Upload
fahmialhaqqi
View
1.204
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Document in Bahasa Indonesia - This thesis propose about correlation between Globalisation, Information Technology and Creative Community.
Citation preview
TeleCommuniCity | 1
TeleCommuniCity
Eksplorasi bentukan kota dengan melihat aspek Teknologi Informasi dan Globalisasi tahap tiga di masa mendatang.
Fahmi Alhaqqi – 256 09 004
Topik :
Penelitian ini menekankan pembahasan tentang perkembangan kota dengan
melihat aspek teknologi informasi Web 2.0 dan Proses Globalisasi tahap tiga serta
pengaruhnya terhadap wujud atau bentukan kota di masa mendatang. Hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi wacana bagi urban design ke depannya.
1. Latar Belakang Penelitian
Munculnya World Wide Web atau jamak disebut Internet merupakan revolusi
informasi yang efeknya luar biasa dari segala sisi termasuk urban design didalamnya.
Jika dahulu dengan munculnya revolusi industri merubah bentukan kota dengan
munculnya berbagai macam bentuk dari ketergantungan kota terhadap automobil lalu
transit oriented development, new urbanism dan lain lain yang pada intinya adalah
kota memfasilitasi pergerakan dengan kendaraan, maka bagaimana dengan kota pada
masa teknologi informasi, dimana data atau informasi yang bergerak dengan cepat
sehingga memungkinkan pergerakan manusia menjadi lebih sedikit dan singkat.
Thesis ini mencoba mengeksplorasi, mencari dan menjelaskan bagaimana bentukan
kota di era informasi di masa mendatang.
2. Persoalan Penelitian
Proses perkembangan teknologi informasi dan globalisasi menjadi pengaruh yang
tidak dapat dilepaskan dari bentukan kota di masa mendatang. Hingga saat ini belum
ada penjelasan mengenai sejauh mana perubahan tersebut sehingga kota pada masa
sekarang dibangun atau direncanakan hanya untuk menjawa isu yang ada pada masa
sekarang dan tidak menjawab isu yang sudah menghadang didepan mata, sehingga
perencanaan kota tidak sustainable bagi tantangan globalisasi tahap tiga dan
perkembangan dari teknologi informasi yang semakin cepat.
TeleCommuniCity | 2
3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana wujud perkembangan kota dengan melihat aspek teknologi informasi Web
2.0 dan Proses Globalisasi tahap tiga.
4. Tujuan , Sasaran dan Manfaat Penelitian
4.1. Tujuan Penelitian
Menjelaskan pola dan proses perkembangan serta bentukan kota dengan melihat
aspek teknologi informasi Web 2.0 dan Proses Globalisasi tahap tiga.
4.2. Sasaran Penelitian
a. Mengidentifikasi pola tata ruang dengan melihat perkembangan teknologi
informasi dan globalisasi serta.
b. Menggambarkan secara visual wujud perkembangan tata ruang dengan melihat
perkembangan teknologi informasi dan globalisasi.
4.3. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberikan wawasan tentang pemanfaatan potensi dari perkembangan teknologi
informasi serta perubahan tren global yang berdampak pada perubahan karakter
kota sebagai sumber referensi dalam pengembangan urban desain lebih lanjut.
b. Memberikan pemahaman kritis tentang teori kota pada masa post industrialism
dan post modernism.
c. Memberikan gambaran secara visual dari hasil penelitian.
d. Menambah khasanah pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran dalam kaitannya terhadap teknologi informasi dan urban desain
ataupun bahan penelitian lebih lanjut.
5. Kajian Pustaka
Perkembangan kota tidak lepas dari efek globalisasi dengan rangkaian peristiwa yang
mengubah dunia, Thomas L. Friedman dalam bukunya The World Is Flat
menguraikan globalisasi kedalam 3 tahapan, tahap pertama ketika Columbus berlayar
membuka perdagangan antara dunia lama dan dunia baru hingga sekitar tahun 1800,
tahap kedua berlangsung ketika Revolusi Industri lahir akibat ditemukannya Mesin
Uap oleh James Watt sehingga terjadi ekspansi perusahaan–perusahaan bermodal
gabungan dari Inggris dan Belanda yang menimbukan perpindahan manusia besar-
besaran dari desa ke kota industri untuk terlibat dalam proses industri yang sedang
TeleCommuniCity | 3
menggejala ketika itu, sedangkan tahap ketiga terjadi dengan jatuhnya biaya
telekomunikasi berkat penyebaran telegraf, telepon, PC, satelit, serat optik dan World
Wide Web versi awal yang memudahkan antar manusia dan perusahaan
berkomunikasi dan hal itu menyebabkan tatanan dunia menjadi datar.
Perkembangan Kota Global
Menarik untuk dicermati karena konteks globalisasi saat ini sudah berbeda jauh
dengan globalisasi di periode sebelumnya, konsep kota global yang dikemukakan oleh
Geddes pada tahun 1915 lalu kemudian disebarluaskan oleh Hall pada tahun 1966
dalam The World Cities disebutkan bahwa Hall membedakan kota global berdasarkan
jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan, dengan variabel tersebut Hall
menyebutkan kota global pada tahun 1966 adalah London, Paris, Randstad, Rhine-
Ruhr, Moscow, New York dan Tokyo.
Pada tahun 1986 Friedmann mencoba menyusun hirarki kota global menjadi dua
tingkatan yaitu kota primer dan sekunder, kriteria yang diambil adalah status finansial,
pusat industri, transportasi, perusahaan trans-nasional, kehadiran lembaga
internasional, tingkat pelayanan ekonomi dan ukuran populasinya. Berdasarkan
kriteria tersebut, Friedmann menyebutkan Kota Primer pada tahun 1986 adalah
London, Paris, Rotterdam, Frankfurt, Zurich, New York, Chicago, Los Angeles dan
Tokyo. Sedangkan di negara inti yang sekunder adalah Brussels, Milan, Vienna,
Madrid, Toronto, Miami, Houston, San Fransisco dan Sidney. Di Negara agak pinggir
yang sekunder adalah Buenos Aires, Rio de Janeiro, Caracas, Mexico City,
Hongkong, Taipeh, Manila, Bangkok, Seoul dan Johanessburg.
Thrift pada tahun 1989 mengkategorikan kota global menjadi tiga strata, strata
pertama adalah benar-benar pusat kota global yang diindikasikan dengan banyaknya
kantor pusat, cabang kantor dan kantor pusat regional dari perusahaan-perusahaan dan
bank besar, mereka melakukan kegiatan perdagangan besar berskala dunia. Pada strata
kedua diindikasikan dengan adanya pusat-pusat zona yang memiliki kantor-kantor
perusahaan besar dengan berbagai tipe dan pelayanan sedangkan strata ketiga
diindikasikan dengan adanya pusat-pusat regional yang memiliki kantor-kantor
perusahaan dan kantor finansial tetapi tidak berperan secara signifikan dalam jaringan
internasional. Dengan strata tersebut, kota pusat global menurut Thrift adalah New
York, London dan Tokyo, strata kedua adalah Paris, Singapura, Hongkong dan Los
TeleCommuniCity | 4
Angeles dan strata ketiga adalah Sydney, Chicago, Dallas, Miami, Honolulu dan San
Fransisco. Sedangkan menurut Friedman (2006), kota global di masa ini adalah kota
yang diisi oleh keanekaragaman individu yang membentuk kelompok/komunitas dan
menurut Richard Florida (2002), kota global dipengaruhi oleh Talent, Technology &
Tolerance.
Globalisasi dari masa ke masa
Pada Globalisasi tahap pertama, invasi negara-negara yang lebih maju pada alat dan
teknologi jelajahnya menjadi raja dunia dengan menginvasi negara-negara atau
wilayah yang kaya material alam namun tidak dapat mengolahnya, sehingga
persaingan yang terjadi adalah persaingan antar negara. Globalisasi tahap kedua
diawali dengan disempurnakannya mesin uap lebih dari dua abad yang lalu oleh
James Watt dan Matthew Boulton memercik peristiwa Revolusi Industri pada abad
18-19 sehingga terjadi ekspansi perusahaan–perusahaan bermodal gabungan dari
Inggris dan Belanda yang menimbukan perpindahan manusia besar-besaran dari desa
ke kota industri untuk terlibat dalam proses industri yang sedang menggejala ketika
itu yang pada akhirnya memacu perubahan bentuk kota yang semula berdasar pada
agrikultur menjadi berorientasi pada industri.
TeleCommuniCity | 5
Tak pelak Revolusi Industri memainkan peranan penting dalam perubahan bentukan
kota dari awal abad 19 hingga kini. Selama periode itu bentukan kota banyak
dipengaruhi oleh dampak Revolusi Industri. Persaingan yang terjadi pada globalisasi
tahap kedua ini mulai bergeser dari persaingan antar Negara menjadi persaingan antar
perusahaan. Perusahaan-perusahaan mulai berinvasi untuk mendapat sumber daya
yang murah baik sumber daya alam ataupun sumber daya manusia.
Globalisasi tahap ketiga dimulai dengan ditemukannya teknologi telekomunikasi yang
memudahkan orang untuk bertukar informasi dari sejak penemuan telepon oleh
Alexander Graham Bell hingga Tim Berners-Lee menemukan World Wide Web dan
mempublikasikan website pertama didunia pada 6 Agustus 1991. Hal ini didukung
dengan penemuan World Wide Web yang membuat konektivitas antar PC menjadi
tidak berbatas, sehingga terjadi ledakan dotcom pada periode 1995an.
Sejak ditemukannya World Wide Web oleh Tim Berners-Lee, dunia sudah tidak
melihat jumlah penduduk sebagai kriteria utama kehebatan suatu kota ataupun negara,
TeleCommuniCity | 6
namun lebih kepada bagaimana kota tersebut memiliki akses terhadap dunia
informasi, infrastruktur kabel bawah laut dan aksesbilitas internet yang cepat dan
murah untuk rakyatnya. Oleh karena itu, kota Bangalore di India yang bahkan tidak
termasuk dalam strata ketiga menurut Thrift pada tahun 1989, sekarang memegang
peranan yang cukup signifikan dalam globalisasi. Hal ini tentu akan mempengaruhi
perkembangan kota yang semula sangat bergantung pada mobilitas dengan
menggunakan media kendaraan menjadi mobilitas pada data dengan koneksi
broadband yang semakin cepat.
Perkembangan globalisasi tahap tiga lebih menekankan pada persaingan individu dan
komunitas di kancah global, kota sebagai tempat bernaungnya para individu dan
komunitas pun tidak lepas dari pengaruh globalisasi tahap tiga ini. Richard Florida1
mengungkapkan bahwa masa mendatang, perusahaan yang akan menjemput individu-
individu pada komunitas kreatif pada kota dimana mereka bermukim, tidak lagi
individu yang mengikuti dimana ada pekerjaan namun pekerjaan dan perusahaan yang
mengikuti komunitas kreatif pada suatu kota.
1 Creative and The City
TeleCommuniCity | 7
Perubahan Bentuk Kota
Sejarah mencatat perubahan bentuk kota selalu diawali oleh peristiwa yang merubah
tatanan global, revolusi industri merubah bentuk kota dari kultur agraris menjadi kota
industri. Saat ini dengan munculnya globalisasi tahap ketiga yang diawali dengan
adanya revolusi informasi tentu akan merubah bentuk kota, dari kota dengan
ketergantungan pada industri/mesin menjadi kota dengan informasi sebagai dasarnya.
Ditemukannya mesin uap yang kemudian diikuti dengan penemuan teknologi alat
bantu lainnya yang berbasis mesin untuk memudahkan manusia salah satunya adalah
penemuan kendaraan bermotor, terlebih setelah Ford model T diluncurkan dengan
konsep produksi massal, semakin membantu mempermudah pergerakan manusia dari
satu tempat menuju tempat lain. Pada akhirnya penemuan kendaraan ini merubah
bentuk dasar kota, dimulai dengan kebutuhan akan jalan raya untuk lajur lintasan
kendaraan. Pada era ini, Le Corbusier dengan konsep Contemporary City menyatakan
kota yang sukses adalah kota yang direncanakan atau dibuat untuk mengakomodasi
kecepatan (dalam hal ini kendaraan). Dengan booming industri automobil membuat
ketergantungan pada kendaraan sangat tinggi sehingga merubah bentuk kota dari efek
urban sprawl.
A Contemporary City – Le Corbusier
TeleCommuniCity | 8
Kebergantungan kota terhadap automobil dikritik dengan teori Transit Oriented
Development, dimana pergerakan kendaraan pribadi ditekan digantikan dengan
angkutan transportasi massal, sehingga terbentuk jaringan urban-sub urban yang
mewarnai bentukan kota. Munculnya daerah sub-urban baru ini memang mengatasi
ketergantungan terhadap kendaraan tetapi menimbulkan gentrifikasi penduduk local
yang tidak mampu mengikuti kenaikan harga tanah menjadi tersingkir dan tinggal
diantara wilayah sub-urban, alhasil urban sprawling tetap tidak dapat dihindari.
Transit Oriented Development – Le Corbusier
Dewasa ini muncul revolusi baru yaitu revolusi informasi, dimana persebaran data
menjadi hal yang utama, tren pun banyak berkembang dimana pekerjaan tidak perlu
datang ke kantor, dengan kata lain dapat bekerja dimana saja, tidak hanya itu,
munculnya jejaring sosial pun menjadi bibit munculnya komunitas-komunitas lintas
kota bahkan negara. Jika melihat kembali ungkapan Le Corbusier yaitu kota yang
sukses adalah kota yang direncanakan atau dibuat untuk mengakomodasi kecepatan
(dalam hal ini kendaraan) nampaknya perkembangan kota di masa mendatang akan
bergantung pada kecepatan, yaitu kecepatan transfer data/informasi. Hal inilah yang
menarik untuk dikaji pada thesis ini, seperti apakah bentuk kota yang berdasar pada
informasi/data.
6. Metoda Penelitian
TeleCommuniCity | 9
Penelitian ini merupakan studi perkembangan kota dengan melihat hubungan/korelasi
antara teknologi informasi dan proses globalisasi dengan pola tata ruang pada masa
sekarang dan perkembangannya di masa mendatang dengan dasar dari teknologi
informasi tersebut. Pembahasan penelitian ini merupakan deskripsi argumentatif
dengan teknik menceritakan, dilakukan secara kualitatif untuk menganalisa tren yang
berkembang dan divisualisasikan dengan menggunakan analisa kuantitatif dengan
melihat bentukan pola jejaring social sebagai media teknologi informasi dan
diaplikasikan secara visual. Penelitian dilakukan dengan metoda induktif dengan
pembahasan yang menghasilkan suatu teori lalu mengaplikasikannya pada ruang
urban spasial di suatu objek kota.
6.1. Tahapan Penelitian
Secara umum langkah penelitian yang dilakukan adalah Desk Research, dimana data
diperoleh dari literatur dan internet dan dilakukan sebagai berikut:
a) Studi kepustakaan/literatur/referensi awal b) Menyusun rancangan penelitianc) Menyaring data yang masuk dan membuat hipotesad) Mengaplikasikan hipotesa pada objek (suatu kota)e) Memilih daerah objek dan melakukan analisa kuantitatif untuk memetakan pola
penduduk dikaitkan terhadap teknologi informasi dan jejaring sosialf) Visualisasi model kota berdasarkan pola yang dihasilkang) Mempresentasikan dan mempublikasikan untuk mendapat masukan dan kritikh) Revisi dan selesai.
6.2. Tahapan Penelitian
TeleCommuniCity | 10
Kalender Rencana Kerja
TahapanBulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1 Studi kepustakaan / literatur / referensi awal
2 Menyusun rancangan penelitian • Identifikasi
Persoalan dan Analisis Kawasan • Kajian Literatur• Kajian Kasus
3 Menyaring data yang masuk dan membuat hipotesa
4 Mengaplikasikan hipotesa pada objek (suatu kota)
5 Memilih daerah objek dan melakukan analisa kuantitatif untuk memetakan pola penduduk dikaitkan terhadap teknologi informasi dan jejaring sosial
TeleCommuniCity | 11
6 Visualisasi model kota berdasarkan pola yang dihasilkan
7 Mempresentasikan dan mempublikasikan untuk mendapat masukan dan kritik
8 Revisi & Selesai
TeleCommuniCity | 12
Referensi
Childe, V.Gordon. 1950. The Urban Revolution. Town Planning Review.
Corbusier, Le. 1929. A Contemporary City, The City of Tomorrow and its Planning.
MIT Press.
Jacob, J. 1961. The Death and Life of Great American Cities. Middlesex, England:
Penguin Book in Association with Jonathan Cape.
Florida, Richard. 2003. The Rise of The Creative Class. Australia: Pluto Press.
Florida, Richard. 2008. Who’s Your City?. Australia: Pluto Press.
FriedmanThomas L. 2006. The World is Flat.
Hariyono, Paulus . 2007. Sosiologi Kota untuk Arsitek.
Howkins, John. 2001. The Creative Economy.
Hall, Peter. 1996. The City of Theory.
Landry, Charles. 2006. The Art of City Making. UK: Earthscan
Landry, Charles. 2000. The Creative City.
Webber, Melvin M. 1968. The Post-City Age. Daedalus, The
American Academy of Arts and Science.