yang
mereka lakukan sampai dewasa, mengingat efek dari rokok ini salah
satunya adalah adiksi (kecanduan). Hal ini juga nantinya akan berpengaruh
terhadap kesehatan massyarakat tidak hanya perokok tetapi orang yang
tidak merokok tetapi ikut menghirup asap rokok tersebut juga akan dapat
menimbulkan masalah kesehatan seperti penyakit yang menyerang paru-
paru, impotensi, radang tenggorokan, dll.
3. Kesehatan lansia
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Poskesdes Pustu Dawan
Kelod, di Banjar Dinas Sangging, gangguan kesehatan yang banyak
dialami oleh lansia adalah seperti hipertensi, hipotensi, asma.Sebagian
besar lansia di Banjar Sangging masih aktif bekerja dan mencukupi
kebutuhan sehari-hari mereka seperti membuat jejaitan (tamas, srembeng,
dll), dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Tetapi pada Banjar Sangging
belum terdapat program Posyandu Lansia, sehingga program kesehatan
mengenai lansia kurang diberdayakan. Namun Posyandu Lansia ini sudah
ada pada tingkat Desa Dawan Kelod, salah seorang kader mengatakan
80% lansia di banjar Sangging kurang antusias untuk mengikuti program
tersebut.
G. Jenis Pemberdayaan Masyarakat yang Sudah Ada di Banjar Dinas
Sangging Desa Dawan Kelod, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung
1. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan
34
upaya pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar
dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas dan puskesmas
pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis
pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM. Di Desa Dawan
terdapat 2 puskesmas pembantu bertempat di desa Dawan Kelod dan desa
Dawan Kaler.
2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Balita
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat
ini. Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional
sejak tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW di
seluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB,
KIA, imunisasi, dan penanggulangan diare yang terbukti mempunyai daya
ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu
tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat level bawah. Permasalahn gizi buruk anak balita,
kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut
kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika posyandu kembali
diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan Posyandu Balita di Banjar Dinas Sangging dilakukan setiap
satu bulan sekali tepatnya tanggal 23, kegitan Posyandu Balita di Banjar
Sangging menggunakan system 5 meja yaitu : meja 1 pendaftaran, meja 2
penimbangan, meja 3 pengisisan kartu KMS, meja 4 penyuluhan
kesehatan, pemberian oralit, vitamin A, dan tablet besi, meja 5
pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Kegiatan ini diikuti oleh ±60
orang yang terdapat di Banjar Sangging. Peserta yang hadir biasanya 85-
100%.
Adapun kegiatan yang biasa dilakukan pada Posyandu Balita di
Banjar Sangging adalah penimbangan berat badan, pemberian PMT, dan
penyuluhan. Dalam pelaksanaanya setelah dilakukan penimbangan juga
akan sekaligus menentukan status gizi balita dengan mengisi data pada
kartu KMS atau KIA. Selain diakukan penimbangan juga dilakukan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Dalam pelaksanannya, selain
35
dilakukan penimbangan, juga dilakukan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan), seperti: susu, bubur kacang ijo, dan telor. untuk dana PMT itu
sendiri mencapai Rp. 50.000,-,
Dalam kegiatan posyandu balita, juga dilakukan penyuluhan tentang
kesehatan ibu dan anak. Penyuluhan yang biasa dilakukan yaitu pemberian
Asi eklsuif pada bayi yang berusia 0-6 bulan
Dalam kegiatan posyandu balita, juga dilakukan penyuluhan terhadap
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Penyuluhan yang dimaksud adalah
pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berusia 0-6 bulan. Penyuluhan ini
dilaksanakan, mengingat banyaknya ibu yang aktif bekerja dan
memberikan anaknya susu formula serta makanan pendamping selain ASI
di bawah usia 6 bulan. Selain itu juga dilakukan penyuluhan tentang
nutrisi seimbang bagi bayi maupun balita, dan penyuluhan lainnya.
3. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah tanaman yang berkhasiat
sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-
obatan dan ditanam pada halaman atau pot di rumah. TOGA ini
selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat,
TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidang peningkatan
kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat
tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah sebagai sarana untuk
mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat
yang antara lain meliputi upaya pencegahan, meningkatkan derajat
kesehatan, maupun penyembuhan penyakit. Selain itu, TOGA juga
berfungsi sebagai sarana memperaiki status gizi masyarakat, pelestarian
alam, penghijauan dan memperindah lingkungan.
Pada banjar Dinas Sangging, TOGA ini sudah ada di setiap rumah
penduduk. Desa Dawan Kelod sendiri pernah mendapatkan juara II tingkat
provinsi untuk TOGA tersebut. Para kader juga sesekali akan melakukan
survey tentang pemanfaatan TOGA di rumah.
4. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
36
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan
kesehatan pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang
memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan
produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan
kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
Pada Banjar Dinas Sangging, pos UKK sudah berjalan, dimana pada
Banjar Sangging kegiatannya melakukan pemeriksaan kesehatan secara
gratis.
5. Karang Taruna Husada
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di
tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda
dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Pada Banjar Sangging karang
taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu
mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan
masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Seperti
kegiatan kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian sarang
nyamuk, dan lain lain
H. Jenis Pemberdayaan Masyarakat yang Belum Ada di Banjar Sangging,
Desa Dawan Kelod, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung.
1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan
oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Posyandu Lansia merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di
37
desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya bagi lansia.
Di Banjar Dinas Sangging program pemberdayaan Posyandu Lansia
sehingga program kesehatan mengenai lansia kurang diberdayakan.
Namun Posyandu Lansia ini sudah ada pada tingkat Desa Dawan Kelod,
salah seorang kader mengatakan 80% lansia di banjar Sangging kurang
antusias untuk mengikuti program tersebut.
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikananak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagianak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasukipendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalurformal, nonformal,daninformal. Pada Banjar Dinas Sangging
program Pendidikan Anak Usia Dini belum ada. Tetapi PAUD ini sudah
ada di Desa Dawan Kelod, yaitu seperti di TK.
3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Di Desa Dawan Kelod sudah tidak diadakan program Pos obat desa
(POD) karena Obat-obatan kini bisa didapatkan melalui tempat pelayanan
kesehatan di Puskesmas Induk Dawan 1 dan Puskesmas pembantu (Pustu)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat
dalam pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu
kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan
posyandu dimana bentuk pelayanan menyediakan obat bebas dan obat
khusus untuk keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara
lain :
a. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya
b. POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
38
c. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
d. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
e. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa
pondok pesantren.
4. Pos KB Desa (RW)
Pelayanan KB kini didapatkan dari Puskesmas Induk Dawan 1
maupun Puskesmas Pembantu . Pelayanan KB juga didapatkan dari Bidan
Desa yang membuat praktek klinik di Desa Dawan. Sejak periode sebelum
reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara rasional
hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program
berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa
telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh
kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.
5. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) tidak diprogramkan di Desa
Dawan karena Penduduk Desa Dawan dominan beragama dan menganut
kepercayaan Hindu . Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh
berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para
santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui
cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
6. Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna
keterampilan dibidnag kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota
Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di
lingkungan sekitarnya. Sasarannya adalah peserta didik antara lain :
Pramuka penegak, penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus
memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong
Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.
7. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta
39
pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
I. Analisa SWOT
Berdasarkan hasil dari FGD yang kami lakukan pada hari Kamis, 19
November 2015 Pukul09.30 WITA di Banjar Sangging, Desa Dawan
Kelod, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, permasalahan yang
kami angkat setelah mensurvei beberapa KK di Banjar Sangging adalah
mengenai jajanan sehat balita. Karena kurangnya kesadaran bagi orang tua
yang tidak memberikan jajanan sehat bagi anaknya, dan membiarkan
anaknya untuk tetap mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna
seperti yang ada di pinggiran jalan, serta kurang memahami manfaat dan
pentingnya jajanan sehat untuk anak – anak khususnya balita.
Tabel1. Analisis SWOT di Banjar Sangging, Desa Dawan Kelod, Kecamatan
Dawan, Kabupaten Klungkung.
40
Kekuatan :
1. Dengan aktifnya PKK
beserta Kader Banjar
Sanggingterbentuknya
solidaritas antar
masyarakat di Banjar
Sangging
2. Di Banjar Sangging
sudah melakukan
penyuluhan tentang
kesehatan balita
3. Di Banjar Sangging
posyandu balita sudah
berjalan dengan rutin
tiap bulannya
4. Masyarakat Banjar
Sangging, tetap antusias
mengenai penyuluhan
Jajanan Sehat Balita
5. Jumlah balita di Banjar
Sangging 60 orang
Kelemahan :
1. Di Banjar Sangging
belum pernah
diadakannya
penyuluhan mengenai
Jajanan Sehat Balita.
2. Di BanjarSangging
masih ada masyarakat
yang kurang
memahami tentang
jajanan sehat
3. Di Banjar Sangging
para orang tua tetap
memberikan anaknya
makan makanan yang
mengandung pewarna
dan kurangnya
kesadaran orang tua
tentang manfaat dan
pentingnya jajanan
sehat untuk balita
Peluang :
1. Terdapat dukungan dari
Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Induk,
Kader, Kepala Desa,
Kepala Dusun.
Program Kerja :Gerakan
Peduli Jajana Sehat Balita
41
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Ancaman :
1. Semakin kurangnya
kesadaran para orang
tua untuk memberikan
jajanan sehat untuk
anaknya dan kurang
memahami betul apa
pentingnya jajanan
sehat untuk balita, akan
mengalam penyakit
diare, mual muntah,
pusing, dan muntabe
dll.
2. Menurunnya kesehatan
balita di Banjar
Sangging.
J. Kendala dan Solusi Kegiatan FGD di Banjar Dinas Sangging, Desa
Dawan Kelod, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
1. Kendala
a. Kendala secara teknis
Kendala yang kami hadapi pada saat FGD mengenai jajanan
sehat yaitu pada saat FGD dilaksanakan terdapat kendala tekhnis
akibat ruangan yang kami gunakan merupakan banjar yang
merupakan ruang terbuka maka ms.powerpoint yang kami buat
tidak dapat terlihat dengan bagus sehingga komunikasi kami
gunakan hanya secara lisan supaya memperjelas penjelasan.
b. Program-program Pemberdayaan
42
Pada saat FGD berlangsung bahwa program pemberdayaan
yang sudah berjalan di Banjar Sengguan yaitu Posyandu Balita,
puskesmas , TOGA, karang truna dan UKK namun tidak semua
berjalan efektif secara berkelanjutan. Program tersebut belum
berjalan dengan maksimal karena bantuan yang diberikan kurang
maksimal sehingga untuk mencapai target angka peningkatan
kesehatan pada balita kurang maksimal. Bantuan yang diberikan
oleh pemerintah Rp 50.000,- per bulan sehingga untuk
membelikan susu tersebut tidak lah cukup akan tetapi PMT yang
diberikan hanya sebatas telur dan bubur kacang hijau.
Terdapat jenis pemberdayaan masyarakat yang belum ada di
banjar Sangging seperti: posyandu lansia yang tidak terdapat
dibanjar Sangging namun terdapat di desa, menurut survei yang
kami lakukan pada lansia di banjar Sangging memiliki kesadaran
yang kurang mengenai program yang dilakukan untuk menunjang
program posyandu lansia yang dibuktikan dari kurangnya peserta
senam lansia dari banjar Sangging dengan alasan mereka malu
mengikuti senam dan sibuk bekerja.
2. Solusi
a. Kendala secara tekhnis
Solusi dari kendala yang kami dapatkan saat FGD adalah
pemilihan ruang untuk FGD sangatlah penting untuk
mempermudah penyampaian materi dengan media LCD. Selain ini
penyampaian materi kami paparkan secara lebih jelas dengan lisan
dan demontrasi.
b. Program-program Pemberdayaan
Dari semua masalah program-program pemberdayaan yang
muncul lebih banyak mengarah pada sumber dana yang diberikan
kurang maksimal sehingga dalam pencapaian target pun belum
sesuai. Dimana pemerintah harus lebih memperhatikannya dalam
meningkatkan kesehatan masyarkat nya sehingga angka kematian
43
dan angka kesakitan dapat mengalami penurunan dan masyarakat
pun dapat hidup sejahtera. Selain itu perlu ditingkatnya kesadaran
masyarakat terutama remaja dan lansia dalam meningkatkan taraf
hidup sehat.
44
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian data diatas dapat disimpulkan bahwa pada
masyarakat Banjar Sangging memiliki sumber daya alam yaitu padi dan
pohon kelapa, namun terdapat hambatan yang ditemui yaitu sumber daya
manusia yang ada di Br.Sangging beralih pekerjaan merantau ke luar karena
nilai jual dari bahan SDA yang rendah sedangkan pengeluaran tidak sesuai
dengan pendapatan.
Masalah kesehatan pada Banjar Sangging yaitu masih banyaknya warga
yang kurang memilki kesadaran akan peduli dengan Jajana yang sehat bagi
balita. Selain itu masalah kesehatan lain yang sering timbul di masyarakat
yaitu masyarakat banyak yang menderita ,asma,hipotensi dan hipertensi. Pada
Banjar Sangging terdapat program puskesmas, posyandu balita dan TOGA
sedangkan program POLINDES, POD, dana sehat, LSM, Pos Gizi, Pos KB
Desa, Poskestren, SBH, Pos UKK, Pokmair dan Karang Taruna Husada tidak
dijalankan karena beberapa dari program tersebut semuanya sudah mencakup
dan didapatkan dari pelayanan Kesehatan yaitu Puskesmas. Dapat
disimpulkan dari semua progam yang ada paling utama yang menjadi
masalah adalah dana dan kesadaran masyarakat.
B. Saran
Diharapkan pembaca terutama perawat dapat memahami proses
pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang kesehatan di tingkat banjar
dengan cara mengidentifikasi organisasi di bidang kesehatan di tingkat
banjar. Peran serta perawat dan tenaga kesehatan lain juga diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan serta
mampu melatih dan memberdayakan kader khususnya di bidang kesehatan
beserta anggota masyarakat di masing-masing daerah baik desa maupun
banjar binaan. Selain itu, diharapkan pemerintah memberikan bantuan dana
untuk mendukung setiap program yang sudah ada di masyarakat yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat .
45
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT
GramediaPustakaUtama.
46
Anwar, M. (2000). Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas
Tumbang Anak. Jakarta: Action Medika
Cipta
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: DirektoratJenderal
Bina Kesehatan Masyarakat.
https://www.scribd.com/doc/239810843/Makalah-IKM-Pemberdayaan-
Masyarakat-1Diakses tanggal 20 November 2015 pukul 12.30 WITA
https://www.scribd.com/doc/263454585/KONSEP-DASAR-
PEMBERDAYAAN-MASYARAKAT-docxDiakses tanggal 20 November
2015 pukul 12.30 WITA
Judarwanto, W. 2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. (Online). Available:
http://ludruk.com. Diakses tanggal 17 November 2015
Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : CSIS
Moehji, S. 2002. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakara: Bhratara
Mudjajanto Setyo Eddy. 2005. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional.
Artikel.Diakses tanggal 17 November 2015.
(Online).Availablehttp://www.kompas.co.id/
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka
Paramita, Yoke. 2014. Makalah IKM Pemberdayaan Masyarakat. Available :
Pranaka, A.M.W., dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan:
Konsep,
Pustaka Pelajar.
Sunyoto, Usman. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta :
Syahalla, Burhan. 2015. Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat. Available
:
47
48