Upload
ulliya
View
19
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
ISI
GANGGUAN PSIKOLOGI MENSTRUASI
A. PENGERTIAN
Menstruasi adalah perdarahan dari uterus karena perubahan
hormonal yang teratur atau berdaur teratur, kira-kira empat minggu sekali
(kamus istilah kebidanan, hal 116)
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya
kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang pertama atau menarche
paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada usia
8 tahun atau 16 tahun tergantung factor-faktor yang mempengarui
kedewasaan atau perkembangan hormone pada gadis itu sendiri.
GANGGUAN PSIKOLOGI MENSTRUASI
Pada masa menstruasi banyak sekali terdapat gangguan-gangguan
baik dari segi fisik maupun dasi segi psikologis. Gangguan-gangguan
menstruasi ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas-aktivitas
dari wanita yang mengalami gangguan menstruasi tersebut. Gangguan-
gangguan psikologi pada saat menstruasi yaitu :
1. kecemasan atau ketakutan terhadap menstruasi, sehingga
menimbulkan fobia terhadap menstruasi. Maksudnya disini jika
ketegangan dan kecemasan ini secara terus menerus serta berlebihan
serta tidak segera diatasi maka akan menimbulkan fobia pada
menstruasi.
2. Merasa terhalangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh
datangnya menstruasi. Wanita akan merasa kebebasannya terbatas
akibat datangnya menstruasi ini misalnya saja wanita akan terbatas
dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari contohnya ia tidak dapat
melaksanakan ibadah, aktivitas olahraga dan aktivitas-aktivitas lainnya.
3. Mudah tersinggung atau mudah marah. Perasaan ini timbul dikarenakan
akibat dari perubahan cara kerja hormone-hormon serta karena
pengaruh rasa nyeri yang timbul pada saat menstruasi.
4. Perubahan pola makan pola makan cenderung meningkat terutama
pada makan yang manis
5. Merasa gelisah dan gangguan tidur. Pada saat menstruasi seorang
wanita akan mengalami gangguan atau masalah susah tidur atau
insomnia.
Keluhan psikologis pada menstruasi (menarche)
masalah psikologi wanita terutama pada saat pertama menstruasi:
1. Trauma genital yaitu kecemasan yang tidak riil disertai perasaan bersalah
atau berdosa. Keinginan untuk menolak psikologis menstruasi dan gejala
yang sering terjadi dan sangat mencolok pada haid pertama yaitu
kecemasan dan ketakutan. Kadang-kadang pada saat itu timbul pula sikap
mennyalahkan ibu melahirkan dirinya sebagai seorang wanota yang
“bergelimangan dosa”yang harus ditebunya dengan menstruasi setiap
bulan. Maka banyak peristiwa, menstruasi pertama itu dihayati oleh
seorang anak gadis sebgai traumatis (kartono 2006).
2. Menstruasi dianggap kotor, najis dan menjijikkan serta menandakan noda
dan tidak suci.atas dasar yang keliru ini timbul rasa malu dan tidak bersih
atau tidak suci, merasa diri kotor dan bernoda dan diliputi rasa negatif
lainnya.
Faktor pendukung gangguan psikologis pada menarche:
1. Usia anak gadis
Apabila ank gadis mendapatkan menstruasi terlalu awal dalam artian
terlalu muda, dan kuarang disiplin dalam hal kebersihan badan sehingg
mengakibatkan anak tersebut tidak siap dengan keadaan dirinya,
menyebabkan menstrausi yang didapatana itusebgai suatu beban baru
ata tugas baru yang tidak menyenangkan.demikain juga menarche yang
terlambat menyebabkan kecemasan dalam menunggu hainya.
2. Tingkat perkembangan pikiran
Apabila peristiwa menarche diikuti dengan infoyang salah, maka akan
menimbulkan bermacam-macam kecemasan dan gangguan pada diri dan
timbul gejala tidak enak, pusing,mual dan ingin muntah,serta cepat lelah
disertai rasa depresi dan tertekan, dismenoche, amenorche, dan perasaan
negatif tersebut menimbulkan rasa lemah dan kehilangan darah, atau
sakait-sakitan sehingga tidak berani keluar rumah.
3. Lingkungan
4. Pendidikan
a. Teori Cloaca
Menstruasi (Haid) Pada masa puberitas ada hal yang paling penting yaitu
menstruasi atau haid yang menjadi pertanda biologis dari kematangan seksual.
Timbullah kini bermacam-macam peristiwa yaitu:
– Reaksi hormonal
– Reaksi biologis
– Reaksi Psikis Psikis yang berlangsung secara siklus loyalis, dan terjadi
pengulangan secara periodik peristiwa menstruasi.
Semua isi bisa berproses dalam suasana hati yang normal pada anak gadis. Tapi
kadang kala juga bisa berjalan tidak normal pada anak gadis. Tapi kadang kala
juga bisa berjalan tidak lancar atau tidak normal (oleh banyak hambatan) dan
bisa menimbulkan macam-macam masalah psikosomatis. Secara normal
menstruasi berlangsung kurang lebih pada usia 11 – 16 tahun cepat lambatnya
kematangan seksual (menstruasi kematangan fisik) ditentukan oleh konstitusi
fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim,
cara hidup dan lingkungan. Selain itu penyakit juga bisa memperlambat
menstruasi. Faktor luar seperti blue film, buku-buku porno, godaan dari cowok.
Godaan sexual selain merangsang juga mempercepat kematangan sexual yang
cepat pada diri anak. Pengamatan secara psikoanalitis bahwa ada reaksi-reaksi
psikis tertentu saat haid pertama: lalu timbul proses yang disebut oleh dr.
Helena Deutsch sebagai kompleks kastrasi atau trauma genetalia. Sewaktu haid
pertama itu kadang-kadang muncul pula anggapan yag keliru yaitu anggapan
tentang teori “Cloaca” (Ricool, saluan buang kanal atau membuang kotoran,
ujung dari liang usus tempat bermuaranya saluran kencing dan poros usus) yang
mengatakan; segala sesuatu yang keluar dari rongga tubuh itu adalah kotoran
najis menjijikkan serta merupakan tanda noda dan tidak suci. Pada anak-anak
yang mempunyai kecenderungan neurotis dalam usia pra pubertas dan banyak
mengalami konflik batin. Pada umumnya mereka diliputi kecemasan-kecemasan
berupa fobia. Fobia adalah rasa takut yang menimbulkan rasa emosi yang tidak
nyaman, cemas, kuatir, pucat, berkeringat, pupil menjadi membelalak, rambut-
rambut menjadi berdiri, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, aliran darah
meningkat kedalam otot, pernapasan memburuk, frekuensi dari buang air seni
dan air besar meningkat. Selain Fobia anak-anak juga emngalami hypochoondria
yaitu wujud”, minat yang sangat berlebihan terhadap badan sendiri dalam wujud
rasa-rasa bersalah atau berdosa yang sangat ekstrim kemudian menjelma jadi
raksi-reaksi paranoid yaitu reaksi berlebih-lebihan terhadap sesuatu. Pada yang
lebih tua penolakan tersebut bisa menimbulkan penyakit psychogene
amenorrhae berupa gangguan fisik dan psikis yang komplek sekali, biasanya
sulit disembuhkan dengan pengobatan fisis atau organis hanya bisa dengan
terapi psikologisiah orang mampu menyembuhkan dengan cepat.
B. Perkawinan
Perkawinan adalah suatu penyatuan jiwa dan raga dua manusia
berlawanan jenis dalam satu ikatan yang suci dan mulia di bawah
lindungan hukum dan Tuhan Yang Maha Esa. Macam-macam bentuk
perkawinan antara lain:
1. Perkawinan poligami Yaitu suatu perkawinan dimana seorang
suami mempunyai lebih dari 1 istri.
2. Perkawinan Eugenis Suatu bentuk perkawinan untuk
memperbaiki / memuliakan ras.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi penyesuaian seksual dalam
perkawinan
a. periaku terhadap seks
b. pengalaman seks masa lalu
c. dorongan seksual
d. pengalaman seks marital awal
e. sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi.
f. efek vasektomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan pihak
keluarga, pasangan dalam perkawinan
a. Stereotipe tradisional
b. keinginan untuk mandiri
c. keluargaisme
d. mobilitas sosial
e. Angota keluarga berusia lanjut
f. bantuan keuangna untuk pasangan
Kesulitan-Kesulitan dalam penyesuaian perkawinan antara lain;
a. Persiapan yang terbatas untuk perkawinan.
b. Peran dalam perkawinan
c. Kawin muda
d. Komsep yang tidak realistik tentang perkawinan
e. Perkawinan campuran
f. Pacaran yang dipersingkat.
g. Konsep perkawinan yang romantis
h. Kurangnya identitas.
Gangguan Psikologi pada masa perkawinan Pola baru dalam tingkah laku
seksuan antara lain:
a. Term Marriage Term Marriage atau perkawinan periodik yaitu
dengan merencanakan suatu kontrak tahap pertama selama 3 – 5
tahun sedang tahap kedua ditempuh dalam jangka 10 tahun.
Perpanjangan kontrak bisa dilaksanakan untuk mencapai tahap
ketiga yang memberikan hak kepada kedua partner untuk saling
memiliki secara permanen.
b. Trial Marriage Trial marriage atau kawin percobaan dengan ide
melandaskan argumentasinya pada pertimbangan sebagai
berikut: jangan hendaknya dua orang saling melibatkan diri
dalam satu relasi sangat intim dan kompleks dalam bentuk ikatan
perkawinan itu tidak mencobanya terlebih dahulu, selama satu
periode tertentu umpamanya saja selama beberapa bulan atau
beberapa tahun. Jika dalam periode yang ditentukan kedua belah
pihak saling bersesuaian, barulah dilaksanakan ikatan
perkawinan yang permanen.
c. Companionate marriage Companionate marriage, pola
perkawinan ini menganjurkan dilaksanakan perkawinan tanpa
anak, dengan melegalisir keluarga berencana dan pengendalian
kelahiran juga melegalisir perceraian atas dasar persetujuan
bersama.
5. Akibat Negatif Perkawinan Periodik a. Dampak menurunkan derajat nilai
wanita yang sangat dimuliakan, wanita cenderung dianggap sebagai
pemuas nafsu belaka. b. Tidak membawa akibat hukum waris-mewarisi c.
Tidak ada ketentuan mengenai wajib nafkah terhadap anaknya setelah
berpisah dengan istri. d. Tidak ada ketentuan perwalian, dapat
mengakibatkan perlakuan semena-mena. e. Mengarah pada bentuk
perzinaan.
D. Faktor Penyebab Infertilitas dari Segi Psikologis
Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis dan
anatomis, di mana proses fisiologis tersebut berasal dari sekresi internal yang
mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita itu merupakan satu
unit psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis
dan factor organis atau fisis. Kesulitan- kesulitan psikologis ini berkaitan dengan
koitus dan kehamilan, yang biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita
menjadi hamil.
Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta
kecemasan berkaitan dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak yang
merintangi tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya dinyatakan bahwa
sebab yang paling banyak dari kemandulan adalah ketakutan-ketakutan yang
tidak disadari atau yang ada dibawah sadar, yang infantile atau kekanak-
kanakan sifatnya. (Kartono, 2007:74 ).
Penelitian kedokteran juga menemukan bahwa peningkatan kadar prolaktin dan
kadar Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan masalah psikis.
Kecemasan dan ketegangan cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan
dan murung cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi
dapat mengganggu pengeluaran LH dan menekan hormon gonadotropin yang
mempengaruhi terjadinya ovulasi ( Kasdu, 2001 : 70 ).
Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sering kali mengalami perasaan
tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat jatuh pada keadaan
depresi, cemas dan lelah yang berkepanjangan. Perasaan yang dialami para
wanita tersebut timbul sebagai akibat dari hasil pemeriksaan, pengobatan dan
penanganan yang terus menerus tidak membuahkan hasil. Hal inilah yang
mengakibatkan wanita merasa kehilangan kepercayaan diri serta perasaan tidak
enak terhadap diri sendiri, suami dan keluarga ataupun lingkungan dimana
wanita itu berada.
Keadaan wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan
dengan wanita yang selalu dalam keadaan stres. Adapun perasaan tertekan atau
tegang yang dialami wanita tersebut berpengaruh terhadap fungsi hipotalamus
yang merupakan kelenjar otak yang mengirimkan sejumlah sinyal untuk
mengeluarkan hormon stres keseluruh tubuh. Hormon stress yang terlalu banyak
keluar dan lama akan mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada jantung
dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres juga dapat
mengganggu keseimbangan hormon, sistem reproduksi ataupun kesuburan.
Pernyataan ini seperti dikemukakan oleh Mark Saver pada penelitiannya tahun
1995, mengenai Psychomatic Medicine yang
menjelaskan bahwa wanita dengan riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan
untuk hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalaminya. Hal ini
terjadi karena wanita tersebut mengalami ketidakseimbangan hormon (hormon
estrogen). Kelebihan hormon estrogen akan memberikan sinyal kepada hormon
progesteron untuk tidak berproduksi lagi karena kebutuhannya sudah
mencukupi. Akibatnya akan terjadi kekurangan hormon progesteron yang
berpengaruh terhadap proses terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001 : 72).
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial
(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan
subjektif terhadap stresor, konteks yang menjembatani pertemuan
antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai
suatu sistem (WHO;2003).
c. Tahapan Stres
Hawari 2001dalam Sriati mengatakan bahwa Dr. Robert J. an
Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai
berikut :
1). Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1)Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting) 2)Penglihatan
“tajam” tidak sebagaimana biasanya 3)Merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
2). Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang
semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas
mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan
karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari,
karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang
dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih
sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar 2) Merasa
mudah lelah sesudah makan siang 3) Lekas merasa lelah menjelang
sore hari 4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel
discomfort) 5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebardebar)
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang 7) Tidak
bisa santai.
3). Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam
pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres
tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin
nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan lambung dan usus
semakin nyata; misalnya keluhan maag, buang air besar tidak
teratur (diare) 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa 3) Perasaan
ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat 4)
Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai
masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi atau
dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia) 5)
Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa
mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi
pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga
beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh
kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
4). Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan
sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit 2) Aktivitas pekerjaan
yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit 3) Yang semula tanggap
terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons
secara memadai (adequate) 4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan
kegiatan rutin sehari-hari 5) Gangguan pola tidur
disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan. Seringkali
menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan
6) Daya konsentrasi daya ingat menurun 7) Timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.
5). Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam
stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1)
Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan
psychological exhaustion) 2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan
pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana 3)
Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder) 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik.
6). Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang
mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati.
Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang
dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada
akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: 1)
Debaran jantung teramat keras 2) Susah bernapas (sesak dan
megap-megap) 3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan
keringat bercucuran 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau
gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh
keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang
melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya (Sriati;2008).
TUGAS PSIKOLOGI
GANGGUAN PSIKOLOGI MENSTRUASI
OLEH
KELOMPOK 3
Astri taslima anggraini
Debi eristantia
Dita rusti
Isra Rahmida
Nola wenita
Novella rahmi
Sari Andhika Putri
Yusrawati
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PRODI KEBIDANAN BUKITTINGGI
TA 2011/2012
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula Shalawat dan salam sama-sama kita
kirimkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini membahas tentang
gangguan psikologi menstruasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang selalu memberimotivasi
kepada penulis.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa prodi kebidanan bukittinggi yang membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Demi kesempurnaan makalah ini,penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Terima kasih.
Bukittinggi,desember 2011
Penulis
SUMBER
http://akbidmanna.blogspot.com/2010/03/makalah-gangguan-psikologi-
menstruasi.html
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan08/204312047/bab2.pdf
http://sirun-nisa.blogspot.com/2011/11/teori-cloaca.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27266/4/Chapter%20II.pdf
http://eprints.uns.ac.id/192/1/165240109201010581.pdf
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya
kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang pertama atau menarche
paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada usia
8 tahun atau 16 tahun tergantung factor-faktor yang mempengarui
kedewasaan atau perkembangan hormone pada gadis itu sendiri.
b. Saran
Pada masa menstruasi banyak sekali terdapat gangguan-gangguan baik
dari segi fisik maupun dasi segi psikologis. Gangguan-gangguan
menstruasi ini dapat menyebabkan tergangguanya aktivitas-aktivitasdari
wanita yang mengalami gangguan menstruasi tersebut,
Jadi kita harus mengerti dengan kondisi kt dan dapat mengontrol
gangguan-gangguan pada saat menstruasi sehingga aktivitas kita tidak
terganggu hanya karena menstruasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menstruasi (Haid) Pada masa puberitas ada hal yang paling penting
yaitu menstruasi atau haid yang menjadi pertanda biologis dari
kematangan seksual. Timbullah kini bermacam-macam peristiwa yaitu: –
Reaksi hormonal – Reaksi biologis – Reaksi Psikis Psikis yang berlangsung
secara siklus loyalis, dan terjadi pengulangan secara periodik peristiwa
menstruasi. Semua isi bisa berproses dalam suasana hati yang normal
pada anak gadis. Tapi kadang kala juga bisa berjalan tidak normal pada
anak gadis. Tapi kadang kala juga bisa berjalan tidak lancar atau tidak
normal (oleh banyak hambatan) dan bisa menimbulkan macam-macam
masalah psikosomatis. Secara normal menstruasi berlangsung kurang
lebih pada usia 11 – 16 tahun cepat lambatnya kematangan seksual
(menstruasi kematangan fisik) ditentukan oleh konstitusi fisik individual,
juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup
dan lingkungan. Selain itu penyakit juga bisa memperlambat menstruasi.
Faktor luar seperti blue film, buku-buku porno, godaan dari cowok. Godaan
sexual selain merangsang juga mempercepat kematangan sexual yang
cepat pada diri anak.
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya
kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang pertama atau menarche
paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada usia
8 tahun atau 16 tahun tergantung factor-faktor yang mempengarui
kedewasaan atau perkembangan hormone pada gadis itu sendiri.
B. Tujuan
1. untuk mengetahui apa itu menstruasi.
2. Untuk mengetahui apa saja gangguan pada saat menstruasi
3. Untuk mengetahui faktor infertilitas.
c. Masalah
1. Apa itu menstruasi ?
2. Apa saja gangguan pada saat menstruasi ?
3. Apa saja faktor infertilitas ?