Upload
priyuda-anangga-dipa
View
115
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media mengandung istilah sebagai sebuah lembaga
milik swasta maupun pemerintah yang mempunyai tugas
memberikan informasi. Saat ini media merupakan faktor
sentral dalam membentuk opini publik, salah satu dari
beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia
broadcasting (penyiaran) dalam hal ini televisi, berkembang
pesat seiring dengan tingkat peradaban manusia dan
kemajuan teknologi komunikasi. Televisi merupakan salah
satu media yang cukup berperan dalam hal ini yang bisa
membentuk opini publik, karena mampu menjangkau
khalayak yang jumlahnya relatif banyak. Oleh sebab itu
perannya sangat dibutuhkan.
Sejatinya media massa memilki target audiens yang
berbeda-beda. Karena setiap individu memiliki kebutuhan
informasi yang berbeda pula. Audiens bebas memilih dan
selektif terhadap media massa yang akan mereka konsumsi.
Tidak semua informasi dari media massa dibutuhkan bagi
audiens. Di sini audienslah yang menjadi penentu mau
tidaknya mereka untuk menikmati media. Jika di dunia
broadcasting khusunya televisi, audienslah yang memegang
remote. Sebagaimana dikemukakan Totok Djuroto (2000:6)
jika penyajian pers tidak sesuai dengan kebutuhannya,
jangankan untuk membaca, membeli pun tidak. Minat baca
2
masyarakat terhadap suatu produk pers sangat berpengaruh
terhadap kehidupan pers itu sendiri.
Pada hakikatnya pers itu bernaung dalam sebuah
lembaga atau organisasi yang memilki manajemen.
Manajemen pers tidak hanya manajemen di bidang
administrasi dan keuangan saja, namun ada manajemen
redaksi. Sehubungan dengan manajemen redaksi, Ashadi. S
dan Rondang. P, (2000:161) mengemukakan bahwa
komponen kegiatan keredaksian mencakup kegiatan
perencanaan isi, pengumpulan bahan informasi, pengolahan
dan penyiapan informasi, serta penyuntingan. Sebagaimana
lazimnya dalam pengelolaan mendapat perhatian terpenting
karena setiap kegiatan pengelolaan di arahkan untuk
menghasilkan produk media yang berkualitas.
Sebagai lembaga, pers telah diatur penerbitannya oleh
pemerintah Indonesia. Menurut peraturan Menteri
Penerangan nomor 01/PER/MENPEN/1988 tentang ketentuan-
ketentuan Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP) (sebelum
Departemen Penerangan pada awal pemerintahan Gus Dur)
menyatakan bahwa yang dimaksud penerbitan pers adalah
surat kabar harian, surat kabar mingguan, majalah, bulletin
berkala lainnya yang diselenggarakan oleh perusahaan pers
dan penerbitan kantor berita (Totok Djuroto, 2000:4).
Dalam perkembangannya, Onong Effendy (1993: 160)
mengatakan bahwa pers mengalami kemajuan yang sangat
pesat. sebelum ada siaran radio dan televisi, jurnalistik hanya
dikenal dalam media cetak (printed media), terutama dalam
bentuk surat kabar harian. Apabila sesudah ada siaran radio
3
timbul jurnalistik radio (radio journalism), maka sesudah ada
siaran televisi, muncul jurnalistik televisi (television
journalism). Siaran televisi sendiri telah diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor:
54/KEP/MENPEN/1971 tentang penyelenggaraan siaran
televisi di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, perkembangan media massa
sangat pesat. Apalagi sejak era reformasi, kebebasan
mengakses dan memeproleh informasi dibuka lebar oleh
pemerintah. Hal itu mempunyai potensi besar dalam
mempengaruhi masyarakat. Seiring dengan hal tersebut kini
banyak muncul media massa lokal dan tentunya pers lokal.
Dari mulai berbentuk koran lokal, hingga televisi lokal. Siaran
televisi lokal menyiarkan berita berita lokal. Berita lokal
mengandung elemen nilai berita yang disebut proximity1
(Septiawan Santana K, 2005:18). Hal tersebut yang
mendorong para pelaku media untuk mendirikan stasiun
televisi lokal. Undang-Undang penyiaran menyatakan, bahwa
stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu
dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah
jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut.2
Terkait dengan siaran televisi lokal serta munculnya
jurnalisme lokal menurut Deddy Mulyana (2004:129-130) pers
lokal merupakan pers yang dibangun oleh dan untuk orang-
orang lokal. Lokal di sini dapat berarti satu kota, kabupaten,
1 Proximity yang dimaksud adalah keterdekatan peristiwa dengan khalayak dalam keseharian hidup mereka. Melalui unsur ini pula, tergambarkan keberhasilan media lokal yang dikelola dengan baik. Mereka mencari perkembnagan kota atau provinsi yang menjadi lahan kehidupan terdekat mereka.2 Lihat Pasal 31 (5) Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002.
4
atau provinsi, atau wilayah yang dihuni suatu kelompok atau
suku dalam suatu wilayah geografis yang lebih besar. Fungsi
pers lokal pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan, apakah itu kebutuhan dari
segi pendidikan, segi informasi, atau hiburan. Akan tetapi
fungsi pers lokal yang terpenting menurut Deddy Mulyana
(2004) adalah untuk membangun dan mengembangkan jati-
diri (identitas) masyarakat lokal tersebut.
Jurnalisme televisi menurut Septiawan Santana K.
(2005:132-133) memiliki kerumitan teknologi audio visual.
Mekanisme redaksional pemberitaanya memilki karakter
khusus di dalam susunan program siaran, meliputi persiapan,
pengambilan gambar dan pengolahannya, dengan perangkat
teknologi yang kompleks. Televisi sedang berada pada fase
perkembangannya yang pesat. Itulah mengapa kajian tentang
aspek khusus dan aturan-aturannya sangat-sangat penting.
Kebijakan pemberitaan sebuah stasiun televisi menentukan
popularitas stasiun pemberitaanya dan peringkat acara yang
diminati masyarakat. Bahkan, menentukan iklim penyiaran
dan persepsi view of the world masyarakat. Dalam hal inilah,
visi, misi, dan konsep pemberitaan stasiun televisi ditentukan
oleh para pengelolanya.
Hal tersebut berkaitan dengan konsep personifikasi
informasi yang ditetapkan oleh pengelola jurnalisme televisi
tatkala memusatkan perhatian pemirsa. Bagaimana pengelola
jurnalisme televisi memebentuk gaya dan citra tayangan
pemberitaannya berdasar prinsip-prinsip, aturan, dan cita
rasa tertentu. Bagaimana gagasan dan sikapnya ketika
5
mengonsepsi nilai-nilai spiritual dan moral, serta perannya
dalam masyarakat. Hal itu tercermin dalam struktur, isi, dan
bentuk pemberitaannya. Jurnalis televisi menginformasikan
fakta, peristiwa, dan fenomena. Kualitas pribadi jurnalis
televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran.
Bagaiamana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan
yang memiliki keistimewaan personalitas (Septiawan Santana
K., 2005:133).
Sejalan dengan hal itu, stasiun televisi lokal seperti
Agropolitan Televisi (ATV) yang didirikan sejak 2003 oleh
pemerintah kota Batu menjadi salah satu media massa yang
berusaha membangun dan mengembangkan identitas lokal.
Hal tersebut dilakukan melalui program-program siarannya,
salah satunya adalah Agropoltitan News. Program ini adalah
program news (berita). Di mana berita yang disiarkan berisi
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kota Batu dan
Malang Raya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, program Agropolitan
News termasuk program berita yang cukup baik di tingkat TV
lokal, dibanding dengan program berita TV lokal lainnya. Hal
ini tentu saja didukung oleh manajemen di dalamnya.
Manajemen yang baik dalam memilih sumber daya manusia
juga akan mempengaruhi kualitas penyajian program ini.
Selain hal itu, yang terpenting mengapa peneliti memeilih
ATV sebagai subyek penelitian, karena ATV adalah stasiun TV
lokal yang konsisten dalam mengembangkan nilai-nilai lokal.
Hal itu tak ada dalam stasiun TV lokal lain di kota Batu.
6
Melalui manajemen , seluruh aktifitas kerja dilakukan
oleh pelaku ranah broadcasting khususnya televisi lokal akan
lebih sistematis dan terukur. Manajemen ini tidak hanya
berlaku sebatas pengatur fungsi kerja masing-masing struktur
yang ada dalam lembaga televisi. Namun, manajemen ini juga
harus berlaku dalam menyusun program. Karena itu,
manajemen yang profesional sangat dibutuhkan mulai dari
pengaturan fungsi kerja sumber daya manusia hingga
penyusunan program. Ibaratnya, dari hal terkecil hingga yang
paling besar, harus didasari prinsip-prinsip manajemen yang
professional.
Manajemen sangat penting bagi sebuah organisasi atau
lembaga. Apalagi untuk sebuah organisasai media dalam
bidang redaksi. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang
cerdas. Menurut Sugiyono (2005:133) Manajemen yang
cerdas adalah manajemen yang bekerjanya berdasarkan
keilmuan. Selanjutnya fungsi manajemen secara umum
adalah Perencanaan (Planning) Pengorganisasian
(Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengendalian
(Controlling).
Manajemen media sangat berpengaruh bagi esksistensi
media itu sendiri. Eksistensi suatu media menurut (Asep
Syamsul M. Romli, 1999:74) bergantung pada kondisi internal
media itu sendiri. Media yang baik dan dan porspektif untuk
maju dan besar harus memperhatikan tiga kerangka dasar
sebuah media, (1) Sehat SDM yakni tenaga-tenaga
pengelolaan media tersebut berkualitas dan professional di
bidangnya, yang ditunjang dengan gaji yang memadai bagi
7
mereka; (2) Sehat manajemen yakni manajemen media
tersebut dilakukan dengan baik terencana, terarah dan
terkendali; (3) Sehat sarana yakni terpenuhinya sarana atau
segala fasilitas yang diperlukan bagi kelancaran kerja media
tersebut.
Maka dari itu, peneliti ingin melakukan penelitian
tentang “Manajamen Produksi Berita Agropolitan News”
dengan studi newsroom pada ATV Kota Batu. Kata kunci
dalam penelitian ini adalah manajemen dan newsroom studi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
manajemen produksi berita Agropolitan News ATV?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen
produksi berita Agropolitan News di ATV Kota Batu.
D. Manfaat Penelitan
Setiap penelitian diharapkan memilki manfaat, baik
manfaat akademis maupun manfaat praktis.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
akademisi dan peneliti selanjutnya, khususnya yang
sedang mempelajari studi media.
2. Manfaat Praktis
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran
bagi masyarakat umum, khususnya yang berkecimpung
dalam manajemen produksi berita televisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Massa
Nurudin (2009:4) banyak definisi tentang komunikasi
massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi.
Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun,
dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan
definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan
elektronik).
Bittner (1980) dalam (Morissan, 2008:21) menyebutkan
: “ Mass communication is message communicated through a
mass medium to a large number of people” (Komunikasi
9
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang).
Bentuk media massa antara lain adalah media eletronik
(televisi, radio, internet), media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid), buku, dan film. Media-media tersebut menjadi
channel (saluran) informasi untuk disebarkan kepada
khalayak (massa).
Adapun ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurudin
(2009) adalah (1) Komunikator dalam komunikasi massa
melembaga yang artinya gabungan antar berbagai macam
unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga; (2)
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Jika
ditinjau dari asalnya menurut Herbert Blumer, mereka berasal
dari berbagai kelompok dalam masyarakat dan berisi individu-
individu yang tidak tahu dan tidak mengenal satu sama lain;
(3) Pesannya bersifat umum. Artinya pesan dalam media
massa ditujukan pada khalayak yang plural karena pesan
tersebut tidak ditujukan kepada satu orang atau satu
kelompok masyarakat tertentu; (4) Komunikasi massa
menimbulkan keserempakan. Artinya dalam komunikasi
massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-
pesannya; (5) Komunikasinya berlangsung satu arah. Ciri
komunikasi memang pernah ada. Namun sekarang
komunikasi massa tak lagi berlangsung satu arah, namun dua
arah. Audiens bisa memberikan feedback saat itu juga. Hal itu
karena adanya teknologi komunikasi dan informasi yang
canggih saat ini. Audiens bisa member feedback melalui surat
kepada redaksi, SMS (Short Message Service), telepon
10
interaktif, dan internet; (6) Komunikasi massa mengandalkan
peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya
pemancar dan satelit untuk media elektronik. Apalagi televisi
tak lepas dari pemancar; (7) Komunikasi massa dikontrol oleh
Gatekeeper. Gatekeeper adalah orang yang sangat berperan
dalam penyebaran informasi melalui media massa. Fungsi
gatekeeper disini sebagai orang yang ikut menambah atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua
informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Oleh
karena itu, keberadaan gatekeeper menjadi keniscayaan
dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya.
B. Televisi
Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow dari
Jerman pada tahun 1884, namun baru tahun 1928 Vladimir
Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau
iconoscope yang bisa menangkap dan mengirim gambar ke
kotak bernama televise. Iconoscope bekerja mengubah
gambar dari bentuk gambar optis ke dalam sinyal elektronis
untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan ke dalam
gelombang radio. Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth
berhasil menciptakan pesawat televise pertama yang
dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair
pada tahun 1939 (Morissan, 2008:6).
Munculnya televisi berwarna mulai diperkenalkan
kepada publik pada tahun 1950-an. Siaran televisi berwarna
dilaksanakan pertama kali oleh stasiun televisi NBC pada
11
tahun 1960 dengan menayangkan program siaran berwarna
selama tigajam setiap harinya.
Di Indonesia sendiri siaran televisi itu menurut Mila
Day (2004) dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan
langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia
yang ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung
itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi
TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang
menyiarkan secara langsug upacara pembukaan Asian Games
ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno (Morissan, 2008:
9).
Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media
massa memilki ciri dan sifat yang berbeda dengan media
massa lainnya, bahkan antara sesama media penyiaran,
misalnya antara radio dan televisi, terdapat berbagai
perbedaan sifat. J.B Wahyudi (1992) dalam bukunya Teknologi
Informasi dan Produksi Citra Bergerak menyebutkan beberapa
sifat televisi yaitu : (1) Dapat didengar dan dilihat bila ada
siaran (audiovisual); (2) Dapat dilihat dan didengar kembali,
bila diputar kembali; (3) Daya rangsang sangat timggi; (4)
Elektris; (5) Sangat mahal; (6) Daya jangkau besar (Morissan,
2008: 11).
Morissan (2008:12) mengelompokkan televisi dan
radio dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai
ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak
menguasai waktu tetapi tak menguasai ruang. Septiawan
Santana K. (2005: 127) kelebihan televisi, selain menjadi
tempat orang menerima kebenaran dan akurasi informasi,
12
ialah menjadi penyampai nilai-nilai atraktif kepada sejumlah
besar orang, secara serentak dan luas, melalui hitungan bisnis
media yang menguntungkan.
Sekalipun wartawan televisi tidak mampu membuat
terpaku publik secara tune in, public masih bisa ditarik tune in
perhatiannya untuk melihat pictures. Berbagai peristiwa
hidup, dikreasikan kembali, direka-tayangkan seolah hadir
didepan mata kita sendiri. Televisi menjadi sebuah ”panggung
berita”, news staging.
C. Broadcast Journalism3
Untuk saat ini, mari kita lihat lebih dekat pada apa
yang kita namakan jurnalisme siaran (broadcast jouralism).
Yang dimaksud adalah jurnalisme dalam semua bentuk
televisi –TV siaran, kabel, dan satelit. Keuntungan dari
medium ekspansif ini adalah berita dan informasi dapat
menjangkau banyak orang dalam satu waktu, siang, dan
malam.
Berita televisi –mulai dari siaran berita setengah jam
sampai acara TV berita 24 jam –masih menjadi andalan utama
saat orang mencari berita. Medium ini telah berkembang
pesat sekali, dan tampaknya tidak akan berhenti. Meski ada
persaingan dari Internet dan media tradisional lainnya yang
masuk ke online, televisi masih kuat.
Gambar dan kata-kata merupakan hal penting dalam
jurnalisme TV. Kamera menjadi mata pemirsa dalam melihat
kejadian. Detil-detil peristiwa, raut orang yang kesakitan atau
3 Christoper K. Passante, The Complete Idea’s Journalism, Prenada, Jakarta, 2008, hlm. 165.
13
bahagia, tingkah riil selebritis atau tokoh public, kondisi banjir
atau gempa bumi yang tengah terjadi, bahkan ledakan
pesawat atau runtuhnya gedung pencakar langit, semuanya
direkam kamera, semuanya menjadi mata pemirsa dalam
melihat fakta-fakta (Septiawan Santana K., 2008:112).
Keunggulan jurnalisme TV adalah ketersediannya.
Pemirsa bisa memilih semua jenis berita sesuai keinginannya,
di semua jam dalam sehari. Berbeda dengan produk cetak, di
mana Anda harus pergi ke luar untuk membeli, perangkat
pesawat TV sudah ada di rumah –dan semua acara bisa diatur
dengan remote. Jangkauannya yang luas dan seketika
menyebabkannya menjadi medium yang amat relevan.
Keunggulan lainnya adalah berita televisi bisa dibagi ke dalam
beberapa acara regular.
D. Manajemen
Manajemen menurut George R. Terry dalam bukunya Principle of
Management (1990) adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari Planning,
Organizimg, Actuating, Controlling yang dilakukan untuk menentukan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan
sumber daya lain. Suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah
suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan
bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah
kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
14
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena
tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian
tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya
manajemen yaitu, (1) Untuk mencapai tujuan, (2) Untuk
menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan, (3) Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.4
(T. Hani Handoko, 2003:6-7).
Stoner (1982) dikutip (T. Hani Handoko, 2003:8)
mendefinisikan manajemen sebagai berikut : Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
E. Manajemen Produksi
Manajemen produksi pada dasarnya adalah merupakan penerapan
konsep manajemen dalam bidang produksi. Menurut Stoner manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Sri Joko, 2001: 1).
Penekanan manajemen produksi acara televisi tidak terlepas dari
pentingnya menyajikan informasi-informasi yang diperoleh dari pemilihan
4 Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Sedangkan efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (T. Hani Handoko, 2003:7).
15
data. Artinya untuk mengetahui tingkat keberhasilan secara intern (lembaga
TV), termasuk pengelolaan organisasinya (AZ Tamadjoe, 1989: vii). Dalam
ilmu manajemen perencanaan merupakan landasan utama, sedangkan untuk
mengetahui perencanaan itu berhasil atau tidak dalam pelaksanaanya
dibutuhkan pengawasan artinya pengawasan juga dapat menentukan
tercapainya tujuan yang direncanakan. Atau dengan kata lain pengawasan
merupakan alat pengendali dari berhasilnya sebuah perencanaan (AZ
Tamadjoe, 1989: 30).
Penekanan manejemen pada produksi acara televisi tidak terlepas dari
pentingnya menyajikan informasi-informasi yang diperoleh dari pemilihan data,
artinya untuk mengetahui tingkat keberhasilan secara interen, termasuk
pengelolahan organisasinya (AZ Tamadjoe, 1989: vii).
Kaitan empat fungsi manajemen (planning, organizing, actuating dan
controlling) menurut George R Terry dan SOP menurut Alan Wurtzel adalah :
1. Planning
Pre production planning termasuk fungsi planning dikarenakan
tahapan pre production planning merupakan proses awal dari sebuah
kegiatan yang akan datang, yang disebut sebgai tahap perencanaan.
Pre production planning meliputi konsep, menetapkan tujuan dan
pendekatan produksi, penulisan naskah serta rapat bersama anggota
inti. Hal ini sesuai degnan fungsi planning sebagai kegiatan yang
menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan
selanjutnya.
2. Organizing
Dalam pre production planning terdapat tahapan penetepan tujuan dan
pendekatan produksi. Dalam menetapkan tujuan dan pendekatan
produksi umumnya produser mempertimbangkan berbagai faktor yang
sekiranya akan berpengaruh terhadap keberhasilan produksi dan
16
mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk bahan pengembangan
gagasan diantaranya adalah pemilihan anggota tim dan artis
pendukung yang tepat. Hal ini sesuai dengan fungsi organizing sebagai
kegiatan yang membagi pekerjaan diantara anggota kelompok dan
membentuk ketentuan dalam hubungan-hubungan yang diperlukan.
3. Actuating
Prosedur kerja untuk memproduksi suatu program disebut four stage of
television production. Keempat tahapan tersebut adalah pre production
planning, setup and rehearsal, production, dan post production.
Keempat tahapan ini masuk dalam fungsi manajemen yang ketiga,
yaitu Actuating. Actuating merupakan kegiatan yang menggerakkan
angota-anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan tugas masing-masing.
4. Controlling
Post production atau tahap akhir merupakan tahap penyelesaian, salah
satu hal yang dilakukan dalam tahap akhir adalah melakukan evaluasi
terhadap hasil produksi, hasil produksi pada evaluasi ini dapat
dikatakan layak siar atau masih diberi beberapa catatan. Evaluasi pada
tahap post production masuk dalam fungsi manejemen yang keempat,
yaitu controlling. Controlling adalah kegiatan penyesuaian antara
pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan.
Manajemen produksi televisi merupakan pembahasan manajemen yang
berkaitan dengan produksi acara televisi dan menitik beratkan bagaimana suatu
acara televisi diproduksi dengan mempertimbangkan parameter produksi yang
ada. Dan pembahasan manajemen produksi televisi diarahkan pada
pengembangan wawasan sebelum suatu produksi dimulai serta selama
berlangsungnya kegiatan produksi (Harmen Harry, 2003 : 205).
17
Fred Wibowo dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Program Televisi
menyatakan bahwa untuk merencakan sebuah program televisi, seorang
produser akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pikiran
mendalam seperti materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi
(financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.
F. Program Berita
Dalam pengertian sederhana program news berarti suatu sajian laporan
berupa fakta dan kejadian yang mempunyai nilai berita (unusual, factual,
essential) dan disiarkan dalam berita bersifat obyektif. Liputan gambar dari
kejadian, biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya
tidak membuat shock. Dari sudut mana kejadian diambil sebenarnya telah
menjadi subyektifitas peliput.
Hal lain yang mempengaruhi program news sebagai program yang
tidak murni obyektif adalah broadcasting station policy atau kebijakan stasiun
pemancar yang dilaksanakan oleh bagian siaran pemberitaan dengan editorial
policy atau news policy (kebijakan pemberitaan). Ideologi stasiun pemancar
sangat mempengaruhi seluruh corak program acara termasuk program berita.
Karena itu kebijakan bagian program siaran pemberitaan (news department)
akan sesuai dengan kebijakan stasiun pemancar.
Di dalam program berita, ideologi, orientasi, dan sikap tampak nyata
terekspresi dalam tekanan-tekanan susunan materi visual pada setiap kejadian
dan tekanan-tekanan dalam susunan penulisan berita.
Kebijakan keredaksian menentukan acuan komposisi dari setiap rubrik
berita (newscast). Rumusan dari karakter rubrik dapat berdasarkan informasi
lingkup kawasan (lokal, kewanitaan, dan pariwisata). Rumusan karakter
rubrik disusun menjadi block-block, ditata dengan mempertimbangkan
kemungkinan perhatian dari audiens. Urutannya disusun berdasarkan tangga
dramatik. Dalam hal ini aktualitas dan humanitas dijadikan titik tolak dalam
18
dalam menillai berita. Di dalam program berita terdapat bermacam-macam
cara menyajikan berita dan corak penyajian berita. Batasan yang umum untuk
jenis atau macam program berita terletak pada waktu aktual singkat dan aktual
yang panjang. Berita yang terikat (time concern) disebut berita harian,
sedangkan berita yang tidak terikat waktu (time less) disebut berita berskala
(Fred Wibowo, 1997 : 85).
G. Proses Produksi Berita Televisi
Berita yang kita nikmati di televisi tidak hadir begitu saja, tetapi
berita tersebut melalui jalan yang panjang. Setiap stasiun televisi pasti
memiliki SOP (Standard Operational Procedure) tersendiri untuk menjaga
kulitas beritanya. Pada tahap-tahap atau proses produksi berita ada dua macam
prosedur yakni prosedur Digital/Tapeless Editting dan prosedur Tape/Linear.
Perbedaan kedua prosedur tersebut terletak pada prosedur teknis pasca
peliputan lapangan. Berikut ini adalah skema proses produksi berita dengan
prosedur digital/tapeless editing yang dikutip dari blog seorang news
producer TransTV, Satrio Aris Munandar di
http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2004/08/proses-pembuatan-berita-di-
stasiun.html (Diakses 1 September 2012):
19
1. Produser Program menghimpun gagasan berita yang didapat dari kru melalui riset, temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.
2.Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga dihadiri oleh reporter, juru kamera, periset, asisten produksi, dan koordinator peliputan.
3.Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan yang menjadi acuan Produser Program dan Koordinator Peliputan.
4.Producer Program dapat membuat TOR, yang akan menjadi panduan penugasan reporter, juru kamera, dan periset, serta memberikan TOR tersebut kepada tim yang bertugas.
5.Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan, permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Producer Program atau Associate Producer kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim tersebut lalu dimasukkan ke dalam server.
6.Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan memperkaya informasi. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk diberikan kepada reporter.
7.Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan hasil liputan dengan Producer yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga disiapkan.
8Juru kamera memindahkan rekaman shot list ke dalam browsing server. Setelah itu –untuk kepentingan bank data, ia juga wajib membuat log sheet dari semua hasil rekaman gambar yang dibuat. Kaset dan log sheet kemudian diserahkan kepada Perpustakaan.
9. Berdasarkan gambar dan grafis yang sudah tersedia dalam server, Reporter membuat skrip dan first edit.
10. Associate Producer dan Produser Program memeriksa dan memperbaiki first edit.
11. Reporter melakukan dubbing untuk narasi.
12. Dari craft editing server, Editor membuat final edit.
13.Dari item-item berita yang sudah masuk ke dalam server, Produser Program menyusun rundown akhir untuk keperluan on air.
20
Prosedur Tape/ Linear
1. Sesudah melakukan liputan di lapangan, Reporter dan juru kamera mendiskusikan hasil liputan dengan Producer Program atau Associate Producer yang bersangkutan. Keputusan akhir mengenai angle dan content ditentukan dalam rapat kecil tersebut.
2. Juru kamera wajib membuat log sheet/ shot list sekembali dari liputan. Log sheet dan kaset master diserahkan kepada reporter, untuk pembuatan naskah dan proses editing. Copy log sheet juga diberikan kepada Associate Producer.
3. Reporter menyerahkan naskah kasar (draft) kepada Associate Producer untuk diperiksa.4. Associate Producer memeriksa kelengkapan laporan dan mengedit naskah. Jika diperlukan, Associate Producer dapat meminta grafis pendukung dari Tim Grafis dan menyerahkannya kepada Reporter.
5. Reporter membawa naskah yang sudah disetujui dan kaset master/ file/ grafis ke ruang edit, untuk memulai proses dubbing dan editing. Juru kamera mendampingi proses editing.
6. Kaset hasil editing diserahkan Reporter kepada Associate Producer.
7. Seusai proses editing, kaset master/ file/ grafis berikut log sheet dibawa editor ke Perpustakaan untuk dimasukkan ke dalam inventory.
8. Producer Program (atau biasanya dibantu Asisten Produksi) mengumpulkan dan memeriksa naskah serta kaset-kaset hasil editing dari Associate Producer, untuk dicocokkan dengan rundown final. Jika semua lengkap, rundown, naskah, dan kaset-kaset tersebut dibawa ke ruang Master Control dan Program Director. Copy rundown dan naskah juga diberikan kepada Anchor/Presenter.
21
H. Newsroom Study
Dalam buku Journalism In The Digital Age, yang
dikemukakan oleh John Herbert (2000) menjelaskan para
pegawai dalam newsroom lebih baik bekerja pada ruang
redaksi atau manajer daripada bekerja di perusahaan.
Karenanya manajemen newsroom sering berdasar pada kode
professional jurnalisme, etika dan komitmen pada batas akhir
berita (deadlines). Para pengelola harus menyadari
bahwasannya inilah cara kerja seorang jurnalis, dan cara yang
dilakukan oleh seorang jurnalis.
Semua perbedaan pendapat mengenai orang yang
bekerja pada bidang jurnalis seperti wartawan, reporter selalu
membawa pengaruh dalam manajemen newsroom dan
kreatifitas personil di dalamnya. Karena itu sudah menjadi
tradisi selalu ada konflik antara bagian berita dengan bagian
yang lainnya.
Gaye Tuchmann menjelaskan newsroom study
merupakan studi tentang peran jurnalisme dalam ruang
redaksi, baik media cetak maupun televisi dalam membangun
ruang publiknya dalam mempelajari dan menganalisa semua
berita yang masuk keruang redaksi, yaitu suatu berita yang
potensial yang layak untuk disiarkan keseluruh penjuru dunia,
baik lokal maupun nasional (Oliver Boyd, 1995:294). Segala
proses yang berhubungan dengan kegiatan operasional
televisi yang berkenaan dengan ruang redaksi dimana
bermula dari proses dan pola pencarian berita hingga berita
tersebut disiarkan oleh penyiar.
22
Newsroom perannya sangat penting untuk membangun
ruang publik yang berfungsi sebagai kontrol media, di mana
kontrol media tersebut mampu mengatur para pekerja media
untuk bisa bekerja secara maksimal dalam mencari,
mengolah dan mengemas sebuah paket berita sebelum
disiarkan.
Menurut pernyatan Warren Breed (Oliver Boyd, 1995:
277) dalam newsroom terdapat pengawasan sosial atau
publik kontrol sebagai pertimbangan untuk menyesuaikan diri
dari kebijakan ruang publik itu sendiri antara lain; (a) Otoritas
kelembagaan dan sanksi penerbitan dalam memberikan
perlindungan dan kekuasaan terhadap hak untuk memperoleh
berita. (b) Obligasi dan penghargaan, dalam newsroom
terdapat kriteria penilaian memberi penghargaan terhadap
redaksi yang mampu menyiarkan berita teraktual. (c)
Mobilitas tinggi, sebagai respon dari berbagai keinginan,
kreatifitas dan imajinasi kru-kru yang terdapat di newsroom
dalam mendukung kebijakan untuk mampu memperoleh
pengakuan dari publik secara universal.
Tujuan utama adanya kontrol sosial dalam newsroom
adalah untuk mendapatkan berita yang telah menguasai dari
ketidaksetujuan dari masing-masing individu dari organisasi
media tersebut, disini social control meliputi sensor editorial,
yang memilki peran penting dalam keseluruhan berita, yang
mampu memberi pengaruh internal terhadap newsroom
untuk memutuskan berita mana yang dapat diterima dan
berita mana yang tidak, sebelum berita tersebut disiarkan.
23
Habermas dalam newsroom terdapat segala argumen
dan pandangan dinyatakan melalui diskusi rasional. Hal ini
menyiratkan bahwa pilihan berita yang rasional akan terwujud
jika ruang publik pertama kalinya menawarkan pendapat
yang jernih dalam berbagai alternatif yang dapat dipilih
setiap orang dalam ikut serta memutuskan berita yang akan
ditayangkan (Oliver Boyd, 1995: 235).
I. Fokus Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian ini, maka penelitian ini
dibatasi oleh hal-hal berikut ini : Pertama, penelitian ini
menyoroti tentang aspek manajemen yang dilakukan pada
sebuah produksi berita. Manajemen produksi di sini bukanlah
manajemen produksi pada umumnya, tetapi manajemen
produksi acara berita (news). Hal-hal yang berhubungan
dengan manajemen produksi berita menjadi hal yang ingin
digali dalam penelitian. Kaitan fungsi manajemen diantaranya
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kedua,
penelitian ini mengamati apa saja kegiatan produksi berita
televisi. Kegiatan tersebut dimulai dari melakukan rencana
peliputan, menyusun materi berita, menentukan tujuan
produksi berita, menentukan strategic planning, membagi
tugas masing-masing anggota manajemen, melaksanakan
proses produksi berita, serta melakukan penyesuaian antara
pelaksanaan dan rencana yang telah ditentukan . Dengan
memaksimalkan sumber daya manusia seefisirn dan seefektif mungkin. Data
mengenai hal-hal tersebut di atas akan diperoleh melalui
penelitian di kantor redaksi Agropolitan Televisi Kota Batu.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini berparadigma
penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
25
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi . Penelitian kualitatif secara umum
dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi
organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain (Sugiyono, 2008:
1).
Oleh karena itu, tipe penelitian kajian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Seperti yang
dikemukaan oleh Jalaluddin Rakhmat (2009:24), penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang hanya memaparkan situasi
dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan, tidak menguji atau membuat prediksi.
Peneliti menggunakan tipe deskriptif kualitatif
karena peneliti akan mendeskripsikan atau
mengkonstruksi wawancara-wawancara mendalam
terhadap subjek penelitian. Dan peneliti bertindak selaku
fasilitator dan realitas konstruksi oleh subjek penelitian
dan peneliti bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi
makna secara kritis pada realitas yang dikonstruksi oleh
media (Rakhmat Kriyantono, 2006:385).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakasanakan di kantor
redaksi yang terletak di Jalan TVRI No. 1000 Desa Oro Oro
Ombo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Lokasi penelitian
dipilih dengan pertimbangan karena kesesuaiannya
dengan apa yang akan diteliti dan karena ATV merupakan
26
stasiun televisi lokal yang memiliki program berita lokal
yang pertama di Kota Batu. Mengingat sebuah program
berita merupakan program pokok dari sebuah stasiun
televisi. Maka kebutuhan informasi masyarakat akan lebih
terpenuhi jika ada stasiun TV lokal yang memilki program
berita. Dan ATV hadir sebagai media yang memberikan
informasi kepada masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli 2012 hingga selesai.
3. Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data yang diperlukan dalam
penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
subyek penelitian atau sumber informan, sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen,
arsip, atau video.
4. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, sumber datanya disebut
subjek penelitian5. Teknik pengambilan sumber datanya
menggunakan teknik total sampling. Dilihat dari jumlah unit
populasi (total sampling) terbatas jumlahnya, sehingga tidak dilakukan
pengambilan subjek penelitian secara tertentu. Subjek penelitian pada
penelitian ini adalah keseluruhan subyek populasi yang berjumlah 10
orang. Hal ini sesuai dengan pertimbangan penentuan subjek penelitian
5 Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaanya (“atribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang ada dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. (http://www.dwipurnomoikipbu.wordpress.com).
27
seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:134) yaitu apabila
subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian subjek secara keseluruhan.
5. Alat Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2005:29) kualitas data sangat
ditentukan oleh (1) Metode pengumpulan data yang
digunakan; dan (2) Alat (instrument) yang digunakan
dalam pengumpulan data tersebut. Pawito (2007)
mengatakan bahwa dalam paradigma kualitatif,
instrumenn utama pengumpulan data adalah peneliti itu
sendiri, sedangkan metode pengumpulan data yang
relevan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Metode pencarian data didasarkan pada prinsip purposive
sampling, yaitu pencarian informasi ke pihak pihak
tertentu, informan dipilih dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Informan dalam teknik ini dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan (Muslimin
Machmud, 2011:23).
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan langkah awal
dalam mengumpulkan data. Observasi dilakukan di
lapangan, di ruang redaksi dan di studio tempat penyiaran
berita. Seperti menurut Nasution (1988) (dikutip dalam
Sugiyono, 2008:64) observasi adalah dasar dari ilmu
pengetahuan. Untuk mengumpulkan data, peneliti
melakukan observasi terlebih dahulu. Observasi yang
28
digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi
partisipasi (participant observation) dimana peneliti
terlibat dengan kegiatan jurnalis ATV secara langsung.
Selain itu peneliti juga ikut menulis berita dan disiarkan
pada acara news tersebut. Dengan observasi partispasi ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap dan tajam.
Adapun target dalam teknik observasi ini adalah untuk
memperoleh data primer yakni data yang diperoleh dari
sumbernya langsung yang terkait dengan masalah
penelitian. Masalah penelitian ini adalah bagaimana
manajemen produksi bertia ATV dilakukan. Untuk
mengenal pasti lingkungan kerja redaksi ATV, maka
peneliti menggunakan metode observasi.
2. Wawancara
Target dalam teknik wawancara yakni untuk
mendapatkan data penelitian yang terkait dengan masalah
penelitian. Data yang diperoleh dari metode wawancara
merupakan data primer yang diperoleh langsung dari
narasumbernya. Jenis wawancara yang digunakan oleh
peneliti adalah wawancara semistruktur (semisructured
interview). Sebagaimana dijelaskan Sugiyono (2008: 73)
bahwa jenis wawancara ini sudah termasuk dalam,
kategori in-depth interview, yang dalam pelaksanaannya
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
29
3. Dokumentasi
Sementara itu untuk mendapatkan data pendukung,
peneliti menggunakan metode dokumentasi yang datanya
bersumber dari arsip-arsip, data dari lembaga atau
instansi ATV itu sendiri, dan bahan pustaka lain.
Sebagaimana yang dikemukakan (Hamidi, 2007:140)
bahwa teknik dokumentasi merupakan teknik yang berupa
informasi berasal dari catatan penting baik lembaga atau
organisasi maupun perorangan. Data yang diperoleh
merupakan data dari catatan (data) yang telah tersedia
atau telah dibuat oleh pihak lain.
C. Teknik Analisis Data
Dalam paradigma penelitian kualitatif dikenal berbagai
teknik analisis data yang dapat digunakan, namun prinsip
penggunaannya disesuaikan dengan tujuan kajian yang
hendak dicapai. Analisis data yang dimaksudkan untuk
memberikan suatu makna (making sense of); menafsirkan
(interpreting) dan mentransformasikan (transforming) temuan
data ke dalam bentuk-bentuk pengisahan (naration).
Penjelasan dari analisis hasil penelitian diwujudkan dalam
bentuk kenyataan (proposition), ilmiah (thesis) hingga
berbagai kesimpulan (Muslimin Machmud, 2011: 24).
Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification (Sugiyono, 2008:91). Selanjutnya model
30
interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 1.4
berikut :
Gambar 1.1 Komponen dalam Analisis data (interactive model), (Sumber : Miles M.B & Huberman, A.M., 1984: 20 )
Penjelasan bagan diatas adalah sebagai berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti
dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
Data Reduction
Data Clloection
Data Display
Conclusions :
Drawing/Verifying
31
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Denga mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah difahami tersebut. “ looking at displays
help us to understand what is happening and to do
some thing-further help us to understand what is
happening and to do some thing-further analysis or
caution on that understanding” Miles and Huberman
(1984).
3. Conclusion Drawing/ verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif
menurut Miles and Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung. Dalam verifikasi peneliti
menggunakan metode induktif dengan
mempertimbangkan berbagai pola data yang ada
atau kecenderungan dari penyajian data yang telah
dibuat.
D. Pengujian Kredibilitas Data
Triangulasi
Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses
the sufficiency of the data according to the convergence of
multiple data sources or multiple data collection procedures
32
(William Wiersma, 1986). Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi
teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2008: 125).
Adapun jenis triangulasi yang digunakan dalam
pengujian keabsahan data pada penelitian ini adalah
triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber menurut Sugiyono (2008:127)
adalah triangulasi yang bertujuan untuk menguji kredibiltas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber dengan teknik yang
sama. Sejalan dengan hal itu, Muslimin Machmud (2011:28)
mengemukakan bahwa penyelidik berupaya untuk
mengakses dari sumber-sumber yang bervariasi guna
memperoleh data yang berkenan dengan persoalan yang
serupa (data diperoleh dari berbagai informan). Berikut model
triangulasi sumber dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1.2 Triangulasi "Sumber" Pengumpulan data. (Suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C). Sumber : (Sugiyono, 2009: 83).
Wawancara mendalam
A
B
C
33
Triangulasi teknik menurut Sugiyono (2005:127) adalah
pengujian kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau
kuesioner. Bila dengan tiga teknik tersebut, menghasilkan
data yang berbeda-beda, maka peneliti melekukan diskusi
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau
yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap
benar. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada model berikut
ini :
Gambar 1.3 Triangulasi "teknik" pengumpulan data. (Suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam teknik observasi, wawancara, dokumentasi). Sumber : (Sugiyono, 2009 : 84).
AObservasi
Wawancara
Dokumentasi
34
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Barret, Oliver Boyd. 1995. Approaches to Media A Reader. USA: Arnold.
Djuroto, Totok. 2000. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Rosda Karya.
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar
Maju.
Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Harry, Harmen, dkk, 2002. Manajemen Produksi Acara Televisi: 40 tahun TVRI Dari
Pembebasan Menuju PencerahanM Jakarta: FSP TVRI
Joko, Sri, 2001. Manajamen Produksi dan Operasi. Malang: UMM Press.
Krisyantono, Rakhmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada
Media.
Machmud, Muslimin. 2011. Komunikasi Tradisional: Pesan Kearifan Lokal
Masyarakat Sulawesi Selatan Melalui Berbagai Media Warisan.
Yogyakarta: Buku Litera.
Morissan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Ghalia Indonesia.
Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi.
Jakarta: Kencana.
35
Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Populer: Kajian Komunikasi dan Budaya
Populer. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Yogyakarta: Rajawali Pers
Passante, Christopher K. 2008. The Complete Ideal’s Guides: Journalism. Jakarta:
Prenada Media.
Pareno, Sam Abede. 2005. Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita:
Surabaya: Papyrus.
Rakhmad, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Romli, Asep Syamsul M. 1999. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosda Karya.
Sastro, Darwanto Subroto, 1991. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Multi Media
Training Center (MMTC)
Septiawan, Santana K. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Buku Obor.
Siregar, Ashadi dan Rondang Pasaribu. 2000. Bagaimana Mengelola Media
Korporasi-Organisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta :
Medpress.
Taher, Tarmizi. 1982. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIP
Tamadjoe, AZ. 1989. Peranan Manajemen Dalam Produksi Acara Radio Televisi.
Yogyakarta: Departemen Penerangan RI Pendidikan dan Pelatihan Ahli
Multimedia.
36
Wibowo, Fred. 1997. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sumber Rujukan Lainnya
http://www.dwipurnomoikipbu.wordpress.com (Diakses pada 30 Mei 2012)
http://agustuslima.wordpress.com/2009/02/14/manajemen-broadcast-dan-produksi-
televisi/ (Diakses pada 2 Juni 2012)
http://ajijakarta.org/news/2011/08/10/84/proses_produksi_berita_televisi.html
(Diakses pada 2 Juni 2012)
http://ekabinafsi.wordpress.com/2009/11/06/proses-produksi-berita/ (Diakses pada 2
Juni 2012)
http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2004/08/proses-pembuatan-berita-di-
stasiun.html (Diakses 1 September 2012).