Upload
zola1st
View
17
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pertambangan Umum
Citation preview
Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta
Aplikasi geomekanika dalam rancangan peledakan untuk menunjang
effisiensi penggunaan dozer di Pit Bendili Prima, Hatari department,
PT Kaltim Prima Coal
(Application of geomechanic in blasting design to support efficiency in
utility of dozer at Bendili Prima Pit, Hatari department,
PT Kaltim Prima Coal)
Wahyu Asmoro Nursandi1, Rinaldo Kurniawan2, dan Wiwin Junita Ningrum3
1Short Term Plan Coordinator-HATARI Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia 2 Senior Specialist-Business Analysts Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia
3Geotechnical Pit-Geotechnical Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia
Sari Perkembangan kondisi harga batubara yang sedang menurun diperlukan operasional tambang yang effisien. Dalam rangka menunjang program effisiensi pengalokasian dozer, HATARI department bekerja sama dengan Drill and Blast department dan Geology department me-review rancangan peledakan top on coal (TOC) di Pit Bendili Prima. Pada awal pembukaan
Pit Bendili Prima penerapan rancangan peledakan TOC yaitu lubang paling dangkal dari batubara adalah 3 meter, sedangkan lubang terdalam yaitu 10 meter. Permasalahan mulai muncul di RL200, saat exposed batubara biasanya hanya dialokasikan 1 dozer untuk membantu feeding material blasting TOC diperlukan tambahan 1 dozer sebagai alat bantu untuk melakukan penggaruan material overburden TOC yang diatas 3 meter. Penggunaan 2 dozer untuk membantu kegiatan exposed batubara sangat tidak effisien. Berdasarkan data dari Geotechnical section untuk UCS material overburden 2 seam batubara di Pit Bendili Prima (B2SR dan BNSR) adalah 11,90 Mpa untuk B2SR dan 15.78 Mpa untuk BNSR. Sedangkan densitas material overburden B2SR 2,44 t/m3 dan 2,46 t/m3 material overburden BNSR. Kemudian Geotechnical section dan HATARI department melakukan analisa terhadap material overburden di Pit Bendili Prima menggunakan data hasil pengeboran explorasi. Setelah
melakukan analisa geotechnical disimpulkan setiap massa batuan memiliki tingkat kemampugaruan (rippability) tertentu. Kemampuan (rippability) merupakan suatu ukuran apakah massa batuan mudah digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Sehingga direkomendasikan untuk memaksimalkan blasting TOC agar pengalokasian dozer lebih optimal. Selanjutnya HATARI department dengan Drill and Blast department mencoba melakukan praktek pengeboran 16 meter TOC. Tujuannya agar saat kegiatan pengupasan overburden untuk exposed batubara di level selanjutnya tidak diperlukan tambahan dozer untuk ripping exposed batubara. Praktek pengeboran TOC 16 meter terbukti efektif menghasilkan broken material yang tidak keras dan fragmentasi tidak berbongkah di area TOC diatas 3 meter, sehingga tidak diperlukan tambahan 1 dozer untuk ripping material TOC diatas 3 meter.
Kata-kata kunci: Rippability, Top of Coal
Abstract The trend of dwindling coal price condition needs an efficient mining operation. In order to support efficiency program of
dozer allocation, Hatari department in collaboration with Drill & Blast department and Geology department to review the blasting design of top of coal (TOC) at Bendili Prima pit. At the beginning of opening Bendili Prima pit, the most shallow hole depth applied is 3 meters, while the deepest hole is 10 meters. The problems has started to emerge in RL200, when exposing coal which used to allocate only 1 dozer to assist feeding TOC blasting material, now is required additional 1 dozer to perform ripping of TOC overburden material above 3 meters. The using of 2 dozers to assist exposing coal is very inefficient. Based on geotechnical data for UCS of overburden material at 2 coal seams at Bendili Prima (B2SR and BNSR) is 11.90 MPa for 11.90 MPa and 15.78 MPa for BNSR, while the material density is 2.44 t/m3 and 2.46 t/m3 respectively. Then,
Geotechnical section and Hatari department have performed an analysis of the overburden material at Bendili Prima using data from exploration drilling. After doing geotechnical analysis, it has been concluded that every rock mass has each own rippability. Rippability is a measure of whether the rock mass can be easily raked, difficult to be raked or even can not be raked. It is recommended to maximize TOC blasting so that there can be more optimum dozer allocation. Furthermore, Hatari with Drill & Blast department have tried to practice TOC drilling of 16 meters deep, so there will be additional dozer to assist the exposing of coal in the next elevation below the current level. Top of coal drilling of 16 meters has been proven to be effective and results good broken material and fragmentation for particular TOC area above 3 meters, so it does not need additional dozer.
Keywords:rippability, top of coal *Penulis untuk korespondensi (corresponding author): E-mail: [email protected] atau [email protected] Tel: +62-549-525411 atau +628 132 653 043 8, Faksimil: +62-549-2509998
Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta
I. PENDAHULUAN / INTRODUCTION Bendili Prima merupakan salah satu pit yang
dioperasikan Hatari department. Karak teristik pit
Bendili Prima mempunyai UCS yang sangat tinggi.
UCS material overburden 2 seam batubara di Pit
Bendili Prima (B2SR dan BNSR) adalah 11,90
Mpa untuk B2SR dan 15.78 Mpa untuk BNSR. Hal ini mengharuskan hasil fragmentasi peledakan tidak
keras, agar mengurangi alokasi dozer untuk
membantu ripping material blasting. Praktek
operasional dengan mengalokasikan dozer untuk
ripping membantu exposed batubara tidak effisien.
Dalam era harga batubara yang menurun,
perusahaan harus menerapkan praktek operasional
yang effisien. Dengan mengevaluasi rancangan
peledakan top on coal diharapkan saat exposed
batubara tidak membutuhkan kegiatan ripping.
Sehingga dozer bisa dialokasikan untuk pekerjaan lain.
Bendili Prima is one of the pits operated by Hatari
departement which has a very high UCS of rock
mass. UCS of overburden material in 2 coal seams
are 11.90 Mpa for B2SR dan 15.78 Mpa for BNSR.
This fact requires good fragmentation as a blasting
result in order to avoid additional dozer for ripping
blasted material. The practice to add more dozers to
assist exposing coal is inefficient. Moreover, the
trend in dwindling coal price has forced industries
to implement efficient operational practices. By
evaluating blasting design on top of coal, it is expected that ripping activities is less needed while
exposing coal, so that dozer can be allocated to
other works.
II. KAJIAN PUSTAKA / STUDY OF LITERATURE
Daerah penelitian termasuk Formasi Balikpapan
Beds bagian tengah tersusun atas batu lempung,
batu lanau, batu pasir, dan batubara dengan
ketebalan 1-20 meter. (Departemen Geologi PT Kaltim Prima Coal, 2005). Area of this study is included in the central part of
Balikpapan Beds Formation which is formed by
claystone, siltstone, sandstone, and coal with
thickness of 1-20 meters. (Geology Department PT
Kaltim Prima Coal, 2005).
KEMAMPUGARUAN
Kemampugaruan (rippability) merupakan suatu
ukuran apakah massa batuan mudah digaru, sulit
digaru atau bahkan tidak dapat digaru . Pengamatan
dan penguukuran kedalaman ripper serta produksi
ripper per jam selama pekerjaan ripping. Dalam penelitian menggunakan CAT D8, diyakini hasil
penelitian juga berlaku bagi jenis dan dozer dengan
kapasitas yang sama dari produsen lain( H. Basarir.
2008). Untuk menentukan volume produksi rippinh
dipengaruhi oleh panjang ripper dan metode yang
digunakan saat riiping. Selama kegiatan ripping
effisiensi operator (E), waktu ripping (Tr), waktu
manuver dozer (Tm), jarak/panjang area yang
di-ripping(L), lebar penggaruan/hasil ripping (W)
dan kedalaman saat ripping (D). Pengamatan
perubahan kedalaman ripper menunjukkan
kemudahan dan effisiensi ripping. Produksi dalam
satu putaran(cycle) dapat dihitung dengan rumus: qr = Car L
Keterangan:
qr : produksi dalam satu putaran/cycle (m3)
Car : luas penampang penggaruan/ripping(m2)
L : panjang area yang di-ripping (m)
Luas penmpang penggaruan/ripping adalah luas
segitiga hasil ripping. Hal ini bisa dilihat dari
gambar dan dihitung dengan persamaan di bawah:
Gambar 1. Luas penampang penggaruan
Car = DW
2
Keterangan:
Car : luas penampang penggaruan/ripping(m2) D : kedalaman saat ripping(m)
W : lebar penggaruan (m)
Produksi ripper perjam dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Qr = qr 60 E
2
Keterangan:
Qr : produksi per jam (m3/h)
qr : cycle time saat ripping(minute)
E : effisiensi saat ripping
Dari data UCS batuan yang di-ripping dapat
didapatkan berapa spesifik energi setiap batuan.
Tabel 1. Perhitungan hugungan properti batuan dengan
spesifik energi
Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta
Hasil perhitungan digunakan untuk
mengklasifikasikan rippability menggunakan tabel
dan grefik klasifikasi rippability.
Tabel 2. Klasifikasi kemampugaruan terhadap batuan
untuk dozer CAT D8
Grafik 2. Grafik klasifikasi penggaruan berdasarkan hubungan produksi dan spesifik energi
RIPPABILITY
Rippability is a measure of whether the rock mass
can be easily raked, difficult to be raked or even
cannot be raked. Observation and measurement of
depth of ripping and hourly ripper production have
been done during ripping activity. The result of study using dozer D8 has been believed that can
also be applied to the same type and capacity of
dozer from other manufacturers (H.Basarir, 2008).
Determination of ripping volume is influenced by
length of the ripper and method used while ripping.
During ripping activity, operator efficiency (E),
time of ripping (Tr), time of maneuvering dozer
(Tm), length/distance of ripped area (L), width of
ripped area (W), and depth of ripping (D) have
contributed to determine volume of ripping.
Observation at change of ripping depth has shown ease and ripping efficiency. Production of ripping
in one cycle can be calculated as below formula:
qr = Car L
qr : volume of ripping in one cycle (m3)
Car : cross-sectional area of ripping (m2)
L : lenght of ripped area (m)
Ripping cross-sectional area is the area of triangle
as a result of ripping. This is shown and calculated
as below equation:
Picture1. Cross-sectional area of ripping
Car = DW
2 Car : cross-sectional area of ripping (m2)
D : depth of ripping(m)
W : width of ripping (m)
The hourly production of ripper can be calculated
as below formula:
Qr = qr 60 E
2
Qr : production per hour (m3/h)
qr : ripping cycle time (minute)
E : ripping efficiency
From UCS data of ripped rock, it can obtain the
specific energy of each rock mass.
Table 1. The relationships between rock properties and
specific energy
The result of the calculation can be used to classify
rippability using table and graph of rippability
classes.
Tabel 2. Rippability classes of rock for D8 dozer
Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta
Graph 2. Rippability classes based on the relationships between production and specific energy
GEOMETRI PELEDAKAN
Geometri peledakan merupakan suatu hal yang
sangat menentukan hasil peledakan dari segi
fragmentasi yang dihasilkan , rekahan yang
diharapkan maupun dari segi jenjang yang terbentuk. Dalam kegiatan peledakan yang
termasuk geometri peledakan adalah burden, spasi,
stemming, sub drilling, kedalaman lubang ledak,
panjang kolom isian, diameter lubang ledak dan
tinggi jenjang.
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari
lubang bor terhadap bidang bebas(free face) yang
terdekat pada saat terjadi peledakan.
Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam
satu baris (row) dan diukur sejajar
terhadap pit wall. Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah
rencanalantai jenjang. Subdrilling perlu untuk
menghindari problem tonjolan pada lantai
(toe),karena dibagian ini adalah tempat yang paling
sukar diledakkan.
Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang
tidak diisi dengan bahan peledak tetapi diisi dengan
material seperti tanah liat atau material hasil
pemboran (cutting) dimana stemming berfungsi
untuk mengurung gas yang timbul sehingga air
blast dan flyrock dapat terkontrol.
Gambar 3. Geometri peledakan
BLASTING GEOMETRY Blasting geometry is very crucial to determine blast
result in terms of fragmentation, the expected
fracture and formed bench level. In the blasting
activities, there are several things which included as
blasting geometry such as burden, spacing,
stemming, sub drilling, blast hole depth, length of
the explosive charge, hole diameter and height of
bench level.
Burden can be defined as the distance from the
borehole to nearest free face at the time of
detonation. Spacing is distance between blast holes in one row and measured parallel towards pit wall.
Sub-drilling is an additional depth of hole below
the base of the bench that will be blasted.
Sub-drilling is needed to avoid bulge at the base of
blasted bench since it is the most difficult place to
be blasted.
Stemming is part of blast hole which is not charged
with explosive, instead it is filled with materials
such as clay or cutting drilled material. Stemming is
used to confine emerged gas so that air blast and
flyrock can be controlled.
Picture 3.Blasting geometry
III. METODOLOGI / METHODOLOGY Pengumpulan data melalui percobaan langsung
menggunakan dozer CAT D10 dengan number id
E426. Sedangkan geomekanik melalui data
sekunder dari data laboratorium Geology
Department meliputi data UCS dan density untuk
memperoleh gambaran awal mengenai kondisi
massa batuan.
Data collection through direct experiment using
dozer CAT D10T with ID number of E426. Geomechanics data collection through secondary
data from laboratory includes Geology Department
UCS and density to obtain a preliminary picture of
the condition of the rock mass.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN / RESULT AND ANALYSIS
Hasil penelitian menggunakan dozer CAT D10
dengan nomor ID E426 didapatkan
pengklasifikasian rippability untuk BNSR dalam
kategori easy rippability dan B2SR dalam kategori moderate rippability.
Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta
Gambar 4. Penelitian menggunakan dozer CAT D10
Gambar 5. Pengambilan data kedalaman ripper
Tabel 3. Hasil pengolahan data penelitian
Gambar 6. Grafik klasifikasi kemampugaruan
berdasarkan data penelitian
Dari hasil klasifikasi rippability digunakan untuk
merancang geometri peledakan top on coal(toc) di
Pit Bendili Prima. Meskipun dari klasifikasi
rippability termasuk dalam kategori easy dan
moderate, info dari operation Hatari bahwa area toc
dengan kedalaman 3 meter untuk batubara BNSR
dan B2SR sangat keras jika dilakukan kegiatan
ripping. Hasil diskusi antara Hatari department dengan Drill and Blast department mencoba
menerapkan praktek blasting toc 16 meter,
tujuannya untuk mengantisipasi agar toc 3 meter di
level selanjutnya.
Gambar 7. Cross section blasting top on coal 16 meter
The study using dozer CAT D10T with ID number
of E426 has resulted in category of rippability for
both seams at Bendili Prima. According to the table
of rippability classes, BNSR is categorized as easy
rippability, while B2SR is categorized as moderate
rippability.
Picture 4. Study using dozer CAT D10
Picture 5. Collecting data of ripping depth
Lebar penggaruan (W) 0.5 m
Kedalaman ripping (D) 0.3 m
Luas penampang penggaruan (Car) 0.075 m2
Produksi per jam (Qr) 297 (m3/h)
Cycle time saat ripping (qr) 0.33 minute
Effisiensi saat ripping (E) 30 %
UCS BNSR 11.9 Mpa
UCS B2SR 15.8 Mpa
Spesifik energi (SE) BNSR 4.79 MJ/m3
Spesifik energi (SE) B2SR 5.57 MJ/m3
Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta
Table 3. Result of processing data
Picture 6. Graph of rippability classes based on data
From the result of classification, rippability is used to design blasting geometry on top of coal (TOC) at
Bendili Prima pit. Although the study results in
easy and moderate category, it is actually a very
hard to be ripped in the direct pit operation,
especially in area of 3 meters deep for BNSR and
B2SR. The discussion between Hatari and Drill &
Blast has decided to try 16 meters TOC blasting
practical, in order to anticipate 3 meters TOC in the
next below level.
Picture 7. Cross sectional 16 meters drilling on top of coal
V. KESIMPULAN DAN SARAN Rancangan peledakan top on coal 16 meter dapat
mencegah hasil blasting yang keras di area top on
coal di atas 3 meter, sehingga mengurangi alokasi
dozer untuk membantu ripping di area top on coal 3
meter. Penelitian tentang rippability untuk Pit
Bendili Prima hanya menggunakan 1 sample tentu
perlu data tambahan kembali. Hal ini disebabkan keterbatasan dozer yang harus digunakan untuk
kegiatan produksi. Untuk penelitian selanjutnya
diharapkan ada pengambilan data yang lebih
banyak.
Blasting design of 16 meters on top of coal can
avoid hard blasted material in TOC area above 3
meters, so that additional of dozer to help rippingis
not necessarily needed. Study of rippability at
Bendili Prima pit only used 1 sample, it surely
needs more data. Lack of dozer availability because
they were used to operational activity was the main cause. It is highly expected of more data in the next
studies.
VI. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu selama proses penelitian,
khususnya kepada manajemen HATARI
Department Bapak Richard Sitohang, Didik
Mardiono, ST. ,dan Hindradmoko, ST. Yang
memberikan kepercayaan penulis untuk
melaksanakan penelitian rippability di Pit Bendili
Prima. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Shift Superintendent Operational
HATARI Department, yang mengizinkan
pejnggunaan dozerr untuk penelitian.
The writers want to thank all related parties who
have helped throughout the process, especially to
management of Hatari department, Bapak Richard
Sitohang, Bapak Didik Mardiono, ST. , and Bapak
Hindradmoko, ST. The writers feel grateful for all
the trusts that have been given to carry out this at
Bendili Prima pit. Besides, the writers also want to
thank all Shift Superintendent of Hatari Operation who had shown willingness to assign the dozer for
the benefit of this study.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES
1. Basarir H. Specific energy based rippability classification system for coal measure rock.
Journal of Terramechanics 45; 2008.
2. Basarir H. Development of a new rippability assessment method based on specific energy
concept and numerical modelling. PhD thesis.
Middle East Technical University, Ankara,
Turkey; 2002. 3. Anon. Caterpillar performance handbook. 19th
ed. Peoria, Illinois, USA: Caterpillar Inc.; 1988.
4. Bailey AD. Rock types and seismic velocity versus rippability. In: Highway geology
symposium proceedings, vol. 26. p. 13542.
Lebar penggaruan (W) 0.5 m
Kedalaman ripping (D) 0.3 m
Luas penampang penggaruan (Car) 0.075 m2
Produksi per jam (Qr) 297 (m3/h)
Cycle time saat ripping (qr) 0.33 minute
Effisiensi saat ripping (E) 30 %
UCS BNSR 11.9 Mpa
UCS B2SR 15.8 Mpa
Spesifik energi (SE) BNSR 4.79 MJ/m3
Spesifik energi (SE) B2SR 5.57 MJ/m3