34
1 PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR (Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya) A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasana, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan.dirinya masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan sebagai suatu proses, baik berupa pemindahan maupun penyempurnaan akan melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yanmg diharapkan. Pendidikan dilakukan sumur hidup sejak usia dini sampai akhir hayat, pentingnya akhir hayat, pentingnya pendidikan diberikan pada anak usia dini terdapat di

PTK Metode Cerita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Metode Cerita TK

Citation preview

Page 1: PTK Metode Cerita

1

PENGGUNAAN METODE BERCERITAUNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Sejahtera 4Kota Tasikmalaya)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasana, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan.dirinya masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan sebagai suatu proses, baik berupa pemindahan maupun

penyempurnaan akan melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam

komponen dalam rangka mencapai tujuan yanmg diharapkan. Pendidikan

dilakukan sumur hidup sejak usia dini sampai akhir hayat, pentingnya akhir

hayat, pentingnya pendidikan diberikan pada anak usia dini terdapat di dalam

Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Peraturan Pemerintah

tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa :

Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disebut PAUD, adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan TK merupakan salah satu bentuk pendidikan formal,

pendidikan anak usia dini di dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20

Page 2: PTK Metode Cerita

2

Tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1

ayat 7 dijelaskan :

“Taman kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah atau bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun”.

Pada masa TK, selain bermain sebagai bentuk kehidupan dalam

kecakapan memperolah keterampilannnya, anak-anak juga sudah dapat

menerima berbagai pengetahuan dalam pembelajaran secara akademis untuk

persiapan mereka memasuki pendidikan dasar selanjutnya. Pada masa ini,

anak-anak mengalami masa peka merupakan masa terjadinya pematangan

funhsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon rangsangan yang diberikan

oleh lingkungan. Hal ini dinyatakan pula oleh Piere Duquet (JASNI, 20007)

bahwa “ a children who does not drwa is an anomally, and particulary so in

the years between 6 an 0, which is outstandingy the golden age of creative

expression”/ Pada rentang usia lahir sampai enam tahun, anak mulai peka

untuk menerima berbagai upaya perkembangan potensi yang dimilikinya.

Pembelajaran pendidikan di TK bertujuan membantu meletakkan dasar

ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan

menyiapkan anak memasuki pendidikan dasar dengan mengembangkan nilai-

nilai agama (moral), fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi, dan seni.

Anak mulai dapat mendengarkan cerita biasanya terjadi pada akhur usia

tiga thaun. Pada usia ini anak mampu mendengarkan dengan baik dan cermat

cerita pendek yang sesuai untuknya. Sebagian cerita itu ada yang

mengandung unsur-unsur negatif. Sekolah diharapkan bisa menyaring cerita-

Page 3: PTK Metode Cerita

3

cerita tradisional itu sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi perkembangan

anak.

Tingkat TK atau SD menjadi tempat pertama anak-anak memperoleh

pendidikan dan menjadi dasar bagi pendidikan yang lain, Di tempat ini anak

lebih cepat mendapat pengaruh dan lebih mudah dibentuk pribadinya. Dalam

cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur

terebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Penetapan pelajaran

bercerita pada masa awal sekolah dasar adalah bagian terpenting dari

pendidikan.

Ketika anak berada pada tahun pertama TK dan SD, ia belum mampu

membaca cerita sendiri dengan baik dan benar. Sebagai gantinya maka tugas

gurulah untuk menceritakannya. Usaha siswa untuk menyampaikan kembali

cerita yang telah didenganrnya dari guru atau menjawab soal yang diajukan

kepadanya adalah latihan untuk mengungkapkan ide-idenya dengan bahasanya

sendiri.

Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian yang dituangkan dalam sebuah judul : Penerapan Metode

Bercerita dalam Meningkatkan Minat Belajar (Penelitian Tindakan

Kelas di TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya).

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

1. Metode bercerita yang digunakan dalam pembelajaran tidak sesuai

Page 4: PTK Metode Cerita

4

2. Masih rendahnya minat belajar anak.

Adapun pertanyaan penelitian yang diakjukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan metode bercerita dalam pembelajaran di TK

Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya

2. Bagaimana minat belajar anak di TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya ?

3. Bagaimana pengaruh pertanyaan metode bercerita dalam meningkatkan

minat belajar anak di TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat.

1. Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi variabel lain. Adapun

variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan metode bercerita

(variabel X).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Adapun variabel terikat dalam peneltian ini adalah minat belajar (variabel

Y)

D. Tujuan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penggunaan metode bercerita dalam pembelajaran TK

Sejahtera 4

2. Untuk mengetahui minat belajar anak TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya.

Page 5: PTK Metode Cerita

5

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode bercerita dalam

meningkatkan minat belajar anak di TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya.

E. Manfafat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara

lain :

1. Bagi anak, dapat meningkatkan minat belajar dengan adanya penerapan

metode bercerita.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru khusunya tentang pentingnya metode

bercerita dalam pembelajaran guna meningkatkan minat belajar anak.

3. Sebagai bahan masukan dalam pembanding bagi peneliti lainnya yang

akan meneliti ulang kajian yang sama.

F. Batasan Istilah

Agar permasalahan yang ada dalam penelitian ini tidak menyimpang

dari tujuan karena adanya salah penafsiran atas isitilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka penulis memberikan batasan istilah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penggunaan metode bercerita dalam pembelajaran di

TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui minat belajar anak di TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya

3. Untuk mnegetahui pengaruh penggunaan metode bercerita dalam

meningkatkan minat belajar anak TK Sejahtera 4 Kota Tasikmalaya.

Page 6: PTK Metode Cerita

6

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara

lain :

1. Bagi anak, dapat meningkatkan minat belajar dengan adanya penerapan

metode bercerita.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru khususnya tentang pentingnya metode

bercerita dalam pembelajaran guna meningkatkann minat belajar anak.

3. Sebagai bahan masukan dan pembanding bagi peneliti lainnya yang akan

meneliti ulang kajian yang sama.

H. Batasan Istilah

Agar permasalahan yang ada dalam peneltian ini tidak menyimpang dari

tujuan karena adanya salah penafsiran atas istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka penulis memberikan batasan istilah sebagai berikut :

1. Penggunaan

Penggunaan adalah tindakan pelaksanaan atau pemanfaatan suatu

pengetahuan baru untuk suatu kegunaan atau tujuan khusus.

2. Metode bercerita

Pengertian metode bercerita dikutif dari Moeslichatoen (2004 : 157)

adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan

suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang biasa dilakukan

secara lisan atau tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan

dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga.

Page 7: PTK Metode Cerita

7

Minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri

dalam beberapa gejala, seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk

melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang

meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat

belajara itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa)

terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisifasi dan

keaktifan dalam belajar (Arianto Syam, 2008 : 25)

I. Asumsi (anggapan dasar) dan Hpotesis

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kegiatan bercerita memberikan nilai pembelajaran yang banyak bagi proses

belajar dan perkembangan anak serta dapat menumbuhkan minat dan

kegemaran membaca. Jensen (Sholehudin, 2009 : 91) “membacakan cerita

dengan nyaring kepada anak secara substansial dapat berkontribusi terhadap

pengetahuan cerita anak dan kesadarannya tentang membaca”.

2. Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode bercerita

memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun

psikomotorik maisng-masing anak.

3. Menumbuhkan minat belajar anak sebetulnya tidak terlalu sulit. Kenali apa

yang disukai dan ajak dia melakukan hal tersebut. Niscaya minat belajarpun

meningkat. Kuncinya adalah mengetahui apa yang dapat membuat anak

tertarik dan ingin belajar. Bagi anak usia delapan tahun kebawah, belajar harus

berangkat dari minat si anak itu sendiri.

Page 8: PTK Metode Cerita

8

Adapun rumusan hipotesisnya adalah “penerapan metode bercerita dapat

meningkatkan minat belajar anak

J. Tinjauan Teoritis

Minat ialah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir

dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan

(Sujanto Agus : 1981). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian

agar apa yang dipelajari dapat dipahami, sehingga siswa dapat melakukan

sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan

kelakuan.

Sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik Oemar : 2001).

Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu propses yakni suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar

bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena

belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. maka diperlukan

pembelajaran yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.

Jadi yang dimaksud dengan minat belajar adalah pemusatan perhatian

yang tidak disengaja yang terlahir dari kemauannya sehingga terjadi

perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan.

Perubahan kelakukan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitip,

psikomotor maupun afektif, Untuk meningkatkan minat, maka proses

Page 9: PTK Metode Cerita

9

pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami apa yang ada dilingkungan secara berkelompok.

Ditinjau dari aspek psikologi, minat belajar ditunjukkan dalam beberapa

cirri seperti : gairah, keinginan , perasaan suka untuk melakukan proses

perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari

pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah

perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang

ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar

(Arianto Sam, 2008 : 10).

Bercerita atau yang biasa disebut mendongeng merupakan seni atau

teknik budaya kuno untuk menyampaikan suatu peristiwa yang dianggap

penting, melalui kata-kata, imaji dan suara-suara (Ismoerdijahwati K, 2007)

Dongeng atau cerita telah ada dalam banyak kebudayaan dan daerah sebagai

hiburan, pendidikan, pelestarian kebuadayaan dan mneyimpan pengetahuan

serta nilai-nilai moral. Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan

seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat peraga atau tanpa alat

peraga tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi

atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa

menyenangkan. Oleh karena itu orang yang menyajikan cerita tersebut harus

menyampaikannya dengan menarik (Dhiel et al, 2005 : 6.3).

Berdasarkan pengertian di atas, maka cerita anak dapat didefiniskan

“tuturan lisan, karya bentuk tulis atau pementasan tentang suatu kejadian,

peristiwa, dan sebagainya yang terjadi di seputar dunia anak (Musfiroh et al,

Page 10: PTK Metode Cerita

10

2005 ; 59). Sedangkan Depdiknas (2004 : 12) mendefinisikan bahwa “metode

bercerita adalah cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau memberikan

penjelasan kepada anak secara lisan”, dalam upaya memperkenalkan ataupun

memberikan keterangan hal baru pada anak.

Sebagai suatu metode, bercerita tentunya memiliki kelebihan dan

kekurangan (Rosetiyah NK, 2008 : 145). Kelebihan dari metode bercerita di

antaranya :

1. Guru mudah menguasai kelas

2. Guru dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam waktu yang relatif

lama

3. Mudah menyiapkannya

4. Mudah melaksanakannya

5. Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah banyak

Adapun kekurangan dari metode-metode bercerita, di antaranya adalah :

1. Siswa terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat

mengambil intisarinya.

2. Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat

3. Menyebabkan siswa pasif karena guru aktif

4. Siswa lebih cenderung hafal isi cerita daipada sari cerita yang dituturkan

Page 11: PTK Metode Cerita

11

K. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitaif

dan kualitatif, dengan analisisnya menggunakan metode studi deskriptif,

yaitu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara

memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian. Ketetapan

penentuan metode ini juga didasarkan pada pendapat Winarno Surachmad

(1982 : 139), bahwa aplikasi metode ini dimaksudkan untuk penyelidikan

yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.

Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini juga karena masalah

yang sedang diteliti merupakan masalah yang sedang berlangsung di

masyarakat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan beberapa metode, yaitu :

a. Angket

Angket adalah suatu alat pengumpuli informasi dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara

tertulis pula olah responden (S. Margono, 2003 : 167)

Angket digunakan untuk mengungkap data tentang penerapan metode

bercerita dalam meningkatkan minat belajar. Angket digunakan

Page 12: PTK Metode Cerita

12

karena bersifat praktis, ekonomis, dan responden dapat memilih

dengan pilihan yang jelas.

b. Observasi

Obesrvasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

fenomena yang diteliti (Suharsimi, 1998 : 128). Metode ini penulis

gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung

terhadap penerapan metode bercerita, letak geografis, sarana dan

prasarana, fak,or pendukung dan penghambat dalam penerapan metode

bercerita.

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2007 : 186). Metode

ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang penerapan metode

bercerita untuk meningkatkan minat belajar.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, leeger, agenda (Suharsimi, 198\98 : 159). Metode ini penulis

gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya TK

Sejantera 4 Kota Tasikmalaya, struktur organisasi, keadaan guru dan

keadaan peserta didik.

Page 13: PTK Metode Cerita

13

e. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengkajian sumber-sumber buku atau sejenis

buku, yang digunakan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep

sebagai bahan pembanding, penguat, atau penolak terhadap temuan

hasil penelitian untuk menarik kesimpulan. Kajian buku-buku dalam

penelitian ini tentu yang menjujung terhadap kajian penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Sejahtera 4 tepatnya di Perum

Tamansari Indah Kec. Kawalu Kota Tasikmalaya dipilih untuk dijadikan

lokasi penelitian karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal peneliti,

tempat peneliti mengajar, dan masalah ditemukan disana.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dan keseluruhan subyek penelitian . Sedangkan sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto,

1998 : 102 – 104).

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa TK Sejahtera 4

Kelompok B yang berjumlah 34 orang. Dikarenakan jumlah populasi

kurang dari 100, maka tidak diperlukan sampel. Jadi, penelitian ini

termasuk penelitian populasi.

5. Desain Penelitian

Page 14: PTK Metode Cerita

14

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian

tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Dalam penelitian

tindakan kelas ini peneliti mngadopsi model yang dikembangkan oleh

Kurt Lewis, Kemmis dan Mac Taggart.

Adapun komponen-komponen pokok yang dijadikan sebagai langkah

dalam penelitian ini adalah: perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing) dan refleksi (reflection).

Siklus prosedur penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut :

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

masalah dan menganalisis akar permasalahan, kemudian

menetapkan tindakan pemecahannya. Kegiatan, yakni dengan

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan

silabus, mempersiapkan media yang digunakan, dan membuat alat

pengumpul data, termasuk menyiapkan pertanyaan untuk

wawancara dengan guru pengamat (observer)

2) Tahap Tindakan

Planning Acting Observing Reflecting

Page 15: PTK Metode Cerita

15

Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari rencana yang telah

dibuat. Melaksanakan proses pembelajaran. Dengan menggunakan

langkah-langkah yang telah ditetapkan.

3) Tahap Pengamatan

Dalam tahap ini dilakukan pengamatan oleh guru observer

terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran dan terhadap

kelangsungan proses pembelajaran melalui lembar pengamatan

terhadap guru.

4) Tahap Refleksi

Dalam tahapan ini dilakukan evaluasi terhadap tahapan-tahapan

yang telah dilalui. Menganalisis dan merefleksi perencanaan serta

proses pembelajaran dan hasil belajar.

Dalam refleksi ini dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT,

yakni analisis strengthen (kekuatan), weakness (kelemahan),

opportunity (peluang), dan treathen (ancaman). Hasil analisis

tersebut digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan siklus II,

yakni untuk mengetahui hal mana yang perlu mendapat perbaikan.

b. Siklus II

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

masalah dan menganalisis akar permasalahan berdasarkan hasil refleksi

siklus I, kemudian menentukan langkah konkrit untuk memecahkan

Page 16: PTK Metode Cerita

16

permasalahan tersebut. Kegiatan selanjutnya peneliti membuat skenario

pembelajaran, yakni dengan menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran, mempersiapkan silabus, dan segala sesuatu yang akan

dilaksanakan pada tahapan tindakan.

2. Tahap Tindakan

Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari rencana yang telah

dibuat. Melaksanakan proses pembelajaran. Dengan menggunakan

langkah-langkah yang telah ditetapkan

3. Tahap Pengamatan

Dalam tahap ini dilakukan pengamatan dan terhadap kelangsungan

proses pembelajaran melalui lembar pengamatan terhadap guru.

4. Tahap Refleksi

Dalam tahapan ini dilakukan evaluasi terhadap tahapan-tahapan yang

telah dilalui. Menganalisis dan merefleksi perencanaan serta proses

pembelajaran dan hasil belajar. Dalam refleksi ini dianalisis SWOT,

yakni analisis. Dalam refleksi ini dianalisis dengan menggunakan

analisis SWOT, yakni analisis strengthen (kekuatan), weakness

(kelemahan), opportunity (peluang), dan treathen (ancaman). Hasil

analisis tersebut digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan siklus III

jika memang itu diperlukan, yakni untuk mengetahui hal mana yang

perlu mendapat perbaikan. Apabila siklus II dirasa cukup dan

menunjukkan hasil yang baik, maka siklus II tidak diperlukan.

Page 17: PTK Metode Cerita

17

L. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisanini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

C. Variabel Penelitian

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Batasan Istilah

G. Asumsi dan Hipotesis

H. Ringkasan Tinjauan Teoritis

I. Metode Penelitian

J. Sistematika Penulisan

K. Agenda Kegiatan Penelitian

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Kajian tentang Metode Bercerita

B. Kajian tentang Minat Belajar

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Page 18: PTK Metode Cerita

18

B. Teknik Pengumpulan Data

C. Instrumen Penelitian

D. Lokasi, populasi dan Sampel

E. Teknik Pengolahan Data

F. Dsain Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

Page 19: PTK Metode Cerita

19

L. Agenda Kegiatan penelitian

Agenda kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Disajikan sebagai berikut :

No KegiatanMinggu Ke

1 2 3 4 5 6 7 8

1PerencanaanMenyusun konsep pelaksanaan Menyusun instrument

2Pelaksanaan Melakukan tindakan siklus IMelakukan tindakan siklus II

3Menyusun konsep laporan Menyempurnakan draft laporan

M. Biaya Penelitian

Dana anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan rencana kegiatan

penelitian ini menjadi tanggungjawab peneliti. Adapun rencana kegiatan dan

anggaran yang diperlukan adalah sebagai berikut :

No Kegiatan VolumeBesar

AnggaranJumlah

1 Photo copy 100 lbr 150,00 15.000,00

2 Kertas folio 1 pak 20.000,00 20.000,00

3 HVS A4 80 gram 1 rim 35.000,00 35.000,00

4 Penjilidan A buah 10.000,00 10.000,00

5 Lain-lain 20.000,00

Jumlah 100.000,00

Page 20: PTK Metode Cerita

20

1. Honorarium Pelaksana

PelaksanaWaktu

JamMinggu

TarifMinggu

(Rp)

Total(Rp)Bulan Minggu

5 orang guru 2 8 4 5.000,00 160.000.00

2. Biaya operasional

Kegiatan JumlahPembuatyan dan penggandaan instrumen 100.000,00Sewa komputer 200.000,00ATK 120.000,00Pengolahan data 150.000,00

3. Biaya habis pakai

Pembuatan media pembelajaran Rp. 200.000,00

4. Biaya Manajemen

1. Tes Rp. 100.000,00

2. Pemberkasan Rp. 100.000,00

3. Pengiriman usulan Rp. 150.000,00

REKAPITULASI BIAYA

Nama KegiatanTotal Biaya

(Rp)

Honorarium Pelaksana 160.000,00

Biaya Operasional 570.000,00

Page 21: PTK Metode Cerita

21

Biaya Habis Pakai 200.000,00

Biaya Manajemen 350.000,00

Pembuatan Laporan 350.000,00

Jumlah 1.630.000,00

DAFTAR PUSTAKA

Arianto Sam. 2008. Tinjauan Tentang Minat Belajar Siswa (online). Tersedia: http://sobatbaru.blogspot.com/2008/10/tinjauan-tentang-minat-belajarsiswa.html.

Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

……………..2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Dhieni N et al. 2005. Metode Pegembangan Bahasa. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Ismoerdijahwati. 2007. Pergelaran Bayangan Wayang Kulit Purwa dalam Kajian Metode Bercerita dengan Gambar ‘Gerak’. Disertasi Magister, Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung.

Jasni Herlani, 2008. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Seni Lukis Anak di TK Bumi Limas. Skripsi PGTK UPI Bandung.

Miles, M.B. dan M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Penerbit UI Press.

Moleong, Lexi J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda.

Musfiroh T. 2005, Cerita untuk Perkembangan Anak. Yogyakarta : Navila

Roestiyah N.K. 2008, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Solehuddin M. 2000. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Penndidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, 1996. Metoda Statiska. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sutrisno Hadi, 1998. Metodologi Research. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM

Page 22: PTK Metode Cerita

22

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

PENELITIAN TINDAKAMN KELAS

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DI KELOMPOK B

TK SEJAHTERA 4 KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA

Disusun oleh .

Ema PermanawatiNIP. 197900831 200701 2 006

Page 23: PTK Metode Cerita

23

UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN KAWALUKOTA TASIKMALAYA

JAWA BARAT2010

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah bagi Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan

nikmat kepada semua makhluk-Nya yang telah menunjukkan ilmu kepada penulis

dan dengan kuasa-Nya pun penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas

ini dengan judul “Penggunaan Teknik Objek Langsung dalam Meningkatkan

Keterampilan Membaca pada Anak Kelompok B TK Sejahtera 4 Kecamatan

Kawalu Kota TasikmalayaTahun Pelajaran 2010-2011.”

Selama penulisan PTK ini, penulis banyak mendapat kesulitan dan

hambatan, namun karena niat dan tekad yang kuat serta motivasi dari berbagai

pihak, Alhamdulilah PTK ini dapat penulis selesaikan. Karena itu, sudah

selayaknya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan mendorong penulis sampai

terwujudnya PTK ini., yaitu :

1. Bapak Drs. Opang Japar Sidik, selakuKepala UPTDPendidikan Kecamatan

Kawalu.

2. Ibu Ade Karyawati, S.Pd., M.Pd, selaku Pengawas Satuan Pendidikan TK.

3. Bapak dan Ibu Pengawas Satuan Pendidikan SD

4. Ibu Hj. Momoh Fatimah, selaku Kepala TK Sejahtera 4 Kecamatan Kawalu.

5. Semua guru TK Sejahtera Kecamatan Kawalu,

6. dan keluarga yangvtelah mendukung dan memberikan do’akepadapenulis.

Penulis menyadari PTK ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, penulis

mohon kritik dan saran dari berbagai pihak untuk lebih menyempurnakan PTK

ini.

Semoga PTK ini bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua

pembaca yang memerlukannya. Amin.

Page 24: PTK Metode Cerita

24

Tasikmalaya, Oktober 2010

Penulis

i