Proposal+Penelitian+Akoe

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    1/62

    PROPOSAL PENELITIAN

    HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA TERHADAP

    TINGKAT KECEMASAN INJECTING DRUG USER (IDU)

    USIA 15-35 TAHUN

    (Di Ruang Napza RSJ Menur Surabaya)

    JOKO HENDRA PRAYITNO

    05211049

    PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    "INSAN CENDEKIA MEDIKA"

    JOMBANG

    2008

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    2/62

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

    gangguan kesehatan / dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu

    indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi , 1998).

    Peran / tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu

    keperawatan dalam hal ini adalah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas)

    sangatlah mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran / tugas keluarga itu

    sendiri. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalammengatasi masalah kesehatan keluarga. (Friedman, ed 3, 1998 : 145)

    Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu

    mengambil keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang

    sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

    sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien.(Friedman, 2003 : 146).

    Penanggulangan Injecting Drug User(IDU) memang cukup sulit, perlu

    diperhatikan dari berbagai aspek, misalnya ketersediaan sarana kesehatan publik,hukuman bagi pengguna, pengedar dan berbagai cara yang lain. Cara yang dapat

    dilakukan adalah melalui pendekatan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan

    terkecil bagi seorang IDU. Kasih sayang orang tua akan menyebabkan pengguna

    merasa bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan, merasa dihargai dan

    dibutuhkan. Dengan kasih sayang orang tua diharapkan menjadi manusia yang

    dapat diterima oleh masyarakat (Abu ahmadi, 2002 : 106).

    Kesuma merupakan perkumpulan atau paguyuban, bukan organisasi

    hirarkis dan berbadan hukum. Kesuma membawa keselarasan dan kebersamaan.

    Motto dan semangat itu yang diciptakan. Menurut Mur achmadi, dari dinas

    kesehatan Kalimantan barat, mereka sangat berperan dalam kerja pendampingan

    kepada orang hidup dengan AIDS (OHIDA). Kesuma mencoba memotivasi,

    bahwa hidup seseorang tidak berakhir ketika terinfeksi HIV. Perjuangan Kesuma

    menghilangkan berbagai stigma, sudah cukup terbukti di lapangan. Kesuma ingin

    menyakinkan masyarakat, bahwa orang tidak boleh membedakan ODHA. Entah

    1

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    3/62

    2

    itu dari segi pelayanan, maupun keberadaannya. Hingga kini, keberadaan Kesuma

    sebagai kelompok dukungan bagi keluarga ODHA, telah banyak dirasakan

    manfaatnya. Meski demikian, keberadaan Kesuma masih sebatas orang tertentusaja yang mengetahui. sebagian besar orang tua mendukung penanganan terhadap

    HIV/AIDS. Cuma, orang tua tidak sepenuhnya tahu tentang hal itu. Seorang anak

    tidak mungkin memecahkan masalahnya sendiri. Anak butuh bantuan. Dan

    bantuan yang pertama kali diminta adalah dari orang tua atau keluarga.

    Injecting Drug User(IDU) merupakan salah satu jenis pengguna narkoba

    yang lebih spesifik. Komunitas ini hanya menggunakan narkoba dengan cara

    disuntikkan, karena itu lebih berisiko terkena berbagai macam penyakit menulardibandingkan dengan pengguna narkoba lainnya. Hal ini disebabkan perilaku IDU

    yang sering berbagi jarum antar sesama IDU (needle sharing), sehingga akan

    lebih mudah tertular penyakit, misalnya Hepatitis C bahkan HIV-AIDS.

    Data pada pengguna narkoba suntik di Asia sebanyak 1.3 2 juta jiwa dan

    dari total kasus yang ada, lebih dari 1 juta jiwa adalah pengguna narkoba suntik

    (IDU). Dimana 19% dari total kasus yang ada terinfeksi HIV/AIDS.

    Angka pengguna narkoba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

    Menurut perkiraan jumlah pengguna narkoba di Indonesia berkisar antara 1,3

    sampai dengan 3 juta jiwa, dan didominasi kota besar. Diperkirakan jumlah IDU

    di Indonesia sekitar 600 ribu sampai dengan 1 juta jiwa. Pengguna IDU rata-rata

    berumur antara 16-25 tahun.

    Kejadian IDU selalu berhubungan dengan kejadian HIV/AIDS ( ODHA ).

    Data nasional berdasarkan Departemen Kesehatan RI menunjukkan penurunan

    tingkat resiko penularan HIV/AIDS lewat jalur hubungan seksual. Bila sebelum

    tahun 1999 persentase penularan lewat jalur tersebut sebesar 80 persen, tahun

    1999 menurun menjadi 50 persen dan tahun 2002 menurun lagi menjadi 48

    persen. Sementara kasus-kasus HIV/AIDS pada pemakai narkoba, atau IDU

    (Intravenous Drug Users) justru makin meningkat. Disebutkan, kasus-kasus

    HIV/AIDS pada pemakai narkoba menurun dalam kurun enam tahun terakhir dan

    cenderung stabil. Berkebalikan dengan persentase IDU. Bila pada tahun 1987 -

    Juni 1999 hanya ditemukan 6 kasus di kalangan IDU, Desember 1999 terjadi

    peningkatan 25 kasus, yang meningkat lagi menjadi 780 kasus tahun 2002. Dan

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    4/62

    3

    pada Desember 2005 tercatat 3.719 kasus IDU. Dampak IDU tersebut tentu saja

    sangat erat dengan HIV/AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS yang tertular lewat

    berbagai jalur, hubungan seksual, pemakaian jarum suntik, transfusi darah hinggatahun 2005 mencapai 4.244 orang untuk HIV dan 5.321 orang (AIDS).

    Diperkirakan kasus-kasus tersebut masih permukaan, realitanya masih lebih

    banyak kasus yang belum terungkap. Bahkan Departemen Kesehatan

    memperkirakan pada tahun 2007 kasus IDU yang tercatat setidaknya ada

    90.000-130.000 kasus, dimana sebagian besar tidak melaporkan. ( Bernas, 2007 )

    Saat ini, Jatim menduduki posisi ketiga sebagai provinsi yang jumlah

    orang hidup dengan HIV-nya terbanyak setelah DKI Jakarta dan Papua. Walaudalam data yang di dapat dari Depkes RI masih menduduki perangkat ketiga,

    jumlah penderita di Jatim memang cenderung meningkat dan bisa mengalahkan

    Jawa Barat dalam jumlah. Selama tahun 2006, terdapat 863 kasus AIDS, 475

    kasus HIV dan 258 diantaranya meninggal (Depkes RI).

    Data dari RSJ Menur Surabaya memperlihatkan bahwa dari 17 pasien

    yang ada diruang Napza, sebanyak 76.5% (13 pasien) adalah pengguna (IDU).

    Pada pasien yang baru masuk rumah sakit ratarata mengalami stress psikologis

    (kecemasan). Sehingga peran keluarga sangatlah penting dalam membantu untuk

    mengurangi rasa cemas yang di alami pasien, dan hal itu sangat membantu dalam

    proses pengobatan/terapi pasien (Rekam Medik RSJ Menur Surabaya, 2008).

    MayoritasIDUmenyuntik dirinya secaraintravena, tetapi juga ditemukan

    secara subkutan, dan intramuskular. Jenis obat yang sering disuntikkan IDU

    adalah heroin, kokain, dan juga sejenis amphetamines, buprenorphine,

    benzodiazepines, dan barbiturate. Permasalahan IDU selain penyuntik akan

    mengalami berbagai reaksi sistemik akibat obat yang disuntikkannya, IDU juga

    dapat menularkan berbagai penyakit melalui jarum yang dipakai bergantian.

    Masih belum jelas seberapa besar pengaruh peran keluarga terhadap

    proses penyembuhan IDU, serta belum jelas juga jika pengaruh peran keluarga ini

    dapat digunakan secara umum.

    Jadi penulis berusaha mencari hubungan peran keluarga terhadap tingkat

    kecemasanInjecting Drug User( IDU ) usia 15-35 tahun.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    5/62

    4

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :Apakah ada hubungan peran keluarga terhadap tingkat kecemasan

    Injecting Drug User ( IDU ) usia 15-35 tahun ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan umum

    Menganalisis peran keluarga terhadap tingkat kecemasan Injecting Drug

    User ( IDU ) usia 15-35 tahun.1.3.2 Tujuan khusus

    1. Mengidentifikasi peran keluarga.

    2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan Injecting Drug User(IDU) usia

    15-35 tahun.

    3. Menganalisa peran keluarga terhadap tingkat kecemasan Injecting

    Drug User ( IDU ) usia 15-35 tahun.

    1.4 Manfaat penulisan

    Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan

    yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapakan dari penelitian ini

    adalah

    1) Bagi Peneliti

    Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang peran keluarga

    terhadap tingkat kecemasanInjecting Drug User(IDU) usia 15-35 tahun.

    2) Bagi Institusi Pendidikan

    Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan

    serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

    3) Bagi Profesi

    Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan.

    4) Bagi keluarga

    Memberi informasi kepada orang tua tentang peran keluarga dan

    perhatian orang tua kepada anak.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    6/62

    5

    5) Bagi klien

    Dapat meningkatkan konsep dari klien dan motivasi untuk berobat dan

    sembuh.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    7/62

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Keluarga

    2.1.1 Definisi

    Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) Keluarga adalah unit

    terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

    orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap

    dalam keadaan yang saling ketergantungan.

    Menurut Bailon dan Maglaya (1989 : 43) Keluarga adalah dua atau

    lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan ataupengangkatan dan hidup dalam rumah tangga dan berinteraksi satu sama

    lain dan dalam perannya menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.

    Menurut UU No. 10 tahun 1992 Keluarga adalah unit terkecil

    dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami-istri dan

    anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya

    Menurut Friedman (1998 : 145) Keluarga adalah kumpulan dua

    orang atau lebih secara bersama karena suatu ikatan lahir dan emosionaldan setiap individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan

    bagian dari keluarga.

    Keluarga dapat dikatakan harmonis jika para anggota didalamnya

    bisa berhubungan secara serasi dan seimbang, saling memuaskan

    kebutuhan anggota lainnya serta memperoleh kepuasan atas segala

    kebutuhannya ( BKKBN, 2006 : 102).

    Teori Maslow yang membahas tentang beragam kebutuhan manusia

    telah menyusun suatu hierarki kebutuhan yang harus dipenuhi oleh

    individu sebagai pribadi dan sebagai anggota keluarga secara selaras dan

    seimbang,yaitu:

    6

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    8/62

    7

    1. Kebutuhan biologik-faali (kebutuhan-kebutuhan dasar)

    seperti makan, minum, pakaian dsb.

    2. Kebutuhan akan rasa aman (bebas dari bahaya dan ancamanbaik fisik maupun psikis).

    3. Kebutuhan akan kasih sayang (afeksi) dan rasa

    kebersamaan, rasa memiliki dan dimiliki, merasa dirinya bagian integral

    dari keluarga (belonging).

    4. Kebutuhan akan penghargaan dan prestasi (self esteem)

    5. Kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri).

    2.1.2 Struktur Keluarga

    Menurut Nasrul Efendi, (1998 : 45) Struktur keluarga terdiri dari

    bermacam-macam :

    1) Patrilineal : Keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara

    sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

    melalui garis ayah

    2) Matrilineal: Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

    beberapa generasi yang disusun melalui garis ibu

    3) Matrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga istri

    4) Patrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga suami

    5) Kawinan : Hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan

    keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

    karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

    2.1.3 Type atau bentuk keluarga

    Menurut Nasrul Efendi, (1998 : 44) Type atau bentuk keluarga

    yaitu:

    1) Keluarga inti, adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-

    anak

    2) Keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah sanak saudara

    3) Keluarga berantai, adalah keluarga yang terdiri-dari suami atau istri

    yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    9/62

    8

    4) Singgle family, adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau

    kematian.

    5) Keluarga berkomposisi, adalah keluarga dengan perkawinanberpoligami yang hidup secara bersama-sama

    6) Keluarga kabitas, adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan

    tetapi membentuk satu keluarga

    2.1.4 Pemegang kekuasaan dalam keluarga

    Menurut Nasrul Efendi,(1998 : 87) pemegang kekuasaan dala

    keluarga adalah:

    1) Patriakal, adalah dominan pemegang kekuasaan adalah pihak ayah2) Matriakal, adalah dominan pemegang kekuasaan adalah pihak ibu

    3) Equalitarian, adalah Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh ayah

    dan ibu

    2.1.5 Peran keluarga

    Peran yang dikutip oleh Frieman dari Nye, 1976 dinyatakan

    sebagai suatu perilaku yang bersifat homogen yang diharapkan secara

    normatif oleh seorang ocupan (Seseorang yang memegang suatu posisi

    dalam struktur sosial) dalam situasi sosial tertentu. Posisi atau status sosial

    didefinisikan sebagai tempat seseorang dalam sistem sosial. Dalam

    pelaksanaan peran berkenaan dengan siapa pemegang kekuasaan keluarga

    (Friedman, 1998 : 146).

    Peran dalam keluarga memberikan tujuan homeostasis,

    homeostasis ini mengacu pada pemanfaatan mekanisme regulator oleh

    keluarga untuk mengatur keseimbangan dalam keluarga (Friedman, 1998).

    Turner, 1970 menyatakan jika keluarga tidak menyatakan atau

    melaksanakan peranya maka keluarga akan menjadi ketergantungan

    terhadap keberadaan peran-peran diluar keluarga (Misalkan petugas

    kesehatan)

    2.1.6 Variabel yang mempengaruhi pelaksanaan peran keluarga

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    10/62

    9

    Menurut Friedman, 1998 Menyangkut struktur kekuasaan

    keluarga , ada faktor-faktor yang mempengaruhi peran keluarga yang

    meliputi:1) Kelas Sosial

    Fungsi dari peran keluarga tentulah dipengaruhi oleh tuntutan

    kepentingan dan kebutuhan yang ada dalam keluarga

    2) Bentuk Keluarga

    Keluarga dengan orang tua tunggal jelas bebeda dengan orang

    yang masih lengkap, demikian juga dengan antara keluarga inti dan

    keluarga besar yang beragam dalam pengambilan keputusan dankepentingan akan rawan konflik peran.

    3) Latar Belakang Keluarga

    Kesadaran dan kebiasaan keluarga

    Notoadmojo 1995 menyatakan kesadaran merupakan titik

    temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan dan

    perbandingan yang menghasilkan keyakinan. Kebiasaan yang

    meningkatakan kesehatan yaitu; tidur teratur, sarapan setiap hari,tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak makan

    sembarangan, olah raga, pengontrolan berat badan.

    Sumber daya keluarga (Moenir, 1995 : 56)

    Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan

    penerimaan seseorang sebagai imbalan atas semua yang telah

    dilakukan dengan tenaga atau pikiran seseorang terhadap orang

    lain atau organisasi lain. Dalam pendapatan ada 2 metode yang

    dilakukan yaitu; KFM ( kebutuhan fisik minimum) dan KHM

    (Kebutuhan hidup minimum).

    4) Siklus keluarga

    Perbedaan siklus keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal

    yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan

    kepentingan.

    2.1.7 Peran keluarga dalam kesehatan

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    11/62

    10

    Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

    mempunyai peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan

    dilakukan yang meliputi :

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    12/62

    11

    1) Mengenal masalah kesehatan

    Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

    diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dankarena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga

    habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-

    perubahan yang dialami anggota keluarganya. Perubahan sekecil

    apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung akan

    menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan dalam

    keluarga (Suprajitno, 2004). Mengenal menurut Notoadmojo, 1995

    diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari ataudiketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang spesifik

    dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

    Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu

    mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.

    2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

    Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

    mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

    dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

    keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004).

    Friedman, 1998 menyatakan kontak keluarga dengan sistem akan

    melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun praktisi lokal

    (Dukun) dan sangat bergantung pada:

    Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?

    Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap

    masalah yang dihadapi salah satu anggota keluarga ?

    Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi

    yang dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya ?

    Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas

    kesehatan?

    Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk

    menjangkau fasilitas kesehatan?

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    13/62

    12

    3) Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

    Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari

    peran atau tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatansecara fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan keluarga

    (Friedman, 1998). Suprajitno menyatakan bahwa keluarga memiliki

    keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Dirumah

    keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama.

    Untuk mengetahui dapat dikaji :

    Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?

    Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentangperawatan yang diperlukan pasien ?

    Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (Aktif mencari

    informasi tentang perawatan terhadap pasien)

    4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

    keluarga

    Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar

    lingkungan rumah Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan

    manfaatnya.

    Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan

    rumah yang menunjang kesehatan.

    5) Menggunakan pelayanan kesehatan

    Menurut Nasrul, 1998, pada keluarga tertentu bila ada anggota

    keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri ataudukun.

    Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan

    sarana kesehatan perlu dikaji tentang :

    Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat

    dijangkau keluarga

    Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan

    Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    14/62

    13

    Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.

    Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha

    keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.Hambatan yang dapat muncul terutama kamunikasi (Bahasa) yang

    kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalaman yang kurang

    menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan dengan petugas

    kesehatan ketika berhadapan dengan petugas kesehatan.

    2.1.8 Ciri-ciri keluarga di Indonesia (Nasrul, 1998 : 132)

    1) Suami sebagai pengambil keputusan

    2) Merupakan satu kesatuan yang utuh3) Berbentuk monogram

    4) Bertanggung jawab

    5) Meneruskan nilai-nilai budaya

    6) Ikatan keluarga yang erat

    7) Mempunyai semangat gotong royong.

    2.2 Konsep KecemasanStress psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan

    perubahan terhadap diri seseorang; sehingga orang tersebut terpaksa

    mengadakan adaptasi untuk menanggulanginya. Dari hal tersebut maka dapat

    timbul kecemasan bahkan sampai depresi. Seseorang yang mengalami sakit

    dengan penyakit yang kronis atau cidera dapat menjadikan orang tersebut

    cemas. (Dadang Hawari, 2002 :47)

    Tidak semua orang yang mengalami stress psikososial mengalami

    kecemasan, hal ini tergantung pada kepribadian masing masing orang dan

    dukungan yang diberikan keluarga di dalamnya. (Hawari, 2002 : 142)

    2.2.1 Definisi

    Kecemasan dapat disebut juga ansietas / anxiety adalah merupakan

    gangguan alam perasaan (Affective) yang ditandai dengan perasaan

    ketakutan atau kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak

    mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh,

    perilaku terganggu tapi masih dalam keadaan normal.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    15/62

    14

    2.2.2 Kepribadian pencemas

    Menurut teori Ludwig Klages, (1999 : 25) kepribadian seseorangadalah perlawanan atau mempertahankan diri sekuat tenaga dari stressor

    dan menyerah terhadap stressor.

    Hawari menyatakan seseorang yang menderita gangguan cemas

    manakala seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang

    dihadapinya dia akan menyerah atau mepertahakan diri sekuat tenaganya.

    Seseorang yang tanpa stressor juga dapat menjadi cemas dapat dinamakan

    pribadi pencemas. Ciri-ciri dengan kepribadian cemas :1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

    2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (Khawatir)

    3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum

    4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

    5) Tidak mudah mengalah atau suka Ngotot

    6) Gerakan sering serba salah, gelisah

    7) Seringkali mengeluh, khawatir yang berlebih terhadap penyakit.

    8) Mudah tersinggung, suka membesarkan masalah kecil

    9) Dalam mengambil keputusan sering bimbang atau ragu

    10) Kalau sedang emosi bertindak histeris.

    Orang dengan kepribadian ini tidak semua mengeluh hal yang

    sifatnya psikis tapi juga somatik (Fisik).

    2.2.3 Gejala Klinis Cemas

    Keluhan keluahan yang sering diungkapkan oleh orang yang

    mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut (Hawari,

    2002) :

    1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

    tersinggung

    2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut

    3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

    4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

    5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    16/62

    15

    6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya sakit pada otot dan tulang,

    pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

    pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya.Selain keluhan cemas diatas ada kelompok cemas yang lebih berat

    dari gangguan cemas menyeluruh, panik, gangguanPhobik, dan gangguan

    obsesif kompulsif.

    2.2.4 Gangguan cemas menyeluruh

    Hawari Menyatakan bahwa secara klinis selain gejala cemas yang

    biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (1bulan)dengan manifestasi sebagai berikut :

    1) ketegangan motorik/alat gerak :

    Gemetar

    Tegang

    Nyeri otot

    Letih

    Tidak dapat santai Kelopak mata bergetar

    Kening berkerut

    Muka tegang

    Gelisah

    Tidak dapat diam

    Mudah kaget

    2) Hiperaktivitas saraf autonom (Simpatis/ Parasimpatis) :

    Berkeringat yang berlebihan

    Jantung berdebar-debar

    Rasa dingin

    Telapak tangan/kaki basah

    Mulut kering

    Pusing

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    17/62

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    18/62

    17

    Merasa tegang

    Lesu

    Tidak bisa istirahat dengan tenang

    Mudah terkejut

    Mudah menangis

    Gemetar

    Gelisah

    3) Ketakutan

    Pada gelap

    Pada orang asing

    Ditinggal sendiri

    Pada binatang besar

    Pada keramaian lalu lintas

    Pada kerumunan orang banyak

    4) Gangguan tidur

    Sukar masuk tidur Terbangun pada malam hari

    Tidur tidak nyenyak

    Bangun dengan lesu

    Banyak mimpi-mimpi

    Mimpi buruk

    Mimpi menakutkan

    5) Gangguan kecerdasan Sukar konsentrasi

    Daya ingat yang menurun

    Daya ingat buruk

    6) Perasan depresi (Murung)

    Hilangnya minat

    Berkurangnya kesenangan pada hobi

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    19/62

    18

    Sedih

    Bangun dini hari

    Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

    7) Gejala somatik/fisik (Otot)

    Sakit dan nyeri otot-otot

    Kaku

    Kedutan otot

    Gigi gemerutuk

    Suara tidak stabil

    8) Gejala Somatik/ fisik(sensorik)

    Tinitus (Telinga berdenging)

    Pengelihatan kabur

    Muka merah atau pucat

    Merasa lemas

    Perasaan seperti ditusuk-tusuk

    9) Gejala kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)

    Takikardia

    Berdebar-debar

    Nyeri di dada

    Denyut nadi mengeras

    Rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan

    Detak jantung menghilang atau berhenti sejenak

    10) Gejala Respiratori Rasa tertekan atau sempit di dada

    Rasa tercekik

    Sering menarik nafas

    Nafas pendek dan sesak

    11) Gejala gastrointestinal

    Sulit menelan

    Perut melilit

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    20/62

    19

    Gangguan pencernaan

    Nyeri sebelum dan sesudah makan

    Perasaan terbakar di perut

    Rasa penuh atau kembung

    Mual dan muntah

    Buang air besar lembek

    Konstipasi (Sukar buang air besar)

    Weight loss (Kehilangan berat badan)

    12) Gejala urogenital (Perkemihan dan Kelamin)

    Sering buang air kecil

    Tidak dapat menahan air seni

    Tidak datang bulan

    Darah haid yang berlebihan

    Darah haid yang teramat sedikit

    Masa haid yang berkepanjangan Masa haid yang amat pendek

    Haid beberapa kali dalam sebulan

    Menjadi dingin (Frigid)

    Ejakulasi dini

    Ereksi melemah

    Ereksi hilang

    Hipotensi

    13) Gejala autonom

    Mulut kering

    Muka merah

    Mudah berkeringat

    Kepala pusing

    Kepala terasa berat

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    21/62

    20

    Kepala terasa sakit

    Bulu-bulu berdiri

    14) Tingkah laku (Sikap) pada saat wawancara

    Gelisah

    Tidak tenang

    Jari gemetar

    Kerut kening

    Muka tegang

    Otot mengeras/ tegang

    Nafas pendek dan cepat

    Muka merah

    Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A digunakan untuk

    mengukur derajat cemas apakah ringan, sedang atau berat yaitu dengan

    skor

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    22/62

    21

    Drug dan alat-alatnya mudah didapat.

    3. Lingkungan

    Keluarga

    Keluarga yang bercerai

    Kurang kasih saying dan perhatian

    Kurang pengawasan dari orang tua

    Masalah dalam keluarga

    Teman pergaulan

    2.3.3 Jenis Obat yang disuntikkan IDU

    Beberapa macam obat yang disuntikkan oleh IDU ke dalam

    tubuhnya, antara lain :

    1. Morphine

    2. Heroin (putauw)

    3. Amphetamine

    4. Sedatif - hipnotis (Benzodiazepin / BDZ )

    5. Buprenorfin

    6. Barbiturat

    2.3.4 Pengaruh jangka panjang IDU

    Pengguna narkoba jenis suntik memiliki banyak dampak negatif

    bagi diri dan lingkungannya, antara lain:

    1. Pembuluh darah vena rusak akibat penggunaan alat suntik

    tidak steril.

    2. Tetanus3. Gangguan pada jantung, dada, dan tenggorokan.

    4. Menstruasi tidak teratur

    5. Impotensi pada pria

    6. Sembelit / mulas kronis

    7. Tindak kekerasan dan kejahatan

    2.3.5 Perkembangan IDU di Indonesia

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    23/62

    22

    Departemen Kesehatan memperkirakan pada tahun 2007 kasus

    IDU yang tercatat setidaknya ada 90.000-130.000 kasus, yang sebagian

    besar tidak melapor (Bernas, 2007). Estimasi Departemen Kesehatan danKomisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional tahun 2006, tercatat

    sekitar 190.000 sampai 247.000 IDU di Indonesia dengan prevalensi rata-

    rata tertular penyakit sebesar 41,07 % (Komunitas AIDS Indonesia,

    2007).

    Pelayanan dan fasilitas yang diberikan berdasarkan data yang

    menunjukkan 80 persen IDU adalah pria dan 50 % usia 25-30 tahun, atau

    usia produktif, tercatat pula 64 % IDU masih menggunakan jarum suntikbersama (Kompas, 2006).

    2.3.6 Terapi bagi IDU

    Model terapi untuk IDU bermacam, namun tidak semua model

    tersebut cocok untuk semua orang. Kutipan dariNational Institute of Drug

    Abuse (NIDA), lnstitut di bidang Drug Abuse tertinggi di AS menyatakan

    bahwa "tidak ada satu model terapi yang cocok untuk semua orang".

    Keanekaragaman terapi tergantung keanekaragaman obat-obatan yang

    disalahgunakan. Terapi juga tergantung karakteristik dari pengguna.

    Terapi penyalahgunaan obat-obatan harus meliputi terapi tingkah

    laku (konseling, terapi kognitif, terapi sosial), terapi medis, terapi

    keagamaan atau kombinasi dari semua terapi. Penyembuhan dengan

    berbagai macam terapi tersebut merupakan sebuah proses, dan tidak bisa

    hanya dalam satu waktu penanganan.

    Detoksifikasi bukan merupakan jenis terapi, melainkan awal dari

    terapi. Detoksifikasi dilakukan pecandu heroin, benzidiazepine, alkohol,

    barbiturat dan sedatif lainnya. Detoksifikasi membantu meringankan

    proses withdrawal. Proses detoksifikasi ini tidak menghentikan kecanduan.

    Beberapa contoh model terapi bagi IDU adalah

    1. Model moral

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    24/62

    23

    Model yang sangat dikenal oleh masyarakat kita adalah model

    agamis / moral. Model tersebut menekankan tentang dosa dan kelemahan

    individu. Program terapi tersebut banyak dikenal di masyarakat. Modeltersebut dipakai jika masyarakat masih memegang nilai-nilai keagamaan /

    moral dengan kuat. Model tersebut mengambil konsep "war on drug", dan

    berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh

    agama. Model tersebut membenarkan kekuatan hukum untuk berperang

    melawan penyalahgunaan obat-obatan. Kelemahan dari model terapi jenis

    tersebut adalah dualisme antara keinginan berperang melawan pecandu

    yang pada sisi lain adalah anggota keluarga sendiri.2. Model adiksi sebagai penyimpangan sosial.

    Model terapi dengan program teraputik komunitas mulai banyak

    diterapkan beberapa tahun terakhir ini. Model tersebut memakai konsep

    penyimpangan sosial (social-disorder) sebagai dasar terapi, baik struktur

    dan proses semua mengarah ke arah perubahan dari penyimpangan sosial

    ke arah perilaku sosial yang layak. Mayoritas penyalahgunaan obat-obatan

    melakukan tindakan asosial termasuk tindakan kriminal.

    Model tersebut memusatkan terapi bukan pada obat-obatan yang

    disalahgunakan tetapi perilaku yang bersangkutan. Model tersebut banyak

    diterapkan di lembaga terapi yang memfokuskan diri pada mereka yang

    harus menjalankan masa hukuman dengan pengawasan juridiksi

    pengadilan. Keunikan model tersebut adalah dalam fungsi komunitas

    sebagai agen perubahan. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh para

    residen. Kedudukan konselorhanyamemastikan program yang ada harus

    mendukungstruktur yang ada. Psikiater dan dokter hanya diperlukan jika

    ada gangguan mental atau gangguan fisik. Bantuan pekerja sosial

    diperlukan untuk masalah sosial seperti hubungan dengan pengadilan,

    pencarian pekerjaan, dll.Kontrol sosial dilakukan oleh para konsuler yang

    merupakan mantan pecandu.

    3. Model penyakit / gangguan kesehatan

    Model lain yang banyak dipakai adalah model biologis. Konsep

    tersebut berasal dari teori fisiologis atau metabolisme yang tidak normal,

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    25/62

    24

    karena faktor etiologis atau keturunan. Ada dua macam model terapi

    berdasarkan konsep ini.

    Konsep pertama adalah konsep menyembuhkan kecanduan obatdengan memakai obat lain. Contohnya adalah model treatmant metadon

    untuk pecandu opiat. Terapi tersebut didasarkan pada teori bahwa

    kecanduan opiat merupakan hasil dari defisiensi metabolik. Defisiensi

    tersebut dilakukan dengan memberikan metadon (Dole and Nyswander,

    1967 : 22). Terapi medis tersebut berdasarkan adanya kesalahan

    metabolisme yang harus dikoreksi. Terapi yang berbeda adalah pemakaian

    naltrexone sebagai antagonis dari narkotika. Saat ini pemerintah AmerikaSerikat telah menyetujui Burpenorphine sebagai alternatif dari metadon.

    Penelitian membuktikan bahwa metadon tidak terlalu memberikan hasil

    yang diharapkan.

    Konsep adiksi sebagai penyakit mempunyai teori lain tentang

    terapi. Dari model biologis tersebut, lahir konsep dis-ease (diseasemodel

    mempunyai dua arti : disease sebagai penyakit dan dis-ease sebagai rasa

    tidak nyaman). Konsep tersebut mulai dianut sejak tahun 1960-an di

    Amerika Serikat dan disebut gerakan alkoholisme (Room, 1983 : 55).

    Konsep tersebut menyatakan bahwa kecanduan alkohol identik dengan

    penyakit diabetes atau penderita gangguan jantung. Model tersebut

    menjelaskan bahwa seorang alkoholik adalah penderita penyakit alkohol.

    Seorang penderita penyakit gula yang dilarang mengonsumsi gula, maka

    penderita penyakit alkohol juga tidak boleh mengonsumsi alkohol. Terapi

    untuk konsep penyakit tersebut berbeda dengan terapi yang melihat adiksi

    sebagai penyimpangan sosial. Pecandu dianggap pasien pada terapi ini.

    Konselor adalah "dokter". Pasien direhabilitasi dengan konsep alergi.

    Mereka mempunyai alergi terhadap alkohol, sehingga mereka tidak boleh

    mengonsumsi alkohol seumur hidup. Konsep adiksi sebagai penyakit

    mementingkan perkumpulan (fellowships) yang mempunyai (penyakit)

    alkohol, narkotik, atau kecanduan lain untuk menjadi pendukung satu

    sama lain, karena konsep tidak boleh minum atau menggunakan drug

    seumur hidup itu sangat sulit.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    26/62

    25

    Konsep adiksi sebagai penyakit membenarkan teori bahwa

    ketergantungan adalah masalah utama. Sedangkan konsep adiksi sebagai

    penyimpangan sosial melihat masalah pribadi dan sosial sebagai masalahutama dan ketergantungan merupakan masalah kedua.

    4. Model psikologis

    Model tersebut membenarkan teori psikologis bahwa kecanduan

    adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya atau konflik,

    sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau

    melepaskan beban psikologis itu (Mc Lellin, Woody and O'Brien, 1979 :

    175). Model tersebut mementingkan penyembuhan emosi. IDU tidak akanmempunyai masalah dengan obat-obatan jika emosi dapat dikendalikan.

    Model terapi tersebut banyak dilakukan dalam konseling pribadi,

    baik dalam pusat rehabilitasi atau terapi pribadi. Model tersebut digunakan

    oleh beberapa instansi di negara kita.

    5. Model kebudayaan dan sosial

    Model terapi jenis ini menyatakan bahwa kecanduan adalah hasil

    sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan

    tertentu.

    Keluarga seperti lingkungan, dapat dikategorikan sebagai

    lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu. Penelitian menunjukkan

    bahwa pemakaian alkohol oleh anggota keluarga merupakan masalah di

    keluarga yang bersangkutan. Model tersebut banyak menekankan proses

    terapi untuk anggota keluarga pecandu (Ametembun, 2003 : 255).

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    27/62

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Konsep (Hawari, 2002)

    ------- : Tidak diteliti

    ____ : Diteliti

    Gambar 2.1 Kerangka konseptual

    26

    Stress Psikologis

    Cemas DepresiStress

    Baik

    Kecemasan Menurun

    Kurang

    Kecemasan Meningkat

    General Anxiety Desease Panik Phobik Obsesif Konvulsif

    Host Agent Lingkungan

    Mental Drug dan alat-alatnya Keluarga danteman pergaulan

    Injecting drug user (IDU)

    KeluargaMudah

    terpengaruhMudah didapat

    Masuk rumah sakit (MRS)PERAN KELUARGA

    1. Mengenalmasalah kesehatan

    2. Mengambilkeputusan yang tepat

    3. Merawat keluargayang sakit

    4. Memodifikasilingkungan yang sehat5. Men unakan

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    28/62

    27

    3.2 Hipotesis Penelitian

    H1 : Ada hubungan antara peran keluarga dalam kesehatan terhadapkecemasanInjecting Drug User ( IDU ) usia 15-35 tahun.

    H0 : Tidak ada hubungan antara peran keluarga dalam kesehatan

    terhadap kecemasanInjecting Drug User ( IDU ) usia 15-35 tahun.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    29/62

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 Waktu dan lokasi penelitian

    Tempat penelitian dilaksanakan di ruang Napza RSJ Menur

    Surabaya. Adapun waktu penelitian ini dimulai januari 2008 sampai April

    2008

    4.2 Desain penelitian

    Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan

    penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman ataupenuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam & Pariani,

    2001).

    Jenis penelitian yang digunakan AnalitikCross sectional, artinya

    obyek diobservasi satu kali saja dan pengukuran menggunakan variabel

    independen dan dependen dilakukan pada saat pengkajian data, Metode

    menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan korelasi dimana analisa

    digunakan untuk mengetahui hubungan. (Sastroasmoro & Ismael, 1995).

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    30/62

    4.3 Kerangka Kerja (Frame Work)

    Seluruh pasien IDU diruang Napza RSJ Menur surabaya.

    Accidental sampling

    klien yang memenuhi kriteria inklusi

    Cross sectional

    Kuisioner dan observasi

    Program SPSS

    Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

    4.4 Populasi, sampel dan sampling

    a. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

    (Nursalam & Pariani, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    pasien IDU diruang Napza RSJ Menur surabaya.

    Penyusunan proposal

    Populasi

    Sampling

    Sample

    Desain penelitian

    Pengumpulan dan Analisa data

    Pengumpulan data

    Penyusunan laporan akhir

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    31/62

    b. Sampel

    Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan

    sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2005)Sampel adalah sebagian dari keseluruha objek yang diteliti dan

    dianggap mewakili seluruh populasi Notoatmodjo, 2005)

    Berdasarkan pemakaian sampling yang dipilih peneliti maka

    peneliti menetapkan adanya kriteria

    Kriteria penerimaan (inklusi) sebagai berikut

    1. Masih mempunyai keluarga

    2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan3. Pengguna narkoba jenis suntik

    4. Usia 15-35 tahun

    5. Pasien yang ada di RSJ Menur Surabaya

    6. Penderita kooperatif dan bersedia ikut dalam

    penelitian.

    Kriteria penolakan (eksklusi) sebagai berikut

    1. Keluarga tidak jelas / tidak punya keluarga.2. Terinfeksi virus HIV/ AIDS

    3. Memiliki gangguan kejiwaan berat

    c. Sampling

    Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi

    untuk dapat mewakili populasi (Nursalam & Pariani, 2001).

    Pada penelitian ini menggunakan Accidental sampling yaitupemilihan sample dengan berdasarkan secara kebetulan bertemu (Alimul,

    2003).

    4.5 Variabel dan Definisi operasional

    a. VariabelIndependent

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    32/62

    Variabel independent adalah faktor yang diduga berhubungan variabel

    dependen (Nursalam & Pariani, 2001). Dalam penelitian ini variabel

    independennya adalah Peran keluarga.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    33/62

    b. VariabelDependent

    Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

    (Nursalam & Pariani, 2001). Variabel dependen dalam penelitian ini adalahTingkat kecemasan IDU.

    c. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat

    diamati (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran secara cermat terhadap situasi

    obyek yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam & Pariani,

    2001). Definisi operasional meliputi :

    Variabel Definisiopersional

    Parameter Alat Ukur Skala Skor

    Indepen

    den

    Peran

    keluarga

    Peran keluarga

    merupakan

    pehatian atau

    kasih sayang

    yang diberikankeluarga

    kepada pasien

    sehingga dapat

    membantu

    pasien untuk

    mengurangi

    kecemasanyang dialami.

    (Friedman,

    1998)

    1. Mengenal

    masalah

    kesehatan2. Mengambil

    keputusan yang

    tepat

    3. Merawat

    keluarga yang

    sakit

    4. Memodifikasilingkungan yang

    sehat

    5. Menggunakan

    pelayanan

    kesehatan

    Obsevasi

    dan

    kuisioner

    O

    R

    D

    I

    NA

    L

    Terdiri dari 20

    Baik= 14-20

    Cukup= 8-13

    Kurang =

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    34/62

    Dependen

    Tingkat

    kecemasanIDU

    Tingkat

    kecemasan

    IDUmerupakan

    respon atau

    sikap yang

    tampak pada

    pasien atas

    apa yang

    telah terjadipada dirinya.

    Hawari, HRS-A

    - Perasaan cemas

    (Ansietas)- Ketegangan

    - Ketakutan

    - Gangguan tidur

    - Gangguan

    kecerdasan

    - Perasan depresi

    (Murung)- Gejala

    somatik/fisik

    (Otot)

    - Gejala Somatik/

    fisik(sensorik)

    - Gejala

    kardiovaskuler

    (Jantung dan

    pembuluh darah)

    - Gejala

    Respiratori

    - Gejala

    gastrointestinal

    - Gejala

    urogenetalia

    - Gejala autonom

    - Tingkah laku

    (Sikap) pada saat

    wawancara

    Observasi O

    R

    DI

    N

    A

    L

    Terdiri dari 14

    Nilai :

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    35/62

    4.6 Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat ijin dari RSJ Menur

    Surabaya kemudian dilakukan inform concent setelah mendapat persetujuan untukmenjadi responden dibagikan kuessioner pada responden untuk peran dan

    dilakukan wawancara oleh petugas kesehatan dengan bantuan kuessioner HRS-A.

    4.7 Analisa Data

    Setelah data terkumpul dilakukan penyuntingan untuk melihat kualitas

    data. Dilanjutkan dengan melakukan coding dan tabulasi, kemudian disajikan

    dalam bentuk tabulasi silang sesuai dengan variable yang hendak diukur. Untukmengetahui hubungan antar variable digunakan Uji korelasi rank Spearman

    dengan nilai kemaknaaan p

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    36/62

    2. Anonimity (tanpa nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan subyek peneliti, peneliti mencantumkan namanya

    pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode padamasing-masing lembar tersebut.

    3. Confidentiality (kerahasiaan)

    Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek penelitian dijamin

    oleh peneliti.

    4.9 Keterbatasan

    Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah:a. Sampel atau responden

    Karena keterbatasan jumlah sampel maka keakuratannya hasil penelitian

    masih perludi uji coba.

    b. Pengumpulan data.

    Keterbatasan dalam pernyataan sehingga tidak dapat mengungkap hal-hal

    yang diperlukan lebih banyak lagi. Pengumpulan data dengan kuesioner

    mewakili jawaban lebih banyak dipengaruhi oleh sikap dan harapan

    pribadi yang bersifat subyektif.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    37/62

    TINGKAT KECEMASAN HAMILTON RATING SCALE FOR

    ANXIETY

    Penilaian :

    0 : Tidak ada (Tidak ada gejala sama sekali)

    1 : Ringan (Satu atau kurang dari sparuh dari gejala pilihan yang ada)

    2 : Sedang (Separuh dari gejala yang ada)

    3 : Berat (Lebih dari separuh dari gejala yang ada)

    4 : Sangat berat (Semua gejala ada)

    Penilaian derajat kecemasan :

    Score

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    38/62

    Gemetar

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    39/62

    3) Ketakutan

    Pada petugas kesehatan

    Pada keadaan kesendirian

    Pada saat dilakukan pemeriksaan

    Pada kerumunan banyak orang

    Pada gelap

    Pada keramaian lalu lintas

    4) Gangguan Tidur

    Sukar memulai tidur

    Terbangun pada malam hari

    Tidak pulas

    Mimpi buruk

    Mimpi yang menakutkan

    Bangun dengan lesu

    Banyak bermimpi

    5) Gangguan KecerdasanDaya ingat memburuk

    Sulit berkonsentrasi

    Sering bingung

    6) Perasaan depresi

    Kehilangan minat melakukan aktifitas

    Sedih akan keadaan dirinya.

    Bangun dini hari

    Perasaan yang berubah-ubah (Sedih / senang)

    7) Gejala somatik (Otot-otot)

    Nyeri otot

    Kaku-kaku

    Suara tidak stabil

    Score :

    Score :

    Score :

    Score :

    Score :

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    40/62

    Gigi gemeretak

    8) Gejala sensorik

    Telinga berdenging

    Pengelihatan kabur

    Muka merah dan pucat

    Merasa lemah

    Perasaan badan seperti ditusuk-tusuk

    9) Gejala cardiovaskuler

    Denyut nadi cepat

    Berdebar-debar

    Nyeri dada

    Denyut nadi mengeras

    Rasa lemah seperti mau pingsan

    10) Gejala Pernafasan

    Rasa tertekan didada

    Perasaan tercekik

    Merasa nafas pendek / sesak

    Sering menarik nafas panjang

    11) Gejala gastrointestinal

    Sulit menelan

    Mual muntah

    Berat badan menurun

    Sulit buang air besar

    Gangguan pencernaan (Diare)

    Nyeri lambung sesudah / sebelum makan

    Score :

    Score :

    Score :

    Score :

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    41/62

    Perut terasa penuh / kembung

    12) Gejala urogenitalia

    Sering kencing

    Tidak dapat menahan kencing

    Impotensi / Frigiditas

    13) Gejala vegetatif / otonom

    Mulut kering

    Muka merah

    Mudah berkeringat

    Pusing / sakit kepala

    Bulu roma berdiri

    Score :

    Score :

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    42/62

    14) Sikap pada saat wawancara

    Gelisah

    Jari gemetar

    Kerut kening

    Muka tegang

    Muka merah

    Nafas pendek dan cepat

    Score :

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    43/62

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    44/62

    4

    dalam merawat dirinya ?

    Adakah orang lain yang menemani / merawat pasien

    yang sakit selain keluarga ?

    1

    2

    3

    4

    D. Mempertahankan lingkungan yang sehat

    Apakah keluarga mampu menyediakan alat alat untuk

    keperluan sehari-hari pasien ?

    Apakah keluarga mampu meluangkan waktu untuk

    membahas masalah atau bercakap-cakap dengan

    pasien ?

    Apakah keluarga mampu menciptakan lingkungan

    yang aman bagi pasien (Bersih, terang, terhindar dari

    perabotan yang tajam)?

    Apakah keluarga melakukan kegiatan bersih-bersih

    secara bersama-sama secara rutin?

    1

    2

    3

    4

    E. Menggunakan pelayanan kesehatan

    Apakah keluarga merasakan keuntungan dari adanya

    pelayanan kesehatan?

    Apakah keluarga memberi kesempatan pasien untukmemilih fasilitas kesehatan yang diinginkan?

    Apakah keluarga pernah mengalami pengalaman yang

    kurang baik dari petugas kesehatan?

    Apakah keluarga percaya terhadap pengobatan yang

    diberkan kepada pasien oleh petugas kesehatan?

    Tanda Tangan

    (......................)

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    45/62

    Kuessioner Data Demografi :

    Jawablah dengan memberikan tanda () pada pilihan yang anda anggap tepat

    1. Berapa usia Anda saat ini ?a. < 14 tahun

    b. 15 tahun - 20 tahun

    c. 21 tahun - 30 tahun

    d. 31 tahun 35 tahun

    e. > 36 tahun

    2. Apa pendidikan terakhir Anda ?

    a. SD c. SMA b. SMP d. Perguruan Tinggi

    3. Apa pekerjaan Anda saat ini ?

    a. TNI/POLRI

    b. Wiraswasta

    c. Swasta

    d. Pegawai negeri

    4. Anda menganut agama :

    a. Islam

    b. Kristen Protestan

    c. Katholik

    d. Hindu

    e. Budha

    5. Pandapatan anda sekeluarga

    a. 2 Juta

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    46/62

    Pasien :

    Jawablah dengan memberikan tanda () pada pilihan yang anda anggap tepat

    1. Berapa usia pasien saat ini :a. 15 19 th

    b. 20 24 th

    c. 25 -29 th

    d. 30 35 th

    2. Pendidikan terakhir :

    a. SD

    b. SMPc. SLTA

    d. Perguruan Tinggi

    3. Pekerjaan pasien :

    a. TNI/POLRI

    b. Wiraswasta

    c. Swasta

    d. PNS

    e. Pelajar atau mahasiswa

    4. Status dalam keluarga

    a. Ayah/ Ibu

    b. Anak

    5. Jenis kelamin

    a. laki-laki

    b. Perempuan

    6. Status parital :

    a. Kawin

    b. Tidak kawin

    c. janda

    d. Duda

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    47/62

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

    Puskesmas Campur Darat merupakan puskesmas tingkat kecamatan yang

    merupakan puskesmas rujukan dan mempunyai 3 puskesmas pembantu. Pada

    Puskesmas campur Darat di dapatkan sarana rawat inap dengan kapasitas 22

    tempat tidur yang dibagi dalam 3 bangsal yaitu anak, dewasa dan wanita. Pada

    puskesmas ini dilayani oleh 1 dokter umum , 1 dokter gigi ,10 perawat ,1 Perawatgigi, 1 Analis kesehatan, 3 petugas kesehatan lingkungan. Jumlah pasien dengan

    hipertensi pada puskesmas adalah 40 penderita.

    4.2 Hasil Penelitian

    4.2.1 Data umum keluarga responden

    1. Distribusi umur keluarga responden

    Gambar 4.1 Diagram Pie distribusi menurut umur keluarga responden dengan

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung

    tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar keluarga

    renponden berusia > 35 tahun (44 %) atau 18 orang.

    2. Distribusi Pendidikan keluarga responden

    Usia

    0%

    3%28%

    25%

    44%

    35 tahun

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    48/62

    Pendidikan

    25%

    37%

    25%

    13%SD

    SMP

    SMA

    PT

    Gambar 4.2 Diagram Pie distribusi menurut pendidikan keluarga responden

    dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat

    Tulungagung tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

    mempunyai pendidikan SMP yaitu 15 responden (37%).

    3. Distribusi pekerjaan keluarga responden

    Pekerjaan

    0%

    62%25%

    13% TNI/POLRI

    Wiraswasta

    Swasta

    PNS

    Gambar 4.3 Diagram Pie distribusi menurut pekerjaan keluarga responden

    dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat

    Tulungagung tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

    mempunyai pekerjaan wiraswasta.

    4. Distribusi Agama keluarga responden

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    49/62

    Agama

    97%

    3%

    0%

    0%

    0%Islam

    Kristen protestanKatolik

    Hindu

    Budha

    Gambar 4.4 DiagramPie distribusi menurut agama keluarga responden dengan

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung

    tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

    menganut agama Islam.

    5. Distribusi Pendapatan keluarga responden

    Pendapatan

    67%

    20%

    13% 0%2 juta

    Gambar 4.5 Diagram Pie distribusi menurut Pendapatan keluarga responden

    dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat

    Tulungagung tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar yaitu 27 responden

    (67%) mempunyai pendapatan < 500.000

    4.2.2 Data Umum Pasien

    1. Distribusi responden berdasarkan umur

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    50/62

    Usia

    0%0%0% 23%

    77%

    35 tahun

    Gambar 4.7 DiagramPie distribusi menurut umur responden dengan hipertensi

    di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung tanggal

    1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.7 diatas diketahui bahwa sebagian besar pasien berusia

    lebih dari 35 tahun (77%) atau 31 orang.

    2. Distribusi responden berdasarkan pendidikan

    Pendidikan

    62%25%

    13% 0%SD

    SMP

    SMA

    PT

    Gambar 4.8 Diagram Pie distribusi menurut pendidikan responden dengan

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung

    tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 5.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

    berpendidikan SD (62%) atau 25 orang.

    3. Disribusi responden berdasarkan pekerjaan

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    51/62

    Pekerjaan

    0%

    75%

    25% 0% TNI/POLRI

    Wiraswasta

    Swasta

    PNS

    Gambar 4.9 Diagram Pie distribusi menurut pekerjaan responden dengan

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung

    tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.8 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

    mempunyai pekerjaan wiraswasta (75%) atau 30 orang.

    4. Distribusi responden berdasarkan status

    Status

    85%

    15%

    Ayah / Ibu

    Anak

    Gambar 4.10 DiagramPie distribusi menurut Status responden dengan hipertensi

    di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung tanggal

    1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 5.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar pasien

    mempunyai status sebagai ayah / ibu (85%) atau 34 orang

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    52/62

    5. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

    Jenis kelamin

    62%

    38%Laki-laki

    Perempuan

    Gambar 4.11 Diagram Pie distribusi menurut jenis kelamin responden dengan

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung

    tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.11 diketahui bahwa sebagian besar pasien adalah laki-laki

    (62%) atau 25 orang.

    6. Distribusi Status parital keluarga responden

    Gambar 4.6 DiagramPie distribusi menurut Status keluarga responden dengan

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung

    tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari gambar 4.6 diatas diketahui bahwa sebagian besar yaitu 30 responden

    (74%) dengan status kawin.

    Status parital

    74%

    3%8%

    15%Kawin

    Tdk kawin

    Duda

    Janda

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    53/62

    4.2.3 Data Khusus Responden

    1. Data tentang peran keluarga responden

    Tabel 4.1 Data peran keluarga dengan salah satu anggota menderita HT diwilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung tanggal 1Juli

    sampai dengan 5 Agustus 2005

    Peran

    keluarga

    Jumlah

    responden

    Prosentas

    e

    kurang 2 5%

    Cukup 30 75%

    Baik 8 20%Total 40 100%

    Sebagian besar peran keluarga sedang sebanyak 75% atau 30 responden

    dari 40 responden.

    2. Data tentang tingkat kecemasan responden

    Table 4.2 Data tingkat kecemasan pasien HT di wilayah kerja Puskesmas Campur

    darat Tulungagung tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    kecemasan

    Jumlah

    responden

    Prosentas

    e

    Tidak ada 0 0%

    Ringan 0 0%

    Sedang 27 67.5%

    Baik 13 32.5%

    Total 40 100%

    Sebagian besar responden mempunyai tingkat kecemasan sedang yang

    berjumlah 27 (67,5%)

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    54/62

    3. Data tentang hubungan antar sosiodemografi

    dengan tingkat kecemasan pasien dengan hipertensi

    Tabel 4.3 Hubungan antara sosiodemografi dengan tingkat kecemasan pada pasiendengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat

    Tulungagung tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    No Hubungan dengan

    kecemasan

    Nilai p

    Statistik korelasi

    spearman

    rho Nilai p :

    Statistik Regresi

    linear1 Usia 0,248 -0,187 0,333

    2 Pendidikan 0,001 0,575 0,2023 Status 0,711 -0,061 0,0004 Jenis Kelamin 0,446 -0,124 0,4055 Pekerjaan 0,774 0,053 0,5416 Status parital 0,573 0,092 0,013

    Dari tabel 4.3 diketahui bahwa yang mempunyai hubungan dengan tingkat

    kecemasan adalah pendidikan dengan nilai p:0,001 dengan keeratan hubungan

    0,575 atau sedang. Nilai positif yang ditunjukkan oleh nilai rho berarti semakin

    tinggi status pendidikan seseorang semakin meningkat kecemasannya. Dari

    statistik regresi didapatkan nilai signifikasi untuk status dalam keluarga 0,000 dan

    status parital adalah 0,013 yang berarti ada pengaruh antara status dalam keluarga

    dan status parital terhadap kecemasan responden.

    4. Data tentang hubungan antara variabel

    sosiodemografi dengan peran keluarga dalam kesehatan keluarga.

    Tabel 4.3 Hubungan antara sosiodemografi dengan peran keluarga pasien dengan

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung

    tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    No Hubungan

    dengan Peran

    Nilai p

    Statistik korelasi

    spearman

    rho Nilai p :

    Statistik regresi

    linear1 Usia 0,800 -0,41 0,9832 Pendidikan 0,006 0,428 0,2463 Pekerjaan 0,000 0,536 0,108

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    55/62

    4 Pendapatan 0,734 0,055 0,9165 Agama 0,736 -0,55 0,758

    Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa yang mempunyai hubungan dengan

    peran keluarga adalah pendidikan (p:0,004) dan Pekerjaan (p:0,001) dengan nilai

    rho untuk pendidikan 0,0428 atau hubungan dengan keeratan sedang, dan nilai rho

    untuk pekerjaan adalah 0,536 dengan keeratan hubungan adalah sedang. Nilai

    positif yang ditunjukkan oleh nilai rho berarti semakin tinggi status pendidikan

    dan pekerjaan seseorang semakin baik peran dalam keluarganya .

    5. Hubungan antara peran keluarga dan tingkat

    kecemasan pasien dengan Hipertensi

    Tabel 4.4 Nilai hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan

    pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat

    Tulungagung tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005

    Dari hasil korelasi antara peran keluarga dan tingkat kecemasan pasien

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung adalah ada

    hubungan antara kedua variable dengan nilai p=0,02 atau

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    56/62

    Berdasarkan dengan uji korelasi ditemukan bahwa antara pendidikan dan

    tingkat kecemasan mempunyai hubungan dengan nilai p = 0,001 yang berarti ada

    hubungan antara kedua variable dari data juga ditemukan tingkat kecemasandipengaruhi oleh status dalam keluarga dan status parital dengan nilai 0,000 dan

    0,013. Nilai positif yang ditunjukkan oleh nilai rho berarti semakin tinggi status

    pendidikan seseorang semakin meningkat kecemasannya. Dadang Hawari

    menyatakan bahwa tingkat kecemasan sangatlah berhubungan dengan tingkat

    pendidikan seseorang dimana seseorang akan dapat mencari informasi atau

    menerima informasi dengan baik sehingga akan cepat mengerti akan kondisi dan

    keparahan penyakitnya dan dengan keadaan yang seperti ini akan menyebabkanpeningkatan kecemasan pada orang tersebut. Selain hal tersebut pengalaman juga

    merupakan hal yang sangat menentukan tingkat kecemasan. Pengaruh status

    dalam keluarga dan status parital juga sangat berpengaruh terutama dalam

    kecemasan yaitu sebagai ayah/ibu dan dengan status parital kawin. Kecemasan

    dapat terjadi jika seseorang tidak mempunyai kesiapan dalam menerima informasi

    tentang penyakitnya sehingga dengan informasi atau pengetahuan tentang

    penyakitnya seseorang akan mengalami kecemasan.

    Pada penderita hipertensi yang menjadi responden dengan tingkat

    pendidikan yang tidak terlalu tinggi akan menimbulkan tingkat kecemasan

    sedang. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kurangnya informasi tentang

    penyakit atau kurangnya penangkapan terhadap informasi yang masuk. Pada

    responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat menimbulkan

    kecemasan yang tinggi yang dikarenakan semakin seseorang tahu akan

    penyakitnya seseorang akan semakin mengalami kecemasan. Status dalam

    keluarga yaitu sebagai ayah /ibu dan juga status parital sebagian besar adalah

    kawin juga mempunyai pengaruh dalam tingkat kecemasan responden yang tidak

    terlalu tinggi tetapi sedang. Untuk sosiodemografi yang lain didapatkan hasil yang

    menyatakan tidak ada hubungan dan tidak berpengaruh terhadap tingkat

    kecemasan pasien.

    4.3.2 Hubungan Antara Sosiodemografi Dengan Peran Keluarga Dalam

    Kesehatan Dengan Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Di Wilayah

    Kerja Puskesmas Campur Darat Tulungagung.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    57/62

    Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa yang mempunyai hubungan

    dengan peran keluarga dalam kesehatan adalah pendidikan dengan nilai p=0,006

    dan pekerjaan keluarga dengan nilai p=0,000. Nilai positif yang ditunjukkan olehnilai rho berarti semakin tinggi status pendidikan dan pekerjaan seseorang

    semakin baik peran dalam keluarganya Dari uji regresi ditemukan tidak ada

    pengaruh dari sosiodemografi terhadap peran keluarga responden.

    Dengan pendidikan yang baik maka pengetahuan dan penangkapan

    informasi akan baik pula. Seperti yang dikemukakan Freeman yang menyatakan

    bahwa peran dapat dipengaruhi oleh pengetahuan. Dimana semakin tinggi

    pengetahuan seseorang akan meningkatkan peran. Dari uji statistik didapatkanpula bahwa pendapatan dan usia tidaklah terlalu mempunyai hubungan dengan

    peran hal ini dapat disebabkan pendapatan masyarakat yang rendah dan usia yang

    sangatlah bervariasi.

    Pekerjaan pasien yang baik akan menimbulkan suatu interaksi dengan

    orang lain sehingga informasi bertambah sesuai dengan jenis pekerjaan, dan hal

    ini akan meningkatkan peran mereka didalam kesehatan (Freeman, 1998)

    Pada responden banyak yang sudah bekerja baik itu swasta, wiraswasta

    ataupun pegawai negeri yang banyak mendapatkan informasi dari orang lain yang

    berinteraksi dengan mereka. Pendidikan dari responden banyak yang baik

    sehingga kemudahan dalam berkomunikasi dan menerima informasi akan

    menambah peran mereka dalam keluarga terutama dalam bidang kesehatan.

    Dengan cara berfikir yang baik maka seseorang juga akan lebih cepat dalam

    melakukan keputusan dalam kesehatan.

    4.3.3 Hubungan Antara Peran Keluarga Dalam Kesehatan Keluarga Dengan

    Kecemasan Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Campur Darat

    Tulungagung

    Sesuai dengan hasil dari uji korelasi yang dilakukan menunjukkan adanya

    hubungan antara peran keluarga dalam kesehatan dengan tingkat kecemasan

    pasien dengan hipertensi dengan tingkat signifikan yaitu 0.02

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    58/62

    dalam mengatasinya. Masalah kesehatan dalam keluarga dapat berupa maalah

    kesehatan yang menimpa salah satu anggota keluarga seperti Hipertensi.

    Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagaikomplikasi terutama stroke (Tagor, 2003). Menurut Dadang Hawari penyakit

    kronis dapat menyebabkan stress psikologis yang dapat berlanjut menjadi

    kecemasan dan bila hal ini tidak segera ditangani akan menjadi lebih parah sampai

    orang tersebut mengalami Kecemasan menyeluruh, phobia, panic bahkan sampai

    obsesiv konvulsif. Stress psikologis menurut Taat Putra dapat menurunkan

    kekebalan tubuh seseorang yang akan membawa orang tersebut kepada keadaan

    yang lebih parah dari keadaan yang sebelumnya.Peran keluarga dalam kesehatan pada responden adalah sedang,

    sebenarnya hal ini tidaklah cukup karena harusnya peran keluarga adalah baik

    sehingga derajat kesehatan keluarganya akan menjadi lebih optimal. Dengan

    peran yang cukup baik didapatkan pula tingkat kecemasan yang sedang pada

    pasien dengan hipertensi.

    Tingkat pendapatan akan mempengaruhi peran seseorang. Dadang Hawari

    menyatakan tingkat pengalaman atau dalam hal ini orang terbiasa dengan keadaan

    penyakit hipertensi (Kronis) akan lebih dapat bertoleransi terhadap masalah atau

    keadaan tersebut dan bisa dikatakan tidak akan terlalu berpengaruh (tingkat stress

    tidak terlalu tinggi). Menurut Moenir pendapatan seseorang yang digunakan

    dalam memenuhi kebutuhan fisik minimum seseorang, dengan kebutuhan fisik

    minimum seseorang yang terpenuhi maka peran yang dapat dilakukan oleh

    keluarga adalah dengan meningkatkan derajat kesehatan secara optimal. Hal

    seperti ini akan dapat membuat pasien dengan hipertensi dapat mengatasi masalah

    kesehatan baik secara fisik maupun secara psikologis sehingga kecemasan tidak

    terjadi.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    59/62

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Setelah dilakukan pengelompokan dan tabulasi data serta pembahasan

    dari hubungan antara peran keluarga dalam kesehatan keluarga dan tingkat

    kecemasan pasien dengan hipertensi, maka dapat diambil suatu kesimpulan dan

    saran sebagai berikut :

    5.1 Kesimpulan

    1. Sebagian besar Peran keluarga dalam kesehatan keluarga adalah cukup

    baik2. Sebagian besar tingkat kecemasan pada responden adalah sedang

    3. Ada hubungan sedang antara tingkat pendidikan dengan tingkat

    kecemasan responden

    4. Ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan keluarga responden

    dengan peran keluarga

    5. Ada pengaruh status dalam keluarga responden dan status parital terhadap

    tingkat kecemasan responden

    6. Tidak terdapat pengaruh antara sosiodemografi dengan peran keluarga

    responden

    7. Terdapat hubungan antara peran keluarga dalam kesehatan dengan tingkat

    kecemasan responden

    5.2 Saran

    1. Peran keluarga yang cukup baik tetap dilaksanakan bahkan dapat

    ditingkatkan menjadi lebih baik sehingga kesehatan keluarga menjadi

    lebih optimal

    2. Dengan pengobatan dan peningkatan peran keluarga pasien diharapkan

    tidak merasa cemas akan kondisi atau akan menjadi beban keluarga,

    karena merawat anggota keluarga merupakan tugas dari keluarga.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    60/62

    3. bagi petugas kesehatan pentingnya peran keluarga dalam terapi pasien

    hipertensi dapat dipertimbangkan, bukan hanya melalui pengobatan.

    4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan peran keluargadengan tingkat kecemasan pasien hipertensi yang terkait dengan

    mengembangkan variabel-variabel berpengaruh, sampel yang lebih banyak

    dan tempat yang lebih luas.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    61/62

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif dkk (1999).Kapita Selekta Kedokteran ed 3. Jakarta: EGC.

    Arikunto, S (1998).Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

    Arikunto, S (2000).Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

    Azwar, S(1998).Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta

    Efendi Nasrul, (1998). Dasar-dasar Kerperawatan Kesehatan Masyarakat.

    Jakarta: EGC.

    Friedman, Marilyn M (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih

    Bahasa : Ina Debora R.L, Yoakim Asy. Jakarta :EGC

    Hawari, D (2002).Stress, Depresi dan Cemas. Jakarta, EGC.

    Idris dan Kasim, (2003),Buku Ajar Kardiologi, Surabaya, Universitas Airlangga

    Ismudiarti Lily (2003).Buku Ajar Kardiologi. FKUI, Jakarta

    Keliat Budi Anna (1998).Komunikasi Terapeutik, Jakarta, EGC

    Notoadmojo S (2002).Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

    Notoadmojo S. (1997).Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

    Notoatmodjo, S (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Perilaku

    Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

    Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi, Penelitian Ilmu

    Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

    Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

    Nursalam dan Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset

    Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

  • 8/8/2019 Proposal+Penelitian+Akoe

    62/62

    Moenir A.S. (2001).Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi

    Aksara

    Putra Taat (1999). Konsep PsikoNeuroImunologi. Simposium PNI, Surabaya,

    Universitas Airlangga

    Sholeh M, (2000). Pengaruh Salat Tahajud Terhadap Peningkatan Perubahan

    Respon Ketahanan TubuhImunologis. ,Surabaya, Airlangga

    Tagor, (2003).Buku Ajar Kardiologi, Surabaya, Universitas Airlangga