6
Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta Aplikasi geomekanika dalam rancangan peledakan untuk menunjang effisiensi penggunaan dozer di Pit Bendili Prima, Hatari department, PT Kaltim Prima Coal (Application of geomechanic in blasting design to support efficiency in utility of dozer at Bendili Prima Pit, Hatari department, PT Kaltim Prima Coal) Wahyu Asmoro Nursandi 1 , Rinaldo Kurniawan 2 , dan Wiwin Junita Ningrum 3 1 Short Term Plan Coordinator-HATARI Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia 2 Senior Specialist-Business Analysts Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia 3 Geotechnical Pit-Geotechnical Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia Sari Perkembangan kondisi harga batubara yang sedang menurun diperlukan operasional tambang yang effisien. Dalam rangka menunjang program effisiensi pengalokasian dozer, HATARI department bekerja sama dengan Drill and Blast department dan Geology department me-review rancangan peledakan top on coal (TOC) di Pit Bendili Prima. Pada awal pembukaan Pit Bendili Prima penerapan rancangan peledakan TOC yaitu lubang paling dangkal dari batubara adalah 3 meter, sedangkan lubang terdalam yaitu 10 meter. Permasalahan mulai muncul di RL200, saat exposed batubara biasanya hanya dialokasikan 1 dozer untuk membantu feeding material blasting TOC diperlukan tambahan 1 dozer sebagai alat bantu untuk melakukan penggaruan material overburden TOC yang diatas 3 meter. Penggunaan 2 dozer untuk membantu kegiatan exposed batubara sangat tidak effisien. Berdasarkan data dari Geotechnical section untuk UCS material overburden 2 seam batubara di Pit Bendili Prima (B2SR dan BNSR) adalah 11,90 Mpa untuk B2SR dan 15.78 Mpa untuk BNSR. Sedangkan densitas material overburden B2SR 2,44 t/m3 dan 2,46 t/m3 material overburden BNSR. Kemudian Geotechnical section dan HATARI department melakukan analisa terhadap material overburden di Pit Bendili Prima menggunakan data hasil pengeboran explorasi. Setelah melakukan analisa geotechnical disimpulkan setiap massa batuan memiliki tingkat kemampugaruan (rippability) tertentu. Kemampuan (rippability) merupakan suatu ukuran apakah massa batuan mudah digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Sehingga direkomendasikan untuk memaksimalkan blasting TOC agar pengalokasian dozer lebih optimal. Selanjutnya HATARI department dengan Drill and Blast department mencoba melakukan praktek pengeboran 16 meter TOC. Tujuannya agar saat kegiatan pengupasan overburden untuk exposed batubara di level selanjutnya tidak diperlukan tambahan dozer untuk ripping exposed batubara. Praktek pengeboran TOC 16 meter terbukti efektif menghasilkan broken material yang tidak keras dan fragmentasi tidak berbongkah di area TOC diatas 3 meter, sehingga tidak diperlukan tambahan 1 dozer untuk ripping material TOC diatas 3 meter. Kata-kata kunci: Rippability, Top of Coal Abstract The trend of dwindling coal price condition needs an efficient mining operation. In order to support efficiency program of dozer allocation, Hatari department in collaboration with Drill & Blast department and Geology department to review the blasting design of top of coal (TOC) at Bendili Prima pit. At the beginning of opening Bendili Prima pit, the most shallow hole depth applied is 3 meters, while the deepest hole is 10 meters. The problems has started to emerge in RL200, when exposing coal which used to allocate only 1 dozer to assist feeding TOC blasting material, now is required additional 1 dozer to perform ripping of TOC overburden material above 3 meters. The using of 2 dozers to assist exposing coal is very inefficient. Based on geotechnical data for UCS of overburden material at 2 coal seams at Bendili Prima (B2SR and BNSR) is 11.90 MPa for 11.90 MPa and 15.78 MPa for BNSR, while the material density is 2.44 t/m 3 and 2.46 t/m 3 respectively. Then, Geotechnical section and Hatari department have performed an analysis of the overburden material at Bendili Prima using data from exploration drilling. After doing geotechnical analysis, it has been concluded that every rock mass has each own rippability. Rippability is a measure of whether the rock mass can be easily raked, difficult to be raked or even can not be raked. It is recommended to maximize TOC blasting so that there can be more optimum dozer allocation. Furthermore, Hatari with Drill & Blast department have tried to practice TOC drilling of 16 meters deep, so there will be additional dozer to assist the exposing of coal in the next elevation below the current level. Top of coal drilling of 16 meters has been proven to be effective and results good broken material and fragmentation for particular TOC area above 3 meters, so it does not need additional dozer. Keywords:rippability, top of coal *Penulis untuk korespondensi (corresponding author): E-mail: [email protected] atau [email protected] Tel: +62-549-525411 atau +628 132 653 043 8, Faksimil: +62-549-2509998

PU-07

  • Upload
    zola1st

  • View
    17

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pertambangan Umum

Citation preview

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    Aplikasi geomekanika dalam rancangan peledakan untuk menunjang

    effisiensi penggunaan dozer di Pit Bendili Prima, Hatari department,

    PT Kaltim Prima Coal

    (Application of geomechanic in blasting design to support efficiency in

    utility of dozer at Bendili Prima Pit, Hatari department,

    PT Kaltim Prima Coal)

    Wahyu Asmoro Nursandi1, Rinaldo Kurniawan2, dan Wiwin Junita Ningrum3

    1Short Term Plan Coordinator-HATARI Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia 2 Senior Specialist-Business Analysts Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia

    3Geotechnical Pit-Geotechnical Department, PT. Kaltim Prima Coal, Kutai Timur, 75611, Indonesia

    Sari Perkembangan kondisi harga batubara yang sedang menurun diperlukan operasional tambang yang effisien. Dalam rangka menunjang program effisiensi pengalokasian dozer, HATARI department bekerja sama dengan Drill and Blast department dan Geology department me-review rancangan peledakan top on coal (TOC) di Pit Bendili Prima. Pada awal pembukaan

    Pit Bendili Prima penerapan rancangan peledakan TOC yaitu lubang paling dangkal dari batubara adalah 3 meter, sedangkan lubang terdalam yaitu 10 meter. Permasalahan mulai muncul di RL200, saat exposed batubara biasanya hanya dialokasikan 1 dozer untuk membantu feeding material blasting TOC diperlukan tambahan 1 dozer sebagai alat bantu untuk melakukan penggaruan material overburden TOC yang diatas 3 meter. Penggunaan 2 dozer untuk membantu kegiatan exposed batubara sangat tidak effisien. Berdasarkan data dari Geotechnical section untuk UCS material overburden 2 seam batubara di Pit Bendili Prima (B2SR dan BNSR) adalah 11,90 Mpa untuk B2SR dan 15.78 Mpa untuk BNSR. Sedangkan densitas material overburden B2SR 2,44 t/m3 dan 2,46 t/m3 material overburden BNSR. Kemudian Geotechnical section dan HATARI department melakukan analisa terhadap material overburden di Pit Bendili Prima menggunakan data hasil pengeboran explorasi. Setelah

    melakukan analisa geotechnical disimpulkan setiap massa batuan memiliki tingkat kemampugaruan (rippability) tertentu. Kemampuan (rippability) merupakan suatu ukuran apakah massa batuan mudah digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Sehingga direkomendasikan untuk memaksimalkan blasting TOC agar pengalokasian dozer lebih optimal. Selanjutnya HATARI department dengan Drill and Blast department mencoba melakukan praktek pengeboran 16 meter TOC. Tujuannya agar saat kegiatan pengupasan overburden untuk exposed batubara di level selanjutnya tidak diperlukan tambahan dozer untuk ripping exposed batubara. Praktek pengeboran TOC 16 meter terbukti efektif menghasilkan broken material yang tidak keras dan fragmentasi tidak berbongkah di area TOC diatas 3 meter, sehingga tidak diperlukan tambahan 1 dozer untuk ripping material TOC diatas 3 meter.

    Kata-kata kunci: Rippability, Top of Coal

    Abstract The trend of dwindling coal price condition needs an efficient mining operation. In order to support efficiency program of

    dozer allocation, Hatari department in collaboration with Drill & Blast department and Geology department to review the blasting design of top of coal (TOC) at Bendili Prima pit. At the beginning of opening Bendili Prima pit, the most shallow hole depth applied is 3 meters, while the deepest hole is 10 meters. The problems has started to emerge in RL200, when exposing coal which used to allocate only 1 dozer to assist feeding TOC blasting material, now is required additional 1 dozer to perform ripping of TOC overburden material above 3 meters. The using of 2 dozers to assist exposing coal is very inefficient. Based on geotechnical data for UCS of overburden material at 2 coal seams at Bendili Prima (B2SR and BNSR) is 11.90 MPa for 11.90 MPa and 15.78 MPa for BNSR, while the material density is 2.44 t/m3 and 2.46 t/m3 respectively. Then,

    Geotechnical section and Hatari department have performed an analysis of the overburden material at Bendili Prima using data from exploration drilling. After doing geotechnical analysis, it has been concluded that every rock mass has each own rippability. Rippability is a measure of whether the rock mass can be easily raked, difficult to be raked or even can not be raked. It is recommended to maximize TOC blasting so that there can be more optimum dozer allocation. Furthermore, Hatari with Drill & Blast department have tried to practice TOC drilling of 16 meters deep, so there will be additional dozer to assist the exposing of coal in the next elevation below the current level. Top of coal drilling of 16 meters has been proven to be effective and results good broken material and fragmentation for particular TOC area above 3 meters, so it does not need additional dozer.

    Keywords:rippability, top of coal *Penulis untuk korespondensi (corresponding author): E-mail: [email protected] atau [email protected] Tel: +62-549-525411 atau +628 132 653 043 8, Faksimil: +62-549-2509998

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    I. PENDAHULUAN / INTRODUCTION Bendili Prima merupakan salah satu pit yang

    dioperasikan Hatari department. Karak teristik pit

    Bendili Prima mempunyai UCS yang sangat tinggi.

    UCS material overburden 2 seam batubara di Pit

    Bendili Prima (B2SR dan BNSR) adalah 11,90

    Mpa untuk B2SR dan 15.78 Mpa untuk BNSR. Hal ini mengharuskan hasil fragmentasi peledakan tidak

    keras, agar mengurangi alokasi dozer untuk

    membantu ripping material blasting. Praktek

    operasional dengan mengalokasikan dozer untuk

    ripping membantu exposed batubara tidak effisien.

    Dalam era harga batubara yang menurun,

    perusahaan harus menerapkan praktek operasional

    yang effisien. Dengan mengevaluasi rancangan

    peledakan top on coal diharapkan saat exposed

    batubara tidak membutuhkan kegiatan ripping.

    Sehingga dozer bisa dialokasikan untuk pekerjaan lain.

    Bendili Prima is one of the pits operated by Hatari

    departement which has a very high UCS of rock

    mass. UCS of overburden material in 2 coal seams

    are 11.90 Mpa for B2SR dan 15.78 Mpa for BNSR.

    This fact requires good fragmentation as a blasting

    result in order to avoid additional dozer for ripping

    blasted material. The practice to add more dozers to

    assist exposing coal is inefficient. Moreover, the

    trend in dwindling coal price has forced industries

    to implement efficient operational practices. By

    evaluating blasting design on top of coal, it is expected that ripping activities is less needed while

    exposing coal, so that dozer can be allocated to

    other works.

    II. KAJIAN PUSTAKA / STUDY OF LITERATURE

    Daerah penelitian termasuk Formasi Balikpapan

    Beds bagian tengah tersusun atas batu lempung,

    batu lanau, batu pasir, dan batubara dengan

    ketebalan 1-20 meter. (Departemen Geologi PT Kaltim Prima Coal, 2005). Area of this study is included in the central part of

    Balikpapan Beds Formation which is formed by

    claystone, siltstone, sandstone, and coal with

    thickness of 1-20 meters. (Geology Department PT

    Kaltim Prima Coal, 2005).

    KEMAMPUGARUAN

    Kemampugaruan (rippability) merupakan suatu

    ukuran apakah massa batuan mudah digaru, sulit

    digaru atau bahkan tidak dapat digaru . Pengamatan

    dan penguukuran kedalaman ripper serta produksi

    ripper per jam selama pekerjaan ripping. Dalam penelitian menggunakan CAT D8, diyakini hasil

    penelitian juga berlaku bagi jenis dan dozer dengan

    kapasitas yang sama dari produsen lain( H. Basarir.

    2008). Untuk menentukan volume produksi rippinh

    dipengaruhi oleh panjang ripper dan metode yang

    digunakan saat riiping. Selama kegiatan ripping

    effisiensi operator (E), waktu ripping (Tr), waktu

    manuver dozer (Tm), jarak/panjang area yang

    di-ripping(L), lebar penggaruan/hasil ripping (W)

    dan kedalaman saat ripping (D). Pengamatan

    perubahan kedalaman ripper menunjukkan

    kemudahan dan effisiensi ripping. Produksi dalam

    satu putaran(cycle) dapat dihitung dengan rumus: qr = Car L

    Keterangan:

    qr : produksi dalam satu putaran/cycle (m3)

    Car : luas penampang penggaruan/ripping(m2)

    L : panjang area yang di-ripping (m)

    Luas penmpang penggaruan/ripping adalah luas

    segitiga hasil ripping. Hal ini bisa dilihat dari

    gambar dan dihitung dengan persamaan di bawah:

    Gambar 1. Luas penampang penggaruan

    Car = DW

    2

    Keterangan:

    Car : luas penampang penggaruan/ripping(m2) D : kedalaman saat ripping(m)

    W : lebar penggaruan (m)

    Produksi ripper perjam dapat dihitung dengan

    persamaan sebagai berikut:

    Qr = qr 60 E

    2

    Keterangan:

    Qr : produksi per jam (m3/h)

    qr : cycle time saat ripping(minute)

    E : effisiensi saat ripping

    Dari data UCS batuan yang di-ripping dapat

    didapatkan berapa spesifik energi setiap batuan.

    Tabel 1. Perhitungan hugungan properti batuan dengan

    spesifik energi

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    Hasil perhitungan digunakan untuk

    mengklasifikasikan rippability menggunakan tabel

    dan grefik klasifikasi rippability.

    Tabel 2. Klasifikasi kemampugaruan terhadap batuan

    untuk dozer CAT D8

    Grafik 2. Grafik klasifikasi penggaruan berdasarkan hubungan produksi dan spesifik energi

    RIPPABILITY

    Rippability is a measure of whether the rock mass

    can be easily raked, difficult to be raked or even

    cannot be raked. Observation and measurement of

    depth of ripping and hourly ripper production have

    been done during ripping activity. The result of study using dozer D8 has been believed that can

    also be applied to the same type and capacity of

    dozer from other manufacturers (H.Basarir, 2008).

    Determination of ripping volume is influenced by

    length of the ripper and method used while ripping.

    During ripping activity, operator efficiency (E),

    time of ripping (Tr), time of maneuvering dozer

    (Tm), length/distance of ripped area (L), width of

    ripped area (W), and depth of ripping (D) have

    contributed to determine volume of ripping.

    Observation at change of ripping depth has shown ease and ripping efficiency. Production of ripping

    in one cycle can be calculated as below formula:

    qr = Car L

    qr : volume of ripping in one cycle (m3)

    Car : cross-sectional area of ripping (m2)

    L : lenght of ripped area (m)

    Ripping cross-sectional area is the area of triangle

    as a result of ripping. This is shown and calculated

    as below equation:

    Picture1. Cross-sectional area of ripping

    Car = DW

    2 Car : cross-sectional area of ripping (m2)

    D : depth of ripping(m)

    W : width of ripping (m)

    The hourly production of ripper can be calculated

    as below formula:

    Qr = qr 60 E

    2

    Qr : production per hour (m3/h)

    qr : ripping cycle time (minute)

    E : ripping efficiency

    From UCS data of ripped rock, it can obtain the

    specific energy of each rock mass.

    Table 1. The relationships between rock properties and

    specific energy

    The result of the calculation can be used to classify

    rippability using table and graph of rippability

    classes.

    Tabel 2. Rippability classes of rock for D8 dozer

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    Graph 2. Rippability classes based on the relationships between production and specific energy

    GEOMETRI PELEDAKAN

    Geometri peledakan merupakan suatu hal yang

    sangat menentukan hasil peledakan dari segi

    fragmentasi yang dihasilkan , rekahan yang

    diharapkan maupun dari segi jenjang yang terbentuk. Dalam kegiatan peledakan yang

    termasuk geometri peledakan adalah burden, spasi,

    stemming, sub drilling, kedalaman lubang ledak,

    panjang kolom isian, diameter lubang ledak dan

    tinggi jenjang.

    Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari

    lubang bor terhadap bidang bebas(free face) yang

    terdekat pada saat terjadi peledakan.

    Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam

    satu baris (row) dan diukur sejajar

    terhadap pit wall. Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah

    rencanalantai jenjang. Subdrilling perlu untuk

    menghindari problem tonjolan pada lantai

    (toe),karena dibagian ini adalah tempat yang paling

    sukar diledakkan.

    Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang

    tidak diisi dengan bahan peledak tetapi diisi dengan

    material seperti tanah liat atau material hasil

    pemboran (cutting) dimana stemming berfungsi

    untuk mengurung gas yang timbul sehingga air

    blast dan flyrock dapat terkontrol.

    Gambar 3. Geometri peledakan

    BLASTING GEOMETRY Blasting geometry is very crucial to determine blast

    result in terms of fragmentation, the expected

    fracture and formed bench level. In the blasting

    activities, there are several things which included as

    blasting geometry such as burden, spacing,

    stemming, sub drilling, blast hole depth, length of

    the explosive charge, hole diameter and height of

    bench level.

    Burden can be defined as the distance from the

    borehole to nearest free face at the time of

    detonation. Spacing is distance between blast holes in one row and measured parallel towards pit wall.

    Sub-drilling is an additional depth of hole below

    the base of the bench that will be blasted.

    Sub-drilling is needed to avoid bulge at the base of

    blasted bench since it is the most difficult place to

    be blasted.

    Stemming is part of blast hole which is not charged

    with explosive, instead it is filled with materials

    such as clay or cutting drilled material. Stemming is

    used to confine emerged gas so that air blast and

    flyrock can be controlled.

    Picture 3.Blasting geometry

    III. METODOLOGI / METHODOLOGY Pengumpulan data melalui percobaan langsung

    menggunakan dozer CAT D10 dengan number id

    E426. Sedangkan geomekanik melalui data

    sekunder dari data laboratorium Geology

    Department meliputi data UCS dan density untuk

    memperoleh gambaran awal mengenai kondisi

    massa batuan.

    Data collection through direct experiment using

    dozer CAT D10T with ID number of E426. Geomechanics data collection through secondary

    data from laboratory includes Geology Department

    UCS and density to obtain a preliminary picture of

    the condition of the rock mass.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN / RESULT AND ANALYSIS

    Hasil penelitian menggunakan dozer CAT D10

    dengan nomor ID E426 didapatkan

    pengklasifikasian rippability untuk BNSR dalam

    kategori easy rippability dan B2SR dalam kategori moderate rippability.

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    Gambar 4. Penelitian menggunakan dozer CAT D10

    Gambar 5. Pengambilan data kedalaman ripper

    Tabel 3. Hasil pengolahan data penelitian

    Gambar 6. Grafik klasifikasi kemampugaruan

    berdasarkan data penelitian

    Dari hasil klasifikasi rippability digunakan untuk

    merancang geometri peledakan top on coal(toc) di

    Pit Bendili Prima. Meskipun dari klasifikasi

    rippability termasuk dalam kategori easy dan

    moderate, info dari operation Hatari bahwa area toc

    dengan kedalaman 3 meter untuk batubara BNSR

    dan B2SR sangat keras jika dilakukan kegiatan

    ripping. Hasil diskusi antara Hatari department dengan Drill and Blast department mencoba

    menerapkan praktek blasting toc 16 meter,

    tujuannya untuk mengantisipasi agar toc 3 meter di

    level selanjutnya.

    Gambar 7. Cross section blasting top on coal 16 meter

    The study using dozer CAT D10T with ID number

    of E426 has resulted in category of rippability for

    both seams at Bendili Prima. According to the table

    of rippability classes, BNSR is categorized as easy

    rippability, while B2SR is categorized as moderate

    rippability.

    Picture 4. Study using dozer CAT D10

    Picture 5. Collecting data of ripping depth

    Lebar penggaruan (W) 0.5 m

    Kedalaman ripping (D) 0.3 m

    Luas penampang penggaruan (Car) 0.075 m2

    Produksi per jam (Qr) 297 (m3/h)

    Cycle time saat ripping (qr) 0.33 minute

    Effisiensi saat ripping (E) 30 %

    UCS BNSR 11.9 Mpa

    UCS B2SR 15.8 Mpa

    Spesifik energi (SE) BNSR 4.79 MJ/m3

    Spesifik energi (SE) B2SR 5.57 MJ/m3

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    Table 3. Result of processing data

    Picture 6. Graph of rippability classes based on data

    From the result of classification, rippability is used to design blasting geometry on top of coal (TOC) at

    Bendili Prima pit. Although the study results in

    easy and moderate category, it is actually a very

    hard to be ripped in the direct pit operation,

    especially in area of 3 meters deep for BNSR and

    B2SR. The discussion between Hatari and Drill &

    Blast has decided to try 16 meters TOC blasting

    practical, in order to anticipate 3 meters TOC in the

    next below level.

    Picture 7. Cross sectional 16 meters drilling on top of coal

    V. KESIMPULAN DAN SARAN Rancangan peledakan top on coal 16 meter dapat

    mencegah hasil blasting yang keras di area top on

    coal di atas 3 meter, sehingga mengurangi alokasi

    dozer untuk membantu ripping di area top on coal 3

    meter. Penelitian tentang rippability untuk Pit

    Bendili Prima hanya menggunakan 1 sample tentu

    perlu data tambahan kembali. Hal ini disebabkan keterbatasan dozer yang harus digunakan untuk

    kegiatan produksi. Untuk penelitian selanjutnya

    diharapkan ada pengambilan data yang lebih

    banyak.

    Blasting design of 16 meters on top of coal can

    avoid hard blasted material in TOC area above 3

    meters, so that additional of dozer to help rippingis

    not necessarily needed. Study of rippability at

    Bendili Prima pit only used 1 sample, it surely

    needs more data. Lack of dozer availability because

    they were used to operational activity was the main cause. It is highly expected of more data in the next

    studies.

    VI. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak

    yang telah membantu selama proses penelitian,

    khususnya kepada manajemen HATARI

    Department Bapak Richard Sitohang, Didik

    Mardiono, ST. ,dan Hindradmoko, ST. Yang

    memberikan kepercayaan penulis untuk

    melaksanakan penelitian rippability di Pit Bendili

    Prima. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Shift Superintendent Operational

    HATARI Department, yang mengizinkan

    pejnggunaan dozerr untuk penelitian.

    The writers want to thank all related parties who

    have helped throughout the process, especially to

    management of Hatari department, Bapak Richard

    Sitohang, Bapak Didik Mardiono, ST. , and Bapak

    Hindradmoko, ST. The writers feel grateful for all

    the trusts that have been given to carry out this at

    Bendili Prima pit. Besides, the writers also want to

    thank all Shift Superintendent of Hatari Operation who had shown willingness to assign the dozer for

    the benefit of this study.

    DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES

    1. Basarir H. Specific energy based rippability classification system for coal measure rock.

    Journal of Terramechanics 45; 2008.

    2. Basarir H. Development of a new rippability assessment method based on specific energy

    concept and numerical modelling. PhD thesis.

    Middle East Technical University, Ankara,

    Turkey; 2002. 3. Anon. Caterpillar performance handbook. 19th

    ed. Peoria, Illinois, USA: Caterpillar Inc.; 1988.

    4. Bailey AD. Rock types and seismic velocity versus rippability. In: Highway geology

    symposium proceedings, vol. 26. p. 13542.

    Lebar penggaruan (W) 0.5 m

    Kedalaman ripping (D) 0.3 m

    Luas penampang penggaruan (Car) 0.075 m2

    Produksi per jam (Qr) 297 (m3/h)

    Cycle time saat ripping (qr) 0.33 minute

    Effisiensi saat ripping (E) 30 %

    UCS BNSR 11.9 Mpa

    UCS B2SR 15.8 Mpa

    Spesifik energi (SE) BNSR 4.79 MJ/m3

    Spesifik energi (SE) B2SR 5.57 MJ/m3