Upload
kania-tresna-d
View
139
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 5-6 DI SDN
SUKAJADI 3 TAHUN AJARAN 2012-2013
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Penelitian Pendidikan (GD401)
Dosen Dr.H.Y. Suyitno, M.Pd (0465)
Ira Rengganis,M.Sn (2616)
Oleh :
Nama : Sri Idayanti
NIM :1003309
Kelas : Matematika PGSD 2010
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
2
A. Judul Penelitian
“PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 5-6 DI SDN SUKAJADI 3
TAHUN AJARAN 2012-2013."
B. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses atau sistem yang terdiri dari bebrapa
komponen. Kelancaran jalannya komponen akan membawa kelancaran pada
proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak lepas dari belajar.
Untuk meningkatkan hasil belajar dibutuhkan motivasi dalam belajar.
Dalam kehidupan sehari- hari, orang sebagai individu yang hidup di tengah
masyarakat ingin diakui sebagai salah satu bagian dari mereka.
Motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada
manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan
juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu.
Teori Bandura (Muhammad 2001:2) menyatakan bahwa perilaku yang
dimunculkan individu merupakan hasil dari pengolahan observasinya terhadap
lingkungan. Dari lingkunganlah individu mendapatkan banyak informasi yang
akan digunakan sebagai dasar perilakunya dimasa mendatang. Demikian halnya
dengan motivasi yang dimiliki oleh individu, individu dapatkan dari
pengadopsian motivasi perilaku- perilaku yang dilihatnya dari lingkungan sekitar.
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya
memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian
pada anak. Apabila tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang
terbentuk dalam keluarga maka kesenjangan antara norma, ukuran, patokan
dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan
timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya
perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia khususnya seorang anak tidaklah
lepas dari hubungannya dengan orang lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sehingga kepribadian anak, kecakapan-kecakapannya, ciri-ciri
kegiatannya baru menjadi kepribadian anak yang sebenar-benarnya apabila
keseluruhan system psycho-physik tersebut berhubungan dengan lingkungannya.
Interaksi yang dilakukan manusia dengan lingkungannya merupakan bagian dari
3
kehidupan yang harus dilalui. Banyak hal yang harus dilalui oleh seseorang
dalam interaksinya dengan lingkungan. Bisa diambil contoh ketika seseorang
menyadari bahwa orang yang akrab, dekat, dan berada di sekitarnya itu
membahayakan maka akan terjadi tekanan jiwa. Tekanan jiwa adalah semata-
mata perasaan tidak dapat mengendalikan situasi. Dalam keadaan seperti orang
tersebut bisa saja langsung menjauhi atau hanya meningkatkan kewaspadaannya
saja sebagai tindakan dari rasa khawatir.
Kita cenderung berusaha menginginkan dunia ini dan orang lain sesuai
dengan apa yang kita inginkan atau yang disebut dengan agresif. Sesungguhnya
hal yang kita perlukan adalah beradaptasi, kita sendiri yang harus bisa merubah
diri menyesuaikan dengan yang terjadi di lingkungan sekitar. Hanya saja untuk
sebagian orang yang mempunyai sifat tersebut adalah hal yang pantang untuk
dilakukan. Sebaliknya, adapun orang yang selalu berusaha untuk menyesuaikan
dirinya dengan apa yang diinginkan dan diharapkan orang lain atau disebut
dengan sosok pribadi penerima dan dengan kondisi jiwa yang tertekan. Hal
tersebut terjadi biasanya kerena ingin dirinya diakui oleh orang lain dan
memuaskan harapan mereka. Kejadian seperti ini banyak dirasakan atau dialami
oleh anak dalam kelompok bermain. Ketika seseorang ingin diakui dan diterima
dalam satu kelompok tersebut secara otomastis orang tersebut harus mampu
menyesuaikan dirinya dengan apa yang mereka inginkan meskipun dengan
perasaan yang tertekan.
Apabila ia sudah mulai bergaul dengan kawan-kawan sebaya, ia pun tidak
hanya menerima kotak social, tetapi ia sendiri mampu memberikan kontak social
kepada yang lain. Anak mulai mengerti bahwa dalam kelompok sepermainanya
terdapat peraturan-peraturan tertentu, norma social yang seharusnya ia patuhi
dengan rela guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut
dengan lancar. Ia pun membentuk norma-norma pergaulan tertentu yang sesuia
dengan interaksi kelompoknya. Ia mengakui bahwa ia mempunyai peranan dalam
kelompoknya yang berdasarkan hubungan timbal balik dengan anggotanya yang
lain.
Dalam menghadapi dunia sekitar individu tidak bersifat pasif melainkan
aktif artinya berusaha mempengaruhi, menguasai, mengubah dalam batas-batas
kemungkinannya. Demikian pula sebaliknya, alam sekitar mempunyai peranan
terhadap individu, artinya melalui individu mempengaruhi individu, tingkah laku,
4
perbuatan, pikiran, sikap dan salah satunya semua itu bisa terjadi pada anak
melalui teman sebaya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kehidupan anak
diantaranya yaitu motivasi dalam belajar yang kemudian akan mempengaruhi
hasil belajar pada anak. Anak sekolah dasar biasanya lebih mengahabiskan waktu
luangnya untuk bermain dengan teman sebayanya. Tanpa disadari ketika mereka
bergaul akan ada sedikit banyaknya pengaruh yang diberikan baik secara
langsung maupun tidak langsung tanpa disadari oleh anak itu sendiri.
Fakta dilapangan ternyata peran teman sebaya dalam kehidupan sehari-
hari anak memang cukup memberikan pengaruh. Untuk anak SD tidak sedikit
dari mereka yang lebih percaya dan patuh terhadap teman sebayanya sendiri. Ada
beberapa fakta yang menunjukan betapa besatnya pengaruh teman sebaya untuk
anak SD yaitu : 1). Anak rela membolos karena ikut bujukan teman sekelasnya
sendiri. 2). Anak mengabaikan tugas dan lebih mementingkan bermain dengan
teman. 3). Tingkat kerajinannya dalam belajar meningkat karena termotivasi oleh
teman.
Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 5-6 di SDN Sukajadi 3 Tahun Ajaran 2012-2013".
C. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas sebagaimana dipaparkan di atas
penulis mencoba mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pengertian teman sebaya.
2. Pengertian motivasi.
3. Pengaruh yang diberikan teman sebaya.
4. Faktor yang menyebabkan anak mudah terpengaruh.
5. Dampak pengaruh teman sebaya pada motivasi belajar.
D. Batasan Masalah
“Bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap motivasi belajar pada peserta didik
Sekolah Dasar?”
5
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,
secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Seperti apa pengaruh
teman sebaya hubungannya dengan motivasi belajar peserta didik kelas 5-6 di
SDN Sukajadi 3 Bandung?”
Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus
yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa saja pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya kepada peserta didik
kelas 5-6 di SDN Sukajadi 3?
2. Apa faktor yang menyebabkan anak mudah terpengaruh oleh teman sebaya
pada peserta didik kelas 5-6 di SDN sukajadi 3?
3. Bagaimana dampak pengaruh teman sebaya terhadap motivasi belajar peserta
didik kelas 5-6 di SDN Sukajadi 3?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertayaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan tentang pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya kepada
peserta didik kelas 5-6 di SDN Sukajadi 3.
2. Mendeskripsikan tentang faktor yang menyebabkan anak mudah terpengaruh
oleh teman sebaya pada peserta didik kelas 5-6 di SDN sukajadi 3.
3. Mendeskripsikan tentang dampak pengaruh teman sebaya terhadap motivasi
belajar peserta didik kelas 5-6 di SDN Sukajadi 3.
G. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pendidikan dan
memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan memberi gambaran
mengenai pengaruh teman sebaya terhadap motivasi belajar pada peserta
didik dan dapat dimanfaatkan oleh orang tua siswa sebagai salah satu
sumber informasi tentang pengaruh pertemanan anak. Dengan adanya
informasi tersebut diharapkan para orang tua dapat lebih memperhatikan
6
dan mengawasi anak. Orang tua diharapkan mengetahui dengan siapa
anaknya bergaul sehingga dapat terkontrol.
b. Sebagai sumbangan pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya
pendidikan guru sekolah dasar dalam membantu memberikan informasi
kepada orang tua.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan
penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai ajang pembelajaran bagi penulis dalam menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi orang
tua agar dapat meningkatkan pengawasannya terhadap anak sehingga
pergaulan anak tidak memberikan pengaruh negativ pada motivasinya
untuk belajar.
c. Sebagai bahan kajian bagi pihak yang berminat untuk meneliti lebih
lanjut terhadap aspek yang sama dengan kajian yang berbeda.
H. Landasan Teori
1. Teman Sebaya
Dimulai dari masa anak-anak, sebagian besar dari kita membangun
pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan
awal ini, seperti pada afek positif (Lydon, Jamieson, dan Holmes, 1997). Secara
umum memiliki teman adalah positif sebab teman dapat mendorong self esteem dan
menolong dalam mengalami stress tetapi teman juga bisa memiliki efek negative jika
mereka antisocial, menarik diri, tidak suportif, argumentative, atau tidak stabil
(Hartup dan Stevens, 1999).
Teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang
kurang lebih sama. Sedangkan fungsi yang paling penting dari teman sebaya adalah
untuk memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar
keluarga. Interaksi teman sebaya yang memiliki usia yang sama memainkan peran
khusus dalam perkembangan sosioemosional anak. Sebagai contoh, dalam sebuah
studi, hubungan teman sebaya yang buruk pada masa kanak-kanak berhubungan
dengan di keluarkannya si anak dari sekolah dan perilaku buruk selama masa remaja
(Roff, Sells, & Golden, 1972). Dan dalam studi yang lain, hubungan teman sebaya
7
yang harmonis pada masa remaja dihubungkan dengan kesehatan mental yang positif
pada usia paruh baya (Hightower, 1990).
Suatu hubungan akrab, dibandingan hubungan biasa, akan mengakibatkan
dua individu menghabiskan banyak waktu bersama, berinteraksi satu sama lain pada
situasi yang lebih bervariasi, menjadi self disclosing, saling memberikan dukungan
emosional, dan membedakan sahabat dan teman yang lain (Kenney dan Kashy, 1994;
Laurenceau, Barret, dan Pietromonaco, 1998; Parks dan Floyd,1996).
Menurut Jim Auer (2003 :5) dalam bukunya yang berjudul Menghadapi
Tekanan-tekanan dari Teman Sebaya, yang dimaksud dengan teman sebaya adalah
orang yang usianya sama degan mu, sedangkan orang usianya sama dengan orang
tuamu disebut sebaya dengan orang tuamu. Teman sebaya biasanya akan sekaligus
menjadi sahabat bagi sebagian orang karena di anggap orang yang lebih mengerti
dengan keadaanya. Sejalan dengan ungakapan dari Amanda Gier (Hery Wibowo,
2010 : 85) bahwa sahabat merupakan seseorang yang menari denganmu diterangnnya
siang dan berjalan disebelahmu ketika kamu berada dalam kegelapan.
Selain berbuat baik dan mempertahankan persahabatan, tentu saja kita perlu
selalu menambahkan teman dan relasi. Dalam agama islam diajarkan bahwa
bersilaturahmi akan mendatangkan dua hal, yaitu rejeki dan umur panjang.
Sebetulnya ada beberapa alternative agar kita mendapatkan teman atau relasi yaitu :
1. Usahakan untuk selalu memberikan kesan pertama yang baik, karena
yang akan diingat oleh orang lain adalah kesan pertamanya.
2. Percakapan yang kita lakukan kepada orang tersebut hendaknya menarik
karena merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk merasa penting.
Ketertarikan tersebut bisa kita tunjukan dengan bahasa tubuh dan
dengarkan dia.
Keberfungsian interpersonal mengacu pada bagaimana individu bersosialisasi
dan berinteraksi dengan optimal, mampu membawa kebahagian bagi lawan
bicaranya, menjalin persahabatan dan menjalin hubungan yang saling
menguntungkan. Sekilas hal ini tampak sederhana, namun bagi beberapa orang
sangat sulit bagi mereka untuk dapat menjalin hubungan panjang dengan orang lain.
Dalam menghadapi dunia individu tidak bersifat pasif melainkan aktif, artinya
berusaha mempengaruhi, menguasai, mengubah dalam batas-batas kemungkinannya.
Demikian pula sebaliknya, alam sekitar mempunya peranan terhadap individu,
8
artinya melalui individu mempengaruhi individu, tingkah laku, perbuatan, pikiran,
sikap, perasaan, kemauan, dan sebagainya.
Teman sebaya dalam jenis kelompok social termasuk ke dalam kelompok
primer. Dalam kelompok primer, terdapat interaksi social yang intensif dan lebih erat
antar anggotanya. Kelompok primer bisa disebut juga face-to-face group, yaitu
kelompok social yang anggota-anggotanya sering berhadapan muka dan saling
mengenal dari dekat dan kerena itu saling-hubungannya lebih erat. Peran kelompok
primer dalam kehidupan individu besar sekali karena dalam kelompok primer
manusia pertama-tama berkembang dan dididik sebagai makhluk social.
Disini, ia memperoleh kerangkanya yang memungkinkannya untuk
mengembangkan sifat-sifat sosialnya, antara lain mengindahkan norma-norma,
melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok socialnya, belajar
bekerja sama dengan individu-individu lainnya, dan mengembangkan kecakapannya
guna kepentingan kelompok. Saling hubungan yang baik dalam kelompok primer
menjamin perkembangannya yang wajar sabagai manusia social dan sifat-sifat
interaksi dalam kelompok primer ini bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan
simpati.
2. Motivasi
a. Motivasi
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan
menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,
sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga
emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Kita memaknai lingkungan sekitar kita karena memiliki keinginan.
Dikarenakan keinginginan ini, beberapa hal kita anggap berharga sedangkan
yang lainnya tidak. Sebagian darinya penting bagi kita, sementara yang lainnya
tidak. Nilai dan arti penting merupakan salah satu cara memaknai fenomena di
seputar kita. Makhluk social seperti kita saling tergantung satu sama lain. Ketika
masih balita, kita memerlukan perhatian dan perawatan orang lain sebagai sarana
9
untuk mempertahankan hidup. Seterlah dewasa, bantuan orang lain tentu saja
tetap mutlak kita perlukan untuk bertahan hidup, hanya saja dalam waktu yang
berbeda.
Rendahnya rasa percaya diri adalah sumber bagi masalah kejiwaan.
Kebanyakan dari kita sedikit banyak memiliki masalah dengan kadar yang
berbeda-beda. Ada yang sebagian dari kita merasa rendah diri dengan kepandaian
yang ia miliki. Namun ada pula yang merasa rendah diri karena penampilan dan
lain sebagainya.
Sebaiknya motivasi ini bersifat nyata dan bermanfaat untuk memahami
orang lain, karena motivasi yang mendorong kita melakukan sesuatu tidak sama
dengan mereka. Sementara ada itu orang yang mengabaikan hidupnya demi
orang lain, tetapi msaih ada yang masih diliputi egonya sendiri.
b. Pengertian Motivasi Belajar
Prayitno (1989:8) menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja
merupakan suatu energy yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapi sebagai
suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Motivasi belajar
adalah dorongan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.
Mark dan Tombuch (Prayitno, 1989:6) mengumpamakan, “motivasi
sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline”. Tidaklah menjadi
berarti betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual
atau bakat siswa dan materi yang akan diajarkan serta lengkapnya sarana belajar,
namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM tidak akan
berlangsung optimal. Motivasi belajar siswa meliputi dimensi :
a. Ketekunan dalam belajar
1. Kehadiran di sekolah
2. Mengikuti PBM di sekolah
3. Belajar di rumah
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan
1. Sikap terhadap kesulitan
2. Usaha mengatasi kesulitan
c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
1. Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran
2. Semangat dalam mengikuti PBM
10
d. Berprestasi dalam belajar
1. Keinginan untuk berprestasi
2. Kualifikasi hasil
e. Mandiri dalam belajar
1. Penyelasaian tugas PR
2. Menggunakan kesempatan diluar jam pelajaran
Aspek motivasi dalam kaitannya dengan belajar peserta didik sangat besar
peranannya dan sangat penting. Motivasi berkaitan dengan semangat peser didik
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan melaksanakan tugas-
tugas yang diberikan sebelumnya. Harus dilakukan upaya guna meningkatkan
motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik sehingga peserta didik yang
bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Dari motivasi seorang peserta didik ada beberapa hal yang dapat kita
ketahui diantaranya :
1. Tingkat keberhasilan dan kegagalan seorang peserta didik. belajar
tanpa motivasi sulit untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Belajar dengan motivasi merupakan hakikat pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri peserta
didik.
Peserta didik dalam belajar hendaknya merasakan adanya kebutuhan
psikologis yang normative. Peserta didik yang termotivasi dalam belajarnya
dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyamngkut minat,
ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan.
3. Pengaruh Teman Sebaya
Tidak diragukan lagi bahwa keluarga merupakan salah satu konteks sosial
yang penting bagi perkembangan individu. Meskipun demikian perkembangan
anak juga sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam konteks sosial yang
lain seperti relasi dengan teman sebaya. Laursen (2005 : 137) menandaskan
bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan pada masa-masa remaja. Penegasan Laursen dapat dipahami karena
pada kenyataannya remaja dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini
11
menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan teman sebaya mereka
(Steinberg, 1993 : 154).
Penelitian yang dilakukan Buhrmester (Santrock, 2004 : 414)
menunjukkan bahwa pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman
sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan
hubungan remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Hasil penelitian
Buhrmester dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle (2005 : 240) bahwa pada
masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan
beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan
(attachment).
Penelitian lain menemukan remaja yang memiliki hubungan dekat dan
berinteraksi dengan pemuda yang lebih tua akan terdorong untuk terlibat dalam
kenakalan, termasuk juga melakukan hubungan seksual secara dini (Billy,
Rodgers, & Udry, dalam Santrock, 2004 : 414). Sementara itu, remaja alkoholik
tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya dan memiliki
kesulitan dalam membangun kepercayaan pada orang lain (Muro & Kottman,
1995 : 229). Remaja membutuhkan afeksi dari remaja lainnya, dan membutuhkan
kontak fisik yang penuh rasa hormat.
Akan tetapi ada yang perlu di waspadai juga yaitu perihal yang tidak
menguntungkan dari pertemanan. Sebagai contoh seorang anak yang berteman
dengan anak yang beberapa tahun lebih tua dapat berakibat buruk yaitu
berperilaku menyimpang. Pada kesimpulannya, teman sebaya memainkan peran
penting dalam perkembangan anak-anak dan sebenarnya peran pertemanan lebih
cenderung pada lingkungan sekolah menengah ketimbang sekolah dasar. Karena
bisa dilihat pada contoh konkret dalam kehidupan seorang remaja akan lebih
bergantung pada teman-teman mereka daripada orangtua mareka sendiri. Mereka
memuaskan kebutuhan pertemanan dan rasa berharga dengan dengan sahabat-
sahabat mereka.
4. Faktor Yang Menyebabkan Anak Mudah Terpengaruh
Interaksi yang dilakukan anak tidak hanya berlangsung di dalam rumah
atau lingkungan keluarga melainkan dari lingkungan luar anak akan melakukan
interaksi seperti halnya dalam keluarga. Pola tingkah laku, nilai, dan norma yang
dikenal oleh anak pertama kali dikenalkan dalam lingkungan keluarga karena
12
keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak mengenal interaksi. Nilai dan
norma dalam keluarga harus kuat ditanamkan dalam diri anak sebelum anak
mengenal dunia luar, sehingga pengaruh yang diterima dari lingkungan luar tidak
akan begitu besar.
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas
untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya,
sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar
tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan
dalam suasana bermain.
Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai pemimpin, atau
yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap-sikap menguasai anak-
anak lain, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola-pola
kepribadian. Konflik-konflik terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi
sangat berlainan dengan norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman. Di
satu pihak ia ingin mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh di
rumah, sedangkan di pihak lain lingkungan menuntutsi anak untuk
memperlihatkan pola yang lain, yang bertentangan dengan pola yang sudah ada,
atau sebaliknya. Makin kecil kelompoknya, di mana hubungan-hubungan erat
terjadi, makin besar pengaruh kelompok itu terhadap anak, bila dibandingkan
dengan kelompok yang besar yang anggota-anggota kelompoknya tidak tetap.
5. Dampak Pengaruh Teman Sebaya Tehadap Motivasi Belajar
Motivasi merupakan satu variabel penyelang yang digunakan untuk
menimbulkan faktor- faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan,
mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku, menuju satu
sasaran. Motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku. Motivasi muncul dalam diri
manusia, tetapi kemunculannya karena terdorong atau terangsang oleh adanya
unsur lain, yaitu tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Bigelow (dalam
Sarlito) telah melakukan penelitian yang mengungkapkan bahwa anak- anak (9-
13 tahun), teman dekat adalah yang paling besar pengaruhnya, menyusul orang
tua, keluarga, dan anak- anak lain. Jadi yang paling berpengaruh adalah faktor
kedekatan dan keakraban.
13
Teman sebaya, merupakan sarana bagi anak untuk saling
berinteraksi, setiap kelompok teman sebaya, memiliki peraturan- peraturan
sendiri. Melalui teman sebaya anak bermain secara baik, kerja sama, kejujuran
dan tanggungjawab. Di dalam interaksinya dengan teman sebaya anak dapat
merasa diterima, dibutuhkan, dihargai. Dengan demikian mereka dapat
merasakan adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya. Interaksi menurut
menurut Shaw (Ali,2004:87) merupakan suatu pertukaran antarpribadi yang
masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran
mereka dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal
ini, tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu interaksi merupakan stimulus
bagi individu lain yang menjadi pasangannya.
Dengan adanya motivasi, akan memberi arah pada
tingkah laku anak. Peserta didik mampu menyalurkan energinya untuk
menyelesaikan tugas- tugas akademis, mengembangkan hubungan sosialnya,
memperoleh penghargaan (penerimaan) dari lingkungan sosialnya serta
meningkatkan rasa mampu, karena siswa termotivasi untuk memenuhi
kekurangan dalam dirinya. Dalam kehidupan sehari- hari, orang sebagai individu
yang hidup di tengah masyarakat ingin diakui sebagai salah satu bagian diantara
mereka. Keinginan di hitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan.
Penelitian yang dilakukan Willard Hartup (1996, 2000, 2001; Hartup &
Abecassiss, 2002; dalam Santrock, 2004 : 352) selama tiga dekade menunjukkan
bahwa sahabat dapat menjadi sumber-sumber kognitif dan emosi sejak masa
kanak-kanak sampai dengan masa tua. Sahabat dapat memperkuat harga diri dan
perasaan bahagia. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Cowie and Wellace
(2000 : 8) juga menemukan bahwa dukungan teman sebaya banyak membantu
atau memberikan keuntungan kepada anak-anak yang memiliki problem sosial
dan problem keluarga, dapat membantu memperbaiki iklim sekolah, serta
memberikan pelatihan keterampilan sosial. Berndt (1999) mengakui bahwa tidak
semua teman dapat memberikan keuntungan bagi perkembangan. Perkembangan
individu akan terbantu apabila anak memiliki teman yang secara sosial terampil
dan bersifat suportif. Sedangkan teman-teman yang suka memaksakan kehendak
dan banyak menimbulkan konflik akan menghambat perkembangan (Santrock,
2004 : 352).
14
Konformitas terhadap pengaruh teman sebaya dapat berdampak positif dan
negatif. Beberapa tingkah laku konformitas negatif antara lain menggunakan
kata-kata jorok, mencuri, tindakan perusakan (vandalize), serta mempermainkan
orang tua dan guru. Namun demikian, tidak semua konformitas terhadap
kelompok sebaya berisi tingkah laku negatif. Konformitas terhadap teman sebaya
mengandung keinginan untuk terlibat dalam dunia kelompok sebaya seperti
berpakaian sama dengan teman, dan menghabiskan sebagian waktunya bersama
anggota kelompok.
Penelitian Lestari (2003) menyatakan bahwa teman- teman sekelas yang
sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam membantu memotivasi siswa yang belum termotivasi belajarnya.
Sehingga siswa yang mengalami motivasi belajar rendah merasa ingin juga
memiliki motivasi tinggi seperti teman- teman yang telah memperoleh prestasi.
Hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya
dengan motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa, kelompok teman sebaya
mempunyai pengaruh dalam mengembangkan aspek sosial dan psikologis, seperti
berkreatifitas sesuai dengan minatnya, dapat memenuhi kebutuhan untuk diterima
maupun memberikan sesuatu kepada kelompoknya.
I. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah
yang terdapat dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun
definisi operasional, yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh
Menurut Scott dan Mitchell pengaruh merupakan suatu transaksi social
dimana seorang atau kelompok orang digerakan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
harapan.
2. Teman Sebaya
Teman sebaya adalah orang yang usianya sama degan mu, sedangkan orang
usianya sama dengan orang tuamu disebut sebaya dengan orang tuamu.
Menurut J.P Chaplin kelompok sebaya adalah kelompok teman sebaya; satu
kelompok, dengan mana anak mengasosiasikan dirinya.
3. Motivasi Belajar
15
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
J. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode survey,
dimana peneliti mempelajari data dari sampel sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relative, distribusi, dan hubungan antar variable sosiologis dan
psikologis.
2. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Sukajadi
Kecamatan Sukajadi Kabupaten Bandung. Subjek dalam penelitian ini, yaitu
peserta didik kelas 5-6 SDN Sukajadi 3 Kecamatan Sukajadi Kabupaten
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah 46 orang. Penelitian
dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juni 2013.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik-tekni
sebagai berikut :
a. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan
pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila
responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam
pengisian daftar pertanyaan.
b. Wawancara
Wawancara atau teknik komunikasi langsung menurut surakmad
(2004:162) adalah teknik di mana peneliti mengumpulkan data dengan
melakukan komunikasi langsung dengan subyek penelitian, baik didalam
situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi buatan.
16
K. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian
Dalam penulisan ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Pustaka
Berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam proses penelitian, yaitu
pengertian teman sebaya, pengertian motivasi, pengaruh yang diberikan teman
sebaya, faktor yang menyebabkan anak mudah terpengaruh, dampak pengaruh
teman sebaya pada motivasi belajar.
Bab III Metode Penelitian
Berisi mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini,
tempat, subjek, dan waktu penelitian serta teknik pengumpulan data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang pemaparan data hasil penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dari Penelitian yang telah dilakukan, dan
saran bagi pihak-pihak terkait.
Daftar Pusataka
Berisi sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung penelitian yang
dilakukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Auer Jim. 2012. Menghadapi Tekanan Teman-teman Sebaya. Kanisius :
Yogyakarta.
Baron Robert A, Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Erlangga : Jakarta.
Boeree George C. 2006. Psikologi Sosial. Prismasophie : Yogyakarta.
Suryabrata Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. PT. Rajagrafindo :
Yogyakarta.
Wibowo Hery. 2010. Psikologi Untuk Pengembangan Diri. Widya
Padjadjaran : Bandung.
Gerungan A.W. 2009. Psikologi Sosial. PT. Refika Aditama : Bandung.
Ewintri. (2012). Pentinya Relasi Teman Sebaya. [Online]. Tersedia :
http://ewintri.wordpress.com/2012/01/10/pentingnya-relasi-teman-sebaya/ [04
Januari 2013]
Fatimah Siti. (2012). Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perkembangan
Anak. [Online]. Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/30/pengaruh-
teman-sebaya-terhadap-perkembangan-anak-329890.html [04 Januari 2013]
Haryanto. (2010). Pengertian Motivasi Belajar. [Online]. Tersedia :
http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/ [04 Januari 2013]
________. (2011). Pengaruh Teman Sebaya Pada Perkembangan. [Online].
Tersedia : http://witawrite.blogspot.com/2011/07/pengaruh-teman-sebaya-pada-
perkembangan.html [22 desember 2012]
_______. ( 2012 ). Faktor Yang Menyebabkan Anak Mudah Terpengaruh.
[Online]. Tersedia :
http://www.google.com/search?q=faktor+yang+menyebabkan+anak+mudah+terpeng
aruh&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a [23
Desember 2012]
_______. (2012). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. [Online]. Tersedia :
http://diaryapipah.blogspot.com/2012/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html [23
Desember 2012]
_______. (2012). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar. [Online].
Tersedia : http://education-vionet.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-belajar.html [23 Desember 2012]
18
________. (2010). Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman
Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa . [Online]. Tersedia :
http://cumacopasbahanajar.blogspot.com/2010/05/hubungan-interaksi-sosial-
dalam.html. [04 Januari 2012]