Proses Pengeluaran Pemerintah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Semester 8 Management Keuangan Pemerintah

Citation preview

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN ANGGARAN PADA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015

BAB IPENDAHULUANSetiap anggota masyarakat menginginkan kemakmuran material dan spiritual dalam arti dapat terpenuhi keinginan atau kebutuhannya yang selalu berkembang, maka bagi masyarakat sebagai keseluruhan menghendaki keamanan (termasuk kestabilan), keadilan dan kemakmura, disini pemerintah dalam kegiatannya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut agar keinginan masyarakatnya terpenuhi. Dalam pelaksanaannya digunakan barang-barang dan jasa dengan berbagai bentuk termasuk berupa uang. Penggunaann uang untuk melaksanakan fungsi pemerintah inilah yang dimaksudkan dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat juga diartikan sebagai penggunaan uang dan sumberdaya suatu negara untuk membiayai suatau kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan kesejahteraan. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa Y = C + I + G + X-M. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variable-variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat. Variable G menyatakan pengeluaran pemerintah (Government expenditures), I investment, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan ini, dapat dianalisis seberapa penting peranan pemerintah dalam perekonomian nasional. Pemerintah tentu saja tidak hanya melakukan pengeluaran, tetapi juga memperoleh penerimaan. Penerimaan dan pengeluaran pemerintah dimasukkan dalam suatu konsep terpadu mengenai pendapatan dan belanja negara. Kebijaksanaan- kebijaksanaan yang berkenaan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah (pendapatan dan belanja negara) disebut kebijksanaan fiskal. Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi pemerintah membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunya, yang di Indonesia dijabarkan dalam Anggaram Perencanaan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran pemerintah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran negara dan pengeluaran daerah, yang masing-masing mempunyai struktur pengeluaran tersendiri dan berbeda. Dalam makalah ini nantinya akan dijelaskan tentang pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran negara maupun daerah.

BAB IITEORI PENGELUARAN PEMERINTAHPengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro. 1. Teori Makro Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut : (Boediono,1999) a. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.b. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung. c. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment.Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untu pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda. 2. Teori Mikro Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain. Macam-macam Pengeluaran Negara Menurut macamnya, pengeluaran negara dibedakan menjadi 2, yaitu menurut organisasi dan menurut sifat.

Menurut organisasi, pengeluaran negara digolongkan menjadi 3, yakni : a. Pemerintah PusatDalam pemerintah pusat, terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu dana yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi 2 yang meliputi pengeluaran untuk belanja dan pengeluaran untuk pembiayaan. Pengeluaran untuk belanja antara lain digunakan untuk belanja pemerintah pusat seperti, belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dll. Juga untuk dialokasikan ke daerah untuk dana perimbangan serta dana otonomi khusus dan penyesuaian. Sedangkan pengeluaran untuk pembiayaan meliputi pengeluaran untuk obligasi pemerintah, pembayaran pokok pinjaman luar negeri, dll.b. Pemerintah ProvinsiJika pada pemerintah pusat terdapat APBN, maka di pemerintah propinsi terdapat APBD yang merupakan hasil dari dana alokasi APBN dari pemerintah pusat dan hasil dari pungutan pajak dari masyarakat. Dana APBN digunakan untuk pengeluaran untuk belanja meliputi belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja operasi lainnya. Sedangkan belanja modal seperti belanja aset tetap, belanja aset lain-lain, dan belanja tak terduga. c. Pemerintah Kabupaten/KotaAPBD dalam Kabupaten/Kota digunakan antara lain untuk pengeluaran untuk belanja, bagi hasil pendapatan ke Desa/Kelurahan, Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan, bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan, bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan, pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari, pembayaran Pokok Pinjaman, penyertaan modal pemerintah, pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah otonom lainnya. Sedangkan menurut sifatnya, pengeluaran negara dibedakan menjadi 5, antara lain : a. Pengeluaran InvestasiPengeluaran investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang. Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll. b. Pengeluaran Penciptaan Lapangan KerjaPengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat. c. Pengeluaran Kesejahteraan RakyatPengeluaran Kesejahteraan Rakyat adalah pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira. Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll. d. Pengeluaran Penghematan Masa DepanPengeluaran penghematan masa depan adalah pendapatan yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang.Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll. e. Pengeluaran Yang Tidak ProduktifPengeluaran yang tidak produktif adalah pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk biaya perang. 2. Pengaruh Pengeluaran Negara Terhadap Perekonomian Dalam pengeluaran negara, dapat menimbulkan dampak atau pengaruh terhadap perekonomian. Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran negara, antara lain : a. Sektor ProduksiPengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa. Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan faktor produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain (man, machine, material, method, management).Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah.. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat. b. Sektor DistribusiPengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll.Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan datang. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut, maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya. c. Sektor Konsumsi MasyarakatPengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa. Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi.Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun. d. Sektor Keseimbangan PerekonomianUntuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara. Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full employment). Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya dengan pola defisit anggaran.

BAB IVPEMBAHASAN

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang ditetapkan bersama oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam suatu Undang-Undang setiap tahun, pada dasarnya merupakan roda penggerakan perekonomian nasional. Dalam postur APBN, belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan nasional. Hal ini terutama karena besaran dan komposisi anggaran belanja pemerintah pusat dalam operasi fiskal pemerintah mempunyai dampak signifikan pada permintaan agregat dan output nasional, serta mempengaruhi alokasi sumberdaya dalam perekonomian (Siswanto, Rahayu : 2010).Terkait dengan APBN yang merupakan rencana keuangan pemerintah dalam satu tahun anggaran, selain realisasi pendapatan yang berhasil dihimpun, perhatian utama pemerintah juga tertuju pada realisasi belanja yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, baik dalam bentuk belanja Pemerintah Pusat maupun dalam bentuk transfer ke daerah. Realisasi belanja pemerintah sangat penting karena merupakan salah satu kontributor utama dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi.Permasalahan rutin yang hampir terjadi pada setiap tahun anggaran adalah lambatnya penyerapan anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah. Hal ini merupakan kondisi yang sangat tidak diharapkan oleh Pemerintah karena bertentangan dengan tujuan penganggaran melalui APBN itu sendiri, yakni berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.Sebagai dampak dari lambatnya penyerapan anggaran, menurut Siswanto dan Rahayu(2010), dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, belanja Kementerian/Lembaga (K/L) telah menghasilkan pola belanja dengan karakteristik penyerapan yang rendah di semester pertama dan menumpuk pada akhir tahun anggaran berjalan. Hal tersebut umum terjadi pada hampir setiap Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Daerah, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan, yang menjadi tujuan Pemerintah. Sebagai contoh, Pemerintah berencana membangun jembatan yang diharapkan selesai pada tengah tahun anggaran, tetapi karena lambatnya penyerapan anggaran, jembatan tersebut selesai di akhir tahun. Kasus tersebut tentunya merugikan masyarakat berupa hilangnya kesempatan untuk menggunakan jembatan sejak pertengahan tahun, dan kerugian di bidang perekonomian.Keterlambatan penyerapan anggaran juga berakibat secara ekonomis terhadap keuangan negara. Dalam halaman 3 Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), tercantum besarnya rencana penarikan dana per bulan dari Pengguna Anggaran, dalam hal ini Menteri/Ketua Lembaga. Berdasarkan rencana penarikan dana tersebut, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) akan melakukan projecting casflow Pemerintah. Dalam projecting/forecasting cashflow tersebut, Pemerintah menyusun rencana kas yang diterima dan rencana kas yang keluar setiap bulan. Apabila dana yang tersedia di Rekening Kas Umum Negara (RKUN) tidak mencukupi rencana penarikan dana dari Pengguna Anggaran, maka Menteri Keuangan perlu menetapkan Discretionary Financing Needs (DFN). Dalam rangka mencari sumber-sumber pembiayaan dalam DFN, Menteri Keuangan akan melakukan usaha-usaha antara lain dengan penerbitan Surat Berhara Negara, pinjaman likuiditas dari Bank Indonesia, atau usaha-usaha lainnya. Ketika Menteri Keuangan telah mendapatkan tambahan dana DFN, maka Pemerintah sejak saat itu telah menanggung beban bunga. Jika Kementerian/Lembaga tidak melakukan penyerapan anggaran sesuai dengan rencana penarikan dana, maka akan timbul idle cash pada Rekening Kas Umum Negara. Apabila jumlah idle cash sangat besar, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip manajemen keuangan pemerintah.Ilustrasi penyerapan anggaran Pemerintah pada tahun anggaran 2014 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 1. Realisasi Belanja Pegawai Tahun 2014

Sumber: Kementerian Keuangan

Grafik 2. Realisasi Belanja Barang Tahun 2014

Sumber: Kementerian Keuangan

Grafik 3. Realisasi Belanja Modal Tahun 2014

Sumber: Kementerian Keuangan

Dari grafik 1-3 tersebut, terlihat bahwa penyerapan anggaran pemerintah lambat di awal tahun anggaran, dan menumpuk pada semester II atau akhir tahun anggaran. Keterlambatan penyerapan anggaran belanja perlu mendapatkan perhatian Pemerintah, terutama terkait dengan penyerapan belanja barang dan belanja modal. Kedua pos belanja tersebut sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Bagi Indonesia sebagai negara berkembang, belanja modal memegang peranan yang cukup krusial karena anggaran tersebut akan digunakan sebagai modal pembangunan infrastruktur.Menurut Herriyanto (2012), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterlambatan penyerapan anggaran yang meliputi proses perencanaan, proses pelaksanaan, proses pengadaan barang dan jasa, hingga faktor-faktor internal dari pengguna anggaran. Berdasarkan studi literarur yang Penulis lakukan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lambatnya penyerapan anggaran adalah:1. Faktor Perencanaan, meliputi:a. Anggaran kegiatan yang diblokir. Anggaran kegiatan diblokir mengakibatkan anggaran tidak dapat dicairkan sampai dengan blokir dibuka, yang berujung pada keterlambatan penyerapan anggaran. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan anggaran diblokir, antara lain karena program atau kegiatan belum mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), adanya kegiatan yang dibatasi seperti pengadaan kendaraan dinas baru, adanya kegiatan yang belum ada dasar hukumnya, atau rencana kegiatan yang belum dilengkapi dengan Term of Reference (TOR) dan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).b. Surat Keputusan Panitia Lelang yang terlambat ditetapkan;c. terlambatnya penyusunan jadwal pelaksanaan lelang;d. pengesahan dokumen pengumuman lelang yang terlambat;e. DIPA perlu direvisi karena tidak sesuai dengan kebutuhan.Tingginya frekuensi revisi DIPA menunjukkan buruknya perencanaan anggaran. Revisi anggaran menyebabkan keterlambatan penyerapan anggaran karena pelaksanaan anggaran harus menunggu revisi anggaran selesai; dan f. pelaksanaan kegiatan/proyek yang tidak melihat rencana/jadwal yang tercantum dalam halaman 3 DIPA.2. Faktor Administrasi, meliputi:a. kesalahan dalam penentuan akun. Hal ini berdampak pada dokumen anggaran direvisi dan penolakan pembayaran oleh KPPN;b. masa penyusunan dan penelahaan anggaran yang terlalu pendek, akan berdampak pada kesulitan dalam mempersiapkan data pendukung. Apabila data pendukung tidak dapat disiapkan (seperti TOR dan RAB), maka kegiatan atau proyek yang diajukan tersebut akan diblokir;c. keterbatasan pejabat/pelaksana pengadaan barang/jasa yang bersertifikat;d. kurangnya pemahaman terhadap peraturan mengenai mekanisme pembayaran; dane. adanya tambahan pagu karena ABT, tambahan/luncuran PHLN/PHDN atau penerimaan hibah.3. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi SDM pelaksana yang pengadaan kurang kompeten, rangkap tugas dalam jabatan panitia pengadaan, ketakutan pejabat untuk melaksanakan pengadaan akibat pemberitaan pengakapan pejabat atas tuduhan korupsi, keengganan untuk menjadi pejabat pengadaan karena tidak seimbangnya risiko pekerjaan dengan imbalan yang diterima, dan Surat Keputusan Penunjukan panitia pelaksana swakelola belum ditetapkan.4. faktor dokumen pengadaan, meliputi kesulitan dalam menentukan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), kontrak belum ditandatangani karena terdapat berbagai permasalahan seperti masih menunggu persetujuan lender (PPHLN), adanya addendum kontrak, dan pejabat/pegawai pengelola keuangan sering mengalami mutasi.5. faktor ganti uang persediaan, yaitu kegiatan sudah dilaksanakan dengan Uang Persediaan tetapi belum diganti melalui Ganti Uang Persediaan (GUP).

BAB VIPENUTUP

A. SIMPULAN1. Penyerapan anggaran Pemerintah Pusat pada tahun anggaran 2014 tidak tersebar merata sepanjang tahun anggaran, tetapi menumpuk pada akhir tahun anggaran.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi lambatnya penyerapan anggaran pemerintah meliputi faktor perencanaan, faktor administrasi, faktor sumber daya manusia, faktor dokumen pengadaan, dan faktor ganti uang persediaan.

B. SARAN1. Untuk meminimalkan revisi anggaran, satuan kerja pada Kemeterian/Lembaga harus membuat perencanaan anggaran yang lebih realistis dan sesuai dengan kebutuhan.2. Untuk meminimalkan addendum kontrak, maka satuan kerja harus membuat spesifikasi pekerjaan yang baik sesuai dengan kebutuhan, membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang detail, dan melakukan monitoring/evaluasi atas keterlambatan pekerjaan secara berkala.3. Perlu meningkatan jumlah SDM yang memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa dan pendidikan intensif yang berkelanjutan.4. Dalam rangka mempercepat proses penyerapan anggaran, penetapan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), pejabat penerbit SPM, dan Bendahara Pengeluaran bersamaan dengan penerbitan DIPA.