11

Click here to load reader

Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

  • Upload
    ngonga

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides) DARI FAMILI POACEAE SEBAGAI

SENYAWA ANTIMIKROBA DAN INSEKTISIDA ALAMI Novi Rahmawati*, Dra. Yulfi Zetra(1), Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan (2)

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK

Komposisi minyak atsiri V.zizanoides yang diperoleh dari Garut (A) dan Gunung Kidul, Yogyakarta (B) didistilasi menggunakan peralatan hidrodiatilasi selam 9 jam. Minyak atsiri V.zizanoides A memiliki rendemen lebih besar (0,800%) daripada V.zizanoides B (0,762%). Berdasarkan analisis KG-SM, komposisi minyak atsiri V.zizanoides kaya akan kandungan seskuiterpene. Komponen utama minyak atsiri A adalah cycloisolongifolene (20,59%), nootkatone (11,82%), spathulenol (8,50%), vellerdiol (8,04 %), juniper camphor (6,12 %), arromadendreneepoxide (6,90 %). Komponen utama minyak atsiri B diantaranya vallencene (13,27%), nootkatone (9,27 %), α-curcumene (12,21%), Vellerdiol (12,00 %), verridiflorol (7,05 %). Aktivitas antibakteri paling baik ditunjukkan oleh minyak atsiri dari V.zizanoides Garut (A) dengan nilai LC50 sebesar 88,30 ppm. V.zizainoides B juga aktif sebagai antimikroba dengan LC50 sebesar 96,82 ppm. Minyak atsiri V.zizainoides A dan B menunjukkan aktivitas larvasida terhadap larva Aedes aeygepti dengan nilai LC50 berturut-turut sebesar 118,57 ppm dan 128,23 ppm. Kata Kunci: minyak atsiri, Vetiveria, V.zizainoides, BSLT, larvasida ABSTRACT

The compositions of essential oils (EOs) from Vetiveria zizanioides Garut (A) and Gunung Kidul (B) obtained by hydrodistillation during 9 hours. Essential oil of V. zizanioides (A) have much more yields (0,800%) than Essential oil of V.zizanioides B (0,762%). According to GC/MS analysis, the two samples were found to be very rich sesquiterpenes. The main component of Essential oil A are cycloisolongifolene (20,59%), nootkatone (11,28%), spathulenol (8,50%), vellerdiol (8,04), juniperchampor (6,12%), and arromadendreneepoxide (6,90%). Whereas, Essential oil B are vallencene (13,27%), nootkatone (9,27%), α-curcumene (12,21%), vellerdiol (12,00%), and verridiflorol (7,05%). EO of V. zizanioides (A) peels exhibited greater antibacterial activity (LC50 = 88,30 ppm), followed by Eos from V.zizanioides B (LC50 = 96,82 ppm). The larvacidal activities of peels essential oil from V.zizanioides A and B were evaluated against larva or Aedes aeygepti. Result of larvacidal test demonstrated that the peel essential oils of V.zizanioides A was the most potent insecticide (LC50 = 118,57 ppm), followed by Eos from V.zizanioides B (LC50 = 128,23 ppm). Keywords : essential oil, Vetiveria, Vetiveria zizanoides, antimicrobial , larvacidal 1. PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang luas. Tanaman hutan tropis Indonesia lebih unggul dalam merekayasa bahan-bahan kimia daripada tanaman sejenis ditempat lain. Hal ini dikarenakan terdapatnya ekosistem yang bervariasi di Indonesia sehingga mempengaruhi pembentukan senyawa metabolit sekunder. Oleh karena itu penemuan bahan-bahan kimia baru untuk berbagai keperluan dari tanaman tropis Indonesia sangat tinggi kemungkinannya. Eksplorasi bahan kimia tersebut bertujuan untuk pelestarian sumber alam hayati dan pemanfaatan berkesinambungan tanaman hutan tropis Indonesia (Ersam, 2004).

Tanaman tersebut terbagi dalam beberapa famili, genus dan spesies. Salah satu tanaman yang banyak dijumpai di beberapa wilayah Indonesia adalah tanaman yang termasuk dalam famili Poaceae. Poaceae merupakan famili tanaman keempat terbesar yang memiliki 700 genus dan 8000 spesies

Tanaman yang termasuk dalam famili Poaceae diklasifikasikan ke dalam dua subgenus, yaitu Poaoideae dan Panicoideae. Poaoideae terbagi menjadi tiga genus yaitu Paniceae, Maydeae, dan Andropogoneae sedangkan subgenus Panicoideae terbagi menjadi dua genus yaitu Cymobopogan dan Vetiveria.

Tanaman tersebut terbagi dalam beberapa famili, genus dan spesies. Salah satu tanaman yang banyak dijumpai di beberapa wilayah Indonesia adalah tanaman yang termasuk dalam famili Poaceae. Poaceae merupakan famili tanaman keempat terbesar yang memiliki 700 genus dan 8000 spesies. Tanaman yang termasuk dalam famili Poaceae diklasifikasikan ke dalam dua subgenus, yaitu Poaoideae dan Panicoideae. Poaoideae terbagi menjadi tiga genus yaitu Paniceae, Maydeae, dan Andropogoneae sedangkan subgenus Panicoideae terbagi menjadi dua genus yaitu Cymobopogan dan Vetiveria. Beberapa spesies dari Famili Poaceae memiliki karakteristik aromatik mampu menghasilkan minyak atsiri yang dapat digunakan untuk kepentingan komersial seperti parfum, kosmetik dan farmasi (Khanuja dkk, 2005).

Genus Vetiveria terdiri dari 10 spesies , beberapa spesies dari tanaman Vetiveria antara lain Vetiveria zizanioides, Vetiveria nigritana, dan Vetiveria fulvibarbis. Vetiveria dari genus Poaceae dapat tumbuh liar, setengah liar atau dibudidayakan di banyak daerah tropis dan

Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304

* Corresponding author Phone : 085645252576, e-mail: [email protected] 1 Alamat sekarang : Jur Kimia, Fak. MIPA,Institut TeknologI 10 Nopember, Surabaya. 2 Alamat sekarang : Jur Kimia, Fak. MIPA,Institut TeknologI

10 Nopember, Surabaya.

Page 2: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

subtropis. Tanaman ini merupakan rumput tropis menahun yang membentuk rumpun yang besar, padat dengan arah tumbuh tegak lurus, kompak, bercabang-cabang, memiliki rimpang dan sistem akar serabut rapat, serta beraroma harum (Sell, 2003). Tanaman genus Vetiveria merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, 2008). Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus Vetiveria sebagian besar mengandung terpen, siskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon teroksigenasi dan hidrokarbon aromatik. Komponen utama dari minyak atsiri akar wangi adalah senyawa golongan seskuiterpen (30-40 %), seskuiterpenol (18-25 %) dan seskuiterpenon seperti asam benzoat, vetiverol, vetiverol, furfurol, α dan β vetivone, vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon, 2006; Kamal and Ashok, 2006; Emmyzar et al., 2000). Selain memiliki senyawa siskuiterpen yang merupakan komponen mayor dalam minyak atsiri, Genus Vetiveria dari Perancis juga mengandung senyawa flavonoid. Beberapa senyawa flavonoid tersebut adalah carlinoside , neocarlinoside , 6,8-di-C-arabinopyranosylluteolin , isoorientin dan tricin-5-O-glucoside (Champagnat dkk, 2008).

Salah satu spesies dari tanaman genus Vetiveria adalah Vetiveria zizainoides. Di Indonesia, spesies V.zizainoides lebih dikenal dengan nama akar wangi. Tanaman akar wangi (V.zizanoides) merupakan rumput yang tumbuh setiap tahun, memiliki tinggi hingga 1 meter, batang lunak, beruas-ruas dan berwarna putih, tumbuh subur di daerah Garut, Jawa Barat yang merupakan daerah vulkanik. V.zizainoides yang tumbuh subur di daerah Garut memiliki kandungan minyak atsiri lebih banyak apabila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. V.zizainoides memiliki daun tunggal, bentuk pita dan ujung runcing, pelepah memeluk batang, warna hijau keputih-putihan, perbungaan bentuk bulir di ujung batang. Buah tanaman akar wangi seperti buah padi, berduri, berwarna putih kotor. Akar termasuk akar serabut berwarna kuning (Anon, 2006).

Penelitian terhadap V. zizanioides dari beberapa lokasi tumbuh yang berbeda sudah pernah dilakukan, di antaranya dari India (Nigam,dkk., 1967), Angola (Nigam,dkk., 1967), Jepang (Nigam,dkk., 2004), Kongo (Anderson,1969), Haiti (Adams,dkk.,2004), Italia (Massardo,2005), dan Perancis, (Champagnant,dkk., 2008). Senyawa mayor yang telah diisolasi dari V. zizanioides India adalah khusol, khusenol, khusitone, γ-cadinene dan laevojuneol. Senyawa mayor berstruktur siskuiterpene trisiklik yang berhasil diisolasi dari V. zizanioides yang tumbuh di Angola adalah asam khusenat, asam isokhusenat dan khusenol. Struktur siskuiterpene, khusimene dan asam zizanoat yang memiliki struktur yang sama dengan asam khusenat merupakan senyawa mayor yang telah berhasil diisolasi dari V.zizanioides Jepang (Nigam, dkk., 2004). Senyawa mayor dari V. zizanioides Kongo adalah tricyclovetivenol, tricyclovetivene, dan khusimol. Ada 49 senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri V.zizanioides dari Haiti yang komponen utamanya adalah senyawa trisiklik siskuiterpen seperti khusimol dan metil epi zizanoat, senyawa bisiklik siskuiterpen seperti junenol atau juniper camphor, nootkatone, α-vetivone dan khusimone. Senyawa minor lain yang terkandung dalam V.zizanioides dari Haiti antara lain elemol, α-cadinol, hexadecane, senyawa (E)-Isoeugenol, p-Vinyl guaiacol, o-Guaiacol, α-cubebene, dan γ-cadinene (Adams,dkk.,2004). Penurunan produksi minyak atsiri Vetiveria zizanioides Italia dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama cuaca. Saat musim dingin, temperatur menurunkan aktivitas metabolisme tanaman sehingga produksi minyak atsiri turun. Senyawa mayor yang terkandung dari V. zizanioides

Italia yang diisolasi pada musim dingin saat umur tanaman 12 bulan adalah eremophilene, eudesmane, guaiane, nootkatone, α-vetivone, (E)-isovalencenol, juenol dan juniper camphor. Selain itu juga ada komponen alkohol seperti (E)-isovalencenol dan khusimol. (Massardo,dkk.,2005). Minyak atsiri Vetiveria Perancis mengandung lebih dari 300 siskuiterpen. Senyawa mayor yang terkandung di dalamnya adalah α-vetivone, β-vetivone, dan khusimol. Senyawa α-vetivone dan β-vetivone merupakan senyawa yang memiliki struktur bisiklik siskuiterpen mengandung gugus ketone. Khusimol atau (+)-6(13)-zizene-12-ol merupakan senyawa yang mempunyai struktur trisiklik siskuiterpen ber alkohol dengan rumus bangun C15H24O. Kandungan minor dalam minyak atsiri ini antara lain zizanal, epi-zizanal, khusimone, metil zizanoat, metil epi zizanoate, junenol atau juniper camphor. Selain memiliki senyawa siskuiterpen yang merupakan komponen mayor dalam minyak atsiri, tanaman ini juga mengandung fruktosa, sukrosa, glukosa dan tidak mengandung gliserol seperti tanaman yang lain (Champagnant,dkk., 2008).

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilaporkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam satu spesies yang sama, namun lokasi tumbuh berbeda, komposisi kimia yang dihasilkan cukup variatif. Hal ini disebabkan adanya hubungan kimiawi antara komponen kimia minyak atsiri dengan proses metabolisme sekunder yang terjadi dalam tanaman. Proses ini dipengaruhi oleh ekosistem dan tantangan alam seperti iklim, cuaca, dan kondisi tanah.

Penelitian terakhir dari tanaman V.zizanioides India menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam akar V.zizanioides memiliki sifat biologis yang dapat diaplikasikan sebagai antijamur, antioksidan, antikanker, anti-inflamasi, antibakteri, dan fungisida. Ekstrak minyak atsiri yang hangat dan berbau harum dari tanaman ini dilaporkan mampu meningkatkan cita rasa makanan dan telah digunakan sebagai aromaterapi untuk penderita cacat mental dan antidiarheal untuk anak-anak-anak (Danha, 2009). Minyak atsiri dari akar V. zizanioides yang berasal dari Italia secara luas telah digunakan sebagai bahan baku parfum, antibakteri, antijamur dan antiinsektisida, sedangkan minyak atsiri dari akar V.nigritana Italia telah diaplikasikan sebagai bahan baku parfum dan antibakteri. Secara tradisional, minyak atsiri dari V. zizanioides Italia telah digunakan untuk meningkatkan rasa air minum dan menghilangkan bakteri pathogen. V nigritana Italia berpotensi sebagai antidiarheal untuk anak-anak. (Massardos, dkk., 2005). Menurut penelitian, senyawa eremophilane, eudesmane yang telah diisolasi dari V.zizanioides Haiti berperan penting dalam aplikasi antimikroba (Adams,dkk., 2004) Selain itu salah satu senyawa kimia dari V.zizanioides Haiti yang berhasil diidentifikasi dari golongan siskuiterpen adalah nootkatone. Senyawa ini bersifat toksik sebagai pembasmi rayap, kecoa dan semut merah. Senyawa nootkatone dapat digunakan sebagai pestisida ramah lingkungan serta mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan beberapa spesies gulma (Henderson dkk, 2006).

Data penelitian mengenai komposisi kimia V.zizainoides dari India, Jepang, Haiti, Kongo, Italia, Angola, dan Perancis telah banayak diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya sebagai tanaman penahan erosi air atau kerajinan tangan namun telah dipalikasikan sebagai bahan baku parfum, antibakteri, antijamur, antioksidan dan antiinsektisida. Oleh sebab itu, berdasarkan data penelitian yang ada, peneliti tertarik untuk mengetahui kandungan minyak atsiri yang dihasilkan dari akar tanaman V.zizanioides Indonesia yang diambil dari

Page 3: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

lokasi tumbuh yang berbeda yaitu Garut, Jawa Barat dan Gunung Kidul,Yogyakarta. Pemilihan dua (2) lokasi tumbuh yang berbeda dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan komposisi kimia antara ke dua minyak atsiri yang dihasilkan dan dibandingkan dengan komponen kimia minyak atsiri yang pernah dilaporkan oleh peneliti sebelumnya. Proses destilasi dilakukan melalui metode hidrodistilasi untuk selanjutnya diidentifikasi dengan metode Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (KG-SM). Sifat bioaktifnya yang meliputi antioksidan diuji menggunakan DPPH, antimikroba melalui metode Brine Shrimp Lethality test (BSLT) menggunakan udang laut (Artemia salina L.), dan uji larvasida menggunakan Larva Instar III Nyamuk Aedes aeygepti. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperangkat alat gelas antara lain gelas ukur, glass beker (gelas piala), botol vial, labu ukur, corong, erlenmeyer, tabung reaksi, bejana pengembang (chamber), kaca arloji, spatula, pipa kapiler, labu evaporasi, pipet tetes, pipet ukur, pro pipet, dan mikropipet. Peralatan lain yang digunakan antara lain; alumunium voil, kertas saring, pinset, neraca analitik, mantel pemanas, lampu ultraviolet (UV) dengan λ 254 nm dan 366 nm, seperangkat alat hidrodistilasi, alat rotari vakum evaporator (evaporasi BUCHI Rotavapor R-114) dan microware bioaktivitas (microware). Sedangkan instrumentasi yang digunakan antara lain spektrofotometer UV-Vis, seperangkat alat kromatografi lapis tipis (KLT) dan Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (KG-SM) QP2010S Shimadzu.

2.1.2Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah akar tanaman Akar Wangi (V.zizanioides), yang tumbuh di daerah Garut, Jawa Barat (A) dan Gunung Kidul, Yogakarta (B). Pelarut yang digunakan untuk hidrodistilasi adalah aquades (H2O). Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain Na2SO4 anhidrat, 1,1,-difenil-2-pikril hidrazin (DPPH), kurkumin, β-karotene, dimethyl sulfoksida (DMSO), diklorometana (CH2Cl2),, petroleum eter, etanol (C2H5OH), kloroform, ethanol, etil asetat, aseton, dan plat KLT SiO2 F254 sebagai fasa diam untuk Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

2.2 Prosedur Penelitian 2.2.1 Preparasi dan Distilasi Sampel

Sampel A dan B disiapkan dalam keadaan segar, dibersihkan dan dipotong-potong lalu masing-masing sampel ditimbang sebanyak 50 gram. Sampel kemudian dimasukkan ke labu destilasi. Aquades ditambahkan ke dalam labu distilasi sampai bahan terendam. Aquades berfungsi sebagai penyalur energi panas ke seluruh bagian bahan tanaman sehingga minyak atsiri dapat terkondensasi bersama uap air. Peralatan hidrodistilasi di set seperti pada gambar 3.1. Aquades ditambahkan ke dalam labu melalui ujung kolom O sampai batas AB kemudian petroleum eter dimasukkan ke dalam kolom B melalui ujung kolom C. Petroleum eter berfungsi sebagai pelarut organik yang mengikat minyak atsiri karena berat jenis minyak atsiri yang akan diambil lebih besar dari air. Mantel pemanas dinyalakan dan distilasi dilakukan selama 9 jam yang dihitung setelah distilat pertama turun.

Minyak atsiri yang diperoleh ditampung dalam erlenmeyer dan dikeringkan dari molekul air dengan natrium sulfat anhidrat yang telah dipanaskan selama 5 jam pada

suhu 105-110 oC. Selanjutnya minyak atsiri yang telah bebas dari air dipindahkan ke dalam botol vial. Petroleum eter yang masih tercampur dengan minyak atsiri diuapkan pada suhu kamar sehingga diperoleh minyak atsiri yang telah bebas dari pelarut petroleum eter Masing-masing minyak atsiri dari V.zizanioides yang berasal dari dua (2) lokasi tumbuh yang berbeda yakni Garut (A), dan Yogyakarta (B) dihitung rendemennya. Analisa lebih lanjut terhadap minyak atsiri yang diperoleh meliputi Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM), uji bioaktivitas meliputi antimikroba dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), anti larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypty dan antioksidan menggunakan DPPH.

Gambar 2.1 Peralatah Hidrodistilasi

2.2.2 Metode Identifikasi Senyawa Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa(KG-SM)

Peralatan KG-SM yang digunakan adalah QP2010S SHIMADZU dengan kolom Rastek RXi-5MS (diameter dalam 30 m x 0.25 mm). Temperatur kolom diatur pada suhu 100°C selama 5 menit dan ditingkatkan menjadi 10°C/menit hingga suhu 290°C dan dibiarkan selama 30 menit. Temperatur injektor dan sumber ion (EI pada 70 eV) dikondisikan masing-masing pada suhu 250 dan 290°C. Gas pembawa yang digunakan adalah Helium (He) dengan kecepatan alir 0,5ml/menit. Range scan SM adalah m/z 28-600. Penentuan struktur senyawa dilakukan dengan menggunakan standar yang sudah diketahui dengan mencocokkan fragmentasi senyawa pada database library. Setiap puncak yang muncul dalam kromatogram memiliki waktu retensi yang berbeda-beda.

2.2.3 Uji Bioaktivitas 2.2.3.1 Uji Toksisitas dengan menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Metode ini mengacu pada penelitian Meyer dan Ferrigni dalam jurnal Planta Medica, volume 45 (1982), hal 31-33. Uji ini meliputi tiga (3) tahap perlakuan, yakni : • Tahap 1: Penyediaan media air laut yang diambil dari

Laut Kenjeran sebagai media penetasan telur udang (Artemia salina L). Air laut ini terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kertas saring whatman 41.

• Tahap 2 : Pembiakan Larva Udang Artemia salina L. Telur Artemia salina Leach yang telah dibuahi sebanyak ±100 mg dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air laut yang diambil dari Laut Kenjeran. Setelah 24-48 jam, telur akan menetas menjadi larva yang siap untuk digunakan sebagai hewan uji.

C Air Keluar

A B O Air Masuk

Air Keluar

Tempat Sampel

Tempat Penampung Minyak Atsiri

D

Page 4: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

• Tahap 3 : Prosedur uji Menggunakan Udang Artemia salina L. Minyak atsiri diambil sebanyak 0,05 mL dan ditambah dengan DMSO sebanyak 1,25 mL kemudian ditambahkan aquades sampai volume 25 mL sehingga diperoleh larutan uji dengan konsentrasi 2000 ppm. Larutan sampel kemudian diencerkan hingga konsentrasinya 1000; 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 ppm. Larutan kontrol dibuat dengan prosedur sama, tetapi tanpa menggunakan sampel. Masing-masing variasi konsentrasi larutan dimasukkan ke dalam microware bioaktivitas dan larva udang sebagai hewan uji dimasukkan ke dalam masing-masing variasi konsentrasi larutan dalam microware sebanyak 20 ekor. Untuk setiap konsentrasi masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan (triplo). Kontrol dilakukan tanpa penambahan sampel. Udang dibiarkan dalam larutan uji selama 1 x 24 jam, kemudian dihitung jumlah yang mati dan yang masih hidup dari tiap lubang. Angka mati dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap konsentrasi (rata-rata mati 3 lubang). Angka hidup dihitung dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam setiap konsentrasi (rata-rata hidup 3 lubang). Akumulasi angka hidup dan mati dari setiap konsentrasi dihitung. Prosentase (%) kematian larva udang dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:

Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap % mortalitas sebagai sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan sebagai LC50, yang menunjukkan kematian hewan uji pada setengah konsentrasi maksimal larutan uji. Nilai LC50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier y = ax + b. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC50 < 500 ppm untuk ekstrak dan < 30 ppm untuk suatu senyawa murni.

2.2.3.2 Uji Insektisida menggunakan Larva Instar III Nyamuk Aedes aegypti

Metode ini mengacu pada penelitian Meyer dan Ferrigni dalam jurnal Planta Medica, volume 45 (1982), hal 31-34, dimana hewan uji diganti dengan menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aegypti. Larva yang digunakan adalah instar III yang didapatkan dari TDC-UNAIR. Minyak atsiri A dan B diambil sebanyak 0,005 ml dan dilarutkan dalam pelarut dimetil sulfoksida 0,14 (A) dan 0,12 ml (B) untuk larut sempurna, kemudian ditambah dengan aquades hingga volumen 25 mL. Larutan sampel kemudian diencerkan sampai konsentrasinya menjadi 1000; 500; 250; 125 dan 62,5 ppm. Larutan kontrol dibuat dengan prosedur sama, tetapi tanpa menggunakan sampel. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam microware dimana pada microware telah diberi larva nyamuk Aedes aegypty sebanyak 10 ekor. Untuk setiap konsentrasi masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan (triplo). Kontrol dilakukan tanpa penambahan sampel. Larutan dibiarkan selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan yang masih hidup dari tiap lubang. Angka mati dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap konsentrasi (rata-rata mati pada 3 lubang). Angka hidup dihitung dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam setiap konsentrasi (rata-rata hidup pada 3 lubang). Akumulasi angka hidup dan mati dari setiap konsentrasi dihitung. Persentase larva

nyamuk yang mati dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:

Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai

sumbu x terhadap % mortalitas sebagai sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan sebagai LC50, menunjukkan kematian hewan uji pada setengah konsentrasi maksimal larutan uji. Nilai LC50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier y = ax + b. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC50 < 500 ppm untuk ekstrak dan < 30 ppm untuk suatu senyawa murni.

3. Hasil dan pembahasan 3.1 Identifikasi Komponen-Komponen Minyak atsiri

Minyak atsiri bukanlah senyawa murni, akan tetapi merupakan campuran berbagai senyawa organik. Sebagian komponen penyusun minyak atsiri adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen, dan oksigen yang tidak bersifat aromatik. Masing-masing minyak atsiri V.zizanioides A dan B yang dihasilkan dari proses distilasi berwarna kuning pucat diuji menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengelompokkan komponen penyusun minyak atsiri berdasarkan tingkat kepolarannya. Metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fasa diam silika gel Merck 60 F254 dengan eluen. Analisa KLT yang dilakukan terhadap minyak atsiri A dan B, diperoleh hasil seperti gambar 3.1

(a) (b)

Gambar 3.1 KLT SiO2 F254 Minyak atsiri A (a.) dan B (b.) dengan eluen dietileter : kloroform (2,5 : 7,5)

Hasil ini menunjukkan bahwa minyak atsiri yang diperoleh terdiri dari campuran komponen dengan polaritas yang hampir sama. Hasil ini diperkuat oleh data identifikasi struktur melalui analisa KG-SM (gambar 3.2 dan 3.3).

% Kematian = Jumlah larva mati terakumulasi

Jumlah larva total

x 100%

% Kematian = Jumlah larva mati terakumulasi

Jumlah larva total

x 100%

Page 5: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

Berdasarkan hasil identifikasi diketahui komponen penyusun minyak atsiri V.zizainoides yang berasal dari dua (2) tempat tumbuh yang berbeda ditunjukkan tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komponen Senyawa Penyusun Minyak Atsiri V.zizainoides A (Garut)dan B (Gunung Kidul)

No Senyawa Puncak Area (%) Garut Yogyakarta

1. Kalarena 0,27 - 2. Germacrene-d 0.24 - 3. Khusimene 1.89 0.96 3. α-Muurolene 1.55 1.62 5. γ-Guaiene 0.27 - 6. α-Copaene 0.97 0.70 7. γ-Cadinene 0.22 - 8. α-Gurjunene 0.46 - 9. Arromadendrene 0.59 - 10 Naphthalene,1,2

dihydro-1,1,6-trimethyl

0.76 -

11. β-Eudesmol 2.47 2.30 12. α-Copaen-11-ol 1.07 - 13. α-Ylangene 0.88 - 13. Juniperchamphor 6.12 - 15. Elemol 3.16 - 16. Veridiflorol 2.37 7.05 17. Androstan-17-one,3

ethyl-3-hydroxy,(5 alpha)

5.85 -

18. Alloaromadendrene 5.02 6.96 19. γ-Selinene 2.32 0.82 20. Spathulenol. 8.50 - 21. Isolongifolenoxide 6.90 - 22. Cycloisolongifolene 20.59 - 23. Nootkatone 11.82 9.27 23. Valencene 5.48 13.27 25. Vellerdiol 12.00 26. Isolongifolene 0.70 - 27. 5R,8R,9S,10R)-2-

Formyl-3-hydroxy-5-isopropenyl-8-8-methyl-(3a10)-octahydronaphth

0.19 -

No Senyawa Puncak Area (%) Garut Yogyakarta

29. Tricyclo[3.3.1.1(3,7)] decane-1- carbonitrile

- 0.83

30 Dispiro[2.1.2.4] undecane methylene

- 2.51

31 (E)-1,2,4,4-tetramethyl-3-(3'-methyl-1',3'-butadienyl)-2-cyclohexen-1-ol

- 1.97

32 Eremophilene - 1.23 33 Globulol - 3.61 34 Rosifoliol - 3.09 35 Caryophyllen Oxide - 1.77 36 Vallerenal - 3.23 37 Longipinene - 2.56 38 α-curcumene - 12.21 39 Methylen ester of 4

isopropylidene 7-methhyl-6=methylenic-2-octenoic

- 9.39

40 Aristolene - 0.79 Kandungan kimia minyak atsiri V. zizanioides A

lebih banyak dari minyak atsiri V. zizanioides B. Hal ini disebabkan ekositem dan tantangan alam yang dihadapi oleh spesies tersebut. Vetiveria zizanioides A diambil dari daerah pegunungan yang memiliki tanah yang sangat subur sehingga berpengaruh terhadap kandungan kimia yang dimiliki. Selain itu kemungkinan umur panen tanaman V. zizanioides Garut (A) dan Gunung Kidul (B) berbeda.

Komponen utama minyak atsiri V.zizainoides A adalah cycloisolongifolene (20,59 %), nootkatone (11,82 %), vellerdiol (8,04 %), spathulenol (8,50%), juniper camphor (6,12 %), arromadendreneepoxide (6,90 %), androstan-17-one,3 ethyl-3-hydroxy,(5 alpha) (5,85 %), vallencene (5,48 %) γ-guaiene (5,02%), β-eudesmol (2,47 %), γ-selinene (2,32%), α-muurolene (1,55 %), dan khusimene (1,89 %). Sedangkan Komponen utama minyak atsiri V.zizainoides B adalah vallencene (13,27%), α-curcumene (12,21%), vellerdiol (12,00 %), methyl ester dari 4 isopropylidene, 7-methyl-6-methylenic-2-octenoic (9,39%), nootkatone (9,27 %), verridiflorol (7,05 %), dan β-eudesmol (2,30%), vallerenal ( 4,23 %), globulol (3,61 %), rossifoliol (3,09 %). Senyawa mayor yang terkandung V. zizanioides bisa berbeda tergantung dari ekosistem dan tantangan alam di Negaranya. Senyawa mayor yang terkandung Vetiveria zizanioides A dan B memiliki kandungan kimia yang sama dengan V. zizanioides dari Perancis, Italia, India, Jepang, Angola, dan Haiti. Senyawa mayor Nootkatone V. zizanioides A dan B, juga ditemukan pada V. zizanioides dari Haiti dan Italia, juniper camphor juga ditemukan pada V. zizanioides dari Perancis dan Italia. Senyawa mayor Guaiene V. zizanioides A ditemukan pada V. zizanioides dari Italia namun tidak ditemukan pada V. zizanioides Yogyakarta, khusimene di V. zizanioides A ditemukan pada V. zizanioides dari India, namun merupakan komponen minor di V.zizanioides B. Senyawa mayor eremophilene yang ditemukan pada V.zizanioides Italia dan α-Cadinene di V. zizanioides India, ditemukan juga pada V. zizanioides A dan B namun dalam bentuk minor. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilaporkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam satu spesies yang sama, namun lokasi tumbuh berbeda,

Page 6: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

komposisi kimia mayor yang dihasilkan bervariasi (Tabel 3.1). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kimiawi antara komponen kimia minyak atsiri dipengaruhi oleh ekosistem dan tantangan alam seperti iklim, cuaca, dan kondisi tanah. Perbedaan komponen kimia yang dihasilkan juga disebabkan oleh perbedaan enzim dalam proses metabolisme sekunder dalam tanaman.

3.2 Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT 3.2.1. Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Minyak Atsiri A

Pengujian bioaktivitas minyak atsiri A dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) didapatkan hasil pengamatan mortalitas udang (Artemia salina L.) seperti yang ditunjukkan tabel 3.2.

Berdasarkan tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa

semakin besar konsentrasi larutan uji, maka jumlah udang Artemia salina L. yang mati juga semakin banyak. Berdasarkan tabel 3.3 ini maka dapat dihitung prosentase (%) mortalitas udang (Tabel 3.3). Tabel 3.3 Prosentase (%) mortalitas udang dalam minyak atsiri A

Nilai hidup terakumulasi dan mati terakumulasi dapat diperoleh dari tabel 3.2. Hidup terakumulasi dapat dihitung dari jumlah udang yang hidup konsentrasi yang diamati ditambah dengan total udang yang hidup konsentrasi sebelumnya. Penjumlahan dimulai dari konsentrasi yang tertinggi. konsentrasi 1000 ppm, hidup terakumulasi diperoleh dari jumla udang yang hidup konnsentrasi 1000 ppm yaitu 0. Hidup terakumulasi konsentrasi 500 ppm, diperoleh dari jumlah udang yang hidup konsentrasi ini ditambah dengan konsentrasi sebelumnya (1000 ppm) yaitu 0. Perhitungan ini dilakukan dengan cara sama untuk konsentrasi selanjutnya. Mati terakumulasi diperoleh dengan cara yang sama, akan tetapi dimulai dari konsentrasi terendah. Sehingga mati terakumulasi konsentrasi ini diperoleh dari total udang mati konsentrasi 1000 ppm; 500 ppm; 250 ppm; 125 ppm; 61,25 ppm. Nilai mortalitas (%) tabel 3.4 di atas, dihitung berdasarkan ratio mati total dikali 100%. Ratio mati total (E) merupakan larva mati terakumulasi (A) dikurangi larva mati kontrol (C) dibagi jumlah larva total (D). Prosentase (%) kematian larva udang dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 3.2 dan 3.3 menunjukkan bahwa jumlah udang (Artemia salina L.) yang mati semakin banyak dengan semakin besarnya konsentrasi larutan uji. Berdasarkan tabel 3.3 di atas dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang seperti yang ditunjukkan gambar 3.2

Gambar 3.2. Grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) Minyak Atsiri A

Persamaan regresi linier yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = 63,94x-75,32. Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut, dapat dihitung nilai LC50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri A memiliki nilai LC50 sebesar 88,30 ppm.

3.2.2. Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Minyak Atsiri B Pengujian bioaktivitas minyak atsiri B dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) didapatkan hasil pengamatan mortalitas udang (Artemia salina L.) (tabel 3.4) dan prosentase mortalitas larva udang dalam minyak atsiri tpe B (tabel . 3.4) Tabel 3.4 Jumlah larva Artemia salina L. yang mati larutan uji minyak atsiri B

Tabel 3.5 Prosentase (%) mortalitas udang dalam minyak atsiri B

Berdasarkan tabel 3.4 dan 3.5 menunjukkan bahwa

jumlah udang (Artemia salina L.) yang mati semakin banyak dengan semakin besarnya konsentrasi larutan uji. Berdasarkan tabel 3.5 di atas dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang seperti yang ditunjukkan gambar 3.3

% Kematian (y) =

Ratio Mati Total (E)

Jumlah Larva Total (D)

X 100%

Page 7: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

Gambar 3.3 Grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) Minyak Atsiri B

Persamaan regresi linier yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = 66.80 x- 83.18.. Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut, dapat dihitung nilai LC50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri A memiliki nilai LC50 sebesar 96,82 ppm.

Suatu senyawa dikatakan aktif uji toksisitas menggunakan metode BSLT dengan konsentrasi maksimal yang digunakan 1000 ppm, jika memiliki harga LC50 ≤ 500 ppm dan dikatakan tidak aktif jika memiliki harga LC50 > 500 ppm, sedangkan senyawa murni dikatakan aktif dan mempunyai sifat bioaktivitas jika memiliki harga LC50 ≤ 50 ppm dan tidak aktif (lemah) jika LC50 > 200 ppm (Meyer dan Ferrigini, 1982). Rentang keaktifan senyawa uji toksisitas dengan metode BSLT dapat dilihat tabel 3.6.

Tabel 3.6.Rentang Keaktifan Senyawa murni Uji Toksisitas

No. Rentang LC50 (ppm) Tingkat Keaktifan 1. 0-50 Sangat Aktif 2. 51-100 Aktif 3. 101-150 Sedang 3. 151-200 Lemah 5. 201-250 Sangat Lemah

Berdasarkan hasil uji toksisitas yang dilakukan dengan metode Brine-Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap larutan uji (A dan B) maka dapat dilihat dinyatakan tabel 3.7.

Tabel 3.7 Hasil Uji Toksisitas Minyak Atsiri

No. Sampel LC50 (ppm) Keterangan 1 Minyak Atsiri A 88,30 Aktif 2 Minyak Atsiri B 96,82 Aktif

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa minyak atsiri A mempunyai nilai LC50 sebesar 91,15 ppm bersifat aktif sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba. Minyak atsiri B mempunyai nilai LC50 diantara 101-150 ppm yaitu 101.99 ppm sehingga dapat dikatakan bahwa minyak atsiri A lebih bersifat bioaktif dibandingkan B. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki tingkat aktifitas yang tinggi, yaitu dengan konsentrasi yang kecil sudah bersifat toksik dan mematikan.. Aktivitas toksisitas kedua tipe minyak atsiri dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi nootkatone sebagai senyawa utama. Minyak atsiri A mempunyai konsentrasi nootkatone paling besar dibandingkan minyak atsiri B. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh, dimana minyak atsiri A bersifat lebih aktif dibandingkan dengan B. Hasil ini sesuai dengan penelitian Henderson dkk (2006), dimana senyawa nootkatone bersifat toksik sebagai antimikroba, pembasmi rayap, kecoa dan semut merah. Selain itu, senyawa nootkatone juga dapat digunakan sebagai pestisida ramah lingkungan serta mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan beberapa spesies gulma.

3.3. Uji Insektisida Menggunakan Larva Instar III Nyamuk Aedes aegypti

3.3.1. Uji Insektisida Menggunakan Larva Instar III Nyamuk Aedes aeygepti. Uji insektisida menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aeygepti dilakukan terhadap minyak atsiri V.zizainoides hasil distilasi yang berasal dari 2 tempat tumbuh yang berbeda yaitu Garut (A) dan Yogyakarta (B). Uji insekstisida ini dilakukan dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu sebesar 1000 ppm; 500 ppm; 250 ppm; 125 ppm; 61,25 ppm dan 31,25 ppm. Pengamatan dilakukan setelah larva instar III nyamuk Aedes aeygepti dengan larutan uji selama 1 x 24 jam. 3.5.1. Uji Insektisida Minyak Atsiri A Uji insektisida minyak atsiri A didapatkan hasil pengamatan terhadap larva A.aegypti yang mati seperti yang ditunjukkan tabel 3.8 dan prosentase mortalitas larva A.aegypti dalam minyak atsiri tpe B (tabel . 3.9) Tabel 3.8 Jumlah larva A.aegypti yang mati larutan uji minyak atsiri A

Tabel 3.9 Perhitungan % mortalitas larva nyamuk larutan uji minyak atsiri tipe

Berdasarkan tabel 3.8 dan 3.9 menunjukkan bahwa jumlah larva nyamuk (Aedes aegypti) yang mati semakin banyak dengan semakin besarnya konsentrasi larutan uji. Berdasarkan tabel 3.10 di atas dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas larva nyamuk sebagai hewan uji seperti yang ditunjukkan gambar 3.83.

Gambar 3.4 Grafik hubungan antara konsentrasi dengan % mortalitas larva nyamuk (Aedes aegypti) Minyak Atsiri A

Persamaan regresi linier yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = y= 74,28x-106,9. Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut, dapat dihitung nilai LC50

larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri A memiliki nilai LC50 sebesar 118,57 ppm.

Page 8: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

3.5.2. Uji Insektisida Minyak Atsiri B Uji insektisida minyak atsiri B didapatkan hasil pengamatan terhadap larva larva A.aegypti yang mati seperti yang ditunjukkan tabel 3.10 dan prosentase mortalitas larva A.aegypti dalam minyak atsiri tpe B (tabel . 3.11)

Tabel 3.10. Jumlah larva A.aegypti yang mati larutan uji minyak atsiri B

Berdasarkan tabel 3.10 dan 3.11 menunjukkan bahwa jumlah larva nyamuk (Aedes aegypti) yang mati semakin banyak dengan semakin besarnya konsentrasi larutan uji. Berdasarkan tabel 3.10 di atas dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas larva nyamuk sebagai hewan uji seperti yang ditunjukkan gambar 3.5 Tabel 3.11 Perhitungan % mortalitas larutan minyak atsiri V.zizainoides B

. Gambar 3.5 Grafik hubungan antara konsentrasi dengan % mortalitas larva nyamuk (Aedes aegypti) Minyak Atsiri B

Persamaan regresi linier yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = 72.96x-106,9. Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut, dapat dihitung nilai LC50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri A memiliki nilai LC50 sebesar 128,23 ppm.

Suatu senyawa dikatakan aktif uji insektisida menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aegypti dengan konsentrasi maksimal yang digunakan 1000 ppm, jika memiliki harga LC50 ≤ 500 ppm dan dikatakan tidak aktif jika memiliki harga LC50 > 500 ppm (Meyer dan Ferrigini, 1982). Rentang keaktifan senyawa uji insektisida menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat tabel 3.13.

Tabel 3.12. Rentang keaktifan LC50 (ppm) uji insektisida dengan larva instar III nyamuk Aedes aegypti No. Rentang LC50 (ppm) Tingkat Keaktifan

1. 0-100 Sangat Aktif 2. 100-200 Aktif 3. 200-300 Sedang 3. 300-400 Lemah 5. 400-500 Sangat Lemah

Hasil uji insektisida menggunakan larva instar III

nyamuk Aedes aegypti terhadap larutan uji dinyatakan tabel 3.13.

Tabel 3.13. Hasil Uji Insektisida menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aegypti No. Sampel LC50 (ppm) Keterangan

1. Minyak Atsiri A 118,57 ppm Aktif 2. Minyak Atsiri B 128,23 ppm Aktif Hasil uji insektisida terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti menunjukkan bahwa kedua minyak atsiri yang berasal dari 2 tempat tumbuh yang berbeda bersifat aktif. Minyak atsiri A yaitu minyak atsiri dari V.zizainoides yang berasal dari Garut mempunyai sifat paling aktif dengan LC50

sebesar 129,76 ppm dibandingkan minyak atsiri B yaitu minyak atsiri dari V.zizainoides yang berasal dari Yogyakarta dengan LC50 sebesar 139,23 ppm. Berdasarkan metode Blis, suatu senyawa dikatakan aktif jika memiliki harga LC50 ≤ 500 ppm, apabila konsentrasi maksimal yang digunakan sebesar 1000 ppm (Meyer., dkk, 1982). Karena kedua sampel memiliki aktifitas kurang dari 500 ppm, maka keduanya bersifat aktif dan dapat digunakan sebagai insektisida. Minyak atsiri A mempunyai konsentrasi nootkatone paling besar dibandingkan minyak atsiri B. Selain itu, uji toksisitas dengan metode BSLT juga menunjukkan bahwa minyak atsiri A mempunyai keaktifan paling besar dibandingkan B dengan LC50 91,15 ppm. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Henderson dkk (2006), dimana senyawa nootkatone bersifat toksik sebagai antimikroba, pembasmi rayap, kecoa dan semut merah. Selain itu, senyawa nootkatone dapat digunakan sebagai pestisida ramah lingkungan serta mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan beberapa spesies gulma.

4. KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan

Minyak atsiri V.zizanoides A dan B dapat

diperoleh dengan metode hidrodistilasi pada suhu 700C selama 9 jam. Minyak atsiri yang diperoleh berwarna kuning dan berbau segar. Minyak atsiri V.zizanoides A memiliki rendemen lebih besar (0,800%) daripada V.zizanoides B (0,762%).

Senyawa mayor V.zizanoides A dan B, dalam satu spesies yang sama namun lokasi tumbuh berbeda, cukup variatif. Senyawa mayor yang terkandung Vetiveria zizanioides A dan B memiliki kandungan kimia yang sama dengan V. zizanioides dari Perancis, Italia, India, Jepang, Angola, dan Haiti. Senyawa mayor minyak atsiri A adalah cycloisolongifolene (20,59 %), nootkatone (11,82 %), spathulenol (8,50%), vellerdiol (8,04 %), juniper camphor (6,12 %), arromadendreneepoxide (6,90 %), androstan-17-one,3 ethyl-3-hydroxy,(5 alpha) (5,85 %), vallencene (5,48 %) γ-guaiene (5,02%), β-eudesmol (2,47 %), γ-selinene (2,32%), α-muurolene (1,55 %), dan khusimene (1,89 %). Komponen utama minyak atsiri B diantaranya vallencene (13,27%), nootkatone (9,27 %),

Page 9: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

α-curcumene (12,21%), vellerdiol (12,00%), verridiflorol (7,05%), β-eudesmol (2,30%), vallerenal ( 4,23 %), globulol (3,61 %), rossifoliol (3,09 %).

Hasil uji BSLT menggunakan Artemia salina L. terhadap minyak atsiri V.zizainoides A dan B, menunjukkan bahwa minyak atsiri A bersifat lebih aktif sebagai antimikroba (nilai LC50 sebesar 88,30 ppm) dibandingkan dengan B (LC50, sebesar 96,82 ppm (B). Hasil uji insektisida menggunakan nyamuk larva instar III nyamuk Aedes aeygepti terhadap minyak atsiri V.zizainoides A dan B, menunjukkan bahwa keduanya bersifat aktif dengan nilai LC50 118,57 ppm (A) dan nilai LC50 128,23 ppm (B).

4.2. Saran Penelitian lebih lanjut disarankan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri dengan distilasi fraksinasi untuk mendapatkan senyawa murni. Perolehan senyawa murni diharapkan untuk dapat mengetahui perannya sebagai antimikroba dan larvasida. DAFTAR PUSTAKA Achmad, S. A., 1985. Kimia Organik Bahan Alam.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka, Jakarta.

Anon, 2006. Vetiveria essential information. Oxford

Univercity, New York. Champagnat,P,., Annie H., Andre´e C., Didiet F., Andre

P.C., Jean L.L., 2008. Flavonoids from Vetiveria zizanioides and Vetiveria nigritana (Poaceae). Biochemical Systematics and Ecology, 36, 68-70.

Danha, L.T., Mamucari ., Truog, P., Foester,N., 2009.

Response surface method applied to supercritical carbon dioxide extraction ofVetiveria zizanioides essential oil. Engineering Journal, 155, 617-626. .

Ersam,T., Dewi, M., 2007. Turunan 4-Fenilkumarin Dari

Fraksi Polar Ekstrak Etil Asetat Pada Batang Garcinia Balica Miq. Akta Kimindo, 3, 55 – 60.

Erna,N.N.S., undari,T, Susanty,A.I., Palupi, D.R.O., Isnaini,

Sukardiman, 2003. Kajian Pendahuluan Uji Toksisitas Ekstrak Air Miselia dan Tubuh Bua Jamur Shitake (Letinus Edodes)dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Berkas Penelitian Haiyati.

Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri. Jilid III. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta. Henderson,G., Mao, L., Vaugn,J.A., 2006. Vetiver oil and

nootkatone effects on the growth of pea and citrus. Industrial Crops and Products, 23,327–332.

Khanuja ,P.S.,Pawar,A., Darokar, M.P., ajkumar,S.,

Sundaresan V., Kumar, S., Lal,N., 2005. Essential oil constituents and RAPD markersto establish species relationship inCymbopogon Spreng. (Poaceae), Biochemical Systematics and Ecology, 33, 171-186.

Kristanti,A.N., Aminah, N.S., Tanjung ,M. dan Kurniadi, B.

2003. Bahan Ajar Metode Fitokimia. Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA,. Universitas Airlangga. Surabaya.

Lenny, S., 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Maffei, Massimo, 2002. Vetiveria. Taylor and Franchise 11

New Letter Lane, London. Manitto, 1996. Biosintesis Produk Alami. Semarang Press,

Semarang. Massardo,C., Annie H., Andre´e C., Didiet F., Andre P.C.,

Jean L.L., 2008. Flavonoids from Vetiveria zizanioides and Vetiveria nigritana (Poaceae), Biochemical Systematics and Ecology, 36, 68-70.

Osmeli,D., Juniarti Y., 2009. Kandungan Senyawa Kimia,

Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.). Indonesia, MAKARA, SAINS, 13, 50-53.

Putra, S. R., Louis, L. M., Campos, N., Boronat, A.,

Rohmer, M., 1998. Incorporation of [2,3-13C]- and [2,4-13C]-D-1-deoxyxylulose Into Ubiquinon of Escherichia coli via The Mevalonate Independent Pathway for The Isoprenoid Biosynthesis. Tetrahedron Letters, 38, 23-28.

Rohmer, M., 1998. A Mevalonate-Independent Route to

Isopentenyl Diphosphate. Elsevier CONAP, 13, 124-125.

Satyadiwiria, Y., 1979. Pembuatan Minyak Atsiri. Dinas

Pertanian, Medan. Sastrohamidjojo, Hardjono, 2001. Dasar – dasar

Spektroskopi. Liberty, Yogyakarta. Sell,C.S., 2003. A Fragrant Introduction to Terpenoid

Chemistry. The Royal Society of Chemistry, Thomas Graham House, Cambridge, UK.

Tarumingkeng, R.C., 1992. Insektisida,Sifat Mekanisme

Kerja dan Dampak Penggunaanya. Ukrida, Jakarta.

Zetra,Y., Prita P., 2007. Isolasi Senyawa α-Amirin Dari

Tumbuhan Beilschmiedia Roxburghiana (Medang) Dan Uji Bioaktivitasnya,, Akta Kimindo, 3,27 – 32.

UCAPAN TERIMA KASIH 1. Ibu Dra. Yulfi Zetra, MS selaku dosen pembimbing I

dan Bapak Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan selaku dosen pembimbing II atas segala diskusi, bimbingan, arahan dan semua ilmu yang bermanfaat.

2. Prof. Dr. Mardi Santoso selaku Dosen Wali 3. Lukman Atmaja, Ph,D. selaku Ketua Jurusan Kimia

FMIPA 4. Seluruh Dosen Kimia ITS dan Analis Jurusan Kimia

FMIPA ITS dan UGM 5. Seluruh pihak-pihak lain yang berperan demi

kelancaran penelitian ini

Page 10: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Surabaya, 6 Desember 1988, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu di TK Candara Sari Surabaya, SDN Airlangga VI Surabaya, SLTP Negeri6 Surabaya

dan SMA Negeri 2 Surabaya. Penulis diterima di Jurusan Kimia FMIPA-ITS Surabaya melalui jalur SPMB dan terdaftar dengan NRP 1406 100 022. Di Jurusan Kimia ini, Penulis mengambil bidang minat Kimia Organik Bahan Alam. Penulis sempat aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) menjabat sebagai Sekertaris Departemen HUMAS pada periode 2008/2009, staff Kesejahteraan Mahasiswa BEM FMIPA ITS dan Direktur Administrasi dan Kuangan KOPMA “Dr. Angka” ITS 2008/2010. Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten dosen pada mata kuliah praktikum Kimia Dasar I.Selain itu, penulis pernah melakukan kerja praktek di BATAN BANDUNG, Jawa Barat. Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected].

Page 11: Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR ... · 2011-01-05 · salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. (Champagnat dkk, ... Komponen

Filename: Prosiding_novi Directory: D:\TA deva\Revisi Seminar Novi\Perpus Template: C:\Documents and Settings\USER\Application

Data\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title: Prosiding Skripsi Semester Ganjil 2008/2009 Subject: Author: aB@y Keywords: Comments: Creation Date: 7/30/2010 7:08:00 AM Change Number: 8 Last Saved On: 8/1/2010 5:11:00 AM Last Saved By: komputer Total Editing Time: 93 Minutes Last Printed On: 8/1/2010 5:14:00 AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 10 Number of Words: 6,626 (approx.) Number of Characters: 37,769 (approx.)