Upload
others
View
16
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DENGAN METODE QIRO’ATI DI
PONDOK PESANTREN ASRAMA PENDIDIKAN ISLAM AL-RIYADLOH
KESONGO TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
UMI FAJRIYAH
NIM: 111-14-378
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DENGAN METODE QIRO’ATI DI
PONDOK PESANTREN ASRAMA PENDIDIKAN ISLAM (API )AL-
RIYADLOH KESONGO TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN
2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
UMI FAJRIYAH
NIM: 111-14-378
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
ع عثا سض هللا ع لال: لال سعل هللا صم هللا عه عهى:
عه تعهى انمشأ شكى ي خ
)سا انثخاس(
Dari Usman r.a berkata bahwa Rasulullah saw.bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur‟an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji syukur teruntai dari sanubariku
yang terdalam atas karunia dan rahmat Allah SWT. dengan segenap rasa cinta
dan sayang saya persembahkan karya sederhana ini untuk:
1. Ayahandaku dan Ibuku tercinta. Ibu Anik dan Bapak Harun Arrosyid
sepasang malaikat penjagaku di bumi-Nya. Adikku tercinta Deden
Fahrizal Hikamaa. Semua keluarga besar simbah Marno (Alm) dan
keluarga besar Simbah Shoim yang selalu mendoakanku. Semoga tahun
depan bisa berangkat ke Baitullah Makkah Al-Mukarramah
2. Almaghfurlah K.H. Zumri RWS dan Ibu Nyai Hj. Lathifah Zumri, Romo
K.H. Syamsurro‟yi dan Ibu Nyai Hj. Istiwanah yang saya ta‟dzimi, orang
tua kedua ku di Pondok Pesantren API Al-Riyadloh. Ilmuyang beliau beri
tak akan mampu kubalas dengan materi apapun. Semoga surga
mempertemukan kita di Jannah.
3. Kyai Afif Abdussomad dan Ning Ruqayyah, Kyai Khoiru Ubaidillah dan
Ning ifa yang selalu memberikan nasehat dan selalu mendoakanku. Semua
asatidz Pondok Pesantren API Al-Riyadloh.
4. Ali Mahmudi S.E.Sy. yang tak lelah menyemangatiku, Group Rebana Al-
Furqan (Kang Ali Mahmudi, Kang Agus, Kang Ni‟am, Dek Jhon, Kang
Mu‟arif, Dek Syihab, Dek Kaffa, Dek malikhah, Dek atina, Dek nisa, Dek
tiun, Mbak zahra), Mbak Alicia, yang selalu menjadi keluarga,
penyemangat dan menjadi warna dalam hidupku.
5. Keluarga besar Pondok Pesantren API Al-Riyadloh, terkhusus teman-
teman penghuni kamar 3 yang selalu menghiburku menyemangatiku.
Mbak Iis Shalichah, Mbak Mila, Mbak wanah, Kak kil yang
menyemangatiku, dek Ayu, dek Ulfa.
6. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Falah. Terkhusus Abah Salam, Umi
iklima, mas yang selalu menyemangatiku dan mendo‟akanku.
ix
KATA PENGANTAR
تغى ٱلل د دى ٱنش ٱنش
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah di Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam, yang berkenan mengoreksi dan mengarahkan judul skripsi di
tengah padatnya tugas.
4. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, arahan serta ide cemerlangnya dalam penyelesaian skripsi ini.
x
5. Bapak Dr. Maimun selaku dosen pembimbing akademik, beserta bapak
dan ibu dosen yang telah berkenan membimbing penulis selama masa
studi.
6. Romo K.H. Syamsurro‟yi dan Ibu Nyai Istiwanah (Alm). Selaku pengasuh
Pondok Pesantren API Al-Riyadloh yang telah memberikan izin dan
bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini, yang tak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullah khair al-jaza‟. Kepada
mereka semua, penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Hanya
untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas
semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya, dari
karya tulis ini penulis berharap kemanfaatan bagi penulis khususnya dan
para pembaca umumnya.
Salatiga, 21 Maret 2019
Penulis
Umi Fajriyah
NIM. 11114378
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR i
LEMBAR BERLOGO IAIN ii
HALAMAN SAMPUL DALAM iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
PENGESAHAN KELULUSAN v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
ABSTRAK xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Penegasan Istilah 8
F. Sistematika Penulisan 10
xii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Al-Qur‟an
1. Pengertian Pembelajan 12
2. Komponen Pembelajaran Al Qur‟an 14
3. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Al-Qur‟an 15
4. Pengertian Al-Qur‟an 18
5. Pengajaran Al-Qur‟an 20
B. Metode Qiro‟ati
1. Pengertian Metode 21
2. Pengertian Qiro‟ati 24
3. Sejarah Penemuan Metode Qiro‟ati 25
4. Tujuan Qiro‟ati 28
5. Sistem Pengajaran Qiro‟ati 29
6. Target Qiro‟ati 29
7. Prinsip-prinsip Dasar Metode Qiro‟ati 30
8. Strategi Mengajar 31
9. Cara Mengajar Qiro‟ati 33
C. Kajian Pustaka 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 43
C. Sumber Data 44
xiii
D. Prosedur Pengumpulan Data 45
E. Analisis Data 47
F. Pengecekan Keabsahan Data 48
BAB IV PAPARAN DAN ANALIS DATA
A. Paparan Data
1. Letak Geografis Pondok Pesantren API Al-Riyadhloh 50
2. Sejarah Pondok Pesantren API Al-Riyadhloh 50
3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren API Al-Riyadhloh 52
4. Keadaan Peserta Didik 53
5. Keadaan Ustadz-ustadzah 54
6. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Qiroa‟ti di Pondok Pesantren API Al-
Riyadloh 56
7. Struktur Organisasi Kepengurusan Qiro‟ati Di Pondok Pesantren API Al-
Riyadloh 57
8. Pembelajaran Al-Qur‟an dengan Metode Qiro‟ati di Pesantren API Al-
Riyadhloh 58
B. Analisis Data
1. Proses Penerapan Pembelajaran Al-Qur‟an dengan Metode Qiro‟ati di
Pesantren API Al-Riyadhloh 75
2. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Qiro‟ati di Pondok Pesantren Al-
Riyadloh 81
xiv
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Metode Qiro‟ati di Pondok Pesantren
Al-Riyadloh 83
4. Hasil Pembelajaran Al-Qur‟an dengan Metode Qiro‟ati di Pesantren API
Al-Riyadhloh 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 89
B. Saran 90
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Keadaan Peserta Didik Qiro‟ati Pondok Pesantren API Al
Riyadloh
Table 4.2 Keadaan Ustadz-Ustadzah Qiro‟ati Pondok Pesantren API Al-
Riyadloh
Tabel 4.3 Alat Pelajaran
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
2. Lembar Konsultasi Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Wawancara
5. Riwayat Hidup Penulis
6. Foto-foto
xvii
ABSTRAK
Fajriyah. Umi. 2019. Proses Pembelajaran Al-Qur‟an dengan Metode
Qiro‟ati Di Pondok Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadloh Kesongo
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019/2020. Skripsi: Program
Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dosen Pembimbing : Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Kunci : Pembelajaran Al Qur’an, Metode Qiro’ati.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui proses
pembelajaran metode Qiro‟ati Di Pondok Pesantren Al-Riyadloh. 2) Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode Qiro‟ati Di Pondok
Pesantren Al-Riyadloh. 3) Untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran Al-
Qur‟an di Pondok pesantren Al-Riyadloh.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
dengan penelitian lapangan. Penelitian dilaksanakan di Pondok pesantren Al-
Riyadloh Kesongo Lor, Kesongo, Tuntang, Kab. Semarang pada bulan
Februari sampai dengan Maret 2019. Subyek penelitian adalah pengurus
Qiro‟ati, ustadz/ustadzah pengampu Qiro‟ati dan santri Qiroati Al-Riyadloh.
Teknik pengumpulan data yang dipakai yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi. Untuk mengetahui keabsahan data menggunakan triangulasi
sumber. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatis model alir
dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran Al Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati, dilaksanakan 5 hari dalam satu minggu. Kegiatan
belajar mengajar selama 75 menit dilakukan dalam 4 bagian yaitu materi
tambahan (15 menit). Kegiatan inti, praktek alat peraga (15 menit), pengajaran
individual buku jilid Qiro‟ati (30 menit). Penutup dengan praktik alat peraga
dan salam (15 menit). Adanya penilaian atau evaluasi dilakukan 3 langkah
yaitu evaluasi kenaikan jilid oleh Kepala Lembaga, evaluasi imtaz oleh
koordinator cabang Qiro‟ati, dan evaluasi khatam Qiro‟ati oleh Lembaga Al-
Riyadloh. 2) Kelebihan metode Qiro‟ati di Al-Riyadloh yaitu santri dapat
membaca secara fashih dengan menerapkan M3 (mringis,mangap,mecucu),
setelah khatam santri mendapat ijasah Qiro‟ati, menguasai bacaan gharib dan
tajwidnya, dan ilmunya mempunyai sanad yang muttashil. Kekurangannya,
yaitu: sebagian santri belum bisa makhorijul huruf seperti kho‟, qaf, ghain
yang berharokat kasrah. Dal‟, dzal, sin, ta‟ yang berharokat dhummah, santri
tahfidz belum bisa menerapkan Qiro‟ati, dan kurang menguasai abjad hijaiyah
secara urut dan tidak bisa mengeja. 3) Faktor pendukung: adanya sarana
xviii
prasarana yang memadai dan kualitas asatidz yang sudah bersyahadah,
motivasi wali santri dan keikhlasan asatidz. faktor penghambat: kurangnya
kelas, faktor mental santri, dan asatidz yang jarang nderes/terlambat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu pusat kebudayaan dan peradaban dunia, pendidikan tidak
pernah bisa lepas dari dinamika dan perkembangan masyarakat. Situasi
semacam ini sering kali membawa perubahan terhadap pola pikir manusia.
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur‟an dan memberikan
petunjuk bagi kita. Al-Qur‟an sebagai“pemberi petunjuk kepada jalan yang
lebih lurus”. Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan,
kebahagiaan manusia baik secara pribadi maupun kelompok dan membina
manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah (Shihab,
1992:267).
Setiap Muslim diwajibkan membaca Al-Qur‟an dengan baik dan
benar dalam makharijulhuruf dan tajwidnya, karena mempelajari ilmu tajwid
hukumnya fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur‟an hukumnya fardzu
„ain. Seseorang yang rajin membaca dan mempelajari Al-Qur‟an akan
mendapatkan balasan yang istimewa dari Allah dan memuliakannya.
Allah „Azza wajalla berfirman dalam Q.S Fatir (29-30):
ٱ إ ت نز ٱ ة كت ه ألايا لل ٱ ه أفما ج نص ا اعش ى سصل ي
علح ش ٩٢ تثس ن شج تج ج
ى ف ضذى أجسى ن فض ي ۦ ه ٠ شكس غفس ۥإ
2
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi.”.(29) “Agar Allah menyempurnakan kepada
mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (30)”. Q.S Fatir
(29-30).
Rasulullah saw. juga bersabda bahwa:
صه هللا عه سض هللا ع لال : لال سعل هللا ع أت يع األشعش
، يثم » عهى : ا ده ح : سذا طة طع يثم األتشج انز مشأ انمشآ يثم انؤي
شج : ال كثم انت انز ال مشأ انمشآ افك انز انؤي ، يثم ان ا ده سخ نا طع
افك انز ال مشأ ا يش ، يثم ان ذاح : سذا طة طع كثم انش مشأ انمشآ
ا يش طع ظ نا سخ ظهح : ن ثم انذ ك يتفك عه« انمشآ
Dari Abu Musa Al-Asy‟ari RA, katanya: “Rasulullah SAW. bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin yang suka membaca al-Quran ialah seperti
buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanya pun enak dan perumpamaan
orang mukmin yang tidak suka membaca al-Quran ialah seperti buah kurma,
tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang
munafik yang suka membaca al-Quran ialah seperti minyak harum, baunya
enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka
membaca al-Quran ialah seperti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan
rasanyapun pahit.” (Muttafaq „alaih). (An-Nawawi, 2001:21).
Pendidikan di dalamnya terdapat suatu pembelajaran, di antaranya
yaitu pembelajaran membaca Al-Qur‟an. Pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik di dalam suatu pendidikan
baik formal maupun non formal yang meliputi guru dan siswa, atau ustadz-
ustadzah dan para santri, untuk saling bertukar informasi. Pembelajaran
merupakan suatu proses yang diberikan oleh guru kepada siswa agar mereka
mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan, serta pembentukan sikap
(Tafsir, 1992:6-7).
3
Al- Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang perlu disosialisasikan di
tengah-tengah masyarakat, baik dari segi bacaannya, artinya, dan dari segi
aplikasinya. Untuk membaca Al-Qur‟an, pada saat ini sudah banyak metode
cepat membaca Al-Qur‟an. Metode-metode itu telah mengentaskan ribuan,
bahkan puluhan ribu anak dari buta huruf Al-Qur‟an.
Merujuk pada Buku Petunjuk Teknis dan Pedoman Pembinaan Baca
Tulis Al-Qur‟an dinyatakan bahwa tujuan baca tulis Al-Qur‟an adalah
menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muslim yang Qur‟ani, yaitu
generasi yang mencintai Al-Qur‟an, menjadikan Al-Qur‟an sebagai bacaan
dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari (Muhaimin, 2003: 121). Supaya
dalam kegiatan pembelajar membaca Al-Qur‟an dapat berjalan dengan lancar,
maka banyak sekali solusi yang digunakan yaitu dengan metode-metode cara
cepat baca Al-Qur‟an di antaranya adalah dengan menggunakan Metode
Baghdadiyah, Iqro‟, Qiroati, Yanbu‟a, Ummi dan lain-lain. Namun yang akan
penulis bahas di sini yang digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan menggunakan metode Qiroati.
Metode Qiro‟ati merupakan metode yang lebih menekankan pada
pendekatan ketrampilan proses membaca secara cepat dan tepat, baik pada
makhorijul khurufnya maupun bacaan tajwidnya, sehingga akan diperoleh
hasil pengajaran yang efektif tahan lama dan dapat dikembangkan sesuai
dengan kondisi kemampuan anak didik. Untuk mengajar metode Qiro‟ati
tidak sembarang orang yang mengajar karena sebelum mengajar para Ustadz-
ustadzahnya di tashih dan di syahadah terlebih dahulu sehingga siswa dapat
4
belajar dengan baik dan benar. Dalam membaca Al-Qur‟an selalu terpantau
karena ada tadarus bersama. Selain itu dalam metode ini juga terdapat
petunjuk membacanya pada setiap jilidnya sehingga para santri yang aktif
dalam membaca sedangkan guru hanya membimbing dan membenarkan
bacaan yang salah. Jadi, dalam implementasi metode ini santri yang lebih
banyak aktif sehingga akan selalu ingat dengan apa yang dipelajarinya karena
para ustadz-ustadzahnya tidak memindahkan halaman sebelum santri itu
benar-benar bisa membaca dengan makhroj dan tajwid yang baik dan benar.
Pondok pesantren Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadloh Dusun
Kesongo lor, merupakan Pondok pesantren Al-Qur‟an yang ada di Kelurahan
Kesongo, Kecamatan Tuntang di bawah asuhan K. H Syamsurro‟yi. Pondok
pesantren Al-Riyadloh merupakan salah satu Pondok pesantren yang
menggunakan metode Qiro‟ati dalam kegiatan belajar mengajar, karena
metode Qiro‟ati merupakan metode cepat dan tepat dalam membaca Al-
Qur‟an, selain itu metode Qiro‟ati ini disiplin dalam penerapannya. Pondok
pesantren Al-Riyadloh merupakan Pondok pesantren yang diberi wewenang
oleh kantor pusat Qiro‟ati Semarang untuk memberi ijin bagi TPQ mana saja
yang ingin menggunakan metode Qiro‟ati ini.
Berdasarkan hasil observasi dengan pengurus Qiro‟ati Pondok
Pesantren Al-Riyadloh beliau Ustadzah‟afifah (pada hari rabu, 28 Februari
2019) penulis memperoleh informasi bahwa Pondok pesantren Al-Riyadloh
sudah menggunakan metode Qiro‟ati sekitar tahun 1978. Beliau K. H
Syamsurro‟yi lebih memilih metode Qiro‟ati dalam mengajarkan membaca
5
Al-Qur‟an karena lebih tepat untuk diterapkan pada santri, dan Menjanjikan
kualitas terbaik.
Pembelajaran membaca Al-Qur‟an di Pondok pesantren Al-Riyadloh
dilaksanakan 5 kali dalam seminggu, yaitu hari minggu, senin, selasa, rabu,
dan kamis. Dalam pembelajaran ustadz-ustadzah melakukan 4 pembelajaran
yaitu pertama pembelajaran awal menggunakan peraga secara klasikal, kedua
pembelajaran inti santri mengaji secara individu, ketiga ustadz-ustadzah
memberikan materi tambahan, soal dan menilainya, kemudian pembelajaran
akhir santri membaca bersama pelajaran jilid yang dipelajari pada hari
tersebut diiringi dengan ustadz-ustadzah dan do‟a. Berdasarkan dari hasil
uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dalam bentuk
skripsi dengan judul “Proses Pembelajaran Al-Qur’an Dengan Metode
Qiro’ati di Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam (API) Al-
Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019/2020”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses pembelajaran Al-Qur'an dengan metode Qiroa‟ti di
Pondok pesantren Al-Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode Qiro‟ati di Pondok
pesantren Al-Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam pembelajaran Al-Qur‟an di Pondok pesantren Al-
Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses penerapan metode Qiro‟ati di Pondok pesantren
Al-Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode Qiro‟ati di
Pondok pesantren Al-Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran Al-Qur‟an di Pondok
pesantren Al-Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khazanah
kajian keilmuan teoritis terkait dengan pengembangan kecerdasan
pendidikan anak melalui pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan
7
metode Qiro‟ati di Pondok pesantren Asrama Pendidikan Islam (API) Al-
Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang, dan diharapkan dapat
berguna untuk peningkatan prestasi belajar peserta didik dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat, dapat menambah
wawasan dan pengetahuan baru bagi peneliti dan pihak-pihak yang
berkaitan.
2. Manfaat Praksis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk peningkatan
kemajuan di bidang PAI khususnya dalam pembelajaran Al Qur‟an
supaya dapat membaca Al-Qur‟an dengan tajwid yang baik dan
fasih.
b. Dapat memberi masukkan dan menambah wawasan tentang gambaran
kondisi pembelajaran Al-Qur‟an sebagai modal dalam mengatasi
baca Qur‟an sesuai dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.
c. Untuk menambah khasanah keilmuan bagi pembaca dan jurusan
program PAI Tarbiyah di IAIN SALATIGA.
d. Sebagai upaya perbaikan serta meningkatkan mutu belajar anak
sehingga menghasilkan santri yang bermutu.
e. Memberi pengalaman bagi penulis.
f. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bekal
untuk mengajar.
8
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan yang mungkin
terjadi dalam interpretasi judul maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah
yang ada pada judul sebagai berikut:
1. Metode Qiro‟ati
Metode berasal dari kata bahasa yunani methodos yang merupakan
kombinasi dari kata meta (melalui) dan hodos (jalan). Metode adalah
jalan yang kita lalui untuk mencapai tujuan (Bertens, 2005: 2).
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an diperlukan suatu metode.
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak terlepas dari suatu metode. Metode
adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan metode
pembelajaran membaca Al-Qur‟an adalah suatu cara yang dilakukan
dalam pembelajaran membaca Al-Qur‟an yang bertujuan untuk
mempermudah dalam membaca Al-Qur‟an dengan benar sesuai dengan
pengucapan huruf dari segi tajwid.
Qiro'ati berarti bacaanku yang bermakna inilah bacaanku (bacaan Al
Qur'an) yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid (Zarkasyi,
1996:10).
Metode Qiroa‟ti adalah suatu metode yang digunakan untuk
menuntun pembelajaran Al-Qur‟an yang langsung memasukkan dan
mempraktikkan bacaan tartil sesuai dengan qaidah ilmu tajwid. Jadi
Implementasi metode Qiro'ati adalah penerapan suatu sistem yang sudah
9
disusun dan dijalankan untuk mencapai tujuan secara optimal dalam
membaca Al Qur'an dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid.
2. Pembelajaran Al Qur'an
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu (Benny,
2009:10). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh sisswa bukan
dibuat untuk siswa (Isjoni. 2011:14). Sedangkan kata pembelajaran
menurut penulis adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik
untuk melakukan kegiatan belajar dengan unsur sadar dan terencana.
Proses pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi, dengan cara
penetapan metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih
memberdayakan potensi siswa. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya
efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.
Membaca Al-Qur'an adalah membaca Al Qur'an secara baik dan
benar sesuai dengan contoh-contoh yang telah diajarkan secara
mutawattir (Zarkasyi, 1996: 54). Dari beberapa pengertian di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa pembelajaran Al-Qur'an adalah suatu kegiatan
yang sengaja dirancang untuk menciptakan aktivitas belajar pada diri
individu yaitu untuk dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar
sebagaimana yang dicontohkan para ahli membaca Al-Qur'an, serta
diharapkan mampu mengenal, memahami dan dapat mengamalkan isi
yang terkandung dalam Al-Qur'an. Karena membaca Al-Qur'an bukan
10
hal yang mudah, melainkan membutuhkan ketelatenan dan kesabaran
dalam mempelajarinya.
3. Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadloh desa Kesongo
Tuntang
Pondok pesantren Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadloh adalah
salah satu pondok pesantren yang ada di Semarang yang diasuh oleh K.
H. Syamsurro‟yi. Pondok pesantren Al-Riyadloh adalah salah satu
pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran Al-Qur'an
dengan metode Qiro‟ati yang terletak di Dusun Kesongo lor RT 04 RW
03, Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat melakukan pembahasan yang sistematis, maka peneliti
menggunakan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal yang berisi sampul, halaman judul, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian, motto,
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan abstrak yang
memuat tentang uraian singkat yang dibahas dalam skripsi.
2. Bagian Utama
Bagian utama skripsi ini mencakup pokok permasalahan yang
memuat Bab I sampai bab V yaitu :
11
BAB I: Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi
BAB II: Berisi tentang kajian pustaka yang teridiri dari landasan
teori yaitu pengertian strategi pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode
Qiro‟ati, latar belakang lahirnya metode Qiro‟ati, tujuan, dan hal –hal
yang mengenai pengajaran metode Qiro‟ati.
BAB III: Berisi tentang Metode penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan.
BAB IV: Berisi tentang paparan data dan analisis data, gambaran
umum Pondok Pesantren Al-Riyadloh (letak geografis, sejarah
berdirinya, visi, misi dan tujuan berdirinya Pondok Pesantren Al-
Riyadloh). Penyajian data (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
penerapan pembelajaran metode Qiro‟ati), analisis data, penelitian dan
pembahasan.
BAB V: Berisi tentang kesimpulan, dan saran berdasarkan hasil
penelitian.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Al-Qur’an
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu (Benny A.
Pribadi, 2009:10). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh
siswa bukan dibuat untuk siswa (Isjoni. 2011:14).
Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna
sebagai upaya untuk pembelajaran seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan
pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran dapat dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruktusional untuk membuat siswa belajar secara efektif
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian,
pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang
mengondisikan atau merangsang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran akan
bermuara pada dua kegiatan pokok, yaitu:
Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah
laku melalui kegiatan belajar.
Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu
pengetahuan melalui kegiatan mengajar.
13
Dengan demikian, makna pembelajaran merupakan kondisi
eksternal kegiatan belajar, yang antara lain dilakukan oleh guru dalam
mengondisikan seseorang untuk belajar. Paparan ini mengilustrasikan
bahwa belajar merupakan proses internal siswa dan pembelajaran
merupakan kondisi eksternal belajar. Dari segi guru, belajar merupakan
akibat tindakan dari pembelajaran (Majid, 2014: 5-6).
Sedangkan kata pembelajaran adalah upaya pendidik untuk
membantu peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar dengan unsur
sadar dan terencana. Proses pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan
kondisi, dengan cara penetapan metode pembelajaran yang efektif di kelas
dan lebih memberdayakan potensi siswa. Tujuan pembelajaran adalah
terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan
peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain
dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan
agar peserta didik belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana peserta
didik memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika dapat
memahami proses memperoleh pengetahuan maka pendidik akan dapat
menentukan model, pendekatan, metode, strategi, teknik, dan taktik
pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya (Aqib dan Murtadlo,
2016: 1).
14
2. Komponen Pembelajaran Al Qur’an
Pada dasarnya komponen pembelajaran Al Qur‟an sama
dengankomponen pembelajaran secara umum. Adapun komponen-
komponen tersebut ialah:
a. Bahan atau Materi Pembelajaran
Pelajaran merupakan isi dari kegiatan belajar mengajar. Bahan
pelajaran ini diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung
tercapainya tujuan atau tingkah laku yang diharapkan siswa. Adapun
materi pelajaran yang lazim diajarkan dalam proses belajar mengajar
membaca Al Qur‟an, adalah:
1) Pengertian huruf hijaiyah yaitu huruf alif sampai dengan ya‟.
2) Cara menyembunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-
sifat huruf, bentuk dan fungsi tanda baca.
3) Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqof).
b. Guru atau Ustadzah
Guru merupakan tempat yang sentral yang keberadaannya
merupakan penentu bagi keberhasilan pendidik dan pengajar. Tugas
guru secara umum yakni mendidik, mengajar, dan melatih. Siswa
memiliki keinginan agar mereka lebih mudah dalam memahami setiap
pelajaran. Hali ini dapat terlaksana jika setiap guru melakukan hal
sebagai berikut:
1) Guru mampu melibatkan mereka sebagai subjek dalam prose
pembelajaran, yang mana setiap guru harus berkeyakinan bahwa
15
semua siswanya dapat belajar, memperlakukan siswanya secara
adil dan mampu memahami perbedaan siswa yang satu dengan
yang lain.
2) Guru menguasai bidang ilmu yang diajarkan, mampu mengaitkan
perbedaan dengan bidang ilmu lain, serta menerapkannya dalam
dunia nyata.
3) Guru dapat menciptakan, memperkaya, dan menyesuaikan metode
mengajarnya untuk menarik sekaligus memelihara minat siswanya
(Jihad dan Suyanto, 2013:1-3).
c. Siswa atau Santri
Siswa atau santri adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan, siswa merupakan unsur manusiawi yang penting dalam
kegiatan interaksi edukatif dia dijadikan sebagai pokok persoalan
dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Siswa atau
santri adalah kunci yang menentukan terjadinya interaksi edukatif
dalam rangka mempersiapkan potensinya. Siswa atau santri perlu
menjalani proses pembelajaran yang intregal melalui:
1) Metode belajar mengajar (dirasah wa ta‟lim)
2) Pembiasaan berperilaku luhur (ta‟dib)
3) Aktivitas spiritual (riyadhah)
4) Teladan yang baik yang dicontohkan oleh kiai dan asatidz
(Oktaviani,dkk, 2014: 11)
16
3. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ditempuh dengan tiga
langkah yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
a. Perencanaan Mengajar
Menurut Nana sudjana perencanaan pembelajaran adalah
memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang akan
dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran (Sudjana, 1995: 136).
Setiap kegiatan belajar mengajar menuntut dipersiapkan masing-
masing komponennya (tujuan Instruksional, bahan pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, alat, dan evaluasi) agar terjadi proses
belajar mengajar optimal dan tujuan yang dikehendaki akan tercapai.
b. Pelaksanaan Mengajar
Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci. Pelaksanaan bisa diartikan
dengan penerapan. Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha
yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan untuk ditetapkan dengan
dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana
cara yang harus dilaksanakan guna mencapai sasaran dari program
yang ditetapkan semula (Syukur, 1987:40).
Tahap pelaksanaan mengajar ini dapat diidentifikasi beberapa
kegiatan mengajar seperti:
17
1) Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai
siswa.
2) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang
diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan. Dalam
pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara. pertama
pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran
menuju kepada topik secara lebih khusus. Kedua dimulai dari
topik khusus menuju topik umum.
4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan
contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan
pertanyaan atau tugas untuk mengetahui tingkat pemahaman
dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas
pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru, dan sebaiknya pokok-
pokoknya ditulis di papan tulis untuk dicatat siswa.
Kesimpulan juga bisa dibuat oleh guru bersama-sama dengan
siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya pada
siswa (Majid, 2014:29).
18
c. Evaluasi Pembelajaran
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan belajar
mengajar, perlu dilakukan suatu tindakan kegiatan, yaitu evaluasi.
Menurut Muhibbin syah, evaluasi berarti penilaian terhadap
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
sebuah program (Syah, 2002:141).
4. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang menjadi sumber utama umat
Islam. Secara etimologi Al-Qur‟an berasal dari kata “qara-a” yang
bermakna membaca. Sedangkan secara terminologi Al-Qur‟an
merupakan firman Allah SWT yang mujiz (dapat melemahkan orang-
orang yang menentangnya), diturunkan kepada Rasulullah Saw tertulis
dalam mushaf, disampaikan secara mutawattir, dan membacanya bernilai
ibadah (Thanthawi, 2013:23 – 24).
Tidak ada satu kitabpun di dunia ini yang lengkap dan sempurna
seperti halnya kitab Al-Qur‟an. Umat Islam wajib bangga dengan kitab
suci Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an adalah bacaan yang maha sempurna
dan maha mulia sehingga disebut Al-Qur‟an Al-Karim. Al-Qur‟an
diturunkan sebagai petunjuk di dalam menjalankan tugasnya sebagai
khalifah dimuka bumi ini, selain dari petunjuk terdapat juga banyak
nasihat di dalam Al-Qur‟an, juga sebagai penyembuh atau obat atau
penawar bagi penyakit-penyakit penyesak dada. Nama lain Al-Qur‟an ada
juga Al-Hikmah yaitu kebijaksanaan yang berisi kebijakan yang
19
datangnya dari Allah. Al-Qur‟an banyak memuat petunjuk, keterangan,
dan penjelasan tentang petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan
yang batil, sehingga disebut juga Al-Bayan.
Al-Qur‟an di jadikan Al-Ghazali sebagai kurikulum dasar dalam
pendidikan agama. Hal ini menjadikan pengetahuan tentang Al-Qur‟an
dimulai dengan membaca, menghafal, memahami, dan mengkaji isi Al-
Qur‟an itu sendiri. Dengan dijadikannya Al-Qur‟an sebagai kurikulum
pendidikan dasar, telah menjadi bahan dan hasil pemikiran para guru
muslim sebelum dan sesudah setelah Al-Ghazali. Misalnya, Ibnu Sina
dalam kitab As-Siyasah antara lain menasihatkan agar pendidikan anak
dimulai dengan mempelajari Al-Qur‟an sesegera mungkin setelah ada
kesadaran secara fisik dan mental untuk belajar (Rusn, 1998:103).
Tujuan mempelajari Al-Qur‟an itu sendiri selain bernilai ibadah
apabila membacanya antara lain :
1) Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan
isinya untuk dijadikan petunjuk dan pengajaran bagi manusia
dalam kehidupan ini.
2) Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al-Qur‟an
serta menguat keimanan dan mendorong berbuat kebaikan dan
menjauhi kejahatan.
3) Mengharapkan keridhoan Allah dengan cara melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
20
4) Menanamkan akhlak yang mulia dengan mengambil ibrah dan
pengajaran serta menirukan teladan yang baik dari riwayat-
riwayat yang termaktub dalam Al-Qur‟an.
5) Menanamkan perasaan keagamaan dalam hati dan
menumbuhkannya sehingga bertambah tetap keimanannya dan
bertambah dekat kepada Allah (Yunus, 1983 M.- 1403 H:61).
5. Pengajaran Al-Qur’an
Keberhasilan suatu sistem “proses belajar mengajar” dalam bidang
pendidikan sangatlah ditentukan oleh dua hal penting yang saling terkait,
yaitu:
a) Kualitas dan kemampuan guru pengajarnya.
b) Metodologi pengajarannya.
Kualitas guru yang baik tanpa didukung dengan metode yang baik,
atau sebaliknya metode mengajar yang baik tanpa ditunjang kualitas
guru yang baik, maka jangan mengharapkan hasil pendidikan menjadi
baik dan berkualitas. Qiro‟ati menjanjikan hal tersebut, karena setiap
pengajar yang menggunakan Qiro‟ati akan ditaskhih lebih dahulu.
Al-Qur‟an memang dituntut perhatian khusus, karena seseorang
yang membaca Al-Qur‟an diharapkan dapat membaca sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu tajwid, atau sesuai dengan yang diajarkan Nabi
sebagaimana yang dipelihara dan dirumuskan ulama‟-ulama‟ Al-
Qur‟an. Karenanya para guru pengajar Al-Qur‟an pegang peran dalam
pengajaran Al-Qur‟an. Jika seorang guru belum mampu membaca
21
AL-Qur‟an secara baik dan benar, jangan diharapkan seorang peserta
didik mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Tujuan utama disusunnya buku Qiro‟ati adalah agar guru pengajar
Al-Qur‟an (guru yang sudah mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik
dan benar), dapat mengajar cara membaca Al-Qur‟an dengan cepat
dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid (Zarkasyi, 1996:42-43).
B. Metode Qiro’ati
1. Pengertian Metode
Metode berasal dari kata methodos yang merupakan kombinasi dari
kata meta (melalui) dan hodos (jalan). Jadi metode adalah jalan untuk
mencapai tujuan (Berteens, 2008: 2). Sedangkan menurut suparta, Suparta
Aly dan Hery Noer 2003 metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan (Aly, 2003: 19).
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an diperlukan suatu metode.
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak terlepas dari suatu metode. Metode
adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan metode
pembelajaran membaca Al-Qur‟an adalah suatu cara yang dilakukan
dalam pembelajaran membaca Al-Qur‟an yang bertujuan untuk
mempermudah dalam membaca Al-Qur‟an dengan benar sesuai dengan
pengucapan makhorijul huruf maupun dari segi tajwid.
22
Untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran agar mudah
diterima oleh peserta didik diperlukan adanya metode atau cara. Metode
yang pertama kali dipakai dalam mengajarkan Al-Qur‟an adalah metode
meniru lewat berhadapan dengan seorang guru sampai hafal. Murid
mengikuti bacaan seorang guru dari pengenalan huruf, tanda baca, harokat
sampai hafal dan benar (Thariqah Musyafahah) karena saat itu belum
banyak yang bisa baca tulis dan sarana alat baca tulis masih terbatas
jumlahnya. Di samping itu orang Arab pada umumnya dan khususnya
pada saat sebelum Islam datang sudah terbiasa untuk menghafal. Orang
Arab dikenal kuat sekali hafalannya . mereka terbiasa menulis dan
menghafal hadis, syair-syair yang berkembang pada zaman jahiliyah.
Karena sistem menghafal bukan hal yang baru lagi bagi orang Arab, maka
dalam menyampaikan pengajaran Al-Qur‟an bagi pemula adalah
menghafal. Guru membacakan surat-surat singkat kepada murid,
kemudian murid membaca sendiri atau bersama-sama, kemudian
menghafalkan.
Tampaknya sistem menghafal terlebih dahulu tidak selalu
diterapkan. Generasi yang datang kemudian menawarkan metode-metode
yang lain. Tujuan utamanya adalah agar anak didik dapat membaca.
Selama ini ada beberapa cara atau metode yang mengajarakan cara
membaca Arab, lebih khusus lagi yang nantinya diharapkan bisa
mengantarkan seseorang dapat membaca Al-Qur‟an. Metode-metode
tersebut antara lain:
23
1) Metode Meniru (Thariqah Musyafahah)
Metode meniru lewat berhadapan dengan seorang guru sampai hafal.
Murid mengikuti bacaan seorang guru dari pengenalan huruf, tanda
baca, harokat sampai hafal dan benar. Mungkin ini adalah metode
pertama kali yang diperkenalkan dalam mengajarkan Al-Qur‟an.
2) Metode Synthetik (Thariqah Tarkibiyah)
Metode ini mengajarkan membaca dimulai dari mengenal huruf
hijaiyah 28, dimulai dari huruf alif, ba‟, ta‟ dan seterusnya sampai ya‟
kemudian baru dikenalkan tanda baca atau harakat. Metode ini dapat
dijumpai dalam tuntunan membaca Al-Qur‟an yang termuat dalam
“Turutan”. Tuntunan pelajaran membaca Al-Qur‟an ini biasa disebut
“Baghdadiyah”. Sebelum ada cara lain dalam bentuk tulisan, uang
biasa dipakai untuk mengantarkan seseorang agar dapat membaca Al-
Qur‟an, Baghdadiyahlah yang kita kenal lebih dahulu.
3) Metode Bunyi (Thariqah shautiyyah)
Metode ini tidak dimulai dengan memperkenalkan huruf-huruf
hijaiyah, tapi diperkenalkan bunyi huruf-hurufnya yang sudah
diharakati atau bersyakal seperti, A, Ba, Ta, dan seterusnya. Ada juga
yang memaparkan contoh semisal, Ma Ta (Mim fathah, Ta‟ fathah)
lalu disertai gambar mata dan lainnya. Dari bunyi-bunyi inilah
nantinya disusun atau dirangkaikan dalam bentuk kalimat yang teratur.
24
4) Metode Mengenalkan “Cara membaca Al-Qur‟an yang benar sesuai
dengan kaidah-kaidah bacaannya”. Dengan diawali memperkenalkan
huruf-huruf bersyakal tanpa dieja. Metode ini diperkenalkan oleh
metode Qiro‟ati. Atau dengan kata lain, mengenalkan huruf-huruf
Arab yang bersyakal dengan cara baca sesuai dengan kaidah tajwid.
Tujuan yang dicapai dari metode ini adalah agar pengguna Qiro‟ati
dapat membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan tartil (Zarkasyi, 1996:
40-42).
2. Pengertian Qiro’ati
Qiro‟ati artinya “Bacaanku” secara bahasa Arab merupakan kata dasar
atau masdar. Masdar yang disandarkan pada Ya (Al Yaa U) mutakallim,
artinya “bacaanku”.
Secara ilmu nahwu, dapat menakdirkan atau dapat menyembunyikan.
Contoh: iqra‟ qiro‟ati artinya “bacalah bacaanku”, itba‟ qiro‟ati artinya
“ikutilah bacaanku”. Dapat juga dijadikan khobar dari mubtada‟ yang
disembunyikan seperti hadzihi qiro‟ati artinya “inilah bacaanku” dan
dapat juga dijadikan mubtada‟, khobarnya dibuang seperti qiro‟ati hadzihi
artinya “bacaanku ini bukunya”. Mengapa bacaanku? Mengapa bukan
bacaan kita?. Bacaanku mempunyai arti sudah saya gurukan, sudah saya
ijazahkan pada beberapa ahli Al-Qur‟an (Dachlan, TT:60-61).
Metode Qiro‟ati adalah suatu metode membaca Al-Qur‟an yang
langsung memasukkan dan mempraktikan bacaan tartil sesuai dengan
qaidah ilmu tajwid. Ada dua pokok mendasar dalam metode Qiro‟ati yaitu
25
membaca Al-Qur‟an secara langsung dan membiasakan membaca dengan
tartil. Membaca Al-Qur‟an secara langsung artinya membaca jilid atau Al-
Qur‟an tidak dengan mengeja tapi secara langsung tanpa membaca
harakatnya. Metode ini pertama kali disusun oleh KH. Dachlan Salim
Zarkasyi pada tahun 1963.
Berasal dari metode Qiro‟ati ini muncullah metode-metode lain seperti,
metode Iqra‟, metode Tilawati, metode Yambu‟a dan lain-lain.
3. Sejarah Penemuan Metode Qiro’ati
Sejarah penemuan dan penyusunan metode baru, yakni metode praktis
belajar membaca Al-Qur‟an “Qiro‟ati” membutuhkan perjalanan masa
yang cukup lama dengan usaha, penelitian, pengamatan, dan uji coba
selama bertahun-tahun.
Bermula dari panggilan hati KH. Dachlan Salim Zarkasyi sebagai
seorang muslim mengajar ngaji kepada anak-anaknya sendiri dan anak-
anak tetangga sekitar tempat tinggalnya. Beliau mulai mengajar dengan
menggunakan kitab Turutan (Metode Baghdadiyah) sebagaimana
umumnya guru ngaji di Indonesia. Namun ternyata dengan metode ini
beliau merasa kesulitan karena anak cenderung hanya sekedar hafal dan
tidak faham masing-masing huruf, sehingga anak tidak membaca sendiri
tetapi dituntun dalam membacanya. Untuk itu beliau membeli buku praktis
untuk anak didiknya, tetapi tidak ada satupun yang berhasil karena buku-
buku tersebut hanya diajarkan sekedar bisa membaca huruf Al-Qur‟an dan
26
belum dapat menghasilkan anak yang dapat membaca Al-Qur‟an dengan
tartil.
Pada tahun 1963, muncullah gagasan dibenak beliau untuk menyusun
sebuah buku metode bagaimana cara mengajarkan membaca Al-Qur‟an
dengan cara yang lebih mudah dan berhasil dapat membaca Al-Qur‟an
dengan tartil. Dengan penuh ketekunan dan kesabaran Bapak H. Dachlan
Salim Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada
majelis pengajaran Al-Qur‟an di musholla-musholla, di masjid-masjid
ataupun pada majelis tadarus Al-Qur‟an. Dari pengamatan dan penelitian
ini beliau dapat masukan-masukan dalam penyusunan metode, dimana hal-
hal yang yang dirasa perlu dan penting untuk diketahui dan dipelajari
anak-anak, beliau tulis beserta contoh-contohnya. Demikianlah Temuan
demi temuan seakan ilham yang tercurah dari langit. Begitu temuan ditulis
dan disusun kemudian diuji cobakan kepada anak didiknya. Jika anak
didiknya merasa kesulitan maka naskah akan disobek dan dibakar, namun
jika anak didiknya mampu menyerap materi yang sudah ditulis, naskah
akan tetap disimpan. Akhirnya selangkah demi selangkah , selembar demi
selembar naskah semua dikumpulkan dan disusun secara urut berharakat
fathah, dzummah, kasrah, fathatain, kasrahtain, dzummahtain, dan maad.
Sehingga dengan demikian penyusunan metode ini bukan berupa satu
paket buku sekali jadi dari hasil otak-atik akal, melainkan dari hasil
pengamatan, penelitian dan percobaan.
27
Tahun 1968 selesailah penyusunan buku Qiro‟ati oleh Bapak H.
Dachlan Salim Zarkasyi yang pertama berjumlah 10 jilid.
Demikianlah buku sepuluh jilid ini telah dipergunakan oleh anak-anak
didiknya dalam belajar membaca Al-Qur‟an, namun bukunya belum
mempunyai nama. Kiranya namapun diperlukan agar mudah untuk
mengingat dan menyebutnya. Pada suatu malam ba‟da isya‟ Bapak H.
Dachlan Salim Zarkasyi berjumpa dengan Ustadz Achmad Djunaidi.
Kepada Ustadz Achmad Djunaidi beliau mengutarakan keinginan untuk
memberi nama buku metode baru itu, dan oleh Ustadz Achmad Djunaidi
diusulkan diberi nama “Qiro‟ati” saja. Keesokan paginya beliau berjumpa
dengan Ustadz Syukri Taufiq (guru dari Ustadz Achmad Djunaidi), tanpa
menceritakan pertemuannya dengan Ustadz Achmad Djunaidi beliau
sampaikan maksudnya untuk memberi nama buku temuannya itu. Dan
ternyata Ustadz Syukri Taufiq mengusulkan dengan nama “Qiro‟ati”.
Karena dua orang Ustadz yang mengusulkan nama yang sama, maka
beliau pakailah nama Qiro‟ati untuk bukunya itu.
Qiro‟ati berarti “bacaanku” yang bermakna “inilah bacaanku” (bacaan
Al-Qur‟an) yang benar dengan kaidah ilmu tajwid. Metode Qiro‟ati ini
mempunyai gerak yang dinamis sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan.
Bulan Ramadan 1405 Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi meringkas
Qiro‟ati 10 jilid menjadi 8 jilid. Mengapa 8 jilid? Karena asumsi beliau,
insyaallah anak dalam satu tahun dapat menyelesikan dua buku. Jadi
28
empat tahun anak dapat mengkhatamkan Al-Qur‟an. Tetapi ternyata belum
selesai dua tahun, anak-anak sudah dapat menyelesaikan jilid ke-7. Bapak
H. Dachlan Salim Zarkasyipun mengevaluasi kembali buku Qiro‟ati yang
8 jilid. Buku yang 8 jilid kemudian diringkas menjadi 6 jilid (Dachlan, TT:
54-55).
4. Tujuan Qiro’ati
Sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun Qiro‟ati Bapak H.
Dachlan Salim Zarkasi bahwa Qiro‟ati mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1) Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur‟an dari segi bacaannya
yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rosulnya.
a. Firman Allah SWT:
ن ذ إا إا ش نزك ٱ اض نذ ۥن ٢ فظ
Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Adz-
Dzikir (yaitu Al-Qur‟an), dan sesungguhnya kami benar-benar
akan memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr: 9).
ستم عه صد أ مش ن ٱ ٤ تل تش ءا
“Dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan tartil.” (Q.S. Al-
Muzzammil: 4).
b. Ketentuan menurut Ijma‟ para ulama‟ yakni, “membaca Al-
Qur‟an itu fardzu „ain dengan bertajwid, baik didalam shalat
maupun diluar shalat.”
2) Menyebarluaskan Ilmu membaca Al-Qur‟an.
3) Mengingatkan kembali pada guru ngaji agar berhati-hati dalam
mengajarkan Al-Qur‟an.
29
4) Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur‟an.
5. Sistem Pengajaran Qiro’ati
1) Sejak awal anak diajari langsung membaca huruf arab dengan bacaan
lancar tanpa mengeja.
2) Langsung mempraktikkan bacaan-bacaan yang bertajwid.
3) Materi pelajaran diberikan secara bertahap: dari yang mudah menuju
yang sulit, dari yang umum kepada yang khusus, sesuai dengan
kaidah.
4) Belajar dengan sistem modul: tidak diperbolehkan belajar modul
berikutnya kalau belum menguasai modul sebelumnya.
5) Menekankan banyak latihan.
6) Belajar sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa.
7) Evaluasi setiap hari.
8) Belajar langsung dan berhadap-hadapan.
9) Pengajar yang akan menggunakan metode Qiro‟ati harus melalui
“Tashih” bacaan Al-Qur‟annya dihadapkan ahli Al-Qur‟an.
6. Target Qiro’ati
Target yang diharapkan oleh metode Qiro‟ati adalah seseorang (anak)
akan mampu membaca kitab suci Al-Qur‟an dengan bacaan tartil sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid yang mutawatir, yang sesuai yang telah
diajarkan Raulullah Saw, bukan hanya sekedar bisa membaca Al-Qur‟an
(Zarkasyi, 1996:62-63).
30
Membaca Al-Qura‟an dengan tartil mempunyai beberapa kaidah dan
hukum, baik secara tertulis maupun secara dengar dari guru (sima‟i).
periwayatan belajar dari gurunya dari guru sebelumnya, dan seterusnya ke
atas hingga jalur sampai kepada Nabi Muhammad Saw langsung dari
Jiibril, yang Jibril mengambilnya dari Allah SWT (Khauli, 2014:2)
7. Prinsip-prinsip Dasar Metode Qiro’ati
Agar dapat berhasil dalam mengajarkan metode Qiro‟ati, maka harap
diperhatikan prinsip-prinsip dasar Qiro‟ati, yakni:
a. Prinsip untuk pengajar
1) DAK-TUN (tidak boleh menuntun)
Dalam mengajarkan Qiro‟ati, guru tidak diperbolehkan
menuntun membaca. Guru hanya membimbing, yakni
menerangkan setiap pokok pelajaran dan memberi contoh
bacaan secara benar sekedar satu atau dua baris saja, serta
menegur siswa yang bacaannya salah atau keliru.
2) TI-WAS-GAS (Teliti-Waspada-Tegas)
Teliti : Guru harus memberi contoh bacaan yang benar
secara teliti, jangan sampai keliru.
Waspada : Guru harus selalu waspada dalam menyimak atau
mendengarkan bacaan siswa.
Tegas : Dalam menentukan kenaikan pelajaran atau jilid,
guru harus tegas tidak boleh segan, ragu, danberat
hati.
31
b. Prinsip untuk Siswa / Santri
1) Aktif dan Mandiri
Dalam belajar membaca Al-Qur‟an, siswa harus aktif membaca
sendiri tanpa dituntun oleh gurunya.
2) LCTB (Lancar-Cepat-Tepat-Baca)
Dalam membaca, para siswa atau santri harus membacanya
dengan lancar, yakni secara cepat namun tepat dan benar bacaan-
bacaannya. Jika ternyata belum atau tidak lancar dalam membaca,
maka jangan dinaikkan ke pelajaran atau jilid berikutnya
(Zarkasyi, 1996:64).
8. Strategi Mengajar
Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan berhasil,
maka dapat dipilih beberapa strategi dalam mengajar. Ada tiga strategi
mengajar yang tepat kita pilih yakni:
a. Sorogan/ Privat/ Individual
Yaitu, strategi yang diterapkan dalam mengajar, yakni
dengan cara satu-persatu secara bergiliran siswa belajar kepada
gurunya sesuai dengan pelajarannya masing-masing.
Strategi ini diterapkan jika:
a. Jumlah guru dan siswa tidak seimbang.
b. Jumlah ruang kelas tidak mencukupi.
c. Dalam satu kelas para siswa terdiri dari bemacam-macam jilid
Qiro‟atinya.
32
b. Klasikal dengan Individual
Yaitu strategi mengajar dengan cara sebagian waktu
digunakan mengajar secara klassikal dan waktu selebihnya
mengajar individu, yakni:
1) 20-25% waktu digunakan untuk mengajar secara klassikal,
misalnya hari pertama klassikal untuk pokok pelajaran pertama
(dengan halaman latihan), hari kedua untuk pokok pelajaran
kedua, dan seterusnya.
2) 70-75% waktu digunakan untuk mengajar individu sesuai
dengan pelajarannya masing-masing.
Strategi ini diterapkan jika:
1) Jumlah guru sebanding dengan jumlah siswa.
2) Jumlah ruang kelas mencukupi.
3) Dalam satu kelas hanya terdiri dari satu macam jilid saja, tidak
boleh dicampur berbagai macam jilid Qiro‟atinya.
c. Klassikal baca-simak
Yaitu mengajarkan secara klassikal yang kemudian
dilanjutkan dengan mengajar individu, tetapi disimak oleh guru
bersama-sama dengan siswa lainnya. Pelajaran dimulai dari pokok
pelajaran yang paling rendah terus bertahap secara berurutan
sampai pada siswa pelajaran yang tertinggi. Dengan demikian satu
siswa membaca, yang lain menyimak sehingga jika ada salah
membaca siswa bersama-sama guru menegurnya. Strategi
33
mengajar ini sesuai dengan firman Allah SWT. Q.S Al-A‟raf ayat
204:
إرا مش ن ٱ لشئ عا ع ٱف ءا أصتا ۥن ت تش نعهكى ٩٤ د
Artinya: “apabila dibacakan Al-Qur‟an, maka dengarkanlah baik-
baik dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat
rahmat”.
Dan sesuai pula dengan perintah Rasulullah Saw. didalam hadist
riwayat Al- Hakim. Artinya: “tunjukilah kesalahan bacaan
saudaramu itu” (Q.S Al-A‟raf:204) (Zarkasyi, 1996:76-77).
9. Cara Mengajar Qiro’ati
a. Cara mengajar jilid 1
1) Materi pelajaran:
- Mengenal nama-nama huruf hijaiyah ا-
- Membaca huru hijaiyah berharokat fathah dan huruf berangkai
yang dibaca secara langsung, cepat, benar, tidak boleh panjang,
lambat, atau putus.
2) Cara mengajar
- halaman 1-30 adalah sama:
Dibaca langsung ا ب , tanpa mengeja. Membacanya dengan
cepat, tidak terputus-putus. Agar siswa cepat dan lancar dalam
membaca guru bisa membantu dengan irama ketukan.
- Pelajaran di dalam kotak, baris paling bawah pada setiap
halaman adalah termasuk yang harus dibaca oleh siswa, yakni
pelajaran nama-nama huruf hijaiyah. Cara mengajarnya ialah
dengan membaca secara berkelompok, setelah memahami baru
34
kemudian secara acak ditunjuk satu persatu huruf-huruf
tersebut,
- Cara mengajar dari halaman 30 sampai 40 adalah sama, yakni
membaca huruf-huruf yang disambung. Siswa diminta agar
memperhatikan jumlah titik dan letak titiknya, serta
memperhatikan bentuk tulisan hurufnya.
- Pada halaman 44, siswa harus lancar membaca dalam
rangkaian kalimat yang terdiri dari tiga suku kata.
Kunci keberhasilan mengajar membaca Al-Qur‟an dengan
metode Qiro‟ati ini adalah sejak dari halaman awal jilid satu, yaitu
penekanan pada bacaan yang lancar: Cepat - Tepat – Benar.
b. Qiro‟ati Jilid 2
1) Materi pelajaran:
- Membaca huruf-huruf Hijaiyah berharokat: kasrah, dzummah,
tanwin (fathah-tain, dzummahtain, kasrahtain).
- Pengenalan nama-nama harokat dan angka arab.
- Bacaan Mad (panjang) yaitu, mad thabi‟i 1 alif atau 2 harakat.
2) Cara mengajar
- Qiro‟ati jilid 2 hampir sama dengan jilid 1, untuk bacaan-
bacaan dan pengenalan nama huruf berharakat kasrah
,dzummah, dan dzummah tanwin, bisa dibantu dengan irama
ketukan yang cepat.
35
- Pada bacaan-bacaan maad (panjang) sebaiknya dibaca
panjang lebih dari satu alif. Hal ini untuk melatih dan
membiasakan pada bacaan panjang. Pada bacaan panjang
atau maad ini guru harus lebih waspada dalam menyimak
bacaan pada siswa.
c. Qiro‟ati Jilid 3
1) Materi pelajaran:
- Bacaan mad thabi‟i
- Bacaan huruf-huruf yang mati atau suku seperti, ل س ط و ع
. ف
- Bacaan harfu lain ( -ا ا )
2) Cara mengajarkan
- Bacaan huruf-huruf bertanda sukun, guru harus menjelaskan
kepada siswa, bahwa huruf yang berharakat sukun itu dibaca
jelas dan ditekan membacanya.
Jangan sampai ada tawallud (suara tambahan seperti „e‟,
seperti ALLe, ASSe dan lain lain) bantulah dengan ketukan
ketika membacanya.
Untuk mengajarkan perbedaan guru harus memberikan contoh
secara benar berulang-ulang, serta melatih dan mengingatkan
para siswa secara intensif dengan bacaan yang tepat, demikian
pula untuk makhorijul hurufnya.
36
- Dalam menjelaskan bacaan harfu lin, guru harus berhati-hati,
missal:
ل ) - ,dibaca LAULA (dengan bibir mecucu) bukan LAOLA (ن
dibaca dengan cepat dan panjang.
dibaca LAILA, bukan LAELA, dan dibaca dengan (نم) -
cepat.
d. Qiro‟ati Jilid 4
1) Materi pelajaran:
- Bacaan Ikhfa‟, mad wajib dan mad jaiz (~)
- Bacaan Ghunnah ( dan و „dengung‟)
- Bacaan idzhar syafawi, idgham misli
- Idgham bighunnah (untuk dan و )
- Idgham bilaghunnah (ل dan س )
yang dibaca pendek ا -
- Huruf Bertasydid selain dan و , dan bacaan
Syamsyiyyah.
- Makharijul huruf: ط ح ر
- Cara bacaa-bacaan fawatihussuwar (huruf-huruf diawal
surat) انى dan دى .
2) Dalam mengajarkan
37
- Bacaan ikhfa‟, diterangkan bahwa setiap (dzummah tain,
kasroh tain, fathah tain) dan dibaca dengung.
- Cara mengajarkan Fawatihussuwar guru harus memberi
contoh yang benar.
- Dalam mengajarkan Mad wajib dan Mad Jaiz setiap ada
tanda ~ dibaca lebih panjang dari biasanya.
- Untuk mengajarkan bacaan Ghunnah dengungnya dibaca
yang lama.
- Untuk semua huruf bertasydid selain dan و harus dibaca
cepat dibantu dengan ketukan.
- Untuk mengajarkan Idzhar syafawi dan idghom mistli
setiap و dibaca jelas. Kecuali jika bertemu dengan و.
- Untuk idghom bighunnah diterangkan setiap dzumah tain,
kasrah tain, fathah tain atau bertemu و harus dengung
dengan bibir mengatup.
- Untuk mengajarkan idghom bilaghunnah (ل dan
,diterangkan bahwa setiap dzumah tain, kasrah tain(س
fathah tain atau bertemu ل dan س dibaca س ل dengan
cepat dan ditekan, jangan dibaca terlalu lama.
e. Jilid 5
1) Materi pelajaran:
38
- Idghom bighunnah
- Iqlab
- Ikhfa‟ syafawi dan idzhar syafawi
- Lafadz Allah (هللا)
- Qalqalah
- Mad lazim mutsaqqal yang dibaca panjang jika ada tanda
(~)
- Idzhar halqi
- Cara menghentikan bacaan (waqaf mad „aridzilissukun,
waqaf pendek, waqaf mad tabi‟I, waqaf mad „iwad, waqaf
.(marbuttah ج
- Makharijul huruf , ث ,ع
- Mulai halaman 34 siswa dapat dilatih membaca surat-surat
Al-Qur‟an dan latihan membaca lancar Al-Qur‟an juz 27.
2) Cara mengajar:
- Idgham bighunnah: dzumah tain, kasrah tain, fathah tain
atau bertemu dibaca bibir mecucu dan dengung.
dzumah tain, kasrah tain, fathah tain atau bertemu
dibaca meringis dan dengung.
- Mengajarkan iqlab: Dzumah tain, kasrah tain, fathah tain
atau bertemu ب dibaca bibir mengatup dan dengung.
39
- Mengajarkan ikhfa‟ syafawi dan idzhar syafawi: setiap و
dibaca jelas kecuali bertemu و dan ب dibaca dengung lama.
- Untuk mengajarkan lafadz Allah perlu memberi contoh dan
latihan berulang-ulang.
- Mengajarlan qalqalah juga guru perlu memberi contoh dan
latihan berulang-ulang.
- Waqaf mad „aridzilissukun jika huruf terakhir didahului ا
maka waqafnya dibaca panjang. Selain itu pendek.
- Waqaf mad „iwad: fathah panjang dan fathah tanwin dibaca
panjang 1 alif.
marbutah waqafnya dibaca ج -
f. Jilid 6
1) Materi pelajaran:
- Bacaan Idzhar halqi
- Mulai jilid 6 ini anak sudah boleh diajarkan Al-Qur‟an juz
1.
2) Cara mengajar:
- Cara mengajar:
- Bacaan Idzhar halqi: setiap bertemu / salah satu huruf
dari ا ( ء .harus dibaca jelas tanpa dengung , ,غ ,ع ,ر ,ح ,(
40
- Ketika latihan membaca Al-Qur‟an, para siswa mulai
dilatih mengatur nafas dalam membaca Al-Qur‟an, tanpa
adanya tanaffus (mengambil nafas ditengah-tengah
membaca), dengan cara diwaqofkan bacaan jika nafasnya
tidak kuat, dan mengulang bacaan kembali (Zarkasyi,
1996:66-73).
C. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian atas hasil penelitian yang relevan
dengan masalah yang diteliti, yang bertujuan untuk belajar atas penelitian
yang lalu sehingga tidak terjadi kekeliruan dan pengulangan yang tidak
perlu. Walaupun penelitian dengan judul diatas belum pernah dilakukan di
Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam (API) Al-Riyadhoh tetapi
penelitian semacam ini bukanlah penelitian yang baru. Karena penelitian
sebelumnya pernah dilakukan ditempat lain dengan spesifikasi yang
berbeda diantaranya:
1. Skripsi saudara Sukardi (2009) yangberjudul “Penerapan Metode
Qiro‟ati Pada Pengajaran Membaca Al-Qur‟an di TPQ Manbaul „
Ulum Tanjung Anom Rakit Banjarnegara.”Pada skripsi ini memperoleh
hasil bahwa ada berbagai cara untuk menerapkan Qiro‟ati dalam
pembelajaran membaca Al-Qur‟an yang dilakukan dengan cara
klasikal, individual, klasikal baca simak agar mempermudah santri
untuk dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar
41
2. Skripsi saudari Siti Faridatul Husna (2009) yang berjudul
“Implementasi Metode Qiro‟ati Dalam Pembelajaran Membaca Al-
Qur‟an di MI Al-Fatah Parakan canggah Banjarnegara.” Pada skripsi
ini mendeskripsikan agar siswa dapat membaca Al-Qur‟an dengan
benar sesuai ilmu Qiro‟ati dan ilmu tajwid serta bacaan-bacaan sulit di
Al-Qur‟an, maka apabila siswa mampu menerapkannya, berarti semua
siswa MI Parakancanggah Banjarnegara akan bisa membaca Al-
Qur‟an.
3. Skripsi saudara Amin Hidayat (2011) yang berjudul “ Implementasi
Metode Qiro‟ati Dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an Siswa MI
Ma‟arif NU Notog kecamatan Patikraja kabupaten Banyumas.” Pada
skripsi ini mempunyai persamaan dengan skripsi saudari Siti Faridatul
Husna yaitu sama-sama menginginkan siswa-siswi dapat membaca al-
Qur‟an dengan benar sesuai dengan ilmu qiro‟ati dan ilmu tajwid.
Dari beberapa skripsi diatas terdapat persamaan dengan skripsi
yang akan penulis susun, yaitu sama-sama meneliti tentang metode
Qiro‟ati dalam pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan menggunakan
penelitian metode kualitatif. Adapun perbedaannya dengan penelitian yang
penulis lakukan dengan skripsi diatas yaitu dalam skripsi saudara
Sukardimelakukan penelitian di tingkat Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ),
saudari Siti Faridatul Husna dan saudara Amin Hidayat melakukan
penelitian di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan penulis melakukan
42
penelitian di Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam (API) Al-
Riyadloh Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menempuh penelitian lapangan
dimana untuk memperoleh data yang akurat serta objektif. Selanjutnya
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan
rancangan studi kasus (Ibrahim, 2001:7). Pendekatan kualitatif merupakan
penelitian khusus objek yang tidak dapat diteliti secara statistik atau
kuantitatif. Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan,
dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, akivitas, sikap,
kepercayaan, persepsi, dan pemikiran manusia secara individu maupun
kelompok (Ghony, 2014:13).
Studi kasus merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan sistem”.
Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok
individu yang terkait oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus
adalah penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil
makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Studi kasus dapat
terdiri atas satu unit atau lebih, tetapi merupakan satu kesatuan, dapat satu
orang, satu kelas, satu sekolah, dan sebagainya (Ghony, 2014:62).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok pesantren API Al-Riyadloh yang
terletak di Dusun Kesongo Lor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
44
Penelitian dilakukan dalam rentang waktu 28 Februari 2019 sampai 20 Maret
2019.
Penulis melakukan penelitian di sini alasannya adalah untuk menemukan
sesuatu yang baru dan unik sehingga nanti penelitian ini dapat bermanfaat
bagi akademisi, lembaga pendidikan, masyarakat, orang tua, santri, dan
penulis sendiri. Adapun pemilihan lokasi didasarkan atas beberapa hal, yaitu:
1. Pondok pesantren API Al-Riyadloh Kesongo Tuntang merupakan
pondok pesantren yang menggunakan metode Qiro‟ati dalam
pembelajaran Al- Qur‟an.
2. Peneliti sudah mengetahui lokasi dan situasi dengan baik.
3. Santri atau siswa yang masuk tidak hanya mereka yang berasal dari
golongan menengah ke atas, akan tetapi dari semua golongan
ekonomi dan sosial.
4. Dari opini masyarakat yang sudah mensekolahkan putra-putri mereka
ke Asrama Pendidikana Islam Al-Riyadloh Kesongo Tuntang.
5. Lulusan Qiro‟ati di Asrama Pendidikana Islam Al-Riyadloh sudah
terbukti kualitasnya.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber dari mana data-data
diperoleh (Arikunto, 2002:129). Adapun sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Data Primer
45
Menurut Suryabrata (1987:84) merupakan data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya atau sumber-sumber
dasar yang terdiri dari buku-buku atau saksi utama dari kejadian
(fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini penulis dapatkan
dari hasil wawancara dan observasi terhadap pengurus Qiro‟ati, ustadz-
ustadzah pengampu Qiro‟ati, dan santri.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan metode
Qiro‟ati yang digunakan guna melengkapi data primer. Data sekunder ini
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada di Pondok Pesantren Al-
Riyadloh, yang berguna untuk mengkaji implementasi metode Qiro‟ati
dalam pembelajaran Al-Qur‟an. Data yang akan diperoleh antara lain dari
pengurus Pondok Pesantren Al-Riyadloh, dan orang tua santri. Dengan
adanya dua data tersebut, diharapkan dapat mendeskripsikan tentang
implementasi metode Qiro‟ati dalam pembelajaran Al-Qur‟an.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Salah satu aspek yang merupakan syarat sebuah penelitian adalah adanya
data yang terkumpul melalui beberapa teknik atau pengumpulan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis terapkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
46
Metode Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun langsung ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,
waktu, peristiwa, tujuan, dan perasann (Ghony, 2014:165).
Peneliti menggunakan metode ini untuk mengamati secara
langsung di lapangan terutama data tentang kondisi fisik, letak geografis,
sarana dan prasarana, dan yang paling pokok adalah proses belajar
mengajar metode Qiro‟ati dalam pembelajaran Al-Qur‟an yang
berlangsung di Pondok Pesantren Al-Riyadloh Kesongo Lor Tuntang.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang
dilakukan dua orang atau lebih yaitu wawancara dan terwawancara (nara
sumber) dilakukan secara berhadap-hadapan (Hanijito, 1994:57).
Metode ini digunakan untuk wawancara kepada pengurus Pondok
pesantren Al-Riyadloh, atau ustadz-ustadzah untuk mendapatkan data-
data seperti tinjauan historis, letak geografis, kedaan ustadz-ustadzah,
santri, sarana dan prasarana, dan yang berhubungan dengan studi strategi
proses penerapan metode Qiro‟ati di Pondok pesantren Al-Riyadloh
Kesongo Tuntang.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan buku, surat, transkrip, majalah, notulen, agenda dan
sebagainya (Riyanto, 1996:83).
47
Dokumen yang digunakan peneliti meliputi kegiatan belajar
mengajar (KBM), kegiatan pembiasaan yang diterapkan di pondok,
catatan/nilai terhadap santri, denah lokasi pondok, program kegiatan
pondok, implementasi Qiro‟ati dan lain sebagainya yang berkaitan
dengan proses pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati di
Pondok Pesantren Al-Riyadloh Kesongo Lor Tuntang. Dokumen
digunakan peneliti untuk memperkuat dan melengkapi berbagai macam
informasi yang ditemukan selama proses penelitian yang dilaksanakan.
E. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi yang lain, sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning)
(Muhadjir, 1998: 124).
Dalam mengolah data, penulis menggunakan analisa data kualitatif.
Penelitian yang penulis lakukan menerapkan analisis data kualitatif model
alir sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang
menggambarkan bahwa analisis data kualitatif model alir akan melalui tiga
alur, meliputi:
1. Reduksi Data
48
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari data-data
tertulis di lapangan.
1. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap informasi
yang terkumpul yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan.
2. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan bertahap, melalui kesimpulan-
kesimpulan akhir yang memiliki kepercayaan tinggi setelah data
mencukupi untuk penarikan kesimpulan (Sutopo, 2008:75). Sesuai
dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Sutopo, bahwa penarikan
kesimpulan dalam penelitian ini nantinya akan dilakukan secara
bertahap.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi dalam
pengecekan keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono,
2010:273). Teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah melalui sumber
lainnya. Ada tiga macam triangulasi sebagai macam pemeriksaan, yakni:
Triangulasi Sumber, Triangulasi Metode, dan Triangulasi Teori. Dalam
penelitian ini yang digunakan adalah Triangulasi Sumber.
49
Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif, menurut Patton yang dikutip oleh
Moleong (2011: 330), hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data
wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi
3. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang
siatuasi dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4. Membandingkan dengan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagaia pendapat dan pandangan orang
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
50
BAB IV
PAPARAN DAN ANALIS DATA
A. Paparan Data
1. Letak Geografis Pondok Pesantren Asrama Pendidikana Islam Al-
Riyadhloh
Pondok Pesantren Al-Riyadloh Kesongo Lor terletak di Dusun
Kesongo Lor, RT 04 RW 03, Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang. Desa dimana pondok pesantren ini berada memiliki
wilayah yang luas. Oleh sebab itu, Desa Kesongo dibagi menjadi tujuh
dusun dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Bahkan, di Desa
Kesongo terdapat setidaknya empat pondok pesantren. Batas-batas wilayah
Desa Kesongo disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Tabel Batas-batas Wilayah Kesongo Lor
Batas-batas Wilayah Kesongo Lor
Utara Lopait
Selatan Desa Candirejo
Timur Danau Rawa Pening
Barat Kota Salatiga
2. Sejarah Pondok Pesantren Asrama Pendidikana Islam Al-Riyadhloh
Pesantren yang didirikan K.H.Syamsurro‟yi pada tahun 1983 ini
termasuk pesantren salaf. Hal ini mengacu pada pendapat Zamarkasyi
51
Dhofier (1982:80) tentang elemen dasar pesantren salaf. Elemen itu adalah
asrama tempat pemondokan santri, kyai guru yang mengajar para santri,
kitab kuning sebagai kurikulum pendidikannya, masjid sebagai sarana
pengajian dan peribadatan santri, di samping santri itu sendiri sebagai
peserta didik. Munculnya pesantren sendiri sebenarnya tidak terlepas dari
peran kakek dan ayah, serta saudara-saudara beliau yang membantu
penyebaran ilmu agama di daerah ini. Yang pertama adalah peran dari
Simbah Kyai Marwi yang sangat memperhatikan kondisi masyarakat pada
waktu itu yang masih kental dengan nuansa abangan, kejawen, pengaruh
penjajah, dan masih banyak hal lain yang mendorong Kyai Marwi
mewakafkan dan mendirikan masjid di daerah tersebut sebagai wujud
perhatiannya pada masyarakat. Beliau mempunyai keturunan yang rata-
rata kesemuanya mengaji di pondok pesantren. Di antaranya adalah
Simbah Kyai Sulaiman dan Kyai Turmudzi. Namun karena kesemuanya
tidak ada yang tinggal di desa Kesongo kecuali Simbah Kyai Turmudzi,
maka beliaulah yang meneruskan perjuangan Kyai Marwi.
Simbah Kyai Turmudzi kemudian mempunyai beberapa keturunan
yang salah satunya adalah K.H. Syamsurro‟yi. Beliau adalah satu-satunya
keturunan yang paling lama berada di pondok pesantren, di antaranya
Poncol Bringin, Ploso Kediri, Madura, dan Tegalrejo Magelang. Akhirnya
setelah beliau selesai belajar di pondok, dengan dibantu saudara-saudara
beliau, beliau mendirikan pondok pesantren yang bernama Al-Riyadloh
dengan harapan banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya mengaji,
52
dan diharapkan santri-santri yang mengaji di sini mempunyai jiwa
riyadloh, yaitu mampu tirakat, hidup sederhana apa adanya, mandiri dan
tekun dalam beribadah. Dan sampai sekarang beliau masih gigih dalam
membangun karakter santri yang mengaji di pesantren ini dengan putra-
putra beliau yang bersama-sama mempertahankan pesantren ini.
3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Asrama Pendidikana Islam
Al-Riyadhloh
a) Visi
Mencetak insan yang religius, cerdas, bermoral, mandiri serta
berakhlak mulia.
b) Misi
1) Mendidik santri agar memiliki kemantapan akidah, kedalaman
spiritual, keluasan ilmu, serta keterampilan dan keluhuran budi
pekerti.
2) Memberikan pelayanan dan keteladanan pada santri atas dasar
nilai-nilai islam.
c) Tujuan
Tujuannya yaitu menyiapkan para santri yang memiliki
kemampuan keilmuan keagamaan yang mendalam dan mampu
mengembangkan serta menerapkan ajaran islam secara utuh, yang
mempunyai jiwa mandiri, memiliki akhlak mulia dan beramal shaleh.
53
4. Keadaan Peserta Didik, dan Ustadz-ustadzah
a) Keadaan Peserta Didik
Jumlah peserta didik Qiro‟ati di Pondok Pesantren Asrama
Pendidikana Islam Al-Riyadloh Kesongo Lor pada tahun 2019/2010
ada 195, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.2
Keadaan Peserta Didik Qiro’ati Pondok Pesantren Al-Riyadloh
No. Jilid Lk Pr Jml Nama Guru Kelas
1 Pra TK A 9 8 17 Ngafifah
2 Pra TK B 7 5 12 Ari Nur Janah
3 Pra TK C 4 3 7 Shofiatul Fadhilah
4 TK 1 A -
5 TK 1 B -
6 TK 1 C 10 5 15 Khotimatul Mar‟ati
7 TK 2 A 10 10 20 Suaidi Latif
8 TK 2 B 13 8 21 R. Ummah
9 TK 3 A 16 14 30 Rif‟an Wardi
10 TK 3 B 12 9 21 Muhammad Muchklis
11 TK 4 A 2 5 7 Ahmad Mawardi
12 TK 4 B 5 12 17 Khoironi
54
5. Keadaan Ustadz-ustadzah
Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan pembelajaran Al-
Qur‟an dengan metode Qiro‟ati di Pondok Pesantren API Al-Riyadloh,
maka guru menjadi faktor penting yang berpengaruh terhadap peserta
didik. Secara keseluruhan ustadz-ustadzah yang mengajar Qiro‟ati di
13 TK 5 A
14 TK 5 B 2 2 4 Khotimatul M
15 JUZ 27
16 TK 6 2 8 10 Ngafifah
17 Al Qur‟an
18 Ghorib A
19 Ghorib B 2 16 18 Tahrisul Muntaha
20 Tajwid
21 Finishing
22 Pers. Khotam
Jml Psrt
IMTAS
Jml Total 104 98 195
55
Pondok Pesantren API Al-Riyadloh ada 11, dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Keadaan Ustadz-Ustadzah Qiro’ati Pondok Pesantren API Al-
Riyadloh
No. NAMA TTL
BERSYAHADAH
BELUM SUDAH
1 Tahrisul
Muntaha
Kab. Semarang, 2
April 1980
2 Rif‟an Wardi Kab. Semarang, 20
Oktober 1982
3 Ahmad
Mawardi
Kab. Semarang, 8
Mei 1985
4 Suaidi Latif Kab. Semarang, 27
April 1992
5 Muhammad
Muchklis
Kab. Boyolali, 23
Agustus 1992
6 Khoironi Kab. Semarang,
7 Rachmatul
Ummah
Kab. Magelang, 23
Mei 1987
8 Afifah Kab. Semarang, 24
Februari 1986
9 Khotimatul Kab. Semarang,
56
Mar‟ati
10 Ari Nur
Janah
11 S. Shofiatul
Fadhilah
6. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Qiroa’ti di Pondok Pesantren
API Al-Riyadloh
Adanya sarana dan prasarana dalam suatu proses pembelajaran
sangat membantu dalam memperlancar kegiatan sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik. Adapun sarana dan prasarana yang ada di API Al-
Riyadhloh sebagai berikut:
a. Ruang Kelas
Ruang kelas di API Al-Riyadhloh terdapat 9 ruang kelas, yaitu terdiri
dari ruang kelas jilid 1, ruang kelas jilid 2, ruang kelas jilid 3, ruang
kelas jilid 4, ruang kelas jilid 5, ruang kelas jilid 6 dan Juz 27, ruang
kelas Ghorib dan kelas yang berada di serambi Masjid bawah dan
serambi Masjid atas.
57
b. Alat Pelajaran
Tabel 4.4
Alat Pembelajaran di Pondok
Al- Riyadloh
No. Macam Barang Jumlah
1 meja 65
2 Papan Peraga 9
3 Meja Guru 9
4 Kursi Guru 9
5 Buku Jilid 200
6 Buku Gharib 100
8 Buku Tajwid 100
7. Struktur Organisasi Kepengurusan Qiro’ati Di Pondok Pesantren
Asrama Pendidikana Islam Al-Riyadloh
Untuk memperlancar progam-program kegiatan pembelajaran agar
dapat terorganisasi dengan baik, berjalan dengan lancar dan tercapai
tujuannya, maka diperlukan suatu kerjasama melalui struktur organisasi.
Adapun struktur Organisasi Qiro‟ati di Pondok Pesantren Asrama
Pendidikana Islam Al-Riyadhloh adalah sebagai berikut:
58
a. Ustadz Khoiru Ubaidillah : Penanggung Jawab Qiro‟ati Al-
Riyadhloh
b. Ustadzah „Afifah : Kepala Lembaga Qiro‟ati Al-
Riyadhloh
c. Ustadz Tahrisul Muntaha : Guru Finishing Al-Riyadhloh
8. Pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode Qiro’ati di Pesantren
Asrama Pendidikana Islam Al-Riyadhloh
Di Pondok Pesantren Al-Riyadhloh, dalam keberhasilan suatu
sistem proses belajar mengajar dalam pendidikan sangat ditentukan oleh
dua hal penting yang saling terkait yakni kualitas dan kemampuan ustadz-
ustadzahnya dan metodologi pengajarannya. (Wawancara ustadzah
„Afifah, 28 Februari 2019). Ustadz-ustadzahnya mempunyai syarat harus
dapat membaca Al-Qur‟an dengan tahsin dan tartil, ditunjukkan dengan
adanya syahadah guru Qiro‟ati, dan ini menjadi salah satu keunikan dari
Qiro‟ati bahwa bagi semua guru harus bersyahadah. Semua bisa mengajar
Qiro‟adi dengan syarat harus mengikuti metodologi Qiro‟ati dengan lulus
tes tahsin dan bersyahadah.
Dalam satu lembaga pendidikan Al-Qur‟an paling sedikit harus ada
enam orang ustadz/ustadzah yang telah memiliki syahadah guru Qiro‟ati,
yang mana satu orang ini berkewajiban memberikan pembinaan dan
bimbingan sehingga diharapkan semua ustadz-ustadzah atau calon-calon
ustadz-ustadzah pada lembaganya mampu membaca Al-Qur‟an dengan
tartil dan memiliki syahadah guru Qiro‟ati. Ustadz-ustadzah dari calon
59
ustadz-ustadzah metode Qiro‟ati harus menguasai dan mengajarkan buku
Qiro‟ati kepada anaka-anak. (Wawancara Ustadzah „Afifah, 28 Februari
2019).
Untuk mengetahui pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode
Qiro‟ati peneliti mendapat data yang telah diperoleh melalui observasi,
dokumentasi, serta hasil wawancara dengan responden. Adapun
pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati di API Al-Riyadloh
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tujuan Metode Qiro’ati di Asrama Pendidikana Islam Al-
Riyadloh
Adapun tujuan Metode Qiro‟ati di Al-Riyadloh yaitu mendidik
dan mengembangkan generasi yang Qur‟ani, mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan sesuai Al-Qur‟an dan Sunah. Beribadah dengan benar
dan mencintai Al-Qur‟an, bisa membaca dengan tartil, menulis,
menghafal, memahami, mengamalkan dalam kehidupan dan
mengajarkannya pada orang lain (Dokumentasi Qiro‟ati di Asrama
Pendidikana Islam Al-Riyadloh).
“Tujuan dari pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati yaitu
untuk menjaga kesucian Al-Qur‟an dari segi bacaannya yang benar
sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Menyebarluaskan ilmu
membaca Al-Qur‟an, mengingatkan kembali kepada para guru ngaji
agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur‟an, serta
meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur‟an”. (Wawancara ustadzah
„Afifah, 28 Februari 2019).
60
Pertama, tujuan institusional yaitu membantu mengembangkan
potensi santri ke arah pembentukan sikap, pengetahuan dan
ketrampilan keagamaan berdasarkan Al-Qur‟an dan Assunah.
Kedua, tujuan kurikuler yaitu santri dapat mencintai Al-Qur‟an
sebagai bacaan istimewa dan pedoman utama. Santri dapat terbiasa
membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan fasih, memahami hukum-
hukum bacaannya ilmu tajwid. Santri dapat mengerjakan sholat 5
waktu benar dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari, santri
dapat menguasai hafalan surat pendek ayat pilihan dan do‟a sehari-
hari. Santri dapat mengembangkan perilaku sosial yang baik sesuai
tuntutan Islam, santri dapat menulis huruf Al-Qur‟an dengan baik dan
benar.
Ketiga, tujuan intruksional ialah Qiro‟ati jilid 1 menekankan pada
makhorijul huruf dan harokat fathah, hafal nama-nama huruf hijaiyah.
Qiro‟ati jilid 2 menekankan pada panjang pendek bacaan dan semua
harokat kecuali tasydid. Qiro‟ati jilid 3 menekankan sukun, lam
qomariyah, mad thobi‟i, ro‟ tebal- ro‟ tipis, idzar syafawi, mad layyin,
membedakan „ain sukun dan hamzah sukun. Qiro‟ati jilid 4
menekankan pada ikhfa‟ haqiqi, fawatikhussuwar, mad wajib
muttasil, syin-syin, nun-mim musaddadah, ha‟-kho‟, huruf
berghunnah, idghom bilaghunnah. Qiro‟ati jilid 5 menekankan pada
idghom bighunnah, lafadz jalalah, waqof, iqlab, ikhfa‟ syafawi,
qolqolah, tsa‟ sukun, ghoin sukun. Qiro‟ati juz 27 menekankan pada
61
kelancaran, waqof, huruf bertasydid. Qiro‟ati jilid 6 menekankan pada
idzhar halqi, panjang-pendek, illa di wasal, kelancaran
fawatikhussuwar. Kelas Al-Qur‟an santri dapat membaca Al-Qur‟an
juz 1-10 secara tartil dan dengan mekhorijul huruf yang tepat. Qiro‟ati
jilid Gharib menekankan pada waqof, washol, bacaan hati-hati/
musykilat. Kelas tajwid santri mampu membaca Al-Qur‟an juz 1-30
dengan fashih dan benar serta penjelasan tajwidnya (Dokumentasi API
Al-Riyadloh).
Perumusan tujuan ini tidak lepas dari pertimbangan dewan asatidz
yang sesuai dengan korcab pendidikan Al-Qur‟an metode Qiro‟ati,
yakni untuk menjaga kesucian Al-Qur‟an dari segi bacaannya yang
benar, mengajarkan santri cara mengucapkan makhorijul huruf yang
benar, mengajarkan ilmu tajwid dan gharib muskilat, melatih cara
mengaji yang benar. Karena Qiro‟ati merupakan ilmu yang
mempunyai sanad yang muttashil maka diharapkan agar santri yang
telah lulus imtaz dan telah di tashih kemudian mempunyai syhadah
bisa mengajarkan Al-Qur‟an kepada orang lain. Hal tersebut sesuai
dengan penjelasan Ustadz Muntaha, yakni:
“Tujuan dari pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati yaitu
menjaga kesucian Al-Qur‟an dari segi bacaannya yang benar.
Mengajarkan cara mengaji yang benar, diharapkan setelah lulus santri
dapat mengamalkan ilmunya kepada orang lain. Untuk melatih
membaca Al-Qur‟an dengan benar dan menyelaraskan cara mengajar
dewan asatidz agar tujuan mengaji dengan metode Qiro‟ati sanad
keilmuaannya bersambung”.
62
Pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati ini didasari atas
kurangnya perhatian orang tua atau masyarakat tentang pentingnya
membaca Al-Qur‟an dengan tahsin atau tartil. Banyak anak yang telah
menginjak remaja belum bisa membaca Al-Qur‟an dengan benar pada
waktu itu, belum bisa menulis huruf hijaiyah dengan benar, tidak
mengerti ilmu tajwid dan gharib. Pada saat itu mereka hanya bisa
menghafal huruf hijaiyah dan belum paham dengan bentuk huruf
hijaiyah. Pada pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati maka
pengajaran Al-Qur‟an untuk anak-anak digalakkan dan berkualitas
(Wawancara ustazdah „Afifah, 28 Februari 2019).
Hal ini ditegaskan kembali oleh ustadz Muntaha (Wawancara, 28
Februari 2019) bahwasanya yang mendasari diadakannya
pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati yakni:
“kurangnya perhatian orang tua atau masyarakat tentang metode
pembelajaran Al-Qur‟an yang bisa berpengaruh terhadap kualitas dan
pemahaman membaca Al-Qur‟an pada anak-anak dengan tahsin atau
tartil. Kemudian timbul inisiatif dari dewan asatidz yang ingin
mengembangkan pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati”
Hal ini dikuatkan oleh Ustadzah „Afifah bahwa ada perbedaan cara
mengaji antara santri yang diajarkan dengan metode Qiro‟ati dengan
santri yang menggunakan metode lain. Hal itu bisa dibuktikan ketika
ada khataman dan ada acara perlombaan mengaji oleh santri pada
tingkat kelurahan atau kecamatan. (Wawancara, 28 Februari 2018).
63
b. Prinsip Pembelajaran Metode Qiro’ati di Pondok Pesantren API
Al-Riyadloh
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati, dewan
asatidz mempunyai prinsip-prinsip yang harus dipegang dewan asatidz
dan prinsip-prinsip yang harus diterapkan pada santri. Prinsip-prinsip
yang harus dipegang dewan asatidz dalam mengajar ialah teliti,
waspada, dan tegas serta tidak boleh menuntun, maksudnya ialah:
1) teliti dalam menyampaikan semua materi pelajaran
2) waspada terhadap bacaan anak didik yakni bisa
mengkoordinasikan antara mata telinga, lisan dan hati
3) tegas dalam arti disiplin dan bijaksana terhadap kemapuan
anak didik.
Adapun prinsip yang harus diterapkan pada santri ialah CBSA
yaitu cara belajar santri aktif dan LCTB yaitu lancar cepat tepat dan
benar (Dokumentasi API Al-Riyadloh). Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan ustadzah „Afifah, 28 Februari 2019, yakni sebagai berikut:
“Dalam pembelajaran Al-Qur‟an metode Qiro‟ati dewan asatidz
diharapkan memegang prinsip teliti waspada dan tegas serta tidak
boleh menuntun, santri juga diterapkan prinsip cara belajar santri aktif
serta lancar cepat tepat dan benar. Selain itu juga dewan asatidz
mempunyai strategi umum dan khusus. Strategi mengajar secara
umum antara lain pendidik menekan kelas dengan memberi
pandangan menyeluruh terhadap semua anak didik sampai tenang,
kemudian mengucapkan salam dan do‟a. Pelaksanaan pelajaran
selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi seperti do‟a harian,
bacaan shalat, surat-surat pendek,dll. Dewan asatidz mengusahakan
setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu tanpa urut
absen. Perhatian pendidik hendaknya menyeluruh baik terhadap anak
yang maju membaca maupun yang lainnya. perhatian terhadap jiwa
dan karakter anak sangat penting agara nak-anak tertarik dan
64
bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika anak diam atau
tidak mau membaca maka dibujuk dengan sedikit pujian.”
(Wawancara, 28 Februari 2019).
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati diperlukan
sarana dan prasarana sebagai alat pendukung terlaksananya proses
pembelajaran. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai,
maka proses pembelajaran akan mudah terlaksana dengan baik dan
lancar. Oleh karena itu tanpa adanya sarana dan prasarana yang
mendukung bagi suatu lembaga maka pembelajaran tidak akan
tercapai dengan baik. Di antara sarana dan prasarana yang paling
penting digunakan oleh pengajar terutama dalam mengajar Al-Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati adalah adanya alat peraga dan buku jilid
Qiro‟ati. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ustadzah „Afifah
bahwa:
“Untuk sarana dan prasarana seperti bangku, meja guru, kursi guru,
papan peraga, jilid, tajwid, ghorib sangat memadai. Alat peraga dan
buku metode Qiro‟ati merupakan sarana yang paling penting dalam
pembelajaran Al-Qur‟an melalui metode Qiro‟ati. Karena dengan
adanya kedua sarana ini, santri akan lebih mudah mempelajari setiap
jilid buku Qiro‟ati. Alat peraga ini berfungsi sebagai alat untuk
mempermudah dan memperlancar bacaan santri secara klasikal.
Sedangkan secara individual santri menggunakan buku Qiro‟ati.
Dengan adanya buku Qiro‟ati bertujuan untuk mempermudah santri
dalam membacanya setiap waktu, sewaktu berada di kelas maupun
dirumah. Akan tetapi untuk kelasnya yang masih kurang karena
keterbatasan Ustadz-ustadzah. Seharusnya kelas yang dibutuhkan ada
12 karena kekurangan Ustadz-ustadzah maka ada kelas yang
digabung dan menjadi 9 kelas” (Wawancara 28 Februari 2019).
Pembelajaran Al-Qur‟an di API Al-Riyadloh ini dijadwalkan setiap
hari Senin sampai Jum‟at, dimulai pukul 14.00 hingga 15.15 WIB.
(Wawancara ustadzah „Afifah, 28 Februari 2019). Semua yang telah
65
dijelaskan ustadzah „Afifah dan ustadz Muntaha bahwa pembelajaran
dimulai pukul 14.00 sampai 15.15 WIB setiap harinya. Menggunakan
ruang kelas berjumlah 9 ruang kelas yaitu:
1) kelas di serambi Masjid bawah dan serambi Masjid atas
untuk 4 kelas (jilid 1C, jild 2A, jilid 2B, jilid 3A )
2) kelas jilid 3B
3) kelas jilid 4A dan jilid 4B
4) kelas jilid 5A dan jilid 5B
5) kelas jilid 6B dan Juz 27
6) kelas Gharib
(Observasi dan Wawancara , „Afifah 28 Februari 2019).
Tepatnya pada pukul 13.50 WIB, anak-anak mulai berdatangan
satu persatu, ada yang berangkat sendiri naik sepada, jalan kaki, ada
pula yang diantar orang tuanya. Kedatangan pun disambut hangat oleh
ustad/ustadzahzah, kemudian bersalaman. Pukul 14.00 semua dari jilid
1sampai Ghorib dikumpulkan di serambi Masjid lantai bawah, untuk
berdoa bersama kemudian membaca surat-surat pendek, do‟a sehari-
hari selama 15 menit. Dipimpin salah satu ustadz yang sudah
terjadwal setiap harinya. Setelah selesai, maka selanjutnya masuk
kelas masing-masing atau pelajaran inti di kelas masing-masing.
(observasi dan wawancara, „Afifah 28 Februari 2019 )
66
Adanya persiapan dalam pelaksanaan pembelajaran sangat penting
dilakukan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ustadz
Muntaha bahwa:
“Yang perlu dipersiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar
adalah alat peraga yang akan dipergunakan ketika proses
pembelajaran berlangsung. Alat peraga dan media merupakan sarana
yang sangat mendukung terlaksananya pengajaran Al-Qur‟an dengan
metode Qiro‟ati. Akan tetapi alat peraga digunakan hanya bagi
Qiro‟ati jilid 1-6 saja”.(Wawancara, 28 Februari 2019).
Mulainya pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati untuk
jilid 1 sampai jilid 6, juz 27 dan Gharib pada pukul 14.15 sampai
15.15. setelah masuk kelas ustadz/ustadzah di masing-masing kelas
menyiapkan alat peraga dan memulai dengan salam, kemudian
membaca Al-Fatihah bersama dengan bimbingan ustadz/ustadzah
kemudian materi tambahan yaitu membaca beberapa do‟a sehari-hari,
dan bacaan sholat. Dilanjutkan membaca alat peraga secara klasikal
dibimbing ustadz/ustadzah pada awal saja dan diteruskan santri
bersama-sama tanpa bimbingan, selama 15 menit. Setelah itu santri
membaca/nderes halaman masing-masing untuk diajukan kepada
ustadz/ustadzah. 30 menit Selanjutnya santri yang sudah mantab dan
siap untuk menyetor halaman yang akan dibacanya diperbolehkan
maju secara individual, tidak menurut absen. Disimak oleh
ustadz/ustadzah tampa di bimbing. Apabila salah maka di tegur
dengan ketukan. Apabila belum lancar dan banyak kesalahan maka
diberi nilai B- dan belum bisa melanjutkan ke halaman selanjutnya.
Apabila sudah lancar dan bisa mempraktikkan M3 (Mecucu-Mangap-
67
Mingkep), maka mendapat nilai B dan bisa melanjutkan ke halaman
selanjutnya. Untuk santri yang sudah maju agar tidak ramai, maka
diberi materi tambahan seperti menulis halaman jilid yang tadi di
ajukan ke depan kemudian dinilaikan. Setelah semuanya sudah maju
secara individual maka 15 menit terakhir menggunakan alat peraga
secara klasikal lagi seperti yang awal tapi dari halaman belakang ke
depan. Setelah itu persiapan pulang, berdoa, membaca Al-„Asyr,
mengucapkan salam dan santri bersalaman dengan ustadz/ustadzahnya
untuk pulang ke rumah masng-masing (Observasi, 28 Februari 2019).
Santri yang sudah jilid 4 ke atas sudah tidak ada tugas menulis,
gantinya adalah baca simak. Kemudian 15 menit untuk peraga klasikal
dari belakang ke depan, dilanjutkan penutup tepat pukul 15.15 WIB
(Observasi, 28 Februari 2019).
Pembelajaran di kelas Gharib dan Al-Qur‟an, pembelajaran
dimulai ustadzah „Afifah membuka dengan salam dan dijawab salam
oleh santri. Pertama membaca surat Al-Faatihah dengan bimbingan
ustadzah „Afifah kemudian materi tambahan yaitu membaca do‟a
sebelum belajar, membaca do‟a untuk kedua orang tua, membaca do‟a
keselamatan dunia dan akhirat, membaca do‟a hendak wudhu,
membaca do‟a setelah wudhu, membaca surat Al-„adiyat dan surat
Zalzalah. Di kelas Gharib dan Al-Qur‟an tidak ada pengajaran alat
peraga secara klasikal. Ustadzah „Afifah meminta santri untuk
mempelajari bacaan surat Adh-Dhuha dan At-tiin. Jika dirasa santri
68
mampu menguasai bacaannya maka santri secara bergiliran membaca
ayat per ayat, dan ustzadzah „Afifah memantau bacaan santri, jika
salah diminta untuk mengulangi hingga benar. Setelah selesai
membaca surat kemudian membuka buku Gharib musykilat, santri
membacakan bacaan pada buku Gharib musykilat pada halaman yang
telah dicapainya, ustadzah „Afifah menyimak bacaan santri. Selesai
pembelajaran Gharib pembelajaran ditutup dengan membaca do‟a
setelah belajar dan membaca surat Al-„Ashr kemudian salam
penutupan (Observasi, 28 Februari 2019).
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan ketika persiapan
pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan belajar
mengajaryang dilakukan di Al-Riyadloh adalah implementasi proses
belajar mengajar dan implementasi materi tambahan. Implementasi
proses belajar mengajar pada dasarnya penerapan metode Qiro‟ati
untuk tiap-tiap jilid berbeda. Karena masing-masing jilid mempunyai
misi yang berbeda pula, sehingga dalam proses belajar santri harus
disesuaikan dengan tingkatan jilid yang telah dicapai oleh santri. Hal
ini disebabkan hasil kemampuan baca yang dicapai oleh santri harus
maksimal berdasarkan misi masing-masing jilid. Akan tetapi dalam
kemampuan baca yang dihasilkan dapat terlihat jika selesainya jilid itu
sampai berapa lama. Dan untuk hasil kemampuan baca antara santri
yang satu dengan santri yang lain berbeda. Dalam hal ini telah
diungkapkan oleh ustadzah „Afifah, bahwasanya:
69
“Hasil kemampuan baca santri dapat dilihat ketika terselesainya
jilid itu sampai berapa lama. Biasanya ada santri yang mampu
menyelesaikan jilidnya hanya 2 bulan saja baru bisa khatam, tetapi
ada juga yang 6 bulan khatam, bahkan ada yang sampai bertahun-
tahun baru bisa menyelesaikan jilidnya. Tapi itu dulu. Sekarang
mayoritas santri sudah pandai membaca dengan baik dan benar
menurut tajwid. Bila santri rajin dan bersungguh-sungguh dalam
belajar, maka dia akan khatam secepatnya. Akan tetapi bila santri
bermalas-malasan bahkan sering tidak masuk, maka itu akan
menghambat kelulusan santri”. (Wawancara, 28 Februari 2019).
Implementasi materi tambahan, untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, maka dibutuhkan suatu materi sebagai sarana penunjang
dalam kegiatan proses pembelajaran. Materi pembelajaran merupakan
salah satu komponen dasar dalam kegiatan belajar membaca Al-
Qur‟an melalui metode Qiro‟ati yang harus disusun secara jelas dan
tepat. Adapun materi yang akan disampaikan oleh guru kepada santri
kelas dasar ada 2 macam materi, yakni materi pokok dan materi
tambahan. Materi pokok dan materi tambahan merupakan materi yang
wajib dipelajari dan dihafalkan oleh santri, karena kedua materi ini
merupakan materi yang akan diujikan santri, baik pada saat santri
akan mengahadapi tes kenaikan jilid maupun tes saat khatam Al-
Qur‟an (Wawancara ustadzah „Afifah, 28 Februari 2019).
Berdasarkan penjelasan yang peneliti peroleh, bahwa dalam
implementasi materi pokok dan materi tambahan dalam pembelajaran
Al-Qur‟an khususnya melalui metode Qiro‟ati sudah berjalan
berdasarkan baik dan berdasarkan pada tingkatan jilid santri. Apabila
santri mengalami kesulitan selama proses pembelajaran, maka
tindakan yang harus dilakukan oleh seorang ustadz-ustadzah adalah
70
mencari sebab-sebab mengapa hal itu bisa terjadi. Selain itu, ustadz-
ustadzah dapat mentraining khusus kepada santri yang mengalami
kesulitan tersebut. Peneliti melakukan wawancara pada santri yang
bernama Via santri jilid 5, peneliti bertanya mengenai respon santri
tentang pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati di API Al-
Riyadloh, bahwasanya:
“Saya suka, karena agar saya bisa membaca Al-Qur‟an dengan
baik dan benar walaupun sering ngulang, mengisi waktu luang saya
untuk belajar Al-Qur‟an, gurunya baik, dan saya ingin agar orang tua
saya bangga. Saya semangat belajar disini agar ngajinya bagus dan
tidak lupa makhorijul huruf tajwid dan hafalannya, dan agar saya bisa
cepat lulus. Selain itu yang membuat saya senang ialah gurunya baik
hati tidak pernah menegur santri dengan keras dan latihan tashih saya
lebih cepat diluluskan” (Wawancara santri Via, 17 Maret 2019).
Respon santri mengenai perfomance ustadz dan ustadzah yang ada,
bahwasanya ustad dan para ustadzah yang pernah mengajar semuanya
baik hati, dalam mengajar selalu dengan bahasa yang lembut yang
membuat santri semangat belajar Al-Qur‟an, dan selalu memberi
motivasi santri agar rajin berangkat untuk belajar Al-Qur‟an
(Wawancarasantri Via, 10 Maret 2019).
Mengenai kesulitan yang dialami santri ketika pembelajaran
berlangsung, yaitu:
“Kesulitan yang dialami santri pada saat pembelajaran berlangsung
adalah santri harus mengulang bacaan lagi, kalau bacaannya salah 3
kali maka harus mengulang halaman sesuai jilidnya”
(Wawancarasantri Ofi, 17 Maret 2019).
Karena Qiro‟ati di Al-Riyadloh harus menekankan pada M3 yaitu
mringis, mangap, mingkem dan ketika baca harus cepat dan benar.
71
Sebagian santri ada yang mengalami kesulitan, tapi dengan M3 inilah
anak terbantu untuk membenarkan pengucapan makhorijul huruf . ada
beberapa huruf hijaiyah yang cara pengucapannya harus dengan M3
yaitu: ta‟, sta‟, dal, dzal, jim, lam, dan sin ketika diharokati dhummah,
bacanya dengan mringis kemudian mecucu. Kha‟, sad, dzad, ta‟, dza‟,
gain, qaf yang diharokati kasrah bacanya mecucu kemudian mringis.
Ketika dhummah tanwin bertemu Nun bertasydid yang berharokat
fathah dan ketika ada dhummah bertemu nun berharokat fathah
bacanya dengan mecucu dan masuk kesifatnya nun yaitu mringis
kemudian mangap. kesulitan juga dialami oleh santri yang menghafal
Al-Qur‟an, ketika mereka membaca atau menghafal Al-Qur‟an dengan
menerapkan Qiro‟ati maka bacaan mereka sering salah, karena masih
kesulitan untuk menerapkan M3 (mangap, mringis, mecucu).
Kesulitan ini juga sama dengan yang diungkapkan santri bernama
Daffa santri jilid 5, bahwa:
“Kesulitan yang saya alami pada saat pembelajaran ialah harus
mengulang bacaan lagi karena bacaannya salah, dan kesulitan yang
saya alami saat mengucapkan makhorijul huruf tsa, kha, dan ha,
mengulang dan tidak khatam-khatam. Dan ketika saya terapkan pada
hafalan saya malah tidak karuan, salah-salah terus”(Wawancara santri
Daffa, 10 Maret 2019).
Kesulitan yang dialami ustadz/ustadzahah ketika pembelajaran
berlangsung ialah ketika membenarkan santri saat membaca
makhorijul huruf, membangkitkan semangat belajar dan menarik
perhatian, kemudian kesulitan lainnya ialah ketika ada ustadzah yang
datang terlambat sehingga jam mengajarnya kurang kondusif.
72
Kemudian faktor pendukungnya yaitu dari kelurga atau orang tua
santri yang sangat mendukung anaknya untuk rajin belajar ngaji, dan
menyemangati anaknya agar rajin masuk sehingga cepat khatam, cepat
bisa membaca Al-Qur‟an dan meneruskan belajar mengaji ke API Al-
Riyadloh (Wawancara, ustadzah „Afifah 28 Februari 2019).
Sebagaimana yang dikatakan bapak zidni tentang Qiro‟ati di API
Al-Riyadloh kesongo:
”Saya sangat senang sekali anak saya bisa ikut mengaji Qiro‟ati,
karena Qiro‟ati sangat menjanjikan kualitasnya. Anak saya adalah
salah satu santri yang laju (tidak menetap di pondok), tetapi kualitas
baca Al-Qur‟annya juga tidak kalah dengan anak pondok yang
menetap. Sangat ada kemajuan dalam membaca Al-Qur‟an, dan sangat
membanggakan. Semoga lebih baik lagi untuk kedepannya Qiro‟ati di
Al-Riyadloh Kesongo. Anak saya selalu saya dukung dan saya
semangati agar rajin berangkat untuk pembelajaran Al-Qur‟an dengan
Metode Qiro‟ati”.
Kebanyakan santri Qiro‟ati adalah anak laju yang mana mereka
tidak menetap di pondok. Mereka juga mempunyai semangat yang
luar biasa untuk mengikuti pelajaran Qiro‟ati ini. Mereka juga
memiliki potensi yang baik dalam menangkap pelajaran. Dan sampai
saat ini belum ada santri yang berani untuk mbolos pada waktu jam
pembelajaran, karena mereka juga merasa mempunyai tanggungjawab
dan kewajiban untuk patuh pada guru atau asatidz. Mereka juga
merasakan keikhlasan dari asatidz dalam mengajar dengan begitu
seakan pembelajaran itu bisa di terima dengan lapang dada karena
perasaan mereka sudah bisa menyatu dari hati ke hati, bukan karena
paksaan.
73
Upaya atau solusi yang sedang dilakukan oleh dewan asatidz untuk
terus melakukan pembenahan pada lembaga antara lain, ialah:
1) Untuk dewan asatidz
mengadakan tadarus setiap satu bulan sekali pertemuan
rutin khusus dewan asatidz yang mana di dalamnya terdapat
semacam evaluasi juga metodologi ustadz-ustadzah dalam
mengajar, melakukan refresh materi, mengadakan simaan
bersama (Wawancara, ustadzah „Afifah, 18 Maret 2019).
2) Untuk santri, dewan asatidz selalu mengadakan outing class
untuksantri minimal 1 bulan sekali agar santri tidak bosan
dan agar bertambah semangat belajar ngajinya semacam
kegiatan refreshing semangat belajar, kemudian mengdakan
lomba-lomba, pemberian motivasi dan nasihat pendidikan
akhlak (Wawancara, ustadzah „Afifah 18 Maret 2019).
3) Untuk lembaga, dewan asatidz mengadakan acara pawai agar
menarik masyarakat salah satu tujuannya untuk
memperkenalkan API Al-Riyadloh, mengadakan acara
peringatan hari besar Islam ataupun acara rutin tahunan
seperti khataman yang mana dalam acara tersebut
mengenalkan hasil dari proses belajar Al-Qur‟an santri
selama belajar mengaji di API Al-Riyadloh, semacam
menunjukkan prestasi atau kebolehan santri dalam membaca
74
Al-Qur‟an yang fashih sesuai kaidah tajwid. Kemudian dari
sumber dana untuk kemajuan lembaga memperoleh dana dari
donatur tetap dan tidak tetap (Wawancara ustadzah, „Afifah
18 Maret 2019)
Evaluasi atau penilaian, kegiatan belajar mengajar akan dikatakan
berhasil jika ada sebuah evaluasi dalam suatu lembaga. Tujuan
diadakannya sebuah evaluasi pembelajaran adalah untuk untuk
mengetahui sejauh mana tingkat potensi santri dalam memahami
materi yang telah disampaikan selama proses pengajaran dan
pembelajaran berlangsung. Hasil evaluasi yang ada di dalam API Al-
Riyadloh ada 3 tahap, yaitu:
1) Evaluasi tashih kenaikan jilid yang ditashih oleh kepala
Lembaga Qiroati di API Al-Riyadloh. Evaluasi tashih kenaikan
jilid dilaksanakan ketika santri mampu menyelesaikan dan
menguasai jilid yang akan diujikan sesuai dengan jilid yang
dipelajari. Bisa langsung kepada Lembaga Qiro‟ati di API Al-
Riyadloh Sedangkan evaluasi pada saat tashih akhir santri
berupa materi tambahan.
2) Evaluasi IMTAZ ke koordinator cabang Qiro‟ati cabang
tuntang, yaitu di Gedangan. Mengevaluasi proses pembelajaran
bukan mencari lulus tidaknya santri. Diadakan satu tahun
sekali sesuai dengan lembaga masing masing. API Al-Riyadloh
75
dilaksanakan pada bulan Maulud, maka untuk selanjutnya
dilakukan bulan yang sama,demikian seterusnya.
3) Evaluasi khatam Al-Qur‟an. Yang dilaksanakan satu tahun
jatuh pada bulan Maulud, setelah melalui PraIMTAZ dan
IMTAZ. (Wawancara, ustadzah „Afifah 28 Februari 2019).
B. Analisis Data
1. Proses Pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode Qiro’ati di Pesantren
Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadhloh
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat dikatakan
bahwa pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati di Pondok
Pesantren Al-Riyadhloh dilaksanakan sebagai berikut:
a. Persiapan Pembelajaran
Persiapan merupakan segala bentuk aktifitas yang dilakukan
oleh seseorang guna untuk melaksanakan suatu kegiatan agar dapat
mencapai tujuan. Sebelum pembelajaran Al-Qur‟an dilakukan,
maka ada beberapa yang perlu dipersiapkan oleh para ustadz-
ustadzah. Hal hal yang perlu dipersiapkan antara lain alat peraga
yang berupa materi pada halaman masing-masing jilid buku
Qiro‟ati, dan menyiapkan materi tambahan berisi do‟a sehari-hari
dan hafalan surat pendek sesuai jilid masing-masing.
Sedangkan yang perlu dipersiapkan santri adalah berupa buku
jilid Qiro‟ati atau Al-Qur‟an bagi kelas Al-Qur‟an buku prestasi
santri dan alat-alat tulis. Dengan adanya persiapan tersebut,
76
pelaksanaan pembelajaran akan berjalan sesuai yang diharapkan.
Penggunaan alat peraga digunakan untuk memudahkan santri
dalam memahami dan mengingat-ingat bacaan yang telah tertulis
di buku Qiro‟ati.
b. Kegiatan Belajar Mengajar/Kegiatan inti
Kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di Pondok
Pesantren API Al-Riyadhloh dalam pembelajaran Al-Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati. Pembelajaran ini dilakukan selama 60
menit untuk belajar di kelas masing-masing dan 15 menit sebelum
masuk kelas untuk berdoa bersama, membaca surat pendek di
serambi masjid.
Pembelajaran yang dilakukan di kelas selama 60 menit terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
Pertama, 15 menit digunakan setelah masuk yaitu salam,
membaca Al-Fatihah kemudian ustadz-ustadzah mempraktekkan
alat peraga berupa materi pada halaman pertama jilid buku Qiro‟ati
di dalam kelas kemudian santri menirukan bacaan yang telah
ditetapkan, pada awal saja. Untuk selanjutnya santri membacanya
bersama-sama tanpa harus dituntun oleh ustadz-ustadzah. Setelah
selesai menggunakan peraga, semua santri diharuskan nderes
halaman yang nanti akan dibaca dan diajukan.
Kedua, 30 menit selanjutnya ustadz-ustadzah memanggil santri
untuk membaca buku Qiro‟atinya sesuai dengan halaman yang
77
akan dibaca santri secara acak individual. Yang sudah siap bisa
langsung maju. Tugas ustadz-ustadzah adalah menyimak bacaan
santri tanpa harus memberikan contoh terlebih dahulu. Agar santri
yang lain tidak ramai maka santri yang sudah mengaji diberi tugas
untuk menulis jilid yang diajukan tadi. ustadz-ustadzah tidak
diperbolehkan menuntun bacaan santri. Apabila santri melakukan
kesalahan dalam bacaannya maka ustadz-ustadzah hanya
memberikan isyarat berupa ketukan saja bukan langsung memberi
contoh bacaan yang benar. Batas jumlah ketukan yang diberikan
oleh ustadz-ustadzah adalah 1-3 kali ketukan. Jika ketukan pertama
sampai ketiga santri masih saja salah maka ustadz-ustadzah wajib
melafalkan bacaan yang benar. Akan tetapi apabila santri banyak
bacaan yang salah maka santri tidak boleh melanjutkan ke halaman
berikutnya atau mengulang kembali pada halaman yang dibaca
tadi. Apabila lancar dan bisa menerapkan M3 (Mangap, Mringis,
Mingkem) maka santri bisa melanjutkan ke halaman selanjutnya.
Ketiga, 15 menit terakhir ustadz-ustadzah kembali
mempraktekkan alat peraga bersama-sama. 15 menit ini
meneruskan halaman yang dibaca pada 15 menit awal tadi, akan
tetapi dibaca mulai dari halaman belakan ke halaman depan.
Dengan metode klasikal ini akan membantu santri dalam
pembelajaran Qiro‟ati karena dengan klasikal, santri dengan secara
tidak sengaja akan hafal sendiri dengan bacaan jilid masing-
78
masing. Sebelum santri pulang, ustadz-ustadzah sedikit
memberikan nasihat bagi santri terkait dengan bacaan mereka dan
nilai mereka. Kemudian pembelajaran di tutup dengan do‟a selesai
belajar dan membaca surat Al „Ashr, kemudian satu-persatu pulang
dan bersalaman dengan ustad/ustadzahnya.
Mengajarkan Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati pada kelas
dasar, strategi yang digunakan adalah strategi individual dan
strategi klasikal indivudual. Strategi individual digunakan pada
santri face to face baca jilid atau Al-Qur‟an dengan
ustadz/ustadzah. Ketika santri selesai membaca ustadz/ustadzah
memberikan evaluasi atau penilaian di buku prestasi santri sebagai
bahan untuk mengetahui prestasi yang dicapai santri tiap hari.
Nilai yang ditulis pada buku prestasi memiliki 2 lambang yaitu
B (Lancar) dan B- (Kurang Lancar). Jika santri memperoleh
lambang B maka santri berhak untuk melanjutkan jilidnya ke
halaman berikutnya, namun jika santri mendapat lambang B- maka
santri tidak bisa melanjutkan jilidnya ke halaman selanjutnya.
Perlu diketahui bila santri yang jilidnya sama itu bukan berarti
halamannya juga harus sama. Hal itu tergantung pada tingkat
potensi santri dalam membaca Al-Qur‟an. Santri yang rajin dan
sering berlatih membaca setiap hari lebih baik dari pada santri yang
harus membaca pada saat di kelas saja. Santri yang rajin dan sering
79
membaca akan mempermudah menyelesaikan atau
mengkhatamkan jilidnya.
Sedangkan strategi mengajar klasikal individual merupakan
strategi mengajar sebagian waktu digunakan mengajar secara
klasikal dan waktu selebihnya mengajar secara individual.
Maksudnya adalah pertama, ustadz-ustadzah mempraktekkan alat
peraga dan kemudian santri menirukan bacaan ustadz-ustadzah.
Tetapi hal itu hanya dilakukan pada halaman pertama saja. Inilah
yang dinamakan strategi mengajar secara klasikal. Namun untuk
halaman selanjutnya tetap pada penggunaan alat peraga, santri
diwajibkan untuk membaca sendiri tanpa ada contoh dari ustadz-
ustadzah. Ustadz-ustadzah hanya menunjuk bacaan yang akan
dibaca saja baik secara berurutan maupun acak, inilah yang
dinamakan strategi mengajar secara klasikal individual.
Adapun untuk santri tingkat Juz 27 strategi mengajar yang
digunakan adalah strategi individual dan strategi klasikal baca
simak. Strategi individual dilakukan pada saat santri bertatap muka
dengan ustadz/ustadzah, guna untuk mengetahui tingkat
kemampuan masing-masing santri dalam menerapkan ilmu
tajwidnya tentunya dengan bacaan tartil. Sedangkan strategi
klasikal baca simak digunakan pada saat santri membaca Al-
Qur‟an disimak dengan santri sebelahnya atau saling menyimak,
dan guru hanya mengamati.
80
c. Penilaian/Evaluasi
Kegiatan belajar mengajar akan dikatakan berhasil jika ada
sebuah evaluasi dalam suatu lembaga. Tujuan diadakannya sebuah
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat potensi santri dalam memahami dan menguasai materi yang
telah disampaikan selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk
mengetahui kemampuan dan kreatifitas santri dalam membaca Al-
Qur‟an selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil evaluasi yang ada di Pondok Pesantren Asrama
Pendidikan Islam Al-Riyadloh ini ada 3 langkah, yaitu:
1) Evaluasi tashih Kenaikan Jilid (oleh Kepala Lembaga).
2) Evaluasi pada saat santri praIMTAZ dan IMTAZ (di
imtazkan di koordinator cabang tuntang, yaitu di
Gedangan).
3) Evaluasi pada saat santri khatam Qiro‟ati
Dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an melalui metode
Qiro‟ati, lembaga ini mengadakan sebuah proses yang
diselenggarakan sebelum santri dinyatakan lulus dan menerima
ijazah. IMTAZ (Imtihan Akhir Santri) yang diikuti oleh masing-
masing santri ketika sudah menjalani proses pembelajaran hingga
di tingkat Al-Qur‟an disertai Gharibul Musykilat dan ilmu tajwid.
Adapun yang dimaksud dengan Gharibul Musykilat yakni
mempelajari kata-kata yang sulit dalam Al-Qur‟an.
81
Selanjutnya, Tujuan IMTAZ adalah sebagai laporan ustadz-
ustadzah pengajar kepada koordinator cabang metode Qiro‟ati,
karena metode Qiro‟ati memiliki amanat yang harus benar-benar
diperhatikan bahwa metode ini tidak untuk menjual buku, akan
tetapi untuk menyebarkan ilmu bacaan Al-Qur‟an. Apabila santri
sudah dinyatakan lulus, maka santri tersebut berhak menerima
ijazah. Ijazah diberikan pada waktu khataman Qiro‟ati. Lembaga
API Al-Riyadloh mengadakan Khataman Qiro‟ati setiap satu tahun
satu kali pada bulam Maulud Tujuan Khataman Qiro‟ati dan
IMTAZ ini adalah sebagai laporan ustadz-ustadzah pengajar
kepada wali santri yang pada awalnya hanya menitipkan anaknya
untuk dibimbing agar dapat membaca Al-Qur‟an baik benar dan
tartil. Selain itu, acara ini bertujuan untuk mengadakan syukuran
bagi wali santri untuk anaknya karena mencapai keberhasilan
selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Qiro’ati di Pondok Pesantren
Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadloh
Setiap metode masing-masing pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, demikian pula metode Qiro‟ati di Pondok Pesantren API Al-
Riyadloh juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Praktis, gampang dipahami oleh pendidik.
2) Peserta didik bisa mengikuti arahan dari guru.
82
3) Peserta didik tidak merasa terbebani, bahan diberikan
secara bertahap, dari kata-kata gampang dan sederhana.
4) Efektif sekali baca dengan fasih, tartil dengan ilmu
tajwidnya, dan dengan M3 (mringis, mangap, mecucu)
dengan baik.
5) Peserta didik setelah khatam akan menguasai bacaan-
bacaan ghorib dalam Al-Qur‟an secara baik beserta
tajwidnya.
6) Setelah khatam akan mendapat ijazah Qiro‟ati.
7) Ilmunya mempunyai sanad yang jelas dan muttashil.
b. Kekurangan
1) Santri sebagian belum menguasai makhorijul huruf seperti
,غ ر ,ق , ض ظ ,ط , yang di kasroh, dan ج ط ,خ , , ث ر, د ,ل ,
yang di dhummah.
2) Santri Qiro‟ati sebagian tidak bisa membaca dengan
mengeja.
3) Santri Qiro‟ati kurang menguasai abjad huruf hijaiyah
secara urut dan lengkap.
4) Sebagian santri malas menghafal bacaan qharib.
5) Bagi santri Tahfidz belum bisa menggunakan metode
Qiro‟ati karena kesulitan untuk menerapkan M3 (mangap,
mringis, mecucu).
83
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Metode Qiro’ati di Pondok
Pesantren Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadloh
Adapun yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari
pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati adalah sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari pembelajaran Al-Qur‟an dengan
metode Qiro‟ati di Al-Riyadhloh, antara lain:
1) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang memadai seperti adanya ruangan
kelas, alat peraga, serta adanya bahan mengaajar seperti buku
jilid metode Qiro‟ati jilid 1-6, Gharib Musykilat, buku tajwid,
dan buku materi tambahan, meja dan alat tulis lainnya.
2) Kualitas Ustadz-Ustadzah
Ustadz-ustadzah yang menguasai dan memahami
metodologi pembelajaran Al-Qur‟an metode Qiro‟ati adalah
Ustadz ustadzah yang memiliki kemampuan untuk mengontrol
kualitas bacaan santri agar sesuai standar dari pusat Qiro‟ati
Raudlatul Mujawwidin Semarang.
Setiap ustadz ustadzah yang akan mengajarkan Qiro‟ati
harus sudah bersyahadah (ustadz ustadzah lulus tashih
pendidikan Qiro‟ati). Minimal dalam satu lembaga terdapat 6
ustadz/ustadzah yang sudah di Syahadah. Mengikuti tadarus
84
dan pertemuan rutin setiap korcab. Dewan asatidz yang
mengajar Qiro‟ati ada 11, semua sudah bersyahadah.
3) Keaktifan Santri selama proses pembelajaran berlangsung,
karena santri yang aktif akan mampu menghidupkan kelas
dengan suasana yang menyenangkan.
4) Adanya dukungan dari masyarakat sekitar yang baik kedapa
Al-Riyadloh.
5) Sumber dana yang mencukupi untuk kemajuan lembaga.
6) Orang Tua Santri Qiro‟ati yang memperhatikan anaknya
untuk rajin belajar Al-Qur‟an, selalu memotivasi anaknya
untuk rajin belajar dan rajin berangkat.
7) Keikhlasan Ustadz/ustadzah.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari pembelajaran Al-Qur‟an dengan
metode Qiro‟ati di Al-Riyadloh, antara lain ialah:
1) Kondisi ruang kelas yang jumlahnya kurang dari idealnya
standar pembelajaran Al-Qur‟an metode Qiro‟ati 1 ruang
kelas untuk 1 jilid. Sedangkan di Al-Riyadloh 1 ruang kelas
untuk 2 jilid. Seharusnya ada 12 kelas, akan tetapi hanya 9
karena keterbatasan ustadz/ustadzahnya.
2) Faktor mental santri, ketika santri bermalas-malasan untuk
berangkat sehingga tertinggal jauh dengan teman-temannya,
membuat santri malu untuk berangkat lagi hingga akhirnya
85
tidak mau melanjutkan belajar mengaji atau putus di tengah
jalan.
3) Ustadz/ustadzah yang terlambat mengakibatkan tidak
efisien dalam pembelajaran Qiro‟ati.
4) Ustadz/ustadzah yang jarang nderes.
4. Hasil Pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode Qiro’ati di Pesantren
Asrama Pendidikan Islam Al-Riyadhloh
Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti dapat memberikan
kesimpulan hasil dari Pembelajaran AL-Qur‟an dengan Metode Qiro‟ati.
Bahwa pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati sudah berjalan
dengan baik, dan menghasilkan kualitas yang baik. Evaluasi atau penilaian
dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an melalui metode Qiro‟ati di Al-
Riyadloh berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya evaluasi
melalui tashih kenaikan jilid oleh kepala Lembaga Al-Riyadloh dan
materi tambahan oleh ustadzah sesuai jilid masing-masing. Dengan
demikian, kepala Lembaga Al-Riyadloh bisa melihat bagaimana proses
pembelajaran Al-Qur‟an yang dilakukan oleh setiap ustadz/ustadzahah,
guna menentukan tingkat keberhasilan santri dalam mengajarkan Al-
Qur‟an secara tahsin tartil sesuai kaidah tajwid kepada santri.
Kelebihan dan kekurangan dari metode Qiro‟ati dalam
pembelajaran Al-Qur‟an di Al-Riyadloh yaitu:
a. Kelebihan Qiro‟ati
1) Praktis, gampang dipahami.
86
2) Santri bisa mengikuti aturan asatidz.
3) Santri tidak terbebani.
4) Efektif dalam membaca dengan tartil, menurut tajwid
5) Setelah khatam, santri bisa tajwid dan gharib musykila.
6) Setelah khatam dapat ijazah.
7) Ilmunya mempunyai sanad yang muttashil.
b. Kekurangan Qiro‟ati
1) Sebagian santri belum menguasai makhorijul huruf seperti
2) Santri Qiro‟ati tidak bisa membaca dengan mengeja.
3) Kurang menguasai abjad hijaiyah secara urut.
4) Sebagian santri malas menghafal gharib.
5) Bagi santri tahfidz belum bisa menggunakan metode Qiro‟ati
karena kesulitan penerapan M3.
Keberhasilan seorang pendidik dalam pelaksanaan belajar-
mengajar guna untuk menciptakan kondisi kelas yang tertib dan proses
pembelajaran yang efektif, tidak terlepas dari adanya faktor pendukung
dan penghambat. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam
pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati diperoleh berdasarkan
observasi dan hasil wawancara, sebagai berikut:
a. Adapun faktor pendukung dalam pembelajaran Al-Qur‟an dengan
metode Qiro‟ati yaitu:
1) Sarana dan prasarana yang memadai seperti adanya ruang yang
dapat dijadikan tempat untuk kegiatan pembelajaran Al-Qur‟an.
87
2) Dalam proses pembelajaran adanya sarana prasarana seperti alat
peraga, buku jilid Qiro‟ati jilid 1-6, buku Gharib musykilat dan
buku tajwid serta buku materi tambahan.
3) Kemudian yang menjadi faktor terpenting yakni karena kualitas
para ustadz/ustadzah yang mengajarkan pembelajaran Al-Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati. Ustadz/ustadzahnya yang sudah di
syahadah. Karena adanya guru yang profesional akan sangat
mendukung proses kegiatan belajar mengajar, guru yang
memahami betul tentang metodologi Qiro‟ati dalam
pembelajaran Al-Qur‟an.
4) Keaktifan santri selama proses pembelajaran berlangsung,
karena santri yang aktif akan mampu menghidupkan kelas
dengan suasana yang menyenangkan. Selain itu juga dukungan
dari masyarakat sekitar yang baik akan adanya Qiro‟ati, dan
sumber dana yang mencukupi untuk kemajuan lembaga.
5) Dukungan dan semangat dari orang tua terhadap anak-anaknya.
6) Keikhlasan ustadz-ustadzahnya dalam mengajar Qiro‟ati.
(Wawancara, ustadzah „Afifah 28 Februari 2019).
b. Adapun faktor penghambat dalam pembelajaran Al-Qur‟an dengan
metode Qiro‟ati, yakni sebagai berikut:
1) Di Qiro‟ati Al-Riyadloh baru memiliki 9 ruang kelas untuk
kegiatan pembelajaran, sedangkan idealnya pembelajaran Al-
Qur‟an metode Qiro‟ati hendaklah memiliki 12 kelas, yang
88
mana setiap kelasnya untuk kegiatan santri pada masing-masing
jilid Qiro‟ati dan masing kelas Al-Qur‟an.
2) Faktor pengajar yang datangnya terlambat menjadikan waktu
dan proses pembelajaran kurang kondusif.
3) Faktor mental santri ketika santri bermalas-malasan untuk
berangkat Qiro‟ati di API Al-Riyadloh sehingga tertinggal jauh
dengan teman-temannya, membuat santri malu untuk berangkat
lagi hingga akhirnya tidak mau melanjutkan belajar mengaji
atau putus ditengah jalan (Wawancara ustadzah „Afifah 28
Februari 2019).
4) Kurangnya ustadz/ustadzah pengajar pembelajaran Al-Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati.
5) Ustadz-ustadzah yang jarang nderes.
6) Dari pengajarnya ialah sering tidak hadirnya ustadzah karena
berbagai macam kesibukan yang ia lakukan. (Wawancara, 28
Februari 2019).
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran Al-Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati di Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam
(API) Al-Riyadloh Kesongo Lor, Kesongo, Tuntang, kab. Semarang, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode Qiro‟ati di Pesantren Asrama
Pendidikan Islam (API) Al-Riyadloh Kesongo Lor menggunakan alat
peraga yang berupa papan yang berisikan materi pada halaman jilid
buku Qiro‟ati. Adapun proses pembelajaran Al-Qur‟an adalah:
Persiapan Pembelajaran, Kegiatan inti, Kegiatan penutup, dan Evaluasi
atau penilaian.
2. Setiap metode masing-masing pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, demikian pula metode Qiro‟ati di Pondok Pesantren
Pesantren Asrama Pendidikan Islam (API) Al-Riyadloh juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu: Efektif sekali baca
dengan fasih, tartil dengan ilmu tajwidnya, setelah khatam akan
mendapat ijazah Qiro‟ati, ilmunya mempunyai sanad yang muttashil.
Kekurangannya yaitu: Santri sebagian belum menguasai makhorijul
huruf seperti غ, ر ,ق , ض ظ ,ط , yang di kasroh, dan ج ط ,خ , , ث د ,ل ,
yang di dhummah, Santri Qiro‟ati sebagian tidak bisa membaca ر,
dengan mengeja, Santri Qiro‟ati kurang menguasai abjad huruf
90
hijaiyah secara urut dan lengkap. Santri tahfidz belum bisa
menerapkan mertode Qiro‟ati.
3. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran Al-
Qur‟an dengan metode Qiro‟ati di Pesantren Asrama Pendidikan Islam
(PAI) Al-Riyadloh sebagai berikut: Faktor Pendukung berupa Sarana
dan prasarana yang memadai, Kualitas asatidz yang sudah
bersyahadah, Keaktifan santri, Orang Tua Santri yang memperhatikan
anaknya, dan keikhlasan asatidz. Faktor Penghambat, yaitu Kurangnya
jumlah ruang kelas, Faktor mental santri, Ustadz/ustadzah yang datang
terlambat, dan asatidz yang jarang nderes.
B. Saran
1. Bagi Lembaga Pesantren Asrama Pendidikan Islam (PAI) Al-Riyadloh
a. Untuk terus memperbaiki kualitas pendidik yang lebih baik dan
profesional.
b. Memperbaharui sarana dan prasarana untuk menambah kemudahan
peserta didik dalam belajar.
2. Bagi pengajar atau dewan asatidz
a. Hendaknya selalu meningkatkan kualitas ustadz/ustadzah sebagai
pengajar Al-Qur‟an di Pesantren Asrama Pendidikan Islam (PAI)
Al-Riyadloh.
b. Hendaknya dewan asatidz dapat terus memperhatikan
perkembangan santri, kesulitan-kesulitan santri dalam belajar Al-
Qur‟an dan mengajarkan Al-Qur‟an dengan keikhlasan hati.
91
c. Diharapkan dapat mengelola kegiatan belajar mengajar lebih
menyenangkan lagi sehingga santri juga merasa senang belajar Al-
Qur‟an di API Al-Riyadloh.
d. Diharapkan selalu memotivasi santri agar selalu semangat belajar
Al-Qur‟an.
e. Diharapkan lebih menjalin komunikasi yang lebih baik dengan
orangtua santri agar dapat memperhatikan dan memotivasi putra-
putrinya agar lebih semangat dan sungguh-sungguh belajar Al-
Qur‟an di API Al-Riyadloh.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian pembelajaran Qiro‟ati di Asrama Pendidikan Islam
(API) Al-Riyadloh ini adalah peneliian awal yang belum sepenuhnya
mampu mengungkap fakta secara tuntas. Maka diharapkan bisa
menjadi bahan rujukan bagi para peneliti lain agar hasilnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Suparta dan Herry Noen. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: Amisco.
An-Nawawi, Imam. 2001. Adab dan Tata Cara Menjaga Al-Qur‟an. Jakarta:
Pustaka
Amani.
Aqib Zainal dan Ali Murtadlo. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif
dan Inovatif. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Bineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Bineka Cipta.
Basyirudin Usman, Syarifudin Nurdin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum.Jakarta: Ciputat Press.
Bertner. K. 2005. Metode Belajar Untuk Mahasiswa Beberapa Petunjuk Bagi
Mahasiswa Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bertens, K. 2008. Metode Belajar untuk Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia.
Dachlan, Abu Bakar. Pak Dachlan Pembaharu dan Bapak TK Al-Qur‟an.
Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudhotul Mujawwidin.
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Al Mansur. 2014. Metode Penelitian.
Hanitijo, Rony. 1994. Penelitian dan Jurimeter. Jakarta: Ghalis.
Husna, Siti Faridatul 2009. “Implementasi Metode Qiro‟ati Dalam Pembelajaran
Membaca Al – Qur‟an di MI Al – Fatah Parakancanggah
Banjarnegara,”Skripsi.Purwokerto : STAIN Purwokerto
Ibrahim, Sudjana dan Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaludin. 2001. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Graf Indo Persada.
Jihad, Asep dan Suyanto. 2013. Menjadi Guru Profesional (Strategi
Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta:
Erlangga
Khauli Fathi. 2014. Metode Dauroh Tajwid. Solo: As-Salam Publishing.
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhadjir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Muhaimin. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam:
pemberdayaan,pengembangan kurikulum, hingga redevisi Islamisasi
pengetahuan. Bandung: PT. Nuansa.
Octavia, Lanny,dkk. 2014. Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren.
Jakarta: Rumah Kitab.
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.
Rusn, Abidin Ibnu. 1998. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shihab ,M. Quraish. 1992. Membumikan Al-Qur‟an: Konsep Pendidikan dalam
Al-Qur‟an. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Sudjana, Nana. 1995. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
Al-Gesindo.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Sukardi, 2009. “Penerapan Metode Qiro‟ati Pada Pengajaran Membaca Al –
Qur‟an di
TPQ Manbaul „Ulum Tanjung Anom Rakit Banjarnegara,” Skripsi.
Purwokerto : STAIN Purwokerto.
Suryabrata Sumardi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Suryabrata, Sumardi. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Sutopo. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Syukur Abdullah. 1987. Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang
konsep Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan”. Ujung
Pandang.
Tafsir, Ahmad .1992. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Thanthawi, Muhammad Sayyid. 2013. Ulumul Qur‟an Teori & Metodologi.
Jogjakarta : Ircisod.
Yunus, Mahmud. 1983 M.- 1403 H. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta :
PT Hidakarya Agung.
Zarkasyi, Dachlan Salim. 1996. Empat Langkah Pendirian TK I/TP Q Metode
Qiro'ati. Semarang. Yayasan Pendidikan Qur'an Roudhotul Mujawwidin.
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Ketua Lembaga Qiro‟ati API Al-Riyadloh Kesongo Tuntang
Judul Penelitian: Proses Pembelajaran Al-Qur‟an Dengan Metode Qiro‟ati Di API
Al-Riyadloh Kesongo Tuntang Tahun 2019/2020
1. Apa syarat bagi Ustadz-ustadzah dalam pembelajaran Al-Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati di Pondok Pesantren API Al-Riyadloh?
2. Apa Tujuan Qiro‟ati di Pondok Pesantren API Al-Riyadloh?
3. Mengapa memilih metode Qiro‟ati?
4. Bagaimana Kelengkapan sarana dan prasarana di Pondok Pesantren
API Al-Riyadloh?
5. Bagaimana jadwal metode Qiro‟ati di API Al-Riyadloh?
6. Bagaimana kepengurusan Qiro‟ati di API Al-Riyadloh?
7. Bagaimana perkembangan santri dalam pembelajaran Al-Qur‟an
setelah menggunakan metode Qiro‟ati?
8. Bagaimana evaluasi Qiro‟ati yang ada di API Al-Riyadloh?
9. Apa prinsip-prinsip yang dipegang Ustadz-ustadzah dalam
pembelajaran Qiro‟ati?
10. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode Qiro‟ati di API Al-
Riyadloh?
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat metode Qiro‟ati di API
Al-Riyadloh?
Narasumber : Guru Finishing Al-Riyadhloh
1. Bagaimana persiapan sebelum pembelajaran dimulai?
2. Bagaimana pelaksanaan metode Qiro‟ati pada waktu KBM di Kelas?
3. Bagaimana hasil dari pembelajaran metode Qiro‟ati?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat saat pembelajaran
Qiro‟ati?
5. Apa saja kekurangan dari metode Qiro‟ati?
Narasumber : Santri Qiro‟ati
1. Bagaimana pendapat anda dengan penerapan metode Qiro‟ati?
2. Apa kesulitan yang anda hadapi dalam pembelajaran dengan Metode
Qiro‟ati?
3. Apa hambatan yang anda alami dalam pembelajaran dengan Metode
Qiro‟ati?
Narasumber : Orang Tua Santri Qiro‟ati
1. Bagaimana pendapat anda dengan metode Qiro‟ati di API Al-
Riyadloh?
2. Apa yang anda rasakan setelah anak anda belajar tentang metode
Qiro‟ati di API Al-Riyadloh?
3. Apa harapan anda untuk kemajuan metode Qiro‟ati di API Al-
Riyadloh?
HASIL WAWANCARA
Nama : „Afifah
Status : Ketua Lembaga Qiro‟ati API Al-Riyadloh
NO Pertanyaan Jawaban
1 Apa syarat bagi Ustadz-ustadzah
dalam pembelajaran Al-Qur‟an
dengan metode Qiro‟ati di Pondok
Pesantren API Al-Riyadloh mbak?
Syarat bagi Ustadz-ustadzah yang
mengajar itu harus sudah mempunyai
syahadah guru Qiro‟ati agar kualitas dan
kemampuan terjamin. Minimal dalam satu
lembaga itu mbak, harus ada satu yang
sudah bersyahadah, niku harus nggeh
minimal satu, dan nanti berkewajiban
memberi pembinaan dan bimbingan bagi
ustadz-ustadzah lain yang belum
bersyahadah.
2 Apa saja Tujuan Qiro‟ati di API
Al-Riyadloh mbak?
Tujuannya sama mbak sama buku
pedoman Qiro‟ati kemaren, biar
mempersingkat waktu ya mbk. Seperti
menjaga kesucian Al-Qur‟an dari segi
bacaannya yang benar sesuai dengan
perintah Allah dan Rasul-Nya.
3 Mengapa memilih metode Qiro‟ati
di API Al-Riyadloh ini mbak?
Karena kebanyakan anak-anak itu belum
bisa baca secara baik, benar dengan tartil,
kurangnya orang tua tentang metode
pembelajaran Al-Qur‟an yang berpengaruh
terhadap anak. Pokokke jaman dulu itu
belum kopen tajwidnya.
4 Bagaimana Kelengkapan sarana
dan prasarana di Pondok Pesantren
API Al-Riyadloh?
Untuk sarana dan prasarana seperti bangku,
meja guru, kursi guru, papan peraga, jilid,
tajwid, ghorib sangat memadai.Alat peraga
dan buku Qiro‟ati itu mbak yang sangat
penting dalam pembelajaran, karena
membantu santri memudahkan dalam
pembelajaran. Utuk kelasnya mbak yang
masih kurang, seharusnya 12 tapi adanya 9
karena kekurangan guru.Jadi ada beberapa
jilid yang seharusnya 1 kelas perjilid, trus
digabung.
5 Bagaimana jadwal metode Qiro‟ati
di API Al-Riyadloh mbak?
Untuk jadwalnya. Pra TK jam 13.00
sampai jam 14.00. lanjut 14.00 sampai jam
15.30. Anak-anak datang salaman dengan
guru, semua berkumpul di serambi Masjid
15 menit untuk doa bersama dan membaca
surat pendek. Setelah itu KBM di kelas
masing-masing.
6 Bagaimana kepengurusan Qiro‟ati
di API Al-Riyadloh mbak?
Kepengurusannya Cuma Gus Ubaidillah
sebagai Penanggung Jawab Qiro‟ati Al-
Riyadhloh. Saya sebagai Kepala Lembaga
Qiro‟ati Al-Riyadhloh. Pak Tahrisul
Muntaha sebagai Guru Finishing Al-
Riyadhloh. Lainnya sebagai guru.
7 Bagaimana perkembangan santri
dalam pembelajaran Al-Qur‟an
setelah menggunakan metode
Qiro‟ati?
Sangat bagus mbak perkembangannya, dan
mayoritas bisa menerima pembelajaran
dengan metode Qiro‟ati ini. Hasil
kemampuan anak bisa dilihat ketika
terselesainya jilid berapa lama. Untuk
kenaikan halaman dan jilid semua
tergantung anaknya mbak. Apabila lancar
pas dengan tajwid dan tarti dan
menerapkan M3, ngajinya rajin berangkat,
maka cepat lulus juga. Ada yang 2 bulan
bisa khatam satu jilid, ada juga sampai 6
bulan. Berdasarkan pada tingkatan jilid
masing-masing.
8 Bagaimana evaluasi Qiro‟ati yang
ada di API Al-Riyadloh mbak?
Ada tiga evaluasi di API Al-Riyadloh
mbk. Ada Evaluasi tashih kenaikan jilid
yang ditashih olehkepala Lembaga Qiroati
di API Al-Riyadloh. Evaluasi tashih
kenaikan jilid dilaksanakan ketika anak
sudah khatam jilid 1 atau 2 kemudian mau
naik jilid, hari itu juga bisa tashih dengan
saya. Terus ada Evaluasi IMTAZ ke
koordinator cabang Qiro‟ati cabang
tuntang, itu ada di Gedangan. Dilakukan
pas bulan maulud rutin mbak. Terakhir itu
Evaluasi khatam Al-Qur‟an. Yang
dilaksanakan satu tahun jatuh pada bulan
Maulud, setelah melalui PraIMTAZ dan
IMTAZ.
Untuk kegiatan bagi Ustadz-ustadzah, kita
adakan pembenahan setiap bulan satu kali
untuk pertemuan rutinan dan mengadakan
tadarus bersama, evaluasi metodologi
mengajar, dan simaan.
9 Apa prinsip yang dipegang
Ustadz-ustadzah dalam
pembelajaran Qiro‟ati?
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an metode
Qiro‟ati dewan asatidzdiharapkan
memegang prinsip TIWASGAS(teliti
waspada dan tegas)dan tidak
bolehmenuntun mbak, santri juga
diterapkan prinsip cara belajar santri aktif
danlancar cepat tepat dan benar.
10 Apa saja kelebihan dan
kekurangan metode Qiro‟ati di
API Al-Riyadloh mbk?
Kelebihannya yaitu:
1. raktis,gampang dipahami oleh
pendidik. 2. Peserta didik aktif
dalam membaca, guru hanya
menjelaskan pokok pembelajaran,
3. Peserta didik tidak merasa
terbebani, bahan diberikan secara
bertahap, dari kata-kata gampang
dan sederhana, 4. Efektif sekali
baca dengan fasih, tartil dengan
ilmu tajwidnya, 5. Peserta didik
menguasai bacaan-bacaan ghorib
dalam Al-Qur‟an secara baik
beserta tajwidnya, 6. Setelah
khatam akan mendapat ijazah
Qiro‟ati dan syahadah, 7. Ilmunya
mempunyai sanad yang jelas.
Kekurangannya:
1. Buku Qiro‟ati susah didapat karena
tidak sembarang diperjual belikan.
2. Bagi yang tidak aktif atau kurang
lancar, maka lulusnya akan
mempengaruhi. Karena metode ini
tidak ditentukan oleh bulan atau
tahun. 3. Santri Qiro‟ati sebagian
tidak bisa membaca dengan
mengeja. 4. Santri Qiro‟ati kurang
menguasai abjad huruf hijaiyah
secara urut dan lengkap
11 Apa saja mbak faktor pendukung
dan penghambat metode Qiro‟ati
di API Al-Riyadloh?
Faktor Pendukungnya: adanya Sarana dan
Prasarana, kualitas Ustadz-ustadzah,
keaktifan santri, orang tua santri, sumber
dana yang mencukupi.
Untuk faktor penghambatnya:
Kekurangan kelas karena kekurangan guru
tapi ini bisa dikondisikan mbak, karena
mental santri yang berbeda-beda, lah faktor
terkahir ini mbak yang sering terjadi di Al-
Riyadloh yaitu, sering telat gurunya.
HASIL WAWANCARA
Nama : Pak Tahrisul Muntaha
Status : Guru Finishing Al-Riyadhloh
NO Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana persiapan
sebelum pembelajaran
dimulai?
Persiapan seperti menyiapkan papan
peraga, do‟a bersama, kalau
waktunya pas ya di tamba surat
pendek mbak.
2 Bagaimana pelaksanaan
metode Qiro‟ati pada waktu
KBM di Kelas?
Untuk pelaksanannya 60 menit
untuk pembelajaran mbak. Awanya
15 memnit untuk salam, doa, itu tadi
ya, kemudian membaca secara
klasikal menggunakan alat peraga
biar anak itu hafal, klanteh bacane
mbak, di ulang terus. Kemudian
mereka nderes sendiri untuk
diajukan. 30 menit anak yang sudah
siap bisa langsung maju tanpa urut
absen mbak. Setelah maju anak di
beri tugas agar tidak gojek, yang
belum maju tetap nderes. Nanti
hasilnya di nilai guru dari bacaannya
dan tugasnya. 15 menit yang terakhir
menggunakan peraga juga
mneruskan halaman yang tadi dibaca
15 menit awal tadi mbak. Satu hari
untuk penilaian 1 halaman. Apabila
anak bisa lancar dan dapat
menerapkan M3 (Mangap Mingkem
Mringis) bisa di lanjut ke halaman
selanjutnya. Lah apabila anak kok
ndak bisa-bisa walau sudah di bantu
guru, dia tetap mengulang sampai
bisa dan lancar baru bisa lanjut ke
halaman selanjutnya.
3 Bagaimana hasil dari
pembelajaran metode
Qiro‟ati?
Hasilnya bagus, anak-anak ada
perkembangan untuk bacanya. Dan
dari orang tua banyak yang bangga
karena anak sudah berhasil.
4 Apa saja kesulitan dan
penghambat saat
pembelajaran Qiro‟ati pak?
Ketika menegur anak dalam bacaan
kadang anak tidak mudeng-mudeng.
Membenarkan makhraj, memberi
semangat kepada anak-anak biar
mereka itu semangat mengaji.
HASIL WAWANCARA
Nama : Daffa, Via, Ofi‟
Status : Santri Qiro‟ati
NO Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pendapat anda
dengan penerapan metode
Qiro‟ati?
Saya suka, karena agar saya bisa
membaca Al-Qur‟an dengan baik,
mengisi kekosongan setelah sekolah,
gurunya baik, sering ngasih motivasi
sehingga saya semangat belajar
disini.
2 Apa kesulitan yang anda
hadapi dalam pembelajaran
dengan Metode Qiro‟ati?
Kesulitannya adalah saya harus
mengulang bacaan yang salah
bebebrapa kali, seperti huruf : tsa‟,
kha‟, ha‟
3 Apa faktor pendukung
dalam pembelajaran
dengan Metode Qiro‟ati?
Di semangati oleh kedua orang tua, di
bimbing belajar di rumah. Dan
membuat kedua orang tua bangga.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Zidni
Status : Orang Tua Santri Qiro‟ati
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat anda
dengan metode Qiro‟ati di
API Al-Riyadloh?
Metode itu bagus untuk anak saya,
karena dapat fasih dalam membaca Al-
Qur‟an
2. Apa yang anda rasakan
setelah anak anda belajar
tentang metode Qiro‟ati di
API Al-Riyadloh?
Saya bangga, anak saya sudah ada
peningkatan membaca Al-Qur‟an
dengan baik.
3. Apa harapan anda untuk
kemajuan metode Qiro‟ati
di API Al-Riyadloh?
Tetap mejalankan evaluasi setiap
bulannya
SATUAN KREDIT KEGIATAN (SKK)
Nama : UmiFajriyah Jurusan : PAI
NIM :111-14-378 Dosen PA : Dr. AchmadMaimun, M.Ag.
N0 JenisKegiatan Waktu
Kegiatan
Ketera
ngan
Poi
n
1 SEMINAR INTERNASIONAL “Petani Untuk Negeri”
diselenggarakan oleh Festival Solidaritas Untuk Petani
Indonesia
24
September
2016
Peserta 10
2 SEMINAR NASIONAL “Wonderful Ramadhan” Dan
Launcing Komunitas Muslim Cendekiawan (KOMIKA) di
Masjid DarulAmalSalatiga
16 Mei
2018
Peserta 8
3 SEMINAR NASIONAL “Peran SistemEkonomi Islam
dalam Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Global dengan
Mensinergikan Sektor Riil dan Sektor Keuangan”
diselenggarakan oleh KSEI IAIN Salatiga
13
Oktober
2015
Peserta 8
4
SEMINAR NASIONAL “Menyelami Samudra Cinta
Maulana Jalaludin Rumi” diselenggarakan oleh HMJ Bahasa
Sastra Arab
27
September
2018
Peserta 8
5 SEMINAR NASIONAL “Prospek Kerja di Lembaga
Keuangan Syariah Pada era Digital” diselenggarakan oleh
HMPS IAIN Salatiga
17
September
2018
Peserta 8
6 SEMINAR NASIONAL Memperingati Hari Sumpah
Pemuda “Pemuda Ayo Kerja”diselenggarakan oleh Yayasan
Sosial Mochammad Herviano Fondation
28
Oktober
2018
Peserta 8
7 SEMINAR NASIONAL ”Berkontribusi Untuk Negeri
Melalui Televisi/TV” diselenggarakan oleh KPI STAIN
5
November
Peserta 8
Salatiga 2014
8 SEMINAR NASIONAL “Penguatan Wawasan Kebangsaan
Dan Nasionalisme” diselenggarakan oleh DEMA IAIN
Salatiga
28 April
2016
Peserta 8
9 SEMINAR NASIONAL “ImplementasiNilai-Nilai Pancasila
sebagai Benteng dalam Menolak Gerakan Radikalisme”
diselenggarakan oleh DEMA IAIN Salatiga
10
Februari
2016
Peserta 8
10 SEMINAR NASIONAL
“CegahKankerServikSebagaiPembunuh No. 1 Wanita
Indonesia”
16
November
2014
Peserta 8
11 SEMINAR NASIONAL ENTREPRENEURSHIP
diselenggarakan oleh Gerakan Pramuka Racana Kusuma
Dilaga STAIN Salatiga
16
November
2014
Peserta 8
12 SEMINAR NASIONAL “Perbaikan Mutu Pendidikan
Melalui Profesionalitas Pendidikan”diselenggarakan oleh
HMJ STAIN Salatiga
13
November
2014
Peserta 8
13 Workshop Rebana NASIONAL “Meningkatkan Hubbun
Nabi dalam Mewadahi Semangat Muda Melestarikan
TradisiIslami” diselenggarakan oleh JQH Al-Furqan IAIN
Salatiga
13 Mei
2017
Peserta 8
14 Workshop Tilawah NASIONAL “Revitalisasi Nada-Nada
Qur‟an sebagaiSyi‟ar Islam Umat Masa Kini”
diselenggarakan oleh JQH Al-Furqan IAIN Salatiga
11
September
Peserta 8
15 Juara III Hadroh Invitasi Pengembangan Bakat dan Minat
Mahasiswa (IPPBMM) VII diselenggarakan oleh PTKIN di
IAIN Purwokerto
24-27
April
2018
Peserta 4
16 Hadroh Invitasi Pengembangan Bakat dan Minat Mahasiswa
(IPPBMM) VII diselenggarakan oleh PTKIN di IAIN
Purwokerto
24-27
April
2018
Peserta 4
17 Pengurus TPQ Fatimatuzzahra Periode 2014-2015 10 Januari Pengaja 7
2015
r
18 Pengurus TPQ Fatimatuzzahra Periode 2015-2016 5 Januari
2016
Pengaja
r
7
19 Pengurus TPQ Fatimatuzzahra Periode 2015-2017 8 Januari
2017
Pengaja
r
7
20 Pengurus TPQ Fatimatuzzahra Periode 2017-2018 2 Januari
2018
Peserta 7
21 OPAK STAIN Salatiga “Aktualisasi Gerakan Mahasiswa
Yang Beretika, Disiplin Dan Berfikir Terbuka”
diselenggarakan oleh DEMA STAIN Salatiga
18-19
Agustus
2014
Peserta 3
22 OPAK JURUSAN TARBIYAH “Aktualisasi Pendidikan
Karakter Sebagai Pembentuk Generasi yang Religius,
Educative, danHumanis” diselenggarakan oleh HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga
20-21
Agustus
2014
Peserta 3
23 LIBRARY USER EDUCATION “Pendidikan Pemustaka”
diselenggarakan oleh UPT Perpustakaan
22
Desember
2018
Peserta 3
24 Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) “Aswaja
Sebagai Benteng Kader PMII Untuk Mewujudkan
Mahasiswa yang Berkepribadi Ulul Albab” diselenggarakan
oleh PMII
18-20
September
2015
Peserta 2
25 Dialog Interaktif “Pendidikan karakter Indonesia”
diselenggarakan oleh HMJ PAI
15
Oktober
2016
Peserta 2
26 Seminar Kepemudaan “Mengembalikan Peran Pemuda Islam
dalam Membangun Masyarakat melaui Organisasi”
diselenggarakan oleh HMI
11
September
2018
Peserta 2
27 Gebyar Seni Qur‟ani “Harmoni SyairQur‟ani, Wujudkan 23 Peserta 2
Syiar Islam” diselenggarakan oleh JQH Al-Furqan IAIN
Salatiga
September
2017
WawancaradenganKetuaLembagaQiro‟ati Al-RiyadlohKesongo
KhatamanSantriQiro‟atibersamaAsatidz
FOTO KEGIATAN QIRO’ATI
Buku Qiro‟ati Jilid 1-5 dan Alat Peraga