Upload
rizkysamuraiflamenco
View
246
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Proyek Nasionalisme, Pecah Belah, Penjajahan dan
Kemerdekaan
Sungguh Umat Muhammad Saw. hari ini harus
memahami bahwa, batasan-batasan buatan
itu ditempatkan di antara kita oleh Inggris dan
Perancis dahulu di abad ke-19 dan ke-20 telah
bertahan sebagai salah satu penghambat
paling penting bagi umat Islam terhadap
persatuan mereka. Ini adalah racun yang
membuat angkatan bersenjata Iran, Mesir,
Turki, Pakistan, Indonesia atau Saudi tetap di
barak-barak sementara Umat di Irak,
Afganistan, Pakistan, Kashmir, dan Palestina
tewas di tangan kaum Kafir dan Musyrik.
Memanglah kita harus menanyakan
pertanyaan, ‘mengapa di tengah-tengah Arab
Saudi dan Irak ada negara lain yang disebut
Kuwait, sementara rakyatnya punya akidah
yang sama, berbagi nasib yang sama?’;
‘Mengapa negara-negara itu terpisah, untuk
siapa dan untuk tujuan apa?’
Jika seseorang mempelajari sejarah
kemerdekaan sekitar 57 negara Muslim, dia
akan mengamati bahwa, semua negara
Muslim hari ini dahulu bersatu di bawah
Khilafah Utsmani sebelum Khilafah masa
Utsmani dikolonisasi oleh Inggris dan Perancis
dengan bantuan para pengkhianat seperti Mir
Jafor di subbenua India, Syarif Hussein,
anaknya yaitu Faisal dan Abdullah, Abdul Aziz
bin Saud di Arab Saudi, Mustafa Kamal di Turki
dll. Selain itu, para kolonialis mendorong
kaum Muslimin untuk mendirikan partai-
partai politik atas dasar berbagai konsep non-
Islami menyerukan kemerdekaan dan
pemisahan dari Khilafah Utsmani selama abad
ke-17 dan ke-18. Ini dilakukan dengan
mendorong dan mendukung berbagai macam
ide nasionalistis, menyeru kepada
perpecahan, kesukuan, dan aspirasi batil
untuk mencari kekuasaan dengan belas kasih
para Kafir kolonialis. Proyek-proyek kolonial
itu kemudian dipadatkan dengan pendirian
partai-partai politik Arab dan Turki semacam
Turkiyyah al-Fatat Party, the Union and
Progress Party (juga dikenal sebagai ‘Young
Turks – Turki Muda’), the Arab Independence
Party, dan Covenant (al-‘Ahd) Party dll.
Setelah mengkolonisasi Khilafah Utsmani
mereka membagi umat menjadi lebih dari 50
potong dan diberi sesuatu yang dinamakan
kemerdekaan satu demi satu hanya setelah
yakin bahwa seorang budak loyal telah
ditempatkan berkuasa untuk melayani
mereka. Sesungguhnya semua yang
menyandang gelar ‘bapak negara’ dalam
dunia Islam adalah ‘para budak teruji waktu’
milik Barat. Ini adalah bagian dari kebijakan
mereka ‘pecah belah dan kuasai’.
Memanglah gubernur Bombay dari 1919 ke 1924, Mountstuart Elphinstone berkomentar sangat jelas
dan tegas bahwa, “Kita tidak boleh memimpikan kepemilikan sepanjang masa, tapi harus
menerapkan diri kita sendiri untuk membawa orang-orang pribumi ke kekuasaan negara yang akan
mengakui pemerintahan mereka sendiri dengan cara yang menguntungkan kepentingan-kepentingan
kita dan juga mereka (para penguasa).”
Selain itu, setelah penghancuran Negara Khilafah Islam dan beberapa saat sebelum Perang Dunia II
menteri luar negeri Inggris, ketika dia menyinggung Perdana Menteri Inggris dikutip mengatakan,
“Kita harus mengakhiri segala sesuatu yang membawa persatuan Islam apapun di antara
anak-anak kaum Muslim. Sebab kita telah berhasil mengakhiri Khilafah. Jadi kita harus
memastikan mereka tidak pernah bangkit lagi, semua persatuan kaum Muslim baik itu
persatuan budaya maupun intelektual.” Dan menteri luar negeri di hadapan House of Commons
– DPR Inggris setelah Lausanne Treaty 24 Juli 1924 (perjanjian yang mengakhiri Khilafah) mengatakan
“situasinya sekarang adalah bahwa Turki mati. Dan dia tidak akan pernah bangkit lagi
karena kita telah menghancurkan kekuatan moralnya, Khilafah dan Islam.”
Faktanya Negara Khilafah Utsmani telah dibajak menjadi negara-negara bangsa sebagai
berikut karena pengkhianatan para antek dengan bantuan kolonialis. Lihatlah!!
Berdasarkan tujuan yang mereka nyatakan ‘proyek memberi kemerdekaan’ dimulai di berbagai
bagian dunia khususnya di dunia Islam. Memanglah, organisasi yang disebut ‘International Christian
Community – Komunitas Kristen Internasional’ dibentuk ulang sebagai ‘International Community’ dan
kemudian lagi dimodifikasi sebagai ‘League of Nations – Liga Bangsa-Bangsa’ dan akhirnya
ditransformasi ke ‘United Nations – Perserikatan Bangsa-Bangsa’ menjadi kantor kolonial tetap untuk
memberi atau menolak kemerdekaan berbagai bangsa. Adalah kantor Kristen kriminal ini bahwa
anak haram dan dimanja Inggris yaitu ‘Israel’ disetujui sebagai negara independen. Sungguh aneh
bahwa, Christian club yang memberi kemerdekaan ‘Israel’ ini memberi sertifikat kemerdekaan untuk
berbagai tanah Muslim! Memanglah legalitas mereka yang digelari bapak bangsa di berbagai negara
Muslim seperti Syeikh Mujib, Jinnah, Kamal Pasha, Abdul Aziz bin Saud dan lain-lainnya datang dari
organisasi yang sama yang melegalisasi ‘Israel’! Sungguh suatu kopian! Bayangkan saja di awal abad
ke-20 terdapat hanya sekitar 55 negara di dunia dan mayoritas pemecahan ada di Eropa dan hari ini
kita punya lebih dari 210 negara independen! Faktanya dari tahun 1990 ke atas kita punya 33 negara
merdeka baru. Tanah persatuan mana yang telah dipecah belah untuk menciptakan negara-negara
satelit independen itu? Sesungguhnya ‘kebebasan dan kemerdekaan’ bagi negara bangsa di abad ke-19,
ke-20 dan ke-21 adalah proyek kolonial. Contoh Kosovo, Ossetia Selatan, Slovakia, Palau, Serbia,
Montenegro, Timor Timur, dll jelas-jelas menegaskan fakta ini. Banyak bangsa yang mungkin telah
bertarung untuk ini, tapi tidak ada yang mendapatkannya. Kemerdekaan atau penjajahan suatu
tanah adalah pada belas kasih UNSC – United Nations Security Council : Dewan Keamanan PBB.
Penciptaan dan pengakuan Israel ini di satu sisi dan contoh Palestina dengan lebih dari 65 tahun
darah dan pengorbanan di sisi yang lain adalah bukti nyata untuk ini!
Selain itu, jika seseorang memperhatikan tabel berikut, akan menjadi jauh lebih jelas bahwa, pecah
belah dan penjajahan adalah proyek yang diterapkan kolonialis yang akhirnya menyelesaikan dengan
memberi kemerdekaan hanya setelah menempatkan ‘antek-antek terpercaya dan cocok’ dengan
‘sistem pemerintahan’ mereka dan ‘partai-partai politik sekular (ikut dalam demokrasi)’ seperti
Muslim League, Congress, Young Turks dll untuk mengubah tanah itu menjadi satu bentuk
kolonialisasi tersembunyi dengan sistem mereka. Inggris telah meninggalkan subbenua India di 1947
silam namun, subbenua itu telah mendapatkan kemerdekaan sedangkan hukum Inggris masih
dipraktekkan! Terlebih lagi hari ini kondisi di Iraq dengan Al-Maliki atau di Afghanistan dengan Hamid
Karzai jelas-jelas menegaskan bagaimana proyek-proyek itu diulang akhir-akhir ini.
Selain itu, negara-negara seperti Saudi Arabia, Kuwait, Iran, Jordan dan mayoritas bagian Eropa dan
Asia tengah dll telah lebih dahulu dipecah dari Khilafah Utsmani dengan bantuan Inggris-Perancis
(axis/poros aliansi 3 partai). Terlebih lagi, Inggris dan kantor kolonial Barat seperti PBB dengan
mengakui mereka sebagai negara-negara independen menghindarkan Umat Islam dari mencapai
persatuan di masa depan. Selain itu untuk mengaspal rencana mereka pecah belah dan pemisahan,
mereka telah menciptakan organisasi yang disebut Arab League – Liga Arab atau ‘Oh! I See’ (OIC) atas
dasar nasionalistis. Memanglah setelah penghancuran Khilafah di 1924, kata-kata Menteri Luar
Negeri Inggris Lord Curzon tampak paling bisa mendemonstrasikan pentingnya Khilafah ketika dia
mengumumkan ke House of Commons – DPR Inggris “Kita harus mengakhiri segala sesuatu yang
membawa persatuan Islam apapun antara anak-anak kaum Muslim. Sebab kita telah berhasil
mengakhiri Khilafah. Jadi kita harus memastikan mereka tidak pernah bangkit lagi, semua persatuan
kaum Muslim apakah itu persatuan budaya atau intelektual.”