14
ِ م ي ِ ح َ ّ ر ل ا ِ ن ٰ َ م ْ ح َ ّ ر ل ا ِ َ ّ ا ِ م ْ س ِ بTugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Nama : Febya Edyna Yusuf Kelas : XII IPA 3 Guru Mata Pelajaran : Dra Diah E. Ritta Sekolah : SMAN 2 Palangka Raya PUISI 1. Pengertian Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut. (1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya. (2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi. (3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. (4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan

Puisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Puisi

يِم� ِح� ٰـ�ِن� الَّر� َم ِح� ِم� الَّل�ِه� الَّر� ِب�ْس�Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Nama : Febya Edyna YusufKelas : XII IPA 3Guru Mata Pelajaran : Dra Diah E. RittaSekolah : SMAN 2 Palangka Raya

PUISI

1. PengertianSecara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam

bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.(1)   Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.

(2)   Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

(3)   Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

(4)   Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).

(5)   Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. 2. Unsur-unsur Puisi

Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.(1)   Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema

(sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.

(2)   Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.

(3)   Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.

Page 2: Puisi

(4)   Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.

(5)   Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima). Djojosuroto (2004:35) menggambarkan sebagai berikut.Gambar 1. Puisi sebagai struktur

Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi sebagai berikut.

 2.1 Struktur Fisik Puisi

Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,

pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)

(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

 2.2 Struktur Batin Puisi

Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.(1)   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka

puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan

tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan

Page 3: Puisi

masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

PUISI LAMA

A.PENGERTIANPuisi lama merupakan pancaran kehidupan masyarakat lama yang memiliki ciri-ciri:

1. bersatu, tidak pecah belah, dan hidup lebih padu, dalam kesatuan itu ada yang mengikat yaitu adat istiadat yang telah turun-temurun,

2. setiap orang saling mengenali3. hidup tolong-menolong, bergotong –royong membangun rumah, mengerjakan sawah, mengadakan keramaian,

suka duka selalu bersatu

Ciri puisi lama:1.       merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya2.       disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan3.       sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima

B. MACAM-MACAM PUISI LAMA1. MANTRA

Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.Contoh:Assalammu’alaikum putri satulung besar

Yang beralun berilir simayangMari kecil, kemariAku menyanggul rambutmuAku membawa sadap gadingAkan membasuh mukamu

2.GURINDAMGurindam berasal dari Tamil (India). Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.CIRI-CIRI GURINDAM:a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.b. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat.Contoh : Kurang pikir kurang siasat (a)

Tentu dirimu akan tersesat (a)Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )Bagai rumah tiada bertiang ( b )Jika suami tiada berhati lurus ( c )Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji seorang sastrawan Melayu. Disebut Gurindan Dua Belas karena terdiri atas dua belas pasal.

Gurindam pasal IBarang siapa tiada memegang agama,sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.Barang siapa mengenal yang empat,maka ia itulah orang ma'rifatBarang siapa mengenal Allah,suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.Barang siapa mengenal diri,maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.Barang siapa mengenal dunia,tahulah ia barang yang terpedaya. Barang siapa mengenal akhirat,tahulah ia dunia melarat.

Gurindam pasal IIBarang siapa mengenal yang tersebut,tahulah ia makna takut. Barang siapa meninggalkan sembahyang,seperti rumah tiada bertiang.Barang siapa meninggalkan puasa,tidaklah mendapat dua temasya.Barang siapa meninggalkan zakat,tiadalah hartanya beroleh berkat.Barang siapa meninggalkan haji,tiadalah ia menyempurnakan janji.

Page 4: Puisi

Gurindam pasal IIIApabila terpelihara mata,sedikitlah cita-cita.Apabila terpelihara kuping,khabar yang jahat tiadalah damping.Apabila terpelihara lidah,nescaya dapat daripadanya faedah.Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,daripada segala berat dan ringan.Apabila perut terlalu penuh,keluarlah fi'il yang tiada senonoh.Anggota tengah hendaklah ingat,di situlah banyak orang yang hilang semangatHendaklah peliharakan kaki,daripada berjalan yang membawa rugi.

Gurindam pasal IVHati kerajaan di dalam tubuh,jikalau zalim segala anggota pun roboh.Apabila dengki sudah bertanah,datanglah daripadanya beberapa anak panah.Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,di situlah banyak orang yang tergelincir.Pekerjaan marah jangan dibela,nanti hilang akal di kepala.Jika sedikitpun berbuat bohong,boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.Tanda orang yang amat celaka,aib dirinya tiada ia sangka.Bakhil jangan diberi singgah,itupun perampok yang amat gagah.Barang siapa yang sudah besar,janganlah kelakuannya membuat kasar.Barang siapa perkataan kotor,mulutnya itu umpama ketur.Di mana tahu salah diri,jika tidak orang lain yang berperi.

Gurindam pasal VJika hendak mengenal orang berbangsa,lihat kepada budi dan bahasa,Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,sangat memeliharakan yang sia-sia.Jika hendak mengenal orang mulia,lihatlah kepada kelakuan dia.Jika hendak mengenal orang yang berilmu,bertanya dan belajar tiadalah jemu.Jika hendak mengenal orang yang berakal,di dalam dunia mengambil bekal.Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Gurindam pasal VICahari olehmu akan sahabat,yang boleh dijadikan obat.Cahari olehmu akan guru,yang boleh tahukan tiap seteru.Cahari olehmu akan isteri,yang boleh menyerahkan diri.Cahari olehmu akan kawan,pilih segala orang yang setiawan.Cahari olehmu akan abdi,yang ada baik sedikit budi,

Gurindam pasal VIIApabila banyak berkata-kata,di situlah jalan masuk dusta.Apabila banyak berlebih-lebihan suka,itulah tanda hampir duka.Apabila kita kurang siasat,itulah tanda pekerjaan hendak sesat.Apabila anak tidak dilatih,jika besar bapanya letih.Apabila banyak mencela orang,itulah tanda dirinya kurang.Apabila orang yang banyak tidur,sia-sia sahajalah umur.Apabila mendengar akan khabar,menerimanya itu hendaklah sabar.Apabila menengar akan aduan,membicarakannya itu hendaklah cemburuan.Apabila perkataan yang lemah-lembut,lekaslah segala orang mengikut.Apabila perkataan yang amat kasar,lekaslah orang sekalian gusar.Apabila pekerjaan yang amat benar,tidak boleh orang berbuat onar.

Gurindam pasal VIIIBarang siapa khianat akan dirinya,apalagi kepada lainnya.Kepada dirinya ia aniaya,orang itu jangan engkau percaya.Lidah yang suka membenarkan dirinya,daripada yang lain dapat kesalahannya.Daripada memuji diri hendaklah sabar,biar pada orang datangnya khabar.Orang yang suka menampakkan jasa,setengah daripada syirik mengaku kuasa.Kejahatan diri sembunyikan,kebaikan diri diamkan.Keaiban orang jangan dibuka,keaiban diri hendaklah sangka.

Gurindam pasal IXTahu pekerjaan tak baik,

Gurindam pasal XDengan bapa jangan durhaka,

Page 5: Puisi

tetapi dikerjakan,bukannya manusia yaituiah syaitan.Kejahatan seorang perempuan tua,itulah iblis punya penggawa.Kepada segaia hamba-hamba raja,di situlah syaitan tempatnya manja.Kebanyakan orang yang muda-muda,di situlah syaitan tempat berkuda.Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,di situlah syaitan punya jamuan.Adapun orang tua yang hemat,syaitan tak suka membuat sahabatJika orang muda kuat berguru,dengan syaitan jadi berseteru.

supaya Allah tidak murka.Dengan ibu hendaklah hormat,supaya badan dapat selamat.Dengan anak janganlah lalai,supaya boleh naik ke tengah balai.Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,supaya kemaluan jangan menerpa.Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.

Gurindam pasal XIHendaklah berjasa,kepada yang sebangsa.Hendaklah jadi kepala,buang perangai yang cela.Hendaklah memegang amanat,buanglah khianat.Hendak marah,dahulukan hajat.Hendak dimulai,jangan melalui.Hendak ramai,murahkan perangai.

Gurindam pasal XIIRaja muafakat dengan menteri,seperti kebun berpagarkan duri.Betul hati kepada raja,tanda jadi sebarang kerja.Hukum adil atas rakyat,tanda raja beroleh inayat.Kasihkan orang yang berilmu,tanda rahmat atas dirimu.Hormat akan orang yang pandai,tanda mengenal kasa dan cindai.Ingatkan dirinya mati,itulah asal berbuat bakti.Akhirat itu terlalu nyata,kepada hati yang tidak buta.

3. SYAIRSyair adalah puisi atau karangan dalam bentuk erikat yang mementingkan irama sajak dan berasal dari

Arab.Syair disebut juga puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhiran dengan bunyi yang sama.

CIRI - CIRI SYAIR :a. Setiap bait terdiri dari 4 barisb. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku katac. Bersajak a – a – a – ad. Isi semua tidak ada sampiran,mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud,Daftar syair·    Syair Bidasari·    Syair Ken Tambuhan·    Syair Kerajaan Bima·    Syair Raja Mambang Jauhari·    Syair Raja Siak

Contoh 1: Pada zaman dahulu kala (a)Tersebutlah sebuah cerita (a)Sebuah negeri yang aman sentosa (a)Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)Negeri bernama Pasir Luhur (a)Tanahnya luas lagi subur (a)Rakyat teratur hidupnya makmur (a)Rukun raharja tiada terukur (a)Raja bernama Darmalaksana (a)Tampan rupawan elok parasnya (a)Adil dan jujur penuh wibawa (a)Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

Page 6: Puisi

Contoh 2: kalau anak pergi ke pekanyu beli belanak beliikan panjang beli dahulukalau anak pergi berjalanibu cari sanakpun cariinduk senang cari dahulu

4.PANTUNPantun adalah puisi Melayu asli (Indonesia) yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.CIRI – CIRI PANTUN :1. Setiap bait terdiri 4 baris2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran3. Baris 3 dan 4 merupakan isi4. Bersajak a – b – a – b5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata

Contoh : Ada pepaya ada mentimun (a)Ada mangga ada salak (b)Daripada duduk melamun (a)Mari kita membaca sajak (b)

MACAM-MACAM PANTUN

1. DILIHAT DARI BENTUKNYAa. PANTUN BIASA : Pantun biasa sering juga disebut pantun saja. Contoh : Kalau ada jarum patah

Jangan dimasukkan ke dalam petiKalau ada kataku yang salahJangan dimasukan ke dalam hati

2. SELOKA (PANTUN BERKAIT) Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Kerena pantun ini berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait CIRI-CIRI SELOKA:

a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga dst.

Contoh 1: Lurus jalan ke Payakumbuh,Kayu jati bertimbal jalanDi mana hati tak kan rusuh,Ibu mati bapak berjalanKayu jati bertimbal jalan,Turun angin patahlah dahanIbu mati bapak berjalan,Ke mana untung diserahkan

Contoh 2: Sudah bertemu kasih sayangDuduk terkurung malam siangHingga setapak tiada renggangTulang sendi habis berguncang

Baik budi emak si RandangDagang lalu ditanakkanTiada berkayu rumah diruntuhkanAnak pulang kelaparanAnak dipangku diletakkanKera dihutan disusui

Page 7: Puisi

3. TALIBUN Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya. Jadi :

Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:-·    Ia merupakan sejenis puisi bebas·    Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian·    Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci·    Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita·    Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya·    Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang beriram seperti pengulangan)·    Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara·    Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara Tema Talibun: biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:-·    Mengisahkan kebesaran/kehebatan sesuatu tempat dll·    Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/peristiwa·    Mengisahkan kehebatan/kecantikan seseorang·    Mengisahkan kecantikan seseorang·    Mengisahkan kelakuan dan sikap manusiaContoh 1: Kalau anak pergi ke pekan

Yu beli belanak pun beli sampiranIkan panjang beli dahuluKalau anak pergi berjalanIbu cari sanak pun cari isiInduk semang cari dahulu

Contoh 2: Tengah malam sudah terlampauDinihari belum lagi nampakBudak-budak dua kali jagaOrang muda pulang bertandangOrang tua berkalih tidurEmbun jantan rintik-rintikBerbunyi kuang jauh ke tengahSering lanting riang di rimbaMelenguh lembu di padangSambut menguak kerbau di kandangBerkokok mendung, Merak mengigalFajar sidik menyinsing naikKicak-kicau bunyi MuraiTaktibau melambung tinggiBerkuku balam dihujung bendulTerdengar puyuh panjang bunyiPuntung sejengkal tinggal sejariItulah alamat hari nak siang

(Hikayat Malim Deman)

4. PANTUN KILAT ( KARMINA ) CIRI-CIRINYA : a. Setiap bait terdiri dari 2 baris

b. Baris pertama merupakan sampiranc. Baris kedua merupakan isi berupa sindirand. Bersajak a – ae. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata

Contoh 1 : Dahulu parang, sekarang besi (a)Dahulu sayang sekarang benci (a)

Contoh 2: sudah gaharu cendana pulasudah tahu masih bertanya pula

Page 8: Puisi

Contoh 3: Kayu Lurus dalam ladangKerbau kurus banyak tulang

2. DILIHAT DARI ISINYA 2.1. PANTUN ANAK-ANAK

Contoh : Elok rupanya si kumbang jatiDibawa itik pulang petangTidak terkata besar hatiMelihat ibu sudah datang

2.2. PANTUN ORANG MUDAContoh 1: Tanam melati di rama-rama

Ubur-ubur sampingan duaSehidup semati kita bersamaSatu kubur kelak berdua

Contoh 2: apa guna pasang pelitajika dengan sumbunyaapa guna bermain matakalau tidak dengan sungguhnya

2.3. PANTUN ORANG TUAContoh 1: Asam kandis asam gelugur

Kedua asam riang-riangMenangis mayat di pintu kuburTeringat badan tidak sembahyang

Contoh 2: beli sekayu kainkasacukup diukur dengan lerengnyabangsa melayu menjaga bahasalengkap dengan sopan adapnya

2.4. PANTUN JENAKAContoh 1: Elok rupanya pohon belimbing

Tumbuh dekat pohon manggaElok rupanya berbini sumbingBiar marah tertawa juga

Contoh 2: nonton tv filmnya acisambil nonton makan kuacikalau kakak sudah bencitutup pintu lalu kunci

2.5. PANTUN TEKA-TEKIContoh 1: Kalau puan, puan cemara

Ambil gelas di dalam petiKalau tuan bijak laksanaBinatang apa tanduk di kaki

Contoh 2: ada sebiji roda pedatibentuknya bulat daripada besibila bermain diikat sekuat hatidilempar hidup dipegang mati

PUISI BARUA.MACAM-MACAM PUISI BARU

1. DISTIKON: sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama. Contoh : Berkali kita gagal

Ulangi lagi dan cari akalBerkali-kali kita jatuhKembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)

2. TERZINA: sanjak 3 seuntai. Contoh : Dalam ribaan bahagia datang

Tersenyum bagai kencanaMengharum bagai cendanaDalam bah’gia cinta tiba melayangBersinar bagai matahari

Page 9: Puisi

Mewarna bagaikan sariDari : Madah KelanaKarya : Sanusi Pane

3. QUATRAIN: sanjak 4 seuntai Contoh : Mendatang-datang jua

Kenangan masa lampauMenghilang muncul juaYang dulu sinau silauMembayang rupa juaAdi kanda lama laluMembuat hati juaLayu lipu rindu-sendu

(A.M. Daeng Myala)

4. QUINT: sanjak 5 seuntai Contoh : Hanya Kepada Tuan

Satu-satu perasaanHanya dapat saya katakanKepada tuanYang pernah merasakanSatu-satu kegelisahanYang saya serahkanHanya dapat saya kisahkanKepada tuanYang pernah diresah gelisahkanSatu-satu kenyataanYang bisa dirasakanHanya dapat saya nyatakanKepada tuanYang enggan menerima kenyataan

(Or. Mandank)5. SEXTET: sanjak 6 seuntai. Contoh : Merindu Bagia

Jika hari’lah tengah malamAngin berhenti dari bernafasSukma jiwaku rasa tenggelamDalam laut tidak terwatasMenangis hati diiris sedih

(Ipih)

6. SEPTIMA: sanjak 7 seuntai. Contoh : Indonesia Tumpah Darahku

Duduk di pantai tanah yang permaiTempat gelombang pecah berderaiBerbuih putih di pasir terderaiTampaklah pulau di lautan hijauGunung gemunung bagus rupanyaDitimpah air mulia tampaknyaTumpah darahku Indonesia namanya

(Muhammad Yamin)

7. STANZA ( OCTAV ): sanjak 8 seuntai Contoh :

AwanAwan datang melayang perlahanSerasa bermimpi, serasa beranganBertambah lama, lupa di diriBertambah halus akhirnya seriDan bentuk menjadi hilangDalam langit biru gemilang

Page 10: Puisi

Demikian jiwaku lenyap sekarangDalam kehidupan teguh tenang

(Sanusi Pane)

8. SONETA: bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance. CIRI – CIRI SONETA : a. Terdiri atas 14 baris b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav. d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet. e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav ,

jadi sifatnya subyektif. g. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta h. Penambahan baris pada soneta disebut koda. i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata j. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d Contoh :

GembalaPerasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )Melihat anak berelagu dendang ( b )Seorang saja di tengah padang ( b )Tiada berbaju buka kepala ( a )Beginilah nasib anak gembala ( a )Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )Pulang ke rumah di senja kala ( a )Jauh sedikit sesayup sampai ( a )Terdengar olehku bunyi serunai ( a )Melagukan alam nan molek permai ( a )Wahai gembala di segara hijau ( c )Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )Maulah aku menurutkan dikau ( c )

(Muhammad Yamin)

B. FUNGSI SONETA Pada masa lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati. Kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas seperti :1. Pernyataan rindu pada tanah air2. Pergerakan kemajuan kebudayaan3. Ilham sukma4. Perasaan keagamaan

C. SONETA DIGEMARI PARA PUJANGGA BARU Faktor-faktor Soneta digemari oleh para Pujangga Baru antara lain :1. Adanya penyesuaian dengan bentuk pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu hampir sejalan dengan sampiran pada pantun. Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif itu merupakan isi pantun.2. Baris-baris Soneta yang berjumlah 14 buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan hati penyairnya.3. Soneta dapat dipakai untuk menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya.

D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN1. PERSAMAAN SONETA DENGAN PANTUN

Pantun dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan.2. PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN

a. Soneta puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu b. Satu bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4 baris c. Soneta berima bebas, pantun berima a-b-a-b