38
PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMALINGKAR KEC. MEDAN TUNTUNGAN MEDAN TAHUN 2012 OLEH : SOPIRMAN JUNIAMAN GULO NIM : 0801061 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2012 BAB I PENDAHULUAN

Proposal penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal penelitian

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIMALINGKAR KEC. MEDAN TUNTUNGANMEDAN

TAHUN 2012

OLEH :SOPIRMAN JUNIAMAN GULO

NIM : 0801061

  

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWASEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA

MEDAN2012

BAB IPENDAHULUAN

Page 2: Proposal penelitian

1.1.  Latar Belakang

Data statistik dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa dari 2,5 milyar

manusia di dunia, dua dari lima orang diantaranya beresiko terjangkit demam berdarah. Dimana

setiap tahunnya terdapat 50 juta manusia terinfeksi demam berdarah dan lebih dari 500 ribu

manusia terjangkit demam berdarah serius serta diperkirakan 21 ribu manusia meninggal dunia.

Seriusnya ancaman penyakit ini ditunjukkan dengan semakin meluasnya wilayah-wilayah di

dunia yang terjangkit penyakit demam berdarah yang sebelumnya terbebas dari penyakit ini,

termasuk di wilayah yang beriklim sub tropik. Menghadapi situasi tersebut, WHO melakukan

penelitian demam berdarah di lima negara di Asia yaitu India , Indonesia, Myanmar, Philipina,

Sri Lanka dan Thailand. Dan Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan sosial menjadi lembaga

penelitian dari Indonesia yang terlibat dalam penelitian tersebut. (WHO, 2007)

Penyakit DBD di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit

endemik dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di musim-musim tertentu

yaitu dimusim penghujan, semenjak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD

diseluruh Propinsi Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389

orang (CFR: 1,53%). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi Jawa Timur (11.534 orang)

sedangkan CFR (Case Fatality Rate) tertinggi terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur

(3,96%), (Depkes RI, 2004).

Mantan Kepala Subdirektorat Arborvirus Departemen Kesehatan, Rita Kusriastuti

(2007) memperkirakan jumlah penderita DBD akan mencapai 125 ribu orang, sejak Juni 2007

hingga maret 2008, trend penderita diperkirakan akan meningkat. Khusus di Propinsi Sumatera

Utara berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu surat kabar bahwa jumlah penderita DBD

mulai dari Januari lalu mencapai 1.400 orang, dan 10 orang diantaranya meninggal

(Tempointeraktif, 2007). Sedangkan di kota Medan sendiri mulai bulan Januari sampai awal Juli

2007 tercatat jumlah kasus DBD 655 kasus (Global, 2007).

Menurut Penjelasan dari pihak Dinas Kesehatan, berbaga macam program atau usaha

yang telah dilakukan oleh pemerintah seperti memberikan penyuluhan kepada masyarakat

tentang pencegahan DBD dan bahayanya baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui

berbagai media, serta menjalin kerja sama dengan lintas sektoral serta penyadaran peningkatan

pengetahuan tentang kebersihan lingkungan dengan pencegahan DBD dan bahayanya untuk

mengurangi wabah DBD yang menyebabkan banyak korban. Walaupun demikian namun DBD

tetap belum teratasi dengan baik dan mencapai target. (Depkes RI, 2007). 

Page 3: Proposal penelitian

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan (DKKM) 2010, terdapat 10 daerah

Medan yang angka kejadian DBD paling tinggi diantaranya : Medan Helvetia 272 kasus, 3 orang

meningagal, Medan Sunggal 204 kasus, 2 orang meninggal, Terjun 179 kasus, Medan Baru 145

kasus, Medan Tuntungan (Puskesmas Simalingkar) 140 kasus, Medan Tembung 134 kasus 4

orang meninggal (DKKM, 2010).

Berdasarkan pencatatan yang tersedia di Puskesmas Simalingkar  Kecamatan Medan

Tuntungan  terdapat peningkatan penderita penyakit DBD dari tahun 2009 – 2011 secara

berturut-turut adalah sebagai berikut : tahun 2009  terdapat 125 penderita, 2010 terdapat 140

penderita dan 2011 terdapat 145 penderita.

Faktor penyebab dari tingginya angka kejadian DBD antara lain: kepadatan penduduk,

perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang, pendidikan dan pengetahuan masyarakat yang

rendah, sarana pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan jumlah petugas yang kurang.

Lingkungan yang padat penduduk di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar kecaman Medan

Tuntungan ditambah perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang kurang, diduga menjadi

salah satu penyebab meningkatnya kejadian DBD pada dekade tiga tahun ini, diperkirakan

tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah membuat masyarakat berprilaku apatis terhadap

kebersihan lingkungannya, seperti halnya tempat penampungan air yang tidak terawat dan

sampah-sampah seperti kaleng dan botol kosong bekas yang dibuang disembarang tempat.

Berbagai cara juga telah diupayakan oleh pelayanan tenaga kesehatan khusus di wilayah

kerja Puskesmas Simalingkar , baik dengan cara pemberian penyuluhan kepada masyarakat,

pemberian abate pada tempat-tempat penampungan air dan penyemprotan pada daerah-daerah

yang diduga tempat sarang nyamuk DBD. Namun karena sarana pelayanan yang kurang

memadai dan jumlah petugas yang kurang membuat upaya terhadap pencegahan DBD ini tidak

merata disemua tempat di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar kecaman Medan Tuntungan.

Jadi dalam upaya pencegahan terhadap timbulnya penyakit DBD di wilayah kerja

Puskesmas Simalingkar kecamatan Medan Tuntungan, tingkat pengetahuan masyarakat tentang

kebersihan lingkungan  itulah yang mengambil peranan penting. Karena dengan pengetahuan

yang baik tentang kebersihan lingkungan itu, akan meminimalisir tempat bersarangnya nyamuk

DBD.

Dari data di atas Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan

tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan Linkungan dengan Upaya pencegahan DBD

di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar.

Page 4: Proposal penelitian

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan  permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka

rumusan penilitian adalah  “ bagaimana hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar

kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan

lingkungan dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar kecamatan

Medan Tuntungan Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.        Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dalam

upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar kecamatan Medan Tuntungan.

2.        Megetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan DBD di

wilayah kerja Puskesmas Simalingkar kecamatan Medan Tuntungan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.        Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti

tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Kebersihan Lingkungan dengan

Upaya Pencegahan DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan

Tuntungan.

2.    Bagi lahan atau tempat penelitian.

Sebagai bahan dan data tentang hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan

lingkungan dalam upaya pencegahan DBD.

3.    Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya masalah

pencegahan DBD.

4.    Bagi peneliti seterusnya

Sebagai dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama

sehingga mereka memiliki landasan dan alur yang jelas.

Page 5: Proposal penelitian

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetian Pengetahuan2.1.1. Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan

tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) Tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

            Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari   sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memenuhi (Comprehension)

            Memenuhi artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

            Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisa(Analysis)

            Analisa diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu dengan yang lain.

5. Sintesis (Synthesis)

            Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Page 6: Proposal penelitian

            Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi ataupenelitian

terhadap suatu materi.

2.1.3. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Notoadmojo dan Danin (2005) cara mengukur pengetahuan dapat dilakukan

dengan 2 cara yaitu :

1. Wawancara (Interview)

               Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

oleh peneliti. Untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang. Sasaran

penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka orang tersebut (face to face).

2. Angket

            Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu

masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket

dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir,

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi,

jawaban dan lainnya.

2.1.4. Sumber Informasi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2005), sumber informasi pengetahuan terdiri dari :

1. Sumber Informasi Dokumenter

Sumber informasi dokumenter adalah semua bentuk informasi yang berhubungan dengan

dokumen baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua

bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan yang ada dibawah

tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan-catatan didalam kartu klinik

dan lain-lain. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi

tanggung jawab dan wewenang badan atau instansi tidak resmi atau perorangan, seperti biografi,

catatan harian dan semacamnya.

Sumber informasi dokumen dapat digolongkan menjadi  4 (empat) yaitu:

a.    Sumber Primer (Primary Resources)

Sumber primer adalah sumber informasi yang langsung berasal dari yang mempunyai wewenang

dan tanggung jawab terhadap data tersebut.

Page 7: Proposal penelitian

b.    Sumber Sekunder (Sekundery Resoruces)

Sumber sekunder adalah sumber informasi yang bukan dari tangan pertama, dan yang bukan

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi atau data tersebut.

c.    Sumber Kepustakaan

Sumber kepustakaan adalah sumber informasi yang sangat penting yang terdapatdalam

perpustakaan dan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu.d.   Sumber Informasi Lapangan

Sumber informasi lapangan adalah sumber informasi yang diperoleh langsung dari objek di

lapangan dapat diperoleh melalui tehnik observasi, wawancara, angket maupun eksperimen

pendahuluan.

2.2. Pengertian Kebersihan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan

2.2.1.  Defenisi

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup

perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003).

2.2.2 Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.Rumah atau

tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan.Pada zaman purba manusia

bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang,dengan mendirikan rumah tempat tinggal di

hutan-hutan dan dibawah pohon.Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun

rumah (tempattinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang

serbamodern.sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya,dengan ide

mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat

dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat (lokal material) pula.

Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan

bahan-bahan setempat tetapi kadang-kadang desainya masih mewarisi kebudayaan generasi

sebelumnya

(Notoadmojo, 2003).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah :

1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.

Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu

didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin

Page 8: Proposal penelitian

ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di

daerah bebas gempa dan sebagainya.

Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi social budaya pedesaaan,

misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah didaerah gempa harus

dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat

sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya,

untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan

sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa

mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan

pemeliharaan seterusnya (Notoadmojo, 2003).

Syarat-syarat rumah yang sehat :

1. Bahan bangunan

a. Lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan.

Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan inipun

mahal. Oleh karena itu,untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan.

Syarat yang penting disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada

musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan

menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali.

Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk

daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis

khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup,

maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat

menambah penerangan alamiah.

c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan

bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan

yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.

Page 9: Proposal penelitian

Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga

menimbulkan suhu panas didalam rumah.

d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman

bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan

sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas

bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut

ditutup dengan kayu.

2. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar

aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang

diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan

O2 didalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi

meningkat.disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam

ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini

akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab

penyakit.)

Funsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruanganruangan dari

bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-

menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk

menjaga agar ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri,

terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain

ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan

serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindung kita dari

gigitan-gigitan nyamuk tersebut.

b)  Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara

tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok

dengan kondisi rumah di pedesaan.

Perlu diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak

berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan

masuk dan keluarnya udara.

Page 10: Proposal penelitian

3. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu

banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di

samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan

berkembangnya

bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,

dam akhirnya dapat merusakan mata.

Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :

a) Cahaya alamiah, yakni matahari.

Cahaya matahari ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam

rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk

cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%

sampai 20% dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam

membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak

terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai

jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar sinar matahari lama

menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tenan

tinggi dinding (tembok). Jalan masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca.

Genteng kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu

pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.

b)  Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak

tanah, listrik, api dan sebagainya.

4. Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya

luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan

yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded).

Hal ini tidaksehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu

anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang

lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap

orang (tiap anggota keluarga).

Page 11: Proposal penelitian

5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat.

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan Tinja

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

d. Pembuangan sampah

e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).

Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri

untuk rumah pedesaan, yakni:

a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari rumah tempat

tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup dari petani, maka

kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak

kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus

terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo, 2003).

2.2.3. Pembuangan

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah

tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-

bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu

lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan

sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,

bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto

Kusnoputranto,2003).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari

kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan,

dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang

80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi

dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke

sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus

dikelola atau diolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat

Page 12: Proposal penelitian

dikelompokan sebagai berikut :

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),

yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari

ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari

bahan-bahan organic.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibat

proses produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan

baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain : nitrogen, logam berat, zat pelarut

dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi

lingkungan memnjadi rumit.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari daerah :

perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada

umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenisair limbah ini sama dengan air limbah rumah

tangga.

Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan

yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air

limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut:

a). Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi.

Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit

berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur,

bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

b). Karakter kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air

bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-

sampah lainya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan

cenderung ke asam apabila sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam air buangan

terdiri dari dua gabungan,

yakni :

1.    Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan asam amino.

2.    Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan karbuhidrat, termasuk

selulosa.

c). Karakteristik bakteriologis

Page 13: Proposal penelitian

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah

tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air

buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air limbah yang tidak

diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup antara lain :

1.    Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama: kholera, typhus

abdominalis, desentri baciler.

2.    Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.

3.    Menjadi temoat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.

4.    Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

5.    Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainya.

6.    Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya.

Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap

pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung

yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut.

Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya,

sehingga air limbah perlu dibuang.

Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :

1). Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru

dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin

meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan

diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.

Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap

badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan

terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnnya dapat

menimbulkan banjir.

2). Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang

(algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam

kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak

Page 14: Proposal penelitian

perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang

terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

3). Irigasi

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk

kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan

dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi

untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,

perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik

dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

           

2.3. Pengertian Demam Berdarah Dengue

2.3.1. Defenisi DBD

Menurut Misnadiarly seorang ahli peneliti utama bidang penyakit menular langsung

Tuberkulosis, Mycobacteria, menuliskan dalam bukunya tentang Demam Berdarah Dengue

(DBD) yakni, demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Virus dengue

sebagai penyebab penyakit DBD merupakan mikroorganisme sangat kecil dan hanya dapat

dilihat dengan jenis mikroskop tertentu (elektron). Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui

vektor nyamuk genus Aedes (terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus). Virus dengue

yang berukuran 45-50 nanometer tersebut berasal dari famili Flaviviridae, yang dibedakan

atasempat macam, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang meski mirip tetapi berbeda satu

sama lain.

Seseorang yang sudah terkena satu jenis DEN, bisa terkena demamberdarah lagi dari

DEN yang lainnya dan bahkan bisa menjadi lebih fatal. Jika seseorang terkena DEN-1 misalnya,

biasanya pasien akan membaikdan tubuh akan membentuk antibodi yang mengenali DEN-1

tersebut. Jikaterkena DEN-2 misalnya, maka sistem kekebalan tubuh dapat salah mengenali virus

tersebut adalah DEN-1. Akibatnya, meski antibodi tubuh berkumpul menghadang virus, mereka

gagal menghentikan infeksi dari DEN-2 tersebut dan malah memicu terjadinya suatu reaksi

tubuh yang dikenal dengan namaAntibody Dependent Enhancement. (ADE). Virus dengue yang

tidak mati tersebut memanfaatkan antibodi tubuh untuk memperbanyak diri yang mengakibatkan

infeksi kedua tersebut bias menjadi lebih parah dari infeksi pertama, dan berakibat fatal.

Saat virus dengue berkembang di tubuh nyamuk, virus tersebut memperbanyak diri, lalu

berkumpul di saliva (air liur) nyamuk. Setelah itu, saliva bervirus tersebut dikeluarkan nyamuk

saat menggigit manusia. Sebagian besar virus tersebut berada pada kelenjar liur yang terdapat

Page 15: Proposal penelitian

pada alat tusuk nyamuk. Sehingga pada saat nyamuk tersebut menggigit manusia, maka

bersamaan dengan air liur nyamuk tersebut masuk kedalam darah manusia. Virus hanya dapat

hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel

manusia yang ditempati terutama untuk kebutuhan protein. Apabila daya tahan tubuh seseorang

yang terkena infeksi virus tersebut rendah sebagai akibatnya sel jaringan akan semakin rusak.

Apabila virus tersebut berkembang banyak, fungsi organ tubuh tersebut baik, maka akan sembuh

dan timbul kekebalan terhadap virus dengue yang pernah masuk ke dalam tubuhnya.

Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue disebarkan oleh nyamuk betina Aedes

Aegypti, sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF)

juga penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti

dimana suhu tubuh menjadi meningkat diatas normal yang cenderung dapat menimbulkan

kematian.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Demam Berdarah Dengue atau yang

lebih dikenal dengan DBD ini merupakan penyakit  demam akut yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan oleh jenis nyamuk betina Aedes Aegypti kepada manusia melalui gigitan

nyamuk kepada manusia yang dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti gejala demam yang

sangat tinggi dan dapat menimbulkan kematian.

2.3.2. Faktor Penyebab Demam Berdarah Dengue

Menurut Dinas Kesehatan DKI dalam buku yang berjudul Demam Berdarah Dengue

(DBD) yang ditulis oleh Misnadiarly, disebutkan mengenai faktor penyebab DBD tersebut, yakni

virus dengue tersebut ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti

yang merupakan faktor epidemi paling utama yang membawa dan menularkan virus dengue

tersebut kepada manusia. Faktor penyebab lain yang dapat memungkinkan seseorang dapat

terkena DBD dapat disebabkan antara lain:

a)    Dilihat dari habitat nyamuk tersebut, misalnya untuk nyamuk betina Aedes Aegypti hidup di

tempat yang padat, sehingga tempat umum untuk orang-orang yang sedang melakukan aktifitas

seperti di tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya yang memungkinkan nyamuk tersebut

dapat berhubungan langsung dengan manusia. Atau juga di kompleks perumahan yang jarak satu

rumah dengan rumah yang lain tersebut tidak terlalu jauh, seperti di wilayah rumah padat

penduduk, kostan, dan lain-lain. Sehingga kondisi lingkungan dan tempat tinggal tersebut dapat

memberikan kesempatan untuk nyamuk menularkan virus dengue kepada manusia menjadi

semakin besar.

Page 16: Proposal penelitian

b)   Perilaku masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat. Nyamuk senang bersarang di tempat-

tempat yang dapat memberikannya ruang untuk berkembang biak, misalnya di kaleng bekas

yang tergenang air apabila hujan, di bak mandi yang jarang dikuras dan terbuka. Dan juga

apabila kondisi tubuh seseorang kurang sehat, berarti kemungkinan untuk dapat tertular virus

dengue dari nyamuk akan semakin besar karena ketahanan tubuh seseorang yang lemah.

2.3.3. Penyebab/ Etiologi

Penyebab utama dalam penularan penyakit DBD kepada manusia memang disebabkan

oleh nyamuk. Namun tidak semua nyamuk dapat menularkan penyakit DBD tersebut kepada

manusia. Karena berdasarkan informasi dari data-data yang ditemukan, terdapat beberapa jenis

nyamuk yang berpotensi menularkan penyakit DBD tersebut kepada manusia selain jenis

nyamuk betina Aedes Aegypti sebagai faktor utama dalam menularkan penyakit DBD kepada

manusia. Beberapa spesies nyamuk tersebut ialah jenis nyamuk lain seperti nyamuk Aedes

Albopictus, Aedes Polynesiensis, anggota dari Aedes Scutellaris Complex, dan Aedes (Finlaya)

Niveus. Jenis nyamuk tersebut memiliki ciri khas berwarna belang putih di kakinya.

Demam berdarah tidak menular langsung dari manusia ke manusia, melainkan melalui

nyamuk sebagai perantaranya. Beberapa jenis spesies nyamuk tersebut selain Aedes Aegypti

dianggap sebagai faktor sekunder bagi nyamuk yang menularkan virus dengue kepada manusia

yang menyebabkan DBD. Karena habitat nyamuk tersebut berbeda-beda, seperti contohnya

nyamuk Aedes Aegypti merupakan nyamuk yang paling berpotensi dalam menularkan penyakit

DBD kepada manusia dan lebih banyak dikenal sebagai nyamuk yang menularkan DBD, karena

nyamuk Aedes Aegypti hidup dan berkembang biak di lingkungan yang padat, oleh karena itu

nyamuk tersebut sangat dekat dengan manusia karena hidup dan berkembang biak di lingkungan

yang sama. Sedangkan untuk jenis nyamuk lain seperti Aedes Albopictus, nyamuk tersebut hidup

di lingkungan seperti di kebun-kebun, sehingga jarang melakukan kontak dengan manusia.

 Jenis nyamuk yang menularkan virus dengue pun hanya nyamuk betina saja, karena

nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan dan sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan

untuk nyamuk betina ialah dengan menghisap darah untuk keperluan hidupnya. Serta nyamuk-

nyamuk tersebut lebih cenderung untuk menghisap darah manusia dari pada menghisap darah

hewan atau binatang. Dan dilihat dari lingkungan tempat tinggalnya, nyamuk Aedes Aegypti

tersebut lebih senang bersarang dan berkembang biak di tempat yang bersih, seperti di genangan

air dalam bak mandi dan di sudut-sudut dalam rumah seperti tempat gantungan baju.

Wilayah Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis, sehingga sering terjadi

musim penghujan. Menurut Sri Rezeki Hadi Negoro, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo,

Page 17: Proposal penelitian

demam berdarah dengue memang mencapai puncaknya pada musim hujan, tetapi bukan tidak

mungkin penyakit tersebut dapat muncul di bulan lain seperti pada musim kemarau. Karena pada

musim penghujan perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti menjadi meningkat, dimana pada

saat itu terjadi banyak genangan air yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk. Akan tetapi

apabila pada musim kemarau, sepanjang nyamuk Aedes Aegypti masih ada dan tersedianya air

sebagai sarana siklus perkembang biakannya, maka kasus demam berdarah tetap rawan.

2.3.4. Mekanisme Penularan Virus Dengue Kepada Manusia

Menurut Fatkhur Rohman Masyhudi, menuliskan dalam sebuah situs online mengenai

“Awas Demam Berdarah Dengue” yakni, saat seseorang tergigit nyamuk Aedes Aegypti yang

sudah terinfeksi. virus dengue di dalam tubuh nyamuk tersebut, maka virus dengue tersebut akan

masuk bersama air liur nyamuk kedalam tubuh manusia. Dalam tubuh manusia, terutama jika

daya tahan tubuh sedang menurun atau tidak mempunyai kekebalan terhadap virus dengue

tersebut, virus dengan cepat akan memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih serta

kelenjar getah bening yang kemudian masuk kedalam sirkulasi darah. Pada satu hingga dua hari

akan terjadi reaksi penolakan antara antibodi dengan virus dengue yang terdeteksi sebagai benda

asing oleh tubuh. Badan biasanya mengalami gejala demam dengan suhu antara 38° hingga 40°

C, sebagai akibat reaksi antibodi dengan virus tersebut akan diikuti juga dengan penurunan

trombosit. Penurunan trombosit ini mulai dapat terdeteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita

demam berlangsung sesudahnya, yakni mulai pada hari keempat dan kelima. Pada fase ini, suhu

badan akan turun, diikuti dengan melemahnya tubuh hingga bisa terjadi penurunan kesadaran

hingga hilang kesadaran yang disebut Dengue Shock Syndrome (DSS).

2.3.5. Ciri Umum Gejala Seseorang Terkena DBD

Menurut Fatkhur Rohman Masyhudi, gejala DBD tidak begitu jelas dan sering tertukar

atau menyerupai gejala demam lain seperti demam tifoid, infeksi tenggorok, infeksi otak,

campak, flu atau infeksi saluran nafas lainnya yang disebabkan oleh virus. Masyarakat awam,

bahkan seorang dokter ahli pun kadang sulit mendeteksi lebih awal diagnosis DBD. Gejala awal

DBD tidak khas, hampir semua infeksi akut pada awal penyakitnya menyerupai DBD. Gejala

khas seperti pendarahan pada kulit atau tanda pendarahan lainnya kadang terjadi hanya di akhir

periode penyakit. Tragisnya bila penyakit ini terlambat didiagnosis, maka kondisi penderita sulit

diselamatkan. Perjalanan penyakitnya sangat cepat, dalam beberapa hari bahkan dalam hitungan

jam penderita bisa masuk dalam keadaan

Page 18: Proposal penelitian

kritis. Untuk menghindari keterlambatan diagnosis DBD, maka perlu diketahui deteksi dini dan

tanda bahaya DBD. Jika terdapat gejala klinis seperti dibawah ini, sebaiknya diwaspadai

kemungkinan demam berdarah.

Berikut ciri-ciri dan gejala seseorang terkena DBD :

a)    Mendadak panas tinggi selama 2 -7 hari, tampak lemah lesu, suhu badan antara 38-40°C. Pada

demam berdarah, dikenal pola demam pelana kuda (demam beberapa hari naik lalu turun, dan

naik kembali sehingga menyerupai bentuk pelana kuda). Selain itu apabila panas tersebut tidak

disertai batuk, pilek dan sakit tenggorokan, atau di lingkungan rumah tidak ada yang menderita

penyakit flu, maka perlu dicurigai kemungkinan terkena DBD.

b)   Sakit kepala, badan dan sendi terasa pegal dan linu. Tampak bintik-bintik merah pada kulit, dan

jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang.

c)    Kadang-kadang pendarahan di hidung (mimisan). Perut tidak enak, ada rasa mual dan muntah.

Jika sudah berat, buang air besar dan muntah bercampur darah.

d)   Kadang-kadang nyeri pada ulu hati karena terjadi pendarahan di lambung.

e)    Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, dan berkeringat.

Pemeriksaan laboratorium yang menunjang dugaan demam berdarah seperti turunnya

trombosit (sel darah yang berperan untuk pembekuan darah), naiknya hematokrit (penunjuk

kekentalan darah). Ada juga pemeriksaan jenis virus yang menyerang. Infeksi virus dengue

dalam tubuh dapat menyebabkan naiknya pembuluh darah yang menyebabkan cairan plasma

tubuh merembes keluar pembuluh darah. Inilah yang menyebabkan kekentalan darah (yang

ditunjukan oleh kadar hematokrit dan kadar hemoglobin) meningkat dan penderita akan

mengalami dehidrasi. Selain itu, pembuluh darah juga menjadi rapuh dan rusak, sehingga mudah

terjadi pendarahan. Virus tersebut juga dapat memicu mekanisme dalam tubuh yang dapat

menyebabkan faktor pembekuan darah, dan juga penurunan trombosit yang kurang dari 150.000.

Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-5. Karena masa paling kritis yang

dapat menyebabkan kematian adalah pada saat penderita mengalami syok. Bisa dari akibat

pendarahan yang banyak atau akibat kebocoran cairan tubuh yang tidak terlihat dari luar.

Waktu yang paling kritis adalah hari-hari pertama setelah panas turun, bukan pada saat

panas sedang tinggi-tingginya. Oleh karenanya pasien DBD yang dirawat di Rumah Sakit

biasanya tidak diperbolehkan pulang dahulu walaupun suhu panas badannya sudah turun.

2.3.6. Profil Seseorang yang Dapat Terkena DBD

Page 19: Proposal penelitian

Menurut Misnadiarly, demam berdarah dengue merupakan penyakit yang senantiasa ada

sepanjang tahun di Indonesia. Oleh karena itu disebut penyakit epidemis. Penyakit ini

menunjukan peningkatan jumlah orang yang terserang setiap 4-5 tahun. Kelompok yang sering

terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun, walaupun dapat pula mengenai bayi di bawah umur 1

tahun. Akhir akhir ini banyak juga megenai orang dewasa muda umur 18-25 tahun. Laki-laki dan

perempuan sama-sama dapat terkena tanpa terkecuali. Cara hidup nyamuk terutama nyamuk

betina yang mengigit pada pagi dan siang hari, kiranya menjadi penyebab seseorang untuk

terkena demam berdarah. Nyamuk Aedes Aegypti yang menyukai tempat teduh, terlindung

matahari, dan berbau manusia, oleh karena itu anak-anak atau balita yang masih membutuhkan

tidur pagi dan siang hari sering kali dengan mudah menjadi sasaran gigitan nyamuk. Sarang

nyamuk selain di dalam rumah, juga banyak dijumpai di sekolah, apalagi apabila keadaan kelas

gelap dan lembab.

Menurut Aman B. Pulungan, dari RSIA Hermina Jati Negara, awalnya demam berdarah

memang lebih banyak menyerang anak-anak, tapi sekarang telah terjadi pergeseran, orang

dewasa yang terkena pun cukup banyak. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor daya tahan tubuh,

seperti jika orang dewasa tersebut kurang menjaga kondisi tubuhnya seperti berolah raga dan

pola makan yang tidak baik dan sehat dapat menyebabkan ketahanan tubuh seseorang menjadi

berkurang, jenis makanan yang dikonsumsi sangat mempengaruhi kesehatan. Apalagi pada

zaman sekarang ini orang-orang cenderung menyukai hal-hal yang instan, termasuk dalam

mengkonsumsi makanan seperti makanan cepat saji yang tidak terlalu baik dikonsumsi tubuh,

apalagi jika dalam jumlah yang banyak. Hal lain yang bisa mempengaruhi kondisi tubuh ialah

karena orang dewasa cenderung mudah didera stress, sehingga perhatian terdahap kondisi tubuh

bisa jadi berkurang, seperti berkurangnya nafsu makan, kestabilan kondisi tubuh menjadi

berkurang, dan lain-lain. Pengaruh kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi daya tahan

tubuh seseorang, seperti di daerah perkotaan yang kadar polusinya sangat tinggi, sehingga orang

dapat menghirup udara kotor yang sudah tercemar.

Di samping nyamuk Aedes Aegypti yang senang hidup di dalam rumah, juga terdapat

nyamuk Albopictus yang dapat menularkan penyakit DBD. Nyamuk Aedes Albopictus hidup di

luar rumah, di kebun yang rindang, sehingga anak usia sekolah dapat terkena gigitan nyamuk

ketika sedang bermain, atau pada orang dewasa jika melakukan aktivitas seperti bekerja atau

berkebun. Faktor daya tahan anak yang masih belum sempurna seperti halnya orang dewasa,

agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak terkena penyakit DBD dibandingkan

orang dewasa. Di perkotaan, nyamuk sangat mudah terbang dari satu rumah ke rumah lainnya

Page 20: Proposal penelitian

dari rumah ke kantor, atau tempat umum seperti tempat ibadah, dan lain-lain. Oleh karena itu,

orang dewasa pun menjadi sasaran berikutnya setelah anak-anak, terutama dewasa muda (18-25

tahun) sesuai dengan kegiatan kelompok ini pada siang hari di luar rumah. Walaupun demikian,

pada umumnya penyakit DBD dewasa lebih ringan dari pada anak-anak.

2.4. Upaya Pencegahan DBD

Sampai sekarang ini obat untuk membunuh virus dengue masih belum ada, menurut

data yang diperoleh dari buku dengan judul Demam Berdarah Dengue (DBD) oleh Misnadiarly.

Karena obat untuk virus dengue belum ada maka harapan lainnya adalah dibuatnya vaksin

dengue, yang sampai saat ini masih dalam taraf penelitian dan belum beredar. Oleh karena itu

satu-satunya cara sementara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari

terjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue kepada manusia ialah dengan melakukan

pencegahan semaksimal dan seefektif mungkin di lingkungan masyarakat. Berbagai penyuluhan

tentang pencegahan DBD rutin diadakan setiap tahunnya. Menurut Udeg Daman P, ketua

Perhimpunan Ahli Epidemologi Indonesia Jabar,

penyakit selalu berkaitan dengan perilaku manusia. Kampanye perilaku hidup sehat agar

terhindar dari DBD sudah sejak lama di dengungkan, seperti langkah 3M yang sering digalakan

saat diadakan penyuluhan pencegahan DBD kepada masyarakat, yakni:

a)    Mengubur / menyingkirkan barang bekas

b)   Menutup tempat penampungan air

c)    Menguras / membersihkan tempat penyimpanan air

Selain itu, pengasapan / fogging atau yang biasa disebut dengan penyemprotan DBD

pun sering dilakukan dan diandalkan sebagai upaya dalam pemberantasan nyamuk DBD. Namun

sistem pengasapan tersebut ternyata hanya membunuh nyamuk dewasanya saja, sedangkan jentik

dan telur nyamuk sebagai bakal nyamuk lainnya tidak tersentuh oleh pengasapan. Selain itu

upaya lain yang dapat dilakukan ialah dengan menggunakan bubuk abate, juga dengan

memelihara jenis ikan tertentu di dalam tempat penampungan air, sehingga jentik dan telur bakal

nyamuk DBD tersebut bisa habis dimakan oleh ikan yang ditempatkan dalam tempat

penampungan air tersebut. Namun penyuluhan pencegahan saja belum tentu dapat mengatasi

masalah tersebut, peran aktif, nyata serta kontinyu oleh masyarakat merupakan usaha yang

paling penting dalam menanggulangi masalah DBD ini.

2.4.1. Penanganan Demam Berdarah Dengue

Page 21: Proposal penelitian

Menurut Fatkhur Rohman Masyhudi, penanganan awal DBD, dimulai pada saat

munculnya gejala demam, penderita dianjurkan untuk beristirahat kemudian memberikan asupan

cairan sebagai pengganti plasma darah yang mulai keluar dari pembuluh darah. Saat ini, cairan

yang dianjurkan adalah larutan gula dan garam atau oralit yang komposisinya dinilai setara

dengan plasma darah.

Pemakaian jus jambu, susu manis atau teh manis bisa saja digunakan sebagai penyerta,

bergantian antara asupan larutan gula-garam. Jika pada hari ketiga, demam masih juga belum

turun, diajurkan untuk segera dibawa ke dokter untuk pemeriksaan trombosit.

Setelah seseorang mengetahui gejala awal seseorang terkena penyakit DBD, maka diperlukan

penanganan dan perawatan yang cepat dan tepat agar penyakit tersebut tidak semakin parah.

Karena ternyata penyembuhan DBD sangat tergantung pada perawatan dan penanganan

yang cepat. Berikut pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada penderita DBD:

a)    Memberikan minum sebanyak-banyaknya kira-kira 2 liter (8 gelas) dalam satu hari atau 3

sendok makan setiap 15 menit. Dengan memberikan minum yang banyak diharapkan cairan

dalam tubuh tetap stabil.

b)   Demam yang tinggi demikian juga mengurangi cairan tubuh dan dapat menyebabkan kejang

pada penderita yang mempunyai riwayat kejang bila demam tinggi. Untuk menurunkan demam,

beri obat penurun panas yang berasal dari golongan parasetamol atau asetaminophen. Tidak

disarankan untuk diberikan jenis asetosal atau aspirin karena dapat merangsang lambung

sehingga akan memperberat bila terdapat pendarahan lambung.

c)    Apabila penderita demamnya terlalu tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan

kompres dingin, karena kompres dingin dapat menyebabkan penderita menggigil.

d)   Sebagai tambahan, untuk penderita yang mempunyai riwayat kejang demam di samping obat

penurun panas dapat diberikan obat anti kejang.

e)    Pada awal sakit yaitu demam 1-3 hari, sering kali gejala menyerupai penyakit lain seperti radang

tenggorok, campak, atau demam tifoid (tifus). Oleh sebab itu diperlukan kontrol ulang ke dokter

apabila demam tetap tinggi 3 hari terus menerus apalagi jika penderita bertambah lemah dan

lesu.

f)    Untuk membedakan dengan penyakit lainnya seperti tersebut di atas, pada saat ini diperlukan

pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah darah

g)   keadaan penderita cenderung menjadi kental atau lebih.

Page 22: Proposal penelitian

h)   Apabila masih baik, artinya tidak ada tanda kegawatan dan hasil laboratorium darah masih

normal, maka penderita dapat berobat jalan. Kegawatan masih dapat terjadi selama penderita

masih demam sehingga pemeriksaan darah sering kali perlu diulang kembali.

Menurut Widodo Judarwanto menuliskan dalam website nya mengenai “Demam

Berdarah Dengue atau Bukan?” yakni, secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara

khusus pada penderita DBD. Penyakit ini adalah self limiting desease atau penyakit yang dapat

sembuh dengan sendirinya. Prinsip

pengobatan secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya natrium) dan

glukosa. Pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti air buah atau

minuman yang manis, dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita DBD. Hal

penting dalam kasus DBD ini bukan mengobati tetapi melakukan pencegahan sejak dini. Tetapi

tidak ada jaminan seseorang akan luput sepenuhnya hanya dengan melakukan pencegahan saja.

Paling tidak adalah kemampuan dan ketanggapan dalam mendeteksi dini penyakit

DBD tersebut secara cermat dan benar, serta melakukan penanganannya secara cepat dan tepat

apabila sudah terlanjur terkena penyakit DBD tersebut. Sehingga setidaknya dapat mengurangi

kemungkinan untuk tidak sampai pada keadaan yang lebih parah yang tidak diinginkan seperti

kematian.

2.4.2. Kapan Penderita Dibawa ke Rumah Sakit

Seorang yang diduga menderita demam berdarah akan mengalami bahaya apabila

mendapat syok dan pendarahan hebat. Untuk mencegah hal-hal tersebut, penderita dianjurkan

dirawat di rumah sakit. Seseorang harus dirawat di rumah sakit apabila dianjurkan dirawat di

rumah sakit dan menderita gejala-gejala di bawah ini:

a. Demam terlalu tinggi (lebih dari 39° C atau lebih)

b. Muntah terus-menerus

c. Tidak dapat atau tidak mau minum sesuai dengan anjuran

d. Kejang

e. Pendarahan hebat, muntah atau berak darah.

f. Nyeri perut hebat.

g. Timbul gejala syok, gelisah atau tidak sadarkan diri, napas cepat, seluruh badan teraba dan

lembab, bibir dan kuku kebiruan, merasa haus, kencing berkurang atau tidak sama sekali.

h.  Hasil laboratorium menunjukan peningkatan kekentalan darah dan atau penurunan jumlah

trombosit.

Page 23: Proposal penelitian

Perlu diingatkan, pada saat mengantar penderita untuk dirawat, sesaat setelah tiba di

rumah sakit segera diberitahukan kepada perawat bahwa penderita kemungkinan menderita

demam berdarah. Pemberitahuan ini perlu disampaikan kepada perawat atau dokter yang

menerima pertama kali untuk mendapat pertolongan lebih cepat. Penderita dalam keadaan gawat

memerlukan pertolongan segera dan makin cepat ditolong akan memperbesar kemungkinan

untuk sembuh kembali. Apabila salah satu anggota keluarga menderita sakit demam berdarah,

karena mudah menular melalui gigitan nyamuk, sebaiknya segera berobat untuk memastikan

apakah tertular demam berdarah atau tidak.

2.4.3 Kasus Kematian yang Disebabkan oleh DBD

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan dalam salah satu situs jurnal,

penyakit DBD selalu ada sepanjang tahunnya. Dan kematian merupakan akibat yang dapat

ditimbulkan dari penyakit DBD tersebut apabila penderita yang menunjukan gejala DBD

tersebut terlambat untuk ditangani. Tidak hanya itu saja, beberapa kasus penyebab kematian

berdasarkan data yang diperoleh ternyata juga dapat disebabkan karena salah persepsi bagi

penderita gejala DBD tersebut. Demam tinggi merupakan salah satu gejala yang umum dirasakan

seseorang terserang penyakit DBD, namun yang menyebabkan pada akhirnya penderita

terlambat untuk ditangani sehingga dapat menimbulkan kematian dalam hal ini penderita kurang

tanggap akan apa sebenarnya penyakit yang dialaminya tersebut dan dapat pula disebabkan

kurang cepat dalam melakukan penanganan. Biasanya penderita mengira bahwa demam yang

dialami merupakan demam tinggi biasa atau pun gejala penyakit lain seperti misalnya tifus.

Apabila penderita memiliki daya tahan yang kurang dan lambatnya dalam melakukan

penanganan maka hal tersebut dapat menimbulkan kematian bagi penderita. Namun jika

seseorang memiliki daya tahan tubuh yang kuat, maka dapat memperkecil kemungkinan untuk

tertular penyakit DBD tersebut.

Menurut beberapa informasi data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa,

kematian yang disebabkan oleh DBD ialah karena keterlambatan seseorang dalam menangani

penyakit DBD tersebut sehingga membawa penderita pada keadaan yang lebih parah dan

menimbulkan kematian

apabila didukung dengan ketahanan tubuh yang rendah. Sehingga kemungkinan kematian

apabila seseorang terlanjur terjangkiti penyakit DBD tersebut akan dapat dihindari dengan

perawatan dan penanganan yang cepat dan tepat.

Page 24: Proposal penelitian

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Dari tujuan khusus yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep penelitian adalah:

 

Skema 2.1Kerangka Konsep Penelitian

Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kebersihan Lingkungan dengan Upaya Pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan

Tuntungan

Page 25: Proposal penelitian

2.5  Hipotesa Penelitian

Dari kerangka konsep di atas, maka hipotesa penelitian adalah:

1.    Ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dengan upaya

pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

Page 26: Proposal penelitian

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1    Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasional dengan pendekatancross-

sectional (sekat silang) yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan variabel yaitu

pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD di

wilayah kerja Puskesmas Simalingkar.

3.2    Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1   Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Simalingkar,  Kecamatan Medan Tuntungan. Alasan memilih tempat penelitian ini yaitu: di

wilayah kerja Puskesmas Simalingkar  ini terdapat banyak penderita DBD dan belum pernah

dilakukannya penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan

lingkungan dengan upaya pencegahan DBD.

3.2.2        Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan bulan April tahun 2012.

3.3    Populasi dan Sampel

3.3.1   Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DBD sebanyak 140 orang di wilayah

kerja Puskemas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

3.3.2   Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Menurut Arikunto (2006) apabila

subjeknya < 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 %- 15 % atau 20%-25% atau

lebih.

Adapun criteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Penderita DBD di Wilayah kerja Puskesmas Simalingkar

2.    Memiliki kesadaran penuh dan tidak mengalalami disorientasi tempat, waktu.

3.    Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik.

Page 27: Proposal penelitian

4.    Bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti prosedur penelitian sampai dengan tahap

akhir.

3.4    Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan komputer dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1.    Editing

Memeriksa kelengkapan jawaban responden dalam kuesioner dengan yujuan agar data yang

dimaksud dapat diolah secara benar.

2.    Coding

Dalam langkah ini peneliti merubah jawaban responden menjadi bentuk angka-angka yang

berhubungan dengan variabel peneliti untuk memudahkan dalam pengelolaan data.

3.    Skoring

Dalam langkah ini peneliti menghitung skor yang diperoleh setiap responden berdasarkan

jawaban atas pernyataan yang diajukan.

4.    Tabulating

     Memasukkan hasil penghitungan kedalam bentuk tabel, untuk melihat persentase dari jawaban

yang telah ditemukan.

3.5 Etika Penelitian

Peneliti menjelaskan kuesioner ini tidak untuk penilaian tetapi hanya untuk mengetahui

sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat dengan upaya pencegahan DBD. Untuk menjaga

kerahasiaan data, responden tidak mencantumkan nama, tetapi mengunakan inisial. Calon

responden dipersilahkan untuk menanda tangani informed consent, tetapi jika calon responden

tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama

proses pengumpulan data berlangsung.

3.6    Defenisi Operasional

Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel bebas dan variabel terikat yaitu:

1.    Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang kebersihan

lingkungan dan.

2.    DBD adalah  penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

Page 28: Proposal penelitian

3.      Upaya pencegahan DBD adalah segala upaya yang dilakukan responden untuk mencegah dan

menghindari terjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue kepada manusia semaksimal dan

seefektif mungkin di lingkungan masyarakat.

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Aspek Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan responden, menggunakan kuesioner dan memberi skor

tiap jawaban yang disediakan. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan. Bila jawaban benar skornya

1, dan bila jawaban salah skornya 0.

Skor terendah yang dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 10. Semakin tinggi skor

semakin baik pengetahuan responden. Untuk menghitung total skor dari tiap pengetahuan

responden dengan menggunakan skala interval.

P =   = 3,3

Berdasarkan hasil skala interval di atas maka didapatkan rentang kelas yaitu 3, sehingga skor

untuk tiap kategori pengetahuan adalah:

Pengetahuan baik              :      7 - 10

Pengetahuan cukup           :      4 - 6

Pengetahuan kurang          :      0 - 3

3.7.2 Aspek Pengukuran Tindakan/Pencegahan

Tindakan pencegahan diukur dengan menggunakan mean. Disediakan 10 (sepuluh)

pertanyaan dengan memilih satu jawaban yang benar. Disediakan dengan 4 (empat) pilihan tidak

pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu. Untuk jawaban yang paling tepat di beri nilai 4

(empat), dan jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol). Maka total skor jawaban tertinggi adalah 40

(empat puluh), dan skor terendah adalah 0 (nol). Setelah skor dijumlahkan, total skor

dibandingkan dengan menggunakan mean, yaitu:

Keterangan:

     : Rata-rata

Page 29: Proposal penelitian

  : Jumlah skor semua responden

     : Jumlah reponden

Berdasarkan rumus mean diatas, maka skor untuk kategori sikap adalah:

Sikap positif      :      skor >   rata-rata (Mean)

Sikap negatif     :      skor <   rata-rata (Mean)

3.8 Pengolahan dan Teknik Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan komputer dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1.        Editing

Memeriksa kelengkapan jawaban responden dalam kuesioner dengan yujuan agar data yang

dimaksud dapat diolah secara benar.

2.        Coding

Dalam langkah ini peneliti merubah jawaban responden menjadi bentuk angka-angka yang

berhubungan dengan variabel peneliti untuk memudahkan dalam pengelolaan data.

3.        Skoring

Dalam langkah ini peneliti menghitung skor yang diperoleh setiap responden berdasarkan

jawaban atas pernyataan yang diajukan.

4.        Tabulating

Memasukkan hasil penghitungan kedalam bentuk tabel, untuk melihat persentase dari jawaban

yang telah ditemukan.

3.8.2   Teknik Analisa Data

Analisis data kemudian dilanjutkan menggunakan uji statistik Chi-Squaredengan tingkat

kemaknaan α = 0,05 dengan rumus sebagai berikut : (Arikunto,2006)

 = (b – 1) (k – 1)

Keterangan :

X2    =   Chi-Square

Page 30: Proposal penelitian

Fo   =   Frekuensi yang diperoleh dari sampel

Fh   =   Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari

                        frekuensi yang diharapkan dalam tabel.

    =   Derajat  kebebasan

b1    =   Baris

k     =   Kolom

Menguji penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian ini maka dapat dilihat dari

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa :

1.    Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu nilai X2 hitung > X2 tabel atau nilai probabilitas (p) < 0,05,

maka ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan upaya pencegahan DBD di wilayah

kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

2.    Ho diterima dan Ha ditolak, yaitu nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai probabilitas (p) > 0,05,

maka tidak ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tengang kebersihan lingkungan

dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan

Tuntungan.