58
MASALAH GIZI Putri Chairani 102008219 C8 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Email: [email protected] Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masih didominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), masalah kurang vitamin 1

putri 26

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok 26

Citation preview

Page 1: putri 26

MASALAH GIZI

Putri Chairani

102008219

C8

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,

Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan

saja. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masih didominasi oleh masalah

kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan

yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota

besar yang perlu ditanggulangi.

Skenario

Di puskesmas Kecamatan Pedes diketahui banyak ibu hamil menderita anemia status gizi kurang

dan paritas tinggi yaitu rata-rata 5 orang anak dan juga banyak sekali balita yang menderita gizi

buruk, rabun senja dan retardasi mental. Beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas tersebut juga

1

Page 2: putri 26

dinyatakan sebagai daerah endemis gondok. Sebagian besar mata pencarian penduduk adalah

nelayan namun sebagian besar hasilnya dijual. Masyarakat juga sebgian bertani dan menanam

singkong. Di wilayah tersebut terdapat 3 posyandu di 3 desa dari 10 desa yang ada

I. EpidemiologiA. Anemia Defisiensi Besi

Anemia adalah kehamilan dengan kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah

11% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5% pada trimester 2. Nilai batas tersebut

perbedaannyadengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada

trimester ke 2.Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang

ditandaioleh penurnan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang

rendah, dankonsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun.Pada kehamilan anemia

kekurangan besi akan timbul jika keperluan besi (kira-kira1000mg pada kehamilan tunggal)

tidak dapat dipenuhi dari cadangan besi dan dari besi yangdapat diabsorpsi dari traktus

gastrointestinal.Volume darah bertambah cepat pada kehamilan trimester 2 sehingga kekurangan

besiseringkali terlihat pada turunnya kadar hemoglobin. Meskipun bertambahnya volume darah

tidak  begitu banyak pada trimester 3, tetapi keperluan akan besi tetap banyak karena

penambahan HBibu terus berlangsung dan lebih banyak besi yang diangkut melalui plasenta ke

neonatus.Pada kehamilan, kehilangan zat besi akibat pengalihan besi maternal ke janin

untuk eritropoeisis, kehilangan zat darah saat persalinan, dan laktasi yang jumlah

keseluruhannyamencapai 900mg atau setara 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan

mengawalikehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini

berakibat padaanemia defisiensi besi.1,2

Frekuensi ibu hamil dengan anemia cukup tinggi di Indonesia yaitu 63,5%,sedangkan di

amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurangterhadap ibu hamil merupakan

predisposisi anemia defesiensi pada ibu hamil diIndonesia.Menurut WHO, 40% kematian ibu di

Negara berkembang berkaitan dengan anemiadalam kehamilan.Kebanyakan anemia dalam

kehamilan disebabkan oleh anemia defesiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang

keduanya saling berinteraksi. Defeisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering

ditemukan baik dinegara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada

2

Page 3: putri 26

kehamilan danberkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan

kebutuhan pertumbuhan janin

B. Kurang Vitamin A

Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan, vitamin A

merupakan nama generik yang menyatakan bahwa seluruh retinoid dan prekusor/provitamin

A/karatenoid yang mempunyai aktivitas biologic sebagai retinol. Selain dikenal sebagai vitamin

yang berperan dalam kesehatan mata, vitamin A juga secara umum penting dalam kelangsungan

hidup manusia. Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan

organ tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing

dan saluran cerna (Arisman 2002). Penyakit Kurang Vitamin A (KVA) tersebar luas dan

merupakan penyebab gangguan gizi yang sangat penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-

anak dibawah usia lima tahun. Sampai akhir tahun 1960-an KVA merupakan penyebab utama

kebutaan pada anak.2

Prevalensi Kurang Vitamin A

Prevalensi dari defisiensi klinis diperkirakan dari rabun senja, bintik Bitot, dan

xeropthalmia. Prevalensi klinis KVA di Asia cukup rendah, berkisar antara 0.5% di Srilangka

sampai 4.6% di Bangladesh pada anak-anak (Allen and Gillespie, 2001). Prevalensi lebih dari

1% dianggap menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia prevalensi kekurangan

vitamin A pada tahun 1970 adalah berkisar antara 2-7%, turun menjadi 0.33% pada tahun 1992,

dan dinyatakan bebas masalah xeropthalmia, namun tetap perlu waspada karena 50% balita

masih menunjukkan kadar vitamin dalam serum <20mcg/dl (Direktorat Gizi Mayarakat, 2003).

Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah konsumsi makanan hewani yang banyak

mengandung retinol masih rendah. Minyak ikan, hati dan ginjal, susu merupakan sumber vitamin

A. Sedangkan sayur-sayuran yang berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning banyak

mengandung beta karoten yang merupakan provitamin A. Betakaroten yang berasal dari buah-

buahan dan umbi yang berwarna kuning, seperti ubi jalar merah lebih mudah diserap

dibandingkan dari sayur-sayuran. Vitamin A merupakan salah satu vitamin A yang larut dalam

lemak, konsumsi lemak yang rendah dapat menyebabkan vitamin A dalam makanan susah untuk

diserap. Konsumsi sayur-sayuran dengan cara ditumis dapat meningkatkan absorbsi dari vitamin

3

Page 4: putri 26

A yang terdapat pada sayur-sayuran. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber utama vitamin A

pada bayi. Konsekuensi kurang vitamin A dari berbagai penelitian menunjukan kekurangan

vitamin A meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada bayi, anak, dan ibu hamil;

mempengaruhi pertumbuhan pada anak; dan berpengaruh terhadap kejadian anemia dengan cara

mempengaruhi transpor zat besi dan sintesis hemoglobin. Beberapa hasil penelitian yang

berhubungan dengan kekurangan vitamin A dan hubungannya dengan hasil dari suplementasi

yang diberikan adalah: 1. Mortalitas (angka kematian). Suplementasi vitamin A mencegah

perkembangan terjadinya Xeropthalmia dan konsekuensinya juga untuk mencegah kematian

pada individu yang rentan. 2. Morbiditas (angka kesakitan). Hasil-hasil penelitian menunjukkan

pengaruh suplementasi vitamin A pada morbiditas pada populasi yang kekurangan vitamin A

secara sub klinis. Hasil meta analisis menunjukkan suplementasi vitamin A dosis tinggi

mengurangi angka kesakitan diare dan campak 23% untuk bayi dan anak umur 6 bulan sampai 5

tahun Diare yang parah dapat dikurangi dengan suplementasi vitamin A dosis rendah pada anak-

anak gizi buruk 3. Kekebalan tubuh. Bukti-bukti menunjukkan suplementasi vitamin A pada

anak-anak dengan nilai serum vitamin A yang rendah dapat meningkatkan kekebalan tubuh,

termasuk respon terhadap vaksinasi .Kekurangan asopan vitamin A dapat menyebabkan

kebutaaan terutama pada anak-anak usia 6 – 59 bulan, apalagi bila disertai dengan penyulit

penyakit berikut .2

gizi buruk,

anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun

Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5 kg

Anak yang menderita penyakit kronis seperti ; campak, diare, pneumonia, TBC dan cacingan

Pola epidemiologi dipengaruhi oleh :

1.  Usia

         Pada bayi dan ibu hamil kekurangan vitamin A

         Pada usia penyapihan dini

         Pada anak dengan PMT/pasi kekurangan vitamin A

2.  Seks

4

Page 5: putri 26

         Laki-laki beresiko >>( XN & X1-B)

         Laki-laki dan wanita beresiko sama terhadap  X3 – A dan B

3.  Musim

         Musim panas, kering, campak dan diare beresiko tinggi kekurangan vitamin A

4.  Kelompok masyarakat

         Disebabkan karena kebiasaan makan

         Perawatan kesehatan yang kurang diperhatikan

         Anak yang hidup dekat dengan kekurangan vitamin A aktif beresiko lebih tinggi

C. GAKY

GAKI mempunyai bermacam-macam efek yang serius pada kesehatan seperti gondok,

kretin, gangguan perkembangan kognitif dan pertumbuhan yang tidak dapat diperbaiki, kematian

bayi, berat bayi lahir rendah, dan kematian pada saat lahir. a. Prevalensi Gangguan Akibat

Kekurangan Iodium WHO, UNICEF dan International Coordinating Committee on Iodine

Deficiency Disorders (ICCIDD) mengklasifikasikan dari 191 negara, 68.1 % dengan masalah

GAKI, 10.5% sudah dapat mengatasi masalah GAKI dan sisanya tidak diketahui masalah

besarnya masalah GAKI (Allen and Gillespie, 2001). Prevalensi secara nasional pada tahun 1980

sekitar 30% menurun menjadi 9.8% pada tahun 1998. Namun prevalensi pada propinsi-propinsi

tertentu masih cukup tinggi, misalnya di NTT 38.1%, Maluku 33.3%, Sulawesi Tenggara 24.9%,

dan Sumatra Barat 20.5%. Propinsi NTT dan Maluku dikategorikan mempunyai masalah GAKI

yang berat, Sulawesi Tenggara dan Sumatra Barat dikategorikan mempunyai masalah GAKI

sedang, sedangkan propinsi-propinsi yang lain mempunyai masalah GAKI ringan atau tidak

mempunyai masalah GAKI (Direktorat Gizi Mayarakat, 2003). b. Penyebab Gangguan Akibat

Kekurangan Iodium Penyebab utama GAKI adalah karena air, makanan yang berasal dari

tumbuhtumbuhan dan binatang pada daerah tertentu sedikit mengandung Iodium. Iodium yang

terdapat pada tanah tersebut tercuci oleh gletsier, banjir atau hujan. Kekurangan Iodium dapat

disebabkan oleh banjir. Penyebab lain dari kekurangan Iodium adalah banyak makanan yang

dikonsumsi di negara-negara berkembang mengandung zat goitrogenik yaitu suatu zat yang

menghambat penyerapan Iodium oleh tiroid. Contohnya adalah zat goitrogenik yang terdapat

didalam ubi kayu, untuk menghilangkan zat tersebut ubi kayu harus direndam dahulu di dalam

5

Page 6: putri 26

air. Beberapa zat gizi diindikasikan berhubungan dengan kekurangan Iodium yaitu Selenium dan

Besi. Selenium merupakan komponen yang penting untuk enzim yang merubah tiroksin (T3)

menjadi triiodotironin (T4), sehingga kekurangan Selenium dan Iodium dapat menyebabkan

gondok. Kekurangan besi dapat menyebabkan kerusakan metabolisme hormon tiroid, sehingga

orang yang menderita gondok dan anemia kurang responsif jika diberikan Iodium. Konsekuensi

dari Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Beberapa konsekuensi dari kekurangan Iodium

adalah kretin, gondok, kerusakan perkembangan kognitif yang tidak dapat diperbaiki,

meningkatkan angka kesakitan dan kematian. 2

1) Kretin adalah hasil dari kekurangan Iodium selama kehamilan, yang mempengaruhi fungsi

tiroid janin. Kerusakan otak janin diperkirakan terjadi ketika kekurangan Iodium pada

trisemester I kehamilan. Ciri-ciri kretin karena kerusakan saraf adalah kemampuan kognitif yang

rendah, tuli, dan ganguan bicara. 2

2) Gondok merupakan pembesaran kelenjar tiroid pada leher. Gondok biasanya tidak

menyakitkan, namun adanya gondok menunjukkan bahwa sedang terjadi kerusakanlain dari

kekurangan Iodium.

3) Kerusakan fungsi kognitif. Kekurangan Iodium merupakan penyebab nomor satu kerusakan

otak dan kemunduran mental yang sebenarnya dapat dicegah. Masalahnya berkisar dari

perubahan saraf sampai kerusakan fungsi kognitf. Hasil dari meta analisis dari 18 penelitian yang

meliputi 2214 subjek menunjukkan rata-rata kognitif dan psikomotor anak-anak yang

kekurangan Iodium lebih redah 13.5 IQ poin dibandingkan anak yang normal. Masalahnya

diperberat dengan lingkungan yang terdiri dari orang-orang tidak cerdas, apatis, tidak ada

motivasi sebagai akibat dari kekurangan Iodium. 4) Meningkatkan kesakitan dan kematian.

Kekurangan Iodium pada masa hamil berhubungan dengan kejadian bayi lahir mati, aborsi dan

kelainan congenital.2

D. KEP (Kurang Energi Protein)

KEP adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia

maupun negara-negara berkembang lainnya KEP berdampak terhadap pertumbuhan,

perkembangan intelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain itu juga dampak langsung

6

Page 7: putri 26

terhadap kesakitan dan kematian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang

masih menghadapi masalah kekurangan gizi yang cukup besar. Kurang gizi pada balita terjadi

karena pada usia tersebut kebutuhan gizi lebih besar dan balita merupakan tahapan usia yang

rawan gizi. Masalah gizi yang sampai saat ini masih menjadi masalah ditingkat nasional adalah

gizi kurang pada balita, anemia, gangguan akibat kekurangan Yodium (GAKY) dan  kurang

vitamin A, masalah tersebut disebagian besar kabupaten/kota dengan factor penyebab yang

berbeda.Usia dibawah lima tahun (balita) terutama pada usia 1-3 tahun merupakan masa

pertumbuhan yang cepat (growth spurt), baik fisik maupun otak. Sehingga memerlukan

kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan pada masa-masa berikutnya. pada masa ini

anak sering mengalami kesulitan makan, apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan baik

maka akan mudah terjadi Kekurangan energi protein (KEP).2

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap

masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP) yang

merupakan masalah gizi utama di Indonesia.Untuk mengantisipasi masalah di atas, diperlukan

upaya pencegahan dan penanggulangan secara terpadu di setiap tingkat pelayanan kesehatan,

termasuk pada sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas perawatan, Puskesmas, Balai

Pengobatan, Puskesmas Pembantu, Pos Pelayanan Terpadu, dan Pusat Pemulihan Gizi yang

disertai peran aktif masyarakat. Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP

merupakan salah satu  bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan

intelektual,serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya resiko kesakitan

dan kematian terutama pada kelompok rentan biologis. Pengejawantahan KEP terlihat dari

keadaan fisik seseorang yang diukur secara Antropometri.  Manifestasi KEP tercermin dalam

bentuk fisik tubuh yang apabila diukur secara Anthropometri (TB/U, BB/U, BB/TB) kurang dari

nilai baku yang dianjurkan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP merupakan salah

satu bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual serta 

menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya resiko kesakitan dan  kematian

terutama pada kelompok rentan biologis.2,3

Gejala klinis

7

Page 8: putri 26

a. Kwashiorkor

-          Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)

-          Wajah membulat dan sembab

-          Pandangan mata sayu

-          Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa

sakit, rontok

-          Perubahan status mental, apatis, dan rewel

-          Pembesaran hati

-          Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

-          Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

-          Sering disertai:   -penyakit infeksi, umumnya akut anemia, diare.

b. Marasmus:

-     Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

-     Wajah seperti orang tua

-     Cengeng, rewel

-     Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah

pantat tampak seperti memakai celana longgar/”baggy pants”)

-          Perut cekung

-          Iga gambang8

Page 9: putri 26

-     Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), diare

c. Marasmik-Kwashiorkor:

-     Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik Kwashiorkor dan

Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak

mencolok.

Klasifikasi KEP

Berikut ini adalah klasifikasi Kurang Energi Protein1:

KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS

dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS;

KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80%

baku median WHO-NCHS;

KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB

<70% baku median WHO-NCHS.

Penentuan KEP dilakukan berdasarkan indikator antropometri yaitu berat badan menurut

umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB). Anak dikatakan mengalami KEP apabila berada di bawah -2 z-score (standar

Internasional NCHS-WHO) dari setiap indikator

II. Program KIA3,4

a. Setiap ibu hamil diberi penyuluhan mengenai :

- Selalu mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa

- Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

- Ibu hamil di daerah endemis gondok harus memperoleh 1 kapsul yodium.

- Perlunya menjadi peserta KB setelah melahirkan

9

Page 10: putri 26

- Penggukuran LILA, untuk mengetahui keadaan gizi ibu hamil. Jika ukuran LILA

berada pada warna merah(kurang dari23,5 cm) maka ibu tergolong kurus sekali.

Jadi ibu dianjurkan banyak makan dan istirahat.

- Pentingnya ibu memeriksaan secara rutin, kepada petugas kesehatan disampingi

suami

- Memasak makanan sehat( dengan peragaan) bahan makanannya diambil dari hasil

perkarangan/kebun/ kolam

- Pentinnya ibu nifas mendapatkan 2 kapsul vitamin A warna merah sesuai aturan

minum

- Mendapat tablet Fe bagi yang terkena gejala kurang darah Anemia.

- Persalinan dibantu oleh tenaga medis

- Ibu hamil makan untuk dua orang, untuk dirinya dan untuk janin yang

dikandungnya

- Setiap hari sejak awal kehamilan, diperlukan tambahan makanan bergizi/sehat 1

piring lebih banyak dari biasanya

- Setiap kali makan, jangan lipa makan sayur dan buah, serta lauk pauk

- Juga minum paling sedikit 8-10 gelas setiap hari

Tim puskesmas terdiri dari pimpinan puskesmas, pengelola peminat KIA kecamatan, staf

puskesmas lain yang mampu bertindak sebagai pelatih kader dan Pembina kelompok peminat

KIA.

Tugas 1

Mengidentifikasi ketersediaan kader dari kegiatan atau sector lain pada desa terpilih.

Tujuan: untuk memudahkan proses pemilihan kader sesuai dengan criteria yang ditetapkan.

Langkah:

1) Menghubungi para petugas gizi, petugas imunisasi, petugas KB, dan lainnya.

2) Mencatat nama dan lokasi individu yang menjadi kader dari setiap kegiatan diatas.

10

Page 11: putri 26

Tugas 2

Menjelaskan program peminat KIA dan rencana latihan kader kepada kepala desa, tim penggerak

PKK desa, pengurus LKMD, kepala dukuh/kampong, dan tokoh masyarakat.

Tujuan: agar mereka mengetahui dan memahami tujuan dan kegiatan peminat KIA. Dengan

demikian, mereka diharapkan mendukung dan membantu pelaksanaan program peminat KIA.

Langkah:

1) Mempelajari tujuan, manfaat, dan kelompok sasaran program peminat KIA, khususnya

latihan kader.

2) Menjelaskan kepada mereka tentang tujuan dan manfaat program peminat KIA.

3) Mengemukakan bentuk dan jenis dukungan yang diperlukan untuk keberhasilan program.

Tugas 3

Mencari dan memilih calon kader yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

a. kader posyandu (2 orang)

b. Ibu atau siapa saja yang dapat baca-tulis dan diterima oleh masyarakat.

Tujuan: agar didapatkan calon kader yang bersedia kerja sukarela dan memiliki dedikasi.

Langkah:

1) Melakukan konsultasi dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat mengenai calon

kader yang tepat.

2) Kepada calon kader menjelaskan tujuan dan kegiatan peminat KIA serta tugas yang harus

dilakukan nanti.

3) Mendorong terjadinya hubungan kerja yang baik antara kader peminat KIA dan kader

lainnya serta staf puskesmas.

11

Page 12: putri 26

Tugas 4

Mempersiapkan latihan kader peminat KIA yang meliputi penyusunan jadwal, penentuan lokasi,

mengirimkan undangan, dan menyiapkan media latihan (alat-alat peraga).

Tujuan: agar pelaksanaan latihan berjalan dengan lancer.

Langkah:

1) Mempelajari tujuan dan materi latihan.

2) Menyusun jadwal kerja.

3) Melakukan konsultasi dengan camat, PKK, dan kepala desa.

Tugas 5

Menggali peran serta masyarakat dan instansi local (kepala desa, camat dan sector) dalam

pelaksanaan kegiatan.

Tujuan: agar didapatkan dukungan moral dan fisik bagi keberhasilan latihan.

Langkah:

1) Menjelaskan kebutuhan yang diperlukan untuk latihan.

2) Mengemukakan dana yang tersedia.

3) Menekankan bahwa tanpa dukungan tambahan latihan sulit dilaksanakan dengan baik.

Tugas 6

Bertindak sebagai latihan dalam pelatihan kader peminat KIA tentang pengetahuan dan

keterampilan KIA sesuai dengan bahan yang ditentukan.

Tujuan: agar para peserta mampu dan terampil menjadi fasilitator dalam kegiatan kelompok

belajar peminat KIA.

12

Page 13: putri 26

Langkah:

1) Mengatur agar lamanya pembahasan materi disesuaikan dengan tingkat pengetahuan

peserta.

2) Menciptakan suasana yang intim dan santai.

3) Menggunakan waktu secara baik dan tepat.

4) Menjelaskan bagaimana seharusnya hubungan antara peserta dengan pelatih.

5) Memperkenalkan penggunaan kartu rujuk kepada kader. Kartu rujuk diberikan kepada

semua anggota kelompok supaya memeriksakan diri ke puskesmas, puskesmas

pembantu, posyandu atau bidan/dokter praktek swasta.

Tugas 7

Memberikan informasi nama dan alamat dukun terlatih di wilayah kerja puskesmas kepada kader

peminat KIA.

Tujuan: agar para kader dapat menganjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan diri ke

puskesmas atau posyandu dan meminta pertolongan persalinan hanya pada dukun terlatih selain

tenaga kesehatan lainnya.

III. Program KB

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang

diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif

untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau

pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta

kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang

tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah

kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara

penggunaannya.5,6,7

13

Page 14: putri 26

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan

membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi

(melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau

permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan

setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya

anak lagi. Metode kontrasepsi 3permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode

kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan

operasi.7

Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier

(penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD;

atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu

maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah

fertilisasi (pembuahan).6,7

Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan,

frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan

kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga

didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut.

Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek

samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada

metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah

kehamilan 100%

- Metode kontrasepsi

1. Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral progestin Kontrasepsi suntikan progestin

Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Implant progestin Kontrasepsi Patch

Kontrasepsi barrier (penghalang)

Kondom (pria dan wanita)

2. Diafragma dan cervical cap

14

Page 15: putri 26

3. Spermisida

4. IUD (spiral)

5. Perencanaan keluarga alami

6. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi

7. Metode amenorea menyusui

8. Kontrasepsi darurat

Kontrasepsi darurat hormonal

Kontrasepsi darurat IUD

9. Sterilisasi

Vasektomi

Ligasi tuba

- Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik. Kontrasepsi oral

adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil. Suntikan

dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin saja atau kombinasi progestin dan

estrogen.

Kontrasepsi oral kombinasi (pil) --> mengandung sintetik estrogen dan preparat

progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi

(pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH,

mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan

lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada

yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada

wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy).

Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea

(nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk

wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh

ibu menyusui bias mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air

susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu

15

Page 16: putri 26

menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak

mempengaruhi pembentukan air susu.6,7

Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan

sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di

tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin setelah ingat, dan

pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka pack pil

harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom untuk

mencegah kehamilan.Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah

persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu

12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan

jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu

sebelum pil KB mulai digunakan.7

Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan

antibiotik) bias menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin

dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai

pil KB.6

Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh diigunakan pada wanita

dengan:

menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan

usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari

faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi)

tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 100 mmHg

riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru

- Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun

penggunaan pertama

- Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker

endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang

berkaitan dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat sedang

16

Page 17: putri 26

- Kerugian : tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak melindungi dari

Penyakit Menular Seksual (PMS), harus diminum setiap hari, membutuhkan resep

dokter

- Efek samping lokal : mual, nyeri tekan pada payudara, sakit kepala

Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron

Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg depo

medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping,

kriteria, dan keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi lebih

stabil setiap bulan. Pengembalian kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.6

Kontrasepsi Barrier (penghalang)

Kondom (pria dan wanita) a metode yang mengumpulkan air mani dan sperma di dalam

kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita. Kondom pria harus

dipakai setelah ereksi dan sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi

separuh bagian penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk

menampung sperma). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi.6,7

- Efktivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama

- Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, satu-satunya kontrasepsi yang mencegah

PMS, infeksi GO, klamidia

. Kerugian : kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan benar, alergi lateks pada orang yang

sensitive.6

Diafragma dan cervical cap --> kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke dalam

vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks

atau karet dengan cincin yang fleksibel. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis

sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam

setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi

leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di tempatnya

lebih dari 48 jam.6,7

17

Page 18: putri 26

- Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama

- Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, tidak ada risiko gangguan kesehatan,

melindungi dari PMS

- Kerugian : angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari

tenaga kesehatan, ketidaknyamanan.

Spermisida

Agen yang menghancurkan membran sel sperma dan menurunkan motilitas (pergerakan

sperma). Tipe spermisida mencakup foam aerosol, krim, vagina suposituria, jeli, sponge (busa)

yang dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Terutama mengandung nonoxynol 9

- Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-26 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan

pertama

- Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai pelumas, dapat mencegah

PMS Bacterial

- Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan transmisi virus HIV, hanya

efektif 1-2 jam

IUD (spiral)

Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah

kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi terjadinya pembuahan

maupun implantasi. Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan

cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10

tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat

digunakan untuk kontrasepsi darurat.IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi

bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10

menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat

dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa factor resiko perforasi (robeknya rahim). Untuk

wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah

melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi

direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah 18

Page 19: putri 26

IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi.

Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :

Kehamilan

Sepsis

Aborsi postseptik dalam waktu dekat

Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim

Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya

Penyakit tropoblastik ganas

Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium

- Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3-0,8 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan

pertama

- Keuntungan : sangat efektif, bekerja cepat setelah dimasukkan ke dalam rahim. Bekerja

dalam jangka waktu lama

- Kerugian : risiko infeksi panggul, dismenorea (nyeri saat haid), menoragia pada bulan-

bulan pertama, peningkatan risiko perforasi (robek) rahim, risiko kehamilan ektopik, IUD

dapat lepas dengan sendirinya

- Efek samping : nyeri, perdarahan, peningkatan jumlah darah menstruasi

IV. Perbaikan Gizi Masyarakat

Program Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu  program pokok Puskesmas  yaitu

program  kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi

Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin

A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga/Masyarakat.

Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan  harian,  bulanan, smesteran ( 6 bulan

sekali) dan tahun ( setahun sekali) serta beberapa kegiatan  investigasi dan intervensi yang

dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi  misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.

Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam maupun di luar gedung

Puskesmas.

19

Page 20: putri 26

Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah

1. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tampa makanan dan

minuman lain pada bayi  berumur nol sampai dengan 6 bulan

2. Pemberian MP-ASI anak umur  6- 24 bulan adalah pemberian  makanan pendamping ASI

pada anak usia  6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.

3. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi (90 tablet)

selama masa kehamilan.

4. Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga miskin yang

ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas

5. Kegiatan  investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat jika ditemukan masalah

gizi  misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.

Kegiatan yang dilakukan bulanan adalah

1. Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita ( Penimbangan Balita) adalah  pengukuran

berat badan balita untuk mengetahui  pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan

balita.

2. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan Perberdayaan

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan setiap smester ( 6 bulan sekali)  adalah Pemberian Kapsul 

Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita adalah  pemberian  kaspusl vitamin A dosis tinggi

kepada bayi dan anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan  setahun sekali  pada

bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali dan secara serentak  dalam

bulan Februari dan Agustus

Kegiatan yang dilakukan setiap tahun ( setahun sekali adalah)

1. Pemantauan Status Gizi balita

2. Pemantaun konsumsi gizi

20

Page 21: putri 26

3. Pemantauan penggunaan garam beryodium

Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh  tenaga gizi berpendidikan  D1

(Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi)  serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi)  yang khusus

dipersiapkan  atau mahir dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat  atau sebagai tenaga

profesinal di bidang gizi.  Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan oleh tenaga kesehatan

lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program gizi puskesmas.

Beberapa jenis pelatihan bagi petugas gizi puskesmas adalah

1. Pelatihan konseling ASI

2. Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita

3. Pelatihan Konseling MP-ASI

4. Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk

5. Pelatihan pengelolaan Program Gizi Puskesmas

6. Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

petugas dalam melaksanakan program gizi di masyarakat.

Pedoman-pedoman yang harus dimiliki oleh seorang petugas gizi Puskesmas adalah

1. Buku Surveilans Gizi

2. Buku Pegangan Kader Posyandu

3. Buku Manajemen pemberian Vitamin A

4. Buku Manajemen Pemberian Tablet Fe

5. Buku Pedoman Pemberian ASI

6. Buku Pedoman MP-ASI

7. Buku Pedoman Pemberian Garam Beryodium

21

Page 22: putri 26

8. Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita

9. Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24 bulan.

Buku-buku pedoman ini telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, juga telah

dikembangkan oleh  Dinas Kesehatan Propinsi bahkan agar lebih operasional  buku-buku

tersebut telah juga dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota biasanya

dilakukan dalam bentuk  sebagai berikut :

1. Kunjungan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk melakukan supervisi atau

bimbingan tehnis program gizi pada setiap tahunnya.

2. Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas Kesehatan

kabupaten /kota dari  laporan rekapitulasi puskesmas  yang dikirm setiap bulan di Dinas

Kabupaten/kota.

3. Pertemuan monitoring dan evaluasi program gzi ditingkat Kabupaten /kota.

Beberapa Output dari program Gizi masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas  diperoleh dari 

buku register  (pencatatan)   setiap kegiatan yang kemudian dibuatkan laporan  per posyandu

atau setiap unit pelayanan gizi,  direkapitulasi menjadi perdesa dan selanjutnya dikirim ke  Dinas

Kesehatan Kabupaten/kota dalam bentuk laporan bulanan, smester dan tahunan. Setiap laporan

dapat  memberikan gambaran tempat, waktu, person (sasaran).

Jumlah sasaran (person)  biasanya  dibuat atau telah disepakati/ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

kabupaten/kota atau sumber  yang telah ada di Puskesmas  sebagai hasil dari pendataan sasaran

program.

Beberapa Output dari Program Gizi adalah

1. Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI

2. Jumlah Balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang ditimbang, Naik Berat Badannya

termasuk juga Balita dengen Berat Badan dibawah Garis Merah (BGM) pada KMS

22

Page 23: putri 26

3. Jumlah Balita mendapatkan Kapsul Vitamin A

4. Jumlah Balita mendapatkan tablet F3 dengan 90 tablet selama kehamilan.

5. Gambaran Status Gizi Balita

6. Gambaran Konsumsi Gizi

7. Gambaran penggunaan Garam Beryodium

8. Laporan hasil Investigas dan Intervensi Gizi buruk. Dan beberapa laporan lainnya.

Demikian Program Gizi Masyarakat di Puskesmas  yang fungsi utama pelaksanannya adalah

mempersiapkan, memelihara dan mempertahakan agar setiap orang terutama kelompok rawan

ibu hamil, bayi, ibu menyusui, anak balita mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat dan

produktif. Fungsi ini dapat terwujud kalau setiap petugas dalam melaksanakan program gizi

dilakukan dengan baik dan benar sesuai komponen-komponen yang harus ada dalam program

perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas

V. Upaya pencagahan dan pengobatan

a. Anemia Defisiensi Besi

Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau

Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/

bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam

folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).2

b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan

adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua

(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg

(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr

% (Manuaba, 2001). Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan

anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-

kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb

dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan

23

Page 24: putri 26

yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia

2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri

dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk

meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat

usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat

besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi

perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi

sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba,

2001).

b. Kurang Vitamin A2

Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang dijelaskan di

atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat mengakibatkan

kematian atau kita akan kehilangan sumber daya manusia yang unggul. Untuk mengatsi ini ada

beberapa langkah yang harus terus dilaksanakan, antara lain yaitu :

a)  Memperbaiki pola makanan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga masyarakat

kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

b)  Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak dikonsumsi

masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi misalnya tidak menyebabkan

perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan harga yang

terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada MSG atau

pada Mie instan.

c)  Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada

kelompok sasaran, yaitu :

24

Page 25: putri 26

         Bayi umur 6 – 12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000

UI setiap bulan pebruari dan Agustus

         Anak umur 1 – 5 Tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis

200.000 UI setiap bulan pebruari dan Agustus

         Ibu nifas : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI sehari setelah

melahirkan dan diberikan lagi 24 jam kemudian ( masing-masing satu kapsul

          Anak yang terserang campak, diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 IU

d)  Pemerian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit

infeksi

e)  Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolism vitamin A dalam tubuh

dapat berjalan secara normal

c. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

- Penanggulangan

1. Garam beryodium. Sesuai Kepres no 69, 13 Oktober 1994,mewajibkan semua garam

yang dikonsumsi,baik manusia maupun hewan ,diperkaya dengan yodium sebanyak 30-

80 ppm (Erna, 2004)

2. Suplementasi yodium pada binatang

3. Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)

4. Kapsul minyak beryodium. (Arisman,2004).

- Pencegahan

Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100 μg/100 gr.

Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium

tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau

suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun. (Arisman,2004).

d. Kurang Energi Protein (KEP)

Masalah KEP atau pencapaian status gizi (dalam arti positif) merupakan salah satu

keluaran penting dari pembangunan sosial-ekonomi-budaya. ecara umum. Oleh karenanya status

girl dijadikan salah satu indikator suksesnya pembangunan. Penentuan kriteria, target, dan

25

Page 26: putri 26

tahapan pencapaiannya dapat disusun secara teknis. Pencapaian status gizi tersebut dilaksanakan

dalam pendekatan lintas sektoral, multifaset dan komprehensif . Sesuai dengan sifat masalah KEP

yang kompleks, maka berkurangnya prevalensi KEP pada anak balita merupakan dampak

komplementer dari berbagai program pembangunan sosial dan ekonomi yang ada, sedang

program gizi lebih banyak ikut memberi arah agar unsur perbaikan gizi tidak terlupakan.

Disamping itu, keberhasilan dalam meningkatkan keadaan gizi anak balita juga merupakan

akibat langsung peran serta aktif masyarakat, terutarna peranan wanita dan Lembaga Sosial

Masyarakat lain di Posyandu. Penanggulangan KEP diprioritaskan daerah tertinggal/miskin baik

di pedesaan/perkotaan. Kegiatan ini pelaksanaannya diintegrasikan kedalam program

penanggulangan kemiskinan secara nasional..2,8

Kegiatan penanggulangan KEP meliputi8:

-          Pemantapan UPGK dengan: meningkatkan upaya pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan balita melalui kelompok dan dasa wisma.

-          Penanganan khusus KEP berat secara lintas program dan lintas sektoral.

-          Pengembangan sistem rujukan pelayanan gizi di Posyandu dalam rehabilitasi gizi

terutama di daerah miskin.

-          Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi melalui KIE yang berkesinambungan.

-          Peningkatan pemberian ASI secara eksklusif.

-          Penanggulangan KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu hamil didasarkan hasil penilaian

dengan alat ukur LILA (Lingkar Lengan Atas). Jadi Upaya penanggulangan masalah KEP pada

balita dapat dilakukan guna mencegah dan mengurangi kejadian KEP adalah yaitu :

1. Dengan mengurangi/mengatasi faktor resiko, melalui perawatan kesehatan,

2. Pencegahan infeksi potensial KEP

3. Pemberian ASI eksklusif,

26

Page 27: putri 26

4. Perbaikan sosial ekonomi keluarga,

5. Keluarga berencana,

6. Imunisasi

7. Kerjasama lintas program dan lintas sektor seperti: kesehatan, pertanian, ketenaga

kerjaan, pendidikan, kesejahteraan sosial dan kependudukan juga dibutuhkan.

8. Revitalisasi posyandu dengan menggalakkan kegiatan program : penimbangan balita

secara rutin, imunisasi, upaya kesehatan ibu dan anak, pelayanan keluarga berencana,

upaya perbaikan gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan, penyuluhan

kesehatan akan sangat mendukung.

VI. Upaya peningkatan mutu dan pelayanan kesehatan

a) Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas

berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak

pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Penanggungjawab Penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di

wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas 27

Page 28: putri 26

bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas

kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila

di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja

dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau

RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya

Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran

masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni

masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4

indikator utama yakni:

a. Lingkungan sehat

b. Perilaku sehat

c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung

tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

28

Page 29: putri 26

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya.

Lima Langkah Pengelolaan Program Perbaikan Gizi di Puskesmas.

Lima langkah pengelolaan program perbaikan gizi di Puskesmas pada dasarnya sama

dengan langkah-langkah pada pedoman pengelolaann gizi yang dilakukan di Tingkat Kabupaten

yang dikeluarkan Direktorat Bina Gizi Depkes RI, dimulai dari Langkah pertama yaitu

Identifikasi Masalah, kemudian Langkah Kedua Analisis masalah. Langkah pertama dan kedua

biasa dikenal dengan perencanaan (planing). Langkah Ketiga adalah Menentukan kegiatan

perbaikan gizi, langkah ini biasa juga dikenal atau disebut juga dengan pengorganisasian

(organising). Langkah Keempat adalah melaksanakan program perbaikan gizi, langkah ini

disebut juga dengan Pelaksanaan (actuating). Dan yang terakhir adalah Langkah Kelima yaitu

pantauan dan evaluasi, langkah ini disebut juga dengan (controlling anda evaluation).9

1. Indentifikasi Masalah

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah mempelajari data berupa angka atau

keterangan-keterangan yang berhubungan dengan identifikasi masalah gizi. Kemudian

melakukan validasi terhadap data yang tersedia, maksudnya melihat kembali data, apakah sudah

sesuai dengan data yang seharusnya dikumpulkan dan dipelajari. Selanjutnya mempelajari

besaran dan sebaran masalah gizi, membandingkan dengan ambang batas dan atau target

program gizi, setelah itu rumuskan masalah gizi dengan menggunakan ukuran prevalensi dan

atau cakupan.

29

Page 30: putri 26

2. Analisis Masalah

Analisis masalah didasarkan pada Penelaahan hasil identifikasi dengan menganalisis

faktor penyebab terjadinya masalah sebagaimana yang disebutkan diatas, tujuannya untuk dapat

memahami masalah secara jelas dan spesifik serta terukur, sehingga mempermudah penentuan

alternatif masalah. Caranya dapat dilakukan dengan Analisis Hubungan, Analisis Perbandingan,

Analisis Kecenderungan dan lain-lain Langkah-langkah analisis masalah dapat dilakukan sebagai

berikut :

1. Tentukan masalah gizi yang menjadi prioritas disuatu wilayah (Desa)

2. Lakukan telaahan pada faktor penyebab, dengan melihat berbagai data.

3. Tetapkan wilayah (desa) yang menjadi prioritas dalam penanggulangan. Contoh Analisis

kecenderungan dapat diketahui Trend meningkatnya prevalensi dari waktu-kewaktu di suatu

wilayah (desa), Trend menurunnya cakupan programdari waktu-kewaktu di suatu wilayah (desa)

4. Desa dimana prevalensi masalah gizi trend tinggi atau cakupan program trend turun mendapat

prioritas dalam program perbaikan gizi.

3. Menentukan Kegiatan Perbaikan Gizi

Langkah ini didasarkan pada analisis masalah di kecamatan yang secara langsung

maupun tidak langsung yang berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat,

sebagaimana yang diperlihatkan dalam analisis LAM diatas. Langkah ketiga pengelolaan

program perbaikan gzizi ini dimulai dengan penetapan tujuan yaitu upaya-upaya penetapan

kegiatan yang dapat mempercepat penanggulangan masalah gizi yang ada. Dalam menyusun

tujuan di kenal dengan istilah “ SMART” yang singkatan dari Spesific (khusus), Measurable

(dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistic ( sesuai fakta real), Timebound ( ada waktu

untuk mencapaianya).

4. Melaksanakan Program Perbaikan Gizi

Setelah kegiatan perbaikan gizi tersusun, kemudian dilakukan langkah-langkah yang

terencana untuk setiap kegiatan. Jenis kegiatan yang akan dilakukan meliputi Advokasi,

Sosialiasi, Capacity Buiding, Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga, Penyiapan sarana dan

prasarana, Penyuluhan Gizi dan Pelayanan Gizi di Puskesmas maupun di Posyandu.9

5. Pemantauan dan Evaluasi

30

Page 31: putri 26

PEMANTAUAN adalah pengawasan secara periodik terhadap pelaksanaan kegiatan

program perbaikan gizi dalam menentukan  besarnya input  yang diberikan, proses yang

berjalan maupun output yang dicapai. Tujuannya untuk menindak lanjuti kegiatan program

selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan untuk menjamin bahwa PROSES pelaksanaan sesuai

action plan dan jadwal.

EVALUASI adalah Suatu proses untuk mengukur keterkaitan, efektivitas, efisiensi dan

dampak suatu program, dilakukan dengan tujuan memperbaiki rancangan, menentukan suatu

bentuk kegiatan yang tepat, memperoleh masukan untuk digunakan dalam proses perencanaan

yang akan datang dan mengukur keberhasilan suatu program. Pelaksana program Gizi di

Puskesmas dilakukan oleh  tenaga gizi berpendidikan  D1 (Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli

Madya Gizi)  serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi)  yang khusus dipersiapkan  atau mahir dalam

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat  atau sebagai tenaga profesinal di bidang gizi. 

Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam

pelaksanaan program gizi puskesmas.

Beberapa jenis pelatihan bagi petugas gizi puskesmas adalah :

1. Pelatihan konseling ASI

2. Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita

3. Pelatihan Konseling MP-ASI

4. Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk

5. Pelatihan pengelolaan Program Gizi Puskesmas

6. Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

petugas dalam melaksanakan program gizi di masyarakat.

Pedoman-pedoman yang harus dimiliki oleh seorang petugas gizi Puskesmas adalah :

1. Buku Surveilans Gizi

2. Buku Pegangan Kader Posyandu

3. Buku Manajemen pemberian Vitamin A

4. Buku Manajemen Pemberian Tablet Fe

5. Buku Pedoman Pemberian ASI

6. Buku Pedoman MP-ASI

7. Buku Pedoman Pemberian Garam Beryodium

31

Page 32: putri 26

8. Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita

9. Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24 bulan.

Buku-buku pedoman ini telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, juga telah

dikembangkan oleh  Dinas Kesehatan Propinsi bahkan agar lebih operasional  buku-buku

tersebut telah juga dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengawasan, evaluasi

dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota biasanya dilakukan dalam bentuk  sebagai

berikut :

1. Kunjungan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk melakukan supervisi atau

bimbingan tehnis program gizi pada setiap tahunnya.

2. Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas Kesehatan

kabupaten /kota dari  laporan rekapitulasi puskesmas  yang dikirm setiap bulan di Dinas

Kabupaten/kota.

3. Pertemuan monitoring dan evaluasi program gzi ditingkat Kabupaten /kota.

Beberapa Output dari program Gizi masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas  diperoleh dari 

buku register  (pencatatan)   setiap kegiatan yang kemudian dibuatkan laporan  per posyandu

atau setiap unit pelayanan gizi,  direkapitulasi menjadi perdesa dan selanjutnya dikirim ke  Dinas

Kesehatan Kabupaten/kota dalam bentuk laporan bulanan, smester dan tahunan. Setiap laporan

dapat  memberikan gambaran tempat, waktu, person (sasaran).

Jumlah sasaran (person)  biasanya  dibuat atau telah disepakati/ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

kabupaten/kota atau sumber  yang telah ada di Puskesmas  sebagai hasil dari pendataan sasaran

program.

Beberapa Output dari Program Gizi adalah :

1. Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI

2. Jumlah Balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang ditimbang, Naik Berat Badannya

termasuk juga Balita dengen Berat Badan dibawah Garis Merah (BGM) pada KMS

3. Jumlah Balita mendapatkan Kapsul Vitamin A

4. Jumlah Balita mendapatkan tablet F3 dengan 90 tablet selama kehamilan.

5. Gambaran Status Gizi Balita

6. Gambaran Konsumsi Gizi

7. Gambaran penggunaan Garam Beryodium

32

Page 33: putri 26

8. Laporan hasil Investigas dan Intervensi Gizi buruk. Dan beberapa laporan lainnya.

b) Posyandu

Posyandu merupakan titik pertemuan antara professional medis dari puskesmas dengan kader

sebagai representasi atas peran aktif masyarakat. Posyandu merupakan garda depan masyarakat

untuk memperoleh pelayanan dasar dan merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan

kesehatan yang terjadi di masyarakat. Posyandu memiliki fungsi untuk menemukan, mencegah

dan menanggulangi kejadian secara dini.7,8,9

Posyandu adalah wujud peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Terdapat lima program

prioritas yang dilaksanakan di Posyandu, yaitu program gizi, kesehatan ibu dan anak (KIA),

keluarga berencana (KB), imunisasi dan penanggulangan diare. Selain 5 program tersebut,

posyandu mempunyai kegiatan penunjang, yaitu dana sehat, simpan pinjam dan arisan.

Pemerintah telah menerbitkan surat edaran Nomor 411.3/111 6/Sj tanggal 13 juni 2011 tentang

revitalisasi posyandu.7

Kegiatan di posyandu garis besar tersusun sebagai beikut :

Meja / Tahap Kegiatan Peran Kader

Pertama Pendaftaran Melaksanakan pendaftaran

pengunjung posyandu

Kedua Penimbangan Melaksanakan penimbangan

balita dan ibu hamil yang

berkunjung ke posyandu

Ketiga Pengisian KMS -mencatat hasil penimbangan

di KMS/buku KIA

Keempat Penyuluhan Melaksanakan kegiatan

penyuluhan kesehatan

Kelima Pelayanan kesehatan Memberikan pelayanan KB

sesuai kewenangan missal :

memberikan vitamin A,zat

33

Page 34: putri 26

besi, oralit, pil KB, kondom

Menurut Departemen Kesehatan RI (1993:80) ada tiga jenis Pos Pelayanan Terpadu :

- Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dasar

- Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lengkap

- Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pengembangan

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah pusat kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat

sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

merupakan jenis Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang pernah paling

memasyarakat di Indonesia. 

1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Pratama (Warna merah) 

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) tingkat pratama adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

keadaan ini dinilai ‘gawat’, sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader

yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi. 

2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Madya (Warna kuning) 

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi

cakupan utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini

berarti, kelestarian kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sudah baik tetapi masih rendah

cakupannya. Untuk ini perlu dilakukan penggerakkan masyarakat secara intensif, serta

penambahan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Intervensi untuk Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) madya ada 2 yaitu: 

a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang sekarang

sudah dilengkapi dengan metode stimulasi.

b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan

mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi

34

Page 35: putri 26

dan kondisi setempat. Untuk melaksanakan hal ini dengan baik, dapat digunakan acuan bulu

pedoman ‘Pendekatan Kemasyarakatan’ yang diterbitkan oleh Dit Bina Peran serta Masyarakat

Depkes.

3. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Purnama (Warna hijau) 

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pada tingkat purnama adalah Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang

atau lebih, can cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%.

Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana.

Intervensi pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di tingkat ini adalah: 

a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD, untuk mengarahkan masyarakat menentukan sendiri

pengembangan program di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). 

b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat, dengan

cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih. Untuk kegiatan ini dapat mengacu pada buku

‘Pedoman Penyelenggaraan Dana Sehat’ dan ‘Pedoman Pembinaan Dana Sehat’ yang diterbitkan

oleh Dit Bina Peran Serta Masyarakat Depkes.9

4. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Mandiri (Warna biru) 

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,

cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah

menjangkau lebih dari 50% KK. Untuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) tingkat ini,

intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut

menggunakan prinsip JPKM (Depkes, 1999: 26).9

VII. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah usaha perbaikan gizi masyarakat yang

berintikan penyuluhan gizi, melalui peningkatan peran serta masyarakat dan didukung kegiatan

yang bersifat lintas sektoral, Dilaksanakan oleh berbagai sektor terkait (kesehatan, BKKBN,

Pertanian Dalam Negeri), Dikbud, PKK, dan lain-lain.7,9

Pengertian lain mengenai UPGK adalah:

35

Page 36: putri 26

a. Merupakan usaha keluarga sendiri untuk memperbaiki keadaan gizi seluruh anggota keluarga,

b. Dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat dengan kader sebagai penggerak masyarakat dan

petugas berbagai sektor sebagai motivator, pembimbing dan pembina,

c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan juga merupakan bagian integral

dari pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,

d. Secara operasional adalah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk melaksanakan

alih teknologi sederhana kepada keluarga dan masyarakat

A. Tujuan

1. Perbaikan keadaan gizi keluarga

1) Setiap balita naik berat badannya tiap bulan

2) Tidak ada balita –balita menderita gizi buruk

3) Tidak ada ibu hamil menderita kurang darah

4) Tidak ada bayi lahir menderita kretin atau gangguan akibat kurang garam yodium

5) Tidak ada penderita kurang Vitamin A

6) Tidak ada; lagi wanita usia subur (WUS) menderita kekurangan energy kronis (KEK),

yang badannya sangat kurus.

2. Perilaku yang mendukung perbaikan gizi keluarga

1) Setiap ibu hamil memeriksakan diri secara teratur kepada petugas kesehatan

2) Setiapibu hamil, nifas dan menyusui makan hidangan bergizi 1 piring lebih banyak dari

biasanya(saat tidak hamil) sesuai anjurtan petugas kesehatan.

3) Setiap ibu hamil minum 1 tablet tambah darah setiap hari setiap

4) wanita usia subur (WUS) di daerah endemic gondok minum kapsul yodium setiap tahun.

5) Setiap ibu hamil meminta imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ke petugas kesehatan .

6) Setiap ibu nifas minum 2 kapsul vitamin A warna merah (200,000 SI) :

1 kapsul segera setelah melahirkan

1 kapsul pada pagi berikutnya

7) Setiap bayi 0-6 bulan diberi asi saja(asi Eksklusif) letakkan bayi di perut ibu dan sususi

sesegera mungkin, 30 menit setelah lahih.

8) Setiap keluarga makan aneka makanan dan biasakan makan pagi.

36

Page 37: putri 26

9) Setiap keluarga menimbangkan balitanya setiap bulan untuk mengamati pertumbuhan

dan perkembangan anaknya.

10) Berilah bayi imunisasi hepatitis B segera segera setelah lahir (usia 0-7 hari), setiap bayi

umur 0-11 bulan memperoleh hepatitis B 4kali, BCG 1kali, polio 4 kali, DPT 3 kali dan

campak 1 kali.

11) Setiap bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul. Vitamin A warna biru (100,000 SI). Setiap

anak 12-59 bulan warna merah (2 00,000 SI) setiap 6 bulan ( Februari dan agustus)

12) Bila bayi/anak diare

ASI tetap diberikan lebih sering dari biasa

Beri makanan seperti biasa

Segera diberi minum air lebih banyak dan berikan larutan oralit

13) Pada saat memasak makanan sehari-hari setiap keluarga selalu menggunakan garam

beryodium

14) Setiap perkarangan dimanfaatkan sebagai warung hidup untuk meningkatkan gizi

keluarga

15) Setiap wanita usia subur (15-39 tahun ) sudah mendapatkan imunisasi TT 5 kali

16) Setiap pasangan usia subur (PUS) menjadi peserta KB

3. Partisipasi dan pemerataan kegiatan

1) Semua keluarga ikut serta dalam UPGK

2) Kegiatan meluas ke semua RT, RW, kampong, dusun.

3) UPGK dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat

B. Sasaran UPGK7,8,9

Secara garis besar sasaran UPGK dapat dikelompokkan menjadi :

a. Sasaran Langsung:

Sasaran langsung adalah perorangan atau keluarga yang bersedia melakukan sesuatu

terhadap dirinya sendiri dalam rangka mewujudkan keluarga sadar gizi. Sasaran ini pada

garis besarnya dapat disegmentasikan menjadi:

a) Keluarga Balita (Ibu, bapak, anggota keluarga yng ditugasi mengasuh anak)

b) Ibu muda

37

Page 38: putri 26

c) Ibu Hamil

d) Ibu menyusui

e) Masyarakat umum

b. Sasaran tidak langsung:

Yang dimaksud dengan sasaran tidak langsung adalah perorangan atau institusi yang

diharapkan dapat membantu secara aktif baik sebagai pengajar (motivator), maupun

sebagai penyedia jasa kelompok UPGK dalam rangka melembagakan dan

memberdayakan keluarga sadar gizi. Sasaran ini antara lain terdiri dari:

a) Kelompok yang mempunyai pengaruh dan menentukan dalam proses pengambilan

keputusan misalnya : pemuka masyarakat baik formal maupun informal (pemuka agama,

kepala adat, dan lain-lain )

b) Kelompok / institusi masyarakat di tingkat desa, KPD, KWT, PKK, Pramuka, Karang

Taruna, LSM, LKMD, Lembaga Agama, Kader dan lain sebagainya.

c) Kelompok Petugas KIE dari sektor-sektor yang terkait dalam berbagai tingkat daerah,

meliputi:

(1) Sektor kesehatan (Petugas Rumah Sakit, Petugas Puskesmas dan lain-lain)

(2) Sektor Keagamaan (Petugas KUA, motifator UPGK jalur agama, penyuluh agama,

guru agama)

(3) Sektor Pertanian

(4) Sektor BKKBN

(5) Sektor Pendidikan

38

Page 39: putri 26

Daftar Pustaka

1. Budiarto, Dr. Eko, SKM. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002. Hal 49-52.

2. Gibney J. Michael, Margetts M. Barrie. ed all. Gizi Kesehatan Masyarakat: Epidemiologi Gizi Buruk. EGC. Jakarta : 2005 Hal 216-86

3. Departemen Kesehatan RI. Buku kader Posyandu : Dalam Meningkatkan Gizi Keluarga . Departemen Kesehatan. Jakarta : 2006

4. Mckenzie JF, Pinger RR, Kotecki JE. Kesehatan Masyarakat. Ed 4. EGC . 2006

5. Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006.

6. Azwar, azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. 1980; hal. 11-121

7. Saefuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Ed 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006

8. Hartono, Bambang. Penataan Sistem Kesehatan Daerah. Departemen kesehatan RI. 2001; hal 28-42; 77-80.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), Pedoman Umum pengelolaan Posyandu, Jakarta

39

Page 40: putri 26

40