263
Proyek Instrumentasi Medis Berbasis Internet of Things Anton Yudhana, dkk Proyek Instrumentasi Medis Berbasis Internet of Things Anton Yudhana, Hendril Satrian Purnama,dkk Buku ini disusun sebagai bahan ajar untuk mahasiswa strata 1 maupun diploma untuk jurusan teknik elektro, teknik informatika, teknik biomedis, dll. di sisi lain buku ini juga dapat digunakan sebagai referensi untuk para praktisi yang berkerja di bidang yang berkaitan dengan instrumentasi medis, perancangan aplikasi dan internet of things. buku ini disusun menjadi 9 bab, yang mana bab 1 terdiri dari pendahuluan yang menjelasakan latar belakang penulisan buku, kemudian bab 2-5 menyajikan dasar-dasar yang memberikan pengetahuan secara singkat tentang software dan hardware yang dibutuhkan untuk perancangan proyek insturmentasi medis, bab 6-9 menyajikan uraian tentang beberapa proyek instrumentasi medis yang telah dikerjakan oleh penulis. Proyek instumentasi medis yang dikerjakan pada buku ini antara lain: Ÿ Implementasi Sensor Heart Rate untuk mendeteksi detak jantung secara real-time melalui interface komputer Ÿ Rancang Bangun Sistem Pemantauan Infus Berbasis Android Ÿ Aplikasi Pemantau Terapi Jari Pasca Stroke Menggunakan Sarung Tangan Pintar Secara Real Time Ÿ Aplikasi Mobile Phone Untuk Monitoring Tingkat Kebugaran Seseorang Dengan Algoritma Fast Fourier Transform INSTRUMENTASI MEDIS Proyek berbasis Internet of Things Anton Yudhana, Hendril Satrian Purnama, dkk cv.Mine Penerbit : cv. Mine Perum Sidorejo Bumi Indah F 153 Rt 11 Ngestiharjo Kasihan Bantul Mobile : 083867708263 email : [email protected] 083867708263 cv.mine7 mine mine cv.Mine ISBN 978-623-7550-17-4

Proyek Instrumentasi Medis ISBN 978-623-7550-17-4 Berbasis ...eprints.uad.ac.id/15798/1/FIX ALL PROYEK INTRUMENTASI MEDIS.pdf · - Berisi tutorial terkait cara mengkoneksikan Arduino

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Pro

ye

k In

strum

en

tasi M

ed

is Be

rba

sis Inte

rne

t of Th

ing

sA

nto

n Y

ud

ha

na

, dk

k

Proyek Instrumentasi MedisBerbasis Internet of ThingsAnton Yudhana, Hendril Satrian Purnama,dkk

Buku ini disusun sebagai bahan ajar untuk mahasiswa strata 1 maupun diploma untuk jurusan teknik elektro, teknik informatika, teknik biomedis, dll. di sisi lain buku ini juga dapat digunakan sebagai referensi untuk para praktisi yang berkerja di bidang yang berkaitan dengan instrumentasi medis, perancangan aplikasi dan internet of things.

buku ini disusun menjadi 9 bab, yang mana bab 1 terdiri dari pendahuluan yang menjelasakan latar belakang penulisan buku, kemudian bab 2-5 menyajikan dasar-dasar yang memberikan pengetahuan secara singkat tentang software dan hardware yang dibutuhkan untuk perancangan proyek insturmentasi medis, bab 6-9 menyajikan uraian tentang beberapa proyek instrumentasi medis yang telah dikerjakan oleh penulis. Proyek instumentasi medis yang dikerjakan pada buku ini antara lain:

Ÿ Implementasi Sensor Heart Rate untuk mendeteksi detak jantung secara real-time melalui interface komputer

Ÿ Rancang Bangun Sistem Pemantauan Infus Berbasis Android

Ÿ Aplikasi Pemantau Terapi Jari Pasca Stroke Menggunakan Sarung Tangan Pintar Secara Real Time

Ÿ Aplikasi Mobile Phone Untuk Monitoring Tingkat Kebugaran Seseorang Dengan Algoritma Fast Fourier Transform

INSTRUMENTASI MEDISProyek

berbasis

Internet of Things

Anton Yudhana, Hendril Satrian Purnama, dkk

cv.Mine

Penerbit : cv. Mine

Perum Sidorejo Bumi Indah F 153

Rt 11 Ngestiharjo Kasihan Bantul

Mobile : 083867708263

email : [email protected]

083867708263

cv.mine7

mine mine

cv.Mine

ISBN 978-623-7550-17-4

i

Proyek Instrumentasi Medis Berbasis

Internet of Things

Anton Yudhana, Hendril Satrian Purnama, dkk

ii

Proyek Instrumentasi Medis

Berbasis Internet of Things

Penulis Anton Yudhana

Hendril Satrian Purnama

Ismail Aprianto

Kaspul Anwar

Marta Dwi Darma Putra

Dawam Alfaqih

Desain Sampul & Layout Hendril Satrian Purnama

Hak Cipta © 2019, pada penulis

Hak publikasi pada Penerbit CV Mine

Dilarang memperbanyak, memperbanyak sebagian atau

seluruh isi dari buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin

tertulis dari penerbit.

© HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Cetakan ke-1 November Tahun 2019

CV Mine

Perum SBI F153 Rt 11 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul,

Yogyakarta-55182 Telp: 083867708263

Email: [email protected]

ISBN : 978-623-7550-17-4

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya buku “Proyek instrumentasi Medis berbasis Internet of Things”. Buku ini dirancang sebagai buku teks dan referensi untuk mahasiswa Strata 1 ataupun Diploma dalam bidang Teknik Elektro, Teknik Informatika Fisika, Teknik Fisika, maupun Teknik Biomedis.

Buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan referensi dari beberapa buku yang berkaitan dengan proyek instrumentasi medis dan penerapan internet of things. Penelitian dikti yang didanai dari Ristekdikti pada tahun 2019 dengan judul : “Heart Beat Signal dan Parent-Cognitive Behavioral Therapy: Deteksi dan Intervensi Regulasi Emosi Orang Tua Pelaku Tindak Kekerasan pada Anak” dan “Sinyal EEG dan Cognitive-load: Analisis Persepsi Psikologis dalam User Experience Intelligence User Interface” menjadi rujukan untuk terbitnya buku ini. Buku ini terbagi menjadi 9 Bab yang yang masing-masing menjelaskan bagian-bagian dasar dan contoh-contoh proyek di bidang elektromedis.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk penyempurnaan buku ini. Pada akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat memberi maanfaat yang luas bagi para pembaca baik dari kalangan mahasiswa maupun para praktisi yang bekerja pada bidang yang sesuai.

Yogyakarta, November 2019

Tim Penulis

iv

Sistematika Penulisan Buku Bab 1: Pendahuluan

- Berisi latar belakang dana pengantar terkait pembuatan proyek

yang akan dibahas dalam buku ini secara umum

Bab 2: Sensor-sensor untuk aplikasi instrumentasi medis

- Berisi ulasan tentang jenis-jenis sensor yang digunakan dalam

proyek aplikasi instrumentasi biomedis

Bab 3: Pengenalan Arduino

- Berisi pengenalan dasar Arduino, baik terkait Hardware maupun

software-nya

Bab 4: Pengenelan Software Processing

- Berisi pengenalan dasar dan cara penggunaan software

Processing untuk berbagai macam aplikasi

Bab 5: Mengkoneksikan Arduino dengan Processing

- Berisi tutorial terkait cara mengkoneksikan Arduino IDE dengan

Processing IDE untuk menampilkan data grafis dari hasil

pembacaan sensor oleh Arduino

BAB 6: Proyek visualisasi detak jantung dengan menggunakan

interface komputer berbasis Arduino dan Processing

- Berisi uraian lengkap terkait proses pembuatan proyek dan hasil

dari penelitian yang telah dilakukan

v

BAB 7: Aplikasi Mobile Phone untuk Monitoring Tingkat Kebugaran

Seseorang dengan Algoritma Fast Fourier Transform

- Berisi uraian tentang proses perancangan dan hasil percobaan

terkait proyek Aplikasi Mobile Phone untuk Monitoring Tingkat

Kebugaran

BAB 8: Rancang Bangun Sistem Pemantauan Infus berbasis Android

- Berisi uraian tentang proses perancangan dan hasil percobaan

terkait proyek sistem pemantauan infus berbasis android

BAB 9: Aplikasi Pemantau Terapi Jari Pasca Stroke Menggunakan

Sarung Tangan Pintar Secara Real Time

- Berisi uraian tentang proses perancangan dan hasil percobaan

dari proyek Pemantau Terapi Jari Pasca Stroke Menggunakan

Sarung Tangan Pintar Secara Real Time

vi

Daftar Isi

Halaman Judul ....................................................................................... i

Kata Pengantar.................................................................................... iii

Sistematika Penulisan Buku ............................................................... iv

Daftar Isi .............................................................................................. vi

Bab 1: Pendahuluan ............................................................................. 1

1.1 Pengantar proyek deteksi dan visualisasi detak jantung ......... 3

1.1.1 Ulasan Singkat Tentang Jantung ........................................ 5

1.1.2 Cara Kerja Jantung .............................................................. 7

1.1.3 Sinyal Detak Jantung........................................................... 7

1.1.4 Detak Jantung Normal Saat Berolahraga ........................... 9

1.2 Pengantar proyek sistem pemantau infus berbasis Android . 10

1.2.1 Latar Belakang .................................................................. 10

1.2.2 Pengertian Infus ................................................................ 12

1.2.3 Prinsip Kerja Infus ............................................................. 14

1.2.4 Cara Menghitung Tetesan Infus ....................................... 14

1.3 Pengantar proyek pemantau terapi jari pasca stroke secara

real-time ......................................................................................... 15

1.3.1 Latar Belakang .................................................................. 15

1.3.2 Penyebab Stroke ........................................................ 17

1.3.3 Upaya Rehabilitasi Pasien Stroke .............................. 21

1.3.4 Enam Terapi Dasar Pemulihan Pasca Stroke ............. 23

1.3.5 Terapi Jari untuk Pemulihan Pasca Stroke ....................... 28

vii

BAB 2: Sensor untuk Proyek Instrumentasi Medis ........................... 31

2.1 Sensor Detak Jantung .............................................................. 32

2.1.1 Cara Kerja Sensor Heart Rate ........................................... 33

2.1.2 Gelombang Elektrokardiogram ........................................ 34

2.2 Sensor Photodioda ................................................................... 36

2.3 Sensor Flex ............................................................................... 38

Bab 3: Pengenalan Arduino ............................................................... 43

3.1 Apa itu Arduino? ...................................................................... 44

3.2 Jenis-jenis board Arduino ........................................................ 44

3.3 Arduino IDE .............................................................................. 46

3.4 Menginstall Sofware Arduino pada PC ................................... 47

Bab 4: Pengenalan Processing ........................................................... 53

4.1 Sejarah ...................................................................................... 55

4.2 Fitur .......................................................................................... 55

4.3 Contoh Pemerograman ........................................................... 56

Bab 5: Mengkoneksikan Arduino dengan Processing ....................... 60

5.1 Cara mengirim data dari Arduino ke Processing melalui port

serial ............................................................................................... 61

5.2 Cara menerima data dari Arduino di Processing .................... 65

5.3 Cara mengirim data dari Processing ke Arduino .................... 71

5.4 Cara menerima data dari Processing di Arduino .................... 73

Bab 6: Proyek Visualisasi detak jantung dengan menggunakan

interface komputer berbasis Arduino dan Processing ..................... 78

viii

6.1 Bahan........................................................................................ 79

6.2 Alat ........................................................................................... 80

6.3 Perancangan Sistem ................................................................. 81

6.3.1 Perancangan Perangkat Keras .......................................... 82

6.3.2 Perancangan Perangkat Lunak ......................................... 84

6.4 Implementasi Sistem ............................................................... 90

6.5 Hasil dan Pengujian Data ......................................................... 92

BAB 7: Aplikasi Mobile Phone Untuk Monitoring Tingkat Kebugaran

Seseorang Dengan Algoritma Fast Fourier Transform ................... 106

7.1 Bahan Penelitian .................................................................... 107

7.2 Alat Penelitian ........................................................................ 108

7.3 Perancangan Sistem ............................................................... 108

7.3.1 Perancangan Perangkat Keras ........................................ 109

7.3.2 Tata Cara Pemeriksaan Detak Jantung .......................... 114

7.3.3 Perancangan Perangkat Lunak ....................................... 115

7.4 Pengujian Sistem .................................................................... 124

7.4.1 Pengujian Perangkat Keras ............................................. 124

7.4.2 Pengujian Perangkat Lunak ............................................ 134

BAB 8: Rancang Bangun Sistem Pemantauan Infus Berbasis Android

.......................................................................................................... 165

8.1 Bahan Penelitian .................................................................... 166

8.2 Alat Penelitian ........................................................................ 166

8.2.1 Perangkat keras .............................................................. 166

ix

8.2.2 Perangkat lunak .............................................................. 167

8.3 Perancangan Sistem ............................................................... 168

8.3.1 Perancangan Perangkat Keras ........................................ 168

8.3.2 Perancangan Perangkat Lunak ....................................... 172

8.4 Pengujian Sistem .................................................................... 190

8.4.1 Pengujian Perangkat Keras ............................................. 190

8.4.2 Pengujian perangkat lunak ............................................. 190

8.4.3 Pengujian Keseluruhan alat ............................................ 190

8.5 Implementasi Sistem ............................................................. 191

8.5.1 Pengujian Perangkat Keras ............................................. 192

8.6 Hasil dan Pengujian Data ....................................................... 203

8.6.1 Pengujian sensor pendeteksi tetesan ............................ 204

8.6.2 Pengujian Pengamatan Sisa Cairan Infus ....................... 205

BAB 9: Aplikasi Pemantau Terapi Jari Pasca Stroke Menggunakan

Sarung Tangan Pintar Secara Real Time .......................................... 208

9.1. Subyek Penelitian ................................................................ 209

9.2. Bahan Penelitian ................................................................... 209

9.3. Alat Penelitian....................................................................... 210

9.4. Perancangan Sistem ............................................................. 211

9.4.1. Perancangan Perangkat Keras ....................................... 211

9.4.2 Perancangan Perangkat Lunak ....................................... 213

9.5. Pengujian Sistem................................................................... 220

9.5.1 Pengujian Sensor Flex ..................................................... 220

x

9.5.2 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan ........................... 222

9.5.3 Pengujian Software Secara Keseluruhan ....................... 248

Referensi .......................................................................................... 250

Profil Penulis .................................................................................... 251

1

Bab 1: Pendahuluan

2

Bab 1: Pendahuluan

Perkembangan teknologi komputer yang sangat cepat memicu

perkembangan teknologi lainnya. Dalam artian bahwa sangat banyak

teknologi pada sektor lain yang memanfaatkan perkembangan

teknologi komputer untuk proses pengembangan teknologi itu

sendiri. Oleh karena itu, saat ini jarang sekali ditemukan perangkat -

perangkat teknologi terbaru yang tidak mengandung unsur komputer

di dalamnya. Begitu juga halnya dengan bidang kesehatan,

penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempercepat dan

mempermudah proses monitoring konsdisi pasien secara terus

menerus. Pada buku ini akan diuraikan tentang beberapa proyek

instrumentasi medis berbasis internet of things, yang mana pada

proyek ini akan menggabungkan teknologi sensor yang digunakan

untuk bidang biomedis dengan teknologi internet of things yang akan

menghubungkan sensor-sensor tersebut dengan aplikasi pada

smartphone maupun komputer pribadi.

Proyek ini dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu:

1. Proyek deteksi dan visualisasi detak jantung seseorang untuk

mengukur tingkat kebugaran akan diulas pada bab 6 & 7.

3

2. Proyek internet of things untuk memantau kondisi infus

dengan menggunakan interface smartphone android akan

diulas pada bab 8.

3. Proyek Aplikasi pemantau terapi jari pasca stroke dengan

interface komputer secara real time akan diulas pada bab 9.

1.1 Pengantar proyek deteksi dan visualisasi detak jantung

Dengan mengetahui denyut jantung seseorang, maka kita

dapat melihat kondisi kesehatan jantung seseorang dengan sangat

mudah. Jantung sebagai organ vital manusia berfungsi untuk

memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam proses ini, timbul bunyi

akibat pergerakan katup-katup dari jantung. Untuk mendeteksi

denyut jantung maka biasanya digunakan sensor pendeteksi yang

kemudian digabungkan dengan peranan mikrokontroler.

Diagnosa denyut jantung berdasarkan suara yang direkam oleh

Pulse Heart Sensor ditempelkan pada jari pasien yang dapat

mengakibatkan subyektifitas dokter dalam memvisualisasikan sinyal

tersebut. Dengan menggunakan komponen elektronika seperti

mikrokontroler serta pulse heart sensor akan memungkinkan untuk

merancang suatu alat yang dapat menghitung detak jantung pada

manusia sehingga lebih efisien untuk penggunaanya serta harga yang

relatif murah. Di sisi lain, penggunaan electrocardiograh (ECG) masih

4

tergolong relatif mahal jika digunakan sebagai alat diagnosa jantung.

Proyek ini berfokus pada perancangan visualisasi isyarat detak

jantung yang ditangkap oleh sensor untuk mempermudah proses

diagnosa oleh dokter.

Dari masalah yang dihadapi perlu dilakukan perancangan suatu

alat dengan merancang sebuah sistem menggunakan komputer yang

dapat memantau sinyal detak jantung dengan menggunakan

mikrokontroler berbasis Arduino dan Pulse Heart Sensor. Sensor akan

ditempelkan pada ujung jari pasien untuk mendeteksi sinyal detak

jantung, data akan dikirim ke mikrokontroler untuk diproses dan

kemudian akan ditampilkan pada komputer. Pada saat sinyal detak

jantung berada pada kondisi yang telah ditetapkan maka akan

muncul hasil barupa jumlah detak jantung per menit dan pulsa yang

ditampilkan pada layar monitor kemudian dapat disimpan dalam

memori, sehingga data hasil pembacaan tersebut dapat dibandingkan

dengan data referensi dari alat ukur detak jantung standar.

Pada penelitian yang dilakukan, perekaman detak jantung

dengan menggunakan Pulse Heart Sensor dan selanjutnya data dari

pembacaan sensor diproses oleh arduino dengan pin analog (A0),

menggunakan fitur Analog to Digital Converter (ADC), kemudian

selanjutnya diolah menjadi satuan bpm (Beats Per Minute) untuk

dapat divisualisasikan menjadi isyarat detak jantung. Dengan alat

5

sederhana yang dirancang pada proyek ini, beragam gelombang

suara dari detak jantung pasien dapat ditampilkan di monitor

komputer sehingga tidak perlu lagi untuk mengukur detak jantung

secara manual.

1.1.1 Ulasan Singkat Tentang Jantung

Jantung (Latin, cor) adalah rongga organ berotot yang

berfungsi untuk memompa darah melalui pembuluh darah oleh

kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu organ

tubuh manusia yang berperan dalam sistem peredaran darah.

Jantung merupakan otot tunggal yang terdiri dari lapisan edothelium.

Jantung terletak dalam rongga thoracic, di balik tulang

dada/sternum. Letak jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah

kiri.

Hampir seluruh permukaan jantung diselubungi oleh paru-

paru, tapi tertutup oleh selaput ganda yang disebut perikardium, dan

tertempel pada diafragma. Lapisan pertama menempel sangat erat

dengan jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair,

fungsinya adalah untuk menghindari gesekan antar organ tubuh yang

terjadi karena pergerakan memompa yang dilakukan oleh jantung.

Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh darah yang

menyelubungi seluruh permukaan jantung, seperti di bagian bawah

dan di bagian samping. Dua garis pembelah (terbentuk dari otot)

6

pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana dinding pemisah di

antara sebelah kiri dan kanan serambi (atrium) & bilik (ventrikel).

Gambar 1.1 menunjukkan struktur jantung.

Gambar 1.1 Struktur internal jantung

Dengan meraba denyut pada bagian arteri, kita dapat

menghitung kecepatan detak jantung yang berbeda-beda yang

disebabkan oleh aktifitas, makanan, umur, dan emosi seseorang.

Standar jumlah denyut jantung manusia ditunjukkan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan denyut jantung manusia

No Umur Jumlah denyut / menit (BPM)

1 Bayi baru lahir 140

2 Selama tahun pertama 120

3 Selama tahun kedua 110

4 Pada umur 5 tahun 96-100

7

5 Pada umur 10 tahun 80-90

6 Dewasa 60-80

Sumber: Pearce, 2000: 127-128

1.1.2 Cara Kerja Jantung

Fungsi utama jantung adalah untuk menyediakan suplai

oksigen ke seluruh bagian tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil

meta-bolisme (CO2). Jantung menjalankan fungsi tersebut dengan

mengumpulkan darah yang kurang oksigen dari seluruh tubuh dan

memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil

oksigen dan membuang CO2. Pada saat jantung berdenyut, setiap

ruang pada jantung mengendur dan terisi oleh darah (disebut sebagai

periode diastolik). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa

darah keluar dari jantung (disebut sebagai periode sistolik). Dalam

rangkaian sistemik, darah yang kaya oksigen akan meninggalkan

tubuh melalui ventrikel kiri ke aorta, dan dari sana darah akan masuk

arteri dan kapiler dimana jaringan tubuh disuplai dengan oksigen.

1.1.3 Sinyal Detak Jantung

Electrocardiograph (ECG) adalah serangkaian gambaran yang

mencerminkan aktivitas listrik jantung. Sebuah lead yang dilengkapi

dengan bahan konduktif ditempatkan pada bagian tubuh yang

berbeda, sehingga mungkin untuk melacak sinyal listrik pada jantung

8

dari beberapa bagian yang berbeda. Jika arus listrik jantung

mengarah menuju ke lead menghasilkan garis yang naik pada grafik

(defleksi positif). Jika arus listrik jantung mengalir menjauhi lead

maka akan menghasilkan garis turun (defleksi negatif). Gambaran

arus listrik jantung ini kemudian digambarkan dengan tampilan

grafik. Pada jantung yang sehat dan normal, gambaran ECG yang

mewakili satu detakan jantung lengkap dapa dilihat pada Gambar

1.2.

Gambar 1.2 Data detak jantung (kiri) dan Detak jantung dalam satu

gelombang (kanan)

Pada Gambar 1.2 terlihat titik-titik puncak maksimum lokal dan

minimum lokal. Puncak - puncak tersebut mem-punyai makna fisi

yang disimbolkan sebagai P, Q, R, S dan T sebagaimana ditunjukan

pada Gambar 1.2 kanan. Irama jantung normal dapat dikatakan

sebagai irama sinus yaitu irama yang terletak pada sekitar Vena Cava

Superior di atrium kanan jantung. Irama jantung yang teratur yang

9

berarti jarak antara gelombang yang relatif sama dan teratur.

Hubungan P dengan Q, R dan S adalah bertujuan untuk membedakan

suatu irama jantung, bentuk dan durasi pada puncak merupakan

pembesaran pada atrium jantung. Sedangkan pada puncak-puncak Q,

R dan S ditujukan untuk mendeteksi suatu irama jantung,

abnormalitas konduksi. Gelombang T menggambarkan bahwa adanya

kembali proses pemompaan kedalam ventrikel jantung. Pada

umumnya puncak T bernilai positif apabila puncak T negatif atau

terbalik maka bisa terjadi ketidaknormalan pada jantung.

Berdasarkan Gambar 1.2 terlihat bahwa posisi puncak ke puncak S

terhadap potensial selalu berada pada posisi negatif sedangkan

untuk puncak-puncak T selalu berada pada posisi positif. Data yang

telah diukur merupakan data untuk jantung yang sehat. Pada

penelitian ini ditentukan posisi P, Q, R, S dan T untuk keseluruhan

data yang diukur. Untuk itu, diperlukan periode satu gelombang.

Untuk menentukan periode satu gelombang maka syarat utama dari

satu gelombang adalah satu gelombang harus memuat puncak-

puncak P, Q, R, S dan T. Dengan contoh satu gelombang ditunjukan

pada Gambar 1.2 kanan.

1.1.4 Detak Jantung Normal Saat Berolahraga

Detak jantung dapat digunakan sebagai indikator untuk

menentukan bahwa seseorang melakukan aktivitas terlalu keras.

10

Detak jantung normal orang saat berolahraga perlu dikenali, agar

tidak berlebihan dalam melakukan aktivitas. Pada saat berolahraga

detak jantung setiap manusia berbeda - beda tergantung

berdasarkan usia.

1.2 Pengantar proyek sistem pemantau infus berbasis Android

1.2.1 Latar Belakang

Perkembangan sains dan teknologi saat ini begitu pesat, seiring

dengan pesatnya perkembangan di bidang elektronika dan

mikrokontroller, Arduino menjadi salah satu papan pengembangan

berbasis mikrokontroller yang paling banyak diminati akhir-akhir ini.

Arduino merupakan papan pengembangan berbasis mikrokonroller

yang relatif mudah untuk diprogram, Arduino dilengkapi dengan

pin/port yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan

perangkat lain. Dengan kata lain arduino adalah sebuah papan

pengembangan mikrokontroller yang sangat populer saat ini. Akhir-

akhir ini juga sedang marak penggunaan smartphone android sebagai

penunjuang aktifitas sehari-hari. Android merupakan nama system

operasi yang bersifat “Open Source” yang pada umumnya ditujukan

untuk smartphone dan juga tablet. Sebagai perangkat yang bergerak,

Android dapat terhubung dengan peralatan elektronika untuk

mengendalikan ataupun menerima informasi dari peralatan

11

elektronika. Untuk memicu berkembangnya inovasi baru yang

memanfaatkan arduino dan android yang dirancang untuk

mempermudah perkerjaan manusia. Salah satunya adalah di bidang

kesehatan.

perkembangan teknologi ini diharapkan dapat mempermudah

pekerjaan perawat/dokter dalam proses pemantauan kondisi pasien.

Salah satu contohnya adalah dalam proses pemantauan infus. infus

berfungsi untuk memberikan sejumlah cairan khusus kedalam tubuh

pasien melalui media jarum kedalam pembuluh vena (pembuluh

balik) yang bertujuan untuk mengganti kehilangan cairan atau zat

makanan dari tubuh saat pasien sakit.

pada dasarnya infus sering sekali digunakan oleh pasien, oleh

karena itu infus haruslah selalu dipantau kondisinya. Hingga saat ini

proses pemantauan infus masih dilakukan secara manual, dimana

perawat/dokter harus mengecek kondisi infus pasien secara langsung

dan berkala. Saat cairan infus habis, perawat tidak bisa langsung

mengganti/mengisi ulang cairan infus karena harus lalu lalang dari

kamar pasien satu ke kamar pasien yang lain, hal ini menyebabkan

infus bisa terlambat untuk diganti/diisi ulang, keterlambatan

penggantian infus ini dapat menyebabkan penyumbatan udara,

sehingga dapat berakibat fatal bagi pasien. Penyumbatan udara

12

terjadi apabila terdapat gelembung udara yang turut serta masuk ke

dalam sistem sirkulasi pasien.

Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk dapat

memecahkan masalah maka peneliti merancang sebuah sistem

menggunakan Smartphone android yang dapat memantau tetesan

infus dengan menggunakan mikrokontroller berbasis arduino dan

sensor photodioda. Untuk medeteksi adanya tetesan pada infus,

sensor photodioda dipasang pada chamber infus, kemudian data

hasil pembacaan sensor dikirimkan ke mikrokontroller untuk diolah,

kemudian data hasil pengolahan data oleh mikrokontroler dikirim ke

ponsel Android melalui bluetooth. pada saat cairan infus berada pada

batas bawah yang telah ditetapkan, maka mikrokontroller akan

mengirimkan peringatan atau pemberitahuan ke ponsel perawat.

1.2.2 Pengertian Infus

intravenous fluids infusion (infus) adalah proses pemberian

sejumlah cairan ke dalam tubuh pasien melalui sebuah jarum ke

dalam pembuluh vena untuk menggantikan kehilangan cairan atau

zat makanan dari tubuh saat pasien menderita sakit tertentu. Secara

umum, keadaan tubuh yang memerlukan pemberian cairan infus

adalah:

1. Perdarahan dalam jumlah yang relatif banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

13

2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)

5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)

6. Luka bakar yang cukup luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Pada infus terdapat beberapa bagian yang harus diketahui. Adapun bagian – bagian infus adalah sebagai berikut:

1. Botol infus: merupakan wadah dari cairan infus, biasa dijumpai dan dijual dalam tiga varian ukuran 500mL, 1000mL dan 1500mL.

2. Selang infus: merupakan alat untuk mengalirkan cairan infus

3. Klem selang infus: merupakan bagian untuk mengatur laju aliran dari cairan infus, dengan mempersempit atau memperlebar jalur aliran pada selang.

4. Jarum infus: alat untuk memasukkan cairan infus dari selang infus ke pembuluh vena.

14

1.2.3 Prinsip Kerja Infus

Prinsip kerja dari cairan infus adalah sama dengan sifat dari air

biasa yaitu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang

lebih rendah, dipengaruhi oleh gaya grafitasi bumi sehingga cairan

akan selalu jatuh kebawah. Pada sistem infus laju aliran infus dapat

diatur melalui klem selang infus, jika klem digerakan untuk

mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan

menjadi lebih lambat, ini ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan

infus/menit yang keluar dan sebaliknya bila klem digerakan untuk

memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju cairan infus

akan menjadi lebih cepat dan ditandai dengan banyaknya jumlah

tetesan infus/menit.

1.2.4 Cara Menghitung Tetesan Infus

Untuk menghitung jumlah tetesan cairan infus, kita perlu

mengetahui Istilah yang sering digunakan dan juga rumus tetap

perhitungan tetes infus. Dalam pemasangan infus diketahui istilah

dan rumus tetap sebagai berikut:

gtt = makro tetes

mgtt = mikro tetes

jumlah tetesan = banyaknya tetesan dalam satu menit

1 gtt = 3 mgtt

1 cc = 20 gtt

15

1 cc = 60 mgtt

1 kolf = 1 labu = 500 cc

1 cc = 1 mL

mggt/menit = cc/jam

Untuk lebih memahami istilah-istilah tersebut, kita harus

terlebih dahulu mengetahui formula untuk menghitung jumlah tetes

cairan infus dalam hitungan menit dan jam.

faktor tetes Otsuka — 1cc = 15 tetes

faktor tetes Terumo — 1 cc = 20 tetes

(Kebutuhan cairan x faktor tetes) = Jumlah tetesan/menit

(jumlah jam x 60menit).

1.3 Pengantar proyek pemantau terapi jari pasca stroke secara

real-time

1.3.1 Latar Belakang

Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menamakan

sindroma (kumpulan gejala) hemiparesis atau hemiparalisis (lumpuh

sebelah) akibat kerusakan pada pembuluh darah yang bisa bangkit

dalam waktu beberapa detik hingga beberapa hari, tergantung pada

jenis penyakit yang menjadi penyebabnya. Sehingga, sebenarnya

stroke bukanlah nama penyakit, melainkan istilah untuk menjelaskan

16

kumpulan beberapa gejala yang muncul akibat adanya kerusakan

pada pembuluh darah dalam otak.

Stroke termasuk dalam penyakit serebrovaskuler (pembuluh

darah otak) yang ditandai dengan matinya jaringan otak (infark

serebral) yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen

ke bagian otak. World health organization (WHO) mendefinisikan

stroke sebagai gejala-gejala defisit dari fungsi susunan saraf yang

diakibatkan oleh adanya penyakit pada pembuluh darah dalam otak,

bukan karena alasan yang lain.

Stroke sebenarnya diambil dari kata strike, pada umumnya

merupakan serangan mendadak yang dapat berakibat fatal tanpa

adanya gejala-gejala yang bisa dirasakan sebelumnya. Penderita

stroke pada umumnya tidak tahu kapan dan bagaimana ia akan

mendapatkan serangan stroke. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan di Oxfordshire Community Stroke Project, tidak ada

hubungan stroke berulang dengan umur, jenis kelamin, tipe patologi

stroke, dan riwayat penyakit jantung atau fibrilasi atrium.

Seseorang yang punya riwayat terserang penyakit stroke

mempunyai kecenderungan lebih besar akan mengalami serangan

stroke susulan/lanjutan, apalagi jika faktor resiko stroke yang ada,

tidak ditanggulangi dengan baik. Oleh karena itu, perlu diupayakan

prevensi sekunder yang meliputi gaya hidup sehat dan pengendalian

17

faktor risiko yang bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan

stroke berulang pada seseorang yang sebelumnya pernah terserang

stroke.

Oleh karena itu, kita patut untuk berwaspada dalam

menjalankan pola hidup. Usia muda tidak menjamin kita untuk

terhindar dari serangan stroke jika tidak dibarengi dengan pola hidup

yang sehat. Seseorang yang mengkonsumsi banyak gula dalam

minuman dan makanan cepat saji memiliki resiko terserang stroke

pada usia yang relatif tidak terlalu tua.

1.3.2 Penyebab Stroke

Menurut dr. Abdul Ghofir, S.p.S, munculnya serangan stroke

dipicu oleh besarnya faktor risiko penyakit pendukung lainnya seperti

penyakit jantung, saraf, diabetes melitus, darah tinggi, dislipidemia,

obesitas dan usia yang sudah relatif tua, yang mana menyebabkan

fungsi motorik, sensorik, saraf kranialis, dan fungsi kognitif lainnya

menjadi lemah. Selain itu, gaya hidup yang kurang sehat juga menjadi

faktor yang mempercepat datangnya serangan penyakit stroke,

seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Konsumsi makanan

berkolesterol tinggi, dll. Selain itu, jenis kelamin dan ras juga menjadi

salah satu faktor penentu timbulnya serangan penyakit stroke. Angka

kejadian penyakit stroke lebih banyak dialami oleh wanita daripada

laki-laki dikarenakan perbedaan profil faktor resiko vaskular dan

18

substipe dari stroke. Hal itu disebabkan karena wanita memiliki

kecacatan stroke yang lebih berat dibandingkan dengan laki-laki.

Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya serangan stroke:

1. Hipertensi

Orang yang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) memiliki

peluang yang lebih besar untuk terkena stroke. Bahkan, hipertensi

merupakan penyebab terbesar dari serangan penyakit stroke.

Hipertensi mampu meningkatkan risiko terkena stroke 2-4 kali lipat,

dan tidak tergantung pada faktor risiko yang lainnya. Alasannya

adalah karena dalam kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran

darah dalam tubuh, dimana diameter pembuluh darah akan

mengecil, sehingga intensitas darah yang mengalir ke otak akan

berkurang. Dengan berkurangnya intensitas aliran darah otak (ADO),

maka otak akan mengalami kekurangan suplai oksigen dan glukosa

atau disebut dengan hipoksia. Karena suplai darah yang berkurang

secara terus-menerus, sehingga lama-kelamaan jaringan otak akan

mengalami kematian. Seseorang disebut mengalami hipertensi

apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg atau lebih

tinggi dari 135/85 mmHg.

19

2. Diabetes Melitus

Penderita Diabetes Melitus atau penyait kencing manis juga

memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini disebabkan karena

pembuluh darah penderita diabetes yang umumnya menjadi lebih

kaku atau kehilangan kelenturan. Adanya peningkatan ataupun

penurunan kadar glukosa darah yang terjadi secara tiba-tiba juga

dapat menyebabkan kematian pada jaringan otak. Seseorang

dianggap memiliki penyakit diabetes mellitus apabila kadar glukosa

plasma darahnya lebih tinggi dari 126 mg% dan diperiksa pada dua

waktu yang berbeda.

3. Merokok

Berdasakan hasil penelitian, didapatkan bahwa orang yang

merokok memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi daripada

orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat

mempermudah terjadinya penebalan pada pembuluh darah,

sehingga pembuluh darah menyempit dan kaku, dengan demikian hal

tersebut dapat menyebabkan gangguan pada aliran darah. Merokok

dapat meningkatkan risiko stroke sebesar 1,5 kali lipat setelah faktor

risiko lainnya dikendalikan. Asap rokok juga dapat meningkatkan

terjadinya aterosklerosis terutama pada arteri karotis. Pada pasien

yang merokok, kerusakan organ yang diakibatkan oleh stroke jauh

lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada sistem

20

pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi

lemah, sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah lagi

pada otak sebagai akibat apabila terjadi serangan stroke tahap kedua

4. Kurang Olahraga/Aktifitas Fisik

Kurangya aktivitas fisik sesorang merupakan salah satu faktor

risiko yang menyebabkan terjadinya stroke dan penyakit jantung.

Olahraga rutin rata-rata 30 menit/hari dapat menurunkan risiko

terjadinya serangan stroke. Olahraga juga dapat mengendalikan

beberapa masalah kesehatan lainnya, seperti obesitas, diabetes

melitus, meningkatkan kadar kolesterol HDL, dan pada sekelompok

individu dapat menurunkan tekanan darah. Hubungan antara

aktivitas fisik dan stroke telah diteliti secara terus-menerus dan

dilaporkan sejak 38 tahun silam. hal-hal yang mempunyai kaitan

dengan faktor risiko stroke lain, yaitu merokok dan minum alkohol

secara berlebihan.

5. Obesitas (kegemukan)

Obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya stroke. Obesitas memberi risiko stroke 2 kali lipat. Hal

tersebut disebabkan karena Obesitas memberi beban yang lebih

berat kepada jantung, selain itu obesitas juga merupakan predisposisi

untuk meningkatnya kadar kolesterol total, trigliserid, hipertensi,

menurunnya kadar kolesterol HDL, dan diabetes mellitus. Obesitas

21

bisa dikontrol dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur

dengan disiplin yang tinggi. Namun, ada juga obesitas yang didasari

oleh faktor genetik, sehingga dengan usaha apa pun berat badan sulit

untuk diturunkan secara drastis.

1.3.3 Upaya Rehabilitasi Pasien Stroke

Perawatan terhadap penderita stroke memiliki dua tujuan

utama, yang pertama adalah untuk meminimalkan cedera pada

jaringan otak dan yang kedua adalah untuk mengobati komplikasi

yang dapat terjadi pada pasien pasca stroke, baik kerusakan syaraf

maupun kerusakan fisik. Pasien pendrita stroke membutuhkan upaya

rehabilitasi agar ke depannya mereka mampu mandiri untuk

beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus terus-menerus

menjadi beban bagi keluarganya.

Upaya rehabilitasi atau pemulihan bagi pasien yang pernah

menderita serangan stroke, sebenarnya tidak harus selalu dilakukan

di fasilitas rehabilitasi rumah sakit. Secara umum tahap rehabilitasi

pasca stroke dapat ditangani dengan tahapan rehabilitasi sederhana

yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun keluarga

pasien, karena hal tahapan rehabilitasi sebenarnya tidak

membutuhkan peralatan yang canggih. Upaya rehabilitasi tersebut

bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi karena

kelumpuhan, yang dapat membawa dampak buruk bagi kondisi

22

pasien stroke. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk

mengembalikan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Dengan upaya ini diharapkan pasien stroke dapat

menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Rehabilitasi pada pasien penderita stroke akan memberikan

hasil yang maksimal jika dilakukan dalam 3 bulan pertama pasca

stroke. Meskipun perkembangan pemulihan yang optimal bisa

didapatkan dalam jangka waktu 3 bulan pertama, namun proses

pemulihan perlu terus dikalukan seumur hidup untuk

mengembalikan kemandirian pasien secara optimal. Oleh karena itu,

sangatlah penting untuk memulai melakukan rehabilitasi sedini

mungkin dan dilakukan secara berkesinambungan.

Salah satu prinsip umum dalam melakukan upaya rehabilitasi

pada pasien stroke adalah dengan memperbanyak gerakan pada

bagian tubuh yang mengalami sakit maupun tidak. Hal tersebut

merupakan terapi yang sangat baik. Karena gerakan dapat

meningkatkan proses pembentukan sirkuit saraf di dalam otak. Salah

satu contoh gerakan yang perlu dilakukan antara lain adalah gerakan

meraih, memegang dan mengangkat gelas ke mulut. Bila bagian

tubuh yang terkena stroke masih terlalu lemah, maka perlu diberikan

bantuan tenaga secukupnya, namun pasien stroke masih tetap

menggunakan ototnya secara aktif. Gerakan ini dapat dilakukan pada

23

posisi duduk maupun berdiri. Waktu latihan dapat berkisar antara 45-

60 menit, dengan melakukan pengulangan sesering mungkin. Latihan

mencapai lingkup gerak penuh pada semua persendian disertai

latihan regangan otot sedikitnya 2 kali per hari diperlukan. Upayakan

lengan selalu dalam posisi terbuka saat sedang tidak melakukan

latihan.

1.3.4 Enam Terapi Dasar Pemulihan Pasca Stroke

Pasien yang telah sembuh dari stroke Sangat dianjurkan untuk

sedini mungkin memulai langkah-langkah dalam rangka rehabilitasi.

Bahkan pada penderita stroke yang mengalami koma sekalipun,

dapat dibantu memulai gerakan-gerakan latihan secara pasif (dengan

bantuan orang lain) jika kondisi penderita sudah mulai stabil. Saat

penderita telah sadar, maka selanjutnya dapat dilanjutkan dengan

latihan aktif yang dilakukan oleh penderita itu sendiri. Rehabilitasi

pasca stroke dapat dimulai saat penderita masih dalam proses

perawatan oleh dokter di rumah sakit, sehingga tidak perlu

menunggu sampai penderita pulang ke rumah.

Adapun 6 terapi dasar pasca stroke adalah sebagai berikut:

1. Terapi Fisik

6 bulan pertama setelah stroke merupakan gold period (masa

keemasan/masa terbaik) untuk melakukan proses rehabilitasi pasca

24

stroke. Oleh karena itu, tidak ada lagi alasan untuk menunda-nunda

memulai latihan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan

melakukan latihan fisik, antara lain adalah membantu meningkatkan

penggunaan ekstremitas/anggota gerak tubuh, memperkuat otot

yang lemah setelah stroke, mengaktifkan kembali fungsi tubuh yang

mengalami kelumpuhan, mandiri dan tidak bergantung pada orang

lain, meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah terjadinya

depresi.

Latihan fisik yang akan dilakukan oleh seorang yang pernah

menderita stroke haruslah mengikuti beberapa aturan dasar supaya

hasilnya dapat optimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika

melakukan latihan fisik antara lain; menitikberatkan pada latihan

kekuatan, koordinasi, keseimbangan dan kestabilan, memulai latihan

dengan pemanasan terlebih dahulu agar otot dan sendi tidak menjadi

kaku, tidak memaksakan kemampuan diri sampai titik yang tidak

dikuasai, memakai alat bantu terlebih dahulu dan secara perlahan

mencoba untuk melepas alat bantu tersebut.

Latihan fisik secara bertahap ini dapat dimulai ketika penderita

stroke masih terbaring di tempat tidur, namun dengan kondisi yang

sudah dinyatakan stabil oleh dokter. Diawali dengan gerakan

berbaring miring dengan dibantu orang lain (keluarga, perawat,

maupun ahli fisioterapi) dari posisi lurus kemudian menekuk. Apabila

25

sudah memungkinkan, maka latihlah penderita untuk duduk secara

mandiri, tentunya dengan dibantu terlebih dahulu kemudian lama

kelamaan dapat dilakukan secara mandiri.

Di sela-sela istirahat, pasien dapat melakukan latihan pada jari-

jari tangan, seperti menekuk jari, menjepit dan memegang sesuatu.

Semakin sering melakukan latihan maka hasil yang didapatkan akan

semakin optimal. Usahakanlah untuk memaksimalkan peran aktif dari

pasien, sedangkan peran keluarga/perawat/ahli fisioterapis hanya

membantu dan memberikan dukungan.

2. Terapi Okupasi

Terapi okupasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

rawat mandiri bagi pasien dan mengupayakan pasien mampu

melakukan aktivitas harian dengan mandiri. Tahap ini dapat dimulai

apabila pasien sudah dapat melakukan beberapa gerakan aktif,

seperti berjalan perlahan (meski masih memakai alat bantu),

memegang, dan sebagainya. Dengan dukungan dan kasih sayang

keluarga, maka pasien stroke akan mampu menjalankan aktivitas

hariannya dengan baik meski dengan segala keterbatasan. Dengan

demikian terapi okupasi ini sangatlah penting untuk diberikan kepada

pasien selama masih dalam proses penyembuhan.

26

3. Terapi Wicara

Terapi wicara pada umumnya melibatkan ahli atau terapis

wicara. Namun demikian, dukungan keluarga juga tetap memegang

peranan penting. Misalnya dengan tetap melakukan komunikasi

dengan berbicara, walaupun pasien masih belum mampu

meresponnya. Berikan himbauan kepada seluruh penghuni rumah

untuk menghargai penderita dan menginformasikan apapun yang

akan dikerjakan, misalnya meminta izin ketika akan menggantikan

seprei, memakaikan baju, dan lain-lain.

4. Terapi Psikologis

Terapi psikologis dilakukan untuk mengurangi tekanan/stress

pada psikologis pasien karena memikirkan kondisi kesehatannya.

Dibutuhkan suasana yang hangat dalam keluarga supaya pasien

bahagia dan merasa diperhatikan. Ketika berbicara, hendaknya kita

mendekat pada mereka, tidak dengan berteriak atau bersuara keras.

Jangan sesekali membentak mereka, karena hal tersebut akan sangat

melukai hati pasien dan menurunkan kondisi psikologisnya.

5. Terapi Hobi

Terapi hobi merupakan salah satu penunjang dalam

keberhasilan pemulihan pasien stroke. Dukung dan temani mereka

untuk melakukan hobinya, misalnya seperti membaca, menyulam,

atau memasak. Dengan demikian, pasien akan terhindar dari stress

27

dan dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat

dan menyenangkan. Selama hobi tersebut tidak membahayakan,

maka berikanlah dukungan dan bantuan, karena pada dasarnya

kemampuan fisik pasien pasca stroke akan berkurang.

6. Terapi Spiritual

Kebutuhan spiritual seseorang yang telah mengalami stroke

sangatlah penting untuk manjadi perhatian. Ingatkan mereka untuk

mengerjakan shalat/ibadah meski tidak dengan posisi orang normal

(jika tidak mampu berdiri) dan ajak mereka untuk mengikuti

kajian/pengajian jika kondisinya memungkinkan. Apabila kita hendak

mengingatkan atau menyampaikan nasihat, hendaklah dengan cara

yang sopan dan halus. Jangan sampai penderita berputus asa dengan

kondisi kesehatannya. Berikan selalu semangat dan ingatkan agar

selalu bersabar supaya mendapatkan pahala dari Allah. Sampaikanlah

bahwa kondisi sakit yang dialaminya dapat menghapuskan dosa-

dosanya selama ia menerima takdir dengan sabar.

Selain dengan cara tersebut kita juga dapat membawa pasien

pasca stroke kepada ustadz/pemuka agama untuk diberikan nasihat

agar selalu bersabar dan tabah, sehingga kondisi spiritual pasien

lama-kelamaan akan semakin membaik.

28

1.3.5 Terapi Jari untuk Pemulihan Pasca Stroke

Salah satu dari sekian banyak terapi yang dapat dilakukan

untuk para penderita stroke di rumah adalah dengan melakukan

gerakan terapi berupa terapi pada jari-jari tangan. Adapun terapi jari-

jari tangan dapat dilakukan dengan melakukan gerakan-gerakan

ringan menggunakan jari-jari tangan seperti:

1. Meluruskan semua jari sehingga semua jari dalam keadaan

lurus sempurna atau membentuk isyarat angka 5 seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 1.3

Gambar 1.3 Meluruskan Semua Jari atau Isyarat Anka 5

2. Menggenggam penuh semua jari tangan sehingga semua jari

dalam posisi terlipat seperti yang ditunjukkan pada Gambar

1.4

29

Gambar 1.4 Menggenggam Penuh Semua Jari

3. Menekuk jari tengah, jari manis, kelingking dan jempol

sehingga membentuk isyarat angka 1, kemudian mengganti

tekukan jari sehingga membentuk beberapa isyarat angka

2,3,4,5,6,7,8,9 dan 10 seperti yang ditunjukkan pada Gambar

1.5

Gambar 1.5 Macam-macam Isyarat Angka Menggunakan Jari

tangan

30

4. Serta beberapa gerakan terapi jari lainnya dapat dilakukan di

rumah penderita stroke dengan dibantu keluarga. Beberapa

gerakan lainnya dapat dilihat pada Gambar 1.6

Gambar 1.6 Terapi Jari

Beberapa contoh di atas merupakan latihan tangan dan jari-jari

untuk pasien stroke yang dapat dilakukan di rumah. Untuk itu

dampingan seorang fisioterapis sangat penting agar meminimalisir

pembelajaran fungsi dan gerak yang salah. Semua terapi harus

dengan catatan hindari stretching dan rasa sakit agar otot-otot tidak

cepat memendek.

31

BAB 2: Sensor untuk Proyek

Instrumentasi Medis

32

BAB 2: Sensor untuk Instrumentasi Medis

Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai sensor-

sensor yang digunakan untuk membuat project instrumentasi medis

yang dibahas pada buku ini.

2.1 Sensor Detak Jantung

HeartRate Sensor adalah perangkat medis yang berfungsi

untuk mendeteksi/membaca denyut jantung manusia. Rangkaian

dasar dari sensor ini terdiri dari phototransistor dan LED. Sensor ini

bekerja berdasarkan prinsip dasar pantulan sinar LED, kemudian Kulit

menjadi permukaan reflektif untuk sinar LED, kepadatan darah pada

kulit akan mempengaruhi reflektifitas sinar LED. Aksi pemompaan

jantung mengakibatkan kepadatan darah meningkat, sehingga Pada

saat jantung memompa darah, darah akan mengalir melalui

pembuluh arteri dari bagian yang besar hingga ke bagian yang kecil

seperti pada ujung jari. Volume darah pada ujung jari akan

bertambah, sehingga intensitas cahaya yang mengenai

phototransistor akan kecil karena terhalang oleh darah, begitu pula

sebaliknya. Output sinyal dari phototransistor kemudian akan

dikuatkan oleh rangkaian Op-Amp (penguat sinyal) sehingga dapat

dibaca oleh fasilitas ADC pada mikrokontroler. Gambar 2.1

menunjukkan bentuk fisik dari sensor HeartRate.

33

Gambar 2.1 HeartRate sensor atau sensor detak jantung

2.1.1 Cara Kerja Sensor Heart Rate

Cara kerja dari sensor HeartRate yaitu dengan cara sensor

diletakkan di salah satu ujung jari tangan, dimana cahaya LED yang

menembus jari diterima oleh rangkaian penerima atau receiver.

Rangkaian receiver ini terdiri dari resistor sebagai pembatas arus dah

photodiode. Selain receiver adapun juga rangkaian transmitter yang

terdiri dari resistor sebagai pembatas arus dan LED infrared,

kemudian diteruskan dalam rangkaian penguat mikrokontroler

Arduino untuk diproses dalam program.

34

2.1.2 Gelombang Elektrokardiogram

EKG merupakan rekaman aktivitas listrik dari jantung. Dimana

aktivitas listrik atrium digambarkan oleh gelombang P dan aktivitas

listrik ventrikel digambarkan oleh gelombang Q, R, S dan T. Gambar

2.2. menunjukkan gambaran dari gelombang PQRST jantung.

Gambar 2.2 Gelombang Sinyal EKG

35

Pada dasarnya terdapat 5 syarat dasar yang harus dimiliki oleh

sebuah gelombang EKG yang normal, antara lain:

a. Gelombang P. Gelombang ini pada umumnya berukuran kecil dan

merupakan hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri. Kelainan pada

atrium akan menyebabkan kelainan bentuk pada gelombang ini.

Gelombang ini diukur dari permulaan gelombang P sampai

permulaan gelombang QRS.

b. Segmen PR. Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang

menghubungkan gelombang P dan gelombang QRS. Bagian ini

menggambarkan aktivitas listrik dari atrium ke ventrikel.

c. Gelombang Kompleks QRS. Gelombang kompleks QRS adalah

satu kelompok gelombang yang merupakan hasil depolarisasi

ventrikel kanan dan kiri.

d. Gelombang ST. Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang

menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T.

e. Gelombang T. Gelombang ini merupakan potensial repolarisasi

ventrikel kanan dan kiri.

Selain itu, sinyal EKG juga memiliki parameter dari setiap gelombang.

Parameter EKG dapat dilihat pada Tabel 2.1.

36

Tabel 2.1 Parameter EKG

Gelombang EKG Amplitudo EKG Interval Durasi

P < 0,3 mV P – R 0,12 – 0,20

detik

R 1,6 – 3 mV Q – T 0,35 – 0,44

detik

Q 25% dari R S – T 0,05 – 0,15

detik

T 0,1 – 0,5 mV Q – R – S 0,06 – 0,10

detik

(Sumber: Suryana & Aziz, 2017)

Berdasarkan interval antara R–R kita dapat mengetahui periode

detak jantung yang dapat dikonversikan menjadi satuan Heart Rate

(HR). Pada dasarnya interval R–R relatif konstan dari detak ke detak.

Perubahan pada interval R–R ini menandakan adanya kecepatan

detak jantung yang tak wajar. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan

beberapa faktor diantaranya; kondisi kesehatan, tingkat aktivitas,

suhu udara, dan emosi seseorang. Faktor-faktor tersebut sangat

mempengaruhi kinerja jantung.

2.2 Sensor Photodioda

Photodioda adalah salah satu komponen elektronika yang

berasal dari keluarga dioda yang memiliki fungsi sebagai pendeteksi

37

cahaya. Meskipun merupakan jenis dioda, tetapi prinsip kerjanya

merupakan kebalikan dari dioda pada umumnya. Photodioda akan

mengubah cahaya menjadi arus listrik. Komponen elektronika ini

mampu mendeteksi berbagai jenis cahaya, mulai dari cahaya infra

merah, cahaya tampak, sinar ultra violet sampai dengan Sinar-X.

Photodioda dapat digunakan untuk banyak aplikasi mulai dari

penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis, pengukur

cahaya pada kamera serta beberapa aplikasi pada peralatan di bidang

medis. Simbol photodioda dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Simbol Photodioda

Photodioda merupakan sensor cahaya yang dapat mengalirkan

arus listrik satu arah (DC) dari satu sisi ke sisi lainnya, ketika

Photodioda menyerap cahaya. Semakin banyak cahaya yang diserap,

maka semakin banyak pula arus yang dapat mengalir. Photodioda

juga biasa digunakan untuk mendeteksi pulsa cahaya dalam serat

optik yang sangat sensitif terhadap pergerakan cahaya. prinsip kerja

38

photodioda pada dasarnya merupakan kebalikan dari prinsip kerja

LED. Bentuk fisik photodioda dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Bentuk fisik photodioda

2.3 Sensor Flex

Sensor flex adalah sensor yang berfungsi untuk mendeteksi

suatu kelengkungan atau tekukan jari-jari tangan. Prinsip kerjanya

sama dengan potensiometer. Untuk menggunakan sensor flex, kita

membutuhkan bantuan arduino nano yang digunakan sebagai

mikrokontroler untuk membaca data ADC berupa tegangan yang

dikeluarkan dari suatu flex sensor. Sensor flex dapat di aplikasikan

pada beberapa perangkat, biasanya digunakan untuk kendali robot,

sebagai pembaca isarat tangan digital, serta sebagai pembaca

gerakan jari-jari tangan yang diterapkan pada penelitian ini.

39

Gambar 2.5 merupakan wujud fisik dari sensor flex yang sering

digunakan.

Gambar 2.5 bentuk fisik sensor Flex

Sensor flex yang kita gunakan dalam proyek ini adalah sensor

flex berukuran 4,5 inci. Arduino nano digunakan sebagai prosesor

dari sistem yang dirancang, pin yang dimanfaatkan untuk pembacaan

sensor yaitu analog pin dari pin 0 sampai 4 (A0-A4). Gambar 2.6

merupakan rangakain skematik dari sensor flex yang dipasangkan ke

arduino nano.

Gambar 2.6 Skematik Pemasangan Sensor Flex

40

Adapun prinsi kerja dari sensor flex dapat dilihat seperti yang

dijelaskan pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Gambar 2.7 Prinsip Kerja Sensor Flex

Prinsip kerja dasar dari sensor flex adalah ketika sensor flex

tidak ditekuk (dalam kondisi lurus) maka partikel di dalam sensor

saling berdekatan, sehingga nilai hambatan akan menjadi kecil yaitu

berkisar 30 KOhm. Sedangkan ketika sensor ditekuk maka partikel di

dalam sensor akan saling berjauhan sehingga mengakibatkan

membesarnya nilai hambatan, yaitu 50 KOhm.

41

- Rangkaian Sensor Flex

Sensor flex atau disebut juga sensor kelenturan berfungsi

untuk membaca fleksibilitas dan lekukan dari sensor tersebut. Output

dari sensor tersebut berupa tegangan analog yang dapat langsung

dihubungkan dan di baca oleh mikrokontroler melalui fasilitas ADC.

Rangkaian dasar sensor flex dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Rangkaian Sensor Flex

42

43

Bab 3: Pengenalan Arduino

44

Bab 3: Pengenalan Arduino

Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai platform

Arduino baik terkait hardware maupun software.

3.1 Apa itu Arduino?

Arduino adalah sebuah platform open source berbasis

mikrokontroller yang banyak digunakan untuk membuat berbagai

macam proyek elektronika. Arduino dibagi menjadi 2 bagian utama

yaitu sebuah papan sirkuit fisik (atau bisa disebut board

mikrokontroler) dan sebuah perangkat lunak/software berupa IDE

(Integrated Development Environment) yang dapat dijalankan pada

perangkat komputer/laptop. Perangkat lunak ini digunakan untuk

membuat dan meng-upload kode program dari komputer ke board

Arduino.

Arduino memiliki banyak varian atau jenis board yang dapat

kita gunakan untuk pembuatan proyek tergantung dari kebutuhan

port input/output dan kecepatan/speed clock yang kita butuhkan

untuk proyek yang ingin kita rancang. Pada Bab ini ulasan singkat

tentang arduino akan diuraikan.

3.2 Jenis-jenis board Arduino

Seperti yang dikatakan pada sub-bab sebelumnya bahwa

arduino memiliki banyak sekali varian board, yang mana setiap varian

45

memiliki fitur dan fungsi yang berbeda-beda, namun dengan metode

pemerograman yang sama. Berikut adalah beberapa varian board

dari keluarga Arduino:

1. Arduino Uno

2. Arduino Duemilanove

3. Arduno Leonardo

4. Arduino Mega2560

5. Arduino Intel Galile

6. Arduino Pro Micro AT

7. Arduino Nano R3

8. Arduino mini Atmega

9. Arduino Mega ADK

10.Arduino Esplora

Untuk detail dari jenis-jenis board Arduino yang telah

disebutkan dapat di lihat pada halaman web resmi Arduino yaitu:

www.arduino.cc

46

3.3 Arduino IDE

Sesuai dengan topik yang dibahas dalam buku ini software

utama yang akan kita gunakan adalah Arduino IDE. Arduino IDE

merupakan komponen utama yang tidak dipisahkan dengan

perangkat keras Arduino, arduino IDE menggunakan basis bahasa

C++. Arduino IDE terdiri dari beberapa bagian utama antara lain':

1. Editor program, adalah sebuah jendela yang memungkinkan

pengguna untuk menulis dan mengedit kode program dalam

bahasa C++.

2. Compiler, adalah sebuah modul yang mengubah kode

program yang ditulis dengan Bahasa C++ menjadi kode biner.

Karena pada dasarnya sebuah mikrokontroler tidak bisa

memahami bahasa C++, namun mikrokontroler hanya dapat

memahami kode biner saja Itulah sebabnya modul compiler

diperlukan dalam hal ini.

3. Uploader, adalah sebuah modul yang digunakan untuk

memuat kode biner yang telah di compile dari komputer ke

dalam memori Arduino.

Kode program Arduino pada umumnya disebut dengan istilah

sketch. Kata “sketch” digunakan secara bergantian dengan “kode

program” dimana pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki arti

yang sama.

47

Tampilan dari Arduino IDE dengan sebuah sketch editor dapat

kita lihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1. Tampilan Arduino IDE

3.4 Menginstall Sofware Arduino pada PC

Software Arduino IDE dapat diunduh secara gratis disitus

www.arduino.cc untuk memudahkan pengguna, adapun prosedur

menginstal program tersebut seperti berikut:

1. Setelah berhasil mengunduh file installer, Klik ganda pada

sofware arduino IDE untuk segera memulai proses instalasi.

2. Setelah file installer dijalankan, akan muncul jendela “License

Agreement”. Klik saja tombol “I Agree” di sajikan pada

Gambar 3.2

48

Gambar 3.2 Proses instal sofware Arduino

3. Berikut akan diminta memasukkan folder instalasi Arduino.

Biarkan default di C:\Program Files\Arduino, tetapi bisa

diganti dengan folder yang lain disajikan pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Defoult folder instalasi

49

4. Setelah itu akan muncul jendela “Setup Installation Option”,

sebaiknya centang semua opsinya disajikan pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 Pemilihan komponen untuk di instal

5. Selanjutnya proses instalasi akan dimulai dan menunggu agar

proses instalasinya selesai disajikan pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Proses Instalasi sofware Arduino

50

6. Di tengah proses instalasi, jika komputer yang digunakan

belum terinstal driver USB, maka akan muncul jendela

“security Warning” sebagai berikut pilih saja tombol ‘Instal’

yang disajikan pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Proses instal USB driver

7. Tunggu sampai proses instalasi ‘Completed’ yang disajikan

pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Proses instalasi completed

51

8. Pada tahap ini sofware IDE Arduino sudah terinstal, coba cek

di start Menu Windows dan seharusnya akan muncul ikon

Arduino, kemudian jalankan aplikasi tersebut sehingga akan

menampilkan aplikasi yang disajikan pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 Tampilan awal aplikasi Arduino

9. Beberapa detik kemudian, jendela IDE Arduino akan muncul

jendela untuk tempat pemrograman yang disajikan pada

Gambar 3.9

52

Gambar 3.9 Jendela utama papan pemrograman

53

Bab 4: Pengenalan Processing

54

Bab 4: Pengenalan Processing

Gambar 4.1 Icon Processing IDE

Processing adalah pustaka grafis open-source berbasis

Integrated development and environment (IDE) yang dibuat untuk

keperluan seni elektronik (membuat visualisasi grafis), seni media

baru, dan komunitas desain visual dengan tujuan untuk mengajar

orang awam atau non-programmer dasar-dasar pemrograman

komputer dalam konteks visual.

Processing menggunakan bahasa Java, dengan

penyederhanaan tambahan seperti kelas tambahan dan fungsi dan

operasi matematika. Selain itu, Processing juga memiliki antarmuka

pengguna grafis untuk menyeder-hanakan tahap kompilasi dan

eksekusi. Bahasa dan IDE Processing adalah pendahulu untuk proyek-

proyek lain termasuk Arduino, Wiring dan p5.js.

55

4.1 Sejarah

Proyek Processing dimulai pada tahun 2001 oleh Casey Reas

dan Ben Fry, dimana keduanya berasal dari Aesthetics and

Computation Group di MIT Media Lab. Pada 2012, mereka memulai

Yayasan Processing bersama Daniel Shiffman, yang kemudian

bergabung sebagai pemimpin proyek ketiga. Johanna Hedva

bergabung dengan Yayasan pada tahun 2014 sebagai Direktur

Advokasi.

Awalnya, Processing memiliki URL di proce55ing.net, karena

domain Processing diambil. Akhirnya Reas dan Fry memperoleh

domain processing.org. Meskipun nama itu memiliki kombinasi huruf

dan angka, itu masih diucapkan Processing. Mereka tidak suka

lingkungan yang disebut sebagai Proce55ing. Meskipun perubahan

nama domain, Processing masih menggunakan istilah p5 kadang-

kadang sebagai nama singkat (p5 khusus digunakan, bukan p55),

misalnya p5.js adalah referensi untuk itu.

4.2 Fitur

Processing termasuk buku sketsa, alternatif IDE untuk

mengatur proyek. Setiap sketsa Processing sebenarnya adalah

subkelas dari kelas Java PApplet (sebelumnya merupakan subkelas

56

dari Applet bawaan Java) yang mengimplementasikan sebagian besar

fitur bahasa Processing.

Saat memprogram dalam Processing, semua kelas tambahan

yang ditentukan akan diperlakukan sebagai kelas dalam ketika kode

diterjemahkan ke dalam Java murni sebelum dikompilasi. Ini berarti

bahwa penggunaan variabel statis dan metode di kelas dilarang

kecuali Processing secara eksplisit diberitahu untuk kode dalam mode

Java murni.

Processing juga memungkinkan bagi pengguna untuk membuat

kelas mereka sendiri dalam sketsa PApplet. Hal ini memungkinkan

untuk tipe data kompleks yang dapat menyertakan sejumlah

argumen dan menghindari batasan hanya menggunakan tipe data

standar seperti: int (integer), char (karakter), float (angka nyata), dan

warna (RGB, RGBA, hex).

4.3 Contoh Pemerograman

Versi paling sederhana yang mungkin dari program "Hello

World" dalam Processing adalah:

//This prints "Hello World." to the IDE console.

println("Hello World.");

57

Namun, karena sifat Processing yang lebih berorientasi visual, kode

berikut adalah contoh yang lebih baik dari tampilan dan nuansa

bahasa.

//Hello mouse.

void setup() { size(400, 400);

stroke(255);

background(192, 64, 0); }

void draw() {

line(150, 25, mouseX, mouseY);

}

58

Gambar 4.2 Tampilan utama software processing

Gambar 4.2 merupakan tampilan awal software processing ada

beberapa menu yang perlu diketahui fungsinya.

a. Run digunakan untuk mengeksekusi sketch pada software

processing

b. Stop Menghentikan sketch yang sedang dijalankan

c. Toolbar adalah bagian dimana tombol-tombol kontrol

ditempatkan.

59

d. Tabs adalah tempat dimana file yang terdiri dari banyak

sketch ditempatkan.

e. Area Text Editor adalah tempat untuk menuliskan program.

f. Message Area merupakan tempat dimana berbagai pesan

dari processing dikeluarkan, misalnya terjadi error ataupun

kesalahan dalam format memasukan program.

g. Text Area merupakan area tempat ditampilkannya output-

output program, misalnya dalam menam-pilkan hasil

perhitungan, data berupa numerik dan string, serta data

komunikasi secara serial.

60

Bab 5: Mengkoneksikan Arduino

dengan Processing

61

Bab 5: Mengkoneksikan Arduino dengan Processing

Pada bab sebelumnya telah dibahas terkait pengenalan

Arduino dan processing secara singkat, namun pada proyek yang

dibahas dalam buku ini, salah satu hal terpenting yang perlu kita

ketahui adalah bagaimana cara untuk mengkoneksikan kedua

platform tersebut sehingga proyek yang dikerjakan dapat berjalan

dengan baik. Pada bab ini kita akan membahas bagaimana cara

mengkoneksikan Arduino dengan Processing.

Pada bab ini kita akan belajar:

Cara mengirim data dari Arduino ke Processing melalui port

serial

Cara menerima data dari Arduino di Processing

Cara mengirim data dari Processing ke Arduino

Cara menerima data dari Processing di Arduino

5.1 Cara mengirim data dari Arduino ke Processing melalui port

serial

Mari kita mulai dengan sisi Arduino. Kami akan menunjukkan

kepada Anda dasar-dasar cara mengatur sketsa Arduino Anda untuk

mengirim informasi melalui serial.

62

Pada titik ini Anda harus sudah menginstal perangkat lunak

Arduino, board Arduino, dan kabel. Setelah itu adalah tahap menulis

kode program. Jangan khawatir ini cukup mudah untuk dilakukan!

Buka perangkat lunak Arduino. Akan muncul tampilan aplikasi

seperti pada gambar 5.1

Gambar 5.1 Tampilan awal software Arduino

63

Ruang putih besar yang bagus adalah tempat kita akan menulis

kode. Klik di area putih dan ketikkan kode program berikut:

void setup()

{

Serial.begin(9600);

}

Ini disebut metode pengaturan kita. Di situlah kita bisa

'mengatur' program yang kita ingin buat. Di sini, kita

menggunakannya untuk memulai komunikasi serial dari Arduino ke

komputer pada baud rate 9600. Untuk saat ini, yang Anda butuhkan

sekarang tentang baud rate adalah bahwa pada dasarnya itu adalah

tingkat di mana kita mengirimkan data ke komputer, dan jika kita

mengirim dan menerima data pada tingkat yang berbeda, semuanya

akan berjalan dengan baik.

Setelah metode setup (), kita membutuhkan metode yang

disebut loop (), dimana bagian ini akan berulang-ulang selama

program berjalan. Untuk contoh pertama, kita hanya akan mengirim

string 'Hello, world!' melalui port serial, berulang-ulang. Ketikkan

kode program beriku ini di sketch Arduino Anda:

void loop()

{

Serial.println("Hello, world!");

delay(100);

}

64

Gambar 5.2 tampilan sketch untuk mengirim data dari Arduino ke

Processing

Hanya itu yang kita butuhkan dari sisi Arduino untuk contoh

pertama yang kita buat. Kita sedang menyiapkan komunikasi serial

dari Arduino dan akan mengirim data setiap 100 milidetik. sketch

Arduino Anda sekarang akan terlihat seperti gambar 5.2

65

Kemudia yang perlu dilakukan hanyalah menyam-bungkan

board Arduino Anda, pilih jenis board Anda (di bawah tools -> Board

Type) dan port Serial Anda (di bawah Tools -> Serial Port) dan tekan

tombol 'upload' untuk memuat kode program Anda ke board

Arduino.

Selanjutnya kita siap untuk melihat apakah kita dapat secara

ajaib atau melalui kode mendeteksi string ‘hello, world!’ yang kami

kirim ke Processing.

5.2 Cara menerima data dari Arduino di Processing

Tugas kita sekarang adalah menemukan cara untuk

mendapatkan data yang dikirim dari sketch Arduino yang telah kita

buat. Untungnya, Processing hadir dengan pustaka (library) Serial

yang dirancang untuk hal semacam ini! Jika Anda tidak memiliki versi

Processing, pastikan Anda pergi ke Processing.org dan unduh versi

terbarunya untuk sistem operasi Anda. Setelah Processing diinstal,

kemudia buka. Anda akan melihat tampilan seperti pada gambar 5.3

66

Gambar 5.3 tampilan awal Processing IDE

Tampak sangat mirip Arduino, ya? Perangkat lunak Arduino

sebenarnya didasarkan pada bagian dari Processing - itulah

keindahan proyek dengan sumber terbuka (open source). Setelah kita

membuat Sketch terbuka, langkah pertama yang perlu kita lakukan

67

adalah mengimpor library Serial. Pergi ke Sketch-> Import Library->

Serial, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.4

Gambar 5.3 cara import library pada Processing

Anda seharusnya sekarang melihat baris seperti import

processing.serial. *; di bagian atas sketsa Anda. Di bawah pernyataan

impor, kita perlu mendeklarasikan beberapa variabel global. Semua

ini berarti bahwa variabel-variabel ini dapat digunakan di mana saja

dalam sketch yang kita buat. Tambahkan dua baris ini di bawah

pernyataan impor:

68

Serial myPort;

String val;

Untuk medapatkan data dari komunikasi serial, kita harus

mendapatkan objek Serial (kita dapat menyebutnya myPort; tetapi

Anda juga dapat menamainya sesuka Anda), yang memungkinkan

kita medapatkan data pada port serial di komputer untuk setiap data

yang masuk. Kita juga membutuhkan variabel untuk menerima data

aktual yang masuk. Dalam hal ini, karena kita mengirim jenis data

String (urutan karakter 'Hello, World!') Dari Arduino, kita juga ingin

menerima String dalam processing. Sama seperti Arduino memiliki

setup () dan loop (), Processing memiliki setup () dan draw () (bukan

loop).

Untuk metode setup () dalam Processing, kita akan

menemukan port serial yang terhubung dengan Arduino dan kita

dapat mengatur objek Serial untuk medapatkan data dari port itu.

void setup()

{

myPort = new Serial(this, portName, 9600);

}

Ingat bagaimana kita mengatur Serial.begin (9600) di Arduino?

Nah, jika kita tidak ingin gobbledy-gook yang saya bicarakan, kita

sebaiknya meletakkan 9600 sebagai argumen terakhir dalam objek

69

Serial kami di Processing juga. Dengan cara ini Arduino dan

Processing berkomunikasi pada tingkat yang sama.

Dalam loop draw (), kita akan medapatkan data dari port Serial

dan kita mendapatkan sesuatu, menempelkan sesuatu di variabel val

kita dan mencetaknya ke konsol (area hitam di bagian bawah sketch

Processing Anda).

void draw()

{

if ( myPort.available() > 0)

{ // If data is available,

val = myPort.readStringUntil('\n');

}

println(val);

}

Jika Anda menekan tombol 'run' (dan Arduino Anda

terhubung dengan kode pada halaman sebelumnya dimuat), Anda

akan melihat jendela pop-up kecil, dan setelah beberapa detik Anda

akan melihat `Hello, World! ' muncul di konsol Processing. Lagi dan

lagi. Seperti pada gambar 5.4.

70

Gambar 5.4 tampilan konsol Processing setelah menerima data dari

Arduino

Kita sekarang telah menaklukkan cara untuk mengirim data

dari Arduino ke Processing. Langkah selanjutnya adalah mencari tahu

cara sebaliknya yaitu mengirim data dari Processing ke Arduino.

71

5.3 Cara mengirim data dari Processing ke Arduino

Jadi kita telah mengirim data dari Arduino ke Processing, tetapi

bagaimana jika kami ingin mengirim data dengan cara lain, yaitu dari

Processing ke Arduino?

Mari kita mulai dengan sisi Processing. Ini dimulai seperti

sketch terakhir kita: kami mengimpor library Serial dan

mendeklarasikan variabel objek Serial global untuk port kita di bagian

atas, dan dalam metode setup () kita menemukan port dan

menginisialisasi komunikasi Serial pada port tersebut dengan variabel

Serial di baud-rate 9600. Kita juga akan menggunakan perintah size

(), untuk memberi kita sedikit jendela untuk mengklik, yang akan

memicu sketch kita untuk mengirim sesuatu melalui port Serial ke

Arduino.

import processing.serial.*;

Serial myPort;

void setup()

{

size(200,200);

String portName = Serial.list()[0];

myPort = new Serial(this, portName, 9600);

}

72

Dalam loop draw (), kita bisa mengirim apa pun yang kita

inginkan melalui port serial dengan menggunakan metode tulis dari

library Serial Processing. Untuk sketch ini, kita akan mengirim string

'1' setiap kali kita mengklik mouse di jendela Processing. Kami juga

akan mencetaknya di konsol, hanya untuk memastikan bahwa kita

benar-benar telah mengirim sesuatu. Jika tidak mengklik, kita akan

mengirim string '0'.

void draw()

{

if (mousePressed == true)

{

myPort.write('1');

//Lanjutan kode pada halaman sebelumnya

println("1");

} else

{

myPort.write('0');

}

}

Tampilan Kode akhir dari step ini terlihat pada gambar 5.5

73

Gambar 5.5 tampilan kode akhir untuk mengirimkan data dari

processing

Jika Anda menjalankan kode ini, Anda akan melihat

sekelompok angka 1 muncul di area konsol setiap kali Anda mengklik

mouse. Rapi! Tapi bagaimana kita dapat menerima data ini di

Arduino? Dan apa yang bisa kita lakukan dengannya?

5.4 Cara menerima data dari Processing di Arduino

Pada bagian ini kita akan mencari data yang di kirim dari

Processing, dan jika kita melihatnya, kita akan menyalakan LED pada

74

pin 13 (pada beberapa Arduino, seperti Uno, pin 13 adalah untuk LED

on board, jadi Anda tidak perlu menambah LED eksternal untuk

melakukan pekerjaan ini).

Di bagian atas sketch Arduino, kita membutuhkan dua variabel

global; satu untuk menyimpan data yang berasal dari Processing, dan

yang lainnya untuk memberi tahu Arduino terkait Pin LED terhubung.

char val;

int ledPin = 13;

Selanjutnya, dalam metode setup (), kita akan mengatur pin

LED ke output, karena kita akan menyalakan LED, dan kita akan

memulai komunikasi serial di baud-rate 9600.

void setup()

{

pinMode(ledPin, OUTPUT);

Serial.begin(9600);

}

Akhirnya, dalam metode loop (), kita akan melihat data serial

yang masuk. Jika kita melihat angka '1', maka kita menetapkan LED ke

nilai TINGGI (atau aktif), dan jika tidak (misalnya kami melihat '0'), ka

kita mi akan mematikan LED. Pada akhir loop, kita melakukan

75

penundaan kecil untuk membantu Arduino mengikuti aliran data

serial.

void loop() {

if (Serial.available())

{

val = Serial.read();

}

if (val == '1')

{

digitalWrite(ledPin, HIGH);

} else {

digitalWrite(ledPin, LOW);

//Lanjutan kode pada halaman sebelumnya

}

delay(10); // Wait 10 milliseconds for

next reading

}

Tampilan Kode akhir dari step ini terlihat pada gambar 5.6

76

Gambar 5.6 tampilan kode akhir untuk mengirimkan data dari

processing

Voila! Jika kita mengupload kode ini ke Arduino, dan

menjalankan sketch processing dari halaman sebelumnya, Anda

harusnya dapat menyalakan LED yang terpasang pada pin 13 Arduino

Anda, cukup dengan mengklik apapun di dalam konsol processing.

77

78

Bab 6: Proyek Visualisasi detak

jantung dengan menggunakan

interface komputer berbasis

Arduino dan Processing

79

Bab 6: Proyek visualisasi detak jantung dengan menggunakan

interface komputer berbasis Arduino dan Processing

6.1 Bahan

Pembuatan sistem pendeteksi respons sinyal detak Jantung ini

diperlukan beberapa bahan penelitian atau komponen yang

berfungsi untuk merancang rangkaian. Perancangan merupakan

suatu tahap yang penting dalam proses realisasi suatu alat. Bahan

penelitian yang akan digunakan mencakup komponen-komponen

elektronika yang akan dirangkai menjadi suatu alat yang dirancang

untuk mampu memvisualisasikan sinyal detak jantung. Berikut bahan

atau komponennya:

a. Arduino uno R3

b. Pulse Heart Sensor

c. Kabel pelangi

d. 2 titik Velcro, dan Tali velcro

e. Aplikasi processing 3

f. Support Package Hardware

Fungsi dari beberapa komponen diatas adalah:

1. Arduino uno R3 berfungsi sebagai piranti untuk melakukan

pemrograman visualisasi sinyal detak jantung.

80

2. Pulse Heart Sensor berfungsi sebagai sensor untuk

pendeteksi sinyal detak jantung.

3. Kabel kode warna 24-inci, dengan konektor header (laki-laki)

untuk memudahkkan penanaman sensor kedalam proyek,

dan terhubung ke Arduino.

4. 2 titik Velcro dan Tali velcro ini adalah sisi pengait dan juga

berukuran sempurna untuk sensor yang sangat berguna

untuk membungkus sensor pulsa di sekitar jari.

5. Perangkat lunak dengan bahasa pemrograman yang

digunakan yaitu aplikasi processing untuk menghu-bungkan

koneksi serial dari Arduino.’

6.2 Alat

Alat penelitian meliputi perangkat untuk perancangan dan

pengujian. Berikut perangkat yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

- Perangkat keras

1. Laptop/PC/computer dengan system operasi Microsoft

Windows 10, dengan ArduinoIDE yang digunakan untuk

memprogram arduino serta mengaplikasikan pada aplikasi

processing untuk menampilkan grafik.

81

2. Solder dan timah patri (timah solder) alat ini digunakan

untuk menghubungkan dan melepas komponen.

- Perangkat lunak

1. IDE Arduino

Software ini berperan dalam proses menjalankan program

yang akan dimasukan ke Arduino supaya dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

2. Processing

Software ini berfungsi untuk membuat dan

memvisualisasikan program pada komputer.

6.3 Perancangan Sistem

Dalam proses perancangan sistem, kami membagi proses

perancangan menjadi dua tahap, yaitu; (1) perancangan perangkat

keras dan (2) perancangan perangkat lunak. Untuk menghasilkan

sistem yang ideal, perancangan sistem dilakukan dengan mengacu

pada beberapa teori didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya.

Perancangan alat pendeteksi sinyal detak jantung ini berbasis

teknologi yang dimulai dengan membuat sistem Arduino UNO R3.

82

Selanjutnya pembuatan software untuk mengoperasikan sistem

untuk menghubungkan koneksi serial ke Arduino UNO R3.

6.3.1 Perancangan Perangkat Keras

Perancangan hardware dan program pada monitoring

visualisasi sinyal detak jantung berbasis Arduino Uno ini dibuat dalam

bentuk diagram blok. Untuk lebih jelasnya pada perancangan sistem

perangkat keras dapat dilihat pada Gambar 6.1

Gambar 6.1 Diagram blok rancangan perangkat keras

Keterangan diagram blok:

1. Pulse Heart Sensor akan mengirimkan sinyal informasi berupa

data frekuensi dan pulsa dari detak jantung yang diterima dari

jari pengguna.

2. Sinyal tersebut kemudian diproses oleh microcontroller Arduino

Uno untuk diproses sebagai input data sinyal BPM.

83

3. Microcontroller kemudian mengirim data mentah ke program

processing melalui serial port untuk diolah kembali untuk

menampilkan data dalam bentuk grafik yang ditampilan pada

layar monitor dengan media kabel serial USB.

Aplikasi Processing sebagai bahan untuk mengolah data agar dapat

membaca nilai sensor sampai memunculkan grafik.

Diagram blok pada sistem yang dirancang terdiri dari 3

komponen utama yaitu; input, proses dan output. Pada bagian input

sistem ini terdiri dari rangkaian Sensor heart rate sebagai pendeteksi

adanya detak yang diterima dan terintegrasi oleh LED ketika detak

jantung terdeteksi. Kemudian data tersebut akan masuk kedalam

Arduino Uno R3 untuk dirubah menjadi data digital dan diproses

sehingga dapat menampilkan informasi nilai detak jantung dengan

tampilan grafik seseorang pada kondisi real-time yang dapat dilihat

pada layar monitor/output.

Berikut rangkaian perangkat keras Heart Rate Monitor dapat dilihat

pada Gambar 6.2

84

Gambar 6.2 Rangkaian Perangkat Keras Heart Rate Monitor

6.3.2 Perancangan Perangkat Lunak

Perancangan perangkat lunak pada penelitian ini dibangun

menggunakan perangkat lunak yang men-dukung pemrograman

Arduino Uno yaitu Arduino IDE, setelah itu membuat GUI

menggunakan software processing yang kemudian dihubungkan ke

software Arduino Uno.

- Pemrograman Arduino

Proses pemerograman dengan software Arduino IDE terbagi

menjadi beberapa bagian dan akan dijelaskan pada sub-bab ini.

85

- Listing Program

Pada linsting program yang di upload ke dalam chipset

mikrokontroler Arduino agar data dari Pulse Sensor dapat diterima

dan dikirimkan ke processing.

1. Kode program pembacaan sensor

Pada listing program pembacaan sensor merupakan barisan

kode untuk membaca nilai pulsa dari sensor. kode program

pembacaan sensor dapat dilihat pada listing 6.1

Listing 6.1 kode program untuk pembacaan sensor

#define USE_ARDUINO_INTERRUPTS true

#include <PulseSensorPlayground.h>

const int OUTPUT_TYPE =

PROCESSING_VISUALIZER;

const int PIN_INPUT = A0;

const int PIN_BLINK = 13;

const int PIN_FADE = 5;

const int THRESHOLD = 550;

PulseSensorPlayground pulseSensor;

void setup() {

Serial.begin(115200);

86

Penulisan kode program arduino dilakukan untuk menjalankan

perintah yang kita inginkan pada perangkat Arduino Uno. Saat board

Arduino dicatu tegangan dalam hal ini dihubungkan dengan catu

daya, kemudian mikrokontroler akan memulai proses inisialisasi input

maupun output serta variabel yang dibutuhkan sesuai dengan kode

program/perintah yang telah dibuat. Kode program pada bagian

Serial.begin(115200) digunakan sebagai inisialisasi komunikasi serial

untuk terhubung dengan matlab dan sebagai pengatur kecepatan

aliran data menggunakan baudrate sebesar 115200 bps. Data yang

masuk ke dalam arduino selanjutnya akan diolah dan dikirim melalui

software matlab untuk ditampilkan sebagai visualisasi.

2. Kode program pembacaan pada Processing

Processing merupakan sebuah software yang menggunakan

pemrograman untuk merancang sebuah software aplikasi yang

berfungsi sebagai receiver atau penerima data pada visualisai sinyal

detak jantung. Processing dibuat dengan tujuan untuk

mempermudah pemrograman grafis bersifat interaktif dengan output

2D, 3D atau PDF.

87

Listing 6.2 Listing program processing

import processing.serial.*;

PFont font;

PFont portsFont;

Scrollbar scaleBar;

Serial port;

int Sensor;

int IBI;

int BPM;

int[ ] RawY;

int[ ] ScaledY;

int[ ] rate;

float zoom;

float offset;

color eggshell = color(255,

253, 248);

int heart = 0;

int PulseWindowWidth = 490;

int PulseWindowHeight = 512;

int BPMWindowWidth = 180;

int BPMWindowHeight = 340;

boolean beat = false;

String serialPort;

String[] serialPorts = new

String[Serial.list().length];

boolean serialPortFound = false;

Radio[] button = new

Radio[Serial.list().length*2];

int numPorts =

serialPorts.length;

boolean refreshPorts = false;

void setup() {

size(700, 600); // Stage size

frameRate(100);

font = loadFont("Arial-BoldMT-

24.vlw");

textFont(font);

textAlign(CENTER);

rectMode(CENTER);

ellipseMode(CENTER);

scaleBar = new Scrollbar (400,

575, 180, 12, 0.5, 1.0);

RawY = new int[PulseWindowWidth

ScaledY = new

int[PulseWindowWidth];

rate = new int[BPMWindowWidth];

zoom = 0.75;

88

Adapun bentuk flowchart dapat dilihat pada Gambar 6.3

Gambar 6.3 Diagram alir proses kerja alat secara umum

Penjelasan :

Pada saat alat menerima catu daya dari power supply maka

program akan mulai bekerja dan sensor akan berinisialisasi kemudian

data input sensor akan diterima oleh arduino. Kemudian pada waktu

yang sama data akan dikirim ke program aplikasi processing setelah

receiver memberikan perintah.

89

Berikutnya adalah diagram alir dari Timer Interrupt pada

program dapat dilihat pada Gambar 6.4

Gambar 6.4 Flowchart timer interrupt

Proses dari timer interrupt terjadi pada fungsi InterruptSetup(),

dimana fungsinya adalah untuk menginisialisasi/memulai algoritma

yang digunakan untuk menndeteksi kondisi dimana jantung berdetak.

dari diagram alir yang dapat dilihat pada gambar 6.3, variabel N

digunakan sebagai variabel yang berfungsi untuk menghitung waktu

sejak detak terakhir yang terdeteksi untuk mengurangi gangguan.

Nilai dari variabel N ditentukan oleh nilai dari variabel sample

90

Counter dikurangi dengan nilai dari variabel last Beat Time. Ketika

nilai variabel N lebih besar dari 250 dan jika nilai variabel signal lebih

besar dari nilai variabel thresh maka sensor akan mendeteksi adanya

detak jantung. Namun jika nilai variabel signal lebih kecil dari nilai

variabel thresh maka sensor dianggap tidak mendeteksi adanya detak

jantung.

6.4 Implementasi Sistem

Sistem visualisasi sinyal detak jantung tergambar via PC dibuat

untuk membantu pekerjaan dokter ataupun perawat dalam

memonitoring sinyal detak jantung pada pasien. Sistem deteksi sinyal

detak jantung ini, dirancang menggunakan Pulse Sensor. Sensor pada

sistem ini mengirimkan sinyal informasi berupa data frekuensi dan

pulsa dari detak jantung yang diterima dari jari pasien. Sistem ini

menggunakan arduino uno untuk proses pengolahan input yang

berasal dari Pulse Sensor. Berikut Prototype pendeteksi sinyal detak

jantungdilihat pada gambar 6.5

91

Gambar 6.5 Purwarupa pendeteksi sinyal detak jantung

Cara kerja dari sistem ini adalah sesor akan mengirimkan sinyal

informasi berupa data frekuensi dan pulsa dari detak jantung yang

diterima dari jari pasien ke microcontroller Arduino Uno. Sinyal

tersebut kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk diproses

debagai input data sinyal BPM (Beat Per Menit). Setelah data

tersebut diproses (di dalam Arduino IDE), kemudian microcon-troller

menghasilkan perintah mengolah input data dari Pulse Sensor.

Microcontroller kemudian akan mengirim-kan data mentah ke

program processing melalui serial port untuk diolah kembali

menampilkan data dalam bentuk grafikyang ditampilkan pada layar

monitor dengan media kabel serial USB.

Setelah melakukan proses perancangan software dan

hardware selesai, maka tahap selanjutnya adalah melakukan

92

pengujian kinerja pada sistem yang telah dirancang. Pengujian

dilakukan agar bisa mendapatkan data dari sistem tersebut, sehingga

menghasilkan alat yang diharapkan.

6.5 Hasil dan Pengujian Data Pada pengujian data alat visualisasi sinyal detak jantung ini

dengan cara pengujian perangkat keras dan perangkat lunak. Untuk

menguji alat ini di aplikasikan secara langsung menggunakan alat

yang telah dirancang. Pengujian alat dapat dilihat gambar 6.6

Gambar 6.6 Gambaran secara keseluruhan

Data yang diperoleh dari tahap diperiksa pasien kemudian di sajikan

dalam bentuk tabel data hasil penelitian, proses selanjutnya

dilakukan pembahasan berdasarkan data yang telah didapatkan.

93

- Pengujian Respon Sensor Heart rate Terhadap Detak Jantung

Pada alat pendeteksi sinyal detak jantung ini pengujian

dilakukan dengan menguji kemampuan sensor ketika mendeteksi

sinyal pada detak jantung. Berikut hasil pengujian respon sensor

ketika mendeteksi denyut jantung dapat dilihat Gambar 6.7

Gambar 6.7 Pengujian respon sensor heart rate terhadap detak

jantung

Pada Gambar 6.7 kondisi gelombang terlihat pada layar

monitor yang mendeteksi adanya sinyal detak jantung melalui sensor

heart rate. Gelombang yang ditampilkan terlihat stabil dikarenakan

sensor heart rate mendeteksi adanya detak jantung dengan baik. Jika

94

dilihat dari kondisi nilai Beat Per Minute (BPM) saat mendeteksi

detak jantung menunjukkan nilai jantung dengan keadaan normal.

- Pengujian Sensor Heart Rate pada Titik Objek

Pada tahap ini sensor heart rate diletakkan pada titik objek

yaitu ujung jari dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari detak

jantung yang dibaca sensor. Berikut gambar pengujian sensor heart

rate dengan titik objek pada Gambar 6.8

Gambar 6.8 Pengujian sensor heart rate pada ujung jari

Pada gambar 6.8 menunjukkan tampilan bahwa pengujian

sensor heart rate dilakukan dengan meletakkan sensor di salah satu

ujung jari yang kemudian dapat diproses oleh arduino untuk

mengirimkan sebuah data digital yang kemudian ditampilkan melalui

software processing.

95

Setelah melakukan pengujian dalam mendeteksi sinyal detak

jantung dengan meletakkan sensor pada ujung jari maka didapatkan

hasil berupa nilai detak jantung beat per menit (BPM). Hasil yang

didapat dapat dilihat pada tabel 6.1.

Tabel 6.1 Hasil pengujian sensor heart rate pada objek ujung jari

No Detak Jantung (BPM)

IBI (mS) Perbandingan dengan stethoscope

1 63 926 62 / menit

2 63 916 62 / menit

3 65 802 63 / menit

4 67 778 65 / menit

5 68 1064 65 / menit

Berdasarkan hasil dari pengujian sensor heart rate pada Tabel 6.1

pengujian satu sampai seterusnya terdapat nilai selisih yang tidak

jauh berbeda. Kemudian pemeriksaan dengan stetoskop juga

diperlukan untuk mencari perban-dingan dari alat yang telah

dirancang. Cara mendengarkan bunyi jantung dengan stetoskop ialah

mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh organ jantung selama satu

menit penuh. Untuk hasil rata - rata jumlah detak jantung pada ujung

jari dapat dilihat sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑗𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑟𝑖

=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑗𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑟𝑖

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛

96

Maka:

- Rata-rata detak jantung pada jari 326/5 = 65.2 kali

Kemudian:

- Rata-rata Perbandingan dengan stethoscope 317/5 = 63.4 kali

Dari hasil rata - rata jumlah detak jantung pada objek ujung

jari dapat disimpulkan bahwa detak jantung dalam setiap menit

adalah 65,2 kali jantung berdetak. Kemudian untuk rata - rata dari

perhitungan menggunakan stetoskop bahwa detak jantung dalam

setiap menit adalah 63,4 kali jantung berdetak. Maka untuk

perhitungan alat dengan perhitungan secara manual dengan

stetoskop dapat diambil selisih yang tidak jauh berbeda, dan hasil

tersebut disimpulkan dengan keadaan yang normal.

- Pengujian Alat Terhadap Pasien

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui detak jantung

berdasarkan kondisi seseorang dengan parameter yang berbeda

yaitu pada kondisi istirahat dan setelah berolahraga. Untuk kondisi

rileks pasien akan diberikan waktu untuk tidak melakukan aktifitas

apapun sehingga objek berada dalam kondisi stabil sedangkan untuk

kondisi beraktifitas berat yaitu ketika pengujian pasien setelah

berolahraga. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada tahap

pengujian ini dilakukan 3 kali percobaan setiap menitnya pada

97

pasien. Adapun hasil pengujian detak jantung pada orang pertama

berdasarkan kondisi istirahat dapat dilihat pada gambar Gambar 6.9

Gambar 6.9 Pengujian alat detak jantung pada kondisi istirahat

Pada gambar 6.9 merupakan tampilan hasil pengujian alat

pada objek dalam kondisi istirahat, dimana dalam percobaan ini

dilakukan 3 kali percobaan pada setiap pasien agar mendapatkan

hasil yang akurat untuk perbandingan. Jumlah dari detak jantung

pada saat diperiksa yaitu 78, 83, dan 84 85 Beat Per Minute (BPM)

dan Inter Beat Interva l(IBI) atau kecepatan detak jantung juga

berbeda – beda. Kemudian hasil pengujian detak jantung pada

kondisi setelah berolahraga dapat dilihat pada gambar 6.10.

98

Gambar 6.10 Pengujian alat detak jantung pada kondisi setelah

berolahraga

Pada gambar 6.10 merupakan tampilan hasil pengujian alat

pada objek dalam kondisi setelah melakukan aktivitas olahraga.

Jumlah dari hasil detak jantung setelah selesai melakukan olahraga

adalah 102, 105, 96 Beat Per Minute (BPM) dan Inter Beat Interval

(IBI) atau kecepatan detak jantung juga berbeda – beda.

Kemudian setelah melakukan pengujian alat dengan 10 orang

dengan kondisi pengujian yang berbeda yaitu pada saat kondisi

istirahat dan setelah melakukan aktivitas olahraga, didapat hasil

berupa nilai detak jantung pada setiap percobaan. Berikut hasil

pengujian yang dapat dilihat pada tabel 6.2.

99

Tabel 6.2 Hasil pengujian alat pada kondisi istirahat dan kondisi

setelah beraktivitas

No

Nama

Jumlah denyut jantung

Waktu istirahat Setelah olahraga

1 2 3 Rata

-rata

1 2 3 Rata-

rata

1. Tri Admojo AL 84 83 78 81.7 102 105 96 101.0

2. David Ardi W 80 77 74 77.0 109 105 95 103.0

3. Agus Priyatno 76 75 71 74.0 113 102 98 104.0

4. Heru Hartanto 70 74 70 71.3 109 109 113 110.3

5. Janu Prasetyo 76 77 73 75.3 105 105 102 104.0

6. Aji Surya KP 63 70 71 68.0 96 95 98 96.3

7. M. Andri Yasir 72 76 74 74.0 105 109 102 105.3

8. Mey Rendra 74 73 69 72.0 96 102 105 101.0

9. Armina SI 73 76 76 75.0 98 109 113 106.6

10. Wahdan M 72 74 75 73.6 109 113 102 108.0

Tabel 6.2 pada percobaan ini, jumlah denyut jantung per menit

masing -masing pasien dihitung dengan mendapatkan dua perlakuan

100

berbeda yakni, keadaan normal (istirahat) berkisar antara 60 sampai

80 Beat PerMinute (BPM), dan pada keadaan setelah melakukan

aktivitas fisik (olahraga) berkisar antara 100 sampai 140 Beat

PerMinute (BPM). Untuk IBI (Inter Beat Interval) sendiri adalah

kecepatan detak jantung antara detakan pertama dengan detak

jantung selanjutnya. Berdasarkan data hasil percobaan, dapat

diketahui bahwa rata - rata jumlah denyut jantung per menit antara

sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik pada masing - masing

orang memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan jumlah denyut

jantung dapat dilihat pada grafik pada gambar 6.11 dan 6.12

Gambar 6.11 Grafik pengaruh aktivitas terhadap denyut jantung

kondisi istirahat

101

Gambar 6.12 Grafik pengaruh aktivitas terhadap denyut jantung

kondisi setelah beraktivitas

- Analisis Data Hasil Pengujian Alat Detak Jantung

Pada tahap ini dilakukan untuk menganalisa data hasil

pengujian dengan cara menghitung dari frekuensi karena frekuensi

adalah jumlah kompleks gelombang yang muncul dalam 60 detik (1

menit), maka dengan mengetahui jumlah komplek QRS (depolarisasi

ventrikel) dalam 6 detik, frekuensi dapat diketahui. Untuk

menentukan periode satu gelombang maka syarat utama dari satu

gelombang adalah harus memuat puncak-puncak P, Q, R, S dan T.

102

Gambar 6.13 Gelombang detak jantung berdasarkan P, Q, R, S dan T

Dari Gambar 6.13, akan diambil data gelombang detak jantung

saat kondisi dimana tubuh beristirahat. Sesuai dengan syarat yang

digunakan untuk menentukan satu gelombang penuh yang

didapatkan dari titik puncak P, Q, R, S dan T. Pada Gambar 6.13

terlihat bahwa setiap memulai satu gelombang, garis gelombang

terlihat sedikit naik yang ditandai dengan puncak P, hal ini

dikarenakan sensor heart rate telah menerima sinyal detak jantung.

Terdapat juga interval PQ yang merupakan perlambatan sinyal.

Perlambatan ini memberikan waktu bagi atrium untuk

mengosongkan darah yang ada di dalamnya ke dalam ventrikel.

Sinyal ini kemudian menuju ke titik Q melalui atrium yang

103

menyebabkan kedua atrium berkontraksi dan mendorong darah ke

ventrikel yang berada di bawahnya. Gelombang R menandai puncak

ketika detak jantung berkontraksi dan memompa darah ke paru-paru

dan seluruh tubuh. Setelah jantung berkontraksi maka akan ada

selang waktu atau waktu tunda untuk beralih ke detak jantung

selanjutnya sampai ke titik S. Setelah itu sinyal detak jantung menuju

titik T merupakan proses yang menggambarkan ketika ventrikel

mengalami repolarisasi. Dari gambaran elektrokardiogram inilah, kita

bisa mengetahui normal tidaknya aktivitas listrik jantung. Jika

aktivitas listrik jantung tidak normal, ini menunjukkan bahwa jantung

mungkin juga tidak normal. Dalam EKG, masing – masing unsur

tersebut memiliki nama dan dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Unsur – unsur dalam EKG

Gel P Gelombang yang tampak pertama

Bentuk melengkung kecil ke atas

Menunjukkan depolarisasi atrium

Kelainan gel P = kelainan atrium

Interval

QRS

Jarak antara gelombang P dan

permulaan kompleks QRS

Untuk mengukur waktu perjalanan

depolarisasi dari atrium ke ventrikel

Normalnya: 0,12-0,22

104

Interval

QRS

Tiga defleksi yang mengikuti gelombang

P

Mengindikasikan depolarisasi (dan

kontraksi) ventrikel

Gel Q : defleksi negative pertama

setelah P

Gel R : defleksi positif pertama setelah P

Gel S : defleksi negative pertama setelah

R

Normalnya kurang dari 0,12 detik

Segmen

ST

Jarak antara gelombang S dan

permulaan gelombang T

Menunjukkan repolarisasi ventrikel

Sumber: Setianto, 2008

105

106

BAB 7: Aplikasi Mobile Phone

Untuk Monitoring Tingkat

Kebugaran Seseorang Dengan

Algoritma Fast Fourier

Transform

107

BAB 7: Aplikasi Mobile Phone Untuk Monitoring Tingkat

Kebugaran Seseorang Dengan Algoritma Fast Fourier

Transform

7.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi

untuk memonitoring tingkat kebugaran seseorang dengan algoritma

FFT yaitu:

1. Arduino Uno R3 digunakan sebagai sarana menerima masukan

dari sensor kadar oksigen dan kadar oksigen yang berupa

pembacaan nilai dari kedua unsur yang ingin diketahui nilainya.

2. AD8232 digunakan untuk mengukur aktivitas listrik pada

jantung.

3. Handphone Android digunakan sebagai piranti yang dapat

melihat hasil analisa detak jantung.

4. MATLAB digunakan untuk memrogram dengan algoritma FFT.

5. ESP8266-01 digunakan sebagai media Arduino Uno R3 untuk

dapat mengakses internet.

6. Pulse Sensor digunakan untuk mendeteksi detak jantung.

7. LCD 16x2 digunakan untuk menampilkan hasil deteksi detak

jantung.

108

7.2 Alat Penelitian

Penelitian ini memerlukan beberapa peralatan untuk

memonitoring tingkat kebugaran seseorang dengan algoritma FFT

yaitu:

1. ECG digunakan sebagai analisis ekstraksi ciri atau fitur dari EKG.

2. Komputer/PC digunakan untuk simulasi detak jantung yang

diperoleh dari Pulse Sensor dan sensor AD8232.

3. Kabel jumper digunakan untuk menghubungkan pin-pin pada

Arduino dengan AD8232.

4. Perkakas elektronik digunakan untuk memasang komponen

elektronik pada alat yang akan dibuat, perkakas tersebut

diantaranya adalah solder, tenol, atraktor, obeng dan lain-lain.

5. Bor untuk melubangi PCB dan juga box alat.

6. Tang potong digunakan untuk memotong kabel.

7.3 Perancangan Sistem

Dalam tahap ini, akan diuraiakan proses perancangan sistem

dari proyek yang dibuat. Dalam merancang sistem ini, kita membagi

proses menjadi dua tahap perancangan yaitu perancangan perangkat

keras (hardware) dan perancangan perangkat lunak (software).

Untuk menghasilkan sistem yang relavan, perancangan sistem

109

dilakukan dengan mengacu pada teori–teori dan penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya.

7.3.1 Perancangan Perangkat Keras

Perancangan perankat keras sistem untuk memonitoring

tingkat kebugaran seseorang dengan algoritma FFT awalnya

dilakukan dengan mendeteksi detak jantung seseorang, pendeteksian

detak jantung menggunakan sensor AD8232, yang nantinya sensor

tersebut merupakan masukan bagi mikrokontroler yang peneliti

gunakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan mikrokontroler

ATmega328P yang dikemas dalam bentuk board mikrokontoler yaitu

Arduino Uno R3. Arduino Uno R3 dipilih karena board ini memiliki

banyak kompatibilitas dengan berbagai jenis sensor dan juga modul

lain.

Data yang dikirimkan berupa nilai hasil detak jantung yang

diukur menggunakan sensor AD8232 dan akan dikirimkan secara

berkala. Data yang sudah masuk dan tersimpan di Arduino Uno

kemudian dapat diakses menggunakan aplikasi Android. Android

dipilih karena sistem operasi ini merupakan sistem operasi yang

familiar dan banyak digunakan oleh penduduk di Indonesia. Blok

diagram dari perancangan alat ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.

110

Gambar 7.1 Blok Diagram Rancangan Perangkat Keras

Pada Gambar 7.1 terlihat bahwa Arduino Uno akan terhubung

dengan sumber tegangan. Sensor AD8232 dan Pulse Sensor akan

mengirimkan data ke Arduino Uno dan diproses untuk menampilkan

grafik detak jantung dan jumlah BPM. Hasil rekaman detak jantung

dari sensor AD8232 akan diproses ke MATLAB untuk pengujian

algoritma FFT. Sedangkan Pulse Sensor akan mengirimkan jumlah

BPM ke Arduino Uno dan Thingspeak yang sudah terhubung dengan

jaringan internet. Setelah data diproses, jumlah BPM akan dikirmkan

ke aplikasi android yang sudah terhubung dengan modul wifi, dimana

aplikasi tersebut akan terlihat seseorang bugar atau tidak.

Gambar 7.2 menjelaskan tentang tentang diagram alir dari

rancangan perangkat keras tingkat kebugaran seseorang. Pada

Gambar 7.2 terlihat bahwa proses pertama yaitu Arduino Uno R3

dihubungkan dengan sumber tegangan, setelah itu sensor AD8232

dihubungkan dengan Arduino Uno R3 dimana sensor AD8232

111

memiliki 3 kabel konektor yang dipasang di tangan kanan, kiri, dan

dada.

112

Gambar 7.2 Diagram Alir Rancangan Perangkat Keras

113

Pembacaan data dari sensor AD8232 dikirimkan ke Arduino Uno R3

yang kemudian setelah diproses di Arduino, data tersebut dikirimkan

kembali ke Node MCU melalui sambungan internet yang kemudian

diteruskan ke smartphone Android. Kemudian desain monitoring

tingkat kebugaran seseorang dengan algoritma FFT akan terlihat

seperti Gambar 7.3.

Gambar 7.3 Desain Monitoring Detak Jantung

Pada Gambar 7.3 terlihat seseorang yang sedang berbaring

dimana orang tersebut akan diperiksa kesahatannya dengan

menempelkan ECG Electrode yang sudah terhubung dengan sensor

114

detak jantung. Hasil dari pemeriksaan tersebut akan terlihat pada

aplikasi yang sudah dirancang.

7.3.2 Tata Cara Pemeriksaan Detak Jantung

Pemeriksaan detak jantung dapat dilakukan pada pergelangan

tangan menggunakan sisi ibu jari. Pergelangan tangan relatif mudah

untuk diperiksa dan sering digunakan untuk pemeriksaan. Berikut ini

beberapa cara pemeriksaan detak jantung (Anonim, 2018):

1. Cuci tangan pemeriksa.

2. Minta responden untuk melipat baju yang menutupi lengan.

3. Pada posisi duduk, tangan diletakan pada paha dan lengan

ekstensi. Pada posisi tidur, kedua lengan ekstensi menghadap ke

atas.

4. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa pada titik-titik

area tubuh yang telah disebutkan sebelumnya.

5. Tekanlah jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa pada titik

tersebut dengan cukup kuat agar bisa merasakan denyut

jantung. Akan tetapi, jangan menekan terlalu keras karena

denyut jantung tidak akan terasa.

6. Tetapkan alat yang Anda gunakan sebagai penghitung waktu,

biasanya menggunakan stopwatch. Setel waktu selama 30 detik.

115

7. Mulailah menekan stopwatch sebagai tanda dimulainya

penghitungan detak jantung normal.

8. Hitunglah jumlah denyut jantung pasien selama 30 detik

tersebut.

9. Catat hasilnya, kemudian kalikan dengan 2 untuk mengetahui

jumlah detak jantung pada kondisi normal per menit.

Detak jantung yang terlalu cepat atau lambat merupakan hasil dari

kondisi jantung, sehingga dapat mengambil langkah untuk menjalani

gaya hidup sehat biasanya akan meningkatkan kesehatan secara

keseluruhan.

7.3.3 Perancangan Perangkat Lunak

Perancangan perangkat lunak pada penelitian ini dilakukan

terbagi menjadi tiga bagian yaitu perancangan untuk program

MATLAB, perancangan program untuk Arduino Uno dan juga untuk

aplikasi mobile phone berbasis Android.

- Pemrograman MATLAB

MATLAB atau Matrix Laboratory adalah sebuah software

komputasi numerikal dan bahasa pemrograman komputer generasi

keempat (“Equalization - MATLAB & Simulink - MathWorks India,”

n.d.). Pada perangkat lunak yang dirancang pada proyek ini, proses

116

pengolahan data menggunakan metode FFT. Bahasa yang digunakan

di dalam MATLAB adalah bahasa C.

Gambar 7.4 Diagram alir program MATLAB

117

Pada Matlab 2017b telah tersedia fungsi FFT. Fungsi FFT pada

Matlab adalah tools signal processing yang disebut SPTool. Untuk

memanggil fungsi signal processing pada Matlab cukup dengan

mengetikkan fungsi “sptool” pada command windows atau jika

menggunakan Matlab 2017b dapat diakses dengan memilih option

signal analisys pada toolbar Matlab.

Gambar 7.4 menjelaskan tentang tentang diagram alir dari

program MATLAB. Rancangan diawali dengan persiapan data EKG

yang berupa interval R-R. Kemudian dilanjutkan dengan proses

ekstraksi fitur, pada proses ini dilakukan penentuan fitur dengan

melakukan pengolahan sinyal FFT. FFT merupakan teknik cepat dari

metode alih bentuk sinyal yang semula analog menjadi diskrit. FFT

menggunakan data interval R-R yang kemudian melalui proses

transformasi fourier diubah menjadi frekuensi. Hasil dari proses

transformasi sinyal kemudian diidentifikasi. Hasil dari identifikasi ini

merupakan karakteristik fitur yang nantinya akan dilakukan variasi

dan pengujian data guna mendapatkan fitur dengan hasil kinerja

terbaik.

118

- Implementasi FFT pada Gelombang EKG

proses implementasi algoritma FFT pada gelombang EKG

adalah dengan menentukan frekuensi cuplik (fs) dan jumlah cuplikan

(2N) yang akan dihitung terlebih dahulu. Input berasal dari

gelombang EKG yang sudah direkam menggunakan sensor AD8232.

Cuplikan gelombang yang akan dihitung disimpan terlebih dahulu

dalam workspace Matlab. Setelah nilai cuplikan didapatkan maka

proses selanjutnya adalah melakukan perhitungan dengan algoritma

FFT. Hasil perhitungan tersebut kemudian disimpan dalam workspace

dan ditampilkan dalam bentuk grafik magnitude pada kawasan

frekuensi. Perhitungan dilakukan pada bentuk sinyal dan frekuensi

yang sama dengan jumlah cuplikan berbeda-beda dan kemudian

dibandingkan dengan hasil dari masing-masing perhitungan.

FFT erat kaitannya dengan periode dan frekuensi. Secara

umum periode didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk

sebuah isyarat atau gelombang dan mencapai satu gelombang

penuh. Sedangkan frekuensi diartikan sebagai jumlah gelombang

yang terjadi dalam 1 detik. Periode dan frekuensi merupakan fungsi

utama dari algoritma FFT. Gelombang yang memiliki keberagaman

periode dan frekuensi dapat dilihat pada Gambar 7.5.

119

Gambar 7.5 Gelombang Gabungan dari 4 Isyarat

Pada Gambar 7.5 dapat dilihat bahwa ada empat isyarat yang

digabungkan dalam satu gelombang dan memiliki frekuensi yang

berbeda-beda. Isyarat yang dihasilkan benar-benar acak. Isyarat yang

akan diolah harus bersifat stasioner dan aperiodis (tidak periodis).

Isyarat kontinu dapat dianalisa menggunakan deret Fourier. Untuk itu

dibutuhkan algoritma FFT untuk memisahkan isyarat tersebut

menjadi beberapa komponen frekuensi agar data mentah lebih

mudah dikelompokkan berdasarkan perioditasnya. Data yang

120

diekstraksi oleh algoritma FFT bisa mewakili data asli. Hasil dari

ekstraksi ciri dengan algoritma FFT dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 7.6 Hasil Ekstraksi Ciri dengan FFT

Pada Gambar 7.6 dapat kita lihat bahwa dengan menggunakan

algoritma FFT, isyarat yang merupakan hasil penjumlahan 4 buah

isyarat yang memiliki frekuensi berbeda-beda dapat dipisahkan

dengan baik, sehingga keempat komponen frekuensi bisa terdeteksi

dengan baik juga, sedangkan data lain yang menjadi bagian dari

keempat komponen frekuensi tersebut akan ditampilkan sebagai

spektrum frekuensi dengan nilai yang magnitudenya sangat kecil atau

mendekati 0.

Contoh implementasi dari algoritma FFT lainnya antara lain

adalah untuk bidang statistik, medis, pengolahan citra, pengolahan

suara dan telekomunikasi. Algoritma lainnya yang bernama MFCC

121

juga menggunakan algoritma FFT atau transformasi fourier sebagai

syarat awal untuk memproses sinyal yang akan ditampilkan.

- Arduino Uno R3

Pada pembuatan program yang akan diunduh kedalam board

Arduino Uno, peneliti menggunakan software Arduino IDE. Arduino

IDE merupakan sebuah software pemrograman bawaan dari board

Arduino Uno. Pada software ini inisiasi pengaturan port sebagai

input, output dan fitur lainnya seperti PWM dan ADC dilakukan

secara langsung dari Arduino IDE (Santoso, 2015).

- Pemrograman MIT App Inventor Aplikasi Mobile Phone

App Inventor adalah aplikasi berbasis web open source yang

pada awalnya dikembangkan oleh perusahaan Google, namun saat

ini dikelola oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT). MIT

App Inventor adalah sebuah aplikasi yang banyak digunakan untuk

membuat aplikasi untuk smartphone dengan sistem operasi Android.

App inventor memungkinkan pengguna yang awam terhadap

pemerograman computer untuk merancang aplikasi Android secara

mudah.

Dalam pembuatan aplikasi, kita akan membuat sebuah

program untuk menyusun dan mengatur blok-blok untuk

122

menghasilkan sebuah aplikasi. Blok-blok yang sudah disusun,

ditambahkan program untuk mengkoneksikan android dengan

aplikasi Thingspeak. Diagram alir dari aplikasi Android yang dirancang

dapat dilihat pada Gambar 7.7.

Gambar 7.7 Diagram alir aplikasi mobile phone

Gambar 7.8 menjelaskan tentang desain dari aplikasi Android.

123

Gambar 7.8 Desain Aplikasi Android

Pada Gambar 7.8 terlihat bahwa aplikasi Monitoring Tingkat

Kebugaran seseorang bisa diakses dan dilihat menggunakan aplikasi

124

yang sudah dirancang. Sebelum masuk ke aplikasi tersebut, pasien

harus mengisi data diri. Setelah data diri terisi, maka akan masuk ke

menu utama yaitu data detak jantung, dimana dalam data tersebut

akan terlihat kondisi seseorang bugar atau tidak bugar.

7.4 Pengujian Sistem

Setelah alat berhasil dibuat, maka alat tersebut akan diuji coba

terlebih dahulu. Pengujian sistem ini dilakukan untuk memastikan

bahwa sistem yang telah dibuat sesuai dengan apa yang diharapkan

oleh peneliti. Tahapan pengujian sistem dimulai dalam beberapa

tahap sebagai berikut:

7.4.1 Pengujian Perangkat Keras

Setelah melakukan proses perancangan perangkat keras,

didapatkan hasil berupa perangkat keras monitoring tingkat

kebugaran seseorang yang siap digunakan. Perangkat keras

monitoring tingkat kebugaran dibuat untuk mempermudah

seseorang untuk kondisi detak jantung berdasarkan usia dan jenis

kelamin. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat melalui LCD 16x2,

web DataBase, dan aplikasi Android yang telah dibuat, sedangkan

sinyal FFT di filter melalui software Matlab R2017b dengan

mengambil sampel sinyal detak jantung seseorang dan hasil sampel

tersebut disimpan dalam format file Excel dengan tipe file .csv.

125

Perangkat keras monitoring tingkat kebugaran seseorang berbasis

FFT dapat dilihat pada Gambar 7.9.

Gambar 7.9 Perangkat keras monitoring tingkat kebugaran seseorang

Pada Gambar 7.9 terlihat bahwa perangkat keras monitoring

tingkat kebugaran seseorang berbasis FFT terdiri dari Arduino Uno,

modul AD8232, Pulse Sensor, ESP8266, dan LCD 16x2 yang telah

dirangkai sedemikian rupa. Skeamtik dari modul deteksi tingkat

kebugaran dapat dilihat pada Gambar 7.10

126

Gambar 7.10 Skematik rangkaian monitoring tingkat kebugaran

seseorang

Pengujian terhadap perangkat keras meliputi 3 bagian utama

yaitu Arduino Uno, modul AD8232, dan ESP8266. Berikut ini hasil

pengujian dari perangkat keras monitoring tingkat kebugaran

seseorang:

7.4.1.1 Pengujian Arduino Uno

Arduino Uno merupakan papan pengembangan mikrokontroler

yang berbasis chip ATmega328P. Arduino sudah disediakan berbagai

port yang dapat digunakan secara langsung melalui pin header

female yang sudah ada pada papan tersebut. Arduino Uno memiliki

127

14 pin yang dapat dijadikan input maupun output, dimana 6

diantaranya dapat digunakan sebagai output pulse width modulation,

selain itu terdapat juga 6 pin analog input, crystal oscillator 16 MHz,

socket jack power, kepala ISP, tombol reset dan koneksi USB.

Pengujian Arduino Uno adalah dengan menggunakan software

Arduino IDE dengan MATLAB R2017b dengan cara melakukan

komunikasi secara serial kedua software tersebut. Komunikasi

tersebut dilakukan menggunakan listing 7.1 dan 7.2.

void setup() {

// initialize the serial communication:

Serial.begin(9600);

pinMode(10, INPUT); // deteksi LO+ pada modul AD8232

pinMode(11, INPUT); // deteksi LO- pada modul AD8232

}

Listing 7.1 Listing program Arduino IDE

%buka komunikasi melalui port COM

serialPort='COM3'; % Port yang digunakan

s=serial(serialPort, ‘BaudRate’, 9600);

disp('Tutup jendela grafik');

fopen(s);

fclose(s);

Listing 7.2 Listing program MATLAB R2017b

Pada Listing 7.1 dan Listing 7.2 dapat dilihat bahwa komunikasi

yang terjadi antara Arduino IDE dengan MATLAB R2017b yaitu

128

dengan pembacaan PORT yang sama pada Arduino dan BaudRate

9600 yang digunakan.

7.4.1.2 Pengujian modul AD8232

Sensor AD8232 merupakan sebuah modul sensor yang

digunakan untuk mengukur aktivitas listrik yang terjadi dalam

jantung manusia. Aktivitas listrik ini dapat dipetakan sebagai

gelombang ECG dan dapat dibaca sebagai data analog. AD8232

bertindak sebagai op amp atau penguat sinyal untuk membantu

mendapatkan sinyal yang jelas dari bagian gelombang PR dan interval

QT dengan lebih mudah.

Modul AD8232 yang sudah dikoneksikan dengan board

Arduino Uno R3 akan dilakukan pengujian apakah saat diberikan

perlakuan tertentu seperti ditempelkan ditangan dan dada. Ada

beberapa titik yang bisa ditempelkan ECG Electrode seperti pada

Gambar 7.11.

129

Gambar 7.11 Titik penempelan ECG Electrode

Berdasarkan Gambar 7.11, detak jantung seseorang bisa

dideteksi berdasarkan titik penempelan ECG Electrode yang sudah

dihubungkan dengan modul AD8232. Lampu indikator LED pada

modul tersebut akan berdenyut dengan irama jantung berdetak.

Irama detak jantung yang diperoleh dari modul AD8232 dapat dilihat

pada Gambar 7.12

130

Gambar 7.12 Irama Detak Jantung

Pada Gambar 7.12 terlihat bahwa interval R–R relatif konstan

dari detak ke detak dengan kondisi bugar. Kondisi detak jantung

terlihat normal karena gelombang PQRST sesuai dengan parameter

sinyal EKG.

7.4.1.3 Pengujian Pulse Sensor

Pulse Sensor adalah sensor denyut jantung yang dirancang

untuk Arduino yang dapat mendeteksi setiap denyut jantung dari

kulit. Hadirnya Pulse Sensor dapat menjadikan kegiatan yang

dilakukan sehari-hari terpantau dengan baik sesuai dengan yang

diharapkan.

Pulse Sensor merespon perubahan relatif dalam satuan

intensitas cahaya. Jika nilai intensitas cahaya rendah dan konstan,

131

maka nilai sinyal akan tetap berada di rentang 512 yang merupakan

nilai tengah dari ADC 10 bit, dan semakin tinggi intensitas cahaya

maka nilai ADC akan lebih besar. Pada sensor ini, cahaya LED hijau

yang dipantulkan kembali ke sensor akan berubah pada setiap pulsa.

Hasil pengujian Pulse Sensor dapat dilihat pada Gambar 7.13

7.13 Hasil Pengujian Pulse Sensor

Pada Gambar 7.13 terlihat bahwa banyak cahaya yang

dipantulkan sehingga mendapatkan sinyal yang lebih tinggi dan

132

menampilkan kondisi tidak bugar karena rentang nilai BPM yang

diperoleh lebih dari nilai maksimal kondisi kebugaran.

7.4.1.4 Pengujian ESP8266

Espressif Systems Smart Connectivity Platform (ESCP) adalah

perangkat yang dapat bekerja dengan kemampuan tinggi, jaringan

Nirkabel SOCs dengan integrase tinggi dirancang untuk kebutuhan

mobile yang dibatasi oleh jarak dan daya. Data dari Arduino IDE ke

Thingspeak dikirim melalui modul ESP8266 yang sudah diaktifkan

WiFi-nya melalui Arduino IDE. Hasil pengujian pengiriman data ke

Thingspeak dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1 Hasil Pengujian Pengiriman Data ke Thingspeak

No. Tanggal Jam BPM Keterangan

1 01/05/2019 18.19.59 226 Tidak Bugar

2 01/05/2019 18.20.01 225 Tidak Bugar

3 01/05/2019 18.20.13 210 Tidak Bugar

4 01/05/2019 18.20.15 227 Tidak Bugar

5 01/05/2019 18.20.29 97 Kurang Bugar

6 01/05/2019 18.20.43 237 Tidak Bugar

133

7 01/05/2019 18.20.45 172 Tidak Bugar

8 01/05/2019 18.20.56 226 Tidak Bugar

9 01/05/2019 18.20.57 235 Tidak Bugar

10 01/05/2019 18.21.50 164 Tidak Bugar

11 01/05/2019 18.21.52 148 Tidak Bugar

12 01/05/2019 18.22.24 217 Tidak Bugar

13 01/05/2019 18.22.35 222 Tidak Bugar

14 01/05/2019 18.22.52 224 Tidak Bugar

15 01/05/2019 18.23.23 235 Tidak Bugar

16 01/05/2019 18.23.26 230 Tidak Bugar

17 01/05/2019 18.23.40 196 Tidak Bugar

18 01/05/2019 18.24.03 230 Tidak Bugar

19 01/05/2019 18.24.55 224 Tidak Bugar

20 01/05/2019 18.24.57 177 Tidak Bugar

21 01/05/2019 18.25.02 127 Tidak Bugar

134

22 01/05/2019 18.25.13 237 Tidak Bugar

Tabel 7.1 didapatkan data sebanyak 22. Sensor mengirimkan

data tersebut melalui modul WiFi ESP8266-01. Hasil pengiriman data

Arduino IDE ke Thingspeak dapat dilihat pada Gambar7.14

Gambar 7.14 Pengiriman Data Arduino IDE ke Thingspeak

7.4.2 Pengujian Perangkat Lunak

Pada pengujian tahap kedua ini merupakan pengujian yang

berkaitan dengan program yang sudah dibuat apakah berjalan

dengan baik, pengujian pada perangkat lunak ini terbagi menjadi

beberapa yaitu:

135

7.4.2.1 Pengujian FFT

Algotima FFT (Fast Fourier Transform) adalah sumber dari

suatu algoritma untuk menghitung fungsi Discrete Fourier Transform

atau transformasi fourier diskrit (DFT) secara cepat, efisien dan

inversnya. Pengujian FFT dilakukan dengan menggunakan rekaman

sinyal EKG yang diambil dari tubuh seseorang. Sinyal tersebut dikirim

melalui Arduino IDE ke Matlab R2017b yang kemudian disimpan

dalam format Excel. Hasil rekaman tersebut akan di filter

menggunakan algoritma FFT. Listing ekstraksi FFT yang digunakan

dapat dilihat pada Listing 7.3.

Fs=100;

ekg=load('5.txt');

L=length(ekg);

t=(0:L-1)/Fs;

Y = fft(ekg);

f = Fs*(0:(L/2))/L;

P2 = abs(Y/L);

P1 = P2(1:L/2+1);

P1(2:end-1) = 2*P1(2:end-1);

subplot(2,1,2);

plot(f,P1)

xlabel('Ftrekuensi (Hz)');

ylabel('Magnitude');

title('ECG Filter FFT');

Listing 7.3 Ekstraksi Gelombang EKG dengan FFT

136

Pada Listing 7.3 kita dapat mengambil sinyal EKG yang sudah

direkam dan ditampilkan kembali menggunakan Matlab R2017b.

Tampilan sinyal EKG asli dan sinyal ekstraksi dengan FFT dapat dilihat

pada Gambar 7.15.

Gambar 7.15 Filter sinyal EKG dengan frekuensi sampling 100 Hz

Pada Gambar 7.15 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

137

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

7.4.2.2 Pengujian Aplikasi Android

Gambar 7.16 Tampilan panel Isi Data Diri

MIT App Inventor merupakan sebuah aplikasi untuk membuat

aplikasi untuk ponsel yang menggunakan sistem operasi android.

Dalam pembuatan aplikasi, peneliti membuat sebuah program untuk

menyusun dan mengatur blok-blok untuk menghasilkan sebuah

138

aplikasi. Tampilan utama aplikasi andorid yang dibuat dapat dilihat

pada Gambar 7.16.

Pada Gambar 7.16 terlihat bahwa tampilan isi data diri aplikasi

menampilkan biodata seseorang yang dimulai dengan Nama, Jenis

Kelamin, Umur, dan Alamat. Tampilan utama dari Aplikasi Montir

Bugar dapat dilihat pada Gambar 7.17

Gambar 7.17 Tampilan Utama Aplikasi

Pada Gambar 7.17 menampilkan biodata diri seseorang dan

data detak jantung, dimana pada data detak jantung akan

139

menampilkan tingkat kebugaran seseorang yang dikirim melalui Data

Base dan modul WiFi ESP8266. Selain itu, terdapat pula button yang

akan digunakan untuk menampilkan form selanjutnya. Hasil Deteksi

Tingkat Kebugaran

7.4.2.3 Tampilan Deteksi Tingkat Kebugaran

Deteksi tingkat kebugaran menggunakan Pulse Sensor yang

tampilkan melalui LCD 16x2. Pada tampilan LCD, terdapat empat

kategori tingkat kebugaran. Kategori tingkat kebugaran dapat dilihat

pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2 Kategori Tingkat Kebugaran

Kategori Umur

(Tahun)

Detak Jantung

(BPM) Hasil

Laki-laki 18-35

49-61 Sangat Bugar

62-85 Bugar

86-101 Kurang Bugar

102 Tidak Bugar

Perempuan 18-35

54-65 Sangat Bugar

66-89 Bugar

90-104 Kurang Bugar

105 Tidak Bugar

140

Tabel 7.2 menjelaskan tentang rentang BPM yang diperoleh

melalui kirteria detak jantung laki-laki maupun perempuan (Hardian,

2018). Kebugaran seseorang dapat diketahui melalui aktivitas

seseorang serta berolahraga. Selain itu, grafik EKG dengan kategori

orang bugar akan stabil pada setiap gelombang R-R.

Nilai BPM bisa dideteksi menggunakan Pulse Sensor dengan

cara menempelkan jari tangan ke sensor tersebut. Pembacaan nilai

BPM berdasarkan kondisi sensor yang disentuh atau tidak. Hasil

deteksi tingkat kebugaran yang ditampilkan LCD, dapat dilihat pada

Gambar 7.18

Gambar 7.18 Hasil Deteksi Tingkat Kebugaran

141

Pada Gambar 7.18 terlihat bahwa deteksi tingkat kebugaran

menggunakan Pulse Sensor yang ditampilkan melalui LCD 16x2. Pulse

Sensor menggunakan sinyal Analog dimana sinyal analog tersebut

terdiri dari 10 bit (0-1023). Pulse Sensor akan memberikan nilai BPM

sesuai dengan nilai BPM pada program.

7.4.2.4 Perbandingan Pulse Sensor dan Manual

Proses pengambilan data dilakukan menggunakan modul yang

dibuat dan secara manual. Pengambilan data menggunakan Pulse

Sensor menggunakan jari tangan yang ditempel pada sensor. Hasil

perbandingan deteksi detak jantung dapat dilihat pada Tabel 7.3.

Tabel 7.3 Hasil Perbandingan Detak Jantung

No

.

Respon

-den

ke-

Detak Jantung

Error

(%)

Sensitivita

s (%)

Spesivita

s (%)

Akuras

i (%)

Pulse

Senso

r

Manua

l

1. 1 88 89 1,12 98,88 98,89 98,88

2. 2 80 82 4,49 97,56 98,80 98,18

3. 3 87 90 2,43 96,67 98,90 97,79

4. 4 85 89 3,33 95,51 97,80 96,67

5. 5 89 90 1,11 98,89 97,83 98,35

6. 6 111 113 1,77 98,23 99,12 98,68

7. 7 99 102 2,94 97,06 98,08 97,57

142

8. 8 101 102 0,98 99,02 99,03 99,02

9. 9 102 105 2,86 97,14 98,13 97,64

10. 10 109 112 2,94 97,32 98,25 97,79

Rata-rata (%) 2,39

7

97,63 98,48 98,06

Dari Tabel 7.3 dilakukan pengambilan data dengan mengambil

10 responden dengan mengunakan dua kategori yaitu rajin

berolahraga dan tidak. Rata-rata nilai error dari perbandingan

tersebut sebesar 2,397%, rata-rata nilai sensitivitas adalah 97,63%,

rata-rata nilai spesifitas adalah 98,48%, dan rata-rata nilai akurasi

adalah 98,06%.

Perbandingan dari sistem yang dibuat dengan perhitungan

secara manual dilakukan untuk menentukan tingkat akurasi dari

sistem yang sudah dibuat. Perbandingan dari sistem dan manual

dibagi menjadi 2 kategori yaitu kondisi bugar dan tidak bugar. Grafik

perbandingan Pulse Sensor dan manual dengan kategori bugar dapat

dilihat pada Gambar 7.19.

143

Gambar 7.19 Grafik Perbandingan Pulse Sensor dan Manual

Pada Gambar 7.19 didapatkan nilai BPM diatas rata-rata

dengan kondisi bugar, hal tersebut terjadi karena responden yang

dideteksi detak jantungnya rajin berolahraga sehingga diperoleh

kondisi tersebut. Grafik perbandingan Pulse Sensor dan manual

dengan kategori tidak bugar dapat dilihat pada Gambar 7.20.

60

80

100

1 2 3 4 5

Perbandingan Pulse Sensor dan Manual

pada Kategori Bugar Responden 1-5

Pulse Sensor Manual

144

Gambar 7.20 Grafik Perbandingan Pulse Sensor dan Manual

7.4.2.5 Deteksi Detak Jantung dengan Algoritma FFT

Pada proses pengambilan data, ada beberapa responden yang

di deteksi untuk melakukan pengambilan data tingkat kebugaran

yang dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan dengan

kondisi rajin berolahraga dan tidak.

- Responden 1

Responden 1 merupakan seorang mahasiswa dari Program

Studi Teknik Elektro. Data diri dari responden 1 dapat dilihat pada

Tabel 7.4.

100

110

120

1 2 3 4 5

Perbandingan Pulse Sensor dan Manual

pada Kategori Tidak Bugar Responden 6-10

Pulse Sensor Manual

145

Tabel 7.4 Data Diri Responden 1

Nama Fahmi Abdul Aziz

Umur 21 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Jl. Warungboto 3, UH

IV

Data dari responden 1 diambil dengan kondisi berolahraga.

Hasil rekaman detak jantung pada responden 1 dapat dilihat pada

Gambar 7.21

Gambar 7.21 Grafik ECG Responden 1

146

Pada Gambar 7.21 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung normal terlihat dari pola-pola

gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 1 rajin

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 88 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 89 BPM. Hasil tersebut diperoleh

melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan secara

manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 1,12%, sensitivitas

sebesar 98,88%, spesifikasi sebesar 98,89%, dan akurasi sebesar

98,88%.

- Responden 2

Responden 2 merupakan seorang mahasiswa dari Program

Studi Teknik Elektro. Data diri dari responden 2 dapat dilihat pada

Tabel7.5.

147

Tabel 7.5 Data Diri Responden 2

Nama M Fazrul Rahman

Umur 21 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Dompu, NTB

Data dari responden 2 diambil dengan kondisi berolahraga.

Hasil rekaman detak jantung pada responden 2 dapat dilihat pada

Gambar 7.22

Gambar 7.22 Grafik ECG Responden 2

148

Pada Gambar 7.22 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung normal terlihat dari pola-pola

gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 2 rajin

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 80 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 82 BPM. Hasil tersebut diperoleh

melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan secara

manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 4,49%, sensitivitas

sebesar 97,56%, spesifikasi sebesar 98,80%, dan akurasi sebesar

98,18%.

- Responden 3

Responden 3 merupakan seorang mahasiswa dari Program

Studi Teknik Elektro. Data diri dari responden 3 dapat dilihat pada

Tabel 7.6.

149

Tabel 7.6 Data Diri Responden 3

Nama Berza Handika S

Umur 22 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Lampung

Data dari responden 3 diambil dengan kondisi berolahraga.

Hasil rekaman detak jantung pada responden 3 dapat dilihat pada

Gambar 7.23

Gambar 7.23 Grafik ECG Responden 3

150

Pada Gambar 7.23 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung normal terlihat dari pola-pola

gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 3 rajin

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 87 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 90 BPM. Hasil tersebut diperoleh

melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan secara

manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 2,43%, sensitivitas

sebesar 96,67%, spesifikasi sebesar 98,90%, dan akurasi sebesar

97,79%.

- Responden 4

Responden 4 merupakan seorang mahasiswa dari Program

Studi Teknik Elektro. Data diri dari responden 4 dapat dilihat pada

Tabel 7.7.

151

Tabel 7.7 Data Diri Responden 4

Nama Ikhsan

Umur 19 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Bangka

Data dari responden 4 diambil dengan kondisi berolahraga.

Hasil rekaman detak jantung pada responden 4 dapat dilihat pada

Gambar 7.24

Gambar 7.24 Grafik ECG Responden 4

152

Pada Gambar 7.24 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung normal terlihat dari pola-pola

gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 4 rajin

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 85 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 89 BPM. Hasil tersebut diperoleh

melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan secara

manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 3,33%, sensitivitas

sebesar 95,51%, spesifikasi sebesar 97,80%, dan akurasi sebesar

96,67%.

- Responden 5

Responden 5 merupakan seorang mahasiswa dari Program

Studi Teknik Industri. Data diri dari responden 5 dapat dilihat pada

Tabel 7.8.

153

Tabel 7.8 Data Diri Responden 5

Nama Tama

Umur 19 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Medan

Data dari responden 5 diambil dengan kondisi berolahraga.

Hasil rekaman detak jantung pada responden 5 dapat dilihat pada

Gambar 7.25

Gambar 7.25 Grafik ECG Responden 5

Pada Gambar 7.25 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

154

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung normal terlihat dari pola-pola

gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 5 rajin

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 89 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 90 BPM. Hasil tersebut diperoleh

melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan secara

manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 1,11%, sensitivitas

sebesar 98,89%, spesifikasi sebesar 97,83%, dan akurasi sebesar

98,35%.

- Responden 6

Responden 6 merupakan seorang mahasiswi dari Program

Studi Farmasi. Data diri dari responden 6 dapat dilihat pada Tabel

7.9.

Tabel 7.9 Data Diri Responden 6

Nama Yeni Rahmawati

Umur 20 Tahun

155

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Dompu

Data dari responden 6 diambil dengan kondisi tidak

berolahraga. Hasil rekaman detak jantung pada responden 6 dapat

dilihat pada Gambar 7.26.

Gambar 7.26 Grafik ECG Responden 6

Pada Gambar 7.26 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

156

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung tidak normal terlihat dari pola-

pola gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 6 jarang

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 111 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 113 BPM. Hasil tersebut

diperoleh melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan

secara manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 1,77%,

sensitivitas sebesar 98,23%, spesifikasi sebesar 99,12%, dan akurasi

sebesar 98,68%.

- Responden 7

Responden 7 merupakan seorang mahasiswi dari Program

Studi Farmasi. Data diri dari responden 7 dapat dilihat pada Tabel

7.10.

Tabel 7.10 Data Diri Responden 7

Nama Rooidatun Nahda

Umur 20 Tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Bengkulu

157

Data dari responden 7 diambil dengan kondisi tidak

berolahraga. Hasil rekaman detak jantung pada responden 7 dapat

dilihat pada Gambar 7.27.

Gambar 7.27 Grafik ECG Responden 7

Pada Gambar 7.27 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

158

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung tidak normal terlihat dari pola-

pola gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 7 jarang

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 99 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 102 BPM. Hasil tersebut

diperoleh melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan

secara manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 2,94%,

sensitivitas sebesar 97,06%, spesifikasi sebesar 98,08%, dan akurasi

sebesar 97,57%.

- Responden 8

Responden 8 merupakan seorang mahasiswi dari Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Data diri dari responden 8 dapat

dilihat pada Tabel 7.11.

Tabel 7.11 Data Diri Responden 8

Nama Teti Sunia A.S

Umur 20 Tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Jl. Nitikan, Umbulharjo

159

Data dari responden 8 diambil dengan kondisi tidak

berolahraga. Hasil rekaman detak jantung pada responden 8 dapat

dilihat pada Gambar 7.28

Gambar 7.28 Grafik ECG Responden 8

Pada Gambar 7.28 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

160

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung tidak normal terlihat dari pola-

pola gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 8 jarang

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 101 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 102 BPM. Hasil tersebut

diperoleh melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan

secara manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 0,98%,

sensitivitas sebesar 99,02%, spesifikasi sebesar 98,13%, dan akurasi

sebesar 97,64%.

- Responden 9

Responden 9 merupakan seorang mahasiswi dari Program

Studi Ekonomi Pembangunan. Data diri dari responden 9 dapat

dilihat pada Tabel 7.12.

Tabel 7.12 Data Diri Responden 9

Nama Ipa Aryanti

Umur 19 Tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Jl. Pacar No. 1

161

Data dari responden 9 diambil dengan kondisi tidak

berolahraga. Hasil rekaman detak jantung pada responden 9 dapat

dilihat pada Gambar 7.29

Gambar 7.29 Grafik ECG Responden 9

Pada Gambar 7.29 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

162

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

Hasil rekaman detak jantung tidak normal terlihat dari pola-

pola gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 9 jarang

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 102 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 105 BPM. Hasil tersebut

diperoleh melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan

secara manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 2,86%,

sensitivitas sebesar 97,14%, spesifikasi sebesar 98,13%, dan akurasi

sebesar 97,64%.

- Responden 10

Responden 10 merupakan seorang mahasiswa dari Program

Studi Perbankan Syariah. Data diri dari responden 10 dapat dilihat

pada Tabel 7.13.

Tabel 7.13 Data Diri Responden 10

Nama Tomy

Umur 19 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Majalengka

163

Data dari responden 10 diambil dengan kondisi tidak

berolahraga. Hasil rekaman detak jantung pada responden 10 dapat

dilihat pada Gambar 7.30

Gambar 7.30 Grafik ECG Responden 10

Pada Gambar 7.30 adalah pola dari bentuk gelombang jantung

yang asli dan telah diekstraksi dengan algoritma FFT. Hasil dari

ekstraksi menggambarkan suatu pola yang lebih sederhana

dibandingkan dengan bentuk gelombang aslinya. Algoritma FFT

digunakan untuk memisahkan isyarat dari gelombang EKG menjadi

komponen penyusun frekuensi. Sedangkan data lain akan

ditampilkan sebagai spektrum frekuensi yang nilai magnitudenya

sangat kecil atau mendekati nol.

164

Hasil rekaman detak jantung tidak normal terlihat dari pola-

pola gelombang EKG yang dihasilkan karena responden 10 jarang

berolahraga sehingga BPM yang diperoleh yaitu 109 BPM sedangkan

perhitungan secara manual sebesar 112 BPM. Hasil tersebut

diperoleh melalui perhitungan oleh sistem yang telah dibuat dan

secara manual, sehingga diperoleh tingkat error sebesar 2,94%,

sensitivitas sebesar 97,32%, spesifikasi sebesar 98,25%, dan akurasi

sebesar 97,7

165

BAB 8: Rancang Bangun Sistem

Pemantauan Infus Berbasis

Android

166

BAB 8: Rancang Bangun Sistem Pemantauan Infus Berbasis

Android

8.1 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang akan digunakan mencakup komponen–

komponen elektronika yang akan dirangkai menjadi suatu alat. Alat

yang dirancang untuk mampu menghitung tetesan cairan infus,

memantau sisa cairan infus. Bahan–bahan itu antara lain:

a. Arduino uno R3

b. Botol Infus

c. Infus set

d. Power Supply

e. Smartphone Android

f. Modul Bluetooth HC-06

8.2 Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi perangkat untuk perancangan dan

pengujian. Berikut perangkat yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

8.2.1 Perangkat keras

1. Multimeter: Alat ini digunakan untuk mengukur tegangan pada

alat.

167

2. Obeng set: Obeng berfungsi untuk memasang sekrup supaya

sistem dapat di pasang pada alat.

3. Laptop/PC/computer dengan system operasi Microsoft Windows

7 Komputer melalui Arduino IDE digunakan untuk memprogram

arduino serta mengaplikasikan MIT App Inven-tor untuk membuat

aplikasi android

4. Solder dan tenol: Alat ini digunakan untuk menghu-bungkan dan

melepas komponen

8.2.2 Perangkat lunak

1. IDE Arduino: Software ini berperan dalam pembuatan program

yang akan dimasukkan ke arduino supaya dapat bekerja sebagaimana

mestinya.

2. MIT App Inventor: Software ini berfungsi untuk membuat dan

mendesain aplikasi pada android.

168

8.3 Perancangan Sistem

Dalam tahap ini, penulis akan melakukan perancangan sistem

yang akan dibuat. Dalam merancang sistem ini, penulis merancang

system dengan dua tahap perancangan yaitu perancangan perangkat

keras dan perancangan perangkat lunak. Untuk menghasilkan sistem

yang sesuai, perancangan sistem dilakukan dengan mengacu pada

teori – teori dan penelitian sebelumnya.

8.3.1 Perancangan Perangkat Keras

Perancangan hardware dan program pada monitoring tetesan

infus berbasis Arduino Uno ini dibuat dalam bentuk diagram blok.

Diagram blog inilah yang akan membantu pembuatan

perancangan sistem secara keseluruhan untuk mempermudah

penulis dalam melakukan perancangan. Ditunjukan pada Gambar

8.1.

input

output

Smartphone

ArduinoPhoto-Dioda

Catu Daya

Bluetooth

Gambar 8.1 diagram blok rancangan perangkat keras

169

Keterangan diagram blok:

1. catu daya. Sebagai masukan daya untuk arduino uno

2. Mikrokontroler sebagai pengolah data, menggunakan arduino

uno R3 Atmel 328.

3. Bluetooth sebagai pengirim berupa informasi.

4. Android sebagai penerima atau receiver berupa informasi.

Perakitan perangkat keras merupakan proses dalam

menghubungkan semua perangkat sehingga dapat membaca nilai

sensor sampai memicu kinerja perangkat output.

Diagram blok pada sistem ini memiliki 3 bagian utama yaitu,

input, mikrokontroler, dan output. Pada bagian input sistem ini terdiri

dari sebuah rangkaian sensor Photodioda. Sensor pada sistem ini

terletak pada tabung tetes infus yang berfungsi untuk mendeteksi

ada tidaknya tetesan. Sensor menerima data dari pancaran cahaya

inframerah. Data yang diterima berupa perubahan nilai analog

cahaya saat adanya cahaya dan tidak adanya. Selanjutnya data

analog tersebut dikonversi menjadi data digital menggunakan fitur

ADC pada arduino uno. Data digital tersebut dikirim melalui

Bluetooth HC-06 ke handphone android dan akan diolah dan

digolongkan menjadi data ada tetesan dan tidak ada tetesan.

Setelah data adanya tetesan telah didapatkan, selanjutnya data

170

tersebut ditampilkan pada android dan akan ada peringatan ketika

cairan infus akan habis. Perakitan perangkat keras merupakan

proses dalam menghubungkan semua perangkat sehingga dapat

membaca nilai sensor sampai memicu kinerja perangkat output.

Adapun Rangkaian Sistem Mikrokontroler dapat dilihat pada

Gambar 8.2

Gambar 8.2 Rangkaian Sistem mikrokontroler Arduino Uno

Pada rangkaian di atas sensor photodioda dihubungkan dengan

pin analog A0 dan pin analog A1, serta led inframerah

dihubungkan dengan pin 5 dan pin 6. Sedangkan untuk led

indikator dihubungkan dengan pin 11, pin 12, pin 13 dan modul

Bluetooth HC-06 pin Rx dengan pin 10 dan pin Tx dengan pin 9.

171

Rangkaian system mikrokontroller maka dibuat desain 3D rancang

bangun system pemantauan infus. Desain 3D dapat dilihat pada

Gambar 8.3.

Gambar 8.3 Desain 3D Alat Pemantauan Infus

Pada desain 3D tersebut kotak terdiri dari arduino uno, modul

bluetooth HC-06 dan 3 led indikator, yang dihubungkan dengan

sensor yang terdiri dari photodioda dan led inframerah. Kotak

tersebut dipasang pada tiang infus. Sedangkan, Sensor I dan sensor II

dipasang pada chamber pada infus I dan infus II.

172

8.3.2 Perancangan Perangkat Lunak

Perancangan perangkat lunak pada penelitian ini dibangun

menggunakan perangkat lunak yang mendukung pemrograman

Arduino Uno yaitu Arduino IDE, Setelah itu membuat aplikasi android

menggunakan software MIT App inventor yang kemudian

dihubungkan ke software arduino UNO.

- Pemrograman Arduino

Pembuatan kode program software dilakukan dengan

menggunakan aplikasi ide arduino versi 1.8.2 dengan basis bahasa C

yang di sesuaikan agar dapat menunjang kinerja alat secara

keseluruhan.

a. Kode program

Pada kode program yang diupload ke mikrokontroler arduino

merupakan program untuk menerima data pembacaan sensor

photodiode dan mengirim data tersebut ke android

1) Kode program pembacaan sensor

Pada listing program pembacaan sensor merupakan barisan

kode untuk membaca nilai analog cahaya dari sensor. Kode

program pembacaan sensor dapat dilihat pada Listing 8.1.

173

void loop() {

digitalWrite(5, HIGH);

digitalWrite(6, HIGH);

digitalWrite(12, HIGH);

sensor=analogRead(A1);

sensor2=analogRead(A0);

if(sensor>=500)

digitalWrite(11, HIGH); // LED 13 dinyalakan

else

digitalWrite(11, LOW); // LED 13 dipadamkan

if(sensor2>=500)

digitalWrite(13, HIGH); // LED 13 dinyalakan

else

digitalWrite(13, LOW); // LED 13 Listing 8.1 Kode program pembacaan sensor

Pada Listing di atas merupakan kode program untuk

menginisialisai beberapa pin digital menjadi output dan

memberikan keluaran nilai logika 1 (High) pada pin arduino uno

serta sebagai fungsi utama untuk membaca perubahan nilai

analog cahaya pada sensor I dan sensor II. Dan kode program

untuk memprogram led indikator pada hardware, jika nilai sensor

lebih dari 500 maka led indikator akan bernilai 1 (high) dan jika

kurang dari 500 maka led indikator akan bernilai 0 (low).

174

2) Kode program komunikasi android

Kode program komunikasi android merupakan kode program

yang berfungsi sebagai transmisi data dari alat pemantauan infus ke

android. Kode program dapat dilihat pada Listing 8.2.

SoftwareSerial bt(10,9);//RX,TX

unsigned long millis();

if(millis()-previousMillis>interval){

previousMillis=millis();

bt.print("");

bt.print(sensor);

bt.print(",");

bt.println(sensor2);

Listing 8.2 Kode program komunikasi android

Pada Listing program SoftwareSerial bt berfungsi untuk

menjadikan pin 10 (RX) sebagai penerima dan pin 9 (TX) sebagai

pengirim. Listing program pada bt.begin (9600) digunakan sebagai

komunikasi serial untuk terhubung dengan bluetooth HC-06 dan

sebagai kecepatan aliran data menggunakan baudrate 9600 bps.

Listing program millis berfungsi untuk mengeksekusi program

dalam waktu millisecond untuk melakukan suatu proses selama

waktu tertentu. Sedangkan program bt.print berfungsi untuk

mengirimkan data pembacaan sensor ke android melalui

bluetooth HC-06.

175

Mulai

Selesai

Inisialisasisensor

Deklarasireceiver

Kirim data viabluetooth

Bacadata

Gambar 8.4 Flowchart program arduino

Pemrograman arduino dilakukan untuk mengek-sekusi

perintah yang diinginkan pada rangkaian Arduino Uno. Saat

hardware di masukkan tegangan dalam hal ini dihubungkan

dengan catu daya, mikrokontroler akan memulai proses inisialisasi

input maupun output serta variabel yang dibutuhkan. Data yang

masuk ke dalam arduino uno selanjutnya di olah dan dikirimkan

176

melalui Bluetooth HC-06. Adapun bentuk flowchart dapat dilihat

pada Gambar 8.4.

Ketika alat menerima catudaya dari power supply maka

program akan memulai program dan sensor akan berinisialisasi.

Inisialisasi adalah proses persiapan untuk menentukan nilai awal

untuk digunakan. Setelah inisialisasi kemudian data input sensor

akan diterima oleh arduino. Pada waktu yang sama maka

selanjutnya data akan dikirim ke android setelah pada receiver

memberikan perintah. Ketika alat telah selesai digunakan maka

program akan selesai.

- Pemrograman MIT App Inventor

Pada pemrograman MIT App Inventor merupakan

pemrograman untuk merancang sebuah software aplikasi yang

berfungsi sebagai receiver atau penerima data pada smartphone

android. Perancangan MIT App Inventor menggunakan mode online

yang berarti setiap pengguna harus terkoneksi dengan jaringan

internet yang stabil agar tidak mengganggu proses pembuatan

aplikasi dan memiliki akun gmail. MIT App Inventor adalah tool

pemrograman berbasis blok yang memungkinkan semua orang untuk

membuat aplikasi untuk perangkat Android. Menariknya dari tool ini

berbasis visual block programming, jadi dalam penyusunan

177

pembuatan aplikasi ini menggunakan atau menyusun drag-drops

suatu block seperti menyusun sebuah puzzle tanpa menuliskan kode

program (coding).

1) Mengakses MIT App Inventor

Untuk mengakses MIT App Inventor kita dapat mengakses

laman webnya yaitu di http://appinventor.mit.edu. Tampilan awal

dari software MIT Inventor dapat dilihat pada Gambar 8.5.

Gambar 8.5 merupakan Tampilan awal pada software MIT

Inventor diwajibkan login menggunakan akun gmail pada create

apps. Setelah berhasil masuk menggunakan akun gmail maka akan

muncul tampilan baru pada MIT Inventor. Tampilan baru pada MIT

Inventor dapat dilihat pada Gambar 8.6.

Gambar 8.5 Tampilan awal pada software MIT Inventor

178

Gambar 8.6 Tampilan baru pada MIT Inventor

Gambar 8.6 merupakan tampilan awal pembuatan aplikasi

android menggunakan MIT Inventor dan ada beberapa menu yang

perlu diketahui fungsinya, antara lain:

a. start new project: digunakan untuk membuat projek baru pada MIT App Inventor

b. Delete Project: digunakan untuk menghapus projek pada MIT App Inventor

c. Publish to gallery: digunakan untuk menmpublish projek ke galeri pada MIT App Inventor

d. Project: adalah menu awal berisi antara lain start new project, save project dan delete project.

e. Connect: adalah menu untuk menghubungkan project yang telah dibuat dengan menggunakan media perantara lain. MIT Inventor Companion dapat diunduh pada Playstore.

179

f. Build: adalah menu sebagai download aplikasi yang telah dibuat. Simpan projek ke komputer atau melalui scan barcode yang akan menuju ke link download atau bisa langsung di download pada smartphone.

2) Membuat Aplikasi Android

Dalam membuat aplikasi android pemantauan infus dengan

menggunakan MIT App Inventor

a) Membuat tampilan designer app android

Dapat dilihat tampilan aplikasi android rancang bangun

pemantauan infus berbasis android dapat dilihat pada gambar 8.7.

Gambar 8.7 Tampilan design aplikasi

Gambar 8.7 merupakan desain tampilan aplikasi android

menggunakan pemrograman MIT App Inventor. Berikut adalah

komponen-komponen yang digunakan dalam perancangan aplikasi

ini:

180

1. Listpicker

Sebuah tombol yang saat diklik menampilkan daftar teks yang

bisa dipilih pengguna di antaranya. Listpicker pada aplikasi ini

digunakan sebagai tombol untuk koneksi dengan bluetooth

2. Label

Label adalah komponen yang digunakan untuk menampilkan

teks. Label menampilkan teks yang ditentukan oleh properti teks.

3. Button

Button adalah sebuah tombol yang digunakan untuk

memberikan sebuah perintah.

4. BluetoothClient

Digunakan sebagai modul komunikasi dengan menggunakan

bluetooth

5. Clock

Merupakan Komponen yang tidak terlihat yang menyediakan

waktu bersamaan dengan menggunakan jam internal pada

handphone.

6. Notifier

Komponen Notifier berfungsi untuk menampilkan dialog

peringatan, pesan, peringatan sementara, dan membuat entri log

Android.

181

7. Player

Komponen Player berfungsi untuk memutar suara dalam

bentuk mp3.

8. Spinner

Komponen untuk membuat item pada daftar pilihan.

9. Textbox

Komponen ini berfungsi sebagai penampil teks dalam kotak

teks

10. Vertical Scroll Arrangement

Komponen ini adalah elemen pemformatan layout untuk

menempatkan komponen yang harus ditampilkan dari atas ke bawah

11. Tabel Arrangement

Komponen ini adalah elemen format untuk menempatkan

komponen yang harus ditampilkan dalam bentuk table

12. Horizontal Scroll Arrangement

Komponen ini adalah elemen pemformatan layout untuk

menempatkan komponen yang harus ditampilkan dari kiri ke kanan

b) Membuat kode program pada MIT App Inventor

182

Setelah pembuatan designer aplikasi selesai, kemudian

memasukan kode program. Pada MIT App Inventor kode program

nya disusun dengan menggunakan block seperti puzzle. Berikut

adalah tampilan kode program dapat dilihat pada gambar 8.8.

Gambar 8.8 Barisan awal kode blok

Gambar 8.8 merupakan kode program digunakan ketika bluetooth on

maka ketika diklik akan muncul daftar nama alamat perangkat

Bluetooth lain sebagai tujuan kirim data dan kemudian dapat memilih

mode sambungkan maka bluetooth akan tersambung. Ketika mode

tersambung on maka tulisan status akan berubah menjadi connect.

Pada saat ingin mengakhiri koneksi maka klik tombol disconnect

maka tulisan akan berubah menjadi disconnect. Ketika Bluetooth

sudah terhubung maka data yang diterima akan dibagi dalam

variabel, Program dapat dilihat pada Gambar 8.9.

183

Gambar 8.9 Kode program penerimaan data Bluetooth

Kode program pada Gambar 8.9 terdapat initialize global data

1 dan data 2, perintah ini berfungsi untuk membuat variabel data 1

dan variabel data 2. Dan program pada clock 1 memperlihatkan

kejadian yang ditangani oleh clock 1 dengan perintah jika Bluetooth

terhubung maka variabel data 1 akan menerima byte yang dikirm

oleh modul Bluetooth bersamaan dengan itu maka variabel data 2

juga akan menampilkan data yang diterima oleh variabel data 1.

Program ini digunakan ketika aplikasi tersebut sudah terhubung

dengan hardware melalui komunikasi bluetooth maka android akan

menerima data dari hardware.

184

Gambar 8.10 Kode blok pemrosesan

Gambar 8.11 Kode blog sisa cairan infus

185

Blok program pada Gambar 8.10 berfungsi untuk mengambil

data yang tersimpan pada variabel global data 2 yang diterima dari

modul Bluetooth. Data yang diterima berupa string dengan format

Data=xxx,xxx maka textbox data 1 akan menerima data mulai dari 1

sampai dengan 3, dengan panjang data 3. Sedangkan texbox data 2

akan menerima data mulai dari 5 sampai dengan 7, dengan panjang

data 3 dan data tersebut akan dikelompokan menjadi data menetes

dan tidak menetes, dengan perintah jika data yang diterima nilainya

kurang dari 500 maka textbox akan menampilkan text tidak menetes

dan jika data yang diterima lebih dari 500 maka textbox akan

menampilkan text ‘menetes’.

Pada Gambar 8.11. kode program pada clock 2

memperlihatkan kejadian yang ditangani oleh clock 2, clock 2 disini

berfungsi sebagai clock pada sensor I. Sedangkan, kode program

pada clock 3 memperlihatkan kejadian yang ditangani oleh clock 3,

clock 3 disini berfungsi sebagai clock pada sensor II. Pada clock 2 dan

clock 3 terdapat perintah yang sama yaitu jika textbox menampilkan

text menetes maka sisa cairan infus akan berkuran sebesar 0.067 mL.

Dan jika sisa cairan infus = 50.095 maka akan muncul peringatan

berupa suara yang berbunyi ”Infus 1 akan habis” dan akan muncul

textbox yang menampilkan text berupa “Infus 1 Akan Segera habis.

segera lakukan penggantian pada infus 1”

186

Gambar 8.12 Kode blok pengaturan kecepatan infus

Pada Gambar 8.12. kode program pada Spinner 1 berfungsi

sebagai daftar pilih kecepatan pada sensor I. Sedangkan kode

program pada Spinner 2 berfungsi sebagai daftar pilih kecepatan

pada sensor II. Pada Spinner 1 dan Spinner 2 terdapat daftar pilih

kecepatan tetes yang sama yaitu 5 tetes/menit, 10 tetes/menit, 20

tetes/menit, 50 tetes/menit, dan ketika chamber pada infus dibuka

secara total. Jika kecepatan tetesan pada daftar pilih dipilih maka

waktu interval pada hasil pembacaan sensor akan berubah sesuai

kecepatan tetesan yang dipilih.

187

Gambar 8.13 Kode blok tombol reset

Pada Gambar 8.13 kode program pada Reset1 berfungsi

sebagai tombol reset pada pada sensor I. Sedangkan kode program

pada Reset2 berfungsi sebagai tombol reset pada pada sensor II.

Pada tombol reset 1 dan tombol reset 2 terdapat program yang

sama, yaitu apabila tombol reset diklik maka textbox akan kembali

kosong dan pada sisa cairan infuse akan kembali menjadi 500mL dan

juga berfungsi sebagai tombol stop untuk peringatan suara ketika

infus akan habis.

188

Gambar 8.14 Kode untuk menutup aplikasi

Pada Gambar 8.14. merupakan kode program sebagai perintah

ketika ingin keluar dari aplikasi pemantauan infus. Ketika tombol

kembali ditekan maka akan muncul dialog pemberitahuan yang

bertuliskan “Apakah ingin keluar dari aplikasi” dan ada pilihan ya atau

tidak. Jika iya maka aplikasi akan keluar. Bentuk flowchart dapat

dilihat pada Gambar 8.15.

189

Mulai

Selesai

Baca data dari modulbluetooth HC-06

Tampilkan kondisi tetes dan sisacairan infus

Tampilkan pemberitahuan

Jika (sisa = 20ml)>

Gambar 8.15 Flow chart program pada MIT App Inventor

Pada flowchart program MIT App Inventor ketika dijalankan

maka akan memulai program. Ketika Bluetooth disambungkan maka

data dari Bluetooth HC-06 diterima pada smartphone android. Jika

sisa cairan infus sama dengan 50,069 mL maka akan ada peringatan

190

pada smartphone android. Jika tidak maka interface hanya

menampilkan kondisi tetesan dan sisa cairan saat ini.

8.4 Pengujian Sistem

8.4.1 Pengujian Perangkat Keras

Pengujian Perangkat Keras ini dimaksudkan untuk mengetahui

hardware yang digunakan bekerja dengan baik atau tidak. Untuk

mengetahuinya, maka perlu dilakukan serangkaian pengujian pada

masing-masing hardware yang akan digunakan di dalam sistem

tersebut.

8.4.2 Pengujian perangkat lunak

Pengujian ini dimaksudkan untuk meneliti dan menyusun

listing pada software agar ketika didownload ke Arduino uno dapat

bekerja dengan baik. Dan melakukan perancangan pada aplikasi

andorid

8.4.3 Pengujian Keseluruhan alat

Pengujian alat pemantauan infus berbasis android ini

merupakan hasil yang akan diterapkan pada keseluruhan alat

sehingga alat mampu bekerja seperti yang disesuaikan secara

optimal.

191

8.5 Implementasi Sistem Sistem pemantauan infus berbasis android dibuat untuk

membantu pekerjaan perawat dalam memantau infus pada pasien.

Sistem infus pada pasien ini, dirancang menggunakan sensor

photodioda. Sensor pada sistem ini terletak ditengah – tengah tabung

tetes infus yang berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya tetesan.

Sistem ini menggunakan Arduino Uno untuk proses pengolahan input

yang berasal dari photodiode. Prototype pemantauan infus berbasis

android dapat dilihat pada Gambar 8.16

Gambar 8.16 Perangkat keras alat pemantauan infus

Cara kerja dari sistem ini adalah sensor menerima data dari

pancaran sinar inframerah. Data yang diterima berupa perubahan

nilai analog cahaya saat ada cahaya dan tidak ada cahaya.

Selanjutnya data analog tersebut dikirim melalui Bluetooth HC-06 ke

192

handphone android dan akan diolah dan digolongkan menjadi data

ada tetesan atau tidak ada tetesan dan dari data itu kemudian diolah

untuk menghitung sisa cairan infus. Setelah data adanya tetesan dan

sisa cairan telah didapatkan, selanjutnya data tersebut ditampilkan

pada android.

Apabila sisa cairan sama dengan batas yang ditentukan, maka

akan ada pemberitahuan pada smartphone android perawat. Dan

sebaliknya, apabila sisa cairan belum mencapai batas yang

ditentukan, maka smartphone android akan terus menerima data

dan aliran infus tetap mengalir pada selang infus.

Setelah melakukan proses perancangan software dan

hardware selesai, maka tahap selanjutnya adalah melakukan

pengujian kinerja pada sistem yang telah dirancang. Pengujian

dilakukan agar bisa mendapatkan data dari sistem tersebut, sehingga

dengan diperolehnya data dapat diketahui untuk kinerja dari sistem

yang telah dirancang tersebut.

8.5.1 Pengujian Perangkat Keras

Pengujian perangkat keras merupakan proses pengeksekusian

sistem perangkat keras untuk menentukan apakah sistem tersebut

telah bekerja dengan baik. Pengujian dilakukan dengan melakukan

percobaan untuk melihat kemungkinan kesalahan yang terjadi dari

setiap proses. Pengambilan data pada Alat Pemantauan Infus

193

Berbasis Android dilakukan dengan pengamatan pada sistem kerja

alat dilakukan dengan pengukuran pada komponen-komponen yang

digunakan. Dalam tahapan-tahapan melakukan pengujian yang

dilakukan pertama kali adalah melakukan pengujian terhadap

perangkat-perangkat inputan yaitu pengujian terhadap sensor yang

digunakan yaitu sensor photodiode pada sensor 1 dan sensor 2.

Kemudian melakukan pengujian secara keseluruhan sistem.

Gambar 8.17 Pengukuran Vout pada sensor photodiode

194

8.5.1.1 Pengujian Sensor Photodioda

Pengujian sensor photodioda dilakukan untuk mengetahui

respon yang diberikan oleh sensor. Pengujian sensor photodioda

dilakukan dengan menghubungkan sensor photodioda dan led

inframerah dengan arduino dengan memberikan tegangan 5 VDC dari

modul mikrokontoller Arduino Uno. Saat memancarkan cahaya

inframerah pada photodioda kemuadian output tegangan di cek pada

pin Vout yang dihubungkan dengan probe positif dan GND yang

dihubungkan dengan probe negatif. Maka didapat hasil seperi pada

Tabel 8.17

Tabel 8.1 Keterangan Vin dan Vout pada sensor photodioda

Sensor Tegangan

Input

Output Tegangan Keterangan

Sensor I 5 V 1.42 DCV Terkena cahaya

4.88 DCV Tanpa terkena cahaya

Sensor II 5 V 1.66 DCV Terkena cahaya

4.88 DCV Tanpa terkena cahaya

Dari pengujian tersebut dapat diketahui output sensor photodioda

akan bernilai low jika terkena cahaya , sedangkan sensor akan

bernilai high jika tidak terkena cahaya.

195

8.5.1.2 Pengujian Modul Bluetooth

Pada pengujian koneksi bluetooth ke android merupakan

komunikasi antara hardware dengan smartphone android dengan

menghubungkan modul Bluetooth HC-06 dengan arduino uno dan

memberikan tergangan masukan sebesar 5 VDC dengan tujuan untuk

mengetahui jarak transmisi antara bluetooth yang terdapat pada

smartphone. Pengujian koneksi bluetooth ditunjukan pada Tabel 8.2

Tabel 8.2 Pengujian koneksi bluetooth

No Jarak antara sistem Bluetooth Keterangan

1 1 Meter Lancar menerima perintah

2 5Meter Lancar menerima perintah

3 6 Meter Lancar menerima perintah

4 7 Meter Lancar menerima perintah

5 8 Meter Lancar menerima perintah

6 9 Meter Lancar menerima perintah

7 10Meter Lancar menerima perintah

8 11 Meter Tidak lancar menerima

9 12 Meter Tidak Menerima

10 13 Meter Tidak Menerima

11 14 Meter Tidak Menerima

12 15 Meter Tidak Menerima

196

Pengujian sistem koneksi antara bluetooth HC-06 dengan

bluetooth yang ada di dalam sistem smartphone android merupakan

komunikasi nirkbael (tanpa kabel) yang sangat mudah digunakan

pada aplikasi ini. Jarak yang sangat efektif adalah 1 meter sampai 10

meter untuk menstabilkan hasil ukur pada sensor yang dikoneksikan

pada android.

8.5.2 Pengujian Sofware

8.5.2.1 Pengujian Aplikasi pada Smartphone Android

Pengujian sistem ini dilakukan dengan cara meng instalasi

aplikasi yang telah dibuat dengan menggunakan MIT App Inventor.

Aplikasi diberi nama “Infus”. Tampilan untuk membuka aplikasi di

tunjukan pada Gambar 8.18

Gambar 8.18 Tampilan aplikasi pada smartphone android

197

Pada Gambar 8.18 Tampilan aplikasi smartphone android pada

umumnya sama dengan aplikasi yang lainnya. Pengujian aplikasi ini

dilakukan untuk mengetahui respon yang diberikan oleh aplikasi

pemantauan infus berbasis android terhadap hardware yang terdiri

dari arduino uno dan modul bluetooth hc-06. Setelah aplikasi sudah

terinstal pada android maka langkah selanjutnya adalah

mengaktifkan bluetooth yang ada pada smartphone android sebagai

wireless pada smartphone seperti pada Gambar 8.19

Gambar 8.19 Mengaktifkan bluetooth pada smartphone

198

Setelah dapat dipastikan bahwa bluetooth pada android sudah

pada mode aktif maka langkah selanjutnya adalah membuka aplikasi

pemantauan infus yang sudah terinstal pada android. Setelah aplikasi

pemantauan infus pada android terbuka maka selanjutnya pilih

kecepatan tetesan yang diinginkan sesuai dengan pengaturan

kecepatan pada chamber infus. Seperti pada Gambar 8.20

Gambar 8.20 Memilih kecepatan tetesan

Selanjutnya langkah untuk menghubungkan ke hardware

adalah dengan meng-klik tombol bluetooth yang ada pada aplikasi,

selanjutnya menghubungkan dengan bluetooth HC-06 seperti

Gambar 8.21

199

Gambar 8.21 Aplikasi pemantauan pada android

Pada saat menghubungkan perangkat bluetooth antara

android dengan hardware posisi keduanya harus tidak terlalu jauh

saat menghubungkan. Karena dapat mengganggu respon yang

diberikan pada aplikasi dan menyebabkan error. Setelah dapat

terkoneksi dengan bluetooth maka hasil pemantauan akan tertampil

nilai ukur pada android seperti pada Gambar 8.22

200

Gambar 8.22 Tampilan data pada aplikasi pemantauan infus

Selajutnya pada hasil penelitian dan pengujian diperoleh bukti

saat alat mulai dihidupkan (disambungkan ke catu daya) dan kedua

sensor di pasang diinfus maka akan menampilkan hasil pemantauan

kondisi tetes pada infus I dan infus II. Kemudian bluetooth akan

mengirimkan data digital dari hardware ke android berupa hasil

pembacaan sensor photodioda dan kemudian data tersebut akan

dikonversi menjadi kondisi tetesan infus. Apabila, nilai pembacaan

sensor = <500 maka kondisi tetesan pada infus akan menjadi “tidak

201

menetes”. Dan apabia nilai pembacaan sensor = >500 maka kondisi

tetes akan menjadi “menetes” dan pada sisa cairan infus akan

berkurang sebesar 0,067 yang artinya alat pemantauan sudah dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan yaitu menampilkan kondisi

tetes dan sisa cairan infus. Selanjutnya adalah apabila sisa cairan

infus = 50 mL maka akan muncul notifikasi seperti pada Gambar 8.23

Gambar 8.23 Peringatan ketika infus akan habis

Pada gambar 8.23. pemberitahuan peringatan ketika infus

akan habis berbentuk dialogbox yang berisi text “Infus 1 akan segera

202

habis. Segera lakukan penggantian pada infus 1”. Disertai juga

dengan notifikasi berupa nada suara yang berbunyi”Infus 1 akan

habis”. Untuk menghentikan nada suara maka klik tombol reset baik

itu pada infus I maupun pada infus II.

Selanjut nya ketika sudah selesai menggunakan aplikasi pada

android maka hal berikutnya adalah logout pada aplikasi dengan

menekan tombol kembali pada android kemudian tekan “Ya”.

Tampilan ketika logout dapat dilihat pada Gambar 8.24

Gambar 8.24 Tampilan untuk melakukan logout aplikasi

203

8.6 Hasil dan Pengujian Data

Pada pengujian data pada alat pemantauan infus berbasis

android dilakukan dengan cara menguji perangkat keras (hardware)

dan perangkat lunak (software). Untuk pengujian alat diaplikasikan

secara langsung menggunakan infus set. Pada pengujian ini dilakukan

oleh penulis dengan bantuan ibu Pelita Al Islamiah, SKM.S.ST yang

memang mehamai tentang infus. Pengujian pada infus dapat dilihat

pada Gambar 8.25

Gambar 8.25 Gambaran secara keseluruhan

204

8.6.1 Pengujian sensor pendeteksi tetesan

Pada alat pemantauan infus berbasis android untuk

mendeteksi adanya tetesan maka pasang sensor pada chamber infus.

Kemudian buka perlahan regulator pengatur tetesan pada infus.

Sehingga terlihat ada cairan infus yang menetes. Setiap ada cairan

yang menetes maka LED indikator pada hardware akan menyala dan

pada smartphone android kondisi tetesan akan menjadi menetes dan

ketika tidak ada tetesan maka kondisi tetesan akan menjadi tidak

menetes.

Pada alat ini terdapat 2 (dua) sensor pendeteksi tetesan yaitu

pendeteksi tetesan pada infus I dan pendeteksi tetesan pada infus II.

Maka dari itu dilakukan pengujian pada infus I dan infus II.

1. Pengujian sensor pendeteksi pada infus I

Dalam pengujian sensor pendeteksi tetesan pada infus 1.

Hasil pengujian dapat dilihat dilihat pada Tabel 8.3

Tabel 8.3 Hasil Pengujian Sensor Pendeteksi Tetesan Infus I

No Kondisi Tetesan Kondisi LED

Indikator

Vout

sensor

1 Menetes Kedip 1.42 DCV

2 Tidak Menetes Padam 4.88 DCV

205

2. Pendeteksi tetesan pada infus II

Dari pengujian sensor pendeteksi tetesan pada infus II. Hasil

pengujian dapat dilihat dilihat pada Tabel 8.4

Tabel 8.4 Hasil Pengujian Sensor Pendeteksi Tetesan Infus II

No Kondisi Tetesan Kondisi LED

Indikator

Vout

sensor

1 Menetes Kedip 1.66 DCV

2 Tidak Menetes Padam 4.88 DCV

8.6.2 Pengujian Pengamatan Sisa Cairan Infus

Pemantauan infus berbasis android menampilkan sisa cairan

infus. Tampilan sisa cairan infus akan berkurang setiap tetesnya. Jika

1mL = 15 tetes makro maka 1 tetes = 0.067 mL, jadi setiap tetesnya

akan berkurang 0.067 mL. Sebelum dilakukan pengujian pengamatan

sisa cairan infus, dilakukan pengujian hubungan jumlah tetesan

terhadap waktu. Berikut ini adalah data yang menunjukkan hubungan

jumlah tetesan terhadap waktu. Hasil yang didapat dapat dilihat pada

tabel 8.5.

206

Tabel 8.5 Hubungan jumlah tetesan terhadap waktu

No Waktu (m) Jumlah Tetesan

pada infus

1 0 0

2 10 500

3 20 1000

4 30 1500

5 40 2000

6 50 2500

7 60 3000

Pengambilan data dilakukan pada waktu pengujian hubungan

jumlah tetesan terhadap waktu dilakukan dengan mengatur

kecepatan pada infus sebesar 50 tetes/menit dan dilakukan selama

60 menit. Dari data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa

hubungan jumlah tetesan terhadap waktu adalah bersifat linear.

Linieritas data yang telah diambil ditunjukkan pada Gambar 8.26

dibawah ini.

207

Gambar 8.26 Grafik hubungan antara waktu dan junlah tetesan

208

BAB 9: Aplikasi Pemantau Terapi

Jari Pasca Stroke Menggunakan

Sarung Tangan Pintar Secara

Real Time

209

BAB 9: Aplikasi Pemantau Terapi Jari Pasca Stroke

Menggunakan Sarung Tangan Pintar Secara Real Time

9.1. Subyek Penelitian

Perancangan aplikasi pemantau terapi jari pasca stroke

menggunakan sarung tangan pintar secara real time merupakan

subyek dalam proyek ini. Informasi diperoleh dari berbagai sumber

diantaranya seorang fisioterapis, buku asuhan keperawatan, dan

internet. Beberapa sensor flex yang digunakan untuk mendeteksi

gerakan-gerakan dari setiap jari. Semua sensor melakukan

pembacaan diolah mikrokontroler untuk dimasukkan datanya ke

microsoft visual basic yang kemudian diproses menjadi sebuah grafik

real time. Hasil dari pengolahan data kemudian dikeluarkan ke

tampilan pada layar laptop/PC sesuai dengan gerakan yang telah

ditentukan.

9.2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan penelitian yang digunakan dalam perancangan

aplikasi dan sistem ini adalah:

1. Papan mikrokontroler arduiono nano digunakan sebagai

prosesor untuk membaxa setiap perubahan data dari sensor.

2. Sarung tangan pintar yang dilengkapi sensor flex sebagai

pendeteksi gerakan dan tekukan jari-jari tangan.

210

3. Modul Bluetooth HC-05 digunakan sebagai konektor antar

perangkat keras dan perangkat lunak.

4. Microsoft Visual Basic 2010 sebagai perangkat lunak yang

digunakan untuk menampilkan garfik secara real time.

9.3. Alat Penelitian

Proyek ini membutuhkan beberapa peralatan untuk membuat

rancangan aplikasi pemantau terapi pasca stroke menggunakan

sarung tangan pintar secara real time, peralatan yang dibutuhkan

antara lain:

1. Perangkat keras mikrokontroler arduino nano: digunakan sebagai

prosesor pada sistem utama.

2. Perangkat lunak Arduino IDE: digunakan untuk menulis program

ke dalam papan mikrokontroler arduino nano.

3. Perangkat lunak Visual Basic 2010: digunakan untuk membangun

aplikasi yang digunakan untuk menampilkan grafik secara real

time.

4. Laptop atau PC: digunakan sebagai media untuk menjalankan

aplikasi yang telah dibangun pada proyek ini.

5. Multimeter digital: digunakan untuk mengukur tegangan dan

arus pada rangkaian, menguji jalur-jalur rangkaian sebelum

dinyalakan menggunakan catu daya baterai.

211

6. Tang potong: digunakan untuk memotong kabel dan kaki-kaki

komponen saat perakitan sistem pada perangkat keras.

7. Solder dan timah: digunakan untuk pemasangan komponen-

komponen saat dirakit.

9.4. Perancangan Sistem

Perancangan sistem dilakukan dalam dua tahap perancangan

yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat

lunak. Untuk menghasilkan sistem yang ideal, maka perancangan

sistem dilakukan dengan mengacu pada teori-teori yang telah ada

dan pemanfaatan datasheet sensor dan mikrokontroler yang

digunakan.

Tahap pertama dalam perancangan sistem ini yaitu membuat

blok diagram perangkat keras, kemudian dilanjutkan dengan

membangun sebuah sarung tangan perangkat pintar (smart glove).

Tahap kedua yaitu merancang perangkat lunak yang digunakan untuk

mengoperasikan sarung tangan pintar ini dan sekaligus sebagai

penampil grafik secara real time.

9.4.1 Perancangan Perangkat Keras

Perancangan perangkat keras terdiri dari sistem kontrol yaitu

arduino nano yang bertugas sebagai pengendali dan pembaca data

ADC yang dikeluarkan oleh sensor flex serta melakukan pengolahan

212

data. Perancangan rangkaian-rangkaian sensor serta baterai dan

converter DC step-up untuk mencatu tegangan pada semua

perangkat keras yang digunakan dalam proyek ini.

Diagram blok sarung tangan pintar yang dirancang dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9.1.

Gambar 9.1 Diagram Blok Sarung Tangan Pintar

Dari diagram blok di atas dapat diketahui bahwa pada bagian

catu daya tegangan menggunakan regulator 5 volt DC yang

difungsikan sebagai penaik tegangan dari sebuah bateraiyang

memiliki tegangan 3,7 volt. Kemudian pada bagian input atau

masukkan menggunakan sensor flex yang berjumlah 5 buah yang

dipasang pada tiap-tiap jari tangan. Pada bagian prosesor digunakan

sebuah mikrokontroler arduino nano yang bertugas untuk melakukan

berbagai macam tugas baik pembacaan data dari sensor serta

mentranfer data ke perangkat lunak menggunakan bantuan modul

213

bluetooth HC-05. Dengan bantuan modul bluetooth HC-05 maka

diharapkan sistem akan menjadi lebih efisien dan ringkas.

9.4.2 Perancangan Perangkat Lunak

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan tentang perancangan

perangkat keras, untuk itu agar perangkat keras tersebut dapat

bekerja maka dibutuhkan juga perancangan perangkat lunak.

Perangkat lunak untuk program mikrokontroler arduino uno

menggunakan software arduino IDE dan software visual basic 2010.

- Pemrograman Arduino

Pemrograman mikrokontroler arduino nano dilakukan agar

dapat melakukan suatu proses pada rangkaian tersebut. Dalam

penelitian ini, untuk memprogram mikrokontroler digunakan

software Arduino yang menggunakan bahasa C. sebelum merancang

sebuah program, terlebih dahulu dibuat diagram alir (flowchart).

Diagram alir memiliki peranan penting dalam pembuatan

sebuah program agar program tersebut bekerja sesuai dengan yang

diharapkan. Saat perangkat keras (sarung tangan pintar) diberi catu

daya, mikrokontroler arduino nano memulai proses inisialisasi jalur

masuk, jalur keluar, dan beberapa variabel yang dibutuhkan.

Selanjutnya data yang masuk akan dikonversikan dan diolah oleh

214

mikrokontroler. Hasil pengolahan tersebut menjadi acuan untuk

grafik real time yang akan dikeluarkan. Diagram alir sarung tangan

pintar dapat dilihat pada Gambar 9.2.

Gambar 9.2 Diagram Alir Aplikasi dan Sarung Tangan Pintar

Mulai

Selesai

Sensor Flex

Pembacaan Data Sensor Oleh

Arduino Nano

Data Dikirim Oleh

Bluetooth HC-05

Pembacaan Data Oleh

Visual Basic 10

Menampilkan Data Berupa

Grafik Real Time Oleh

Visual Basic 10

215

Dari diagram alir di atas dapat disimpulkan bahwa pada bagian

masukkan (input) terdapat sensor flex. Dimana saat sistem dimulai

maka sistem akan melakukan pembacaan data dari sensor flex.

Kemudian setelah data dibaca dan diproses oleh arduino nano,

selanjutnya data akan dikirim melalui koneksi nirkabel yaitu

menggunakan modul blutooth HC-05. Setelah data dikirim, maka

dilakukan proses pembacaan data oleh aplikasi yang telah dibangun

menggunakan microsoft visual basic 2010.

Setelah visual basic membaca dan memproses data masukkan

dari sensor flex yang telah diproses oleh arduino nano, kemudian

data tersebut akan ditampilkan menjadi sebuah grafik real time yang

akan berubah-ubah sesuai gerakan jari-jari tangan. Pada proses

pembacaan data dan penampilan data menjadi grafik tersebut, maka

proses akan berulang-ulang secara terus menerus sampai sistem

dimatikan.

- Pemrograman Visual Basic 2010

Pemrograman visual basic dilakukan agar dapat melakukan

suatu proses pada aplikasi yang akan dibangun. Dalam penelitian ini,

untuk memprogram visual basic digunakan software microsoft visual

basic 2010 yang menggunakan bahasa C. Sebelum merancang sebuah

aplikasi, terlebih dahulu disusun komponen apa saja yang dibutuhkan

216

untuk membuat tampilan GUI (Graphic User Interface). GUI memiliki

peranan penting dalam pembuatan sebuah aplikasi agar aplikasi

tersebut mudah untuk dipahami serta mudah untuk digunakan dan

dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk membangun aplikasi ini dibutuhkan komponen-

komponen penyusun GUI serta fungsinya masing-masing adalah

sebagai berikut:

1. From1: sebagai wadah untuk menempatkan berbagai

komponen yang akan dibutuhkan untuk aplikasi ini.

2. Label: sebagai komponen penyusun yang digunakan untuk

memberikan inisial nama pada tiap-tiap fungsi.

3. Combobox port: sebagai komponen untuk memilih port

masukan dari sarung tangan.

4. Buttonconnect: sebagai tombol untuk melakukan eksekusi

penghubung antar sarung tangan dengan aplikasi.

5. Buttondisconnect: sebagai pemutus hubungan setelah

tersambung dengan perangkat sarung tangan.

6. Button ambil data: digunakan untuk eksekusi pengambilan

data awal gerakan jari.

7. Tabcontrol 1: digunakan sebagai wadah untuk menempatkan

grafik atau chart yang digunakan.

217

8. Tabcontrol 2: digunakan sebagai wadah untuk menempatkan

grafik atau chart saat pengambilan data awal.

9. Groupbox: digunakan sebagai wadah untuk menempatkan

inisialisasi setiap jari. Groupbox terdiri dari beberapa label

penemaan masing-masing jari.

10. Button: beberapa button pilihan seperti terjemahan baru,

ubah terjemahan dan hapus terjemahan tersedia di halaman

pengambilan data.

11. Datagridview: digunakan untuk penempatan data setelah

pengambilan data dilakukan.

12. Panel: digunakan sebagai wadah untuk menempatkan button

terjemahan baru, ubah terjemahan dan hapus terjemahan.

13. Textbox: digunakan untuk menampilkan terjemahan hasil

dari gerakan jari-jari tangan.

14. Trackbar: digunakan untuk memilih tingkat toleransi data

yang akan dibaca. Mulai dari 5% hingga 25%.

15. Timegrafik: digunakan untuk menampilkan data grafik secara

terus menerus sehingga dapat menampilkan hasil data secara

real time.

16. Timer: digunakan untuk pendukung time grafik.

17. Serialport: digunakan untuk menginisialisai jalur masuk dari

data serial port yang digunakan.

218

18. Buttonstart dan stop: digunakan untuk eksekusi saat akan

menampilkan grafik gerakan tangan secara real time.

19. Form terjemahan: digunakan sebagai menu popup saat

melakukan eksekusi penambahan terjemahan yang mana

didalamnya berisi numericupdown sebagai pemilih alamat

yang akan disimpan, serta button simpan dan button cancel

yang mana berfungsi untuk menyimpan data dan

membatalkan saat pengambilan data dilakukan. Serta

dilengkapi dengan textbox untuk mengisi form terjemahan

data.

Saat perangkat keras (sarung tangan pintar) disambungkan

dengan aplikasi yang telah dibangun, microsoft visual basic memulai

proses inisialiasai perangkat, kemudian setelah koneksi terhubung

maka tahap selanjutnya adalah proses inisialiasai perubahan nilai

pada masing-masing sensor flex pada tiap-tiap jari. Selanjutnya data

yang masuk akan dikonversikan dan diolah oleh microsoft visual basic

sehingga dapat menampilkan data keluaran berupa grafik real time.

Hasil pengolahan tersebut menjadi acuan untuk pantauan akan

keadaan pasien yang diteliti. Aplikasi yang dibangun menggunakan

software microsoft visual basic 2010 dapat dilihat pada Gambar 9.3.

219

Gambar 9.3 Hasil Rancangan Aplikasi yang dibangun

Pada perancangan grafik real time seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 9.3, peneliti menggunakan angka 0 sampai dengan 100

sebagai instrumen ukur untuk menunjukkan besarnya perubahan

nilai data adc dari sensor flex. Pada dasarnya perubahan nilai data

adc dengan menggunakan mikrokontroler arduino nano 10 bit adalah

0 sampai 1024. Namun nilai tersebut dianggap terlalu besar untuk

perubahan nilai dari sensor flex itu sendiri. Sehingga peneliti

menetapkan angka 0 sampai 1024 tersebut menjadi nilai minimal

adalah 0 dan untuk nilai maksimalnya adalah 100.

Penjelasan program untuk merubah angka 0 sampai 1024 pada

tampilan aplikasi yang peneliti bangun akan dijelaskan lebih lanjut

dan detail pada bagian lampiran 2, yaitu lampiran penjelasan

pemrograman microsoft visual basic. Adapun untuk listing program

pada keseluruhan sistem dan aplikasi juga dapat dilihat pada

220

lampiran 1 dan lampiran 2 yang disajikan pada halaman akhir dari

penelitian ini.

9.5. Pengujian Sistem

Pengujian sistem dapat dilakukan setelah semua proses

perancangan selesai. Proses pengujian ini untuk melihat apakah

sistemnya dapat bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-

masing. Sistem yang pertama diuji adalah pada bagian perangkat

keras, yaitu sensor flex dan modul bluetooth. Kemudian sistem yang

diuji pada perangkat lunak adalah aplikasi yang peneliti bangun.

Berikut dibawah ini adalah beberapa hasil pengujian sistem dari

masing-masing bagian yang diuji serta pengujian sistem secara

keseluruhan.

Ada beberapa pengujian yang dilakukan, antara lain pengujian

sensor flex, pengujian koneksi modul bluetooth, pengujian aplikasi

yang dibangun serta pengujian sistem secara keseluruhan. Pada

pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan pengambilan data

hasil gerakan jari-jari tangan orang normal, untuk mendapatkan data

acuan saat pengujian terhadap penderita stroke.

9.5.1 Pengujian Sensor Flex

Sensor flex adalah sensor yang memiliki output berupa

resistansi. Prinsip kerjanya sama dengan potensiometer yang

221

berubah resistansinya ketika terkena lekukan. Keluaran sensor

berupa tegangan analog yang dapat diukur menggunakan voltmeter.

Untuk mendapatkan nilai ADC 10 bit digunakan rumus:

Data ADC = Vin x 1024

Vref (1)

Vref (tegangan referensi) yang digunakan adalah 5 volt. Ada 3

posisi yang diuji untuk sensor flex, yaitu posisi jari lurus semua, posisi

jari menekuk 90 derajat, dan posisi jari menggenggam penuh.

- Posisi Jari Lurus Semua

V out yang terukur = 3,40 volt

Data ADC = Vin x 1024

Vref =

3,40 x 1024

5 (2)

Data ADC = 696,32

- Posisi Jari Menekuk 90°

Vout yang terukur = 3 volt

Data ADC = Vin x 1024

Vref =

3 x 1024

5 (3)

Data ADC = 614,4

222

- Posisi Menggenggam Penuh

Vout yang terukur = 2,7 volt

Data ADC = Vin x 1024

Vref =

2,7 x 1024

5 (4)

Data ADC = 552,96

Hasil dari pengujian dan persamaan di atas menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan nilai antara posisi jari lurus semua,

menekuk 90° dan menggenggam penuh. Hal ini menunjukkan bahwa

sensor flex sudah berfungsi dengan sebagaimana mestinya dan layak

untuk digunakan pada penelitian ini.

9.5.2 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan

Pada pengujian sistem secara keseluruhan, dibuatlah data

acuan dari setiap gerakan jari-jari tangan yang berbeda satu sama

lainnya. Hal ini bertujuan agar dapat membedakan grafik hasil dari

setiap gerakan yang diberikan sarung tangan pintar pada penelitian

ini. Data-data grafik yang telah disimpan inilah yang dijadikan acuan

untuk masing-masing gerakan. Berikut di bawah ini merupakan

beberapa contoh data acuan dari tiap-tiap gerakan terapi jari yang

sudah disimpan.

223

- Data Grafik Posisi Jari Lurus Semua atau Isyarat Angka 5

Data dari grafik pada posisi jari diluruskan semua atau sama

dengan isyarat angka 5 adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.4

Gambar 9.4 Grafik Semua Jari Lurus atau Isyarat Angka 5

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.5.

Gambar 9.5 Proses Pengambilan Data Grafik Semua Jari Lurus atau Isyarat Angka 5

224

- Data Grafik Posisi Menggenggam Penuh

Data dari grafik pada posisi jari menggenggam penuh adalah

seperti ditunjukkan pada 9.6.

Gambar 9.6 Grafik Posisi Menggenggam Penuh

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.7

Gambar 9.7 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Menggenggam Penuh

225

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 1

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 1

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.8.

Gambar 9.8 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 1

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.9.

Gambar 9.9 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 1

226

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 2

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 2

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.10.

Gambar 9.10 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 2

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.11

Gambar 9.11 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 2

227

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 3

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 3

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.12

Gambar 9.12 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 3

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.13

Gambar 9.13 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 3

228

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 4

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 4

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.14

Gambar 9.14 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 4

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.15

Gambar 9.15 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 4

229

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 6

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 6

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.16

Gambar 9.16 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 6

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.17

Gambar 9.17 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 6

230

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 7

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 7

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.18

Gambar 9.18 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 7

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.19

Gambar 9.19 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 7

231

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 8

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 8

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.20

Gambar 9.20 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 8

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar Gambar 9.21

Gambar 9.21 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 8

232

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 9

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 9

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.22

Gambar 9.22 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 9

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.23

Gambar 9.23 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 9

233

- Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 10

Data dari grafik pada posisi jari menunjukkan isyarat angka 10

adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 9.24

Gambar 9.24 Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 10

Adapun proses saat pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 9.25

Gambar 9.25 Proses Pengambilan Data Grafik Posisi Jari Menunjukkan Isyarat Angka 10

234

Dari data acuan diatas, selanjutnya dilakukan pengambilan

data pada jari tangan dari beberapa orang yang berbeda-beda.

Adapun hasil data dan grafik yang dapat dilihat pada beberapa

gambar pada subbab selanjutnya.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Lurus Semua atau Isyarat Angka 5.

Berikut adalah 4 buah grafik hasil pengambilan data dari jari-

jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari lurus semua atau

isyarat angka 5 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat

pada Gambar 9.26

Gambar 9.26 Grafik Data Hasil Posisi Jari Lurus Semua atau Isyarat Angka 5

Untuk terapi pada posisi jari lurus semua atau isyarat angka 5

adalah bertujuan untuk melatih otot pada setiap jari-jari tangan

mulai dari jempol sampai kelingking agar dapat diluruskan pada

235

posisi lurus sempurna serta sebisa mungkin harus mengikuti lurus

selayaknya jari-jari orang normal.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Menggenggam Penuh.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari menggenggam

penuh dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.27

Gambar 9.27 Grafik data hasil posisi jari menggenggam penuh

Untuk terapi pada posisi jari menggenggam penuh adalah

bertujuan untuk melatih otot pada setiap jari-jari tangan mulai dari

jempol sampai kelingking agar dapat ditekukkan secara penuh

layaknya posisi menggenggam tangan pada orang normal. Dari data

di atas dapat dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat

perbedaan tingkat kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun

236

data yang didapat adalah kemiripan berkisar 90% hingga 98%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat

kemiripan gerakan jari seorang pasien, maka semakin baik pula hasil

dari terapi jari yang dilakukan.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 1.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 1 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.28

Gambar 9.28 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 1

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 1 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari telunjuk yang harus diluruskan

secara penuh serta jari jempol, jari tengah, jari manis dan jari

237

kelingking yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 92% hingga 98%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 2.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 2 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.29

Gambar 9.29 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 2

238

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 2 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari telunjuk dan jari tengah yang

harus diluruskan secara penuh serta jari jempol, jari manis dan jari

kelingking yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 93% hingga 98%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 3.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 3 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.30

239

Gambar 9.30 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 3

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 3 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari telunjuk, jari tengah dan jari

jempol yang harus diluruskan secara penuh serta jari manis dan jari

kelingking yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 92% hingga 99%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

240

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 4.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 4 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.31

Gambar 9.31 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 4

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 4 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari telunjuk, jari tengah, jari

manis dan jari kelingking yang harus diluruskan secara penuh serta

jari jempol yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 94% hingga 97%. Dengan demikian dapat

241

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 6.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 6 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.32

Gambar 9.32 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 6

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 6 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari telunjuk, jari tengah dan jari

manis yang harus diluruskan secara penuh serta jari jempol dan jari

kelingking yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

242

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 93% hingga 96%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 7.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 7 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.33

Gambar 9.33 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 7

243

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 7 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari telunjuk, jari tengah dan jari

kelingking yang harus diluruskan secara penuh serta jari jempol dan

jari manis yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 93% hingga 98%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 8.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 8 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.34

244

Gambar 9.34 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 8

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 8 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari telunjuk, jari manis dan jari

kelingking yang harus diluruskan secara penuh serta jari jempol dan

jari tengah yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 92% hingga 98%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

245

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 9.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 9 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.35

Gambar 9.35 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 9

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 9 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari tengah, jari manis dan jari

kelingking yang harus diluruskan secara penuh serta jari jempol dan

jari telunjuk yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 92% hingga 99%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

246

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

- Data Hasil Pengujian Posisi Jari Isyarat Angka 10.

Berikut adalah empat buah grafik hasil pengambilan data dari

jari-jari tangan orang yang berbeda untuk posisi jari dengan isyarat

angka 10 dengan tingkat kemiripan yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 9.36

Gambar 9.36 Grafik Data Hasil Posisi Jari Isyarat Angka 10

Untuk terapi pada posisi jari dengan isyarat angka 10 adalah

bertujuan untuk melatih otot pada jari jempol yang harus diluruskan

secara penuh sedangkan jari telunjuk jari tengah, jari manis dan jari

kelingking yang harus ditekuk secara penuh. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa pada setiap percobaan terdapat perbedaan tingkat

247

kemiripan dari masing-masing tangan. Adapun data yang didapat

adalah kemiripan berkisar 96% hingga 99%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tingkat kemiripan gerakan jari

seorang pasien, maka semakin baik pula hasil dari terapi jari yang

dilakukan.

Gerakan terapi jari yang dapat dideteksi oleh sistem adalah

gerakan isyarat angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan 10 serta isyarat

menggenggam penuh dan jari lurus semua. Sementara untuk terapi

jari yang tidak berhasil adalah dikarenakan terdapatnya error saat

pembacaan semua jari diluruskan, hal ini disebabkan oleh isyarat

yang diterjemah merupakan posisi yang sama nilainya dengan isyarat

angka 5. Maka dari itu untuk isyarat angka 5 kemudian digabungkan

menjadi dua makna yaitu sama dengan jari lurus semua.

Penyebab dari terbatasnya gerakan terapi jari adalah adanya

beberapa gerakan terapi jari yang serupa atau yang nilai keluaran

dari tiap-tiap sensornya tidak mempunyai perbedaan yang signifikan,

sehingga data yang terbaca oleh sensor memiliki nilai yang hampir

sama dan sulit dibedakan.

Dari 20 kali percobaan, didapat data hasil 80% keberhasilan

atau kemiripan data gerakan jari-jari tangan dengan nilai kemiripan

diatas 90%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat

248

keberhasilan dari peneitian ini adalah ketika pengguna sarung tangan

pintar / pasien terapi stroke ini berhasil atau mampu mencapai

kemiripan gerakan terapi jari dengan nilai kemiripan setinggi

mungkin (maksimal 100%).

Semakin rendah nilai kemiripan yang dapat dicapai, maka

terapi harus terus diberikan kepada pasien. Begitu pula dengan

sebaliknya, semakin tinggi nilai kemiripan yang dapat dicapai oleh

pasien maka tingkat keberhasilan dari terapi ini akan semakin baik.

9.5.3 Pengujian Software Secara Keseluruhan

Pengujian software atau perangkat lunak berupa aplikasi yang

dibangun menggunakan microsoft visual basic 2010 telah berjalan

sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan berhasilnya

aplikasi yang telah dibangun untuk menampilkan grafik secara real

time pada tampilan komputer/PC. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa sistem telah berjalan sebagaimana seperti yang

peneliti harapkan.

Untuk tingkat keberhasilan pada penelitian ini dapat dilihat

pada angka tingkat kemiripan yang digunakan. Tingkat kemiripan

yang dimaksud dapat dilihat pada aplikasi yang telah dibangun.

Dengan nilai tingkat persentase kemiripan yang dapat dilihat dari

nilai minimum (0%) sampai dengan nilai maksimum (100%). Untuk

249

nilai tingkat kemiripan itu sendiri, dapat naik atau turun secara

bertahap sebesar 1%. Dimana dapat disimpulkan bahwa semakin

besar nilai persentase kemiripan yang dapat dicapai oleh pasien

terapi, maka hasil terapi akan semakin baik. Artinya pengguna sarung

tangan ini mampu meniru gerakan jari-jari tangan dengan sempurna

sesuai dengan data masukan yaitu data dari jari-jari tangan orang

normal. Nilai tingkat kemiripan yang dapat dibaca oleh sistem pada

aplikasi ini dapat dilihat pada Gambar 9.37.

Gambar 9.37 Label Penunjuk Persentase Kemiripan

250

Referensi

Barrett, S. F. (2010). Arduino Microcontroller Processing for

Everyone!. Morgan and Claypool Publishers.

Djuandi, F. (2011). Pengenalan arduino. E-book. www. tobuku, 1-24.

Faludi, R. (2010). Building wireless sensor networks: with ZigBee,

XBee, arduino, and processing. " O'Reilly Media, Inc.".

https://www.arduino.cc/

https://processing.org/

Kadir, A. (2015). Buku Pintar Pemrograman Arduino. Penerbit

Mediacom, Yogyakarta.

McRoberts, M. (2013). Beginning Arduino. Apress.

Noble, J. (2009). Programming interactivity: a designer's guide to

Processing, Arduino, and OpenFrameworks. " O'Reilly Media, Inc.".

Pokress, S. C., & Veiga, J. J. D. (2013). MIT App Inventor: Enabling

personal mobile computing. arXiv preprint arXiv:1310.2830.

Yudhana, A., & Putra, M. D. D. (2018). Rancang Bangun Sistem

Pemantauan Infus Berbasis Android. Transmisi, 20(2), 91-95.

Yudhana, A., Purnama, H. S., Ramadhani, M., & Subrata, A. C.

(2018). Otomasi dan Instrumentasi untuk Smart Farming dan Smart

Glove.

251

Profil Penulis

Anton Yudhana, S.T., M.T., Ph.D.

Lahir Purworejo pada tanggal 8 Agustus 1976. Beliau menyelesaikan studi S1 Teknik Elektro di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya (2001) konsentrasi Telekomunikasi Multimedia, S2 Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (2005) konsentrasi Pengolahan Sinyal, dan S3 untuk Jurusan Teknik Elektro konsentrasi Radio Communication dan Signal

Processing di Universiti Teknologi Malaysia. Sejak 2001 beliau aktif mengajar di Program Studi Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Saat ini beliau juga aktif mengajar di S2 Teknik Informatika di Universitas Ahmad Dahlan untuk Mata Kuliah Komunikasi Data dan Jaringan Komputer. Penelitian-penelitian yang dilakukan selama lima tahun terakhir berfokus kepada aplikasi-aplikasi otomasi dan komunikasi di bidang pertanian dan kesehatan. Penelitian tersebut telah mengantarkannya dalam program research collaboration dengan universitas di luar negeri diantaranya Scheme for Academic Mobility Exchange (SAME) yang diselenggarakan Dikti dan Kemdikbud pada tahun 2013 di Massey University, New Zealand untuk topik penelitian Wireless Sensor Network. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 bekerja sama dengan Iwate Prefectural University, Japan di bidang smart sensor untuk difabel dan penderita stroke. Penelitian terbaru (2019) tentang Heart Beat Sensor dan Sinyal EEG bekerja sama dengan Karabuk University, Turky dan Macquarie University Sydney, Australia telah menjadi bahasan dalam buku ini. Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected]

252

Hendril Satrian Purnama, S.T.

Lahir di Lombok Timur, pada tanggal 30

Desember 1994. Telah menyelesaikan studi S1

Teknik Elektro di Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta, pada tahun 2017 dengan

konsentrasi Otomasi Industri, Sejak tahun

2017 ia telah menjadi asisten peneliti dibawah

program studi Teknik Elektro Universitas

Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Selain itu ia juga

aktif menjadi asistant editor pada beberapa Jurnal Internasional

dalam bidang teknik elektro, komputer dan informatika. Minat

penelitiannya meliputi bidang elektronika daya, pengembangan

energi terbarukan dan robotika.

Penulis dapat dihubungi melalui email: [email protected]