140
PSIKOLOGI PENDIDIKAN Model Pengembangan Kreativitas dalam Praktik Pembelajaran

PSIKOLOGI PENDIDIKANdifarepositories.uin-suka.ac.id/27/1/Psikologi Pendidikan (Heni Allian… · sebagai suatu karya baru, berguna, dan dapat dipahami oleh masyarakat pada waktu tertentu

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Model Pengembangan Kreativitasdalam Praktik Pembelajaran

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Model Pengembangan Kreativitasdalam PraktiPembelajaran

PSIKOLOGI PENDIDIKANModel Pengembangan Kreativitas dalam Praktik PembelajaranRahmat Aziz©UIN-Maliki Press, 2010

xii + 134 hlm; 14,5 x 21 cm1. Kreativitas2. Berpikir dan Menulis3. Model Pembelajaran Synectics

All right reserved

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isibuku ini dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari Penerbit

Penulis :Dr. Rahmat Aziz, M.Si.Editor : A Halim FathaniDesain Isi : Dwi PrihandayaniDesain Sampul: Robait Usman

UMP 10037Cetakan 1: September 2010ISBN 978-602-958-296-3

Diterbitkan pertama kali olehUIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI)Jalan Gajayana 50 Malang 65144Telepon/Faksimile (0341) 573225E-mail:[email protected]://www.uinmalikipress.com

PENGANTAR PENULISKreativitas adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan baik bagi

individu yang bersangkutan maupun bagi kehidupan sosial, karena itupendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkannya. Namun, prosespendidikan yang berlangsung saatini kurang berpihak pada pengembangankreativitas siswa, salah satu indikatornya adalah model pembelajaran yangdigunakan guru cenderung monoton dan kurang menarik.

Kreativitas sebagai sebuah konsep psikologis bisa dipahami sebagaikarakteristik pribadi (person), proses (process),produk (product), danpendorong (press).Sebagai process,kreativitas berarti kemampuan berpikiruntuk membuat kombinasi baru. Sebagai product,kreativitas diartikansebagai suatu karya baru, berguna, dan dapat dipahami oleh masyarakatpada waktu tertentu. Sebagai person, kreativitas berarti ciri-ciri kepribadiannon kognitif yang melekat pada orang kreatif, dan sebagai press,artinyapengembangan kreativitas itu ditentukan oleh faktor lingkungan baikinternal maupun eksternal.

Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan hasil penelitianpenulis dalam rangka menyelesaikan studi di Program Doktor ProgramPascasarjana Universitas Negeri Malang yang diuji tahun 2008. Secaraumum buku ini membahas mengenai model pengembangan kreativitas siswamelalui kegiatan synectics. Adapun dalam pembahasannya, penulismenggunakan pendekatan eksperimental yang bertujuan menguji synecticsdalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuanmenulis kreatif dengan menyertakan sikap kreatif sebagai variabel kovariat.Pelajaran yang digunakan sebagai sarana pemberian perlakuan adalahbahasa Indonesia yang dianggap cocok untuk mengembangkan kemampuanberpikir kreatif dan menulis kreatif dalam bentuk menulis karangan.

Untuk subjek penelitian, diambil dari siswa kelas tujuh (VII) MTsSurya Buana Malang sebanyak 48 orang (24 untuk kelompok perlakuan dan24 untuk kelompok pembanding). Pengambilan data dilakukan dengan tesberpikirkreati, tes menulis

kreatif, dan skala sikap kreatif. Analisis data dilakukan denganmenggunakan teknik analisis 1) multivariate analysis of covariancedigunakan untuk menguji pengaruh kegiatan synectics terhadap kemampuanberpikir dan menulis kreatif dengan menyertakan sikap kreatif sebagaivariabel kovariat; 2) regression analysisdigunakan untuk menguji pengaruhberpikir kreatif terhadap ke- mampuan menulis kreatif; dan 3) analysis ofvariancedigunakan untuk menguji pengaruh jenis kelamin terhadapkemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menulis kreatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kegiatan synectics efektifdalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif; 2) Kegiatan synecticsefektif dalam mengembangkan kemampuan menulis kreatif; 3) Terdapathubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan menuliskreatif; 4) Jenis ke- lamin berpengaruh terhadap tinggi rendahnyakemampuan berpikir dan menulis kreatif, perempuan lebih tinggi dibandinglaki-laki pada kedua kemampuan tersebut.

Hadirnya buku ini merupakan bentuk sumbangan teoritis denganadanya penambahan khazanah keilmuan dalam bidang psikologi danpendidikan, khususnya tentang landasan teoritis pengembangan kreativitasberupa kemampuan berpikir dan menulis kreatif yang dilakukan dalamsetting pembelajaran di sekolah. Di sisi lain, buku hasil peneltian ini dapatmenjadi acuan bagi guru-guru dalam menerapkan pembelajaran modelsynectics dalam berbagai bidang studi yang mengacu pada peningkatankualitas pembelajaran, khususnya dalam mengembangkan ke- mampuanberpikir dan menulis kreatif siswa. Akhirnya penulis berharap, semoga bukuini juga bermanfaat bagi siapapun dan berguna bagi pengembangan ilmu

dan perbaikan pendidikan serta dicatat menjadi amal shaleh penulis dalamupaya pengembangan ilmu sebagai bagian tugas seorang hamba. []

Malang, Januari 2010Penulis

Dr. Rahmat Aziz, M.Si

.

UCAPAN TERIMA KASIHBuku ini, pada awalnya merupakan hasil penelitian penulis dalam rangka

penulisan Disertasi sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi doktoral diUniversitas Negeri Malang pada Program Studi Psikologi Pendidikan. Olehkarena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapanterima kasih yang tulus kepada:

Prof. Dr. I Wayan Ardhana, M.A., selaku pembimbing pertama yang telahmemberikan bimbingan dan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikandisertasi ini. Cara bersikap dan bertindak dalam memperlakukan semuamahasiswa yang penuh dengan kekeluargaan telah menjadi contoh teladan yangsangat berharga bagi penulis dalam menjalani karir sebagai seorang pendidik.

Dr. Marthen Pali, M.Psi., selaku pembimbing kedua di sela-selakesibukannya sebagai direktur program pascasarjana yang telah memberikanperhatian dan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan yang terbaik dalampenyelesaian disertasi ini. Satu ungkapan yang tidak mungkin penulis lupakanselama penulis berkonsultasi adalah: saya tahu naskah ini memang belumsempurna dan tanpa diberi tahupun saya yakin Anda bisa menyempurnakannya.

Dr. Dany M. Handarini, M.A., selaku pembimbing ketiga yang telahmeluangkan waktu untuk menjadi pembimbing, motivator, bahkan menjadisahabat ketika penulis menghadapi masa-masa sulit dalam menyelesaikanpenulisan disertasi ini. Cara bertindak yang mampu memadukan antara suasanaakademik dengan suasana yang penuh persahabatan telah menjadi bagian yangpernah penulis alami selama proses penyelesaian disertasi ini.

Prof.Dr. Imam Syafi'ie, yang telah bersedia menjadi penguji penggantiBapak Prof. Dr. Abdul Wahab, M.A., yang beberapa hari sebelum mengujipenulis, beliau dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta,padahal beliau banyaksekali membantu penulis

vii

karena beliaulah yang menjadi penguji ketika ujian kualifikasi dan ujiankelayakan. Semoga Allah menerima dan membalas seluruh amal kebaikannya.Amin. Khusus, kepada Prof. Dr. Imam Syafi'e, penulis sangat terkesan denganpertanyaan yang disampaikan dengan cara yang bijak telah menjadi pendorongpenulis untuk memperbaiki dan lebih memahami substansi disertasi ini.

Prof. Johana Prawitasari, M.A, Ph.D., di sela-sela kesibukannya sebagaidosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta telah bersediameluangkan waktu menjadi dosen penguji tamu pada ujian disertasi penulis,karena itu penulis merasa sangat beruntung menjadi salah seorang promovendusyang diuji oleh orang yang ahli dalam bidangnya.

Prof. Dr. Raka Joni, M.Sc., yang telah lama membimbing penulis selamamengikuti program Doktor di Universitas Negeri Malang. Kepakaran dalamkeilmuan dan ketegasan dalam bersikap telah menjadi tauladan bagi penulis.Karena itu penulis merasa sangat bersyukur atas kesediaan bapak menjadi dosenpenguji bidang kependidikan pada ujian disertasi.

Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maulana Malik IbrahimMalang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikutikuliah program Doktor. Cara berpikirnya yang jauh ke depan tapi tetap berpijakpada keadaan sekarang telah menjadi teladan bagi penulis dalammengembangkan dan membesarkan kampus UIN Maulana Malik IbrahimMalang.

Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si., selaku Pembantu Rektor BidangAkademik UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang tiada henti selalumemberikan dorongan kepada penulis dan semua dosen yang ada di kampus ini,khususnya bagi yang sedang menempuh program doktor agar segeramerampungkan studinya. Hal ini tentu akan mendukung program peningkatandan pengembangan budaya akademik di kampus ini.

Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN MaulanaMalik Ibrahim Malang yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuksegera menyelesaikan disertasi

viii

ini. Terima kasih atas pengertiannya yang telah memberikan waktu kepadapenulis untuk lebih fokus pada penyelesaian disertasi ini.

Drs. Abdul Djalil, M.Ag., selaku kepala sekolah MTs Surya Buana yangtelah memberikan kesempatan dan kebebasan kepada penulis untuk melakukanpenelitian. Beliau adalah sosok orang yang semangatnya tetap membara untukberperan serta dalam mengembangkan pendidikan meski di usia yang sudahlidak muda. Sikap seperti itulah yang menjadi contoh teladan selama penulisberinteraksi dengan beliau.

Diyah Agustin, S.Pd., yang telah menjadi sparing partner selama penulismelakukan penelitian serta kesediaannya untuk menjadi rater.Demikian juga IinTri Rahayu, M.Si dan Masyitoh, M.Hum di sela-sela kesibukannya sebagaidosen di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang telah bersedia menjadiraterdalam menilai tulisan kreatif yang dibuat siswa. Selain itu, penulis jugamenyampaikan terima kasih kepada Ali Ridlo, M.Si yang telah menjadi temandiskusi khususnya dalam menganalisis data penelitian.

Teman-teman ProgramDoktorJurusanPsikologiPendidikan dan jurusanBimbingan Konseling angkatan 2003. Mereka adalah: Abdullah Sinring, AdiAtmoko, Imron Rosyidi, Musa Sukardi, Ahmad, Nasirudin, Mohammad Bilal,Sri Mulyati, dan Syuul Karamoy, yang telah bersama-sama merasakan suka danduka dalam mengikuti proses pendidikan di Program Doktor Universitas NegeriMalang.

Teman-teman kolega di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik IbrahimMalang yang telah menjadi teman diskusi dalam proses penyusunan disertasi ini.Kesibukan sebagai dosen sekaligus sebagai mahasiswa program Doktor baikyang di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta maupun yang di InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya telah menjadi senitersendiri ketika keadaan tersebut harus dihadapi.

Secara khusus, saya menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepadakedua orangtua penulis H. Emed Sukandar & Hj. Yoyoh Mardiyah yang doanyatiada pernah henti agar

ix

anaknya menjadi seorang yang berguna. Kedua mertua penulisH. Soeharsono & Hj. Soehartati yang selalu mendukung dan menghormatipada apapun yang dilakukan penulis, juga kepada kakak-kakak dan adik-adikbaik yang berada di Ciamis maupun di Malang.

Begitu juga, secara tulus saya ucapkan terima kasih kepada istri tercintaRetno Mangestuti, M.Si, psikolog, yang telah memberikan makna yang sangatberarti dalam kehidupan penulis, kesibukan sebagai dosen Fakultas PsikologiUIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan mahasiswa program Doktor diFakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada tidaklah menyurutkan untuk tetapmendukung dan menghargai pada apapun yang dilakukan penulis.

Demikian juga ananda tersayang "Azra Ahsanul Haque", suatu saat penulisberharap semoga dirinya mampu menjadi sosok pribadi yangkuatdan tegardalam menjalani kehidupannya; dan "Azka Tsania Chaerun Nisa" yangkeberadaannya menjadi semangat dan inspirasi bagi penulis.

Tak ketinggalan juga, kepada Penerbit UIN-Maliki Press yang telahbersedia menerbitkan disertasi ini menjadi sebuah buku yang layak dibaca olehkhalayak luas. Semoga ke depan, buku-buku yang diterbitkan Unit PenerbitanUIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini semakin bertambah, baik dari segikuantitas maupun kualitas.

Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis berdoa semoga semua kebaikanmendapatkan balasan yang lebih baik lagi. Amin. []

Penulis

DAFTAR ISIPENGANTAR PENULIS.............................................................................. vUCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vii

Bab 1 : Urgensi Pengembangan Kreativitas Dalam PraktikPembelajaran ................................................................................................. 1

A. Pengembangan Kreativitas: Suatu Keniscayaan .... 2B. Signifikansi dan Keterbatasan Studi ........................................... 7

C. Kerangka Konsep Penelitian....................................................... 9

D. Penjelasan Istilah Kunci ........................................................... 10

Bab 2 : Kreativitas dan Synecticsdalam Praktik Pembelajaran ........................................................................ 15

A. Kreativitas ................................................................................ 16

B. Pengukuran Kreativitas............................................................. 19

C. Model Pengembangan Kreativitas ............................................ 21

D. Synectics................................................................................... 27

E. Penerapan Synectics dalam Pembelajaran ................................ 28

F. Pengembangan Kreativitas melalui Synectics 32

G. Berpikir dan Menulis Kreatif.................................................... 35

H. Sikap dan Kreativitas................................................................ 37

Bab 3 : Kegiatan Synecticsdalam Pengembangan Kreativitas :

RancanganEksperimen……………………………………………………41

A. Rancangan dan Prosedur Penelitian.......................................... 42

B. Identifikasi Variabel ................................................................. 43

C. Tempat dan Subjek Penelitian .................................................. 44

D. Instrumen Pengumpulan Data................................................... 46

E. Pemberian Perlakuan ............................................................... 56

F. Analisis Data ………………………………………………..59

xi

Bab 4 : Efektivitas Rancangan ModelPengembangan Kreativitas : Hasil Uji danAnalisis........................................................................................................ 63A. Hasil Uji Prasyarat Analisis...................................................... 64

B. Hasil Analisis Deskriptif .......................................................... 67

C. Hasil Uji Hipotesis Penelitian................................................... 71

D. Hasil Analisis Tambahan........................................................... 73

Bab 5 : Model Pengembangan Kreativitas MelaluiKegiatan Synectics : Temuan Penelitian .................................................. 75A. Kegiatan Synectics dan Kemampuan BerpikirKreatif.......................................................................................................... 76

B. Kegiatan Synectics dan Kemampuan MenulisKreatif......................................................................................................... 81

C. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif danMenulis Kreatif............................................................................................ 85

D. Jenis Kelamin dan Kreativitas .................................................. 87

Bab 6 : Implikasi Kegiatan Synectics dalamPengembangan Kreativitas ....................................................................... 91A. Implikasi Temuan Penelitian dalam PengembanganKreativitas.................................................................................................... 92B. Beberapa Saran tentang Pengembangan Kreativitas. …...........94

DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………97LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................111A. Pedoman Kegiatan Synectics .................................................. 112

B. Skala Sikap Kreatif .................................................................. 125

TENTANG PENULIS .............................................................................. 133

xii

Bab 1

Urgensi Pengembangan Kreativitas DalamPraktik Pembelajaran

Pertanyaannya adalah, siapa sih yang berminat terhadapkreativitas? Dan jawaban saya adalah boleh dikata semuaorang. Minat ini tidak lagi terbatas pada para psikolog dan

psikiater. Sekarang ini juga telah menjadikebijakan nasional dan internasional

(Abraham Masloiv, Tokoh Psikologi Humanistik)

A. Pengembangan Kreativitas: Suatu Keniscayaan

Kreativitas merupakan aspek yang sangat penting dan berharga dalam setiapusaha manusia, sebab melalui kreativitas akan dapat ditemukan dan dihasilkanberbagai teori, pendekatan, dan cara baru yang sangat bermanfaat bagikehidupan. Tanpa adanya kreativitas, kehidupan akan lebih merupakan suatuyang bersifat pengulangan terhadap pola-pola yang sama (Sternberg, 1992; DeBono, 1992). Menurut Juan Huarte (dalam Wahab, 2006) kreativitas merupakanjenis kecendekiaan tertinggi pada umat manusia yang tidak dimiliki olehmakhluk lain. Karena itu penelitian tentang kreativitas berarti meneliti tentangpotensi tertinggi umat manusia.

Kreativitas dapat dipahami dengan pendekatan process, product, person,danpress (Rhodes, 1961; Torrence, 1995). Namun pengukuran yang banyakdilakukan para ahli hanya dilakukan pada ketiga aspek saja yaitu aspek process,product dan person(Eysenk, 1993; Simonton, 2003; Michael, 2001; Salsedo,2006) sedangkan aspek pressdiartikan sebagai usaha untuk menciptakanlingkungan yang mendukung pada pengembangan kreativitas anak (Vidal,2005), baik di lingkungan masyarakat (Chuang, 2007), lingkungan keluarga(Chan, 2005; Pierce, 1992), maupun lingkungan sekolah (Beattie, 2000; King,2007). Sekolah merupakan aspek yang sangat strategis dalam mengembangkankreativitas siswa (Munandar, 1999).

Penelitian dalam upaya pengembangan kreativitas biasa dilakukan dengandua cara, yaitu 1) memberikan pelatihan yang berhubungan dengan kreativitaskemudian mengukur secara langsung perubahan yang terjadi akibat perlakuantersebut seperti dilakukan oleh Kilgour (2006), Suharnan (2000), dan Gendrof(1996); 2) memadukan suatu perlakuan dalam pelajaran tertentu kemudianmengukur tingkat kreativitasnya sebagai dampak pengiring (nurturant effect)dari suatu proses pembelajaran, cara ini telah dilakukan oleh banyak penelitiantara lain Maryam, (2007), Teo & Tan, (2005), dan Burks, (2005).

Istilah nurturant effectmerupakan istilah yang digunakan Joyce and Weil(2000) ketika menyatakan bahwa semestinya setiap

2

model pembelajaran memuat dua pengaruh berupa instructional effectyangmerupakan pengaruh langsung yang dicapai siswa dari suatu prosespembelajaran, dan nurturant effectyang merupakan pengaruh tidak langsungakibat adanya interaksi antara lingkungan dengan model pembelajaran yangdigunakan.

Pengembangan kreativitas pada penelitian ini dilaksanakan dalam kontekspraktik pendidikan di sekolah. Hal ini merupakan salah satu jawaban terhadapkenyataan yang ada bahwa pendidikan di Indonesia saat ini lebih berorientasipada hasil yang bersifat pengulangan, penghapalan, dan pencarian satu jawabanyang benar terhadap soal-soal yang diberikan. I’roses-proses pemikiran tingkattinggi termasuk berpikir kreatif jarang sekali dilatihkan (Joni, 1992). Demikianjuga dengan kemampuan menulis siswa. Hasil temuan Wati (2005) menyatakanbahwa tingkat kemampuan menulis siswa berada pada kategori rendah, salahsatu faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah proses pembelajaran yangkurang variatif.

Kajian terhadap beberapa penelitian tentang pembelajaran mengarang disekolah telah dilakukan Kumara (2008) yang menyimpulkan bahwa 1) gurukurang kreatif dalam melakukan kontekstualisasi materi pelajaran dalam prosespembelajaran sehingga proses belajar menjadi tidak menarik; 2) guru jarangsekali memberikan kesempatan pada siswa untuk praktik mengarang; 3) minatmembaca siswa rendah yang berakibat pada kurangnya wawasan dan sedikitnyaperbendaharaan kata sehingga mereka kesulitan ketika harus menuangkangagasan dalam bentuk tertulis.

Pendapat serupa telah dikemukakan oleh Lie (2004) yang menyatakanbahwa model pembelajaran di Indonesia lebih berorientasi pada pengajaran yangbersifat satu arah, verbalistik, monoton, dan hapalan. Padahal, menurut Schmidt(2006) kemampuan kreatif sering muncul pada anak-anak, tapi seiring denganbertambahnya usia kemampuan tersebut menjadi berkurang dan salah satu faktoryang menyebabkan kurang berkembangnya kreativitas adalah praktikpendidikan yang kurang mengapresiasi terhadap kemampuan kreatif anak.

3

Selanjutnya Ugur (2004) menjelaskan bahwa pembelajaran di kelasmempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan kreativitas,karena itu peranan guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan danmengembangkan kreativitas siswanya. Sternberg (2003) menyebutkan bahwakebanyakan guru pada dasarnya adalah kreatif tapi hanya sedikit diantaramereka yang mampu mengekspresikan kreativitasnya di dalam kelas. Lebihlanjut lagi, Cropley (1994) menjelaskan peran guru yang bisa dilakukan untukmengembangkan kreativitas siswanya yaitu berperan sebagai figur di kelas yangperilakunya akan ditiru oleh siswanya dan berperan sebagai pencipta suasanakelas yang nyaman dan kondusif.

Pendapat-pendapat di atas menggambarkan bahwa pendidikan saat inikurang mengapresiasi kreativitas, padahal kreativitas dan kecerdasan intelektualmempunyai peranan yang sama dalam mencapai keberhasilan belajar. Penelitianawal tentang kreativitas di Indonesia telah lama dilakukan Munandar (1977)pada siswa SD dan SMP yang menemukan bahwa kreativitas dan inteligensisama absahnya dalam memprediksi prestasi belajar. Jika efek inteligensi dieliminasi, pengaruh kreativitas tetap substansial, namun kombinasi kreativitasdan inteligensi lebih efektif sebagai prediktor bagi tinggi rendahnya prestasibelajar.

Saat ini kebutuhan akan pengembangan kreativitas dirasakan sudah sangatmendesak karena kreativitas sangat penting baik untuk pribadi maupun sosial.Sehubungan dengan itu peranan orangtua, guru, dan masyarakat sangatmenentukan bagi keberhasilan pembinaan dan pengembangan kreativitas siswa,karena kreativitas merupakan suatu potensi yang akan berkembang bila siswaberada dalam lingkungan yang kondusif (Sternberg & Lubart, 1995).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kreativitasmenjadi suatu keniscayaan untuk segera dilakukan dan pada konteks inilahpendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalampengembangan kreativitas siswa. Tujuan pendidikan menurut Munandar (1999)adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untukmengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal

4

sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat sekitarnya, karena itupendidikan bertanggung jawab untuk memandu dan mengembangkan potensikreatif yang dimiliki siswa.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal seharusnya menjadi tempatbagi pengembangan kreativitas siswa. Faktanya, saat ini sekolah masih belummampu menciptakan suasana yang mendukung pada kemungkinan bagi siswauntuk kreatif. Keadaan seperti ini menjadi keluhan bagi berbagai pihak (Joni,1983; Lie, 2004). Pada praktik pembelajaran di kelas, metode yang seringdigunakan adalah metode konvensional berupa ceramah yang oleh Joni (1992)disinyalir tidak akan menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang padagilirannya tidak akan mampu bersaing baik dalam skala lokal maupun global.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu perbaikan pembelajaran yangberorientasi pada siswa (student oriented). Perbaikan yang dimaksud berupacara guru menyampaikan pelajaran yang mampu memberikan perbaikanterhadap kualitashasil pembelajaran. Bentuk perbaikan pembelajaran yang dimaksud harusmampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang dibentuk melaluiberbagai bentuk kajian, keterampilan intelektual, sosial, dan psikomotorik siswayang diperoleh melalui aplikasi keahlian, dan sikap serta internalisasi nilai yangdiperoleh melalui penghayatan secara integral (Joni, 1992), yang padagiIirannya mampu meningkatkan kreativitas, baik dalam bentuk ke- mampuanberpikir kreatif maupun kemampuan menulis kreatif.

Pada konteks penelitian ini, pengembangan kreativitasdifokuskan pada kemampuan berpikir dan menulis kreatif yang pelaksanaannyadilakukan melalui pelajaran bahasa Indonesia. Pemilihan bahasa Indonesiasebagai sarana pemberian treatment didasari anggapan bahwa pelajaran tersebutmemungkinkan pengembangan kemampuan berpikir dan menulis kreatif siswamelalui penggunaan pembelajaran model synectics, selain itu seperti yangdiungkapkan oleh Nurhadi, Dawud, & Pratiwi (2005) bahwa saat ini seharusnyapembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada pembelajaran bahasa secarakreatif baik dalam membaca, berbicara, dan menulis.

5

Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam pengembangan kreativitassiswa dan merupakan penunjang bagi keberhasilan siswa dalam mempelajarisemua bidang studi. Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkankemampuan siswa baik secara lisan maupun tulisan. Karena itu itu, ruanglingkup pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan yang meliputi aspekmendengarkan, berbicara, membaca, menyimak, dan menulis (Nurhadi, Dawud,& Pratiwi: 2005).

Bahasa Indonesia sebagai salah satu matapelajaran yang diajarkan di tingkatsekolah pertama ternyata pada tataran praktis masih belum memuaskan berbagaipihak. Joni (2005) mensinyalir bahwa praktik pembelajarannya masih menganutarahan yang dipetik dari pengalaman di negeri Belanda seperti penggunaanmetode global dalam membaca permulaan meskipun sebenarnya tidak cocokditerapkan dalam bahasa Indonesia, pendapat di atas didukung dengan temuanMaryam (2007) dan Wati (2005). Keadaan seperti di atas, ternyata sesuai jugadengan hasil observasi penulis ketika melakukan studi pendahuluan di lapanganbahwa pembelajaran bahasa Indonesia dianggap masih belum memuaskan bagiberbagai pihak.

Penelitian Aziz (2006) tentang kreativitas pada 450 siswa SekolahMenengah Pertama dengan menggunakan test Torrence yang mengukur aspekberpikir kreatif berupa kelancaran dalam berpikir, fleksibel dalam berpikir,orsinil dalam menemukan ide, dan kemampuan mengelaborasi gagasanmenemukan bahwa siswa MTs Surya Buana mempunyai tingkat kemampuanberpikir kreatif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dari sekolah lainnya.Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab adalah proses pembelajaran disekolah ini mengembangkan konsep sekolah alam yang pembelajarannya tidakhanya dilakukan dalam ruangan saja tapi bisa juga dilakukan di luar kelas. Halini berakibat pada adanya kesempatan siswa untuk lebih leluasa dalammengekspresikan potensi kreatifnya (Sternberg & Lubart, 1995).

Uraian di atas menjadi alasan bagi penulis untuk meneliti kreativitas siswabaik berupa kemampuan berpikir kreatif maupun menulis kreatif. Subjekpenelitian yang digunakan

6

dalam penelitian ini adalah siswa MTs Surya Buana kelas VII (tujuh) yangdiperkirakan berusia antara 12 sampai 14 tahun. Alasan pengambilan subjekpada usia ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pembelajaran model synecticsmerupakan model pembelajaran yang cukup kompleks sehingga akanmengalami kesulitan jika dilakukan pada anak-anak yang masih terlalu kecilpadahal pelatihan kreativitas akan sangat efektif jika seandainya dilakukan padaanak-anak (McCrae, et. All., 1997) dengan pertimbangan tersebut maka diambilsubjek yang usianya berada di antara usia kanak-kanak dan usia dewasa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitianeksperimental yang bertujuan untuk membandingkan efek perlakuan berupapenggunaan pembelajaran model synectics yang diberikan pada kelompokeksperimen dan pembelajaran model konvensional yang diberikan padakelompok pembanding pada pelajaran bahasa Indonesia dalam mengembangkankemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menulis kreatif siswa kelas tujuh(VII) MTs Surya Buana.

Ada 3 (tiga) fokus masalah yang ingin dicari jawabannya dalam penelitianini, yakni Pertama, Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif antarakelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model synectics dengankelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model konvensional padapelajaran bahasa Indonesia? Kedua, Apakah ada perbedaan kemampuan menuliskreatif antara kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model synecticsdengan kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model konvensionalpada pelajaran bahasa Indonesia?, dan Ketiga, Apakah terdapat hubungan antarakemampuan berpikir kreatif siswa dengan kemampuannya dalam menuliskreatif?

B Signifikansi dan Keterbatasan StudiPenelitian ini berpijak pada asumsi bahwa pengembangan kreativitas bisa

dan perlu dilakukan, karena a) Setiap siswa pada dasarnya adalah mempunyaipotensi kreatif, b) Kreativitas bisa ditingkatkan bila diberi rangsangan,kesempatan, dan latihan, c)

7

Kreativitas pun dapat berkurang dengan cara pengasuhan dan pendidikan yangkurang tepat. Pendapat di atas, memberikan peluang kepada setiap peneliti yangtertarik dengan konsep kreativitas untuk mengembangkan dan memupukkreativitas denganberbagai metode. Karena itu, kreativitas bisa dikembangkandengan pembelajaran di kelas melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat.

Penggunaan synectics sebagai model pengembangan kreativitas didasaripendapat Gordon (Joyce, Weil, &Kluwin,1990) yang menyatakan bahwa 1)proses kreatif dapat dideskripsikan secara konkret sehingga bisa dikembangkanmelalui proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok; 2) Proseskreatif individu pada dasarnya serupa dengan proses kreatif dalam kelompok;dan 3) Berbagai penemuan dalam bidang ilmu dan sains diperoleh melaluiproses berpikir kreatif.

Beberapa aspek yang menjadi keterbatasan pada studi pembahasan dalambuku ini di antaranya adalah:1. Konsep berpikir kreatif hanya diukur dengan test Torrence yang hanya

mampu mengukur empat indikator dari kemampuan berpikir kreatif yaitufluency, flexibiliy, originality, dan elaborationpadahal masih ada ciri lainyang tidak terungkap oleh tes ini.

2. Kemampuan menulis kreatif yang diteliti hanya berupa cerita pendek,padahal masih ada bentuk lain yang bisa diteliti misalnya menulis puisi,autobiografi, naskah drama, dan lain sebaginya.

3. Karakteristik sikap kreatif menggunakan kerangka teori yang diajukanSternberg & Lubart (1995) yang hanya mengungkap adanya enamkarakteristik, padahal berdasarkan kajian para ahli masih ada karakteristiklain yang menjadi ciri dari sikap kreatif, diantaranya adalah sensitivitasterhadap masalah, sensitivitas terhadap humor, dan lain sebagainya.

3. Keterbatasan lain dalam penelitian ini terletak pada subjek penelitian yangdilakukan pada siswa sekolah menengah pertama, sehingga hasilnya tidakdapat digeneralisasikan pada jenjang pendidikan yang lain atau pada siswayang usianya berbeda.

8

5. Pelajaran yang dipilih sebagai sarana intervensi bagi Kegiatan synecticshanya pelajaran bahasa Indonesia saja, sehingga ada kemungkinanpenerapannya menjadi berbeda jika digunakan pada pelajaran lain.

6. Tidak melakukan randomisasi ketika menentukan subjek penelitian. Hal inidikarenakan adanya kesulitan untuk merubah susunan anggota kelas yangsudah ditentukan sebelumnya oleh pihak sekolah.

C. Kerangka Konsep PenelitianPenelitian ini diawali dengan adanya keresahan baik dari ilmuwan maupun

praktisi pendidikan tentang kurangnya perhatian terhadap kreativitas, padahalkreativitas merupakan suatu potensi yang sangat penting baik secara individumaupun secara sosial. Pada tingkat individu kreativitas berguna untukmemecahkan masalah hidup sehari-hari, sedangkan pada tingkat sosial berfungsisebagai pemandu pengembangan ilmu dan teknologi (Sternberg, 1999).

Pendidikan saat ini dianggap kurang mengapresiasi kreativitas, padahalkreativitas dan kecerdasan intelektual mempunyai peranan yang sama dalammencapai keberhasilan belajar. Schmidt (2006) menjelaskan bukti tentangadanya kemampuan kreatif sering muncul pada anak-anak, tapi seiring denganbertambahnya usia kemampuan tersebut menjadi berkurang dan salah satu faktoryang menyebabkan kurang berkembangnya kreativitas adalah pendidikan yangkurang mengapresiasi terhadap kemampuan kreatif anak. Selanjutnya dijelaskanoleh Ugur (2004) bahwa proses pembelajaran di kelas mempunyai peranan yangsangat strategis dalam mengembangkan kreativitas siswa.

Salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas dapat dilakukan dalamkelas (Cropley; 1994, Lynch &Harris, 2001; dan Sternberg, 1999). Penelitian inidilakukan sebagai salah satu jawaban bagi persoalan di atas, khususnyapengembangan kreativitas dalam bentuk kemampuan berpikir dan menuliskreatif siswa. Selanjutnya untuk memperjelas pelaksanaan

9

penelitian ini, dibuat kerangka konseptual penelitian dalam bentuk gambarsebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka konsep penelitian

Pada gambar 1 dijelaskan bahwa kreativitas siswa dapat dikembangkanberdasarkan tujuan pembelajaran yang dibuat dan dilakukan oleh guru dan siswadalam aktivitas pembelajaran. Pengembangankreativiitasyangdigunakanadalahberupakegiatan synectics yang dilakukan pada pelajaranbahasa Indonesia.

D. Penjelasan Istilah KunciDalampenelitianinibeberapakonsep dibatasipengertiannya agar mudah

dalam mengukurnya dan tidak menimbulkan salah pengertian. Beberapa konsepyang perlu dijelaskan pengertiannya adalah pembelajaran synectics,pembelajaran konvensional, berpikir kreatif, menulis kreatif, sikap kreatif, jeniskelamin, dan usia. Definisi selengkapnya tentang konsep- konsep tersbut adalahsebagai berikut:1. Kegiatan model synectics adalah salah satu model pembelajaran dengan

menggunakan analogi yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuanberpikir

10

dari berbagai sudut pandang. Kegiatan model synectics diberikan pada pelajaranbahasa Indonesia yang diberikan selama 8 kali pertemuan dan setiap pertemuandilakukan selama 100 menit. Ada tiga jenis analogi yang digunakan padapembelajaran model synectics yaitu:a. Analogi langsung adalah analogi yang menganalogikan suatu konsep abstrak

dengan kehidupan yang nyata. Pada analogi ini siswa diminta untukmenganalogikan konsep abstrak dengan situasi kehidupan nyata. Misalnyabagaimana caranya memindahkan perabot yang berat kedalam ruang kelas,dianalogikan dengan bagaimana caranya hewan membawa anak-anaknya.Efektifitas analogi langsung bisa dilihat dari jarak konseptualnya, semakinjauh jarak konseptual, maka semakin tinggi kemampuannya dalammelakukan analogi.

b. Analogi personal adalah analogi yang menempatkan orang yangmenganalogi dengan masalah yang dihadapinya. Pada analogi ini siswadiminta untuk mengungkapkan perasaannya seandainya menjadi objekanalogi, penekanan pada kegiatan ini terletak pada keterlibatan empatetikterhadap objek analogi. Efektivitas analogi personal bisa dilihat daribanyaknya ungkapan yang dikemukakan, semakin banyak ungkapan yangdikemukakan maka semakin baik kemampuan analogi personalnya.

c. Analogi compressed conflict,yaitu membuat suatu pasangan kata yangberlawanan, kemudian merangkaikannya dalam suatu kalimat. Padakegiatan ini siswa diharapkan mengemukakan pasangan kata yangberlawanan dan bisa digunakan untuk mendeskripsikan suatu objek. Kata-kata dalam pasangan ini diambil dari hasil kegiatan membuat analogilangsung dan analogi personal.

11

Kreativitas adalah interaksi antara sikap, proses, dan lingkungan dimanaseseorang atau sekelompok orang menghasilkan suatu karya yang dinilai barudan berguna dalam konteks sosialnya. Pada penelitian ini kreativitas dikaji dariaspek:a. . Kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan menggunakan Torrence

Test of Creative Thinking (Torrence, 1999).Tes ini mampu mengungkapkeempat indikator berpikir kreatif sebagai berikut:

1) fluencydiartikan sebagai kelancaran dalam kata, mengemukakan gagasan,menghubungkan sesuatu, dan berekspresi. Kelancaran ini merujuk padakemampuan untuk mengemukakan banyaknya gagasan.

2) flexibilitydiartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan gagasan yangbervariasi

3) originalitydiartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan gagasan yangtidak biasa,

4) elaborationdiartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan gagasandan merincinya secara detail.

b. Kemampuan menulis kreatif yang diukur dengan kemampuan membuatkarangan berupa cerita pendek. Penilaian tes ini dilakukan berdasarkanexpert judgment. Kriteria tulisan kreatif didasarkan pada tiga kategoriproduk kreatif yaitu:

1) Novelty(kebaruan) yaitu sejauhmana produk tersebut mempunyai unsur-unsur baru baik dalam teknik, bahan, ataupun konsep. Dalam suatukarangan, aspek kebaruan bisa dilihat dari isi karangan yang memenuhi duakriteria yaitu unik dan menakjubkan.

2) Resolution(pemecahan) yaitu sejauhmana produk tersebut memenuhikebutuhan untuk mengatasi situasi bermasalah. Dalam suatu karangan,aspek pemecahan bisa dilihat dari isi dan alur cerita

12

suatu karangan yang memenuhi empat kriteria yaitu:masukakal,bermanfaat, bernilai, dandapat dipahami.

3) Style(bentuk) yaitu sejauhmana produk tersebut mempunyai bentuk yangberbeda dengan produk lain. Dalam suatu karangan, aspek bentuk bisadilihat dari karangan yang memenuhi tiga kriteria yaitu: inti, sempurna, dancanggih,

c. Sikap kreatif yaitu suatu karakteristik kepribadian yang bersifat non-kognitif berupa sikap yang cenderung menetap pada diri seseorang. Untukmengukur karakteristik sikap kreatif digunakan skala psikologis tentangsikap kreatif yang disusun penulis, adapun karakteristik sikap kreatif adalahsebagai berikut:

1) Ketekunan dalam menghadapi cobaan yaitu kesabaran seseorang untuktetap mengerjakan atau menyelesaikan tugas atau masalah yang sedangdihadapi. Masalah yang dihadapi bisa berupa masalah dalam kehidupansehari-hari ataupun masalah akademik yang berhubungan dengan tugas-tugas sekolah.

2) Keberanian menanggung resiko yaitu kesanggupan atau kesediaanseseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang akan diusahakanatau dihasilkan. Resiko yang akan ditanggung bisa berupa pengorbananmaterial, pengorbanan fisik, pengorbanan psikologis, dan pengorbanansosial.

3) Keinginan untuk berkembang yaitu hasrat untuk selalu tumbuh danberkembang ke arah yang lebih baik, sehingga selalu berusaha untukmemperbaiki diri dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.

4) Toleransi terhadap kemenduaan yaitu penerimaan diri terhadap adanyasesuatu yang berbeda dengan dirinya. Sikap ini ditunjukkan dengan

13

adanya sikap apresiatif terhadap sesuatu yang ambigu karena hal tersebut bukandianggap sebagai sesuatu yang mengancam dirinya.

1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru yaitu suatu kemampuan untukbersikap fleksibel, terbuka, menghargai berbagai pandangan orang lainsehingga memungkinkan untuk mendapatkan sesuatu yang baru, dankeinginan untuk mendapatkan tantangan baru.

2) Keteguhan terhadap pendirian yaitu suatu kepercayaan atas adanyakemampuan yang dimiliki oleh diri sehingga dia menjadi bebas dalamberpendapat dan berani berbeda dengan lingkungan sekitarnya walaupunharus menerima resiko yang tidak menyenangkan.

3. Jenis kelamin adalah karakteristik anatomis yang membedakan antara laki-laki dan perempuan yang diakibatkan karena jumlah kromosom X dan Ypada diri seseorang. Jenis kelamin pada penelitian ini dimaksudkan sebagaiidentitas subjek (laki-laki atau perempuan) yang diperoleh subjek ketikamengisi instrumen penelitian. Data yang diperoleh diubah menjadi databerbentuk nominal dan dikode menjadi:

1) laki-laki; dan 2) perempuan.[]

14

Bab 2

Kreativitas dan Synectics dalam PraktikPembelajaran

Saya telah mengajar siswa baik di sekolah dasar maupun sekolahlanjutan dengan menggunakan model pembelajaran synectics.

Saya harus mengakui bahwa, dengan synectics saya jadidapat mengerti kemauan para siswa dan saya pun bisa memberikan

sentuhan-sentuhan kecil, sehingga mereka bisa melakukanproses pembelajaran dengan menyenangkan.

Surat dari Bruce Joyce (penulis buku Model of Teaching) kepadaWilliam Gordon (penemu Synectics), Januari 1971

A. KreativitasJuan Huarte seorang ahli filsafat dari Spanyol (dalam Wahab, 2006)

memperkenalkan adanya tiga tingkat kecerdasan pada manusia. Tingkatanterendah yang dimiliki manusia adalah docile wit.Pada tingkatan ini, makhlukhidup mampu mencerap gejala dunia luar melalui alat indera. Kecerdasan yanglebih tinggi dari docile witadalah normal human ingenio. Dengan kecerdasan ini,manusia mampu menguasai pengetahuan dengan memanfaatkan data indrasehingga mampu menyusun sistem kognitif yang dapat berkembang secarasendiri. Kecerdasan paling tinggi yang dimiliki manusia adalah truecreativity.Dengan kreativitas, manusia mampu mencipta karya yang tidakpernah dilihat, didengar, diraba, dan dicium sebelumnya.

Salah seorang ahli psikolinguistik yang bernama Chomsky (1972)menjelaskan bahwa kreativitas manusia dalam pemakaian bahasa tidak dapatdijelaskan dengan pendekatan stimulus- responses saja. Pemakaian bahasamenyangkut kecendekiaan manusiabiasa dan kreativitas sejati, karena itu bahasamerupakan milik khas manusia. Pada tingkat yang paling rendah pun, yaitu padatingkat docile wit,binatang tidak akan mampu menyamai manusia. Kera yangpaling cerdas sekalipun tidak akan mampu menyamai manusia yang palingbodoh. Sepandai-pandainya binatang, kemampuan intelegensianya hanyalahpada tingkat docile wit,sebaliknya, sebodoh-bodoh manusia, ia masih memilikikreativitas yang lebih dari binatang.

Selanjutnya, salah satu masalah penting dalam meneliti danmengembangkan kreativitas adalah adanya banyak definisi tentang kreativitas,tapi tidak ada satupun yang dapat diterima secara universal, karena itu menurutMunandar (1999) tidak mungkin atau bahkan tidak perlu mendefinisikankreativitas yang dapat diterima secara umum karena kreativitas dapat ditinjaudari aspek yang berbeda-beda.

Rhodes (1961) berdasarkan kajian terhadap 40 definisi tentang kreativitasmenyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas didefinisikan sebagai pribadi(person), proses (process), produk (product),dan pendorong (press).Pemahamandi atas

15

kemudian dikenal dengan "P Four's Creativity.Selanjutnya dijelaskanbahwa sebagai processkreativitas berarti kemampuan berpikir untukmembuat kombinasi baru, sebagai product kreativitas diartikan sebagaisuatu karya baru, berguna, dan dapat dipahami oleh masyarakat padawaktu tertentu, sebagai person kreativitas berarti ciri-ciri kepribadian nonkognitif yang melekat pada orang kreatif, dan sebagai pressartinyapengembangan kreativitas itu ditentukan oleh faktor lingkungan baikinternal maupun eksternal.

Munandar (1999) menjelaskan keempat P tersebut salingberhubungan antara satu sama lain, pribadi kreatif yang melibat diri dalamproses kreatif dan dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan, akanmenghasilkan produk kreatif Selanjutnya Torrence (1988) menjelaskanhubungan keempat aspek tersebut sebagai berikut: dengan berfokus padaproses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi bagaimanakah yang akanberhasil dalam proses tersebut? Lingkungan bagaimanakah yang akanmemudahkan proses tersebut? dan Produk bagaimanakah yang dihasilkandari proses tersebut?

Plukers, et al (2004) melakukan kajian yang mendalam dari berbagailiteratur tentang kreativitas dan menyimpulkan bahwa kreativitas adalahinteraksi antara sikap, proses, dan lingkungan di mana seseorang atausekelompok orang menghasilkan suatu karya yang dinilai baru danberguna dalam konteks sosialnya.

Pendapat lain menyatakan bahwa definisi kreativitas dapatdikategorikan pada dua kelompok, yaitu 1) yang berorientasi padakemampuan dan 2) yang berorientasi pada produk (Urban & Jellen, 1996).Definisi kreativitas yang menekankan pada kemampuan telahdikemukakan Evans (1991) yang menyatakan bahwa kreativitasmerupakan aktivitas berpikir yang menghasilkan cara baru dalammemandang suatu masalah, sedangkan definisi yang menekankan padaproduk mendefinisikan kreativitas sebagai karya yang memiliki sifat baru,berguna, dan dapat dipahami(Amabile, 1996; dan Sternberg & Lubart,1995).

17

Penelitian ini menggunakan pendekatan Rhodes (1961) dalammemahami kreativitas, artinya kreativitas dipahami dari pendekatanprocess, person, product, dan press.Hal ini sejalan dengan pendapatBeattie (2000) yang menjelaskan bahwa keempat komponen itulah yangbiasa dilakukan dalam memahami kreativitas.T

Gambar 2Model pendekatan P Four's creativity

Pada gambar 2 dijelaskan bahwa kreativitas merupakan hasil interaksiantara proses, pribadi, produk dan lingkungan. Pada penelitian ini, prosesdiartikan sebagai proses berpikir kreatif yang diukur dengan tes Torrence,pribadi diartikan sebagai karakteristik sikap kreatif yang diukur denganskala sikap kreatif, produk diartikan sebagai hasil karya siswa dalammembuat suatu tulisan kreatif berupa cerita pendek, dan lingkungandiartikan sebagai usaha untuk menciptakan suasana kondusif bagipengembangan kreativitas siswa di sekolah berupa penggunaan kegiatansynectics pada pelajaran bahasa Indonesia.

18

B. Pengukuran KreativitasBeberapa peneliti, walaupun tidak sepakat tentang pengertian

kreativitas, ternyata mereka mampu mengembangkan pengukurankreativitas dari tiga aspek. Para peneliti (Eysenk, 1993, Simonton, 2003,Salsedo, 2006) telah meneliti kreativitas berdasarkan pada aspek produk,proses, dan kepribadian. Selanjutnya Salsedo (2006) menjelaskan bahwapengukuran kreativitas sebagai produk berarti memfokuskan pada hasilkegiatan kreatif, sebagai proses berarti memfokuskan pada bagaimanaindividu dalam mengekspresikan kreativitasnya, dan sebagai kepribadianberarti memfokuskan pada sikap, minat, motivasi dan faktor-faktorkepribadian lain yang berhubungan dengan kegiatan kreatif.

Berdasarkan ketiga aspek tersebut, Cropley & Cropley (2000)menjelaskan adanya tiga jenis tes kreativitas, yaitu:1. Tes yang mengukur aspek proses kreatif, contoh tes pada kategori ini

adalah Creativity Tests for Children (CTC) dari Guilford (1976),Torrence Test of Creative Thinking (TTC) dari Torrence (1999),Remote Associated Test (RAT) dari Mednick (1962); TriarchicAbilities Test dari Sternberg (1997); dan Test of Creative Thinking-Divergent Production dari Urbans & Jellen's (1996).

2. Tes yang mengukur karakteristik kepribadian kreatif, contoh tes yangmasuk pada kategori ini adalah Alpha Biographical Inventory(ABI)yang dibuat oleh Taylor &Ellison (1968), Creative ActivitiesChecklist(CCL) dari Runco (1987), dan Creative attitude surveydariSchaefer (1971).

3. Tes yang mengukur aspek produk kreatif, contoh tes yang masukpada kategori ini adalah Creative Product Inventori (CPI) dari Taylor(1975) yang mengukur aspek generation, reformulation, originality,relevancy, hedonics, complexity dan condensation; dan CreativeProduct Semantic Scale (CPSS) dari Besemer & O'Quin (1987).

19

Pengukuran kreativitas pada aspek produk, dapat juga diukur daribentuk tulisan atau gambar yang dibuat subjek (Sternberg & Lubart,1995), bahkan Munandar (1999) mengajukan cara pengukuran suatukarangan atau tulisan kreatif sebagai berikut:1. Aspek kelancaran dalam berpikir (fluency).Aspek ini dinilai

berdasarkan jumlah kata yang digunakan dalam suatu karangan. Skor1 (satu) diberikan jika jumlah kata kurang dari 50; skor 2 (dua)diberikan jika jumlah kata berkisar antara 51-100; skor 3 (tiga)diberikan jika jumlah kata berkisar antara 101-150; skor 4 (empat)diberikan jika jumlah kata berkisar antara 151-200; dan skor 5 (dua)diberikan jika jumlah lebih dari 201.

2. Aspek keluwesan dalam berpikir (flexibility).Aspek ini dinilaiberdasarkan kemampuan yang dimanifestasikan dalam berbagaigagasan atau proses berpikir yang tidak kaku tapi terungkap dalamberbagai variasi dalam: 1) bentuk kalimat seperti kalimat sederhana,majemuk, dan kompleks; 2) penggunaan kalimat yang bervariasiseperti kalimat deklaratif, interogatif, dan panjang pendeknya kalimat;dan 3) mengandung daya imajinasi dan fantasi pada kalimat.

3. Aspek orisinalitas mengacu pada keunikan isi dan gaya. Hal ini dapatdinilai berdasarkan pada: 1) orisinalitas dalam tema mengacu padapenemuan tema baru atau luar biasa; 2) orisinalitas dalam pemecahanmasalah mengacu pada pengungkapan gagasan yang diharapkanmembuat kejutan; 3) orisinalitas dalam penggunaan kata atau namamengacu pada penggunaan dua kata atau lebih untuk mengungkapkansuatu konsep; 4) orisinalitas dalam gaya karangan mengacu pada gayatulisan. Selain itu, juga dinilai aspek humor yang mengacu padasejauhmana gagasan tersebut membuat orang lain tertawa atautersenyum.Besemer &O'Quin (1987) mengajukan cara pengukuran produk

kreatif dengan membuat alat ukur berupa Creative Product SemanticScale.Ia menyebutkan adanya tiga kriteria suatu produk dikategorikansebagai produk

20

kreatif, yaitu: 1) mempunyai unsur kebaruan (novelty),2) mempunyaiunsur Pemecahan (resolution), dan 3) mempunyai unsur elaborasi(elaboration)& sintesis (synthesis).Dalam hubungannya dengan kemampuan menulis kreatif, Besemer (2005)melakukan revisi terhadap kriteria di atas, ia mengganti aspok elaborationdan synthesisdengan istilah style(bentuk).

Penulis menggunakan pendapat Besemer (2005) dalam mengukurkemampuan menulis kreatif yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspeknovelty, resolution, dan style.Alasan digunakannya pendapat ini sebagaiacuan dalam membuat pedoman penilaian karena pendapat ini mengukuraspek produk kreatif. Lain halnya dengan pendapat Munandar (1999) yangwalaupun pedomannya sangat praktis untuk digunakan, tapi aspek yangdiukur lebihmerupakan kemampuan berpikir kreatif daripada produk kreatif.

Penggunaan pedoman penilaian dengan Creative Product SemanticScaletelah banyak dilakukan diantaranya oleh White &Smith (2001),mereka menilai 15 buah iklan kreatif yang terdapatd alam 12 majalah, hanya saja mereka tidak menggunakan semuaaspek seperti yang terdapat pada Creative Product Semantic Scale, padadimensi noveltyhanya digunakan aspek originality. Pada dimensiresolutionhanya digunakan aspek logikal, dan pada dimensi elaborationand synthesishanya digunakan aspek well-crafted.

C. Model Pengembangan KreativitasPada penelitian ini, sesuai dengan masalah yang ingin dikaji

pengukuran kreativitas dilakukan pada tiga aspek yaitu 1) aspekkreativitas sebagai proses yang diukur dengan tes kemampuan berpikirkreatif; 2) aspek kreativitas sebagai produk yang diukur dengan teskemampuan menulis kreatif berupa cerita pendek; dan 3) kreativitassebagai pribadi yang diukur dengan skala sikap kreatif; 4) sedangkanaspek press diartikan sebagai usaha menciptakan lingkungan pembelajarandi sekolah yang mampu mengembangkan kreativitas siswa dengan caramenggunakan kegiatan synectics.

21

Selanjutnya, pengembangan kreativitas dalam konteks pendidikan disekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, Ama- bile (1996)mengajukan tiga cara untuk mengembangkannya, yaitu:

1. Pengembangan kreativitas melalui mata-pelajaran tertentu misalnyapengembangan kreativitas menulis dikembangkan dalam matapelajaran bahasa indonesia.

2. Pengembangan kreativitas dilakukan dengan cara melakukanpelatihan kognitif berupa teknik peningkatan berfikir kreatif yangdiberikan di luar jam pelajaran sekolah.

3. Pengembangan kreativitas dengan cara mendorong atau menciptakansuasana yang memungkinkan munculnya perilaku kreatif. Pada caraini kreativitas tidak diajarkan secara langsung karena itu yang dapatdilakukan guru adalah menjadi stimulator untuk memunculkan ataumempertahankan motivasi intrinsik siswa yang pada gilirannya akanmemunculkan sikap dan perilaku kreatif.Pendapat di atas, mempertegas bahwa pengembangan kreativitas yang

dilakukan pada penelitian ini menggunakan pendekatan pertama karenapengembangan kreativitas yang diukur dengan kemampuan berpikirkreatif dan kemampuan menulis kreatif siswa dilakukan di sekolah melaluipelajaran bahasa Indonesia.

Kemampuan Berpikir KreatifKemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan berpikir

yang biasa dilakukan seseorang. Kemampuan ini sering diartikan secaraoverlappingdengan istilah kreativitas. Guilford salah seorang ahlipsikologi mantan ketua APA (American PsychologicalAssociation)menyatakan bahwa kemampuan seseorang dalammemecahkan masalah terbagi pada dua jenis yaitu dengan berpikir kritis(konvergen) yang cenderung menginginkan jawaban tunggal yang palingbenar, atau dengan cara berpikir kreatif (divergen) yaitu suatu kemampuanuntuk memberikan jawaban dengan berbagai alternatif.

22

Guilford (1959) menyebutkan adanya tujuh karakteritik darikreativitas yaitu kepekaan terhadap masalah, kelancaran, kefleksibelan,keaslian, kemampuan menganalisis, kemampuan melakukan sintesis, dankemampuan untuk meredefinisi sesuatu. Namun, pada perkembanganselanjutnya, Guilford (1967) menyebutkan hanya ada tiga ciri pentingyaitu kelancaran, kefleksibelan, dan keaslian. Baru pada tahun-tahunberikutnya, ia menambahkan adanya satu ciri lagi berupa kemampuanmengelaborasi. Untuk mengukur kemampuan-kemampuan tersebut, iamengembangkan alat ukur yang disebut dengan tes berpikir divergen.Namun, ternyata tes tersebut dianggap hanya mengukur kemampuansubjek untuk kreatif, bukan mengukur kreativitasnya.

Banyak ahli yang kemudian mengkritisi dan berusaha memperbaikites tersebut, diantaranya adalah Torrence (1981) yang berdasarkankeempat ciri tersebut kemudian mengembangkan test berpikir kreatif(Torrence Test of Creative Thinking)yang mampu mengungkapkelancaran, kefleksibelan, keaslian, dan elaborasi, walaupun temuanCrockenberg (dalam Kleiner, 1991) menunjukkan bahwa di antarakeempat ciri tersebut ternyata aspek elaborasi tidak berkorelasi tinggidengan ketiga ciri yang lain.

Selanjutnya, Baer (1993) menjelaskan mengenai empat kriteriaberpikir kreatif, yaitu: 1) fluencyyang diartikan sebagai kelancaran dalamkata, mengemukakan gagasan, menghubungkan sesuatu, dan berekspresi.Kelancaran ini merujuk pada kemampuan untuk mengemukakanbanyaknya gagasan; 2) flexibilitydiartikan sebagai kemampuan untukmenghasilkan gagasan yang bervariasi; 3) originalitydiartikan sebagaikemampuan untuk menghasilkan gagasan yang tidak biasa, dan 4)elaborationdiartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan gagasandan merincinya secara detail.

Pada penelitian ini, berpikir kreatif merujuk pada pendapat yangdikemukakan Torrence (1981), karena selain secara teoritis sangatmemadai juga alat ukur yang digunakan menggunakan tes Torrence yangsudah teruji validitasnya. Hasil penelitian

23

Plucker (1999) menemukan bahwa test Torrence mempunyai validitasprediktif terhadap prestasi yang dianggap kreatif dengan koefisien korelasisebesar 0,700.

Hasil kajian Lynch &Harris (2001) melaporkan bahwa tes ini telahdigunakan lebih dari 75% untuk anak-anak sekolah dasar dan sekolahmenengah, dan 40% untuk orang dewasa dari penelitian yangdipublikasikan dalam berbagai jurnal, bahkan berdasarkan laporan Miliar(Kim, et al, 2006) tes Torrence ini telah diterjemahkan ke dalam bahasaasing lebih 35 bahasa.

Kemampuan Menulis KreatifGerard (1996) membagi kegiatan menulis kedalam dua jenis, yaitu

menulis akademis (academic writing)yang cenderung memfokuskan padapembahasan mengenai pengembangan tema dalam suatu teks dan menuliskreatif (creative writing) yang merupakan salah satu elemen dari menulisakademis, yang membahas mengenai suatu tema tapi tidak dalam bentukuraian yang argumentatif. Selanjutnya, menulis kreatif adalah kegiatanmenulis yang bertujuan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaanpenulis dalam bentuk imajinatif, spontan dan asli. Percy (1993)berpendapat bahwa menulis kreatif merupakan gagasan ekspresif yangmengalir dari pikiran seseorang ke dalam suatu tulisan. Selanjutnyadikatakan bahwa kebiasaan menulis kreatif dapat memberikan manfaatbagi kehidupan seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pentingnya kegiatan menulis telah dibuktikan oleh beberapa hasilpenelitian, diantaranya Post (1994) yang menemukan bahwa para penuliscenderung lebih mampu bertahan dari masalah-masalah mental dibandingdengan kebanyakan orang. Temuan ini didukung oleh pendapat Lowe(2006) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis kreatif mempunyai nilaiterapeutik, Ia membuktikan bahwa kegiatan menulis berpengaruh positifterhadap kesehatan mental dan fisik, artinya semakin sering seseorangmenulis, akan semakin sehat orang tersebut.

Selanjutnya Greene &Petty (1991) membagi kegiatan menuliskarangan kedalam dua jenis, yaitu: 1) menulis praktis yaitu

24

mengarang yang sifatnya faktual, fungsional, dan ekspositori, dan 2)menulis kreatif yaitu mengarang yang sifatnya personal dan tidakselamanya mempunyai kegunaan praktis, selanjutnya dikatakan bahwakarangan kreatif dicirikan dengan adanya tiga sifat yaitu orsinil (asli),spontan (langsung), dan imaginatif.

Bentuk dari tulisan kreatif di antaranya adalah cerita pendek, puisi,autobiografi, naskah drama, dan lain-lain. Pada penelitian ini, jenis tulisankreatif yang diteliti adalah berupa cerita pendek yang mempunyai ciri-cirisebagai berikut: 1) memfokuskan pada satu peristiwa; 2) hanyamempunyai satu plot; 3) hanya mempunyai satu setting; 4) terbatas padasejumlah karakter; dan 5) terbatas pada konteks waktu tertentu (Burroway,2003). Ahli lain, Roekhan (1991) mengartikan menulis kreatif sastrasebagai proses penciptaan karya sastra yang dimulai dari 1) munculnya idedalam pikiran penulis; 2) penuangan dan pengkristalan ide tersebut; 3)menetapkan bentuk media ekspresi bahasanya; dan4) mengekspresikan atau menuliskan ide tersebut menjadi karya sastra.Karakteristik Sikap Kreatif

Sikap kreatif adalah suatu karakteristik kepribadian non- kognitifyang biasanya terdapat pada orang kreatif. Istilah sikap kreatif (creativeattitude)telah digunakan oleh beberapa ahli seperti Germana (2007),Munandar (1997). Bahkan Schaefer (1971), telah menyusun instrumenpengukuran tentang sikap kreatif. Ada beberapa karakteristik sikap kreatifyang disebutkan oleh para ahli. Sternberg & Lubart (1995) menyebutkanciri-cirinya sebagai berikut: 1) ketekunan dalam menghadapi tantangan; 2)keberanian untuk menanggung resiko; 3) keinginan untuk berkembang; 4)toleransi terhadap ketaksaan; 5) keterbukaan terhadap pengalaman baru;dan 6) keteguhan terhadap pendirian.

Kriteria di atas ternyata banyak disetujui dan didukung oleh tokoh-tokoh lain seperti Munandar, (1999), Amabile, (1996), Cramond, (1998),Csikszentmihalyi, (1996), dan Starko, 1995). Selanjutnya keenam kriteriadi atas dijadikan sebagai indikator sikap kreatif adalah sebagai berikut:

25

1. Ketekunan dalam menghadapi cobaan (Sternberg & Lubart, 1995)yaitu kemampuan seseorang untuk tetap mengerjakan ataumenyelesaikan tugas atau masalah yang sedang dihadapi. Masalahyang dihadapi dapat berupa masalah dalam kehidupan sehari-hariataupun masalah akademik yang berhubungan dengan tugas-tugassekolah.

2. Keberanian menanggung resiko (Amabile, 1996; Cramond, 1998;Csikszentmihalyi, 1996; Sternberg, 2000) yaitu kesanggupan ataukesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yangakan diusahakan atau dihasilkan. Resiko yang akan ditanggung dapatberupa pengorbanan material, pengorbanan fisik, pengorbananpsikologis, dan pengorbanan sosial.

3. Keinginan untuk berkembang (Sternberg, 2000) yaitu hasrat untukselalu tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Karakteristikini dapat terlihat dari sikap yang selalu berusaha untuk memperbaikidiri dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.

4. Toleransi terhadap ketaksaan (Amabile, 1996; Davis, 1998; Starko,1995, Sternberg, 2000) yaitu penerimaan diri terhadap adanya sesuatuyang berbeda dengan dirinya. Karakteristik ini ditunjukkan denganadanya sikap apresiatif terhadap sesuatu yang ambigu dan tidakmenganggap ambiguitas sebagai ancaman terhadap dirinya.

5. Keterbukaan terhadap pengalaman baru (Ama. le, 1983;Csikszentmihalyi, 1996;) yaitu suatu kemampuan untuk bersikapfleksibel, terbuka, menghargai berbagai pandangan orang lainsehingga memungkinkan untuk mendapatkan sesuatu yang baru, dankeinginan untuk mendapatkan tantangan baru.

6. Keteguhan terhadap pendirian (Sternberg & Lubart, 1995) yaitu suatukepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri sendirisehingga menjadi bebas dalam berpendapat dan berani berbedadengan lingkungan sekitarnya walaupun harus menerima resiko yangtidak menyenangkan.

26

Keenam kriteria tersebut merupakan kriteria yang banyak digunakanoleh para ahli dalam mendeskripsikan karakteristik sikap kreatif, namundengan istilah yang berbeda-beda. Keenam kriteria di atas selanjutnyadibuat sebagai indikator dalam pembuatan skala sikap kreatif.I). Synectics

Synectics adalah salah satu jenis kegiatan yang bertujuan untukmengembangkan kemampuan kreativitas. Istilah synectics diambil daribahasa Yunani, yang merupakan gabungan kata syn berartimenggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda (Weaver &Prince,1990). Dalam dunia keilmuan, synectics biasanya berhubungan dengankreativitas dan pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengandinamika kelompok dalam latihan berpikir. Pada awalnya, synecticsdikembangkan dalam dunia industri namun dalam perkembangannyaternyata sukses diterapkan dalam dunia pendidikan.

Synectics adalah salah satu kegiatan berupa proses pemecahan secarakreatif dengan menggunakan analogi. Pada proses yang terjadi dalamsynectics, seseorang mampu mengatasi hambatan mental yangmembelenggunya, selain itu kemampuan berpikir divergen dankemampuan untuk memecahkan masalah akan terus berkembang(Hummell, 2006). Ada dua jenis strategi yang digunakan dalam synectics,yaitu 1) membuat sesuatu yang lazim menjadi asing, dan 2) membuatsesuatu yang asing menjadi lazim (Joyce &Weil, 2000).

Hummell (2006) menjelaskan strategi yang harus dilalui ketikamembuat sesuatu yang asing menjadi lazim atau membuat yang lazimmenjadi asing yaitu: 1) Mendefinisikan atau menggambarkan situasi saatini atau masalah yang sedang dihadapi; 2) menulis gagasan tentanganalogi langsung; 3)menulis reaksi terhadap hasil analogi langsung; 4) mengeksplorasi sesuatuyang menjadi konflik; 5) membuat analogi langsung yang baru; dan 6)mengujinya dalam situasi yang nyata.

27

D. Penerapan Synectics dalam PembelajaranSynetics dikembangkan oleh William Gordon dalam mengembangkan

kemampuan kreatif. Inti kegiatannya berupa kegiatan metaphorik atauanalogi yaitu suatu kegiatan untuk melakukan perbandingan antara satuobjek atau gagasan dengan objek atau gagasan lain. Analogi dianggapmampu mengembangkan kreativitas karena dalam analogi ada usaha untukmenghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingindipahami (Kleiner, 1991). Bahkan, James (2002) menyimpulkan bahwaanalogi merupakan cara yang paling efektif dalam kreativitas. Padapenelitian ini ada tiga jenis analogi yang digunakan yaitu:1. Analogi langsung, yaitu kegiatan perbandingan sederhana antara dua

objek atau gagasan, dalam pembandingan ini dua objek yangdibandingkan tidak harus sama dalam semua aspek, karena tujuansebenarnya adalah untuk mentranformasikan kondisi objek atausituasi masalah nyata pada situasi masalah lain sehingga terbentuksuatu cara pandang baru.Pada analogi ini siswa diminta untuk menganalogikan konsep abstrak

dengan situasi kehidupan nyata. Misalnya bagaimana cara untukmemindahkan perabot yang berat kedalam ruang kelas, dapatdianalogikan dengan bagaimana cara hewan membawa anak-anaknya,untuk melihat efektivitas suatu analogi langsung dilihat dari jarakkonseptualnya, semakin jauh jarak konseptualnya, maka semakin baikkemampuannya dalam melakukan analogi langsung.

Menurut Quintilian (dalam Wahab, 1986) dalam melakukan analogilangsung, proses perbandingan antara satu objek dengan objek lain dapatdilakukan dengan cara membandingkan antara benda mati dengan bendamati; benda hidup dengan benda hidup; benda hidup dengan benda bendamati; dan benda mati dengan benda hidup.

28

2. Analogi personal, yaitu kegiatan untuk melakukan analogiantara objek analogi dengan dirinya sendiri. Pada analogi ini siswadiminta menempatkan dirinya sebagai objek itu sendiri, untuk melihatefektivitas analogi personal dapat dilihat dari banyaknya ungkapan yangdikemukakan, semakin banyak ungkapan yang dikemukakan makasemakin tinggi skor analogi personalnya.Dalam kegiatan membuat analogi personal, siswa melibatkan dirinyasebagai objek atau gagasan yang dibandingkan. Misalnya siswa disuruhuntuk membandingkan dirinya dengan sebuah mesin, kemudianditanyakan bagaimana perasaannya seandainya itu terjadi?Apa yangdirasakan seandainya mesin itu dihidupkan? Dan kapan kira-kira mesinitu akan berhenti?Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengarahkan jarak konseptual terbentukdengan baik, semakin besar jarak konseptual maka akan semakin besarkemungkinan diperoleh gagasan baru. Menurut Gordon (Joyce, et al:1990) jarak konseptual dapat dilihat dari adanya keterlibatan dalam prosesanalogi. Selanjutnya dijelaskanadanyaempat keterlibatan yang mungkinterjadi ketika melakukan analogi, yaitu:a. Keterlibatan terhadap fakta yaitu prosesanalogiterhadap fakta yang

dikenal tanpa menggunakan cara pandang baru dan tanpa keterlibatanempati, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya merasapanas.

b. Keterlibatan dengan emosi yaitu prosesanalogidengan melibatkanunsur emosi, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka sayamenjadi kuat.

c. Keterlibatan dengan empati pada benda-benda hidup yaitu prosesanalogi dengan melibatkan emosi dan kinestetik pada objek analogi,misalnya: seandainya saya menjadi mobil, saya merasa sepertisedang mengikuti lomba balapan, dan saya jadi tergesa-gesa.

29

d. Keterlibatan dengan empati pada benda-benda mati yaitu prosesanalogi dengan menempatkan diri subjek sebagai suatu objekanorganik dan mencoba memperluas masalah dari pandangan simpati,misalnya, seandainya saya menjadi mesin, saya tidak tahu kapanharus berjalan dan kapan harus berhenti. Seseorang akan bekerjauntuk saya.

3. Analogi compressed conflict,yaitu kegiatan untuk mengombinasikantitik pandang yang berbeda terhadap suatu objek sehingga terlihat daridua kerangka acuan yang berbeda. Hasil kegiatan ini berupa deskripsitentang suatu objek atau gagasan berdasarkan dua kata atau frase yangkontradiktif, misalnya: bagaimana komputer itu dianggap sebagaipemberani atau penakut? Bagaimanakah mesin mobil dapat tertawaatau marah?Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperluas pemahaman tentang

gagasan-gagasan baru dan untuk memaksimalkan unsur kejutan, karena itumaka kegiatan compressed conflict dianggap sebagai kegiatan mentaltingkat tinggi. Pada analogi ini siswa diminta menyebutkan suatu objeksecara berpasangan. Semakin banyak pasangan yang disebutkan, semakintinggi skor yang diperoleh. Berdasarkan pasangan kata tersebut, siswadiharapkan mengemukakan objek sebanyak-banyaknya yang bersifatkontaradiktif, kemudian diminta menjelaskan mengapa benda tersebutbersifat kontradiktif.

Synectics adalah salah satu kegiatan berupa proses pemecahan secarakreatif dengan menggunakan analogi. Pada proses yang terjadi dalamsynectics, seseorang mampu mengatasi hambatan mental yangmembelenggunya, selain itu kemampuan berpikir divergen dankemampuan untuk memecahkan masalah akan terus berkembang(Hummell, 2006). Ada dua jenis strategi yang digunakan dalam synectics,yaitu 1) membuat ses-

30

uatu yang lazim menjadi asing, dan 2) membuat sesuatu yang asingmenjadi lazim (Joyce &Weil, 2000).

Hummell (2006) menjelaskan strategi yang harus dilalui ketikamembuat sesuatu yang asing menjadi lazim atau membuat yang lazimmenjadi asing yaitu: 1) Mendefinisikan atau menggambarkan situasi saatini atau masalah yang sedang dihadapi; 2) menulis gagasan tentanganalogi langsung; 3) menulis reaksi terhadap hasil analogi langsung; 4)mengeksplorasi sesuatu yang menjadi konfliks; 5) membuat analogilangsung yang baru; dan 6) mengujinya dalam situasi yang nyata.

Penerapan synectics dalam suatu kegiatan menurut Joyce, et al (1990)seharusnya menganut tiga prinsip yaitu:1. Prinsip reaksi mengacu pada respon guru terhadap siswanya.

Diharapkan guru menerima semua respon siswa apapun bentuknyadan menjamin bahwa hal tersebut seolah-olah merupakan ungkapankreatif siswa, akan tetapi melalui pertanyaan evokatif, guru dapatmenstimulasi lebih lanjut kemampuan berpikir kreatifnya.

2. Sistem sosial mendeskripsikan peranan dan hubungan antara gurudan siswa serta mendeskripsikan jenis norma yang disarankan. Sistemsosial dalam synectics terstruktur secara moderat, yang dalampraktiknya berupa guru mengawali dan mengarahkan siswa untukmemecahkan masalah melalui analogi, mengembangkan kebebasanintelektual, dan memberikan reward yang nantinya akan menjadikepuasan internal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar.

3. Sistem pendukung mengacu pada kebutuhan yang diperlukan untukimplementasi. Sistem pendukung dalam kegiatan synectics terdiri daripengalaman guru tentang kegiatan synectics, lingkungan yangnyaman, laboratorium, atau sumber belajar lainnya.Pelaksanaan kegiatan synectics pada penelitian ini menganut prinsip-

prinsip Joyce, et al (1990) yang menyarankan adanya prinsip reaksiartinya guru menerima semua respons siswa se-

31

cara positif, sistem sosial artinya guru memberikan kebebasan padasiswa untuk berkembang dan memberikan reward sehingga kepuasaninternal siswa terpenuhi, dan sistem pendukung artinya guru berusahauntuk menciptakan suasana yang mendukung pada proses pembelajaran.

E. Pengembangan Kreativitas melalui SynecticsSynectics diduga efektif dalam mengembangkan kreativitas, baik

dalam bentuk kemampuan berpikir kreatif maupun kemampuan menuliskreatif karena dalam kegiatan synectics, siswa mempunyai kesempatanuntuk melakukan kegiatan analogi yang sangat erat kaitannya dengankreativitas. Bahkan, James (2002) menjelaskan bahwa analogi merupakancara yang paling efektif dalam mengembangkan kreativitas. Secaraempirik, terdapat beberapa bukti tentang pengaruh synectics terhadapkemampuan berpikir dan menulis kreatif.

Penelitian Meador (1992) yang bertujuan untuk membandingkanpengaruh pelatihan synectics terhadap kreativitas yang diukur dengan tesTorrence pada anak berbakat dan tidak berbakat. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pelatihan synectics mampu meningkatkan kreativitas.Penelitian Gendrop (1996) terhadap perawat di rumah sakit menemukanbahwa metode synectics mampu mengembangkan kreativitas yang diukurdengan tes kemampuan berpikir kreatif.

Temuan tentang efektivitas synectics dalam mengembangkankemampuan menulis kreatif telah banyak dilakukan, diantaranyapenelitian (Couch, 1993; Dykstra & Dykstra, 1997; Fowler, 1999) yangmeneliti kemampuan menulis kreatif dalam bahasa Inggris, dalam bahasaCina telah dilakukan Zhang (2000), dan dalam bahasa Korea telahdilakukan oleh Teo & Tan (2005) yang menemukan bahwa penggunaananalogi Biyu (penggabungan kata dalam bahasa Korea) mampumengembangkan kemampuan menulis kreatif pada siswa.

Penelitian lain yang menguji pengaruh synectics terhadap kemampuanmenulis kreatif diantaranya Yuliati (1991) yang bertujuan mengujikegiatan synectics dalam meningkatkan

32

kemampuan menulis kreatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwasynectics efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangankreatif pada siswa Sekolah Dasar. Penelitian Liputo (2004) bertujuanuntuk memahami penerapan synectics dalam mengembangkankemampuan menulis kreatif berupa puisi pada siswa Sekolah MenengahPertama. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa synectics efektif dalammengembangkan kemampuan menulis kreatif berupa puisi.

Penelitian Burks (2005) bertujuan untuk menggambarkan sikap guruyang menggunakan synectics sebagai model dalam mengajar, dan untukmenguji kemampuan siswa dalam menulis kreatif ketika belajar bahasaInggris dengan menggunakan synectics. Hasil penelitian menunjukkanbahwa guru sangat menikmati ketika mengajar dengan menggunakansynectics dan siswa mengalami perkembangan kemampuan menuliskreatif walaupun perkembangannya tidak terlalu tinggi. Penelitian Wati(2005) menemukan bahwa kegiatan synectics efektif dalammengembangkan kemampuan menulis karangan pada siswa SekolahMenengah Pertama.

Penelitian Keyes (2006) bertujuan untuk mendeskripsikanpenggunaan synectics dalam mengembangkan kreativitas yang dilihat darites kemampuan menulis kreatif. Subjek penelitian diambil dari guru dansiswa yang menggunakan synectics dalam pembelajaran, denganpendekatan kualitatif, penelitian ini berhasil menggambarkan prosespembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalammenulis kreatif.

Penelitian Maryam (2007) yang menemukan bahwa kegiatansynectics yang dimodifikasi dengan model inkuiri sangat efektif dalammengembangkan kreativitas berbahasa dalam menulis esai. Hasiltemuannya menyatakan bahwa diantara aspek kreativitas yangpeningkatannya sangat tinggi adalah aspek orisinalitas, elaborasi danvariasi penggunaan bahasa sedangkan aspek yang paling rendahpeningkatannnya terjadi pada aspek aksentuasi positif.

Penelitian-penelitian tersebut, baik pendekatannya berupa penelitiankualitatif maupun kuantitatif secara umum

33

menunjukkan bahwa synectics efektif dalam mengembangkankreativitas yang diukur baik dari aspek kemampuan berpikir kreatifataupun dari kemampuan menulis kreatif. Pada penelitian ini, penulismenggunakan pendekatan eksperimental dan mengukur kreativitas darikedua aspek tersebut, hanya saja berbeda dengan penelitian sebelumnyakarena digunakan variabel karakteristik sikap kreatif sebagai kovariabelyang diduga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kemampuan berpikir

dan menulis kreatif. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3Pengembangan kreativitas melalui synectics

Penjelasan gambar 3 adalah sebagai berikut: synectics sebagai suatukegiatan yang pelaksanaannya menggunakan analogi langsung, analogipersonal, dan analogi compressed conflictmempunyai dua tujuan yaitukemampuan menulis kreatif yang diukur dengan kemampuan menuliscerita pendek dan kemampuan berpikir kreatif yang diukur denganmenggunakan tes berpikir kreatif dari Torrence.

G. Berpikir dan Menulis KreatifSetidaknya ada dua cara manusia mengungkapkan suatu gagasan atau

ide yang ada dalam pikiran, cara pertama dapat dilakukan dalam bentuklisan misalnya bercerita, berpidato, membaca puisi, danlain sebagainya,carayang lain adalah berupa ungkapan dalam bentuk tulisan. Percy (1993)berpendapat bahwa kegiatan menulis adalah pengungkapan suatu gagasanyang ada dalam pikiran ke dalam suatu tulisan.

Sebuah pertanyaan filosofis diajukan Forester (Bekurs & Santoli,1999) berbunyi: Bagaimana saya tahu apa yang engkau pikirkan sampaisaya lihat apa yang engkau katakan? Jawaban terhadap pertanyaan initentu saja mendukung adanya hubungan antara berpikir dengan menulis,karena tulisan seseorang merupakan ekspresi dari apa yang dipikirkannya,apalagi bentuknya berupa tulisan kreatif yang menurut Greene &Petty(1991) pengungkapannya harus dilakukan secara orsinil, spontan, danimajinatif.

Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Pierce (1992) pada 102siswa sekolah dasar yang menemukan adanya hubungan yang signifikanantara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatifsebesar 0,319. Penelitian Han &Marvin (2002) menemukan bahwakemampuan berpikir kreatif berpengaruh sebesar 13,6% terhadapperformancekreatif yang diukur dengan kemampuan bercerita pada siswaSekolah Dasar.

PenelitianlaindilakukanLee(2004)yangmenemukanadanya korelasiyang signifikan antara beberapa sub-tes berpikir kreatif yang diukurdengan tes Torrence dengan performance creative yang diukur denganrealistic story telling problems.Penelitian dalam bidang organisasidilakukan Williams (2004) yang menemukan bahwa kemampuan berpikirdivergen berkorelasi dengan performance creativepada karyawanperusahaan yang dinilai rater, khususnya pada aspek novelty.

Uraian-uraian itu menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang tidakterpisahkan antara berpikir dan menulis, Kennedy (1998) menjelaskanbahwa dalam kegiatan menulis kreatif, siswa

35

akan terlibat dengan pengorganisasian pikiran yang merupakan aspekpenting dalam kegiatan menulis, bahkan dengan sangat tegas Bekurs &Santoli (1999) menyebutkan bahwa menulis kreatif berarti berpikir kreatifkarena dalam kegiatan menulis pasti melibatkan aktivitas berpikir.Penelitian ini, selain bertujuan untuk menguji pengaruh kegiatan synecticsterhadap kemampuan berpikir dan menulis kreatif, juga bertujuan untukmenguji hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuanmenulis kreatif pada siswa MTs Surya Buana Malang. Secara skematishubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menuliskreatif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4Hubungan berpikir dengan menulis kreatif

Penjelasan dari gambar 4 adalah kemampuan berpikir kreatif yangdicirikan dengan adanya empat indikator (fluency, flexibility, originality,dan elaboration)diduga akan berhubungan dengan tinggi rendahnyakemampuan siswa dalam menulis kreatif yang diukur dengan kemampuanmenulis suatu karangan.

36

H. Sikap dan KreativitasTerdapat banyak pendapat dan penelitian yang menemukan adanya

pengaruh karakteristik kepribadian terhadap kreativitas (Sternberg &Lubart, 1995). Pendapat sejenis diungkapkan oleh Rowe (2005) yangmenyatakan bahwa banyak aspek yang mempengaruhi tinggi rendahnyatingkat kreativitas seseorang, diantaranya adalah faktor kepribadian.Kepribadian kreatif diartikansebagaikarakteristikkepribadianseseorangbaik berupa sikap, sifat, minatdan ciri-ciri lain yang bersifat non-kognitif dan menjadi ciri khusus orang-orang yang kreatif.

Penelitian yang dilakukan McCrae (1997) menemukan bahwaketerbukaan terhadap pengalaman berkorelasi positif dengan kemampuanberpikir kreatif sebesar 0,39 sedangkan penelitian yang sama dilakukanoleh Schaefer, Diggins, & Milmann (dalam Sternberg & Lubart, 1995)menemukan adanya koefisien korelasi sebesar 0,51 pada subjek laki-laki,dan 0,67 pada subjek perempuan.

Kim (1990) menyebutkan bahwa kesabaran dalam menghadapicobaan merupakan suatu keharusan dalam suatu kerja kreatif, karenasetiap pekerjaan pasti menuntut adanya kesabaran atau ketekunan, selainitu dikatakan adanya hubungan antara aspek tersebut dengan kemampuanberpikir kreatif walaupun tidak menyebutkan seberapa besar nilaikoefisien korelasinya. Dalam hal keteguhan terhadap pendirian dankeinginan untuk mengambil resiko ditemukan adanya hubungan antaradua karakteritik kepribadian di atas dengan kreativitas pada anak berbakat(Tannenbaum,1991). Namun, ia menjelaskan bahwa hubungan tersebutmungkin saja disebabkan karena kreativitas pada anak berbakat memangdidukung oleh lingkungan sekolah yang dikondisikan dalam kelas yangkhusus.

Dalam hubungannya dengan ciri keinginan untuk selalu berkembang,Arp &Woodard (2004) menyebutkan bahwa keseriusan dan kreativitasadalah dua karakteristik kepribadian yang relatif samadan berperanpenting dalam keberhasilan proses pendidikan. Keseriusan merupakansalah satu usaha individu

dalam mewujudkan hasratnya untuk selalu berkembang, dan ternyatakarakteritik ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tingkatkreativitas seseorang.

Penelitian yang dilakukan Lopez (2003) terhadap 131 orang karyawan(78 laki-laki dan 53 perempuan) menemukan bahwa kepercayaan terhadapdiri mempunyai hubungan dengan performance kreatif dengan koefisienkorelasi sebesar 0,56. Kepercayaan terhadap diri sendiri merupakankarakteristik yang relatif sama dengan sifat keteguhan dalam pendirian,bahkan Sternberg dan Lubart (1995) menganggap kedua karakteristik inisebagai karakteristik kepribadian yang identik.

Dari uraian di atas, walaupun tidak seluruh karakteristik yangterungkap dalam sikap kreatif mempunyai dukungan empiris dalamhubungannya dengan kemampuan berpikir dan menulis kreatif, namundapat diduga bahwa terdapat hubungan antara karakteritik tersebut dengankemampuan berpikir dan menulis kreatif karena kedua kemampuantersebut bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tapi lebihmerupakan suatu hasil interaksi antara berbagai aspek kepribadian(Pluckers, et al, 2004).

Sabar menghadapi cobaan2. Berani menanggung resiko3. Keinginan untuk berkembang4. Toleran terhadap ambiguitas5 . Terbuka terhadap pengalaman Percaya pada diri

sendiriAspek Kebaruan1. Orsinil2. Menakjubkan

Aspek Pemecahan1. Masuk akal2. Berguna3. Bernilai4. DipahamiAspek Bentuk1. Jelas2. Sempurna

3. Benar

Gambar 5 Hubungan sikap dengankreativitas

Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa kepribadian kreatif terdiri darienam sikap yang menjadi ciri orang kreatif. Keenam karakteristik inidijadikan sebagai suatu variabel sikap kreatif yang secara teoritis didugaberhubungan dengan tinggi rendahnya kemampuan berpikir dan menuliskreatif siswa. []

39

Ini penelitian, penelitian, penelitian!!! Apakah ucapan sayaterlalu bersemangat? Ya, kita memang harus menuntun siswa

meneliti bagaimana bahasa beroperasi. Thelen Benar! Ini penelitian, danbukan sekedar aktivitas sambil lalu

Surat dari Emily Calhoun pada Bruce Joyce (pengarang buku Model

A. Rancangan dan Prosedur PenelitianRancangan yang digunakan untuk menguji efektivitas kegiatan

synectics dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan menulis kreatifadalah rancangan pretest-posttest con trol group design.Menurut Robinson(1981) desain ini walaupun sederhana tapi dianggap memadai karenamampu mengendalikan variabel non-eksperimen yang diduga berpengaruhterhadap variabel terikat.

Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan eksperimen.Ketiga tahapan tersebut adalah:1. Tahap Persiapan. Tahap persiapan adalah adalah tahap dimana

peneliti melakukan beberapa kegiatan sebelum dilaksanakaneksperimen. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya adalah: 1) melakukan pengujian validitas tentang skalasikap kreatif yang dilanjutkan dengan mengumpulkan data tentangsikap kreatif; 2) memilih dan menentukan subjek penelitian yang akandijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok pembanding;3) melakukan diskusi dan latihan dengan guru bahasa Indonesiatentang cara pelaksanaan kegiatan synectics. Kegiatan inidilangsungkan sampai guru yang bersangkutan mengerti dan dapatmelakukannya; dan 4) latihan kegiatan synectics dalam kelas.Kegiatan ini dilakukan pada siswa kelompok eksperimen selama satukali pertemuan.

2. Tahap Pelaksanaan. Pelaksanaan dalam eksperimen ini dimulaidengan pretes berpikir kreatif dan menulis kreatif pada keduakelompok. Selanjutnya untuk kelompok eksperimen, diberikanperlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan kegiatansynectics, sedangkan pada kelompok pembanding tidak diberiperlakuan kegiatan synectics. Setelah pemberian perlakuan selesai,subjek diberikan postest untuk mengukur kemampuan berpikir danmenulis kreatif.

42

3. Tahap Akhir. Setelah data selesai terkumpul baru kemudian dilakukanskoring data untuk kemudian dianalisis, khusus untuk data menuliskreatif sebelum dianalisis terlebih dahulu dinilai oleh empat orangrater, yaitu peneliti, guru bahasa Indonesia, ahli di bidang Psikologi,dan ahli di bidang menulis kreatif.

B. Identifikasi VariabelIdentifikasi variabel diberikan untuk memudahkan pemahaman

tentang status variabel yang dikaji, adapun identifikasi variabel padapenelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas yaitu variabel yang dianggap menjadi penyebab bagiterjadinya perubahan pada variabel terikat. Pada penelitianeksperimen, yang dijadikan variabel bebas adalah variabel yangdimanipulasi berupa kegiatan synectics yang diberikan kepadakelompok eksperimen dan kegiatan mengarang yang tidak diawalidengan kegiatan synectics yang diberikan kepada kelompokpembanding.

2. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebasyang dalam eksperimen perubahannya diukur untuk diketahui efekdari suatu perlakuan. Pada penelitian ini yang dijadikan sebagaivariabel terikatnya adalah:

a. Kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan tes Torrence (1999)yang mampu mengukur aspekfluency, flexibility, originality, danelaboration.

b. Kemampuan menulis kreatif yang diukur dengan kemampuan siswadalam menulis cerita pendek yang dinilai oleh empat orang rater.Pedoman penilaian menggunakan kriteria produk kreatif dari Besemer(2005) yaitu novelty, resolution, dan style.

3. Variabel kovariat adalah variabel lain yang tidak dimanipulasi danmempengaruhi terhadap validitas internal eksperimen, namunpengaruhnya diupayakan tetap konstan. Variabel kovariat dalampenelitian ini ada dua yaitu variabel berupa hasil pretes padakemampuan berpikir dan menulis kreatif,

43

dan variabel sikap kreatif. Pengaruh kedua variabel di atas dikontrol secarastatistik dengan cara menempatkannya sebagai kovariat dalam analisiskovarian. Secara skematis, identifikasi variabel penelitian dapat dilihatpada gambar di bawah ini.

Gambar 6Identifikasi variabel penelitian

Pada Gambar 6 dapat dipahami bahwa 1) untuk menguji hipotesispertama dan kedua yang dijadikan variabel bebasnya adalah jeniskegiatansynectics, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuanberpikir dan menulis kreatif dengan mengontrol variabel sikap kreatif danhasil pretes, 2) untuk menguji hipotesis ketiga tentang hubungan antarakemampuan berpikir dan menulis kreatif, yang dijadikan sebagai variabelbebasnya adalah kemampuan berpikir kreatif sedangkan variabelterikatnya adalah kemampuan menulis kreatif.

C. Tempat dan Subjek PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di sekolah alam MTs Surya Buana yangmerupakan salah satu sekolah di bawah naungan Departemen Agama dikota Malang. Pemilihan tempat sebagai lokasi penelitian karena sekolahini mengembangkan konsep

44

yang pembelajarannya mengembangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1)suasana belajar harus berada dalam suasana yang menyenangkan; 2)sekolah adalah rumah bagi siswa; 3) siswa adalah subjek dalam prosespembelajaran; 4) kebahagiaan anak adalah landasan seluruh program; 5)metode pengajaran harus bervariasi; dan 6) penghargaan terhadapkemajemukan kemampuan siswa (Djalil: 2005).

Selain ciri di atas, proses pembelajaran sekolah ini menerapkanaktivitas belajar tidak hanya di dalam kelas tapi juga dilakukan diluarkelas, sehingga memungkinkan untuk melakukan inovasi-inovasi dalambidang pembelajaran. Keadaan seperti di atas, pada gilirannya sangatmemungkinkan untuk memunculkan kreativitas siswa, karena sepertidisinyalir Sternberg & Lubart (1995) yang menyatakan bahwa kreativitasakan berkembang dengan baik ketika berada pada lingkungan kondusif.

Pada awalnya subjek pada penelitian ini berjumlah sebanyak 50 siswakelas (VII) tujuh yang terbagi pada dua kelas, namun 2 orang tidakdisertakan dalam analisis karena tidak mengikuti tes setelah perlakuansehingga jumlah subjek yang dianalisis hanya berjumlah 48 orang yangterbagi pada kelas eksperimen sebanyak 24 orang dan kelas pembandingsebanyak 24 orang.

Jumlah laki-laki pada kelompok synectics sebanyak 16 orang dan padakelompok pembanding sebanyak 14 orang, jumlah perempuan padakelompok kelompok synectics sebanyak 6 orang dan pada kelompokpembanding sebanyak 8 orang, Gambaran selengkapnya tentang komposisisubjek dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

45

Tabel 1jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin

JenisKelamin

KelompokSynectics

KelompokPembanding

JumlahSubjek

Laki-laki 18 14 32

Perempuan 6 10 16

Jumlah 24 24 48

B. Instrumen Pengumpulan DataAda tiga jenis data yang diukur dalam penelitian ini, karena itu

pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu1) kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan tes berpikir kreatifdari Torrence (1999); 2) kemampuan menulis kreatif yang dinilai raterberdasarkan kriteria produk kreatif yang dikembangkan Bessemer (2005);dan 3) karakteristik sikap kreatif yang diukur dengan skala psikologis yangdisusun penulis berdasarkan teori yang dikembangkan Sternberg danLubart (1995).Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Penelitian tentang kreativitas yang menggunakan tes berpikir kreatifdari Torrence telah banyak dilakukan (Urban, 2005; Lee, 2004), bahkanCramond, et al, (2005) telah melaporkan penggunaan tesini dalam berbagaipenelitian. Ada dua bentuk tes yang dibuat oleh Torrence untuk mengukurkemampuan bepikir kreatif ini yaitu verbal dan figural. Pada penelitian inibentuk tes yang digunakan adalah tes kreativitas verbal, yang isinya terdiridari enam sub-tes. Masing-masing sub-tes mengukur aspek yang berbedadari berpikir kreatif. Keenam sub-tes tersebut adalah:a. Permulaan kata. Pada sub-tes ini subjek harus memikirkan sebanyak

mungkin kata yang mulai dengan susunan hurup tertentu sebagairangsang. Tes ini mengukur kelancaran kata yaitu kemampuan untukmenemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.

46

Penyusunan kata. Pada sub-tes ini subjek harus menyusun sebanyakmungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yangdiberikan sebagai stimulus. Tes ini mengukur kelancaran kata sekaligusmenuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.Pembentukan kalimat tiga kata. Pada sub-tes ini subjek harus menyusunkalimat yang terdiri dari tiga kata, hurup pertama untuk setiap katadiberikan sebagai stimulus, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketigahurup tersebut boleh berbeda-beda tergantung keinginan subjek. Tes inimampu mengukur kelancaran dalam mengungkapkan gagasan.Pengungkapan sifat-sifat yang sama. Pada sub-tes ini subjek harusmenemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifatyang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalammemberikan gagasan yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yangmemenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang relatif terbatas.Penggunaan macam-macam benda. Pada sub-tes ini subjek harusmemikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa)dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalamberpikir, karena dalam hal ini subjek harus dapat melepaskan diri darikedapataan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja.Selain itu, tes ini juga mampu mengukur orisinalitas dalam berpikir.Orisinalitas ditentukan secara statistik dengan melihat kelangkaan jawabanitu diberikan. Apa akibatnya. Pada sub-tes ini subjek harus memikirkansegala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotetis yangtelah ditentukan sebagai stimulus. Tes ini merupakan ukuran darikelancaran dalam memberikan gagasan digabung dengan elaborasi, karenadalam elaborasi aspek yang diukur berupa kemampuan untuk dapatmengembangkan suatu gagasan, memperincinya, dan mempertimbangkanmacam-macam implikasinya.

47

Selanjutnya, untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat kemampuanberpikir kreatif siswa, dibuat kategorisasi berupa pembuatan klasifikasimenjadi tujuh kategori kemampuan berpikir kreatif berdasarkan normayang dibuat Munandar (2004), seperti tertulis pada tabel di bawah ini:Tabel 2Norma pembagian klasifikasi Creative Quotient

Nomor Kategori Kriteria skor

1 Very superior >130

2 Superior 120-129

3 High Average 110-119

4 Average 90-109

5 Low Average 80-89

6 Borderline Defective 60-79

7 Mentally Defective <59

Tes Kemampuan Menulis KreatifKemampuan menulis kreatif yang diteliti dalam penelitian ini berupa

cerita pendek yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) memfokuskanpada satu peristiwa; 2) hanya mempunyai satu plot;3) hanya mempunyai satu setting; 4) terbatas pada sejumlah karakter; dan5) terbatas pada konteks waktu tertentu (Burroway, 2003).

Terdapat banyak kriteria yang dapat digunakan dalam menilai suatutulisan. Wingersky, et al (1992) menjelaskan untuk menilai suatu tulisandapat dilihat dari empat aspek yaitu 1) content &organizationyaitupenilaian yang berhubungan dengan kedalaman pesan penulis terhadappembaca, topic, cara membuka dan menutup tulisan, pemokusan,pengembangan gagasan, dan kejelasan informasi; 2) usageyaitu penilaianberhubungan dengan bentuk kalimat, kata, hurup, dan sebagainya; 3)sentence constructionyaitu penilaian berhubungan dengan macam-

4

macam, struktur, dan panjang kalimat; dan 4) mechanicsyaitupenilaian yang berhubungan dengan penulisan kata. Selanjutnya iamenjelaskan bahwa suatu paragrap yang efektif dapat dilihat daricompleteness, logical order, unity, dan coherence.

Besemer (2005) mengatakan bahwa produk kreatif pada siswa dapatdilihat dalam berbagai bentuk seperti lagu, lukisan, komposisi musik,puisi, atau karangan. Selanjutnya dikatakan bahwa suatu karangandikategorikan sebagai produk kreatif ketika memenuhi tiga persyaratanyaitu:1. Novelty(kebaruan) yaitu sejauhmana produk tersebut mempunyai

unsur-unsur baru baik dalam teknik, bahan, ataupun konsep. Dalamsuatu karangan, aspek kebaruan dapat dilihat dari isi karangan yangmemenuhi dua kriteria:

a. Originalyaitu sejauhmana isi cerita dalam karangan memuat unsur-unsur yang unik atau tidak seperti kebanyakan cerita lain.

b. Surprisingyaitu sejauhmana isi cerita dalam karangan membuatpembaca menjadi takjub atau terpesona baik dari isi cerita maupundari alur cerita yang digunakan dalam karangan.

2. Resolution(pemecahan) yaitu sejauhmana produk tersebut memenuhikebutuhan untuk mengatasi situasi bermasalah. Dalam suatu karangan,aspek pemecahan dapat dilihat dari isi dan alur cerita suatu karanganyang memenuhi kriteria:

a. Logicalyaitu sejauhmana alur cerita dalam karangan bersifat rasional,walaupun bentuk karangannya berupa tulisan fiksi.

b. Usefulyaitu sejauhmana pesan yang terkandung dalam cerita baikimplisit maupun eksplisit memuat unsur pemecahan masalah yangbermanfaat bagi kehidupan.

c. Valuableyaitu sejauhmana isi cerita dalam karangan memuat pesanyang mempunyai nilai-nilai kebajikan.

d. Understandableyaitu sejauhmana alur cerita bersifat sistematissehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.

49

3. Style (bentuk) yaitu sejauhmana produk tersebut mempunyai bentukyang berbeda dengan produk lain.Dalam suatu karangan, aspek bentukdapat dilihat dari karangan yang memenuhi kriteria:

a. Organicyaitu sejauhmana kata dan struktur kalimat yang digunakanbersifat jelas.

b. Elegantyaitu sejauhmana kata atau struktur kalimat yang digunakandalam tulisan mengandung unsur lebih baik dibandingkan dengantulisan yang lain.

c. Well-crafted yaitu sejauhmana kata atau struktur kalimat yangdigunakan benar menurut kaidah penulisan (tidak terlalu banyakmengandung kesalahan kata dan kalimat).Pada penelitian ini, kriteria yang digunakan adalah pendapat Besemer

(2005) karena menganggap bahwa tulisan merupakan suatu produk kreatif,hal ini sejalan dengan penelitian ini yang mendefinisikan kreativitasberdasarkan P Four's Creativity(proses, pribadi, produk, dan pendukung),untuk lebih jelasnya kriteria tentang tulisan kreatif dapat dilihat pada tabeldi bawah ini:Tabel 3Kisi-kisi kemampuan menulis kreatifVARIABEL DIMENSI INDIKATOR

MenulisKreatif

Novelty(kebaruan)

Original(unik)Surprising(menakjubkan)

Resolution(pemecahan)

Logical(masuk akal)Useful(bermanfaat)Valuable(bernilai)Understandable(dipahami)

Style(bentuk)

Organic(jelas)Well-crafted (benar)Elegant(sempurna)

50

Berdasarkan kriteria di atas, dibuat suatu pedoman penilaian tulisankreatif yang akan dirating oleh: 1) peneliti; 2) guru bahasa Indonesiasebagai praktisi (yang bersangkutan adalah guru bahasa Indonesia di MTsSurya Buana dan merupakan alumni dari Jurusan Bahasa IndonesiaUniversitas Negeri Malang;3) Ahli Psikologi (yang bersangkutan adalah dosen Fakultas PsikologiUIN Maliki Malang dan saat ini sedang menyelesaikan program Doktor diFakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta); 4) Ahli bahasa(yang bersangkutan adalah master lulusan S2 Jurusan Sastra Inggris dariUGM Yogyakarta dan mengajar matakuliah creative writingdi JurusanBahasa dan Sastra Inggris UIN Maliki Malang).

Ratings adalah prosedur pemberian skor berdasarkanjudgmentsubjektif terhadap atribut tertentu, yang dilakukan melaluipengamatan sistematik baik langsung ataupun tidak langsung. Estimasireliabilitas hasil pemberian rating dilakukan dengan membandingkan antarkeempat raters.

Selanjutnya, menurut Ebel (dalam Azwar, 2000) ada dua carapenghitungan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas rateryaitu:l) penghitungan yang bertujuan untuk mengetahui koefisien rata-ratainterkorelasi hasil ratings diantara semua kombinasi pasangan rater, dan 2)penghitungan yang bertujuan untuk mengetahui koefisien korelasi hasilrating yang dilakukan tiap-tiap rater.

Tingginya koefisien reliabilitas rating dapat diartikan bahwapemberian rating yang dilakukan rater adalah konsisten satusama lain. Sebaliknya, apabila ditemukan koefisien reliabilitasnyarendah berarti ada inkonsistensi diantara keempat rater tersebut.Rumus yang digunakan untuk mengetahui koefisien rata-ratainterkorelasi hasil ratings diantara semua kombinasi pasangan2 2 s; - s;T ' — ----------------------------------------------------;-------- ;—-rater adalah sebagai berikut: 301 + (k— l)s~ sedangkanrumus yang digunakan untuk mengetahui koefisien korelasihasil rating yang dilakukan tiap-tiap rater adalah sebagaiberikut: rxx- = (s“ - sf) /s]

51

Keterangan:Ss : Varians antar subjek yang dikenai ratings5“

E : Varians error (varians interaksi antara subjek dan rater) k :Banyaknya rater yang memberikan rating

Hasil pengujian reliabilitas rata-rata rating dari keempat orang rateruntuk hasil pretes menunjukkan angka rxx' = 0,831 dan estimasi rata-ratareliabilitas seorang rater menunjukkan angka rxx' = 0,551. Hasil iniberbeda dengan hasil rating pada postes yang menunjukkan angka 1 * »' =0,877 dan estimasi rata- rata reliabilitas seorang rater menunjukkan angka 1

xx' - 0,641.Hasil di atas menunjukkan adanya perbedaan tingkat reliabilitas hasil

pretes dan postes. Hasil reliabilitas antar rater yang diperolehmenunjukkan angka yang cukup tinggi karena berada di atas 0.800, hanyauntuk reliabilitas rata-rata tiap rater menunjukkan angka yang rendahkarena skor yang diperoleh hanya 0,551 dan 0,641.

Faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah prosedur eksperimenyang sebelumnya tidak dilakukan pengarahan terhadap rater, mereka hanyadiberikan pedoman untuk menilai suatu karangan sehingga menyebabkanadanya perbedaan persepsi diantara para rater terhadap kriteria tulisankreatif yang ada dalam pedoman penilaian.

Selain itu, penelitian yang menggunakan uji rater dalam menilai suatuproduk ditemukan hasil yang tidak terlalu tinggi. Hasil penelitian Shermis,et al (2002) menyatakan bahwa penilaian dengan menggunakan ratingsakan sulit untuk mendapatkan angka yang tinggi. Hasil penelitian yangmereka lakukan dalam menilai suatu tulisan dengan menggunakanbeberapa rater hanya mencapai koefisien korelasi sebesar 0,7100.

Selanjutnya, untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan menuliskreatif subjek dibuat kategorisasi berupa pembuatan klasifikasi menjadilima kategori yaitu 1) sangat tinggi,1) tinggi, 3) cukup, 4) rendah, dan 5) sangat rendah. Pembagianklasifikasi menjadi lima kelompok didasarkan perhitungan nilai mean danstandar deviasi, norma pengelompokkan dapat dilihat pada tabel di bawahini:

53

Tabel 4Norma pembagian klasifikasi

Nomor Kategori Kriteria Skor

1 Sangat Tinggi > M+1,50 SD

2 Tinggi M+1,50SD - M+0,50SD

3 Sedang M+0,50SD - M-0,50SD

4 Rendah M-0,50SD - M-1,50SD

5 Sangat Rendah < M-1,50s

Skala Sikap KreatifSikap kreatif adalah karakteristik kepribadian yang bersifat non-

kognitif yang diukur dengan skala psikologis. Bentuk skala yangdigunakan adalah skala pengukuran model Likert yang jawabannya terdiridari lima alternatif jawaban, dimana sebagai dasar penentuan nilainyadikategorikan dalam sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N),dan tidaksetuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala psikologi ini terdiri daripernyataan yangfavourable dan unfavourableyang tujuannya untuk melihatkonsistensi subjek dalam memberikan jawaban.

Skala sikap kreatif dioperasionalkan menjadi enam indikator sepertiyang dikemukakan Sternberg & Lubart (1995). Keenam indikator tersebutadalah: 1) ketekunan dalam menghadapi tantangan; 2) keberanianmenanggung resiko; 3) keinginan untuk berkembang; 4) toleransi terhadapketaksaan; 5) keterbukaan terhadap pengalaman; dan 6) keteguhanterhadap pendirian. Untuk lebih jelasnya tentang kisi-kisi sikap kreatifdapat dilihat dari tabel di bawah ini.

53

Kisi-kisi sikap kreatifTabel 5

Analisis dilakukan melalui dua proses yaitu 1) melakukan summatedratingsyang bertujuan untuk memberikan bobot nilai terhadap butir-butiritem, dan 2) melakukan pengujian validitas butir item yang bertujuanuntuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas item.

Hasil analisis summated ratingsdiperoleh adanya variasi skor padamasing-masing alternatif jawaban, artinya tidak semua item mempunyaibobot 1, 2, 3, 4, 5 untuk alternatif jawaban sangat setuju, setuju, netral,tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Karena itu pemberian skor tiap-tiapbutir item ditentukan berdasarkan hasil perhitungan tersebut sehinggaditemukan adanya jawaban sama tapi skor yang diperolehnya berbedakarena itemnya berbeda.

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas danreliabilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah butir itemitu baik atau tidak. Bentuk uji

54

validitas yang dilakukan adalah dengan pendekatan internalconsistencyyaitu suatu pendekatan yang menguji korelasi antar skor butiritem dengan skor total skala. Anggapan yang digunakan adalah korelasiyang tinggi menunjukkan adanya kesesuaian antara fungsi butir-butir itemdengan fungsi skala secara keseluruhan. Uji reliabilitas dilakukan untukmengetahui konsistensi alat ukur ini sehingga hasil yang diperoleh dapatdipercaya. Uji Validitas instrumen dilakukan pada 159 siswa MTs SuryaBuana Malang kelas VII (tujuh), VIII (delapan) dan IX (sembilan) yangtidak dijadikan subjek penelitian.

Dari hasil pengujian 60 item ditemukan adanya 24 valid dan 26 gugurdengan nilai reliabilitas sebesar @ 0,8375. Pada penelitian ini kriteriasuatu instrumen dikatakan reliabel ketika nilai yang diperoleh lebih besardari 0,6000 sedangkan suatu item dinyatakan valid ketika koefisienkorelasinya di atas 0,2500. Pengujian analisis butir pada penelitian inidilakukan dengan cara:1. Bertanda negatif, dari hasil analisis ditemukan ada 8 item gugur yaitu

item nomor 2, 17, 35, 36, 40, 55, 57, 59.

2. Menggugurkan item-item yang nilai koefisien korelasinya kurang dariangka 0,1000, dari hasil analisis ditemukan adaitem gugur yaitu item nomor 16, 33, 46, 48, 56.

3. Menggugurkan item-item yang nilai koefisien korelasinya kurang dariangka 0,1500, dari hasil analisis ditemukan ada5 item gugur yaitu item nomor 6, 12, 18, 37, 45, 50.

4. Menggugurkan item-item yang nilai koefisien korelasinya kurang dariangka 0,2000, dari hasil analisis ditemukan ada 5 item gugur yaituitem nomor 19, 32, 42, 51, 52.

5. Menggugurkan item-item yang nilai koefisien korelasinya kurang dariangka 0,2500, dari hasil analisis ditemukan ada 2 item gugur yaituitem nomor 4 dan nomor 10.

55

Selanjutnya, untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat sikap kreatifsubjek dibuat kategorisasi berupa pembuatan klasifikasi menjadi limakategori yaitu 1) sangat tinggi, 2) tinggi,

Tabel 6 Hasil uji validitas dan reliabilitas item3) cukup, 4) rendah, dan 5) sangat rendah. Pembagian klasifikasimengikuti norma pengelompokkan seperti yang telah dibuat pada kriteriakemampuan menulis kreatif.

E. Pemberian PerlakuanPembuatan instrumen perlakuan berupa pedoman kegiatan synectics

dikembangkan berdasarkan tahapan sebagai berikut: 1) kajian literatursebagai sumber informasi tentang synectics; 2) perumusan rancangankegiatan; 3) uji ahli oleh orang yang dianggap mengerti tentangpembelajaran, disamping penilaian kelayakan oleh guru bahasa Indonesiadan pembimbing disertasi; 4) uji coba pada subjek penelitian untuk menilaikelayakan isi materi dan prosedur pelaksanaan; dan 5) produk akhir bahanperlakuan berupa pedoman kegiatan synectics.

Ujiahli dilakukan dengan cara memberikan angket penilaian tentangkelayakan pedoman kegiatan synectics dan dilanjutkan dengan diskusi.Berdasarkan hasil penilaian dan diskusi dengan ahli diperoleh hasil sebagaiberikut: 1) secara umum pedoman

56

synectics dinyatakan layak untuk dilaksanakan dalam penelitian,namun ada beberapa hal yang perlu dicermati lagi khususnya tentangpenggunaan bahasa yang masih perlu diperbaiki.

Uji coba pada subjek dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:1) membagikan bahan pengajaran pada subjek;2) menjelaskan bahwa jika ada kesulitan dalam melaksanakan kegiatandiharapkan agar langsung ditanyakan; 3) mengidentifikasi jenis kesulitansiswa dan memberikan penjelasan.

Pedoman kegiatan synectics merupakan rincian kegiatan yangdijadikan acuan guru dan siswa dalam melakukan kegiatan analogi yangdilangsungkan dengan kegiatan mengarang. Karena itu kegiatan yangdilakukan pada penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu: 1) kegiatanmembuat analogi langsung yaitu membuat perumpamaan suatu konsepdengan dengan konsep yang lain; 2) kegiatan membuat analogi personalyaitu membuat perumpamaan suatu konsep dengan kehidupan yang nyata;3) kegiatan membuat analogi compressed conflictyaitu membuat suatupasangan kata yang berlawanan kemudian merangkaikannya dalam suatukalimat; dan4) kegiatan membuat karangan yaitu membuat karangan bebastentang tema yang telah ditentukan dengan menggunakan gagasan-gagasanyang telah diperoleh pada kegiatan sebelumnya.

Tujuan dan teknik pelaksanaan kegiatan analogi dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

a. Analogi langsung. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkancara pandang baru terhadap suatu masalah. Teknik pelaksanaannyadengan cara siswa diminta menemukan situasi masalah yang sejajardengan situasi kehidupan nyata.

b. Analogipersonal.Tujuankegiataniniuntukmengembangkan jarakkonseptual sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan baru.Teknik pelaksanaannya dengan cara siswa diminta membandingkandirinya dengan sebuah objek, kemudian ditanyakan bagaimanaperasaannya seandainya hal itu terjadi?

57

c. Analogi compressed conflict.Tujuan kegiatan ini adalah untukmengembangkan gagasan baru dalam memecahkan masalah. Teknikpelaksanaanya dengan cara siswa diminta menyebutkan pasanganobjek yang bersifat kontaradiktif, kemudian diminta menjelaskanalasannyaLangkah-langkah kegiatan synectics dibagi pada tiga kegiatan yaitu 1)

kegiatan awal yang diisi dengan penyampaian materi pelajaran oleh guru;2) kegiatan inti berupa kegiatan analogi langsung, analogi personal,analogi compressed conflict dan kegiatan mengarang, dan 3) kegiatanpenutup yaitu guru menutup pembelajaran.

Pada kelompok pembanding, proses pembelajaran juga terbagi padatiga kegiatan. Perbedaannya pada kegiatan inti sebelum kegiatanmengarang tidak ada kegiatan analogi tapiguru menyampaikan materipelajaran tentang cara-cara mengarang yang baik. Perbedaan perlakuanpembelajaran menulis pada pelajaran bahasa Indonesia antara kelompokeksperimen dengan kelompok pembanding adalah sebagai berikut:1. Perlakuan untuk kelompok eksperimen berupa pembelajaran menulis

dengan model synectics. Ada delapan topik yang dijadikan bahandalam kegiatan synectics, satu topik sebagai contoh dan tujuh topiklainnya dijadikan sebagai bahan perlakuan. Topik-topik ini diambildari buku pelajaran bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII.Setiap topik disertai dengan gambar agar siswa terbantu dalammelakukan imajinasi. Kedelapan topik tersebut adalah: 1) gunungmeletus (dijadikan sebagai contoh), 2) panjat pinang, 3) senam pagi,4) wisuda sarjana, 5) membaca buku,

6) bertani, 7) pemandangan alam, dan 8) kebakaran. Setiap topikdijadikan bahan bagi siswa untuk melakukan empat kegiatan yaitu analogilangsung, analogi personal, analogi compressed conflictdan kegiatanmengarang.2. Pada kelompok pembanding perlakuan diberikan berupa pelajaran

mengarang bebas tapi sebelumnya tidak melakukan kegiatan analogi.Guru mengajar seperti

58

biasanya berlangsung yang dilanjutkan dengan tugas mengarang bebassesuai dengan tujuh topik yang diberikan pada kelompok eksperimen.

F. Analisis DataJenis penelitian ini bersifat eksperimental dan jenis data yang

diperolehnya berbentuk angka, karena itu analisis yang digunakan adalahdengan analisis statistik yang dalam pelaksanaannya menggunakanprogram SPSS (Statistical Pickage for Social Science s) versi 15.0 forwindow. Penelitian ini selain bertujuan untuk menguji pengaruhpembelajaran model synectics terhadap kemampuan berpikir dan menuliskreatif, juga untuk menguji hubungan antara kemampuan berpikir kreatifdengan kemampuan menulis kreatif, karena itu sebelum dilakukan analisisdata, terlebih dahulu dilakukan empat uji asumsi sebagai prasyarat analisisyaitu:1 Uji Normalitas sebaran yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik kolmogorov-smirnov Goodness of FitTest.Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknyasebaran adalah jika nilai P>0,0 maka sebarannya normal, sebaliknyajika nilai P<0,05maka sebarannya tidak normal. Uji homogenitasdilakukan terhadap ketiga variabel yang diuji yaitu kemampuanberpikir kreatif, kemampuan menulis kreatif, dan karakteristikkepribadian kreatif.

2. Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui homogentidaknya varians dari kedua variabel yang akan diuji, uji homogenitasvarians dilakukan dengan menggunakan teknik LeveneStatisticsadapun kaidah yang digunakannya adalah jika nilai P>.05maka variansnya homogen, sebaliknya jika nilai P<.05 makavariansnya tidak homogen. Uji homogenitas varians dilakukan untukmengetahui perbedaan kelompok eksperimen dan kelompokpembanding terhadap kemampuan berpikir kreatif dan kemampuanmenulis kreatif.

3. Uji linearitas hubungan yang digunakan dalam penelitian inimenggunakan teknik analisis varians, kaidah yang

digunakan untuk mengetahui linear tidaknya suatu hubungan adalah Jika Fsignifikan maka keadaan variabel tersebut berarti linear, sebaliknyajika F tidak signifikan maka keadaan veriabel tersebut tidak linear.Uji linearitas hubungan dilakukan untuk menguji hubungan antarakemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatif.Penelitian ini selain bertujuan untuk menguji penggunaan

pembelajaran synectics dalam mengembangkan kemampuan berpikir danmenulis kreatif, juga untuk menguji hubungan antara kemampuan berpikirdengan menulis kreatif. Karena itu sesuai dengan rumusan masalah yangdiajukan, teknik analisis yang dilakukan terdiri dari dua jenis yaitu:1. Teknik analisis MANCOVA (multivariate analysis of

covariance).Menurut Tabachnick & Fidell (2001) multivariateanalysis of covariancesebagai salah satu teknik analisis mempunyaikeunggulan sebagai berikut: 1) dapat menguji variabel terikat yangjumlahnya lebih dari satu, 2) dapat meningkatkan presisi rancanganpenelitian terutama jika peneliti masih ragu pada pengelompokkansubjek perlakuan yang diterapkan dalam penelitian, apakah sudahmampu mengendalikan variabel luar atau belum; 3) dapat digunakanuntuk mengendalikan kondisi-kondisi awal dari variabel terikat; dan4) dapat digunakan untuk mereduksi variabel-variabel luar yang tidakdiinginkan pengaruhnya terhadap variabel terikat.Beberapa variabel yang digunakan dalam analisis ini dijelaskan

sebagai berikut:a. Variabel bebas atau variabel eksperimental yang biasa disebut juga

dengan istilah faktor yang datanya harus berbentuk nominal. Padapenelitian ini variabel eksperimentalnya adalah jenis perlakuan berupakegiatan synectics.

b. Variabel kovariat biasa disebut dengan istilah kovariabel yangdatanya harus berbentuk interval

60

c. atau rasio, persyaratan lainnya harus ada dugaan hubungan antaravariabel kovariat dengan variabel terikat, selain itu variabel kovariatharus ada dugaan tidak boleh dipengaruhi variabel eksperimental.Pada penelitian ini variabel kovariatnya ada dua yaitu skor pretes(kemampuan berpikir dan menulis kreatif) dan sikap kreatif.

c. Variabel terikat yang biasa disebut dengan istilah kriterium yangdatanya harus berbentuk interval atau rasio. Pada penelitian ini adadua jenis variabel terikat (kriterium) yaitu kemampuan berpikir kreatifyang diperoleh dari hasil pengukuran dengan tes berpikir kreatif dariTorrence dan kemampuan menulis kreatif yang diperoleh dari tesmenulis karangan.Analisis Regresi Sederhana. Analisis regresi sederhana adalah jenis

analisis yang bertujuan untuk mencari koefisien korelasi antara variabelbebas dengan variabel terikat. Jika koefisien korelasi antara kriteriumdengan prediktor-prediktornya telah ditemukan, maka digunakan rumus Fyang bertujuan untuk mengetahui taraf signifikansi dari koefisien korelasiFb(r empirik) harus dibandingkan dengan koefisien korelasi (r teoritik)yang terdapat pada tabel nilai-nilai f' .

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikanvariabel bebas terhadap variabel terikat tersebut, maka hasil perhitungandibandingkan dengan taraf signifikansi 5%. Atau dapat disebutkan bahwakriteria penolakan hipotesis atau signifikan pada taraf 5% (tarafkepercayaan 95%) adalah sebagai berikut: Jika F hitung > F tabel maka Ha

diterima dan Ho ditolak, tapi Jika F hitung < F tabel maka H a ditolak danHoditerima. []

61

Efektivitas Rancangan ModelPengembangan Kreativitas: Hasil Uji dan

Analisis

Katakanlah apa yang perlu dikatakan dengan kejelasan sebanyakmungkin dan jumlah kata sesedikit mungkin. Inilah yang disebut

hemat bahasa.

(Anonimou)

A. Hasil Uji Prasyarat AnalisisSesuai dengan teknik analisis yang digunakan yaitu multivariate

analysis of covariance (MANCOVA) yang mensyaratkan adanyahomogenitas varians dan analisis regresi yang mensyaratkan adanyalinearitas hubungan. Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini dilakukansebanyak empat jenis yaitu:a. Uji normalitas sebaran yang merupakan syarat bagi semua teknik

analisis dalam statistik parametrik dan bertujuan untuk mengetahuinormal tidaknya data penelitian,

b. Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui homogentidaknya variabel yang diuji,

c. Uji homogenitas matrik varians-kovarian pada kedua variabel terikat,d. Uji linearitas hubungan bertujuan untuk mengetahui linear tidaknya

antara kedua variabel yang diuji. Hasil analisis selengkapnya adalahsebegai berikut:

1. Hasil uji normalitas dengan menggunakan teknik Kolmogorov-smirnov pada variabel sikap kreatif ditemukan skor 0,734, variabelkemampuan berpikir kreatif ditemukan (pretes 0,716 dan postes0,675), variabel kemampuan menulis kreatif ditemukan (pretes 1,048dan postes 0,711). Hasil di atas menunjukkan bahwa sebaran datapada kelima variabel yang diuji pada penelitian ini dinyatakan normalkarena nilai yang diperoleh >0,050. Hasil analisis selengkapnya dapatdilihat tabel berikut ini:

Tabel 7 Hasil uji normalitas sebaran

SikapKreatif

PretesBerpikir

PostesBerpikir

PretesMenulis

PostesMenulis

.734 .716 .675 1.048 .711

.655 .685 .753 .222 .693

64

2. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan teknik Levene's Testmenemukan tidak adanya perbedaan antara kedua kelompok dalamhal kemampuan berpikir kreatif (F=1,884 P=0,176) dan kemampuanmenulis kreatif (F=0,021 P=0,886) artinya keadaan kedua variabeltersebut homogen karena nilai P>0,050. Hasil di atas menunjukkanbahwa penggunaan teknik analisis multivariate analysis ofcovariancedapat dilanjutkan. Hasil selengkapnya dapat dilihat daritabel berikut:

Tabel 8Hasil uji homogenitas varians

F df1 df2 Sig.

Berpikir kreatif 1.310 1 46 .258

Menulis kreatif .023 1 46 .879

3. Hasil uji homogenitas matriks varian-kovarian dengan menggunakanteknik Box's Testditemukan hasil 4.181 dengan angka signifikansisebesar 0,263, hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakantidak ada perbedaan antara matrik varian kovarian antar variabeldependen adalah diterima. Artinya matrik varian kovarian antarvariabel kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menulis kreatifadalah sama sehingga proses analisis multivariate analysis ofcovariancedapat dilanjutkan. Hasil selengkapnya dapat dilihat daritabel berikut:

Tabel 9Hasil uji homogenitas matrik varian-kovarian

Box's M F df1 df2 Sig.4.181 1.328 3 44 .263

65

2. Hasil uji linearitas variabel kemampuan berpikir kreatif dengankemampuan menulis kreatif dengan menggunakan teknik analysis ofvariance(ANOVA) diperoleh nilai F=20,903 P=0,000 hal ini berartibahwa variabel yang diuji dinyatakan linear karena nilai P>0,05sehingga penggunaan teknik analisis regresi yang bertujuan untukmenguji pengaruh berpikir kreatif terhadap kemampuan menuliskreatif dapat dilanjutkan.

Tabel 10Hasil uji linearitas dengan analysis of variance

Sum ofSquares

df MeanSquare

F Sig.

Regression 6376.793 1 6376.793 20.903 .000

1 Residual 14032.873 46 305.062Total 20409.667 47

3. Hasil uji homogenitas sebagai syarat analisis variandenganmenggunakanteknikLevene'sTest menemukan adanyaperbedaan kedua kelompok jenis kelamin (laki- laki dan perempuan)terhadap kemampuan berpikir kreatif sebesar F=0,012 P=0,916sedangkan untuk kemampuan menulis kreatif diperoleh nilaiF=08.312 P=0,006. Hal ini berarti bahwa keadaan variabelkemampuan berpikir kreatif adalah homogen karena nilai P>0,050,sedangkan variabel kemampuan menulis kreatif adalah tidak homogenkarena nilai P<0,050. Implikasi hasil di atas adalah variabelkemampuan berpikir kreatif dapat dianalisis dengan analisis statistikparametrik berupa teknik analysis of variance(ANOVA) sedangkanvariabel kemampuan menulis kreatif harus dianalisis dengan analisisnon-parametrik,yang dalam penelitian ini digunakan teknik KruskalWallis.

66

Tabel 11Hasil uji homogenitas perbedaan jenis kelamin

LeveneStatistic

dfl df2 Sig.

Berpikir Kreatif .012 1 46 .912

Menulis Kreatif 8.312 1 46 .006

Hasil uji asumsi terhadap semua variabel menyatakan bahwa datapada variabel yang diuji adalah normal, data pada kelompok berdasarkanjenis perlakuan adalah homogen, dan hubungan antara variabel yang diujiadalah linear, data pada kelompok berdasarkan usia adalah homogen, datapada kelompok berdasarkan jenis kelamin adalah tidak semuanyahomogen karena itu selain penggunaan teknik analisis multivariateanalysis of covariance (MANCOVA), regression analysis, dan analysis ofvariance (ANOVA) diperlukan juga analisis statistic nonparametric(Siegel, 1997) yang dalam penelitian ini digunakan analisis KruskalWallisyaitu teknik analisis yang bertujuan untuk menguji perbedaan antarvariabel.

B. Hasil Analisis DeskriptifAnalisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang

variabel terikat (kemampuan berpikir kreatif dan menulis kreatif) danvariabel kovariat (sikap kreatif). Namun sebelum melihat hasil ujihipotesis penelitian terlebih dahulu dijelaskan hasil perbandingan meanhipotesis dan mean empiris.

Ferguson (1981) menyatakan bahwa harga mean hipotesis dapatdianggap sebagai mean populasi (u) yang diartikan sebagai kategorisedang kondisi kelompok subjek pada variabel yang diteliti. Setiap skormean empiris (M) yang lebih tinggi dari mean populasi (p) dapat dianggapsebagai indikator tingginya keadaan kelompok subjek pada variabel yangditeliti. Sebaliknya setiap skor mean empiris yang lebih rendah secarasignifikan dari (p) dapat dianggap sebagai indikator rendahnya keadaankelompok subjek pada variabel yang diteliti.

67

Pada penelitian ini, variabel yang dianalisis dengan analisis deskriptifterdiri dari tiga variabel yaitu kemampuan berpikir kreatif, kemampuanmenulis kreatif, dan sikap kreatif. Hasil perbandingan antara meanhipotesis dan mean empiris pada ketiga variabel tersebut dapat di lihat daritabel di bawah ini.Tabel 12 Perbandingan mean hipotesis dan mean empiris

VariabelData Hipotetis Data Empiris

Maks Min Mean Maks Min Mean

Berpikir 150 50 50 137 92 109,83

Menulis 252 36 108 223 126 158,92

Sikap 79 0 39,5 39 12 27,25Hasil perbandingan pada tabel di atas terhadap ketiga variabel dapat

disimpulkan bahwa:1.Rerata empiris kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh subjek lebih

tinggi dibanding mean hipotesisnya (109,83:50) artinya tingkatkemampuan berpikir kreatif subjek pada kedua kelompok berada padakategori tinggi.

1. Rerata empiris kemampuan menulis kreatif yang diperoleh subjeklebih tinggi dibanding mean hipotesisnya (158,92:108) artinya tingkatkemampuan menulis kreatif subjek pada kedua kelompok berada padakategori tinggi.

2. Rerata empiris sikap kreatif yang diperoleh subjek lebih rendahdibanding mean hipotesisnya (27,25:39,5) artinya tingkat sikap kreatifsubjek pada kedua kelompok berada pada kategori rendah.Hasil di atas menunjukkan bahwa tingkat kemampuan berpikir dan

menulis subjek berada pada kategori tinggi, sedangkan tingkat sikapkreatif subjek berada pada kategori rendah. Untuk melihat lebih mendetailgambaran ketiga variabel pada kedua kelompok perlakuan baik padakondisi sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat dari uraian di bawahini.

68

Deskripsi Kemampuan berpikir KreatifDari hasil analisis deskriptif baik pretest maupun postest tentang

kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan TTCT (Torrence Test ofCreative Thinking) pada kedua kelompok ditemukan adanya peningkatankemampuan berpikir kreatif pada saat sebelum dan sesudah diberiperlakuan yang berbeda. Perbedaan yang sangat berarti hanya terjadi padakelompok yang diberi perlakuan kegiatan synectics dengan perbandinganmean 107,54:115,21, sedangkan pada kelompok pembandingperbedaannya tidak signifikan 103,67:104,46. Selanjutnya, hasilselengkapnya tentang kemampuan berpikir kreatif pada kedua kelompoksebelum dan sesudah perlakuan kemudian dibuat kategorisasi seperti padatabel berikut.Tabel 13Deskripsi Kemampuan berpikir kreatif

No KategoriSynectic Pembanding

Pretes Postes Pretes Postes

f % f % f % f %

1VerySuperior

- - 3 12 - - - -

2 Superior 3 13 5 21 1 4 1 4

3HighAverage

7 29 10 42 4 17 6 25

4 Average 14 58 6 25 19 79 17 71

5LowAverage

- - - - - - -

6 Borderline

7 Mentally

Jumlah 24 100 24 100 24 100 24 100Deskripsi Kemampuan Menulis Kreatif

Hasil analisis statistik deskriptif baik pretest maupun postest tentangkemampuan menulis kreatif diperoleh kesimpulan

69

adanya perbedaan pada hasil pretes dan postes. Kelompok eksperimenlebih tinggi kemampuan menulis kreatifnya dibanding dengan kelompokpembanding. Untuk memperjelas hasil pretes dan postes pada keduakelompok dapat dilihat dari tabel di bawah ini:Tabel 14Deskripsi menulis kreatif sebelum perlakuan

No Kategori KriteriaSynectic Pembanding

f % F %

1 S >159,19 1 4 3 13

2 Tinggi 159,19 -143,70 4 17 1 4

3 Sedang 143,70 -128,21 14 58 9 38

4 Rendah 128,21 -120, 47 2 8 8 33

5 S. Rendah <120,47 3 13 3 13

Jumlah 24 100 24 100

Tabel 15Deskripsi menulis kreatif setelah perlakuan

No Kategori KriteriaSynectic Pem banding

f % F %

1 > 189,62 1 4 2 8

2 T i n g g i 189,62-169,01 6 25 2 8

3 Sedang 169,01 -148,41 15 63 6 25

4 Rendah 148,41 -138,10 2 8 7 29

5 S. Rendah <138,10 0 0 7 29

Jumlah 24 100 24 100

Deskripsi Sikap KreatifHasil analisis statistik deskriptif tentang sikap kreatif yang diukur

dengan skala sikap kreatif pada kedua kelompok menunjukkan adanyaperbedaan, untuk mengetahui perbandingan skor antara kelompokeksperimen dan pembanding dapat dilihat

70

dari perbandingan skor minimal 19:12, skor maksimal 46:34, nilaimean 31,18:23,41. Selanjutnya deskripsi tentang sikap kreatif pada keduakelompok dapat di lihat dari tabel di bawah ini.Tabel 16Kategorisasi sikap kreatif pada kedua kelompok

No Kategori Kriteria

Kelompok

Synectic Pembanding

f % F %

1 S. Tinggi >37,58 4 17 - -

2 Tinggi 37,58 - 30,69 8 33 6 25

3 Sedang 30,69 - 23,81 10 42 6 25

4 Rendah 23,81 - 20,37 1 4 5 21

5 S. Rendah <20,37 1 4 7 29

Jumlah 24 100 24 100

C. Hasil Uji Hipotesis PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk menguji tiga hipotesis yang menyatakan

bahwa 1) Kegiatan synectics efektif dalam mengembangkan kemampuanberpikir kreatif; 2) Kegiatan synectics efektif dalam mengembangkankemampuan menulis kreatif; dan 3) terdapat hubungan antara kemampuanberpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatif. Hasil selengkapnyapengujian ketiga hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis pertamaHasil analisis tentang kemampuan berpikir kreatif pada kedua

kelompok menunjukkan nilai F=20,228 P=0,000 artinya hipotesis nol (Ho)yang menyatakan tidak adanya perbedaan kemampuan berpikir kreatifantara kelompok eksperimen dengan kelompok pembanding adalahditolak. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan mean 115,21:104,46,kelompok yang diberi perlakuan lebih tinggi kemampuan berpikirkreatifnya dibanding dengan kelompok pembanding.

71

Hasil analisis dengan menyertakan variabel sikap kreatif terhadapkemampuan berpikir kreatif ditemukan nilai F=1,373 P=0,248, sedangkanjika yang disertakan hasil pretes berpikir kreatif nilai F=32,090 P=0,000dengan koefisien determinan sebesar 0,427 artinya sikap kreatif tidakmemberikan sumbangan bagi tinggi rendahnya hasil postes padakemampuan berpikir kreatif, lain halnya dengan skor pretes yang ternyataberpengaruh signifikan terhadap skor postes dengan koefisien determinansebesar 42,7%.

1. Hasil pengujian hipotesis keduaHasil analisis tentang kemampuan menulis kreatif pada kedua

kelompok menunjukkan nilai F=17,822 P=0,000 artinya hipotesis nol (Ho)yang menyatakan tidak adanya perbedaan kemampuan menulis kreatifantara kelompok yang diberi perlakuan kegiatan synectics dengankelompok pembanding adalah ditolak. Hasil perbandingan mean antarakedua kelompok adalah 166,29:151,13, kelompok yang diberi perlakuanlebih tinggi tingkat kemampuan menulis kreatifnya dibanding dengankelompok yang pembanding.

Hasil analisis dengan menyertakan variabel sikap kreatif terhadapkemampuan menulis kreatif ditemukan nilai F=3,620 P=0,064, sedangkanjika yang disertakan hasil pretes menulis kreatif nilai F=2,066 P=0,000dengan koefisien sebesar 0,445 artinya sikap kreatif tidak memberikansumbangan bagi tinggi rendahnya hasil postes pada kemampuan menuliskreatif, lain halnya dengan skor pretes yang ternyata berpengaruhsignifikan terhadap skor postes menulis kreatif dengan koefisiendeterminan sebesar 44,5%.

2. Hasil pengujian hipotesis ketigaHasil analisis tentang hubungan antara berpikir kreatif dengan

kemampuan menulis kreatif menunjukkan nilai R=0,586 dengan koefisiendeterminan sebesar 0,343 namun setelahdilakukanpenyesuaiankoefisienkorelasinya(R-adjusted)berubah menjadi0,329, ini berarti bahwa kemampuan berpikir kreatif

72

mampu menjadi prediktor bagi tinggi rendahnya kemampuan menuliskreatif sebesar 32,9%.

Hasil di atas menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan berpikirkreatif tidak berhubungan dengan kemampuan menulis kreatif adalahditolak. Artinya semakin tinggi kemampuan berpikir kreatif seseorangmaka semakin tinggi pula kemampuannya dalam menulis kreatif, semakinrendah kemampuan berpikir kreatif seseorang maka semakin rendah pulakemampuannya dalam menulis kreatif.

D. Hasil Analisis TambahanAnalisis tambahan yang diuji dalam penelitian ini mengenai pengaruh

jenis kelamin terhadap kemampuan berpikir dan menulis kreatif. Teknikanalisis yang digunakan adalah analysis of variancekarena itu asumsi yangharus dipenuhi selain dari normalitas sebaran adalah homogenitas varians.Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa data yang dianalisis adalahnormal (hasil analisis selengkapnya telah disampaikan di awal bab ini) danhomogen, kecuali data menulis kreatif pada kelompok perbedaan jeniskelamin ternyata datanya tidak homogen (0,006 < 0,050), karena itu untukmengujinya digunakan analisis statistik nonparametric dengan teknikanalisis Kruskal Wallis.Hasil selengkapnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 18Hasil uji homogenitas varians

Berpikir Kreatif Menulis Kreatif

Jenis Kelamin 0,912 0,006*Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis perbedaan jenis kelamin

terhadap kemampuan berpikir dan menulis kreatif ditemukan hasil sebagaiberikut:a. Hasil analisis perbedaan jenis kelamin terhadap kemampuanberpikir kreatif ditemukan nilai F=8.24 P=0,033 dengan nilai mean107,08:114,75 artinya perbedaan jenis kelamin

73

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kemampuan berpikir kreatif,perempuan cenderung lebih tinggi tingkat kemampuannya dibandinglaki-laki.

b. Hasil analisis perbedaan jenis kelamin terhadap kemampuan menuliskreatif ditemukan nilai Chi-square sebesar 5,742 P=0,017 dengannilai mean 21,08:31,34 artinya perbedaan jenis kelamin berpengaruhterhadap tinggi rendahnya kemampuan menulis kreatif, perempuancenderung lebih tinggi tingkat kemampuannya dibanding laki-laki. []

74

Bab 5

Model Pengembangan Kreativitas MelaluiKegiatan Synectics:Temuan Penelitian

Tugas Anda adalah bagaimana membuat angka-angkamenjadi hidup.

Pesan Prof Dr Sumadi Suryabrata, MA, Ed.s (guru besar bidangpsikologi pendidik dari Universitas Gajahmada Yogyakarta)

pada penulis, Januari 1997

A. Kegiatan Synectics dan Kemampuan Berpikir KreatifHasil analisis menunjukkan adanya perbedaan tingkat kemampuan

berpikir kreatif antara kelompok perlakuan dengan kelompok pembanding,hal ini berarti bahwa kegiatan synectics efektif dalam mengembangkankemampuan berpikir kreatif.

Hasil di atas sejalan dengan temuan sebelumnya seperti Meador(1994) yang menyatakan bahwa pelatihan synectics efektif dalammeningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada anak-anak sekolah dasarbaik pada anak berbakat maupun pada anak normal. Selanjutnya iamenemukan adanya bukti bahwa anak-anak berbakat lebih tinggikemampuannya dalam melakukan analogi dibanding dengan anak-anaknormal, hal ini berarti bahwa kegiatan synectics akan lebih efektif jikadilakukan pada anak-anak yang lebih cerdas.

Penelitian Teo & Tan (2006) selama dua bulan terhadap 174 siswa (91perempuan dan 83 laki-laki) yang berusia antara 15-17 tahun menemukanbahwa penggunaan biyu sebagai cara untuk melakukan analogi membuatmereka meningkat kemampuannya dalam berpikir kreatif. Peningkatanyang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan signifikan pada taraf 5%dengan perbandingan mean 3,35:3,87. Selanjutnya, mereka menjelaskanalasan terjadinya peningkatan yaitu 1) analogi melatih subjek untukmengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan cara yang baru danberbeda; 2) analogi melatih subjek untuk membuat hubungan antarberbagai konsep yang pada gilirannya mereka mampu mengungkapkansuatu konsep rumit dengan kata yang sederhana tapi kaya dalam makna.

Penelitian lain dilakukan Gendrop (1996) yang menemukan bahwasynectics efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif yangdiukur dari aspek kelancaran, kefleksibelan, dan keaslian pada 97 orangperawat di rumah sakit. Perbedaan mean antara kondisi sebelum dansesudah perlakuan pada aspek kelancaran 88,51:103,82, aspekkefleksibelan 43,37:49,29, dan aspek keaslian 38,27:58,41. Hasil di atasmenunjukkan bahwa synectics mampu meningkatkan ketiga aspekkemampuan berpikir kreatif subjek dan peningkatan paling tinggi terjadipada aspek keaslian.

76

Ada beberapa alasan mengapa kegiatan synectics mampumeningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Meador (1994) berpendapatbahwa synectics selalu melibatkan kegiatan analogi yang menghubungkanantara suatu konsep abstrak kedalam konsep kongkrit atau sebaliknya,sehingga fungsi kemampuan berpikir subjek menjadi terasah dan semakinberkembang. Kegiatan analogi pada penelitian ini terdiri dari tiga jenisyaitu 1) Analogi langsung yaitu kegiatan perbandingan sederhana antaradua objek atau gagasan yang bertujuan untuk mentranformasikan kondisiobjek atau situasi masalah nyata pada situasi masalah lain sehinggaterbentuk suatu cara pandang baru; 2) analogi personal yaitu kegiatanuntuk melakukan analogi antara objek analogi dengan dirinya sendiri; dan3) analogi compressed conflictyaitu kegiatan untuk mengkombi- nasikantitik pandang yang berbeda terhadap suatu objek sehingga terlihat dari duakerangka acuan yang berbeda.

Joyce &Weil (2000) menjelaskan bahwa tujuan kegiatan synecticsdengan menggunakan analogi adalah untuk mengembangkan strukturberpikir siswa sehingga mereka mampu memandang sesuatu yang dikenaldari perspektif baru dan mampu mengembangkan imajinasi secara bebassampai diperoleh adanya pemahaman baru. Selain itu, dijelaskan pulabahwa kegiatan synectics mampu melepaskan ikatan strukutur mental yangsering menjadi penghalang munculnya gagasan-gagasan kreatif.Selanjutnya Joyce, et al (1990) mengatakan bahwa untuk mencapai tujuantersebut seorang guru harus menerapkan tiga prinsip dalam menggunakanpembelajaran model synectics yaitu:1. Menerima semua semua respon siswa apapun bentuknya dan

menjaminbahwa hal tersebut seolah-olah merupakan ungkapan kreatifsiswa, akan tetapi melalui pertanyaan evokatif, guru dapatmenstimulasi lebih lanjut kemampuan berpikir kreatifnya.

2. Mengawali dan mengarahkan siswa untuk memecahkan masalahmelalui analogi, mengembangkan kebebasan intelektual, danmemberikan reward yang nantinya akan menjadi kepuasan internalsiswa yang diperoleh dari pengalaman belajar.

77

3. Memberikan dukungan sosial dengan caramendapatkan lingkunganyang aman dan nyaman bagi siswa sehingga siswa merasa bebasuntuk mengekspresikan potensi kreatifnya.Pentingnya kegiatan analogi dalam kehidupan sehari- hari telah

dikemukakan Schild, et, all (2004) yang menyatakan bahwa kemampuanmempersepsi dan melakukan analogi merupakan aspek penting dalamkognisi manusia untuk mengenal, mengelompokkan, belajar dan berperanpenting dalam pengembangan ilmu dan kreativitas. Selanjutnya dijelaskanbahwa dalam melakukan analogi, suatu masalah yang baru (targetmasalah) dapat dipecahkan dengan solusi yang sudah pernah dilakukan,karena itu Kleiner (1991) mengatakan bahwa dalam analogi ada usahauntuk menghubungkan apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingindiketahui.

Kegiatan imagery(membayangkan) yang merupakan inti dari kegiatananalogi sangat mendukung bagi pengembangan kreativitas, penelitianSuhaman (2000) terhadap siswa sekolah menengah pertama menemukanbahwa siswa yang diberi perlakuan kegiatan imagerymemperoleh skorlebih tinggi dalam hal kemampuan berpikir kreatif dibanding siswa yangdiberi perlakuan kegiatan penalaran dengan perbandingan mean79,33:77,09, namun skor yang lebih tinggi diperoleh kelompok yangmendapatkan perlakuan kombinasi antara keduanya dengan skor mean83,33.

Pentingnya peran imageryterhadap kreativitas telah disinyalirSternberg & Lubart (1995) yang menyatakan bahwa imagerydapatmembantu seseorang mempresentasikan (menyajikan) pokok persoalansecara kongkrit kedalam pikiran. Jika pikiran mampu menyajikanpersoalan secara kongkrit, orang menjadi lebih mudah mempelajari danmencari pemecahannya. Senada dengan pendapat di atas, Campas&Gonzalez (1993) menyatakan bahwa gagasan yang diperoleh seseorangtergantung pada kejelasan pikiran membayangkan apa yang terkait dengansuatu permasalahan.

Peran imageryterhadap kreativitas memang tidak dapat dipungkiri,karena itu beberapa ahli seperti Halpern (1996) dan

78

Ayan (1997) menyarankan agar imagerydilibatkan dalam usaha- usahapengembangan kreativitas, karena imagerydapat mempermudah prosespencarian gagasan baru yang pada gilirannya mampu mempresentasikanpokok persoalan secara figural kedalam pikiran. Pendapat yang samadikemukakan Burroughs &Mick (2004) yang menyatakan bahwa salahsatu faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengembangankreativitas adalah kegiatan analogi atau metaforik yang didefinisikan se-bagai kemampuan menggunakan satu konsep (sebagai sarana) dalammerepresentasikan suatu tujuan (target).

Hasil-hasil penelitian di atas membuktikan bahwa synectics memangefektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, namun hasilyang berbeda ditemukan dalam eksperimen Kleiner (1991) yangmenyatakan bahwa pelatihan synectics pada anak-anak sekolah dasarwalaupun mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif tapi ternyatapeningkatannya tidak signifikan. Ia menjelaskan tiga faktor yang didugamenjadi penyebabnya yaitu 1) waktu yang digunakan hanya 10 kali per-temuan dan setiap pertemuan hanya dilaksanakan selama 60 menit; 2)ukuran ruangan tempat penelitian terlalu kecil sehingga terasa kurangnyaman, bahkan ada beberapa subjek yang terpaksa harus duduk di lantaisementara yang lainnya duduk di kursi; dan 3) adanya aktivitas lain disekolah yang mengganggu siswa dalam mengikuti kegiatan synectics, halini berakibat pada adanya siswa yang datang terlambat dan pulang lebihdulu.

Ada banyak faktor yang berhubungan dengan kemampuan berpikirkreatif, temuan Pierce (1992) menjelaskan bahwa di- antara faktor yangberhubungan dengan tingkat kemampuan berpikir kreatif adalah kebiasaanmembaca (r=0,286), tingkat pendidikan orang tua (r=0,319), dan minatorangtua terhadap membaca (r=0,140). Selanjutnya ia menemukansebanyak 71,4% anak-anak yang mempunyai tingkat berpikir kreatif tinggimempunyai kebiasaan membaca dan hanya 4,3% saja yang biasamenonton televisi. Ini berarti bahwa kebiasaan membaca lebih efektifdibanding menonton televisi dalam mengembangkan kemampuan berpikirkreatif anak.

79

Temuan lain yang berhubungan dengan peran orang tua terhadapkreativitas anak dikemukakan Chan (2005) yang meneliti 432 anak ditingkat sekolah dasar dan menengah. Hasil temuannya menyatakan bahwalingkungan keluarga (harapan orangtua, kekompakkan keluarga, danpemberian kemandirian pada anak) mempunyai sumbangan positifterhadap tingginya tingkat kreativitas anak sebesar 11%, tingkatkemampuan akademik 11%, dan tingkat kepemimpinan 17%.

Selanjutnya, hasil analisis yang menyatakan bahwa sikap kreatifternyata tidak memberikan sumbangan yang signifikan baik terhadapkemampuan berpikir kreatif maupun terhadap kemampuan menulis kreatifmenarik untuk dicermati lebih seksama. Ada beberapa alasan yang didugamenjadi penyebab diantaranya adalah:1. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen menunjukkan

bahwa nilai @ sebesar 0,8375 dan standar validitas item dinyatakanvalid ketika melebihi nilai 0,2500 artinya walaupun reliabilitasinstrumen sudah cukup tinggi namun standar ini masih belummemenuhi kriteria ideal, khususnya mengenai koefisien validitas itemyang idealnya berada di atas angka 0,3000 (Anastasi &Urbina, 1997).

2. Konsep sikap kreatif yang diukur merupakan campuran dari enamciri yang masing-masing dapat berfungsi sebagai variabel, hal iniberakibat pada skor yang diperoleh merupakan gabungan daribeberapa variabel yang belum tentu keenam cirri tersebut bersifathomogen, artinya skor yang tinggi pada satu karakteristik sikap kreatifbelum dibarengi dengan tingginya skor pada sikap yang lain.

3. Dukungan teoritis yang menghubungkan karakteristik sikap kreatifdengan kemampuan berpikir kreatif belum memadai. Data empirikyang ditemukan masih besifat parsial. Beberapa temuan tentang sikapkreatif yang mempengaruhi terhadap kemampuan berpikir kreatifmisalnya McCrae (1997) dan Schaefer, Diggins, &Milmann(Sternberg & Lubart, 1995) tentang keterbukaan terhadap pengalamanbaru; temuan Kim (1990) tentang kesabaran dalam meng-

80

hadapi tantangan; temuan Arp &Woodard (2004) tentang keiinginanuntukselalu berkembang; dan temuan Lopez (2003) tentang kepercayaanterhadap diri sendiri.

Penggunaan variabel sikap kreatif sebagai kovariat pada penelitian initerbukti tidak sesuai dengan teori yang dibangun, karena itu bagi penelitimendatang perlu untuk mengganti variabel sikap kreatif dengan variabellain, misalnya tingkat kecerdasan intelektual. Karena hasil penelitian meta-analisis yang dilakukan Kim (2005) pada 21 jurnal internasionalmenemukan adanya korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dengantingkat kecerdasan intelektual (IQ) walaupun koefisien korelasinya tidakbegitu besar.

Alternatif lainnya adalah dengan menjadikan keenam ciri sikap kreatifmasing-masing menjadi satu variabel yang statusnya sebagai variabelkovarian. Penggunaan salah satu dari keenam sikap kreatif yang dijadikansebagai variabel independen sudah banyak dilakukan, misalnyaketerbukaan terhadap pengalaman dijadikan sebagai satu variabel(Lochbaum, et, all, 2002) atau tolerance terhadap ambiguitas sebagai satuvariabel (Lane & Klenke, 2004) sehingga nantinya akan diketahui sikapkreatif mana yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kemampuanberpikir dan menulis kreatif.

B. Kegiatan Synectics dan Kemampuan Menulis KreatifHasil analisis menemukan adanya perbedaan tingkat kemampuan

menulis kreatif antara subjek yang diberi perlakuan kegiatan synecticsdengan subjek pembanding. Hal ini berarti bahwa kegiatan synecticsefektif dalam mengembangkan kemampuan menulis kreatif yang diukurdengan menulis karangan berupa cerita pendek.

Hasil ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya sepertiYuliati (1991) yang menemukan bahwa kegiatan synectics efektif dalammengembangkan kemampuan menulis kreatif yang diukur dengankegiatan mengarang pada siswa sekolah dasar. Penelitian dengan hasilyang sama dilakukan Wati (2005) pada

81

siswa sekolah menengah pertama. Implikasi teoritis dari hasil ini adalahsiswa seharusnya dipandang sebagai individu yang unik untukberkembang, bukan sebagai pribadi pasif yang hanya siap untuk menerimainformasi. Penelitian lainnya dilakukan Liputo(2003) dengan pendekatan classroom action researchmenemukan bahwasynectics efektif dalam mengembangkan kemampuan menulis kreatif yangdiukur dengan kemampuan membuat puisi pada siswa sekolah pertama.

Penelitian pada mahasiswa telah dilakukan Maryam (2007) yangmenemukan bahwa synectics yang dimodifikasi dengan model inkuirisangat efektif dalam mengembangkan kreativitas berbahasa dalam menulisesai. Diantara aspek kreativitas yang peningkatannya sangat tinggi adalahaspek orisinalitas, elaborasi dan variasi penggunaan bahasa sedangkanaspek yang paling rendah peningkatannnya terjadi pada aspek aksentuasipositif.

Penelitian di luar negeri telah banyak dilakukan di antaranya adalahtemuan Dykstra & Dykstra (1997) dan Fowler (1999) tentang efektivitassynectics dalam mengembangkan kemampuan menulis kreatif dalambahasa Inggris, dalam bahasa Cina telah dilakukan Zhang (2000), dandalam bahasa korea telah dilakukan oleh Teo & Tan (2006) yangmenemukan bahwa penggunaan Biyu (penggunaan kata dalam melakukananalogi) mampu mengembangkan kemampuan menulis kreatif pada siswa.

Penelitian Conley (2001) membandingkan tiga kelompok untukmengetahui pengaruh synectics terhadap kemampuan menulis kreatif, hasiltemuannya menyatakan bahwa kelompok yang diberi perlakuan synecticsmeningkat dua kali lebih tinggi dibanding dua kelompok lainnya yangtidak mendapat perlakuan dengan synectics. Ia menjelaskan bahwa hal ituterjadi karena dalam synectics terjadi proses dinamika kelompok yangmendorong subjek untuk berperilaku kreatif karena adanya motivasiekstrinsik yang disebabkan oleh pengaruh interaksi sesama siswa.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif telah dilakukan Keyes (2006)yang mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran synectics dalammengembangkan kemampuan

82

menulis kreatif, selain itu penelitian Burks (2005) yang menguji

kemampuan siswa dalam menulis kreatif dalam bahasa Inggris denganmenggunakan model pembelajaran synectics. Hasil kedua penelitian diatas menunjukkan bahwa guru sangat menikmati ketika mengajar denganmenggunakan pembelajaran model synectics dan siswa mengalamiperkembangan kemampuan menulis kreatif walaupun ternyataperkembangannya tidak terlalu tinggi.

Temuan menarik sehubungan dengan kemampuan menulis kreatiftelah diungkapkan Pierce (1992) menjelaskan bahwa kebiasaan membacaseseorang dan tingkat pendidikan orang tua berkorelasi positif dengantinggi rendahnya kemampuan menulis kreatif, sedangkan kebiasaanmenonton televisi berkorelasi negatif. Hal ini dapat dipahami karenatingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh pada cara mendidik anak-anaknya, khususnya dalam memberikan kesempatan untuk membacabuku, jika anak banyak membaca maka pikiran anak akan semakin kayadengan informasi yang menjadi inspirasi dan sumber dalam melakukankegiatan menulis. Lain halnya dengan kebiasaan menonton televisi,walaupun anak mendapatkan informasi tapi daya imaginasi anakcenderung kurang berkembang karena informasi yang diterima sudah lebihkonkrit dibanding dengan informasi yang ada dalam bacaan.

Lain halnya dengan yang dilakukan King (2007) ketika mengajar diamenggunakan metode storymaking yaitu menggunakan cerita sebagaiilustrasi ketika mengajar, selain itu diapun menyuruh siswanya untukbercerita di depan kelas. Berdasarkan hasil kajiannya dia menyimpulkanbahwa kreativitas baik dalam bentuk berpikir kreatif maupun menuliskreatif dapat dilakukan dengan cara storymaking karena didalamnyaterdapat kegiatan imagery(membayangkan) yang juga merupakan intidalam kegiatan synectics.

Uraian-uraian di atas mendukung pendapat bahwa synectics dapatdijadikan salah satu model pembelajaran alternatif untuk mengembangkankemampuan menulis kreatif, namun demikian synectics bukanlah satu-satunya model alternatif dalam mengem-

83

bangkan kemampuan menulis kreatif, ada temuan berbeda yang

diungkapkan Kartini (2005) yang meneliti pengaruh pembelajaran modelkontekstual dalam mengembangkan kemampuan menulis kreatif berupacerita pendek. Pada penelitian ini ia menyuruh subjek untuk mengkaitkanpengalamannya dalam bentuk suatu cerita, dan dari hasil yang diperolehditemukan adanya perbedaan kemampuan menulis kreatif antara sebelumdan sesudah perlakuan dengan perbandingan mean 56:79.

Metode lain yang menarik untuk dicermati dalam upayapengembangan kemampuan menulis kreatif adalah suasana kelas ketikamenulis. Temuan Walter (2002) menyimpulkan bahwa subjek yang ketikamenulis diiringi dengan musik Mozart ternyata memperoleh hasil yanglebih tinggi dalam menulis kreatif dibanding dengan subjek yang ketikamenulis tidak diiringi musik. Temuan ini menjadi penting untuk dicermatibagi para peneliti selanjutnya, seandainya melakukan pelatihan untukmeningkatkan kreativitas dengan cara menggunakan synectics yangdiiringi dengan musik klasik.

Selanjutnya, temuan mengenai sikap kreatif yang dijadikan kovariabelpada penelitian ini ternyata secara empirik tidak memberikan dukunganberarti bagi tinggi rendahnya kemampuan menulis kreatif. Alasan yangsama telah dikemukakan ketika penulis membahas hasil temuan mengenaikemampuan berpikir kreatif, khususnya mengenai konsep sikap kreatif dantingkat validitas item, namun selain itu ada alasan lain yang didugamenjadi penyebabnya, di antaranya adalah:1. Temuan empirik menunjukkan bahwa kemampuan menulis lebih

banyak ditentukan oleh lingkungan baik lingkungan keluarga (Pierce,1992) maupun lingkungan sekolah (King, 2007), karena akanmembentuk kebiasaan pada seseorang untuk menulis.

2. Reliabilitas hasil ratings yang tidak terlalu tinggi. Hasil uji antar ratertentang kemampuan menulis kreatif pada hasil postes menunjukkanrata-rata reliabilitas antar rater sebesar 0,871 dan estimasi setiap raterhanya mencapai angka 0,641. Rendahnya angka yang diperoleh sangatmungkin

84

disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang tentang tulisan kreatifdiantara para rater yang memang latarbelakang keilmuannya berbeda.Temuan mengenai berperannya lingkungan keluarga, khususnya

mengenai peran orang tua (Pierce, 1992) menarik untuk ditindak lanjutidalam suatu penelitian lanjutan. Selain itu penelitian Chan (2005) yangmenemukan bahwa harapan orang- tua, kekompakkan keluarga, danpemberian kemandirian pada anak berakibat pada tingginya tingkatkemampuan berpikir anak, dapat juga dijadikan sebagai alternatif untukdijadikan kovariabel dalam hubungannya dengan pengembangankemampuan menulis kreatif siswa, karena ternyata hasil analisisselanjutnya pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antarakemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menulis kreatif.

C. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Menulis KreatifHasil analisis menemukan adanya pengaruh antara kemampuan

berpikir kreatif dengan kemamapuan menulis kreatif. Artinya semakintinggi tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang, maka akan semakintinggi pula tingkat kemampuan menulis kreatifnya. Sebaliknya, jikasemakin rendah kemampuan berpikir kreatif seseorang maka akan semakinrendah pula kemampuan menulis kreatifnya.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Pierce (1992) pada 102siswa sekolah dasar yang menemukan adanya hubungan yang signifikanantara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatifsebesar 0,319. Ini berarti bahwa berpikir kreatif dapat dijadikan sebagaiprediktor bagi tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam menuliskreatif sebesar 10%.

Penelitian Han &Marvin (2002) menemukan bahwa ke- mampuanberpikir kreatif memberikan sumbangan sebesar 13,6% terhadapperformancekreatif yang diukur dengan ke- mampuan bercerita pada siswasekolah dasar. Ada kesamaan antara kemampuan bercerita dengankemampuan menulis

85

kreatif yaitu keduanya sama-sama menggunakan imaginasi untukmengekspresikannya dan dilakukan secara spontan, jika berceritadiekspresikan secara lisan sedangkan kalau menulis kreatif diungkapkansecara tertulis.

Penelitian lain dilakukan Lee (2004) yang menemukan adanyakorelasi antara beberapa sub-tes berpikir kreatif dari Torrence denganperformance creativeyang diukur dengan Realistic story tellingproblems.Menurut Okuda, et al (1991) tes ini dianggap mempunyaivaliditas prediktif yang tinggi dengan kemampuan menulis kreatif, artinyakalau seseorang mempunyai skor yang tinggi dalam tes Realistic storytelling problemsmaka iapun akan mempunyai skor yang tinggi pula dalamkemampuan menulis kreatif.

Penelitian yang dilakukan dalam bidang organisasi dilakukanWilliams (2004) yang menemukan bahwa kemampuan berpikir divergenberkorelasi dengan performance creativeyang dinilai rater, khususnyapada aspek novelty. Ia menjelaskan bahwa kemampuan berpikir divergenmerupakan aspek yang sangat menentukan dalam proses penciptaan karyakreatif, karena itu ia menyebut berpikir divergen dengan sebutan "kunci"dalam kreativitas.

Laporan Cramond, et, all (2005) tentang penggunaan tes berpikirkreatif (TTCT) menyatakan bahwa sampai 40 tahun terakhir tes ini masihsangat baik untuk memprediksi suatu karya kreatif yang dinilai oleh expertjudgmentsebesar 23%. Menulis cerita pendek adalah salah satu bentuk darikarya kreatif, karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antarakemampuan berpikir kreatif seseorang dengan hasil karyanya.

Sebuah pertanyaan filosofis diajukan Forester (Bekurs & Santoli,1999) berbunyi: Bagaimana saya tahu apa yang engkau pikirkan sampaisaya lihat apa yang engkau katakan? Jawaban terhadap pertanyaan initentu saja memperkuat hubungan antara berpikir dengan menulis, karenatulisan seseorang merupakan ekspresi dari apa yang dipikir dandirasakannya, apalagi bentuknya berupa tulisan kreatif yangpengungkapannya menurut Greene &Petty (1991) memang dilakukansecara langsung.

86

Ungkapan yang hampir senada dalam hubungannya antara berpikir danmenulis telah dikemukakan Wingersky, et al (1992) yang menyatakanbahwa sesuatu yang ditulis adalah sesuatu yang dipikir, artinya adahubungan yang tidak dapat dipisahkan antara berpikir dan menulis.

Uraian-uraian di atas menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang eratantara berpikir kreatif dan menulis kreatif, Kennedy (1998) menjelaskanbahwa dalam kegiatan menulis kreatif, siswa akan terlibat denganpenulisan kata, penggunaan tatabahasa, pengungkapan danpengorganisasian pikiran dan perasaan, bahkan dengan sangat tegasBekurs & Santoli (1999) menyebutkan bahwa menulis kreatif adalahberpikir kreatif karena dalam kegiatan menulis pasti melibatkan pikiran.Bean (1996) menyebutkan bahwa sebelum memulai menulis pastiseseorang dimulai dengan memfokuskan pikirannya, karena itu iamenyebutkan bahwa menulis itu merupakan suatu proses yang melibatkankegiatan berpikir.

Roekhan (1991) menjelaskan proses menulis kreatif dalamhubungannya dengan proses berpikir sebagai berikut; suatu prosespenciptaan karya sastra biasanya dimulai dari 1) munculnya ide dalampikiran penulis; 2) penuangan dan pengkristalan ide tersebut; 3)menetapkan bentuk media ekspresi bahasanya; 4) mengekspresikan ataumenuliskan ide tersebut menjadi karya sastra.

Implikasi praktis dari temuan di atas dalam konteks pengembangankreativitas siswa adalah adanya sumber informasi sebagai bahanpertimbangan dalam upaya mengembangkan kemampuan menulis kreatifsiswa artipya selain siswa diberi pengetahuan tentang cara menulis yangbenar, juga memberikan pelatihan pada siswa untuk mengembangkankemampuan berpikirnya dan salah satu alternatif yang dapat digunakanadalah dengan melakukan analogi atau metapora dalam berpikir.

D. Jenis Kelamin dan KreativitasHasil analisis tentang perbedaan jenis kelamin terhadap kreativitas

menyatakan bahwa perempuan cenderung lebih tinggi tingkatkemampuannya dalam berpikir dan menulis

87

kreatif dibanding dengan laki-laki dengan perbandingan mean114,75:107,08 untuk kemampuan berpikir kreatif dan 31,31:21,09 untukkemampuan menulis kreatif.

Beberapa penelitian yang membandingkan antara laki- laki danperempuan dalam berbagai aspek psikologis telah banyak dilakukan,khususnya tentang tingkat kecerdasan baik berupa kecerdasan intelektual(IQ), kecerdasan emosional (EI), kecerdasan spiritual (SI), kecerdasanmenghadapi tantangan maupun kreativitas dan diperoleh kesimpulan hasilyang cenderung berbeda.

Penelitian Aziz (1999) pada 230 siswa SMAN di Yogyakartamenemukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuandalam hal kecerdasan emosional, demikian juga penelitian Prawitasari(1993) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki danperempuan dalam hal mengekspresikan emosi seperti rasa marah, jijik,terkejut, dan lain se- bagainya, kecuali dalam mengekspresikan rasa malu.Penelitian Aziz (2007) dalam hal kecerdasan menghadapi tantangan yangdilakukan terhadap 121 orang mahasiswa menemukan tidak adanyaperbedaan antara laki-laki dan perempuan baik pada aspek control, origin-ownership, reachmaupun endurance.

Penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan antara laki-laki danperempuan telah dilakukan Aziz & Mangestuti

(2004) pada 304 mahasiswa yang menemukan bahwa perempuan lebihtinggi dibanding laki-laki dalam hal tingkat kecerdasan intelektual yangdiukur dengan tes Standard Progressive Matrices(SPM) denganperbandingan mean 127,28:166,80, untuk kecerdasan emosional88,69:90,93, dan untuk kecerdasan spiritual 78,20:81,30.

Perbandingan dalam hal kreativitas telah dilakukan Munandar (1977)pada siswa sekolah menengah di Indonesia yang menemukan bahwakreativitas perempuan cenderung lebih tinggi dari laki-laki denganperbandingan 58% berbanding 42%. Hasil yang sama ditemukan Aziz(2006) yang berdasarkan hasil penelitiannya pada 82 anak yangmempunyai tingkat kreativitas tinggi ternyata lebih banyak diperoleh anakperempuan

88

dibanding laki-laki dengan perbandingan 35 (53%) berbanding 31(47%).

Cramond, et al (2005) menyatakan bahwa dari berbagai penelitiantentang kreativitas ditemukan adanya hubungan antara perbedaan jeniskelamin dengan tingkat kreativitas baik dalam bentuk kuantitas maupunkualitas. Hasil analisis terhadap jurnal penelitian dari tahun 1958-1998ditemukan adanya perbedaan baik pada aspek fluency, flexibility,originality, dan elaboration. Perempuan cenderung lebih tinggi pada aspekfluency, originality, dan elaboration,sedangkan pada aspek flexibilitylaki-laki cenderung lebih tinggi walau perbedaannya tidak terlalu tinggi.

Selanjutnya, perbedaan laki-laki dan perempuan tentang gaya berpikirberdasarkan teori Sternberg tentang tujuh jenis gaya berpikir kreatif telahditeliti Tafti & Babali (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gayaberpikir laki-laki lebih bersifat legislatif, liberal, dan global, sedangkangaya berpikir perempuan lebih bersifat eksekutif, juridis, konservatif, danlokal.

Beberapa hasil penelitian di atas lebih banyak menunjukkan adanyaperbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai hal. Prawitasari& Kahn (1985) menjelaskan perbedaan tersebut berdasarkan hasilpenelitiannya tentang kepribadian. Mereka menjelaskan bahwa perempuanmempunyai kecenderungan untuk lebih hangat, emosional, sopan, peka,dan men- taati aturan, sedangkan laki-laki cenderung lebih stabil, domi-nan, dan impulsif.

Adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagaiaspek psikologis, khususnya dalam kreativitas dapat dipahami dariberbagai sudut pandang. Brizendine (2006) seorang ahli neuropsikiatri dandirektur klinik yang khusus mengkaji fungsi otak perempuan menjelaskanbahwa memang secara struktur ada perbedaan antara otak laki-laki danperempuan, hal ini berakibat pada perbedaan keduanya dalam caraberpikir, cara memandang sesuatu, cara berkomunikasi, dan lainsebagainya. Penelitian Carlson (Purwati, 1993) menemukan bahwa laki-laki cenderung lebih tinggi dalam orientasi sosial sedangkan perempuanlebih berorientasi personal.

89

Temuan Sperry seperti yang diungkap oleh (Wycoff, 1991)menjelaskan adanya dua jenis otak pada setiap manusia yaitu otak kananyang lebih bersifat rasional dan otak kiri yang lebih bersifat irrasional.Cara kerja otak kiri lebih bersifat serial, berurutan, dan sangatmementingkan hal-hal yang bersifat kongkrit dan realistis, sedangkan otakkanan lebih bersifat paralel, tidak berpola, dan mementingkan hal-hal yangbersifat abstrak dan intuitif. Selanjutnya Wycoff (1991) menyatakanbahwa kreativitas muncul dari interaksi antara kedua belahan otak danotak kiri, walaupun banyak ahli yang menyebutkan bahwa otak kananlebih berhubungan dengan kreativitas karena cara kerjanya yang bersifatabstrak dan intuitif.

Kemampuan berpikir dan menulis kreatif memang lebih merupakankegiatan yang lebih bersifat personal dan intuitif, karena itu dapatdipahami jika seandainya perempuan mempunyai kemampuan yang lebihtinggi jika dibandingkan laki-laki dalam kedua bidang tersebut, walaupuntentu saja hasil temuan ini masih perlu pengujian empiris yang lebihmendalam dan seksama. []

90

Bab 6

Implikasi Kegiatan Synectics dalamPengembangan Kreativitas

Jika kita menyediakan waktu khusus kepada siswauntuk mempelajari materi tertentu,

kemudian waktu yang lain untuk materi yang lain,dan seterusnya…. hingga siswa bisa mengandalkan

diri mereka sendiri, maka pada saat itu pulakita dapat memutus lingkaran kegagalan.

(Anonimous)

A. Implikasi Temuan Penelitian dalam Pengembangan KreativitasKesimpulan umum dari hasil penelitian ini adalah pembelajaran

synectics sebagai salah satu model pembelajaran yang dikategorikansebagai model active learningternyata mampu mengembangkankreativitas baik dalam bentuk kemampuan berpikir kreatif maupun dalambentuk kemampuan menulis kreatif, karena itu synectics dapat dijadikansebagai pembelajaran alternatif dalam upaya pengembangan kreativitassiswa. Selain itu, ditemukan hubungan yang signifikan antara kemampuanberpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatif. Artinya, upaya untukpengembangan kemampuan siswa dalam menulis kreatif mesti dilakukansejalan dengan pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif.

Secara detail, hasil penelitian ini menyatakan bahwa 1) kegiatansynectics efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan menuliskreatif, 2) berpikir kreatif berhubungan dengan kemampuan menuliskreatif, dan 3) adanya perbedaan tingkat kemampuan berpikir dan menuliskreatif ditinjau dari perbedaan jenis kelamin (perempuan lebih tinggidibanding laki-laki).

Hasil temuan di atas berimplikasi pada cara pengembangan kreativitasyang dapat dilakukan secara terintegrasi dalam bidang studi atau dapatjuga dilakukan secara terpisah dalam program ekstrakurikuler berupapelatihan-pelatihan berpikir kreatif atau metode pemecahan masalahsecara kreatif, apapun bentuknya yang paling penting adalah kreativitassiswa harus dikembangkan dalam proses pendidikan, sehingga mampumenjawab anggapan bahwa pendidikan di Indonesia kurang mengapresiasikreativitas.

Beberapa ahli seperti Tishman, et al (1995) mengajukanpengembanganberpikirbaikdalambentukberpikirkritismaupun berpikirkreatif harus mulai dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas, karenaitu setiap guru semestinya memahami dan mengerti cara mengajarkannya.Hal yang sama dikemukakan Senge (1999) yang menyatakan bahwamengubah pendidikan be-

92

rarti merubah cara berpikir. Selanjutnya ia mengajukan alternatif caraberpikir yang disebut dengan berpikir fleksibel.

Hasil penelitian yang menyatakan bahwa synectics efektif dalammengembangkan kemampuan berpikir dan menulis kreatif berarti bahwasynectics dapat dijadikan alternatif dalam mengembangkan kreativitas.Penggunaan synectics sebagai metode pengembangan kreativitas dapatdilakukan dengan dua cara yaitu 1) dijadikan sebagai model pembelajaranketika mengajar matapelajaran tertentu, atau 2) dijadikan sebagai metodepelatihan yang pelaksanaannya terpisah dari matapelajaran, lebih tepatnyajika dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler.

Synectics adalah kegiatan yang dikategorikan sebagai activelearning,karena itu implikasi teoritis terhadap praktik pendidikan adalahadanya perubahan paradigma guru dalam memandang eksistensi siswa.Siswa bukanlah objek pasif yang hanya siap menerima informasi dariguru, tapi siswa adalah subjek aktif yang mempunyai potensi untukberkembang, karena tugas pendidikan pada hakikatnya adalahmenyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untukmengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sesuai dengankebutuhan pribadi dan masyarakat sekitarnya.

Implikasi praktis bagi guru dan praktisi pendidikan lainnya adalahtugas guru untuk menggunakan model pembelajaran alternatif yang tepatdan bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan, salah satualternatifnya adalah dengan menggunakan synectics sehingga diharapkanproses belajar mengajar tidak hanya menggunakan model konvensionalyang akan membuat siswa menjadi jenuh dan kehilangan daya tarik untukbelajar.

Proses belajar mengajar menurut De Porter & Hernacky (1992) akanberjalan efektif jika siswa berada dalam suasana yang nyaman danmenyenangkan. Keadaan tersebut berimplikasi pada kesempatan siswauntuk mengekspresikan potensi kreatifnya. Salah satu kemampuan yangharus dimiliki guru dalam menjalankan proses pembelajaran adalahdengan menggunakan pedoman "Pakemi" yang merupakan akronim dariPembelajaran Aktif, Kreatif, Elaboratif, Menyenangkan, dan Inovatif.

93

Adanya hasil yang menunjukkan perbedaan laki-laki dan perempuandalam hal kemampuan berpikir dan menulis kreatif menarik untukdicermati lebih jauh. Karena itu penting dilakukan penelitian lanjutanmengenai tema ini. Apakah perbedaan tersebut disebabkan karenamemang secara kodrati laki-laki dan perempuan itu berbeda? Atau karenaadanya konstruks sosial, khusus perlakuan guru yang memangmemberikan perlakuan berbeda terhadap siswa laki-laki dan perempuan.

B. Beberapa Saran tentang Pengembangan KreativitasSaran yang diajukan sehubungan dengan hasil yang diperoleh pada

penelitian ini di antaranya adalah:

1. Bagi praktisi pendidikanHasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan synectics dalammengembangkan kemampuan berpikir dan menulis kreatif. Hal ini berartibahwa synectics dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengembangkankemampuan berpikir dan menulis kreatif. Hasil penelitian menunjukkanbahwa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalamkemampuan berpikir dan menulis kreatif. Hal ini berarti bahwa perluadanya perlakuan yang berbeda dalam upaya pengembangan kreativitas,atau mungkin juga perlunya penentuan bidang kreativitas yang cocokuntuk laki-laki dan yang cocok untuk perempuan.

2. Bagi Peneliti selanjutnyaa. Desain penelitian. Jika peneliti ingin mengkaji kreativitas dengan

pendekatan eksperimental,hendaknya dipertimbangkan beberapa variabel lain yang mungkinberpengaruh terhadap tinggi rendahnya kreativitas. Variabel-variabeltersebut dapat dijadikan sebagai variabel bebas misalnya modelpembelajaran kontekstual, pemberian musik klasik, dan lain sebagainya,atau dijadikan sebagai variabal kovarian misalnya tingkat kecerdasanintelektual, lingkungan keluarga, status anak dalam keluarga, dan lainsebagainya. Selain itu, Perlu dilakukan pengujian

94

synectics sebagai suatu model pembelajaran yang pelaksanaannyamengikuti pedoman yang telah baku. Karena dalam penelitian ini, synectichanya dijadikan sebagai kegiatan berupa kegiatan analogi saja tanpamengikuti prosedur yang baku,

b. Instrumen pengukuran sikap kreatif. Jika peneliti inginmenggunakan skala yang disusun penulis, hendaknya melakukanadaptasi dan uji coba kembali sehingga mempunyai tingkat reliabilitasdan validitas yang tinggi, walaupun sesungguhnya skala yang telahdibuat ini sudah memenuhi persyaratan metodologis hanya saja halyang perlu dilakukan untuk perbaikan adalah upaya untukmenyeimbangkan jumlah item pada setiap indikatornya.c. Subjek penelitian, hendaknya perlu dipertimbangkanjumlah masing-masing kelompok sehingga tercapai keseimbangan,dan proses pemilihan kelompok semestinya dilakukan denganrandom assignmentdan matchingberbagai kemampuan awal siswasehingga terhindar dari subjektivitas peneliti,

d. Pengukuran kemampuan menulis kreatif dengancara menulis cerita pendek memang belum sepenuhnya menjadiukuran kemampuan menulis kreatif seseorang, karena itu bentuk laindari menulis kreatif seperti menulis puisi, menulis autobiograpi,menulis naskah drama dan lain sebaginya perlu dipertimbangkansebagai variabel terikat yang dapat dikembangkan melalui berbagaiperlakuan. Selain itu, perlu juga diperhatikan adanya pelatihanterhadap rater sebelum diadakan penilaian terhadap hasil karangansiswa.

Demikian saran yang disampaikan kepada berbagai pihak, semogahasil penelitian ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi pengembangankeilmuan psikologi dan pendidikan, khususnya tentang modelpengembangan kreativitas siswa. []

95

Amabile, T.M. (1996). The Social Psychology of Creativity, New York:Springer Verlag.Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing, Englewood

Cliffs, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.Arp, L., & Woodard, B.S. (2004). Curiosity and Creativity as Attributes of

Information Literacy, Reference and User Service Quarterly, 44, 1, 31-35.

Ayan. (1997). AHA, 10 Way to Free Your Creativity Spirit and Find YourGreat Ideas, New York: Crown Trade Paper Becks.

Aziz, R. (2006). Studi tentang Kreativitas pada Siswa Sekolah MenengahPertama di Kota Malang. Psikoislamika, 3, 2, 239-254.

Aziz, R., & Mangestuti, R. (2005). Tiga Jenis Kecerdasan dan AgresivitasMahasiswa, Psikologika, 21,11, 64-77.

Aziz, R. (1999). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan PenyesuaianDiri dengan Perilaku Delinkuen pada Remaja, Tesis, Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Aziz, R. (2007). Hubungan Kepribadian Ulul Albab dengan KecerdasanMenghadapi Tantangan, Laporan Penelitian, Malang: LemlitbangUniversitas Islam Negeri Malang.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Baer, J. (1993). Creativity and Divergent Thinking, a Task-specipic

Approach, Hilsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum AssociatesPublishers.

Barbe, W.B., & Renzuli, J.S. (1995). Psychology and Education of TheGifted, New york: Willey & Sons.

Bean, J. (1998). Engaging Ideas, San Fransisco: Jossey-Bass Publisher.Beattie, D.K. (2000). Creativity In Art: The Feasibility of Assessing

Current Conceptions In The School Context, Assessment in Education,7, 2, 175-192.

97

Beghetto, R.A. (2005). Does Assessment Kill Student Creativity?, TheEducational Forum, 69, 3, 254-263.

Beghetto, R.A. (2007). Ideational Code-Switching: Walking the Talk aboutSupporting Student Creativity in the Classroom, Rooper Review, 29, 4,265-270.

Bekurs, D., & Santoli, S. (1999). Writing is Power: Critical Thinking,Creative Writing, and Portofolio Assessment, Bay Minette: BaldwinCounty High School.

Besemer, S.P., & O'Quin, K. (1987). Creative Product Analysis: Testing aModel by Judging Instrument, In S.G. Isaken (ed), Frontier ofCreativity Research: Beyond the Basic, Bufallo, New York: Bearly.

Besemer, S.P. (2005). Be Creative!, Using Creative Product Analysis inGifted Education, Creative Learning Today, 13, 4, 1-4.

Boutler, A. (2004). Assessing the Criteria: an Argument for CreativeWriting Theory, International Journal for Practice and Theory ofCreative Writing, 1, 2, 134-140.

Brizendine, L. (2006). Female Brain, New York: Morgan Road Books.Brown, G., & Yule, G. (1983). Discourse Analysis, New York: Cambridge

University Press.Burks, C.G. (2005). Combating The Bartleby Syndrome With Synectic:

Examining Teacher Attitude and The Influences on Student Writing,Dissertation, Houston: Faculty of The College of Education,University of Houston.

Burroughs, J.E., & Mick, D.G. (2004). Exploring Anticedents andConsequences of Consumer Creativity in a Problem Solving Context,Journal of Consumer Research, 31, 402-411.

Burroway, J. (2003). Writing Fiction: a Guide to Narrative Craft, NewYork: Longman.

Campas, A., & Gonzalez. (1993). Vividness of Imagery and Creativity,Perceptual and Motor Skills, 77, 923-928.

Campbel, D. (1986). Take The Road to Creativity and Get Your Dead End,Illinois: Argus Communications.

98

Chan, D. W. (2005). Family Environtmentand Talent Development ofChinese Gifted Student in Hongkong, Gifted Child Quarterly, 49, 3,211-221.

Chomsky, N. (1968). Language and Mind, New York: Harcourt BraceJovanovich, Inc.

Chuang, L.M. (2007). The Social Psychology of Creativity and Innovation:Process Theory Perspective, Social Behavior and Personality, 35, 7,875-887.

Conley, D. (2001). Deliciously Ugly: Pursuing Creativity in FeatureWriting, Australian Journalism Review, 23, 1, 183-197.

Couch, R. (1993). Synectics and Imagery, Developing Creative ThinkingThrough Images, Pennsylpania: ERIC database ED363330.

Cramond, B. (1995). The Coincidence of Attention Deficit HyperactivityDisorder and Creativity, Storrs, CT: The National Research Centre onthe Gifted and Talented.

Cramond, B., Morgan, J.M., Bandalos, D., & Zuo, L. (2005). A Report onthe 40-year follow-up of the Torrence Tests of Creative Thinking:Alive and Well in the new millennium, Gifted Child Quarterly, 49, 4,283-291.

Cropley, A. (1994). More Ways Than One: Fostering Creativity.Noorwood, New Jersey: Ablex.

Cropley, A. (2006). Creativity: A Social Approach, Rooper Review, 28, 3,125-130.

Cropley, D.H., & Cropley, A.J. (2000). Fostering Creativity in EngineeringUndergraduate, High Ability Studies, 12, 2.

Csikzenmihalyi, M. (1996). Creativity: Flow and the Psychology ofDiscovery and Invention, Ney York: Harpers Collins Publisher, Inc.

Csikzenmihalyi, M. (1996). The Creative Personality, Psychology Today,29, 4, 36-40.

Davis, C.A. (1998). Creativity is Forever (Fourth Edition). Dubuque,IA:Kendall/Hunt.

De Bono, E. (1992). Serious Creativity, Using The Power of LateralThinking to Create New Idea, New York: Harper Collins.

99

De Porter, B., & Hernacky, M. (1992). Quantum Learning: Unleashin TheGenius in You, New York: Dell Publishing.

Djalil, A. (2006). Jejak-jejak Menjadikan Sekolah Unggul di kot Malang,Malang: Sekolah Alam Bilingual Surya Buan Malang.

Dykstra, J., & Dykstra, F.E. (1997). Imagery and Synectics fc ModellingPoetry Writing. ERIC Database ED408964.

Eysenk, H. (1993). Creativity and Personality: A TheoretiCc Perspective,Psychological Inquiry, 4, 147-178.

Ferguson, G.A. (1981). Statistical Analysis in Psychology an Education,Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.

Fowler E.D. (1999). Improving Style in Students Written Compositioi ERICDatabase ED435096.

Fraser, (2000). Synectics Method in Vocational Education and Trainin inPrison, NSW: Dept Corrective Service.

Gendrop, S.C. (1996). Effect on Intervention in Synectic on th CreativeThinking of Nurse, Creativity Research Journa 9,1,11-19.

Germana, J. (2007). Knowing and Unknowing as Cardinal Virtue of theCreative Attitude, The Humanistics Psychologist, 35, 3, 247-251.

Gerrard, P. (1996). Creative Non-Fiction: Researching and CraftingStories from Real Life, Cincinnati: Story Press.

Greene, H.A & Petty, W.T. (1991). Developing Language Skill In ThElementary School, Needham Heights: Allyn and Bacor inc.

Guilford, J.P. (1976). Creatiity Test for Children, Orange, C.A SheridanPsichological Services.

Guilford, J.P. (1959). Creativity, Its Measurement and Developmen in ASource Book for Creative Thinking, Edited by Parne; New York:Charles Scribner's Sons.

Guilford, J.P. (1967). The Nature of Human Intelligence, New YorlMcGraw-Hill.

Halpern, D.F., (1996), Though and Knowledge: An Introductio to CriticalThinking, New Jersey: Lawrence Erlbaur Associates, Inc.

100

Han, K.S., & Marvin. C. (2002). Multiple Creativities: InvestigatingDomain-Specificity of Creativity in Young Children, Gifted ChildQuarterly, 46, 2, 98-108.

High, R. (2005). Creativity Research, Should We Do Something Different?,Proceedings of The Academy of Creativity and Inovation, 2, 1,1-3.

Hsen-Hsing Ma, (2006). A Syntetics Analysis of the Effectiveness ofSingle Components and Packages Creativity Training Programs.Creativity Research Journal, 18, 4, 435-446.

Hummell, L. (2006). Synectic for Creative Thinking in TechnologyEducation, The Technology Teacher, 66, 3, 22-27.

Hunsaker, S,L. (2005). Outcomes of Creativity Training Programs, TheGifted Child Quarterly, 49, 4, 292-299.

James, P. (2002). Ideas in Practice: Fostering Methaporic Thinking,Journal of Developmental Education, 25, 3, 26-33.

Joni, T.R. (1983). Cara Belajar Siswa Aktif Wawasan Kependidikan, danPembaharuan Pendidikan Guru,Pidato Penerimaan Jabatan GuruBesar, 24 September 1983, Malang: IKIP Malang.

Joni, T.R. (1992). Memicu Perbaikan Pendidikan melalui Kurikulum.Basis, No.07-08, 49, 41-48.

Joni, T.R. (2005). Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual,Terapan Kontekstual, dan Verifikasi Empirik, Jurnal Ilmu Pendidikan,12, 2, 91-127.

Joyce, M., &Weil, J. (2000). Models of Teaching, Englewood Cliffs, NewJersey: Prentice-Hall, Inc..

Joyce, M., Weil, J., & Kluwin, B. (1990). Personal Models of Teaching:Expanding Your Teaching Reporteire, Englewood Cliffs, New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Kartini, C. (2005). Pembelajaran Kontekstual dalam Menulis KreatifCerpen pada Matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Disertasi,Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Kaufman, J.C., Gentile, C.A, &Baer, J. (2005). Do Gifted Student Writerand Creative Writing Ezpert Rate Creativity in the Same Way?, GiftedChild Quarterly, 49, 3, 260-265.

101

Kaunfer, R.A. (1990). Synectics: An Approach to Teaching Midrash, JTS:Davidson Graduate School of Jewish Education.

Kelley, P. (1997). Introduction to Synectics Methodology, (Published inThe Facilitator, September), www.facplus.com.

Kerlinger, N.F. (1986). Foundation of Behavioral Research, Holt, Rinehart& Winstons, Inc.

Keyes, D.K. (2006). Metaphorical Voices: Secondary Student's ExplorationInto Multidimensional Perspective in Literature And Creative WritingUsing The Synectic Model, Dissertation, Faculty of The College ofEducation, University of Houston.

Kilgour, M. (2006). Improving the Creative Process: Analysis of the Effectof Divergent Thinking Techniques and Domain Specific Knowledgeon Creativity, International Journal of Business and Society, 7, 2, 79-107.

Kim, K.H. (2005). Can Only Intelligent People be Creative?, A Meta-Analysis, Journal of Secondary Gifted Education, 16, 2, 57-66.

Kim, K.H., Cramond, B., & Bandalos, D.L. (2006). The Latent Structureand Measurement Invariance of Scores on the Torrence Test ofCreative Thinking, Educational and Psychological Measurement, 66,3, 459-477.

Kim, S.H. (1990). Essence of Creativity, A Guide to Tackling DifficultProblems, New York: Oxpord University Press.

King, N. (2007). Developing Imagination, Creativity, and Literacy ThroughCollaborative Storymaking: A Way of Knowing, Harvard EdijcationalReview, 77, 2, 204-227.

Kleiner, C.S. (1991). The Effect of Synectic Training on Student'sCreativity And Achievement in Science, Dissertation, San Diego:Graduate Faculty of The School of Education, United StatesInternational University.

Kumara, A. (2008). Dampak Kemampuan Verbal terhadap KualitasEkspresi Tulis, Psikoislamika, 5, 1, 83-91.

Lane, M.S., & Klenke, K. (2004). The Ambiguity Tolerance Interface: aModified Social Cognitive Model for Leading Under Uncertainty,Journal of Leadership and Organizational Studies, 10, 3, 69-81.

102

Lee, Y.J. (2004). Effect of Divergent Thinking Training on Torrence Testof Creative Thinking and Creative Performance, Dissertation,Knoxville: University of Tennessee.

Liang, Y.H. & Hsio, H.C. (2003). Divergent Thinking, a Function- SpecificApproach, World Transactions on Engineering and TechnologyEducation, 2, 3, 403-406.

Lie, A. (2004). Cooperative Learning, Mempraktikkan CooperativeLearning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Liputo, E.R. (2004). Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi denganStrategi Synectic pada Siswa Kelas II SMP Negeri Modayang, Tesis,Malang: Universitas Negeri Malang.

Lochbaum, M.R, Karoly, P., &Landers, D.M. (2002). Evidence for theImportance of Openness to Experience on Performance of a FluidIntelligence Task by Physically Active and Inactive Participants,Research Quarterly for exercise and Sport, 73, 4, 437-444.

Lopez, N.R. (2003). An Interactional Approach to Investigating IndividualCreative Performance, Thesis, The Faculty of Department ofPsychology, San Jose State University.

Lowe, G. (2006). Health-Related Effects of Creative and ExpressiveWriting, Health Education, 106, 1, 60-70.

Lynch, M.D., & Harris, C.R. (2001). Fostering Creativity in Children K-8,Theory and Practice, Needham Heights: Allyn & Bacon, Inc.

Maryam, S. (2007). Pengembangan Kreativitas Berbahasa dalam MenulisEsay, Disertasi, Bandung: Sekolah Pascasarjana UniversitasPendidikap Indonesia.

Meador, K.S. (1994). The Effect of Synectic Training on Gifted and Non-Gifted Kindergarten Students, Journal for the Education of the Gifted,18, 55-73.

Mednick, S.A. (1962). The Assosiative Basis of the Creative Process,Psychological Review, 69, 220-232.

Michael, K.Y. (2001). The Effect of Computer Simulation Activity Versusa Hands-on Activity on Product Creativity in Technology Education,Journal of Technology Education, 13,

103

1, 31-43.Mouchiroud, C., & Lubart, T. (2001). Children's Original Thinking: An

Empirical Examination of Alternative Measures Derived fromDivergent Thinking Tasks, The Journal of Genetic Psychology. 162, 4,382-402.

Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan, StrategiMewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: Gramedia.

Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and Education,Jakarta: DirjenPendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Munandar, S.C.U. (2004). Tes Kreativitas, Jakarta: LembagaPengembangan, sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, FakultasPsikologi Universitas Indonesia.

Nolan, V. (2003). Whatever Happened to Synectic, Creativity andInnovation Management, 12, 1, 24-27.

Nurhadi, Dawud, & Pratiwi, Y. (2005). Bahasa dan Sastra Indonesia untukSMP/MTs Kelas VII, Jakarta: Erlangga.

Okuda, S.M, Runco, M.A, & Berger, D.E. (1991). Creativity and theFinding and Solving of Real-World Problems, Journal ofPsychoeducational Assessment, 9, 45-53.

Percy. B. (1993). The Power of Creative Writing, Englewood Cliffs, NewJersey: Prentice Hall International, Inc.

Pierce, C.L. (1992). The Relationships of Television Viewing, Reading,and the Homeen viront mentto Children Creativity, Creative Writing,and Writing Ability, Dissertation, Austin: The University of Texas.

Plucker, J.A., Baghetto, R.A., & Dow, G.T. (2004). Why isn't Creativitymore Important to Educational Psychologist? Potentials, Pitfalls, andFuture Directions in Creativity Research, Educational Psychologist,39, 2, 83-96.

Plucker, J.P. (1999). Is the Proof in The Pudding? Reanalysis of Torrence's(1958 to present) Longitudinal Data, Creativity Research Journal, 12,103-114.

Policar, L. (2008). How Interdisciplinary Improves Motivation, Creativity,and Critical Thinking, Dissertation, Graduate Faculty of The schoolEducation, Northcentral University.

104

Post, F. (1994). Creativity and Psychopathology: A Study of 291 World-Famous Men, The British Journal of Psychiatry, 165, 22-34.

Prawitasari, J.E., & Kahn, M.W. (1985). Personality Differences and SexSimilarities in American and Indonesian College Students, The Journalof Social Psychology, 124, 703-708.

Prawitasari, J.E. (1993). Apakah Wanita Lebih Peka daripada Pria dalamMengartikan Emosi Dasar Manusia?, Jurnal Psikologi, 1, 14-22.

Purwati, (1993). Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dengan PenyesuaianDiri Remaja, Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana PsikologiUniversitas Gadjah Mada.

Real, Y.M. (2008). An Assessment of the Relationships between Creativityand Information and Media Literacy Skill of Community CollegeStudent for a Selected Major, Dissertation, Graduate School ofEducation and Psychology, Pepperdine University.

Rhodes, M. (1961). An Analysis of Creativity, in: Isaken (editor), Frontiersof Creativity Research, Beyond The Basic, Buffalo, New York: Bearly,Ltd.

Robinson, P.W. (1981).Fundamentals of Experimental Psychology,(Second Edition), Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Roekhan, (1991). Menulis Kreatif: Dasar-dasar dan PetunjukPenerapannya, Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Rowe, A.J. (2004). Creative Intelligence, Discovering The InnovativePotential in Ourselves and Others, New Jersey: Prentice Hall Inc.

Runco, M.A. (1987). Interrater Agreement on a Socially Valid Measure ofStudent's Creativity, Psychological Report, 61, 1009-1010.

Salsedo, J. (2006). Using Implicit and Explicit Theories of Creativity toDevelop a Personality Measure for Assessing Creativity, Dissertation,New York: Department of Psychology at Fordham University.

105

Schaefer, C.I. (1971). The Creative Attitude Survey, Jacksonville:Psychologist and Educators Inc.

Schild, K., Herstatt, C., & Liithje, C. (2004). How to Use Analogies forBreakthrough Innovation, Hamburg: Institute of Technology andInnovation Management.

Schmidt, P.B. (2006). Creativity and Coping Later Life, Generation, 30,1,27-31.

Senge, P. (1999). Flexibility in Thinking: The Capacity to ShiftPerspective, in A. Costa (ed), Teaching For Intelligence II, ArlingtonHights, Illinois: Skylight Training & Publishing Inc.

Shermis, M.D., Koch, C.M., Page, E.B., Keith, T.Z., & Harrington,S. (2002). Traits ratings for Automated Essay Grading, Educationaland Psychological Measurement, 62, 1, 5-18.Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial,

(Terjemah: Zanzawi Suyuti & Landung Simatupang), Jakarta:Gramedia.

Simonton, D. (1995). Personality Correlates of Exceptional PersonalInfluence. Creativity Research Journal, 4, 67-68.

Simonton, D. (2003). Scientific Creativity as Constrained StochasticBehavior, The Integration of Product, Person, and Process Perspective,Psychological Buletin,129, 475-494.

Slavin, R.E. (1997). Educational Psychology: Theory and Practice,Boston: Allyn & Bacon.

Starko, A.J. (1995). Developing Creativity in the Classroom, School ofCurious Delight, New York: Longman Publishers.

Sternberg, R. (1992). Cognitive Approach to Intelligence, In B.B Wolman(Eds), Handbook of Intelligence: Theories, Measurement, andApplication, New York: John Willey and Sons.

Sternberg, R.J. (1997). Intelligence and Lifelong Learning:What's New andHow We Can Use it? American Psichologist, 52, 1134-1139.

Sternberg, R.J., & Lubart, T.I. (1995). Defying The Crowd, CultivatingCreativity in a Cultural of Conformity, New York: A Division ofSimon & Schuster Inc.

106

Sternberg, R.J. (1999). The Concept of Creativity: Prospects andParadigms, In Stenberg & Lubart (eds), Hand Book of Creativity, NewYork: Cambridge University.

Sternberg, R.J. (2000). Identifying and Developing Creative Giftedness,Roeper Review, 23, 2, 60-65.

Sternberg, R.J. (2003). Creative Thinking in the Classroom, ScandinavianJournal of Educational Research, 47, 325-338.

Suharnan, (2000). Pengaruh Pelatihan Imajeri dan Penalaran terhadapkreativitas, Anima, Indonesian Psychological Journal, 16, 1, 3-21.

Tabachnick, B.G., & Fidell, L.S. (2001). Using Multivariate Statistics,Boston: Allyn & Bacon.

Tafti, M.A., & Babali, F. (2007). A Study of Compatibility of ThinkingStyles with Field of Studies and Creativity of University Students, ABR& TEC Conference Proceedings, Hawaii, 1-5 .

Tannenbaum, A. (1991). The Social Psychology of Giftedness. InColangelo & Davis, Handbook of Gifted Education, Boston: Allyn andBacon.

Tate, K.D. (2007). Artward Bound: The Lived Experience of Creativity,Dissertation, California: Faculty of The Rossier of EducationUniversity of Southern California.

Taylor, C.W., & Ellison, R.L. (1968). The Alpha Bibliographical Inventory,Greensboro: Prediction Press.

Taylor, A. (1975). An Emerging View Creative Action. In I.A Taylor, &J.W. Getzels, (Eds), Perspectives in Creativity, Chicago: Aldine.

Teo, T., & Tan, A. (2006). The Use of Biyu in Students Creative Writing:A Study on an Intervention Program, The Korean Journal of CreativeThinking, 3, 1, 30-39.

Tishman, S., Perkins, D.N., & Jay, E. (1995). The Thinking Classroom,Learning and Teaching in a Culture of Thinking, Boston: Allyn &Bacon.

Torrence, E.P. (1981). Thinking Creatively in Action and Movement,Benselville: Scholastics Testing Service.

107

Torrence, E.P. (1988). The Nature of Creativity as Manifest in its testing,dalam Sternberg (ed), The Nature of Creativity, New York: CambridgeUniversity Press.

Torrence, E.P. (1995). Education and The Creative Potential, Minneapolis:University of Minnoseta Press.

Torrence, E.P. (1999). Torrence Test of Creative Thinking, Beaconville:Scholastics Testing Services.

Ugur, S. (2004). About Creativity, Giftedness, and Teaching the CreativityGifted in the Classroom, Roeper Review, Vol. 26,

4.Urban, K, K. (2005). Assessing Creativity: The Test for Creative thinking,

International Education Journal, 6, 2, 272-280.Urban, K.K., & Jellen, H.G. (1996). Test For Creataive Thinking- Drawing

Production, Lisse, Netherlands: Swets &Zeitlinger.Vidal, R. (2005). Creativity for Operational Researchers, Investigacao

Operacional, 25, 1-24.Wahab, A. (2006). Isu Linguistik, Pengajaran Bahasa dan Sastra, Surabaya:

Airlangga University Press.Wahab, A. (1986). Javanese Methaphors in Discourse Analysis,

Dissertation, University of Illinois at Champaign-Urbana.Walter, T.L. (2002). A Case Study of the Effect of Classical Background

Music on Student Behavior and Creative Thinking, Dissertation,Caldwell College.

Wati, S. (2005). Penerapan Model Sinektik dalam MeningkatkanKreativitas Menulis, Disertasi, Bandung: Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.Weaver, W.T., &Prince, G.M. (1990). Synectic: Its Potential for Education,

Phi Delta Kappan, 71, 5, 378-388.White, A., & Smith,B.L. (2001). Assessing Advertising Creativity Using

the Creative Product Semantic Scale, Journal of Advertising Research,Nov-Des, 27-34.

108

Williams, S.D. (2004). Personality, Attitude, and Leader Influences onDivergent Thinking and Creativity in Organizations, European Journalof Innovation Management, 7, 3, 187-204

Wingersky, J., Boerner, J., & Balogh, D.H. (1992). Writing Paragraphsand Essay, California: Wadsworth Publishing Company.

Wycoff, J. (1991). Mindmapping: Your Personal Guide to ExploringCreativity and Problem Solving, New York: Berkley Book.

Yuliati, N. (1991). Penerapan Kegiatan Synectics dalam Pengajaran BidangStudi Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, Tesis, Malang: UniversitasNegeri Malang.

Zhang, Y.C. (2000). Thinking Skills and It's Teaching, Taibei: XinlyChubanshe.

109

Lampiran-lampiran

A. PEDOMAN KEGIATAN SYNECTICS

PengantarPedoman kegiatan synetics dikembangkan oleh William Gordon dan

merupakan kegiatan yang menggunakan analogi atau perumpamaan sebagaisarana pelatihan berfikir kreatif. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatansynectics dalam penelitian ini adalah:1. Kegiatan membuat analogilangsung yaitu membuatperumpamaan

suatu konsep dengan dengan konsep yang lain.2. Kegiatan membuat analogi

personalyaitumembuatperumpamaan suatu konsep dengan kehidupan yangnyata.

3. Kegiatan membuat analogi compressed conflictyaitumembuat suatu pasangan kata yang berlawanan dan merangkaikannya dalam

suatu kalimat.4. Kegiatan membuat karanganyaitu membuat karanganbebas dengan

mempergunakan gagasan-gagasan yang telah diperoleh sebelumnya.

Nama Tujuan Kegiatan Teknik Pelaksanaan

AnalogiLangsung

untuk mengembangkan carapandang baru terhadap suatumasalah.

siswa diminta menemukansituasi masalah yang sejajardengan situasi kehidupannyata.

AnalogiPersonal

untuk mengembangkan jarakkonseptual sebagai saranauntuk mengembangkanwawasan baru.

siswa diminta membandingkandirinya dengan sebuah objek,kemudianditanyakanbagaimana seandainya hal ituterjadi?

112

Pelaksanaan KegiatanKegiatansynecticsdilaksanakansebelumkegiatanmengarang pada pelajaran

bahasa Indonesia. Perlakuan ini diberikan selama 8 kali pertemuan, tiap-tiappertemuan dibutuhkan waktu selama 100 menit yang terbagi pada empatkegiatan yaitu: 1) kegiatan analogi langsung selama 20 menit; 2) kegiatananalogi personal selama 20 menit; dan 3) kegiatan compressed conflictselama20 menit. 4) mengarang 40 menit.

Kegiatan ini merupakan modifikasi dari apa yang telah dilakukan Yuliati(1991). Pada pertemuan pertama, kegiatan diisi dengan contoh latihan kegiatananalogi sedangkan pada tujuh kegiatan selanjutnya siswa melakukan kegiatananalogi sendiri yang didampingi oleh peneliti dan guru bidang studi.

No Kegiatan Lama Waktu Keterangan1 Pretes 100 menit Pretest

2 Contoh analogi 100 menit Contoh

3 panjat pinang 100 menit Latihan 1

4 senam pagi 100 menit Latihan 2

5 wisuda sarjana 100 menit Latihan 3

6 membaca buku 100 menit Latihan 4

7 bertani 100 menit Latihan 5

8 pemandangan alam 100 menit Latihan 6

9 kebakaran 100 menit Latihan 7

10 Postes 100 menit Post tes

113

siswa diminta

Analogiuntuk mengembangkan

gagasan baru dalammemecahkan

menyebutkan pasangan objekyang

compressed bersifat kontaradiktif,

Conflict masalah. kemudian dimintamenjelaskanalasannya.

Pertemuan 1. (Latihan Kegiatan synectics)

GUNUNG MELETUS

Gambar diatas adalah sebuah gunung yang sedang meletus, perhatikanlahgambar tersebut baik-baik sambil membayangkan kira-kira apa yang bisadisamakan dengan gambar tersebut. Setelah itu, lakukan ketiga hal berikut ini.

Membuat Analogi Langsung (20 menit)Anak-anak diharapkan mengemukakan perumpamaan- perumpamaan

yang mempunyai persamaan dengan peristiwa yang berhubungan dengan judulkarangan. Perumpamaan tersebut bisa berupa benda hidup atau benda mati,kemudian dilanjutkan dengan menemukakan persamaan-persamaan tersebutdalam bentuk tulisan. Pada contoh diatas objek analogi berupa gunung meletus.Berikan perumpamaan dari gunung meletus, dan apa persamaan gunungmeletus dengaan perumpamaan yang kalian buat.

114

Contoh hasil kegiatan analogi langsung.

Membuat Analogi Personal (20 menit)Umpamakan dirimu sebagai benda yang telah kamu pilih sebagaiperumpamaan dalam kegiatan pertama yaitu sebagai

115

mata air. Bagaimanakah perasaanmu, dan ungkapkan perasaan itusebanyak-banyaknya.

Contoh 1: Perasaanku seandainya aku sebagai mata air yangmengalir, maka aku akan:1. Merasa sangat bahagia karena aku dapat menghidupi banyak orang.2. Merasa sangat kedinginan karena air itu dingin.

3. Banyak orang yang senang padaku karena air itu disukai oleh banyakorang.

4. Banyak hewan dan tumbuhan yang juga senang padaku karenamereka juga membutuhkanku.

5. Merasa sangat sedih jika ada orang yang mengotori tempatku karenajika tempatnya kotor maka aku juga akan menjadi kotor.Contoh 2: Perasaanku seandainya aku menjadi sepeda motor yang

dihidupkan, maka aku akan:1. Merasa kuat karena motor bisa bergerak dan bisa membawa barang yang

banyak.1. Merasa semua bagian bergetar karena motor ketika dihidupkan akan

menggetarkan seluruh bagian-bagian motor.2. Tidak tahu kapan harus berhenti karena motor tidak bisa mati dengan

sendirinya kecuali bensinnya habis.3. Merasa legabila asapnya dapat keluar karena dengan keluar asap

berarti keluar semua kotoran.,5. Merasa panas karena motor mempunyai knalpot yang mengeluarkan

rasa panas.6. Berharap agar sering dirawat karena bila tidak dirawat motor akan

cepat rusak.7. Merasa lelah karena motor juga bila sering dipakai tanpa istirahat

akan rusak.

Membuat analogi compressed conflict(20 menit)Carilah sepasang kata yang berlawanan yang kata-katanya diambil dari

kegiatan 1atau kegiatan 2. Misalnya: panas-dingin.

116

Bila tidak ditemukan pasangan kata yang berlawanan, maka am- bilah satukata dan cari sendiri lawan katanya, misalnya: senang- susah. Kata"senang” diambil dari hasil kegiatan 2, sedangkan kata "susah" dicarisendiri.

Kegiatan selanjutnya adalah mencari benda-benda yang mempunyaisifat berlawanan seperti pasangan kata yang telah kamu pilih. Ungkapkanjuga mengapa benda tersebut mempunyai sifat yang berlawanan. Kamudapat memilih benda mati "buku", mengapa buku bersifat senang, danmengapa buku juga bersifat susah? Kapan buku merasa senang dan kapanmerasa susah? Semakin banyak benda yang kamu kemukakan maka akansemakin baik.

Contoh kegiatan analogi compressed conflictpada pasangan kata:Senang-Susah

Bila digunakan untuk menulis atau belajar, makabuku akan merasa senang

1. Buku : karena bermanfaat, tapi lama kelamaanakanmenjadi kusut sehingga buku juga menjadi susah.

Pelawak itu lucu sehingga penonton menjadisenang. Bila penontonnya senang makapelawaknyajuga senang. Meskipun demikian, lamakelamaan lawakan juga

2. Pelawak : akan membosankan, dan semakin lamajuga semakinsulitmencari bahan lelucon, kalau tidak bisamenemukan bahan lelucon akhirnya membuatpelawak juga menjadi susah.

3. Dan seterusnyaS E L E S A I

1 1 7

PANJAT PINANG

1. Kegiatan Analogi Langsung (20 menit)Carilah perumpamaan sebanyak-banyaknya. Kamu dapatmengambil benda mati atau benda hidup yang mempunyaipersamaan. Untuk itu, kalian semua perlu menghayal. Peristiwaapa saja yang terjadi ketika main panjat pinang. Apapersamaannya dengan perumpamaan yang akankamu buat?Kerjakan seperti pada contoh kegiatan 1.

2. Kegiatan Analogi Personal (20 menit)Bayangkan dirimu seandainya menjadi benda-benda yang kamupilih dalam kegiatan 1, Bagaimana perasaanmu? Ungkapkanperasaan itu sebanyak-banyaknya. Kerjakan seperti pada contohkegiatan 2.

3. Kegiatan analogi compressed conflict(20 menit)Tulislah sepasang kata yang berlawanan. Ambilah kata- kata darihasil kegiatan 1 dan 2. Carilah benda-benda yang mempunyaisifat berlawanan, kemudian ceritakan mengapa mempunyai sifatyang berlawanan. Peristiwa apa saja yang sesuai dengan pasangankata tersebut? Kerjakan seperti contoh pada kegiatan 3.

118

SENAM PAGI

1. Kegiatan Analogi Langsung (20 menit)Carilah perumpamaan sebanyak-banyaknya. Kamu dapatmengambil benda mati atau benda hidup yang mempunyaipersamaan. Untuk itu, kalian semua perlu menghayal. Peristiwaapa saja yang terjadi ketika senam pagi. Apa persamaannyadengan perumpamaan yang akan kamu buat? Kerjakan sepertipada contoh kegiatan 1.

2. Kegiatan Analogi Personal (20 menit)Bayangkan dirimu seandainya menjadi benda-benda yang kamupilih dalam kegiatan 1, Bagaimana perasaanmu? Ungkapkanperasaan itu sebanyak-banyaknya. Kerjakan seperti pada contohkegiatan 2.

3. Kegiatan analogi compressed conflict(20 menit)Tulislah sepasang kata yang berlawanan. Ambilah kata- kata darihasil kegiatan 1 dan 2. Carilah benda-benda yang mempunyaisifat berlawanan, kemudian ceritakan mengapa mempunyai sifatyang berlawanan. Peristiwa apa saja yang sesuai dengan pasangankata tersebut? Kerjakan seperti contoh pada kegiatan 3.

119

WISUDA SARJANA

1. Kegiatan Analogi Langsung (20 menit)Carilah perumpamaan sebanyak-banyaknya. Kamu dapatmengambil benda mati atau benda hidup yang mempunyaipersamaan. Untuk itu, kalian semua perlu menghayal. Peristiwaapa saja yang terjadi ketika wisuda sarjana. Apa persamaannyadengan perumpamaan yang akan kamu buat? Kerjakan sepertipada contoh kegiatan 1.

2. Kegiatan Analogi Personal (20 menit)Bayangkan dirimu seandainya menjadi benda-benda yang kamupilih dalam kegiatan 1, Bagaimana perasaanmu? Ungkapkanperasaan itu sebanyak-banyaknya. Kerjakan seperti pada contohkegiatan 2.

3. Kegiatan analogi compressed conflict(20 menit)Tulislah sepasang kata yang berlawanan. Ambilah kata- kata darihasil kegiatan 1 dan 2. Carilah benda-benda yang mempunyai sifatberlawanan, kemudian ceritakan mengapa mempunyai sifat yangberlawanan. Peristiwa apa saja yang sesuai dengan pasangan katatersebut? Kerjakan seperti contoh pada kegiatan 3.

120

MEMBACA BUKU

1. Kegiatan Analogi Langsung (20 menit)Carilah perumpamaan sebanyak-banyaknya. Kamu dapatmengambil benda mati atau benda hidup yang mempunyaipersamaan. Untuk itu, kalian semua perlu menghayal. Peristiwaapa saja yang terjadi ketika membaca buku. Apa persamaannyadengan perumpamaan yang akan kamu buat? Kerjakan sepertipada contoh kegiatan 1.

2. Kegiatan Analogi Personal (20 menit)Bayangkan dirimu seandainya menjadi benda-benda yang kamupilih dalam kegiatan 1, Bagaimana perasaanmu? Ungkapkanperasaan itu sebanyak-banyaknya. Kerjakan seperti pada contohkegiatan 2.

3. Kegiatan analogi compressed conflict(20 menit)Tulislah sepasang kata yang berlawanan. Ambilah kata- kata darihasil kegiatan 1 dan 2. Carilah benda-benda yang mempunyai sifatberlawanan, kemudian ceritakan mengapa mempunyai sifat yangberlawanan. Peristiwa apa saja yang sesuai dengan pasangan katatersebut? Kerjakan seperti contoh pada kegiatan 3.

121

BERTANI

1. Kegiatan Analogi Langsung (20 menit)Carilah perumpamaan sebanyak-banyaknya. Kamu dapatmengambil benda mati atau benda hidup yang mempunyaipersamaan. Untuk itu, kalian semua perlu menghayal. Peristiwaapa saja yang terjadi ketika bertani. Apa persamaannya denganperumpamaan yang akan kamu buat? Kerjakan seperti padacontoh kegiatan 1.

2. Kegiatan Analogi Personal (20 menit)Bayangkan dirimu seandainya menjadi benda-benda yang kamupilih dalam kegiatan 1, Bagaimana perasaanmu? Ungkapkanperasaan itu sebanyak-banyaknya. Kerjakan seperti pada contohkegiatan 2.

3. Kegiatan analogi compressed conflict(20 menit) Tulislahsepasang kata yang berlawanan. Ambilah kata- kata dari hasilkegiatan 1 dan 2. Carilah benda-benda yang mempunyai sifatberlawanan, kemudian ceritakan mengapa mempunyai sifat yangberlawanan. Peristiwa apa saja yang sesuai dengan pasangan katatersebut? Kerjakan seperti contoh pada kegiatan 3.

122

PEMANDANGAN ALAM

1. Kegiatan Analogi Langsung (20 menit)Carilah perumpamaan sebanyak-banyaknya. Kamu dapatmengambil benda mati atau benda hidup yang mempunyaipersamaan. Untuk itu, kalian semua perlu menghayal. Peristiwaapa saja yang terjadi ketika melihat pemandangan alam. Apapersamaannya dengan perumpamaan yang akan kamu buat?Kerjakan seperti pada contoh kegiatan 1.

2. Kegiatan Analogi Personal (20 menit)Bayangkan dirimu seandainya menjadi benda-benda yang kamupilih dalam kegiatan 1, Bagaimana perasaanmu? Ungkapkanperasaan itu sebanyak-banyaknya. Kerjakan seperti pada contohkegiatan 2.

3. Kegiatan analogi compressed conflict(20 menit)Tulislah sepasang kata yang berlawanan. Ambilah kata- kata darihasil kegiatan 1 dan 2. Carilah benda-benda yang mempunyaisifat berlawanan, kemudian ceritakan mengapa mempunyai sifatyang berlawanan. Peristiwa apa saja yang sesuai dengan pasangankata tersebut? Kerjakan seperti contoh pada kegiatan 3.

123

KEBAKARAN

1. Kegiatan Analogi Langsung (20 menit)Carilah perumpamaan sebanyak-banyaknya. Kamu dapatmengambil benda mati atau benda hidup yang mempunyaipersamaan. Untuk itu, kalian semua perlu menghayal. Peristiwaapa saja yang terjadi ketika melihat kebakaran. Apa persamaannyadengan perumpamaan yang akan kamu buat? Kerjakan sepertipada contoh kegiatan 1.

2. Kegiatan Analogi Personal (20 menit)Bayangkan dirimu seandainya menjadi benda-benda yang kamupilih dalam kegiatan 1, Bagaimana perasaanmu? Ungkapkanperasaan itu sebanyak-banyaknya. Kerjakan seperti pada contohkegiatan 2.

3. Kegiatan analogi compressed conflict(20 menit)Tulislah sepasang kata yang berlawanan. Ambilah kata- kata darihasil kegiatan 1 dan 2. Carilah benda-benda yang mempunyaisifat berlawanan, kemudian ceritakan mengapa mempunyai sifatyang berlawanan. Peristiwa apa saja yang sesuai dengan pasangankata tersebut? Kerjakan seperti contoh pada kegiatan 3.

B. SKALA SIKAP KREATIF

Petunjuk PengisianDibawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang situasi yang

diandaikan benar-benar terjadi pada diri anda. Anda diminta untuk memilihsalah satu dari lima pilihan mengenai apa yang sesuai dengan diri anda.Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan caramemberikan tanda (X) pada salah satu kolom di lembar jawaban yangtersedia.

ss : jika anda merasa sangat sesuais : jika anda merasa sesuaiKS : jika anda merasa Kadang-kadang sesuaiTS : jika anda merasa tidak sesuaiSTS : jika anda merasa sangat tidak sesuai

Contoh:

Menurut saya, belajar itu harus ada SS s KS TS STSdalam suasana yang menyenangkan

Jika jawaban anda sangat sesuai dengan pernyataan itu maka berilah tanda(X) pada hurup S seperti pada contoh diatas.

Semua jawaban anda adalah benar, asalkan benar-benar merupakanpendapat anda sendiri. Kerahasiaan identitas dan jawaban Anda dijaminpenuh oleh etika akademik peneliti.

125

BAGIAN 1 Ketekunan dalam menghadapi cobaan

1Saya sering mensikapi setiap ke-sulitan sebagai sebuah ujian ke-sabaran.

SS S KS TS STS

2Dalam mengerjakan tugas, saya ser-ing ceroboh karena biasanya ingincepat selesai.

SS S KS TS STS

3Menurut saya, kesabaran itu bisadicirikan dengan adanya ketekunandalam berusaha.

SS S KS TS STS

4

Ketika mengerjakan pekerjaan ru-mah yang sangat sulit, yang palingmenyenangkan adalah melihat pu- nyateman.

SS S KS TS STS

5Walaupun tugas tergolong rumit, sayabiasanya menyelesaikan tugas tersebutsampai tuntas.

SS S KS TS STS

6Saya merasa termasuk orang yangkurang sabar dalam menghadapicobaan.

SS S KS TS STS

7Saya merasa bahwa keadaan fisiksaya tidak cukup kuat apabila bekerjaseharian penuh.

SS S KS TS STS

8Saya sering bekerja dengan penuhsemangat sehingga merasa waktuberjalan terlalu cepat.

SS S KS TS STS

9Saya percaya bahwa denganketekunan, tujuan akan tercapai.

SS S KS TS STS

10Menurut saya keberhasilan itu lebihditentukan oleh takdir bukan keteku-nan.

SS S KS TS STS

126

BAGIAN 2 Keberanian untuk menanggung resiko

11Kalau saya gagal, saya siap me-nanggung segala akibatnya walaupunterasa menyakitkan.

SS S KS TS STS

12Walaupun sudah belajar maksimal,saya sering merasa takut kalau sean-dainya gagal dalam ujian.

SS S KS TS STS

13Menurut banyak teman, saya di-anggap sebagai orang yang beranibertanggung jawab.

SS S KS TS STS

14Saya merasa sebagai pemberanikarena mau menerima akibat atasperbuatan.

SS S KS TS STS

15

Saya tidak mau jika harus melakukanperbuatan yang resikonya besarwalaupun keuntungannya juga besar.

SS S KS TS STS

16Saya sering mengalami kekhawatiranjika keputusan yang akan saya ambilternyata keliru

SS S KS TS STS

17

Ketika saya berniat mewujudkansuatu keinginan, saya tidak begitumemperhitungkan biaya yangdiperlukan.

SS S KS TS STS

18

Walaupunkelihatannyamenyenangkan, saya tidak akan ikutmenjelajah hutan karena takut bina-tang buas.

SS S KS TS STS

19Tidak apa-apa saya dibilang penakut,karena memang saya merasa sepertiitu.

SS S KS TS STS

20Prinsip saya, berani berbuat makaharus berani bertanggung jawabapapun resikonya.

SS S KS TS STS

127

BAGIAN 3 Keinginan untuk selalu berkembang

21

Saya merasa bergairah jika diberitugas untuk melakukan pekerjaanyang belum pernah saya lakukansebelumnya.

SS S KS TS STS

22Saya akan merasa kecewa jika tidakdilibatkan dalam kegiatan- kegiatansekolah.

SS S KS TS STS

23Saya lebih senang bermain ditem-pat-tempat yang sudah sering sayadatangi daripada yang baru.

SS S KS TS STS

24Apapun keadaanya, saya merasa cu-kup dengan prestasi yang saya per-oleh saat ini.

SS S KS TS STS

25Saya selalu merasa ingin tahu apayang terjadi disekeliling saya.

SS S KS TS STS

26Saya merasa malas jika harusmelakukan pekerjaan yang belumpernah saya lakukan.

SS S KS TS STS

27Setiap selesai melaksanakan suatukegiatan, saya selalu ingin melakukankegiatan lain.

SS S KS TS STS

28 Saya tidak tertarik untuk mengetahuisesuatu yang bukan hoby saya.

SS S KS TS STS

29Kata orang, saya termasuk orang yangpenasaran karena selalu ingin tahutentang sesuatu.

SS S KS TS STS

30Hasrat saya untuk ingin tahu terh-adap sesuatu ternyata rendah.

SS S KS TS STS

129

BAGIAN 4 Toleransi terhadap ketaksaan

Saya senang mengerjakan soal- soalyang mempunyai berbagai macamkemungkinan jawaban.

SS S KS TS STS

Jika dua orang berbeda pendapat,menurut saya pasti hanya satu orangyang benar karena yang lainnya salah.

SS S KS TS STS

Saya sangat tidak nyaman jika beradapada keadaan yang serba tidak pasti.

SS S KS TS STS

Setiap masalah memungkinkan untukdiselesaikan dengan berbagai carapemecahan.

SS S KS TS STS

Saya termasuk orang yang pintar da-lam mengerjakan soal yang memerlu-kan hanya satu jawaban.

SS S KS TS STS

Saya menikmati jika berada dalamsituasi yang serba membingungkan.

SS S KS TS STS

Jika ada orang yang menawarkangagasan yang aneh, saya akan cepat-cepat menolaknya.

SS S KS TS STS

Saya bisa menerima pendapat oranglain yang berbeda dengan pendapatsaya.

SS S KS TS STS

Bagi saya, kebingungan itu sesuatuyang menantang dalam hidup.

SS S KS TS STS

Dalam hidup, saya lebih suka kepas-tian dibanding dengan keraguan.

SS S KS TS STS

130

BAGIAN 5 Keterbukaan terhadap pengalaman baru

Saya lebih suka pelajaran yang barusama sekali daripada mempelajari yangsudah biasa.

SS S KS TS STS

Saya lebih suka melakukan kegiatanyang biasa-biasa saja dibanding keg-iatan yang menantang tapi berbahaya

SS S KS TS STS

Saya sangat menyukai film-film yangceritanya bersifat petualangan.

SS S KS TS STS

Jika saya bermain drama, saya inginmemainkan peran yang ber- ganti-ganti.

SS S KS TS STS

Jika saya sudah mahir dalam per-mainan bulu tangkis, maka saya tidakakan bermain olah raga tenis meja.

SS S KS TS STS

Dalam belajar, saya akan bersyukurjika diberi tugas yang sudah biasa sayalakukan.

SS S KS TS STS

Ketika mengunjungi pameran, sayasering mengajukan pertan- yan padapetugas.

SS S KS TS STS

Saya sulit menerima hal-hal yang be-rasal dari budaya asing, sebab banyakbertentangan dengan budaya sendiri.

SS S KS TS STS

Walaupun melelahkan, saya merasapuas jika mendapatkan pengalamanbaru.

SS S KS TS STS

Saya sering merasa gelisah ketika akanmenghadapi sebuah pengalaman baru. SS S KS TS STS

130

BAGIAN 6 Keteguhan terhadap pendirian

Jika usul saya ditertawakan teman-teman di sekolah, maka saya akansegera menarik kembali usul tersebut.

SS S KS TS STS

Demi suasana damai, menurut sayalebih baik tidak mengatakan pendapatsecara terus terang.

SS S KS TS STS

Kalau saya merasa benar, saya akanmempertahankan pendapat sayawalaupun banyak yang mengkritik.

SS S KS TS STS

Saya akan memegang teguh padakeyakinan saya, apapun resikonya.

SS S KS TS STS

Saya sering merasa takut salah ketikaakan mengemukakan pendapat di de-pan kelas.

SS S KS TS STS

Untuk mempertahankan pendapat, sayarela dikatakan sebagai orang yangkeras kepala.

SS S KS TS STS

Dalam diskusi, saya sering merasatidak yakin dengan pendapat sayasendiri.

SS S KS TS STS

Saya semakin bersemangat untukmenjelaskan ketika pendapat sayadikritik orang lain.

SS S KS TS STS

Dalam berpendapat saya sering men-galah karena tidak yakin denganpendapat sendiri.

SS S KS TS STS

Salah satu kebanggaan saya adalahketika mampu mempertahankanpendirian.

SS S KS TS STS

131

�Dr. Rahmat Aziz, M.Si.Lahir tanggal 13 Agustus 1970 diBanjarsari Kabupaten Ciamis Jawa Barat.Pendidikan dasar dan menengahditempuh di kota kelahirannya.Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) diperoleh dari Jurusan Pendidikan BahasaArab IKIP Bandung yang sekarangberubah menjadi Universitas PendidikanIndonesia (UPI) Bandung pada tahun1995. Skripsi yang merupakan karya

ilmiah pertamanya dan berhasil dipertahankan di hadapan dewan pengujiberjudul: Surat Ar-Rahman: Kajian Analisis dari Perspektif KeindahanBahasa dan Kandungan Makna Kependidikan.

Gelar Magister Sains (M.Si) dalam bidang Psikologi diperoleh dariUniversitas Gadjah Mada pada tahun 1999. Tesis yang dipertahankan dihadapan dewan penguji berjudul "Hubungan antara KecerdasanEmosional dan Penyesuaian Diri dengan Kecenderungan BerperilakuDelinkuen pada Remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta".

Gelar Doktor (Dr.) dalam bidang psikologi pendidikan diperoleh dariprogram Pascasarjana Universitas Negeri Malang pada tahun 2008.Disertasi yang mengantarkannya menjadi Doktor dalam bidang psikologipendidikan bertemakan tentang kreativitas yang merupakan tema yangsangat menarik perhatiannya, tepatnya berjudul "PengembanganKreativitas melalui Kegiatan Synectics pada Siswa MTs Surya BuanaMalang".

133