9
PENGENDALIAN RAYAP TANAH PADA TANAMAN KAYU PUTIH DENGAN EKSTRAK SEREH WANGI A Preventive Measure Against Subterranean Termite Attack on Cajuput by Extract of Lemongrass Teguh Hardi TW 1) dan Riko Kurniawan 2) 1) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 2) Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa ABSTRACT An experiment was conducted to prevent the attack of subterranean termite (Macotermes gilvus) on cajuput plantation at RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat working area. The trial was carried out using natural insecticide of lemongrass (Cymbopogon nardus) it consisted of 4 concentrations: 0% /control, 0.5%, 1% and 2%. Insecticide application by spraying at around of tree with canopy wide by Completely Randomized Design (CRD). The experiment has shown a good result for concentration 2%. As the foraging of termite is greatly influenced by air humidity, it is suggested that the first weeding should be conducted after leaf harvesting to elimination of undergrowth. This will decrease the air humidity within the forest and consequently will develop unfavourable condition for the termite’s growth. Keywords: Concentration, lemongrass, Subterranean termite. ABSTRAK Suatu percobaan pengendaliaan rayap tanah Macrotermes gilvus pada tanaman kayu putih telah dilaksanakan di RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Percobaan pengendalian rayap tanah menggunakan aplikasi insektisida nabati dari ekstrak daun sereh wang yang terdiri dari 4 konsentrasi, yaitu: 0%/kontrol, 0,5%, 1%, dan 2% dengan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi insektisida dengan konsentrasi 2% menunjukan hasil yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol. Aktivitas rayap tanah sangat berhubungan dengan kelembaban udara, untuk itu disarankan melakukan pembersihan gulma di sekitar tanaman setelah pemanenan daun karena kegiatan ini dapat menurunkan kelembaban udara sehingga dapat mengurangi perkembangan rayap tanah. Kata Kunci: Konsentrasi, sereh wangi, rayap tanah. 1

Rayap

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rayap

PENGENDALIAN RAYAP TANAH PADA TANAMAN KAYU PUTIH DENGAN EKSTRAK SEREH WANGI

A Preventive Measure Against Subterranean Termite Attack on Cajuput by Extract of Lemongrass

Teguh Hardi TW 1) dan Riko Kurniawan 2)

1) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 2) Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa

ABSTRACT

An experiment was conducted to prevent the attack of subterranean termite (Macotermes gilvus) on cajuput plantation at RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat working area. The trial was carried out using natural insecticide of lemongrass (Cymbopogon nardus) it consisted of 4 concentrations: 0% /control, 0.5%, 1% and 2%. Insecticide application by spraying at around of tree with canopy wide by Completely Randomized Design (CRD). The experiment has shown a good result for concentration 2%. As the foraging of termite is greatly influenced by air humidity, it is suggested that the first weeding should be conducted after leaf harvesting to elimination of undergrowth. This will decrease the air humidity within the forest and consequently will develop unfavourable condition for the termite’s growth. Keywords: Concentration, lemongrass, Subterranean termite.

ABSTRAK

Suatu percobaan pengendaliaan rayap tanah Macrotermes gilvus pada tanaman kayu putih telah dilaksanakan di RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Percobaan pengendalian rayap tanah menggunakan aplikasi insektisida nabati dari ekstrak daun sereh wang yang terdiri dari 4 konsentrasi, yaitu: 0%/kontrol, 0,5%, 1%, dan 2% dengan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi insektisida dengan konsentrasi 2% menunjukan hasil yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol. Aktivitas rayap tanah sangat berhubungan dengan kelembaban udara, untuk itu disarankan melakukan pembersihan gulma di sekitar tanaman setelah pemanenan daun karena kegiatan ini dapat menurunkan kelembaban udara sehingga dapat mengurangi perkembangan rayap tanah. Kata Kunci: Konsentrasi, sereh wangi, rayap tanah.

1

Page 2: Rayap

I. PENDAHULUAN

Salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup potensial adalah minyak

atsiri. Minyak atsiri adalah minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan, pemerasan,

dan ekstraksi dari bagian pohon (daun, ranting, akar, kulit, getah, dan bunga) yang

mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar dan mempunyai aroma yang khas

(Sumadiwangsa, 1973). Salah satu minyak atsiri yang banyak digunakan di Indonesia dan

dikelola oleh Perum Perhutani adalah minyak kayu putih. Minyak kayu putih dihasilkan

dari hasil penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn) yang banyak

digunakan dalam industri obat-obatan (Soepandi, 1953), bahkan akhir-akhir ini kayunya

telah digunakan juga sebagai bahan pembuatan papan kertas (hard board) di Australia

(Howarth, 1965).

Kendala budidaya kayu putih di lapangan adalah adanya serangan hama. Hama

utama tanaman yang menyerang kayu putih adalah hama rayap tanah, yang menyebabkan

kerusakan akar dan batang, bahkan dapat mematikan stump dan anakan kayu putih yang

baru ditanam. Salah satu areal pertanaman kayu putih yang diserang rayap tanah adalah

di lokasi Purwakarta, lebih lanjut dilaporkan oleh Natawiria, dkk (1973) bahwa rayap

tanah banyak menyerang tanaman kayu putih muda yang mengakibatkan kematian

tanaman mencapai 50%.

Untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh hama rayap tanah telah

dilakukan tindakan pengendalian dengan berbagai cara, antara lain secara kimiawi dan

secara hayati. Pengendalian secara kimiawi yaitu usaha pengendalian dengan

menggunakan bahan kimia (insektisida), misalnya dengan menggunakan insektisida

heptachlor, chlordane dan HCS (Natawiria, 1973). Cara ini dipandang kurang

menguntungkan karena selain biayanya mahal, pemakaian insektisida kimia/sintetis juga

dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, seperti keracunan pada hewan dan

manusia, dan pencemaran air.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mencari sarana

pengendalian alternatif yang dapat mengendalikan hama secara efektif tetapi ramah

lingkungan. Salah satu alternatif yang punya prospek baik untuk mengendalikan rayap

tanah yang menyerang kayu putih adalah dengan insektisida nabati. Insektisida nabati

adalah insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman. Tanaman sereh wangi

2

Page 3: Rayap

(Cymbopogon nardus) merupakan salah satu jenis tumbuhan penghasil insektisida nabati

yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan populasi hama (Kardinan, 1992).

Bagian daun serai wangi banyak mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa

sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metal heptenon, dan diptena. Bahan

aktif yang mengandung zat beracun adalah geraniol.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi ekstrak serai wangi

terhadap rayap tanah yang menyerang tanaman kayu putih.

II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu dari bulan November sampai

Desember 2007 di Petak 52a RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Cikampek

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Iklim tempat penelitian dapat digolongkan

ke dalam iklim tipe B (Schmidt dan Ferguson, 1951) dimana curah hujan rata-rata

dalam setahun adalah 1891 mm dan rata-rata dalam setahun ada 3,5 bulan kering

dan 7,4 bulan basah . Sedang suhu rata-rata perhari pada bulan November sampai

Desember 2007 mencapai 34,750 C

2. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan meliputi: ekstrak serai wangi, tanaman kayu putih umur 6

tahun dengan tinggi pangkasan 1,5 meter, air secukupnya, dan bahan pelarut

(tipol). Sedangkan peralatan yang digunakan meliputi: Label pohon, semprotan

tangan, ember, sarung tangan, gelas ukur, gayung, thermohygrometer, dan sabun

cuci.

3. Metode Pengumpulan Data

Tahapan kegiatan penelitian meliputi:

a. Proses pembuatan ekstrak serai wangi.

- Daun serai wangi diiris kecil-kecil

- Dijemur 4-7 hari hingga kadar air mencapai 10%

- Digiling

- Diekstrak dengan methanol selama 2 jam

3

Page 4: Rayap

- Didiamkan selama 24 jam

- Disaring hingga berbentuk filtrat

- Diuapkan dengan rotavator

- Ekstrasi kental

b. Perlakuan pada tanaman kayu putih

Perlakuan ekstrak serai wangi dengan jalan penyiraman di sekitar perakaran

tanaman kayu putih selebar tajuk dengan konsentrasi sebagai berikut:

A = konsentrasi 0% (control)

B = konsentrasi 0,5%

C = konsentrasi 1%

D = konsentrasi 2%

Tiap perlakuan menggunakan 5 buah pohon dan masing-masing perlakuan

diulang sebaganyak 5 kali, sehingga jumlah tanaman kayu putih yang

dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 pohon

4. Parameter yang diamati

- Aktivitas serangan rayap

- Intensitas serangan rayap tanah setelah aplikasi insektisida

- Pengamatan dilakukan setiap minggu selama satu bulan

Untuk membantu pengamatan tingkat kerusakan tanaman digunakan kriteria

sebagai berikut (Winaryati, 1984):

Klasifikasi serangan

Nilai (Skor)

Tanda-tanda kerusakan

A (sehat) 0 (0%) - pertumbuhan pohon baik - tidak ada gejala serangan rayap berupa lorong

B (ringan) 1 (33,3%) - pertumbuhan pohon baik - terdapat lorong rayap 1-5 lorong

C (sedang) 2 (66,7%) - terdapat banyak lorong > 5 lorong

D (berat) 3 (100%) - pertumbuhan pohon merana - pohon mati

5. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan

dan 5 ulangan, dengan model rancangan:

Yij = µ +Ai +Bj + εij

4

Page 5: Rayap

Dimana:

Yij = hasil pengamatan pada ulangan ke-i dari perlakuan ke-j

i = 1, 2, 3, 4, 5

j = 1, 2, 3, 4

µ = efek dari nilai tengah

Ai = efek dari ulangan ke-i

Bj = efek dari perlakuan pada taraf ke-j

εij = efek dari error pada ulangan ke-i dari perlakuan ke-j

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aktivitas Serangan Rayap

Rayap tanah Macrotermes gilvus (Famili Termitidae) bersarang dalam tanah

terutama dekat dengan sumber makanan yang mengandung selulose. Rayap ini

dapat menyerang tanaman baik yang hidup maupun yang mati sampai jarak 200

meter dari sarangnya (Tarumingkeng, 1971). Dalam koloni rayap yang terdiri

beberapa kasta, kasta pekerjalah yang paling bertanggung jawab terhadap

kerusakan tanaman karena populasinya mencapai 80% dari selurung anggota

koloni. Rayap muda yang baru ditetaskan dari telur belum memiliki protozoa

yang diperlukan untuk mencerna selulose. Protozoa ini berguna untuk

mencernakan selulosa yang telah dimakan.

Untuk menuju tanaman sasaran, maka rayap membuat terowongan-terowongan

kembara, yaitu jalur-jalur sempit yang berasal dari pusat sarang yang hanya dapat

dilalui sekaligus oleh sekitar 3-4 ekor rayap. Untuk mengenali tanaman target

maka rayap pekerja mengeluarkan feromon penanda jejak dan mendeteksi

makanan. Kemampuan mendeteksi dimungkinkan karena mereka dapat menerima

dan mennafsirkan setiap bau esensial bagi kehidupannya melalui lobang-lobang

tertentu yang terdapat pada rambut-rambut yang tumbuh di antenna.

Untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada

didepan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang

keluar dari kelenjar sternum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen),

5

Page 6: Rayap

yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi ini

sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu

mendeteksi obyek makanannya.

B. Intensitas Serangan Rayap Tanah Setelah Aplikasi Insektisida

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan diperoleh data hasil

persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih seperti terlihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih selama satu bulan.

Minggu setelah aplikasi (msa) Perlakuan

1 2 3 4 A (konsentrasi 0%) 39,98 46,66 46,66 53,34

B (konsentrasi 0,5%) 6,66 13,32 26,66 26,66 C (konsentrasi 1%) 0 6,66 13,32 19,98 D (konsentrasi 2%) 0 0 0 6,66

Dari Tabel 3 terlihat bahwa aplikasi insektisida ekstrak serai wangi dengan

konsentrasi 0,5% serangan rayap yang terjadi dimulai pada minggu pertama

pengamatan dan terus meningkat pada minggu berikutnya. Pada pengamatan

minggu keempat persentase serangan rayap telah mencapai 26,66%. Sedangkan

pada konsentrasi 1%, serangan rayap terjadi mulai pada minggu kedua dan terus

meningkat hingga mencapai 19,98% pada minggu keempat. Pada konsentrasi 2%

terjadi serangan rayap tetapi persentase serangannya hanya sebesar 6,66%.

Aplikasi insektisida ekstrak serai wangi bekerja sebagai racun kontak dan

kandungan bahan aktif berupa geraniol dan citronella yang diduga menyebabkan

kematian rayap. Sesuai pendapat Kardinan (1992) yang menyatakan bahwa

pestisida nabati sereh wangi tidak membunuh rayap secara cepat, tetapi

berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses

ganti kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, serta mudah

diabsorsi oleh tanaman. Daun sereh wangi mengandung geraniol dan citronella

yang pada konsentrasi tinggi memiliki keistimewaan sebagai anti feedant,

6

Page 7: Rayap

sehingga rayap tidak bergairah memakan tanaman, sedangkan pada konsentrasi

rendah bersifat sebagai racun perut yang bias mengakibatkan rayap mati.

Rayap mempunyai ukuran tubuh yang lebih kecil sehingga luas

permukaan luar tubuh rayap relatif lebih besar untuk bersentuhan dengan

insektisida. Bagian kutikel pada tubuh rayap yang terdapat pori dan lubang keluar

kelenjar epidermis dan sensila berperan penting dalam melewatkan insektisida ke

dalam tubuh rayap. Disamping itu kematian rayap diperberat oleh sifat yang

nekropagi (memakan bangkai sesamanya) dan kanibalisme (memakan anggota

yang lemah atau sakit), padahal rayap yang mati atau dalam keadaan lemah

tersebut dapat diakibatkan karena terkena racun insektisida, sehingga rayap yang

memakan sesamanya tersebut akan mati. (Tarumingkeng, 1971).

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan ekstrak serai wangi terhadap

serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih, dilakukan uji sidik ragam dengan

hasil terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis sidik ragam persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih yang merupakan transformasi arc sin √x.

Sumber

Keragaman Db JK KT FHit

Perlakuan 3 4211,095 1403,698 6,674**Galat 12 2523,856 210,321 Total 15 7047,487

Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada tingkat kepercayaan 1%.

Dari tabel di atas terlihat bahwa perlakuan dengan konsentrasi 2%

insektisida berpengaruh sangat nyata dalam mempengaruhi persentase serangan

rayap, sedangkan banyaknya ulangan tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Dengan adanya pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Dunnet untuk

melihat pengaruh perlakuan konsentrasi yang dibandingkan dengan kontrol (Tabel

5).

7

Page 8: Rayap

Tabel 5. Hasil uji Dunnet rata-rata persentase serangan rayap.

d Konsentrasi Perbandingan dengan kontrol

Beda mutlak (Yi – Yj) 0,05 0,01

Hasil

B (0,5%) 43,05 – 19,81 23,24 24,94 33,10 Tidak nyata

C (1,0%) 43,05 – 14,17 28,88 24,94 33,10 Nyata

D (2,0%) 43,05 – 3,36 39,69 24,94 33,10 Sangat nyata

Dari Tabel 5 terlihat bahwa aplikasi insektisida nabati serai wangi dengan

konsentrasi 0,5% jika dibandingkan dengan control tidak berbeda nyata, aplikasi

dengan konsentrasi 1% berbeda nyata dan konsentrasi 2% berbeda sangat nyata.

Dari data tersebut menunjukan bahwa aplikasi insentisida ekstrak serai wangi

dengan konsentrasi 1% dan 2% telah memberikan hasil yang cukup baik

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian aplikasi ekstrak serai wangi terhadap

serangan hama rayap tanah dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aplikasi insektisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 1% dan 2% dapat

menekan instensitas serangan rayap tanah Macrotermes gilvus.

2. Perlakuan aplikasi insentisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 2%

memberikan hasil yang paling efektif dalam menurunkan intensitas serangan

rayap tanah.

Saran:

Ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 2% sangat efektif untuk

mengendalikan intensitas serangan rayap tanah, tetapi karena sifatnya yang

mudah terurai sehingga disarankan aplikasinya dapat dilaksanakan minimal setiap

minggu sampai koloni rayap hilang (Kardinan, 1992).

8

Page 9: Rayap

DAFTAR PUSTAKA

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Howarth, G.F. 1965. Bushfire in Australia. CSIRO Division of Forest Research.

AGPS Cambera. 359 p. Kardinan, Agus. 1992. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penerbit PT.

Penebar Swadaya, Bogor. Ketaren, A. 1985. Penyulingan Tanaman Kayu Putih Dengan Cara Konvensional

dan Modern. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (Tidak diterbitkan).

Natawiria, D.; S.E. Intari dan H. Sidabutar 1973. Percobaan Pencegahan

Serangan Rayap Macrotermes gilvus Pada Tanaman Kayu Putih di Cikampek. Laporan Lembaga Penelitian Hutan No. 173. Bogor.

________, D. 1973. Percobaan Pencegahan Serangan Rayap pada Tegakan Pinus

merkusii. Laporan No. 176. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor. Santoso, H.B. 1992. Serai Wangi, Bertanam dan Penyulingan. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta. Schmid, F.H. dan J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry

period ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 42. Direktorat Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Soepandi, Achmad. 1953. Penyulingan Minyak Kayu Putih dengan Metode

Pendinginan . Laporan No. 32. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Sumadiwangsa, S. 1973. Teknik Pengelolaan dan Kualitas Minyak Kayu Putih.

Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 67. Bogor. _______________ dan T. Silitonga. 1977. Penyulingan Minyak Kayu Putih.

Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 433. Bogor. Tarumingkeng, Rudy. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di

Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 133. Bogor. Wimaryati, T. 1984. Basic Principles of Crop Protection Field Trials. Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor (Tidak dipublikasikan).

9