Upload
faris
View
45
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal UP Seismik Geofisika
Citation preview
PERMOHONAN KERJA PRAKTEK DIAJUKAN KEPADA
PT. ENERGI MEGA PERSADAJAKARTA
“PENGOLAHAN DATA SEISMIK”
Oleh :Faris Suhada
NPM. 140710120020
DAFTAR ISI :
1. Permohonan Kerja Praktek
2. Proposal Kerja Praktek
3. Curiculum Vitae
4. Transkip Nilai
PROGRAM STUDI GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARANJl. RAYA BANDUNG – SUMEDANG KM.21 JATINANGOR, SUMEDANG 45363
PROPOSAL KERJA PRAKTEK DIAJUKAN KEPADA
PT. ENERGI MEGA PERSADAJAKARTA
Disusun Oleh: Faris Suhada
NPM 140710120020
PROGRAM STUDI GEOFISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam dunia eksplorasi minyak dan gas diperlukan ketelitian, kecermatan
dan ketepatan sehingga dapat menghindari kerugian bagi perusahaan. Metode
seismik merupakan salah satu metode geofisika yang mampu menggambarkan
keadaan bawah permukaan dengan baik. Hal ini juga didukung oleh pesatnya
kemajuan teknologi komputasi baik berupa software maupun hardware. Dengan
pesatnya kemajuan ini, proses eksplorasi hidrokarbon pun menjadi lebih efisien
dalam segi waktu pelaksanaan maupun dari segi biaya. Berbagai teknik dalam
metode seismik terus dikembangkan dalam upaya eksplorasi hidrokarbon yang
lebih ekonomis. Salah satu teknik yang berkembang saat ini adalah metode inversi
seismik dan atribut seismik.
Metode inversi seismik akan mengubah data jejak seismik menjadi
impedansi akustik yang merupakan sifat fisis batuan, sehingga lebih interpretatif
dalam memetakan keadaan bawah permukaan sedangkan atribut seismik
menggunakan kesulurahan informasi yang diperoleh dari data seismik baik
melalui pengukuran langsung, komputasi maupun pengalaman.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1. Maksud
Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui serta belajar mengolah data seismik
secara langsung.
2. Mahasiswa dapat memahami estetika serta prosedur dalam pengolahan
data seismik.
3. Mahasiswa dapat mengenali perangkat lunak (software) yang digunakan
dalam pengolahan data seismik.
4. Mahasiswa mampu melakukan proses pengolahan data seismik secara baik
dan benar sesuai tahap-tahap yang telah ditentukan dalam pengolahan data
seismik.
1.2.2. Tujuan
1. Memperoleh hasil pengolahan yang dapat menggambarkan konfigurasi
bawah permukaan yang sebenarnya dengan melakukan pengolahan data
seismik yang telah ditentukan.
2. Melengkapi salah satu syarat yang berlaku di universitas.
1.3. TOPIK KERJA PRAKTEK
Topik kerja praktek diharapkan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni,
yaitu : pengolahan data seismik.
1.4. LOKASI KERJA PRAKTEK
Lokasi kerja praktek direncanakan akan dilaksanakan di :
PT. Energi Mega Persada
BAB II
DASAR TEORI
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang
digunakan untuk menyelidiki struktur lapisan bawah permukaan dengan target
kedalaman yang cukup jauh. Metode ini memberikan gambaran yang cukup baik
tentang bawah permukaan. Tiga hal pokok yang menjadi tahapan dalam metode
ini adalah acquisition, processing, dan interpretation. Dari ketiga tahapan
tersebut, tahap processing atau seismic data processing (pengolahan data seismik)
merupakan tahap yang sangat berpengaruh. Karena pada tahapan ini data yang
direkam pada field tape (hasil dari akuisisi seismik multichannel baik pada data
darat, data zona transisi, maupun data laut) akan diproses sehingga menghasilkan
suatu penampang seismik yang merepresentasikan struktur lapisan bawah
permukaan bumi.
2.1.1. Tahapan Pengolahan Data Seismik
Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh gambaran
yang mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi. Tujuan utama
pemrosesan data seismik menurut VAN DER KRUK (2001) adalah :
1. Untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N).
2. Untuk memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan mengadaptasikan bentuk
gelombang sinyal.
3. Mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi dari
multiple dan gelombang-gelombang permukaan).
4. Untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi geometri.
5. Untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan.
(kecepatan, reflektivitas, dll).
Seperti disebutkan diatas, bahwa pengolahan data seismik bertujuan
memperbaiki S/N ratio. Hal ini berarti semua noise yang mengganggu /
menyelubungi informasi refleksi sedapat mungkin diredam dan sebaliknya semua
informasi refleksi dipertahankan dan bahkan diperkaya (spektrum amplitudonya)
dan dikoreksi (spektrum phasenya), sehingga akan diperoleh penampang seismik
yang benar (tidak dibuat-buat secara tidak wajar).
Adapun diagram alir lengkap tahapan pengolahan data seperti gambar 2.1,
walaupun beberapa langkah pemrosesan merupakan pilihan (option). Program
rutin ini mengerjakan reformating, sorting dan editing. Reformating termasuk
demultiplexing, pelabelan dan trace gathering.
Gambar 2.1.Diagram Alir Pengolahan Data Seismik (Yilmaz, 1987)
2.1.2. Field Tape
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format
tertantu. Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics).
Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-A,
SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri dari header dan
amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei, project dan parameter yang
digunakan dan informasi mengenai data itu sendiri.
2.1.3. Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik
lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang
tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver
atau channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan demultiplexing.
2.1.4. Gain Recovery
Gain (penguatan) yang dikenakan pada trace seismik di lapangan berbentuk
suatu fungsi yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau turun secara
otomatis (instranteneous floating point), maka mengakibatkan distorsi. Tetapi
fungsi gain tersebut ikut terekam di dalam pita magnetik. Di pusat pengolahan
data, fungsi gain tadi ditiadakan dengan cara mengalikan harga-harga trace
seismik dengan kebalikan fungsi gain, kemudian dihitung harga rata-rata
amplitudo trace seismik tersebut menurut fungsi waktu. Dari sini bisa ditentukan
parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikian rupa sehingga fungsi gain
yang dipergunakan menjadi smooth.
Fungsi gain yang benar akan menghasilkan trace seismik dengan
perbandingan amplitudo-amplitudo sesuai dengan perbandingan dari masing-
masing koefisien refleksinya. Perbandingan koefisien refleksi yang benar akan
memudahkan interpretasi sifat-sifat refleksi dan lapisan-lapisan batuan. Secara
umum fungsi gain g(t) berupa
Gain(dB)=A .t +B .20 log(t)+C (2.1)
Dengan t adalah waktu, A faktor atenuasi, B faktor spherical divergensi dan C
tetapan gain. Terdapat beberapa jenis gain :
1. PGC (Programmed Gain Control) adalah fungsi gain yang sederhana,
bekerja berdasarkan interpolasi antara harga skalar amplitudo sampel pada
(a) (b)
laju pencuplikan dengan satu jendela tertentu. Contoh hasil PGC
ditunjukkan pada gambar 1.3.
2. AGC (Automatic Gain Control) adalah gain g(t) yang bekerja dengan
menggunakan metode rms (root mean square). Amplitudo masing-masing
sampel dikuadratkan, lalu dihitung rms-nya pada satu jendela tertentu,
contoh hasil AGC diberikan oleh gambar 1.4. Sedangkan gambar 1.5
menunjukkan contoh proses gain recovery dan sebelumnya.
Gambar 2.2. Contoh Penampang seismik gather (a) sebelum gain, dan (b) setelah dilakukan gain (Sismanto,2006)
2.1.5. Editing dan Muting
Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk,
sedangkan Muting adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang
diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya
yang dapat mengganggu data (Gambar 2.3)
Gambar 2.3. Rekaman data seismik (Yilmaz, 2001)
Jenis noise yang biasanya diedit adalah :
1. Trace mati, karena geophonennya sengaja tidak dipasang, sehingga
kanalnya akan berisi noise instrumen atau karena kerusakan kanal.
2. Trace yang mengandung noise elektro statik, biasanya frekuensi tinggi
3. Trace yang merekam getaran langkah orang yang berjalan dekat geophone
pada saat perekaman berlangsung
4. Cross feed
5. Polaritas terbalik (hal ini tidak perlu dimatikan, karena bisa dikoreksi pada
komputer)
6. Daerah first arrival (gelombang bias, pakai initial muting)
7. Noise di dalam trace yang mengelompok (pakai surgical muting)
2.1.6. Koreksi statik
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan
receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-oleh ditempatkan pada datum
yang sama. Walaupun koreksi statik telah dilakukan sebelum analisa kecepataan,
tetapi koreksi tersebut tidaklah sempurna. Hal ini disebabkan beberapa faktor
seperti :
1. Kesalahan pengukuran elevasi
2. Ketidaktelitian membaca up hole time
3. Ketidaktepatan mengukur kecepatan replacement
4. Adanya manipulasi kedalaman lubang bor oleh regu bor
5. Adanya problem surface unconsistent static
2.1.7. Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground
roll, multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang
kompleks akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan proses invers filter
karena konvolusi merupakan suatu filter. Bumi merupakan low pass filter yang
baik sehingga sinyal impulsif diubah menjadi wavelet yang panjangnya sampai
100 ms. Wavelet yang terlalu panjang mengakibatkan turunnya resolusi seismik
karena kemampuan untuk membedakan dua event refleksi yang berdekatan
menjadi berkurang.
2.1.8. Analisis Kecepatan
Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang sesuai
untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul,
sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Prinsip
dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan hiperbola
yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum (Gambar 2.4).
Gambar 2.4. Stacking velocity (Yilmaz, 2001)
Pengetahuan mengenai analisis kecepatan sangat penting karena dengan
analisis kecepatan akan diperoleh nilai keceatan yang cukup akurat untuk
menentukan kedalaman., ketebalan, kemiringan (dip) dari suatu reflector atau
refraktor. Namun demikian nilai kecepatan dari medium dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti lithologi batuan, tekanan suhu porositas, densitas, ukuran
butir, umur batuan, kandungan fluida dan frekuensi dari rambatan gelombang
tersebut. Pada umumnya medium yang relatif densitasnya tinggi, maka
kecepatanya relatif akan tinggi. Kenaikan densitas bisa disebabkan oleh jenis
batuan, tekanan, porositas, ukuran butir, umur batuan dan lainya.
Didalam proses pengolahan data seismik dikenal beberapa macam
kecepatan yang penggunaanya tergantung kebutuhan. Diantara kecepatan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kecepatan sesaat (instantaneous velocity)
Pada kecepatan sesaat ini laju gelombang yang merambat melalui satu titik dan di
ukur pada arah rambatan gelombang dapat ditulis secara matematis yaitu:
V=limn → 0 ( ∆ z
∆ t )=( dzdt )
❑
(2.2)
2. Kecepatan interval (interval velocity)
Merupakan kecepatan laju rata-rata dari dua titk yang diukur tegak lurus terhadap
kecepatan lapisan yang dianggap sejajar. Dengan rumusan berikut :
VI❑=¿∆ t∆ z
(2.3)
3. Kecepatan Rata-Rata
Merupakan kecepatan interval sepanjang suatu section geologi.
Vi2=¿Vn2tn−V (n−1 )2 t (n−1 )
tn−t (n−1 )(2.4)
4. Kecepatan RMS (root mean Square)
Merupakan kecepatan total dari system perlapisan horizontal dalam bentuk akar
kuadrat rata-rata.
Vrms=¿ ❑√∑k=1
n
Vk2 .∆ tk
∑1
n
∆ tk
(2.5)
5. Kecepatan Stack / V nmo
Merupakan nilai kecepatan empiris yang sesuai dengan hubungan Tx dan To pada
persamaan NMO.
6. Kecepatan semu (apparent velocity)
Merupakan kecepatan gelombang yang diukur sepanjang ketebalan lapisan (tidak
tegak lurus lapisan).
2.1.9. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO
Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot
point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP (Common Depth
Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah
gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal incident) (Gambar 2.5).
Gambar 2.5. Koreksi NMO: (a) sebelum dikoreksi (b) kecepatan yang sesuai (c) kecepatan yang lebih rendah (d) kecepatan yang lebih tinggi (VAN DER KRUK, 2001)
2.1.10. Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang
bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N), karena sinyal yang
koheren akan saling memperkuat dan noise yang inkoheren akan saling
menghilangkan. Sel;ain itu stacking akan mengurangi noise yang bersifat koheren.
Stack dapat dilakukan berdasarkan Common Depth Point (CDP), Common Offset,
Common Shot Point tergantung dari tujuan dari stack itu sendiri. Biasanya proses
stack dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada satu
CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat satu trace
yang tajam dan bebas noise inkoheren (Gambar 2.6).
Pada pusat pengolahan data proses stack ini biasanya dilakukan bersamaan
dengan proses CDP gather dan koreksi NMO dalam satu tahapan pekerjaan. Ada
beberapa proses stacking, yaitu initial stack, resudual static stack dan final stack.
Masing-masing proses tersebut pada prinsipnya
Gambar 2.6. Proses penjumlahan trace-trace dalam satu CDP (stacking) (VAN DER KRUK, 2001)
2.1.11. Filtering
Filter digunakan untuk meredam noise dan menjaga sinyal. Ada dua jenis filter :
1. Filter frekuensi (satu dimensi)
Hanya meredam frekuensi tertentu yang tidak diinginkan. Tipe filter ini berupa
low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter. Filter di dalam
pengolahan data pada umumnya bersifat zero phase, sehingga tidak menggeser
phase data.
2. Filter F-K (dua dimensi)
Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi
sinyal tetapi bilangan gelombangnya berbeda. Ada dua jenis filter F-K, yaitu
notch dan band pass filter.
2.1.12. Equalization
Adalah proses untuk menaikkan atau menurunkan harga amplitudo tanpa merubah
perbandingan amplitudo refleksi-refleksinya. Dalam hal ini digunakan window
yang panjang, setelah harga rata-rata diperoleh dalam window tersebut lalu
dicari faktor skalanya atau faktor pengali sedemikian rupa sehingga harga rata-
rata itu menjadi suatu harga yang dikehendaki (2”). Faktor skala yang diperoleh,
dipergunakan untuk mengalikan semua amplitudo trade tersebut. Bila digunakan
banyak window (overlap/baku tindih 50 %) maka faktor skala setiap window
dikalikan pada amplitudo trace di windownya masing-masing. Pada daerah baku
tindih dilakukan interpolasi.
2.1.13. Plotting
Pengolahan data dianggap selesai kalau hasil pengolahan telah diplot pada film.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada plot film adalah :
1. Skala horizontal (trace/mm atau trace/inch) dan skala vertikal (detik/cm)
2. Bias, dinyatakan dalam % yaitu tebal garis trace terhadap jarak antara dua
trace
3. Display mode, bisa wiggle saja, wiggle variable area atau wiggle variable
saja
4. Polaritas (normal/reverse) dan garis waktu (timing line)
5. Informasi pada film (titik perpotongan lintasan, sumur, dll)
6. Arah plot, harus sesuai dengan arah penembakan lintasan Gain, fokus,
sambungan film (bila perlu penyambungan) harus sama densitasnya.
2.2. Migrasi
Migrasi merupakan proses untuk mereposisi reflektor sehingga berada pada posisi
yang sebenarnya Ketidaktepatan posisi reflektor ini disebabkan aleh efek difraksi
yang terjadi ketika gelombang seismik mengenai ujung/puncak dari suatu
diskontinuitas, maupun akibat adanya reflektor miring. Migrasi merupakan
tahapan alternatif yang penting dalam pengolahan data sesimik, dan bertujuan
memindahkan reflector miring ke posisi yang sebenarnya pada penampang
seismik. Migarsi juaga mampu menghilangkan efek difraksi, sehingga dapat
memperjelas gambaran struktur detil bawah permukaan. Migrasi dapat juga
dipandang sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan resolusi spasial
penampang seismik.
Melalaui migrasi didapat sejumlah parameter yang berbeda sebagai koreksi yaitu:
1. migrsi memperbesar sudut kemiringan.
2. Memperpendek reflector
3. Memindahkan reflector ke arah up dip
4. Memperbaiki resolusi lateral.
2.2.1. Pengertian Migrasi
Untuk menempatkan data pada posisi spatial yang sebenarnya diperlukan suatu
tahap pengolahan data yang disebut migrasi seismik. Hasil dari proses migrasi
diharapkan dapat menggambarkan geometri struktur geologi yang sesungguhnya
sehingga mempermudah melakukan interpretasi. Migrasi adalah suatu proses
untuk memindahkan kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang
sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini disebabkan karena
penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan kedudukan yang
sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu tegak lurus terhadap
bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring. Selain itu,
migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul
akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan).
Migrasi bertujuan untuk membuat penampang seismik mirip dengan kondisi
geologi yang sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Reflektifitas suatu
bidang refleksi yang semula ‘tidak menyambung dan selaras’ satu sama lain serta
dipenuhi oleh efek difraksi bowtie, setelah dimigrasi menjadi lebih jelas dan
teratur. Perbedaan amplitudo yang terlihat antara lapisan yang diatas dengan
lapisan dibawahnya, yang diakibatkan oleh perubahan kontras densitas batuan di
bidang batas antar lapisan, setelah dimigrasi juga menunjukkan reflektifitas yang
lebih baik. Maka dari itu secara umum amplitudo refleksi pada bidang-bidang
reflektor didalam penampang termigrasi relatif lebih jelas terlihat dibandingkan
sebelum dimigrasi. Dengan kata lain, kontinuitas amplitudo refleksi pada fasies
seismik yang ditampilkan pada migrated section semakin optimal.
Gambar 2.8. Penampang seismik: (a) sebelum migrasi; (b) setelah migrasi (VAN DER KRUK, 2001)
2.2.2. Konsep Migrasi Numerik
Tujuan migrasi pada dasarnya ingin memperoleh gelombang fungsi ruang
U(x,y,t=0),yaitu pada saat sumber berada di reflector dan belum meledak (metode
ledakan di reflector)dari medan gelombang U(x,y=0,t) yang terekam
dipermukaan.Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan ekstrapolasi atau
interpolasi dari medan gelombang yang terekam U(x,y=0,t) untuk mendapatkan
gelombang di sembarang waktu t dan sembarang kedalaman y, yaitu
U(x,y,t).Sehingga pada akhirnya dapat pula diperoleh medan gelombang di pusat
sumber (reflector) pada saat sumber belum meledak U(x,y,t=0),
Proses ekstrapolasi maupun interpolasi merupakan kontinyuasi perambatan medan
gelombang sepanjang koordinat kedalaman y maupun t.Bia terdapat suatu
rekaman medan gelombang U(x,y,t) pada level y = 0 (di permukaan),maka dapat
dihitung medan gelombang yang merambat maju dan maupun mundur U(x,y`,t)
pada level y` = nΔy,dengan n = …,-3,-2,-1 atau n = 1,2,3…. .Medan gelombang
yang diperoleh merupakan simulasi medan gelombang rambatan dari atau ke level
baru.Di dalam pemodelan maju, gelombang diekstrapolasi pada arah maju ,tetapi
pada migrasi pemodelan dilakukan pada arah mundur.
Proses migrasi data seismik saat ini berdasarkan pada berbagai teknik migrasi
dengan menggunakan persamaan gelombang akustik (P) maupun elastic (P dan S)
yang dikerjakan oleh computer.teknik-teknik tersebut meliputi,
1. Stack difraksi yang dikembangkan oleh Kirchoff, sering disebut dengan metode
sumasi Kirchoff , keuntungan utama metode ini adalah mampu memigrasi
reflector curam dengan baik apabila kualitas data bagus. Tetapi bila data dengan
S/N jelek, maka hasilnya akan rendah mutunya.
2. Pendekatan numerik dengan metode beda hingga. Di sini persamaan diferensial
parsial gerak gelombang dipecahkan secara pendekatan numerik berdasarkan teori
beda hingga,keuntungan metode ini adalah kenampakan yang baik walaupun data
seismik mempunyai S/N rendah. Kelemahannya ia memerlukan waktu lama dan
memepunyai kesulitan bila terdapat data kemiringan yang cukup tajam.
3. Metode transformasi ke kawasan f-k, pada mana dilakukan transformasi
persamaan gelombang dari koordinat ruang – waktu ke dalam koordiant
frekuensi-bilangan gelombang f-k. Pencitraan selanjutnya dilakukan melalui
ekstrapolasi dan interpolasi melalui pergeseran phase. Kelebihan metode ini,
prosesnya relatif cepat, performencenya masih baik walau S/N data rendah dan
mampu memigrasi kemiringan reflector yang curam kekurangannya ialah, bila
terdapat fungsi kecepatan yang sangat luas.
4. Migrasi reverse time serupa dengan metode ke-3 di atas, hanya dengan metode
ini, ekstrapolasi dilakukan dalam arah koordinat waktu negatif, bukan sepanjang
koordinat ruang seperti pada metode-metode lainnya.
Contoh hasil migrasi dengan metode ini diberikan pada gambar VIII.2.
Gambar 2.9. Contoh sebelum dan sesudah migrasi suatu penampang seismik dengan metode F-K stolt (VAN DER KRUK, 2001).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini memerlukan suatu tahapan yang urut
yang menjelaskan urutan rencana pelaksanaan kegiatan yang dilakukan, secara
umum metodologi penelitian tersebut dapat dijelaskan pada diagram dibawah ini.
Mulai
Studi Pustaka
Studi Literatur
Jurnal Makalah Penelitian Terdahulu
Pengumpulan Data
Data Seismik (Seismic Tape)
Pengolahan Data (Processing)
Analisis Dan Diskusi
Interpretasi
Pelaporan
Selesai
Gambar 3.1. Tahapan penelitian kerja praktek
Dari tahapan-tahapan penelitian di atas selanjutnya dijelaskan mengenai
metodologi rinci mengenai pengolahan data seismik yang direncanakan untuk
memperoleh hasil post stack time migrasi yang akan dilakukan analisis untuk
menjawab tujuan-tujuan dalam kerja praktek ini. Urutan metodologi tersebut
dijelaskan pada gambar 3.2.
Field Data Tape SEG-D
Trace Editing or Mute
Demultiplexing
Static Correction
Amplitude Recovery
Deconvolution
Velocity Analysis
NMO Correction
Stacking Brute Stack Display
Time-Verying Filter
Migration
Display
Equalization
Plotting
Gambar 3.2. Metodologi Pengolahan Data Seismik
Data-data yang diperlukan dalam kerja praktek ini adalah :
1. Data-data Literatur.
2. Jurnal, Makalah dan Laporan (Penelitian) terdahulu.
3. Data seismik dan data-data lainnya yang terkait dengan tema dari kerja
praktek.
3.1. Studi Pustaka
Melakukan studi pustaka dari literatur, makalah dan laporan terdahulu
mengenai tahapan dan cara pengolahan data seismik. Sebagai langkah awal untuk
pendalaman materi sebelum melakukan pengolahan data seismik secara langsung
di lapangan.
3.2. Pengumpulan Data
Merupakan tahapan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian berupa data yang telah diperoleh dari tahapan akuisisi
(tape) di lapangan
3.3. Pengolahan dan Analisis Data
Melakukan pengolahan data dan analisis data terhadap data yang telah
dikumpulkan untuk mencapai tahapan penelitian yang telah disusun dan
direncanakan sehingga dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut yang sesuai
dengan tema yang diangkat.
BAB IV
RENCANA PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan berupa pengolahan data serta interpretasi data
seismik dimana penelitian ini direncanakan untuk dapat dilakukan dengan
estimasi waktu :
Waktu penelitian : 4 pekan
Tempat : PT. Energi Mega Persada
Dengan rencana jadwal penelitian adalah sebagai berikut :
KEGIATANMINGGU KE
1 2 3 4
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data dan Diskusi
Presentasi dan evaluasi
Dimana kegiatan ini diharapkan dapat dimulai 25 Juni – 25 Juli 2015 atau
mengikuti waktu yang telah ditentukan oleh PT. Energi Mega Persada.
BAB V
ALAT DAN FASILITAS
5.1. Alat
Untuk mendukung kegiatan penelitian maka dibutuhkan beberapa alat
pendukung diantaranya :
1. Data-data penelitian.
2. Seperangkat computer (PC).
3. Literatur yang berkait dengan penelitian.
4. Peralatan yang menunjang penelitian.
5.2. Fasilitas
Untuk mendukung kegiatan penelitian maka dibutuhkan beberapa fasilitas
diantaranya :
1. Akses ke perpustakaan.
2. Akses internet.
3. Akses untuk penggandaan data.
BAB VI
LAPORAN
Semua hasil pengolahan data selama kerja praktek akan disusun dalam
bentuk laporan tertulis yang akan dilaporkan kepada PT. Energi Mega Persada.
Dan kemudian diberikan pengesahan sebagai bukti telah menempuh mata kuliah
kerja praktek sebanyak 2 sks. Sedangkan jadwal kegiatan pengolahan data
disesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan dari PT. Energi Mega Persada.
BAB VII
KONTRIBUSI PENELITIAN
Kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa dalam melakukan Kerja
Praktek di dunia perminyakan akan dapat membuka wawasan akademisi
khususnya mahasiswa yang bersangkutan pada bidang geofisika eksplorasi yang
digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon.
1. PT. Energi Mega Persada
· Membangun hubungan kemitraan antara PT. Energi Mega Persada dengan
Universitas Padjajaran.
· Memperoleh tenaga kerja tambahan dari mahasiswa yang melaksanakan
Kerja Praktek.
· Mempermudah perusahaan dalam merekrut calon pegawai atau karyawan
yang profesional dengan Mahasiswa sebagai parameternya.
2. Universitas Padjajaran
· Membina hubungan kemitraan antara Universitas Padjajaran dan PT.
Energi Mega Persada, dalam sarana dan prasarana pendidikan.
· Membekali kemampuan dasar kepada mahasiswa Universitas Padjajaran
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam dunia kerja.
3. Mahasiswa
· Melengkapi ilmu teori yang didapatkan di bangku kuliah terutama tentang
pengolahan data seismik.
· Memperoleh kesempatan mencari pengalaman, wawasan dan promosi pada
perusahaan yang memanfaatkan penerapan ilmu geofisika.
BAB VIII
PEMBIMBING
Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan oleh PT.
Energi Mega Persada, sedangkan untuk pembimbing di kampus dari salah satu
staf pengajar pada Program Studi Geofisika Universitas Padjadjaran.
BAB IX
PENUTUP
Kerja praktek yang dilaksanakan di PT. Energi Mega Persada adalah suatu
langkah yang sangat baik dalam sudut pandang mahasiswa untuk bisa menambah
wawasan mengenai dunia kerja di bidang eksplorasi minyak dan gas bumi. Bukan
hanya itu saja, dengan melakukan kerja praktek di PT. Energi Mega Persada,
maka mahasiswa juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga untuk masa
depan mahasiswa, pengalaman bekerja di perusahaan dan dapat mengenal PT.
Energi Mega Persada secara baik. Sehingga untuk kedepannya pengalaman dan
nilai-nilai yang didapatkan dari melakukan kerja praktek di PT. Energi Mega
Persada dapat menjadi bekal untuk masa depan memasuki dunia kerja.
Kesempatan yang diberikan oleh PT. Energi Mega Persada tentu saja akan
digunakan sebaik-baiknya oleh mahasiswa untuk bisa melakukan kerja praktek
pengolahan data dan menyusun laporan penelitian semaksimal mungkin. Semoga
dengan melakukan kerja praktek di PT. Energi Mega Persada, dapat terjalin
hubungan kerja sama yang baik dengan Universitas Padjadjaran. Pada akhirnya
semoga bisa menghasilkan sumber daya manusia di bidang perminyakan yang
berkompeten.